II. BAHAN DAN METODE 2.1Prosedur 2.1.1 Persiapan Wadah Wadah yang digunakan pada penelitian ini adalah kolam pemeliharaan induk berukuran 20x10x1,5 m. Kolam disurutkan, lalu dilakukan pemasangan patok-patok bambu sebagai tempat melekatkan jaring yang membagi kolam menjadi empat bagian sama besar untuk memisahkan ikan perlakuan dan ikan kontrol. Selanjutnya jaring dipasang sepanjang patok bambu menggunakan paku dan palu.Setelah itu kolam kembali diisi air hingga batas maksimal dan didiamkan 2 hari agar siap digunakan.
2.1.2 Persiapan dan Pemeliharaan Induk Induk yang digunakan dalam penelitian ini adalah induk betinayang sudah berumur4 tahun dan baru dipijahkan.Induk dijaring sebanyak 16 ekor (terdiri dari 12 ekor ikan perlakuan dan 4 ekor ikan kontrol) dan diperiksa kematangan gonadnya menggunakan kateter lalu dipilih induk yang tidak berisi telur. Kemudian induk ditimbang beratnya, diukur panjangnya, dan diberi tagging dengan cara menggores bagian atas kepala induk dengan benda tajam yaitu gunting membentuk simbol tertentu untuk membedakan induk yang satu dengan yang lainnya. Selanjutnya induk dipuasakan 3 hari lalu diberi pakan komersil tanpa vitamin mix selama3 hari.
2.1.3 Pencampuran dan Pemberian Pakan Setelah induk beradaptasi dengan kolam pemeliharaan, pakan yang diberikan dicampur vitamin mix dengan merek egg stimulant menggunakan dosis 300 mgvitamin mix untuk 1 kg pakan.Vitamin mix merupakan bahan premix yang mengandung antibiotik dan multivitamin (Lampiran 5) untuk mencapai produksi optimal pada peternakan ayam. Pencampuran pakan dilakukan dengan memasukkan 1 liter air hangat dan 3 gram vitamin mixke dalam sprayer, lalu sprayerdigoyang-goyangkan agar vitamin mix larut dalam air. Setelah itu larutan disemprotkan pada 10 kg pakan secara merata dan pakan diangin-anginkan
sampai kering lalu disimpan, siap untuk diberikan pada ikan. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari yaitu pada pukul 08.00 dan pukul 16.00 dengan FR 3%.
2.1.4 Penentuan Dosis dan Perlakuan Perlakuan dalam penelitian ini adalah perlakuan penyuntikan hormon PMSG dan HCG dalam berbagai dosis serta penambahan vitamin mix 300 mg/kg pada pakan, yaitu perlakuan 1 hormon PMSG dan HCG 5 IU dan 2,5 IU,perlakuan 2 hormon PMSG dan HCG 10 IU dan 5 IU, dan perlakuan 3hormon PMSG dan HCG 20 IU dan 10 IUper kilogram berat induk. Selain itu terdapat kontrol, yaitu induk yang tidak diberi perlakuan baik penyuntikan hormon maupun penambahan vitamin mix pada pakan. Hormon yang digunakan diproduksi oleh perusahaan Intervet dengan merek dagang PG-600 yang mengandung 400 IU PMSG dan 200 IU HCG per ampul, terdiri dari 1 botol berisi bubuk kristal kering berwarna putih yang dibekukan dan 1 botol berisi 5 mℓ cairan pelarut (solvent). Perlakuan penyuntikan dilakukan seminggu sekali sebanyak 4 kali. Data berat induk pada saat persiapan induk dijadikan acuan untuk menentukan jumlah hormon PMSG dan HCG yang digunakan pada penyuntikan pertama, sedangkan untuk penyuntikan-penyuntikan selanjutnya berpatokan pada berat induk pada samplingmingguan sehingga jumlah yang disuntikkan berbeda pada tiap penyuntikan. Hormon PMSG dan HCG digunakan dengan cara memasukkan solvent ke dalam botol berisi bubuk kristal dengan menggunakan syringe. Setelah itu hormon diencerkan
dengan
perbandingan
1
IU
PMSG
untuk
0,1
mℓ
akuabides.Penghitungan dosis dan persiapan syringe dilakukan satu hari sebelum penyuntikan agar proses penyuntikan dapat berjalan lebih efektif. Sebelum disuntik induk dipuasakan selama 1 hari. Penyuntikan dilakukan pada pagi hari pukul 08.00 WIB diawali dengan penyurutan air kolam, penangkapan induk menggunakan jaring dan penempatan induk ke dalam hapa.Indukkemudian diangkat dari hapa dengan mata tertutup kain basah agar tidak berontak, lalu dilakukan penimbangan bobot, pengukuran panjang,
pemeriksaantagginguntuk
menentukan
tingkat
kebuntingan,dan
pemeriksaan kematangan gonad dengan kateter.Setelah itu induk disuntik di
4
pangkal sirip dorsal pada bagian kanan dan dilepaskan kembali ke kolam pemeliharaan.Data sampling selama 21 hari kemudian dihitung (Lampiran 1) untuk mendapatkan nilai parameter rematurasi induk seperti bobot rata-rata induk, Growth Rate (GR), dan Specific Growth Rate (SGR). Setelah penyuntikan keempat induk dibiarkan hingga minggu ke-6 untuk dievaluasi tingkat kematangan gonadnya.Induk yang sudah matang gonad dipisahkan ke kolam pemijahan. Telur diambil dengan kateter dan diletakkan dalam wadah berisi larutan serra, yaitu larutan etanol, formalin, dan asam asetat dengan perbandingan 6:3:1. Untuk mengamati diameter telur, telur diamati di bawah mikroskop lalu didokumentasikan dengan kamera. Induk
yang
dipisahkan
disuntikdenganchorulon(perusahaan
Intervet,
memiliki kandungan 1500 IU per ampul bervolume 5 mℓ),yang berfungsi untuk membantu penyeragaman kematangan telur.Induk betina diangkat dari kolam, dikanulasi untuk diamati telurnya, lalu dilakukan penyuntikan menggunakan dosis 150 IU/kg induk.Selanjutnya dipilih induk jantan yang matang gonad lalu dimasukkan ke dalam kolam pemijahan induk. Setelah 24 jam induk betina dikanulasi kembali dan dilakukan penyuntikan pada ikan jantan dan betina dengan ovaprim dosis 0,5 mℓ/kg induk. Dua belas jam setelah penyuntikan kedua dilakukan strippinginduk. Telur dan sperma dimasukkan dalam mangkuk, diberi larutan fisiologis NaCl 0,9%, dan dicampur dengan bulu ayam agar telur dan sperma merata. Setelah itu telur diambil dengan sendok makan dan ditebar ke dalam akuarium. Selanjutnya akuarium diberi methylene blue dan elbaju, kemudian diamati Fertilization rate (FR) pada larva. Larva menetas 18-24 jam setelah ditebar lalu dilakukan penghitungan Hatching Rate (HR), dan setelah 4 hari pemeliharaansurvival rate (SR) larva diamati.
2.2Parameter yang Diamati 2.2.1 Specific Growth Rate (SGR) Specific growth rate (SGR) adalah nilai yang menunjukkan pertumbuhan ikan spesifik per hari dengan rumus berikut (Huisman, 1987) :
5
Keterangan : SGR
= Specific Growth Rate (%/hari)
t
= waktu (21 hari)
wt
= bobot induk pada hari ke-t (kg)
w0
= bobot induk awal (kg)
2.2.2 Growth Rate (GR) Growth rate (GR) adalah nilai yang menunjukkan pertumbuhan ikan pada suatu waktu tertentu dengan membandingkan bobot ikan awal dan bobot akhir dengan rumus berikut :
Keterangan : GR
= Growth Rate (gr/hari)
t
= waktu (21 hari)
wt
= bobot induk pada hari ke-t (gr)
w0
= bobot induk awal (gr)
2.2.3 Tingkat Kebuntingan Kebuntingan diamati pada morfologi bagian perut induk yang membuncit dan berisi telur yang diketahui dengan kanulasi menggunakan kateter.Induk yang bunting adalah induk yang memiliki telur saat dilakukan kanulasi.Cara untuk menghitung persentase tingkat kebuntingan adalah dengan membandingkan jumlah ikan yang bunting dengan jumlah ikan sampel.
2.2.4Fekunditas Fekunditas adalah jumlah telur per satuan berat atau panjang yang juga menunjukkan kualitas dari induk betina. Fekunditas berhubungan erat dengan lingkungan, ketersediaan makanan, kecepatan pertumbuhan dan tingkah laku pemijahan.
6
2.2.5 Diameter Telur Diameter telur adalah panjang garis tengah telur sebelum dibuahi untuk menilai kematangan telur yang diukur pada mikroskop, kemudian dikonversi dengan faktor konversi dari pembesaran yang digunakan.
2.2.6Fertilization Rate (FR) Fertilization rate (FR) adalah persentase jumlah telur yang dibuahi oleh sperma dibandingkan dengan jumlah telur keseluruhan.
2.2.7Hatching Rate (HR) Hatching rate(HR) adalah persentase jumlah telur yang menetas menjadi larva dibandingkan dengan jumlah telur yang dibuahi.
2.2.8Survival Rate (SR) Survival rate(SR) adalah persentase ikan yang bertahan hidup selama selang waktu pemeliharaan (Effendie, 1979).
Keterangan : SR
= Tingkat Kelangsungan Hidup (%)
Nt
= Jumlah larva ikan akhir
No
= Jumlah larva ikan awal
2.3Analisis Data Penelitian ini adalah penelitian subset dari sebuah penelitian faktorial dengan peubah dosis. Tim yang mengerjakan subset ini adalah Citra Fibriana, Uthami Nagin Lestari, dan Citra Fibriana (Tabel 1).
7
Tabel 1. Faktorial Percobaan PMSG dan HCG Vitamin Mix 100 mg/kg pakan (Citra Fibriana)
5 IU/kg dan
10 IU/kg dan
20 IU/kg dan
2,5 IU/kg
5 IU/kg
10 IU/kg
200 mg/kg pakan (Uthami Nagin Lestari) 300 mg/kg pakan (Syifania Hanifah Samara)
Data yang diamati disajikan dalam bentuk tabel dan grafik serta diolah menggunakan analisis ragam (ANOVA) dan jika terdapat perbedaan signifikan dilakukan uji lanjut Tukeydengan hipotesis : H0=
Dosis PMSGdan HCG tidak berpengaruh terhadap rematurasi induk patin siam.
H1=
Dosis PMSGdan HCG berpengaruh terhadap rematurasi induk patinsiam.
8