II. KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Kecurangan Akademik Kecurangan akademik merupakan keterlibatan seseorang dengan sengaja, untuk mengakui pekerjaan orang lain sebagai pekerjaannya sendiri (Gaberson, 1997). Kecurangan adalah segala tindakan yang melanggar peraturan dalam pelaksanaan suatu ujian, segala perilaku yang memberikan keuntungan kepada siswa yanf mengerjakan ujian dengan cara tidak adil bagi siswa lain, atau segala tindakan yang dilakukan oleh siswa yang dapat mengurangi tingakt akurasi hasil ujian (Cizek, 2001) Kecurangan akademik adalah perbuatan tidak jujur yang dilakukan dengan sengaja untuk mendapatkan keberhasilan (Eckstein, 2003). Kecurangan akademik adalah perilaku tidak etis yang dilakukan dengan sengaja oleh mahasiswa meliputi pelanggaran aturan-aturan dalam menyelesaikan tugas atau ujian dengan cara yang tidak jujur, pengurangan keakuratan yang diharapkan dari performansi mahasiswa dengan penekanan pada tindakan mencontek, plagiarisme, mencuri serta memalsukan sesuatu yang berhubungan dengan akademik (Nursalam, et al, 2013)
14
Peraturan Menteri Pendidikan RI No. 17 tahun 2010 menyebutkan mengenai plagiat, yaitu perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan/atau karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai.
2.1.2 Bentuk Kecurangan Akademik Wood dan Warnken (2004) mengklasifikasikan 8 jenis aktivitas yang tergolong dalam kecurangan akademik: 1. Plagiat, yaitu aktivitas seseorang yang meniru (imitate) dan/atau mengutip (secara identik tanpa memodifikasi) pekerjaan orang lain tanpa mengungkapkan/menyebutkan nama penulis sebelumnya, dan mengakui bahwa tulisan tersebut adalah hasil karyanya. Orang yang melakukan ini disebut plagiarist. 2. Collussion, yaitu kerjasama yang tidak diijinkan antara dua orang atau lebih (baik antar siswa maupun antara siswa dengan dosen/guru) untuk mengerjakan tugas atau ujian, agar salah satu pihak atau kedua pihak diuntungkan dengan nilai yang diperoleh. 3. Falsification, yaitu memasukkan hasil pekerjaan orang lain, dan diakui sebagai pekerjaannya.
15
4. Replication, yaitu memasukkan / mengumpulkan hasil pekerjaan / tugas yang sama, baik seluruhnya maupun sebagian ke dalam lebih dari satu media/tempat untuk mendapat kredit poin tambahan. 5. Membawa dan/atau menggunakan catatan atau perangkat yang tidak diijinkan selama ujian. 6. Memperoleh dan/atau mencari copy soal dan/atau jawaban ujian. 7. Berkomunikasi atau mencoba berkomunikasi dengan sesama peserta ujian selama ujian berlangsung 8. Menjadi pihak penghubung antar peserta ujian yang bekerjasama/melakukan kecurangan, atau menjadi orang yang pura-pura tidak tahu jika ada yang sedang melakukan kecurangan. Cizek (2003) membagi perilaku curang dalam tiga kategori yaitu (1) memberi, mengambil, atau menerima informasi tertentu, (2) menggunakan suatu alat yang dilarang, (3) memanfaatkan kelemahana orang, prosedur, proses untuk mendapatkan keuntungan 2.1.3 Faktor-faktor Yang Memengaruhi Kecurangan Akademik Purnamasari (2013) meneliti faktor-faktor yang memengaruhi perilaku kecurangan akademik terdiri dari; pertama self-efficacy, yaitu kepercayaan pada kemampuan diri sendiri dalam mengatur dan melaksanakan suatu tindakan yang diperlukan dalam rangka pencapaien hasil usaha, kedua perkembangan moral yaitu perubahan penalaran, perasaan, dan perilaku tentang standar mengenai benar atau salah, dan
16
ketiga religi yang didefiniskan sebagai simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlembagakan, yang semuanya berpusat pada persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi. Hasilnya faktor efikasi diri yang paling dominan memengaruhi tindakan kecurangan akademik. Abbas dan Naeemi (2011) meneliti lima faktor terkait kecurangan akademik berupa menyalin konten dari mahasiswa lain pada universitas di Pakistan, yaitu; indeks prestasi kumulatif, terdiri dari mereka yang ingin mempertahankan IPK tinggi dan mereka yang memiliki IPK rendah sehingga ingin mencontek untuk menaikkan nilai, tekanan dari orang tua untuk mendapat nilai yang bagus, kurangnya persiapan, keikutsertaan dalam kegiatan ekstrakulikuler, dan jenis kelamin.
Klocko (2014) menuliskan faktor-faktor yang memengaruhi perilaku kecurangan akademik dibagi menjadi; pertama faktor kontekstual seperti tekanan orang tua, tekanan untuk mendapat pekerjaan yang bagus, ketidakjelasan mengenai konteks apa saja yang termasuk perilaku curang, beban tugas yang terlalu berat dan tidak adanya kebijakan yang jelas mengenai kecurangan akademik. Kedua faktor rasionalisasi pribadi, penyangkalan, kurangnya tanggung jawab, malas, atau bahkan keinginan untuk melakukan kecurangan, dan yang ketiga yaitu sikap mahasiswa terhadap definisi skecurangan akademik itu sendiri. McCabe dan Trevino (1996) menemukan ada lima alasan utama perilaku kecurangan yaitu; malas, untuk menaikkan nilai, tekanan dari luar, tidak mengetahui jawaban, dan pekerjaan yang terlalu banyak Menurut Eckstein (2003) ada faktor
17
subjektif dan objektif yang memengaruhi tindakan kecurangan akademik. Faktor subjektif adalah sikap dan individu; kondisi, ambisi, persaingan. Faktor objektif adalah tekanan terhadap individu dari keluarga, masyarakat dan faktor eksternal lainnya. Gerdeman (2000) menuliskan faktor-faktor yang menyebabkan kecurangan akademik yaitu; karakteristik pribadi, pengaruh kelompok peer, pengaruh instruktur, dan kebijakan institusi. Handayani (2013) menuliskan bahwa menurut Theory of Planned Behavior (TPB), kecurangan akademik dipengaruhi oleh sikap, norma subjektif, kontrol perilaku, dan kewajiban moral.
2.1.4 Theory of Planned Behavior Theory of Planned Behavior diturunkan dari Theory of Reasoned Action (TRA) yang dikembangkan oleh Fishbein dan Ajzen ( Beck dan Ajzen, 1991) yang mengungkapkan bahwa reaksi dan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal, akan menentukan sikap dan perilaku orang tersebut. TRA mengasumsikan bahwa niat seseorang mendahului faktor motivasi yang memengaruhi perilaku seseorang. Teori ini mendefinisikan dua ukuran niat seseorang untuk melaksanakan sebuah perilaku; sikap (attitudes) yang merefleksikan perasaan favourable atau un favourable terhadap sebuah perilaku dan norma subjektif yang merefleksikan pengaruh pendapat orang lain yang signifikan terhadap individu untuk melakukan atau tidak melakukan sebuah perilaku.
18
Attitude Behavioral intenton
Usage Behavior
Subjective norm
Gambar 2.1 Theory of Reason Action Sumber: Limayem, et al. (2001)
Selanjutnya, Ajzen (1985) mengungkapkan bahwa sebuah perilaku tidak hanya berada di bawah kontrol kehendak jika perilaku tersebut tergantung pada ada tidaknya kesempatan dan sumber daya yang cukup, seperti waktu, keahlian, dan uang. Maka kemudian Ajzen mengembangkan TPB yang mengikutsertakan faktor ketiga untuk menambahkan attitudes dan subjective norm, yaitu konsep behavioural control yang dianggap bisa dirasakan serta kontrol aktual terhadap perilaku.
Konsep Theory of Planned Behavior menyebutkan ada tiga faktor yang menentukan niat (intention) (Ajzen, 1985); 1. Yang pertama adalah attitude toward the behavior, yaitu ukuran dari evaluasi seseorang terhadap hasil dari sebuah perilaku, apakah positif atau negatif. Sikap seseorang terhadap sebuah perilaku terdiri dari keyakinan akan hasil dari perilaku tersebut. Semakin seseorang yakin sebuah perilaku memberi hasil
19
yang positif, maka orang tersebut akan semakin memihak perilaku tersebut. Keyakinan yang mendasari seseorang bersikap terhadap perilaku disebut Behavioral Belief. 2. Yang kedua adalah subjective norm, yaitu persepsi seseorang tentang tekanan sosial yang memengaruhi keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sebuah perilaku. Norma subjektif diturunkan dari keyakinan terhadap norma (keyakinan tentang apa yang dipikirkan orang lain tentang sebuah perilaku) dan motivasi untuk memenuhi keyakinan ini. Keyakinan ini disebut dengan Normative Belief. 3. Yang ketiga adalah perceived behavioral control, yaitu persepsi individu tentang kemudahan dan kesulitan dari melakukan sebuah perilaku. Perceived behavioral control diturunkan dari faktor internal individu (informasi, keahlian, kemampuan, emosi, dan paksaan) dan faktor kontrol ekstenal individu (sumber, kesempatan, dan ketergantungan terhadap orang lain)
Niat (intention) diasumsikan sebagai faktor motivasi yang memengaruhi perilaku, merupakan indikasi seberapa keras seseorang ingin untuk mencoba atau seberapa banyak usaha yang direncanakan akan dilakukan untuk melaksanakan perilaku yang terkait. Niat untuk berperilaku dapat menjadi perilaku sebenarnya hanya jika perilaku tersebut ada di bawah kontrol individu yang bersangkutan. Individu tersebut memiliki pilihan untuk memutuskan menampilkan perilaku terterntu atau tidak sama sekali (Ajzen, 1991). Niat (intention) secara umum
20
berhubungan langsung dengan behavior.
Behavioral Beliefs
Attitude Toward the Behavior
Normative Beliefs
Subjective Norm
Control Beliefs
Perceived Behavioral Control
Intention
Behavior
Gambar 2.2 Theory of Planned Behavior Sumber: Ajzen (2006) Secara umum, semakin baik attitude dan subjective norm sehubungan dengan perilaku, dan semakin besar perceived behavioral control, seharusnya semakin besar niat (intention) seseorang untuk menampilkan sebuah perilaku. Selanjutnya intention dilihat sebagai sesuatu yang langsung mendahului sebuah perilaku. Maka semakin kuat niat seseorang untuk melakukan perilaku tertentu atau mencapai tujuan dari sebuah perilaku, semakin suskes orang tersebut (Beck dan Ajzen, 1991)
21
2.2 Pengembangan Hipotesis 2.2.1 Pengaruh sikap (attitude toward behavior) terhadap niat (intention)
Menurut Beck dan Ajzen (1991) sikap terhadap perilaku (attitude toward behavior) merupakan derajat dimana seseorang memiliki evaluasi atau penilaian positif atau negatif terhadap perilaku yang akan ditampilkan. Respon positif atau negatif itu adalah hasil proses evaluasi (outcome evaluation) terhadap keyakinan (behavioral belief strength) individu yang mendorong perilaku. Menurut aturan umum yang berlaku, semakin positif sikap seseorang terhadap sebuah perilaku maka semakin besar niat seseorang untuk melakukan perilaku tersebut (Beck dan Ajzen, 1991).
Penelitian Beck dan Azjen (1991) mengenai faktor yang memengaruhi kecurangan berupa cheating, shoplifting, dan lying menunjukkan adanya pengaruh signifikan antara attitude dan niat berperilaku. Penelitian Harding, et al (2007) menunjukkan bahwa attitude berpengaruh signifikan terhadap intention. Stone, et al (2010) juga menemukan hal yang sama yaitu attitude berpengaruh signifikan terhadap intention melakukan kecurangan akademik. Lin dan Chen (2011) yang menerapkan TPB untuk meneliti kecurangan di tempat kerja menemukan bahwa attitude berpengaruh signifikan terhadap niat sehingga responden yang memiliki sikap positif terhadap penggunaan sumber perusahaan untuk keperluan pribadi cenderung memiliki niat yang lebih kuat untuk melakukannya.
22
Cara seseorang melihat dan menanggapi sesuatu akan memengaruhi apa yang akan dilakukan selanjutnya. Jika seseorang merasa kecurangan akademik baik dan mendapat manfaat dengan perilaku tersebut, maka ia cenderung akan mengikuti, karena dianggap memberi dampak positif serta sebaliknya jika dianggap tidak baik dan merasa tidak mendapat manfaat, maka akan cenderung untuk tidak mengikutinya. Niat untuk melakukan kecurangan akademik timbul berdasarkan sikap tersebut, sebelum akhirnya melakukan kecurangan akademik. Sikap dosen yang merasa mendapat manfaat dari tehadap perilaku kecurangan akademik, akan menguatkan niat dosen untuk melakukan kecurangan aakademik. Penulis tertarik untuk menguji pengaruh sikap (attitude) terhadap niat berperilaku (intention). Maka hipotesis pertama dirumuskan sebagai berikut. H1: Sikap terhadap perilaku kecurangan akademik (attitude) berpengaruh terhadap niat (intention) dosen akuntansi di Bandar Lampung untuk melakukan kecurangan akademik
2.2.2 Pengaruh norma subjektif (subjective norm) terhadap niat (intention)
Norma subyektif adalah persepsi tekanan sosial untuk menampilkan atau tidak menampilkan perilaku tertentu. Norma subyektif merupakan fungsi dari harapan yang dipersepsikan (injunctive normative beliefs) individu dimana satu atau lebih orang di sekitarnya (misalnya, saudara, teman sejawat) menyetujui perilaku tertentu dan memotivasi individu (motivation to comply) tersebut untuk mematuhi mereka
23
(Ajzen, 1991). Secara umum dalam teori TPB, jika seseorang memiliki norma subjektif yang baik maka semakin besar niat orang tersebut untuk berperilaku (Beck dan Ajzen, 1991).
Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan signifikan antara subjective norm dan intention. Penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh; Harding, et al (2007), Stone, et al (2010), Handayani (2013). Kassem, et al (2000) yang meneliti tentang faktor-faktor yang memengaruhi kebiasaan minum softdrink pada remaja perempuan juga menunjukkan adanya hubungan signifikan antara subjective norm dengan niat (intention) untuk minum softdrink.
Dalam hidup bermasyarakat, kita tidak bisa lepas dari pendapat orang lain. Dukungan dari orang sekitar akan sangat memengaruhi keberadaan seseorang, terlebih di Indonesia dengan adat timur yang terkenal dengan sikap gotong royong dan kekeluargaan. Jika orang di sekitar, terlebih yang memiliki pengaruh besar atau kita hormati menganggap kecurangan akademik itu baik atau bahkan mendukung, maka seseorang cenderung ingin melakukannya karena merasa bahwa hal tersebut adalah wajar. Norma subjektif yang dirasakan dosen akan berpengaruh terhadap niat dosen untuk melakukan kecurangan akademik. Maka hipotesis kedua dirumuskan sebagai berikut. H2: Norma subjektif (subjective norm) berpengaruh terhadap niat (intention) dosen akuntansi di Bandar Lampung untuk melakukan kecurangan akademik.
24
2.2.3 Pengaruh kendali perilaku yang dirasakan (perceived behavioral control) terhadap niat (intention)
Ajzen (1991) mendefinisikan perceived behavioral control sebagai persepsi kemudahan atau kesulitan untuk melakukan perilaku. Kendali perilaku yang dirasakan (perceived behavioral control) dapat memengaruhi niat perilaku, baik secara langsung atau tidak langsung. Semakin besar kendali perilaku yang dirasakan semakin besar pula niat seseorang untuk melakukan perilaku yang sedang dipertimbangkan.
Penelitian Beck dan Ajzen (1991) menunjukkan hubungan yang signifikan antara perceived behavioral control dan intention untuk melakukan kecurangan akademik yang terdiri dari cheating, lying, dan shoplifting. Stone, et al (2010) juga menunjukkan hubungan yang signifikan antara perceived behavioral control dan intention untuk melakukan kecurangan akademik. Begitu juga dengan penelitian Handayani (2013) yang menggunakan modifikasi dari TPB untuk meneliti kecurangan akademik yang dilakukan di Universitas Brawijaya.
Seseorang yang mengetahui kemudahan dan kesulitan melakukan kecurangan akademik akan dapat menentukan cara yang tepat bagaimana menghadapi perilaku kecurangan akademik. Hal ini akan memberikan implikasi pada motivasi sehingga mempengaruhi niat seseorang untuk melakukan kecurangan akademik. Ketika dosen
25
memilki kendali terhadap perilaku kecurangan akademik, maka akan menimbulkan niat untuk untuk melakukan kecurangan akademik. Maka hipotesis ketiga dirumuskan sebagai berikut: H3: Kendali perilaku yang dirasakan (perceived behavioral control) berpengaruh terhadap niat (intention) dosen akuntansi di Bandar Lampung untuk melakukan kecurangan akademik.
2.3 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian sebelumnya yang sejenis dan terkait dengan referensi dalam penelitian dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. 1.
Penulis
Judul
Variabel
Hasil
Lisa Beck,
Predicting
- Intention
Icek Ajzen
Dishonest
- Attitudes
cheating, shoplifting, and
(1991)
Actions Using
- Subjective Norm
lying secara signifikan
the Theory of
- Perceived
dipengaruhi oleh attitudes,
Planned Behavior
Behavioral Control - Moral Obligation
- Intention terhadap
subjective norm, dan perceived of behavioral control.
26
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu (lanjutan) No.
Penulis
Judul
Variabel - Behavior
Hasil - Behavior secara signifikan
(Cheating,
dipengaruhi oleh intention
Shoplifting, and
dan perceived behavioral
Lying)
control. Moral obligation hanya berpengaruh terhadap lying.
2.
Mary Elsie
Attitudes,
- Attituds
Bursey
Subjective
- Subjective Norm
signifikan antara intention
(1996)
Norm,
- Perceived
utnuk berhenti merokok
Perceived
Behavioral Control
- Ada hubungan yang
dengan attitude dan
Behavioral
- Intention
perceived behavioral
Control, And
- Behavior
control.
Intention
- Tidak ada hubungan yang
Related to Adult
signifikan antara intention
Smoking
untuk berhenti merokok
Cessation After
dan subjective norm.
Coronary
- Intention untuk berhenti
Artery Bypass
merokok tidak
Graft Surgery
berhubungan dengan perilaku (behavior) berhenti merokok.
27
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu (lanjutan) No. 3.
Penulis
Judul
Variabel
Hasil
Moez
Intention Does
- Attitude
Limayem,
Not Always
- Perceived
Sabine
Matter: The
Gabriele
Contingent Role
- Habit
dan intention, tidak
Hirt, Wynne
of Habit on It
- Intention
signifikan.
W. Chin
Usage Behavior
- Facilitating
- Antara habit dan intention
Condition
menunjukkan hubungan
(2001)
Cosequences
- IT usage
- Semua faktor berhubungan signifikan kecuali hubungan antara attitude
negatif, berarti peningkatan habit menurunkan intention. - Intention tidak memengaruhi penggunaan IT, karena saat ini penggunaan IT merupakan hal yang otomatis.
4.
Aaron U.
Self Control,
- Self Control
Bolin (2004)
Perceived
- Perceied
Opportunity, and Attitudes as Predictors of
Opportunity - Attitudes towards
- Self Control yang rendah berpengaruh secara signifikan terhadap perceived opportunity dan
Academic
attitudes towards academic
Dishonesty
dishonesty.
28
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu (lanjutan) No.
Penulis
Judul Academic Dishonesty
Variabel - Academic Dishonesty
Hasil - Attitudes towards academic dishonesty berpengaruh secara signifikan terhadap academic dishonesty.
5.
Hsieh-Hua
Attitudes,
- Attitudes
Yang, Jui-
Subjective
- Subjectives Norm
Norm berpengaruh secara
Chen Yu,
Norms and
- Behavioral Control
signifikan terhadap niat
Hung-Jen
Intention
- Behavioral
menggunakan software
Yang, Hsin-
toward using
Yih Tsai
the Statistical
(2007)
Software
Intention
- Attitudes dan Subjective
statistik. - Perceived Behavior Control tidak berpengaruh secara signifikan terhadap niat menggunakan software statistik. - Antara experimental group dan control group ada perbedaan untuk attitudes dan subjective norm, yaitu pada experimental group memiliki attitudes lebih positif dan subjective norm
29
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu (lanjutan) No.
Penulis
Judul
Variabel
Hasil yang lebih tinggi.
6.
Trevor S.
The Theory of
- Cheating
Harding,
Planned
(homework
dan subjective norm
Matthew J.
Behavior as a
cheating and test
prediktor yang signifikan
Mayhew,
Model of
cheatinga)
bagi niat seseorang untuk
Cynthia J.
Academic
- Intention
Finelli,
Dishonesty in
- Attitude toward
Donald D.
Engineering
Carpenter
and Humanities
- Subjective norm
(2007)
Undergraduates
- Perceived
beahvior
behavioral control - Moral obligation
- Moral obligation, attitude,
mencontek - Perceived behavior control tidak berpengaruh secara signifikan terhadap niat - Perilaku di masa lalu merupakan prediktor yang signifikan bagi niat. - Siswa yang memiliki nilai moral reasoning yang tinggi akan merasakan kewajiban moral utuk menghindari mencontek, memiliki sikap positif yang lebih sedikit terhadap mencontek, dan lebih sensitif terhadap norma
30
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu (lanjutan) No.
Penulis
Judul
Variabel
Hasil subjektif melawan mencontek.
7.
Thomas H.
Predicting
- Attitude
Stone, I. M.
Academic
- Subjective Norm
dan perceived behavioral
Jawahar, dan
Misconduct
- Perceived
control berpengaruh secara
Jennifer L.
Intention and
Kisamore
Behavior Using
- Cheating Behavior
,(2010)
the Theory of
- Adjustment
Planned
- Prudence
Behavioral Control
- Attitudes, subjective norm,
signifikan terhadap intention. - Intention dan perceived behavioral control
Behavior and
berpengaruh secara
Personality
signifikan terhadap perilaku kecurangan akademik. - Dampak dari prudence terhadap niat mencontek dan perilaku mencontek dimediasi oleh komponen TPB dan dampak dari adjustment terhadap niat mencontek dan perilaku mencontek tidak dimediasi
31
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu (lanjutan) No.
Penulis
Judul
Variabel
Hasil oleh komponen TPB.
8.
Saeeda
Cheating
- Gender
Batool,
Behavior
- CGPA
tinggi berpotensi
- Parental
mencontek.
Anam Abbas, Among Zahra
Undergradute
Naeemi
Students
(2011)
- Involevement in Extra Activities - Lack of Preparation - Cheating
- Mahasiswa dengan IPK
- Menurut jenis kelamin, laki-laki cenderung lebih banyak mencontek daripada perempuan. - Tekanan dari orang tua tidak terbukti mendorong mahasiswa mencontek. - Kurangnya persiapan meningkatkan kemungkinan mahasiswa mencontek. - Keikutsertaan dalam kegiatan ekstra kulikuler meningkatkan potensi mahasiswa untuk mencontek karena tidak memiliki waktu yang
32
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu (lanjutan) No.
Penulis
Judul
Variabel
Hasil cukup untuk belajar .
9.
Chun-Hua
Application of
- Attitudes
Susan Lin,
Theory of
- Subjective Norm
dan Perceived Behavioral
Chua-Fei
Planned
- Perceived
Control berpengaruh secara
Chen (2011)
Behavior on the
Behavioral Control
- Attitudes, Subjective Norm,
signifikan terhadap niat
Study of
- Intention
untuk melakukan
Workplace
- Workplace
kecurangan di tempat kerja.
Dishonesty
dishonest behavior
- Intention berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku kecurangan di tempat kerja.
10.
Yanti Trie
Faktor Faktor
- Sikap
Handayani,
Yang
- Norma Subjektif
(2013)
Memengaruhi
- Kontrol Perilaku
Perilaku
yang dipersepsikan
Ketidakjujuran
- Kewajiban Moral
Akademik :
- Minat
Modifikasi
- Perilaku
Theory of
ketidakjujuran
Planned
akademik
Behavior (TPB)
- Sikap tidak berpengaruh tehadap niat berperilaku. - Norma subjektif berpengaruh terhadap niat berperilaku - Kontrol perilaku yang dirasakan berpengaruh terhadap niat berperilaku. - Kewajiban moral berpengaruh terhadap niat
33
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu (lanjutan) No.
Penulis
Judul
Variabel
Hasil berperilaku. Niat berperilaku berpengaruh terhadap perilaku ketidakjujuran akademik.
11.
Desi
Faktor Faktor
- Self Efficacy
Purnamasari
Yang
- Perkembangan
(2013)
Memengaruhi
Moral
Kecurangan
- Religi
Akademik Pada
- Kecurangan
Mahasiswa
Akademik
- Kecurangan akademik yang dilakukan mahasiswa Unnes angkatan 2010 cenderung tinggi. - Faktor efikasi diri paling dominan mempengaruhi kecurangan akademik yang dilakukan mahasiswa.
34
2.4 Model Penelitian
Model penelitiannya adalah sebagai berikut:
Behavioral Beliefs
Attitude
Terkait hasil dari melakukan kecurangan akademik
Terhadap perilaku kecurangan akademik
Normative Beliefs
Subjective Norm
Tentang pentingnya pihak lain yang signifikan dalam mendukung kecurangan akademik
Terkait tekanan sosial yang dirasakan untuk mendukung kecurangan akademik
Control Beliefs Terkait adanya tidaknya faktor yang mendukung perilaku kecurangan akademik
:indikator
H1
Intention H2
Dosen akuntansi di B.L. Untuk melakukan kecurangan akademik
Perceived Behavioral Control
H3
Terkait kemampuan untuk mengendalikan faktor yang mendukung kecurangan akademik
: variabel laten
: pengukur
:pengaruh
Gambar 2.3 Model Struktural Penelitian Berdasarkan TPB
35
Menurut Theory of Planned Behavior (Ajzen, 1991), niat dosen akuntansi di Bandar Lampung untuk melakukan kecurangan akademik dipengaruhi oleh sikap mereka, norma subjektif, dan kendali perilaku yang dirasakan terkait dukungan mereka terhadap kecurangan akademik. Sikap dipengaruhi oleh keyakinan dosen akuntansi tentang konsekuensi dari melakukan kecurangan akademik. Keyakinan normatif membentuk ukuran utama dari norma subjektif. Kendali perilaku yang dirasakan oleh para dosen dipengaruhi oleh control beliefs mereka tentang adanya faktor yang bisa menfasilitasi atau menghalangi kecurangan akademik.