II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan dua perlakuan dan masing-masing menggunakan delapan ulangan, yaitu : 1) Perlakuan A dengan warna wadah putih 2) Perlakuan B dengan warna wadah hitam Model Percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Yij = µ + σi + εij Keterangan : Yij
= Data hasil pengamatan pada perlakuan ke-I dan ulangan ke-j
µ
= Nilai tengah dari pengamatan
σi
= Pengaruh aditif dari perlakuan ke-i
εij
= Pengaruh galat hasil percobaan pada perlakuan ke-I dan ulangan ke-j
2.2 Prosedur Kerja 2.2.1 Persiapan Wadah Wadah yang digunakan berupa box fiber putih sebanyak 16 buah dengan kapasitas 80 liter. Sebanyak 8 buah wadah dicat dengan warna hitam dan 8 wadah tetap dengan warna dasar putih. Bagian atas box diberi tutup fiber untuk mengurangi intensitas cahaya yang masuk ke media pemeliharaan. Setiap box dilengkapi dengan sistem aerasi dan tempat persembunyian (shelter) berupa jaring. Wadah disimpan di dalam hatchery (in door).
2.2.2 Ukuran dan Padat Tebar Lobster yang digunakan adalah juvenil lobster pasir yang berasal dari Gerupuk (Lombok Tengah) dan Awang (Lombok Tengah). Juvenil lobster pasir ini merupakan hasil tangkapan di alam. Juvenil yang digunakan berbobot 0.36±0.06 g. Jumlah juvenil lobster pasir yang ditebar dalam setiap wadah adalah sebanyak 10 ekor.
5
2.2.3 Pengelolaan Pakan Pada umumnya kegiatan budidaya lobster menggunakan ikan rucah sebagai pakan. Namun dalam penelitian ini digunakan dua jenis pakan, yaitu basal moist pellet (pelet basah) dan ikan rucah. Jumlah pakan ditentukan berdasarkan feeding rate (FR). FR yang digunakan adalah sebesar 45% dari biomassa. Frekuensi pemberian pakan tiga kali sehari, yaitu pagi, siang, dan sore sebesar 33.3% dari jumlah total pakan dalam sehari. Pakan basal moist pellet diberikan pada saat pagi dan sore hari, sedangkan ikan rucah diberikan pada saat siang hari. Komposisi dari basal moist pellet dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Komposisi basal moist pellet dalam penelitian Komposisi
%
Krill meal
52.5
Ikan rucah
15.0
Daging kerang hijau
15.0
Cumi
5.0
Algamac-ARA
5.0
Mixed algae
5.0
Pearl E Binder
1.0
Astaxantin
0.5
Minyak ikan
1.0
2.2.4 Pengelolaan Kualitas Air Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah air laut yang langsung diambil dari perairan pantai Sekotong dengan cara dipompa. Air laut tanpa disaring dialirkan terus-menerus ke setiap wadah pemeliharaan dengan rerata pergantian air 1L/ 32 detik/ 80L atau 1.875 lpm/ m3. Untuk menjaga kualitas air, dilakukan penyifonan kotoran lobster dan sisa pakan setiap hari. 2.3 Parameter Penelitian Data yang dikumpulkan selama penelitian meliputi jumlah ikan, bobot tubuh, jumlah pakan, jumlah lobster molting, serta kualitas air. Penghitungan jumlah lobster dilakukan setiap hari dengan cara menghitung semua populasi lobster yang hidup pada setiap wadah pemeliharaan (sensus). Pengukuran bobot tubuh dilakukan pada hari ke-0, 16, 29, 41, 52 dan 66 dengan melakukan penimbangan terhadap semua lobster yang terdapat pada setiap wadah 6
pemeliharaan. Pengukuran jumlah pakan dilakukan setiap hari dengan menggunakan timbangan digital. Jumlah lobster molting diperoleh dari pengamatan berdasarkan cangkang yang terlepas dari tubuh dan diakumulasikan hingga pada akhir perlakuan. Pengukuran kualitas air dilakukan setiap hari meliputi suhu dan pH serta mingguan meliputi DO, salinitas, amonia (NH3), dan nitrit (NO2-). Selanjutnya data hasil pengukuran parameter tersebut digunakan untuk menentukan kelangsungan hidup, laju pertumbuhan spesifik, frekuensi molting, dan analisa kualitas air. 2.3.1 Kelangsungan Hidup Pengamatan tingkat kelangsungan hidup lobster dilakukan setiap hari dengan frekuensi satu kali sehari, dengan cara menghitung jumlah lobster yang masih hidup pada setiap wadah pemeliharaan. Perhitungan tingkat kelangsungan hidup dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut :
Dimana, SR
= Tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt
= Jumlah udang yang hidup pada akhir penelitian (ekor)
N₀
= Jumlah udang yang hidup pada awal penelitian (ekor)
2.3.2 Laju Pertumbuhan Spesifik Pengamatan laju pertumbuhan spesifik lobster dilakukan pada hari ke-16, 29, 41, 52 dan 66 dengan cara mengukur biomassa lobster. Perhitungan laju pertumbuhan spesifik lobster selama penelitian dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut :
Dimana, α
= Laju pertumbuhan spesifik (%)
t
= Lama pemeliharaan (hari)
Wt
= Rerata bobot akhir benih (gram)
W₀
= Rerata bobot awal benih (gram)
7
2.3.3
Frekuensi Molting Menurut Lee dan Wickins (2002) frekuensi molting merupakan jumlah
frekuensi munculnya lobster yang melakukan molting selama perlakuan. Frekuensi ini dilakukan dengan pengamatan cangkang bekas molting. Data diperoleh dari pengamatan berdasarkan cangkang yang terlepas dari tubuh lobster dan diakumulasikan hingga pada ahir perlakuan. 2.3.4 Kualitas Air Parameter fisika yang diukur selama penelitian meliputi suhu dan salinitas, sedangkan parameter kimia yang diukur meliputi pH, oksigen terlarut (DO), amonia (NH3), nitrit (NO2-). Parameter suhu, pH dan salinitas diukur secara in situ. Analisis oksigen terlarut (DO), amonia (NH3) dan nitrit (NO2-) dilakukan di Laboratorium Kesehatan dan Lingkungan, Balai Budidaya Laut Lombok, Nusa Tenggara Barat. Metode yang digunakan dalam pengukuran ini disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2. Metode pengukuran parameter fisika kimia air Parameter
Satuan
Metode
Suhu
ºC
Termometer
pH
Unit
pH meter digital
Salinitas
g/l
Refraktometer
Oksigen terlarut
mg/l
Titrimetri
Amonia
mg/l
Spektrofotometri
Nitrit
mg/l
Spektrofotometri
2.3.5
Analisis Data Data yang dikumpulkan selama penelitian meliputi jumlah lobster akhir,
bobot tubuh, frekuensi molting, dan kualitas air. Data hasil pengukuran parameter tersebut digunakan untuk menentukan tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan, pertumbuhan bobot, dan frekuensi molting. Parameter yang diuji secara statistik adalah bobot lobster sebelum dan setelah penelitian, laju pertumbuhan lobster, dan kelangsungan hidup (KH) lobster, sedangkan data kualitas air meliputi suhu, pH, DO, ammonia, nitrit, dan salinitas dianalisis secara
8
deskriptif. Data beberapa parameter yang telah diperoleh kemudian ditabulasi dan diolah menggunakan software Microsoft Excel 2007, data dianalisis menggunakan software SPSS versi 16 dan uji lanjut untuk beda nyata menggunakan uji T.
9