1
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam hayati yang
sangat beragam yang menjadi andalan perekonomian nasional. Kondisi agroklimat di Indonesia sangat sesuai untuk pengembangan komoditas tropis dan sebagian subtropis pada ketinggian antara nol sampai ribuan meter diatas permukaan laut. Komoditas pertanian (mencakup tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan) dengan keragaman dan keunikannya yang bernilai tinggi serta diperkuat oleh kekayaan kultural yang sangat beragam menjadi salah satu daya tarik untuk investasi baik skala kecil maupun besar. Pemerataan
pembangunan
terutama
pembangunan
pertanian
di
Indonesia masih menjadi kendala yang harus segera ditemukan jalan keluanya. Jika dilihat dari data nasional bahwa tingkat kemiskinan yang tinggi berada di daerah perdesaan dimana sebagian besar penduduknya adalah petani, hal ini disebabkan petani di perdesaan kurang menmperoleh sentuhan baik program pemerintah maupun adanya investasi pihak swasta. Menurut Pasaribu (2012) bentuk keberpihakan pemerintah dalam pembangunan pertanian dapat dilakukan dengan lima (5) pendekatan stabilitas pemerintah dalam pembangunan yaitu : 1. Meningkatkan lapangan kerja di perdesaaan, untuk menghambat urbanisasi di perkotaan;
2
2. Menopang ketahanan pangan Indonesia dari ketergantungan impor dari negara-negara maju; 3. Mengoptimalkan sumber daya alam yang sudah ada sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa pada Indonesia sebagai negara agraris; 4. Sebagai pengendali faktor inflasi bagi ekonomi Indonesia yang bersumber dari permintaan bahan makanan 5. Memberikan peluang bagi angkatan muda wirausaha Indonesia, untuk membuka lapangan kerja baru bagi pemuda-pemudi generasi baru Indonesia. Kenyataannya pembangunan di sektor pertanian saat ini masih menghadapai banyak tantangan dan hambatan seperti rendahnya kualitas sumber daya manusia di perdesaaan, keterbatasan kepemilikan sumber daya lahan pertanian, lemahnya organisasi petani dan pembinaan penyuluh pertanian, ketahanan pangan dan energi, keterbatasan akses permodalan, masih rendahnya nilai tukar petani dan kurang harmonisnya koordinasi kerja antar sektor dalam pembangunan pertanian. Kemampuan petani dalam mengakses sumber-sumber permodalan sangat terbatas karena lembaga perbankan belum berani memberikan pinjaman permodalan untuk usaha bidang pertanian, selain itu persyaratan yang rumit dan cukup banyak dan tidak semua persyaratan yang diperlukan dapat dipenuhi oleh sebagian besar petani. Penilaian pihak perbankan yang menganggap bahwa sektor pertanian sebagai usaha yang berisiko tinggi dan skim kredit yang ditawarkan pihak perbankan masih terbatas untuk usaha produksi, belum menyentuh kegiatan pra dan pasca produksi.
3
Menurut Mosher dalam Arsyad (1997) ada 5 (lima) syarat mutlak dalam pembangunan pertanian yaitu: 1. Adanya pasar untuk hasil usaha tani Meningkatnya produksi hasil pertanian harus diimbangi dengan permintaan (demand), sistem pemasaran dan kepercayaan petani terhadap sistem pemasaran hasil-hasil pertanian. 2. Teknologi yang terus berkembang Perkembangan teknologi pertanian digunakan untuk meningkatkan produski pertanian, sehingga dengan luas areal pertanian yang sama dapat diproduksi yang lebih besar, hal ini di mulai dengan cara-cara pengolahan tanah, bibit unggul, pemupukan berimbang dan pengendalian hama penyakit tanaman. 3. Tersedianya bahan dan alat-alat produksi secara lokal Perkembangan teknologi pertanian menuntut ketersedian sarana produksi pertanian tersedia di berbagai tempat dalam jumlah yang cukup banyak, misalnya bibit unggul, pupuk, pestisida dan makanan ternak sehingga keperluan para petani selalu tersedia. 4. Adanya perangsang produksi bagi petani Faktor perangsang utama yang membuat petani bersemangat untuk meningkatkan hasil produksinya adalah faktor yang bersifat ekonomis, misalnya hasil produksi yang menguntungkan, jaminan harga dan pemasaran yang mudah dan ketersediaan barang dan jasa yang dibutuhkan petani dan keluarganya.
4
5. Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinu Tanpa tersedianya pengangkutan yang murah dan terjangkau keempat syarat tersebut tidak dapat berjalan secara efektif. Oleh karena itu diperlukan jaringan distribusi hasil pertanian yang luas di sentra-sentra produksi hasil pertanian. Disamping kelima syarat mutlak tersebut ada 5 syarat tambahan untuk memperlancar pembanguan pertanian yaitu : (1) pendidikan pertanian, (2) kredit produksi, (3) kegiatan gotong royong petani, (4) perbaikan dan perluasan lahan pertanian dan yang terakhir, (5) perencanaan nasional pembangunan pertanian. Sejalan dengan pemikiran-pemikiran di atas, untuk meningkatkan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraan petani dapat dilakukan dengan memberikan fasilitasi bantuan modal usaha tani baik untuk petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani lainnya untuk mengembangkan usaha tani yang dimiliki. Pemerintah melalui Kementerian Pertanian menyusun Program Pengembangan Usaha Tani Perdesaaan (PUAP), yaitu dengan memberikan kepastian akses permodalan kepada petani, pendampingan, pengelolaan keuangan dan kemandirian kelompok tani. Dalam pelaksanaan program PUAP, gapoktan (gabungan kelompok tani) penerima program dibina dan difasilitasi oleh penyuluh pendamping yang ditunjuk oleh Pemerintah Daerah dan Penyelia Mitra Tani (PMT) yang ditunjuk oleh Kementerian Pertanian. Dengan adanya program ini diharapkan mampu memberdayakan petani dan organisasi petani (Gapoktan) dan mendorong peningkatan perekonomian perdesaaan melalui pengembangan kegiatan usaha agribisnis.
5
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) penerima program PUAP adalah wadah/organisasi anggota rumah tangga tani berserta usaha agribisnis yang dimiliki menjadi fokus dalam pelaksanaan program PUAP (target grup). Pelaksanaan PUAP diharapkan dapat menjadi cikal bakal terbentuk dan berkembangnya Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) yang dibentuk, dimiliki dan dikelola oleh gapoktan sehingga permasalahan keterbatasan permodalan petani yang selama ini menjadi kendala dalam berusaha tani atau kegiatan agribisnis lainnya di perdesaaan dapat diatasi. Pembangunan
perdesaaan
dapat
dilakukan
dengan
memberikan
penekanan pada pertumbuhan ekonomi lokal sehingga mampu tumbuh dan berkembang dengan menyesuaikan kondisi sosial budaya daerah setempat. Kota Pagar Alam merupakan salah satu Kota yang berada di Provinsi Sumatera Selatan yang memiliki sektor unggulan bidang pertanian dengan komoditas unggulan yaitu tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. Dari data BPS tahun 2015 produksi hasil perkebunan yaitu kopi di Kota Pagar Alam berada pada urutan ke-6 dari 17 Kabupaten/Kota se-Propinsi Sumatera Selatan dengan produksi per tahun mencapai 9.183 ton dan luas tanam 8.323 ha atau lebih luas dari lahan sawah yaitu 3.440 ha. Selain itu Kota Pagar Alam mempunyai keunggulan lain yang didukung oleh topografi sebagai pemasok utama sayuran dataran tinggi di Propinsi Sumatera Selatan selain Kabupaten OKU Selatan. Dengan keunggulan yang dimiliki Kota Pagar Alam tersebut di atas maka perlu adanya perkuatan dan pemberdayaan gapoktan yang menjadi penggerak kehidupan usaha tani di perdesaaan untuk mendorong tercapainya ekonomi
6
kerakyatan yang tangguh dengan basis pertanian, agrobisnis dan kewirausahaan. Upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Pagar Alam adalah dengan melaksanakan program PUAP dari Kementerian Pertanian yang pada tahun 2010. Setelah melalui serangkaian penilaian oleh Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kota Pagar Alam baik dari sisi kelayakan organisasi, administrasi dan usaha tani yang dilakukan dan telah mendapat persetujuan dari Kementerian Pertanian maka pada tahun 2010 ada 11 (sebelas) gapoktan yang penerima program PUAP yang tersebar di 8 (delapan) Desa di Kota Pagar Alam. Desa Penerima Program PUAP tersebut adalah: Desa Selibar, Desa Dempo Makmur, Desa Nendagung, Desa Agung Lawangan, Desa Jangkar Mas, Desa Muara Siban, Desa Atung Bungsu, Desa Semidang Alas dan Desa Jokoh. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kota Pagar Alam tahun 2014 setelah menerima program PUAP tahun 2010 ada Gapoktan yang mampu berkembang dan memperoleh beberapa penghargaan baik tingkat Provinsi dan Nasional yaitu Gapoktan Semidang Alas, penghargaan yang diterima oleh gapoktan Semidang Alas adalah: 1. Penghargaan sebagai gapoktan berprestasi tingkat nasional dari Kementerian Pertanian pada tahun 2011. 2. Penghargaan LKMA (Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis, yang merupakan unit usaha bentukan dari gapoktan) teladan peringkat kedua di Propinsi Sumatera Selatan pada tahun 2014. Dari gambaran dan latar belakang pelaksanaan program PUAP tersebut diatas penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan
7
pelaksanaan program PUAP dan untuk mencari faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat keberhasilan program PUAP. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai solusi untuk pengembangan gapoktan yang lain dan sebagai acuan/perencanaan dalam perencanaan program-program lain di masa mendatang.
1.2.
Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka pertanyaan dalam
penelitian ini adalah : 1. Bagaimana tingkat keberhasilan pelaksanaan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaaan (PUAP)? 2. Faktor-faktor apa saja yang membedakan tingkat keberhasilan pelaksanaan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaaan (PUAP)?
1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas, tujuan dari penelitian ini
adalah : 1. Membandingkan tingkat keberhasilan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaaan (PUAP) di Desa Semidang Alas dan Desa Dempo Makmur di Kota Pagar Alam. 2. Menemukan faktor-faktor yang membedakan tingkat keberhasilan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaaan (PUAP) di Desa Semidang Alas dan Desa Dempo Makmur di Kota Pagar Alam.
8
1.4.
Batasan Penelitian Batasan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Semidang Alas, Kelurahan Jokoh, Kecamatan Dempo Tengah dan Desa Dempo Makmur, Kelurahan Dempo Makmur, Kecamatan Pagar Alam Utara Kota Pagar Alam. 2. Desa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah satuan wilayah yang secara administratif merupakan bagian dari suatu Kelurahan, setelah Pagar Alam terbentuk menjadi Kota, ada Desa yang berubah menjadi Kelurahan dan ada yang bergabung dengan Desa lain menjadi satu Kelurahan. 3. Lokasi penelitian yaitu Desa Semidang Alasdan Desa Dempo Makmur yang mendapat program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaaan (PUAP) pada tahun 2010 dengan komoditas unggulan tanaman hortikultura dan perkebunan yang merupakan komoditas unggulan Kota Pagar Alam.
1.5.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan bagi
Pemerintah Kota Pagar Alam dalam melaksanakan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaaan (PUAP) selanjutnya dalam penentuan kebijakan dan program-program terkait pada sektor pertanian yang melibatkan kelompokkelompok sasaran sebagai subyek dan obyek program pembangunan. Selain itu sebagai bahan masukan dan pengembangan Gapoktan penerima program di Kota Pagar Alam. Penelitian ini secara teoritis dapat menambah khasanah pengetahuan khususnya dalam perencanaan dan pengembangan pertanian di perdesaaan dan
9
sebagai acuan bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang ingin meneliti dan memperdalam penelitian mengenai Program PUAP.
1.6.
Keaslian Penelitian Penelitian sebelumnya mengenai program PUAP yaitu: meneliti tentang
partisipasi
petani
perkembangan
dalam
program
pelaksanaan PUAP
dan
program
PUAP,
faktor-faktor
yang
analisa
dampak
mempengaruhi
keberhasilan program PUAP. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan program PUAP yaitu faktor lingkungan sosial budaya, faktor kelembagaan dan faktor lokasi. Untuk lebih jelasnya penelitian yang sudah dilakukan mengenai Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP), dapat diihat pada Tabel 1.1 dibawah ini:
10
Tabel 1.1 Perbedaan Penelitian Program PUAP dengan Penelitian sebelumnya No
Peneliti
Judul
1
Endang Lastinawati, 2011
1.
Triane Widya Analisa Dampak Pelaksanaan Anggriani, Program Pengembangan 2012 Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Studi Kasus Gapoktan Rukun Tani Desa Cipeten, Ciawi, Kabupaten Bogor Eni Kurniawati, Faktor-Faktor Yang 2013 Mempengaruhi Keberhasilan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaaan (PUAP) Berdasarkan Kewilayahan Di Kabupaten Magetan
2
Metode
Partisipasi Petani dalam Deduktif Pelaksanaan Program kuantitatif Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Kabupaten Ogan Komering Ulu Studi Kasus
Deduktif kuantitatif
Hasil Penelitain Terdapat perbedaan tingkat pastisipasi petani dalam program PUAP berdasarkan status sosial petani dan kegiatan pendampingan yang diikuti. Program PUAP layak dipertahankan karena dalam pelaksanaannya memberikan manfaat bagi masyarakat
Struktur dan Kapasitas Gapoktan, Sumberdaya Gapoktan, Kepemimpinan Gapoktan dan pendampingan memiliki hubungan nyata dengan keberhasilan PUAP
Perbedaan Fokus Metode x x
Lokus x
x
x
x
Faktor lingkungan sosial budaya, kelembagaan dan lokasi
x
x