IDENTIFIKASI JARINGAN KOMUNIKASI INFORMAL DALAM MASALAH KEDISIPLINAN KERJA DI BIRO UMUM dan HUMAS BADAN PENGKAJIAN dan PENERAPAN TEKNOLOGI (BPPT)
SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Ilmu Komunikasi Bidang Studi Humas
Disusun Oleh : Nama
: Nurul Wahyuni
Nim
: 04203001
Bidang Study : Public Relations
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA
2008 1
2
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA
LEMBAR PERNYATAAN SKRIPSI ASLI
Nama
: Nurul wahyuni
NIM
: 04203001
Fakultas
: Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana
Jurusan
: Public Relation
Judul Skripsi
: Identifikasi Jaringan Komunikasi Informal Dalam Masalah Kedisiplinan Kerja Di Biro Umum Dan Humas Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Menyatakan bahwa skripsi yang telah disusun adalah asli dibuat oleh penulis tersebut di atas. Demikianlah surat pernyataan ini dibuat secara sadar dan sebenarbenarnya.
Jakarta, Februari 2008 Hormat Saya,
Materai Rp. 6000
(………………………) Mahasiswa
3
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI JURUSAN PUBLIC RELATIONS
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG
Nama
: Nurul Wahyuni
Nim
: 04203001
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Jurusan
: Public Relations
Judul Skripsi : “ Identifikasi Jaringan Komunikasi Informal Dalam Masalah Kedisiplinan Kerja di Biro Umum dan Humas BPPT( periode Agustus _ November 2007 ) ”
Disetujui / Diperiksa
Pembimbing I
Pembimbing II
Nurprapti W. Widyastuti, S.Sos, M. Si Endri Listiani, S.Ip, M. Si
4
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI JURUSAN PUBLIC RELATIONS
TANDA LULUS SIDANG SKRIPSI
Nama
: NURUL WAHYUNI
Nim
: 04203001
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Jurusan
: Public Relations
Judul Skripsi : “ Identifikasi Jaringan Komunikasi Informal Dalam Masalah Kedisiplinan Kerja di Biro Umum dan Humas BPPT ( periode Agustus _ November 2007 ) ”
Jakarta, Februari 2008 1. Ketua Sidang Irmulan Sati Tomoharjo, SH, M.Si
(..........................................)
2. Penguji Ahli Agustina Zubair, M.Si
(..........................................)
3. Pembimbing I Nurprapsti W. Widyastuti, S. Sos, M. Si
(..........................................)
4. Pembimbing II Endri Listiani, S. Ip, M. Si
(..........................................)
5
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI JURUSAN PUBLIC RELATIONS
LEMBAR PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI
Nama
: NURUL WAHYUNI
Nim
: 04203001
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Jurusan
: Public Relations
Judul Skripsi : “ Identifikasi Jaringan Komunikasi Informal Dalam Masalah Kedisiplinan Kerja di Biro Umum dan Humas BPPT ( periode Agustus _ November 2007 ) ”
Mengetahui
Pembimbing I
Nurprapti W. Widyastuti, S. Sos, M. Si
Pembimbing II
Endri Listiani, S. Ip, M. Si
KaJur Public Relation Dekan Fikom
Irmulan Sati T. SH, M. Si Diah Wardhani M, Si
6
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI BIDANG STUDI HUBUNGAN MASYARAKAT ABSTRAKSI
Nama Nim Judul
: Nurul Wahyuni : 04203001 : Identifikasi Jaringan Komunikasi Informal Dalam Masalah Kedisiplinan Kerja Di Biro Umum Dan Humas BPPT Periode AgustusNovember 2007 Bibliografi : 5 Bab; 107 halaman; 18 tabel; 10 lampiran Daftar Pustaka (1976 – 2007) Jaringan komunikasi informal terbentuk di luar struktur formal tanpa adanya aturan resmi di dalamnya dan tidak tergantungnya pada otoritas dan fungsifungsi pekerjaan. Kedisiplinan merupakan salah satu faktor tercapainya keberhasilan perusahaan, apabila kedisiplinan menjadi masalah dalam perusahaan, maka tujuan perusahaan akan terhambat, untuk itu masalah tersebut harus diperhatikan demi tercapainya tujuan perusahaan. Dengan Jaringan komunikasi informal akan lebih membantu meningkatkan kedisiplinan kerja yang ada, mereka akan mempercepat penyebaran informasi mengenai program kerja BPPT tentang kedisiplinan kerja. Melalui jaringan komunikasi informal ini interaksi antar karyawan akan terjadi yang akhirnya akan tercipta rasa solidaritas. Adapun rumusan masalah yang diangkat adalah bagaimana mengidentifikasi peranperan jaringan komunikasi informal serta model jaringan komunikasi di Biro Umum dan Humas BPPT dalam masalah kedisiplinan kerja, oleh karena itu Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengidentifikasi adanya jaringan komunikasi informal dalam kedisiplinan kerja di Biro Umum dan Humas BPPT. Penelitian ini berdasarkan pada konsepkonsep yang berkaitan dengan jaringan komunikasi informal, yaitu kegunaan dan fungsi jaringan komunikasi informal, sifat jaringan komunikasi informal, karakteristik jaringan komunikasi informal, peranperan jaringan komunikasi informal serta modelmodel yang terbentuk pada klik tersebut Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, dan menggunakan metode jaringan komunikasi. Sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan Total Sampling dengan cara Snow Ball Sampling. Di mana sampel diambil dari keseluruhan populasi yang ada sebanyak 26 orang, dan dari sampel tersebut akan mendapatkan informasi melalui pertanyaanpertanyaan sosiometris. Hasil penelitian ini menemukan adanya peranperan responden dalam jaringan komunikasi yang terdiri dari Opinion Leader, Liaison, Isolate, Cosmopolite, Gate Kepeer, dan star. Pada jaringan ini juga terdapat empat klik, dan terbentuk model All Channel, dan 3 model Wheel.
7
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT karena dengan rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Identifikasi jaringan Komunikasi Informal Dalam Masalah Kedisiplinan Kerja di Biro Umum dan Humas Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)”. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar sarjana strata satu (S1) pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana. Penulis sepenuhnya menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan baik yang bersifat teknis maupun materi. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Kritik dan saran yang diberikan akan penulis jadikan bahan penyempurnaan skripsi ini. Perjalanan penulisan skripsi ini banyak menemui hambatan dan rintangan yang dihadapi penulis, tetapi berkat bantuan yang diberikan semua pihak, terutama dosen pembimbing, semua permasalahan dan kendala dapat teratasi. Oleh karena itu, penulis dengan tulus mengucapkan terima kasih atas bantuannya baik secara langsung maupun tidak langsung, kepada: 1. Kedua orangtuaku tercinta Bapak Ucu Kusnadi dan Ibu Romlah yang telah meluangkan separuh hidupnya untuk kebahagiaanku, dan atas kasih sayang serta dukungannya, baik moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat selesai.
8
2. Kakakku Rommy Wahyudi dan Adikku Rangga Sukma Dilaga yang telah membantu dan mensupport penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. 3. Ibu Diah Wardhani M, Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Mercu Buana. 4. Ibu Irmulan Sati Tomoharjo, SH. M.Si, selaku Ketua Bidang Studi Public Relations , Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Mercu Buana. 5. Ibu Nurprapti W Widyastuti , S. Sos, M. Si selaku dosen pembimbing I atas bimbingan, saran, dorongan, nasehat, serta bukubuku yang dipinjamkan kepada penulis. 6. Ibu Endri Listiani, S. IP, M. Si, selaku dosen pembimbing II atas bimbingan, saran, waktu dan bantuannya sehingga skripsi ini dapat selesai pada waktunya. 7. Bapak Sudaryanto S. Sos, selaku Kepala Sub Bagian Hubungan Media Massa BPPT yang telah membantu memberikan informasi yang dibutuhkan. 8. Ibu Lucyana Habibie, MM, selaku Kepala Bagian Biro Umum dan Humas BPPT yang telah memberikan waktu dan informasi yang dibutuhkan. 9. Kepada seluruh Dosen dan Staff FIKOM UMB yang telah banyak membimbing dan membantu penulis selama kuliah. 10. Kepada Staff Biro Umum dan Humas BPPT atas waktu dan kesempatannya untuk membantu penulis memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan.
9
11. Kepada sahabatku, neno, asri, lia, ugie, afif, yuni, yuli, akbar, nisan fauziah, ricky, rizal , atas dukungan, bantuan dan persahabatan yang telah kita jalani selama ini. 12. Kepada teman baruku Ayi yang telah banyak membantu dan memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. 13. Temanteman Humas A 2003 yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan inspirasi, bantuan dan informasinya dalam penyelesaian skripsi ini. 14. Anakanak Jurnal 2002, atus, yanti, jessica, zane, rika, alung, willy, agung, roy, temmy, vera, achong, atas inspirasi dan pertemannannya. 15. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini dan karena keterbatasan penulis tidak dapat menyebutkan satupersatu. 16. Terakhir untuk Mas Ditra Nugraha Pratama, yang selalu memberikan perhatian dan kasih sayangnya kepada penulis. Akhir kata, penulis meminta maaf yang sebesarbesarnya atas kekurangan yang terdapat dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua orang yang membutuhkannya.
Tangerang, Februari 2008
Penulis
10
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI.......................................................................................... i KATA PENGANTAR........................................................................... iii DAFTAR ISI.......................................................................................... vi DAFTAR TABEL................................................................................. viii DAFTAR LAMPIRAN........................................................................ xi
BAB I
PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian......................................... 1
BAB 11
BAB III
1.1
Perumusan Masalah..................................................
7
1.2
Tujuan Penelitian....................................................... 8
1.3
Signifikansi Penelitian............................................. 8
1.4
Signifikansi Teoritis.............................................
8
1.5
Signifikansi Praktis.........................................
8
KERANGKA PEMIKIRAN 1.1
Komunikasi Organisasi.............................................
9
1.2
Fungsi dan Tujuan Komunikasi dalam Organisasi... 11
1.3
Arus Komunikasi dalam Organisasi......................... 13
1.4
Jaringan Komunikasi Informal................................. 14
1.5
Definisi dan Operasionalisasi Konsep..................... 23 1.5.1
Definisi Konsep...................................... 23
1.5.2
Operasionalisasi Konsep........................ 24
METODOLOGI PENELITIAN 3.1
Tipe Penelitian..................................................... 26
3.2
Metode Penelitian............................................... 26
3.3
Populasi dan Sampel........................................... 27
11
3.4
Teknik Penarikan Sampel.................................... 27
3.5
Perioderisasi Riset............................................... 28
3.6
Teknik Pengumpulan Data.................................. 28
3.7
BAB IV
Melalui Data Primer........................... 28
3.6.2
Melalui Data Sekunder....................... 29
Teknik Analisa Data............................................ 29
HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA 4.1
BAB V
3.6.1
Gambaran Umum Perusahaan................................
31
4.1.1
Sejarah BPPT........................................
31
4.1.2
Visi dan Misi BPPT............................... 47
4.1.3
Gambaran Umum Humas BPPT............ 48
4.2
Hasil Penelitian....................................................... 53
4.3
Analisa Data............................................................ 78
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1
Kesimpulan.............................................................
5.2
Saran....................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA
79
12
TABEL
Tabel
4.2.1.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.......................
Tabel
4.2.1.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia....................................
Tabel
4.2.1.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan..................
Tabel
4.2.1.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja............................
Tabel
4.2.2.2
Intensitas Dalam Membicarakan Peraturan Kedisiplinan Kerja..............
Tabel
4.2.2.2
Alasan Memilih Orang Yang Sering Diajak Bicara............................
Tabel
4.2.2.3
Frekuensi Melakukan Komunikasi Informal.......................................
Tabel
4.2.2.4
Tentang Masalah Yang Biasa Dibicarakan.........................................
Tabel
4.2.2.5
Rasa Puas Terhadap Kedisiplinan Kerja Yang Berlaku..........................
Tabel Induk Tabel Jabatan Responden
13
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Komunikasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia
seharihari. Ibarat serangkaian vitalitas kehidupan, komunikasi sama pentingnya dengan fungsi pernafasan dalam tubuh manusia sejak lahir. Manusia bukan saja membutuhkan pertukaran udara dari kelangsungan hidupnya, tetapi juga melakukan pertukaran pesanpesan dengan lingkungannya, terutama dengan lingkungan terdekat yang berlangsung secara terus menerus. Komunikasi dilakukan tidak hanya untuk memperoleh informasi, tetapi juga mengetahui diri orang lain, mengenali dunia luar, belajar, menghindari diri agar tidak terisolasi, serta untuk memperoleh hiburan. Semua aktivitas manusia tersebut jelas dilakukan dengan cara berkomunikasi antar satu dengan lainnya. Ini juga disebut interaksi, hubungan manusia dengan lingkungan sekitarnya untuk memenuhi segala kebutuhannya. Kondisi semakin nyata dalam konteks human communication bahwa komunikasi tidak lepas dari kehidupan manusia, baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial. Sementara itu Sasa djuarsa Sendjaya memandang “Komunikasi sebagai suatu proses pembentukan, penyampaian, dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam seseorang dan atau di antara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu”. 1
1
Sasa Djuarsa Sendjaya, Materi Pokok Teori Komunikasi, Universitas Terbuka, Jakarta, 2001, hal: 1.21
14
Komunikasi juga sangat penting bagi kemajuan dari organisasi, karena komunikasi mempunyai fungsi yang bersifat, persuasif, edukatif, dan informatif. Komunikasi yang terjadi di dalam organisasi dikarenakan adanya proses interaksi di antara mereka, di mana mereka saling bertukar ilmu pengetahuan, pengalaman, pendidikan, persuasi, dan informasi baik yang bersifat formal maupun informal. 2 Di dalam suatu organisasi tidak hanya diperlukan komunikasi yang terjadi secara formal tapi dibutuhkan komunikasi yang bersifat informal, karena dari komunikasi informal ini dapat menimbulkan kepuasan bekerja bagi para karyawan, dari komunikasi informal yang terjadi secara pribadi tersebut akan dapat meningkatkan hubungan yang baik di dalam organisasi dan menciptakan situasi yang sinergis serta kondusif di organisasi atau perusahaan. Menurut James D. Moodley dalam bukunya The Principles Of Organization: “Organization is the form of every human association for the attainment of accommon purpose (organisasi adalah bentuk dari tiap kumpulan manusia untuk memperoleh tujuan bersama). 3 Komunikasi informal dapat menyebabkan informasi pribadi muncul dari intraksi di antara orangorang dan mengalir keseluruh organisasi tanpa diperkirakan. Komunikasi informal cenderung berisi laporan rahasia mengenai orang dan kejadiankejadian yang tidak mengalir secara resmi. Aktivitas grapevine dalam organisasi bukanlah tandatanda ketidaksehatan organisasi, tetapi merupakan gejala yang normal. 4 2
Rosady Ruslan, Manajemen PR&Media Komunikasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hal:80 3 Oemi Abdulrahman, Dasar‐Dasar PR, Bandung, PT. Citra Aditya bakti, 2001, hal:89 4 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Penerbit Bumi Aksara, Bandung, 2000, h: 125
15
Dalam semua organisasi, baik organisasi pemerintah maupun organisasi swasta, berbentuk lembaga atau perusahaan yang bergerak di bidang produk maupun jasa, umumnya memiliki tujuan tertentu. 5 Untuk mencapai tujuan bersama itu di dalam organisasi diperlukan komunikasi yang baik antara karyawan dan atasannya, karena tanpa adanya komunikasi yang baik maka tidak akan tercapai tujuan dari perusahaan atau organisasi tersebut. Komunikasi yang efektif sangat menentukan kelangsungan hidup dan kesehatan setiap organisasi. Di dalam organisasi karena adanya struktur wewenang yang berlaku terkadang para anggota lebih senang menggunakan cara komunikasi informal di mana komunikasi yang dilakukan tidak melihat wewenang ataupun jabatan seseorang, selain itu komunikasi secara informal biasanya dapat dilakukan dalam situasi dan kondisi apapun tanpa harus melalui sebuah rapat ataupun pertemuan yang formil. 6 Dalam sebuah organisasi atau perusahaan yang memiliki manajemen, pasti ada saja masalah yang timbul baik masalah besar maupun masalah kecil baik masalah yang diangkat ke forum, maupun yang tidak diangkat ke forum. Misalnya masalah yang timbul yang tidak diangkat ke forum adalah ketidaksukaan salah satu staf manajemen terhadap cara kerja atasanya yang dianggap terlalu pribadi (misalnya ketidaksukaan terhadap pribadi atasan atau sesama rekan kerja), masalah ini tidak akan di bawa ke forum karena tidak ada alasan yang kuat bagi
5 6
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT. Grasindo, Jakarta, 2004, hal: 52‐53 Steward L. Lubbs, Human Communication, Bandung, Remadja Rosdakarya, 2001, hal:189
16
seseorang untuk tidak suka dengan cara kerja orang lain atau dengan keperibadian orang, masalah ini bisa menjadi topik komunikasi informal (grapevine). 7 Komunikasi informal terjadi di antara orangorang dalam suatu organisasi yang hubungannya satu sama lain tidak bergantung kepada otoritas dan fungsi fungsi pekerjaan mereka. Komunikasi informal terjadi sebagai akibat keinginan keinginan mereka untuk mensosialisasikan dan untuk menceritakan informasi yang mereka anggap temanteman mungkin tidak memilikinya. Komunikasi informal dapat menyebabkan informasi pribadi muncul dari interaksi di antara orangorang dan mengalir keseluruh organisasi tanpa diperkirakan. Komunikasi informal cenderung berisi laporan rahasia mengenai orangorang atau kejadiankejadian yang tidak mengalir secara resmi. Komunikasi informal atau personal ini muncul dari interaksi di antara orangorang, informasi ini tampaknya mengalir dengan arah yang tidak dapat didugaduga, dan jaringannya digolongkan sebagai grapevine. 8 Jaringan sendiri merupakan pola komunikasi dalam suatu organisasi dan jaringanjaringan tersebut merupakan saluran tempat pesanpesan berlalu dari satu pihak satu ke pihak yang lain dengan perannya masingmasing. Dalam jaringan komunikasi informal dikenal juga peranperan yang terdapat dalam pola penyebaran pesannya. Adanya peranperan khusus seperti Opinion Leader, Bridge, Liaison, Isolate, gate Kepeer, Cosmopolite dan lainnya akan sangat membantu dalam penyebaran pesan yang cepat dan efektif di dalam organisasi. 9
7
Pace Wayne and Faules, Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kerja, Bandung, Rosdakarya, 1992, hal:55 8 James A.F Stoner, Manajemen Jilid I, Jakarta, PT. Indeks Gramedia Grup, 2003, hal:2.20 9 Bambang Setiawan dan Ahmad Muntaha, Metode Penelitian Komunikasi II, Jakarta, Terbitan Universitas Terbuka, 2000, hal:1.0
17
Jaringan komunikasi informal dalam organisasi yang terjadi antara sesama karyawan, ini juga umumnya terbentuk karena faktor tertentu, misalnya berbagai kesamaan atribut sosial dan ekonomi, kesamaan prinsip kerja dan kesamaan kepentingan lainnya. 10 Hal ini juga sejalan dengan prinsip homofili yang menjadi salah satu faktor pendukung berkembangnya suatu hubungan yang efektif. Jaringan komunikasi informal terbentuk melalui desasdesus dan kabar selentingan, karena adanya hubungan antara personal dan interaksi komunikasi antar personal di dalam sistem suatu organisasi, di mana dalam prosesnya terjadi pertukaran pesan yang akan membuat mereka saling berinteraksi antara satu sama lain. Frekuensi berinteraksi yang cukup tinggi akan menciptakan klikklik pertemanan di antara mereka yang saling bertukar pesan tersebut. Hubungan yang dekat dan informal, di mana aspek human relation lebih menonjol, membuat mereka saling terbuka mengenai berbagai macam masalah yang mereka hadapi dan apa yang sedang terjadi di dalam organisasi. Jaringan komunikasi informal juga terbentuk secara alamiah diantara rekan kerja dan tidak memiliki formalitas dan aturan baku. Jaringan ini tercipta oleh individu tanpa pengaruh struktur formal. Pimpinan tidak dapat mengarahkannya seperti pada jaringan formal. Namun dengan begitu jaringan ini dapat membantu pimpinan dalam kehidupan organisasi tanpa dibatasi dengan adanya jabatan atau kedudukan. 11 Dengan memahami dan memberikan perhatian tentang isu yang tengah berkembang di dalam jaringan komunikasi informal ini pimpinan dapat segera mengetahui tentang masalah apa yang tengah terjadi dikalangan bawahannya.
10
Fisher Dalmar, Communication in Organizational 2nd ED, Bombay, Jaico Publish, 1994 hal: 92 Dalam, Arni Muhammad, Opcit, hal:107
11
18
Jaringan komunikasi informal tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat digunakan untuk pelengkap jaringan komunikasi informal. Peran salah satu komunikasi ini dapat diminimalkan dengan merancang saluran komunikasi formal yang baik dan menyebarkan informasi dengan cepat dan tepat. Melalui jaringan komunikasi informal akan terdapat pesan dan informasi yang disampaikan secara informal, baik bersifat intern yang berhubungan dengan masalahmaslah pekerjaan dan organisasi, misalnya tentang masalah kedisplinan dalam bekerja. Di mana kedisiplinan kerja tersebut merupakan aturanaturan kerja yang berlaku pada suatu organisasi yang meliputi tentang berbagai aturan atau norma yang berlaku di dalam organisasi sehingga organisasi dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Salah satu organisasi yang akan menjadi objek penelitian penulis adalah Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang akan mengarah pada Biro Umum dan Humas. Berkaitan dengan hal di atas, maka penulis tertarik memilih BPPT sebagai tempat penelitian, karena sebagai salah satu lembaga milik pemerintah BPPT telah banyak memberikan saran dan kontribusinya kepada pemerintah demi kepentingan masyarakat dalam menangani setiap permasalahan yang berkaitan dengan teknologi. Dalam menjalani tugasnya BPPT sering menghadapi masalah, masalah yang biasa dihadapi oleh organisasi yang berkaitan dengan kinerja karyawan adalah masalah kedisiplinan kerja, masalah itu timbul karena adanya jumlah karyawan yang cukup banyak yaitu 26 orang, serta kurangnya perhatian dan ketegasan dari pimpinan terhadap masalah tersebut. Masalah tersebut apabila dibiarkan akan menghambat tujuan dan keberhasilan perusahaan. Masalah kedisiplinan kerja juga banyak dijadikan topik pembicaraan oleh grapevine (jaringan komunikasi informal), di mana terkadang ada karyawan yang tidak taat
19
pada peraturan tapi tidak mendapat teguran dari atasan, sehingga akan menimbulkan kecemburuan di antara karyawan. Indonesia memiliki sebuah Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang mengkaji tentang ilmu pengetahuan dan teknologi yaitu, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Sebagai LPND, BPPT berada di bawah naungan Presiden dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Kehadiran BPPT diharapkan mampu mengkaji permasalahanpermasalahan teknologi secara mendalam dan menyeluruh, agar kehadiran dan penerapannya benarbenar mendatangkan manfaat yang sebesarbesarnya bagi kepentingan bangsa, khususnya dalam rangka mengembangkan industri dan produksi nasional yang dapat memperkuat ketahanan nasional. Oleh karena itu, BPPT saat ini sedang menjalankan program kerja yaitu “ penyempurnaan organisasi dan tata kerja BPPT, dalam rangka penajaman tugas kedisiplinan kerja dan fungsi BPPT ” untuk lebih mengoptimalkan kembali kinerja karyawan demi tercapainya tujuan perusahaan. Sebagai penjembatan antara perusahaan dengan khalayaknya, khususnya karyawan BPPT, Humas diharapkan dapat membantu untuk menginformasikan program tersebut agar para karyawan lebih meningkatkan kedisiplinannya demi tercapainya tujuan perusahaan. Dalam melaksanakan tugasnya bagian Humas BPPT membawahi tiga sub bagian, yang terdiri dari: a) Sub Bagian Publikasi dan Dokumentasi mempunyai tugas melakukan penyusunan, perumusan dan pengolahan informasi, publikasi dan dokumentasi: b) Sub Bagian Pers dan Media Massa mempunyai tugas melakukan urusan penerangan dan konferensi pers melalui media cetak dan elektronik: c) Sub Bagian Protokol mempunyai tugas melakukan urusan protokol
20
dan persiapan ruang dan fasilitas pendukungnya dalam rangka keprotokolan. Di mana Visi dan Misi BPPT adalah menjadikan pusat unggulan teknologi dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang berbudaya IPTEK. 12 Pentingnya Humas dalam memahami jaringan komunikasi informal dalam penelitian ini adalah, karena selain sebagai ujung tombak dan penjembatan dalam memasyarakatkan hasilhasil IPTEK BPPT melalui informasi publikasi dan dokumentasi, Humas juga dituntut mempunyai kemampuan dalam membatasi masalah, agar masalah tersebut tidak sampai keluar dari internal perusahaan apalagi tercium dan dibesarbesarkan oleh wartawan. Perusahaan diibaratkan sebuah lingkaran. Humas dalam perusahaan dituntut berperan sebagai penjaga lingkaran agar masalahmasalah (khususnya yang negatif) tetap di dalam lingkaran dan diselesaikan di dalam lingkaran jangan sampai keluar. Agar bisa menjalankan peran itu, maka Humas harus mengetahui secara benar dan detail akar permasalahan yang sesungguhnya. Untuk lebih mudahnya, Humas harus mengetahui siapa saja atau kelompok apa saja yang mempunyai pengaruh besar diantara para karyawan. Mereka adalah para pemuka opini (opinion leaders) yang dipercaya dan menjadi sumber informasi bagi karyawan lain. Humas harus mampu memegang para opinion leaders ini, karena Humas dapat berhubungan dan bekerja sama dengan mereka untuk mencari solusi terbaik bila terjadi masalah. Salah satu cara untuk mendapatkan informasi tentang pola pola interaksi di antara karyawan adalah melalui analisa jaringan komunikasi informal. Selain itu peranperan yang terdapat pada jaringan komunikasi informal akan sangat membantu terciptanya penyebaran pesan yang lebih cepat dan efektif. 12
Company Profile BPPT tahun 2006
21
Dengan memanfaatkan peranperan yang ada pada jaringan komunikasi informal, maka kita tidak perlu menyampaikan informasi ke setiap individu dalam organisasi, cukup melalui seseorang yang dianggap opinion leader, maka secara otomatis pesanpesan itu akan menyebar dengan mudah tanpa melalui birokrasi yang biasanya berlaku pada organisasi. 13 Berdasarkan pembahasan di atas maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah penelitian mengenai jaringan komunikasi informal dalam masalah kedisiplinan kerja di Biro Umum dan Humas BPPT, terutama pada periode Agustus November 2007, karena pada periode tersebut merupakan semester akhir di mana BPPT sedang melakukan program penyempurnaan organisasi dan tata kerja BPPT, dalam rangka penajaman tugas kedisiplinan kerja dan fungsi BPPT. Dengan adanya jaringan komunikasi informal di Biro Umum dan Humas dapat mambantu memperlancar tujuan dari program BPPT tersebut sehingga berjalan dengan efektif. Jaringan komunikasi informal yang baik diharapkan dapat menghubungkan aneka kedudukan manusia di dalam organisasi tersebut, serta memberikan kepuasan dan tercapainya tujuan organisasi.
1.2
Perumusan Masalah Berdasarkan dengan pokok pikiran tersebut maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah : “ Mengidentifikasi peranperan individu dalam jaringan komunikasi informal, dan model jaringan komunikasi di Biro Umum dan Humas BPPT dalam masalah kedisiplinan kerja periode Agustus – November 2007 ”?
13
Deddy Mulyana, Op‐Cit, hal: 183
22
1.3
Tujuan Penelitian Sejalan dengan permasalahan yang diajukan, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 2.
Mengidentifikasi peran individu yang terdapat dalam jaringan komunikasi informal di Biro Umum dan Humas BPPT.
3.
Mengidentifikasi model jaringan komunikasi di Biro Umum dan Humas BPPT dalam masalah kedisiplinan kerja.
1.4. Signifikasi Penelitian Signifikasi penelitian dikelompokkan dalam signifikasi akademis dan praktis, yaitu:
1.4.1 Signifikasi Akademis Dengan adanya penelitian ini penulis ingin menerapkan dan mengembangkan teoriteori ilmu komunikasi yang telah dapat khususnya teori teori mengenai jaringan komunikasi dan diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam upaya mengorganisir jaringan komunikasi inormal dalam organisasi sehingga dapat menjadi masukan bagi penelitian sejenis dan pengembangan aspekaspek yang teliti.
1.4.2 Signifikasi Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukkan bagi organisasi Biro Umum dan Humas BPPT mengenai peran jaringan komunikasi informal yang ada dalam organisasi. Serta penulis mengharapkan agar jaringan komunikasi yang ada beserta peran – peran yang ada di dalamnya dapat lebih di organisir
23
untuk mencapai tujuan dan memperlancar arus komunikasi di dalam organisasi tersebut.
24
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN
2.1
Komunikasi Organisasi Komunikasi merupakan hal dasar yang sangat penting bagi manusia
sebagai mahluk sosial guna bersosialisasi dan berinteraksi, untuk menyampaikan, mencari, menyebarkan, dan memperoleh informasi. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna. 14 Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Pengertian komunikasi menurut Onong Uchjana Effendy adalah proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang, bermakna sebagai panduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, imbauan, dan sebagainya yang dilakukan seseorang kepada orang lain baik langsung maupun tidak langsung. 15 Menurut Carl I. Hovland (1955) komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang ( komunikator ) menyampaikan rangsangan ( biasanya lambanglambang verbal ) untuk mengubah perilaku orang lain ( komunikan ). 16
14
Onong Uchjana Effendy, Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung, PT .Remaja Rosdakarya, 2005, hal 9 15 Onong U. Effendy, Kamus komunikasi, Bandung, CV. Mandar Maju, 1998, hal:60 16 Arifin Anwan, Strategi Komunikasi, Bandung, Armico, 1986, hal:14
25
komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lainlain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keraguraguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. 17 Komunikasi sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup manusia, apalagi di dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan dari organisasi komunikasi sangat diperlukan. Dengan adanya komunikasi di dalam organisasi maka akan terjadi interaksi diantara mereka, di mana mereka dapat saling bertukar informasi, berdiskusi dan melalui komunikasi dapat meningkatkan motivasi dalam bekerja. Organisasi adalah sebuah kelompok individu yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan tertentu. Jumlah individu sangat beragam antara organisasi yang satu dengan organisasi yang lain. Ada yang beranggotakan tiga orang atau empat orang, bekerja dengan kontak yang sangat dekat. 18 Organisasi menurut Schein (1982) merupakan suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab serta mempunyai karakteristik tertentu yaitu mempunyai struktur dan tujuan sehingga saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya dan tergantung pada komunikasi manusia untuk mengkoordinasikan aktivitas dalam komunikasi tersebut. 19
18 19
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi , PT. Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2004 hal 52 Arni Muhammad, Op‐Cit, hal: 23
26
Tujuan organisasi dan karyawan secara keseluruhan dapat diselaraskan melalui komunikasi formal maupun komunikasi informal di dalam organisasi. 20 Dalam organisasi, komunikasi menjadi sarana yang menghubungkan semua individu dalam perusahaan untuk mencapai tujuan komunikasi diibaratkan sebagai darah yang mengalir dalam organisasi tersebut sebagai komunikasi organisasi. Tujuan dari komunikasi adalah untuk mengadakan situasi yang menguntungkan komunikator demi terwujudnya suatu tujuan atau harapan. Karena itu, suatu kegiatan komunikasi yang mengetahui lingkup referensi dan luas pengalaman, membuka jalan untuk memperhitungkan sebelumnya bagaimana reaksi komunikasi terhadap pesan yang akan dilancarkan. Komunikasi organisasi adalah suatu penyampaian informasi, ideide di antara para anggota organisasi secara timbal balik dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 21 Komunikasi organisasi didefinisikan secara fungsional dalam bukunya komunikasi organisasi oleh Wayne Pace & Don faules, yaitu sebagai pertunjukan dan penafsiran diantara unitunit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. 22 Katz dan Khan mengatakan bahwa komunikasi organisasi merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti di dalam suatu organisasi. 23 Sebagaimana manusia pada umumnya inividu dalam organisasi saling berkomunikasi dengan sesamanya berhubungan dan menciptakan sebuah jaringan komunikasi.
20
Ibid, Wiryanto, hal 54 Ig. Wursanto. Dasar‐Dasar Ilmu Komunikasi., Andi offet, Jogjakarta, 2003. Hal 157 22 Dalam, Pace Wayne and Faules, Opcit, hal:41 23 Dalam, Arni Muhammad, Opcit, hal: 65 21
27
Sedangkan menurut Uday Pareek, komunikasi organisasi merupakan proses aliran (pengirim dan penerima) pesanpesan yang berorientasi diantara sumbersumber komunikasi dalam suatu pola dan melalui suatu medium atau media. Komunikasi Organisasi juga menyangkut kegiatan komunikasi dalam suatu organisasi serta komunikasi antara organisasi. Komunikasi organisasi didefinisikan serbagai suatu arus pesan dalam suatu jaringan hubungan yang saling bergantung. 24
2.2
Fungsi dan Tujuan Komunikasi dalam Organisasi Setelah mengetahui definisi dari komunikasi dan organisasi, akan dibahas
mengenai fungsi dari komunikasi dalam organisasi. Faktor terpenting dalam usaha mempertahankan kesatuan dalam kelompok organisasi untuk mencapai tujuan bersama. 25 Menurut A. W. Widjaja, fungsi komunikasi dalam organisasi dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Informasi, yakni pengumpulan, penyimpanan, pemprosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta dan pesan opini serta komentar yang dibutuhkan agar dapat dimengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang benar. 2. Sosialisasi, yakni menyediakan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat
24 25
Deddy Mulyana, Komunikasi Organisasi, Bandung, Remadja Rosdakarya, 2000, hal:31 Riyono Praktiko, Jangkauan Komunikasi, Penerbit Alumni Bandung, 1993, hal: 15
28
yang efektif sehingga sadar fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif di dalam masyarakat. 3. Motivasi, yakni menjelaskan tujuan setiap manusia jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihan dan keinginan serta mendorong kegiatan individu. 4. Diskusi, yakni menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk persetujuan. 26 Selain itu juga ada beberapa alasan tujuan orang melakukan komunikasi dalam organisasi, diantaranya: 1. Untuk Penemuan Diri (Personal Discovery) Maksudnya dengan berkomunikasi kita dapat memahami secara lebih baik diri kita sendiri dan diri orang lain yang diajak bicara tetapi dengan berkomunikasi juga memungkinkan kita untuk menemukan dunia luar. 2. Untuk Berhubungan Salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan dengan orang lain, membina dan memelihara hubungan dengan orang lain. Kita menghabiskan banyak waktu dan energi komunikasi kita untuk membina dan memelihara hubungan sosial. 3. Untuk Meyakinkan Komunikasi digunakan untuk mengubah diri seseorang agar mau mengikuti seperti yang diinginkan, untuk merubah sikap itu kita harus bisa meyakinkan orang yang akan diajak berbicara.
26
A.W Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hal: 64
29
4. Untuk Bermain Kita menggunakan banyak komunikasi untuk bermain dan menghibur diri. Kita banyak mendengarkan pelawak, pembicara, musik dan film sebagian besar untuk hiburan. Demikian pula banyak dari perilaku komunikasi dirancang untuk menghibur orang lain. 27
2.3
Jaringan Komunikasi Informal Komunikasi informal terjadi karena interaksi di antara orangorang yang
bekerja bersama dalam suatu organisasi. Jaringan komunikasi informal (grapevine) merupakan analisis jaringan yang menggambarkan hubungan atau koreksi orangorang serta kelompok tertentu (klik), keterbukaan satu sama lain dan tidak memandang jabatan atau posisi dalam organisasi. Organisasi terdiri dari orangorang yang menduduki suatu posisi atau peranan tertentu. Di antara orangorang tersebut terjadi pertukaran pesan atau informasi melalui jaringan komunikasi (communication networking). 28 Suatu jaringan komunikasi akan berbeda dalam sistem dan struktur antara satu organisasi dengan organisasi lainnya. Di dalam jaringan komunikasi secara umum ada dua yaitu jaringan komunikasi formal dan informal. Jaringan komunikasi formal adalah jaringan komunikasi yang mengalir melalui jalan resmi yang ditentukan oleh hierarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan. Sedangkan jaringan komunikasi informal adalah komunikasi yang tidak melalui jalur resmi dan komunikasi ini terjadi tanpa melihat kedudukan atau posisi mereka dalam organisasi. 27 28
Joseph A. Devito, Komunikasi Antar Manusia, Professional Books, Jakarta, 1997, hal:31‐32 Dalam, Arni Muhammad, Opcit hal: 102
30
Jaringan komunikasi informal terdiri dari individuindividu yang saling berhubungan melalui pola arus komunikasi yang bersifat informal (informally) yang berada di luar struktur formal yang dimotivasi oleh kebutuhan individu untuk berinteraksi dan menjadi bagian dari lingkungannya. Jaringan komunikasi informal (grapevine) merupakan jaringan komunikasi yang terdapat dalam organisasi dan merupakan jalan pintas yang memotong saluran formal. Terbentuknya jaringan komunikasi informal karena adanya berbagai maksud, yaitu: 1. Pemuasan kebutuhan manusiawi. 2. Perlawanan terhadap pengaruh yang monoton dan membosankan. 3. Keinginan untuk mempengaruhi prilaku orang lain. 4. Sumber informasi hubungan kerja. 29 Jaringan komunikasi informal itu terbentuk karena adanya informasi yang belum tentu kebenarannya yang ada di dalam organisasi, komunikasi informal ini memiliki tiga karakteristik utama, yaitu: 30 1. Selentingan tidak terkendali oleh manajemen. 2. Selentingan yang dipersepsikan oleh kebanyakan karyawan sebagai yang paling dipercaya dan handal dari pada komunikasi formal yang diterbitkan oleh manajemen puncak. 3. Selentingan sebagian besar digunakan untuk melayani kepentingan sendiri dari orangorangnya. Komunikasi informal merupakan komunikasi yang telah terjadi di dalam suatu organisasi tetapi tidak direncanakan dan tidak ditentukan dalam struktur 29
M. Abdul Mukhyi&Imam Hadi Saputro, Pengantar Manajemen Umum, Penerbit Gunadarma, Jakarta,
1995, hal: 162 30
Suwarto. FX, Perilaku Komunikasi, Universitas Atmajaya, Jogjakarta, 1999, hal:169
31
organisasi 31 Komunikasi informal bersifat tidak resmi dan terjadi melalui informasi dari mulut ke mulut sehingga di dalamnya terdapat keterangan keterangan yang tidak resmi dan kurang objektif kebenarannya. Komunikasi ini dapat dilakukan oleh para pejabat, para bawahan dan para pegawai dengan menyimpang dari struktur organisasi formal. Grapevine muncul dalam setiap organisasi sebagai konsekuensi logis dari interaksi antar individuindividu yang ada di dalam organisasi, yang berlangsung spontan dan alamiah, Davis berpendapat bahwa grapevine adalah ekspresi dari motivasi dasar manusia untuk berkomunikasi, ini adalah ajang bagi kebebasan berbicara mereka, dan merupakan aktivitas yang normal. Pada kenyataannya hanya para pegawai yang tidak tertarik secara total dengan pekerjaan yang tidak terkait dengan pembicaraan itu. 32 Sifat grapevine (selentingan) yang digambarkan oleh L. Davis dan O’Connor adalah: 33 a. Selentingan berjalan terutama melalui interaksi dari mulut ke mulut. b. Selentingan umumnya bebas dari kendalakendala organisasi dan posisi. c. Selentingan menyebarkan informasi dengan cepat. d. Jaringan kerja selentingan digambarkan sebagai suatu “rantai kelompok”. e. Para peserta jaringan dalam jaringan kerja selentingan cenderung. menjalankan satu dari tiga peranan berikut: penghubung, penyendiri, dan pengakhir. f. Selentingan cenderung merupakan produk suatu situasi dari produk orang orang dalam organisasi tersebut. 31
Dalam, Ig. Wursanto, Opcit , hal: 167 Davis Keith Human Relation at Work, Ney Work: Mac Grawhill Company, 1976 hal: 372 33 Dalam, R. Wayne Pace & Don Faules, Opcit, hal: 200 32
32
g. Semakin cepat seseorang mengetahui suatu peristiwa yang baru saja terjadi, semakin besar kemungkinan ia menceritakan kepada orangorang lainnya. h. Bila suatu informasi disampaikan kepada seseorang menyangkut sesuatu yang menarik perhatiannya, semakin besar ia menyampaikan informasi tersebut kepada orangorang lainnya. i. Aliran utama informasi dalam selentingan cenderung terjadi dalam kelompokkelompok tersebut. j. Umumnya 75% 90% dari rincian pesan yang disampaikan oleh selentingan adalah cermat. k. Selentingan cenderung mempengaruhi organisasi, apakah untuk kebaikan atau keburukan, jadi pemahaman mengenai selentingan ini dapat memberi andil positif kepada organisasi merupakan hal yang penting. Meskipun tidak terbentuk secara formal namun, jaringan komunikasi informal mempunyai beberapa kegunaan atau fungsi, yaitu: 1.
Jaringan komunikasi dapat membantu karyawan dalam memahami lingkungan kerjanya, terutama dalam menginterpretasikan perintah perintah yang kurang jelas dari atasan.
2.
Jaringan komunikasi dapat berfungsi sebagai “katup pengaman” pada orangorang sedang bingung atau kurang jelas dengan apa yang sedang terjadi pada mereka, mereka dapat menggunakan jaringan komunikasi ini, untuk memperbesar rasa keingintahuan mereka atau untuk mengurangi kegelisahaan mereka. Setiap individu akan merasa gelisah apabila ada suatu ketidakpastian maka dengan komunikasi informal ketidakpastian itu akan terjawab.
33
3. Ketika orangorang menggosipkan seseorang yang tidak ada, mereka sering mengadili. Beberapa orang menghakimi orang lain, untuk keberadaannya. Ini merupakan suatu cara dalam menghadapi keraguan, ketidakamanan dan kebingungan. 34 Dari fungsi inilah mereka senang dalam melakukan komunikasi informal, di mana mereka dapat berinteraksi. Melalui komunikasi informal inilah seseorang dapat menghadapi rasa kebingungan, ketidakamanan dan keraguan. Di dalam jaringan komunikasi setiap orang memainkan peran tertentu sesuai dengan kedudukannya. Ada delapan peran di dalam jaringan komunikasi informal, yaitu: 1. Opinion Leader adalah pimpinan formal dalam organisasi. Mereka ini tidaklah selalu orangorang yang mempunyai otoritas formal dalam organisasi tetapi membimbing tingkah laku anggota organisasi dan mempengaruhi keputusan mereka. 2. Gate Keeper adalah individu yang mengontrol arus informasi diantara anggota organisasi. Mereka berada di tengah suatu jaringan dan menyampaikan pesan dari satu orang kepada orang lain atau tidak memberikan informasi. 3. Cosmopolites adalah individu yang menghubungkan organisasi dengan lingkungannya. Mereka ini mengumpulkan informasi dari sumbersumber yang ada dalam lingkungan dan memberikan informasi mengenai organisasi kepada orangorang tertentu pada lingkungannya. 4. Bridge adalah anggota kelompok atau klik dalam satu organisasi yang menghubungkan kelompok itu dengan anggota kelompok lainnya. individu 34
Jack halloran, Applied Human Relation Organizational Approch, New York USA, 1983, hal 77
34
ini membantu saling memberi informasi diantara kelompokkelompok dan mengkoordinasikan kelompok lain. 5. Liaison adalah sama peranannya dengan bridge tetapi individu itu sendiri bukanlah anggota dari satu kelompok tetapi dia merupakan penghubung diantara satu kelompok dengan kelompok lainnya. individu ini juga membantu dalam membagi informasi yang relevan diantara kelompok kelompok dalam organisasi. 6. Star adalah individu yang paling banyak dipilih oleh anggota lain dalam suatu sistem. secara operasional dijabarkan sebagai karyawan yang dianggap oleh anggota jaringan paling banyak mempunyai informasi mengenai penerapan kebijakan. 7. Isolate adalah anggota organisasi yang mempunyai kontak minimal dengan orang lain dalam organisasi. Orangorang ini menyembunyikan diri dalam organisasi atau diasingkan oleh temamtemannya. 35 Di dalam jaringan komunikasi setiap orang memainkan peranan tertentu di mana satu sama lainnya saling menopang untuk menyebarkan grapevine atau desasdesus yang ada di dalam organisasi tersebut. Dalam jaringan komunikasi informal selain setiap orang mempunyai peranan, dari jaringan komunikasi informal tersebut akan membentuk berbagai modelmodel jaringan komunikasi. Ada lima model jaringan komunikasi yaitu: 1. Model lingkaran ( circle ) Model lingkaran ini tidak memiliki pemimpin. Semua anggota posisinya sama. Mereka memiliki wewenang atau kekuatan yang sama untuk 35
Dalam, Arni Muhammad, Opcit, hal 103
35
mempengaruhi kelompok klik lain. Setiap anggota klik bisa berkomunikasi dengan dua anggota klik lain disisinya. 2. Model Roda ( wheell ) Model roda memiliki pemimpin klik yang jelas, yaitu posisinya dipusat. Orang ini merupakan satusatunya yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua anggota klik. Oleh karena itu, jika seorang anggota klik ingin berkomunikasi dengan anggota klik lain, maka pesannya harus disampaikan melalui pemimpin kliknya 3. Model huruf “Y” Model Y relatif kurang tersentralisasi dibanding dengan struktur roda tetapi lebih tersentralisasi dibanding dengan model lainnya. Pada struktur Y juga terdapat pemimpin klik yang jelas. Tetapi satu anggota klik lainnya berperan sebagai pemimpin klik kedua. Anggota klik ini dapat mengirimkan dan menerima pesan dari dua orang klik lainnya. Ketiga anggota klik lainnya komunikasinya terbatas hanya dengan satu orang klik lainnya. 4. Model Rantai “chain” Model rantai sama dengan struktur lingkaran kecuali bahwa para anggota klik yang paling ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang saja. Keadaan tersebut juga terdapat di sisi ini. Orang yang berada di posisi tengah lebih berperan sebagai pemimpin dari pada mereka yang berada di posisi lain. 5. Model Saluran Bebas (allchannel) Model semua saluran atau pola bintang hampir sama dengan struktur lingkaran dalam arti semua anggota klik adalah sama dan semuanya juga memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya. Akan tetapi dalam model semua saluran, setiap anggota klik bisa berkomunikasi
36
dengan setiap anggota klik lainnya. Model ini memungkinkan adanya partisipasi anggota klik secara optimum. 36 Sedangkan Laumman dan Rogers (1973) menggolongkan pola komunikasi dalam jaringan menjadi tiga yaitu: 1. Tipe Interlocking, yaitu tipe komunikasi individu yang mengunci di mana satu sama lain saling memilih. 2. Tipe Mutual Pair, yaitu di mana di antara individu saling memilih dan dipilih sehingga akan terjadi hubungan timbal balik. 3. Tipe Radial, yaitu membuka keluar di mana anggota klik tidak saling memilih, tapi memiliki pilihan lain. 37
2.4
Humas Pemerintahan Perbedaan pokok antara fungsi dan tugas Hubungan Masyarakat (Humas)
yang terdapat di instansi pemerintah dengan non pemerintah (lembaga komersial) adalah tidak adanya unsur komersial walaupun Humas pemerintah juga melakuakn hal sama dalam kegiatan publikasi, promosi dan periklanan. Humas pemerintah lebih menekankan pada public services atau demi meningkatkan pelayanan umum. 38 Salah satu bagian dari pemerintahan adalah bagian Humas yang ada dalam pemerintahan. Humas dikatakan sebagai penunjang pemerintah, karena kedudukannya yang berada dalam ruang lingkup pemerintahan. Kehumasan yang ada merupakan bagian komunikator untuk menyampaikan aspirasi atau kebijakan dari pemerintah kepada masyarakat maupun masyarakat kepada pemerintah. 36
Dalam, Joseph A. Devito, Opcit, hal: 345 J. A. suparman, Pengantar Sosiometri, Jakarta Karunika, Universitas Terbuka, 1978, hal:321 38 Rosady Ruslan, Manajemen PR dan Media Komunikasi, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2005, hal:337 37
37
Humas pemerintah membantu pemerintah dalam melancarkan arus informasi antar lembaga pemerintah dan antar pemerintah dengan masyarakat, mengadakan koordinasi dan kerjasama antar humas departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, lembaga negara serta Badan Usaha Milik Negara dan merencanakan kegiatan kehumasan. Oleh karena itu diperlukan hubungan koordinasi yang intensif dan efektif baik hubungan internal maupun eksternal. Siap memberikan informasi yang benar agar tidak menimbulkan kontroversi dan distorsi yang dapat meresahkan masyarakat maupun penyelenggaraan pemerintahan. 39 Melalui unit atau program kerja Humas tersebut, pemerintah dapat menyampaikan informasinya atau menjelaskan mengenai kebijaksanaan dan tindakantindakan tertentu sera aktivitas dalam melaksanakan tugastugas atau kewajibankewajiban pemerintahannya. Informasi sangat diperlukan diberbagai kehidupan manusia dan juga di organisasi pemerintah. Oleh karena itu Humas pemerintah sebagai “corong” dituntut peka akan situasi yang berkembang dan berperan di kancah globalisasi informasi dewasa ini. Frank Jefkins mendefinisikan Humas adalah sesuatu yang merangkum keseluruhan komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuantujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian. 40 Menurut Harsono Suwardi, seperti yang dikutip oleh F. Rachmadi, secara umum dapat diartikan sebagai seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh suatu
39 40
Oemi Abdulrahmat, Op‐Cit, hal:113 Frank Jefkins, Public Relations edisi keempat, Jakarta, Erlangga, 1995, hal: 9
38
lembaga atau organisasi melalui petugas Humas. Hal tersebut dimaksudkan guna menciptakan saling pengertian yang lebih baik antara lembaga dan khalayaknya. 41
2.4.1 Humas Internal Humas internal sama pentingnya dengan humas eksternal, humas internal mampu memberikan kontribusi kepada perusahaan yang sama besarnya dengan humas eksternal. Hubungan antara sesama pegawai pada suatu perusahaan (staff relation) atau sesama anggota di sebuah organisasi lebih berfokus pada aspek aspek manusiawi, sehingga hal tersebut tidak sepenuhnya sama dengan hubungan hubungan industri (industrial relations). 42 Humas internal atau komunikasi pegawai telah berkembang pesat. Pemikiran yang menganggap bahwa humas internal hanya mencakup upaya menjelaskan kebijakan perusahaan atau membuka forum penampungan keluhan, itu semua suatu pemikiran yang sederhana. Memang benar bahwa tujuan komunikasi pegawai adalah mengilangkan kesalahpahaman antar pihak manejemen dan para pegawai yang seringkali menjadi pangkal tolak terjadinya pemogokan. Untuk itu banyak sekali tugas humas internal yang mempunyai tujuan penting bagi kemajuan perusahaan, berikut penjelasan diantaranya: 43 1. Humas internal untuk memelihara keterbukaan, semua pegawai berhak mengetahui apakah perusahaanya masih layak untuk dijadikan tempat sandaran hidup sekaligus sangkutan masa depannya, baik itu yang berupa jumlah penghasilan atau prospek karir jabatan.
41
F. Rahmadi, Public Relations Dalam Teori dan Praktek, Jakarta, PT. Gramedia, Pustaka Utama, 1992, hal 14 42 M. Linggar Anggoro, Teori dan Profesi Kehumasan, Jakarta, Bumi Aksara, 2002, hal: 211 43 M. Linggar Anggoro, Op‐Cit, hal: 224
39
2. Perombakan personalia setelah akuisi, kesalahpahaman dan kecemburuan mudah muncul antar staff atau pegawai perusahaan yang diakuisi (dibeli, diambil alih) dengan perusahaan yang mengakuisi. Ketegangan itu jika dibiarkan berlarutlarut, akan menimbulkan sumber penyakit yang memunculkan berbagai macam masalah berat. Hanyan dengan usaha pembinaan komunikasi yang baik antara kedua belah pihak maka resiko dan ancaman bahaya seberat itu akan dihindari. Upaya pembinaan komunikasi itu sendiri dapat dilakukan dengan menerapkan teknikteknik kehumasan. 3. Beritaberita personalia, dalam organisasiorganisasi yang anggota anggota atau para pegawainya tersebar di lokasi yang terpencarpencar, atau yang selalu bergerak, keberadaan humas internal sangat dibutuhukan unttuk melancarkan arus komunikasi dan menyebarkan berita kepada anggotaanggota yang lain. 4. Penyambung lidah karyawan, upayaupaya kehumasan harus mencakup semua orang dalam organisasi. Mereka harus mendapatkan informasi yang sama banyaknya dan baiknya, serta samasama diberi kesempatan untuk menyuarakan pendapatnya untuk kepada para pimpinan dan dalam rangka berhubungan dengan pihak luar atau khalayak perusahaan. Dengan demikian keberadaan humas internal memiliki kemungkinan untuk bertindak sebagai wakil atau juru bicara bagi rekanrekan dan organisasinya. 5. Pengumpulan umpan balik, hal terpenting terakhir dapat memacu tumbuhnya suatu komunikasi yang baik antar pihak manajemen dengan segenap staff atau pegawainya yang harus sungguhsungguh diupayakan
40
adalah terciptanya rasa memiliki dan tanggung jawab bersama, sehingga setiap orang merasa dirinya dibutuhkan dan dihargai . Upaya yang dilakukan oleh humas tidak hanya berupa pendekatan ke serikat buruh, tetapi juga segenap aspek perusahaan. 44
2.4.2 Fungsi Humas Pemerintah Fungsi utama Humas adalah menumbuhkan dan mengembangkan hubungan baik antara lembaga atau organisasi dengan publiknya, baik internal maupun eksternal, dalam rangka menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi dan partisipasi publik dalam upaya menciptakan iklim pendapat (opini publik) yang menguntungkan lembaga atau organisasi. 45 Fungsi pokok Humas pemerintah Indonesia pada dasarnya antara lain sebagai berikut: 1. Mengamankan kebijaksanaan pemerintah. 2. Memberikan pelayanan, dan menyebarluaskan pesan atau informasi mengenai kebijaksanaan dan hingga programprogram kerja secara nasional kepada masyarakat. 3. Menjadi komunikator dan sekaligus sebagai mediator yang proaktif dalam menjembatani kepentingan instansi pemerintah di satu pihak, dan menampung aspirasi, serta memperhatikan keinginankeinginan publiknya di lain pihak.
44
M. Linggar Anggoro, Op‐Cit, hal: 230 F. Rahmadi, Public Relations, dalam teori dan praktek, PT. Gramedia Pustaka Utama, 1994, hal:21 45
41
4. Berperan serta dalam menciptakan iklim yang kondusif dan dinamis demi mengamankan stabilitas dan keamanan politik pembangunan nasional, baik jangka pendek maupun jangka panjang. 46 Fungsi Humas menurut Cutlip dan Canfield sebagai berikut: 1. Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi. 2. Membina hubungan harmonis antara organisasi engan publik internal maupun eksternal. 3. Menciptakan kombinasi dua arah dengan menyebarkan informasi dari organisasi kepada publik dan menyalurkan opini publik kepada organisasi. 4. Melayani publik dan menasehati pimpinan organisasi demi kepentingan umum. 47 Humas diharapkan kemampuannya untuk mencapai saling pengertian, menghargai, dan mempercayai diantara pihak, penyampaian pesan (komunikator) dengan pihak penerima pesan (komunikan). Bila tercapai keadaan saling mengerti dan mempercayai maka akan ada umpan balik (feedback) yang positif dari komunikan. Hal tersebut selaras dengan tugas dan kewajiban utama Humas, seperti yang dikemukakan oleh frank Jefkins bahwa yang berkewajiban untuk menyediakan informasi kepada khalayak. Informasi tersebut berupa kebijakan organisasi, kegiatan organisasi, produk, jasa. 48
46
Rosady Ruslan, Op‐Cit, hal: 340 Onong U. Effendy, Hubungan Masyarakat, Bandung, PT. Remadja Rosdakarya, 1992, hal:36 48 Frank Jefkins, Op.Cit, hal 28 47
42
Hubungan kerjasama kedua belah pihak dapat dibina dengan baik jika adanya kegiatan penyampaian informasi kepada publik. Adalah merupakan fungsi Humas untuk menyampaikan pesan atau informasi dari perusahaan atau instansi secara lisan, tertulis atau visual kepada publiknya, sehingga publik memperoleh pengertian yang benar dan tepat mengenai kondisi perusahaan atau instansi, tujuan dan kegiatannya.
2.4.3 Tugas Humas Pemerintah Humas pemerintah bertugas memberikan informasi dan penjelasan kepada khalayak atau publik mengenai kebijakna dan langkahlangkah atau tindakan yang diambil oleh pemerintah serta mengusahakan tumbuhnya hubungan yang harmonis antara lembaga atau instansi dengan publiknya dan memberikan pengertian kepada publik ( masyarakat ) tentang apa yang dikerjakan oleh instansi pemerintah di mana Humas itu berada dan berfungsi. Jadi pada dasarnya tugas Humas pemerintah adalah sebagai berikut: 1. Memberikan penerangan dan pendidikan kepada masyarakat tentang kebijakan, langkahlangkah, dan tindakantindakan pemerintah, serta memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa informasi yang diperlukan secara terbuka, jujur, dan objektif. 2. Memberikan bantuan kepada media berita berupa bahanbahan informasi mengenai kebijakan dan langkahlangkah serta tindakan pemerintah, termasuk fasilitas peliputan kepada media berita untuk acaraacara resmi dan penting.
43
3. Mempromosikan kemajuan pembangunan ekonomi dan kebudayaan yang telah dicapai oleh bangsa kepada khalayak di dalam negeri, maupun khalayak di luar neeri. 4. Memonitor pendapat umum tentang kebijakan pemerintah, selanjutnya menyampaikan tanggapan masyarakat dam bentuk feedback kepada pimpinan nstansi pemerintah yang bersangkutan sebagai input. 49 Menurut Rosady Ruslan, dalam bukunya Manajemen Humas dan Komunikasi mengatakan fungsi pokok Humas Pemerintah Indonesia antara lain: 1. Mengamankan kebijaksanaan dan program kerja pemerintah yang diwakilinya 2. Memberikan pelayanan dan menyebarluaskan pesan atau informasi mengenai kebijakna hingga mampu mensosialisasikan programprogram pembangunan secara nasional kepada masyarakat. 3. Menjadi komunikator dan sekaligus mediator yang proaktif dalam upaya menjebatani kepentingan instansi pemerintah, dan menampung aspirasi, atau opini publik (masyarakat) serta memperhatikan keinginankeinginan publiknya. 4. Berperan serta secara aktif dalam menciptakan iklim yang kondusif dan dinamis demi mengamankan stabilitas dan keamanan politik pembangunan sosial, baik jangka pendek maupun jangka panjang. 50
2.5
49
Kedisiplinan dalam bekerja
F. Rahmadi, Op‐Cit, hal:18 Rosady Ruslan, Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 1999, hal: 297 50
44
Kedisiplinan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi prestasi kerja seseorang, karena kedisiplinan dapat dikatakan sebagai pemandu seseorang sehingga dia dapat mengerjakan suatu pekerjaan sesuai dengan aturan aturan yang telah ditetapkan. 51 Kedisiplinan yang telah ditetapkan perusahaan bertujuan agar semua sumber daya di dalam perusahaan tersebut khususnya dalam bidang sumber daya manusia. Melakukan tugas dan fungsinya sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan oleh perusahaan sehingga sesuatu yang dihasilkannya pun sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Di sini jelas terlihat bahwa kedisiplinan sumber daya manusia memegang peranan yang sangat penting dalam pengelolaan suatu perusahaan. Perusahaan mempunyai banyak sekali prosesproses ataupun kegiatankegiatan yang membutuhkan kualitas dan kerjasama yang baik dari sumber daya manusia, namun sumber daya tersebut tidak akan tercapai jika tidak ada rasa kedisiplinan kedisiplinan dan kerjasama dari sumber daya tersebut sehingga dapat memaksimalkan fungsinya bagi perusahaan. Menurut Alex Nitisemito (1985:199) mengenai disiplin kerja adalah : “Disiplin kerja merupakan suatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang sesuai dengan peraturanperaturan dari organisasi, baik yang tertulis maupun tidak”. 52 Sedangkan menurut Gary Dessler:
51 52
Hadari Nawawi, Manajemen SDM, Jakarta, Gadjah Mada University Press, 1996, hal: 45 Ibid, Hal:49
45
Kedisiplinan merupakan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan normanorma sosial yang berlaku. 53
Disiplin lebih lanjut merupakan keselarasan dalam bertindak agar tercipta kerjasama yang langgeng antara sesama karyawan dan atasan. Dengan demikian berarti bahwa disiplin tidak hanya sekedar mentaati peraturan, tetapi lebih lanjut merupakan pengembangan sikap positif karyawan dan mempertahankan disiplin diri yang dimiliki karyawan tersebut. 54
2.6
Sosiometri Sosiometri adalah berkenaan dengan pola memilih, berkomunikasi dan
berinteraksi dari individuindividu. Secara umum dapat dikatakan sosiometri adalah studi dan pengukuran tentang pilihan sosial (social choice), baik tentang pemilihan orangorang, pemilihan garis komunikasi, dan pemilihan garis pengaruh. Dalam penelitian menggunakan metode sosiometri, maka subjek dimintakan untuk memilih satu atau beberapa item yang telah ditentukan. 55 Mengumpulkan data dengan metode sosiometri secara relatif lebih mudah dibandingkan dengan teknik yang digunakan dalam menganalisis data sosimetri. Data sosiometri dapat memberikan jawaban tentang posisi individu dalam kelompok, tentang hubungan dalam sub kelompok ataupun tingkat kohesi dari kelompok dalam studi tentang pengaruh variasi struktur kelompok terhadap
53
Taufik Abdulah, Agama, Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi, Jakarta, Aquarista Offset, 1979, hal:68 54 Dalam, Taufik Abdullah, Opcit, hal: 77 55 Bambang setiawan dan Ahmad Muntaha, Metode Penelitian Komunikasi II, Jakarta, Terbitan Universitas Terbuka, 2002, hal:2.12
46
perilaku anggota kelompok, ataupun dalam melihat ciri perorangan yang selalu dipilih dan yang jarangjarang dipilih. Dalam analisis data sosiometri, ahliahli dapat menggunakan cara metriks sosiometri, sosiogram dan indeks sosiometri. Dalam metode sosiometri, pengumpulan data ditujukan untuk memperoleh keterangan tentang adanya interaksi diantara anggota kelompok, antara kelompok dengan kelompok, antara pribadi dengan anggota kelompok. Sosiometri merupakan sebuah konsepsi psikologis yang mengacu pada suatu pendekatan metodologis dan teoritis terhadap kelompok. Asumsi yang dimunculkan adalah bahwa individuindividu dalam kelompok yang merasa tertarik satu sama lain akan lebih bnayak melakukan tindakan komunikasi, sebaliknya inividuindividu yang saling menolak, hanya sedikit atau kurang melaksanakan tindakan komunikasi. 56 Analisis data menggunakan analisis sosiometri, yaitu teknik analisis data dengan jalan melakukan pendekatan teoritis dan metodologis terhadap kelompok kelompok. Dalam teknik ini pertamatama akan disusun suatu tabel metrik sosiometri untuk mengetahui pilihan hubungan komunikasi antar responden. Selanjutnya dibuat suatu sosiogram berdasarkan matrik sosiometri yang menyatakan arah hubungan komunikasi diantara para responden. Dari sosiogram ini kita juga akan melihat apakah bentuk jaringan atau bagian jaringan seperti roda, jarijari, rantai, atau sirkel. Selain itu, kita juga dapat melihat dan menghitung jumlah klik yang ada dalam suatu jaringan, serta kepadatan atau frekuensi hubungan. 57
56 57
Juarsa sendjaya, Teori Komunikasi, Jakarta, Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2004, hal:3.3 Ibid, hal 3.9
47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Tipe Penelitian Metodologi penelitian ialah ilmu tentang metodemetode yang akan
dipergunakan dalam melakukan suatu penelitian. 58 Metode pada dasarnya berarti cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Oleh karena tujuan umum penelitian adalah untuk memecahkan masalah, maka langkahlangkah yang akan ditempuh harus relevan dengan masalah yang telah dirumuskan. 59 Dalam penelitian ini tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Tipe penelitian Deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lainlain) pada saat sekarang berdasarkan faktafakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Usaha mendeskripsikan faktafakta itu pada tahap permulaan tertuju pada usaha mengemukakan gejalagejala secara lengkap di dalam aspek yang diselidiki, agar jelas keadaan atau kondisinya. Oleh karena itu pada tahap ini metode deskrpitif tidak lebih dari pada penelitian penelitian yang bersifat penemuan fakta fakta seadanya (fact finding). Penemuan gejalagejala itu berarti juga tidak 58
Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi, Garut, PT. Rineka Cipta, 2005 hal :98 59 Hadari Nawawi, Metodologi Penelitian Bidang sosial, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 2005 ha: 61
48
sekedar menunjukan distribusinya, akan tetapi termasuk usaha mengemukakan hubunganya satu dengan yang lain di dalam aspekaspek yang diselidiki itu. Dari uraianuraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciriciri pokok metode deskriptif adalah: a.
Memusatkan perhatian pada masalahmasalah yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalahmasalah yang bersifat aktual.
b.
Menggambarkan
faktafakta
tentang
masalah
yang
diselidiki
sebagaimana adanya, diiringi dengan interpretasi rasional. Pendekatan kuantitatif dalam penelitian sosial menekankan kepada pembuktian terhadap hubunganhubungan antar variabel, atau keterpengaruhan antara variabel satu dengan yang lainnya, atau perbedaan sifat dan kemampuan dari beberapa variabel, maupun identifikasi terhadap variabel. Sifatsifat analisis ini lebih tepat menggunakan alatalat statistik dalam pengujian data di lapangan. Dengan demikian, maka pendekatan kuantitatif menekankan pada empat hal yang dicari dari hubunganhubungan variabel penelitian, yaitu persoalan hubungan, pengaruh, perbedaan dan identifikasi.
3.2 Metode Penelitian Metode penelitian ini yang digunakan adalah metode analisa jaringan komunikasi, yaitu untuk mengidentifikasi jaringan komunikasi informasi yang terbentuk diantara karyawan, mengenai hubungan kerja antar karyawan serta masalahmasalah yang timbul dalam pekerjaan karyawan di BPPT khususnya di Biro Umum dan Humas BPPT dalam masalah kedisiplinan kerja. Kincaid dan Rogers (1981) menegaskan bahwa analisis jaringan komunikasi merupakan metode penelitian untuk mengidentifikasi struktur
49
komunikasi dalam suatu sistem, di mana data hubungan mengenai arus komunikasi dianalisis dengan menggunakan beberapa tipe hubungan interpersonal sebagai unit analisis. Lebih lanjut salah satu tujuan penelitian komunikasi dengan menggunakan analisis jaringan komunikasi adalah untuk memahami gambaran umum mengenai interaksi manusia dalam suatu sistem. 60 Di sini metode penelitian ini digunakan untuk mengidentifikasi jaringan komunikasi yang ada di Biro Umum dan Humas BPPT. Dalam penelitian ini metode risetnya menggunakan metode sosiometri, yaitu teknik untuk mendeskripsikan hubunganhubungan sosial yang ada diantara individuindividu dalam kelompok. 61 Bentukbentuk ini sangat berguna untuk melihat dari dekat peranan seseorang dalam sebuah jaringan. Diharapkan dengan pemahaman tentang identifikasi bentuknya, dapat diambil pengertian serta kesimpulan tentang seberapa besar peranan seseorang itu, sehingga akan memperjelas sosok jaringan yang diteliti. 62
3.3
Populasi dan sampel Populasi adalah “ keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari
manusia atau bendabenda, hewan, tumbuhtumbuhan, gejalagejala nilai test atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam
60
Everett M. Rogers, Communication Networts Toward a New Paradigm For Research, NY: The Free Press, 1981, h: 134 61 Andre Hardiana, Audit Komunikasi, Grasindo, 2000 hal 66 62 Bambang S. & Ahmad Muntaha, Metode Penelitian Komunikai II, Jakarta, Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2000, hal: 2.12
50
peristiwa “. 63 Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan di Biro Umum dan Humas BPPT yang berjumlah 26 orang. Menurut Dr. Irawan Soeharto, “Sampel adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasinya. 64 Sampel dalam penelitian adalah karyawan Humas BPPT.
3.4
Teknik Penarikan Sampel Teknik penarikan sampel menggunakan “ Total Sampling”, maksudnya
adalah sampel diambil dari keseluruhan populasi yang ada, dengan cara Snow Ball Sampling, yang dimaksud dengan Snow Ball Sampling yaitu di mana setiap responden dapat memberikan pendapat dalam tahap pengumpulan data, selanjutnya responden menentukan siapa selanjutnya menjadi responden, sehingga sampel bertambah dan bertambah seperti bola salju yang berputar menuruni bukit. 65
3.5
Perioderisasi Riset Penelitian ini dilakukan pada periode Agustus – November 2007, karena di
tahun 2007 BPPT sedang mengadakan program yaitu “penyempurnaan organisasi dan tata kerja BPPT, dalam rangka penajaman tugas dan fungsi BPPT”. Periode tersebut merupakan semester akhir tahun 2007, sehingga dengan adanya jaringan komunikasi informal dapat memberikan masukan kepada BPPT untuk lebih 63
H.Nawawi, Metode Penelitian Bidang Studi, Jilid I , PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1992 hal: 12 64 Irawan Soeharto, Metode Riset Sosial, PT. Mandar Maju, Bandung, 1996, hal: 217 65 Everet M. Rogers, Organization Networking, Newyork, 1973, hal: 45
51
meningkatkan kembali kedisiplinan kerja yang ada sehingga dapat membantu menyempurnakan program tersebut. Tempat penelitian tersebut berada di Jl. MH. Thamrin no. 8 Jakarta Pusat 10340, pada bagian Biro Umum dan Humas BPPT sebanyak 26 orang.
3.6
Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui
dua cara yaitu: 1. Data primer yang didapat melalui Quesioner, yaitu teknik dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada sejumlah responden, untuk mendapatkan jawaban, tanggapan dan respon tertulis.
2. Melalui data sekunder yang didapat melalui Kepustakaan, yaitu data yang didapat dari bukubuku yang berkaitan dengan materi penelitian, bahanbahan kuliah yang diperoleh selama kuliah, company profile, serta melalui situs internet yang berkaitan dengan perusahaan tersebut.
3.7
Tehnik Analisa Data Dalam mengemukakan dan mengidentifikasikan pola jaringan komunikasi
informal ini digunakan metode analisa jaringan dan menggunakan data sosiometri,
52
yaitu teknik untuk mendeskripsikan hubunganhubungan sosial yang ada di antara individuindividu dalam kelompok. 66 Untuk dapat mengetahui struktur jaringan komunikasi diperlukan suatu cara tertentu dalam pengumpulan data. Tidak seperti jenis penelitian komunikasi pada umumnya, yang hanya memotret sebagian dari keseluruhan gambar atau realitas yang ada di lapangan. Hal yang paling membedakan penelitian jaringan dengan bukan jaringan adalah pada pengambilan sampel. Untuk mengetahui bagaimana struktur jaringan komunikasi, terlebih dahulu dibuatkan sosiogramnya. Dari sosiogram tersebut dapat dilihat siapasiapa saja yang menjadi pemuka pendapat suatu jenis informasi tertentu. Dari sosiogram ini dapat dilihat apakah bentuk jaringan atau bagian jaringan seperti roda, lingkaran, rantai, huruf “Y” atau saluran bebas. Untuk membuat sosiogram memerlukan data sosiometri yang telah disusun secara matrik. Dari matrik ini dapat menggambarkan polapola hubungan sehingga berbentuk suatu peta jaringan komunikasi informal. 67
3.8
Definisi Konsep Definisi konsep penulis lakukan sebagai acuan penulis dalam penelitiannya, adapun definisi konsep tersebut sebagai berikut: 1. Identifikasi adalah kegiatan menemukan, mengenali dan memahami seseorang atau sesuatu dengan ciriciri khusus pada tempat , waktu atau kondisi tertentu.
66 67
Suparman JA, Pengantar Sosiometri, Jakarta, Karunika Universitas Terbuka, 1978, hal: 16 Dalam, Opcit, Pengantar sosiometri, hal:35
53
2. Jaringan Komunikasi adalah saluran yang digunakan untuk meneruskan pesan dari orang satu ke orang yang lainnya yang saling berhubungan melalui polapola arus informasi dalam suatu system pada struktur jaringan komunikasi. 3. Komunikasi Informal adalah komunikasi yang tidak berhubungan dengan struktur formal, komunikasi ini terjadi tanpa memperlihatkan posisi dalam organisasi formal. 4. Masalah kedisiplinan kerja kedisiplinan merupakan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma norma sosial yang berlaku. Kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela mentaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya, jadi dengan kata lain seseorang itu secara sukarela dan sadar untuk melakukan tugasnya dengan baik tanpa ada paksaan dari siapapun atau apapun. 5. PeranPeran dalam jaringan komunikasi informal a.
Opinion Leader ( pemimpin pendapat ), adalah orang tanpa jabatan formal dalam semua sistem sosial, yang dapat membimbing pendapat dan mempengaruhi orangorang dalam keputusan.
b.
Gate keepers ( Penjaga Gawang ), adalah orang yang secara strategis di tempatkan dalam jaringan agar dapat melakukan pengendalian atas pesan apa yang akan disebarkan.
c.
Isolate ( Penyendiri ), adalah mereka yang hanya melakuakn sedikit kontak atau tidak sama sekali melakukan kontak dengan anggotaanggota lainnya.
54
d.
Liaison ( Penghubung ), adalah orang yang mengkaitkan atau menghubungkan dua kelompok atau lebih, tetapi ia bukan kelompok yang dihubungkan tersebut.
e.
Bridge ( Jembatan ), adalah seorang anggota klik yang memiliki sejumlah kontak yang menonjol dalam kontak antar kelompok.
f.
Cosmopolite ( Kosmopolit ), adalah individu yang melakukan kontak dengan dunia luar atau individuindividu yang ada di luar organisasi.
g.
Star ( Bintang ), adalah orang yang paling banyak dipilih oleh individu dalam suatu sistem untuk melakukan kontak.
h.
Klik, adalah sekelompok individu yang paling sedikit separuh dari kontaknya, merupakan hubunganhubungan dengan anggota anggota lainnya.
6. Model jaringan komunikasi informal a.
Model circle ( Lingkaran ), model ini tidak mempunyai pemimpin, semua anggota memiliki posisi yang sama.
b.
Model wheell ( Roda ), model ini memiliki pemimpin klik yang jelas, yaitu posisinya di pusat. Orang ini merupakan satusatunya yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua anggota klik.
c.
Model huruf “ Y”, model ini relatif kurang tersentralisasi dibanding dengan model lainnya. Pada struktur Y juga terdapat pemimpin yang jelas, tapi satu anggota lainnya berperan sebagai pemimpin kedua.
55
d.
Model chain ( rantai ), model rantai sama dengan struktur lingkaran kecuali bahwa para anggota klik yang paling ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang saja.
e.
Model all channel ( saluran bebas ), model ini hampir sama dengan struktur lingkaran dalam arti semua anggota klik adalah sama dan semuanya juga memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya. Akan tetapi dalam model semua saluran, setiap anggota klik bisa berkomunikasidengan setiap anggota klik lainnya.
3.9
Operasionalisasi Konsep
Variabel
Dimensi
Indikator
1. Peran Jaringan Komunikasi Informal
a. Opinion Leader Pimpinan informal dalam organisasi.
b. Gate Keeper
Orang yg mengontrol arus informasi diantara anggota organisasi.
c. Cosmopolites
Orang yg menghubungkan organisasi dengan lingkungannya.
d. Bridge
Orang yg menghubungkan kelompok dengan anggota kelompok lainnya.
56
e. Liaison
f. Isolate
Sama dgn Bridge, tetapi dia bukan anggota kelompok tersebut, hanya penghubung antar kelompok saja.
Orang yg ada dalam lingkungan organisasi, tapi tdk menjadi anggota kelompok jaringan kom’s.
Orang yang paling banyak dipilih oleh anggota lain dalam sistem. 2. Model
Jaringan
g.
Star
Komunikasi Informal
Model ini tidak mempunyai pemimpin semua punya posisi yang sama. a. Model lingkaran ( circle )
b. Model Roda ( Wheel )
Model ini punya posisi yang jelas, yaitu posisinya di pusat.
Model ini punya pemimpin yang jelas, tapi anggota klik lainnya berperan menjadi pemimpin kedua.
c. Model Huruf “ Y “
Sama dengan model lingkaran, tapi anggota klik paling ujung hanya
57
berkomunikasi dengan 1 orang saja.
d. Model Rantai “ Chain “
e. Model Saluran Bebas “ All Channel”
Sama dengan model lingkaran, tapi setiap anggota klik bisa berkomunikasi dengan anggota klik lainnya.
58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA
4.1
Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Sejarah Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Presiden Republik Indonesia Soeharto pernah menyatakan sehubungan dengan pendirian Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Peryantaan tersebut menggambarkan bahwa sejak memasuki tahap kedua pembangunan jangka panjang sudah sangat diperlukan suatu lembaga tingkat pusat untuk mendampingi BAPPENAS. Jika BAPPENAS memberikan pertimbangan secara makro ekonomi, maka BPPT memberikan pertimbangan secara mikro ekonomi dari segala bentuk kegiatan pembangunan. Tugas BPPT adalah memilih, mengkaji dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tepat dan berguna untuk pembangunan industri. Lembaga pendamping tersebut mulai tampak pada tahun 1978 dengan munculnya divisi baru di bawah naungan PERTAMINA yang bernama Divisi Teknologi Maju (Advanced Technology) dan Teknologi Penerbangan. Dalam perkembangannya, melalui keputusan Dewan Komisaris Pemerintah Pertamina No. 4/KPTS/DKPP/1976 tertanggal 1 April 1976, divisi tersebut diubah namanya menjadi Divisi Teknologi Maju Pertamina (Advanced Technology Pertamina = ATP) yang dipimpin oleh Prof. DR. Ing. B. J. Habibie. Divisi inilah yang menjadi
59
cikal bakal dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang merupakan lembaga pendamping yang dimaksud. Selanjutnya melalui KEPPRES No. 25 tahun 1978 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) berdiri dan mulai berfungsi pada tahun 1979. Lembaga yang salah satu tugasnya adalah melakukan pemilihan, pengkajian, dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tepat untuk pembangunan di Indonesia ini, senantiasa berkembang dan mengalami perubahan struktur organisasi yang mengacu kepada kesempurnaan, seiring dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan di dunia. Struktur organisasi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), sesuai dengan SK Presiden RI No. 31 tahun 1982 telah disempurnakan dan di tingkatkan. Menurut SK tersebut BPPT, dipimpin oleh seorang ketua, yaitu Prof. DR. Ing. B. J. Habibie, dibantu oleh seorang Wakil dan Ketua, dan enam Deputi yang masingmasing menangani bidang: a. Analisa Sistem b. Pengkajian Ilmu Dasar dan Terapan c. Pengembangan Teknologi d. Pengkajian Industri e. Pengembangan Kekayaan Alam f. Administrasi Berdasarkan Keppres RI Nomor 47 tahun 1991 tentang Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) reorganisasi dilakukan lagi terutama untuk menjawab tantangan yang semakin besar dewasa ini. Pengembangan struktur organisasi terutama terjadi di organisasi Direktorat. Kalau sebelumnya Direktorat hanya memiliki kepala kelompok, maka pada reorganisasi terbaru, Direktorat
60
membawahkan beberapa Kepala Sub Direktorat dan selanjutnya para kepala kelompok. Pengembangan juga terjadi di bagian pendidikan dan pelatihan. Kalau sebelumnya hanya merupakan suatu bagian, maka pada reorganisasi ini menjadi Pusat Pendidikan dan Latihan (PUSDIKLAT). Ini semua dilakukan terutama untuk mempersiapkan jawabanjawaban atas tantangan masa depan terutama di bidang Sumber Daya Manusia (SDM).
4.1.2 Struktur Organisasi BPPT Berdasarkan keputusan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nomor 170/kp/KA/BPPT/IV/2006 tentang organisasi dan tata kerja BPPT, maka struktur organisasi BPPT terdiri dari : 1. Kepala 2. Sekertaris Utama 3. Deputi Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi 4. Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam 5. Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi 6. Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material 7. Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa 8. Pusat Pendidikan dan Pelatihan 9. Pusat Data, Informasi dan Standarisasi 10. Pusat Audit Teknologi 11. Inspektorat
61
Susunan organisasi di atas memiliki tugas dan peranan sebagai berikut: 1. Kepala BPPT Kepala BPPT memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut: a. Memimpin BPPT sesuai dengan ketentuan perundangundangan yang berlaku b. Menyiapkan kebijaksanaan teknis di dalam pelaksanaan tugas BPPT yang menjadi tanggung jawabnya. c. Membina dan melaksanakan kerjasama dengan instansi dan organisasi lain.
2. Sekertaris Utama Sekretaris utama mempunyai tugas mengkoordinasikan perencanaan, pembinaan, pengendalian administrasi, dan sumber daya lingkungan BPPT. Dalam melaksanakan tugasnya, sekretaris utama menyelenggarakan fungsi: a.
Pengkoordinasian, sinkronisasi, dan integrasi di lingkungan BPPT.
b.
Pengkoordinasian, perencanaan dan kebijakan teknik BPPT.
c.
Pembinaan dan pelayanan administrasi ketatausahaan, organisasi, dan tatalaksana kepegawaian, keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan dan rumah tangga BPPT.
d.
Pengkoordinasian penyusunan peraturan perundangundangan yang terkait dengan tugas BPPT.
e.
Pengkoordinasian dan penyusunan laporan BPPT.
Sekretaris Utama terdiri dari: (1) Biro Perencanaan Dalam melaksanakan tugasnya, Biro Perencanaan menyelenggarakan fungsi:
62
a. Pelayanan data dan administrasi program, serta menyerasikan dan memadukan antara rencana sektoral dan lintas sektoral. b. Pelayanan administrasi kerjasama teknik dalam negeri dan luar negeri, serta pelayanan jasa teknik. c. Evaluasi dan pelaporan program. (2) Biro Sumber Daya Manusia dan Organisasi Biro sumber daya program dan organisasi memiliki tugas untuk melaksanakan pengelolaan sumber daya manusia serta penataan organisasi dan tata laksana. Dalam melaksanakan tugasnya, Biro sumber daya manusia dan organisasi menyelenggarakan fungsi: a. Perencanaan kebutuhan dan mutasi sumber daya manusia b. Pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia c. Pengelolaan data dan kesejahteraan sumber daya manusia d. Analisis, penelaahan, evaluasi, dan perumusan organisasi serta pengembangan kesatuan kerja e. Analisis penyusunan dan evaluasi ketatalaksanaan serta penyiapan bahan koordinasi penyusunan pedoman dan prosedur kegiatan penelitian dan perekayasaan (3)
Biro Keuangan Biro keuangan memiliki tugas untuk melaksanakan pengelolaan anggaran dan perbendaharaan. Dalam melaksanakan tugasnya, Biro keuangan menjalankan fungsi: a. Pengelolaan tata usaha dan penyusunan angaran serta verifikasi b. Pelayanan pembayaran dan pengkajian
63
(4)
Biro Umum dan Hubungan masyarakat Biro Umum dan Hubungan Masyarakat memiiki tugas untuk
melaksanakan pengelolaan perlengkapan, rumah tangga, dan hubungan masyarakat, serta penyusunan perumusan, penelaahan hukum, dan pengelolaan hak kekayaan intelektual. Dalam melaksanakan tugasnya, Biro Umum dan Hubungan Masyarakat menyelenggarakan fungsi: a. Pengelolaan perlengkapan b. Pengelolaan rumah tangga c. Pelaksanaan Hubungan Masyarakat d. Penyusunan, perumusan, dan penelaahan hukum serta pengelolaan kekayaan intelektual.
3. Deputi Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi Deputi bidang pengkajian kebijakan teknologi mempunyai tugas untuk melaksanakan perumusan kebijaksanaan di bidang pengkajian kebijakan teknologi. Dalam melaksanakan tugasnya, Deputi Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi menyelenggarakan fungsi: a. Pengkajian nasional di bidang kebijakan inovasi teknologi, difusi teknologi, dan teknologi untuk pengembangan unggulan daerah dan peningkatan kapasitas masyarakat serta pengembangan suatu wilayah. b. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas di bidang kebijakan inovasi teknologi, difusi teknologi, dan teknologi untuk pengembangan unggulan daerah dan peningkatan kapasitas masyarakat dan pengembangan wilayah.
64
c. Pemantauan, pembinaan dan pelayanan di bidang kebijakan inovasi teknologi, difusi teknologi, dan teknologi untuk pengembangan unggulan daerah dan peningkatan kapasitas masyarakat dan pengembangan wilayah. Deputi Bidang Kebijakan Teknologi terdiri dari: a. Pusat Pengkajian Kebijakan Inovasi Teknologi b. Pusat Pengkajian Kebijakan Difusi Teknologi c. Pusat Pengkajian Kebijakan Teknologi pengembangan Unggulan Daerah dan Peningkatan Kapasitas Masyarakat d. Pusat Pengkajian Kebijakan Teknologi Pengembangan Wilayah.
4.
Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam mempunyai
tugas untuk melaksanakan rumusan kebijakan di bidang teknologi pengembangan sumber daya alam. Dalam melaksanakan tugasnya, Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam menyelenggarakan fungsi: a.
Pengkajian dan penerapan teknologi serta penyusunan kebijakan nasional di bidang teknologi inventarisasi sumber daya alam, pengembangan sumber daya energi, pengembangan sumber daya mineral, dan pengelolaan sumber daya lahan dan kawasan.
b.
Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas di bidang teknologi inventarisasi sumber daya alam, pengembangan sumber daya mineral, dan pengelolaan sumber daya lahan dan kawasan.
c.
Pemantauan, pembinaan, dan pelayanan di bidang pengkajian dan penerapan teknologi dalam rangka inovasi, difusi, pengembangan
65
kapasitas dan membina alih teknologi inventarisasi sumber daya alam, pengembangan sumber daya energi, pengembangan sumber daya mineral, dan pengelolaan sumber daya alam dan kawasan. Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam terdiri dari: a.
Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam.
b.
Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Pengembangan Sumber Daya Energi.
c.
Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Pengembangan Sumber Daya Mineral.
d.
Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Pengembangan Sumber Daya Lahan dan Kawasan.
5.
Deputi Bidang Teknologi Agro Industri dan Bioteknologi Deputi Bidang Teknologi Argo Industri dan Bioteknologi memiliki tugas
untuk melaksanakan perumusan kebijakan di bidang teknologi agroindustri dan bioteknologi. Dalam melaksanakan tugasnya, deputi bidang Agroindustri dan bioteknologi menyelenggarakan fungsi: a. Pengkajian dan penerapan teknologi serta penyusunan kebijaksanaan nasional di bidang teknologi budidaya pertanian, agroindustri, bioindustri, serta farmasi dan medika. b. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas di bidang teknologi budidaya pertanian, agroindustri, bioindustri serta farmasi dan medika.
66
c. Pemantauan, pembinaan dan pelayanan di biang penkajian dan penerapan teknologi dalam rangka inovasi, difusi, dan pengembangan kapasitas serta membina ahli teknologi budidaya pertanian, agroindustri, serta farmasi dan medika. Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi terdiri dari: a. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Budidaya Pertanian. b. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Agroindustri. c. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Bioindustri. d. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Farmasi dan Medika.
6.
Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material mempunyai tugas
untuk melaksanakan perumusan kebijakan di bidang teknologi informasi, energi serta material. Dalam melaksanakan tugasnya, deputi bidang teknologi informasi dan Material menyelenggarakan fungsi: a. Pengkajian dan penerapan teknologi serta penyusunan kebijakan nasional di bidang teknologi informasi dan elektronika, teknologi konversi dan konservasi energi, teknologi material, dan teknologi lingkungan. b. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugasnya di bidang teknologi informasi dan elektronika, teknologi konversi dan konservasi energi, ekologi material dan teknologi lingkungan. c. Pemantauan, pembinaan, dan pelayanan di bidang pengkajian dan penerapan teknologi dalam rangka inovasi, difusi, pengembangan kapasitas, dan membina alih teknologi.
67
Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material terdiri dari: a. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Informasi dan Elektronika b. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Konversi dan Konservasi Energi c. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan.
7.
Deputi Bidang Teknologi Industri Rancangbangun dan Rekayasa Deputi Bidang Teknologi Industri Rancangbangun dan Rekayasa
mempunyai tugas untuk melaksanakan perumusan kebijakan di bidang teknologi industri rancangbangun dan rekayasa. Dalam melaksanakan tugasnya, Deputi Bidang Teknologi Industri Rancangbangun menyelenggarakan fungsi: a. Pengkajian dan penerapan teknologi serta penyusunan kebijakan nasional di bidang teknologi proses dan rekayasa, teknologi industri alat dan mesin, teknologi industri pertahanan dan keamanan, industri sistem transportasi b. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas di bidang teknologi proses dan rekayasa, teknologi industri alat dan mesin, teknologi industri pertahanan dan keamanan, dan teknologi industri dan transportasi c. Pemantauan, pembinaan dan pelayanan di bidang pengkajian dan penerapan teknologi dalam ranka inovasi, difusi, pengembangan kapasitas, dan membina ahli teknologi proses dan rekayasa, teknologi alat dan mesin, teknologi industri pertahanan dan keamanan, dan teknologi industri sistem transportasi.
68
Deputi Bidang Teknologi Industri Rancangbangun dan Rekayasa terdiri dari: a.
Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Industri Proses
b.
Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Industri Alat dan Mesin
c.
Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi industri Pertahan dan Keamanan
d.
Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Industri dan sistem Teknologi Transporasi.
8.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan (PUSDIKLAT) Pusat Pendidikan dan Pelatihan yang selanjutnya disebut PUSDIKLAT
mempunyai tugas untuk menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan perekayasaan teknologi serta pendidikan dan pelatihan lainnya. Dalam melaksanakan tugasnya, PUSDIKLAT menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: a. Penyusunan program, pengembangan, evaluasi, serta pemantauan seluruh kegiatan pendidikan dan pelatihan b. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia c. Pelayanan jasa informasi perpustakaan PUSDIKLAT terdiri dari: a. Bidang Program dan Evaluasi b. Bidang Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan c. Bidang Perpustakaan d. Sub Bagian Tata Usaha e. Kelompok Jabatan Fungsional
69
9.
Pusat Pelayanan Teknologi, Informasi dan Standarisasi Pusat Pelayanan Teknologi, Informasi dan Standarisasi, yang selanjutnya
disebut PUSYANTIS mempunyai tugas untuk memberikan pelayanan teknologi dan informasi serta perumusan rancang standar nasional dan penerapan standar di bidang
teknologi.
Dalam
melaksanakan
tugasnya,
PUSYANTIS
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: a. Perencanaan, pengembangan, dan pemberian pelayanan teknologi. b. Penyusunan, pengelolaan, dan pemberian pelayanan informasi. c. Perumusan rancangan standar nasional di bidang teknologi dan penerapan akreditasi. d. Penyusunan dan pengelolaan sistem dan jaringan informasi. PUSYANTIS terdiri dari: a. Bidang Pengembangan Pelayanan Teknologi b. Bidang Pengembangan Sistem dan Jaringan Informasi c. Bidang Data dan Informasi. d. Bidang Standarisasi dan Jaminan Mutu e. Sub Bagian Tata Usaha f. Kelompok Jabatan Fungsional
10.
Pusat Audit Teknologi Pusat Audi Teknologi yang selanjutnya disebut PAT, mempunyai tugas
untuk melaksanakan Audit Teknologi dan memberikan rekomendasi penerapan teknologi. Dalam melaksanakan tugasnya, PAT menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
70
a.
Perumusan norma, prosedur dan standar audit teknologi pada bidangbidang telematika, manufaktur dan energi, agrobioteknologi dan lingkungannya, serta bidang teknologi strategis lainnya
b.
Koordinasi pelaksanaan audit teknologi pada bidang telematika, manufaktur dan energi, agrobioteknologi dan lingkungan, serta bidang teknologi strategis lainnya
c.
Pengkajian dan penerapan, pembinaan an pelayanan audit teknologi pada bidangbidang telematika, manufaktur dan energi, agrobioteknologi dan lingkungan, serta bidang teknologi strategis lainnya.
Pusat Audit Teknologi terdiri dari: a. Bidang Telematika b. Bidang Manufaktur dan Energi c. Bidang Agrobioteknologi dan Lingkungan d. Sub Bagian Tata Usaha
11.
Ispektorat Inspektorat mempunyai tugas untuk melaksanakan fungsional terhadap
pelaksanaan keuangan, Program, sarana dan pelengkapan, sumber daya manusia serta mempunyai tugas umum di lingkungan BPPT. Dalam melaksanakan tugasnya, Inspektorat menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: a.
Pemeriksaan,
pengujian,
penilaian
dan
pengusutan
atas
penyimpangan terhadap pengelolaan keuangan, program, sarana, dan perlengkapan sumber daya manusia dan tugas umum.
71
b.
Penyusunan dan penyampaian laporan hasil pengawasan kepada kepala BPPT.
c.
Pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan
d.
Pelaksanaan pengembangan dan penyempurnaan sistem dan prosedur pengawasan.
Inspektorat terdiri dari: a.
Bagian tata Usaha
b.
Kelompok Jabatan Fungsional
4.1.3 Tugas Pokok BPPT Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mempunyai empat tugas pokok yaitu: 1. Mempersiapkan perumusan kebijakan umum program pengkajian dan penerapan teknologi sebagai bahan pertimbangan bagi Presiden dalam menerapkan pokokpokok kebijakan nasional yang menyangkut pengembangan dan penerapan teknologi bagi peningkatan industri dan pembangunan. 2. Melakukan koordinasi pelaksanaan program pengkajian dan penerapan teknologi secara menyeluruh dan terpadu. 3. Memberikan pelayanan kepada intansi pemerintah maupun swasta dalam penerapan teknologi. 4. Melaksanakan kegiatankegiatan pengkajian dan penerapan teknologi yang menunjang kebijakan pemerintah di bidang pengembangan dan penerapan teknologi bagi peningkatan industri dan pembangunan.
72
Berdasarkan Keppres RI No. 43/2001, BPPT mempunyai tugas pemerintahan di bidang pengkajian dan penerapan teknologi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
4.1.4. Fungsi BPPT Dalam mengemban tugas pokok tersebut, maka BPPT mempunyai beberapa fungsi yang meliputi: 1. Pengendalian dan penilaian terhadap pelaksanaan program pengkajian dan penerapan teknologi, serta membina kegiatankegiatan alih teknologi. 2. Pembinaan kegiatan kerjasama dengan instansi pemerintah dan organisasi lainnya baik di dalam maupun di luar negeri dalam bidang pengkajian dan penerapan teknologi. 3. Pembinaan pengkajian teknologi dibidang sistem industri primer, sistem industri sekunder, sistem industri jasa, sistem sosial ekonomi, dan pengembangan wilayah untuk menunjang programprogram penerapan teknologi. 4. Pembinaan pengembangan dan penerapan ilmu dasar dan terapan dibidang ilmu pengetahuan rekayasa, ilmu kehidupan, ilmu teknik dan ilmu kelautan dalam rangka pengkajian teknologi. 5. Pembinaan pengembangan pengkajian penerapan teknologi dibidang teknologi pemukiman dan lingkungan hidup, teknologi proses industri, teknologi energi, teknologi elektronika dan informatika serta teknologi manufakturing dan sertifikasi.
73
6. Pembinaan penerapan dan pengembangan teknologi dibidang pengkajian industri pertahanan keamanan dan strategis, pengkajian industri mesin dan elektronika, pengkajian industri pengolahaan dan rekayasa serta pengkajian sarana industri. 7. Pembinaan pengkajian dan penerapan teknologi dibidang teknologi inventarisasi sumber daya alam, teknologi pengembangan sumber daya alam, teknologi pengembangan sumber daya mineral, teknologi sumber daya energi dan teknologi pengembangan sumber daya lahan dan mitigasi bencana. 8. Pembinaan dan pelayanan administrasi serta perencanaan program untuk menunjang pelaksanaan tugas pokok Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut diperlukan caracara serta persiapan dan pemanfaat teknologi yang ada secara lebih terarah. Sementara pemilihan teknologi yang akan diterapkan dan dikembangkan di Indonesia dilakukan melalui pertimbangan yang dititikberatkan pada upayaupaya peningkatan produksi, perluasan kesempatan kerja, dan pemerataan pendapatan. Banyak pertimbangan yang patut diperhitungkan dalam rangka penerapan teknologi di Indonesia. Sebagai negara berkembang, Indonesia masih harus memperjuangkan kesejahteraan rakyat yang umumnya diupayakan dalam bentuk penyediaan lapangan pekerjaan. Oleh karena itu proses penerapan teknologi tidak hanya menyangkut masalah pengadaan perangkat serta terjadinya proses transformasi semata, tetapi juga diperhitungkan daya serapnya terhadap tenaga tenaga kerja bangsa kita. Dengan demikian proses penerapan teknologi, secara tidak langsung, juga terkait pada masalahmasalah sosial.
74
Kehadiran Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) diharapkan mampu mengkaji permasalahanpermasalahan teknologi secara mendalam dan menyeluruh agar kehadiran dan penerapannya benarbenar mendatangkan manfaat yang sebesarbesarnya bagi kepentingan bangsa kita, khususnya dalam rangka mengembangkan industri dan produksi nasional yang dapat memperkuat ketahanan nasional.
4.1.5 Visi, Misi dan Wewenang BPPT 1. Visi BPPT Menjadi pusat unggulan teknologi dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang berbudidaya IPTEK.
2. Misi BPPT a. Mewujudkan BPPT sebagai lembaga terkemuka dalam menyusun kebijakan teknologi di Indonesia. b. Mewujudkan BPPT sebagai agen pembangunan masyarakat dalam bidang teknologi. c. Mewujudkan BPPT sebagai terpercaya bagi industri dalam biang teknologi. d. Mengembangkan BPPT sebagai Pusat Unggulan Teknologi dan Sumber Daya Manusia yang handal.
3. Wewenang BPPT Sesuai dengan Keppres No. 43/2001, BPPT mempunyai wewenang: a.
Penyususunan rencana nasional secara makro di bidangnya
75
b.
Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan secara makro
c.
Penetapan sistem informasi di bidangnya.
d.
Kewenangan lain yang melekat dan telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku
e.
Perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang pengkajian dan penerapan teknologi
f.
Pemberian rekomendasi penerapan teknologi dan melaksanakan audit teknolgi.
4.1.6 Humas BPPT Berdasarkan SK Kepala BPPT No. 021/Kp KA/III/2001, pasal 73, bagian Humas mempunyai tugas melaksanakan penyebaran informasi dan dokumentasi, penerangan dan pers konferensi serta keprotokolan.
1.
Visi Humas BPPT Bagian Humas menjadi pusat pelayanan informasi dan fasilitator unitunit
internal dan eksternal BPPT dalam mewujudkan BPPT sebagai pusat unggulan teknologi industri indonesia.
2.
Misi Humas BPPT a.
Mewujudkan Humas sebagai ujung tombak dalam melaksanakan permasyarakatan hasilhasil IPTEK (produkproduk teknologi) BPPT.
76
b.
Mewujudkan Humas sebagai jembatan dalam memasyarakatkan hasilhasil Iptek (penelitian dan kajian teknologi) BPPT melalui informasi publikasi, dokumentasi, dan seminarseminar.
3.
Tujuan Humas BPPT a.
Meningkatkan pelayanan penyebaran informasi, publikasi, dan dokumentasi.
i.
b.
Tercapainya pelayanan urusan protokol.
d.
Meningkatkan pelayanan media cetak dan elektronik serta pers.
Sasaran Humas BPPT a.
Tercapainya penyelesaian penyebaran informasi, publikasi dan dokumentasi.
b.
Tercapainya penyelesaian urusan protokol.
c.
Tercapainya penyelesaian urusan media cetak, elektronik dan pers.
5
Fungsi Humas BPPT Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada pasal 73, Bagian
Humas menyelenggarakan fungsi: a. Penyusunan, perumusan, dan penelaahan informasi, publikasi, dan dokumentasi. b. Pelaksanaan penyebaran dan penerangan informasi serta pers konferensi.
77
4.1.7 Struktur Humas BPPT Struktur organisasi Humas BPPT sebagai berikut:
KEPALA BAGIAN HUMAS BPPT
SUB BAG.
SUB BAG.
SUB.BAG
PROTOKOL
MEDIA MASSA
PUBLIKASI & DOK
STAFF HUMAS
Sub Bagian Protokol, Mempunyai tugas melakukan urusan protokol dan peniapan ruangan serta berbagai fasilitas pendukung dalam rangka kegiatan protokoler, seperti kegiatan konferensi. Sub Bagian Hubungan Media Massa, mempunyai tugas untuk melakukan pelaksanaan hubungan media massa meliputi jaringan dan pengkomunikasian hasil kaji terap kepada media cetak, media elektronik, media asing dan media ruang serta pengelolaan opini publik. Sub Bagian Publikasi dan Dokumentasi, mempunyai tugas untuk melakukan pelaksanaan publikasi dan dokumentasi yang meliputi penyusunan, penelaahan penerbitan informasi, publikasi elektronik dan layanan informasi
78
interaktif, serta pelaksanaan urusan produksi dan dokumentasi urusan media informasi.
4.1.8 Ruang Lingkup Humas Peranan Humas sangat dibutuhkan karena Humas merupakan salah satu elemen yang menentukan kelangsungan dan keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan di mata publik sasarannya. Humas dituntut untuk mengembangkan atau membangun hubungann yang baik, tidak hanya dengan pihak pers, tetapi juga dengan beberapa pihak luar atau kalangan terkait. Humas adalah fungsi manajemen, ini berarti Humas adalah fungsi melekat dan tidak lepas dari manajemen suatu organisasi atau perusahaan. Tujuannya adalah membentuk good will, toleransi, saling kerja sama, saling mempercayai, saling pengertian, saling menghargai serta untuk memperoleh opini publik yang favorable, serta image yang tepat berdasarkan prinsipprinsip hubungan yang harmonis, baik hubungan ke dalam maupun hubungan ke luar. Dalam berkomunikasi dengan publiknya, Humas BPPT selalu melakukan kegiatan komunikasi dua arah, sehingga melalui komunikasi tersebut diharapkan dapat menciptakan saling pengertian dan meningkatkan itikad baik antara instansi dengan publiknya yang dihadapi. Untuk itu, Humas BPPT melakukan berbagai kegiatan. 1). Kegiatan internal Humas BPPT meliputi: a. Pembuatan Kliping Yaitu mencari beritaberita yang ada pada surat kabar tersebut mengenai beritaberita yang berkaitan dengan Menteri Ristek dan Teknologi atau
79
Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) lainnya yang masih berkaitan dengan Menristek antara lain: Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), kantor Menteri Negara Ristek dan Teknologi (KMRT), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN), Badan Standarisasi Nasional (BSN), dan Badan Pengawas Teknologi Nuklir (BAPETEN). Selain itu mencari beritaberita yang berkaitan dengan teknologi lainnya. b. Membuat media internal Siaran BPPT adalah salah satu media internal BPPT yang diterbitkan satu kali dalam seminggu, yaitu setiap hari Senin. Isi dari siaran BPPT tersebut merupakan kegiatankegiatan yang dilakukan oleh BPPT selama satu minggu tersebut, informasi tentang teknologi dan artikel serta tulisantulisan yang dibuat oleh para peneliti yang tentunya bermanfaat untuk publik internal BPPT khususnya. c. Mengadakan perayaan Hari Ulang Tahun BPPT setiap tahunnya, yaitu mengadakan perayaan yang dilakukan pada setiap hari jadi BPPT. d. Membuat papan pengumuman Berisi informasi singkat mengenai karyawan seperti, kebijaksanaan perusahaan yang baru, pengumuman mengenai nama pimpinan yang baru diganti, rotasi karyawan dan pengumuman lainnya.
80
e. Membuat majalah bulanan BPPT Pembuatan majalah Jurnal Sains Teknologi Indonesia (JSTI), mengenai teknologi yang disebarluaskan kepada masyarakat luas, baik itu para peneliti maupun pelajar. Terbit setiap bulan. f.
Rekreasi bersama Tujuan diadakannya kegiatan ini adalah untuk membina hubungan baik
antara karyawan dengan pimpinan selain itu diharapkan dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan. 68
4.2
Hasil Penelitian dan Analisa Data
4.2.1 Hasil Penelitian Bab ini menguraikan hasil penelitian di lapangan melalui penyebaran kuesioner dan observasi tentang peranperan karyawan Biro Umum dan Humas dalam jaringan komunikasi informal. Meliputi karakteristik responden, struktur jaringan komunikasi informal, dan peran karyawan dalam jaringan komunikasi informal. 4.2.2 Karakteristik Responden Sebelum membahas tentang peranperan dalam jaringan komunikasi informal akan diulas tentang karakteristik karyawan Biro Umum dan Humas Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi yang berjumlah 26 orang. Karakteristik responden dalam penelitian ini, dilihat dari jenis kelamin, usia, pendidikan, dan masa kerja. Berdasarkan hasil penelitian mengenai jenis kelamin dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
68
Sumber data Humas BPPT
81
Tabel 4.2.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin N=26 Jenis Kelamin
f
%
a) Lakilaki
14
53,85
b) Perempuan
12
46,15
26 orang
100,00
Jumlah Sumber kuesioner no:A 2
Dari tabel di atas berdasarkan jenis kelaminnya menunjukan bahwa jumlah karyawan lakilaki lebih banyak dibandingkan karyawan perempuannya, karena di antara tiga sub yang terdapat pada Biro Umum dan Humas yaitu, di sub bagian publikasi dan dokumentasi serta di sub bagian media massa dan pers memiliki jumlah staff lakilaki yang cukup banyak, karena pada dua sub tersebut hanya karyawan lakilaki yang lebih menguasai dua bidang tersebut. Sedangkan karyawan perempuannya terdapat pada sub bagian protokol, bendahara dan sekertaris Humas. Dengan adanya jumlah karyawan lakilaki yang lebih banyak dibandingkan perempuan di harapkan jaringan komunikasi informal yang ada dapat dikendalikan dengan baik sehingga tidak akan mengganggu kestabilan perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian mengenai usia responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
82
Tabel 4.2.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia N=26
Usia
f
%
a) < 20 tahun
b) 21 – 30 tahun
4
15,39
c) 31 – 40 tahun
9
34,61
d) 41 – 50 tahun
10
38,46
e) > 51 tahun
3
11,54
26 orang
100,00
Jumlah
Sumber: Kuesioner no.A 3
Dari tabel di atas menunjukan bahwa karyawan Humas BPPT lebih banyak usia antara 4150 tahun, usia ini dapat dikategorikan usia produktif, karena di usianya tersebut mereka masih dapat bekerja dengan baik dan masih dapat berprestasi sesuai dengan keinginan perusahaan. Mereka yang memiliki usia antara 4150 tahun ratarata mereka yang sudah bekerja lebih dari sepuluh tahun di BPPT. Selain itu juga di antara mereka ada yang memiliki kedudukan yang cukup tinggi di Biro Umum dan Humas BPPT. Sehingga dapat dikatakan mereka lebih berpengalaman dalam menjalani setiap program kerja serta kebijakan yang di buat oleh BPPT. Oleh karena itu, mereka diharapkan dapat membimbing serta mampu memberikan pengarahan yang baik mengenai setiap kebijakan yang telah dibuat oleh perusahaan. Selanjutnya mengenai gambaran responden dilihat berdasarkan jenjang pendidikan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
83
Tabel 4.2.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan Pendidikan
f
%
a) SLTA/Sederajat
9
34,62
b) D3
4
15,38
c) S1
9
34,62
d) S2
4
15,38
26 orang
100,00
Jumlah Sumber: Kuesioner no. A 4
Tingkat pendidikan karyawan Biro Umum dan Humas BPPT sebagian besar berpendidikan S1 dan SLTA. Untuk mereka yang berpendidikan SLTA rata rata sudah memiliki masa kerja yang cukup lama, karna di masa itu sumber daya manusianya belum memiliki pendidikan yang seperti sekarang. Sedangkan mereka yang berpendidikan S1 sudah menyesuaikan dengan perkembangan pendidikan yang ada sekarang, selain itu juga pendidikan yang tinggi sangat dibutuhkan oleh Biro Umum dan Humas untuk mendukung kinerja serta tugas yang sedang mereka jalankan demi kemajuan perusahaan. Dengan adanya tingkat pendidikan yang tinggi diharapkan mampu lebih meningkatkan kinerja sesuai dengan perkembangan teknologi yang ada untuk menunjang kemajuan perusahaan, sehingga tujuan perusahaan akan tercapai. Melalui sumber daya manusia yang berkualitas akan memberikan pemikiran pemikaran yang lebih baik dan dijadikan sebagai masukan kepada perusahaan. Mengenai gambaran responden berdasarkan masa kerja dapat dilihat pada tabel di bawah ini
84
Tabel 4.2.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja N=26 Pendidikan
f
%
a) < 1 tahun
2
7,69
b) 1 – 3 tahun
2
7,69
c) 4 – 6 tahun
3
11,54
d) 7 – 9 tahun
5
19,23
e) > 10 tahun
14
53,85
26 orang
100,00
Jumlah Sumber: kuesioner no.A 5
Berdasarkan tabel di atas mengenai masa kerja, bahwa karyawan yang bekerja lebih dari 10 tahun lebih banyak dibandingkan dengan masa kerja lainnya, karena di antara mereka ada yang telah bekerja sejak pembentukan Biro Umum dan Humas BPPT yaitu pada tahun 1978. Mereka yang telah bekerja selama lebih dari 10 tahun dapat dijadikan panutan oleh karyawan lain, sehingga setiap informasi yang diberikan akan memberikan pengaruh serta masukan bagi mereka yang masa kerjanya lebih muda. Untuk berhubungan dan menyesuaikan diri dengan lingkungan dan individu lainnya mereka akan melakukan suatu hubungan yang diwujudkan melalui komunikasi, untuk menerapkan suatu kedisiplinan dalam perusahaan maka diperlukannya komunikasi agar tercapainya kemajuan dalam perusahaan tersebut.
85
4.2.2 Permasalahan Dominan Jaringan Komunikasi Informal Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai permasalahan yang menyangkut kedisiplinan kerja pada Biro Umum dan Humas BPPT, dapat dilihat pada table berikut ini. Dari hasil penelitian mengenai intensitas dalam membicarakan kedisiplinan kerja dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.2.2.1 Intensitas dalam Membicarakan Peraturan Kedisiplinan Kerja N=26 Intensitas
f
%
a) Selalu
3
11,54
b) Sering
16
61,54
c) Kurang sering
5
19,23
d) Tidak Pernah
2
7,69
26 orang
100,00
Jumlah Sumber kuesioner no :B 2
Dalam berinteraksi dengan lingkungannya individu tidak akan terlepas dari hubungan individu lainnya terutama dalam menghadapi berbagai masalah yang terdapat di mana mereka berada, seperti halnya dalam perusahaan di mana seseorang akan selalu berkomunikasi untuk dapat memecahkan persoalan yang dihadapai maupun untuk mendapatkan informasi yang diinginkannya. Melalui penelitian ini dapat terlihat bahwa 16 orang responden (61,54%) sering membicarakan masalahmasalah peraturan kedisiplinan kerja dengan rekan kerjanya, dan 2 orang responden (7,69%) tidak pernah membicarakan masalah masalah peraturan kedisiplinan dengan rekan kerja. kedua orang ini merupakan
86
orang yang kurang terbuka, mereka lebih senang bekerja dan menyelesaikan tugas tanpa mau berinteraksi, mereka berhubungan hanya seperlunya saja. Dari hasil penelitian mengenai masalah yang sering dibicarakan dalam kedisiplinan kerja, untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel di bawah ini. Tabel 4.2.2.2 Alasan Memilih Orang yang sering diajak Bicara N=26 Org1 f %
Org2 f %
Org3 f %
a) Karena jabatannya
4 15,38
5
19,23
5
19,23
b) karena familiar dan terbuka
12 46,15
1
3,85
7
26,92
c) Karena senioritas
1
3,85
5
19,23
d) Karena pendidikannya
1
3,85
4
15,38
1
3,85
e) karena satu angkatan
2
7,69
1
3,85
f) Karena sudah mengenal
7
26,92
Alasan
lama g) Karena kepercayaan
7 26,92
9
34,62
3
11,54
h) Karena satu daerah
1
3,85
2
7,69
26
100
26
100
26
100
Jumlah Sumber kuesioner No. B 5
Manusia tidak akan terlepas untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orangorang yang berada disekelilingnya ataupuntempat mereka bekerja. Mereka akan saling bertukar informasi sesuai dengan kebutuhan yang diperlukannya. Dalam mencari informasi ataupun untuk dapat saling bertukar pendapat tentang sesuatu yang dihadapi terutama dilingkungan mereka bekerja seperti dalam menghadapi masalahmasalah kedisiplinan dalam bekerja biasanya mereka akan mencari orang yang tepat untuk diajak berbicara dan bertukar pikiran.
87
Di dalam tabel ini terlihat banyak responden yang memilih orangorang yang diajak berbicara berdasarkan faktor familiar dan terbuka, jabatan,dan yang terakhir adalah faktor kepercayaan. Ketiga hal tersebut merupakan hal dasar kenapa mereka memilih orangorang yang dapat diajak berbicara terutama dalam masalah kedisiplinan kerja. Mereka berbicara pun tidak saat mereka bekerja melainkan pada waktu waktu senggang, sehingga mereka dapat melupakan sejenak masalahmasalah yang ada di dalam pekerjaan, walau mereka sering melakukan komunikasi informal tapi mereka tidak melupakan apa yang menjadi kewajiban mereka. Dari hasil penelitian mengenai frekuensi mereka dalam melakukan komunikasi dengan orangorang yang diajak bicara dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.2.2.3 Frekuensi Melakukan Komunikasi Informal N=26
Masalah
Orang 1 f %
Orang 2 f %
Orang 3 f %
a) Setiap hari
3
11,54
2
7,69
4
15,38
b) Sering
16
61,54
9
34,62
5
19,23
c) Kadangkadang
3
11,54
9
34,62
8
30,77
d) Setiap kali ada masalah
4
15,38
6
23,07
9
34,62
26
100,00 26
100,00
26
100,00
Jumlah Sumber kuesioner no. B 6
Berdasarkan dari data yang ada diketahui bahwa, frekuensi dalam melakukan komunikasi informal pada Biro Umum dan Humas terlihat bahwa mereka sering melakukan komunikasi informal, dan banyak juga responden menyatakan, bahwa mereka melakukan komunikasi informal setiap kali ada
88
masalah, ini terlihat bahwa mereka selalu melakukan interaksi melalui komunikasi informal diantara rekan kerja. Berdasarkan data yang didapat di lapangan mengenai Topik yang biasa dibicarakan dalam melakukan komunikasi informal dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.2.2.4 Tentang Masalah Yang Biasa Dibicarakan N=26
Masalah
Orang 1 f %
Orang 2 f %
Orang 3 f %
a) Tentang absensi
6
23,08 1
3,85
5
19,23
b) Tentang tanggung jawab di dalam bekerja
11
42,31 11 42,30
5
19,23
c) Tentang semangat/inisiatif dalam melakukan pekerjaan
2
7,69
6
23,08
9
34,62
d) Tentang Penggunaan jam kerja
5
19,23 7
26,92
7
26,92
e) Tentang pakaian kerja
2
7,69
1
3,85
26
100
26
100
26
100
Jumlah Sumber kuesioner no.B 7
Topik yang sering dibicarakan pada komunikasi informal dari 26 orang karyawan Biro Umum dan Humas BPPT yang menjadi responden penelitian ini adalah masalah kedisiplinan kerja diantaranya masalah tanggung jawab dalam menyelesaikan pekerjaan, masalah penggunaan jam kerja, dan semangat / inisiatif dalam melakukan pekerjaan, Topiktopik tersebut sangat penting untuk diri mereka, karena akan mempengaruhi kondisi dan kenyamanan di dalam bekerja.
89
Selanjutnya dari hasil penelitian mengenai kepuasan karyawan pada peraturan kedisiplinan kerja yang berlaku di BPPT khususnya pada Biro Umum dan Humas dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.2.2.5 Rasa Puas Terhadap Peraturan Kedisiplinan Yang berlaku N=26 Kepuasan
f
%
a) Ya
17
65,38
b) Tidak
9
34,62
26 orang
100,00
Jumlah
Sumber: Kuesioner no.B 8
Dari hasil tersebut terlihat jelas bahwa setengah dari karyawan merasa puas akan kedisiplinan yang berlaku di tempat mereka bekerja. Mereka merasa kedisiplinan yang diterapkan sudah cukup baik untuk memotivasi kerja mereka. Melalui komunikasi informal dapat dirasakan manfaat yang sangat besar untuk memacu semangat para karyawannya, karena melalui komunikasi informal dapat menciptakan lingkungan kerja yang dinamis dan harmonis sehingga akan menciptakan lingkungan yang kondusif di dalam perusahaan. Selain itu responden juga menyatakan bahwa dengan adanya komunikasi informal mereka lebih akrab dan lebih sering berinteraksi sehingga menimbulkan kepedulian diantara sesama karyawan. Komunikasi informal dapat juga menciptakan kondisi yang nyaman di dalam perusahaan, dan komunikasi informal sering dilakukan pada waktu senggang, sehingga karyawan dapat rileks dan mengusir kepenatan dalam menghadapi pekerjaan.
90
Dengan adanya komunikasi informal di dalam lingkungan bekerja dapat menimbulkan kepedulian, keakraban di tempat kerja, dan dengan adanya komuniasi informal antara karyawan maka penyebaran informasi akan lebih mudah tersebar.
4.2.3 PeranPeran Karyawan Dalam jaringan Komunikasi informal Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini bahwa penelitian ini akan mengidentifikai tentang peranperan yang terdapat dalam jaringan komunikasi informal di Biro Umum dan Humas BPPT. Hasil dari penelitian data yang didapat di lapangan dapat dilihat dalam matriks hubungan sebagai berikut :
91
1)
Opinion Leader Ini merupakan orangorang yang memimpin dalam organisasi informal
tapi orangorang ini tidak selalu mempunyai otoritas secara resmi dalam organisasi, namun dapat membimbing tingkah laku atau sikap para anggota klik dan dapat mempengaruhi keputusan mereka. Respondenresponden ini dipilih sebagai opinion leader karena mereka dianggap dapat membimbing tingkah laku dan mempengaruhi keputusan mereka. Pada tabel di bawah ini bisa dilihat siapa saja responden yang menjadi opinion leader:
Tabel 4.2.3.1 Peran Responden Sebagai Opinion Leader
No. Responden
Jabatan Formal
Asal Klik
11
Sub Bag. Media Massa
1
21
Fungsional Pranata Humas
3
14
FungsionalPranata Humas
4
Para opinion leader di sini tidak hanya dari orang yang memiliki jabatan formal yang tinggi, tetapi ada juga yang menduduki jabatan sebagai staff. Mereka melakukan fungsi kunci komunikasi dengan mempengaruhi pembentukan pendapat dan perubahan sikap, mereka ini dimintai pendapat dan anggota klik lainnya mendengarkan mereka. Mereka dipilih sebagai opinion leader, karena beberapa alasan diantaranya, ada yang memilih karena jabatannya, sifatnya yang familiar dan terbuka, pendidikannya, karena senioritas, dan ada juga yang memilih karena orang tersebut dapat dipercaya. Selain itu juga mereka dianggap
92
mempunyai pengalaman, pengetahuan yang luas dan merupakan orangorang yang selalu mengikuti berita yang sedang banyak dibicarakan, terutama mengenai kedisiplinan kerja.
2)
Gate Keeper Penjaga gawang dalam suatu jaringan komunikasi informal adalah
responden yang secara strategis di tempatkan dalam jaringan agar dapat melakukan pengendalian atas informasi atau pesan apa yang akan disebarkan. Mereka mempunyai kekuasaan dalam memutuskan apakah suatu informasi penting atau tidak. Selain itu juga gate kepeer mempunyai peran mengontrol arus informasi diantara anggota klik baik itu arus masuk atau keluar. Di bawah ini dapat dilihat responden mana saja yang berperan sebagai gate keeper.
Tabel 4.2.3.2 Peran Responden Sebagai Gate Keeper No. Responden
Jabatan Formal
Asal Klik
2
Fungsional Pranata Humas
3
4
Fungsional Pranata Humas
4
3
Staff Humas
2
13
Sub Bag. Protokol
1
Mereka merupakan orangorang yang sering mengontrol arus informasi yang masuk dan keluar. Mereka menginformasikan kepada anggotaanggota klik
93
lainnya. Responden ini dipilih karena mereka dekat dengan orangorang yang mempunyai informasi, terutama tentang kedisiplinan dalam bekerja, dan responden ini juga yang menyaring informasi mana saja yang boleh disebarkan dan informasi mana yang sekiranya tidak perlu disebarkan atau diinformasi kepada anggota klik lainnya dan informasi yang didapat pun bisa dipercaya.
3)
Cosmopolites Merupakan
individu
yang
menghubungkan
organisasi
dengan
lingkunganya. Mereka ini mengumpulkan informasi dari sumbersumber yang ada dalam lingkungan dan memberikan informasi mengenai organisasi kepada orang orang tertentu pada lingkungannya. Pada tabel di bawah ini dapat dilihat responden nomer berapa saja yang berperan sebagai cosmopolite.
Tabel 4.2.3.3 Peran Responden Sebagai Cosmopolite No. Responden
Jabatan Formal
Asal Klik
11
Sub Bag. Media Massa
1
13
Sub Bag Protokol
1
17
Ka. Humas BPPT
1
22
SubBag. Dokumentasi&Publikasi
1
Responden ini mempunyai jabatan yang sangat tinggi pada bagian Humas. Oleh karena itu, mereka paling sering berhubungan dengan lingkungan di luar
94
organisasi demi kemajuan perusahaan. Alasan yang menjadikan responden tersebut sebagai cosmopolite adalah, karena jabatan formal yang mereka pegang, yang pada akhirnya mengharuskan mereka untuk terus berhubungan dengan lingkungannya, selain itu juga mereka memiliki kontak yang lebih sering dengan sumbersumber di luar organisasi dengan bertindak sebagai saluran bagi gagasan gagasan baru yang akan memasuki organisasi. Responden ini mempunyai pengetahuan yang luas dan mereka ini mempunyai banyak teman di luar lingkungan organisasi, responden ini aktif dalam lingkungan maupun di luar organisasi.
4)
Liaison Perannya sama dengan bridge, tetapi responden tersebut bukan anggota
dari satu kelompok klik, tetapi dia merupakan penghubung diantara satu kelompok klik dengan kelompok klik yang lain. Responden ini membantu dalam membagi informasi yang relevan diantara kelompokkelompok klik dalam jaringan komunikasi informal. Responden yang berperan sebagai liaison dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.2.3.4 Peran Responden Sebagai Liaison No. Responden
Jabatan Formal
8
Sekertaris Humas BPPT
16
Fungsional Pranata Humas
18
Fungsional Pranata Humas
20
Fungsional Pranata Humas
95
Responden ini mempunyai peranan yang penting bagi berfungsinya organisasi secara efektif, tapi dari responden ini juga aliran informasi dapat lancar atau terhambat. Selain itu juga respnden ini membantu memberi informasi diantara klikklik dan juga mengkoordinasi kelompok, peran penghubung memegang peranan penting bagi berfungsinya organisasi secara efektif.
5)
Isolate Ini merupakan responden yang hanya melakukan sedikit atau sama sekali
tidak mengadakan kontak dengan anggota klik lainnya. Responden yang mempunyai peran isolate adalah responden no. 6 jabatannya sebagai Staff Humas, responden no. 9 jabatannya sebagai Staff Humas. Responden ini lebih senang sibuk sendiri dibandingkan berinteraksi dengan orangorang di sekelilinnya, dan mereka merupakan orangorang yang sensitif. Responden ini tidak terbuka dikarenakan kurang bersedia berinteraksi dengan anggota lain, dan menganggap bahwa lebih muda dan kurang berpengalaman dalam bekerja, responden ini memiliki masa kerja yang cukup muda yaitu kurang dari satu tahun, sehingga mereka kurang banyak berinteraksi dengan responden yang lain. Responden ini selalu tepat waktu dalam melakukan setiap pekerjaan yang diberikan, mereka sangat jarang berkomunikasi terutama dalam masalah kedisiplinan kerja.
96
6)
Bridge Bridge atau jembatan merupakan anggota klik dalam suatu organisasi
informal yang menghubungkan atau menjembatani klik tersebut dengan anggota klik atau kelompok lainnya. Responden yang berperan sebagai bridge dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.2.3.5 Peran Responden Sebagai Bridge
No. Responden
Jabatan Formal
Asal Klik
17
Ka. Humas BPPT
1
24
Fungsional Pranata Humas
3
25
Fungsional Pranata Humas
4
26
Fungsional Pranata Humas
1
Peran Bridge ini merupakan anggota kelompok yang memiliki hubungan yang menonjol, mereka sebagai pengontak langsung antara dua kelompok atau klik. Melalui bridge ini juga sangat rentan terhadap suatu kondisi yang menyebabkan penyimpangan informasi atau kesalahpahaman terhadap informasi yang diterima, karena ada penyimpangan infofrmasi tersebut terkadang menimbulkan konflik baik itu di dalam kelompok kliknya atau pun pada kelompok klik lainnya. Alasan yang menjadikan responden tersebut sebagai bridge adalah, karena responden tersebut merasa tidak puas dengan segala informasi yang ada pada kliknya, sehingga mereka juga sering mencari informasi lain di luar kliknya.
97
7)
Star Adalah individu yang paling banyak dipilih oleh anggota lain dalam suatu
sistem. Secara operasional dijabarkan sebagai karyawan yang dianggap oleh jaringan paling banyak mempunyai informasi mengenai penerapan kebijakan. Responden yang berperan sebagai star adalah responden no. 11 yang berasal dari klik I, responden ini jabatan informalnya adalah sebagai Sub Bagian Media Massa. Alasan dipilihnya responden tersebut sebagai star, karena sifatnya yang familiar, bijaksana dan terbuka. Oleh karena itu, responden ini banyak dipilih oleh responden lainnya untuk membicarakan masalah kedisiplinan kerja di Humas BPPT. Untuk mengetahui model jaringan komunikasi yang terdapat di Biro Umum dan Humas BPPT dapat dilihat pada gambar sosiogram dengan sistem jala berikut ini:
98
4.2.4 ModelModel Jaringan Komunikasi Informal Dari hasil data penelitian ternyata faktor jabatan, kepercayaan, familiar dan terbuka, serta senioritas adalah faktorfaktor yang membentuk klikklik dalam jaringan komunikasi informal. Dari kontakkontak komunikasi diantara karayawan, maka hubungan interaksi yang terbentuk dari tiga responden atau lebih yang mengadakan kontak antara satu sama lainnya akan terbentuk klik. Pembentukan klik tersebut dikarenakan adanya kesamaan antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Temuan penelitian sebagaimana digambarkan dalam jaringan komunikasi informal mengenai masalahmasalah kedisiplinan kerja yang menghasilkan 4 klik dalam Biro Umum dan Humas BPPT. Keempat klik ini dapat digambarkan dalam model jaringan komunikasi informal.
1.
KLIK I MODEL WHEEL
11
13
17 77
23
10
99
Tabel 4.2.4.1 Responden Pada Klik I No. Responden
Jabatan Formal
17
Ka. Humas BPPT
11
Sub Bag. Media Massa
13
Sub Bag. Protokol
22
Sub. Bag. Publikasi & Dokumentasi
10
Fungsional Pranata Humas
Responden yang berada pada klik I ini merupakan orangorang yang memiliki jabatan formal yang sangat tinggi pada Biro Umum dan Humas BPPT, sehingga mereka lebih sering berhubungan baik itu secara formal maupun informal untuk membicarakan setiap masalah yang ada di organisasi tersebut, termasuk masalah kedisiplinan kerja. Mereka juga telah lama bekerjadi Biro Umum dan Humas BPPT, ratarata masa kerja mereka lebih dari 7 tahun. Klik ini terjadi karena posisi mereka dan telah lama saling mengenal sehingga tercipta keakraban dan timbulnya kepercayaan diantara mereka. Klik I ini juga terdiri dari responden yang memiliki jabatan yang berbeda beda, mereka menduduki jabatan yang cukup penting di Humas BPPT, selain itu juga karena jarak tempat kerja mereka yang berdekatan, sehingga mereka lebih mudah melakukan komunikasi. Pada klik I ini yang membentuk model roda semua responden memiliki wewenang atau kekuatan yang sama untuk mempengaruhi kelompok klik yang lain, tetapi ada satu responden yang dianggap mempunyai kekuatan yang paling kuat yaitu responden no. 11 karena responden
100
ini banyak melakukan kontak dengan responden lainnya, memiliki masa kerja yang sudah cukup lama, pendidikan yang tinggi, serta dinilai dapat menyampaikan aspirasi rekanrekan karyawan lainnya. Adapun masalahmasalah yang banyak dibicarakan pada klik ini adalah mengenai kedisiplinan kerja yang berlaku terutama bagaimana peraturan kedisiplinan dapat membuat para karyawan semangat dalam bekerja, namun tidak di bawah tekanan atau keterpaksaan, serta mempunyai inisiatif dalam melakukan pekerjaan, serta dapat meningkatkan kreatifitas mereka dan pada klik ini juga membicarakan tentang kepuasan karyawan terhadap kedisiplinan yang berlaku. Untuk menghitung indeks keterhubungan pada klik ini dapat dilihat pada penjelasan di bawah inii:
Indeks Keterhubungan
=
Kontak kontak nyata Kemungkinan Hubungan
=
1122, 2210, 1017, 1713, 1311, 1110, 1117, 2213, 1011, 1711, 1322 2213, 1117, 1110, 1322, 1711, 1011, 1113, 1317, 1710, 1022, 2211
=
11 : 11
=
1= 100%
Indeks keterhubungan yang didapat tinggi yaitu sebesar 100%
101
B.
KLIK II MODEL ALL CHANNEL
22
3
19
1
Tabel 4.2.4.2 Responden Pada Klik II
No. Responden
Jabatan Formal
1
Staff Humas
3
Staff Humas
19
Fungsional Pranata Humas
23
Fungsional Pranata Humas
102
Pada klik II ini masalahmasalah kedisiplinan kerja yang sering dibicarakan mengenai, yaitu masalah absensi dan tanggung jawab dalam menyelesaikan pekerjaan, dan penggunaan jam kerja yang kurang baik. Responden yang berada pada klik II mempunyai masa bekerja yang bervariasi antara 1 tahun sampai dengan lebih dari 10 tahun. Pada klik II ini membentuk model all channel atau semua saluran , model ini memiliki kesamaan atau kemiripan dengan model lingkaran, karena semua anggota klik berhak melakukan komunikasi atau kontak. Pada model ini tidak ada pusat informasi semua responden memiliki peran yang sama. Pada model All Channel ini terjadi hubungan timbal balik di antara responden yang menjadi anggota klik dengan anggota klik lainnya. Tetapi pada model ini juga terjadi interlocking yaitu anggotaanggota klik bebas untuk memilih kepada siapa mereka akan mengajak bicara. Responden no. 23 dapat melakukan komunikasi secara langsung dengan anggota klik lainnya seperti responden no. 3, no. 1, dan no. 19. Kelebihan yang dimiliki model All Channel hampir sama dengan model lingkaran, tiap anggota memiliki kewenangan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya, dan setiap anggota bisa berkomunikasi dengan setiap anggota lainnya tidak hanya terbatas dua orang di sisinya. Model ini memungkinkan adanya partisipasi anggota secara optimal. Kekurangan yang dimiliki yaitu karena model ini setiap anggota bisa berkomunikasi dengan anggota lainnya, maka informasi yang tersebar tidak tersentralisasi.
103
C
KLIK III MODEL WHEEL
2
5
21
24
12
Tabel 4.2.4.3 Responden Pada Klik III
No. Responden
Jabatan Formal
2
Fungsional Pranata Humas
5
Fungsional Pranata Humas
12
Fungsional Pranata Humas
21
Fungsional Pranata Humas
24
Fungsional Pranata Humas
104
Responden ini ratarata masa kerjanya sudah cukup lama, yaitu lebih dari 10 tahun, karena masa kerjanya yang sudah cukup lama tersebut menjadikan mereka saling dekat dan mengenal satu sama lain, sehingga terjadi klik diantara mereka. Pada klik ini masalah yang sering dibicarakan adalah masalah kedisiplinan kerja, seperti masalah absensi, penggunaan jam kerja yang kurang efektif, dan masalah tanggung jawab dalam menyelesaikan pekerjaaanya.
105
D.
KLIK IV MODEL WHEEL
26
25
14
7
15
4
Tabel 4.2.4.4 Responden Pada Klik IV No. Responden
Jabatan Formal
4
Fungsional Pranata Humas
7
Fungsional Pranata Humas
14
Fungsional Pranata Humas
15
Fungsional Pranata Humas
25
Fungsional Pranata Humas
26
Fungsional Pranata Humas
Sistem jaringan komunikasi di sini menjadikan semua laporan, instruksi, perintah kerja dan kepengawasan terpusat pada satu orang yang memimpin
106
dengan empat bawahan atau lebih, dan tidak terjadi interaksi (komunikasi) acara satu bawahan dengan bawahan yang lain. Pada model ini yang menjadi pusat informasi adalah responden no. 14, alasan dipilihnya responden tersebut oleh anggotanya, karena responden tersebut memiliki sifat yang sangat disukai oleh responden lainnya untuk membicarakan masalahmasalah yang ada di humas tersebut. Untuk menghitung indeks keterhubungan pada klik ini dapat dilihat pada penjelasan di bawah inii:
Indeks Keterhubungan
=
Kontak kontak nyata Kemungkinan Hubungan
=
1122, 2210, 1017, 1713, 1311, 1110, 1117, 2213, 1011, 1711, 1322 2213, 1117, 1110, 1322, 1711, 1011, 1113, 1317, 1710, 1022, 2211
=
11 : 11
=
1= 100%
Indeks keterhubungan yang didapat tinggi yaitu sebesar 100%
107
4.3
Analisa Data Hasil penelitian ini mendapatkan adanya jaringan komunikasi informal
pada Biro Umum dan Humas BPPT. Jaringan komunikasi informal ini terbentuk tanpa direncanakan dan bersifat tidak resmi, karena terjadi dari obrolanobrolan atau desasdesus yang menyebar dari mulut ke mulut sehingga dalam jaringan tersebut terdapat keteranganketerangan yang tidak resmi. Jaringan komunikasi informal yang ada pada Biro Umum dan Humas BPPT tidak hanya dilakukan pada karyawannya saja, tetapi melibatkan juga atasan Humas tersebut. Terbentuknya klikklik pada humas tidak hanya didasarkan pada kedudukan anggota klik, tetapi karena mereka sudah saling mengenal, sehingga mereka dapat saling terbuka satu sama lain, serta menumbuhkan rasa saling percaya diantara mereka dalam membicarakan masalahmasalah yang ada. Dalam penelitian ini terlihat jelas bahwa klikklik pada Biro Umum dan Humas yang terbentuk di dalam jaringan komunikasi informal ini memang tidak hanya melihat dari kedudukan orang tersebut, melainkan juga dari rasa kepercayaan, sifatnya yang familiar serta terbuka dari orang yang diajak bicara. Dalam penelitian ini terlihat bahwa faktor kepercayaan, faktor familiar dan terbuka serta faktor jabatan merupakan unsur yang penting untuk dapat melakukan komunikasi dengan efektif, di dalam melakukan komunikasi informal terutama masalah kedisiplinan kerja. Faktor tersebut banyak dipilih karena untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain kita harus tahu dulu apakah orang tersebut dapat dipercaya atau tidak. Dengan adanya kepercayaan mereka dapat berkomunikasi dengan orang tersebut dengan bebas tanpa harus takut pesan yang kita sampaikan akan
108
diberitakan lagi pada orang lain. Dalam penelitian pada Biro Umum dan Humas BPPT, bahwa jaringan komunikasi informal itu berperan penting dalam penyelesaian permasalahan yang ada dalam organisasi. Melalui jaringan komunikasi informal para atasan di Biro tersebut dapat cepat mengetahui masalahmasalah kedisiplinan kerja yang membuat para karyawannya merasa tidak nyaman, sehingga permasalahan yang ada dalam organisasi dapat cepat ditangani dan tidak berlarutlarut, dan kondisi kerja dapat kembali nyaman. Dalam penelitian ini tergambar jelas bahwa dengan adanya jaringan komuniksasi informal yanng terbentuk pada Biro ini merupakan penghubung antara atasan dan bawahan, sehingga tidak terdapat kesenjangan diantara mereka dan komunikasi informal dapat berjalan dengan sendirinya, permasalahan kedisiplinan kerja pun dapat diatasi. Dalam masalah ini yang banyak dibicarakan adalah tanggung jawab dalam menyelesaikan pekerjaan, penggunaan jam kerja, serta tentang semangat/ inisiatif dalam melakukan pekerjaan, ketiga masalah tersebut sangat banyak dibicarakan karena menyangkut kepentingan perusahaan dan kepentingan karyawan itu sendiri. Tanpa adanya rasa tanggung jawab yang besar dalam menyelesaikan pekerjaan maka tidak akan dapat memajukan perusahaan dan bagi diri sendiri pun tidak akan ada peningkatan karir, selain rasa tanggung jawab juga perlu rasa semangat atau inisiatif dalam melakukan pekerjaan, karena tanpa adanya rasa tersebut maka tidak akan tercapai tujuan dari perusahaan atau organisasi. Penelitian pada karyawan Biro Umum dan Humas BPPT ditemukan tujuh peran responden yang mempunyai fungsi masingmasing, di mana fungsi dalam
109
peranan tersebut sangat penting untuk kelangsungan jaringan komunikasi informal yang ada. Peran Opinion Leader sebanyak 3 orang, responden tersebut tidak semuanya memiliki otoritas formal dalam organisasi, tetapi mereka dapat membimbing dan mempengaruhi tingkah laku dan keputusan anggota kliknya. Peran Gate Kepeer atau penjaga gawang sebanyak 4 orang, mereka merupakan yang mengkontrol arus informasi diantara anggota kliknya. Peran Cosmopolite sebanyak 4 orang, mereka adalah orang yang menghubungkan kliknya dengan lingkungan luar kliknya yang lebih luas. Peran Liaison sebanyak 4 orang, mereka merupakan penghubung antara satu kelompok klik dengan kelompok klik lainnya, dan mereka ini responden yang bukan anggota kedua kelompok. Peran Isolate sebanyak 2 orang, mereka merupakan responden yang paling sedikit atau tidak sama sekali melakukan kontak atau komunikasi atau yang sering di katakan sebagai penyendiri. Untuk peran Star hanya ada 1 orang, responden ini adalah responden yang paling banyak dipilih oleh responden lainnya. Sedangkan peran Bridge sebanyak 4 orang responden, mereka ini adalah orang yang menghubungkan antara klik satu dengan klik lainnya, tetapi responden tersebut merupakan anggota dari salah satu klik tersebut. Jumlah klik yang ada pada jaringan komunikasi informal di Biro Umum dan Humas BPPT sebanyak 4 klik. Di mana masingmasing klik terdapat 4 sampai 6 orang responden. Responden yang ada pada setiap klik tidak hanya memegang satu peranan, tetapi ada beberapa orang yang memegang lebih dari satu peran dalam jaringan komunikasi informal ini, mereka adalah responden no. 11 yang berperan sebagai Opinion Leader, Star dan Cosmopolite. Responden no.
110
13 berperan sebagai Gate Keeper dan Cosmopolite. Sedangkan responden no. 17 berperan sebagai Cosmopolite dan Bridge. Mereka yang memiliki peran lebih dari satu, karena mereka memiliki kelebihan dibandingkan responden lainnya. Klikklik yang terbentuk di sini bersifat informal tidak mengikuti struktur formal, tetapi terjadi interaksi sosial yang wajar diantara anggota organisasi. Klik klik ini membentuk beberapa model jaringan komunikasi informal, klik I yaitu membentuk model Wheel, klik II terbentuk klik all channel, klik III terbentuk model Wheel, sedangkan klik IV terbentuk model Wheel. Masing masing model memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan pada model all channel adalah semua anggota klik mempunyai kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota klik lainnya. Antara anggota klik dapat melakukan interaksi secara timbal balik. Antara anggota klik bisa berkomunikasi sangat mudah dengan setiap anggota kliknya. Sedangkan kekurangannya adalah tidak adanya seorang pimpinan pada klik tersebut, sehingga peran seorang pemimpin untuk memberikan arahan atau masukan (penengah) kepada anggotanya dalam setiap terjadinya suatu masalah yang ada tidak ada, karena di sini posisi tiap anggotanya sama kuat. Sehingga apabila tidak ada rasa saling mengalah, maka tidak akan menemukan jalan keluarnya. Kelebihan pada model wheel adalah sistem jaringan komunikasi di sini menjadikan semua laporan, instruksi, perintah kerja, dan pengawasan terpusat pada satu orang pemimpin yang dapat memimpin dengan empat bawahan atau lebih. Sedangkan kekurangannya adalah, tidak terjadi interaksi (komunikasi) antara satu bawahan dengan bawahan lainnya. Apabila seorang anggota klik ingin memberikakn pesan kepada anggota klik lain harus disampaikan kepada
111
pemimpin terlebih dahulu. Jadi hanya satu orang yang dapat mengirim dan menerima pesan dari anggota klik. 69 Di dalam model tersebut terjadi juga dua pola komunikasi pertama mutual pair di mana antara anggota klik dapat saling bertukar informasi atau melakukan hubungan timbal balik diantara anggotaanggota klik untuk saling bertukar informasi, dan yang kedua terjadi pola interlocking di mana setiap anggota klik bebas memilih siapa yang akan diajak berkomunikasi.
69
Rosady Rusla, Manajemen PR dan Media Komunikasi, Jakarta, 2005, PT. Raja Grafindo Persada, hal: 108‐109
112
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan di lapangan dan dari hasil analisa mengenai Jaringan Komunikasi Informal yang terdapat pada Biro Umum dan Humas BPPT tentang masalahmasalah internal perusahaan terutama mengenai kedisiplinan kerja karyawan antara lain absensi, semangat atau inisiatif dalam menyelesaikan, tanggung jawab dalam pekerjaan, masalah penggunaan jam kerja, dan tentang pakaian kerja, maka sesuai dengan tujuan dari penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu: 1. Pada jaringan komunikasi informal tersebut ditemukan adanya peran peran sebagai berikut: a. opinion leader, pada peran ini ditemukan sebanyak 3 orang responden. Mereka tersebar pada klik I, klik III dan klik IV. Mereka ini adalah orang yang dapat mempengaruhi keputusan dan tingkah laku dari anggota klik lainnya dan merupakan orangorang yang dapat dipercaya. b. Gate keeper, pada peran ini ditemukann sebanyak 4 orang responden, mereka tersebar pada klik I, klik II, klik III dan klik IV. Mereka ini adalah orang yang mengatur dan mengontrol arus informasi yang masuk dan keluar pada anggota kliknya. c. Liaison, pada peran ini ditemukan sebanyak 4 orang responden. Mereka ini berfungsi untuk menghubungkan antara klik satu
113
dengan klik yang lainnya, tetapi mereka ini bukan anggota dari klikklik tersebut. d. Cosmopolite, pada peran ini ditemukan sebanyak 4 orang responden. Mereka ini adalah orang yang menghubungkan organisasi dengan lingkungannya, dan mereka merupakan orang orang yang sering melakukan kontak dengan orangorang yang ada di luar organisasi. Mereka ini terdapat pada klik I. e. Bridge, pada peran ini ditemukan sebanyak 4 orang responden, mereka ini terdapat pada klik I, klik II, dan klik 4. Peran ini mempunyai fungsi untuk menghubungkan kliknya dengan klik yang lain. f. Isolate, pada peran ini ditemukan sebanyak 2 orang responden,. Mereka ini adalah orang yang paling sedikit atau tidak sama sekali melakukan kontak dengan rekan kerjanya, mereka termasuk orang yang pendiam dan penyendiri (pemencil). g. Star, peran ini ditemukan sebanyak 1 orang responden. Responden ini adalah orang yang paling banyak dipilih oleh responden lainnya dalam membicarakan masalah yang ada. 2. Ditemukannya juga model jaringan komunikasi yang berbentuk Wheel pada klik I, III dan IV, di mana model ini terdapat pimpinan, Orang ini merupakan satusatunya yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua anggota klik, jadi jika ada anggotanya ingin berkomunikasi dengan anggota klik lainnya, maka pesannya harus disampaikan melalui pimpinan klik. Sedangkan klik II berbentuk model All channel di mana semua anggota memiliki kekuasaan dan kekuatan yang sama untuk
114
mempengaruhi anggota lainnya, dan informasi pun dapat tersebar secara merata dan tidak terdapatnya pemusatan informasi. Pada klikklik tersebut terdiri dari 4 sampai 6 orang responden.
5.2
Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan pada Biro Umum
dan Humas BPPT mengenai jaringan komunikasi informal, maka ada beberapa saran yang dapat penulis kemukakan sebagai berikut: 1. Dengan telah diketahuinya jaringan komunikasi informal di Biro Umum dan Humas BPPT maka diharapkan pihak perusahaan dapat mempergunakan pemetaan yang telah ditemukan untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang akan terjadi. 2. Dengan adanya jaringan komunikasi informal diharapkan para karyawan Biro Humas dapat saling berkomunikasi dan saling memperhatikan satu sama lain agar menghindari adanya orangorang yang terkucil dalam lingkungan kerja, dan orang yang terkucil dapat membuka diri untuk saling berinteraksi. 3. Jaringan komunikasi informal dapat diterima sebagai alat untuk mempererat hubungan sesama karyawan baik itu dengan atasan, maupun bawahan. 4. Bagi para peneliti yang tertarik untuk melakukan penelitian mengenai jaringan komunikasi informal, agar dapat lebih mengembangkan aspek penelitian dalam analisa jaringan komunikasi informal, sehingga dapat lebih memperkaya hasil penelitian, dan dapat memahami mengenai analisa jaringan komunikasi informal.
115
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan di lapangan dan dari hasil analisa mengenai Jaringan Komunikasi Informal yang terdapat pada Biro Umum dan Humas BPPT tentang masalahmasalah internal perusahaan terutama mengenai kedisiplinan kerja karyawan antara lain absensi, semangat atau inisiatif dalam menyelesaikan, tanggung jawab dalam pekerjaan, masalah penggunaan jam kerja, dan tentang pakaian kerja, maka sesuai dengan tujuan dari penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu: 3. Pada jaringan komunikasi informal tersebut ditemukan adanya peran peran sebagai berikut: h. opinion leader, pada peran ini ditemukan sebanyak 3 orang responden. Mereka tersebar pada klik I, klik III dan klik IV. Mereka ini adalah orang yang dapat mempengaruhi keputusan dan tingkah laku dari anggota klik lainnya dan merupakan orangorang yang dapat dipercaya. i. Gate keeper, pada peran ini ditemukann sebanyak 4 orang responden, mereka tersebar pada klik I, klik II, klik III dan klik IV. Mereka ini adalah orang yang mengatur dan mengontrol arus informasi yang masuk dan keluar pada anggota kliknya. j. Liaison, pada peran ini ditemukan sebanyak 4 orang responden. Mereka ini berfungsi untuk menghubungkan antara klik satu
116
dengan klik yang lainnya, tetapi mereka ini bukan anggota dari klikklik tersebut. k. Cosmopolite, pada peran ini ditemukan sebanyak 4 orang responden. Mereka ini adalah orang yang menghubungkan organisasi dengan lingkungannya, dan mereka merupakan orang orang yang sering melakukan kontak dengan orangorang yang ada di luar organisasi. Mereka ini terdapat pada klik I. l. Bridge, pada peran ini ditemukan sebanyak 4 orang responden, mereka ini terdapat pada klik I, klik II, dan klik 4. Peran ini mempunyai fungsi untuk menghubungkan kliknya dengan klik yang lain. m. Isolate, pada peran ini ditemukan sebanyak 2 orang responden,. Mereka ini adalah orang yang paling sedikit atau tidak sama sekali melakukan kontak dengan rekan kerjanya, mereka termasuk orang yang pendiam dan penyendiri (pemencil). n. Star, peran ini ditemukan sebanyak 1 orang responden. Responden ini adalah orang yang paling banyak dipilih oleh responden lainnya dalam membicarakan masalah yang ada. 4. Ditemukannya juga model jaringan komunikasi yang berbentuk Wheel pada klik I, III dan IV, di mana model ini terdapat pimpinan, Orang ini merupakan satusatunya yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua anggota klik, jadi jika ada anggotanya ingin berkomunikasi dengan anggota klik lainnya, maka pesannya harus disampaikan melalui pimpinan klik. Sedangkan klik II berbentuk model All channel di mana semua anggota memiliki kekuasaan dan kekuatan yang sama untuk
117
mempengaruhi anggota lainnya, dan informasi pun dapat tersebar secara merata dan tidak terdapatnya pemusatan informasi. Pada klikklik tersebut terdiri dari 4 sampai 6 orang responden.
5.2
Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan pada Biro Umum
dan Humas BPPT mengenai jaringan komunikasi informal, maka ada beberapa saran yang dapat penulis kemukakan sebagai berikut: 5. Dengan telah diketahuinya jaringan komunikasi informal di Biro Umum dan Humas BPPT maka diharapkan pihak perusahaan dapat mempergunakan pemetaan yang telah ditemukan untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang akan terjadi. 6. Dengan adanya jaringan komunikasi informal diharapkan para karyawan Biro Humas dapat saling berkomunikasi dan saling memperhatikan satu sama lain agar menghindari adanya orangorang yang terkucil dalam lingkungan kerja, dan orang yang terkucil dapat membuka diri untuk saling berinteraksi. 7. Jaringan komunikasi informal dapat diterima sebagai alat untuk mempererat hubungan sesama karyawan baik itu dengan atasan, maupun bawahan. 8. Bagi para peneliti yang tertarik untuk melakukan penelitian mengenai jaringan komunikasi informal, agar dapat lebih mengembangkan aspek penelitian dalam analisa jaringan komunikasi informal, sehingga dapat lebih memperkaya hasil penelitian, dan dapat memahami mengenai analisa jaringan komunikasi informal.
118
DAFTAR PUSTAKA
Taufik Abdullah. 1979. Agama, Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi. Jakarta: Aquarista Offset. Oemi Abdulrahman. 2001. DasarDasar Public Relation. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. M. Linggar Anggoro. 2002. Teori dan Profesi Kehumasan. Jakarta: Bumi Aksara. Arifin Anwar. 1986. Strategi Komunikasi. Bandung: Armico. J. Asuparman. 1978. Pengantar Sosiometri. Jakarta: Universitas Terbuka. Fisher L. Dalmar. 1994. Communication In Organizational 2nd Ed. Bombay: Jaico Publish. Joseph Devito. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: Professional Books Sasa Djuarsa Sendjaya. 2001. Materi Pokok Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka 2004. Teori Komunikasi. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Onong Uchjana Effendy. 1992. Hubungan Masyarakat. Bandung: PT. Remadja Rosdakarya. 1998. Kamus Komunikasi. Bandung: CV Mandar Maju 2005. Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:. PT. Remadja Rosdakarya Suwarto F. X.. 1999. Perilaku Komunikasi. Jogjakarta: Universitas Atmajaya Abdulrahmat Fathoni. 2005. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Garut: PT. Rieneka Cipta Wayne Pace and Faules. 1992. Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kerja. Bandung: PT. Remadja Rosdakarya Damodar Gujarati. 1997. Basic Econometric 3th Ed. Singapore: Mc. Grawhill International
119
Jack Halloran. 1983. Applied Human Relation Organizational Approach. New York USA. Andre Hardiana. 2000. Audit Komunikasi. Jakarta: Grasindo. Frank Jefkins. 1995. Public Relations edisi keempat, Jakarta: Erlangga. Suparman. 1978. Pengantar Sosiometri. Jakarta: Karunika Universitas Terbuka. Davis Keith. 1976. Human Relation At Work. New York: Mc. Grawhill Company. Rogers dan Kincaid. 1981. Communication Networking. New York. L. Steward Lubbs. 2001. Human Communication. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Muhammad Abdul Mukhyi. 1995. Pengantar Manajemen Umum. Jakarta: Penerbit Gunadarma. Arni Muhammad. 2000. Komunikasi Organisasi. Bandung: Penerbit Bumi Aksara. Deddy Mulyana. 2000. Komunikasi Organisasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Bambang S. dan Ahmad Muntaha. 2000. Metode Penelitian Komunikasi II. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Hadari Nawawi. 1992. Metode Penelitian Bidang Studi Jilid I. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 1996. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Gadjah Mada University Press. 2005. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Riyono Praktiko. 1993. Jangkauan Komunikasi. Jogjakarta: Penerbit Alumni Bandung. F. Rahmadi. 1992. Public Relation dalam Teori dan Praktek. Jakarta: PT. Gramedia Pustaa Utama. Everet M. Rogers. 1978. Organization Networking. Rosadi Ruslan. 2005. Manajemen PR dan Media Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
120
Irawan Soeharto. 1996. Metode Riset Sosial. Bandung: PT. Mandar Maju. A. W. Widjaja. 1993. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara. Ig. Wirsanto. 2003. DasarDasar Ilmu Komunikasi. Jogjakarta: Andi Offet. Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Grasindo. Referensi Buku: Company Profile. 2006. BPPT