1
ANALISIS JARINGAN KOMUNIKASI INFORMAL BIDANG HUMAS POLDA METRO JAYA TENTANG MASALAH IKLIM KERJA Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 ( S1 ) Fakultas Ilmu Komunikasi Bidang Studi Public Relations
Disusun oleh : RATIH PUSPA RANI 44205010-045
FAKULTAS KOMUNIKASI JURUSAN PUBLIC RELATION UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA 2009
2
3
4
5
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI JURUSAN PUBLIC RELATIONS
ABSTRAKSI RATIH PUSPA RANI 44205010-045 ANALISIS JARINGAN KOMUNIKASI INFORMAL BIDANG HUMAS POLDA METRO JAYA TENTANG MASALAH IKLIM KERJA (Periode Agustus 2008 – maret 2009) V Bab; 153 Halaman; 10 Tabel; 6 Lampiran Bibliografi : (1986-2005) Jaringan komunikasi informal terbentuk dengan sendirinya di luar struktur formal tanpa aturan yang resmi didalamnya dan tidak bergantung pada otoritas dan fungsi-fungsi pekerjaan. Jaringan komunikasi informal merupakan faktor yang mempengaruhi terciptanya situasi yang kondusif di dalam lingkungan pekerjaan mereka, melalui jaringan komunikasi informal ini interaksi antar anggota akan terjadi yang pada akhirnya dapat tercipta rasa solidaritas diantara mereka. Adapun rumusan masalah yang diangkat adalah untuk mengetahui bagaimana jaringan komunikasi informal Bidang Humas Polda Metro Jaya beserta peran-peran individu, model jaringan dan pola komunikasi serta derajat integrasi tersebut, oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaiman jaringan komunikasi informal Bidang Humas Polda Metro Jaya beserta model jaringan komunikasi yang terbentuk, ingin mengetahui peran apa saja yang tercipta pada klik yang terbentuk dan juga untuk mengetahui derajat integrasi pada masing-masing klik. Penelitian ini berdasarkan pada konsep-konsep yang berkaitan dengan jaringan komunikasi informal, yaitu manfaat jaringan komunikasi informal, sifat dari jaringan komunikasi informal, peran-peran yang ada dalam jaringan komunikasi informal, model-model klik yang terbentuk beserta pola yang ada dalam klik tersebut. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Survey dengan pendekatan kuantitatif dan menggunakan metode analisis jaringan komunikasi. Dalam penarikan sampel menggunakan total sampling dimana seluruh informasi yang dikumpulkan diambil dari semua anggota populasi yaitu sebanyak 30 orang, dengan menyebarkan kuesioner. Hasil penelitian ini menemukan adanya jaringan komunikasi informal tentang masalah iklim kerja. Selain itu juga ditemukan peran-peran individu dalam jaringan komunikasi informal yaitu Opinion Leader, Gate Keeper, Bridge, liason dan Isolate. Dalam jaringan ini terdapat empat klik yang terbentuk yang masing-masing membentuk model all chanel, circle, chain dan Huruf “Y”. i
6
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat Nya yang tak terhingga. Serta salawat dan salam kita panjatkan junjungan kepada nabi Muhammad SAW beserta para keluarga dan sahabat-sahabatnya.
Srkipsi ini saya buat sebagai hasil penelitian yang dilaksanakan di Bidang Humas Polda Metro Jaya.
Skripsi ini merupakan salah satu faktor yang harus
dilakukan oleh setiap mahasiswa-mahasiswi sebagai salah satu syarat sebelum menjadi Sarjana Strata -1Fakultas Komunikasi Jurusan Public Relations.
Dalam penulisan Skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, dan untuk itu penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada :
1. Ibu Nurprapti.W. M.si selaku Pembimbing Skripsi juga selaku Ketua Program Bidang Studi Visual Communication. Tanpa dorongan, bantuan dan bimbingan dari ibu, saya tidak akan paham dan mengerti dengan baik. Karena itu penulis secara khusus mengucapkan rasa terima kasih yang teramat besar untuk ibu. 2. Ibu Dra. Diah Wardhani, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana.
ii
7
3. Bpk Drs. Hardiyanto Jatmiko, M.Si, selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana. 4. Ibu. Marhaeni S.sos, M,si selaku Ketua Program Bidang Studi Public Relations Fakultas Komunikasi Universitas Mercu Buana. 5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Komunikasi khususnya jurusan Public Relations, terima kasih atas semua ilmu yang bapak dan ibu berikan. 6. Seluruh staff TU Fakultas Ilmu Komunikasi atas segala bantuannya demi kelancaran pada saat proses penelitian. 7. Seluruh staff Bidang Humas Polda Metro Jaya terima kasih atas kerjasama, keramah tamahan serta kesediaan didalam membantu penulis pada saat melakukan penelitian. 8. Alm. Ayahku Tersayang terima kasih atas semua senyuman juga cinta dan kasih sayang yang diberikan, dan segala doa yang dipanjatkan untuk kesuksesan penulis,
ratih sayang ayah.miss u dad....
9. Ibuku tercinta, abangku Taher, kakaku tersayang Djuwita dan seseorang yang selalu ada didalam hati terima kasih atas support dan doa-doa yang tiada henti. 10. Teman seperjuangan saya Mune dan Astrid yang selalu setia menemani dan membantu disaat saya butuhkan dan semua teman-teman jurusan Public Relations angkatan 2005 ( Nana, Aida, Geni, Anna, Damaris, Ulfa, Ega, Opi dan semuanya yang saya tidak bisa sebutkan satu persatu yang membantu saya dan mensport saya didalam menyelesaikan skripsi ini Thank’s you are the best and i miss u all.
iii
8
11. Sahabat-sabatan saya Devi, Dhe-dhe, Evi dan juga Bubun, yang selalu berdoa supaya saya bisa lulus secepatnya. 12. Dan untuk Semua pihak yang telah mendukung dan membantu penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini hingga selesai, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima Kasih Teramat dalam....
Saya menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih banyak kekurangan dan ketidak sempurnaan karena keterbatasan yang saya miliki, sehingga penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Dan pada akhirnya, semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini bermanfaat bagi mereka yang membacanya dan khususnya bagi penulis sendiri. Demikian penulis sampaikan, atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Jakarta, Mei 2009
Ratih Puspa Rani
iv
9
DAFTAR ISI
Halaman Judul Abstraksi…………………………………………………………………………….i KataPengantar………………………………………………………………………ii Daftar Isi . ……………………………………………………………………….....v Daftar Tabel ..............................................................................................................ix Daftar Lampiran .......................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang ....………….…………………………………......…….… 1
1.2.
Perumusan Masalah ................................................................................... 11
1.3.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................... 11 1.3.1. Tujuan Penelitian ................................ .......................................... 11 1.3.2. Kegunaan Penelitian ...................................................................... 12 1.3.2.1 Kegunaan Secara Akademik ........................................... .. 12 1.3.2.2 Kegunaan Praktis ............................................................... 12
BAB II 2.1.
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Komunikas.......... ...................................................................... ... 13 2.1.1
Pengertian Komunikasi .............................................................. ... 13
2.1.1.1 Unsur-unsur Komunikasi ......................................................... 16 2.1.1.2 Model Komunikasi ...................................................................18 v
10
2.2.
Komunikasi Antar Pribadi ....................................................................... 19
2.3.
Pengertian Komunikasi Organisasi.......................................................... 40 2.3.1
Komunikasi Internal .................................................................... 42
2.3.2
Komunikasi Eksternal ................................................................. 42
2.3.3
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas Komunikasi Dalam Orgasnisasi ................................................................................. 43
2.3.4 2.4.
Komunikasi Informal ............................................................................. 46 2.4.1
2.5.
Komunikasi Interpersonal Dalam Organisasi ............................ 44
Desas-Desus ............................................................................... 48
Jaringan Komunikasi ............................................................................. 50 2.5.1
Jaringan Komunikasi formal ...................................................... 53
2.5.2
Jaringan Komunikasi Informal .................................................. 53
2.5.3
Faktor Terbentuknya Saluran Komunikasi Informal ................. 55
2.5.4 Analisis Jaringan Komunikasi ................................................... 59 2.5.5 2.6.
Variabel-Variabel Struktural dalam Jaringan Komunikasi ........ 62
Iklim Kerja Organisasi ........................................................................... 67 2.6.1
Iklim Komunikasi ....................................................................... 69
2.6.2
Pekerjaan Dalam Organisasi ....................................................... 70
2.6.3
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Iklim Kerja ........................ 71
2.7.
Pengertian Public Relations ................................................................... 75
2.8.
Public Relations Dalam Pemerintahan .................................................. 76
vi
11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
Pendekatan Penelitian........................................................................... 78
3.2.
Sifat Penelitian ……………….…………………………………….....79
3.3.
Metode Penelitian …………………………………………………… 79
3.4.
Metode Analisis data ………………………………………………... 79
3.5.
Populasi dan Sampel ….......……………………………………….… 82
3.6.
Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 83 3.6.1
Data Primer ............................................................................... 83
3.6.2
Data Sekunder .......................................................................... 83
3.7.
Definisi Konsep .................................................................................... 83
3.8.
Operasionalisasi Konsep ...................................................................... 84
3.9.
Teknik Analisa Data ............................................................................. 88
BAB IV 4.1
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Bidang Humas Polda Metro Jaya ............................ 91 4.1.1
Sejarah Polda Metro Jaya ...................... ................................... 94
4.1.2
Fungsi Dan Tugas Bidang Humas Polda Metro Jaya ................ 94
4.1.3
Deskripsi Pekerjaan Bidang Humas Polda Metro Jaya ............. 96 4.1.3.1 Kabid Humas Polda Metro Jaya .................................... 96 4.1.3.2 Kasubid Publikasi .......................................................... 98 4.1.3.3 Kasubid Dokumentasi dan Peliputan ............................ 101 4.1.3.4 Paur Mintu Bidang Humas Polda Metro Jaya ............... 103 4.1.3.5 Bensat Bidang Humas Polda Metro Jaya ...................... 104 vii
12
4.2
4.1.4
Visi, Misi, Tujuan Bidang Humas Polda Metro Jaya ................ 104
4.1.5
Struktur Organisasi Bidang Humas Polda Metro Jaya .............. 108
4.1.6
Sususnan Pejabat Bidang Humas Polda Metro Jaya ................. 109
Hasil Penelitian Dan Analisis Data ....................................................... 110 4.2.1
Hasil Penelitian ……………………………………………….. 110
4.2.2
Karakteristik Responden …….………………………………... 110
4.2.3
Permasalahan Dominan Dalam Jaringan Komunikasi Informal .122
4.2.4
Jaringan Komunikasi Informal dalam Menangani Masalah Internal ........................................................................................ 123
4.3
4.2.5
Peran-Peran Anggota dalam Jaringan komunikasi Informal....... 125
4.2.6
Model-Model jaringan Komunikasi Informal ............................ 129
Analisis Data ......................................................... ................................. 142
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan ............................................................................................. 150
5.2
Saran ....................................................................................................... 153
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
viii
13
DAFTAR TABEL
Tabel 4.2.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............................................ 111 Tabel 4.2.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ........................................................... 112 Tabel 4.2.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan …............................... 113 Tabel 4.2.2.4 Karakteristik Responden berdasarkan Masa Kerja ................................................ 114 Tabel 4.2.2.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Jabatan ........................................... 115 Tabel 4.2.2.6 Berdasarkan Penilaian Terhadap Iklim Kerja ......................................................... 116 Tabel 4.2.2.7 Berdasarkan Intesitas Dalam Membicarakan Masalah Iklim Kerja ....................... 117 Tabel 4.2.2.8 Alasan Mereka Melakukan Komunikasi Dengan Orang Yang Ditunjuknya ......... 119 Tabel 4.2.2.9 Berdasarkan Frekuensi Melakukan Komunikasi Informal ..................................... 121 Tabel 4.2.2.10 Berdasarkan Media Yang Digunakan Dalam Komunikasi Informal ......... ........... 122
ix
14
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
CURRICULUM VITAE
LAMPIRAN 2
STRUKTUR ORGANISASI PILDA METRO JAYA
LAMPIRAN 3
NO. RESPONDEN DAN JABATANNYA
LAMPIRAN 4
PEDOMAN KUESIONER
LAMPIRAN 5
TABEL CODING
LAMPIRAN 6
SURAT PENELITIAN
x
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Sejak manusia didalam kandungan sampai dilahirkan kedunia, manusia selalu melakukan komunikasi karena komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia, dengan berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Louis Forsdale (1981) komunikasi adalah “ communications is the process by which a system is established, maintained, and altered by means of share signals that operate according to rules ”.1 (komunikasi adalah suatu proses memberikan signal menurut aturan tertentu, sehingga dengan cara ini suatu sistem dapat didirikan, dipelihara, dan diubah. Pada definisi ini komunikasi juga dipandang sebagai suatu proses. Kata signal maksudnya adalah signal yang berupa verbal dan nonverbal yang mempunyai aturan tertentu). Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan simbolsimbol atau kata-kata, baik yang dinyatakan secara oral atau lisan maupun secara tertulisan.2 Sedangkan komunikasi non verbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan dengan tidak menggunakan gerakan tubuh, sikap tubuh,
1 2
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (Jakarta, PT. Bumi Aksara,2005), hal. 02 Ibid, hal. 95
1
2
vocal yang bukan kata-kata, kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak dan sentuhan.3 Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri begitu juga halnya bagi suatu organisasi karena komunikasi menjadi sarana yang menghubungkan semua individu dalam perusahaan untuk mencapai tujuan komunikasi dalam organisasi yang disebut komunikasi organisasi. Djuarsa S. Sendjaja, mengungkapkan bahwa, “didalam organisasi terdapat dua macam bentuk komunikasi, yaitu komunikasi formal dan informal. Komunikasi formal terjadi secara vertical yaitu downward communications (dari atasan ke bawahan), upward communications (dari bawahan ke atasan) dan secara horizontal”.4 Didalam organisasi bentuk komunikasi formal biasanya pesan disampaikan berupa instruksi, dan pemberitahuan yang menyangkut pekerjaan baik itu lisan ataupun tulisan. Sedangkan komunikasi informal adalah komunikasi yang tidak berhubungan dengan struktur organisasi, komunikasi terjadi tanpa memperhatikan posisi mereka di dalam organisasi dan lebih menonjolkan aspek human relations dalam hubungan tersebut. Komunikasi informal tidak dapat dihilangkan tetapi dapat digunakan sebagai pelengkap komunikasi formal, karena jaringan komunikasi formal tidak selamanya mampu menyebarkan informasi resmi secara cepat.
3
4
Ibid, hal. 130. S. Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2002, hal. 4.5
3
Dalam komunikasi organisasi juga menempatkan perputaran informasi sebagai salah satu cara mengetahui sejauh mana informasi tersebut berguna bagi anggota organisasi dan bagaimana informasi tersebut dapat berkembang didalam organisasi.5 Dari proses terjadinya perputaran informasi tersebut perlu dilakukan identifikasi analisis jaringan komunikasi. Jaringan itu sendiri merupakan pola komunikasi dalam suatu organisasi dan jaringan -jaringan tersebut merupakan saluran tempat pesan-pesan berlalu dari satu pihak kepada pihak yang lain dengan peranannya masing-masing.6 Secara umum, jaringan komunikasi ini dapat dibedakan atas jaringan komunikasi formal dan jaringan komunikasi informal. Jaringan komunikasi formal salurannya ditentukan oleh struktur yang telah direncanakan yang tidak dapat dipungkiri oleh organisasi. Komunikasi formal ini mencangkup susunan tingkah laku organisasi, pembagian departeman maupun tanggung jawab tertentu, posisi jabatan, dan distribusi pekerjaan yang ditetapkan bagi anggota organisasi yang berbeda. Sedangkan jaringan komunikasi informal tidaklah direncanakan dan biasanya tidak mengikuti struktur formal organisasi, tetapi timbul dari interaksi social yang wajar diantara anggota komunikasi. Yang termasuk komunikasi informal ini adalah berita-berita dari mulut kemulut mengenai diri seseorang, pimpinan maupun mengenai organisasi yang biasanya bersifat rahasia. 5
Warta, Jurnal Visi Komunikasi Volume 2, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana, 2003, hal. 45 6 S. Djuarsa Sendjaja, Op.cit, hal.4.42
4
Terdapat hubungan yang menarik antara jaringan komunikasi formal dengan jaringan komunikasi informal. Dalam banyak kasus, jaringan komunikasi formal ternyata kurang memberikan kepuasaan kepada anggota organisasi akan kebutuhan informasi yang mereka butuhkan, oleh karena itu mereka berusaha memenuhi kebutuhan mereka akan informasi tersebut dengan mengembangkan komunikasi informal. Komunikasi informal yaitu dapat berupa desas-desus (grapevine), selentingan atau kabar angin yang belum tentu benar kemudian dikembangkan untuk memperoleh berbagai macam informasi yang menurut mereka menarik yang tidak mereka dapatkan melalui jaringan komunikasi formal.7 Pada akhirnya jaringan komunikasi informal pun terbentuk melalui desas-desus dan kabar selentingan juga karena adanya hubungan antar personal dan interaksi komunikasi antar personal di dalam suatu sistem organisasi, dimana dalam prosesnya terjadi pertukaran pesan yang akan membuat mereka saling berinteraksi antara satu sama lain. Frekuensi berinteraksi yang cukup tinggi akan menciptakan klik-klik pertemanan diantara mereka yang saling bertukar pesan tersebut. Hubungan yang dekat dan informal, dimana aspek human relations lebih menonjol, membuat mereka saling terbuka mengenai berbagai macam masalah yang mereka hadapi dan apa yang sedang terjadi di dalam organisasi. Sehingga informasi yang diperoleh dari jaringan komunikasi informal itu berkenaan dengan apa
7
Muhammmad, Op.cit, hal. 107
5
yang didengar atau apa yang dikatakan orang dan bukan apa yang diumumkan oleh yang berkuasa.8 Analisa jaringan ini juga dapat menunjukkan apakah kelompok kerja terlalu besar atau terlalu kurang terpadu untuk bekerja secara efektif. Didalam suatu organisasi tidak hanya diperlukan komunikasi yang terjadi secara formal tetapi juga dibutuhkan komunikasi informal, karena dari komunikasi informal ini dapat menimbulkan kepuasan kerja bagi para karyawan, dan dari kontak informal ini dapat meningkatkan hubungan yang baik didalam organisasi dan juga dapat menciptakan suasana iklim kerja yang nyaman dan penuh dengan rasa kekeluargaan. Dalam kondisi demikian jaringan komunikasi informal akan mengembangkan sistem penyebaran informasi menurut persepsi mereka sendiri. Biasanya dapat berupa fakta atau dapat juga gosip, rumor, curhatan atau desas-desus yang beredar dari mulut ke mulut dengan sangat cepat. Segi positif yang dapat diambil adalah membantu anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan kebijakan baru perusahaan atau perubahan yang terjadi dalam perusahaan. Jaringan komunikasi informal lebih dikenal dengan grapevine atau kabar angin. Melalui grapevine inilah maka akan terbentuk jaringan komunikasi informal, dimana didalamnya akan terjadi pertukaran pesan dan akan membuat mereka saling berinteraksi antara orang yang satu dengan 8
Ibid, hal. 125
6
orang yang lainnya. Dalam jaringan komunikasi informal responden diminta untuk berfikir mengenai keterlibatan dalam struktur komunikasi obrolan seperti percakapan, pertemuan spontan tanpa terencana dan telepon pribadi.9 Walaupun grapevine itu membawa informasi yang informal tetapi ada manfaatnya bagi organisasi. Grapevine memberikan balikan kepada pimpinan mengenai sentiment karyawan. Dengan adanya jaringan komunikasi informal karyawan dapat menyalurkan ekspresi emosional dari pesan-pesan yang dapat mempercepat permusuhan dan rasa marah bila ditekan. Grapevine dapat membantu menerjemahkan pengarahan pimpinan kedalam bahasa yang lebih mudah dipahami oleh karyawan. Efek dari grapevine dapat dikontrol oleh pimpinan dengan menjaga komunikasi formal yang bersifat terbuka, teliti, jujur terhadap komunikasi keatas, kebawah dan mendatar1.10 Analisa jaringan sangat diperlukan dalam organisasi dan dapat digunakan oleh seorang praktisi humas seperti penyebarkan pesan atau informasi secara lebih cepat dan efektif juga untuk membentuk komunikasi dua arah timbal balik yang baik antara pihak atasan dan bawahan dalam suatu organisasi, dapat memudahkan pemecahan masalah yang timbul di dalam suatu lingkungan organisasi, dapat melihat peta komunikasi yang ada dalam jaringan, dan sebagai salah satu cara praktisi humas untuk membuat stategi komunikasi internal guna melancarkan arus informasi yang berkembang.
9
Joseph A. Devito, Komunikasi Antar Manusia, Jakarta: Profesional Books, 1997, hal. 56 Ibid, hal.60
10
7
Analisa jaringan dapat dilakukan untuk berbagai keperluan yang berbeda seperti komunikasi sosial atau komunikasi obrolan. Dalam jaringan komunikasi informal dikenal juga peran-peran yang terdapat dalam pola penyebaran pesannya. Adanya peran-peran khusus seperti opinion leader atau bintang, gate keeper atau penjaga gawang, liason atau penghubung, jembatan, isolate dan lainnya akan sangat membantu dalam penyebaran pesan yang cepat dan efektif didalam suatu organisasi.11 Seorang atasan sebelum memimpin bawahannya didalam suatu perusahaan/organisasi harus mempelajari situasi dan kondisi kerja yang seperti apa yang diinginkan oleh anggotannya, dengan cara mencari tahu informasi sebanyak-banyaknya, keinginan apa yang diharapkan karyawan dengan adanya pergantian pemimpin yang baru didalam organisasi tersebut. Dibutuhkan suatu cara agar informasi yang diterima cepat dan efektif yaitu dengan menggunakan analisis jaringan komunikasi informal dengan adanya jaringan komunikasi informal, mengapa demikian agar memudahkan mendapatkan informasi yang diharapkan. Jaringan komunikasi informal adalah alternatif yang mudah untuk mendapatkan informasi dimana seorang atasan ingin mengetahui seluk beluk atau situasi yang berkembang didalam organisasi.
11
Bambang Setiawan dan Ahmad Muntaha, Metode Penelitian Komunikasi II, Jakarta: Terbitan Universitas Terbuka, 2000, hal. 1.0
8
Dalam penelitian ini akan dikaji jaringan komunikasi informal yang berhubungan dengan masalah iklim kerja dalam suatu organisasi. Dalam bekerja, iklim kerja yang diciptakan akan sangat membantu mempengaruhi kinerja para pegawainya baik itu dari segi fisiologis maupun psikologis. Apabila iklim yang dibuat memberikan ketidak nyamanan karyawan maka itu dapat menimbulkan dampak ketidakpuasan didalam menjalankan pekerjaan sehingga akan
menghambat aktivitas kerja mereka dan hasil yang ingin
dicapai oleh perusahaan nantinya akan sulit tercapai. Banyak faktor yang mendukung terciptanya iklim kerja yang kondusif. Hal tersebut dapat dilihat dari kepercayaan, pembuatan keputusan bersama, kejujuran,keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, mendengarkan dalam komunikasi ke atas, dan perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi. Apabila atasannya berlaku otoriter maka bukan tidak mungkin hal tersebut akan membuat iklim kerja menjadi kurang nyaman dan para pegawai akan merasakan bekerja dibawah tekanan. Selain itu hubungan sesama pegawai dan pembagian tugas juga akan mempengaruhi suasana iklim kerja mereka. Faktor-faktor pendukung iklim kerja tersebut akan mempengaruhi hasil atau tujuan yang ingin dicapai oleh sebuah perusahaan atau organisasi. Masalah iklim kerja dalam sebuah organisasi merupakan hal penting yang harus diperioritaskan karena menyangkut kenyamanan bekerja. iklim kerja dapat membuat kegiatan operasional organisasi dapat berjalan sesuai harapan dan dapat mencapai tujuan organisasi. Selain itu masalah tentang
9
iklim kerja ini sering dijadikan sebagai topik dalam grapevine. Salah satu organisasi yang akan menjadi objek penelitian penulis adalah organisasi Bidang Humas Polda Metro Jaya. Bidang Humas Polda Metro Jaya adalah salah satu lembaga kepolisian yang bernaung dibawah pemerintahan Republik Indonesia. Bidang Humas termasuk kedalam salah satu perangkat pemerintahan yang mendukung kinerja pemerintah didaerah sejabodetabek. Dasar penulis tertarik untuk mengangkat masalah penelitian mengenai jaringan komunikasi informal tentang iklim kerja di Bidang Humas Polda Metro Jaya, pada saat penulis melakukan penelitian disana terjadi pergantian kepala Bidang Humas, dimana hal tersebut dapat berpengaruh terhadap iklim kerja karena mereka yang membawahi bagian-bagian dalam Bidang Humas Polda Metro Jaya. Dengan adanya jaringan komunikasi informal diharapkan dapat menghubungkan kedudukan-kedudukan setiap individu dalam jaringan komunikasi tersebut dengan bermacam-macam aspek komunikasi anggota. Dengan mengetahui sesuatu tentang iklim kerja, kita dapat memahami lebih baik apa yang mendorong anggota organisasi untuk bersikap dengan cara-cara tertentu. Bidang Humas Polda Metro Jaya diharapkan dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercayai dan dianggap cukup mewakili untuk menciptakan kondisi suasana kerja yang harmonis. Maka iklim kerja merupakan faktor pendukung yang penting, karena dengan mengetahui iklim kerja personel bidang Humas Polda Metro Jaya maka dapat diketahui seperti
10
apa pola-pola komunikasi yang terjadi antara atasan dengan bawahan, bawahan dengan atasan, atau dengan sesama karyawan. Identifikasi jaringan komunikasi informal didalam Bidang Humas Polda Metro Jaya sangat berperan, guna mengetahui pemberitaan dan informasi apa saja yang sedang berkembang dikalangan anggota serta bagaimana informasi tentang masalah iklim kerja dapat berpengaruh didalam kinerja anggota. Dalam hal ini saya selaku peneliti dan juga calon Public Relations ingin rasanya memberikan sumbangsih atau buah pemikiran berupa penelitian ini guna mendukung kesuksesan Kepala Bidang Humas, yang baru menduduki posisi saat ini didalam memanage para anggotanya, dimaksudkan agar Kepala Bidang Humas mendapatkan gambaran umum mengenai interaksi yang dilakukan para anggota, arus informasi didalam jaringann komunikasi yang terdapat di Bidang Humas Polda Metro Jaya serta mengetahui perananperanan yang ada. Demikian akan memudahkan Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya didalam mengolah informasi dan juga melakukan managemen issue apabila didalam suatu jaringan komunikasi terbentuk issue yang bertentangan dengan kebijakan organisasi maka atasan dapat lebih mudah mencari tahu pelakupelaku penyebaran informasi yang sifatnya tidak menguntungkan bagi organisasi lewat peranan-peranan yang berpengaruh didalam jaringan komunikasi yang ada dengan begitu lebih cepat dan juga efektif didalam menyelesaikan suatu masalah serta mengambil langkah-langkah yang
11
bijaksana saat melakukan pengambilan keputusan yang berhubungan dengan stabilitas kinerja para anggota Bidang Humas Polda Metro Jaya.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah ditulis diatas, penulis merumuskan masalahnya yaitu: “untuk mengetahui bagaimana jaringan komunikasi informal Bidang Humas Polda Metro Jaya beserta peran-peran individu, model jaringan dan pola komunikasi serta derajat integrasi tersebut”.
1.3
Tujuan dan kegunaan Penelitian
1.3.1
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah Ingin Mengetahui Bagaimana jaringan Komunikasi Informal Bidang Humas Polda Metro Jaya beserta model jaringan komunikasi yang terbentuk, ingin mengetahui peran apa saja yang tercipta pada klik yang terbentuk dan juga untuk mengetahui derajat integrasi pada masing-masing klik.
1.3.2
Kegunaan Penelitian
1.3.2.1 Kegunaan Secara Akademik
Kegunaan penelitian keilmuan ini antara lain adalah sebagai berikut :
12
a. Sebagai masukan yang berupa informasi serta sumbangan pikiran tentang masalah yang berkaitan dengan analisis jaringan komunikasi terhadap iklim kerja Bidang Humas Polda Metro Jaya. b. Untuk menambah pengetahuan mengenai ilmu komunikasi dan pengalaman di dalam berorganisasi mengenai iklim kerja dan juga meningkatkan kopetensi seorang PR.
1.3.1.2 Kegunaan Praktis
a. Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi Bidang Humas Polda Metro Jaya sebagai bahan masukan sehubungan dengan penerapan teori keorganisasian kekaryaan dan gambaran dari proses komunikasi dalam menyelesaikan konflik yang dihadapi oleh perusahaan. b. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat pada umumnya tentang bagaimana menganalisis jaringan komunikasi di organisasi non profit
13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP KOMUNIKASI Untuk mendapatkan gambaran secara utuh mengenai jaringan komunikasi dalam organisasi kekaryaan beserta solusinya, maka perlu dipahami terlebih dulu mengenai makna dari masing-masing elemen yang terkait didalamnya.
2.1.1
Pengertian Komunikasi Pentinganya menjalin hubungan dalam berinteraksi dengan manusia
lain adalah suatu hal yang tidak dapat dipungkiri manusia sebagai mahluk hidup, begitu juga halnya dengan organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya. Komunikasi yang efektif adalah penting bagi semua organisasi. Oleh karena itu guna menunjang kelancaran organisasi perusahaan, para pemimpin organisasi beserta para aggotanya perlu memahami dan menyempurnakan kemampuan berkomunikasi yang baik dan efektif.
Kata komunikasi atau Communications dalam bahasa Inggris barasal dari kata latin communis yang berarti “sama”. Communico, communication atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). 12
12
Onong Uchjana Effendy , ilmu, komuikasi dan Filsafat Komunikasi, Bandung, 1993 Hal.11
13
14
Arti komunikasi sangat beraneka ragam, hal ini dikarenakan banyaknya ahli komunikasi dengan latar belakang yang berbeda- beda. Menurut Bernard Berelson dan Gary A. Steiner yang dipetik dari buku Deddy Mulyana yang berjudul ilmu Komunikasi, pengertian komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya, dengan menggunakan symbol – symbol, kata – kata, gambar , figure, grafik, dan lain sebagainya. Tindakan transmisi itulah yang sering disebut komunikasi. Pengertian komunikasi menurut Carl I. Hovland yang dikutip dari buku Dedy Mulyana adalah suatu proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan ( biasanya lambing-lambang verbal ) untuk mengubah perilaku orang lain ( komunikan ). Sedangkan menurut Everett M. Rogers Yang diambil dari buku yang sama, komunikasi adalah suatu proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.13 Menurut A.M. Hoeta Soehoet : “Komunikasi adalah ilmu yang mempelajari sebuah usaha manusia dalam menyampaikan isi pernyataan kepada manusia lain “. Komuikasi pada intinya adalah suatu proses personal karena makna atau pemahaman yang kita peroleh bersifat pribadi. Dari uraian diatas dapat kita lihat bahwa mereka mempunyai definisi atau pemahaman yang berbedabeda mengenai komunikasi. Pada dasarnya komunikasi adalah proses penyampaian informasi, ide-ide, gagasan-gagasan dari individu ke individu 13
Dedy, Mulyana, Komunikasi Organisasi, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2000, Hal. 62
15
lainnya, hal ini dapat kita lihat dari penjelasan melibatkan proses penyampaian. Individu yang terlibat didalam proses tersebut selalu berjumlah dua orang atau lebih. Komunikasi hanya bisa terjadi jika ada komunikator dan komunikan, atau dengan kata lain si pengirim pesan dan penerima pesan. Peran dari masing-masing individu bisa saling bergantian, komunikator dapat menjadi komunikan dan begitu juga sebaliknya. Jadi komunikasi adalah suatu proses yang dinamis, yang berkembang sesuai dengan keadaan. Factor yang perlu diingat sebelum menjalankan kegiatan komunikasi dan proses komunikasi adalah tujuan dalam melakukan komunikasi itu sendiri. Tujuan komunikasi Menurut Onong Uchjana Effendi adalah menimbulkan : 1. Perubahan sikap (attitude change) 2. Perubahan pendapat (opinion change) 3. Perubahan social (social change) 4. Perubahan perilaku (behavior change) Selain tujuan komubikasi, factor yang harus diingat dalam komunikasi adalah fungsi dari komunikasi,yang terdiri dari : 1. Menyampaikan Informasi (to inform) 2. Mendidik (to educate) 3. Menghibur (to entertain)
16
4. Mempengaruhi (to influence)14 Kendala utama dalam berkomunikasi adalah kita seringkali mempunyai makna yang berbeda terhadap lambang yang sama. Oleh karena itu, komunikasi seharusnya dipertimbangkan sebagai aktivitas dimana tidak ada tindakan atau ungkapan yang diberi makna secara penuh, kecuali jika diinterpretasikan oleh partisipasi komunikasi yang terlibat, demikian pengertian komunikasi yang diberikan Kathleen K. Reardon dalam buku Intewrpersonal Communication, Where Inds Meet (1987).15
2.1.1.1 Unsur – unsur Komunikasi
Proses komunikasi mengandung beberapa unsure : komunikator, pesan, saluran komunikasi dan komunikan. Berikut ini sedikit pembahasan mengenai unsur komunikasi tersebut. Komunikator Menurut Onong Uchyana Effendy komunikator adalah seseorang atau kelompok orang yang menyampaikan pikirannya atau perasaannya kepada orang lain16. Komunikator ini dapat bertindak secara individual atau secara kolektif yang melembaga.
14
Ibid , hal.4 Sendjaja, Op.cit, hal.4.3 16 Effendy. Op.cit. Hal.14 15
17
Pesan Lambang bermakna, yakni lambang yang membawakan pikiran atau perasaan komunikator
17
. Pada umumnya pesan disampaikan dengan
menggunakan bahasa tetapi ada pula yang disampaikan dengan menggunakan simbol-simbol tertentu. Pikiran dan perasaan sebagai isi pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan selalu menyatu secara terpadu. Saluran komunikasi Media adalah sarana untuk menyampaikan pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan
18
. Diperlukan suatu saluran komunikasi
berupa media baik media cetak maupun elektronik. Penggunaan pada kebutuhan isi pesan yang akan disampaikan oleh komunikastor. Komunikan Sedangkan komunikan menurut Onong Uchjana Effendy adalah seseorang atau sejumlah orang yang menjadi sasaran komunikator ketika menyampaika pesan
19
. Sejumlah orang yang diJadikan sasaran itu dapat
merupakan kelompok kecil atau kelompok besar, bersifat homogen atau heterogen.
17
Ibid Ibid 19 Ibid 18
18
2.1.1.2
Model Komunikasi
Ada tiga model komunikasi, yaitu : 1. Model Komunikasi Linier Adalah
pandangan
komunikasi
satu
arah
(one
way
view
of
communications ). Dalam model ini komunikator memberikan stimuli dan komunikan melakukan respons atau tanggapan yang diharapkan tanpa mengadakan seleksi interpretasi. Contoh dalam model komunikasi Linier ini adalah teori Stimulus dan Respon ( S – R ) serta model Matematika Komunikasi Shannon dan Weaver yaitu Model Matematika Komunikasi20. 2. Model Komunikasi Interaktional Merupakan kelanjutan dati pendekatan linier. Pada model ini, penerima ( receiver ) melakukan selekse, interpretasi dan memberikan respon terhadap pesan dari pengirim ( sender ). Komunikasi dalam model ini merupakan komunikasi dua arah ( two way communication ) atau cyclical process, dimana setiap partisipasi memiliki peran ganda artinya pada satu saat tindakan sebagai sender dan pada waktu yang lain berlaku sebagai receiver ( penerima pesan ). Contoh dalam model komunikasi linier adalah teori Schramm. Komunikasi yang efektif adalah dalam bentuk dua arah atau sirkular. Model komunikasi sirkular Osgood dan Scramm21
20 21
Effendy, Op.cit. Hal.257 Ibid. Hal.258
19
Dapat menggambarkan proses komunikasi yang berkesinambungan. Model komunikasi ini menitikberatkan para perilaku pelaku-pelaku utama dalam proses komunikasi. Fungsi dari komunikasi tersebut sama yaitu bisa menjadi encoding (menyandi ) dan decoding ( menyandi balik ) dan interpreting ( menafsirkan ). Proses komunikasi sirkular ini terjadi didalam hubungan masyarakat, dimana lingkungan eksternal dan internalberkaitan erat, posisi Humas dalam teori ini ada di dua fungsi tersebut. Hal ini tergantung pada isi pesan yang akan disampaikan atau penerimaan pesan yang akan dating. 3. Model Transaksional Komunikasi hanya dapat dibina dan dipahami dalam konteks hubungan ( relantionship) diantara dua orang atau lebih. Pandangan ini menekankan bahwa semua perilaku adalah komunikator (tidak ada satupun yang tidak dapat dikomunikasikan). Proses komunikasi sendiri memiliki tujuan tertentu dan diharapkan pesan-pesan yang dikomunikasikan dapat mengubah sikap orang yang dituju, mengubah opini dari sebagian individu atau masyarakat, mengubah perilaku seseorang atau mengubah masyarakat yang telah ada.
2.2
Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi interpersonal adalah interaksi tatap muka antar dua beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara
20
langsung, dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula. Bentuk komunikasi interpersonal : verbal dan non verbal. Ada tiga perilaku dalam komunikasi interpersonal : Pertama, perilaku spontan (spontameus behaviour ) adalah perilaku yang dilakukan karena desakan emosi dan tanpa sensor serta revisi secara kognitif, artinya perilaku itu terjadi begitu saja. Kedua, perilaku menurut kebiasaan ( script behaviour ) adalah perilaku yang kita pelajari dari kebiasaan. Ketiga, perilaku sadar ( contrived behaviour ) adalah perilaku dipilih karena dianggap sesuai dengan situasi yang ada.22 Melalui interaksi dalam komunikasi, pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi dapat saling memberi inspirasi, semangat,dorongan untuk mengubah pikiran,perasaan dan sikap, karena itu komunikasi interpersonal dapat merupakan wahana untuk saling belajar dan mengembangkan wawasan pengetahuan dan kepribadian. Komunikasi interpersonal yang berlangsung secara terus menerus/ berkesinambungan akan menciptakan suatu iklim yang kondusif / positif dalam organisasi. Kondisi iklim komunikasi yang kondusif / positif merupakan motivator bagi karyawan untuk mencurahkan energi bagi organisasi dan pribadi. Komunikasi antarpribadi dapat dipergunakan untuk berbagai tujuan. Ada 6 tujuan komunikasi antarpribadi yang dianggap penting untuk dipelajari, yaitu 1) mengenal diri sendiri dan orang lain; 2) mengetahui dunia luar; 3) menciptakan dan memelihara hubungan; 4) mengubah sikap dan perilaku; 5) bermain dan mencari hubungan dan 6) mambantu orang lain.23
22 23
Agus M.Hardjana, KomunikasiIinterpersonal & Interpersonal, Kanisius Jogyakarta, 2003, hal.86-87 Sasa Djuarsa .S,Pengantar Ilmu Koomunikasi, Universitas Terbuka, 2003, hal.5.13
21
Menurut Knapp yang dikutip oleh De Vito komunikasi interpersonal atau hubungan antar pibadi dapat diidentifikasikan menjadi dua kharakteristik penting. Yaitu melalui beberapa tahap dan berbeda-beda dalam hal keluasan hubungan (breadth) dan kedalamanya (depth).24 Hubungan antar pribadi berlangsung melalui beberapa tahap yaitu : a) Kontak, pada tahap pertama kita membuat kontak. Ada beberapa macam persepsi alat indra. Anda melihat, mendengar, dan membaui seseorang. Pada tahap inilah penampilan fisik begitu penting, karena dimensi fisik paling terbuka untuk diamati secara mudah. Namun demikian, kualitaskualitas lain seperti sikap bersahabat, kehangatan, keterbukaan, dan dinamisme juga terungkap pada tahap ini. Jika anda menyukai orang ini dan ingin melanjutkan hubungan, anda berajak ke tahap kedua. b) Keterlibatan, tahap pengenalan lebih jauh, ketika kita mengikatkan diri kita untuk lebih mengenal orang lain dan juga mengungkapkan diri kita. Jika hubungna ini bersifat romantik, mungkin dengan melakukan kencan, jika ini merupakan hubungan persahabata, mungkin melakukan sesuatu yang menjadi minat bersama contoh pergi nonton bioskop. c) Keakraban, dalam tahap ini mengikat lebih jauh mungkin membina hubungan primer (primary relationship), dimana hubungan ini menjadi sahabat atau kekasih. Komitmen ini dapat mempunyai berbagai bentuk : perkawinan, membantu orang lain, atau mengungkapkan rahasia terbesar anda.
24
Joseph A. Devito, Komunikasi Antar Manusia, Profesional Books, Jakarta.1997,hal.233-235.
22
d) Perusakan, dalam tahapan ini terjadi penurunan hubungan, melemah, makin sedikit waktu senggang yang dilalui bersama, dan hubungan yang semakin jauh. e) Pemutusan,
tahap
pemutusan
adalah
pemutusan
ikatan
yang
mempertalikan kedua pihak, contoh : perceraian, permusuhan,bersi tegang, dan terkadang menyatukan dua insan. Hubungan antar pribadi/ interpersonal berbeda-beda dalam keluasan da kedalamanya. Keluasan artinya banyak jumlah topik yang dibicarakan,keluasan hubungan sangat tergantung pada tahap/tingkatan hubungan yang telah dicapai. Kedalaman artinya derajat kepersonalan / inti dari individu, kedalaman juga dipengauhi dari tahap/tingkatan hubungan. Dalam pengembangan hubungan antar pribadi ada hal yang sangat penting dan banyak ditelaah yaitu Daya tarik (Attraction). Ada lima faktor yang mempengaruhi daya tarik pribadi yaitu : 1) Daya tarik (fisik dan kepribadian) 2) Kedekatan (Proksimitas) 3) Pengukuhan/penghargaan 4) Kesamaan 5) Sifat saling melengkapi.
23
Karakteristik-karakteristik efektivitas komunikasi anterpribadi ini oleh Yoseph De Vito (1986) dalam bukunya The Interpersonal Communication Book dilihat dari 2 perspektif, yaitu : 1. Perspektif humanistik, meliputi sifat-sifat : a. Keterbukaan (openness) Keterbukaan merupakan keinginan atau kesediaan tiap individu untuk memberitahukan, menceritakan segala informasi tentang dirinya. Isi pesan dari keterbukaan ini biasanya adalah suatu kenyataan dari idividu tentang diri mereka yang akan membuat mereka tidak disukai bahkan sesuatu yang disembunyikan agar tidak diketahui oleh individu lain.25 Seorang komunikator antar pribadi yang efektif harus terbuka kepada individu yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa individu harus dengan segera membuka semua riwayat hidupnya.tetapi hal ini biasanya tidak akan membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri- mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan secara jujur sesuai dengan keadaan, asalkan pengungkapan diri ini patut. Untuk mendapatkan efektivitas keterbukaan juga memerlukan kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur serta tidak ada yang disembunyikan terhadap stimulus yang datang. Individu yang diam,tidak kritis,dan tidak tanggap pada umumnya akan membuat percakapan yang 25
Teri Kwi Gamble, & , Michael W.Gamble, Interpersonal Communication in Theory, Practice and Context. Boxton : Houghton Mifflin Company, 2005, hal.395
24
menjemukkan. Semua individu ingin individu yang lain bereaksi secara terbuka terhadap apa yang diucapkan dan tiap individu berhak mengharapkan hal
ini. Tidak ada yang lebih buruk daripada
ketidakacuhan bahkan ketidak sependapat jauh lebih menyenangkan. Suatu individu memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap individu memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap individu yang lain. Kedekatan dengan orang lain membutuhkan keterbukaan,kemudahan untuk menerima saran dan kritik serta transparansi.26 Dapat disimpulkan, bahwa keterbukaan dapat dilakukan dengan berkomunikasi secara jujur dan terbuka serta tidak ada hal-hal yang disembunyikan, transparasi, mau memberi dan menerima pendapat, kritik dan saran secara terbuka dan bebas.
b. Perilaku suportif (supportiveness) Hubungan antar pribadi yang efektif adalah hubungan dimana terdapat
sikap
mendukung
(Supportiveness)
suatu
konsep
yang
perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1)
26
Wright, H.Norman. Communication at Work. California : Gospel Light, 2002, hal.17
25
deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategic, dan (3) provisional, bukan sangat yakin.27 Deskriptif. Suasana yang bersifat deskriptif dan bukan evaluatif membantu terciptanya sikap mendukung. Bila anda mempersepsikan suatu komunikasi sebagai permitaan akan informasi atau uraian mengenai suatu kejadian tertentu, anda umumnya tidak merasakannya sebagai ancaman (”anda tampaknya marah kepada saya”). Tidaklah berarti bahwa semua komunikasi evaluatif menimbulkan reaksi defensive. Orang seringkali bereaksi terhadap evaluasi positif tanpa sikap defensif. Tetapi, bahkan dalam hal ini pun ingatlah bahwa kenyataan adanya orang yang mempunyai kewenangan untuk mengevaluasi anda dengan cara apapun (meskipun positif) dapat membuat anda merasa tidak enak dan barangkali membuat anda bersikap defensif. Barangkali anda menduga bahwa evaluasi berikutnya tidak akan sangat positif. Begitu juga, evaluasi negatif tidak selalu menimbulkan reaksi defensif. Aktor yang bersemangat tinggi yang ingin selalu meningkatkan dirinya seringkali terbuka terhadap evaluasi negatif. Tetapi, pada umumnya, suasana evaluatif membuat orang lebih defensif daripada dalam suasana deskriptif. Toni Broughter, dalam A Way with Words (1982), mengemukakan tiga atura untuk komunikasi deskriftif: - Jelaskan apa yang terjadi : ‘saya gagal mendapatkan promosi”.
27
Devito, op.cit, Hal.261-262
26
- Jelaskan bagaimana perasaan anda : ”saya merasa sangat sedih dan saya merasa saya sudah gagal total”. - Jelaskan bagaimana hal ini terkait dengan lawan bicara :”maukah kamu ikut denganku kekota malam ini? Saya perlu melupakan pekerjaan dan segala hal yang ada kaitanya dengan itu”. Jangan menuduh atau menyalahkan. Hindari ungkapan evaluatif yang bernada negatif :” Mengapa kamu tidak mempelajari cara kerja komputer itu sebelum kamu membuka mulutmu?” Spontanitas, Gaya spontan membantu menciptakan suasana mendukung. Orang yang spontanitas dalam komunikasinya dan terus terang serta terbuka dalam mengutarakan pikirannya biasanya bereaksi dengan cara yang sama, terus terang dan terbuka. Sebaliknya, bila kita merasa bahwa seseorang menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya bahwa dia mempunyai rencana atau strategi tersembunyi kita bereaksi secara defensive. Kita menyukai orang yang ”tahu segalanya” dan orang yang selalu mempunyai jawaban pasti untuk setiap pertanyaan. Orang seperti ini terpaku dengan caranya sendiri dan tidak mentoleransi adanya perbedaan. Mereka siap dengan argumen terhadap setiap kemungkinan sikap atau keyakinan yang berbeda. Segera saja, anda akan bersikap defensive terhadap orang seperti ini, dan anda berkeras dengan pendirian anda sendiri. Tetapi anda bersikap terbuka kepada orang yang mengambil posisi
27
provisional dan mau mengubah pendapat mereka bila memang itu perlu dilakukan. Dengan orang seperti itu anda merasa setara. Bila anda bersikap yakin tak tergoyahkan dan berfikir tertutup, anda mendorong perilaku defensif pada diri pendengar. Bila anda bertindak secara provosional dengan pikiran terbuka, dengan kesadaran penuh bahwa anda bertindak secara provosional dengan berfikir terbuka, dengan kesadaran penuh bahwa anda mugkin saja keliru, dan dengan kesedian untuk mengubah sikap dan pendapat anda, anda mendorong sikap mendukung. Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa sikap mendukung dapat membuat komunikasi interpersonal berlangsung secara lancar. Dengan memberikan dukungan secara fisik dan emosional baik dari sikap maupun cara pengungkapan pendapat serta kemauan untuk mengubah sikap jika keadaan mengharuskan.
c. Perilaku positif (positiveness) Mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi antar pribadi dengan sedikitnya dua cara : (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong individu yang menjadi teman untuk berinteraksi. Sikap, sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi antarpribadi. Pertama, komunikasi antarpribadi terbina jika setiap individu memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Individu
yang
merasa
negatif
terhadap
diri
sendiri
selalu
28
mengkomunikasikan perasan ini kepada individu lain, yang selanjutnya barangkali akan mengembangkan perasaan negatif yang sama. Sebaliknya, individu yang merasa positif terhadap diri sendiri mengisyaratkan perasaan ini kepada individu lain, yang selanjutnya juga akan merefleksikan perasaan positif ini. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif, sangat tidak menyenangkan jika berkomunikasi dengan individu yang tidak menikmati percakapan atau tidak bereaksi dalam situasi atau suasana interaksi. Redaksi negatif terhadap situasi ini akan membuat individu merasa terganggu, dan komunikasi yang terjadi akan terputus.28 Dorongan (Stroking). Sikap positif dapat dijelaskan lebih juah dengan istilah stroking (dorongan). Dorongan adalah istilah yang berasal dari kosakata umum, yang dipandang sangat penting dalam dianalisis traksional dan dalam interaksi antar manusia secara umum. Perilaku mendorong untuk menghargai keberadaan dan pentingnya individu lain; perilaku ini bertentangan dengan ketidak acuhan. Dorongan (stroking) dapat verbal atau nonverbal, seperti senyuman, tepukan di bahu, atau tamparan dimuka. Dorongan positif (sama dengan konsep sikap positif) umumnya berbentuk pujian atau penghargaan dan terdiri atas perilaku yang biasanya diharapkan, dinikmat, dan dibanggakan. Dorongan positif
28
Ibid.hal.262-263
29
ini mendukung citra pribadi membuat suatu individu merasa lebih baik. Sebaliknya, dorongan negatif, bersifat menghukum dan menimbulkan kebencian.29
Dapat disimpulkan bahwa bersikap positif merupakan
komunikasi interpersonal dengan sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain yang akan membuat interaksi dari masing-masing pihak lebih menyenangkan, dengan memiliki kemampuan mengatasi persoalan walau menghadapi kegagalan dan bersifat membangun orang lain dengan menunjukkan kualitas dari perkembangan diri sebagai teladan.
d. Empati (empathy) Henry
Backrack
(1976)
mendefinisikan
empati
sebagai
”kemampuan individu untuk ’mengetahui’ apa yang sedang dialami individu lain pada suatu saat tertentu, meidentifikasikan diri dari sudut pandang dan melalui kacamata inidividu lain itu.” bersimpati, dipihak lain, adalah merasakan sesuatu seperti individu yang mengalaminya berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama.30 Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Pengertian yang empatik ini akan membuat seorang lebih mampu menyesuaikan komunikasinya. Anda,
29 30
Ibid. Ibid,hal.260
30
misalnya menyesuaikan apa yang anda katakan atau bagaimana anda mengatakannya.
Anda
dapat
menghindar
topik
tertentu
atau
memperkenalkan orang tertentu. Anda dapat berdiam diri atau melakukan pengungkapan
diri.
C.B
Truax
(1961)
memasukan
kemampuan
komunikasi seseorang sebagai bagian dari definisi empati. Empati yang akurat,” tulis Truax” melibatkan baik kepekaan baik kepekaan terhadap perasaan yang ada mampu fasilitas verbal untuk mengkomunikasikan pengertian ini”.31 Langkah pertama dalam mencapai empati adalah menahan godaan untuk mengevaluasi, menilai, menafsirkan, dan mekritik. Bukan karena reaksi ini ”salah”, melainkan semata-mata karena reaksi-reaksi seperti ini seringkali menghambat pemahaman. Fokusnya adalah pada pemahaman. Kedua, makin banyak anda mengenal seseorang, keinginanya, pengalamanya,kemampunanya, ketakutannya, dan sebagainya, makin mampu anda melihat apa yang dilihat orang itu dan merasakan seperti apa yang dirasakan. Cobalah mengerti alasan yang membuat orang itu merasa seperti yang dirasakannya. Jika anda mengalami kesulitan dalam memahami sudut pandang orang lain, ajukanlah pertanyaan-pertanyaan, carilah kejelasan, dan doronglah orang itu untuk berbicara. Ketiga, cobalah merasakan apa yang sedang dirasakan orang lain dari sudut pandangnya. Mainkanlah peran orang lain itu dalam pikiran
31
Ibid.
31
anda (atau bahkan mengungkapkanya keras-keras). Ini dapat membangun anda melihat dunia lebih dekat dengan apa yang dilihat orang lain itu. Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun nonverbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajar dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi kontak mata, postur tubuhlah yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik;serta (3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya. Jerry Aurthier dan Kay Gustafson (1982) menyarankan beberapa metode yang berguna utuk mengkonsumsikan empati secara verbal.32 •
Merefleksi
balik
kepada
pembicara
perasaan
(dan
intensitasnya) yang menurut anda sedang dialaminya. Ini membantu dalam memeriksa ketepatan persepsi anda dan juga dalam menunjukkan bahwa anda berusaha memahaminya. •
Membuat
pertanyaan
tentatif
dan
bukan
mengajukan
pertanyaan. Jadi, jangan mengatakan,” apakah anda benarbenar marah kepada ayah anda atau saya mendengar nada marah dalam suara anda”. •
Pertanyaan pesan yang berbaur, pesan yang komponen verbal dan nonverbalnya saling bertentangan:” anda mengatakan bahwa anda tidak ada persoalan apa-apa antara anda dengan
32
Ibid.hal.261
32
Kris, tetapi nada suara anda tidak meyakinkan. Anda nampaknya sedang kecewa”. Ini membantu menciptkana komunikasi yang lebih terbuka dan lebih jujur. •
Lakukan pengungkapan diri yang berkaitan dengan peristiwa dan perasaan orang itu untuk mengkomunikasikan pengertian dan pemahaman terhadap apa yang sedang dialami orang itu. Anda bisa mengatakan :”saya dapat merasakan apa yang anda rasakan”.
e. Kesamaan (equality) Dalam setiap situaisi, akan terjadi ketidak-setaraan.salah seorang mungkin lebih pandai, lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua individu yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidak-setaraan ini, komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa krdua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.33 Dengan adanya kesetaraan,tidak terjadiperbedaan derajat, tidak akan mempertegas perbedaan dan tidak ada perasaan bahwa salah satu lebih baik daripada yang lain serta kedua belah pihak sama-sama bernilai dan berharga. 33
Ibid.hal.264
33
2. Perspektif pragmatis, meliputi sifat-sifat : a. Percaya diri (confidence) Komunikator
yang
efektif
memiliki
kepercayaan
diri
sosial;perasaan cemas tidak dengan mudah dilihat oleh individu lain. Komunikator yang efektif selalu merasa nyaman bersama individu lain dan merasa nyaman dalam situasi komunikasi pada umumnya. Kualitas ini juga memungkinkan pembicaraan berkomunikasi secara efektif dengan individu yang mudah gelisah, pemalu, atau khawatir dan membuat individu tersebut merasa lebih nyaman. Komunikator yang secara sosial memiliki kepercayaan diri bersikap santai, tidak kaku; fleksibel dalam suara dan gerak tubuh, tidak terpaku pada nada suara tertentu dan gerak tubuh tertentu; terkendali, tidak gugup atau canggung. Sosok yang santai, menurut riset, mengkomunikasikan sikap terkendali,
status,
dan
kecanggungan,sebaliknya,
kekuatan,
ketegangan,
mengisyaratkan
ketiadaan
kekauan,
dan
kendali
yang
selanjutnya mengisyaratkan kesan bahwa orang itu berada dalam kekuasaan atau kendali pihak luar.34 Komunikasi interpersonal yang dilakukan komunikastor dengan percaya diri, sikap terkendali, tidak canggung dan fleksibel dapat membuat komunikan yang pemalu, khawatir, mudah cemas merasa lebih
34
Ibid.
34
santai dalam berinteraksi sehingga terjadi percakapan dalam suasana yang nyaman.
b. Kebersamaan (immediacy) Kebersamaan mengacu pada penggabungan antara komunikator dan komunikan tercintanya rasa kebersamaan dan kesatuan. Komunikator yang memperlihatkan kebersatuan mengisyaratkan minat dan perhatian. Bahasa yang menunjukkan kebersamaan umumnya ditanggapi lebih positif ketimbang bahasa yang tidak menunjukkan kebersamaan. Kebersamaan menyatukan komunikastor dan komunikan. Secara non verbal kita mengkomunikasikan kebersamaan dengan memelihara kontak mata yang patut, kedekatan fisik yang menggemaskan kedekatan psikologis, serta sosok tubuh yang langsung dan terbuka. Ini meliputi gerakan tubuh yang dipusatkan pada individu lain yang diajak berinteraksi, tidak terlalu banyak melihat kesan-kemari, tersenyum kepada individu tersebut, dan perilaku lain mengisyaratkan berminat kepada pembicaraan.35 Dapat disimpulkan bahwa kebersamaan dalam komunikasi interpersonal mengisyaratkan minat dan perhatian dari masing-masing pihak sehingga interaksi yang terjadi dapat berlangsung lebih erat.
35
Ibid
35
c. Manajemen interaksi (interaction management) Komunikastor yang efektif mengendalikan interaksi untuk kepuasan kedua pihak. Dalam manajemen interaksi yang efektif, tidak seorang pun merasa diabaikan atau merasa menjadi tokoh penting. Masing-masing pihak berkonstribusi dalam keseluruhan komunikasi. Menjaga peran sebagai pembicara dan pendengar dan melalui gerakan mata, ekspresi, vokal, serta gerakan tubuh dan wajah yang sesuai saling memberikan kesempatan untuk berbicara merupakan keterampilan manejemen interaksi. Begitu juga menjaga percakapan terus mengalir dengan lancar tanpa keheningan panjang yang membuat individu merasa canggung dan tidak nyaman merupakan tanda dari manajemen interaksi yang efektif.36 Manajemen interaksi yang efektif menyampaikan pesan-pesan verbal dan nonverbal yang saling bersesuaian dan saling memperkuat. Layak dikemukakan disini bahwa wanita pada umumnya menggunakan ekspresi non verbal yang lebih positif dan lebih menyenangkan ketimbang pria. Sebagian contoh, wanita lebih banyak tersenyum, lebih banyak mengangguk tanda setuju, dan lebih terbuka dalam mengungkapkan perasaan positif. Tetapi, ketika mengungkapkan perasaan marah atau kekuasaan yang dimiliki, banyak wanita yang tetap menggunakan isyaratisyarat non verbal positif ini, sehingga melemahkan ekspresi kemarahan
36
Ibid.hal.265-266
36
atau kekuasaan tersebut. Hasilnya adalah bahwa wanita demikian seringkali canggung dalam memperlihatkan emosi negatif, dan lawan bicara karenya kurang bisa mempercayai mereka atau merasa terancam oleh pelilaku ini.37 Pemantauan diri (self monitoring), berhubungan secara integral dengan manajemen interaksi antarpribadi. Pemantauan diri adalah manipulasi citra yang ditampilkan kepada pihak lain. Pemantauan diri yang cermat selalu menyesuaikan perilaku menurut umpan balik dari pihak lain, guna mendapatkan efek yang paling menyenangkan. Mereka memanipulasi
(dalam
arti
positif)
interaksi
antarpribadi
untuk
menciptakan kesan antarpribadi yang terbaik dan paling efektif. Pemantauan diri yang kurang baik, tidak terlalu memperhatikan citra yang dipancarkan kepada pihak lain . interaksi ditandai oleh keterbukaan dimana individu mengkomunikasikan pikiran dan perasaannya tanpa usaha memanipulasi citra yang ingin diciptakan. Kebanyakan dari tiap individu berada di antara kedua ekstrim ini. Walaupun tampaknya ada dua tipe pemantuan diri yang relatif jelas, semua individu melakukan pemantauan diri secara selektif, bergantung pada situasi akan lebih melaakukan pemantauan diri dalam secara melamar pekerjaan daripada berinteraksi dengan teman sendiri.
37
Ibid.
37
Temuan riset dari teori tentang pemantauan diri, keterbukaan, dan pengungkapan dari mendukung kesimpulan bahwa efektifitas akan bertambah jika suatu individu melakukan pengungkapan diri secara selektif, dan memantau diri secara selektif. Jangan membuka diri secara total, mengungkapkan segala hal tentang kehidupan kepada setiap individu lain, mengabaikan umpan balik dari individu yang tertutup, tidak pernah mau mengungkapkan pemantauan diri. Ekstrim lainnya individu yang tertutup, tidak pernah mau mengungkapkan diri dan selalu memantau setiap gerak sama konyolnya dan harus pula dihindari.38 Dapat disimpulkan bahwa manajemen interaksi merupakan percakapan yang berlangsung dengan lancar, terus mengalir tanpa keheningan
yang
panjang
sehingga
dapat
membuat
komunikasi
interpersonal menjadi tidak canggung, peran dan kesempatan antara komunikator dan komunikan saling bertukar dengan baik, serta tidak ada seorang pun yang merasa diabaikan.
d. Perilaku ekspresif (expressiveness) Daya ekspresi mengacu pada keterampilan mengkomunikasikan keterlibatan tulus dalam interaksiantarpribadi. Ikut berperan serta dalam permainan dan tidak sekedar menjadi penonton. Daya ekspresi sama dengan keterbukaan dalam hal penekanannya pada keterlibatan, dan ini mencangku, misalnya, ekspresi tanggung jawab atas pikiran dan perasaan, 38
Ibid
38
mendorong daya ekspresi atau keterbukaan individu lain dan memberikan umpan balik yang relevan dan patut. Kualitas ini juga mencakup pemikulan tanggung jawab untuk berbicara dan mendengarkan, dan dalam hal ini sama dengan kesetaraan. Dalam situasi konflik, daya ekspresi mencakup ikut berkelahi secara aktif dan menyatakan ketidaksetujuan secara langsung dengan ” Messages ”, bukan berkelahi secara pasif, menarik diri, atau pelemparan tanggung jawab kepada individu lain. Mendemonstrasikan daya ekspresi dengan menggunakan variasi dalam kecepatan, ada, volume, dan ritme suara untuk menisyaratkan keterlibatan dan perhatian dan dengan membiarkan otot-otot wajah mencerminkan dan menggemakan keterlibatan ini. Demikian juga dengan menggunakan gerak-gerik tubuh ( dengan gaya dan frekuensi yang sesuai ) untuk mengkomunikasikan keterlibatan. Menggunakan terlalu sedikit gerak-gerik mengisyaratkan ketiadaan minat. Terlalu banyak gerak-gerik dapat mengkomunikasikan ketidak nyamanan, kecanggungan, dan kegugupan.39 Dapat disimpulkan bahwa Daya Ekspresi ( baik kecepatan, nada, volume, ritme suara, gaya gerak-gerik tubuh dan frekuensi yang sesuai ) dari komunikator serta komunikan dapat menunjukkan umpan balik yang
39
Ibid
39
menisyaratkan keterlibatan atau minat terhadap suatu komunikasi interpersonal yang terjadi. •
Orientasi pada orang lain (other orientation) Terlalu sering memperhatikan diri-sendiri, berorientasi kepada diri
sendiri, mempercakapkan diri sendiri, pengalaman, minat dan keinginan kita sendiri, berarti mendomunasi sebagian besar, jika tidak semua, pembicaraan, dan kurang atau tidak memperhatikan umpan balik verbal dan nonverbal dari pihak lain. Orientasi kepada individu lain adalah lawan dari orientasi kepada diri sendiri. Orientasi mengacu pada kemampuan tiap individu untuk menyelesaikan diri dengan lawan bicara selama perjumpaan antarpribadi. Orientasi ini mencangkup pengkomunikasian perhatian dan minat terhadap apa yang dikatakan lawan bicara. Dalam pengkomunikasian orientasi individu kepada individu lain secara nonverbal melalui kontak mata yang terpusat, senyum, anggukan, mencondongkan diri ke arah lawan bicara, dan memperlihatkan perasaan emosi melalui ekspresi wajah yang sesuai. Secara verbal, individu akan memperlihatkan minat melalui komentar-komentar dari percakapan yang terjadi, melalui permintaan untuk informasi lebih jauh dari pembicaraan, dan melalui ungkapan empati. Komunikator yang berorientasi kepada lawan bicara melihat situasi dan interaksi dari sudut pandang lawan bicara dan menghargai perbedaan
40
pandangan dari lawan bicara ini. Begitu juga, individu yang berorientasi kepada lawan bicara mengkomunikasikan pengertian empatik dengan menggemakan persaan pihak lain atau mengungkapkan pengalaman atau perasaan yang sama. Untuk mewujudkan empati, individu yang berorientasi kepada lawan bicara mendengarkan dengan penuh pengertian dan memperlihatkan perhatian ini secara verbal dan nonverbal. Orientasi kepada lawan bicara memberikan umpan balik yang cepat dan pantas yang menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang perasaan dan pikiran.40 Dapat
disimpulkan
bahwa
ketika
berkomunikasi
dengan
memusatkan orientasi kepada orang lain harus dapat saling menyesuaikan diri sehingga menunjukkan minat dan perhatian terhadap topik yang dibicarakan dengan memberikan umpan balik secara verbal (ungkapan empati dan komentar) dan nonverbal (kontak mata, senyum, angguka. Condong badan,ekspresi wajah).
2.3
Pengertian Komunikasi Organisasi
Komunikasi merupakan interaksi atau proses penyampaian pesan atau informasi antara komunikator dengan komunikan melalui saluran komunikasi sehingga menimbulkan Feedback atau umpan balik antara komunikor dengan komunikan untuk mencapai suatu tujuan. Komunikasi juga bisa dikatakan sebagai proses pembentukan, penyampaian, penerimaan, dan pengelolaan
40
Ibid
41
pesan yang terjadi di dalam diri seseorang diantara dua orang atau lebih dengan maksud dan tujuan tertentu. Menurut Gabner Komunikasi adalah sebuah tindakan, interaksi dan reaksi terhadap orang lain. Artinya, adalah suatu kegiatan pemindahan informasi,gagasan, sikap dari seseorang kepada orang lain41. Organisasi merupakan suatu perkumpulan dimana didalamnya terdapat struktur, tujuan serta visi dan misi organisasi. Organisasi menurut Schein (1982) merupakan suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab serta mempunyai karakteristik tertentu yaitu mempunyai struktur dan tujuan sehingga saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya dan tergantung pada komunikasi manusia untuk mengkoordinasikan aktivitas dalam organisasi tertentu.42 Sebagai mahkluk social, manusia tidak dapat hidup sendiri dan memerlukan kerja sama dengan orang lain dalam bentuk wadah organisasi . Organisasi
merupakan elemen yang amat diperlukan didalam kehidupan
manusia dan membantu melaksanakan hal-hal tertentu yang tidak mungkin dilaksanakan secara individual. Dalam kehidupan organisasi dimensi dan proses komunikasi terdiri atas komunikasi internal dan eksternal.
41
Dennis Mc Quail dan Sven Windahl,Model Komunikasi, Alih Bahasa Putu Laksman Pendit,2000,hal.4.3 42 Muhammad, Op.cit, hal.23
42
2.3.1
Komunikasi Internal
Pengertian komunikasi internal menurut Lawrence D. Brennan seperti yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendi dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Komunikasi Internal adalah sebagai : “ Pertukaran gagasan diantara para administrator karyawan dalam suatu perusahaan atau jawatan lengkap dengan strukturnya yang khas (organisasi) dan pertukaran gagasan secara horizontal dan vertical didalam perusahaan atau jawatan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung (operasi dan manajemen)43 .
2.3.2
Komunikasi Eksternal
Adalah komunikasi antara pimpinan arganisasi dengan khalayak diluar organisasi. Komunikasi eksternal terdiri dari 2 jalur secara timbale balik: 1) Komunikasi dari Organisasi kepada khalayak 2) Komunikasi dari khalayak kepada organisasi
43
Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek, Bandung, 1994, Hal.122
43
2.3.3
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Komunikasi dalam Organisasi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas pada komunikasi didalam organisasi, diantaranya adalah : 1. Saluran komunikasi, melalui saluran komunikasi informal yang bersifat kepentingan organisasi dapat secara cepat dan akurat diinformasikan sesuai dengan kenyataan. 2. Struktur wewenang organisasi wewenang organisasi, melalui struktur wewenang organisasi, perbedaan kekuasaan dan kedudukan dalam organisasi akan menentukan pihak-pihak yang berkomunikasi dengan seseorang serta isi dan ketepatan komunikasi. 3. Spesialisasi
jabatan,
melalui
spesialisasi
jabatan,
biasanya
akan
mempermudah komunikasi didalam kelompok-kelompok yang berbeda. Para anggota suatu kelompok kerjasama akan cenderung berkomunikasi dengan istilah tujuan, waktu, tugas, yang sama. Komunikasi antara kelompok-kelompok yang sangat berbeda akan cenderung terhambat. 4. Pemilikan informasi, melalui pemilikan informasi khusus dan pengetahuan akan pekarjaan mereka.44
44
T. Hadi Handoko. Management, Jogyakarta:BPFE,1994,hal.227-278
44
2.3.4
Komunikasi Interpesonal dalam Organisasi
Bagian penting organisasi adalah individu dan kepribadian setiap peranan yang menimbulkan pengharapan dan lingkungan fisik pekerjaan. Sebelum terjadinya suatu jaringan komunikasi internal didalam organisasi didasari oleh komunikasi interpersonal. Komunikasi interpesonal adalah komunikasi yang mengalir diantara individu-individu secara langsung dalam suatu kelompok. Awalnya timbul suatu komunikasi dalam organisasi akan dimulai dari suatu hubungan antar pribadi, karena adanya kesamaan yang mereka miliki sehingga mereka akan semakin membuka hubungan mereka dan merekapun akan membina hubungan mereka didalam organisasi 45 Komunikasi interpesonal juga terjadi diantara dua orang yang mempunyai hubungan yang terlibat jelas diantara mereka. Komunikasi interpesonal yang tercakup disini adalah komunikasi antara dua orang bersaudara, dua orang teman dan separang kekasih. Karena melibatkan dua orang yang berinteraksi, maka seringkali definisi ini disebut definisi definisi pasangan (diadik) komunikasi interpersonal.46 Ada beberapa alasan yang membuat orang atau individu melakukan komunikasi didalam organisasi, yaitu :
45 46
Muhammad, Op.cit , hal.27 Sendjaja,Op.cit , hal.519
45
1. Untuk penemuan diri artinya degan berkomunikasi kita dapat memahami secara lebih baik diri kita sendiri dan orang lain yang diajak bicara tetapi dengan berkomunikasi juga memungkinkan kita untuk menemukan dunia luar. 2. untuk hubungan salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan dengan orang lain, membina hubungan dengan orang lain kita menghabiskan banyak waktu dan energi komunikasi kita untuk membina dan memelihara hubungan sosial. 3. untuk meyakinkan komunikasi digunakan untuk mengubah di seseorang agar mau mengikuti seperti yang diuingginkan. Untuk mengubah sikap itu kita harus bisa meyakinkan seseorang yang akan diajak bicara. 4. Untuk bermain. Kita menggunakan banyak perilaku komunikasi untuk bermain dan menghibur diri kita. Banyak mendengar pelawak, pembicraan dan film sebagaian besar untuk hiburan. Dengan demikian pula banyak dari perilaku komunikasi dirancang untuk menghibur orang lain.47 Berdasarkan penjelasan tersebut maka hubungan antar individu inilah yang
mendasari
terjadinya
komunikasi
didalam
organisasi
yang
selanjutnya dari komunikasi tersebut akan membentuk suatu jaringan komunikasi informal.
47
Devito, Op.cit ,hal 31-32
46
2.4
Komunikasi Informal
Dalam penerapannya komunikasi dapat dilakukan secara formal dan informal. Umumnya komunikasi formal ada dalam setiap organisasi dan dapat terjadi antar personal dalam organisasi melalui jalur hirarki dengan prinsip pembagian tugas untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Komunikasi formal merupakan suatu sistem dimana para anggotanya bekerjasama secara tepat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Komunikasi formal pada dasarnya berhubungan dengan masalah kedinasan48. Komunikasi informal adalah kebalikan dari komunikasi formal biasanya terjadi dengan spontan sebagai akibat dari adanya persamaan perasaan, kebutuhan, persamaan tugas dan tanggung jawab. Komunikasi informal pada pelaksanaannya tidak terikat oleh waktu, ruang dan tempat, kadang-kadang komunikasi informal lebih berhasil dan peranannya tidak kalah penting, karena dapat disampaikan setiap saat asalkan bermanfaat untuk kemajuan organisasi. Namun penyampaiannya kurang sistematis, karena pertumbuhan dan penyebarannya tidak teratur. Terkadang seorang pimpinan selalu beranggapan bahwa keberadaan organisasi informal merupakan suatu hal yang janggal, yang merupakan akibat gagalnya komunikasi formal yang memunculkan ketidakstabilan organisasi formal.
48
Dedy Mulyana, Komunikasi Organisasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000, hal. 37
47
Bentuk komunikasi informal dapat berupa pertemuan yang tidak direncanakan, seperti bertemu dan ngobrol di kantin pada jam makan siang, di resepsi, atau pertemuan lainnya.49 Komunikasi informal ini mempunyai hal-hal yang positif, seperti: a) Bila jalan yang ditempuh melalui komunikasi formal melewati hambatan, dengan terpaksa digunakan komunikasi informal b) Dalam suasana konflik dan penuh ketegangan c) Sebagai sarana komunikasi Dari kedua bentuk komunikasi tersebut diatas, setiap pimpinan harus dapat Menempatkan diri agar tidak timbul perasaan suka atau tidak suka. Pimpinan harus mencari dan melaksanakan nilai-nilai positif dari hubunganhubungan tersebut. Ukuran sukses tidaknya seorang pimpinan terletak pada bagaimana pimpinan memadukan nilai positif yang dihasilkan dari komunikasi formal dan informal. Karena tidak seperti komunikasi formal, jaringan komunikasi informal tersusun dari individual-individual yang berbeda level organisasi serta komunikasi informal bisa membentuk ketidak akuratan fakta yang ada, yang dapat menimbulkan rumor yaitu informasi yang ada sedikit fakta yang ditransmisikan melalui informal channel.50 Komunikasi Informal adalah komunikasi yang telah tercapai dalam suatu organisasi tetapi tidak di rencanakan dan tidak ditentukan dalam struktur
49
Stewart L. Tubbs & Sylvia Moss, Human Communication, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001,
hal. 123 50
Ibid , hal. 124
48
organisasi. Komunikasi informal bersifat tidak resmi dan terjadi melalui informasi dari mulut ke mulut sehingga di dalamnya terdapat keteranganketerangan yan tidak resmidan kurang objektif kebenarannya. Komunikasi informal disebut juga the grapevine.
2.4.1
Desas-Desus
Salah satu tipe dari komunikasi informal, tidak mendapat sanksi resmi, adalah desas-desus. Desas-desus dalam organisasi terdiri dari beberapa jaringan komunikasi informal yang saling tumpang tindih dan berpotongan disejumlah titik, artinya beberapa orang yang mempunyai banyak informasi kemungkinan menjadi bagian dari beberapa jaringan informal. Desas-desus memutari peringkat atau wewenang dan dapat menghubungkan anggota organisasi dalam kombinasi arah kemanapun, horizontal, vertikal, dan diagonal. Seperti dikatakan oleh Keith Davis, “desas-desus mengalir mengitari pendingin air, menuju ke gang , lewat ruang makan, dan kemanapun orang berkumpul dalam kelompok”. 51 Sebagai tambahan dari fungsi komunikasi informal dan sosial, desasdesus mempunyai beberapa fungsi yang berkaitan dengan pekerjaan. Misalnya walaupun desas-desus sulit dikendalikan, seringkali berjalan jauh lebih cepat daripada saluran komunikasi formal. Manajer dapat menggunakannya untuk
51
James A.F Stoner dan R. Edward Freeman, Manajemen Jilid I, Jakarta: PT. Indeks Gramedia Grup, 2003, hal. 227
49
mendistribusikan informasi lewat “bocoran” yang direncanakan atau dengan bijaksana menambahkan keterangan “ini hanya antara kita berdua saja”. 52 Davis yakin bahwa rantai kelompok adalah pola desa-desus yang dominan dalam organisasi. Biasanya, hanya beberapa orang yang disebut “orang penghubung”, meneruskan informasi yang mereka peroleh dan mereka kemungkinan melakukannya hanya kepada orang yang mereka percaya atau kepada orang yang mereka harap dapat memberi keuntungan. Mereka kemungkinan meneruskan informasi yang menarik bagi mereka, berhubungan dengan pekerjaan dan yang paling penting tepat waktu Saluran komunikasi informal didalam organisasi juga sering diberi cap “desas-desus” (rumor) dan “selentingan” (grapevine). Istilah grapevine muncul pada masa perang saudara. Menurut Smith, “pada masa itu, saluran telegram intelijen disambungsambungkan secara longgar dari pohon ke pohon seperti rangkaian tanaman anggur (grapevine), dan pesannya sering kacau; jadi, setiap desas-desusu dianggap berasal dari grapevine.53 Rosnow mendefinisikan desas-desus sebagai “sebuah proposisi untuk dipercaya….tersebar tanpa pembuktian resmi”. Selain itu Rosnow (1988) juga beranggapan bahwa desas-desus merupakan sebuah fungsi ambiguitas situasi yang diperkuat oleh pentingnya sebuah isu. Peneliti berteori bahwa desas-
52 53
Ibid., hal. 230 Ibid , hal. 229
50
desus mengurangi ketegangan emosional dan biasanya timbul dari lingkungan yang ambigu.54 Desas-desus mengalami tiga jenis pertukaran pesan ketika berpindah dari satu orang ke orang lain. Pertukaran pesan ini adalah : 1. Perataan, adalah proses pengabaian beberapa detil. Tidak semua detil pesan menarik untuk dihubung-hubungkan, jadi orang cenderung langsung pada tujuan pesan secepatnya, membuang bagian yang mereka anggap detil berlebih. 2. Penajaman, adalah pernyataan yang melebih-lebihkan bagian desas-desus tertentu. 3. Asimilasi, adalah pertukaran pesan yang lebih kompleks, merupakan cara orang menyimpangkan pesan sesuai dengan cara pandang dirinya mengenai pesan itu.55
2.5
Jaringan Komunikasi
Organisasi adalah komposisi sejumlah orang-orang yang menduduki posisi atau peranan tertentu. Diantara orang-orang saling terjadi pertukaran pesan. Pertukaran pesan itu melalui jalan tertentu yang dinamakan jaringan komunikasi.56 Suatu jaringan komunikasi berbeda dalam besar dan strukturnya misalnya mungkin hanya diantara dua orang, atau lebih dan
54
Dedy Mulyana, Konteks-Konteks Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000, hal. 188 Ibid, hal. 190 56 Muhammad, Op.cit, Hal .102 55
51
mungkin juga diantara keseluruhan orang dalam organisasi . bentuk struktur dari jaringan itupun juga akan berbeda-beda. Metode jaringan komunikasi di tanah air kita relative baru dikenal, yaitu sekitar tahun 1983. dalam bidang antropologi, perhatian terhadap jaringan komunikasi social berkembang sejak Redeliffe-Brown (1952) merumuskan struktur social sebagai suatu “jaringan-jaringan hubungan social yang benarbenar ada”. Tetapi bukan dalam rangka menyalurkan informasi.57 Jaringan Komunikasi adalah saluran yang digunakan untuk meneruskan pesan dari satu orang ke orang lain. Jaringan ini dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama, kelompok kecil sesuai dengan sumber daya yang dimilikinya akan mengembangkan pola komunikasi yang menggabungkan beberapa stuktur jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi ini kemudian merupakan system komunikasi umum yang akan digunakan oleh kelompok dalam mengirimkan pesan dari satu orang ke orang lainnya. Kedua, jaringan komunikasi ini bisa dipandang sebagai struktur yang diformalkan yang diciptakan oleh organisasi sebagai sarana komunikasi organisasi. Jaringan komunikasi jika dianalisis akan terlihat apakah komunikasi yang dilakukan dapat berjalan baik oleh si pelaku jaringan komunikasi tersebut. Pada hakikatnya perilaku manusia adalah interaksi melalui mana seseorang bertukar informasi dengan seseorang atau lebih. Setiap individu dalam suatu system suka berhubungan dengan individu-individu lainnya (terutama bila 57
Bambang Setiwan dan Ahmad Muntaha, Metode Penelitian Komunikasi II , Jakarta: Terbitan Univesitas Terbuka, 2000, hal.1.1
52
system itu sangat besar). Oleh karena itu, arus komunikasi interpersonal terpolakan didalam waktu. Suatu “ struktur jaringan komunikasi” atau jaringan akan tumbuh secara relative stabil dan perilaku orangnya dapat diprediksi.58 Berdasarkan beberapa pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan pengertian jaringan komunikasi secara lebih khusus sesuai dengan penelitian ini, yaitu suatu rangkaian hubungan diantara individu-individu dalam suatu system social sebagai akibat dari terjadinya pertukaran informasi diantara individu-individu tersebut, sehingga membentuk pola-pola atau model jaringan komunikasi tertentu. Salah satu tujuan penelitian komunikasi mempergunakan analisis jaringan adalah untuk mengidentifikasikan struktur komunikasi ini, dan untuk memahami gambaran umum mengenai interaksi antar manusia dalam suatu system. Analisis jaringan komunikasi mendeskripsikan hubungan-hubungan antar unsure-unsur dan hubungan dengan struktur komunikasi interpersonal. Suatu jaringan komunikasi terdiri dari saling hubungan antar individu melalui arus-arus informasi yang terpola dan peran-peran yang ada dalam suatu jaringan komunikasi.59
58 59
Ibid., hal.1.2 Ibid, hal.1.3
53
2.5.1
Jaringan Komunikasi Formal
Bila pesan mengalir melalui jalan resmiyang ditentukan oleh hirarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan maka pesan itu menurut
jaringan
komunikasi
formal.
Pesan
dalam
jaringan
komunikasi formal biasanya mengalir dari atas kebawah atau dari bawah ke atas atau dari tingkat yang sama atau secara horizontal. Ada tiga bentuk utama dari arus pesan dalam jaringan komunikasi formal yang mengikuti garis komunikasi seperti yang digambarkan dalam struktur organisasi yaitu : 1. ” Downward communication” atau komunikasi kepada bawahan. 2. “ Upward communications “ atau komunikasi dengan atasan. 3. “ Horizontal communications “ atau komunikasi antar sesama.60
2.5.2
Jaringan Komunikasi Informal
Jaringan komunikasi
informal terdiri dari individu-individu
yang saling berhubungan melalui pola arus komunikasi yang bersifat informal (unformally) yang berada diluar struktur formal yang dimotivasi oleh kebutuhan individu untuk berinteraksi dan menjadi bagian dari lingkungannya. Jaringan komunikasi informal (grapevine) 60
Arni, Muhammad, Komunikasi Organisasi,Jakarta, Bumi aksara, 2005, Hal.108
54
merupakan jaringan komunikasi yang terdapat dalam organisasi dan merupakan jalan pintas yang memotong saluran formal.61 Secara operasional jaringan komunikasi informal dijabarkan sebagai hubungan antara pengurus-pengurus dan anggota suatu organisasi atau perusahaan yang terbentuk secara alami dimana terdapat proses penyampaian informasi-informasi dan isu mengenai berbagai hal, baik yang berhubungan dengan pekerjaan mereka maupun bersifat intern. Meskipun tidak terbentuk secara formal namun jarigan komunikasi informal mempunyai beberapa kegunaan, yaitu: 1. Jaringan Komunikasi informal dapat memuaskan salah satu kebutuhan karyawan, yaitu dapat memelihara dan menikmati hubungan persahabatan dengan rekan sekerjanya. 2. Jaringan komunikasi informal dapat membantu karyawan dalam memahami lingkungan kerjanya, terutama dalam menginterpretasikan perintah yang kurang jelas dari atasan. 3. Jaringan komunikasi informal dapat berfungsi sebagai katup pengaman pada orang yang bingung atau kurang jelas dengan apa yang sedang terjadi pada mereka, mereka dapat menggunakan jaringan
61
Ig. Wursanto, Dasar-dasar ilmu komunikasi,Jogjakarta: Andi Offset, 2003, hal.167
55
komunikasi informal untuk memperbesar keingintahuan mereka atau untuk mengurangi kegelisahan mereka.62
2.5.3
Faktor Terbentuknya Saluran Komunikasi Informal
Komunikasi informal terjadi karena kebiasaan dan kebutuhan social manusia yang dalam kenyataannya komunikasi informal selalu terbentuk disamping struktur formal, yaitu terutama karena sifat dan kebutuhan pribadi manusia. Kelompok informal mempunyai empat fungsi utama, seperti yang dikatakan oleh James A.F. Stone dan Charles Wankel dalam bukunya manajemen, yaitu : 1. Mengabdikan
nilai-nilai
social
dan
budaya
yang
umumnya
dipertahankan. Dalam interaksinya setiap hari, norma dan nilai ini menuntun perilaku dan diperkuat lebih lanjut. 2. Memberikan kepuasan, status keamanan social. Kelompok informal, karyawan yang sama merasa sebagai teman pribadi satu sama lain yang membagi bersama suka dan duka, makan bersama dan bergaul setelah jam kerja. Kelompok informal memuaskan keburuan manusiawi akan persahabatan dan dukungan. 3. Membantu para anggotanya saling berkomunikasi. Untuk memperoleh informasi mengenai hal-hal yang dapat mempengaruhi mereka, para
62
Jack, Hlloran, Applied Human Relations Organizational Approach, New York,1994, hal.77
56
anggota kelompok iformal mengembangkan saluran komunikasi mereka sendiri disamping saluran formal yag terbentuk oleh menejemen 4. Membantu menyelesaikan masalah. Kepribadian dan masalah yang dihadapi anggota kelompok dapat diatasi oleh kelompok.63 Keempat fungsi tersebut dapat disimpulkan bahwa kelompok informal dapat memberikan keuntungan bagi para anggotanya, selain itu juga dapat menguntungkan bagi perusahaan karena dapat membantu menyelesaikan pemecahan masalah yang timbul didalam lingkungan kerja. Melalui komunikasi informal maka munculah informasi pribadi yang dapat mengalir keseluruh organisasi tanpa dapat diperkirakan. Kedudukan lokasi setiap individu dalam jaringan yang terjadi memberi peranan pada individu-individu didalam organisasi. Ada tujuh peranan jaringan komunikasi yang dijelaskan oleh Farace, Donoski dan kawankawan : 1. Klik, adalah sebuah kelompok individu yang paling sedikit separuh dari kontaknya, merupakan hubungan-hubungan dengan anggotaanggota lainnya.
63
James A.F Stoner & Charles Wankel, Perencanaan dan Pengambilan Keputusan dalam Manajemen, Jakarta: Rineka Cipta, 1999, hal.121
57
2. Penyendiri (Isolate), adalah mereka yang hanya melakukan sedikit kontak atau sama sekali tidak melakukan kontak dengan angotaanggota lainnya. 3. Jembatan (Bridge), adalah seorang yang klik yang memiliki sejumlah kontak yang menonjol dalam kontak antar kelompok. 4. Penghubung
(Liason),
adalah
orang
yang
mengkaitkan
atau
menghubungkan dua kelompok atau lebih tetapi ia bukan salah satu kelompok yang dihubungkan tersebut 5. Penjaga gawang (Gate Keepers), adalah orang secara strategis ditempatkan dalam jaringan agar dapat melakukan pengendalian atas pesan apa yang akan disebarkan. 6. Pemimpin pandapat (Opinion Leader), adalah orang tanpa jabatan formal dalam semua system social, yang membimbing pendapat dan mempengaruhi orang dalam keputusan. 7. Kosmopolitan (Cosmopolite), adalah individu yang melakukan kontak dengan dunia luar dengan individu-individu di luar organisasi.64 Selain setiap orang memainkan perananya masing-masing, didalam jaringan komunikasi, didalam jaringan komunikasi informal juga dapat membentuk lima model jaringan komunikasi, yaitu: 1. Model Lingkaran (Cricle), model ini tidak memiliki pemimpin, semua anggota posisinya sama. Mereka memiliki kekuatan yang sama untuk 64
R. Wayne Pace & Don Faules, Komunikasi Organisasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001,hal.176-183
58
mempengaruhi kelompok. Setiap anggota bisa berkomunikasi dengan dua anggota lainnya yang terkait.65 2. Model roda (Wheel), model ini memiliki pemimpin yang jelas, yaitu posisinya di pusat. Pemimpin merupakan satu-satunya orang yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua anggota. Jika seorang anggota ingin berkomunikasi dengan anggota lain, maka pesannya harus disampaikan melalui pemimpinnya. 3. Model huruf “Y”, model ini relatif kurang tersentralisasi dibandingkan struktur roda, tetapi lebih tersentralisasi dibandingkan model lainnya. Pada struktur Y juga terdapat pemimpin yang jelas (orang ketiga dari bawah). Anggota-anggota lain berperan sebagai pemimpin kedua (orang dari bawah).anggota ini dapat mengirimkan dan menerima pesan dari dua orang lainnya. Komunikasi ketiga anggota lainnya hanya dengan satu orang lainnya. 4. Model rantai (chain), model ini sama dengan model lingkaran, akan tetapi anggota yang di bagian ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang saja. Keadaan terpusat juga terdapat disini, yang berada di posisi tengah lebih berperan sebagai pemimpin daripada mereka yang berada di posisi lain. 5. Model saluran bebas (all-channel), model saluran bebas atau model bintang hampir sama dengan model lingkaran, dalam arti semua
65
Devito, Op.cit, hal.345
59
anggota adalah sama dan semuanya juga memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya. Akan tetapi, dalam model semua saluran, setiap anggota bisa berkomunikasi dengan setiap anggota lainnya. Model ini memungkinkan adanya partisipasi anggota secara maksimal.66
2.5.4
Analisis Jaringan Komunikasi
Analisis jaringan komunikasi adalah suatu metode penelitian untuk mengidentifikasikan struktur komunikasi dalam suatu sistem, dimana data hubungan mengenai arus komunikasi dianalisis dengan menggunakan beberapa tipe hubungan-hubungan interpersonal sebagai unit-unit analisis. Pada hakikatnya perilaku manusia adalah interaksi melalui mana seseorang bertukar informasi dengan seseorang atau lebih. Setiap individu dalam suatu sistem suka berhubungan dengan individu-individu tertentu, dan mengabaikan individu-individu lainnya (terutama bila sistem itu sangat besar ). Oleh karena itu arus komunikasi interpersonal terpolakan didalam waktu. Suatu ” struktur jaringan komunikasi ” (atau jaringan) tumbuh secara relatif stabil dan perilaku orangnya dapat diprediksi.
66
Ibid, hal.345
60
Struktur komunikasi adalah susunan dari unsur-unsur yang berlainan yang dapat dikenai melalui pola arus komunikasi dalam suatu
sistem.
Salah
mempergunakan
satu
tujuan
analisis
penelitian
jaringan
komunikasi
adalah
untuk
mengidentifikasikan struktur komunikasi ini, dan untuk memahami gambaran umum mengenai interaksi antarmanusia dalam suatu sistem. Penelitian ini bersifat ”holistic”, yang sangat bertentangan dengan penelitian efek komunikasi terhadap individu-individu. Analisis
jaringan
komunikasi
mendeskripsikan
hubungan-
hubungan antarunsur dan hubungan dengan struktur komunikasi interpersonal. Suatu jaringan komunikasi terdiri dari saling hubungan antar individu melalui arus-arus informasi yang terpola.67 Analisis merupakan aktivitas untuk meneliti unsur-unsur pokok suatu proses atau gejala sehingga kita dapat mengenal dan mengakui kondisi mana yang memberikan konstribusi pada berfungsinya suatu unit dan kondisi mana yang menciptakan masalah pada unit yang diteliti.68
67
Bambang Setiawan dan Ahmad, Metode Penelitian Komunikasi II, Jakarta: Terbitan Universitas Terbuka, 2005, hal.1.12 68 Bambang Setiawan dan Ahmad, Metode Penelitian Komunikasi II, Jakarta: Terbitan Universitas Terbuka, 2000, hal.1.13
61
Analisis pada suatu jaringan komunikasi adalah suatu metode penelitian untuk mengidentifikasi distribusi peran-peran yang ada dalam suatu jaringan komunikasi dalam suatu system. Dimana data mengenai peran setiap individu dalam penyebaran pesan dalam suatu jaringan
komunikasi
dianalisis
dengan
menggunakan
studi
sosiometri.69 Untuk dapat mengetahui struktur dan peran yang ada dalam jaringan komunikasi informal diperlukan suatu cara tertentu dalam mengumpulkan datanya. Bagi analisis jaringan, sample penelitian adalah semua orang yang menjadi anggota jaringan social, atau secara rill menjadi anggota kelompok tersebut. Rogers dan Kincaid (1981) menegaskan bahwa analisis jaringan
komunikasi
merupakan
metode
penelitian
untuk
mrngidentifikasi struktur komunikasi dalam suatu sistem, dimana data hubungan mengenai arus komunikasi dianalisis dengan menggunakan beberapa tipe hubungan interpersonal sebagai unit analisis. Lebih lanjut salah satu tujuan penelitian komunikasi dengan menggunakan analisis jaringan komunikasi adalah untuk memahami gambaran umum mengenai interaksi manusia dalam suatu sistem.70
69
Ibid., hal.1.11 Everett M. Rogers dan Kincaid D.L, Communication Network Toward a New Paradigm For research, New York: The Free Press, 1981, hal.134 70
62
2.5.5
Variabel-Variabel Struktural dalam jaringan Komunikasi
Dalam konsep-konsep analisis jaringan komunikasi, seperti pengertian pemencil (isolate), penjaga gawang (gate keeper), yang disebut sebagai konfigurasi sosiometris, dan variabel-variabel struktur komunikasi seperti hubungan pasangan, klik, dan sistem. Ada beberapa tipe analisis hubungan perilaku komunikasi yang dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana hubungan-hubungan komuikasi yang ada dalam jaringan komunikasi, yaitu: (1) hubungan komunikasi pada tingkat personal atau pribadi, (2) hubungan komunikasi pada tingkat klik, (3) hubungan komunikasi pada tingkat system.71 Struktural yang sangat penting yaitu derajat dimana seseorang terintegrasi dengan individu-individu
lainnya didalam jaringan
komunikasinya. Integrasi jaringan komunikasi personal adalah derajat dimana hubungan-hubungan komunikasi ada diantara anggota-anggota jaringan individu atau jaringan komunikasi personal. Makin besar jumlah hubungan ini makin besar derajat integrasi jaringan komunikasi khusus individual atau jaringan komunikasi personal. Makin besar jumlah hubungan ini makin besar derajat integrasi jaringan komunikasi khusus individual. Contoh : Jaringan personal
71
Bambang Setiawan dan Ahmad, Metode Penelitian Komunikasi Jakarta: Terbitan Universitas Terbuka, 2004, hal.2.3
63
yang interlocking (saling mengunci) mempunyai derajat yang tinggi, sedang suatu jaringan personal jari-jari (radial) mempunyai integrasi yang rendah.72 Jaringan personal “jari-jari” (radial) tingkat integritasnya rendah, karena teman seseorang tidaklah menjadi teman lainnya (saling berteman). Jaringan yang demikian lebih terbuka bagi lingkungan. Kita dapat berhadap bahwa seseorang yang mempunyai tipe jaringan yang demikian akan menerima pesan khusus yang dapat menyebar didalam sistemnya sendiri, yang secara relatif lebih cepat bila dibandingkan dengan jaringan yang saling mengunci. Dengan demikian, semakin tinggi tingkat integrasi jaringan personal, semakin kurang informasi yang dapat diterimanya. Jaringan personal yang terintegrasi lebih banyak memuat topik-topik pembicaraan yang sensitif atau issue yang tabu daripada yang biasa-biasa. Hubungan komunikasi pada tingkat klik dapat dipertimbangkan dengan adanya berbagai variable struktural yang dapat diukur, yaitu :73 1. keterhubungan klik, keterhubungan klik adalah derajat para anggota suatu klik berhubungan satu sama lain melalui arus komunikasi. Hal ini dapat dihitung dari jumlah arus informasi interpersonal yang ada
72 73
Ibid., hal.2.4 Ibid, hal.2.6
64
dibandingkan dengan derajat kemungkinan hubungan yang potensial. Atau dapat ditulis sebagai berikut: 74 kontak-kontak nyata Kemungkinan hubungan
(actual contact) (possible contact)
Indeks keterhubungan komunikasi dapat dihitung pada masing-masing klik, oleh karena itu klik menjadi unit analisis. Indeks ini kemungkinkan kita meneliti derajat hubungan suatu klik dengan variabel-variabel lainnya. 2. Kedominan klik, kedominan klik adalah derajat dimana pola-pola hubungan komunikasi antar klik tidak memungkinkan kesamaan. Pola hubungan yang berbentuk roda mempunyai derajat kedominan yang tinggi, karena seluruh arus komunikasi harus sesuai seorang individu. Pemusatan yang demikian menimbulkan informasi terpusat dan cenderung mengurangi keterbukaan. 3. Keterbukaan klik, keterbukaan klik adalah derajat dimana anggotaanggota suatu klik saling bertukar informasi dengan kik-klik yang ada diluarnya. Suatu gagasan baru akan lebih mudah masuk ke dalam suatu klik yang lebih terbuka. 4. Keintegrasian klik, keintegrasian klik dalam jaringan yang lebih luas dapat diukur dengan ada tidaknya penghubung yang menghubungkan klik dengan jaringan yang lebih luas tersebut.75
74 75
Ibid., hal.2.7 Ibid, hal.2.5
65
Hubungan komunikasi pada tingkat system dapat dianalisis dengan melihat : 1. Keterhubungan sistem, yaitu derajat dimana klik-klik dalam suatu sistem berkaitan satu sama lain melalui arus komunikasi. Indeks ini memungkinkan
kita
menggunakan
matematika
untuk
memperhitungkan derajat saling keterhubungan klik dalam suatu sistem social. 2. Kedominan sistem, yaitu derajat dimana pola-pola hubungan komunikasi antar klik dalam suatu sistem sosial tidak mempunyai kesamaan. Hal ini berarti suatu pengukuran terhadap derajat pemusatan yang menguasai komunikasi antar klik. Makin besar kontrol dilakukan oleh suatu klik terhadap arus informasi pada sekelompok klik, makin tinggi kedominan system tersebut. 3. Keterbukaan sistem, yaitu derajat dimana suatu sistem saling bertukar informasi dengan lingkungannya. Suatu yang derajat keterbukaannya besar adalah inovatif.76 Dengan mengidentifikasi klik dapat diketahui bagaimana struktur komunikasi yang terbentuk, akan tetapi dapat juga dipakai untuk mengukur derajat struktur komunikasinya. Di samping itu, melalui klik juga dapat dilacak tingkat keinovatifan anggota-
76
Ibid.,hal.2.7
66
anggotanya yaitu dengan melihat tingkat (derajat) keterbukaan dari klik (Clique Openness). Keterbukaan suatu klik dapat dilihat dari pola hubungan antar anggota-anggotanya dengan individu-individu di luar batas klik tersebut. Semakin banyak anggota suatu klik yang berhubungan dengan anggota lain di luar klik tersebut, maka semakin tinggi derajat keterbukaan klik tersebut. Dengan semakin tinggi derajat keterbukaan klik berarti akan semakin banyak informasi-informasi baru yang diterima oleh anggota-anggota klik. Oleh karenanya suatu klik yang lebih terbuka, secara teoritis akan membawa anggota-anggota klik lebih inovatif.77 Untuk mengetahui bagaimana struktur jaringan komunikasi, terlebih dahulu dibuat sosiogramnya. Dari sosiogram tersebut kita dapat melihat siapa-siapa yang menjadi pemuka pendapat suatu jenis informasi tertentu. Kita dapat juga melihat arah arus informasi, siapasiapa yang menjadi penghubung klik tetapi tidak menjadi anggota klik (Liasion), penghubung klik dan menjadi salah satu anggota klik (bridge), dan pemecil (Isolate). Dari sosiogram ini kita dapat juga melihat apakah bentuk jaringan atau bagian jaringan seperti roda,jari-jari,rantai, atau sirkrl. Kita dapat juga melihat dan menghitung jumlah klik yang ada dalam
77
Setiawan dan Ahmad, Op.cit, 2000, hal.1.14
67
suatu jaringan, serta kepadatan atau frekuensi hubungan. Untuk membuat sosiogram kita memerlukan data sosiometri yang telah disusun secara matriks. Mari matriks ini akan dapat menggambarkan pola-pola hubungan sehingga berbentu suatu sosiogram jaringan komunikasi.78
2.6
Iklim Kerja Organisasi
Menurut Masduqi pengertian iklim kerja organisasi adalah lingkuan manusia di dalam mana para pegawai organisasi melakukan pekerjaan mereka. Lebih jauh dijelaskan kita tidak dapat melihat atau menyentuh iklim, tetapi iklim ada seperti halnya udara dalam ruangan, iklim itu mengitari dan mempengaruhi semua hal yang terjadi dalam organisasi, pada gilirannya iklim itu berpengaruhpada hampir semua hal yang terjadi dalam organisasi. Iklim adalah konsep system dinamis, iklim dapat berada pada suatu tempat yang bergerak dari yang menyenangkan ke yang netral sampai dengan ke yang tidak menyenangkan. Pada umumnya para karyawan apakah itu mereka yang berada pada lingkungan pemimpin, pelaksanaan menginginkan iklim organisasi yang menyenangkan karena pengaruh positif, seperti prestasi yang lebih baik. Beberapa unsur khas yang turut membentuk iklim yang menyenangkan dalam suatu organisasi adalah : kualitas kepemimpinan,kadar kepercayaan,
78
Setiawan, Op,Cit.2005 hal. 3.9
68
komunikasi keatas atau kebawah, perasaan melakukan pekerjaan bermanfaat, tanggung jawab, imbalan yang adil, tekanan pekerjaan yang nalar dan kesempatan, pengendalian, struktur, dan birokrasi yang nasional, keterlibatan, dan keikutsertaan karyawan. Iklim kerja organisasi adalah suasana di dalam organisasi yaitu perasaan dan dorongan hati orang-orang didalamnya. Dalam pengertian ini iklim organisasi mengandung beberapa faktor yaitu gaya manajemen, motivasi pribadi, jenis pekerjaan, lingkungan kerja,keadilan organisasi atas dirasakan dan kelayakan bisnis. Pengaruh iklim organisasi atas perilaku individu merupakan fungsi dari faktor personel dan situasi secara simultan, lebih lanjut dikatakan bahwa ada beberapa dimensi organisasi yang mempengaruhi iklim organisasi yaitu : ukuran, sistem, kompleksitas, gaya kepemimpinan dan penetapan tujuan. Iklim kerja dari sudut pandang yang lebih luas yaitu dalam pembahasan keseimbangan organisasi dari sudut pandang sistem teori, disana yang terjadi bukan hanya kebutuhan individu dan anggota organisasi tapi juga organisasi merupakan bagian dari sistem yang lebih luas. Dimana yang dimaksud sistem adalah sistem yang terbuka, dalam hal ini adalah dengan lingkuan luar
69
2.6.1
Iklim Komunikasi
Suasana
organisasi
yang
hendak
meningkatkan
produktivitasnya harus memperhatikan beberapa hal, diantaranya adalah suasana kerja yang harmonis dan kondusif. Hal ini dapat tercipta bila terdapat iklim komunikasi yang baik didalam organisasi perusahaan tersebut. Iklim komunikasi yang baik sangat menunjang bagi karyawan untuk berkoordinasi dengan karyawan lainnya.dengan adanya jalur-jalur komunikasi memungkinkan bagi setiap karyawan untuk saling berinteraksi dan mengenal antara satu dengan lainnya. Iklim dapat mempengaruhi motivasi, prentasi dan kepuasan kerja, iklim mempengaruhi hal itu dengan membentuk harapan pegawai tentang konsekuensi yang akan timbul dari berbagai tindakan. Iklim komunikasi organisasi terdiri dari persepsi-persepsi atas unsure-unsur organisasi dan pengaruh unsure-unsur tersebut terhadap komunikasi. Pengaruh ini didefinisikan, disepakati, dikembangkan, dan dikokohkan secara berkesinambungan melalui interaksi dengan anggota organisasi lainnya. Pengaruh ini menghasilkan pedoman bagi keputusan-keputusan, tindakan-tindakan individu, dan mempengaruhi pesan-pesan mengenai organisasi.79 Iklim komunikasi merupakan gabungan dari persepsi-persepsi suatu evaluasi makro mengenai pesan dan peristiwa komunikasi, 79
Pace dan Faules, Op-cit, Hal. 149
70
perilaku manusia, respons pegawai terhadap pegawai lainnya, harapanharapan, konflik-konflik antar personal, dan kesempatan bagi pertumbuhan dalam organisasi tersebut.80 Iklim komunikasi penting karena mengkaitkan konteks organisasi dengan konsep-konsep, perasaan-perasaan, dan harapanharapan anggota organisasi dan membantu menjelaskan perilaku anggota organisasi.81
2.6.2
Pekerjaan Dalam Organisasi
Pekerjaan yang dilakukan anggota organisasi terdiri atas tugastugas formal dan informal. Tugas ini menghasilkan produk dan memberikan pelayanan organisasi. Pekerjaan ini ditandai oleh tiga dimensi universal yaitu isi, keperluan dan konteks. Isi terdiri dari apa yang dilakukan oleh anggota organisasi lainnya dalam hubungannya dengan bahan, orang-orang, dan tugastugas lainnya dengan mempertimbangkan metode-metode serta teknikteknik yang digunakan. Keperluan merujuk kepada mengetahuan, keterampilan dan sikap yang dianggap sesuaibagi seseorang agar mampu melaksanakan
80
R. Wayne Pace, Komunikasi Organisasi : Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan, Remaja RosdaKarya, Jakarta, 1993, Hal.147 81 Pace & Faules Op. Cit. Hal.148
71
pekerjaan tersebut, meliputi pendidikan, pengalaman, lisensi, dan sifatsifat pribadi. Konteks berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan fisik dan kondisi-kondisi lokasi pekerjaan, jenis pertanggung jawaban dan tanggung
jawab
dalam
kaitannya
dengan
pekerjaan,
jumlah
pengawasan yang diperlukan, dan lingkungan umum tempat pekerjaan dilaksanakan.
2.6.3
Faktor-faktor yang mempengaruhi iklim kerja
Suatu organisasi perusahaan yang hendak meningkatkan produktivitasnya harus memperhatikan beberapa hal, diantaranya adalah suasana kerja yang kondusif. Iklim dapat mempengaruhi motivasi, prentasi dan kepuasan kerja, iklim mempengaruhi hal itu dengan membentuk harapan pegawai tentang konsekuensinya yang akan timbul dari berbagai tindakan. Kegagalan dalam penyajian informasi kepada karyawan tentang kebijaksanaan dan perkembangan perusahaan yang mempengaruhi kepentingannya, akan menimbulkan keslahpahaman, desas-desus palsu, dan kecaman. Apabila tidak diberikan informasi tentang hal seperti itu, maka karyawan akan membuat asumsinya sendiri, yang mungkin salah, atau mereka akan
72
mendengarkan sumber dari luar, yang mungkin memberikan informasi yang tidak tepat.82 Menurut Pace membagi enam faktor besar yang mempengaruhi komunikasi. Keenam faktor itu adalah: 1.
Kepercayaan Kepercayaan memiliki pengertian bahwa personel disemua tingkat harus berusaha keras untuk mengembangkan dan mempertahankan kepercayaan, pernyataan
hubungan
keyakinan, dan
dan
tindakan.
yang
didalamnya
kredibilitas Terdapat
terdapat
didukung
enam
ciri
oleh yang
mengambarkan adant\ya kepercayaan yaitu sesama karyawan saling mendiskusikan hal-hal yang menyangkut pekerjaan, pimpinan mengajak karyawan untuk bekerjasama dalam melakukan pekerjaan, sesama karyawan saling menyampaikan perasaan da perhatian pada hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan ataupun yang tidak berkaitan dengan pekerjaan. 2.
Pembuatan Keputusan Bersama Memiliki pengertian bahwa para pegawai disemua tingkat dalam organisasi harus diajak berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai semua masalah dalam semua wilayah kebijakan organisasi, yang relevan dengan kedudukan mereka. Para
82
Frazier. Moore, Hubungan Masyarakat, Penerbit Remadja Karya CV, Jakarta, 1988, Hal.5
73
pegawai
di
semua
tingkat
harus
diberi
kesempatan
berkomunikasi dan berkonsultasi dengan manajemen diatas mereka agar berperan serta dalam proses pembuatan keputusan dan penentuan tujuan, terdapat tiga ciri yang mengambarkan keikutsertaan karyawan dalam proses pengambilan keputusan yaitu karyawan dilibatkan dalam rapat-rapat perusahaan. Karyawan diberi kebebasan dalam mengajukan pendapat, dihargainya pendapat yang diajukan oleh karyawan. 3.
Kejujuran Kejujuran memiliki pengertia bahwa suasana umum yang diliputi kejujuran dan keterusterangan harus mewarnai hubunganhubungan
dalam
organisasi,
dan
para
pegawai
mampu
mengatakan apa yang ada dalam pikiran mereka tanpa mengindahkan apakah mereka berbicara kepada teman sejawat, bawahan. Yang memiliki tiga ciri-ciri sebagai berikut, sesama karyawan saling memberikan saran dan kritik, apakah sesama karyawan mau memperbaiki kesalahan yang dilakukan, apakah karyawan percaya dengan informasi yang datang dari rekanrekan sesama karyawan, dan apakah karyawan percaya bahwa pimpinan sudah menjalankan tugasnya sebagai pimpinan.
74
4.
Keterbukaan dalam Komunikasi ke Bawah Anggota organisasi harus relatif mudah memperoleh informasi yang berhubungan langsung dengan tugas mereka saat itu, yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengkoordinasikan pekerjaan mereka dengan orang-orang atau bagian-bagian lainnya, dan yang berhubunagn luas dengan perusahaan organisasinya, para pemimpin dan rencana-rencana, yang memiliki tiga ciri-ciri sebagai berikut, pimpinan selalu memberikan informasi mengenai hasil-hasil rapat dengan top management, pimpinan menerima kritik dan saran dari bawahan dan pimpian bersedia memperbaiki kesalahan.
5.
Mendengarkan dalam Komunikasi ke Atas Personel disemua tingkat dalam organisasi harus mendengarkan saran-saran atau laporan-laporan masalah yang dikemukakan personel disemua tingkat bawahan dalam setiap tingkat bawahan dalam organisasi, secara berkesinambungan dan dengan pikiran terbuka. Informasi dari bawahan harus dipandang cukup penting untuk dilaksanakan kecuali ada petunjuk yang berlawanan. Terdapat empat ciri yaitu, pimpinan selalu memberikan kesempatan pada karyawan untuk mendiskusikan masalahmasalah, karyawan merasa bebas untuk tidak menyetujui
75
pendapat
dan
tindakan
pimpinan,
dan
pimpinan
selalu
memperhatikan problem yang dihadapi karyawan. 6.
Perhatian pada Tujuan-Tujuan Berkinerja Tinggi Personel disemua tingkatan dalam organisasi harus menunjukkan suatu komitmen terhadap tujuan-tujua berkinerja tinggi, kualitas tinggi, biaya rendah, demikian pula menunjukkan perhatian besar pada anggota organisasi lainnya.83
2.7
Pengertian Public Relations
Public Relations (PR) apabila diartikan secara umum yaitu membangun hubungan dengan public. Apabila dilihat dari sudut etimologi kata public relations merupakan gabungan dari dua perkataan yaitu “ public “ dan “ relations “. Public adalah sekelompok individu yang terikat oleh satu masalah, kemudian timbul perbedaan pendapat terhadap masalah tadi dan berusaha untuk menggulangi persoalan tadi dengan diskusi sebagai jalan keluarnya. Kemudian ‘relations’ adalah hubungan atau relasi yang timbale balik antar public yang berkepentingan. Menurut Cultip, Center dan Glen Broom dalam bukunya “effektif Public Relations” , PR adalah fungsi manajemen yang memiliki sikap public, mengidentifikasi kebijakan dan tata cara seseorang atau organisasi demi kepentingan public serta merencanakan dan melakukan suatu program kegiatan untuk meraih pengertian dan dukungan publik84. 83 84
Pace & Faules, Op. cit,hal.155 Cultip, Center & Broom, Effective Public Relations, Amerika, Printice Hall, 2000
76
2.8
Public Relations Dalam pemerintahan
Teknik yang digunakan dalam Public Relations di pemerintahan tidak ada bedanya dengan teknik-teknik yang digunakan Public relations bidangbidang lainnya, yaitu teknik penyampaian informasi dan komunikasi. Yang perlu ditegaskan adalah pentingnya peranan Public Relations di instansiinstansi dan lembaga-lembaga pemerintah dalm masyarakat modern.85 Humas pemerintah membantu pemerintah dalam melancarkan arus informasi antar lembaga pemerintahan dan antar pemerintah dengan masyarakat, mengadakan koordinasi dan kerjasama antar humas departemen, lembaga pemerintahan non departemen, lembaga Negara serta Badan Usaha Milik Negara dan merencanakan kegiatan kehumasan. Oleh karena itu diperlukan hubungan koordinasi yang intensif dan efektif baik hubungan internal maupun eksternal. Siap memberikan informasi yang benar agar tidak menimbulkan kontroversi dan distorsi yang dapat meresahkan masyarakat maupun penyelenggaraan pemerintah.86 Adapun fungsi pokok humas pemerintah pada dasarnya adalah: a. Mengamankan kebijaksanaan pemerintah b. Memberikan pelayanan atau menyebarluaskan informasi dalam rangka meyakinkan
masyarakat
(misalnya
menerjemahkan
kebijaksanaan
pemerintah)
85 86
Oemi Abdurracman, Dasar-dasar Public Relations,Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,2000, hal.112 Ibid.,hal.113
77
c. Menerima atau menampung aspirasi dari masyarakat d. Menjadi jembatan atau komunikator aktif dalam rangka komunikasi dua arah. e. Ikut menciptakan iklim untuk mengamankan politik pembangunan.87
87
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Jakarta: Bumi Aksara, 1992, hal. 37
78
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dalam penelitian social menekankan kepada pembuktian terhadap hubungan-hubungan antar variabel atau keterpengaruhan antara variabel satu dan lainnya, suatu perbedaan sifat dan kemampuan dari beberapa variabel, maupun identifikasi terhadap variabel. Sifat-sifat analisis seperti ini lebih tepat menggunakan alat-alat statistik dalam pengujian data di lapangan. Dengan demikian maka analisis kuantitatif menekankan pada empat hal yang dicari dari hubungan-hubungan variabel penelitian, yaitu persoalan hubungan, pengaruh, perbedaan dan identifikasi.
3.2
Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat Deskriptif, Menurut Whitney (1960) metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan, sikapsikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.88
88
Moh. Nazir, Metode Penelitian, Graha Indonesia, 2003, hal. 54-55
78
79
Dengan melihat dari kegunaan dari tipe penelitian deskriptif, maka penelitian ingin menggali lebih dalam untuk menganalisa jaringan komunikasi. informal beserta peran-peran yang ada dalam jaringan komunikasi informal di Bidang Humas Polda Metro Jaya 3.3
Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode survey dimana metode riset dengan menggunakan kuesioner sebagai instrument pengumpulan datanya. Tujuannya untuk memperoleh informasi tentang sejumlah responden yang dianggap mewakili populasi tersebut. Dalam survey proses pengumpulan dan analisis data social bersifat sangat terstruktur dan mendetail melalui kuesioner sebagai intrumen utama untuk mendapatkan informasi dari sejumlah responden yang diasumsikan mewakili polpulasi secara spesifik.89
3.4
Metode Analisis Data
Dalam suatu penelitian ilmiah, diperlukan metode yang tepat. Sesuai dengan pokok permasalahan penelitian ini yaitu ingin menganalisa jaringan komunikasi Bidang Humas Polda Metro Jaya Tentang Masalah Iklim Kerja. Maka metode analisis data yang digunakan adalah analisis jaringan komunikasi.
89
Rahmat Kriantoro, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta, Penerbit Kencana, 2006, hal. 60
80
Analisis jaringan komunikasi adalah suatu metode penelitian untuk mrngidentifikasi struktur komunikasi dianalisis dengan menggunakan beberapa tipe hubungan-hubungan interpersonal sebagai unit-unit analisis. Analisis jaringan komunikasi memungkinkan pemahaman struktur social sebagai suatu proses komunikasi.90 Analisis jaringan ( network analysis ) pada dasarnya bertujuan untuk memetakan kegiatan-kegiatan komunikasi yang melibatkan respondenresponden dalam organisasi ataupun unti kerjanya baik secara formal maupun informal. Responden secara khusus diminta menunjukkan sejauh mana dengan intensitas bagaimana ia terlibat dalam komunikasi dalam rekan-rekan dalam unit atau departemennya didalam jam kerjanya. Dari analisis jaringan ini dapat diperoleh gambaran tentang bagaimana seorang karyawan dapat memperoleh informasi secara efektif untuk menyelesaikan tugasnya dalam jam kerja. Dalam ICA audit data yang dikumpulkan untuk analisis jaringan ini menyangkut dua jenis jaringan yang berbeda, yakni jaringan formal dan jaringan informal. Dalam jaringan formal responden diminta berfikir kembali tentang komunikasi mengirim dan menerima informasi berkaitan dengan struktur formal organisasi, seperti rapat panitia atau rapat staf, memo, pengumpulan lisan atau tertulis, surat edaran, dan komunikasi bisnis lain. Dalam jaringan informal responde diminta berfikir tentang saat ia terlibat
90
Setiawan dan Muntaha, Op.cit, hal.1.14
81
dalam struktur komunikasi obrolan (grapevines), seperti percakapan, pertemuan spontan tana terencana, nota pribadi (personal notes) dan telepon pribadi. Analisis jaringan menurut ICA Audit sangat perlu dilakukan dalam organisasi besar ( complex organizations ). Dan untuk melakukannya secara cermat dibutuhkan program komputer khusus. Suatu analisis jaringan komunikasi terpisah dapat dilakukan untuk berbagai kepentingan yang berbeda, misalnya untuk komunikasi tentang tugas atau kedinasan, komunikasi social, atau komunikasi obrolan dan desas-desus. Dari berbagai analisis jaringan untuk berbagai macam-macam kepentingan ini dapat diketahui adanya berbagai kelompok kecil dengan ikatankuat (cliques ) dan variasi
peran
perorangan
(individual
roles)dalam
berbagai
jaringan
komunikasi antar pribadi yang terbentuk dalam organisasi. Dari analisis jaringan ini akan diketahui bahwa setiap orang memainkan peran tertentu sesuai dengan kedudukannya. Berdasarkan variasi peran komunikasinya dalam kelompok, dapat diketahui bagaimana gerakan perilaku individu-individu dalam sesuatu kelompok atau sejumlah kelompok. Pertama-tama, kita dapat menemukan tokoh bintang komunikasi ( communications star ), yakni orang yang terlibat aktif dalam kegiatan komunikasi yang luas di beberapa departemen atau unit dalam organisasi. Kedua, kita temukan tokoh-tokoh jembatan (bridge), yakni seorang anggota kelompok kecil (cliques) yang secara teratur juga berhubungan dengan
82
seorang anggota dari kelompok kecil yang lain. Ketiga, ada tokoh penghubung (Liasion), yakni orang yang tidak masukdalam kelompok kecil yang manapun tetapi mempunyai hubungan dengan beberapa kelompok kecil. Dan akhirnya ada orang terpencil (isolate), yakni orang secara umum tidak termasuk dalam salah satu kelompok kecil dan hanya mempunyai hubungan antarpribadi yang sangat terbatas dengan orang lain.91
3.5
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai Bidang Humas Polda Metro Jaya. Sampel dalam penelitian ini adalah pegawai Bidang Humas Polda Metro Jaya, Sampel menurut Djalaludin Rakhmat adalah “ sebagai dari objek penelitian populasi yang dipelajari dan diamati”.92 Teknik
penarikan
sample
yang
digunakan
adalah
dengan
menggunakan total sampling, maksudnya adalah sampel diambil dari keseluruhan populasi yang ada.93 Alasan menggunakan total sampling adalah dikarenakan jumlah populasinya yang diteliti berjumlah 30 orang94 sehingga keseluruhan populasi tersebut dijadikan sampel pada penelitian ini. Dengan cara ini maka totalitas atau keseutuhan keadaan jaringan dapat diketahui.
91
Andre Hardjana, Audit Komunikasi : Teori dan Praktek, PT.Grasindo, Jakarta, 2000, hal.66-67 Djalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003, hal.27 93 M.Suparmoko, Metode Penelitian Praktis, Jogjakarta:BEFE, 1998, hal.20 94 Menurut Ibu Santi Kaur Mintu Publikasi Polda Metro Jaya. 92
83
3.6 Teknik Pengambilan Data
3.6.1
Data Primer
Dalam Penelitian ini maka penelitian akan mendapatkan data primer melalui penyebaran kuesioner kepada para responden dengan harapan mereka memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut. Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti.95
3.6.2
Data Sekunder
Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain misalnya dalam bentuk table-tabel atau diagram-diagram. Serta data sekunder dari penelitian ini adalah data kepustakaan.
3.7 Definisi Konsep
1. Analisis Jaringan Komunikasi Informal Analisis
jaringan
komunikasi
informal
adalah
dapat
menggambarkan struktur komunikasi ( dalam sebuah jaringan ) secara 95
Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta: Rajawali Pers, 2005, hal.42
84
lengkap dan menyeluruh baik mengenai arus informasi yang beredar, posisi peranan masing-masing personal pelaku, dan kadar intensitas hubungan yang dimiliki yang bersifat informal (Informally) yang berada diluar struktur formal.
3.8 Operasionalisasi Konsep
Berdasarkan judul dan tujuan penelitian yaitu ingin mengindentifikasi komunikasi informal mengenai masalah iklim kerja beserta peranperannya di dalam jaringan komunikasi informal organisasi
Bidang
Humas Polda Metro Jaya dan untuk mengetahui derajat keterhubungan klik dalam jaringan komunikasi informal Bidang Humas Polda Metro Jaya . Konsep
Dimensi
Indikator -
Derajat Integrasi Pada Tingkat Personal
Derajat Integrasi tinggi
-
-
Jaringan personalnya saling mengunci (interlocking), informasinya hanya antar teman sehingga jaringan ibi sangat solid penyebaran pesannya relative lebih lambat sehingga informasi yang didapat kurang dapat diterima dengan baik sifatnya lebih
85
-
Derajat integrasi rendah
-
-
Konsep
Dimensi -
Derajat Keterhubungan pada tingkat klik
Keterhubungan klik -
Kedominan klik
-
tertutupbagi lingkungan sehingga antar individu terjadi saling integrasi yang tinggi. Jaringan personilnya berbentuk jari-jari (radial), informasinya dapat tersebar ke individu lain yang tidak termasuk dalam pertemanan sehingga jaringan ini relative lebih longgar. Penyebaran pesannya relative lebih cepat sehingga informasi yang didapat lebih dapat diterima dengan baik. sifatnya lebih berbuka bagi lingkungan sehingga antar individu integrasinya rendah. Indikator Adanya keterhubungan antar anggota melalui arus komunikasi pada tingkat klik Frekuensi keterhubungan para anggota pada tingkat klik. Adanya pemusatan arus komunikasi
86
-
-
Keterbukaan Klik
Keintegrasian Klik
Konsep
-
Keterhubungan sistem Pada Tingkat Sistem
Kedominan
Kedominan Sistem
Keterbukaan
Keterbukaan sistem
Adanya individu yang menghubungkan dengan jaringan yang lenih luas
Indikator
Dimensi
Derajat Keterhubungan
Adanya kedominan salah satu individu dalam sebuah klik Adanya keterbukaan klik dalam menerima atau bertukar informasi dalam suatu system.
Adanya keterhubungan klik-klik dalam sebuah system - Frekuensi hubungan anatr klik dalam sebuah system. - Adanya pemusatan & penguasaan kontak komunikasi antar klik dalam sebuah system. - Adanya Kedominan salah satu klik dalam sebuah system - Adanya keterbukaan system untuk saling bertukar informasi dengan lingkungannya.
87
Konsep
Dimensi -
Peran dalam jaringan komunikasi informal
klik
-
Penyendiri
-
Jembatan (Bridge)
Penghubung (Liason)
Penjaga Gawang (gate Keeper)
Pemimpin pendapat
Indikator Adanya kesamaan dalam suatu hal yang membuat mereka melakukan kontak komunikasi dan saling berhubungan. Adanya Kengganan untuk melakukan komunikasi Frekuensi komunikasi yang sangat jarang dilakukan dan kurang mengatahui informasi yang beredar. Adanya anggota sebuah klik yang memiliki sejumlah kontak yang menonjol dalam melakukan kontak komunikasi antara.
- Adanya individu yang menghubungkan dua kelompok atau lebih tetapi ia bukan anggota salah satu kelompok yang dihubungkan tersebut - Adanya individu yang memiliki posisi yamg memiliki posisi strategi dalam sebuah jaringan - Adanya Individu yang melakukan pengendalian atas penyebaran pesan. - Adanya individu
88
(Opinion Leader)
yang membimbing pendapat dan dapat mempengaruhi orang-orang dalam sebuah keputusan dan tidak terikat oleh jabatan formal -
Kosmopolitan
Adanya kontak dengan dunia luar atau organisasi lain dan kontak dengan individu-individu diluar organisasi/klik /system.
3.9 Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini maka proses dalam teknik pengambilan data adalah dengan metode sosiometri, metode ini digunakan untuk menemukan, menuliskan dan mengevaluasikan status social, struktur social dan perkembangan atau proses dari gejala-gejala dengna cara mengukur besarnya penolakan serta penerimaan antara individu-individu dalam kelompok. Dalam analisis peran jaringan komunikasi ini juga dicantumkan satu pertanyaan khusus yang disebut pertanyaan sosiometris, pertanyaan itu akan diolah menjadi gambar sosiogram hubungan , dan dalam gambar sosiogram inilah akan tampak adanya jaringan komunikasi.96
96
Setiawan dan Muntaha, Op.cit, hal.3.4
89
Data sosiometri juga digunakan untuk mendeskripsikan hubunganhubungan social yang ada diantara individu-individu dalam kelompok. Untuk mengukur pilihan dan memahami hubungan antara individu dengan mengukur pikiran mereka, dengan siapa mereka lebih memiliki untuk berinteraksi atau berkomunikasi secara informal. Teknik dasar sosiometri adalah dengan test-sosiometri. Setiap orang dalam kelompok disuruh memilih orang lain dalam kelompok tersebut, mana yang paling disukainya. Dari hasil pilihan tadi nantinya bisa dilihat orang yang paling disukai dan orang yang kurang disukai. Analisis data menggunakan analisis sosiometri, yaitu teknik analisis data dengan jalan melakukan pendekatan teoritis dan metodologis terhadap kelompokkelompok. Untuk kepentingan analisis dibutuhkan berbagai macam bentuk atau konfigurasi sosiometri. Bentuk-bentuk amat berguna untuk melihat dari dekat peranan seseorang dalam sebuah jaringan diharapkan dengan pemahaman tentang identifikasi bentuknya, dapat diambil pengertian serta kesimpulan tentang seberapa besar peranan seseorang itu; sehingga akan memperjelas sosok jaringan yang diteliti.97 Dalam pengertian, sosiometri merupakan sebuah konsepsi psikologis yang mengacu pada suatu pendekatan metodologis dan teoritis terhadap kelompok yang merasa tertarik satu sama lain akan lebih banyak melakukan tindakan komunikasi,
97
Setiawan dan Muntaha, Op.cit, 2005, hal. 2.12
90
sebaliknya individu-individu yang saling menolak, hanya sedikit atau kurang melaksanakan tindakan komunikasi atau biasa disebut derajat integrasi.98 Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur derajat keterhubungan klik adalah.99 Indeks ketrhubungan = kontak-kontak nyata (actual contact) Kemungkinan hubungan (possible contact)
BAB IV 98
S. Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2002, hal.3.30 99 Setiawan dan Muntaha, Op.cit, 200, hal.2.6
91
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
GAMBARAN UMUM BIDANG HUMAS POLDA METRO JAYA 4.1.1
Sejarah Polda Metro Jaya
Cikal bakal berdirinya Kepolisian Jakarta adalah Kepolisian yang dibentuk oleh bangsa Belanda sejak kependudukannya jauh sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945. selanjutnya pembentukan Kepolisian kota Jakarta setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik indonesia tahun 1945 belum sepenuhnya dapat dilaksanakan, sehingga Kepolisian Kota Jakarta masih melanjutkan Kepolisian yang dibentuk pada masa penduduk jepang. Kepolisian
pada
masa
kependudukan
Belanda
disebut
Hoofdbureau Van Politie Batavia atau Kantor Besar Kepolisian Jakarta yang terletak di Jl. Museum dan berdampingan dengan lapangan IKADA Jakarta yang sekarang sudah berubah menjadi Taman Monas Jakarta. Pada masa awal Kemerdekaan (1945) yaitu pada saat Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta Memploklamasikan Kemerdekaan Negara Republik Indonesia, maka pada sidang hari kedua Panitia Persiapan Kemerdekaan Republik Indonesia (PPKI) menetapkan 91
92
Kepolisian Negara Mantan Pimpinan / Direktur Sekolah Negara Republik Indonesia di Sukabumi. Sebelum penyerangan kedaulatan atas Republik Indonesia (1945-1950) kepada Bangsa Indonesia melalui penandatanganan naskah perjanjian antara M. Hatta cs dengan Ratu Juliana di Belanda tanggal 27 Desember 1949, badan-badan Kepolisian sudah berangsurangsur diserah-terimakan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia dan pada tanggal 6 Desember 1949 Kepala kepolisian Negara membentuk Kepolisian Komisariat Jaya dan mengangkat Komisaris Besar Polisi TK I Anting Natadikususmah sebagai Kepala Kantor Polisi Komisariat Jaya berkantor di Jl. Medan Merdeka Barat. Peristiwa ini merupakan tonggak sejarah lahirnya Kepolisian Daerah Jakarta Raya dan sekitarnya (Polda Metro Jaya saat ini ). Sejalan dengan perencanaan tata kota Jakarta dimana Taman Monas Jakarta akan dijadikan paru-paru kota Jakarta, maka pada saat Kepala Polisi Komisariat Jaya Bridjen Polisi M. Suhud tahun 1963 Kantor Polisi Komisariat Jaya pindah ke Jl. Sudirman no.55 Jakarta Selatan. Sebelum Bidang Humas digunakan sebagai nama resmi untuk Bidang Penerangan Polda Metropolitan Jakarta Raya. Sebelumnya digunakan nama Dinas Penerangan Polda Metropolitan Jakarta Raya
93
disingkat Dispen Polda Metro, Dinas ini dahulu dikenal sebagai Bidang Humas, Pada tahun 1951 sesudah penunjukkan Kepala Polisi Negara merasa perlu membentuk suatu Divisi diwilayah pusat dan wilayah daerah yang bertugas untuk mengemban humas. Karena itu kepala polisi negara menerbitkan order tanggal 30 Oktober 1951 dan tanggal 29 Desember 1951 No. Pol/11/18/UM, yang ditandatangani oleh kepala divisi negara R.S. Soekanto pada saat itu. Humas pada saat itu merupakan sesuatu diketahui oleh beberapa orang saja, karena itu mendapat bimbingan teknis dari pada ahli Kepala Polisi Negara telah berusaha untuk memberikan pengarahan kedaerah agar petugas Bidang Humas mengerti apa maksud dan tujuan humas ini. Dalam order tanggal 29 Desember 1951 No. Pol 4/11/18/UM, ditetapkan bahwa dalam humas harus memiliki prinsip. “ Menggunakan segala pengetahuan, tenaga, peralatan, serta keuangan yang telah ada. Dari kesimpulan order diatas dapat disimpulkan seberapa besar dan seriusnya Kepala Polisi Negara Republik Indonesia telah menangani masalah kehumasan dalam badan Polri. Polda Metropolitan Jakarta raya memiliki 13 Polres (Distric Police), 101 Polsek (Sub-distric Police), 318 Pospol (Police Station), dengan jumlah personel (Police Straff) sebanyak 27.648 orang ( 3.010
94
Perwira, 23.099 Bintara, dan 2.633 PNS ). Sedangkan Sarana yang dimiliki berupa sepeda motor sebanyak 2.633 uit, mobil 1.056 unit serta kapal patroli dan motor boat sebanyak 33 unit.100 4.1.2 Fungsi Dan Tugas Bidang Humas Polda Metropolitan Jakarta Raya Menurut Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No.Pol: KEP/7/1/2005, tentang perubahan atas keputusan Kapolri
No. POL/54/X/2002 tanggal 17
Oktober 2002 tentang organisasi dan tata kerja satuan-satuan organisasi pada tingkat Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah (POLDA) lampiran “A” Polda Umum, “B” Polda Metro Jaya, “C” Polres. Pada halam 24 pasal 16 adalah : 1. Bidhumas adalah unsur pelaksana staf khusus Polda Metro Jaya yang berada di bawah Polda Metro Jaya. 2. Bidhumas bertugas menyelenggarakan fungsi hubungan masyarakat melalui pengelolaan dan penyampaian pemberitaan/informasi serta kerja
sama/
kemitraan
dengan
media
massa
dalam
rangka
pembentukan opini masyarakat yang positif bagi pelaksanaan tugas Polri.
100
Profil Polda Metropolitan Jakarta Raya,. 2003
95
3. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bidhumas menyelenggarakan fungsi : a. Pembinaan fungsi humas dalam lingkungan Polda Metro Jaya. b. Penyelenggaraan penerangan umum yang meliputi pengelolaan dan penyampaian informasi termasuk kerja sama/kemitraan dengan media massa berikut komponennya dalam rangka membentuk opini masyarakat bagi kepentingan pelaksanaan tugas Polri. c. Penyelenggaraan penerangan satuan dalam rangka pemerataan informasi dilingkungan Polri. d. Penyelenggaraan peliputan, monitoring, produksi dan dokumentasi semua informasi/pemberitaan yang berkaitan dengan tugas Polri. 4. Bidhumas
dipimpin
oleh
Kepala
Bidang
Humas,
disingkat
Kabidhumas, yang bertanggung jawab kepada Kapolda Metro Jaya dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari berada di bawah Wakapolda Metro Jaya. Bidhumas terdiri dari : a. Sub bidang publikasi dan kemitraan, disingkat Subbidpublikasi 1) Subbidpublikasi adalah unsur pelaksana pada Bidhumas yang berada di bawah Kabidhumas. 2) Subbidpublikasi bertugas menyelenggarakan pengelolaan dan penyampaian
informasi
baik
dilingkungan
Polri
maupun
masyarakat termasuk kerjasa sama/kemitraan dengan media massa
96
berikut komponennya dalam rangka membentuk opini masyarakat bagi kepentingan pelaksanaan tugas Polri. 3) Subbidpublikasi dipimpin oleh kepala Subbidpublikasi yang bertanggungjawab kepada Kabidhumas.
b. Sub bidang dokumentasi dan peliputan, disingkat Subbiddokliput 1) Subbiddokliput adalah unsur pelaksana pada Bidang Humas yang berada di bawah Kabidhumas. 2) Subbiddokliput bertugas menyelenggarakan peliputan, monitoring, produksi dan dokumentasi semua informasi/pemberitaan yang berkaitan dengan tugas Polri. 3) Subbiddokliput dipimpin oleh Kepala Subbiddokliput yang bertanggung jawab pada Kabidhumas.
Deskripsi Pekerjaan Bidang Humas Polda Metropolitan Jakarta Raya
Kabid Humas Polda Metro Jaya
Kabid Humas Polda Metro Jaya bertugas menyelenggarakan fungsi Humas melalui pengelolaan dan penyampaian pemberitaan atau informasi serta kerjasama atau kemitraan dengan media massa dalam rangka pembentukan opini masyarakat yang positif bagi pelaksanaan tugas Polda Metro Jaya.
97
Dalam melaksanakan tugasnya, Kabid Humas Polda Metro Jaya : 1. Menyelenggarakan pembinaan fungsi Humas dalam lingkungan Polda Metro jaya. 2. Menyelenggarakan penerangan umum yang meliputi pemgelolaan dan penyampaian informasi termasuk kerjasama atau kemitraan dengan media massa dalam rangka pembentukan opini masyarakat tugas Polri di lingkungan Polda Metro Jaya. 3. Menelenggarakan penerangan satuan dalam rangka pemerataan informasi di lingkungan Polda Metro Jaya. 4. Menyelenggarakan
peliputan,
monitoring,
produksi
dan
dokumentasi semua informasi atau pemberitaan yang berkaitan dengan tugas Polri di Lingkungan Polda Metro Jaya. 5.
Mengadakan kooerdinasi dan kerja sama dengan instansi,lembaga atau badan pemerintah, swasta dan masyarakat untuk kelancaran tugas kehumasan.
6. Melakukan
pengawasan,
pengendalian
dan
pengevakuasian
pelaksanaan pembinaan kemampuan dan operasional bidang Humas. 7. Mengajukan pertimbangan dan saran kepada Kapolda Metro Jaya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan bidang tugas kehumasan.
98
Kasubbid Publikasi
1. Mengajukan pertimbangan dan saran kepada Kabid Humas Polda
Metro
Jaya
khususnya
mengenai
hal-hal
yang
berhubungan dengan bidang tugasnya. 2. Berdasarkan progiat ( program kegiatan ) Bid. Humas Polda Metro Jaya menetapkan Progiat Subbid Publikasi serta mengarahkan, mengawasi dan mengendalikan pelaksanaannya guna menjamin tercapainya sasaran secara berhasil dan berdaya guna. 3. Penentuan kebijaksaan dan pengambil keputusan dalam rangka memimpin Subbid Publikasi guna menjamin terselenggaranya kegiatan Subbid Publikasi. 4. Membina
disiplin,
tata
tertib
dan
kesadaran
hukum
dilingkungan Subbid Publikasi. 5. Memelihara dan meningkatkan kemampuan personel dan materiil di lingkungan Subbid Publikasi guna meningkatkan kemampuan operasional organisasi. 6. Mengadakan koordinasi dan pengawasan serta memberikan pengarahan terhadap penyelenggaraan fungsi teknis dengan badan-badan lain dilingkungan Polda Metro Jaya.
99
Dalam menjalankan tugas-tugasnya Kassubid Publikasi dibantu oleh : a. Kaur Penum Subbid Publikasi 1. Upaya peningkatan hubungan Polri dan masyarakat. 2. Pemantapan dan peningkatan dalam pengumpulan dan penyusunan data dan informasi actual tentang kegiatan Polri, dengan upaya peningkatan peranan pebungpen di lingkungan satker-satker Polda Metro Jaya dan jajarannya. 3. Menunjang aspirasi masyarakat yang disampaikan melalui perorangan / organisasi dalam bentuk unjuk rasa, audiensatau pemantapan dan peningkatan dalam melakukan hak jawab/koreksi terhadap berita-berita yang tidak sesuai dan merugikan Polri. 4. Pemantapan dan peningkatan penyebarluaskan informasi Polri pada masyarakat. 5. Memantapkan dan meningkatkan kampanye/penerangan tentang pencegahan kriminalitas, kamtibcar lantas, hubungan Polri serta dan masyarakat, termasuk peningkatan peran serta masyarakat dalam menciptakan kamtibmas.
b. Kaur Pensat Subbid Publikasi 1. Meneruskan kebijakan Kapolda Metro Jaya ke seluruh satker di wilayah hukum Polda Metro Jaya. 2. Melaksanakan pemberitaan/kerjasama dengan mass media.
100
3. Melaksanakan upaya peningkatan kualitas majalah metropolitan dengan target isi pengetahuan bijak pimpinan untuk mencapai 60% dalam rangka pemerataan informasi kalangan personel Polda Metro Jaya. 4. Peningkatan Kualitas lembar pensat dan himpunan pensat bulanan. 5. Penerbitan brosur, leaflet dan semua produk penyampaian informasi kedalam. c. Kaur Kemitraan Subbid Publikasi 1. Melaksanakan kerja sama dengan badan-badan Kehumasan wilayah Polda Metro Jaya. 2. Membangun hubungan kemitraan dengan redaksi media massa melalui buku, artikel dan layanan masyarakat. d. Pamin Subbid Publikasi 1. Mengagendakan surat-surat khususnya surat masuk dari urmin bid. Humas ke Subbid Publikasi. 2. Menghubungi wartawan cetak dan elektronik setiap ada press realease. 3. Mendata surat-surat penugasan wartawan. 4. Mendistribusikan lembar pensat.
101
Kassubid Dokumentasi dan Peliputan
Kasubbid Dokliput bertugas menyelenggarakan peliputan, monitoring, produksi dan dokumentasi semua informasi atau pemberitaan yang berkaitan dengan tugas Polri dilingkungan Polda Metro Jaya. Dalam pelaksanaan tugasnya, Kassubid Dokliput berfungsi : 1. Mengajukan pertimbangan dan saran kepada Kabid Humas Polda Metro Jaya khususnya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan bidang tugasnya. 2. Berdasarkan program kegiatan Bid Humas Polda Metro Jaya, menetapkan program kegiatan Subbid Dokliput serta mengarahkan, mengawasi dan mengendalikan pelaksanaannya guna menjamin tercapainya sasaran secara berhasil dan berdaya guna. 3. Penentu kebijakan pelaksaan dan mengambil keputusan dalam rangka memimpin Subbid Dokliput guna menjamin terselanggaranya kegiatan Subbid Dokliput. 4. Pembinaan disiplin, tata tertib, dan kesadaran hukum di lingkungan Subbid Dokliput. 5. Memelihara dan meningkatkan kemampuan personel dan materiil dilingkungan Subbid Dokliput guna meningkatkan kemampuan operasional organisasi.
102
6. Mengadakan
koordinasi
dan
pengawasan
serta
memberikan
pengarahan terhadap penyelenggaraan fungsi teknis peliputan dan produksi dengan badan-badan lain di lingkungan Polda Metro Jaya. Dalam menjalankan tugas-tugasya Kassubid Doliput Dibantu oleh :
a. Kaur Liputan Subbid Dokliput 1. Menyelenggarakan perencanaan giat harian, mingguan, bulanan, peliputan yang berkaitan dengan tugas kepolisian. 2. Membuat jadwal peliputan yang meliputi hari,tanggal, waktu serta tim yang akan liput giat kepolisian. 3. Menyelenggarakan peliputan semua giat peliputan tugas polri. 4. Mengendalikan kegiatan peliputan semua giat peliputan tugas polri.
b. Kaur Prodok Subbid Dokliput 1. Merencanakan kegiatan produksi dan pendokumentasian. 2. Membuat jadwal kegiatan dokumentasi, baik personel maupun waktu. 3. Menyelenggarakan kegiatan dokumentasi sesuai dengan tugas dan tanggung jawab. 4. Mengendalikan setiap kegiatan pendokumentasian agar tercapai hasil yang maksimal. 5. Melaporkan hasil kegiatan kepada pimpinan.
103
c. Kaur Monitor Subbid Dokliput 1. Monitoring berita di media cetak maupun elektronik. 2. Menyelenggarakan kegiatan Monitor. 3. Memberikan saran maupun pendapat kepada pimpinan tentang penyelenggaraan tugas monitor. 4. Melakukan analisa dan evaluasi pelaksanaan tugas monitoring.
d. Pamin Subbid Dokliput 1. Mengagendakan surat-surat khususnya surat masuk dari urmin bidhumas ke subbid dokliput dan di file. 2. Membukukan / mencatat giat liputan, baik foto maupun video dan difile. 3. Membukukan masuk/keluarnya film/kaset yang diterima dari juyar bidhumas. 4. Melaksanakan peliputan giat Polda Metropolitan Jakarta Raya khususnya giat pimpinan. 5. Melaksanakan pembuatan kliping Koran setiap hari kerja yang dikirim ke pemimpin.
Paur Mintu Bidang Humas Polda Metro Jaya
1. Melaksanakan administrasi personel, administrasi materiildan logistik. 2. Melaksanakan urusan ketatausahaan
104
3. Melaksanakan pengaturan urusan dalam (Urdal) 4. Melaksanakan tertib administrasi dan kepustakaan.
Bensat Bidang Humas Polda Metro Jaya
1. Mengirimkan KU – 106, KU – 107, KU – 109, KU – 102 ke Bensat SPIM. 2. Membayarkan gaji untuk anggota dan PNS. 3. Mengisi buku KU – 11. 4. Membuat pertanggungan jawab UYHD.
Visi, Misi, Tujuan Bidang Humas Polda Metropolitan Jakarta Raya
Visi “ Membangun dan membentuk opini masyarakat yang positif terhadap Polda Metropolitan Jakarta Raya sebagai Pelindung, Pengayom, Pelayan Masyarakat dan Penegak Hukum yang profesional serta dapat dipercaya melalui pengelolaan dan penyampaian informasi secara cepat, tepat dan profesional ”. Misi
1. Mengelola Sumber Daya Manusia Polri di lingkungan Bidang Humas Polda Metropolitan Jakarta Raya secara profesional dalam mengelolaan informasi untuk membentuk citra positif kepolisian.
105
2. Mewujudkan model pengelolaan informasi di lingkungan Polda Metropolitan Jakarta Raya yang tersistematikan secara utuh, sinergis dan dapat menjadi pedoman kegiatan bagi pengemban fungsi kehumasan seluruh jajaran Polda Metropolitan Jakarta Raya. 3. Membangun dan memelihara kerjasama yang baik dengan media massa cetak dan elektronik dalam membentuk “Image Building Police” sebagai Pengayom dan Pelayan Masyarakat yang profesional dan bertindak cepat dalam pelaksanaan tugas. 4. Memberikan pelayanan informasi kepada masyarakat terutama kalangan media massa cetak dan elektronika secara transparan dan dapat dipertanggung jawabkan. 5. Membangun
forum
komunikasi
dengan
sesama
lembaga
kehumasan guna mendukung upaya-upaya peningkatan kualitas informasi dan profesionalisme pelaksanaan fungsi humas. Tujuan
1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas Personel Bidang Hubungan Masyarakat sehingga mampu melaksanakan tugas secara efektif dan efisien. 2. Membangun serta memelihara sarana dan prasarana Bidang Hubungan Masyarakat sehingga penggunaan materiil dapat terlaksana secara optimal dan selalu siap pakai.
106
3. Mendukung kegiatan operasional Polda Metropolitan Jakarta Raya melalui kegiatan Publikasi, Dokumentasi, dan Liputan dalam rangka pelaksanaan tugas Polri selaku Pelindung, Pengayoman dan Pelayan Masyarakat. 4. Senantiasa menciptakan opini masyarakat yang positif terhadap tugas-tugas kepolisian Polda Metropolitan Jakarta Raya melalui kegiatan
pengelolaan
dan
penyampaian
informasi
kepada
masyarakat melalui media massa secara benar dan mendidik. 5. Memberikan pelayanan yang optimal di bidang kehumasan. 6. Mendukung program Perpolisian Masyarakat / Community Policing melalui bidang kehumasan. 7. Menggiatkan koordinasi dengan sesama lembaga kehumasan memalui forum komunikasi Bako Humas guna mendukung upaya peningkatan kualitas informasi dan profesionalisme pelaksana fungsi humas.101
101
Berdasarkan Surat Keputusan Kabid Humas Polda Metro Jaya No. Pol. : Skep/02/I/2006/Bid Humas.
107
4.1.5
Struktur Organisasi Bidang Humas Polda Metropolitan Jakarta Raya
Struktur Organisasi Bidang Humas Polda Metropolitan Jakarta Raya Kabid Humas
Juru Bayar
Pembuat Gaji
Paur Mintu
Kasubbid Publikasi
Kaur Penum
Kaur Pensat
Kasubbid Dokliput
Pamin
Pamin
Kaur Kemitraa
Kaur Peliputan
Kaur Prodok
Kaur Monitor
108
4.1.6
Susunan Pejabat Bidang Humas Polda Metropolitan Jakarta Raya
Dalam menjalankan tugas-tugasnya, Bidang Humas Polda Metropolitan Jakarta Raya memiliki berbagai tingkata jabatan yang terdiri dari : 1. Kabid Humas
: Kombes Pol. Drs. Zulkarnain
2. Kassubid Dokliput
: AKBP. Drs. Eddy Ihwanto. Msi
3. Kassubid Publikasi
: AKBP. Mahbub
4. Kaur Penum
: Kompol. Rumiati
5. Kaur Pensat
: Kompol Harun Al Rasyid
6. Kaur Prodok
: Kompol. Suparmo
7. Kaur Monitor
: Kompol. Marwan
8. Kaur Peliputan
: Kompol. Yulia Hutasuhut.
9. Kaur Kemitraan
: Kompol. Surya Darni
10. Pamin Dokliput
: Aiptu. Mingun
11. Pamin Publikasi
: Aipda. Wayan
12. Juru Bayar
: Bribka. Minuk Tin Muryani
13. Paur Mintu
: Drs. Abdul Rojak
14. Pembuat Gaji
: Haeroni Penda
109
4.2
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
4.2.1
Hasil Penelitian
Isi didalam BAB ini adalah membahas mengenai hasil penelitian di lapangan yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner dan observasi tentang masalah jaringan komunikasi informal dalam menangani masalah internal serta peran-peran anggota Bidang Humas Polda Metro Jaya dalam jaringan komunikasi informal. Hasil penelitian ini meliputi karakteristik responden, model jaringan komunikasi dan peran-peran anggota dalam jaringan komunikasi informal serta derajat integrasi dalam jaringan komunikasi informal tersebut.
4.2.2
Karakteristik Responden Mengenai karakteristik responden akan dibahas terlebih dahulu
sebelum berlanjut pada pembahasan mengenai model dan peran serta derajat integrasi didalam jaringan komunikasi informal. Hasil penelitian ini diambil dari anggotai Bidang Humas Polda Metro Jaya yang berjumlah 30 orang. Karakteristik responden dalam penelitian terdiri dari beberapa jenis kelamin,usia,jabatan,pendidikan, dan masa kerja. Data mengenai karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat dari tabel berikut ini :
110
Tabel 4.2.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin N = 30 Jenis Kelamin
f
%
a. Pria
21
70
b. Wanita
9
30
30
100
Jumlah Sumber : Kuesioner No.IA
Berdasarkan pada data tabel diatas dapat dijelaskan bahwa responden yang berjenis kelamin pria berjumlah 21 orang ( 70% ) sedangkan data responden yang berjenis kelamin wanita berjumlah 9 orang ( 30% ). Dapat disimpulkan dari hasil penelitian, bahwa pada Bidang Humas Polda Metro Jaya di dominasi oleh anggota pria daripada anggota wanita.
111
Selanjutnya gambaran responden dilihat dari segi usia dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.2.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia N = 30 Usia
f
%
-
-
b. 21-30 tahun
11
37
c. 31-40 tahun
3
10
d. 41-50 tahun
16
53
-
-
30
100
a. < 20tahun
e. 51 tahun keatas Jumlah Sumber
: Kuesioner 2A Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan pada Bidang
Humas Polda Metro Jaya dapat ditunjukkan pada tabel diatas bahawa usia anggota yang mendominasi yaitu usia 41-50 tahun sebanyak 16 orang ( 54% ). Usia ini dapat dikategorikan usia yang matang dan lebih berpengalaman didalama menangani masalah dan lebih banyak memiliki pengetahuan dan informasi dibidangnya dengan begitu meminimalisasi kesalahan didalam berkerja. setelah itu usia 21– 30 tahun sebanyak 11 orang ( 37% ) dan usia 3140 tahun sebanyak 3 orang ( 10% ).
112
Mengenai responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.2.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan N = 30 Pendidikan
f
%
a. SLTA / Sederajat
19
63
b. D3
1
3
c. S1
8
27
d. S2
2
7
30
100
Jumlah Sumber : Kuesioner 5A
Tingkat pendidikan anggota Bidang Humas Polda Metro Jaya sebagian besar berpendidikan hingga SLTA yaitu sebanyak 19 orang ( 63% ), kemudian 8 orang ( 27% ) lulusan S1, 2 orang ( 7% ) mempunyai jenjang pendidikan hingga S2, dan 1 orang ( 3% ) saja yang menempuh pendidikan D3. Dapat disimpulkan bahwa anggota Bidang Humas Polda Metro Jaya rata-rata hanya menempuh pendidikan tingkat menengah itu dikarenakan faktor umur yang kurang memungkinkan mereka untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, tetapi itu tidak menghambat kinerja anggota didalam memberikan pemikiran-pemikiran atau gagasan yang mereka miliki,
113
dengan pengalaman serta wawasan yang luas diharapkan dapat bersaing dengan anggota lain yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi. Mengenai gambaran responden berdasarkan dari lama masa kerja dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.2.2.4 Karakteristik Responden berdasarkan Masa Kerja N = 30 Masa Bekerja
f
%
a. < 1 tahun
3
10
b. 1-3 tahun
5
17
c. 4-6 tahun
3
10
d. 7-9 tahun
2
7
e. > 9 tahun
17
56
30
100
Jumlah Sumber : Kuesioner No.6A
Berdasarkan tabel diatas mengenai masa kerja anggota dapat dijelaskan bahwa 17 orang ( 56% ) sudah bekerja selama > 9 tahun, 5 orang ( 18% ) telah bekerja selama 1-3 tahun, 3 orang ( 10% ) telah bekerja selama < 1 tahun, dan 3 orang ( 10% ) telah bekerja selama 4-6 tahun, sedangkan hanya 2 orang ( 7% ) yang telah bekerja selama 7-9 tahun. Hal ini juga dapat disebabkan oleh seringnya pergantian personel Bidang Humas Polda Metro Jaya.
114
Mengenai responden berdasarkan status jabatan dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.2.2.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Jabatan N = 30 Status Jabatan
F
%
a. Kabag
1
3
b. Kasubag
2
7
c. Staff
27
90
30
100
Jumlah Sumber : Kuesioner 7A
Pada tabel diatas berdasarkan data yang diperoleh pada penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah Anggota Bidang Humas Polda Metro Jaya yaitu 27 orang ( 90% ) menduduki jabatan sebagai staff. Jabatan ini memang lebih banyak dibandingkan jabatan yang lainnya, karena jabatan sebagai staff sangat diperlukan untuk menunjang kinerja para atasannya. Sedangkan jabatan sebagai kepala bagian Bidang Humas Polda Metro Jaya hanya diduduki 1 orang ( 3% ), kepala bagian bertugas untuk membantu Kapolda dalam mendistribusikan tugas-tugas yang akan dilaksanakan oleh para staff nantinya dan Kapala sub bagian di duduki oleh 2 orang ( 7% ), kepala sub bagian ini yang nantinya akan menunjuk staff mana yang akan
115
melaksanakan sub bagian ini yang nantinya akan menunjuk staff mana yang akan melaksanakan tugas yang didistribusikan oleh kepala bagian. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai permasalahan yang mengakut iklim kerja di organisasi Bidang Humas Polda Metro Jaya. Dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.2.2.6 Berdasarkan Penilaian Terhadap Iklim Kerja N = 30 Keadaan Iklim Kerja
f
%
a. Baik
18
60
b. Cukup Baik
8
27
c. Kurang Baik
4
13
d. Buruk
-
-
30
100
Jumlah Sumber : Kuesioner 3B
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa 18 orang ( 60% ), berpendapat bahwa iklim kerja mereka saat ini sudah dikategorikan baik, sedangkan 8 orang ( 27% ), berpendapat bahwa iklim kerja mereka sudah cukup baik dan 4 orang ( 13% ) berpendapat bahwa lingkungan pekerjaan mereka masih kurang baik. Artinya sebagian besar anggota Bidang Humas Polda Metro Jaya sudah merasakan bahwa dengan iklim kerja yang saat ini, dapat menunjang kinerja
116
mereka dan dapat memberi kenyamanan dalam melaksanakan aktivitasnya atau tugas pekerjaan mereka. Mengenai intensitas mereka dalam membicarakan masalah iklim pekerjaan ini dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.2.2.7 Berdasarkan Intesitas Dalam Membicarakan Masalah Iklim Kerja N = 30 Intensitas
F
%
a. Selalu
4
13
b. Sering
17
57
c. Agak Jarang
6
20
d. Tidak Pernah
3
10
Jumlah
30
100
Sumber : Kuesioner 1B Keterangan Intensitas : a) Selalu, frekuensinya lebih dari 5 kali dalam seminggu b) Sering, frekuensinya lebih dari 3 kali dalam seminggu c) Agak Jarang , frekuensinya antara 1-2 kali dalam seminggu d) Tidak pernah, frekuensinya sama sekali tidak melakukan pembicaraan. Individu didalam melakukan suatu aktivitas selalu melakukan interaksi dengan sesama individu lainnya, tidak akan pernah mereka bisa terlepas dari kontak komunikasi baik itu dilakukan secara verbal maupun nonverbal.
117
Terutama didalam menangani permasalah yang muncul didalam lingkungan tempat mereka berada yaitu iklim kerja, mereka akan selalu melakukan komunikasi guna untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapai serta untuk mendapatkan informasi-informasi yang diinginkan. Tabel data dari hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa responden yang selalu membicarakan mengenai masalah iklim kerja berjumlah 4 orang ( 13% ), mereka selalu membicarakan mengenai hal tersebut dikarenakan tidak adanya kenyamanan kerja yang didapat didalam organisasi, yang sering membicarakan mengenai masalah iklim kerja berjumlah 17 orang ( 57% ) mereka sering membicarakannya karena merasa masih belum merasakan kenyamanan secara keseluruhan baik dari faktor pemimpin, hubungan antar sesama anggota, pembagian tugas & penghargaan terhadap anggota, birokrasi, maupun kurangnya keterlibatan anggota, sehingga mereka berhadap dengan sering membicarakan hal tersebut akan lebih cepat diselesaikan sehingga mereka dapat segera merasakan perubahan dalam iklim kerja mereka, yang agak jarang dalam membicarakanya berjumlah 6 orang ( 20% ), dan yang tidak pernah membicarakan masalah iklim kerja berjumlah 3 orang ( 10% ). Responden yang tedak pernah membicarakan permasalahan ini biasanya karena mereka tidak terlalu tertarik ataupun mereka memang termasuk kedalam orang-orang yang tertutup dan kurang berinteraksi dengan sesama anggota.
118
Mengenai alasan kenapa mereka melakukan komunikasi dengan orang-orang yang ditunjuknya, dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.2.2.8 Alasan Mereka Melakukan Komunikasi Informal Dengan Orang Yang Ditunjuknya N = 30 Alasan melakukan komunikasi
Orang
Orang
Orang
Pertama
kedua
ketiga
F
%
f
%
f
%
a. Karena jabatannya
16
53
17
57
5
17
b. Karena familiar dan terbuka
2
7
1
3
1
3
c. Karena senioritas
1
3
1
3
3
10
d. Karena pendidikannya
2
7
3
10
3
10
e. Karena sudah mengenal lama
3
10
2
7
12
40
f. Karena dapat dipercaya
5
17
5
17
6
20
g. Karena alasannya
1
3
1
3
-
-
Jumlah
30
100
30
100
30
100
Sumber : Kuesioner No.8B Hubungan antara anggota atau saling berinteraksinya anggota merupakan hal yang hidup dan dinamis didalam iklim kerja mereka, mereka saling bertukar informasi untuk mencari apa yang menjadi tujuan mereka. Dalam interaksi ataupun saling bertukar pikiran dan informasi, seperti didalam
119
menangani masalah-masalah mengenai iklim kerja mereka dan lain sebagainya, biasanya mereka mencari orang-orang dalam ruang lingkup iklim kerja mereka yang sesuai dan tepat untuk dapat diajak berkomunikasi dan bertukar pikiran. Mengenai responden yang memilih orang-orang yang diajak bicara dapat dijelaskan berdasarkan tabel diatas. Bahwa anggota Bidang Humas Polda Metro jaya lebih memilih orang pertama dan orang kedua untuk diajak bicara berdasarkan jabatannya, karena orang yang memiliki pangkat yang lebih tinggi atau memiliki pangkat yang sama, agar dapat cepat tersampaikan kepada pimpinan yang lebih tinggi, dan yang memilih orang ketiga untuk diajak berkomunikasi adalah karena sudah mengenal lama sehingga mereka bisa lebih terbuka didalam membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan iklim kerjat, dengan hubungan yang sudah lama terjalin otomatis terdapat saling percaya juga adanya saling memahami apa yang masingmasing mereka rasakan, dan dengan begitu masing-masing individu lebih merasa nyaman didalam berkomunikasi. Mereka biasanya melakukan pembicaraan (obrolan) pada saat waktuwaktu kosong, seperti waktu makan siang, istirahat, ataupun disela-sela tugas mereka yang tidak terlalu padat dan saat mereka telah selesai bekerja. Mereka melakukan obrolan ini tanpa meninggalkan tugas utama mereka.
120
Hasil penelitian mengenai frekuensi mereka melakukan komunikasi informal dengan orang-orang yang mereka ajak bicara dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.2.2.9 Berdasarkan Frekuensi Di Dalam Melakukan Komunikasi Informal N = 30 Frekuensi
Orang
Orang
Orang
Pertama
Kedua
Ketiga
f
%
f
%
f
%
a. Selalu
8
27
7
23
5
17
b. Sering
12
40
11
37
7
23
c. Kadang-kadang
6
20
6
20
12
40
4
13
6
20
6
20
30
100
30
100
30
100
d.
Setiap
kali
ada
permasalahan Jumlah Sumber : Kuesioner 9B Data diatas dari hasil penelitian, dapat diketahui bahwa frekuensi responden dalam melakukan komunikasi informal pada Bidang Humas Polda Metro Jaya menunjukkan bahwa responden yang sering melakukan komunikasi informal jumlahnya lebih banyak, dan ada responden yang menyatakan bahwa mereka selalu melakukan komunikasi informal, dan sebagian lain kadang-kadang melakukan komunikasi informal dan lainnya
121
hanya
melakukan
komunikasi
informal
apabila
mereka
mempunyai
permasalahan saja. Data mengenai media yang paling sering mereka gunakan dalam melakukan komunikasi informal dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.2.2.10 Berdasarkan Media Yang Digunakan Dalam Komunikasi Informal N = 30 Media yang digunakan
f
%
-
-
b. Telepon Pribadi
10
33
c. Obrolan ( tatap muka )
19
64
d. Yang lainnya
1
3
30
100
a. Memo
Jumlah Sumber : Kuesioner 5B
Berdasarkan media yang paling banyak digunakan dalam melakukan komunikasi informal di Bidang Humas Polda Metro Jaya adalah melalui obrolan ( tatap muka ) berjumlah 19 orang ( 64% ). Ini dikarenakan lebih cepat mendapatkan informasi dan dengan melakukan tatap muka secara langsung mereka jadi tahu ekspresi wajar rekan kerja yang sedang mereka ajak berkomunikasi. Sedangkan ada yang melakukan komunikasi informal dengan menggunakan telpon pribadi berjumlah 10 orang ( 33% ), ini dikarenakan biasanya yang menggunakan telepon pribadi hubungan mereka
122
yang sangat dekat dapat lebih leluasa didalam membicarakan masalahmasalah yang ada, dan juga lebih terjaga kerahasiannya. Sedangkan 1 orang (3% ) yang melakukan komunikasi informal dengan menggunakan internet dikarenakan jadwal mereka yang terkadang bersinggungan sehingga mereka memilih cara ini untuk berkomunikasi.
4.2.3
Permasalahan Dominan Dalam Jaringan Komunikasi Informal Manusia adalah mahluk sosial, karena manusia adalah mahkluk sosial
yang hidupnya saling ketergantungan satu sama lain, dan mereka selalu melakukan interaksi dengan sesamanya di dalam mendapatkan informasi maupun untuk memenuhi kebutuhannya, serta untuk mencapai tujuan yang diinginkan, maka dibutuhkanya komunikasi yang efektif agar terciptanya komunikasi yang diinginkan karena komunikasi adalah aktivitas dasar manusia untuk saling berhubungan satu sama lain. Seseorang akan dapat diterima oleh individu yang lain dalam suatu lingkungan apabila seseorang itu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik itu lingkungan dalam keluarga, masyarakan maupun lingkungan pekerjaan mereka serta diharapkan dapat berinteraksi dengan individu lainnya dalam lingkungan tersebut. Untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang ada disuatu perusahaan diharapkan dapat dilakukan dengan melakukan komunikasi agar apa yang menjadi tujuan ataupun permasalahan dapat dicapai dan diselesaikan dengan baik.
123
Permasalahan yang selalu dibicarakan dalam Bidang Humas Polda Metro Jaya lebih banyak atau lebih dominan mengarah pada iklim kerja yang terjadi didalamnya. Dalam hal ini faktor yang mempengaruhi iklim kerja seperti sikap pemimpin, hunbungan sesama anggota, pembagian tugas dan penghargaan terhadap anggota, birokrasi, keterlibatan anggota. Dan berdasarkan penjelasan diatas hal-hal tersebutlah yang selalu menjadi topik dominan dalam setiap percakapan di Bidang Humas polda Metro Jaya.
4.2.4
Jaringan Komunikasi Informal Dalam Menangani Masalah Internal Berdasarkan dengan tujuan penelitian mengenai bagaimana jaringan
komunikasi informal dalam menangani masalah internal, sesuai dari hasil penelitian dilapangan adalah : Jaringan komunikasi informal Bidang Humas Polda Metro Jaya merupakan sistem komunikasi yang digunakan oleh kelompok dalam mengirimkan pesan dari satu orang ke orang lain yang berada diluar struktur formal. Responden menganggap bahwa dengan jaringan komunikasi informal dapat menyelesaikan permasalahan yang sering menjadi pembicaraan para anggota Bidang Humas Polda Metro Jaya, karena permasalahan tersebut dapat mempengaruhi iklim kerja serta kinerja anggota Bidang Humas Polda Metro Jaya.
124
Jaringan komunikasi informal pada Bidang Humas Polda Metro Jaya terdiri dari empat kelompok atau empat klik, dari keempat klik tersebut masing-masing anggota klik memiliki peranan masing-masing, mereka saling bertukar informasi mengenai hal-hal yang menyangkut masalah internal khususnya pada permasalahan iklim kerja. informasi ini akan tersebar kepada anggota lain, sampai pada akhirnya diterima pihak management untuk mendapatkan solusi yang tepat untuk menangani masalah tersebut. Melalui jaringan komunikasi informal diharapkan dapat dijadikan sebagai cara untuk membantu menyelesaikan permasalahan para anggota. Responden juga beranggapan bahwa dengan komunikasi informal sebagai salah satu strategi untuk melancarkan arus komunikasi serta membuat suasana kerja menjadi lebih nyaman dan tidak kaku yang hanya terfokus pada tugas pekerjaan. Komunikasi informal dijadikan responden sebagai saluran bagi mereka untuk dapat saling berinteraksi dan dapat mengeratkan hubungan sesama anggota maupun kepada pimpinan, sehingga mereka merasakan kenyamanan berkomunikasi didalam organisasi tidak tertutup dan pendapat mereka dapat diterima dan didengar serta membuat situasi iklim kerja lebih terasa nyaman. Keberadaan komunikasi informal didalam iklim kerja dapat membuat hubungan kerja menjadi lebih akrab, menimbulkan rasa solidaritas sesama anggota, menumbuhkan motivasi didalam bekerja, dan berperan dalam membantu untuk menyelesaikan masalah-masalah internal, khususnya
125
masalah mengenai iklim kerja, keberadaan komunikasi informal ini dirasakan responden sangat bermanfaat karena mereka menjadikanya sebagai cara untuk membantu menyelesaikan permasalahan internal khususnya pada Bidang Humas Polda Metro Jaya. 4.2.5
Peran-Peran Anggota Dalam Jaringan Komunikasi Informal
Untuk mengetahui masing-masing peranan anggota dalam jaringan komunikasi informal yang ada pada Bidang Humas Polda Metro jaya akan dibahas sesuai dengan hasil penelitian dilapangan dan berdasarkan sumber kuesioner no. 11B-20B yang menggambarkan posisi mereka dalam jaringan komunikasi informal di Bidang Humas Polda Metro Jaya, adalah :
1. Opinion Leader Orang-orang yang menjadi opinion leader, mereka yang mempunyai pengaruh dalam keputusan dan dapat memberi bimbingan dalam pendapat, mereka diberi kepercayaan untuk mengetahui persoalan dan apa yang sebenarnya terjadi. Responden yang menjadi opnion leader pada jaringan komunikasi informal ini adalah Responden no. 26, jabatannya kepala sub bagian dokliput. Responden no. 30, jabatannya kepala sub bagian publikasi. Keempat responden ini berasal dari klik A. Responden no. 04, jabatannya staff dokliput. Responden ini berasal dari klik B. Responden no. 01, jabatannya perwira administrasi publikasi.
126
Responden no. 22, jabatannya kaur kemitraan. Kedua responden tersebut berasal dari klik C. Sedangkan Responden no. 20, jabatannya pembuat gaji. Kedua responden ini berasal dari klik D. Para opinion leader disini tidak hanya dari orang yang memiliki jabatan tinggi, tetapi ada juga mereka yang jabatannya sebagai staff. Pada peran opinion leader tidak selalu orang-orang yang mempunyai jabatan formal dalam organisasi tetapi lebih kepada seorang opinion leader dapat membimbing pendapat dan dapat mempengaruhi orang dalam keputusan.
2. Gate Keeper Penjaga gawang dalam suatu jaringan komunikasi informal adalah responden yang secara strategis ditempatkan dalam jaringan agar dapat melakukan pengendalian atas informasi atau pesan apa yang akan disebarkan. Responden no. 24, jabatanya kaur monitor. Responden no. 17, jabatannya kaur prodok . Kedua responden ini berasal dari klik A. Responden no. 12, jabatannya staff dokliput responden ini berasal dari klik B. Responden no. 15, jabatannya kaur penum responden ini berasal dari klik C. Responden no. 13, jabatannya juru bayar responden ini berasal dari klik D. Responden yang berperan sebagai gate keeper disini, merupakan orang-orang yang dapat mengendalikan arus informasi baik informasi yang masuk maupun informasi yang keluar . mereka mempunyai kekuasaan dalam memutuskan apakah suatu informasi penting atau tidak.
127
3. Kosmopolite Kosmopolite merupakan orang yang melakukan kontak dengan orangorang yang berada diluar kelompok. Mereka menghubungkan organisasi dengan orang-orang dan gagasan-gagasan dalam lingkungan yang lebih besar. Didalam jaringan ini terdapat 1 peran kosmopolitan yaitu Responden No. 11, jabatannya sebagai Kepala Bagian Bidang Humas Polda Metro Jaya.. Dalam kosmolitian biasanya mereka adalah orang yang memiliki pergaulan yang luas serta didukung oleh jabatan mereka serta wewenang yang memudahkan mereka dapat melakukan komunikasi dengan organisasi luar.
4. Bridge Bridge atau jembatan merupakan anggota klik dalam suatu organisasi informal yang menghubungkan atau menjembatani klik itu dengan anggota klik atau kelompok lainnya. Responden yang berperan sebagai bridge disini adalah responden no. 23, jabatannya perwira administrasi dokliput. Responden ini berasal dari klik A. Responden no. 08, jabatannya sebagai staff dokliput. Responden no. 29, jabatannya staff dokliput. responden no. 10, jabatannya staff dokliput. Ketiga responden ini berasal dari klik B. Responden no. 25, jabatannya staff
publikasi. Responden no. 18,
jabatannya staff publikasi. kedua responden berasal dari klik C. Responden no. 02, jabatannya pembuat gaji. Responden no. 09, jabatannya paur mintu
128
humas. Responden no. 14, jabatannya juru bayar. Kedua responden berasal dari klik D. Peran bridge ini merupakan anggota kelompok yang memiliki hubungan yang menonjol, mereka sebagai pengontak langsung antara dua kelompok atau klik. Peranan ini rentan terhadap semua kondisi karena dapat menyebabkan penyimpangan dan kerusakan informasi.
5. Liasion Peran liasion memiliki kesamaan peranan dengan bridge tetapi responden ini sendiri bukan anggota dari suatu kelompok tetapi responden ini merupakan penghubung diantara satu klik dengan klik lainnya. Responden yang berperan sebagai liasion dalam jaringan komunikasi informal disini adalah Responden 05, jabatannya sekertaris pribadi Kepala bagian bidang humas polda metro jaya. Responden no. 07, jabatannya staff dokliput. Responden no. 27, jabatannya kaur peliputan. Responden no. 28, jabatannya kaur penerangan satuan. Responden ini membantu memberi informasi diantara klik-klik dan juga mengkoordinasi kelompok, peran penghubung memegang peran penting bagi berfunfsinya organisasi secara efektif.
6. Isolate Isolate adalah mereka yang paling sedikit atau yang paling minim melakukan kontak atau berkomunikasi dengan anggota dalam organisasi.
129
Responden yang memiliki peran isolate adalah Responden no. 16, jabatannya staff dokliput. responden no. 03, jabatannya staff urmin. Responden no. 06, jabatannya staff dokliput. responden no. 21, jabatannya staff dokliput. responden no. 19, jabatannya staff dokliput. Mereka lebih diasingkan oleh anggota lainnya karena hanya fokus terhadap pekerjaan mereka dan dirinya sendiri daripada berinteraksi dengan orang lain selain itu dilihat secara psikologis mereka merupakan orang-orang yang pendiam, karena kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang bau dipindah tugaskan maka responden ini kurang memiliki motivasi dan mereka cenderung malu untuk berkontak dengan sesama anggota maka menimbulkan ketidak pedulinya mereka dengan keadaan disekeliling mereka.
4.2.6
Model-Model Jaringan Komunikasi Informal Klik-klik yang terbentuk dalam jaringan komunikasi informal lebih
didasarkan pada jabatannya, sudah mengenal lama, dan karena dapat dipercaya, serta dengan memiliki kelompok-kelompok informal yang dijadikan sebagai cara mereka untuk dapat membantu menyampaikan maksud atau pendapat yang menjadi permasalahan mereka. Klik-klik ini terbentuk karena adanya interaksi serta kontak komunikasi antar anggota yang melibatkan orang-orang terdekat atau rekan kerja yang terdekat, orang tersebut dapat berjumlah tiga orang atau lebih, sehingga dari klik-klik ini akhirnya terbentuk lagi menjadi model-model jaringan komunikasi informal.
130
Hasil penelitian mengenai jaringan komunikasi informal didalam menangani masalah internal terdapat empat klik pada Bidang Humas Polda Metro Jaya. Empat klik ini didapat dari sumber kuesioner no. 6B dan 7B dimana
pada
pertanyaan
tersebut
para
responden
diminta
untuk
memberitahukan siapa saja rekan kerja terdekatnya yang bisa diajak bicara atau berkomunikasi mengenai masalaha iklim kerja mereka dari hasil tersebut maka dapat diketahui kelompok-kelompok yang terbentuk. Empat klik tersebut dapat di gambarkan dalam model jaringan komunikasi informal berikut ini, yang pada masing-masing klik tersebut mempunyai model sendirisendiri.
Klik A Model All Channell
23
17
30
24 26
Pada klik A terdapat lima responden, yaitu responden no. 17, jabatannya kaur produksi dan dokumentasi, responden no. 23, jabatannya perwira administrasi, responden no. 30, jabatanya kepala sub bagian publikasi,
131
responden no. 26, jabatannya kepala sub bagian dokliput, responden no. 24, jabatannya kaur monitor. Responden pada klik A ini memiliki jabatan yang bervariasi dan juga berasal dari beberapa bagian di Bidang Humas Polda Metro Jaya. Dalam klik A ini ada responden yang paling mendominasi pada kliknya walaupun pada model ini semua responden berhak melakukan kontak dengan anggota lainnya, responden yang dimaksud adalah responden no. 26 responden ini jabatannya pada struktur formal adalah kepala sub bagian dokliput namun dia juga adalah orang kepercayaan kepala bagian bidang humas, responden ini yang mengatur apabila kabag tidak ada ditempat, responden ini juga yang mengendalikan informasi didalam anggota kliknya baik informasi yang masuk maupun informasi yang keluar. Masalah yang sering dijadikan sebagai pembicaraan pada klik A ini mengenai iklim kerja mereka lebih mengarah pada sikap pemimpin dan birokrasi. Klik ini membentuk model all channel atau sesama saluran, model ini memiliki kesamaan atau kemiripan dengan model lingkaran karena semua anggota klik berhak melakukan komunikasi atau kontak dengan setiap anggota lainnya dan juga memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya. Pada model ini tidak ada yang berperan sebagai pusat informasi. Namun responden yang dianggap paling menonjol dan sering
132
berkomunikasi dengan responden lainnya responden ini juga sering menjadi tempat untuk membicarakan setiap permasalahan yang sedang dialami. Klik A pada model all channel ini terjadi hubungan timbal balik diantara responden yang menjadi anggota klik dengan anggota klik lainnya. Tetapi pada model ini juga terjadi interkloking yaitu anggota klik bebas untuk memilih kepada siapa mereka akan mengajak bicara. Responden no. 23 dapat melakukan komunikasi secara langsung dengan anggota klik lainnya seperti dengan responden no. 24,26 dan 17,30. Kelebihan yang dimiliki model all channel hampir sama dengan model lingkaran,
tiap
anggota
memiliki
kewenangan
yang
sama
untuk
mempengaruhi anggota lainnya, dan setiap anggota bisa berkomunikasi dengan setiap anggota lainnya tidak hanya sebatas dengan dua orang yang berada disisinya. Model ini memungkinkan adanya partisipasi anggota secara optimum. Kekurangan yang dimiliki yaitu karena model ini memungkinkan setiap anggotannyauntuk bisa berkomunikasi dengan setiap anggota lainnya, maka informasi yang tersebar tidak tersentralisasi. Untuk menghitung indeks keterhubungan pada klik ini dapat dilihat pada penjelasan dibawah ini : Indeks keterhubungan = Kontak-kontak nyata Kemungkinan hubungan = 23-17, 17-24, 24-26, 26-30, 30-23, 23-24, 23-26, 1730, 17-26, 30-24 24-30, 26-17, 30-17, 26-23, 24-23, 23-30, 30-26, 2624, 24-17, 17-23
133
= 10 : 10 = 1 = 100% Indeks keterhubungan yang didapat tinggi yaitu sebesar 100%.
Klik B Model Rantai/Chain
08
19
29
10
07
12 04
Model rantai atau chain yang terbentuk pada klik B ini sama dengan model lingkaran kecuali anggota klik yang berada pada kedua ujung rantai hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang saja. Klik B ini terdiri dari 7 responden yaitu responden no. 08, jabatannya staff dokliput, responden no. 19, jabatannya staff dokliput, responden no. 10, jabatannya staff dokliput, responden no. 12, jabatannya staff dokliput, responden no. 04, jabatannya
134
staff dokliput, responden no. 07, jabatannya staff dokliput, responden no. 29, jabatannya staff dokliput. Masalah yang sering dijadikan sebagai pembicaraan pada klik B ini mengenai iklim kerja mereka lebih mengarah pada sikap pemimpin. Pada pola komunikasi klik ini anggota klik dapat sering melakukan komunikasi kecuali anggota klik yang menduduki posisi paling ujung karena hanya dapat melakukan komunikasi dengan satu orang saja, sedangkan responden yang berada pada posisi tengah menjadi pemimpin daripada mereka yang berada diposisi lain, keadaan ini jadi terpusat karena ada responden yang memimpin. Pada model ini terdapat pusat informasi dan satu responden yang menonjol, anggota klik yang mempunyai peranan ini adalah responden no. 04 menduduki jabatan staff dokliput. pada klik B ini anggotanya terbentuk disebabkan karena senioritas namun mereka dapat berkomunikasi dengan baik karena mereka juga sudah saling mengenal lama. Model rantai atau chain juga memiliki kelebihan sama dengan model lainnya, yaitu anggota yang berada diposisi lainnya oleh karena itu model ini lebih tersentralisasi daripada model lingkaran atau model all channel atau semua saluran. Sedangkan kekurangan yang dimiliki model ini adalah anggota yang berada dikedua ujungnya tidak dapat melakukan komunikasi dengan yang lainnya dan hanya bisa berkomunikasi dengan satu orang yang berada
135
disisisnya oleh karena itu kesempatan untuk berkomunikasi menjadi kurang optimal. Untuk menghitung indeks keterhubungan pada klik dapat dilihat pada kejelasan dibawah ini : Indeks keterhubungan = Kontak-kontak nyata Kemungkinan hubungan = 08-19, 19-10, 10-12, 12-04, 04-07, 07-29 29-08, 29-19, 29-10, 29-12, 29-04, 07-08, 07-19, 0710, 07-12, 04-29, 04-10, 04-19 = 6 : 12 = 0.5 = 50% Indeks keterhubungan yang didapat terbilang rendah yaitu hanya sebesar 50%
Klik C Model Huruf “Y”
22
18 01
15
25
136
Model huruf Y yang terbentuk pada klik C ini lebih tersentaralisasi dibandingkan dua model rantai dan all channel atau semua saluran. Pada model Y juga terdapat pemimpin yang jelas yaitu orang ketiga dari bawah, tetapi satu anggota lain berperan sebagai pemimpin kedua yaitu orang kedua dari bawah. Anggota ini dapat mengirimkan dan menerima pesan dari dua orang lainya sedangkan Ketiga anggota lainnya komunikasinya terbatas hanya dengan satu orang lainnya. Klik C ini terdiri dari responden no. 22, jabatannya kaur kemitraan. Responden no. 18, jabatannya staff publikasi. Responden no. 01, jabatannya perwira administrasi publikasi. Responden no. Kaur penerangan umum. Responden no. 25, jabatannya staff publikasi. Responden yang menjadi anggota klik C ini adalah mereka yang didasarkan pada saling percaya diantara mereka dan beberapa juga karena jabatannya, hal tersebut memudahkan dalam melakukan komunikasi. Resonden yang menonjol atau menjadi pemimpin dalam klik ini adalah responden no. 01 selain dalam struktur formal responden tersebut memegang jabatan yang strategis, dalam struktur formal responden ini berada tepat ditengah anggota lainnya dan selalu menjadi pemimpin dalam setiap kontak komunikasi, sehingga responden ini yang paling mendominasi pada klik C. Masalah-masalah yang berkaita iklim kerja yang sering dibicarakan pada klik C ini lebih kepada sikap pemimpin dan pembagian tugas, menurut mereka masih belum cukup puas didalam pembagian tugas, terkadang atasan
137
memerintahkan melakukan pekerjaan yang seharusnya bukan mereka yang mengerjakan hal itu menimbulkan kurangnya motivasi didalam melakukan pekerjaan mereka maka dari itu didalam menyampaikan masalah tersebut mereka membicarakan kepada seseorang yang dianggap dapat menyampaikan informasi tersebut kepada atasan langsung, yang disini yang dianggap mampu melakukannya ditunjukkan oleh responden no.01. Untuk menghitung indeks keterhubungan pada klik ini dapat dilihat pada penjelasan dibawah ini : Indeks keterbukaan = kontak-kontak nyata Kemungkinan hubungan = 22-01, 18-01, 01-15, 15-25 25-15, 15-01, 01-22, 01-18, 22-18 = 4:5 = 0.8 = 80% Indeks keterhubungan yang didapat tinggi yaitu sebesar 80%
Klik D Model Lingkaran / Circle
20 13
02
14
09 05
138
klik D terdiri dari 6 responden, yaitu responden no. 13, jabatannya juru bayar. Responden. 14, jabatannya staff urmin. Responden no. 05, jabatannya sekertaris pribadi Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya. Responden no. 09, jabatannya staff urmin. Responden no. 02, jabatannya kepala urusan administrasi. Responden no. 20, jabatannya pembuat gaji. Klik ini terdiri dari responden yang memiliki hubungan yang sudah lama atau mereka sudah saling mengenal sejak lama sehingga mereka mudah melakukan komunikasi. Pada klik D ini yang membentuk model lingkaran semua responden memiliki wewenang atau kekuatan yang sama untuk mempengaruhi kelompok klik yang lain tetapi ada satu responden yang dianggap mempunyai kekuatan yang paling kuat yaitu responden no.13 , walaupun responden ini dalam struktur formal memegang jabatan sebagai juru bayar akan tetapi responden ini banyak berkomunikasi dan banyak dipilih oleh responden lain dalam klik ini. Masalah-masalah yang berhubungan dengan iklim kerja yang banyak dibicarakan klik D adalah mengenai antar sesama anggota. Menurut mereka ada anggota yang bersikap seperti atasan dan ada anggota yang kurang menghormati anggota lain, itu dapat menimbulkan kecenderungan sosial didalam lingkungan pekerjaan, dan kurang adanya tenggang rasa dengan sesama anggota. Klik ini membentuk model jaringan lingkaran atau circle. Pada model ini semua anggota memiliki posisi yang sama dan memungkinkan semua
139
anggota berkomunikasi satu dengan yang lainnya. Responden 20 dapat berkomunikasi dengan responden 02 dan 13 tetapi tidak dapat langsung berkomunikasi dengan responden 05, 14, 09, dan begitu seterusnya. Bila responden 09 ingin berkomunikasi dengan responden 13, maka informasi harus disampaikan melalui responden 05, 14, 02, 20, begitu juga seterusnya yang berlaku pada responden laiinya. Arus komunikasi pada model lingkaran atau circle yang digambarkan pada klik D ini terus berputar seperti lingkaran. Model lingkaran atau circle ibi juga memiliki kekurangan, yaitu setiap anggota hanya bisa berkomunikasi dengan anggota yang berada di sampingnya. Tidak seorang pun yang bisa berkomunikasi dengan semua anggota lainnya, mereka hanya berkomunikasi mengikuti pola sirkuler, oleh karena itu mereka memiliki akses langsung terhadap seluruh informasi yang diperlukan untuk memecahkan persoalan. Selain memiliki kekurangan model ini juga memiliki kelebihan, yaitu semua anggota memiliki wewenang atau kekuatan yang sama untuk mempengaruhi kelompok, dan model ini memiliki kemampuan beradaptasi dengan perubahan-perubahan dalam tugas. Untuk menghitung indeks keterhubungan pada klik ini dapat dilihat pada penjelasan dibawah ini : Indeks keterhubungan = kontak-kontak nyata Kemungkinan hubungan = 13-20, 20-02, 02-09, 09-05, 05-14, 14-13, 13-14, 1405, 05-09, 09-02, 02-20, 20-13
140
13-02, 13-09, 13-05, 20-09, 20-05, 20-14, 02-05, 0214, 02-13, 09-20, 09-13, 09-14, 05-02, 05-20, 05-13, 14-20, 14-02, 14-09 = 12 : 18 = 0.67 = 67% Indeks keterhubungan yang didapat agak rendah yaitu sebesar 67% Dari model-model yang tergambar di atas maka akan diperoleh gambar jaringan komunikasi informal secara keseluruhan, beserta peran-peran individu di dalamnya. Gambar tersebut ditunjukkan seperti dibawah ini.
141
142
4.3
Analisis Data Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada Bidang Humas Polda Metro Jaya, bahwa pada Bidang Humas Polda Metro Jaya tersebut terdapat adanya jaringan komunikasi informal, komunikasi informal ini terbentuk tanpa direncanakan dan tidak bersifat resmi, karena terjadi melalui obrolan atau desas-desus yang menyebar dari mulut ke mulut, sehingga dalam jaringan
tersebut
terdapat
keterangan-keterangan
yang
tidak
resmi.
Komunikasi informal yang dilakukan ini adalah merupakan keinginan sendiri dari individu-individu serta kebutuhan mereka didalam mendapatkan informasi. Jaringan komunikasi informal pada Bidang Humas Polda Metro Jaya ini tidak hanya dilakukan oleh pegawainya saja akan tetapi juga ikut melibatkan atasan mereka. Klik-klik yang terdapat dalam Bidang Humas terbentuk tidak hanya didasarkan pada kedudukan anggota klik, tetapi juga karena mereka sudah lama mengenal dan orang yang diajak bicara merupakan orang yang dapat dipercaya sehingga mereka lebih terbuka satu sama lain didalam membicarakan masalah-masalah yang muncul diinternal organisasi. Dari keempat faktor yaitu jabatan, familiar dan terbuka, sudah lama mengenal, serta kepercayaan adalah hal yang paling penting untuk dapat melakukan
komunikasi
secara
efektif,
oleh
karena
itu
mereka
mengembangkan kontak informal dengan desas-desus ( grapevine ), untuk mencapai kepuasan mereka dalam melakukan komunikasi.
143
Adanya faktor tersebut merupakan alasan mereka untuk melakukan komunikasi satu sama lain, dan karena hal tersebut mereka tidak merasa sulit untuk saling berinteraksi guna saling bertukar informasi, terutama yang menyangkut masalah-masalah internal perusahaan, khususnya mengenai masalah yang berkaitan dengan iklim kerja mereka seperti sikap pemimpin, hubungan antar sesama anggota, pembagian tugas dan penghargaan, birokrasi , keterlibatan anggota. Berdasarkan dari data penelitian di lapangan, bahwa jaringan komunikasi informal yang terdapat pada Bidang Humas Polda Metro Jaya sangat berperan penting dalam membantu menyelesaikan permasalahan yang ada dalam organisasi. Para pemimpin yang ada pada Bidang Humas Polda Metro Jaya dapat segera mengetahui permasalahan apa yang selama ini menjadi keluhan pegawainya melalui jaringan komunikasi informal yang terbentuk, terutama permasalahan mengenai iklim kerja yang sering kali dibicarakan oleh para anggota Bidang Humas Polda Metro Jaya dan dengan adanya jaringan komunikasi informal pemimpin dapat melakukan managemen issue sebelum terjadi krisis internal organisasi, karena hal tersebut ternyata dapat mempengaruhi kinerja mereka serta dapat menurunkan motivasi mereka dalam bekerja, dengan demikian apa yang menjadi masalah didalam iklim kerja Bidang Humas Polda Metro Jaya dapat cepat terselesaikan tanpa harus
144
menunggu lama, sehingga dapat menimbulkan rasa nyaman serta kepuasan didalam melakukan bekerja. Terbentuknya jaringan komunikasi informal pada Bidang Humas Polda Metro Jaya dapat memudahkan komunikasi baik itu sesama anggota maupun komunikasi dengan atasan, karena jaringan yang terbentuk ini merupakan penghubung antara atasan dengan bawahan tanpa harus dihalangi oleh jabatan formalnya, sehingga hal tersebut dapat menghilangkan kesenjangan diantara mereka dan memudahkan penyelesaian masalah internal dalam perusahaan, khususnya permasalahan mengenai iklim kerja. Apabila iklim kerja tidak tercipta dengan baik maka sulit bagi mereka untuk mendapatkan kenyamanan suasana kerja serta kenikmatan didalam melakukan aktivitas kerja, dan ini akan membawa dampak yang kurang baik bagi organisasi Bidang Humas tersebut. Karena apabila keinginan anggota dan atasan tidak sejalan atau sepaham maka akan selalu timbul rasa tidak puas dan saling tidak menghargai satu sama lain, maka dari itu apabila tidak ada rasa saling menghargai satu sama lain akan sulit sekali agar terbentuk komunikasi yang efektif. Oleh sebab itu organisasi sangat memperhatikan hal tersebut karena kenyamanan didalam bekerja mendukung adanya iklim kerja yang baik. Awal terjadinya jaringan komunikasi informal karena adanya komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi yang saling berhubungan melalui pola arus komunikasi yang berssifat informal atau diluar
145
struktur organisasi yang terjadi diantara nggota-anggota, mereka saling berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam mencari informasi. Adanya kesamaan atau kecocokan yang mereka miliki akan semakin membuka hubungan mereka dan mereka pun akan membuka hubungan mereka dalam organisasi. Penelitian yang dilakukan pada Bidang Humas Polda Metro Jaya, ditemukan empat klik jaringan komunikasi informal dengan 6 peranan responden dalam jaringan tersebut, yang keenam peranan pada jaringan tersebut memiliki fungsi masing-masing dimana fungsi peranan tersebut sangat penting untuk kelancaran jaringan komunikasi informal yang terbetuk. Peran-peran responden dalam jaringan komunikasi informal yang ada dalam Bidang Humas Polda Metro jaya, terdiri dari opinion leader sebanyak 6 orang, responden tersebut tidak semuanya mempunyai otoritas formal dalam organisasi. Tetapi mereka dipercaya dapat membimbing dan mempengaruhi tingkah laku dan keputusan anggota kliknya. Para gate keeper atau penjaga gawang sebanyak 5 orang. Mereka merupakan responden yang mengontrol arus informasi diantara anggota kliknya. Peran kosmolitan hanya terdapat 1 orang. Mereka adalah orang yang melakukan kontak dengan dunia luar dengan individu-individu diluar organisasi. Peran bridge atau penjembatan sebanyak 9 orang, responden ini yang menghubungkan antara anggota klik satu dengan klik lainnya. Peran liason sebanyak 4 orang mereka merupakan penghubung antara satu
146
kelompok klik dengan satu kelompok klik lainnya dan mereka ini responden yang bukan anggota kelompok manapun. Peran yang terakhir adalah isolate, sebanyak 5 orang mereka merupakan responden yang paling sedikit atau tidak sama sekali melakukan kontak komunikasi atau dapat dikatakan sebagai penyendiri. Jumlah klik yang terdapat pada jaringan komunikasi informal Bidang Humas Polda Metro Jaya sebanyak empat klik, yang satu klik beranggotakan lima sampai tujuh orang responden, responden yang ada pada setiap klik tidak hanya memegang satu peranan saja tetapi ada pula beberapa responden yang memegang dua peranan. Anggota Bidang Humas ini sering melakukan komunikasi informal mengenai masalah internal perusahaan khususnya masalah mengenai iklim kerja mereka disela waktu senggang mereka. Klik-klik yang terbentuk disini bersifat informal tidak mengikuti struktur formal tetapi terjadi interaksi sosial yang wajar diantara anggota organisasi. Klik-klik ini membentuk beberapa model jaringan komunikasi informal, yaitu satu klik membentuk model all channel atau semua saluran yaitu klik A, klik ini lebih bersifat terbuka karena setiap individu dapat berkomunikasi dengan semua anggota di dalam klik tersebut tanpa terbatas hanya dengan individu yang berada di kedua sisinya saja, pada klik ini permasalahan yang paling sering dibicarakan adalah mengenai sikap pimpinan dan birokrasi.
147
Model rantai atau chain yaitu Klik B , klik ini sama dengan model lingkaran, akan tetapi anggota yang di bagian ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang saja. Keadaan terpusat juga terdapat disini, yang berada di posisi tengah lebih berperan sebagai pemimpin daripada mereka yang berada di posisi lain. Sedangkan permasalahan yang paling dominan untuk dijadikan bahan pembicaraan pada klik ini adalah sikap pemimpin. Satu klik membentuk model huruf Y yaitu klik C, klik ini lebih tersentralisasi dibandingkan model lainnya. Pada struktur Y juga terdapat pemimpin yang jelas (orang ketiga dari bawah). Anggota ini dapat mengirimkan dan menerima pesan dari dua orang lainnya. Komunikasi ketiga anggota lainnya hanya dengan satu orang lainnya, permasalahan yang sering dibicarakan dalam klik ini adalah mengenai pembagian tugas dan sikap pemimpin, kurang adanya tanggung jawab anggota didalam melakukan pekerjaan mereka. Satu klik yang lain klik D membentuk moden lingkaran atau circle, klik ini lebih bersifat tertutup karena masing-masing individu hanya dapat berkomunikasi dengan individu lain yang berada tepat di kedua sisinya dalam klik ini juga permasalahan yang paling sering dibicarakan adalah mengenai hubungan antar sesama anggota. Masing-masing model tersebut tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Didalam model tersebut terjadi juga pola
148
komunikasi mutual pair atau hubungan saling timbal balik diantara anggotaanggota klik untuk saling bertukar informasi dan terjadi pola interlocking, dimana setiap anggota klik bebas untuk memilih siapa yang diajak berkomunikasi. Terbentuknya klik-klik pada jaringan komunikasi informal pada Bidang Humas Polda Metro Jaya ini dapat menumbuhkan rasa solidaritas dan rasa persaudaraan diantara anggota, selain itu juga jaringan komunikasi informal dapat digunakan oleh para atasan apalagi untuk atasan yang baru saja menduduki jabatan sebagai pimpinan untuk mengetahui apa yang terjadi pada bagiannya masing-masing dan bagaimana cara berfikir anggota serta untuk menyebarkan informasi dan membantu menyelesaikan permasalahan yang tidak dapat dilakukan pada jalur formal. Selain itu dengan melihat pengukuran atau penghitungan terhadap derajat keterhubungan klik kita juga dapat melihat apakah masing-masing klik tersebut terintegrasi satu sama lain dengan melihat hal tersebut kita juga dapat menentukan peranan-peranan yang ada di dalam jaringan komunikasi informal yang terbentuk. juga dari derajat integrasi yang didapat maka kita akan mengetahui apakah informasi yang tersebar dapat cepat diterima oleh setiap individu di dalam suatu klik atau malah informasi yang tersebar tersebut lebih lambat diterima oleh setiap individu yang ada di dalam suatu klik. Dalam klik D yang berbentuk circle atau lingkaran maka kita dapat melihat peran bridge,
149
gate keeper. Sedangkan pada tiga model yang lain kita dapat melihat peran opinion leader secara jelas karena biasanya sifat informasinya lebih terpusat. Bagi humas pemerintah dengan adanya jaringan komunikasi informal dapat membantu mereka menemukan suatu masalah didalam suatu oganisasi yang kemungkinan dapat mengganggu kestabilan di dalam instansi pemerintah tersebut sehingga dengan ditemukannya permasalahan tersebut dengan lebih cepat maka diharapkan penyelesaiannya pun dapat dilakukan secara cepat dan efektif sehingga hal tersebut dapat menekan kemungkinan terburuk yang akan menimpa kestabilan sebuah organisasi. Dengan adanya jaringan komunikasi informal kita dapat melancarkan arus komunikasi baik dari atasan kepada bawahan maupun sebaliknya, dapat merangcang pengambilan keputusan, membuat strategi komunikasi internal yang efektif serta dapat melihat peta komunikasi yang ada didalam organisasi. Dengan jaringan komunikasi beserta model-model klik yang terbentuk kita juga dapat membaca karakteristik setiap individu atau pegawai sehingga setiap permasalahan dari masing-masing individu dapat diselesaikan dengan melihat karakteristiknya sehingga tahap atau cara penyelesaiannya dapat lebih efektif.
150
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang di dapat di lapangan dan hasil analisa yang dilakukan mengenai jaringan komunikasi informal Bidang Humas Polda Metro Jaya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Pada jaringan komunikasi informal mengenai iklim pada Bidang Humas Polda Metro Jaya ditemukan 4 klik yang pada masing-masing kliknya terdapat 5 sampai 7 orang anggota. Klik-klik tersebut terbentuk karena seringnya mereka berinteraksi dan berkomunikasi diluar waktu kerja mereka atau di waktu senggang mereka. Model jaringan yang terbentuk pada klik-klik tersebut mempunyai model-model yang saling berbeda, model-model jaringan komunikasi informal yang terbentuk diantaranya yaitu model all chanel, model huruf ”Y”, model rantai (chain) dan model lingkaran (circle). Dalam jaringan komunikasi informal mengenai iklim kerja Bidang Humas Polda Metro Jaya ditemukan peran-peran khusus pada anggota yang ada di Bidang Humas Polda Metro Jaya yaitu: a. Opinion Leader, dimana dalam penelitian ini ditemukan 6 orang responden yang berperan sebagai opinion leader, dimana mereka tersebar diantara klik A sampai dengan klik D. Mereka merupakan orang-orang
150
151
yang dapat mempengaruhi keputusan dan tingkah laku dari anggota klik yang lainnya dan merupakan orang-orang yang dapat dipercaya. b. Gate keeper, dimana dalam penelitian ini ditemukan 5 orang responden yang berperan sebagai gate keeper, dimana mereka mempunyai fungsi sebagai pengontrol arus informasi yang masuk dan keluar dan mereka menginformasikan kepada anggota-anggotanya. c. Kosmopolite, dalam penelitian ini ditemukan 1 responden, peran kosmopolite adalah menghubungkan para anggota organisasi dengan orang-orang dan peristiwa-peristiwa diluar batas-batas struktur organisasi dan mereka merupakan orang-orang yang sering melakukan kontak dengan orang-orang yang ada di luar organisasi. d. Bridge, dimana dalam penelitian ini ditemukan 9 orang responden yang berperan sebagai bridge, responden ini merupakan anggota klik yang memiliki sejumlah kontak yang menonjol dengan anggota kelompok lainnya. e. Liason, dalam penelitian ini ditemukan 4 orang responden yang berperan sebagai liason. Mereka yang mempunyai peran ini merupakan penghubung antara anggota klik yang satu dengan klik yang lainnya akan tetapi mereka tidak termasuk kedalam salah satu kelompok atau klik tersebut. f. Isolate, dalam penelitian ini ditemukan 5 orang responden yang berperan sebagai isolate . mereka ini termasuk orang yang pendiam dan penyendiri,
152
mereka jarang atau bahkan tidak pernah berkomunikasi dengan anggota atau rekan kerjanya yang lain. Mereka tidak peduli dengan lingkungan yang ada di sekitarnya. Dengan mengidentifikasi bagaimana jaringan komunikasi informal beserta peranan-peranan yang ada didalamnya juga dengan mengidentifikasi derajat keterhubungan klik dalam jaringan komunikasi informal Bidang Humas Polda Metro Jaya. Kita dapat menyimpulkan bahwa masing-masing individu ternyata mempunyai peranan masing-masing dan tidak ada yang menjabat dua peranan sekaligus. Peran-peran yang ada dalam jaringan komunikasi informal Bidang Humas Polda Metro Jaya berperan dalam penyebaran pesan yang bersifat informal. Model klik-klik yang terbentuk dan dengan mengukur derajat keterhubungan klik yang didapat, membantu penyebaran pesan secara lebih cepat dan efektif karena melalui klik-klik pertemanan tersebut pesan dapat lebih terkontrol dan mengalir lewat obrolan santai sehingga diharapkan orang atau individu dapat lebih cepat mengerti. Apalagi bila derajat keterhubungan yang didapat dikatakan tinggi maka kecepatan informasi yang tersebar pun semakin cepat.
5.2
Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat dikemukakan beberapa saran, berupa saran paraktis dan saran akademis yang harus diperhatikan oleh berbagai pihak yang berkepentingan.
153
1. Saran Praktis Bagi pihak Bidang Humas Polda Metro Jaya khususnya para atasan diharapkan dengan adanya jaringan komunikasi informal yang terbentuk dapat lebih mempermudah didalam memanage issue agar tidak terjadi pelebaran issue yang tidak diinginkan atau informasi-informasi yang meleceng yang akhirnya dapat merugikan organisasi, untuk mengetahui arus informasi yang terjadi dibidang Humas Polda Metro Jaya, agar informasi yang tersebar dapat lebih terorganisir terutama untuk hal-hal yang dapat menunjang kinerja anggota Bidang Humas Polda Metro Jaya, untuk menyampaikan aspirasi, kritikan ataupun masukan yang kurang memungkinkan untuk disampaikan secara langsung dalam struktur informal karena terhalang oleh jabatan formal sehingga diharapkan dengan adanya jaringan komunikasi informal pada Bidang Humas Polda Metro Jaya dapat membantu mempercepat penyelesaian setiap permasalahan yang akan selalu hadir nantinya. Serta sebagai salah satu cara managemen untuk melakukan strategi komunikasi. 2. Saran Akademis Bagi para peneliti lainnya yang akan melakukan penelitian sejenisnya, untuk dapat lebih mengembangkan aspek penelitian dalam analisa jaringan komunikasi dengan menggunakan tipe penelitian yang berbeda sehingga diharapkan dapat lebih memperkaya hasil penelitian mengenai analisa jaringan komunikasi yang telah ada.
154
DAFTAR PUSTAKA
Abdurracman, Oemi, Dasar-dasar Public Relations,Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,2000. Cultip Scott M, Allenble Center & Glenn Broom, Effective Public Relations, Amerika, Printice Hall, 2000. Devito, Joseph, Komunikasi antar manusia, Jakarta: Profesional Books, 1997. Effendy, Onong Uchjana, Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994. Effendy, Onong Uchjana, ilmu, komuikasi dan Filsafat Komunikasi, Bandung, 1993 Gamble, Teri Kwi & Michael W. Gamble. Interpersonal Communication in theory, Practice and Context : Houghton Mifflin Company, 2005. Handoko T. Hani, Management, Jogyakarta:BPFE,1994. Hardjana, Andre, Audit Komunikasi : Teori dan Praktek, Jakarta, PT. Grasindo, 2000. Hlloran,Jack, Applied Human Relations Organizational Approach, New York,1994. Kriantoro, Rakmat, Tehnik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta, PT. Kencana, 2006. Mulyana, Dedy, Komunikasi Organisasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000. Mulyana, Dedy, Konteks-Konteks Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000. Mc Quail, Dennis dan Sven Windahl,Model Komunikasi, Alih Bahasa Putu Laksman Pendit,2000. Moore, Frazier, Hubungan Masyarakat, Penerbit Remadja Karya CV, Jakarta, 1988. M. Suparmoko, Metode Penelitian Praktis, Jogjakarta:BEFE, 1998. Muhammad, Arni, Komunikasi Organisasi, Bandung: Bumi Aksara, 2000 Muhammad, Arni, Komunikasi Organisasi, Jakarta, PT. Bumi Aksara, 2005. Muhammad, Arni, Komunikasi Organisasi,Jakarta, 2007.
155
Nazir, Moch, Metode Penelitian, Graha Indonesia, 2003. Rakhmat, Djalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003. Rogers, Everett. M dan Kincaid Lawrence. D, Communication Networts Toward a New Paradigm For Research, New york: The Free Press, 1981. Sendjaja S. Djuarsa, Teori Komunikasi, Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2002. Sendjaja S. Djuarsa, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta : Universitas Terbuka, 2003. Sendjaja S. Djuarsa, Teori Komunikasi, Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2004. Setiawan, Bambang dan Ahmad, Metode Penelitian Komunikasi Jakarta: Terbitan Universitas Terbuka, 2005 Setiawan, Bambang dan Ahmad Metode Penelitian Komunikasi Jakarta: Terbitan Universitas Terbuka, 2004. Setiawan, Bambang dan Ahmad Metode Penelitian Komunikasi II, Jakarta:Terbitan Universitas Terbuka, 2000. Sumanto, ”Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan”. Stoner, James A.F & Charles Wankel, Perencanaan dan Pengambilan Keputusan dalam Manajemen, Jakarta: Rineka Cipta, 1999. Stoner, James A.F dan R. Edward Freeman, Manajemen Jilid I, Jakarta: PT. Indeks Gramedia Grup, 2003. Tubbs, Stewart L. & Sylvia Moss, Human Communication, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001. Umar, Husein, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta: Rajawali Pers, 2005. Warta, Jurnal Visi Komunikasi Volume 2, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas MercuBuana, 2003.
156
Wayne, Pace R. & Don Faules, Komunikasi Organisasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001. Wayne Pace R, Komunikasi Organisasi : Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan, Remaja RosdaKarya, Jakarta, 1993 Wright, H. Norman. Communication at Work. California : Gospel Light, 2002. Wursanto, Ig, Dasar-dasar ilmu komunikasi, Jogjakarta: Andi Offset, 2003.