Seminar Nasional Ilmu Komputer (SNIK 2015) - Semarang, 10 Oktober 2015 ISBN: 978-602-1034-19-4
IDENTIFIKASI FAKTOR BUDAYA ORGANISAS DALAM KESUKSESAN PENERAPAN E-MONEV KOTA SURAKARTA Lusia Sari Murniati1, Paulus Insap Santosa2, Lukito Edi Nugroho3 1,2,3
Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, Universitas Gadjah Mada Email:
[email protected],
[email protected],
[email protected]
ABSTRAK E-Monev merupakan suatu sistem informasi pelaporan monitoring dan evaluasi yang berbasis web. E-Monev diterapkan guna mengatasi permasalahan dalam sistem pelaporan manual, diantaranya tidak tepat waktu, terjadinya duplikasi data, ketidakakuratan data serta biaya yang lebih besar. E-Monev memiliki peran yang penting dalam pelaksanaan pembangunan, yaitu mengetahui perkembangan pelaksanaan pembangunan, realisasi pencapaian target pembangunan dan serapan anggaran guna mendukung pengambilan keputusan oleh kepala daerah. Namun didalam pelaksanaannya, E-Monev masih mengalami kendala, diantaranya kurangnya kesadaran organisasi akan arti peting E-Monev. Untuk itu, tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan model untuk mengidentifikasi faktor budaya organisasi di dalam kesuksesan penerapan E-Monev guna memberikan masukan baik bagi pengambil kebijakan, pengelola sistem maupun pengguna untuk perbaikan dan penyempurnaan terhadap sistem E-Monev. Penelitian ini menggunakan teori budaya organisasi yang dikembangkan oleh Schein dan dilakukan secara kuantitatif dengan 130 responden pengguna e-Monev di Pemerintah Kota Surakarta kemudian dianalisis menggunakan metode SEM-PLS. Hasil dari penelitian ini adalah adanya hubungan antara budaya organisasi dengan kesuksesan penerapan E-Monev serta perlunya diterapkan budaya organisasi yang terdiri dari asumsi dasar, nilai-nilai budaya, dan artefak untuk mencapai tujuan penerapan E-Monev. Kata Kunci: Teori Budaya Organisasi, Budaya Organisasi, E-Monev
1. PENDAHULUAN Penggunaan sistem informasi mulai disadari oleh organisasi modern untuk meningkatkan daya saing dan kinerja organisasi supaya lebih efektif dan efisien. Selain itu, dengan sistem informasi, pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan lebih cepat, tepat, dan akurat. Budaya organisasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan penerapan suatu sistem informasi. Dalam diagram lingkungan sosioteknologi sistem informasi, menurut O‟Brien [1], manusia dan budaya mempengaruhi teknologi informasi dan sistem informasi, demikian pula sebaliknya. Monitoring dan evaluasi merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan pembangunan serta realisasi pencapaian target pembangunan dan serapan anggaran. Selama ini pelaksanaan proses monitoring dan evaluasi secara manual mengalami beberapa kendala seperti pengumpulan laporan yang tidak tepat waktu, kesalahan dalam pengisian laporan, duplikasi data, serta pemborosan anggaran. Untuk itu di Kota Surakarta dibangun sebuah sistem informasi monitoring dan evaluasi berbasis web (E-Monev) guna menyelesaikan permasalahan tersebut. E-Monev penting untuk dilakukan, karena dengan E-Monev, kendala dalam proses pelaksanaan pelaporan monitoring dan evaluasi secara manual dapat diatasi. Tanpa proses monitoring dan evaluasi yang baik maka mustahil dapat dibuat perencanaan kegiatan yang baik di masa mendatang, karena monitoring dan evaluasi kegiatan APBD tahun ini menjadi dasar bagi penyusunan kegiatan APBD ditahun yang akan datang. E-Monev sebagai sebuah sistem informasi yang digunakan untuk melakukan pelaporan monitoring dan evaluasi kegiatan APBD selama ini hanya dijalankan sebagai bagian dari sebuah tugas pokok dan fungsi bagian pelaporan di masing-masing SKPD di Kota Surakarta, belum ada kesadaran dari organisasi akan arti penting E-Monev. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengidentifikasi faktor budaya organisasi dalam kesuksesan penerapan E-Monev di Kota Surakarta. 2. METODE 2.1. Landasan Teori 2.1.1. E-Monev Tujuan penerapan sistem E-Monev yang berbasis web adalah untuk mengukur pencapaian target pembangunan, meningkatkan efektivitas, dan efisiensi pelaporan serta memastikan terbangunnya keterkaitan dengan proses perencanaan dan penganggaran yang berbasis kinerja [2]. Manfaat penggunaan aplikasi E-Monev adalah penyampaian laporan tepat waktu, mempercepat alur sistem pelaporan, membantu para pemangku kepentingan monitoring dan evaluasi dalam memperoleh data realisasi kegiatan baik dari segi keuangan maupun fisik [2], serta meningkatkan kualitas evaluasi 89
Seminar Nasional Ilmu Komputer (SNIK 2015) - Semarang, 10 Oktober 2015 ISBN: 978-602-1034-19-4 kinerja pembangunan sebagai suatu tahap penting dalam keseluruhan siklus perencanaan-pelaksanaanevaluasi pembangunan. 2.1.2. Organization Culture Theory Menurut Schein [3], budaya merupakan elemen organisasi yang paling sulit untuk dirubah. Budaya organisasi adalah asumsi dasar yang digali, ditemukan dan dikembangkan oleh sekelompok orang ketika mereka mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integritas internal, yang terbukti bisa berfungsi dengan baik [4]. Kerangka budaya organisasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerangka dari Edgar Schein [3], yang membagi budaya organisasi menjadi 3 tingkat, yaitu artifacts, espoused values dan basic underlying assumptions. Artifacts, berhubungan dengan atribut fisik dari suatu organisasi yang dapat diamati, dirasakan dan didengar. Atribut tersebut diantaranya adalah fasilitas, gedung kantor, penghargaan, seragam, dan interaksi antar karyawan maupun stakeholder [5]. Tingkat yang kedua adalah espoused values, yang berkaitan dengan tujuan, cita-cita, nilai-nilai, norma, standar, dan prinsip-prinsip moral yang dianut oleh suatu organisasi, seperti misi, strategi, tujuan, filosofi, dan berfungsinya keyakinan di seluruh organisasi [5]. Tingkat yang ketiga adalah basic underlying assumptions, yaitu yang berkaitan dengan hipotesis implisit organisasi, yaitu unsur budaya yang tidak terlihat dan yang tidak dapat disebut di dalam organisasi, seperti aturan tidak tertulis [5]. Pada tingkat ini berlaku budaya yang sudah diterima secara umum, atau kebiasaan. Gambar 1 mengilustrasikan teori budaya organisasi menurut Schein [3].
Gambar 1. Teori budaya organisasi [3]. 2.2. Metode Penelitian Objek dari penelitian ini adalah E-Monev Kota Surakarta, yaitu sistem informasi pelaporan monitoring dan evaluasi kegiatan APBD Kota Surakarta yang berbasis web. Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner kepada 130 pengguna E-Monev Kota Surakarta dengan menggunakan skala likert untuk memperoleh data primer, sedangkan data sekunder diperoleh dari kajian literatur. Data dianalisa menggunakan SEM berbasis varian yang biasa disebut Partial Least Square (PLS) dengan bantuan software smart PLS versi 3.0. Penelitian dibagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama yaitu perancangan penelitian, yang terdiri dari analisis masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, studi pustaka, identifikasi konstruk atau variabel, serta konseptualisasi model. Tahap kedua adalah pengumpulan, pengujian, analisa data serta pengujian hipotesis, yang terdiri dari menentukan sampel dan menyusun kuesioner, menyebar kuesioner, melakukan input data, evaluasi model, uji validitas dan reliabilitas, serta pengujian hipotesis. Tahap ketiga adalah analisis hasil evaluasi dan penyusunan laporan penelitian. Pada Tahap ini terdiri dari pembahasan serta pengambilan kesimpulan dan saran. 2.3. Definisi Variabel Definisi variabel terdiri dari: 1) Asumsi dasar (basic underlying assumption) Aturan tidak tertulis yang telah menjadi kebiasaan dari organisasi. Dalam penelitian ini organisasi adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Pemerintah Kota Surakarta. Asumsi tersebut diantaranya adalah persepsi, pemikiran, keyakinan dalam menghadapi suatu permasalahan, hubungan dengan lingkungan serta sifat-sifat dari anggota organisasi tersebut [4, 5]. 2) Nilai-nilai budaya (values of culture) Visi, misi, tujuan, strategi dari organisasi, serta nilai-nilai dan norma yang dianut oleh organisasi [5]. Nilai–nilai dijabarkan menjadi keterbukaan dan fleksibilitas, kualitas dari komunikasi internal, 90
Seminar Nasional Ilmu Komputer (SNIK 2015) - Semarang, 10 Oktober 2015 ISBN: 978-602-1034-19-4 kompetensi dan profesionalisme, kerjasama antar bidang, tanggung jawab karyawan, apresiasi terhadap kinerja karyawan [6]. 3) Artefak budaya (artifacts of culture) Berhubungan dengan atribut fisik organisasi, seperti fasilitas atau sarana dan prasarana kantor, seragam, penghargaan-penghargaan, serta atribut lainnya yang dapat dilihat dan dirasakan [5]. Selain itu juga cerita tentang keteladanan di organisasi, tata letak ruangan, ritual atau seremoni serta dukungan bahasa [6]. 4) Efektivitas organisasi (organizational effectiveness) Denison dan Mishra [7] dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada hubungan antara budaya organisasi dengan efektivitas. Hubungan tersebut dibuktikan melalui sifat-sifat budaya yaitu: Keterlibatan, konsistensi, dan kemampuan beradaptasi. Selain itu fleksibilitas dan keterbukaan juga merupakan sifat budaya yang mempengaruhi efektivitas organisasi. 5) Kinerja organisasi (organizational performance) Sifat–sifat budaya organisasi seperti keterlibatan, konsistensi, dan kemampuan beradaptasi [7] secara positif mempengaruhi kinerja organisasi. Kinerja organisasi yang meningkat dapat dilihat dari faktor kinerja keuangan, kinerja pelayanan atau kepuasan pelanggan, serta bermanfaat bagi pelanggan [6]. 2.4. Hipotesis Penelitian ini didasarkan pada teori budaya organisasi yang dikembangkan oleh Schein [3] dengan variabel basic underlying assumption, values of culture, artifacts of culture, organizational effectiveness dan organizational performance. Secara diagram konstruk model dapat digambarkan seperti Gambar 2.
Gambar 2. Model penelitian. Asumsi dasar merupakan sesuatu yang dipegang teguh, nilai-nilai yang diterima dan diyakini bersama oleh seluruh anggota organisasi [4]. Oleh karena itu asumsi dasar merupakan sumber dari nilai-nilai (values). Dari uraian tersebut dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut. H1: asumsi dasar berpengaruh positif terhadap nilai-nilai budaya organisasi. Teori tentang nilai-nilai (values) menyatakan bahwa nilai-nilai dibangun dari pengaruh budaya dan konteks sosial [8, 9]. Nilai mempunyai fungsi penting dalam menciptakan norma sebuah organisasi serta mempengaruhi artefak [10]. Indikator nyata dari artefak budaya organisasi tergantung pada keberadaan nilai dan norma. Nilai dan norma terwujud dalam artefak. Dari uraian dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut. H2: nilai-nilai budaya organisasi berpengaruh positif terhadap artefak budaya organisasi. Artefak merupakan budaya organisasi yang paling eksplisit [4]. Menurut Gregory [11], budaya organisasi berpengaruh secara signifikan terhadap sikap dan perilaku karyawan serta efektifitas organisasi. Maka hipotesisnya adalah: H3: artefak budaya organisasi berpengaruh positif terhadap efektifitas organisasi Budaya organisasi sangat kuat mempengaruhi perilaku karyawan melalui sistem kontrol secara formal, prosedur dan otoritas [12], sehingga merupakan sarana ampuh untuk memperoleh hasil organisasi yang diinginkan, melalui peningkatan kinerja organisasi. Mengingat artefak merupakan budaya organisasi yang paling eksplisit, maka disimpulkan hipotesis sebagai berikut. H4: artefak budaya organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Analisis Data Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode SEM (Structural Equation Modeling), yang dilakukan dengan menggunakan piranti lunak (software) statistik smartPLS. 3.1.1. Model Pengukuran Analisis model pengukuran digunakan untuk menganalisis kecukupan ukuran reliabilitas dan validitas. Salah satu ukuran reliabilitas adalah nilai faktor loading indikator tertentu untuk variabel latennya. Menurut Henseler, et. al. [13], nilai minimum faktor loading untuk analisis selanjutnya adalah 0,7. 91
Seminar Nasional Ilmu Komputer (SNIK 2015) - Semarang, 10 Oktober 2015 ISBN: 978-602-1034-19-4 Pada iterasi pertama terdapat beberapa indikator yang memiliki nilai faktor loading kurang dari 0,7, untuk itu indikator tersebut dikeluarkan kemudian dilakukan iterasi kedua sehingga diperoleh nilai faktor loading dan reliabilititas indikator dengan nilai composite reliability yang sesuai untuk analisis selanjutnya seperti terlihat pada Gambar 3. Pada Tabel 1 terlihat bahwa akar Average Variance Extracted (AVE) untuk setiap konstruk lebih besar daripada korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya, hal ini menunjukkan bahwa semua konstruk dalam model yang diestimasi memenuhi kriteria discriminant validity. Karena model pengukuran memuaskan maka model struktural dapat dianalisis.
Gambar 3. Composite reliability.
AC BA OE OP VC
Tabel 1. Discriminant validity AC BA OE OP 0.806 0.396 0.829 0.516 0.429 0.827 0.421 0.442 0.518 0.788 0.419 0.395 0.506 0.442
VC
0.854
3.1.2. Model Struktural Menilai model struktural adalah mengevaluasi hubungan antar konstruk laten seperti yang telah dihipotesiskan dalam penelitian sehingga dapat ditentukan secara langsung apakah hipotesis tertentu didukung oleh data yang dikumpulkan. Tabel 2 menyajikan analisis model struktural dari koefisien path, menggunakan α = 0,05, dimana semua hipotesis diterima. Hasil dari uji hipotesis ditunjukkan oleh Gambar 4.
Path H1 : BA → VC H2 : VC → AC H3 : AC → OE H4 : AC → OP
Tabel 2. Path Coeffisients Path Coefficient t value (β) (p value) 0,395 t = 4,663 p = 0,000 0,419 t = 5,366 p = 0,00 0,516 t = 7,140 p = 0,000 0,421 t = 6,176 p = 0,000
Gambar 4. Hasil uji hipotesis.
92
Hipotesis Diterima Diterima Diterima Diterima
Seminar Nasional Ilmu Komputer (SNIK 2015) - Semarang, 10 Oktober 2015 ISBN: 978-602-1034-19-4 3.2. Pembahasan Budaya organisasi menjadi fokus dalam penelitian ini. Empat hipotesis yang diajukan diterima berdasarkan analisis data yang diperoleh. Keempat hipotesis yang diajukan digunakan untuk mengidentifikasi faktor budaya organisasi dalam kesuksesan penerapan E-Monev di Kota Surakarta. Hipotesis pertama (H1) menyatakan bahwa asumsi dasar berpengaruh positif terhadap nilai-nilai budaya organisasi. Hal tersebut terbukti dengan diterimanya hipotesis tersebut. Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai path coefficient antara basic underlying assumption dengan values of culture adalah β = 0,395 (t = 4,663; p = 0,000). Dengan meningkatnya asumsi dasar sebuah organisasi seperti kepercayaan dan keyakinan maka akan mepengaruhi pemikiran dan persepsi sehingga dapat menciptakan nilai-nilai budaya organisasi yang semakin baik atau meningkat. Dengan meningkatnya nilai-nilai budaya organisasi maka akan semakin meningkat pula minat serta penggunaan E-Monev di SKPD. Hal tersebut dapat mempengaruhi persepsi aparatur akan sistem pelaporan yang baik. Asumsi dasar merujuk kepada aturan-aturan yang tidak tertulis di SKPD dalam proses pelaporan dengan E-Monev, persepsi dan pemikiran aparatur, keyakinan aparatur di dalam menghadapi suatu permasalahan di dalam pelaporan, kualitas hubungan antara pengguna dengan admin serta sifat-sifat aparatur. Dengan meningkatnya asumsi dasar maka akan semakin meningkat pula nilai-nilai budaya organisasi yang tercipta, sehingga akan meningkatkan minat dan penggunaan e-Monev sebagai sistem pelaporan monitoring dan evaluasi kegiatan APBD. Nilai-nilai budaya organisasi yang baik akan menciptakan artefak budaya yang baik pula. Semakin meningkat (positif) nilai-nilai budaya dalam suatu organisasi maka akan semakin meningkat dan berkualitas nilai-nilai budaya yang termanifes dalam artefak organisasi. Hal tersebut terbukti dengan diterimanya hipotesis kedua (H2) yang menyatakan bahwa nilai-nilai budaya organisasi berpengaruh positif terhadap artefak budaya organisasi. Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa path coefficient antara values of culture dengan artifacts of culture adalah β = 0,419 (t = 5,366; p = 0,000). Nilai-nilai budaya organisasi seperti kesuksesan, keterbukaan di dalam pelaksanaan kegiatan dan pelaporan anggaran kegiatan, kualitas komunikasi internal antar bidang dalam SKPD, kompetensi dan profesionalisme aparatur, aparatur yang bertanggung jawab serta apresiasi SKPD terhadap aparatur turut berperan dalam menciptakan artefak budaya organisasi yang baik. Artefak budaya organisasi dapat dilihat dari adanya keteladanan baik dari pimpinan maupun aparatur, tersedianya kantor atau gedung yang representatif disertai dengan sarana dan prasarana yang memadai, adanya agenda rutin seperti diskusi dan pengarahan yang membahas pencapaian kinerja dan kendala-kendala yang dihadapi, sehingga dapat meningkatkan penggunaan E-Monev di SKPD sehingga manfaat dari E-Monev tersebut dapat dirasakan oleh SKPD. Budaya organisasi yang termanifes dalam artefak budaya organisasi berpengaruh positif terhadap efektifitas organisasi. Artefak organisasi yang baik dapat mempengaruhi perilaku karyawan serta efektifitas organisasi. Hal tersebut dibuktikan dengan diterimanya hipotesis ketiga (H3). Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa path coefficient antara artifacts of culture dengan organizational effectiveness adalah β = 0,516 (t = 7,140; p = 0,000). Dengan artefak budaya organisasi yang baik seperti keteladanan akan kesuksesan aparatur, tata letak ruangan yang baik disertai dengan tersedianya fasilitas yang memenuhi, adanya ritual atau seremoni yang mendukung seperti diskusi dan pengarahan setiap minggu dapat meningkatkan minat serta penggunaan E-Monev sehingga dapat berpengaruh positif serta meningkatkan efektivitas organisasi. Meningkatnya efektivitas organisasi dapat dilihat dari meningkatnya keterlibatan aparatur di dalam sistem pelaporan monev, meningkatnya konsistensi di dalam pelaporan, meningkatnya kemampuan beradaptasi aparatur terhadap sistem informasi yang baru, meningkatnya fleksibilitas di dalam pelaporan, serta meningkatnya tingkat keterbukaan atau transparansi anggaran di dalam pelaporan kegiatan APBD. Hipotesis keempat (H4) menyatakan bahwa artefak budaya organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi. Hal tersebut terbukti dengan diterimanya hipotesis tersebut. Tabel 2 menunjukkan bahwa path coefficient antara artifacts of culture dengan organizational performance adalah β = 0,421 (t = 6,176; p = 0,000). Artefak budaya organisasi sebagai manifes dari nilai-nilai budaya organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja organisasi. Semakin meningkat artefak budaya organisasi (SKPD) maka akan semakin meningkat pula kinerja dari SKPD. Artefak budaya organisasi seperti keteladanan atau cerita tentang kesuksesan aparatur dalam menggunakan sistem informasi, tata letak ruangan yang baik dan nyaman disertai dengan tersedianya fasilitas yang memenuhi seperti adanya ruang komputer yang dilengkapi dengan bandwidth yang cukup, adanya diskusi dan pengarahan setiap minggu tentang kegiatan SKPD, target dan serapan anggaran, serta langkah-langkah yang akan dilakukan oleh SKPD untuk mencapai target dapat meningkatkan minat serta penggunaan E-Monev sehingga dapat meningkatkan kinerja organisasi. Kinerja organisasi dapat dilihat dari meningkatnya kinerja keuangan SKPD, meningkatnya kinerja pelayanan SKPD baik kepada masyarakat maupun aparatur sehingga dapat 93
Seminar Nasional Ilmu Komputer (SNIK 2015) - Semarang, 10 Oktober 2015 ISBN: 978-602-1034-19-4 tercapai kepuasan oleh pelanggan (masyarakat dan aparatur), meningkatnya pelayanan dan kerjasama antara SKPD dengan stakeholder terkait serta mendorong terjadinya inovasi-inovasi SKPD guna pelayanan yang optimal kepada masyarakat sehingga kesejahteraan masyarakat dapat tercapai. 4. SIMPULAN Telah dihasilkan pengembangan model yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor budaya organisasi dalam kesuksesan penerapan E-Monev Kota Surakarta. Dari model tersebut, keempat hipotesis yang diajukan diterima, hal ini menunjukkan adanya hubungan antara budaya organisasi dengan kesuksesan penerapan E-Monev. Untuk mencapai kesuksesan dalam penerapan E-Monev di Kota Surakarta perlu adanya langkah-langkah yang nyata dan komprehensif untuk menanamkan budaya organisasi yang baik di lingkungan SKPD supaya minat serta penggunaan E-Monev meningkat sehingga SKPD dapat memahami arti penting E-Monev. Keteladanan sikap pimpinan, apresiasi terhadap kinerja aparatur, adanya pertemuan rutin untuk membahas capaian target kegiatan dan kendalanya, tersedianya fasilitas yang memadai terutama bandwidth serta adanya pelatihan merupakan budaya organisasi yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan penerapan E-Monev. Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu hanya menggunakan 5 (lima) variabel sederhana untuk melihat faktor budaya organisasi. Kedepan dapat dilakukan penelitian dengan variabel yang lebih kompleks untuk meneliti faktor budaya organisasi terhadap E-Monev di daerah lainnya 5. REFERENSI [1] O‟Brien, J. 2007. Enterprise Information System (13th ed.). McGraw-Hill, New York. [2] Bappenas, K. E. K. P. 2013. Pedoman Penggunaan Aplikasi e-Monev Daerah. Bappenas, Jakarta. [3] Schein, E. H. 1988. Organizational Culture, Sloan School of Management Working Papers, 2088 (88), 1–50. [4] Schein, E. H. 1992. Organizational Culture and Leadership. San Francisco: Jossey-Bass. [5] Cacciattolo, K. 2014. Understanding Organisational Behaviour, European Scientific Journal. 2 (November): 1–7. [6] Hogan, S. J. dan Coote, L. V. (2014). Organizational culture, innovation, and performance: A test of Schein‟s model. Journal of Business Research, 67(8): 1609–1621. [7] Denison, D. R. dan Mishra, A. K. 1995. Toward a theory of organizational culture and effectiveness. Organization Science, 6(2): 204–223. [8] Dose, J. J. 1997. Work values : An integrative framework and illustrative application to organizational socialization. Journal of Occupational and Organizational Psychology, 70(3) : 219–240. [9] Rokeach, M. 1973. The Nature of Human Values. Free Press, New York. [10] Gibson, C. dan Zellmer-Bruhn, M. 2001. Metaphors and meaning: An intercultural analysis of the concept of teamwork. Administrative Science Quarterly, 46(2): 274–303. [11] Gregory, B. T., Harris, S. G., Armenakis, A. a., dan Shook, C. L. 2009. Organizational culture and effectiveness: A study of values, attitudes, and organizational outcomes. Journal of Business Research, 62(7): 673–679. [12] O‟Reilly, C. A., Chatman, J., dan Caldwell, D. F. 1991. People and Organizational Culture: a Profile Comparison Approach To Assessing Person-Organization Fit. Academy of Management Journal, 34(3), 487–516. [13] Henseler, J., Ringle, C. M., dan Sinkovics, R. R. 2009. The Use Of Partial Least Squares Path Modeling In International Marketing, Emerald Grup Publishing. 20: 277–319.
94