2.6 Permasalahan Pembangunan Daerah Setiap daerah pastilah memiliki target-target pembangunan yang ingin dicapai setiap tahunnya seperti yang ditunjukkan pada sub-bab sebelumnya. Namun terkadang target-target yang telah direncanakan tersebut tidak tercapai
sesuai
yang
diinginkan
dikarenakan
adanya
faktor-faktor
penghambat. Adanya kesenjangan antara target yang direncanakan dengan capaian
dari
target
tersebut
(gap
expectation)
itulah
yang
disebut
permasalahan pembangunan. Potensi permasalahan pembangunan daerah pada umumnya timbul dari kekuatan yang belum didayagunakan secara optimal dan kelemahan yang tidak diatasi. Untuk mengefektifkan sistem perencanaan pembangunan daerah dan bagaimana visi, misi, tujuan, dan sasaran pembangunan daerah dibuat dengan sebaik-baiknya, dibutuhkan pengetahuan yang mendalam tentang kekuatan dan kelemahan sehubungan dengan peluang dan tantangan yang dihadapi. 2.3.1. Permasalahan Daerah yang berhubungan dengan Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah Permasalahan
yang
dihadapi
yang
berhubungan
dengan
prioritas dan sasaran pembangunan daerah antara lain : a.
Walaupun pada tahun 2014 telah dicapai beberapa milestones namun secara umum capaian prioritas dan sasaran pembangunan belum optimal khususnya yang terkait
pemenuhan hak dasar
rakyat terutama pangan (yang ditandai dengan masih adanya masyarakat yang kurang gizi), pendidikan (angka melek huruf yang relatif masih rendah dibanding daerah lain di Sulawesi Selatan), kesehatan
(dimana
masih
tingginya
angka
kematian
bayi),
kesempatan berusaha dan bekerja (masih kurangnya lapangan kerja yang disediakan), air bersih dan sanitasi (akses yang belum universal), sumber daya alam dan lingkungan hidup (masih relatif tingginya luas lahan kritis). b. Akses dan mutu layanan pendidikan yang belum merata disemua wilayah yang antara lain dipengaruhi oleh kurangnya prasarana dan sarana pada wilayah tertentu seperti Kecamatan Tarowang yang belum memiliki SLTA negeri, terbatasnya jumlah dan mutu tenaga
pengajar,
serta
belum
meratanya
persebaran
tenaga
pengajar. c.
Walaupun menurut data Riskesdes 2014, tidak ada lagi wilayah di Kab. Jeneponto yang lebih dari 1 jam jaraknya ke unit pelayanan
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-116
kesehatan terdekat namun masih ada kelompok masyarakat yang belum menikmati secara maksimal akses dan mutu layanan kesehatan sebagai akibat belum terpenuhinya prasarana dan sarana
layanan
kesehatan,
belum
meratanya
jumlah
dan
persebaran tenaga kesehatan di daerah perdesaan, serta masih kurangnya kesadaran perilaku hidup bersih dan sehat. d. Salah satu permasalah utama dibidang kesehatan adalah tingginya angka pengidap HIV/AIDS di Kab. Jeneponto. Hal ini berkorelasi dengan tingginya peredaran narkoba dan obat-obatan terlarang. e.
Jeneponto adalah termasuk daerah kering dengan curah hujan rata-rata pertahun hanya 1295 mm. Hal ini mengakibatkan terbatasnya sumber daya air yang bisa digunakan untuk konsumsi ataupun
untuk
kegiatan
pertanian.
Hal
ini
mengakibatkan
produktifitas yang rendah dibidang pertanian. f.
Seperti yang telah dielaborasi di bagian pertama dari bab ini, Kab. Jeneponto memiliki potensi sumber daya kelautan dan perikanan yang cukup besar dengan panjang pantai 114 KM. Namun pengelolaan sumber daya ini masih belum optimal sebagai modal dasar dalam percepatan perekonomian daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat Kab. Jeneponto yang disebabkan oleh terbatasnya jaringan prasarana, terbatasnya akses permodalan, kurangnya
penyuluhan,
terbatasnya
prasarana
tingginya pelabuhan
fluktuasi dan
harga
terbatasnya
pasar, hilirisasi
industri pengolahan hasil perikanan; g.
Terbatasnya keterkaitan spasial dan fungsional antara pusat-pusat permukiman dan pusat-pusat pertumbuhan wilayah Kabupaten Jeneponto yang disebabkan oleh masih banyaknya jalan dalam kondisi rusak, baik itu jalan lingkungan, arteri sekunder maupun primer yang menghubungkan antarkecamatan, serta belum adanya keterpaduan sistem transportasi antara darat dan laut yang menghubungkan seluruh wilayah Kabupaten Jeneponto.
h. Masih adanya wilayah di Kabupaten Jeneponto yang belum memiliki akses ke listrik PLN seperti Pulau Li’bukang dan ada beberapa wilayah yang belum terlayani jaringan telekomunikasi (selular), misalnya sebagian Desa Pappaluang, Kec. Bangkala Barat. i.
Belum
optimalnya
investasi
dalam
mendorong
percepatan
pembangunan daerah sebagai akibat belum terciptanya iklim usaha Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-117
yang kondusif, lemahnya promosi daerah yang ditandai dengan tidak pernahnya Kab. Jeneponto mengikuti pameran investasi, dan terbatasnya kerjasama antardaerah. j.
Walaupun telah ada peningkatan dalam pelayanan publik namun hal tersebut belum optimal dalam hal layanan publik yang lebih baik, cepat, mudah, murah, dan bermutu.
k. Rendahnya penguasaan teknologi komunikasi dan informasi yang dipengaruhi oleh terbatasnya jumlah dan mutu sumberdaya manusia
yang
menguasai
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi;
partisipasi dan budaya masyarakat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi masih relatif kurang; lemahnya dan belum optimalnya sinergi Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten dalam pengembangan teknologi komunikasi dan informasi. l.
Masih
kurangnya
partisipasi
dan
kesadaran
pemangku
kepentingan terhadap kelestarian lingkungan telah menyebabkan timbulnya
konflik
pemanfaatan
lahan
dan
menimbulkan
kecenderungan penurunan daya dukung lingkungan. m. Lemahnya koordinasi antar SKPD untuk mendukung percepatan pembangunan daerah. n. Masih lemahnya sistem perencanaan di SKPD yang diakibatkan oleh
rendahnya
kualitas
sumber
daya
manusia
dibidang
perencanaan yang dimiliki oleh SKPD. o.
Ketersediaan anggaran untuk membiayai program prioritas relatif masih terbatas sehingga sangat mempengaruhi capaian target dan sasaran program dan kegiatan.
2.3.2. Identifikasi Permasalahan Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah A. Identifikasi dan Analisa Lingkungan Eksternal Analisa lingkungan eksternal dilakukan untuk mengetahui peluang dan ancaman yang mungkin muncul dalam lima tahun mendatang berkaitan dengan tiga arus utama perubahan yang terjadi di Kabupaten Jeneponto, yaitu globalisasi, demokratisasi dan desentralisasi. Identifikasi dan Analisa Peluang Daerah (1) Perubahan kepemimpinan nasional dengan membawa beberapa agenda prioritas yang diyakini sangat sesuai dengan kebutuhan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-118
dan sumber daya yang dimiliki oleh Kab. Jeneponto antara lain: a.
Terpilihnya Bapak Jokowi dan Jusuf Kalla sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia dengan beberapa agenda prioritasnya termasuk meningkatkan pengelolaan sumber daya kemaritiman, membuka peluang yang besar bagi Kabupaten Jeneponto dengan panjang pantai 114 KM untuk menjadi pusat pertumbuhan.
b. Program
prioritas
pembangunan
waduk-waduk
oleh
pemerintah pusat untuk meningkatkan hasil pertanian menuju swasembada beras bisa membantu Kab. Jeneponto dalam memenuhi kebutuhan air baku maupun untuk pertanian. c.
Program prioritas penyediaan 35.000 MW listrik pada 2019 membutuhkan pembangunan pembangkit listrik baru. Kab. Jeneponto dengan letak geografis yang sangat bagus untuk pelabuhan laut akan memudahkan pembangunan PLTU dengan asumsi bahwa transport batubara dari pusat produksi ke lokasi PLTU akan melalui laut. Selain itu kondisi geograpis yang berada di garis kahtulistiwa dan potensi angin yang baik memungkinkan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya dan Bayu.
(2) Globalisasi yang ditandai oleh meningkatnya perpindahan barang dan jasa, modal, dan informasi lintas daerah dan lintas negara secara bebas, serta interaksi pasar lokal, pasar daerah, pasar dalam negeri dan pasar internasional secara lebih terbuka
memberi
peluang
bagi
masa
depan
Kabupaten
Jeneponto, yaitu: a.
Perluasan
jaringan
transportasi
akan
meningkatkan
mobilitas penduduk dan barang dari dan ke Jeneponto; b. Perluasan
pasar
regional
dan
internasional
akan
meningkatkan kegiatan investasi (terutama pada kawasan industri Bangkala), produksi dan perdagangan terutama komoditas unggulan yang dihasilkan Kabupaten Jeneponto seperti rumput laut, jagung kuning dan garam; c.
Perluasan jaringan dan kerjasama internasional akan mendorong perubahan nilai, etos kerja dan budaya kerja yang lebih produktif, efisien dan efektif bagi masyarakat,
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-119
pelaku usaha dan Pemerintah Kabupaten Jeneponto; d. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi akan menciptakan berbagai kemudahan dan fasilitas dalam penyebaran informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan
mendorong
perbaikan
manajemen
pembangunan
daerah Kabupaten Jeneponto; e.
Perluasan jaringan dan kerjasama pariwisata lokal dan internasional berbasis teknologi informasi akan dapat menciptakan
peluang
bagi
perluasan
lapangan
kerja,
pengembangan pariwisata baik wisata alam, wisata sejarah, wisata
kuliner
maupun
wisata
budaya
Kabupaten
Jeneponto. (3) Demokratisasi
yang
ditandai
oleh
perubahan
tatanan
kehidupan sosial, ekonomi dan politik dengan mengutamakan aspirasi dan partisipasi rakyat telah memberikan peluang bagi Kabupaten Jeneponto untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat secara berkelanjutan, yaitu: a.
Proses
pengambilan
keputusan
yang
menyangkut
kehidupan masyarakat akan dilakukan secara transparan, partisipatif,
dan
adil
dengan
mempertimbangkan
pentingnya penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak dasar rakyat terutama hak sipil dan politik, serta hak sosial, ekonomi dan budaya rakyat; b. Proses perumusan kebijakan dan pengelolaan sumber daya dan aset daerah akan memperhitungkan pelaksanaan prinsip
demokrasi,
keadilan,
kesetaraan
jender,
keistimewaan, kekhususan, dan keragaman masyarakat.; c.
Proses
perencanaan,
penganggaran
dan
pelaksanaan
berbagai kebijakan, program dan kegiatan pembangunan akan
mengutamakan
partispasi
masyarakat
sehingga
mendorong pengembangan potensi dan peningkatan mutu hidup masyarakat, dan terciptanya suatu lingkungan yang memungkinkan rakyat untuk menikmati kehidupan yang jauh lebih baik, bermutu dan bermartabat. (4) Desentralisasi dan otonomi daerah memberikan kewenangan dan sumber daya yang lebih besar bagi pemerintah daerah Kabupaten Jeneponto dalam menyelenggarakan pemerintahan, Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-120
dan memberi ruang yang lebih luas bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. a.
Dengan kewenangan dan sumber daya yang lebih besar, Pemerintah
Kabupaten
Jeneponto
akan
mempunyai
kesempatan yang lebih luas dan terbuka untuk mengelola sumber daya secara lebih efisien, produktif dan efektif bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dan kemajuan daerah; b. Pemerintah Kabupaten Jeneponto akan dapat menjalankan fungsi secara optimal dan motivasi yang tinggi untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara lebih baik, cepat, mudah, murah dan bermutu; c.
Perumusan
dan
memperhitungkan terhadap
pelaksanaan penghormatan
nilai-nilai
budaya
kebijakan dan
daerah,
akan
penghargaan kearifan
lokal,
keragaman, kekhususan dan keragaman masyarakat. Identifikasi dan Analisa Ancaman Daerah (1) Globalisasi membawa dampak yang dapat menjadi ancaman bagi Kabupaten Jeneponto, yaitu: a. Peningkatan investasi dan percepatan pembangunan akan mendorong eksploitasi sumberdaya alam termasuk laut, pesisir dan sumberdaya alam lainnya seperti hutan dan tambang secara berlebihan yang berdampak negatif bagi kesinambungan pembangunan; b. Arus masuk barang dari luar baik dari kabupaten/kota lain maupun dari negara regional maupun pasar internasional akan mendominasi pasar lokal yang berdampak bagi menurunnya produksi dan pendapatan para pelaku usaha di Kabupaten Jeneponto; c. Krisis pangan, krisis ekonomi dan krisis energi yang berasal dari gejolak pasar internasional akan membawa dampak bagi menurunnya investasi, melemahnya kegiatan produksi, bertambahnya
meningkatnya angka
angka
kemiskinan,
pengangguran, dan
menurunnya
pendapatan daerah Kabupaten Jeneponto. d. Internalisasi nilai-nilai luar yang belum tentu cocok dengan karakter masyarakat Kab. Jeneponto akan memunculkan potensi gesekan antar masyarakat yang bisa berakibat pada Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-121
destabilisasi politik dan ekonomi yang berakibat rendahnya investasi. e. Arus informasi yang cepat dan terbuka memungkinkan paham-paham Jeneponto
radikal
sehingga
(seperti bisa
ISIS)
masuk
mempengaruhi
ke
Kab.
kehidupan
bermasyarakat. (2) Demokratisasi kemungkinan membawa perubahan yang tidak diharapkan
bagi
kelangsungan
pembangunan
Kabupaten
Jeneponto, yaitu: a.
Proses konsultasi antara Pemerintah Daerah, DPRD dan masyarakat
sipil
seringkali
memerlukan
waktu
yang
panjang, berulang dan tidak pasti sehingga berdampak pada
kelambanan
keterlambatan
pengambilan
pelaksanaan
keputusan
kebijakan,
dan
program
dan
kegiatan; b. Pelaksanaan demokrasi seringkali dipahami secara sempit sebagai kebebasan dalam bentuk berbagai unjuk rasa yang tidak teratur, tanpa ijin dan merusak sehingga akan mengganggu ketertiban dan kehidupan masyarakat; c.
Peran partai politik yang cenderung dominan berdampak pada melemahnya tingkat
partisipasi masyarakat dan
mengaburkan aspirasi masyarakat. (3) Desentralisasi dan otonomi daerah membawa dampak yang dapat
mengganggu
kelancaran
pembangunan
Kabupaten
Jeneponto, yaitu: a.
Berbagai peraturan perundang-undangan seringkali tidak konsisten dan kurang sosialisasi sehingga menghambat pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan di daerah;
b.
Persaingan antardaerah dalam penguasaan sumberdaya alam, aset daerah, penetapan daerah perbatasan dan pengelolaan infrastruktur yang cenderung meningkat dan mengabaikan kepentingan yang lebih luas dan jangka panjang;
c.
Lemahnya koordinasi antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten menyebabkan kurang optimalnya pengelolaan sumber daya dan lingkungan, serta lambatnya pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur di daerah;
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-122
d. Meningkatnya kesenjangan antara Kabupaten Jeneponto dengan Kabupaten/Kota lain di Provinsi Sulawesi Selatan sebagai akibat perbedaan kapasitas, sumber daya dan prasarana di daerah. B. Identifikasi dan Analisa Lingkungan Internal Identifikasi dan analisa lingkungan internal Kabupaten Jeneponto dilakukan untuk mengidentifikasi berbagai kekuatan yang tersedia seperti posisi geografis, sumber daya alam, sumber daya manusia, prasarana dan sarana, serta berbagai kelemahan yang dapat menghambat upaya mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah. Identifikasi dan Analisa Kekuatan Daerah a.
Kabupaten Jeneponto merupakan daerah yang memiliki potensi sumberdaya alam yang sangat besar, khususnya sumberdaya pertanian, kelautan dan perikanan;
b.
Terkait dengan sumber daya air, walaupun debit hujan relatif rendah namun Kab. Jeneponto memiliki DAS yang berhulu di Gowa yang memiliki curah hujan relatif tinggi. Pasokan supply air akan sangat besar pada musim hujan sehingga jika bisa di manage dengan baik maka akan bisa memenuhi kebutuhan air di Jeneponto.
c.
Kabupaten Jeneponto memiliki wilayah yang sangat potensial bagi peningkatan perdagangan internasional dan perolehan devisa,
khususnya
dari
komoditi
pertanian,
perkebunan,
perikanan dan pengolahan hasil pertanian dan perikanan; d.
Kabupaten Jeneponto memiliki kawasan yang menyimpan potensi bagi pengembangan ekonomi wilayah;
e.
Kabupaten Jeneponto memiliki potensi wisata yang cukup beragam;
f.
Kabupaten Jeneponto memiliki pelabuhan regional Bungeng yang melayani angkutan penumpang dan barang (terutama ternak dan kayu) untuk kawasan timur Indonesia seperti ke Nusa Tenggara Timur.
Identifikasi dan Analisa Kelemahan Daerah a.
Masih terbatasnya infrastruktur dasar antara lain prasarana dan sarana perhubungan laut dan darat; prasarana dan sarana
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-123
pendidikan dan kesehatan; prasarana dan sarana ekonomi seperti pasar, air bersih, tenaga listrik, jaringan telekomunikasi dan informasi; b.
Terbatasnya akses masyarakat terhadap layanan pendidikan dan kesehatan yang bermutu termasuk perbaikan status gizi masyarakat;
c.
Belum optimalnya pelayanan pemerintahan yang disebabkan oleh
belum
terbatasnya
tertatanya prasarana
kelembagaan dan
sarana
secara
memadai,
pemerintahan,
serta
terbatasnya jumlah dan mutu sumberdaya aparatur; d.
Belum
optimalnya
pelaksanaan
program
dan
kegiatan
pembangunan didaerah-daerah perdesaan dan daerah terpencil dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kemajuan daerah; e.
Terbatasnya kegiatan ekonomi masyarakat yang masih bersifat subsisten, berskala kecil dan tidak berorientasi pasar sehingga kurang mendorong pemupukan modal;
f.
Belum optimalnya pengembangan kelembagaan Usaha Mikro Kecil Menengah dan Koperasi dan BUMD dalam pengembangan ekonomi daerah;
g.
Masih rendahnya minat dunia usaha dalam mengelola potensi sumberdaya alam terutama pertanian dan perikanan sebagai akibat terbatasnya sarana dan prasarana pendukung;
h. Terbatasnya
infrastruktur
perekonomian
(jaringan
jalan,
trasportasi, pembangkit dan jaringan listrik, telepon, dan air baku) yang menghambat pengembangan usaha; i.
Belum optimalnya kinerja aparat birokrasi dalam memberikan pelayanan publik;
j.
Belum
optimalnya
investasi
swasta
disebabkan
belum
tersedianya regulasi yang mengatur insentif dan dukungan untuk investor; k.
Belum
optimalnya
terbatasnya
sarana
pelayanan dan
pendidikan
prasarana
sebagai
akibat
pendidikan,
belum
maksimalnya perluasan akses dan pemerataan pendidikan, masih rendahnya kualitas dan kesejahteraan guru, serta masih terbatasnya mutu pendidikan; l.
Belum optimalnya pelayanan kesehatan masyarakat sebagai
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-124
akibat terbatasnya fasilitas dan tenaga kesehatan terutama di daerah perdesaan, dan sangat bervariasinya jenis penyakit di masyarakat; m. Meningkatnya jenis dan dan bobot permasalahan sosial di Kabupaten Jeneponto. Tabel 2.87 Identifikasi Permasalahan Pembangunan Daerah No.
Kriteria / Aspek
Urusan
Faktor-faktor penentu keberhasilan
Permasalahan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
I
a.
Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Wajib
Tataran Pengambil Kebijakan
Wajib
Ketentraman dan ketertiban umum daerah
Kelembagaan, ketatalaksanaan, Personil, Keuangan dan Sarana prasarana pemerintahan
Masih kurangnya SOP dan SPP yang dikeluarkan oleh SKPD sebagai acuan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Wajib
Responsibility aparat terhadap situasi dan kondisi
Partisipasi masyakarat belum optimal, Koordinasi antar aparat masih perlu ditingkatkan dan forum Koordinasi antar pimpinan.
Keselarasan dan efektivitas hubungan antara pemerintahan daerah dan Pemerintah serta antarpemerintaha n daerah dalam rangka pengembangan otonomi daerah
Wajib
Penyamaan persepsi dalam rangka pengembangan otonomi daerah
Penentuan kebijakan tidak berkesinambungan
Keselarasan antara kebijakan pemerintahan daerah dengan kebijakan Pemerintah
Wajib
Sinergitas program antara pemerintah daerah dengan pemerintah
Peraturan Perundangundangan yang sering berubah
Efektivitas hubungan antara pemerintah daerah dan DPRD
Wajib
Komunikasi yang baik antara eksekutif dan legislatif
Efektivitas proses pengambilan keputusan oleh DPRD beserta tindak lanjut pelaksanaan keputusan
Wajib
Hasil keputusan dilaksanakan oleh eksekutif
Terjadi ego sektor
Keputusan yang dihasilkan kadang terlambat
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-125
No. (1)
Kriteria / Aspek (2)
Urusan (3)
Faktor-faktor penentu keberhasilan
Permasalahan
(4)
(5)
Efektivitas proses pengambilan keputusan oleh Kepala Daerah beserta tindak lanjut pelaksanaan keputusan
Wajib
Hasil keputusan ditindak lanjuti oleh SKPD
Kebijakan terhambat oleh regulasi perundangundangan.
Ketaatan pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan daerah pada peraturan perundangundangan
Wajib
Komitmen pimpinan dalam penyelenggaraan pemerintahan sesuai dengan Perundangundangan
Pemahaman atas peraturan perundang-undangan belum sepenuhnya Diimplementasikan
Intensitas dan efektivitas proses konsultasi publik antara pemerintah daerah dengan masyarakat atas penetapan kebijakan publik yang strategis dan relevan untuk Daerah
Wajib
Masyarakat mampu melihat skema dokumen perencanaan daerah
Kurangnya sosialisasi peraturan daerah
Transparansi dalam pemanfaatan alokasi, pencairan dan penyerapan DAU, DAK, dan Bagi Hasil
Wajib
Tersedianya sistem informasi untuk mengakses dokumen
Belum memadainya sarana dan prasarana penunjang sistem Informasi, belum mengacu pada Standar Analisa Belanja dalam alokasi anggaran.
Intensitas, efektivitas, dan transparansi pemungutan sumber-sumber pendapatan asli daerah dan pinjaman/obligasi daerah
Wajib
Perda beserta juklak/juknis telah ditetapkan
Identifikasi objek pajak dan retribusi daerah belum Sepenuhnya dapat dilaksanakan
Efektivitas perencanaan, penyusunan, pelaksanaan tata usaha, pertanggung jawaban, dan pengawasan APBD
Wajib
Mekanisme perencanaan sudah berjalan, instrumen dan akuntabilitas sesuai SAP
Usulan program/kegiatan belum semuanya dapat diakomodir, pengendalian atas laporan keuangan SKPD belum optimal
Pengelolaan potensi daerah
Wajib
Pemberian insentif dan
Sarana dan prasarana pendukung investasi masih
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-126
No.
Kriteria / Aspek
Urusan
(1)
(2)
(3)
b.
Terobosan/inovasi baru dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah
Wajib
Tataran Pelaksana Kebijakan
Wajib
Kebijakan teknis penyelenggaraan urusan pemerintahan
Faktor-faktor penentu keberhasilan (4) kemudahan ijin untuk investasi
Permasalahan (5) minim
Dukungan pihak swasta, masyarakat dan pemerintah
Belum maksimalnya dukungan pemangku Kepentingan dan lingkungan budaya ekonomi Kreatif
Wajib
Komitmen Integritas pimpinan, kepatuhan atas regulasi pelaksanaan kegiatan
Standar Operasional Prosedur dan Standar Pelayanan Publik Belum diterapkan
Ketaatan terhadap peraturan perundangundangan
Wajib
Adanya pemberian punishment dan rewards
Kurangnya sosialisasi peraturan perundangundangan
Tingkat capaian SPM
Wajib
Sinkronisasi rencana,target dan sasaran SKPD
Kemampuan keuangan daerah belum maksimal, SDM belum memadai, sarana dan prasarana yang minim
Penataan kelembagaan daerah
Wajib
Seluruh urusan pemerintahan terwadahi oleh SKPD
Belum maksimalnya analisis jabatan dan analisis beban kerja
Pengelolaan kepegawaian daerah
Wajib
Pemutakhiran Database tahunan pegawai, pemberlakuan SIMPEG
Distribusi pegawai tidak merata dan kompetensi pegawai belum kompetitif
Perencanaan pembangunan daerah
Wajib
Penetapan skala prioritas pembangunan daerah dan partisipasi masyarakat
Sinkronisasi dokumen perencanaan RKP, RKPD Prov dan RKPD Kab/Kota belum optimal
Pengelolaan keuangan daerah
Wajib
Sistem dan Prosedur pengelolaan keuangan telah ditetapkan
SDM pengelola keuangan daerah belum memadai
Pengelolaan barang milik daerah
Wajib
Perda Pengelolaan Aset telah ditetapkan
Pendataan aset yang belum maksimal
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-127
No. (1)
Kriteria / Aspek (2)
III
(3)
Faktor-faktor penentu keberhasilan
Permasalahan
(4)
(5)
Wajib
Menyiapkan ruang publik untuk penyerapan aspirasi
Belum ada Perda partisipatif dan transparansi
Kesejahteraan masyarakat
Wajib
Meningkatkan akses ekonomi masyarakat
Ketimpangan distribusi pendapatan masyarakat, Program dan kegiatan belum fokus pada kesejahteraan Masyarakat
Pelayanan umum
Wajib
Kemudahan akses layanan umum
Fasilitas pendukung belum memadai
Daya saing daerah
Wajib
Adanya komoditi unggulan
Pengelolaan Potensi daerah belum maksimal
Pemberian fasilitasi terhadap partisipasi masyarakat II
Urusan
Kemampuan Penyelenggaraan Otonomi Daerah
Daerah Otonomi Baru Perkembangan penyusunan perangkat daerah Pengisian personil Pengisian keanggotaan DPRD Penyelenggaraan urusan wajib dan pilihan Pembiayaan Pengalihan aset dan dokumen
TIDAK TERSEDIA/SESUAI
Pelaksanaan penetapan batas wilayah Penyediaan sarana dan prasana pemerintahan Pemindahan ibukota bagi daerah yang ibukotanya dipindahkan
Dalam rangka penyusunan RKPD Tahun 2016, maka dilakukan juga identifikasi terhadap isu-isu strategis regional, nasional dan internasional yang dianggap bisa mempengaruhi pembangunan di Kabupaten Jeneponto, isu-isu Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-128
strategis eksternal ini bisa dijadikan acuan akan potensi dan ancaman yang dihadapi Jeneponto pada tahun 2016. Tabel 2.88 Identifikasi Permasalahan Pembangunan dari Kebijakan Nasional/Provinsi dan Lingkungan Eksternal lainnya No 1
Lingkungan International Kelompok isu ekonomi: Globalisasi perdagangan dan jasa Perdagangan bebas memperketat persaingan sektor usaha antar negara, sehingga dibutuhkan kualitas SDM (tenaga kerja) yang mampu menghasilkan produk-produk ekspor (barang dan jasa) yang unggul dan berdaya saing. Kekalahan daya saing akan berakibat pada penurunan ekspor serta kegagalan program penempatan tenaga kerja atau pengurangan pengangguran.
Lingkungan Nasional Kemiskinan Jumlah penduduk miskin di Indonesia dengan kriteria MDG’s yaitu yang berpenghasilan kurang dari US$ 1 lebih kurang sebanyak 16,5 juta jiwa atau 7,5%.
Lingkungan Regional Tingginya jumlah penduduk miskin Upaya pengurangan kemiskinan sangat tidak mudah, terlihat bahwa selama lima tahun (2008-2012) jumlah penduduk miskin Sulawesi Selatan hanya berkurang 3,52%.
Hambatan perdagangan antar daerah Hambatan perdagangan antar daerah biasanya berkaitan dengan perijinan, transportasi, komunikasi, informasi dan sarana prasarana pendukung. Hal yang dirasakan oleh dunia usaha khususnya usaha kecil dan menengah adalah kurangnya akses ke pasar di luar daerah maupun ekspor. Daya saing teknologi dan industri Dominasi ekspor Indonesia adalah ekspor bahan mentah yang bersumber dari kekayaan alam yang belum diolah, sehingga memiliki nilai ekonomis yang rendah. Penyebabnya adalah kurangnya kemampuan iptek dalam mengolahnya menjadi barang setengah jadi maupun produk akhir serta kurangnya kemampuan iptek dalam menciptakan dan membuat produk yang berkualitas. Budaya iptek yang kreatif dan inovatif harus difasilitasi. Selain itu kebanggaan terhadap produk dalam negeri kurang tertanam dalam diri warga negara Indonesia, image yang berkembang adalah
Masih tingginya jumlah penganggur Jumlah penganggur Sulawesi Selatan pada tahun 2012 sebanyak 236,926 orang yang disebabkan meningkatnya jumlah angkatan kerja.
Rendahnya akses usaha kecil dan mikro terhadap permodalan dan pasar ekspor UMKM adalah basis perekonomian yang cukup tangguh di Sulawesi Selatan, namun beberapa diantaranya mengalami kesulitan memperoleh akses permodalan dan kesulitan menembus pasar ekspor yang disebabkan kualitas produk kalah bersaing dan keterbatasan transportasi/distribusi.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-129
No
2
Lingkungan International
Kelompok isu ekonomi: Fluktuasi harga dan kurs mata uang Produktivitas yang tidak sebanding dengan tingginya konsumsi mencerminkan pola hidup konsumtif yang harus dikurangi. Besarnya konsumsi mempengaruhi daya saing rupiah terhadap mata uang internasional dan dalam keterkaitan dengan perdagangan internasional akan terjadi ketimpangan (defisit) Neraca Pembayaran. Fluktuasi negatif ataupun penurunan nilai rupiah yang signifikan mengakibatkan instabilitas APBN yang selanjutnya akan mengurangi besaran dana perimbangan (DAU, DAK dan lainnya).
Lingkungan Nasional bahwa produk dalam negeri selalu lebih jelek daripada produk luar negeri. Pencintaan terhadap produk tradisional (batik, dll) merupakan satu bentuk local genius yang baik untuk dikembangkan, khususnya di dalam negeri dan sebaiknya dipromosikan/dipasarkan ke luar negeri. Kemampuan keuangan negara Pembangunan menyeluruh membutuhkan dana pembiayaan yang besar, sementara kemampuan keuangan negara sangat terbatas sehingga negara masih terbelit hutang luar negeri yang cukup besar pula. Setiap daerah harus berupaya meningkatkan kemandirian keuangan daerah (tidak hanya bergantung pada bantuan dari Pemerintah Pusat) dengan cara meningkatkan penggalian pendapatan asli daerah dan investasi. Dalam RPJM 2010-2011 disebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi nasional selama ini berkisar 6%, padahal pembangunan yang inklusif membutuhkan pertumbuhan ekonomi diatas 6,5% per tahun. Pertumbuhan ekonomi ini dapat terwujud manakala terjadi peningkatan produktivitas dunia usaha yang signifikan terhadap ekspor. Di sisi lain proporsi belanja daerah didominasi oleh belanja pegawai dan belanja tidak langsung, harus diimbangi dengan efisiensi dan efektivitas tinggi agar dana yang ada dapat didayagunakan dengan sebaik-baiknya.
Lingkungan Regional
Rendahnya realisasi penanaman modal Jumlah persetujuan nilai investasi pada tahun 2012 adalah 21.604 trilyun sementara realisasi PMDN/PMA hanya sebesar 8.144 trilyun. Namun dari segi nominal, terjadi peningkatan nilai realisasi investasi dari tahun 2008 sebesar 1.382 trilyun menjadi 8.144 trilyun pada tahun 2012.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-130
No
Lingkungan International
Lingkungan Nasional
Lingkungan Regional
3
Kelompok isu lingkungan: Degradasi lingkungan Pemanasan global berdampak pada terjadinya pencairan es/salju yang menambah kenaikan permukaan air laut (rob). Akibat lainnya adalah terjadinya anomali musim, bencana alam dan kerusakan alam yang menurunkan produktivitas pertanian. Krisis pangan dunia mesti disikapi dengan peningkatan swasembada pangan guna terpenuhinya kebutuhan pangan nasional.
Bencana alam Degradasi lingkungan sebagaimana halnya masalah internasional strategis juga dirasakan secara nasional. Indonesia sebagai negara maritim memiliki potensi lebih besar akan intensitas terjadinya bencana alam berupa tsunami, gempa, letusan gunung berapi, banjir dan tanah longsor. Selain itu kebakaran hutan juga sering terjadi sebagai negara yang cukup kaya akan hutan dan perkebunan. Tanggap darurat dan rehabilitasirekonstruksi merupakan hal penting yang harus dilakukan oleh jajaran pemerintah hingga masyarakat. Krisis energi Sumber energi yang digunakan saat ini sebagian besar bersumber dari sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Keterbatasan energi fosil memicu terjadinya krisis energi yang lebih lanjut akan berpengaruh pada produktivitas masyarakat utamanya dunia usaha. Penggunaan energi alternatif perlu diupayakan guna memenuhi kebutuhan energi masyarakat.
Bencana alam Dengan disusunnya Rencana Aksi Daerah Pengurangan Resiko Bencana diharapkan resiko bencana dapat diantisipasi sebelumnya (mitigasi bencana).
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-131
No
Lingkungan International
Lingkungan Nasional
Lingkungan Regional
4
Kelompok isu sosialbudaya, pemerintahan dan pertahanankeamanan: Komitmen Internasional Kesepakatan antar negara khususnya yang telah ditandatangani (disepakati) oleh Pemerintah Indonesia perlu didukung oleh seluruh masyarakat (Pemerintah Daerah). Komitmen internasional tersebut diantaranya adalah Millenium Development Goals (MDG’s) tentang paradigma pembangunan global, Protokol Kyoto tentang pengurangan emisi gas rumah kaca, Convention on the Elimination of All Form of Discrimination Against Women (CEDAW) tentang pembangunan dan pemberdayaan perempuan, Hyogo Framework tentang peredaman bencana, Ecolabelling atau sertifikasi produk dan sebagainya.
Tuntutan pemerintahan yang bersih dan profesional Kenyataan yang melekat beberapa periode terdahulu hingga saat ini adalah banyaknya korupsi, kolusi dan nepotisme yang merambah di semua tingkatan aparatur. Selain itu birokrasi yang dinilai kurang profesional tidak sejalan dengan kebutuhan dan pengetahuan masyarakat yang terus berkembang. Kebijakan Reformasi Birokrasi dilakukan secara menyeluruh dari tatanan kelembagaan, manajemen, pengembangan SDM, penegakan hukum demokrasi dan lain-lain dalam rangka peningkatan pelayanan publik yang makin berkualitas. Kesetaraan Gender Indikator pembangunan gender secara resmi adalah Gender-related Development Index (GDI) dan Gender Empowerment Measurement (GEM). Dua indikator tersebut menghendaki adanya peningkatan peran dan kesempatan bagi perempuan sebagaimana peran dan kesempatan yang dimiliki laki-laki. Kesempatan tersebut adalah kesempatan dalam berusaha, pendidikan dan lain-lain serta dalam menduduki jabatan/posisi strategis tertentu.
Belum optimalnya penyelenggaraan tata kepemerintahan yang amanah (Good Governance) Reformasi tata kepemerintahan tidak hanya perlu dilakukan oleh negara saja (legislatif, eksekutif, dan yudikatif), tetapi juga dunia usaha/swasta (corporates) dan masyarakat luas (civil society) yang mampu mendukung terwujudnya Good Governance.
Belum terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender Indeks pembangunan gender (IPG) dan Index pemberdayaan gender (IDG) Sulawesi Selatan masih dibawah rata-rata nasional. Pada tahun 2010, IPG Sulawesi Sealatan adalah 62,46 sementara IPG nasional adalah 68,15.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-132
No
Lingkungan International
Lingkungan Nasional Perlindungan dan kesejahteraan anak Tujuan dari isu ini adalah untuk menjamin dan melindungi anak akan haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai harkat dan martabat kemanusiaan, serta terlindungi dari segala bentuk kekerasan, perlakuan salah, penelantaran dan eksploitasi. Kasus gizi buruk, partisipasi sekolah, putus sekolah, kekerasan terhadap anak, pekerja anak, anak jalanan dan lain-lain adalah fakta yang menunjukkan belum terpenuhinya perlindungan dan kesejahteraan anak. Stabilitas keamanan dan ketertiban Salah satu dampak buruk kemajuan iptek adalah makin canggihnya kejahatan, diawali dari tumbuhnya keinginan dan ketidakpuasan, persaingan dan kecemburuan sosial sehingga mendorong orang untuk berperilaku melawan, merugikan dan meresahkan.
Lingkungan Regional Belum meratanya pelayanan kesehatan dasar Keterbatasan anggaran daerah belum mampu menjangkau seluruh keluarga miskin akan kebutuhan pelayanan kesehatan.
Masalah penegakan hukum Penegakan hukum harus dilakukan tanpa tebang pilih. Kasuskasus hukum yang selama ini mengendap harus segera diselesaikan, termasuk kasus-kasus korupsi.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
II-133