1
ANALISIS JARINGAN KOMUNIKASI INFORMAL TENTANG KEPUASAN KERJA PEGAWAI DI BIRO INFORMASI DAN PERSIDANGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT
SKRIPSI Proposal Ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Ilmu Komunikasi Bidang Studi Humas
DISUSUN OLEH : Nama
: Geni Pratiwi
NIM
: 44205010063
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2009
2
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI JURUSAN PUBLIC RELATIONS
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI
Nama
: Geni Pratiwi
NIM
: 44205010063
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Jurusan
: Public Relations
Judul Skripsi : Analisis Jaringan Komunikasi Informal Tentang Kepuasan Kerja
Pegawai
Di
Biro
Informasi
Dan
Persidangan
Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
Jakarta, Juli 2009
Mengetahui Pembimbing
(Marhaeni F. Kurniawati, S.Sos., M.Si)
i
3
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI JURUSAN PUBLIC RELATIONS
TANDA LULUS SIDANG SKRIPSI
Nama
: Geni Pratiwi
NIM
: 44205010063
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Jurusan
: Public Relations
Judul Skripsi : Analisis Jaringan Komunikasi Informal Tentang Kepuasan Kerja Pegawai Di Biro Informasi Dan Persidangan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
Jakarta, Juli 2009 1. Ketua Sidang Nurprapti W. Widyastuti, S.Sos, M.Si
( ................................................... )
2. Penguji Ahli Siti Komsiah, S.IP, M.Si
( ................................................... )
3. Pembimbing Marhaeni F. Kurniawati, S.Sos, M.Si
ii
( ................................................... )
4
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI JURUSAN PUBLIC RELATIONS
LEMBAR PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI
Nama
: Geni Pratiwi
NIM
: 44205010063
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Jurusan
: Public Relations
Judul Skripsi : Analisis Jaringan Komunikasi Informal Tentang Kepuasan Kerja Pegawai Di Biro Informasi Dan Persidangan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Jakarta, Juli 2009 Disetujui dan diterima oleh, Pembimbing
(Marhaeni F. Kurniawati, S.Sos, M.Si)
Dekan Fikom
Kabid Public Relations
(Dra. Diah Wardhani, M.Si)
(Marhaeni F. Kurniawati, S.Sos, M.Si) iii
5
UNIVERSITAS MERCUA BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI JURUSAN PUBLIC RELATIONS
ABSTRAKSI
GENI PRATIWI (44205010063) ANALISIS JARINGAN KOMUNIKASI INFORMAL TENTANG KEPUASAN KERJA PEGAWAI DI BIRO INFORMASI DAN PERSIDANGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT i – xii + 133 halaman + 7 lampiran; 2009 Bibliografi : 28 Buku (1993-2008) Jaringan komunikasi informal terbentuk secara spontan, lebih santai, diluar struktur formal organisasi dan sifatnya yang informal membuat obrolan pun lebih pribadi. Jaringan komunikasi informal dalam menciptakan hubungan antar pegawai menjadi lebih akrab dan menimbulkan rasa solidaritas, dengan begitu jaringan tersebut dapat membantu organisasi menyelesaikan masalah internal organisasi. Rumusan masalah yang diangkat adalah bagaimana jaringan komunikasi informal tentang kepuasan kerja pegawai di Biro Informasi dan Persidangan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakya (Kemenko Kesra). Maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jaringan komunikasi informal tentang kepuasan kerja pegawai di biro tersebut beserta peran-peran individu dan bentuk pola arus komunikasi/model jaringan pada klik. Penelitian ini berdasarkan konsep-konsep yang berkaitan dengan jaringan komunikasi informal, yaitu kegunaan jaringan komunikasi informal, faktor terbentuknya saluran komunikasi informal, peran-peran individu yang ada di dalam jaringan komunikasi informal dan model-model klik yang terbentuk dengan pola arus komunikasi yang ada didalamnya. Adapun jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan menggunakan metode analisis jaringan komunikasi. Kemudian penarikan sampel menggunakan total sampling, yaitu seluruh informasi diperoleh dari seluruh anggota populasi dilapangan berjumlah 26 orang dengan menyebarkan kuesioner. Hasil penelitian dilapangan menemukan jaringan komunikasi informal tentang masalah kepuasan kerja pegawai yang ada di dalam biro tersebut. Selain itu didapat peran-peran individu dalam jaringan tersebut yaitu, opinion leader, gate keeper, kosmopolite, bridge, liason dan isolate. Di dalam jaringan ini terbentuk empat klik diantaranya 2 klik berbentuk model all channel, 1 berbentuk model huruf “Y” dan 1 berbentuk model rantai/chain. Perlu ketelitian dalam mengelola hasil penelitian dan perlu ada pengembangan aspek penelitian. iv
6
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah hirobbil alamin… Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT atas rahmat, karunia, serta hidayah yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi tepat waktu dengan judul penelitian “Analisis Jaringan Komunikasi Informal Tentang Kepuasan Kerja Pegawai Biro Informasi Dan Persidangan Di Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat”. Skripsi ini disusun untuk memberikan gambaran mengenai analisis jaringan komunikasi informal tentang kepuasan kerja pegawai. Dan penulis dapat memberikan penjelasan mengenai gambaran langsung jaringan komunikasi informal tentang kepuasan kerja pegawai biro informasi dan persidangan di Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kemenko Kesra). Jaringan komunikasi informal adalah salah satu saluran pesan secara tidak resmi yang ada di luar struktur organisasi. Walaupun jaringan komunikasi ini tidak resmi tetapi keberadaannya pasti ada di dalam organisasi karena melalui jaringan komunikasi ini informasi dapat tersebar dengan cepat dan dapat dijadikan sebagai sarana para pegawai untuk menceritakan hal pribadi dan menimbulkan solidaritas antar pegawai. Pegawai lebih bebas menyampaikan dan memperoleh informasi dari atasan tanpa merasa takut atau canggung. Dengan adanya hubungan komunikasi menunjukkan secara tidak langsung bahwa pegawai haruslah mempunyai informasi yang diperlukan untuk menyesuaikan diri ke dalam sistem yang lebih luas dalam mengerjakan pekerjaan mereka di organisasi. Dari sebab
v
7
itu, penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana jaringan komunikasi informal tentang kepuasan kerja pegawai di biro informasi dan persidangan (Kemenko Kesra) ini berlangsung. Pembuatan skripsi ini merupakan tugas terberat dibandingkan dengan tugas–tugas mata kuliah yang telah ditempuh oleh penulis sebelumnya. Namun penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan bantuan dari berbagai pihak yang selalu senatiasa memberikan dukungan, semangat dan doa yang tulus kepada penulis. Oleh karena itu, dengan kebanggaan hati dan tulus ikhlas penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada : 1. Ibu Marhaeni F. Kurniawati S.Sos, M.Si selaku Ketua Jurusan Public Relations Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana dan pembimbing penulis selalu memberikan saran. 2. Ibu Dra. Diah Wardhani M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana. 3. Bapak Hardiyanto Jatmikko Drs, M.Si selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana. 4. Bapak Juwono Tri Atmodjo S.Sos, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Public Relations Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana. 5. Seluruh dosen Fikom yang pernah mengajar penulis selama kuliah. 6. Untuk para pegawai TU Fikom yang telah membantu dalam pembuatan surat-surat yang berkaitan untuk kelancaran skripsi.
vi
8
7. Kedua orang tua penulis, Bapak dan Ibu yang selalu memberikan doanya, dukungan moril dan materil dengan sabar. 8. Bapak Dida, selaku Kepala Biro Informasi dan Persidangan yang telah memberikan izin untuk melakukan magang dan penelitian di kantor Kemenko Kesra. 9. Bapak Ali Rakhmad S.Sos, M.Si selaku Kepala Bagian Humas Kemenko Kesra yang telah memberikan izin melakukan penelitian. 10. Ibu Nadhira Seha Nur, S.Sos, M.Si, selaku Kepala Sub Bagian Humas Kemenko Kesra. 11. Bapak Widayat, selaku Kepala Sub Bagian Dokumentasi Kemenko Kesra. 12. Para karyawan bagian humas dan dokumentasi di Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat yaitu: Mbak Dewi, Mas nanang, Mbak Mita, Pak Hadri, Mbak Rika, Mbak Novi dan semua pegawai Humas Kemenko Kesra. 13. Dan terima kasih juga untuk kakak ku tersayang Teh Dian dengan suaminya kak Agus atas supportnya selama ini. 14. Untuk mas Wowo ku yang selalu memberikan doa, masukan, semangat dalam membantu penulis dengan sabar dan kasih sayang. 15. Untuk teman-teman ku baik yang di kampus (Aida, Ana, Wulan, Pita dan seluruh anak-anak jurusan PR angkatan 2005), teman di rumah Tyas, temen SMA Dermawan, Fitri, dan yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah memberikan kritik, saran dan dukungan. Terima kasih dan love you all...
vii
9
Dan dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, karenanya penulis memohon maaf dan menerima segala kritik dan saran yang dapat membangun untuk perbaikan ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat menjadi referensi yang bermanfaat dan menjadi dorongan semangat untuk rekan lainnya agar segera
menyelesaikan
skripsinya.
Jakarta, Juli 2009
Penulis
viii
10
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ........................................................
i
TANDA LULUS SIDANG .............................................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI .................................
iii
ABSTRAKSI .................................................................................................... iv KATA PENGANTAR ....................................................................................
v
DAFTAR ISI ...................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah .....................................................................1 1.2 Perumusan Masalah ...........................................................................13 1.3 Tujuan Penelitian ...............................................................................13 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis .................................................................13 1.4.2 Manfaat Praktis ......................................................................13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunikasi ......................................................................15 2.2 Komunikasi Antar Pribadi ...................................................................18 2.3 Komunikasi Organisasi ......................................................................21
ix
11
2.4 Jaringan Komunikasi ..........................................................................26 2.5 Jaringan Komunikasi Informal ..........................................................29 2.5.1 Faktor Terbentuknya Saluran Komunikasi Informal .................32 2.5.2 Analisis Jaringan Komunikasi Informal ....................................38 2.5.3 Sosiometri ..................................................................................41 2.5.4 Variabel-variabel Struktural ......................................................43 2.6 Pengertian Kepuasan Kerja Pegawai...................................................46 2.7 Humas Dalam Pemerintah ..................................................................50 2.7.1 Tugas Humas Pemerintah ..........................................................52 2.8 Humas Internal ...................................................................................53 2.9 Pengertian Pegawai ............................................................................55
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ....................................................................................56 3.2 Metode Penelitian ...............................................................................58 3.3 Populasi dan Sample ...........................................................................59 3.4 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................60 3.5 Definisi Konsep ...................................................................................60 3.5.1 Jaringan Komunikasi Informal ...................................................60 3.5.2 Kepuasan Kerja Pegawai ............................................................61 3.5.3 Peran-peran Dalam Jaringan Komunikasi Informal ...................62 3.5.4 Model Jaringan Komunikasi Informal .......................................63 3.6 Operasionalisasi Konsep .....................................................................64 3.7 Teknik Analisa Data ............................................................................67
x
12
BAB IV GAMBARAN UMUM DAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum ..............................................................................71 4.2 Tugas Dan Fungsi Kemenko Kesra ..................................................71 4.2.1 Visi Misi ..................................................................................72 4.2.2 Wewenang Dan Koordinasi .....................................................74 4.2.3 Strategi .....................................................................................75 4.3 Biro Informasi Dan Persidangan .......................................................81 4.4 Bagian-bagian Biro Informasi Dan Persidangan ...............................81 4.4.1 Bagian Pengelolaan Dan Pengembangan Jaringan Informasi ..81 4.4.2 Bagian Persidangan Dan Rapat ................................................82 4.4.3 Bagian Hubungan Masyarakat Dan Dokumentasi ....................82 4.4.4 Bagian Perundang-undangan Dan Ortala .................................83 4.5 Struktur Organisasi Biro Informasi Dan Persidangan .......................84 4.6 Hasil Penelitian ..................................................................................84 4.6.1 Karakteristik Responden ...........................................................85 4.6.2 Permasalahan Dominan Dalam Jaringan Kominikasi Informal ....................................................................................101 4.6.3 Jaringan Komunikasi Informal Membantu Dalam Memecahkan Masalah Internal .....................................................................102 4.6.4 Peran-peran Pegawai Dalam Jaringan Komunikasi Informal...105 4.6.5 Model-model Jaringan Komunikasi Informal ..........................110 4.7 Analisa Data ......................................................................................122
xi
13
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ......................................................................................131 5.2 Saran ................................................................................................134 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xii
14
DAFTAR TABEL
Tabel Operasionalisasi Konsep ........................................................................... 64 Tabel 4.6.1.1 ........................................................................................................ 86 Tabel 4.6.1.2 ........................................................................................................ 87 Tabel 4.6.1.3 ........................................................................................................ 87 Tabel 4.6.1.4 ........................................................................................................ 88 Tabel 4.6.1.5 ........................................................................................................ 89 Tabel 4.6.1.6 ........................................................................................................ 90 Tabel 4.6.1.7 ........................................................................................................ 91 Tabel 4.6.1.8 ........................................................................................................ 93 Tabel 4.6.1.9 ........................................................................................................ 94 Tabel 4.6.1.10 ...................................................................................................... 96 Tabel 4.6.1.11 ...................................................................................................... 97 Tabel 4.6.1.12 ......................................................................................................100
xiii
15
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 BIOGRAFI PENULIS LAMPIRAN 2 STRUKTUR ORGANISASI KEMENKO KESRA LAMPIRAN 3 STRUKTUR ORGANISASI SETMENKO KESRA LAMPIRAN 4 STRUKTUR ORGANISASI BIRO INFORMASI DAN PERSIDANGAN LAMPIRAN 5 NO. RESPONDEN DAN JABATANNYA LAMPIRAN 6 KUESIONER LAMPIRAN 7 TABEL CODING LAMPIRAN 8 SURAT PENELITIAN
xiv
1
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial makhluk yang tidak bisa hidup tanpa orang lain. Manusia bersosialisasi dengan sesama manusia lainnya dalam melakukan aktifitasnya sehari-hari, dan keluarga lah ruang lingkup sosialisasi terkecil manusia. Dalam keluargalah manusia berawal untuk melakukan sosialisasi sebelum kita masuk dalam bermasyarakat. Sosialisasi perlu adanya interaksi dan komunikasi yang dengan keduanya manusia mampu memenuhi kebutuhannya, juga hubungannya pun lebih akrab dan timbul pengertian. Komunikasi sangat penting bagi manusia karena kapanpun dan dimanapun manusia melakukan komunikasi. Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari-hari di keluarga, di tempat pekerjaan, di pasar, dalam masyarakat atau di mana saja manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak akan terlibat dalam komunikasi. Selain komunikasi terjadi antar individu, komunikasi juga terjadi atau berlangsung dalam sebuah organisasi. Organisasi adalah sebuah struktur yang diciptakan melalui komunikasi. Orang berkomunikasi untuk mencapai tujuan individu dan tujuan bersama. Menurut James D. Moodey dalam bukunya The Principles Of Organizations:
1
2
”Organization is the form of every human association for the attainment of a common purpose (organisasi adalah bentuk dari tiap kumpulan manusia untuk memperoleh tujuan bersama)”1 Dan menurut Kohler komunikasi sangat penting bagi semua organisasi. Oleh karena itu, para pemimpin organisasi dan para komunikator dalam organisasi perlu memahami dan menyempurnakan kemampuan komunikasi mereka.2 Jika kita berbicara tentang organisasi maka kita dihadapkan pada kenyataan tiap-tiap individu memiliki kepentingan dan tujuan yang berbeda namun disatukan dengan adanya komunikasi. Dengan terjadinya komunikasi yang baik pelaksanaan tugas dari masingmasing individu membuat organisasi akan berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan. Berhubungan satu sama lain untuk berkomunikasi mengenai pekerjaan, aturan-aturan, kebijakan, atau sebagainya. Memudahkan para anggota organisasi saling bekerja sama dan mempermudah organisasi mencapai tujuan akhir. Organisasi memiliki publik baik internal maupun eksternal. Dari keduanya organisasi melakukan hubungan baik maka perlu koordinasi interaksi dan komunikasi yang baik. Setiap anggota organisasi saling berinteraksi menurut suatu pola tertentu sehingga setiap anggota organisasi memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing, sebagai suatu kesatuan yang mempunyai tujuan tertentu dan mempunyai batas-batas yang jelas, sehingga bisa dipisahkan secara tegas dari lingkungan. 1 2
Oemi Abdurrachman, Dasar-Dasar Public Relations, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001, hal. 89 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Jakarta : Bumi Aksara, 2005, hal. 1
3
Perlu menciptakan komunikasi yang efektif di dalam organisasi khususnya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan para pegawai atau karyawan, karena dalam organisasi kita dihadapkan bahwa tiap individu memiliki keterbatasan dalam aktivitas berkomunikasi. Keterbatasan ini yang akan menjadi gangguan dalam betukar informasi. Pegawai merupakan publik internal yang paling berpengaruh diantara publik lainnya sehingga perlu dijaga dan dibina hubungan baik dengan mereka. ”komunikasi yang efektif akan menentukan masa depan dari sebuah organisasi, karena komunikasi di dalam organisasi mempunyai fungsi yang bersifat informatif, regulatif, persuasif dan integratif ”.3 Disinilah humas berperan yang merupakan suatu bagian dari lembaga organisasi yang menjadi pusat perhatian karena fungsi humas merupakan penghubung antara manajemen dengan publiknya serta mampu membina dan memelihara komunikasi dalam organisasi dengan publiknya. Komunikasi yang baik oleh seorang humas kepada publik internalnya, maka komunikasi keluar pun (publik eksternal) akan menghasilkan kualitas yang baik dan efektif. Salah satu fungsi humas adalah mengelola employee relations, merupakan salah satu sarana manajemen yang bersifat teknis dan praktis, yaitu berupaya melakukan hubungan komunikasi yang efektif melalui suri tauladan yang dimulai dari pihak atasan (pimpinan) termasuk adanya ”komitmen bersama” untuk melaksanakan budaya perusahaan (corporate culture) sebagaimana yang telah digariskan bersama antara pihak pemilik dan 3
S. Djuarsa Sendjaja, dkk, Teori Komunikasi, Jakarta: Terbitan Universitas Terbuka, 2004, Hal. 136
4
manajemen perusahaan, baik di tingkat manajemen korporat maupun tingkat pelaksana.4 Menurut Everett M. Rogers dan Rheka Agarwala, ”Dalam pelaksanaan fungsi manajemen, komunikasi dalam organisasi memiliki peranan sentral, karena dengan komunikasi setiap unit dalam struktur organisasi dapat dihubungkan”5. Dalam setiap unit yang membentuk jaringan dalam organisasi terjadi aliran informasi yang dapat membantu menentukan iklim dan moral organisasi, yang pada gilirannya berpengaruh pada aliran informasi. Informasi ini terus berkembang dengan berbagai jenis kepentingannya. Para pegawai terus melakukan komunikasi untuk pelaksanaan tugasnya karena organisasi itu terstruktur yang memiliki bagian-bagian dalam pembagian tugas dan fungsinya. Menurut S. Djuarsa Sendjaja, ” di dalam organisasi terdapat dua macam bentuk komunikasi, yaitu komunikasi formal dan informal. Komunikasi formal terjadi secara vertical yaitu downward communication (dari atasan ke bawahan), upward communication (dari bawahan ke atasan), dan secara horisontal”.6 Komunikasi formal dan informal memiliki perbedaan namun saling melengkapi untuk memberikan kepuasaan bagi pegawai akan informasi di organisasi atau perusahaan. Kedua bentuk komunikasi ini akan membentuk 4
Rosady Ruslan, Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi (Konsep dan Aplikasi), Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999, hal. 251 5 Everet M. Rogers and Rekha Agarwala, Communication in Organization, The Free Pers, New York, hal. 6 6 S. Djuarsa Sendjaja Teori Komunikasi, Jakarta: Terbitan Universitas Terbuka, 2004, hal. 133
5
suatu jaringan komunikasi dimana komunikasi formal ada di dalam jaringan komunikasi yang telah jelas struktur aliran informasinya. Sedangkan komunikasi informal kemudian membentuk suatu jaringan komunikasi juga namun terjadi secara tidak sengaja, terbentuk kelompok diluar struktur dan lebih bersifat pribadi informasinya karena terkadang membicarakan yang bukan mengenai pekerjaan atau masalah pribadi. Komunikasi formal adalah komunikasi mengenai seputar pekerjaan dan pasti terjadi di dalam struktur organisasi. Komunikasi formal dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi, biasanya pada komunikasi formal yang menjadi andalan adalah pimpinan organisasi/perusahaan yang bertindak sebagai saluran pusat untuk semua kelompok di dalam organisasi sehingga akan membentuk suatu jaringan komunikasi. Sedangkan komunikasi informal adalah komunikasi yang tidak berhubungan dengan struktur organisasi, komunikasi yang terjadi tidak memperhatikan posisi mereka di dalam organisasi tetapi lebih menonjolkan aspek hubungan antar manusia yang lebih akrab. Komunikasi ini ada kekerabatan yang sangat dekat dan tidak hanya membicarakan seputar pekerjaan namun mereka lebih leluasa menceritakan hal-hal yang lebih bersifat pribadi. ”Penyebaran informasi melalui jaringan komunikasi informal cenderung berisi informasi mengenai kehidupan pribadi ataupun rahasia seseorang dan kejadian-kejadian yang mengalir secara tidak resmi. Komunikasi informal ini menyebabkan arus informasi yang berisi informasi tidak resmi dan belum
6
tentu benar ataupun desas-desus dan selentingan muncul dari interaksi di antara orang-orang dan mengalir ke seluruh bagian organisasi tanpa dapat diperkirakan ataupun dikendalikan. Sehingga informasi yang diperoleh dari jaringan komunikasi informal itu berkenaan dengan apa yang di dengar atau apa yang dikatakan orang dan bukan apa yang diumumkan oleh yang berkuasa.”7 Jaringan
komunikasi
informal
yang
berlangsung
pada
organisasi/perusahaan karena jaringan komunikasi formal tidak selamanya mampu menyebarkan informasi resmi secara cepat. Dalam kondisi demikian jaringan komunikasi informal akan mengembangkan sistem penyebaran informasi ala mereka. Biasanya dapat berupa fakta atau dapat juga gosip, rumor atau desas-desus yang beredar dari mulut ke mulut dengan sangat cepat. Dengan komunikasi informal ini sangat membantu pegawai dalam menyampaikan dan menerima informasi secara bebas dan lebih pribadi namun perlu adanya kepercayaan di antara mereka. Pada jaringan komunikasi informal humas pun perlu berperan karena keberadaannya yang sangat penting dan kemampuannya berkomunikasi secara baik. Humas bisa berfungsi sebagai pengontrol dan penyaring informasi karena informasi dari jaringan ini juga bisa menimbulkan dampak negatif maupun positif agar tidak terjadi kesalah pahaman. Selain itu humas dengan kemampuannya
7
berkomunikasi
dengan
baik
memiliki
kemungkinan-
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Jakarta : Bumi Aksara, 2005, hal. 125
7
kemungkinan yang menempatkan dirinya pada posisi peran apapun di dalam jaringan komunikasi informal. Organisasi diibaratkan sebuah lingkaran. Seorang humas dituntut berperan sebagai penjaga lingkaran agar masalah-masalah (khususnya yang negatif) tetap berada di dalam lingkaran dan diselesaikan di dalam lingkaran jangan sampai keluar. Upaya membatasi area masalah ini yang dikenal dengan ”Boundary-Spanning”.8 Agar bisa menjalankan peran itu, maka humas harus mengatahui secara benar dan detail akar permasalahan yang sesungguhnya. Untuk lebih mudahnya, humas harus mengetahui siapa saja yang mempunyai pengaruh besar di antara para pegawai. Mereka yang biasa dijadikan sebagai tempat paling nyaman untuk menceritakan keluh kesahnya. Dan mereka ini yang biasa disebut opinion leader, posisi mereka ini berada di luar struktur formal. Humas harus dapat berhubungan dan bekerja sama dengan mereka yang sebagai opinion leaders untuk mencari solusi terbaik bagi masalah sehingga terbentuklah apa yang disebut ”Dominant-Coalition”. Salah satu cara untuk mendapatkan informasi tentang pola-pola interaksi di antara pegawai adalah melalui analisis jaringan komunikasi.9 Pada saat seorang pegawai bergabung dengan sebuah organisasi, ia akan memasuki sebuah lingkaran baru dan akan mencari tahu informasi apa yang ada dalam organisasi tersebut. Dengan adanya jaringan komunikasi informal, akan memberikan kemudahan bagi pegawai tersebut untuk mengetahui 8
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007, hal. 314 9 Rachmat Kriyantono, Ibid, hal 315
8
informasi-informasi yang terdapat di dalam organisasi tersebut. Jaringan komunikasi informal adalah alternatif yang dipilih oleh para pegawai untuk mendapatkan informasi yang mereka ingin ketahui sehubungan dengan kepuasan kerja mereka. Tentunya aliran infomasi secara informal ini menciptakan organisasi yang dapat membantu individu mengembangkan potensinya sehingga meningkatkan kepuasan kerja bagi pegawai. Bagi peneliti jika pegawai kekurangan informasi mereka tidak mempunyai alat untuk merencanakan pencapaian tujuan organisasi yang tentunya tidak bentrok dengan pencapaian kepuasan akan pekerjaan mereka. Dan dengan memperoleh kemudahan akan informasi adalah salah satu terpenuhinya kepuasan kerja pegawai. Kepuasan kerja pegawai meliputi segala sesuatu yang membuat pegawai merasa tercukupi kebutuhannya sebagai pegawai di tempat mereka bekerja. Keberadaan mereka sangat di perhatikan dan dihargai segala hak dan kewajibannya dalam menjalankan pekerjaan mereka. Kepuasan kerja adalah sikap pegawai merasa senang atau tidak senang akan pekerjaan mereka. Menjadi hal yang sangat berpengaruh jika adanya keterbukaan atasan dalam memberikan informasi terutama seputar pekerjaan untuk kondisi kinerja pegawai. Dengan keterbukaan ini para pegawai pun akan lebih mudah mengakses informasi dan memperkecil kesalahpahaman dalam penyampaian hal-hal yang mengenai kepuasan kerja pegawai di organisasi tersebut. Karena terkadang atasan kurang terbuka mengenai kebijakan-kebijakan baru kepada
9
bawahannya yang bisa menimbulkan kontroversi. Padalah hanya dibutuhkan komunikasi yang baik atau keterbukaan untuk mengkomunikasikannya agar tidak timbul kesalahpahaman yang bisa membuat para pegawai menjadi kecewa dan memperburuk kinerja dari pegawai tersebut. Apalagi dalam sebuah lembaga non profit atau instansi pemerintah, kepuasan pegawai akan upah yang diterima dan adanya dana pensiun mungkin sudah terpenuhi. Namun tetap saja ada masalah-masalah yang lainnya seputar kepuasan kerja yang mungkin saja membuat mereka mangkir dari kewajiban yang seharusnya mereka jalankan karena sifat dasar manusia yang tidak pernah merasa puas akan sesuatu. Dan segala hal yang dirasa ada kekurang nyamanan pegawai dalam pekerjaannya tentu lama kelamaan akan menjadi masalah yang besar. Peneliti melakukan riset di kantor Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kemenko Kesra) yang berada di Jl. Medan Merdeka Barat no.3 Jakarta Pusat. Kemenko Kesra merupakan institusi pemerintah non departemen, unsur pelaksana pemerintah dan dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Kemenko Kesra mempunyai tugas membantu Presiden dalam mengkoordinasikan perencanaan dan penyusunan kebijakan,
serta
mensinkronkan
pelaksanaan
kebijakan
di
bidang
kesejahteraan rakyat dan penanggulangan kemiskinan. Kemenko Kesra sebagai salah satu institusi pemerintah tentunya berbeda kebijakan, prosedur/aturan kerja, strategi dan tujuannya yang bukan untuk
10
memperoleh profit, berbeda dengan organisasi profit (swasta). Instansi pemerintah adalah organisasi yang struktur dan budayanya merupakan organisasi formal dengan unsur birokrasi yang kental. Seperti salah satu cirinya hubungan-hubungan yang ditetapkan antara jabatan-jabatan, tujuan atau
rencananya
terbagi
ke
dalam
tugas-tugas,
kewenangan
untuk
melaksanakan kewajiban diberikan kepada jabatan, garis-garis kewenangan dan jabatan diatur menurut suatu tatanan hierarkis. Pegawai dipilih untuk bekerja berdasarkan alih-alih koneksi keluarga, koneksi politis, dan kenaikan jabatan dilakukan berdasarkan senioritas.10 Jaringan komunikasi informal timbul tidak direncanakan dan biasanya tidak mengikuti struktur organisasi formal, tetapi timbul interaksi sosial yang wajar di antara anggota organisasi. Dan jaringan komunikasi ini akan terlihat peran-peran yang ada didalamnya serta bentuk pola komunikasi dalam pendistribusian informasi. Karena ”tujuan jaringan komunikasi dan tujuan organisasi terdapat hubungan, yaitu komunikasi dapat mempengaruhi tujuan organisasi”11. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk mengangkat masalah penelitian mengenai jaringan komunikasi informal khususnya mengenai masalah kepuasan kerja pegawai Kemenko Kesra. Dari jaringan komunikasi informal ini dapat terlihat pengaruh komunikasi yang terjadi di Kemenko Kesra dalam masalah kepuasan kerja pegawai yang terjadi di instansi pemerintah ini, sehingga dapat meningkatkan motivasi dan kinerja pekerja makin tinggi juga 10 11
R. Wayne Pace, Komunikasi Organisasi, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005, hal. 45-47 Andre Hardjana, Audit Komunikasi, Jakarta: Grasindo, 2000, hal. 42
11
dapat tercapainya tujuan organisasi. Di instansi ini ternyata para pegawai masih merasakan masalah-masalah yang membuat mereka belum puas akan pekerjaannya. Bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) mungkin terkadang dirasa sangat beruntung dengan jaminan pensiun seumur hidup namun apakah mereka diberi kesempatan-kesempatan lainnya yang bisa memberikan kepuasan. Dari pembicaraan santai pegawai seperti antar staf maupun antara staf dengan kepala subbagian di sana memang terlihat ada beberapa dari mereka belum puas akan pekerjaan mereka seperti promosi jabatan yang masih bukan berdasarkan prestasi namun senioritas, pegawai kurang mendapatkan dukungan memperoleh waktu untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Lalu persaingan untuk memperoleh kenaikan jabatan yang terhambat oleh adanya kondisi rekan kerja yang kurang bersahabat, kekurang transparansi atasan mengenai perubahan. Kepuasan yang mereka rasa tidak dinilai dari upah yang mereka terima saja tetapi hal-hal seperti kesempatan mereka berprestasi, lingkungan tempat bekerja, teman sekerja yang mendukung dan sebagainya juga sangat penting untuk mereka. Biasanya dalam melakukan komunikasi informal tentunya perlu ada kepercayaan sehingga mereka merasa nyaman dan aman informasi yang mereka bicarakan tidak menimbulkan kesalahpahaman. Dan ada keyakinan pegawai yang merasakan kepuasan kerja akan lebih produktif daripada pegawai yang tidak puas.
12
Maka dari penjelasan diatas peneliti melihat sepertinya ada beberapa pegawai yang telah merasa puas bekerja di Kemenko Kesra dan ada pula yang kurang puas sehingga dapat mengganggu kinerja dan produktifitas pegawai instansi ini. Peneliti ingin melihat seperti apa gambaran alur aliran informasi dari jaringan komunikasi informal yang ada di sana dengan beberapa kelompok yang ada di dalamnya. Dan sepertinya jaringan komunikasi informal di instansi ini memiliki andil yang besar untuk membicarakan hal-hal seputar pekerjaan yang kondisi awalnya memanas bisa lebih mencair walaupun bukan secara formal. Komunikasi yang terjadi pun lebih santai tanpa ada rasa canggung dan tegang, yang mengubah kesalapahaman menjadi kesepahaman bersama. Ini didukung pula oleh jam kerja disana yang memiliki waktu luang lebih banyak dibanding di perusahaan swasta. Dengan adanya jaringan komunikasi informal diharapkan dapat menghubungkan aneka kedudukan orang dalam jaringan komunikasi tersebut maka akan memudahkan pegawai untuk berpartisipasi dan dengan begitu kepuasan kerja para pegawai terpenuhi, juga dapat meningkatkan kualitas kerja pegawai. Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, penulis tertarik untuk mengambil judul : ”ANALISIS JARINGAN KOMUNIKASI INFORMAL TENTANG KEPUASAN KERJA
PEGAWAI
DI
KEMENTERIAN
KESEJAHTERAAN RAKYAT”
KOORDINATOR
BIDANG
13
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan peneliti tertarik meneliti bagaimana jaringan komunikasi informal tentang kepuasan kerja pegawai di Biro Informasi dan Persidangan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat ?. 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengidentifikasi jaringan komunikasi informal tentang kepuasan kerja pegawai di Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat beserta peran-peran yang ada dalam jaringan komunikasi. 2. Untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk pola arus komunikasi di antara individu dalam jaringan komunikasi informal. 1.4 Manfaat Penelitian Sehubungan
dengan
tujuan
penelitian
maka
penulis
berharap
penelitian ini dapat memberikan kegunaan : 1.4.1 Manfaat Akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas dan nyata tentang perkembangan ilmu komunikasi khususnya di bidang kehumasan dalam konsep jaringan komunikasi informal berkaitan dengan kepuasan kerja pada pegawai. 1.4.2 Manfaat Praktis, sebagai sarana pemikiran dan pertimbangan untuk memecahkan masalah praktis mengenai jaringan komunikasi informal tentang kepuasan kerja pegawai. Serta dapat sumbang
saran
bagi
humas
dijadikan
pedoman,
Kementerian Koordinator Bidang
14
Kesejahteraan Rakyat (Kemenko Kesra) tentang bagaimana dapat mengontrol jaringan komunikasi informal yang ada sehingga dapat selalu searah dan bahkan mendukung tujuan organisasi. Sedangkan bagi para para pegawai diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan yang berharga tentang bagaimana kepuasan kerja ini bisa tercapai sesuai dengan harapan organisasi.
15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Komunikasi Seiring dengan perkembangan ilmu komunikasi sebagai ilmu sosial, definisi-definisi yang diberikan oleh para ahli pun menjadi semakin beragam. Dimana masing-masing mempunyai pendapatnya dengan penekanan arti, cakupan dan konteksnya yang berbeda satu sama lain. Namun segala peristiwa komunikasi antar manusia yang berkesinambungan tentu perlu terjadinya pemahaman dan pengertian. Seperti beberapa definisi-definisi para ahli diantaranya. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna.12 Jadi kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Tubbs dan Moss mendefinisikan komunikasi sebagai “ proses penciptaan makna antara dua orang atau lebih “.13 Definisi komunikasi dari Tubbs dan Moss ini komunikasi merupakan suatu proses penciptaan makna yang perlu
12
Onong Uchjana Effendy, Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005, hal. 9 13 Dedy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005, hal. 59
15
16
adanya komunikan dan komunikator (dua orang atau lebih), sehingga adanya pertukaran pesan. Sedangkan Everett M. Rogers dan Lawrence Kincaid menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam.14 Beberapa pengertian komunikasi dari para pakar tersebut esensinya komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan antara komunikator dengan komunikan, sehingga terjadinya pengertian dan pemahaman di antara mereka. Ini berarti berkomunikasi dengan cara tertentu di mana pernyataan seseorang dapat menggerakkan audiens. Ini juga berarti bahwa apa yang diucapkan seseorang dapat disesuaikan dan secukupnya agar pendengar dapat memahami maksud dari pembicaranya. Banyak pakar yang memberikan batasan mengenai komunikasi yang efektif. Tubbs dan moss dalam bukunya Human Communication memberikan kriteria komunikasi efektif, yaitu bila terjadi pengertian, menimbulkan kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang semakin baik, perubahan perilaku. Komunikasi efektif bisa diartikan terjadi bila ada kesamaan antara kerangka berpikir (frame of reference) dan bidang pengalaman (field of experience), antara komunikator dengan komunikan.15 Komunikasi yang efektif khususnya dalam komunikasi organisasi/perusahaan/instansi terjadi jika lima hal ini dapat diterima dengan baik oleh si komunikan yaitu pegawai 14
Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta : Grasindo, 2004, hal. 6 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007, hal. 4
15
17
atau karyawan dan sesuai dengan yang diharapkan si komunikator (manajemen). Tujuan organisasi dan pegawai secara keseluruhan dapat diselaraskan melalui komunikasi formal maupun komunikasi informal di dalam organisasi16.
Dalam
organisasi,
komunikasi
menjadi
sarana
yang
menghubungkan semua individu dalam perusahaan untuk mencapai tujuan komunikasi diibarakatan sebagai darah yang mengalir dalam organisasi tersebut sebagai komunikasi organisasi. Organisasi melakukan segala kegiatannya secara dinamis, sehingga perubahan harus terjadi dan tidak dapat dihindari. Perubahan ini perlu adanya antisipasi oleh manajemen perusahaan/organisasi/institusi. Semua perubahan yang terdapat diluar maupun di dalam organisasi perlu diinformasikan dengan komunikasi yang baik agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan akan informasi dan ini merupakan salah satu fungsi komunikasi yaitu sebagai pengendali. Komunikasi menjalankan empat fungsi utama di dalam suatu organisasi: kendali (kontrol, pengawasan), motivasi, pengungkapan, emosional, dan informasi17. Agar berkinerja efektif, organisasi perlu mempertahankan beberapa ragam kontrol terhadap anggotanya, merangsang para anggota untuk berkinerja, menyediakan sarana untuk mengungkapkan emosi, dan mengambil pilihan keputusan.
16 17
Wiryanto, Op.cit, hal. 54 Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi Edisi Kedelapan, Jakarta: Prenhallindo, 2001, hal. 310
18
2.2 Komunikasi Antar Pribadi Bagian penting organisasi adalah individu dan kepribadian setiap peranan yang menimbulkan penghargaan dan lingkungan fisik pekerjaan. Sebelum terjadinya suatu jaringan komunikasi informal di dalam organisasi didasari oleh komunikasi antar pribadi. Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang mengalir di antara individu-individu secara langsung dalam kelompok. Penyingkapan-diri balasan cenderung bertahap. Tampaknya hal ini hanya terjadi setelah dua orang individu mencapai suatu tingkat kepercayaan yang mendasar atau solidaritas (Wheeless dan Grotz). Jadi, kita mengharapkan bahwa pada awal hubungan, penyingkapan antara dua orang akan kurang akrab dan dengan terjalinnya kepercayaan bersama, mereka menjadi lebih berterus terang.18 Prinsip kerahasiaan memberikan pedoman yang baik untuk menghadapi gosip: Jagalah kerahasiaan semua pembicaraan pribadi mengenai pihak ketiga.19 Pada saat kita berkomunikasi yang bersifat pribadi dalam jaringan komunikasi informal tentunya dimulai dari komunikasi antar pribadi dan biasanya mereka berkomunikasi karena adanya kepercayaan. Dengan kepercayaan mereka dapat lebih terbuka dan merasa nyaman juga aman informasi mereka tidak tersebar luas begitu saja. Hampir setiap saat manusia bertindak dan belajar dengan dan melalui komunikasi. Sebagian besar kegiatan komunikasi berlangsung dalam situasi 18
Stewart L. Tubbs & Sylvia Moss, Human Communication Konteks-Konteks Komunikasi Buku Kedua, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000, hal. 16-17 19 Joseph A. Devito, Komunikasi Antar Manusia, Jakarta: Profesional Books, 1997,hal. 151
19
komunikasi antar pribadi. Situasi komunikasi antar pribadi ini dapat ditemukan dalam konteks kehidupan dua orang, kelompok, keluarga, maupun organisasi.20 Yang berkaitan erat dengan rasa percaya adalah komitmen, suatu perluasan yang menyebabkan dua orang memandang hubungan mereka sebagai berlangsung tanpa batas, dan berusaha untuk meyakinkan bahwa hal ini akan terus berlanjut.21 Awalnya timbul suatu komunikasi dalam organisasi akan dimulai dari suatu hubungan antar pribadi, karena adanya kesamaan yang mereka miliki sehingga mereka akan semakin membuka hubungan mereka dan mereka pun akan membina hubungan mereka di dalam organisasi22. Dengan begitu timbul kerja sama tim yang baik dari komunikasi antar pribadi di dalam organisasi untuk mencapai tujuan, namun tidak dipungkiri pula timbul komunikasi antar kelompok dari komunikasi antar pribadi ini. Komunikasi antar pribadi juga terjadi di antara dua orang yang mempunyai hubungan yang terlihat jelas di antara mereka. Komunikasi antar pribadi yang tercakup di sini adalah komunikasi antara dua orang bersaudara, dua orang teman dan sepasang kekasih. Karena melibatkan dua orang yang berinteraksi, maka seringkali definisi ini disebut definisi pasangan (diadik) komunikasi antar pribadi.23
20
Sasa Djuarsa Sendjaya, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Terbitan Universitas Terbuka, 1997, hal. 31-32 21 Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, Ibid, hal. 20 22 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Bandung: Bumi Aksara, 2000, hal.27 23 Joseph A. Devito, Komunikasi Antar Manusia, Jakarta: Profesional Books, 1997, hal. 231
20
Menurut Kumar efektivitas komunikasi antarpribadi mempunyai lima ciri, sebagai berikut: 1. Keterbukaan (openess). Kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antarpribadi; 2. Empati (emphaty). Merasakan apa yang dirasakan orang lain; 3. Dukungan (supportiveness). Situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif; 4. Rasa positif (positiveness). Seseorang harus memiliki persaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif; 5. Kesetaraan (equality). Pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.24 Ketidakpuasan dengan pekerjaan menimbulkan kesulitan hubungan. Philip Blumstein dan Pepper Schwartz menunjukkan bahwa orang tidak bisa memisahkan
masalah
di
tempat
kerja
dengan
hubungan
mereka.
Ketidakpuasan terhadap pekerjaan seringkali berkaitan erat dengan rusaknya hubungan25. Dengan begitu perlu komunikasi yang bisa memaksimalkan pengembangan hubungan dan yang meminimalisirkan perusakan hubungan di dalam organisasi. Maka komunikasi antar pribadi yang ada di jaringan komunikasi informal didalam organisasi perlu dibina yang juga dengan sendirinya akan terbentuk komunikasi organisasi. 24 25
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Grasindo, 2004, hal. 36 Joseph A. Devito, op.cit, hal. 251
21
2.3 Komunikasi Organisasi Komunikasi organisasi merupakan komunikasi yang sangat mendasar untuk kelangsungan hidup suatu organisasi. Dengan beragam manusia yang ada didalamnya juga jumlah individu yang cukup besar pada kenyataannya mereka memiliki keterbatasan, mau tidak mau mereka harus saling berkomunikasi untuk dapat beradaptasi sehingga terbentuknya kerjasama. Scott menyatakan bahwa ”satu-satunya cara yang bermakna untuk mempelajari organisasi... adalah sebagai suatu sistem”. Ia mengemukakan bahwa bagian-bagian penting organisasi sebagai sistem adalah individu dan kepribadian setiap orang dalam organisasi, struktur formal, yang kita bahas di muka; pola interaksi yang informal; pola status dan peranan yang menimbulkan pengharapan-pengharapan; dan lingkungan fisik pekerjaan.26 Organisasi melalui usaha anggotanya yang saling tergantung satu sama lain, mempunyai kemampuan untuk membentuk bermacam-macam aktivitas, untuk mencapai suatu rentangan tujuan yang luas, dimulai dengan kondisi yang bervariasi dan dengan penyesuaian aktivitas dari masing-masing anggota dan penggunaan sumber organisasi secara fleksibel. Dan komunikasi adalah alat dimana organisasi dapat menyesuaikan anggota dan proses terhadap situasi dan masalah yang mereka hadapi. Menurut Anthony Giddens dan kawan : ”Human action is a process of producing and reproducing various social systems. In other words, when we communicate with one another, we create structure that range from large social and cultural institutions to smaller individual relationship”. Tindakan manusia adalah proses 26
R. Wayne Pace, Komunikasi organisasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005, hal. 63
22
memproduksi dan mendaur ulang berbagai sistem sosial. Dengan kata lain ketika berkomunikasi dengan orang lain, kita membentuk tingkatan struktur dari struktur sosial yang besar dan budaya organisasi untuk hubungan antar individu yang lebih kecil.27 Dan berikut definisi komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi. Bila organisasi semakin besar dan kompleks maka akan mengakibatkan semakin kompleks pula proses komunikasinya dan sebaliknya.28 Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit–unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit–unit komunikasi dalam hubungan–hubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan.29 Komunikasi organisasi dapat bersifat formal maupun informal. Yang termasuk komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisai itu sendiri dan sifatnya berorientasi pada organisasi. Sedangkan yang termasuk di dalam komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya tidak pada organisasinya sendiri, tetapi lebih pada para anggotanya secara individual.30 Tindakan manusia tidak terlepas dari komunikasi sehingga dia menjadi bagian di berbagai struktur dalam sosial yang lebih luas dan lebih kompleks. 27
Stephen W. Littlejohn & Karen A. Foss, Theory Of Human Communication Ninth Edition, USA: Thomson Wadsworth, 2008, hal. 236 28 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Grasindo, 2004, hal. 54 29 R. Wayne Pace, Komunikasi Organisasi, Bandung: Renaja Rosdakarya, 2005, hal. 31 30 Joseph A. Devito, Komunikasi Antar Manusia, Jakarta: Profesional Books, 1997, hal. 342
23
Pada organisasi manusia selalu berkomunikasi sehingga tercipta hubungan antar manusia yang baik mampu beradaptasi dengan anggota organisasi lainnya agar menyesuaikan diri dengan lingkungan dan diterima,karena manusia terkadang selalu ingin diakui dan diterima diberbagai lingkungannya. Salah satu asumsi prinsip pendekatan dari hubungan antar manusia adalah bahwa kenaikan kepuasan kerja akan mengakibatkan kenaikan produktivitas: seorang karyawan yang bahagia adalah karyawan yang produktif. Oleh karena itu, fungsi manajemen adalah menjaga agar para karyawan terus merasa puas. Komunikasi meryupakan salah satu alat penting manajemen dalam usaha mencapai hasil. Pendekatan ini mengakui pentingnya kelompok sosial, informal didalam organisasi dan memberikan pertimbangan khusus pada komunikasi interpersonal di dalam sub-kalompok organisasi.31 Organisasi sebagai suatu sistem dimana semua bagian berinteraksi dan setiap bagian mempengaruhi bagian lainnya. Organisasi dipandang sebagai suatu sistem terbuka, terbuka terhadap informasi baru, responsif terhadap lingkungan, bersifat dinamis dan selalu berubah. Dan komunikasi membuat sistem tersebut tetap vital dan tetap hidup. Komunikasi akan menghubungkan berbagai bagian dengan bagian lainnya dan menghasilkan banyak gagasan baru.32 Kemudian Goldhaber memberikan definisi komunikasi organisasi, menurutnya:
31 32
Joseph A. Devito, Ibid, hal. 341 Joseph A. Devito, Ibid, hal. 341
24
”organizational communications is the process of creating and exchanging messages within a network of interdependent relationship to cope with environmental uncertainty”. Atau dengan kata lain komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain dalam untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah.33 Komunikasi organisasi adalah komunikasi dari setiap individu-individu dalam unit-unit yang terdapat pada organisasi. Hal yang dikomunikasikan tentang seputar kegiatan yang berkaitan dengan organisasi untuk pencapaian tujuan dari organisasi. Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk mengadakan situasi yang menguntungkan komunikator (atasan) demi terwujudnya suatu tujuan atau harapan organisasi. Menurut A. W. Widjaja, fungsi komunikasi dalam organisasi dapat dirumuskan, yaitu: 1. Informasi, yakni pengumpulan, penyimpanan, pemprosesan, penyebaran berita, dan gambar, fakta dan pesan opini serta komentar yang dibutuhkan agar dapat dimengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang benar. 2. Sosialisasi,
yakni
menyediakan
sumber
ilmu
pengetahuan
yang
memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif sehingga sadar fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif di dalam masyarakat.
33
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2005, hal. 67
25
3. Motivasi, yakni menjelaskan tujuan setiap manusia jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihan dan keinginan serta mendorong kegiatan individu. 4. Diskusi, yakni menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk persetujuan.34 Dari keempat fungsi ini jelas komunikasi organisasi memudahkan para pegawai untuk dapat beradaptasi dengan situasi dan kondisi yang terjadi di organisasi. Mereka dapat diterima oleh organisasi, tidak terkucilkan dan terpenuhi pula kepuasan akan pekerjaan mereka. Dengan begitu, mereka merasa diakui keberadaannya di dalam organisasi tempat mereka bekerja dan memotivasi mereka untuk bekerja dengan baik. Dan pesan komunikasi organisasi berdasarkan bahasa pesan, komunikasi dapat dibedakan atas komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal sangat penting sekali untuk proses penyampaian informasi kepada pegawai. Komunikasi verbal ini adalah komunikasi yang sangat membantu dan mudah untuk dipahami. Komunikasi verbal meliputi lisan dan tulisan seperti: kata-kata, memo. Sedangkan komunikasi nonverbal ini sangat tergantung dari bahasa tubuh atau bahasa wajah dengan isyarat-isyarat yang sangat mungkin bisa menimbulkan dua arti, seperti mimik wajah, bahasa tubuh. Sehingga sepertinya komunikasi nonverbal ini akan menimbulkan kesalahpahaman dan biasanya para atasan kurang peka dengan komunikasi nonverbal jika atasan ini
34
A.W Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Jakarta: Bumi Aksara, 1993, hal. 64
26
adalah seseorang yang acuh terhadap pegawai atau kurang peduli dengan lingkungan. 2.4 Jaringan Komunikasi Di dalam organisasi terdapat komposisi sejumlah orang-orang yang menduduki posisi atau peranan tertentu. Dan komunikasi selalu merupakan tindakan bersama, suatu proses bersama dalam berbagi informasi antara dua atau lebih orang. Dengan kata lain, komunikasi selalu mengandung hubunganhubungan. Di antara sejumlah orang ini terjadi pertukaran pesan atau informasi dan pertukaran pesan ini melalui saluran-saluran tertentu yang saling
menyambung
sehingga
membentuk
yang
namanya
jaringan
komunikasi. ”Because individual tend to communicate more frequently with certain other organizational members, group networks form. Organizations typically consist of many smaller groups, linked together in large groups in organizational network”.35 Karena seringnya individu berkomunikasi dengan anggota organisasi lainnya, ini membentuk jaringan kelompok. Organisasi terdiri dari beberapa kelompok kecil yang saling berhubungan kemudian membentuk kelompok besar dalam jaringan organisasi. Jaringan komunikasi adalah saluran yang digunakan untuk meneruskan pesan dari satu orang ke orang lain. Jaringan komunikasi terdiri atas individu yang saling berhubungan melalui pola-pola arus informasi. Suatu jaringan komunikasi berbeda dalam besar dan strukturnya misalnya mungkin hanya di 35
Stephen W. Littlejohn & Karen A. Foss, Theory Of Human Communication Ninth Edition, USA: Thomson Wadsworth, 2008, hal. 261
27
antara dua orang, tiga atau lebih dan mungkin juga di antara keseluruhan orang dalam organisasi36. Dengan terjalinnya komunikasi yang membentuk suatu pola-pola dalam suatu sistem, informasi pun akan tersalurkan secara serentak meskipun tanpa melalui media tetapi melalui antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau antar kelompok. Jaringan komunikasi ini terjadi dengan dinamis di dalam organisasi selama para pegawai yang ada didalamnya selalu aktif untuk memperoleh informasi. Jaringan komunikasi dapat dilihat dari dua perpektif. Pertama, kelompok kecil sesuai dengan sumber daya yang dimilikinya, akan mengembangkan pola
komunikasi
yang
menggabungkan
beberapa
struktur
jaringan
komunikasi. Jaringan komunikasi ini merupakan sistem komunikasi umum yang akan digunakan oleh kelompok dalam mengirimkan pesan dari satu orang ke orang lain. Kedua, jaringan komunikasi dapat dipandang sebagai struktur formal yang diciptakan oleh organisasi sebagai sarana komunikasi organisasi.37 Jaringan komunikasi jika dianalisis akan terlihat apakah komunikasi yang dilakukan dapat berjalan baik oleh si pelaku jaringan komunikasi tersebut. Pada hakikatnya perilaku manusia adalah interaksi melalui mana seseorang bertukar informasi dengan seseorang atau lebih. Setiap individu dalam suatu sistem suka berhubungan dengan individu-individu lainnya (terutama bila sistem itu sangat besar). Oleh karena itu, arus komunikasi 36 37
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2005, hal. 102 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Grasindo, 2004, hal. 60
28
interpersonal terpolakan di dalam waktu. Suatu ”struktur jaringan komunikasi” atau jaringan akan tumbuh secara relatif stabil dan perilaku orangnya dapat di prediksi38. Banyak faktor yang mempengaruhi hakikat dan luasnya jaringan komunikasi, diantaranya hubungan dalam organisasi, arah dari arus pesan, hakikat seri dari arus pesan, dan isi dari pesan. Beberapa jaringan ditentukan oleh mekanisme yang sangat formal seperti jaringan yang digambarkan dalam struktur organisasi. Sementara itu ada juga jaringan komunikasi yang timbul tanpa perhatian dan perencanaan lebih dahulu seperti, jaringan komunikasi informal.39 Ada hubungan yang menarik antara jaringan komunikasi formal dengan jaringan
komunikasi
informal.
Jaringan
komunikasi
formal
kurang
memberikan kepuasan kepada anggota organisasi terhadap kebutuhan akan informasi oleh karena itu, mereka mengembangkan kontak informal dengan desas-desus (grapevine) atau berita-berita angin yang belum tentu benar, untuk memperoleh bermacam-macam informasi yang menarik yang tidak mereka dapatkan melalui jaringan komunikasi formal. Makin kurang jaringan komunikasi formal digunakan untuk memberikan informasi yang relevan dengan anggota organisasi, makin tergantung mereka kepada informasi grapevine dan makin mempunyai kekuasaan grapevine begitu juga sebaliknya.40
38
Bambang Setiawan dan Ahmad Muntaha, Metode Penelitian Komunikasi II, Jakarta: Terbitan Universitas Terbuka , 2000, hal. 1.2 39 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2005, hal. 106 40 Arni Muhammad, Ibid, hal. 107
29
Dari hasil analisis jaringan dapat diketahui bentuk hubungan atau koneksi orang-orang dalam organisasi serta kelompok tertentu (klik), keterbukaan satu kelompok dengan kelompok lainnya dan orang-orang yang memegang peranan utama dalam suatu organisasi. 2.5 Jaringan Komunikasi Informal Bila pegawai berkomunikasi dengan yang lainnya tanpa memperhatikan posisi mereka dalam organisasi, maka pengarahan arus informasi bersifat pribadi. Secara operasional jaringan komunikasi informal dijabarkan sebagai hubungan antara pengurus-pengurus dan anggota suatu organisasi atau perusahaan yang terbentuk secara alami dimana terdapat proses penyampaian informasi-informasi dan isu mengenai berbagai hal, baik yang berhubungan dengan pekerjaan mereka maupun bersifat intern. Jaringan komunikasi ini lebih dikenal dengan desas-desus (grapevine) atau kabar angin atau gosip. Informasinya lebih pribadi dan belum tentu pasti kebenarannya karena kelihatannya dapat berubah-ubah dan tersembunyi. Istilah grapevine ini sebagai metode untuk menyampaikan rahasia dari orang ke orang yang tidak dapat kita peroleh melalui jaringan komunikasi formal. Informasi ini diperoleh dari apa yang dikatakan orang yang biasanya di luar jam kantor dan bukan dari yang dikatakan oleh seseorang yang berkuasa. Namun desas-desus (grapevine) juga disebut gosip. Menurut Kamus Random House, gosip didefinisikan sebagai percakapan hampa atau desasdesus, utamanya tentang urusan pribadi atau rahasia orang lain. Gosip pasti menjadi bagian dari interaksi kita sehari-hari dan mengingatkan orang lain
30
untuk tidak bergosip tidak akan ada gunanya. Tidak bergosip akan menghilangkan salah satu bentuk komunikasi yang paling sering dan paling menyenangkan.41 Davis menyatakan bahwa beberapa individu secara konsisten keluar dari arus pesan yang bersifat desas-desus dan tidak mengambilnya sebagai sumber informasi. Ini menunjukkan bahwa ada perbedaan peranan informasi dalam suatu organisasi. Ada informasi yang saling dibagi dalam kelompok dan ada pula yang mengasingkan diri dari informasi.42 Gosip dapat menimbulkan masalah serius bila tidak ditangani secara baik dan adil. Prinsip kerahasiaan memberikan memberikan pedoman baik untuk menghadapi gosip.43 Sifat grapevine (selentingan) yang digambarkan oleh W. L. Davis & O’Connor, yaitu: 1. Selentingan berjalan terutama melalui interaksi mulut ke mulut. 2. Selentingan umumnya bebas dari kendala-kendala organisasi dan posisi. 3. selentingan menyebarkan informasi dengan cepat. 4. Jaringan kerja selentingan digambarkan sebagai suatu ”rantai kelompok” karena
setiap
orang
menyampaikan
selentingan
cenderung
mengabarkannya kepada sekelompok orang daripada hanya kepada satu orang saja. 5. Para peserta dalam jaringan kerja selentingan cenderung menjalankan satu dari tiga peranan berikut: penghubung, penyendiri atau pengakhir. 41
Joseph A. Devito, Komunikasi Antar Manusia, Jakrta: Profesional Books, 1997, hal. 150 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2005, hal. 106 43 Joseph A. Devito, Op.Cit, hal. 151 42
31
6. Selentingan cenderung lebih merupakan produk suatu situasi daripada produk orang-orang dalam organisasi tersebut. 7. Semakin cepat seseorang mengetahui suatu peristiwa yang baru saja terjadi, semakin besar kemungkinan ia menceritakannya kepada orang lainnya. 8. Bila suatu informasi yang disampaikan pada seseorang menyangkut sesuatu yang menarik perhatiannya, semakin besar kemungkinan ia menyampaikan informasi tersebut kepada orang lain. 9. Aliran utama informasi dalam selentingan cenderung terjadi dalam kelompok-kelompok fungsional daripada antara kelompok-kelompok tersebut. 10. Umumnya, 75% - 90% dari rincian pesan yang disampaikan oleh selentingan adalah cermat. 11. Informasi selentingan biasanya tidak lengkap, menghasilkan kesalahan interpretasi bahkan bila rinciannya cermat. 12. Selentingan cenderung mempengaruhi organisasi, apakah untuk kebaikan atau keburukan.44 Walaupun selentingan (grapevine) itu membawa informasi yang informal tetapi ada manfaatnya bagi organisasi. Grapevine memberikan balikan kepada pimpinan mengenai sentimen karyawan. Dengan adanya jaringan komunikasi informal karyawan dapat menyalurkan ekspresi emosional dari pesan-pesan yang dapat mempercepat permusuhan dan rasa
44
R. Wayne Pace, Komunikasi Organisasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005, hal. 200-201
32
marah bila ditekan. Grapevine dapat membantu menerjemahkan pengarahan pimpinan ke dalam bahasa yang lebih mudah dipahami oleh karyawan.45 Meskipun tidak terbentuk secara formal namun jaringan komunikasi informal mempunyai beberapa kegunaan, yaitu : 1. Jaringan komunikasi informal dapat memuaskan salah satu kebutuhan karyawan, yaitu dapat memelihara dan menikmati hubungan persahabatan dengan rekan sekerjanya. 2. Jaringan komunikasi informal dapat membantu karyawan dalam memahami lingkungan kerjanya, terutama dalam menginterpretasikan perintah yang kurang jelas dari atasan. 3. Jaringan komunikasi informal dapat berfungsi sebagai katup pengaman pada orang yang bingung atau kurang jelas dengan apa yang sedang terjadi pada mereka, mereka dapat menggunakan jaringan komunikasi informal
untuk
memperbesar
keingintahuan
mereka
atau
untuk
mengurangi kegelisahan mereka46. Roberts dan O’Relly menemukan bukti bahwa para pekerja yang terpencil pada suatu organisasi, mempunyai tingkat kepuasan kerja, kesetiaan, dan prestasi yang rendah dibandingkan dengan orang-orang yang lebih terintegrasi dengan lingkungannya.47 2.5.1 Faktor Terbentuknya Saluran Komunikasi Informal
45
Arni Muhammad, Op.Cit, hal. 126-127 Jack Halloran, Applied Human Relation Organizational Approach, New York, 1994, hal. 77 47 Arni Muhammad, Op.Cit, hal. 130 46
33
Kelompok informal mempunyai empat fungsi utama, seperti yang dikatakan oleh James A.F Stoner dan Charles Wankel dalam bukunya manajemen, yaitu: 1. Mengabadikan nilai-nilai sosial dan budaya yang umumnya dipertahankan. Dalam interaksinya setiap hari, norma dan nilai ini menuntun perilaku dan diperkuat lebih lanjut. 2. Memberikan kepuasan, status dan keamanan sosial. Kelompok informal, karyawan yang sama merasa sebagai teman pribadi satu sama lain yang membagi bersama suka dan duka, makan bersama, dan bergaul setelah jam kerja. Kelompok informal memuaskan kebutuhan manusiawi akan persahabatan dan dukungan. 3. Membantu
para
anggotannya
saling
berkomunikasi.
Untuk
memperoleh informasi mengenai hal-hal yang dapat mempengaruhi mereka, para anggota kelompok informal mengembangkan saluran komunikasi mereka sendiri disamping saluran formal yang dibentuk oleh manajemen. 4. Membantu menyelesaikan masalah. Keprihatinan dan masalah yang dihadapi anggota kelompok dapat diatasi oleh kelompok48. Keempat fungsi tersebut dapat disimpulkan bahwa kelompok informal dapat memberikan keuntungan bagi para anggotanya, selain itu juga dapat menguntungkan bagi perusahaan karena dapat membantu menyelesaikan pemecahan masalah yang muncul di dalam kepuasan kerja. 48
James A.F Stoner & Charles Wankel, Perencanaan dan Pengambilan Keputusan dalam Manajemen, Jakarta: Rineka Cipta, 1999, hal. 121
34
Melalui komunikasi informal maka muncullah informasi pribadi yang dapat mengalir keseluruh organisasi tanpa dapat diperkirakan. Kedudukan lokasi setiap individu dalam jaringan yang terjadi memberi peranan pada individu-individu di dalam organisasi. Ada tujuh peranan jaringan komunikasi
yang dijelaskan oleh
Farace, Donoski dan kawan-kawan, yaitu : 1. Klik, adalah sebuah kelompok individu yang paling sedikit separuh dari kontaknya, merupakan hubungan-hubungan dengan anggotaanggota lainnya. Tampaknya klik terdiri dari individu-individu yang keadaan sekelilingnya (kantor, tempat bekerja) memungkinkan kontak antar individu, yang satu sama lain saling menyukai, dan yang merasa amat puas dengan kontak-kontak tersebut. 2. Pemimpin pendapat (Opinion Leader) adalah pimpinan informal dalam organisasi, tidak selalu orang-orang yang mempunyai otoritas formal dalam organisasi. Mereka merupakan orang-orang yang mengikuti persoalan dan dipercayai orang-orang lainnya untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. 3. Penjaga gawang (Gate keepers) adalah individu yang mengontrol arus informasi di antara anggota organisasi. Orang yang secara strategis ditempatkan dalam jaringan agar dapat melakukan pengendalian atas pesan yang disebarkan melalui sistem.
35
4. Kosmopolit (Cosmopolites) adalah individu yang menghubungkan organisasi dengan lingkungannya. Mereka memiliki kontak yang lebih akrab dengan sumber-sumber di luar organisasi. 5. Jembatan (Bridge) adalah anggota kelompok atau klik dalam satu organisasi yang menghubungkan kelompok itu dengan anggota kelompok lainnya. 6. Penghubung (Liaison) adalah sama peranannya dengan bridge tetapi individu itu sendiri bukanlah anggota dari satu kelompok tetapi dia merupakan penghubung di antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. 7. Penyendiri (Isolate) adalah anggota organisasi yang mempunyai kontak minimal dengan orang lain dalam organisasi. Beberapa anggota organisasi menjadi penyendiri bila berurusan dengan kehidupan pribadi pegawai-pegawai lainnya49. Dalam
jaringan
komunikasi
informal
selain
setiap
orang
mempunyai peranan, dari jaringan komunikasi informal tersebut akan membentuk berbagai model-model jaringan komunikasi. Bentuk struktur dari jaringan itupun juga akan berbeda. Dan dari perbedaan pengaturan ruang saat terjadi komunikasi jaringan komunikasi ini menimbulkan perbedaan pola komunikasi. Kita melihat lima macam model jaringan komunikasi: roda, rantai, Y, lingkaran dan bintang (all-channel).50
49
R. Wayne Pace & Don Faules, Komunikasi Organisassi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001, hal.176-183 50 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, hal. 162
36
1. Model Roda (wheell) Model roda memiliki pemimpin klik yang jelas, yaitu posisinya di pusat. Orang ini merupakan satu-satunya yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua anggota klik. Oleh karena itu, jika seorang anggota klik ingin berkomunikasi dengan anggota klik lainnya, maka pesannya harus disampaikan melalui pemimpin kliknya. 2. Model Rantai (chain) Model rantai sama dengan struktur lingkaran kecuali para anggota klik yang paling ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang saja. Keadaan tersebut juga terdapat pada sisi ujungnya. Orang yang berada di posisi tengah lebih berperan sebagai pemimpin dari pada mereka yang berada di posisi lain. 3. Model ”Y” Model Y relatif kurang tersentralisasi dibanding dengan struktur roda tetapi lebih tersentralisasi dibanding dengan model lainnya. Pada struktur Y juga terdapat pemimpin klik yang jelas. Tetapi satu anggota klik lainnya berperan sebagai pemimpin klik kedua. Anggota klik ini dapat mengirimkan dan menerima pesan dari dua orang klik lainnya.
37
Ketiga anggota klik lainnya komunikasinya terbatas hanya dengan satu orang klik lainnya. 4. Model Lingkaran (circle) Model lingkaran ini tidak memiliki pemimpin. Semua anggota posisinya sama. Mereka memiliki wewenang atau kekuatan yang sama untuk mempengaruhi kelompok klik lain. Setiap anggota klik bisa berkomunikasi dengan dua anggota klik lain disisinya. 5. Model Saluran Bebas (all channel) Model semua saluran atau pola bintang hampir sama dengan struktur lingkaran dalam arti semua anggota klik adalah sama dan semuanya juga memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya. Akan tetapi dalam model semua saluran, setiap anggota klik bisa berkomunikasi dengan setiap anggota klik lainnya. Model ini memungkinkan adanya partisipasi anggota klik secara optimum.51 Sedangkan Laumman dan Rogers menggolongkan pola komunikasi dalam jaringan menjadi 3 yaitu: 1. Tipe interlocking, yaitu tipe komunikasi individu yang mengunci di mana satu sama lain saling memilih. 2. Tipe Mutual Pair, yaitu di mana di antara individu saling memilih dan dipilih sehingga akan terjadi hubungan timbal balik.
51
Joseph A. Devito, Komunikasi Antar Manusia, Jakarta: Professional Books, 1997, hal. 345
38
3. Tipe radial, yaitu membuka lebar di mana anggota klik tidak saling memilih tetapi memiliki pilihan lain.52 Kadang-kadang dinyatakan, misalnya bahwa beberapa jaringan lebih efektif karena struktur jaringan itu, tetapi Guetzkow dan Simon percaya bahwa ada faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan. Jaringan tertentu dapat menghambat suatu kelompok bukan karena kemampuan jaringan itu dalam memecahkan masalah, melainkan karena kemampuan untuk mengatur jaringan itu sendiri agar dapat memecahkan masalah. Dan bila kelompok mampu menetapkan suatu prosedur untuk bekerja bersama, kelompok dapat berjalan efisien terlepas dari jenis jaringannya.53 Tidak ada jaringan komunikasi yang baik dan buruk dengan sendirinya. Semua jaringan komunikasi lebih baik atau lebih buruk dilihat dari penggunaannya untuk tugas-tugas tertentu. Sebagi contoh, pola yang sangat tersentralisasi – struktur roda dan struktur ”Y” merupakana pola yang paling efisien digunakan pada tugas yang sederhana dan repetitif. Pada tugas ini informasi harus dikumpulkan di satu tempat dan disebarkan kepada anggota lainnya.54 2.5.2 Analisis Jaringan Komunikasi Informal Pada hakikatnya perilaku manusia adalah interaksi melalui mana seseorang bertukar informasi dengan sesorang atau lebih. Setiap individu
52
J. A Suparman, Pengantar Sosiometri, Jakarta: Universita Terbuka, 1998, hal. 3.12 Stewart L. Tubbs & Sylvia Moss, Human Communication Konteks-Konteks Komunikasi Buku Kedua, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000, hal. 92 54 Joseph A. Devito, Komunikasi Antar Manusia, Jakarta: Profesional Books, 1997, hal. 345 53
39
dalam suatu sistem suka berhubungan dengan individu-individu tertentu, dan mengabaikan individu-indivu lainnya (terutama bila sistem itu sangat besar). Suatu ”struktur jaringan komunikasi” (atau jaringan) tumbuh secara relatif stabil dan perilaku orangnya dapat diprediksi. Struktur komunikasi adalah susunan dari unsur-unsur yang berlainan yang dapat dikenai melalui pola arus komunikasi dalam suatu sistem. Salah satu tujuan penelitian komunikasi mempergunakan analisis jaringan adalah untuk mengidentifikasi struktur komunikasi dan untuk memahami gambaran umum mengenai interaksi antar manusia dalam suatu sistem55. Rogers
&
Kincaid
dalam
buku
Communication
Network
mengatakan bahwa analisis jaringan komunikasi, adalah sebuah metode riset untuk mengidentifikasi struktur komunikasi dalam sebuah sistem, di mana data yang berhubungan dengan arus komunikasi dianalisis dengan menggunakan
tipe-tipe
hubungan
interpersonal
sebagai
unit
analisisnya.56 Analisis jaringan (network analysis) pada dasarnya bertujuan untuk memetakan kegiatan-kegiatan komunikasi yang melibatkan responden dalam organisasi ataupun unit kerjanya – baik secara formal maupun informal57.
55
Bambang Setiawan & Ahmad Muntaha, Ibid, hal. 1.12 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007, hal. 315 57 Andre Hardjana, Audit Komunikasi Teori dan Praktek, Jakarta: Grasindo, 2000, hal. 66 56
40
Analisis jaringan komunikasi ini biasa digunakan dalam riset difusi – inovasi. Difusi menurut Rogers & Shoemaker, adalah proses di mana penemuan disebarkan kepada masyarakat yang menjadi anggota sistem sosial. Sedangkan inovasi menurut Rogers adalah penyebaran gagasan, cara atau barang yang dianggap baru oleh seseorang atau unit lain. Suatu inovasi ada kemungkinan diterima (diadopsi) atau ditolak, namun tentu tidak langsung. Individu-individu yang diterpa inovasi mengalami keadaan ”ketidakpastiaan”, ketidakpastian inilah yang mendorong orang untuk mencari informasi tentang inovasi terbaru itu. Informasi tersebut berguna untuk mengurangi ketidakpastian, interaksi antar individu ini yang melahirkan suatu jaringan komunikasi.58 Analisis pada suatu jaringan komunikasi adalah suatu metode penelitian untuk mengidentifikasikan distribusi pesan-pesan yang ada dalam suatu jaringan komunikasi dalam suatu sistem. Dimana data mengenai peran setiap individu dalam penyebaran pesan dalam suatu jaringan komunikasi dianalisis dengan menggunakan studi sosiometri.59 Dari analisis jaringan komunikasi ini dapat teridentifikasikan struktur komunikasi dalam suatu sistem, dimana data hubungan mengenai arus komunikasi dianalisis dengan menggunakan beberapa tipe hubungan-hubungan interpersonal sebagai unit analisis. Analisis jaringan komunikasi mendeskripsikan hubungan-hubungan antar unsur dan 58
hubungan
dengan
struktur
komunikasi
interpersonal.
Dan
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007, hal. 316 59 Bambang Setiawan dan Ahmad Muntaha, Op.cit, hal. 1.11
41
memungkinkan pemahaman struktur sosial sebagai proses komunikasi untuk bertukar informasi. Untuk dapat mengetahui struktur dan peran yang ada dalam jaringan komunikasi informal diperlukan suatu cara tertentu dalam pengumpulan datanya. Bagi analisis jaringan, sampel penelitian adalah semua orang yang menjadi anggota jaringan sosial, atau secara riil menjadi anggota kelompok-kelompok dalam jaringan komunikasi tersebut. 2.5.3 Sosiometri Siahaan
menyatakan
bahwa
sosiometri
adalah
metode
pengumpulan serta analisis data mengenai pilihan, komunikasi, dan pola interaksi antar individu dalam kelompok.60 Analisis data menggunakan analisis sosiometri, yaitu teknik analisis data dengan jalan melakukan pendekatan teoritis dan metodologis terhadap kelompok-kelompok. Dalam teknik ini pertamatama akan disusun suatu tabel matriks sosiometri untuk mengetahui pilihan hubungan komunikasi antar responden. Selanjutnya dibuat suatu sosiogram berdasarkan matrik sosiometri yang menyatakan arah hubungan komunikasi di antara para responden.61 Dalam metode sosiometri, pengumpulan data ditujukan untuk memperoleh keterangan tentang adanya interaksi di antara anggota
60
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007, hal. 325 61 Bambang Setiawan & Ahmad Muntaha, Metode Penelitian Komunikasi II, Jakarta: Terbitan Universitas Terbuka, 2000, hal.2.12
42
kelompok, antara kelompok dengan kelompok, antara pribadi dengan anggota kelompok. Atribut dalam interaksi dapat saja perilaku, keinginan, antisipasi ataupun suatu fantasi. Banyak sekali jenis interaksi yang dapat dikumpulkan, seperti berjenis-jenis perilaku sosial, antara lain: duduk di samping, makan bersama, membeli, meminjamkan, bertamu, berkawan, dan sebagainya. Teknik dalam mengumpulkan data biasanya dengan menggunakan schedule atau quetionnaire, walaupun ada kalanya digunakan pengamatan partisipatif ataupun dengan memintakan suatu laporan secara verbal.62 Mengumpulkan data dengan metode sosiometri secara relatif lebih mudah dibandingkan dengan teknik yang digunakan dalam menganalisis data sosiometri. Data sosiometri dapat memberikan jawaban tentang posisi individu dalam kelompok, tentang hubungan dalam sub kelompok ataupun tingkat kohesi dari kelompok dalam studi tentang pengaruh variasi struktur kelompok terhadap perilaku anggota kelompok, ataupun dalam melihat ciri perorangan yang selalu dipilih dan yang jarang-jarang dipilih. Dalam analisis data sosiometri, sosiogram dan indeks sosiometri.63 Sosiometri merupakan sebuah konsepsi psikologis yang mengacu pada suatu pendekatan metodologis dan teoritis terhadap kelompok. Asumsi yang dimunculkan adalah bahwa individu-individu dalam kelompok yang merasa tertarik satu sama lain akan lebih banyak 62 63
Moh. Nazir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003, hal. 218 Moh. Nazir. Ibid, hal.220
43
melakukan tindakan komunikasi, sebaliknya individu-individu yang saling menolak, hanya sedikit atau kurang melaksanakan tindakan komunikasi.64 Dalam teknik analisis sosiometri pertama-tama akan disusun suatu tabel matrik sosiometri untuk mengetahui pilihan hubungan komunikasi antar responden. Selanjutnya dibuat suatu sosiogram berdasarkan matrik sosiometri yang menyatakan arah hubungan komunikasi diantara para responden. Dari sosiogram ini kita dapat juga melihat apakah bentuk jaringan atau bagian jaringan seperti roda, jari-jari, rantai atau circle. Selain itu, kita dapat juga melihat dan menghitung jumlah klik yang ada dalam suatu jaringan, serta kepadatan atau frekuensi hubungan.65 2.5.4 Variabel-variabel Struktural Ada beberapa tipe analisis hubungan perilaku komunikasi yang dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana hubungan-hubungan komunikasi yang ada. Yaitu: (1) hubungan komunikasi pada tingkat personal atau pribadi, (2) hubungan komunikasi pada tingkat klik dan (3) hubungan komunikasi pada tingkat sistem.66 Integrasi jaringan komunikasi personal adalah derajat di mana hubungan-hubungan komunikasi ada di antara anggota-anggota jaringan individual atau jaringan komunikasi personal. Makin besar jumlah
64
S. Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, Jakarta: Terbitan Universitas Terbuka, 2004, hal. 3.30 Bambang Setiawan &Ahmad Muntaha, Metode Penelitian Komunikasi II, Jakarta: Terbitan Universitas Terbuka. 2000, hal. 3.9 66 Bambang Setaiwan & Ahmad Muntaha, Metode Penelitian Komunikasi, Jakarta: Terbitan Univeristas Terbuka, 2005, hal 2.3 65
44
hubungan ini makin besar derajat integrasi jaringan komunikasi khusus individual67. Jaringan personal radial (jari-jari) tingkat integrasinya rendah, karena teman seseorang tidaklah menjadi teman lainnya (saling berteman). Jaringan yang demikian lebih terbuka bagi lingkungan. Kita dapat berharap bahwa seseorang yang mempunyai tipe jaringan yang demikian akan menerima pesan (message) khusus yang dapat menyebar di dalam sistemnya sendiri, yang secara relatif lebih cepat bila dibandingkan dengan jaringan yang saling mengunci. Dengan demikian, semakin tinggi tingkat integrasi jaringan personal, semakin kurang informasi yang dapat diterimanya.68 Pada tingkat klik, dikenal variabel struktural yang dapat diukur yaitu69: 1. Keterhubungan klik, adalah derajat di mana para anggota suatu klik berhubungan satu sama lain melalui arus komunikasi. Hal ini dapat dihitung dari jumlah arus informasi interpersonal yang ada dibandingkan dengan derajat kemungkinan hubungan yang potensial. Indeks keterhubungan : Kontak – kontak nyata (Actual Contact) Kemungkinan Hubungan (Possible Contact)
67
Bambang Setiawan & Ahmad Muntaha, Ibid, hal. 2.3 Bambang Setiawan & Ahmad Muntaha, Ibid, hal. 2.4 69 Bambang Setiawan & Ahmad Muntaha, Ibid, hal. 2.4 68
45
2. Kedominanan klik, adalah derajat di mana pola-pola hubungan komunikasi antar klik tidak memungkinkan kesamaan. 3. Keterbukaan klik, adalah derajat di mana anggota-anggota suatu klik saling bertukar informasi dengan klik-klik yang ada di luarnya. 4. Keintegrasian klik dalam jaringan yang lebih besar dapat diukur dengan ada tidaknya penghubung yang menghubungkan klik dengan jaringan yang lebih luas tersebut. Sedangkan pada tingkat sistem dapat dianalisis dengan melihat di bawah ini: 1. Keterhubungan sistem yaitu derajat di mana klik-klik dalam suatu sistem berkaitan satu sama lain melalui arus komunikasi. Pada umumnya ada sustu harapan bahwa derajat hubungan dalam suatu jaringan komunikasi berkaitan secara positif dengan tingkat difusi inovasi. 2. Kedominan sistem yaitu derajat di mana pola-pola hubungan komunikasi antara klik dalam suatu sistem sosial tidal mempunyai kesamaan. Makin besar kontrol dilakukan oleh suatu klik terhadap arus informasi pada sekelompok klik, makin tinggi kedominanan sistem tersebut. Sistem yang mempunyai kedominan tinggi akan membuat keputusan yang cepat tetapi keterbukaannya terhadap lingkungan menjadi kurang sehingga informasi makin dikit menyusup ke dalam sistem.
46
3. Keterbukaan sistem yaitu di mana suatu sistem saling bertukar informasi dengan lingkungannya. Suatu sistem yang derajat keterbukaannya besar adalah inovatif.70 2.6 Pengertian Kepuasan Kerja Pegawai Bila individu tidak merasa senang dengan situasi kerjanya biasanya mereka mengatakan bahwa tidak puas dengan pekerjaannya. Ada dua hal yang mungkin menyebabkan orang tidak puas dengan pekerjaannya ini71. Hal yang pertama, apabila orang tersebut tidak mendapatkan informasi yang dibutuhkannya. Yang kedua, apabila hubungan sesama teman sekerja kurang baik. Atau dengan kata lain ketidakpuasan kerja ini berhubungan dengan masalah komunikasi. Tidak ada pula bukti-bukti yang menyatakan bahwa organisasi yang baik komunikasinya akan menjamin kepuasan kerja anggotanya, karena kepuasan kerja ini banyak ditentukan oleh faktor-faktor lain, tidak hanya oleh faktor komunikasi. Tetapi sungguhpun demikian untuk mengatasi rasa ketidakpuasan kerja dapat dilakukan dengan memberikan informasi yang cukup kepada pegawai sehingga mereka dapat melakukan pekerjaanya dengan baik dan merasa puas dengan hasil yang dilakukannya. Hubungan komunikasi sesama teman yang kurang baik mungkin dapat diatasi dengan jalan mengadakan kesempatan bersilahturahmi secara rutin di antara sesama anggota organisasi
70 71
Bambang Setiawan & Ahmad Muntaha, Ibid, hal. 2.7 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2005, hal. 79
47
sehingga satu sama lain dapat saling kenal dengan baik dan senang bergaul sesamanya.72 Definisi secara umum mengenai kepuasan kerja mengandung arti sebagai suatu sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya. Dapat dipertegas lagi bahwa kepuasan kerja merupakan seperangkat perasaan karyawan tentang menyenangkan atau tidaknya pekerjaan mereka. Pekerjaan disini sangat luas artinya tidak hanya sekedar melaksanakan suatu pekerjaan tetapi lebih dari itu yaitu berhubungan dengan interaksi dengan rekan sekerja dan atasan, mengikuti aturan dan kebijakan organisasi, memenuhi standar kinerja, lingkungan kerja dan sebagainya73. Hasil studi Schuler dan Blank mengatakan bahwa ada hubungan yang positif antara ketepatan komunikasi yang berkenaan dengan tugas, komunikasi kemanusiaan, dan komunikasi pembaruan dengan kepuasan kerja dan hasil yang dicapai oleh pekerja.74 Kepuasan
kerja
adalah
semangat
perasaan
pegawai
tentang
menyenangkan atau tidaknya pekerjaan mereka. Kepuasan kerja juga dapat diartikan sebagai perasaan senang atau tidak senang yang relatif berbeda dari pemikiran objektif dan keinginan perilaku. Kepuasan kerja menunjukkan kesesuaian antara harapan seseorang yang timbul dan imbalan yang disediakan pekerjaan. Hal-hal yang biasanya ditanyakan kepada pegawai untuk mengukur kepuasan kerja antara lain berhubungan dengan unsur-unsur utama dalam 72
Arni Muhammad, Ibid, hal. 79 P.Robbin Stephen, Perilaku Organisasi Jilid 2,Jakarta: Prenhallindo, 1998, hal. 148 74 Arni Muhammad, Op,cit, hal. 90 73
48
pekerjaan yang meliputi: sifat dasar pekerjaan, penyeliaan, upah sekarang, kesempatan promosi, hubungan dengan rekan sekerja dan kebijakan yang dikeluarkan organisasi. Suatu tinjauan-ulang yang ekstensif atas literatur menunjukkan bahwa faktor-faktor yang lebih penting dan mendorong kepuasan kerja, yaitu: 1. Kerja yang secara mental menantang atau sifat dasar pekerjaan Pegawai cenderung lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka
kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan
mereka dan menawarkan beragam tugas, kebebasan dan umpan balik mengenai betapa baik mereka bekerja. 2. Penyeliaan atau supervisi Sikap karyawan dalam hal menilai kepemimpinan yang dijalankan oleh atasannya. Menyangkut apakah atasan dapat memimpin dengan baik dan adil, mendengarkan pendapat pegawai, memahami pegawai. Kepuasan pegawai meningkat bila penyelia langsung bersifat ramah, dapat memahami, memberikan pujian, mendengarkan pendapat pegawai dan menunjukkan minta pada mereka. 3. Ganjaran yang pantas Para pegawai menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang mereka persepsikan sebagai adil, tidak meragukan, dan segaris dengan pengharapan mereka. Bila upah dilihat sebagai adil yang didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar pengupahan
49
komunitas, kemungkinan besar akan dihasilkan kepuasan. Sama halnya pula, pegawai berusaha mendapatkan kebijakan dan praktik promosi yang adil. 4. Kondisi kerja yang mendukung Pagawai peduli akan lingkungan kerja baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas yang baik. Pegawai lebih menyukai keadaan fisik sekitar yang tidak berbahaya atau merepotkan. 5. Rekan sekerja yang mendukung Bagi kebanyakan pegawai, kerja juga mengisi kebutuhan akan interaksi sosial. Oleh karena itu tidaklah mengejutkan bila mempunyai rekan sekerja yang ramah dan mendukung menghantar ke kepuasan kerja yang meningkat. Adanya keakraban dengan rekan sekerja, rekan sekerja yang ramah dan saling mendukung75 Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan sikap yang positif terhadap pekerjaannya dan jika sebaliknya maka akan berpengaruh pada76: 1. Loyalitas Merupakan sikap kesetiaan atau pengabdiaan yang diberikan pegawai kepada atasan ataupun organisasi termasuk mendukung segala aktifitas yang dilakukan organisasi serta menjaga nama baik dan kerahasiaan organisasi. 2. Disiplin tinggi
75 76
P.Robbin Stephen, Perilaku Organisasi Jilid 2, Jakarta: Prenhallindo, 1998, hal.149-150 P.Robbin Stephen, Ibid, hal. 154
50
Ketaatan seorang pegawai pada aturan dan tata tertib, yang telah ditentukan oleh organisasi, yang tercermin dari tidak adanya usaha kemangkiran dan juga tingkat kesalahan yang dibuat oleh pegawai. 3. Prestasi Seseorang merasakan kepuasan dalam pekerjaannya karena yang bersangkutan menyadari bahwa apa yang dicapai membuahkan hasil berupa prestasi dalam pekerjaannya selama ia melaksanakan pekerjaan itu dengan sungguh-sungguh atas dasar adanya pengabdian pada organisasi atau perusahaan. 2.7 Humas Dalam Pemerintahan Frank Jefkins mendefinisikan humas adalah sesuatu yang merangkun keseluruhan komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun keluar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian.77 Salah satu bagian dari pemerintahan adalah bagian Hubungan Masyarakat (Humas) yang ada dalam pemerintahan. Sama halnya dengan organisasi profit, instansi pemerintahan (organisasi non profit) pun memerlukan adanya Humas untuk melancarkan komunikasi. Dalam pemerintahan
juga
terdapat
kegiatan-kegiatan
komunikasi
untuk
menyosialisasikan program-program yang telah diagendakan pemerintah kepada publik (masyarakat).
77
Frank Jefkins, Public Relations Edisi Keempat, Jakarta: Erlangga, 1995, hal. 9
51
Perbedaan pokok antara fungsi dan tugas Humas yang terdapat di instansi pemerintah dengan non pemerintah (lembaga komersial) adalah tidak adanya unsur komersial walaupun Humas pemerintah juga melakukan hal sama dalam kegiatan publikasi, promosi dan periklanan. Humas pemerintah lebih menekankan pada public services atau demi meningkatkan pelayanan umum.78 Humas pemerintah membantu pemerintah dalam melancarkan arus informasi antar lembaga pemerintah dan antar pemerintah dengan masyarakat, mengadakan koordinasi dan kerjasama antar humas departemen, lembaga pemerintah non departemen, lembaga negara serta Badan Usaha Milik Negara dan merencanakan kegiatan kehumasan. Oleh karena itu perlu koordinator yang intensif dan efektif baik hubungan internal maupun eksternal. Siap memberikan informasi yang agar tidak menimbulkan kontroversi dan distorsi yang dapat meresahkan masyarakat mapun penyelenggaraan pemerintah.79 Adapun fungsi pokok humas pemerintah pada dasarnya adalah: a. Mengamankan kebijaksanaan pemerintah b. Memberikan pelayanan atau menyebarluaskan informasi dalam rangka meyakinkan masyarakat. c. Menerima dan menampung aspirasi dari masyarakat d. Menjadi jembatan atau komunikator aktif dalam rangka komunikasi dua arah
78
Rosadi Ruslan, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005, hal. 337 79 Oemi Abdurrachman, Dasar-dasar Public Relations, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001, hal. 113
52
e. Ikut menciptakan iklim untuk mengamankan politik pembangunan80 Dalam pemerintahan, seorang humas akan disebut sebagai sekretaris pers, informan officer, public affair specialist, atau communnications specialist, bertugas menginformasikan kepada publik mengenai aktifiitas yang dilakukan agen-agen pemerintah dan pegawai-pegawai resminya. Humas juga berurusan dengan publisitas institusi, serta berurusan dengan semua aspek pekerjaan. Humas akan menghubungi orang-orang, merencanakan dan melakukan penelitian dan menyiapkan material untuk distribusi. 81 Pemberdayaan humas pemerintah dalam suatu pusat informasi juga menjadi kunci dalam revitalisasi humas, sumber daya manusia, sarana dan prasarana di bawah landasan hukum yang kokoh dalam manajemen yang terintegrasi akan menciptakan sinergi dalam berkarya dengan lebih profesional. Melalui unit atau program kerja humas tersebut, pemerintah dapat menyampaikan informasinya atau menjelaskan mengenai kebijaksanaan dan pelaksanaan
tugas-tugas
atau
kewajiban-kewajibannya.
Maka
humas
pemerintah sebagai corong dituntut peka akan situasi yang berkembang dan berperan dalam globalisasi informasi. 2.7.1 Tugas Humas Pemerintah Humas pemerintah bertugas memberikan informasi dan penjelasan kepada khalayak atau publik mengenai kebijakan dan langkah-langkah atau tindakan yang diambil oleh pemerintah serta mengusahakan 80 81
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2005, hal. 37 Arni Muhammad, Ibid, hal. 39
53
tumbuhnya hubungan yang harmonis. Jadi pada dasarnya tugas humas pemerintah adalah sebagai berikut: a. Memberikan penerangan dan pendidikan kepada masyarakat tentang kebijakan, langkah-langkah, dan tindakan-tindakan pemerintah, serta memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa informasi yang diperlukan secara terbuka, jujur dan objektif. b. Memberikan bantuan kepada media berita berupa bahan-bahan informasi mengenai kebijakan dan langkah-langkah serta tindakan pemerintah, termasuk fasilitas peliputan kepada media berita untuk acara-acara resmi dan penting. c. Mempromosikan kemajuan pembangunan ekonomi dan kebudayaan yang telah dicapai oleh bangsa kepada khalayak di dalam negeri, maupun khalayak di luar negeri. d. Memonitor
pendapat
umum
tentang
kebijakan
pemerintah,
selanjutnya menyampaikan tanggapan masyarakat dalam bentuk feedback kepada pimpinan instansi pemerintah yang bersangkutan sebagai input.82 2.8 Humas Internal Humas internal itu sama pentingnya dengan humas eksternal, humas internal mampu memberi kontribusi profitabilitas organisasi yang sama besarnya dengan yang diberikan oleh humas eksternal. Hubungan antara sesama pegawai pada suatu organisasi (staff relations) atau sesama anggota 82
F. Rahmadi, Public Relations Dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994, hal. 18.
54
disebuah organisasi lebih berfokus pada aspek-aspek manusiawi, sehingga hal tersebut tidak sepenuhnya sama dengan hubungan-hubungan industri (industrial relations).83 Memang
benar
bahwa
tujuan
komunikasi
pegawai
adalah
menghilangkan kesalahpahaman antar pihak manajemen dan para pegawai yang seringkali menjadi pangkal tolak terjadinya pemogokan. Untuk itu banyak sekali tugas humas (public relations) internal yang mempunyai tujuan penting bagi kemajuan organisasi, berikut beberapa penjelasan diantaranya:84 1. Untuk memelihara keterbukaan, semua pegawai berhak untuk mengetahui apakah organisasi masih layak 2. Perombakan personalia setelah akuisi, kesalahpahaman dan kecemburuan mudah muncul antar staff atau pegawai perusahaan yang diakuisi dengan perusahaan yang mengakuisi. Hanya dengan pembinaan komunikasi dari humas yang baik kedua belah pihak, ancaman bahaya akan dihindari. 3. Keberadaan humas internal sangat dibutuhkan untuk melancarkan arus komunikasi dan menyebarkan berita kepada anggota-anggota lain mengenai berita-berita personalia dalam organisasi yang para pegawainya tersebar di lokasi yang terpencar-pencar. 4. Penyambung lidah pegawai, upaya-upaya kehumasan harus mencakup semua orang dalam organisasi. Mereka harus mendapatkan informasi yang sama banyak dan baiknya, serta sama-sama diberi kesempatan untuk menyuarakan pendapatnya kepada para pemimpin. 83 84
M. Linggar Anggoro, Teori & Profesi Kehumasan, Jakarta: Bumi Aksara, 2002, hal. 211 M. Linggar Anggoro, Ibid, 224
55
5. Pengumpulan umpan balik, hal terpenting terakhir dapat memacu tumbuhnya suatu komunikasi yang baik antar pihak manajemen dengan segenap pegawainya yang harus sungguh-sungguh diupayakan adalah terciptanya rasa memiliki dan tanggung jawab bersama, sehingga setiap orang merasa dirinya dibutuhkan dan dihargai. 2.9 Pengertian Pegawai Karyawan atau pegawai merupakan salah satu unsur-unsur dasar organisasi. Dengan adanya karyawan/pegawai aktifitas organisasi dapat dijalankan hingga tercapainya tujuan. Organisasi sangat membutuhkan orangorang untuk menggerakkan segala unit-unit yang ada di dalamnya sesuai dengan tugas. Bois mengemukakan pusat organisasi terdapat orang-orang yang melaksanakan pekerjaan organisasi. Orang-orang yang membentuk organisasi terlibat dalam beberapa kegiatan primer.85 Mereka terlibat dalam kegiatankegiatan pemikiran yang meliputi konsep-konsep, penggunaan bahasa, pemecahan masalah dan pembentukan gagasan. Mereka terlibat dalam kegiatan-kegiatan perasaan, kegiatan self moving yang mencakup kegiatan fisik yang besar maupun terbatas. Terakhir terlibat dalam kegiatan-kegiatan elektrokimia, yang mencakup brain synaps (daerah kontak otak tempat impuls saraf ditransmisikan hanya ke satu arah).
85
R. Wayne Pace, Komunikasi Organisasi, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005, hal. 151
56
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Metodologi penelitian ialah ilmu tentang metode-metode yang akan dipergunakan dalam melakukan suatu penelitian86. Metode berarti cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Tipe
penelitian
yang
digunakan
dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif-kuantitatif. Penelitian deskriptif-kuantitatif ini hanya menggambarkan secara cermat dan sistematis fakta, gejala, fenomena, opini, sikap suatu kejadian. Dan disini peneliti ingin menggambarkan secara cermat dan sistematis mengenai analisis jaringan komunikasi formal dalam pemenuhan kebutuhan informasi pegawai. Penelitian deskriptif ditujukan untuk: 1. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada. 2. Mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku. 3. Membuat perbandingan atau evaluasi. 4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang87. Usaha mendeskripsikan fakta-fakta itu pada tahap permulaan tertuju pada usaha mengemukakan gejala-gejala secara lengkap di dalam aspek yang 86
Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi, Garut: Rineka Cipta, 2005, hal. 98 87 Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999, hal.25
56
57
diselidiki, agar jelas keadaan atau kondisinya. Oleh karena itu pada tahap ini metode deskriptif tidak lebih dari pada penelitian-penelitian yang bersifat penemuan fakta-fakta seadanya (fact finding). Penemuan gejala-gejala itu berarti juga tidak sekedar menunjukkan distribusinya, akan tetapi termasuk usaha mengemukakan hubungan satu dengan yang lain di dalam aspek-aspek yang diselidiki. Menurut Whitney (1960) metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat, penelitian tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatankegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena88. Sedangkan pendekatan kuantitatif dalam penelitian sosial menekankan kepada pembuktian terhadap hubungan-hubungan antar variabel, atau keterpengaruhan antara variabel satu dengan yang lainnya, atau perbedaan sifat dan kemampuan dari beberapa variabel, maupun identifikasi terhadap variabel. Sifat-sifat analisis ini lebih tepat menggunakan alat-alat statistik dalam pengujian data di lapangan. Dengan demikian, maka pendekatan kuantitatif menekankan pada empat hal yang dicari dari hubungan-hubungan variabel penelitian, yaitu pesoalan hubungan, pengaruh, perbedaan, dan identifikasi.
88
Moh. Nazir, Metode Penilitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003, hal. 54-55
58
3.2 Metode Penelitian Metode penelitian ini yang digunakan adalah metode analisa jaringan komunikasi, yaitu untuk mengidentifikasi jaringan komuniksi informal yang terbentuk di antara pegawai, mengenai hubungan kerja antar pegawai serta masalah-masalah yang timbul dalam pekerjaan pegawai di Kemenko Kesra khususnya biro informasi persidangan dan biro umum dalam masalah kepuasan kerja. Analisis jaringan (network analysis) pada dasarnya bertujuan untuk memetakan kegiatan-kegiatan komunikasi yang melibatkan responden dalam organisasi ataupun unit kerjanya, baik secara formal maupun informal. Responden secara khusus diminta menunjukkan sejauh mana dengan intensiotas bagaimana ia terlibat dalam komunikasi dengan rekan-rekan dalam unit atau departemen tempat kerjanya dan beberapa orang kunci di luar unit atau departemennya di dalam jam kerjanya. Dari analisis jaringan ini dapat diperoleh gambaran tentang bagaimana seorang pegawai dapat memperoleh informasi secara efektif untuk menyelesaikan tugasnya dalam jam kerja89. Analisis jaringan komunikasi adalah suatu metode penelitian untuk mengidentifikasikan struktur komunikasi dalam suatu sistem, dimana data hubungan mengenai arus komunikasi dianalisis dengan menggunakan beberapa tipe hubungan-hubungan interpersonal sebagai unit-unit analisis. Analisis jaringan komunikasi mendeskripsikan hubungan-hubungan antar unsur dan hubungan dengan struktur komunikasi interpersonal. Analisis
89
Andre Hardjana, Audit Komunikasi Teori dan Praktek, Jakarta: Grasindo, 2000, hal. 66
59
jaringan komunikasi memungkinkan pemahaman struktrur sosial sebagai suatu proses komunikasi90 3.3 Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia atau benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala nilai test atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam peristiwa91. Populasi pada penelitian tentang analisis jaringan komunikasi informal
ini,
peneliti
menjadikan pegawai Kementerian
Koodinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kemenko Kesra) khususnya pegawai di biro informasi dan persidangan yang berjumlah 26 orang. Sampel menurut Djalaludin Rakhmat adalah ”sebagian dari objek penelitian populasi yang dipelajari dan diamati”92. Sampel dalam penelitian adalah pegawai biro informasi dan persidangan Kemenko Kesra yang berjumlah 26 orang. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah dengan menggunakan total sampling, maksudnya adalah sampel diambil dari keseluruhan populasi yang ada93. Dan alasan menggunakan total sampling adalah dikarenakan jumlah populasi dilapangan hanya berjumlah 26 orang sehingga keseluruhan populasi tersebut dijadikan sampel pada penelitian ini.
90
Bambang Setiawan & Ahmad Muntaha, Metode Penelitian Komunikasi II, Jakarta: Terbitan Universitas Terbuka, 2000, hal. 1.14 91 H. Nawawi, Metode Penelitian Bidang Studi Jilid I, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992, hal. 12 92 Djalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002, hal. 27 93 M. Suparmoko, Metode Penelitian Praktis, Jogjakarta: BPFE, 1998, hal. 20
60
3.4 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah: 1. Data primer Peneliti mendapatkan data primer dengan melakukan penyebaran kuesioner. Kuesioner, yaitu mengumpulkan data dengan menyebarkan daftar pertanyaan yang dianggap sesuai dengan perumusan masalah penelitian. Data primer melalui penyebaran kuesioner kepada responden dengan harapan mereka memberikan respon atas daftar pertanyaan yang tersedia. 2. Data sekunder Data sekunder merupakan data yang didapat dan dipergunakan untuk melengkapi seluruh data primer dan peneliti mendapatkannya dari studi kepustakaan. Peneliti mencari dan mengumpulkan data melalui buku– buku dan literatur yang berhubungan dengan penulisan metode penelitian komunikasi. Peneliti menggunakan metode quesioner untuk mengumpulkan data penelitian ini. Yaitu dengan memberikan daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden (pegawai Kemenko Kesra yang ada di biro informasi persidangan dan biro umum) 3.5 Definisi Konsep 3.5.1 Jaringan Komunikasi Informal Jaringan komunikasi informal adalah terdiri dari individu-invidu yang saling berhubungan melalui arus pola komunikasi yang bersifat
61
informal (tidak resmi) yang berada di luar struktur formal yang dimotivasi oleh kebutuhan individu untuk berinteraksi menjadi bagian dari lingkungannya. Jaringan komunikasi informal merupakan kepuasan kepada pegawai terhadap kebutuhan akan informasi individu. Dengan analisis ini akan diketahui bentuk strukur komunikasi dalam pendistribusian informasi ke setiap peran-peran yang ada dalam jaringan. 3.5.2 Kepuasan Kerja Pegawai Kepuasan kerja adalah suatu sikap umum pegawai tentang menyenangkan atau tidaknya pekerjaan mereka. Dan arti pekerjaan di sini sangat luas tidak hanya sekerdar melaksanakan suatu pekerjaan saja tetapi lebih dari itu seperti interaksi dengan teman sekerja atau atasan, kebijakan organisasi, memenuhi standar kinerja lungkungan kerja dan sebagainya.
Unsur-unsur
utama
dalam
pekerjaan
yang
sering
dibicarakan untuk mengukur kepuasan kerja, yaitu: 1. Kerja yang secara mental menantang. Pegawai menyukai pekerjaan-pekerjaan yang menawarkan beragam tugas, kebebasan dan umpan balik mengenai betapa baik pekerjaan mereka. 2. Penyeliaan atau supervisi. Sikap karyawan dalam hal menilai kepemimpinan yang dijalankan oleh atasannya. Kepuasan pegawai meningkat bila penyelia
langsung
bersifat
ramah,
dapat
memahami,
62
memberikan pujian, mendengarkan pendapat pegawai dan menunjukkan minta pada mereka. 3. Ganjaran yang pantas. Sistem upah dan kebijakan promosi yang dirasakan pegawai sebagai adil, tidak meragukan, dan segaris dengan pengharapan mereka. 4. Kondisi kerja yang mendukung. Kepedulian pegawai akan lingkungan kerja yang baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas yang baik. 5. Rekan sekerja yang mendukung. Interaksi sosial pegawai dengan teman sekerja yang ramah dan mendukung ke kepuasan kerja yang meningkat, serta perilaku atasan yang ramah dan dapat memahami para pegawainya. 3.5.3 Peran-peran Dalam Jaringan Komunikasi Informal a. Klik, adalah sekelompok individu yang paling sedikit separuh dri
kontaknya,
merupakan
hubungan-hubungan
dengan
anggota-anggota lainnya. b. Opinion Leader (pemimpin pendapat), adalah orang tanpa jabtan formal dalam sebuah sistem sosial, yang dapat membimbing pendapat dan mempengaruhi orang-orang dalam keputusan.
63
c. Gate Keepers (penjaga gawang), adalah orang yang secara strategis di tempatkan dalam jaringan agar dapat melakukan pengendalian atas pesan apa yang akan disebarkan. d. Isolate (penyendiri), adalah mereka yang hanya melakukan sedikit kontak atau tidak sama sekali melakukan kontak dengan anggota-anggota lainnya. e. Liaison (penghubung), adalah orang yang mengkaitkan atau menghubungkan dua kelompok atau lebih, tetapi ia bukan kelompok yang dihubungkan tersebut. f. Bridge (jembatan), adalah seorang anggota klik yang memiliki sejumlah kontak yang menonjol dalam kontak antar kelompok. g. Cosmopoilte (kosmopolit), adalah individu yang melakukan kontak dengan dunia luar atau individu-individu yang ada di luar organisasi. 3.5.4 Model Jaringan Komunikasi Informal a. Model circle (lingkaran), model ini tidak mempunyai pemimpin, semua anggota memiliki posisi yang sama. Mereka memiliki wewenang dan kekuatan yang untuk mempengaruhi kelompok. b. Model wheell (roda), model ini memiliki pemimpin klik yang jelas, yaitu posisinya di pusat. Orang ini merupakan satusatunya yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua anggota klik.
64
c. Model huruf ”Y”, model ini relatif kurang tersentralisasi dibanding dengan model lainnya. Pada struktur Y juga terdapat pemimpin yang jelas, tetapi satu anggota lainnya berperan sebagai pemimpin kedua. d. Model chain (rantai), model rantai sama dengan struktur lingkaran kecuali bahwa para anggota klik yang paling ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang saja. e. Model all channel (semua saluran), model ini hampir sama dengan struktur lingkaran dalam arti semua anggota klik adalah sama dan semuanya juga memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya. Akan tetapi dalam model semua saluran, setiap anggota klik bisa berkomunikasi dengan setiap anggota klik lainnya.
3.6 Operasionalisasi Konsep Variabel
Dimensi
1. Peran dalam jaringan
Klik
komunikasi informal
Indikator • Adanya
kesamaan
suatu
yang
mereka
hal
melakukan
komunikasi
dan
dalam membuat kontak saling
berhubungan. Opinion Leader (pemimpin pendapat)
• Adanya
individu
yang
membimbing pendapat dan
65
dapat mempengaruhi orangorang
dalam
sebuah
keputusan dan tidak terikat oleh jabatan formal. Gate Keepers (penjaga gawang)
• Adanya
individu
memiliki
posisi
yang strategis
dalam sebuah jaringan. • Adanya
individu
yang
melakukan pengendalian atas penyebaran pesan Isolate (penyendiri)
• Adanya individu yang enggan untuk
melakukan
kontak
komunikasi • Frekuensi komunikasi yang sangat jarang dilakukan dan kurang mengetahui infromasi yang beredar Liaison (penghubung)
• Adanya
individu
menghubungkan
yang dua
kelompok atau lebih tetapi ia bukan
anggota
salah
satu
kelompok yang dihubungkan tersebut.
66
Bridge (jembatan)
• Adanya anggota sebuah klik yang
memiliki
sejumlah
kontak yang menonjol dalam melakukan kontak komunikasi antar kelompok. Cosmopolite
• Adanya kontak dengan dunia
(kosmopolit)
luar atau organisasi lain dan kontak
dengan
individu-
individu diluar organisasinya. 2. Model
jaringan
komunikasi informal
Model circle (lingkaran)
• Tidak
memiliki
pemimpin,
semua
anggota
posisinya
sama. Model wheell (roda) Model huruf ”Y”
• Memiliki
pemimpin
yang
jelas, yaitu posisinya di pusat. • Terdapat jelas,
pemimpin
satu
anggota
yang lain
berperan sebagai pemimpin kedua. Model chain (rantai)
• Model ini sama dengan model lingkaran, tetapi anggota yang dibagian ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang saja.
67
• Individu yang berada di posisi tengah lebih berperan sebagai pemimpin daripada mereka yang diposisi lain. Model all channel (semua saluran)
• Semua anggota sama dan semuanya memiliki kekuatan yang
sama
untuk
mempengaruhi yang lainnya. • Setiap
anggota
bisa
berkomunikasi dengan setiap anggota lainnya dan adanya partisipasi
anggota
secara
maksimal.
3.7 Teknik Analisa Data Analisis data menggunakan analisis sosiometri, yaitu teknik analisis data dengan jalan melakukan pendekatan teoritis dan metodologis terhadap kelompok-kelompok. Dalam teknik ini pertama-tama akan disusun suatu tabel matriks sosiometri untuk mengetahui pilihan hubungan komunikasi antar responden. Selanjutnya dibuat suatu sosiogram berdasarkan matrik sosiometri yang menyatakan arah hubungan komunikasi di antara para responden.94
94
Bambang Setiawan & Ahmad Muntaha, Metode Penelitian Komunikasi II, Jakarta: Terbitan Universitas Terbuka, 2000, hal.2.12
68
Dalam
metode
sosiometri,
pengumpulan
data
ditujukan
untuk
memperoleh keterangan tentang adanya interaksi di antara anggota kelompok, antara kelompok dengan kelompok, antara pribadi dengan anggota kelompok. Atribut dalam interaksi dapat saja perilaku, keinginan, antisipasi ataupun suatu fantasi. Banyak sekali jenis interaksi yang dapat dikumpulkan, seperti berjenis-jenis perilaku sosial, antara lain: duduk di samping, makan bersama, membeli, meminjamkan, bertamu, berkawan, dan sebagainya. Teknik dalam mengumpulkan
data
biasanya
dengan
menggunakan
schedule
atau
quetionnaire, walaupun ada kalanya digunakan pengamatan partisipatif ataupun dengan memintakan suatu laporan secara verbal.95 Mengumpulkan data dengan metode sosiometri secara relatif lebih mudah dibandingkan dengan teknik yang digunakan dalam menganalisis data sosiometri. Data sosiometri dapat memberikan jawaban tentang posisi individu dalam kelompok, tentang hubungan dalam sub kelompok ataupun tingkat kohesi dari kelompok dalam studi tentang pengaruh variasi struktur kelompok terhadap perilaku anggota kelompok, ataupun dalam melihat ciri perorangan yang selalu dipilih dan yang jarang-jarang dipilih. Dalam analisis data sosiometri, sosiogram dan indeks sosiometri.96 Sosiometri merupakan sebuah konsepsi psikologis yang mengacu pada suatu pendekatan metodologis dan teoritis terhadap kelompok. Asumsi yang dimunculkan adalah bahwa individu-individu dalam kelompok yang merasa tertarik satu sama lain akan lebih banyak melakukan tindakan komunikasi, 95 96
Moh. Nazir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003, hal. 218 Moh. Nazir. Ibid, hal.220
69
sebaliknya individu-individu yang saling menolak, hanya sedikit atau kurang melaksanakan tindakan komunikasi.97 Dalam teknik analisis sosiometri pertama-tama akan disusun suatu tabel matrik sosiometri untuk mengetahui pilihan hubungan komunikasi antar responden. Selanjutnya dibuat suatu sosiogram berdasarkan matrik sosiometri yang menyatakan arah hubungan komunikasi diantara para responden. Dari sosiogram ini kita dapat juga melihat apakah bentuk jaringan atau bagian jaringan seperti roda, jari-jari, rantai atau circle. Selain itu, kita dapat juga melihat dan menghitung jumlah klik yang ada dalam suatu jaringan, serta kepadatan atau frekuensi hubungan.98 Untuk mengetahui bagaimana struktur jaringan komunikasi, terlebih dahulu dibuatkan sosiogramnya. Dari sosiogram tersebut dapat dilihat siapasiapa saja yang menjadi pemuka pendapat suatu jenis informasi tertentu. Dari sosiogran ini dapat dilihat apakah bentuk jaringan atau bagian jaringan seperti roda, lingkaran, rantai, huruf ”Y” atau saluran bebas. Untuk membuat sosiogram memerlukan data sosiometri yang telah disusun secara matrik dari matrik ini dapat menggambarkan pola-pola hubungan sehingga berbentuk suatu peta jaringan komunikasi informal.99 Teknik dasar sosiometri adalah dengan test-sosiometri. Setiap orang dalam kelompok disuruh memilih orang lain dalam tersebut, mana yang paling disukainya dalam situasi khusus. Misalnya disuruh menyebutkan lima atau
97
S. Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, Jakarta: Terbitan Universitas Terbuka, 2004, hal. 3.30 Bambang Setiawan &Ahmad Muntaha, Metode Penelitian Komunikasi, Jakarta: Terbitan Universitas Terbuka, 2005, hal. 3.9 99 J. A Suparman, Pengantar Sosiometri, Jakarta: Karunika Universitas Terbuka, 1978, hal. 16 98
70
enam orang yang disukainya. Dari hasil penelitian tadi nantinya bisa dilihat orang yang paling disukai dan orang yang kurang disukai.100
Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur derajat keterhubungan klik adalah101: Indeks keterhubungan = Kontak-kontak nyata (actual contact) Kemungkinan hubungan (possible contact)
100
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007, hal. 325 101 Bambang Setiawan & Ahmad Muntaha, Op.cit, hal. 2.5
71
BAB IV GAMBARAN UMUM DAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kementerian
Koordinator
Bidang
Kesejahteraan
Rakyat
atau
disingkat Kemenko Kesra adalah kementerian dalam pemerintah Indonesia yang membidangi koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang kesejahteraan rakyat dan penanggulangan kemiskinan. Kemenko kesra dipimpin oleh seorang Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat yang sejak tanggal 7 desember 2005 dijabat oleh Ir. Aburizal Bakrie. Kemenko kesra adalah unsur pelaksana pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden 4.2 Tugas dan Fungsi Kemenko Kesra Berdasarkan peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2005 tentang kedudukan, tugas, fungsi, susunan organisasi, dan tata kerja kementrian negara republik indonesia, kerja Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat mempunyai tugas membantu Presiden dalam mengkoordinasikan perencanaan dan penyusunan kebijakan, serta mensinkronkan pelaksanaan kebijakan dibidang kesejahteraan rakyat dan penanggulangan kemiskinan. Untuk melaksanakan tugas dimaksud kementrian koordinator bidang kesejahteraan rakyat menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
1. Koordinasi
perencanaan
dan
penyusunan
kebijakan
kesejahteraan rakyat dan penangulangan kemiskinan;
71
dibidang
72
2. Sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang kesejahteraan rakyat dan penangulangan kemiskinan; 3. Pengendalian penyelenggaraan kebijakan, sebagaimana dimaksud angka 1 dan angka 2; 4. Pengelolaan
barang
milik/kekayaan
negara
yang
menjadi
tanggungjawabnya; 5. Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya; 6. Pelaksanaan tugas tertentu yang di berikan oleh presiden; 7. Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan dibidang tugas dan fungsinya kepada presiden
4.2.1 Visi Misi
VISI "Terwujudnya Koordinasi Bidang Kesejahteraan Rakyat Untuk Mencapai Indonesia Sejahtera, Maju, dan Mandiri 2020"
Makna dari Visi Indonesia yang sejahtera, maju dan mandiri tersebut selaras dengan tugas dan fungsi yang menjadi tanggungjawab dan diberikan kepada Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat.
Sejahtera dapat diartikan suatu kondisi masyarakat yang telah terpenuhi kebutuhan dasarnya. Kebutuhan dasar tersebut berupa kecukupan dan mutu pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan,
73
lapangan pekerjaan, dan kebutuhan dasar lainnya seperti lingkungan yang bersih, aman dan nyaman. Juga terpenuhinya hak asasi dan partisipasi serta terwujudnya masyarakat beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Maju diartikan masyarakat yang mampu bersaing, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, mampu mengakses informasi, kreatif, inovatif dan profesional serta berwawasan ke depan yang luas.
Mandiri diartikan sebagai masyarakat yang mampu mengatasi masalah-masalah di bidan politik, ekonomi, sosial dan keamanan, serta mempunyai prinsip dan dapat bekerjasama dengan negara lain.
MISI Guna mewujudkan Visi, Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat menetapkan Misi. Misi diharapkan dapat terlaksana demi terwujudnya Visi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Adapun Misi Kementerian Koordinator Bidang Kesra adalah : "Mewujudkan Koordinasi Perencanaan dan Penyusunan Kebijakan, serta
Sinkronisasi
Pelaksanaan
Kebijakan,
Pengendalian
Penyelenggaraan dan Pengawasan Pelaksanaan Kebijakan di Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Penanggulangan Kemiskinan"
74
Melalui koordinasi kebijakan :
1. Pembangunan kesejahteraan sosial; 2. Pembangunan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan hidup; 3. Pembangunan pemberdayaan perempuan dan kesejahteraan anak; 4. Pembangunan pendidikan dan aparatur negara serta pemuda dan olahraga; 5. Pembangunan agama, budaya dan pariwisata; 6. Penanggulangan kemiskinan; 7. Pengembangan dan peningkatan sistem informasi, penyediaan tenaga, dana, sarana dan prasarana.
Penyelenggaraan program khusus dari Presiden dan penyelesaian masalah strategis bidang kesejahteraan rakyat dan penanggulangan kemiskinan. 4.2.2 Wewenang dan Koordinasi Kewenangan Kementerian Koordinator Kesra: •
Penetapan kebijakan secara makro untuk keterpaduan dan sinkronisasi seluruh kebijakan lembaga Pemerintah di bidanganya.
•
Perumusan dan penetapan agenda dan prioritas kebijakan secara makro di bidangnya
•
Penyusunan rencana makro untuk menyinkrokan rencana dan program lembaga Pemerintah di bidangnya.
75
•
Penandatanganan perjanjian atau persetujuan internasional berdasarkan pelimpahan wewenang dari Presiden di bidangnya.
•
Penetapan putusan hasil koordinasi.
Departemen / Kementerian Yang Dikoordinasikan: •
Departemen Kesehatan
•
Departemen Pendidikan Nasional
•
Departemen Sosial
•
Departemen Agama
•
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
•
Kementerian Negara Lingkungan Hidup
•
Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan
•
Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
•
Kementerian Negara Perumahan Rakyat
•
Kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga
•
Pimpinan instansi lain yang dianggap perlu
4.2.3 Strategi Srategi Kementerian Koordinator Kesra Untuk terselenggaranya kegiatan koordinasi, dan sinkronisasi penyiapan dan penyusunan kebijakan serata pelaksanaannya, maka strategi bidang kesejahtraan rakyat adalah sebagai berikut :
76
1. Koordinasi Sesuai tugas dan fungsi kementerian koordinator, maka kegiatan koordinasimerupakan kegiatan inti yang dilaksanakan. Kegiatan koordinasi harus bersifat aktif dan tidak menunggu. Oleh karena itu, untuk terwujudnya sinkronisasi dalam penyiapan dan penyusunan kebijakan serta pelaksanaannya dibidang kesejahtraan rakyat, maka koordinasi mutlak perlu dilakukan. 2. Sosialisasi Agar seluruh program kesejahtraan rakyat dapat diketahui dan dipahami oleh seluruh instansi dan pejabat terkait serta anggota masyarakat, maka kegiatan sosialisasi perlu diselenggarakan. Kegiatan sosialisasi terhadap program kesejahtraan rakyat ini diselenggarakan bukan hanya agar diketahui dan dipahami namun dimaksudkan agar tidak terjadi tumpang tindih pelaksanaannya dengan sector lain serta diharapkan dalam pelaksanaannya program-program masing-masing sector saling mendukung sehingga dapat mewujudkan adanya Indonesia yang sejahtra, maju dan mandiri sebagaimana diharapkan. 3. Pembentukkan Kelompok Kerja Keberadaan kelompok kerja pada hakekatnya adalah membantu dalam proses kegiatan pembangunan kesejahtraan rakyat. Oleh karena itu, dalam rangka terselenggaranya kegiatan koordinasi, sinkronisasi dalam penyiapan dan penyusunan kebujakan serta pelaksanaannya
77
dibidang kesejahtraan rakyat, maka pembentukan kelompok kerja yang terdiri dari berbagai komponen sangat diperlukan. Disamping itu, kelompok kerja juga merupakan suatu forum untuk saling memberikan informasi sehingga diperoleh suatu persamaan persepsi yang dapat melancarkan terwujudkan kesejahtraan rakyat. 4. Kemitraan Agar koordinasi berjalan dengan baik, diperlukan kemitraan dengan sesama departemen/kementerian lainnya sehingga terjadi sinergi karena saling mengisi atas kekurangan masing-masing. Karena tidak ada satu departemen/kemerterian-pun yang dapat mencapai tujuannya tanpa mengikutsertakan dan bekerjasama dengan instansi lain. Secara langsung atau tidak langsung semua departemen/kementerian pada kenyataannya saling membutuhkan satu sama lain. Oleh karena itu, kemitraan yang didasari dengan prinsip saling menguntungkan merupakan strategi yang penting untuk dilaksanakan. Sedangkan untuk memperluas kemitraan dalam pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi, maka keberadaan jaringan kerja merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. 5. Pengkajian Kegiatan pengkajian dapat dilakukan dengan menganalisis hasil pelaksanaan atau kebijakan serta melalui pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan program yang diselenggarakan sebagai bahan
78
untuk
mengkoordinasikan,
menyinkronkan
penyiapan
dan
penyusunan kebijakan dan pelaksanaan pembangunan dibidang kesejahtraan rakyat, maka kegiatan pengkajian merupakan salah satu strategi yang harus dilakukan. 6. Advokasi Bagaimanapun baiknya suatu kebijakan dan strategi yang hany disusun oleh kalangan internal, tanpa melibatkan pihak eksternal maka kebijakan dan strategi belum sempurna. Oleh karena itu kegiatan advokasi dalam bentuk pemberian masukan, arahan, penyamaan persepsi, kesepakatan atau pembimbingan perlu dilakukan dalam pelaksanaan
kegiatan
operasional
yang
dilakukan
setiap
departemen/kementerian/instansi yang dikoordinasikan Kementerian Koordinator Bidang kesejahtraan Rakyat. 7. Monitoring, evaluasi, dan pengkajian Kegiatan monitoring dilakukan untuk mengetahui apakah program atau kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana. Dari kegiatan monitoring akan diperoleh masukan atau informasi yang sebenarnya tentang pelaksanaan program atau kegiatan ditingkat lapangan. Sehingga dengan diketahui hasil melalui monitoring maupun evaluasi, maka akan mempermudah kegiatan koordinasi dan sinkronisasi lebih lanjut.
79
8. Fasilitas Agar kegiatan koordinasi dan sinkronisasi dapat berjalan efektif dan efisien, maka upaya yang perlu dilakukan adalah memberikan fasilitasi dan
kemudahan
ataupun
pelayanan
terhadap
program
yang
diselenggarakan oleh departemen/kementerian/instansi terkait. Untuk itu, perlu dilakukan pendekatan yang arif agar tidak terkesan atau dianggap mengintervensi tugas-tugas departemen/kementerian/instansi yang dikoordinasikan. 9. Data dan Informasi Untuk dapat menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi sehingga pelaksanaan program ditingkat lapangan berjalan sebagaiman yang diharapkan, maka departemen/kementerian yang dikoordinasikan harus mempunyai persepsi yang sama tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan program kesejahtraan rakyat. Oleh karena itu, untuk mendapatkan persepsi yang sama dimaksud diperlukan suatu data dan informasi dari seluruh program kesejahtraan rakyat yang sedang dan akan diselenggarakan. Data dan informasi tersebut dikomunikasikan melalui berbagai kesempatan dan forum yang ada. 10. Pemberdayaan Dalam upaya meningkatkan terwujudnya kegiatan koordinasi dan sinkronisasi maka seluruh departemen/kementerian perlu didorong
80
untuk meningkatkan kinerja di seluruh jajarannya dalam pengelolaan dan pelaksanaan program kesejahtraan rakyat. Mendorong kepada seluruh
departemen/kementerian
menyinkronkan
secara
untuk
internal
mengkoordinasikan
penyelenggaraan
dan
program
dilingkungannya masing-masing. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi tumpang tindih, baik dalam penyusunan rencana maupun dalam pelaksanaannya dilapangan, disamping itu
untuk
memberikan
kelekuasaan namun terkendali dalam pelaksanaan program-program yang menjadi kebijakannya. 11. Desentralisasi Dalam kaitannya dengan azas desentralisasi yang dicanangkan melalui Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999, koordinasi yang perlu dikembangkan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahtraan Rakyat terhadap instansi terkait adalah senantiasa mengarahkan jajaran instansi teknis dalam merumuskan kebijaksanaan agar selalu memperhatikan rambu-rambu tugas instansi pusat yang lebih bertumpu pada perumusan norma, standar, pedoman dan manual (NSPM). 12. Fokus Agar suatu program pembangunan kesejahtraan rakyat dapat berhasil secara efektif dan efisien, maka dalam pemilihan dan pelaksanaanya harus difokuskan. Memprioritaskan atau mendahulukan diantara
81
berbagai program yang ada perlu dilakukan sehingga diharapkan dapat dicapai suatu hasil yang optimal. Memfokuskan suatu program dinaksudkan untuk mengkonsentrasikan pengelolaan, dana, daya, dan sarana yang ada. 4.3 Biro Informasi Dan Persidangan Biro informasi dan persidangan mempunyai tugas melaksanakan pengembangan jaringan, pelayanan dan pengembangan jaringan informasi, penyiapan penyelenggaraan dan penyusunan hasil persidangan dan rapat, pengelolaan dokumentasi dan perpustakaan, penyusunan peraturan perundangundangan serta penataan organisasi dan tata laksana. Dalam melaksanakan tugasnya Biro Informasi dan Persidangan menyelenggarakan fungsi : a. Pengelolaan dan pengembangan jaringan informasi; b. Penyiapan penyelenggaraan dan penyusunan hasil persidangan dan rapat; c. Pelaksanaan urusan hubungan masyarakat; d. Pengelolaan dokumentasi dan perpustakaan; e. Pengkoordinasian penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan dan penataan organisasi dan tata laksana; f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan pimpinan. 4.4 Bagian-bagian Biro Informasi Dan Persidangan 4.4.1 Bagian Pengelolaan Dan Pengembangan Jaringan Informasi Bagian pengelolaan dan pengembangan jaringan informasi mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan dan pengembangan jaringan informasi serta
82
pelayanan dan penyebarluasan informasi. Selain itu Bagian pengelolaan dan pengembangan jaringan informasi menyelenggarakan fungsi: pengelolaan dan pengembangan sistem dan jaringan informasi; Bagian pengelolaan dan pengembangan jaringan informasi terdiri dari: Subbagian Sistem dan Jaringan Informasi, mempunyai tugas melakukan pengelolaan dan pengembangan sistem dan jaringan informasi. 4.4.2 Bagian Persidangan Dan Rapat Bagian persidangan dan rapat mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyelenggaraan dan penyusunan hasil persidangan dan rapat serta penyusunan transkrip. Dalam melaksanakan tugas Bagian persidangan dan rapat menyelenggarakan fungsi: a. Penyiapan bahan penyelenggaraan dan penyusun hasil persidangan dan rapat; b. Penyiapan dan penyusunan transkrip. Bagian persidangan dan rapat terdiri dari: a. Subbagian Penyiapan dan Penyusunan Hasil Persidangan dan Rapat, mempunyai
tugas
melakukan
penyiapan
bahan
penyelenggaraan
persidangan dan rapat juga penyusunan hasilnya. b. Subbagian Transkrip, mempunyai tugas melakukan penyiapan dan penyusunan transkrip. 4.4.3 Bagian Hubungan Masyarakat Dan Dokumentasi Bagian hubungan masyarakat dan dokumentasi mempunyai tugas melakukan urusan hubungan masyarakat serta pengelolaan urusan
83
dokumentasi dan perpustakaan. Dalam melaksanakan tugasnya Bagian hubungan masyarakat dan dokumentasi menyelenggarakan fungsi: a. Pelaksanaan urusan hubungan masyarakat; b. Pengelolaan urusan dokumentasi dan perpustakaan. Kemudian bagian ini tentunya terdiri dari: a. Subbagian Hubungan Masyarakat mempunyai tugas membantu Kepala Bagian dalam 9 Melakukan segala urusan hubungan masyarakat 9 Pelayanan, penyebarluasan informasi 9 Sebagai mediator antara instansi dengan masyarakat 9 Dipercaya untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan publikasi. b. Subbagian Dokumentasi dan Perpustakaan mempunyai tugas 9 Melakukan pengelolaaan urusan dokumentasi dan perpustakaan, 9 Penyimpanan hasil-hasil edit dokumentasi. 4.4.4 Bagian Perundang-undangan Dan Organisasi Tata Laksana Bagian Perundang-undangan dan Organisasi Tata Laksana mempunyai tugas melaksanakan penyiapan koordinasi penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan serta penataan organisasi dan tata laksana. Dalam melaksanakan tugasnya, Bagian Perundang-undangan dan Organisasi Tata Laksana menyelenggarakan fungsi: Penyiapan koordinasi penyusunan rancangan peraturan perundangundangan Penyiapan penataan organisasi dan tata laksana.
84
Dan Bagian perundang-undangan dan Organisasi Tata Laksana ini hanya terdiri: Subbagian Perundang-undangan dan Organisasi Tata Laksana yang mempunyai tugas membantu Kepala Bagian untuk melakukan penyiapan bahan koordinasi penyusunan rancangan perundangundangan, penataan organisasi dan tata laksana. 4.5 Struktur Organisasi Biro Informasi Dan Persidangan Kepala Biro Informasi dan Persidangan
: Drs. Ida Rodiawan, M.A
Kepala Bagian Pengelolaan Jaringan Informasi : Ajum Muhtar, S.E, M,Si •
Kepala Subbagian Sistem dan Jaringan Informasi
Kepala Bagian Persidangan dan Rapat •
•
: Ujang Yunus : Gampang Sunaryo, S.Sos
Kepala Subbagian Penyiapan Persidangan dan Rapat
: Yongki Suryanto S.E
Kepala Subbagian Transkrip
: Ratna Sofiana S.Kom
Kepala Bagian Humas dan Dokumentasi
: Ali Rakhmad, S.Sos, M.Si
•
Kepala Subbagian Humas
:Nadhira SehaNur,S.Sos,M.Si
•
Kepala Subbagian Dokumentasi
: Widayat
Kepala Bagian PUU dan Ortala •
Kepala Subbagian PUU dan Ortala
: Hadri Pasaribu S.H : Kasno, S.H
4.6 Hasil Penelitian Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang diperoleh peneliti dari penyebaran kuesioner dan observasi di lapangan tentang jaringan
85
komunikasi informal dalam menangani masalah internal beserta peran-peran pegawai khususnya masalah kepuasan kerja pegawai di Biro Informasi dan Persidangan
Kementerian
Koordinator
Bidang
Kesejahteraan
Rakyat
(Kemenko Kesra). Hasil penelitian yang diperoleh meliputi identitas responden, model jaringan serta peran-peran pegawai dalam jaringan komunikasi informal dan derajat integrasi dalam jaringan komunikasi informal tersebut. Maka peneliti akan mendeskripsikannya satu per satu. 4.6.1 Karakteristik Responden Sebelum masuk kepada model, peran dan derajat integrasi dalam jaringan
komunikasi
informal
perlu
diawali
dengan
membahas
karakteristik responden. Dengan mengetahui karakteristik responden akan mempermudah mengetahui seperti apa latar belakan masing-masing individu yang menjadi responden dari penelitian ini. Hasil penelitian diperoleh dari pegawai Biro Informasi dan Persidangan Kemenko Kesra yang berjumlah 26 orang. Karakteristik responden dalam penelitian meliputi beberapa usia, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, lama bekerja dan jabatan yang saat ini diduduki. Data mengenai karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat dari tabel berikut:
86
Tabel 4.6.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia N = 26 Usia
f
%
a. < 20 tahun
-
-
b. 21 - 30 tahun
10
39
c. 31 – 40 tahun
7
27
d. 41 – 50 tahun
5
19
e. > 50 tahun
4
15
26
100
Jumlah Sumber : Kuesioner No. 1A
Berdasarkan pada tabel di atas dapat dijelaskan responden yang mendominasi di Biro Informasi dan Persidangan yaitu usia 21-30 tahun dengan jumlah 10 orang (39%) dan usia 31-40 tahun berjumlah 7 orang (27%). Pada usia ini dapat dikategorikan sebagai usia yang produktif sehingga kinerja yang dihasilkan diharapkan dapat lebih maksimal dan ini sangat memperlancar kegiatan di Biro tersebut. Kemudian usia 41-50 tahun sebanyak 5 orang (19%) dan dengan selisih satu orang usia 50 tahun ke atas sebanyak 4 orang (15%). Selanjutnya identitas responden dilihat dari jenis kelamin dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
87
Tabel 4.6.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin N = 26 Jenis Kelamin
f
%
a. Pria
18
69
b. Wanita
8
31
26
100
Jumlah Sumber : Kuesioner No. 2A
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah responden yang lebih banyak adalah pria dengan jumlah 18 orang (69%) sedangkan wanita hanya 8 orang (31%). Maka dapat disimpulkan di Biro Informasi dan Persidangan ini pria sangat mendominasi dan mempunyai pengaruh besar dalam setiap kegiatan organisasi. Berikutnya mengenai responden berdasarkan status perkawinan yang dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.6.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan N = 26 Status Perkawinan
f
%
a. Belum Menikah
7
27
b. Menikah
19
73
26
100
Jumlah Sumber : Kuesioner No. 3A
88
Berdasarkan tabel di atas para pegawai banyak yang telah menikah sebanyak 19 orang (73%) dan sisanya belum menikah sebanyak 7 orang (27%). Dapat disimpulkan dengan banyaknya pegawai yang telah menikah, pekerjaan sebagai pegawai di instansi Kemenko Kesra ini dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan sebuah keluarga. Mengenai gambaran responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat melalui tabel berikut ini: Tabel 4.6.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan N = 26 Tingkat Pendidikan
f
%
a. SMU
1
4
b. Diploma
2
8
c. S1
19
73
d. S2
4
15
e. S3
Jumlah
26
100
Sumber : Kuesioner No. 4A Pada tabel di atas berdasarkan data yang diproleh pada penelitian masih ada pegawai dengan tingkat pendidikan terakhir SMU berjumlah 1 orang (4%), kemudian diploma dengan jumlah 2 orang (8%). Namun pegawai lulusan S1 menempati urutan terbanyak, sebanyak 19 orang (73%). Sedangkan S2 hanya 4 orang (15%) dan tidak ada pegawai
89
dengan tingkat pendidikan sampai S3. Para pegawai Biro Informasi dan Persidangan merupakan pegawai yang sangat berkualitas karena dilihat dari segi tingkat pendidikan sangat mendominasi para pegawai dengan lulusan S1, tidak sedikit pula diploma dan S2, sehingga memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas. Ini sangat menunjang kualitas dari hasil pekerjaan mereka. Berikutnya mengenai responden berdasarkan lama bekerja dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.6.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja N = 26 Lama Bekerja
f
%
a. < 1 tahun
3
12
b. 1 – 3 tahun
7
27
c. 4 – 6 tahun
4
15
d. 7 – 9 tahun
1
4
e. > 10 tahun
11
42
26
100
Jumlah Sumber : Kuesioner No. 5A
Berdasarkan tabel di atas tentang lama bekerja pegawai dapat dijelaskan bahwa 11 orang (42%) sudah bekerja selama lebih dari 10 tahun, 7 orang (27%) telah bekerja selama 1 – 3 tahun, 4 orang (15%) bekerja selama 4 – 6 tahun, yang baru bekerja belum genap setahun
90
sebanyak 3 orang sedangkan yang bekerja 7 – 9 tahun hanya 1 orang (4%). Cukup banyak juga pegawai yang telah lama bekerja namun ada tiga pegawai yang baru masuk bekerja di Biro ini, mereka adalah para Calon Pegawai Negeri Sipil yang telah lulus ujian masuk. Kemudian kedudukan formal responden berdasarkan status jabatan dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.5.1.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Jabatan N = 26 Status Jabatan
f
%
a. Kabiro
1
4
b. Kabag
4
15
c. Kasubag
6
23
d. Staff
15
57
26
100
Jumlah Sumber : Kuesioner No. 7A
Pada tabel diatas berdasarkan data yang diperoleh pada penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah jumlah pegawai di Biro Informasi dan Persidangan Kemenko Kesra yaitu sebesar 15 orang (57%) menduduki jabatan sebagai staff. Jabatan ini lebih banyak sibandingkan jabatan lainnya, karena jabatan sebagai staff sangat dibutuhkan untuk membantu para atasan sehingga menunjang kinerja dari para atasannya. Sedangkan jabatan sebagai Kepala Subbagian dalam
91
Biro ini diduduki 6 orang (23%), Kepala Subbagian ini nantinya akan menunjuk staff mana yang akan melaksanakan tugas yang diberikan dari setiap Kepala Bagian mereka. Lalu Kepala Bagian di Biro ini berjumlah 4 orang (15%) yang bertugas melaksanakan pendistribusian tugas-tugas dari Kepala Biro yang hanya diduduki 1 orang (4%) untuk dilaksanakan oleh para staffnya nanti. Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
dilakukan
mengenai
permasalahan yang menyangkut kepuasan kerja di organisasi Biro Informasi dan Persidangan, dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.6.1.7 Berdasarkan Intensitas Dalam Membicarakan Masalah Kepuasan Kerja N = 26 Intensitas Komunikasi
f
%
a. Sangat Sering
4
15
b. Sering
17
66
c. Agak Jarang
5
19
d. Sangat Jarang
-
-
26
100
jumlah Sumber : Kuesioner No. 1B Keterangan Intensitas :
a. Sangat Sering, frekuensinya lebih dari 5 kali dalam seminggu b. Sering, frekuensinya lebih dari 3 kali dalam seminggu
92
c. Agak Jarang, frekuensinya antara 1-2 kali dalam seminggu d. Tidak Pernah, frekuensinya sama sekali tidak melakukan pembicaraan Berinteraksi dengan lingkungannya selalu dilakukan oleh setiap individu, mereka tidak pernah terlepas dari kontak komunikasi dengan inividu-individu lainnya. Terutama dalam menangani masalah yang ada di lingkungan internal organisasi mereka berada, mereka akan selalu berkomunikasi untuk dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahn yang dihadapi maupun untuk mendapatkan informasi yang diinginkan. Sehingga tidak terjadi kesalapahaman yang bisa berujung kepada konflik. Tabel data dari hasil penelitian di atas dapat dijelaskan bahwa responden yang sering membicarakan mengenai masalah kepuasan kerja berjumlah 17 orang (66%) lebih banyak dibanding responden yang agak jarang membicarakan masalah tersebut dengan jumlah 5 orang (19%). Sedangkan jumlah responden yang sangat sering membicarakan masalah kepuasan kerja hanya 4 orang (15%) dan biasanya mereka yang belum sama sekali merasakan perubahan sehingga mereka merasa belum puas. Mereka membicarakannya masih dalam batas intensitas yang wajar karena responden yang sering membicarakan masalah ini biasanya mereka yang merasa cukup puas dengan pekerjaan mereka walaupun sedikit mereka masih merasa ada masalah. Puas dan tidak puasanya
93
mereka terhadap pekerjaan tetap sering mereka bicarakan karena tidak ada responden yang memilih tidak pernah membicarakan masalah ini. Selanjutnya data mengenai media yang paling sering mereka gunakan dalam melakukan komunikasi informal dapat dilihat dari tabel beriku: Tabel 4.6.1.8 Berdasarkan Media Yang Paling Sering Digunakan Dalam Komunikasi Informal N = 26 Media Yang Digunakan
f
%
a. Memo
-
-
b. Telepon pribadi
7
27
c. Obrolan (tatap muka)
16
61
d. Yang lainnya
3
12
Jumlah
26
100
Sumber : Kuesioner No. 5B Dari table di atas dapat disimpulkan bahwa para pegawai dalam komunikasi informal lebih banyak menggunakan media obrolan (tatap muka) dengan jumlah 16 orang (61%). Ini berarti pegawai diKementrian Koordintaor Bidang Kesejahteraan Rakyat lebih nyaman dan aman bila mengkomunikasikan masalahnya secara informal dengan obrolan tatap muka supaya tidak terjadi kesalahpahaman dan meminimalisir gangguan-gangguan
secara
teknis.
Kemudian
pegawai
yang
94
menggunakan media telepon pribadi berjumlah 7 orang (27%). Hasil penelitian menunjukkan yang biasa menggunakan media ini dikarenakan hubungan mereka yang sangat dekat sehingga mereka saling menelepon untuk saling bertukar informasi mengenai permasalahn-permasalahan di waktu senggang mereka. Dan 3 orang (12%) mengggunakan media lainnya seperti chatting, email dan sebagainya, melalui media eletronik ini mereka tetap berkomunikasi tanpa pindah dari meja kerja mereka. Sedangkan pada media memo tidak ada pegawai yang memilih, memo ini dipakai para pegawai dalam komunikasi formal atau resmi untuk memberikan tugas antara atasan dengan staffnya dan sangat jarang sekali menggunakan memo pada komunikasi informal. Melalui media yang digunakan, mereka biasa membicarakan tentang masalah apa seputar kepuasan kerja dan dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.6.1.9 Masalah Yang Biasa Dibicarakan Seputar Kepuasan Kerja N = 26 Masalah Yang Biasa
f
%
a. Tentang Sifat Pekerjaan
2
8
b. Tentang Supervisi
6
23
c. Tentang Ganjaran (upah,
3
12
Dibicarakan
95
kebijakan & promosi) d. Tentang Kondisi Kerja
11
42
e. Tentang Rekan Sekerja
4
15
Jumlah
26
100
Sumber : Kuesioner No. 6B Berdasarkan tabel di atas sebanyak 11 orang (42%) memilih tentang kondisi kerja yang biasa mereka bicarakan seputar kepuasan kerja. Kondisi kerja dianggap mereka sudah ada perubahan sehingga banyak dari mereka merasakan kepuasan dalam pekerjaan mereka dan banyak pegawai yang membicarakan masalah ini dalam komunikasi informal. Sebanyak 6 orang (23%) masalah peringkat kedua yang biasa dibicarakan seputar kepuasan kerja adalah tentang supervisi (pimpinan), 4 orang (15%) tentang rekan sekerja, 3 orang (12%) tentang ganjaran (upah, kebijakan dan promosi) dan sisanya tentang sifat pekerjaa. Dan ini terlihat jelas kepuasan yang dominan dirasakan sebagian besar pegawai adalah mengenai kondisi pekerjaan sedangkan yang lainnya masih belum ada perubahan yang membuat mereka puas dalam pekerjaannya. Dari mereka mengenai kepuasan kerja, semuanya mempunyai masalah yang bermacam-macam tentang kepuasan kerja mereka. Namun permasalahan internal yang ditimbulkan pada instansi pemerintahan ini tidak sampai belarut-larut menjadi sebuah konflik dan komunikasi informal sangat berperan pada instansi ini.
96
Berikut orang yang dipilih untuk diajak berkomunikasi dapat dilihat juga pada berikut ini: Tabel 4.6.1.10 Orang Yang Dipilih Untuk Diajak Berkomunikasi N=26 Orang Yang Dipilih Untuk Diajak Berkomunikasi
Orang Pertama
Orang Kedua
Orang Ketiga
(No. Responden)
f
%
f
%
f
%
Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4 Responden 5 Responden 6 Responden 7 Responden 8 Responden 9 Responden 10 Responden 11 Responden 12 Responden 13 Responden 14 Responden 15 Responden 16 Responden 17 Responden 18 Responden 19 Responden 20 Responden 21 Responden 22 Responden 23 Responden 24 Responden 25 Responden 26 Jumlah
2 1 3 1 2 1 1 1 1 2 1 1 3 1 1 1 1 1 1 26
8 4 12 4 8 4 4 4 4 8 4 4 12 4 4 4 4 4 4 100
2 1 3 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 26
8 4 12 4 4 4 8 8 8 4 4 4 4 4 8 4 4 4 100
4 3 1 1 3 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 26
15 12 4 4 12 8 8 8 4 4 4 4 4 4 4 100
97
Dari tabel diatas terlihat responden yang diajak berkomunikasi dengan posisi mereka sebagai orang pertama, kedua mapun ketiga. Responden yang selalu terpilih dalam semua posisi merupakan orang yang dianggap nyaman dan aman atau terpercaya untuk diajak berkomunikasi dibanding mereka yang jarang dipilih untuk diajak berkomunikasi. Selain itu mereka bisa merupakan salah satu sumber informasi karena kepiawaiannya mereka berhubungan dengan semua anggota. Dan pemilihan responden untuk diajak berkomunikasi karena ada alasan-alasan tertentu. Mengenai alasan mereka melakukan komunikasi dengan orangorang yang ditunjuknya, dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.6.1.11 Alasan Mereka Melakukan Komunikasi Dengan Orang Yang Ditunjuknya N = 26 Alasan Melakukan Komunikasi
Orang Pertama
Orang Kedua
Orang Ketiga
f
%
F
%
f
%
1. Karena jabatannya
3
12
4
15
1
4
2. Karena familiar dan terbuka
7
27
8
31
10
39
3. Karena senioritas
4
15
2
8
6
23
4. Karena pendidikannya
-
-
1
4
-
-
5. Karena satu angkatan
4
15
4
15
2
8
98
6. Karena sudah mengenal lama
6
23
5
19
4
15
7. Karena Kepercayaan
2
8
2
8
4
15
26
100
26
100
26
100
Jumlah Sumber : Kuesioner No. 8B
Setiap pegawai selalu ingin melakukan komunikasi dan interaksi dengan pegawai lainnya agar keberadaan mereka di lingkungan organisasi diakui itu merupakan salah satu kebutuhan yang harus mereka terima. Setelah mereka telah diakui keberadaannya tentu mereka akan dengan mudah mencapai tujuan utama mereka dan hubungan yang mereka jalin harus tetap dibina agar selalu dinamis sehingga mereka dapat saling bertukar informasi. Dalam bertukar informasi tentunya bertukar pikiran pula, dengan begitu mereka dapat menghadapi masalah kepuasan kerja yang dirasa mengganjal dan biasanya mereka mencari orang yang dirasa tepat untuk diajak berkomunikasi. Mengenai alasan responden memilih rekan kerja yang tepat untuk dapat diajak bicara dapat diterangkan berdasarkan tabel diatas. Bahwa pegawai Biro Informasi dan Persidangan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat memilih orang pertama untuk diajak bicara dengan alasan lebih berdasarkan karena familiar dan terbuka, sudah mengenal lama, dan senioritas. Dengan alasan tersebut mereka lebih mudah dan lebih nyaman untuk melakukan komunikasi, dimana rekan kerja mereka itu merupakan orang yang ramah dan pandai bergaul.
99
Selanjutnya alasan mereka memilih orang kedua untuk diajak bicara lebih kepada alasan sama dengan orang pertama yaitu familiar dan terbuka, sudah mengenal lama namun karena jabatannya juga satu angkatan. Disini mereka lebih nyaman dan percaya berkomunikasi dengan orang yang pandai bergaul meskipun sebagian dari orang yang diajak bicara memiliki jabatan yang lebih tinggi atau pimpinan, karena bagi mereka perlu juga berhubungan dengan pimpinan agar informasi cepat untuk dapat tanggapan. Dan untuk alasan mereka memilih orang ketiga tetap berdasarkan familiar dan terbuka tapi juga karena senioritas. Pada orang ketiga ini yang dianggap lebih nyaman bicara adalah mereka yang senior namun mereka mudah bergaul dan dapat membimbing pegawai yang lebih junior atau muda. Meskipun mereka lebih nyaman dan mudah berkomunikasi dengan orang-orang tersebut tetap saja bagi mereka waktu yang tepat untuk berkomunikasi mengenai masalah pribadi pastinya dilakukan pada waktu senggang atau diluar jam kerja mereka. Saat waktu senggang mereka lebih santai dan lebih terbuka yang otomatis juga tidak mengganggu pekerjaan utama mereka. Mereka terkadang sulit melakukan obrolan yang lebih pribadi pada saat jam sibuk karena akan mengganggu pekerjaan mereka yang mengakibatkan pesan tidak tersampaikan dengan baik dan terjadi kesalahpahaman.
100
Hasil penelitian berikutnya mengenai frekuensi mereka melakukan komunikasi dengan orang-orang yang mereka ajak bicara dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 4.6.1.12 Berdasarkan Frekuensi Melakukan Komunikasi Informal N = 26 Frekuensi berkomunikasi
Orang Pertama
Orang Kedua
Orang Ketiga
f
%
f
%
F
%
a. Setiap Hari
4
15
3
12
3
12
b. Sering
10
39
11
42
13
50
c. Kadang-kadang
7
27
8
31
6
23
d. Setiap kali ada permasalahan
5
19
3
12
4
15
26
100
26
100
26
100
Jumlah Sumber : Kuesioner No. 9B
Tabel diatas berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui frekuensi para responden dalam melakukan komunikasi informal di Biro Informasi dan Persidangan Kemenko Kesra menunjukkan bahwa responden yang memilih sering melakukan komunikasi informal jumlahnya lebih banyak dibanding dengan yang menyatakan mereka kadang-kadang sebagian lainnya menyatakan setiap ada permasalahan mereka melakukan komunikasi informal, sedangkan responden yang menyatakan setiap hari melakukan komunikasi informal dengan rekan kerjanya hanya sedikit.
101
4.6.2 Permasalahan Dominan Dalam Jaringan Komunikasi Informal Dalam kehidupan sehari-hari
manusia tidak terlepas dari
komunikasi. Mereka berkomunikasi dimana pun dan kapan pun dengan sesama manusia lainnya karena mereka adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Melalui komunikasi mereka berinteraksi satu sama lain untuk mendapatkan informasi dan tujuan untuk memenuhi kebutuhannya baik secara fisik (sandang, pangan papan) dan psikis (emosi, spiritual, moral) dalam bertahan hidup. Tidaklah mudah untuk mencapai tujuan yang kita harapkan tanpa didahului komunikasi dan interaksi yang baik dengan lingkungan tempat kita beraktifitas khususnya di organisasi. Dalam organisasi kita mempunyai tujuan-tujuan pribadi yang harus diselaraskan dengan tujuan organisasi, yang terkadang bertolak belakang. Sehingga timbul kepuasan dan ketidakpuasan pegawai akan pekerjaan mereka. Sebuah organisasi harus peduli dengan segala hal yang dapat mempengaruhi kondisi kelancaran produktifitasnya, karena jika tidak adanya kepedulian tentunya organisasi akan kehilangan aset yang sangat penting untuk menjalankan aktifitas organisasi yaitu para pegawai. Maka perlu melakukan pendekatan-pendekatan komunikasi yang baik antara atasan dengan pegawai untuk menjaga loyalitas dan kinerja mereka. Permasalahan yang sering dibicarakan dalam Biro Informasi dan Persidangan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat lebih dominan mengarah kepada kepuasan kerja para pegawainya.
102
Kepuasan kerja pada pegawai dapat dinilai melalui sifat pekerjaan yang dilakukan pegawai disana, tentang supervisi (pimpinan) di sana, ganjaran yang diterima oleh para pegawai seperti; upah, kebijakan, dan promosi. Selanjutnya tentang kondisi kerja para pegawai di lingkungan temapat mereka bekerja dan tentang hubungan dengan rekan sekerja mereka. Dari permasalahan penjelasan di atas hal-hal tersebutlah yang sering menjadi topik dominan dalam setiap pembicaraan informal di Biro Informasi dan Persidangan Kemenko Kesra 4.6.3 Jaringan Komunikasi Informal Membantu Dalam Memecahkan Masalah Internal Berdasarkan dari tujuan penelitian yaitu mengenai bagaimana jaringan komunikasi informal dalam menangani masalah internal khususnya masalah kepuasan kerja pegawai, yang sesuai dengan hasil penelitian di lapangan adalah : Jaringan komunikasi Biro Informasi dan Persidangan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kemenko Kesra) merupakan sistem dan strategi komunikasi yang digunakan oleh kelompok informal dalam mengirimkan pesan dari individu satu ke individu lainnya. Komunikasi informal yang berlangsung di dalam instansi sangatlah memberikan pengaruh yang positif dalam membantu memecahkan masalah internal. Adanya jaringan komunikasi informal sangat membantu terutama untuk mengetahui kondisi para pegawai akan kepuasan kerja selama
103
mereka mengabdikan diri pada instansi ini. Jaringan komunikasi informal merupakan strategi komunikasi khususnya bagi humas Biro Informasi dan Persidangan Kemenko Kesra untuk melakukan employee relations terhadap para pegawai di sana. Dari hasil penelitian dilapangan responden menganggap jaringan komunikasi informal dapat menyelesaikan permasalahan yang sering menjadi pembicaraan pegawai Biro Informasi dan Persidangan Kemenko Kesra, karena permasalahan tersebut akan mempengaruhi kepuasan dan ketidakpuasan pegawai dari pekerjaan. Dan kemudian membuat situasi menjadi lebih akrab lagi dari sebelumnya. Jaringan
komunikasi
informal
pada
Biro
Informasi
dan
Persidangan Kemenko Kesra terdiri dari empat kelompok atau klik, dari keempat klik tersebut masing-masing anggota klik memiliki perannya masing-masing, mereka saling bertukar informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah internal khususnya pada permasalahan kepuasan kerja yang mereka alami selama bekerja di sana. Komunikasi informal oleh para responden dijadikan sebagai saluran untuk saling bertukar informasi dan saling berinteraksi untuk mempererat hubungan antara pegawai dengan atasan dan sesama pegawai. Dengan begitu mereka tidak canggung dan terbuka dalam mengkomunikasikan pendapat dan keluhan mereka untuk dapat diterima dan didengar oleh atasan, sehingga membuat pegawai merasakan kepuasan dalam bekerja.
104
Melalui jaringan komunikasi informal permasalahan internal dapat terselesaikan dan merupakan strategi komunikasi yang dilakukan oleh praktisi humas untuk mendapatkan solusi yang terbaik, dimana humas pada instansi Kemenko Kesra tercakup di dalam struktur Biro Informasi dan Persidangan menemukan cara-cara komunikasi yang tepat untuk melakukan pendekatan terhadap pegawai. Dengan jaringan komunikasi informal juga terjadi two way communication (komunikasi dua arah) dimana seorang humas harus melakukan komunikasi dua arah ini baik secara formal maupun informal supaya mendapatkan feedback, dan biasanya didapat feedback dengan cepat melalui komunikasi yang bersifat informal. Melalui
komunikasi
informal
humas
lebih
mudah
dalam
memperoleh feedback atau solusi dengan cepat karena sifatnya yang lebih santai dan dapat membuat hubungan lebih akrab, sehingga dapat memuaskan salah satu kebutuhan pegawai yaitu memelihara hubungan persahabatan atau solidaritas. Timbulnya solidaritas dari jaringan komunikasi informal dirasa reaponden akan mampu menyelesaikan segala permasalahan internal khususnya kepuasan kerja pegawai, juga membantu pegawai untuk memahami lingkungan kerjanya pada Biro Informasi
dan
Persidangan
Kesejahteraan Rakyat.
Kementerian
Koordinator
Bidang
105
4.6.4 Peran-peran Pegawai Dalam Jaringan Komunikasi Informal Peran-peran pegawai dalam jaringan komunikasi informal yang ada pada Biro Informasi dan Persidangan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat akan dibahas sesuai dengan hasil penelitian dilapangan berdasarkan kuesioner no 11B – 20B. Dari kusioner didapat gambaran mengenai posisi-posisi mereka dalam jaringan komunikasi informal di Biro Informasi dan Persidangan Kemenko Kesra. Pada biro ini terdapat empat klik yang di dalam berjumlah 4 sampai 7 orang. 1.
Opinion Leader Orang-orang yang berperan sebagai opinion leader adalah mereka
yang memiliki pengaruh dominan dalam keputusan dan dapat memberi bimbingan dalam setiap pendapat yang masuk, juga mereka yang diberi kepercayaan lebih untuk mengetahui persoalan yang sebenarnya terjadi. Responden yang mempunyai peran sebagai opinion leader dalam jaringan komunikasi informal di biro ini adalah no. 4, jabatannya sebagai kepala subbagian transkrip. Responden ini berasal dari kelompok atau klik A. Responden no. 5, jabatannya sebagai kepala bagian humas dan dokumentasi. Dan Responden no. 16, dengan jabatan formal sebagai kepala biro informasi dan persidangan. Kedua responden merupakan opinion leader di dalam kelompok atau klik mereka yaitu klik B. Responden no. 7, jabatannya sebagai staff penyiapan persidangan dan rapat. Responden ini berasal dari klik terakhir yaitu klik D.
106
sedangkan pada klik C tidak ada anggota yang dominan sehingga tidak ada yang berperan sebagai opinion leader. Para responden yang berperan sebagai opinion leader pada kliknya tidak hanya dari orang yang memiliki jabatan tinggi di organisasinya, tetapi ada juga mereka yang menduduki jabatan sebagai staff. Sebagai opinion leader dalam komunikasi informal tidak harus yang memiliki jabatan tinggi di jabatan tinggi, yang penting mereka dapat membimbing tingkah laku para anggota. Selain itu juga mereka mampu mempengaruhi dalam setiap keputusan dan mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. 2.
Gate Keeper Dalam suatu jaringan komunikasi informal peran gate keeper
(penjaga gawang) adalah sebagai pengendali atas informasi atau pesan yang akan disebarluaskan dan yang telah masuk di dalam kelompok untuk meminimalisasikan kesalapahaman dan terjadinya konflik. Responden yang berperan sebagai penjaga gawang biasanya ditempatkan secara strategis pada jaringan komunikasi informal. Responden yang berperan sebagai gate keeper yaitu responden dengan no. 6 jabatannya staff perundang-undangan. Ada juga responden no. 17 menjabat sebagai staff penyiapan persidangan. Kedua responden berada pada klik A. Responden no. 11, jabatannya sebagai kepala bagian perundangundangan. Responden no. 21, saat ini menjabat sebagai kepala bagian
107
pengembangan dan pengelolaan jaringan informasi. Kedua responden berasal dari klik B. Sedangkan pada klik C responden dengan peranan sebagai gate keeper hanya 1, yaitu responden no. 26 jabatannya staff pengelolaan dan pengembangan jaringan informasi. Berikutnya responden no. 9 mempunyai jabatan sebagai kepala subbagian dokumentasi. Responden ini berasal dari klik D. Responden yang memiliki peran sebagai gate keeper pada kliknya adalah orang-orang yang dapat mengontrol atau mengendalikan informasi yang masuk maupun yang keluar. Mereka mempunyai kelebihan yaitu kekuasan untuk memutuskan apakah informasi ini layak atau penting untuk disebarluaskan dalam kelompoknya supaya anggota kelompoknya tidak menerima informasi yang masih mentah. 3.
Kosmopolit Peranan berikutnya kosmopolit, orang yang berperan sebagai
kosmopolit merupakan orang melakukan kontak dengan orang-orang yang berada di luar kelompok mereka. Mereka mampu menghubungkan organisasi dengan orang-orang dalam ruang lingkup yang lebih luas lagi atau antara organisasi dengan kelompok diluar organisasinya. Responden yang berperan sebagai kosmopolit hanya ada 2 responden yaitu responden no. 1 jabatannya kepala subbagian hubungan masyarakat. Responden ini berasal dari klik A. Sedangkan pada klik D
108
yang memegang peran ini yaitu responden no. 25 menjabat sebagai staff hubungan masyarakat. Kedua responden yang berperan sebagai kosmopolit ini adalah orang-orang yang pergaulan yang lebih luas dan pastinya pengetahuan mereka pun lebih luas disbanding dengan pegawai lainnya. Mereka mengumpulkan informasi dari berbagai sumber baik dari dalam maupun dari luar organisasinya dan mereka pun memberikan informasi kepada orang-orang tertentu di dalam kelompoknya. Mereka adalah penghubung organisasi dengan khalayak ekternalnya sehingga mereka ini memiliki informasi yang lebih banyak dibanding dengan anggota organisasi yang lainnya. 4.
Bridge Bridge (jembatan) adalah anggota kelompok atau klik dalam satu
organisasi yang menghubungkan kelompoknya (klik) dengan anggota kelompok (klik) lainnya. Responden dengan peran sebagai bridge disini adalah responden no. 3 jabatannya staff perundang-undangan. Responden no. 10 status jabatan sebagai staff transkrip hasil persidangan dan rapat. Responden no 24 menduduki jabatan kepala subbagian perundang-undangan. Ketiga responden berada dalam klik A. Responden no. 12 dengan jabatan kepala subbagian sistem dan jaringan informasi. Berikutnya responden no. 4 jabatannya kepala bagian persidangan dan rapat. Kedua responden ini berasal dari klik B.
109
Berikutnya responden no. 13 dan responden no 20 jabatannya sebagai staff hubungan masyarakat. Sedangkan responden no. 22 jabatannya staff sistem dan jaringan informasi. Ketiga responden ini berada pada klik C. Sedangkan pada klik D yang berperan sebagai bridge yaitu responden no. 2 jabatannya sebagai staff hubungan masyarakat. Juga responden no. 8 kedudukannya sebagai staff dokumentasi. Berperan sebagai bridge merupakan anggota kelompok yang mempunyai hubungan cukup menonjol karena mereka sebagai penghubung langsung antara dua kelompok (klik). Peranannya dapat menimbulkan penyimpangan informasi, karena kondisi mereka yang rentan terhadap semua kondisi yang langsung terkena dampak informasi. 5.
Liason Peranan liason atau penghubung hampir sama dengan peran bridge
namun responden ini bukan termasuk dalam anggota kelompok manapun, mereka menyampaikan informasi dari kelompok satu ke kelompok lainnya. Responden yang berperan sebagai liason pada jaringan komunikasi informal disini adalah responden no. 18 jabatannya sebagai staff penyiapan persidangan dan rapat. Selanjutnya yang kedua responden no. 23, jabatannya kepala subbagian penyiapan persidangan dan rapat. Kedua responden ini menghubungkan dua kelompok atau klik dengan memberikan informasi dan juga mengkoordinasikan kelompok-
110
kelompok ini. Walaupun mereka bukan merupakan anggota salah satu kelompok yang mereka hubungkan tapi keberadaan mereka penting untuk berfungsinya organisasi secara efektif. 6.
Isolate Peran yang berikutnya isolate, adalah mereka yang mempunyai
kontak minimal atau paling sedikit melakukan komunikasi dengan anggota organisasi. Mereka cenderung lebih mengasingkan diri dengan pegawai lainnya karena mereka hanya fokus dengan pekerjaan mereka dan dirinya sendiri dari pada berinteraksi dengan orang lain. Dan responden yang memiliki peran isolate pada jaringan komunikasi informal disini adalah responden no. 15, dengan jabatan staff sistem dan jaringan informasi. Juga responden no. 19, jabatannya staff transkrip hasil persidangan dan rapat. Kedua responden terasingkan oleh pegawai lainnya karena mereka sangat minim atau sedikit sekali melakukan komunikasi dengan lainnya sehingga mereka terlihat pendiam. Mereka cenderung terlalu fokus dengan pekerjaan mereka dan dirinya sendiri daripada bersosialisasi dengan pegawai disekitarnya. Mereka kurang memiliki motivasi untuk meningkatkan kualitas kerja mereka. 4.6.5 Model-model Jaringan Komunikasi Informal Setelah mengetahui peran masing-masing pegawai dalam jaringan komunikasi informal, selanjutnya akan diketahui mereka lebih sering berkomunikasi dengan siapa saja sehingga terbentuk klik-klik. Klik-klik
111
yang terbentuk disini lebih didasarkan karena familiar dan terbuka, karena sudah mengenal lama, senioritas, dan satu angkatan. Dengan alasan ini merupakan cara mereka untuk mendekatkan diri satu sama lain dalam menyampaikan maksud atau pendapat yang menjadi masalah bagi mereka. Klik-klik ini terjadi karena adanya komunikasi dan interaksi diantara pegawai yang sifatnya tidak formal atau diluar struktur dan kondisi yang tidak resmi. Klik-klik ini tentunya melibatkan orang-orang terdekat atau rekan kerja yang terdekat, maka orang-orangnya berjumlah lebih dari dua, tiga orang atau lebih. Kemudian terbentuklah menjadi beberapa model jaringan komunikasi informal. Hasil penelitian menunjukkan dalam jaringan komunikasi informal terdapat empat klik pada Biro Informasi dan Persidangan Kementerian Koordintaor Bidang Kesejahteraan Rakyat. Empat klik ini diperoleh dari sumber kuesioner no. 7B, 8B, dan 9B dimana pada pertanyaan tersebut para responden diminta untuk memberitahukan siapa saja rekan kerja terdekat yang biasa diajak berkomunikasi mengenai masalah kepuasan kerja mereka dengan intensitas terntu. Dari jawaban mereka akan dapat diketahui bentuk kelompok-kelompok yang ada. Terbentuklah empat kelompok (klik) dan keempat kelompok (klik) tersebut dapat digambarkan dalam model jaringan komunikasi informal berikut.
112
Klik A Model All Channel
Klik A terdapat 6 responden, yaitu responden no. 3 jabatannya sebagai staff perundang-undangan, responden no. 4 jabatannya sebagai kepala subbagian transkrip hasil persidangan dan rapat, responden no. 6 jabatannya sebagai staff perundang-undangan. Selanjutnya responden no. 10 jabatannya sebagai staff transkrip hasil persidangan dan rapat, responden no. 17 jabatannya sebagai staff penyiapan persidangan dan rapat, dan terakhir responden no. 24 jabatannya sebagai kepala subbagian perundang-undangan. Dari nomor-nomor responden tersebut kelompok ini terbentuk dan cenderung mereka tidak melakukan komunikasi yang lebih pribadi diluar anggota kelompok ini, karena mereka saling memilih pada nomor-nomor responden tersebut. Klik A terdiri dari responden yang saling berkomunikasi karena alasan mereka sudah saling mengenal sejak lama. Juga mereka memilih rekan kerjanya untuk diajak berkomunikasi karena familiar dan terbuka sehingga mereka tidak canggung untuk berkomunikasi. Pada klik A ini
113
terbentuk model all channel, para anggotanya mempunyai jabatan yang bervariasi dari bebarapa bagian di Biro tersebut dan memiliki kebebasan untuk saling berkomunikasi selain itu informasi tidak terpusat pada satu orang. Dalam model jaringan ini mereka bebas melakukan komunikasi dengan anggota lainnya namun ada satu orang yang paling mendominasi pada klik ini. Responden yang paling mendominasi ini adalah responden no. 4, responden ini dalam jabatan formal sebagai kepala subbagian transkrip hasil persidangan dan rapat. Dia dianggap oleh anggotanya sebagai orang yang tepat untuk diajak berkomunikasi mengenai masalah kepuasan kerja dan mampu memberikan masukan-masukan yang tepat sehingga dapat mempengaruhi pegawai. Masalah yang sering dibicarakan pada klik A ini mengenai masalah kepuasan mereka akan kondisi kerja didalam organisasi. Kondisi kerja yang mereka alami dirasa adanya banyak perubahan sehingga mereka merasakan kepuasan didalam organisasi. Sedangkan yang lainnya belum ada perubahan yang membuat mereka merasa belum puas dalam pekerjaan. Klik A ini membentuk model all channel atau semua saluran, model ini hampir sama dengan model lingkaran, artinya semua anggota klik adalah sama dan semuanya memiliki kekuatan yang sama untuk menyampaikan informasi. Tetapi kenapa ada anggota klik yang dianggap paling menonjol dari yang lainnya, karena dia banyak dipilih oleh
114
anggotanya untuk dijadikan sebagai tempat berkonsultasi mengenai permasalahan yang sedang mereka alami. dan dianggap masukannya cukup baik dibanding anggota lainnya. Di klik A ini juga terdapat hubungan timbal balik diantara responden yang menjadi anggota klik dengan anggota klik lainnya. Pada model ini juga terjadi interlocking yang berarti anggota-anggota klik bebas untuk memilih kepada siapa saja mereka mengajak komunikasi dan komunikasi individu yang mengunci. Responden no. 3 dapat melakukan komunikasi secara langsung dengan anggota klik lainnya seperti dengan responden no. 10, 24, atau 4 dan 6. Namun ada beberapa responden yang tidak melakukan kontak dengan salah satu responden, biarpun tidak melakukan kontak dengan salah satu anggota tapi mereka saling mengenal. Kelebihan dari model all channel hampir sama dengan model lingkaran dimana tiap anggota klik memiliki wewenang yang sama untuk
mempengaruhi
anggota
lainnya.
Setiap
anggota
bisa
berkomunikasi dengan setiap anggota lainnya lebih dari dua orang, tidak sebatas dengan rekan kerja yang berada disisi terdekatnya. Model ini tentunya memungkinkan adanya partisipasi anggota secara optimum. Namun kekurangan dari model all channel yaitu karena sifatnya yang bisa berkomunikasi dengan setiap anggota lainnya sehingga informasi yang tersebar tidak tersentralisasi atau tidak terpusat pada satu orang.
115
Mengukur indeks keterhubungan pada klik ini dapat dilihat pada penjelasan di bawah ini : Indeks keterhubungan=
kontak-kontak nyata kemungkinan hubungan
= 4-3, 3-6, 6-10, 10-17, 17-24, 24-4, 4-6, 4-10, 4-17, 3-10, 3-24, 6-17 4-24, 24-17, 17-10, 6-3, 6-4, 3-4, 10-6, 10-4, 10-3, 17-4, 17-6, 3-17, 6-24, 10-24, 17-3, 24-17, 24-20, 24-6, 24-3 = 12 : 15 = 0,8 = 80 %
Klik B Model Huruf “Y”
Pada klik B terbentuk model jaringan huruf “Y” , model ini lebih tersentralisasi dimana terlihat jelas responden yang berperan sebagai pusat informasi. Di model ini responden yang menjadi pemimpin yaitu orang ketiga dari bawah, responden tersebut dapat mengirimkan dan
116
menerima pesan dari dua orang lainnya kemudian komunikasi anggota lainnya hanya dengan satu orang saja. Namun pada klik ini juga terdapat pemimpin kedua yaitu responden yang berada disisi kiri orang keempat dari bawah. Responden ini juga sangat mendominasi dan banyak dipilih namun dia kurang kuat dengan posisi reponden yang berada di tengah. Pada klik ini tidak terbentuk pola interlocking atau tipe komunikasi individu yang mengunci. Klik B terdiri dari responden no. 1 jabatannya sebagai kepala subbagian hubungan masyarakat, responden no. 5 jabatannya sebagai kepala bagian hubungan masyarakat, lalu responden no. 16 jabatan formal sebagai kepala biro informasi dan persidangan. Berikutnya responden no. 14 jabatannya sebagai kepala bagian persidangan dan rapat, responden no 11 jabatan formal sebagai kepala bagian perundangundangan,
responden
no.
21
kepala
bagian
pengelolaan
dan
pengembangan jaringan informasi dan responden no. 12 kepala subbagian sistem dan jaringan informasi. Responden yang menjadi anggota pada klik B ini atas dasar jabatan, sudah saling mengenal lama, familiar dan terbuka di antara mereka ada juga karena senioritas, hal tersebut alasan mereka lebih mudah berkomunikasi satu sama lainnya. Responden yang paling menonjol dan menjadi pemimpin disini terdapat dua responden, yang pertama responden no. 16 selain dalam struktur formal dia memegang jabatan tertinggi pada bironya dia juga sangat dipercaya oleh anggotanya
117
sebagai pemimpin informal karena dia mampu membimbing pendapat, mempengaruhi pegawai dalam keputusan dan posisinya yang berada di tengah anggota lainnya. Kemudian responden no. 5 pun juga sebagai pemimpin disini karena dia selalu memdominasi, sangat familiar dan terbuka yang mampu banyak melakukan komunikasi dengan anggotanya sehingga dia juga banyak dipilih oleh pegawai untuk berkomunikasi. Masalah-masalah yang sering dibicarakan pada klik ini tentunya seputar kepuasan kerja yang berkaitan dengan supervisi (pimpinan), yang menurut mereka adanya peningkatan kinerja dari sistem kepemimpinan di organisasi sehingga meningkatnya loyalitas para pegawai kepada mereka. Para anggota di klik ini sebagian adalah para atasan pada jabatan formalnya, mereka menginginkan menjadi pemimpin yang lebih kompeten lagi dan mampu memimpin para pegawai dengan lebih baik sehingga mereka bisa dipercaya. Namun masih ada yang perlu diperbaiki selain mengenai supervise yang dirasa bagi mereka belum puas. Dan untuk menghitung indeks keterhubungan pada klik B dapat dijelaskan di bawah ini: Indeks keterhubungan =
Kontak-kontak nyata Kemungkinan hubungan
= 1-5, 5-16, 16-21, 21-12, 14-11, 11-16 5-1, 1-14, 5-11, 21-16, 12-21, 16-5, 16-11, 11-14 =6:8
118
= 0,75 = 75 % Klik C Model Rantai/Chain
Klik C terbentuk model rantai/chain, model ini sama dengan model lingkaran. Klik C ini terdiri dari hanya 4 responden saja yaitu responden no. 13 jabatannya sebagai staff hubungan masyarakat, responden no. 22 jabatannya sebagai staff sisten dan jaringan informasi sama dengan jabatan responden no. 26 terakhir responden no. 20 jabatannya sebagai staff hubungan masyarakat. Pada klik C para anggota atas dasar sudah mengenal lama, kepercayaan ada juga karena familiar dan terbuka yang memudahkan mereka dalam berkomunikasi. Pada pola komunikasi klik ini anggota saling bertukar pesan dengan rekan yang berada disampingnya sama dengan model lingkaran namun paling ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang saja. Mereka sedikit melakukan komunikasi informal karena mereka hanya melakukan komunikasi dengan rekan yang sangat dipercaya dan hanya seperlunya. Model ini responden yang berada diposisi tengah lebih berperan sebagai pemimpin dari mereka yang
119
berada diposisi lain. Responden no. 26 berperan sebagai pemimpin karena dia paling dominan dan meonjol dari anggota lainnya dan banyak dipilih oleh anggota karena kemampuannya dalam membimbing pendapat sehingga dipercaya untuk mengetahui permasalahan yang ada. Model jaringan ini memiliki kelebihan yang sama dengan model jaringan lainnya yaitu anggota yang berada di posisi tengah mempunyai kesempatan sebagai pemimpin daripada para anggota di posisi lainnya maka model ini lebih tersentralisasi dibanding model lingkaran atau model all channel/semua saluran. Sedangkan kekurangannya dari model tersebut yaitu orang yang ada di posisi kedua ujungnya hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang yang ada disalah satu sisinya didalam klik mereka, sehingga kesempatan mereka untuk berkomunikasi kurang optimal. Dan ada keterbatasan dalam berkomunikasi yaitu mereka tidak melakukan komunikasi dengan lebih dari dua orang atau selain dari rekan dikedua sisinya mereka, karena ada alasan kepercayaan maka sebagian dari mereka ada yang tidak saling berkomunikasi. Untuk mengetahui indeks keterhubungan pada klik ini dapat dilihat pada penjelasan berikut ini : Indeks keterhubungan
=
kontak-kontak nyata Kemungkinan hubungan
=
13-22, 22-26, 26-20 13-20, 13-26, 20-26, 22-13, 22-20, 26-22
= 3:6
120
= 0,5 = 50% Klik D Model All Channel
Klik D yaitu klik yang terakhir pada jaringan komunikasi informal Biro Informasi dan Persidangan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kemenko Kesra) ini terbentuk model all channel. Pada klik D terdapat 5 anggota atau rerponden dan mempunyai jabatan sebagai berikut, responden no. 7 jabatannya sebagai staff penyiapan persidangan dan rapat, responden no. 8 jabatannya sebagai staff dokumentasi, lalu responden no. 9 kedudukannya sebagai kepala subbagian dokumentasi, responden no. 2 jabatannya sebagai staff hubungan masyarakat dan terakhir responden no. 25 jabatannya sebagai staff hubungan masyarakat. Responden yang paling menonjol pada klik ini adalah responden no. 7, meskipun jabatan formal sebagai staff penyiapan persidangan dan rapat namun dia dipercaya oleh anggota dalam kliknya sebagai pemimpin.
Responden
ini
dianggap
paling
menonjol
dengan
121
kepiawaiannya dalam menjalin hubungan dekat dengan atasannya dibanding anggota lainnya, sehingga dia memiliki banyak sumber informasi, dia sering menyebarkan informasi ke anggota lainnya. Dengan kata lain dia ini lebih banyak menerima dan menyebarkan informasi. Mereka dapat dengan mudah saling berkomunikasi satu sama lain atas dasar familiar dan terbuka, sudah mengenal lama juga ada beberapa yang
satu
angkatan.
Alasan
tersebut
responden
dapat
saling
berkomunikasi atau melakukan kontak komunikasi dengan bebas untuk dapat saling bertukar informasi. Pada klik ini terjadi hubungan timbal balik di antara anggota satu dengan anggota lainnya dimana masingmasing dari mereka bebas memilih dan dipilih dengan siapa mereka merasa nyaman untuk diajak bicara. Dengan ciri tersebut klik ini juga terbentuk
pola
komunikasi
mutual
pair
dan
dapat
mengunci
(interlocking). Kemudian untuk menghitung indeks keterhubungan pada klik D dapat dilihat pada penjelasan di bawah ini : Indeks keterhubungan =
Kontak-kontak nyata Kemungkinan hubungan
=8-9, 9-2, 2-25, 25-7, 7-8, 8-2, 8-25, 9-7,9-25,2-7, 2-8, 2-9, 7-25, 7-2, 7-9, 8-7, 9-8, 25-2, 25-9, 25-8 = 10 : 10 = 1 = 100 %
122
4.7 Analisa Data Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Biro Informasi dan Persidangan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kemenko Kesra), bahwa pada Biro Informasi dan Persidangan terdapat adanya jaringan komunikasi informal. Jaringan komunikasi informal ini terbentuk secara spontan atau tidak sengaja dan tidak bersifat resmi karena terjadi melalui obrolan atau desas-desus yang menyebar dengan cepat dari mulut ke mulut sehingga dalam jaringan tersebut terdapat informasiinformasi yang tidak resmi. Komunikasi informal yang dilakukan oleh individu-individu tersebut atas keinginannya sendiri tanpa paksaan dari pihak manapun. Dalam jaringan komunikasi informal di Biro Informasi dan Persidangan ini bukan hanya dilakukan para pegawainya saja melainkan atasan mereka pun ikut terlibat. Klik-klik yang terbentuk tidak hanya berdasarkan kedudukan anggota klik, melainkan karena mereka sudah saling mengenal lama sehingga mereka merasakan keterbukaan dan familiar walaupun tingkat senioritas masih mereka anggap untuk dapat berkomunikasi tanpa rasa sungkan untuk memecahkan masalah internal khususnya mengenai kepuasan kerja mereka. Ketiga faktor yang dominan yaitu familiar dan keterbukaan, sudah mengenal lama, senioritas merupakan hal yang paling penting untuk melakukan komunikasi dengan baik, maka mereka mengembangkan kontak
123
informal dengan desas-desus (grapevine) untuk mencapai kebutuhan atau tujuan mereka sehingga mereka merasakan kepuasan bekerja di biro tersebut. Adanya faktor-faktor tersebut merupakan alasan mereka untuk saling berkomunikasi satu sama lain. Tentunya ini akan mempermudah mereka untuk mendekatkan diri atau berinteraksi dalam saling bertukar informasi yang berkaitan dengan masalah-masalah internal organisasi terutama tentang masalah yang berhubungan dengan kepuasan kerja mereka dilihat dari sisi sifat pekerjaan, supervisi (pimpinan), ganjaran (upah, kebijakan & promosi), kondisi kerja, dan rekan sekerja. Dari hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa jaringan komunikasi informal yang terdapat di Biro Informasi dan Persidangan Kemenko Kesra sangat berperan penting dalam membantu memecahkan permasalahan yang ada di dalam instansi tersebut dan membantu dalam meningkatkan kepercayaan bawahan dengan atasan mereka. Melalui jaringan komunikasi informal para pemimpin yang ada di Biro Informasi dan Persidangan Kemenko Kesra dapat segera mengetahui permasalahan yang saat ini sedang dialami oleh para pegawainya, khususnya mengenai masalah kepuasan kerja mereka. Karena hal tersebut akan mempunyai pengaruh yang besar bagi kelancaran aktifitas organisasi, yang akan menimbulkan penurunan kinerja dan terkadang bisa juga membuat semangat kerja mereka kurang optimal. Dengan demikian apa yang tengah terjadi di dalam lingkungan Biro Informasi dan Persidangan Kemenko Kesra dapat cepat diselesaikan tanpa harus menuggu lama untuk mencari solusi
124
sehingga pegawai pun dapat segera memberikan hasil pekerjaan yang optimal dan akhirnya mereka akan merasakan kenyamanan dan aman bagi mereka dalam menyalurkan ide-ide mereka. Terbentuknya jaringan tersebut pada Biro Informasi dan Persidangan Kemenko Kesra dapat mempermudah komunikasi yang ada baik itu diantara para pegawai, antara atasan dengan bawahan tanpa harus dihalangi oleh jabatan formal mereka. Dengan begitu dapat menghilangkan kesenjangan diantara mereka karena mereka merasa kaku dalam berkomunikasi dan berinteraksi,
selain
itu
tentunya
akan
mempermudah
penyelesaian
permasalahan internal organisasi khususnya permasalahan kepuasan kerja mereka. Pada tempat penelitian masalah yang sering dibicarakan adalah seputar masalah kepuasan kerja dimana mereka melihat tidak ada perubahan yang yang mendasar. Dan masalah kepuasan kerja yang kebanyakan di bicarakan oleh para pegawai adalah seputar kondisi kerja mereka, ternyata meskipun sebagian besar dari mereka telah menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) itu dirasa masih kurang terpuaskan bagi mereka terhadap organisasi. Kondisi kerja akan berpengaruh bagi kinerja dan produktifitas mereka terhadap organisasi, membuat pekerjaan yang ada menjadi terhambat dan kebijakankebijakan yang telah terbentuk tidak dapat langsung dilaksanakan. Masalah ini tentunya sangat berkaitan dengan kelangsungan organisasi tersebut. Tidak mendahulukan terpenuhinya kepuasan kerja mereka, akan sulit bagi mereka untuk meningkatkan kinerja dan produktifitas mereka, tentunya
125
ini akan berdampak bagi Biro Informasi dan Persidangan Kemenko Kesra. Biro ini merupakan pusat informasi bagi khalayak internal dan eksternal Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kemenko Kesra), jika biro ini mengalami masalah kepuasan kerja yang berlarut-larut tentunya mereka tidak dapat bekerja secara optimal khususnya dalam memberikan informasi seputar output instansi ini. Tanpa mereka instansi ini tidak akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat dan menuju keberhasilan yang diharapkan bersama. Karena pekerjaan dan tugas yang mereka jalankan perlu didukung oleh terpuaskannya kebutuhan mereka saat bekerja dan ini sebagai bentuk penghargaan atau kepedulian organisasi terhadap pekerjaan mereka. Dengan adanya kepedulian organisasi ini tentunya terlihat sebagai organisasi pemerintah di bidang kesejahteraan rakyat menunjukkan mereka mampu membuat kesejahteraan pegawainya pun diperhatikan. Mereka akan merasa nyaman dan lebih baik lagi dalam melaksanakan pekerjaannya seharihari. Diawali dengan adanya komunikasi interpersonal atau antarpribadi dalam jaringan komunikasi informal yang disertai kepercayaan dan saling berhubungan membentuk suatu pola arus komunikasi yang bersifat informal diantara pegawai-pegawainya, maka akan terpenuhinya kebutuhan mereka dalam mendapatkan informasi. Kemudian muncul adanya kecocokan dan kepercayaan yang meningkat akan semakin membuka hubungan mereka
126
dalam tingkat hubungan yang lebih erat dan tentunya mereka juga membuka diri dalam organisasi. Dalam penelitian yang telah dilakukan di Biro Informasi dan Persidangan Kemenko Kesra terdapat empat klik yang terbentuk dalam jaringan komunikasi informal. Dengan 6 peranan responden dalam jaringan tersebut, masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda-beda dimana masing-masing fungsi sangat penting bagi kelancaran jaringan komunikasi informal yang telah terbentuk. Peran-peran responden yang ada pada jaringan tersebut terdiri dari opinion leader atau pemimpin pendapat sebanyak 5 orang, responden tersebut tidak semuanya mempunyai jabatan formal tertinggi dalam organisasinya, tetapi mereka dianggap dapat membimbing dan mampu mempengaruhi tingkah laku pegawai dalam mengambil keputusan. Peran gate keeper atau penjaga gawang berjumlah 6 orang, mereka adalah orang mampu mengendalikan arus informasi yang akan disebarluaskan di dalam kliknya. Berikutnya peran kosmopolit berjumlah 2 orang, mereka adalah orang yang menghubungkan kliknya dengan lingkungan di luar kliknya yang lebih luas. Seperti pada responden no.23 yang menghubungkan klik A dengan klik B dan responden no.18 yang menghubungkan klik C dengan klik D. Sedangkan peran bridge atau jembatan sebanyak 9 orang, responden tersebut menghubungkan antara anggota klik satu dengan anggota klik lainnya. Peran liason sebanyak 2 orang, mereka merupakan orang yang menghubungkan klik satu dengan satu klik yang lainnya namun mereka bukan anggota dari klik
127
manapun. Dan yang terakhir peran isolate yang berjumlah 2 orang juga, mereka adalah responden yang paling sedikit atau sama sekali tidak melakukan kontak komunikasi dengan pegawai lainnya maka mereka disebut juga penyendiri. Jumlah klik pada Biro Informasi dan Persidangan Kemenko Kesra berjumlah empat klik, satu klik berjumlahkan empat sampai tujuh orang responden, responden yang ada pada setiap klik mempunyai masing-masing satu peranan saja. Para pegawai ini sering melakukan komunikasi informal mengenai masalah kepuasan kerja disela-sela waktu senggang atau santai mereka di tempat kerja yang tidak menganggu tugas utama mereka. Klik-klik ini bersifat informal terbentuk di luar struktur formal yang telah ada di organisasinya namun terjadi interaksi sosial yang wajar diantara anggota organisasi. Klik-klik tersebut membentuk beberapa model jaringan komunikasi informal diantaranya dua klik yaitu klik A dan klik D membentuk model all channel (semua saluran), pada klik ini anggota dapat bebas saling memilih rekan kerja mereka untuk diajak berkomunikasi tidak hanya terbatas dengan anggota di kedua sisinya saja. Antara klik A dengan klik B terhubungkan oleh seorang liason yaitu orang bukan merupakan bagian dari kedua klik, begitu juga antara klik C dan klik D yang terhubungkan oleh liason. Namun klik A dengan klik D terhubungkan oleh bridge sama juga dengan klik B yang berhubungan dengan klik C melalui bridge.
128
Masalah kepuasan kerja yang sering dibicarakan pada kedua klik sama yaitu tentang kondisi kerja yang mendukung bagi pekerjaan mereka namun yang lainnya dirasa mereka masih kurang terpuaskan seperti sifat pekerjaan, ganjaran (kebijakan, promosi, upah), supervisi dan rekan sekerja. Mereka pun membicarakan ketidakpuasan kerja ini pada komunikasi informal tersebut untuk meminimalisir ketidakpuasan ini. Klik B membentuk model huruf “Y”, klik ini lebih tersentralisasi dibandingkan dengan model lainnya. Pada model “Y” juga terlihat jelas posisi pemimpinnya (orang ketiga dari bawah), anggota ini dapat mengirimkan dan menerima pesan dari dua orang lainnya, mampu membimbing pendapat dan mengubah keputusan. Namun juga ada pemimpin kedua yaitu orang keempat dari bawah sisi kiri, pemimpin kedua dipilih karena dia pandai bergaul dan dominan dalam berkomunikasi diantara kelompoknya. Klik tersebut permasalahan yang sering dibicarakan adalah mengenai supervisi, mereka membicarakan kepuasan pimpinan yang sebagian dari mereka menjabat penting dalam organisasi. Mereka puas dengan upaya organisasi yang memperhatikan kompetensi dari pemimpin dengan terus memberikan kesempatan pendidikan latihan. Dan satu klik terakhir yang membentuk model rantai (chain) yaitu klik C, klik ini sama dengan model lingkaran tetapi anggota yang berada di bagian paling ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang anggota saja di kelompoknya. Informasi yang tepusat pun terjadi pada klik ini, yaitu anggota yang berada di posisi tengah lebih berperan sebagai pemimpin dibanding
129
dengan anggota yang berada di kedua ujung. Sedangkan pada klik ini tidak ada masalah kepuasan kerja yang dominan untuk dibicarakan karena mereka mempunyai pilihan yang berbeda tentang kepuasan kerja yang mereka dapatkan seperti tentang sifat pekerjaan, ganjaran, kondisi pekerjaan, dan rekan sekerja yang mendukung. Dari masing-masing model klik tentunya memiliki kelebihan dan kekurangannya. Di dalam salah satu model pada jaringan komunikasi informal tersebut juga terdapat pola komunikasi mutual pair atau hubungan saling memilih dan dipilih diantara anggota-anggota klik untuk saling bertukar informasi dan juga terjadi pola interlocking atau mengunci, dimana mereka bebas untuk memilih rekan kerja untuk diajak berkomunikasi. Dengan terbentuknya klik-klik pada jaringan komunikasi informal pada Biro Informasi dan Persidangan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat ini dapat memenuhi salah satu kebutuhan pegawai yaitu menumbuhkan hubungan persaudaraam diantara pegawai, selain itu jaringan tersebut digunakan pemimpin untuk mengetahui apa yang terjadi pada bagiannya masing-masing. Kemudian dengan melihat pengukuran atau penghitungan terhadap derajat keterhubungan klik kita juga dapat melihat apakah masing-masing klik tersebut terintegrasi satu sama lain dengan melihat hal tersebut kita juga dapat menentukan peranan-peranan yang ada di dalam jaringan komunikasi informal yang terbentuk juga dari derajat integrasi yang didapat maka kita akan mengetahui informasi yang tersebar apakah cepat diterima oleh setiap individu
130
di dalam klik atau apakah sebaliknya informasi yang tersebar lebih lambat di terima. Pada setiap klik memiliki kekurangan dan kelebihan seperti pada klik A dan D, kedua klik ini bebas memilih rekan kerja yang bisa diajak bicara dan dipilih untuk bertukar informasi tetapi kurang tersentralisasi informasinya. Sedangkan model yang lainnya lebih tersentralisasi dan terlihat jelas pemimpinnya karena biasanya sifat informasinya pun lebih terpusat. Untuk humas pemerintah dengan adanya jaringan komunikasi informal sangat membantu mereka menemukan permasalahan yang dapat mengganggu kelancaran komunikasi dan kestabilan instansi pemerintah tersebut. Karena sebagai instansi pemerintah, instansi ini harus selalu senantiasa memberikan pelayanan
jasanya
untuk
masyakarat.
Semakin
cepat
ditemukannya
permasalahan yang sedang terjadi di internal tentu dapat semakin cepat dan efektif pula penyelesaiannya, supaya menghindari dan menghilangkan kemungkinan terburuk yang akan mengganggu kestabilan instansi ini. Selain itu jaringan komunikasi informal juga dapat melancarkan arus informasi baik dari atasan kebawahan maupun sebaliknya dan antar pegawainya. Dengan komunikasi yang bersifat informal kita bisa lebih dekat dan lebih mengenal masing-masing karakteristik setiap individu atau pegawai, mengenal karakteristik mereka maka dapat mudah pula melakukan pendekatan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.
1
131
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Setelah melakukan penelitian di lapangan kemudian berdasarkan dari hasil penelitian dan hasil analisa yang dilakukan mengenai jaringan komunikasi informal di Biro Informasi dan Persidangan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kemenko Kesra), maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. Pada jaringan komunikasi informal mengenai kepuasan kerja pegawai di dalam Biro Informasi dan Persidangan Kemenko Kesra ditemukan 4 klik yang ada didalam masing-masing klik beranggotakan 4 sampai 7 orang. Klikklik ini terbentuk karena adanya interaksi dan komunikasi di antara anggota pada waktu senggang mereka atau diluar jam kerja mereka. Hubungan yang berdasarkan alasan mereka masing-masing dalam melakukan komunikasi ,namun tentunya perlu ada kepercayaan untuk berkomunikasi dalam komunikasi informal. Dan instansi ini para pegawai baik atasan maupun staffnya sangat menjaga kepercayaan sehingga komunikasi informal disana tidak berdampak negatif Kemudian dari masing-masing klik tersebut terbentuk model-model jaringan yang berbeda, tetapi ada dua klik yang memiliki model yang sama yaitu klik A dan klik D. Kedua klik ini berbentuk model all channel/semua saluran, model jaringan ini memaksimalkan kesempatan untuk umpan balik,
131
132
yang memaksimalkan kecermatan lebih besar. Informasi tersebar secara merata, cepat dan anggotanya bebas saling memilih rekan untuk bertukar informasi. Sedangkan pada klik yang lainnya tidak tersebar merata secara optimal, dua klik sisanya yaitu berbentuk model huruf “Y” dan model rantai/chain namun informasinya terpusat maka menghasilkan pengaturan terbaik. Antara klik A dengan klik B dihubungkan dengan liason begitu juga antara klik C dengan klik D, namun klik A dengan klik D terhubungkan oleh bridge begitu juga antara klik B dengan klik C. Jaringan komunikasi informal mengenai kepuasan kerja pegawai di Biro
Informasi
dan
Persidangan
Kementerian
Koordinator
Bidang
Kesejahteraan Rakyat terdapat peran-peran khusus pada pegawainya, yaitu : a. Opinion leader, dari hasil penelitian ini terdapat 5 orang responden yang berperan sebagai opinion leader, kelima responden ini tersebar diantara klik A sampai dengan klik D. Mereka adalah orang-orang yang mempunyai
kemampuan
membimbing
pendapat,
mempengaruhi
keputusan dan tingkah laku dari anggota klik lainnya, yang dapat dipercaya untuk mengetahui permasalahan. b. Gate keeper, dalam penelitian ini ditemukan 6 orang responden yang berperan sebagai gate keeper atau penjaga gawang, mereka ini berfungsi sebagai pengendali atau pengontrol arus informasi yang masuk dan keluar dari klik mereka lalu diinformasikan ke seluruh anggotanya. c. Kosmopolite, berdasarkan hasil yang diperoleh dari lapangan ditemukan 2 orang responden yang berperan sebagai kosmopolite. Mereka mampu
133
menghubungkan organisasi dengan lingkungannya karena mereka juga berkomunikasi dengan orang diluar organisasi. d. Bridge, dimana dalam penelitian ini ditemukan 9 orang responden yang berperan
sebagai
bridge.
Mereka
adalah
anggota
klik
yang
menghubungkan klik mereka dengan klik lainnya dan memiliki sejumlah kontak komunikasi paling sering dengan anggota kelompoknya. e. Liason, dari penelitian ini 2 orang responden memiliki peran sebagai liason. Mereka yang berperan liason merupakan orang-orang yang mampu menghubungkan antara anggota klik satu dengan klik lainnya namun mereka bukan anggota dari salah satu klik tersebut. f. Isolate, dari hasil penelitian peranan yang terakhir ini ditemukan 2 orang responden yang memegang. Mereka adalah orang-orang yang kurang atau sedikit melakukan kontak komunikasi dengan rekan kerja lainnya dan disebut juga penyendiri. Dari menganalisis jaringan komunikasi informal beserta peran-peranan yang ada didalamnya, kemudian dapat diketahui derajat keterhubungan klik sehingga terlihat bentuk model masing-masing klik dalam jaringan komunikasi Biro Informasi dan Persidangan Kemenko Kesra. Dapat disimpulkan bahwa individu atau pegawai mempunyai peranannya masingmasing tanpa ada yang memiliki peran ganda. Peran mereka dalam jaringan komunikasi tersebut sangat penting dalam penyebaran pesan yang bersifat informal, dari peran dan pemilihan rekan kerja yang diajak bicara akan membentuk berbagai model klik-klik.
134
Model klik-klik yang terbentuk dalam jaringan komunikasi informal ini dapat membantu menyelesaikan masalah internal Biro Informasi dan Persidangan Kemenko Kesra khususnya masalah kepuasan kerja pegawai, karena dalam penyebaran pesan menjadi lebih cepat, merata dan efektif, pesan lebih terkontrol dan cara penyampaiannya pun lebih santai. Kemudian dari kecepatan penyebaran pesan dapat diketahui melalui derajat keterhubungan, apabila derajat keterhubungan yang didapat tinggi maka kecepatan penyebaran pesan pun semakin cepat. 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan maka dapat dikemukakan beberapa saran, yaitu saran praktis dan saran akademis yang perlu diperhatikan oleh berbagai pihak yang berkepentingan. 1. Saran Praktis Bagi pihak Biro Informasi dan Persidangan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat diharapkan dengan adanya jaringan komunikasi informal yang terbentuk lebih terorganisir agar dapat menunjang kinerja pegawai. Selain itu dapat menyelesaikan permasalahan yang tidak mungkin disampaikan dalam struktur formal, untuk menyampaikan pendapat yang kurang memungkinkan disampaikan secara langsung, sehingga diharapkan dengan adanya jaringan komunikasi informal dapat mempercepat penyelesaian setiap permasalahan yang akan muncul nantinya.
135
2. Saran Akademis Bagi para peneliti lainnya yang akan mengadakan penelitian sejenisnya, lebih teliti dalam mengolah hasil penelitian agar terbentuk model klik-klik dan menghitung indeks keterhubungan. Serta untuk lebih mengembangkan aspek penelitian dalam analisis jaringan komunikasi informal sehingga diharapkan dapat memperkaya hasil penelitian mengenai analisa jaringan komunikasi yang telah ada di organisasi.
136
DAFTAR PUSTAKA
Anggoro, M. Linggar. Teori & Profesi Kehumasan, Jakarta: Bumi Aksara, 2002
Abdurrachman, Oemi. Dasar-dasar Public Relations, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001
Bungin, Burhan Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Prenada Media, 2005
Cutlip, Scott. M. Effective Public Relations Edisi Kedelapan, Jakarta: Indeks, 2005
Devito, Joseph A. Komunikasi Antar Manusia, Jakart: Profesional Books, 1997
Effendy, Uchjana, Onong. Human Relations Dan Public Relations, Bandung: Mandar Maju, 1993
Fathoni, Abdurachman. Metode Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi, Garut: Rineka Cipta, 2005
Handoko, T. Hani. Manajemen Edisi 2, Yogjakarta: BPFE – Yogjakarta, 2000
Hardjana, Andre. Audit Komunikasi Teori dan Praktek, Jakarta: Grasindo, 2000
Jefkin, Frank. Public Relations Edisi Keempat, Jakarta: Erlangga, 1995
Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007
137
Littlejohn, W. Stephen & Foss, A. Karen. Theory Of Communication, USA: Thomson Wadsworth, 2008
Malo, Manase. Metode Penelitian Sosial, Jakarta: Universitas Terbuka, 2003
Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi, Jakarta : Bumi Aksara, 2005
Mulyana, Dedy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2005
Nazir, Moh. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003
Pace, R. Wayne dan Don F. Faules. Komunikasi Organisasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005
Rahmadi, F. Public Relations Dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994
Robbins, Stephen .P. Perilaku Organisasi Edisi Kedelapan, Jakarta: Prenhallindo, 2001
Ruslan, Rosady. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005
Rakhmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004
Setiawan, Bambang & Muntaha, Ahmad. Metode Penelitian Komunikasi, Jakarta: Terbitan Universitas Terbuka, 2005
138
Sendjaja, S. Djuarsa, Teori Komunikasi, Jakarta: Terbitan Universitas Terbuka, 2004
Stoner, James & Wankel, Charles. Perencanaan dan Pengambilan Keputusan Dalam Manajemen, 1999 Suparmoko. M. Metode Penelitian Praktis, Jogjakarta: BPFE, 1998
Tubbs, Stewart. L & Moss, Sylvia, Human Communication Konteks-Konteks Komunikasi Buku Kedua, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000
Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Grasindo, 2004
Widjaja A.W, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Jakarta: Bumi Aksara, 1993
139
LAMPIRAN
140
CURRICULUM VITAE Nama
: Geni Pratiwi
Nama panggilan
: Genie
Tempat/tgl lahir
: Jakarta, 16 februari 1987
Alamat
: Jl.Bambu Kuning VII No.38 Rt.009 Rw.03 Cengkareng Barat
Agama Nama Orang Tua
: Islam : Suherman Mulyati S.Pd
E-Mail
( Ayah ) ( Ibu )
:
[email protected]
PENDIDIKAN INFORMAL: 1. Kursus bahasa Inggris di Ria Utama saat SMP 2. Mendapat pendidikan komputer pada saat sekolah 3. Kursus bahasa Inggris program conversation di LBPP LIA SERTIFIKAT YANG DIPEROLEH : 1. Sertifikat pelatihan jurnalistik saat SMA di UNJ 2. Sertifikat seminar PR Leadership 2005, seminar nasional “Strategi PR Sebagai Pengelola Krisis Komunikasi Dalam Organisasi”, seminar nasional “PR dan Budaya”, seminar PR “Paradigma baru SDM PR”, semua seminar yang diselenggarakan oleh HIMA PR UMB. 3. Sertifikat “Workshop Internship”. 4. Sertifikat pelatihan Blog OnLAin di selenggarakan oleh UMB. 5. Sertifikat Table Manner di Bandung. 6. Sertifikat seminar Empowering Yourself With Entrepreneurship diselenggarakan oleh UMB HOBI : 1. Membaca & nonton film action, drama komedi.
2. Menulis cerpen dan sebagainya.
141
142
143
STRUKTUR BIRO INFORMASI DAN PERSIDANGAN
Kepala Biro Informasi dan Persidangan Drs. I. Rosdiawan, MA
Kepala Bagian Pengelolaan Jaringan Informasi
Kepala Bagian Persidangan dan Rapat
Kepala Bagian Humas dan Dokumentasi
Ajum Muhtar, S.E, M.Si
G. Sunaryo, S.Sos
Ali Rakhmad, S.Sos, M.Si
Kepala Subbagian Sistem dan Jaringan Informasi Ujang Yunus
Kepala Subbagian Penyiapan Persidangan dan Rapat Yongki Suryanto, S.E
Kepala Bagian PUU dan Ortala Hadri Pasaribu, S.H
Kepala Subbagian Hubungan Masyarakat Nadhira Seha Nur, S.Sos, M.Si
Kepala Subbagian Transkrip
Kepala Subbagian Dokumentasi
Ratna Sofiana, S.Kom
Widayat
Kepala Subbagian PUU dan Ortala Kasno, S.H
144
Daftar Identitas Responden No.Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Jabatan Formal Kepala Subbagian 1 Staff 1 Staff 2 Kepala Subbagian 2 Kepala Bagian 1 Staff 3 Staff 4 Staff 5 Kepala Subbagian 3 Staff 6 Kepala Bagian 2 Kepala Subbagian 4 Staff 7 Kepala Bagian 3 Staff 8 Kepala Biro Staff 9 Staff 10 Staff 11 Staff 12 Kepala Bagian 4 Staff 13 Kepala Subbagian 5 Kepala Subbagian 6 Staff 14 Staff 15
Jabatan Informal Kosmopolit Bridge Bridge Opinion Leader Opinion Leader Gate Keeper Opinion Leader Bridge Gate Keeper Bridge Gate Keeper Bridge Bridge Bridge Isolate Opinion Leader Gate Keeper Liason Isolate Bridge Gate Keeper Gate Keeper Liason Bridge Kosmopolit Opinion Leader
145
KUESIONER No. Responden :
Petunjuk : Beri tanda silang (X) pada pilihan jawaban Anda A. IDENTITAS RESPONDEN 1. Usia : <20 thn
21-30 thn
31-40thn
41-50 thn
>
51thn 2. Jenis Kelamin : Laki-laki
Wanita
3. Status perkawinan : Belum menikah
Menikah
4. Tingkat pendidikan terakhir : SMU
Diploma
S1
S2
S3
5. Lama bekerja : < 1 thn
1 – 3 thn
4 – 6 th
7 – 9 th
>10 th
6. Apa jabatan yang Anda duduki saat ini di Biro Informasi dan Persidangan Kemenko Kesra ? ...........................................................................................................................
146
B. IDENTIFIKASI PERAN JARINGAN KOMUNIKASI ANGGOTA KLIK: 1. Apakah selama Anda berkerja di Kemenko Kesra, Anda sering membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan kepuasan kerja saat ini dengan rekan kerja atau temen kerja Anda? a. Sangat Sering b. Sering
c. Agak Jarang
d. Tidak Pernah
2. Apakah Anda sering mendapat informasi tentang kepuasan kerja dari rekan kerja Anda? a. Sangat Sering b. Sering
c. Agak Jarang
d. Tidak Pernah
3. Bagaimana tanggapan Anda mengenai kondisi kepuasan kerja Anda saat ini? a. Puas
b. Cukup Puas
c. Kurang Puas
d. Sangat Tidak Puas
4. Apakah Anda mudah mendapatkan informasi mengenai kepuasan kerja organisasi? a. Sangat Mudah b. Mudah
c. Kurang begitu mudah
d. Sangat tidak
mudah 5. Media apakah yang paling sering Anda gunakan dalam berkomunikasi dengan rekan kerja Anda? a. Memo
c. Obrolan (tatap muka)
b. Telepon pribadi
d. Yang lainnya ..........................
6. Tentang kepuasan kerja apa saja yang biasanya Anda bicarakan? a. Tentang sifat pekerjaan b. Tentang supervisi (pimpinan) c. Tentang ganjaran (upah, kebijakan & promosi) yang pantas
147
d. Tentang kondisi kerja e. Tentang rekan sekerja 7. Kepada siapa Anda biasanya membicarakan masalah kepuasan kerja tersebut? (sebutkan namanya, dan boleh dari 3 orang) a...................................
b...................................
c................................... 8. Mengapa Anda memilih orang tersebut sebagai orang yang sering Anda ajak berkomunikasi untuk membicarakan masalah kepuasan kerja? (Beri silang pada jawaban Anda) Alasan memilih orang tersebut pada pernyataan di atas
Nama yang dipilih Orang 1
Orang 2
Orang 3
a. Karena jabatannya b. Karena familiar & terbuka c. Karena senioritas d. Karena pendidikannya e. Karena satu angkatan f. Karena sudah mengenal lama g. Karena kepercayaan
9. Seberapa seringkah Anda melakukan pembicaraan tentang masalah kepuasan kerja dengan orang-orang yang Anda sebutkan di atas?(Beri tanda X pada jawaban Anda)
148
Frekuensi
Nama yang dipilih Orang 1
Orang 2
Orang 3
a. Setiap hari b. Selalu c. Kadang-kadang d. Setiap kali ada permasalahan
10. Apakah
menurut
Anda
dengan
adanya
kelompok
informal
dapat
menyelesaikan masalah-masalah dalam lingkungan Biro Informasi dan Persidangan? a. Ya
b. Tidak
11. Apakah pada setiap pembicaraan mengenai masalah kepuasan kerja di dalam kelompok Anda menjadi orang yang dominan? a. Ya
b. Tidak
12. Apakah di dalam membicarakan mengenai masalah kepuasan kerja dalam kelompok Anda dapat mempengaruhi anggota kelompok lainnya? a. Ya
b. Tidak
13. Apakah Anda berperan sebagai pengendali setiap informasi yang masuk atau informasi yang keluar khususnya mengenai masalah kepuasan kerja? a. Ya
b. Tidak
14. Apakah di dalam kelompok informal, Anda merupakan penghubung antara kelompok Anda dengan lingkungan dalam penyampaian informasi mengenai masalah kepuasan kerja?
149
a. Ya
b. Tidak
15. Apakah Anda selalu menjadi penghubung antara kelompok Anda dengan lingkungan dalam penyampaian informasi mengenai permasalahan kepuasan kerja Anda? a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
16. Apakah di lingkungan Anda bekerja, Anda merupakan penghubung di antara kelompok informal yang satu dengan kelompok informal yang lainnya di dalam penyebaran pesan mengenai kepuasan kerja? a. Ya
b. Tidak
17. Apakah Anda selalu menyebarkan informasi mengenai masalah kepuasan kerja di dalam anggota organisasi? a. Ya
b. Tidak
18. Apakah Anda selalu melakukan kontak (komunikasi) dengan setiap rekan kerja tanpa kecuali khususnya mengenai masalah kepuasan kerja? a. Ya
b. Tidak
19. Apakah Anda juga menjadi anggota organisasi profesional lain di luar tempat Anda bekerja? (sebutkan nama organisasinya .........................................) a. Ya
b. Tidak
20. Dalam lingkungan kerja, apakah Anda hanya sedikit melakukan kontak atau sama sekali tidak mengadakan komunikasi dengan rekan kerja mengenai masalah kepuasan kerja? a. Ya
b. Tidak