I. PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakang Perlindungan (save) kawasan merupakan langkah awal konservasi kawasan sebagai prasyarat untuk dapat mempelajari (study) seluruh potensi dan pemanfaatannya (use) secara berkelanjutan. Strategi untuk lebih mengefektifkan perlindungan dan pengamanan kawasan konservasi adalah dengan membagi wilayah ke dalam resort-resort. Strategi pengamanan tersebut sudah lama diterapkan dalam pengelolaan taman nasional di Indonesia. Sampai saat ini hampir semua taman nasional telah membagi wilayahnya ke dalam resort-resort. Pembagian wilayah ke dalam resort-resort dapat dilihat pada contoh yang terdapat di beberapa taman nasional di Indonesia sebagaimana yang disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Jumlah dan rata-rata luas resort di beberapa taman nasional Taman Nasional
Luas Taman Nasional
Jumlah Resort
TN Gunung Gede TN Alas Purwo
21.976 ha 43.420 ha
22 6
TN Way Kambas
125.621,3 ha 90.000 ha
9
198.629 ha
6
1.300.000 ha 800.000 ha
37
TN Gunung Palung TN Kutai TN KerinciSeblat TN BetungKerihun TN Lorenzts
2.505.600 ha Sumber : informasi dari masing-masing Taman Nasional
4
6 9
Rata-rata Luas Resort 998.9 ha 7.236,67 ha 13.957,92 ha 22.500 ha 33.104,83 ha 35.135,14 ha 133.333,3 ha 278.400 ha
Berdasarkan data di atas, diketahui rata-rata luas resort bervariasi antara 998,9 ha sampai dengan 278.400 ha dan jumlah resort tiap-tiap taman nasional juga berbeda-beda antara 4 – 37 unit. Jumlah dan luas resort yang bervariasi disebabkan belum tersedianya pedoman untuk menentukan jumlah dan luas suatu resort taman nasional. Penetapan jumlah dan luasan resort yang selama ini sudah dilakukan dianggap tidak didasarkan pada “kriteria” dan “indikator” yang mencukupi dari justifikasi ilmiahnya (Wiratno 2009). Walau demikian, kenyataan menunjukkan
2 bahwa taman-taman nasional telah membentuk resort-resort di wilayah kerjanya. Dalam pengelolaan taman nasional, resort-resort merupakan satuan pengamanan wilayah taman nasional yang mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan perlindungan dan pengamanan. Resort-resort menjadi ujung tombak dalam mengatasi berbagai bentuk gangguan kawasan. Saat ini, resort-resort dihadapkan pada berbagai bentuk gangguan terhadap keamanan kawasan taman nasional berupa kegiatan-kegiatan illegal seperti : perambahan, illegal logging, illegal fishing, illegal mining, poaching dan lain sebagainya. Gangguan-gangguan sebagaimana disebutkan di atas terjadi hampir di semua taman nasional. Kegiatan perambahan misalnya terjadi di kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan seluas > 50.000 ha yang berupa perkebunan kopi rakyat, sedangkan di Taman Nasional Gunung Leuser 20.000 ha kawasan rusak akibat perambahan dan 4.000 ha kawasan sudah ditanami dengan sawit (Wiratno 2009). Bentuk gangguan lain yang terjadi di kawasan konservasi termasuk taman nasional yang dilaporkan selama tahun 2009 adalah penebangan liar sejumlah lebih dari 21.208 batang, perburuan liar terhadap berbagai jenis satwa liar sebanyak 5.808 ekor dan penambangan emas seluas 716,97 ha (Ditjen PHKA 2009). Berbagai bentuk gangguan tersebut telah memunculkan pertanyaan mengenai kinerja pengamanan resort-resort taman nasional. Kinerja sering disamakan artinya dengan hasil kerja dan prestasi kerja. Dalam arti yang lebih luas kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Menurut Amstrong dan Baron (1998), diacu dalam Wibowo (2007) pencapaian pekerjaan dilakukan melalui serangkaian kegiatan dengan mengerahkan sumber daya yang diperlukan. Dalam konteks pengamanan maka kinerja pengamanan dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan mengerahkan sumber daya pengamanan di tingkat resort yang diperlukan untuk mencapai tujuan pengamanan. Berdasarkan pengertian tersebut maka kinerja pengamanan berkaitan erat dengan kondisi sumber
3 daya pengamanan (input), kegiatan pengamanan (process) yang dilakukan serta hasil-hasil dari kegiatan pengamanan (output). Kenyataan menunjukkan bahwa pengelolaan taman nasional terkendala oleh keterbatasan sumber daya manusia, sarana, prasarana dan anggaran
pengelolaan.
Kondisi
demikian
berpengaruh
terhadap
ketersediaan sumber daya pengamanan di tingkat resort-resort taman nasional yang pada akhirnya berdampak pada kinerja pengamanannya. Meskipun demikian sejauh ini belum ada upaya untuk mengetahui kondisi sebenarnya dari sumber daya pengamanan di tingkat resort-resort taman nasional. Oleh karena itu perlu suatu kegiatan yang dapat memberikan gambaran yang sebenarnya tentang kondisi sumber daya pengamanan di tingkat resort. Gambaran kondisi sumber daya pengamanan di tingkat resort ini diharapkan dapat menjadi informasi berharga guna perbaikan kinerja pengamanan resort-resort taman nasional. Kegiatan sebagaimana dimaksud pada uraian sebelumnya penting untuk dilakukan mengingat sejak diterbitkannya Peraturan Menteri Kehutanan No. 03/Menhut-II/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Taman Nasional dinyatakan bahwa resort-resort yang selama ini dikenal sebagai satuan tugas dalam pengamanan wilayah taman nasional dimungkinkan untuk dibentuk menjadi resort pengelolaan. Disamping itu kebijakan pengelolaan taman nasional berbasis resort yang sedang dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam semakin mempertegas pentingnya gambaran mengenai kondisi kinerja pengamanan di tingkat resort-resort taman nasional. Mengingat kondisi jumlah resort dan ketersediaan sumberdaya pengamanan yang berbeda-beda di semua taman nasional di Indonesia maka upaya penggambaran kondisi kinerja pengamanan sebaiknya dilakukan tidak hanya pada resort-resort pada satu taman nasional. Semakin banyak resort yang “dievaluasi” diharapkan akan semakin banyak memberikan gambaran tentang kondisi kinerja pengamanan di tingkat resort taman nasional. Hasil penggambaran kondisi kinerja pengamanan di tingkat resort diharapkan dapat menemukan praktik-
4 praktik
pengelolaan
terbaik
(best
management
practices)
dalam
pengamanan kawasan di tingkat resort taman nasional. Untuk menemukan praktik-praktik pengelolaan terbaik (best management practices) dalam pengamanan kawasan di tingkat resort maka perlu dipertimbangkan untuk memilih lokasi pada beberapa taman nasional khususnya yang ada di luar Pulau Jawa maupun yang ada di Pulau Jawa sebagai pembanding. Pertimbangan pemilihan lokasi didasarkan pada kenyataan mengenai kondisi taman nasional di luar Jawa yang dihadapkan pada sedikitnya jumlah tenaga pengamanan dengan luasnya areal kawasan yang harus dikelola. Kondisi demikian sering berkebalikan dengan taman nasional yang ada di Pulau Jawa dimana jumlah tenaga pengamanan lebih banyak dan areal yang dikelola jauh lebih sempit. Atas dasar pertimbangan tersebut maka untuk mendapatkan gambaran yang berbeda mengenai kondisi kinerja pengamanan di tingkat resort-resort dipilih Taman Nasional Betung Kerihun (TNBK) di Kalimantan Barat, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) di Jawa Barat dan Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) di Jawa Timur. Gambaran kondisi kinerja pengamanan pada resort-resort taman nasional kemudian diperbandingkan untuk dapat menemukan praktikpraktik pengelolaan terbaik (best management practices). Hasil dari kegiatan ini diharapkan dapat memberikan informasi penting yang dapat menjadi masukan untuk meningkatkan kinerja pengelolaan taman nasional di Indonesia. Oleh karena itu, untuk dapat menghasilkan gambaran mengenai kondisi kinerja pengamanan di tingkat resort-resort taman nasional perlu dilakukan penelitian mengenai kinerja pengamanan taman nasional berbasis resort. 1.3. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahanpermasalahan yang perlu diperhatikan terkait dengan kinerja pengamanan resort-resort taman nasional adalah : 1. Bagaimanakah kondisi sebenarnya sumberdaya pengamanan pada setiap resort pada ketiga taman nasional yang diperbandingkan?
5 2. Bagaimanakah kondisi keamanan resort-resort berdasarkan gangguan yang terjadi? 3. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kinerja pengamanan? 4. Bagaimanakah efisiensi resort-resort pada ketiga taman nasional?
1.4. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mendeskripsikan kondisi sumberdaya pengamanan resort-resort di ketiga taman nasional 2. Mendeskripsikan keamanan kawasan dilihat dari besarnya gangguan 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pengamanan 4. Menghitung efisiensi resort-resort taman nasional. 1.5. Manfaat penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat : 1. Manfaat bagi pengelola adalah dapat menjadi masukan bagi unit pengelola (Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun, Balai Taman Nasional Gunung Gede Panrango dan Balai Taman Nasional Alas Purwo) untuk mengembangkan pengelolaan taman nasional berbasis resort. 2. Manfaat bagi peneliti adalah untuk mengembangkan kemampuan analisis dan sintesis atas permasalahan-permasalahan dalam pengelolaan kawasan konservasi 3. Manfaat bagi ilmu pengetahuan adalah mengembangkan cara-cara pendekatan untuk memperoleh pengetahuan yang berguna (manajemen kawasan konservasi).