I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat berlimpah dan salah satunya adalah sumber daya hutan tropis, dengan luas sekitar 113,8 juta ha, Indonesia menempati urutan ketiga di dunia sebagai negara yang memiliki hutan tropis terbesar setelah Brazil dan Argentina. Selain memiliki keanekaragaman jenis kayu, seperti meranti, pinus merkusi, ramin, agathis, keruing ebony, jati, jabon, medang dan lainnya, hutan tropis juga menghasilkan jenis non kayu seperti rotan, sagu, bakau, nipah dan aneka ragam lainnya (Kusumaningtyas, 1997). Furniture merupakan salah satu produk yang dihasilkan dari olahan kayu. Saat ini, industri pengolahan kayu berkembang cukup pesat sehingga mampu menjadi salah satu produk unggulan ekspor. Ekspor furniture kayu memberikan prospek yang cukup baik dalam penerimaan devisa negara. Pada tahun 1999 telah mencapai sekitar US$ 1,2 miliar dan pada tahun 2000 angka ekspornya naik sekitar 22,5 persen menjadi US$ 1,470 miliar. Angka ekspor furniture sedikit menurun di tahun 2001 menjadi US$ 1,389 miliar namun pada tahun 2002 naik kembali 6,12 persen menjadi US$ 1,474 miliar (www.suarapembaruan.com, 2003). Angka tersebut menunjukkan bahwa sektor furniture tetap memiliki pasar yang kuat. Hal ini menggambarkan bahwa sektor furniture kayu ini sangat potensial dalam meningkatkan devisa negara. Potensi yang cukup baik ini perlu ditunjang oleh kualitas dan pengawasan produksi furniture, mengingat produk furniture yang dihasilkan Indonesia masih kalah kualitasnya dibandingkan dengan
furniture produksi luar negeri, terutama dalam desain produk dan efisiensi biaya produksi. Dalam hal efisiensi biaya produksi, bisa dimulai dari efisiensi material, tenaga kerja, jam kerja, kapasitas mesin, mengurangi produk yang cacat, ataupun faktor lainnya selama proses produksi berlangsung. Keberhasilan industri furniture dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya bahan baku. Menurut Assauri (1999) bahan baku merupakan salah satu unsur bagian dari sumber-sumber di samping modal, tenaga kerja, dan lain-lain yang harus dimanfaatkan secara efisien dalam usaha memperoleh keuntungan tanpa melupakan pentingnya memenuhi kepuasan konsumen. Persediaan bahan baku merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting karena menunjang kelancaran dan kesinambungan proses produksi, baik kelebihan maupun kekurangan persediaan akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Kelebihan persediaan mengakibatkan tingginya biaya penyimpanan, disamping tingginya resiko kerusakan bahan baku akibat terlalu lama disimpan di gudang. Sedangkan kekurangan persediaan dapat mengganggu jalannya proses produksi sehingga mengakibatkan tidak terpenuhinya permintaan konsumen dengan baik yang pada akhirnya dapat merugikan perusahaan secara keseluruhan. PT. Cahaya Sakti Furintraco merupakan perusahaan furniture yang merupakan salah satu unit bisnis dari holding company Olympic Group, yang mengolah bahan baku berupa kayu perkebunan (plantation wood) menjadi berbagai macam produk furniture dengan merk dagang yang bervariasi sesuai dengan target pasarnya. Orientasi pemasaran ditujukan ke dalam dan luar negeri. Hingga saat ini sistem pemasarannya terus merambah ke seluruh pelosok tanah air dan ekspor ke sekitar 40 negara (www.sinarharapan.co.id, 2005). Proses produksi
masal yang dilakukan perusahaan secara kontinu atau sistem produksi continuous flow line, tentunya terdapat banyak faktor-faktor uncertainty yang dapat terjadi. Faktor uncertainty dapat terjadi akibat dari kesalahan selama proses produksi baik yang disebabkan oleh teknologi maupun kelalaian karyawan. Kesalahan selama proses produksi akibat teknologi seringkali terjadi karena pengaturan awal mesin yang salah, sedangkan kelalaian karyawan seringkali terjadi pada mesin yang masih dioperasikan secara manual. Kondisi ini mengakibatkan kebutuhan akan bahan baku menjadi bervariasi. Bervariasinya kebutuhan bahan baku akan membuka peluang untuk terjadinya kehabisan persediaan atau stockout. Stockout dapat dihindari dengan memesan dan menyimpan persediaan dalam jumlah yang besar tetapi menyimpan persediaan dalam jumlah besar dapat mengakibatkan besarnya pula biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan untuk menyimpan persediaan bahan baku tersebut. Melihat kenyataan di atas, maka diperlukan suatu pengendalian persediaan yang lebih realistis terhadap kondisi uncertainty yang mengakibatkan berfluktuasinya kebutuhan bahan baku. Pengendalian persediaan dengan lingkungan yang probabilistik akan dapat memenuhi kebutuhan bahan baku dalam kondisi ketidakpastian serta mampu mengantisipasi kemungkinan terjadinya kehabisan persediaan. Dengan menerapkan model persediaan bahan baku dalam kondisi ketidakpastian (inventory under uncertainty) tersebut, diharapkan dapat memberikan usulan penanganan persediaan bahan baku dengan biaya yang minimal (Clendenen dan Rinks, 1996).
1.2 Perumusan Masalah Seluruh unit bisnis Olympic Group baik dalam pemesanan maupun penyimpanan bahan baku menjadi tanggung jawab sepenuhnya PT. Cahaya Sakti Furintraco. Pihak perusahaan memiliki anggaran tertentu baik dalam pembelian maupun penyimpanan bahan baku. Seringkali terjadinya persediaan yang menumpuk disebabkan karena adanya alasan antisipasi terhadap kondisi cashflow perusahaan yang berfluktuasi, sulitnya pengadaan bahan baku, serta kegagalan dalam proses produksi. Selain menggunakan bahan baku lokal, perusahaan juga melakukan impor bahan baku. Pembelian dan pemakaian bahan baku impor memerlukan penanganan yang baik untuk menjamin kelancaran proses produksi. Hal ini disebabkan jangka waktu pemesanan dan pengiriman bahan baku yang memakan waktu hingga berbulan-bulan. Selain itu, adanya kenaikan harga BBM di dalam negeri menyebabkan harga bahan baku yang diperoleh dari pemasok lokal juga mengalami peningkatan harga. Pemasok lokal cenderung untuk menjual bahan baku ke luar negeri karena harga ekspor yang lebih menarik. Hal ini juga akan berdampak pada kelangkaan bahan baku sehingga memungkinkan perusahaan mengalami stockout. Seiring dengan tuntutan pasar yang semakin tinggi akan kualitas produk, ketepatan waktu, harga dan kontinuitas produk serta makin banyaknya pesaing yang berada dalam pasar, maka PT. Cahaya Sakti Furintraco perlu memperhatikan manajemen perusahaannya, terutama manajemen persediaan yang menyangkut masalah perencanaan, pelaksanaan pembelian dan pengendalian persediaan.
Mengingat pentingnya manajemen persediaan bahan baku dalam suatu perusahaan, maka diperlukan adanya sistem pengendalian persediaan yang efektif dan efisien, serta ditunjang dengan sistem pencatatan persediaan bahan baku yang baik. Dengan melakukan pengendalian persediaan yang baik diharapkan perusahaan dapat mengambil keputusan yang optimal akan persediaan bahan baku, sehingga masalah kelebihan maupun kekurangan persediaan bahan baku dapat dihindari dan mencegah terjadinya pembelian secara kecil-kecilan yang dapat mengakibatkan biaya pemesanan menjadi lebih besar. Dengan kondisi tersebut, maka permasalahan yang akan dianalisis adalah : 1. Bagaimana sistem pengadaan bahan baku yang selama ini dilakukan oleh perusahaan ? 2. Bagaimana pengendalian persediaan bahan baku yang selama ini dilakukan oleh perusahaan ? 3. Apakah ada metode alternatif pengendalian persediaan bahan baku yang sesuai dengan kondisi perusahaan ? 1.3 Tujuan Penelitian : Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Mendeskripsikan pengadaan bahan baku beserta permasalahan yang dihadapi perusahaan. 2. Menganalisis pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan perusahaan dengan menghitung besarnya total biaya persediaan. 3. Memberikan usulan alternatif kepada perusahaan dalam mengendalikan persediaan untuk meminimalkan total biaya persediaan.
1.4 Manfaat Dari hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Perusahaan, sebagai pertimbangan dan masukan dalam menentukan persediaan dan pembelian bahan baku yang optimum sehingga dapat meminimumkan total biaya persediaan. 2. Penulis, dapat mengaplikasikan teori-teori yang diperoleh selama perkuliahan terutama yang berhubungan dengan manajemen persediaan. 3. Pembaca, sebagai literatur untuk penelitian yang berhubungan dengan masalah-masalah yang relevan dengan penelitian ini. 1.5 Ruang Lingkup Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Penelitian ini hanya akan menganalisis bahan baku kayu olahan berupa Particle Board (PB) dan Medium Density Fibreboard (MDF) yang digunakan di PT. Cahaya Sakti Furintraco. 2. Perhitungan biaya kekurangan persediaan dengan mengasumsikan kekurangan persediaan bersifat backorder. 3. Asumsi-asumsi
lain
yang
berkenaan
dengan
dikemukakan pada saat asumsi tersebut digunakan.
pembahasan
akan