I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan Gigi mempunyai banyak fungsi antara lain fonetik, mastikasi, estetis dan perlindungan jaringan pendukung yang sehat. Kehilangan gigi satu atau lebih merupakan hal yang sangat mengganggu, khususnya kehilangan gigi anterior karena akan mengganggu estetik. Kehilangan gigi apabila tidak segera diganti akan mengakibatkan migrasi dan rotasi gigi, erupsi berlebih, penurunan efisiensi kunyah, gangguan temporomandibula, dan terganggunya kebersihan mulut (Gunadi dkk., 1995). Salah satu cara mengatasi kehilangan gigi tersebut adalah dengan membuat suatu gigi tiruan cekat. Gigi tiruan cekat adalah gigi tiruan yang menggantikan satu atau lebih gigi yang hilang, yang dilekatkan secara permanen pada gigi penyangga yang telah dipreparasi (Machmud, 2008). Gigi tiruan cekat ini memiliki kemiripan yang tinggi dengan gigi asli, karena pada umumnya gigi tiruan cekat terbuat dari porselen (Gunadi dkk., 1995). Mahkota gigi anterior merupakan restorasi yang menuntut estetik tinggi, sehingga dengan meningkatnya permintaan estetik pada restorasi gigi anterior, perkembangan restorasi all porcelain menciptakan suatu karakteristik estetik yang sempurna tanpa menggunakan metal. Porselen menggantikan metal sebagai suatu pilihan pembuatan mahkota gigi tiruan, dengan demikian tidak mengherankan bahwa
mahkota
all porcelain
pada gigi
anterior semakin
meningkat
popularitasnya (Mizrahi, 2008). Penggunaan porselen di klinik mengindikasikan bahwa mahkota tiruan all porcelain tidak tahan lama seperti porcelain fused to
1
metal yaitu pada gigi posterior, dikarenakan sifatnya yang mudah patah (Neis dkk., 2015). Penelitian menunjukkan berbagai macam keuntungan penggunaan porselen, yaitu stabilitas warna, radioopacity, biokompatibel terhadap jaringan mulut, koefisien termal ekspansi mirip dengan dentin, daya tekan baik, resistensi terhadap abrasi baik, dan estetika mirip dengan gigi asli (Raposo dkk., 2009). Keuntungan lainnya adalah konduktivitas termal yang rendah dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama (Neis dkk., 2015). Karakteristik penting dari bentuk porselen adalah kekuatannya dan mempunyai structural durability yang tinggi. Porselen mempunyai kekuatan kompresif yang tinggi tetapi kekuatan tarik dan geser yang rendah menyebabkan fleksibilitas porselen rendah. Fleksibilitas mahkota porselen tidak seperti gigi alami, sehingga diperlukan menghindari makanan yang keras (Yassini dan Tabari, 2005). Bahan porselen di dalam mulut dapat mengalami stress karena tekanan pengunyahan, perubahan temperatur yang terus-menerus, dan adanya saliva serta perubahan pH. Kondisi eksternal seperti trauma kecelakaan sepeda motor dan fatigue menyebabkan stress pada porselen yang akan menyebabkan fraktur porselen karena materi porselen ini mempunyai kekuatan tarik yang rendah dan fragile (Raposo dkk., 2009). Kegagalan mahkota porselen dapat disebabkan karena retakan kecil yang dapat meluas yang sering tampak pada permukaan porselen setelah pembakaran. Hal ini perlu diperhatikan bahwa retakan menyebabkan porositas permukaan
2
porselen, abrasi porselen, dan tidak dapat dilihat oleh mata (Yassini dan Tabari, 2005). Porselen yang fraktur mempengaruhi estetik dan fungsi dari gigi tiruan, sehingga pasien akan mencari perawatan secepatnya. Pelepasan dan rekonstruksi dari gigi tiruan cekat dapat mengakibatkan kerusakan iatrogenik gigi penyangga. Oleh karena itu dibutuhkan usaha untuk memperbaiki dengan resin komposit tanpa membongkar restorasi sehingga mengurangi rasa sakit pasien, mengurangi kerusakan iatrogenik gigi penyangga dan hemat waktu (Wahab dkk., 2011). Studi klinik melaporkan tingkat prevalensi fraktur porselen 5 sampai 10% dalam penggunaan lebih dari 10 tahun. Penemuan metode standar dengan kekuatan optimal diperlukan untuk mereparasi fraktur porselen dengan resin komposit. Ikatan resin komposit dengan porselen memerlukan surface treatment yang memenuhi syarat pada porselen (Salehi dkk., 2013). Ikatan ini terbentuk dari dua mekanisme yaitu ikatan mikromekanikal yang diperoleh dengan etsa dengan phosphoric acid, hydrofluoric acid, dan atau dengan sandblasting aluminium oxide particle serta ikatan kimia yaitu dengan silane coupling agent (Colares dkk., 2013). Surface treatment porselen yang fraktur pada prosedur reparasi secara mikromekanik dan kimia bertujuan untuk menciptakan permukaan yang irregular (Neis dkk., 2015). Ikatan antara resin komposit dan porselen terutama berhubungan dengan adanya silika pada permukaan porselen yang dihasilkan dari perantara kimia kompatibel oleh silane coupling agent. Komponen bahan bonding diperlukan untuk perlekatan dengan bahan restorasi. Penggunaan silane direkomendasikan
3
untuk bahan glasses dan porselen dengan tujuan memperoleh mess siloxane dengan silika yang berada pada permukaan porselen, untuk meningkatkan ikatan antara porselen dan resin komposit (Neis dkk., 2015). Silane coupling agent, karena sifat kimianya yang kompatibel dan kekasaran mikro pada permukaan yang dietsa, memberikan ikatan antara porselen dan resin komposit (Colares dkk., 2013). Resin komposit dipilih sebagai material reparasi porselen karena memiliki sifat mekanis, fisik, dan estetik yang baik (Erdemir dkk., 2014). Penggunaan nanohybrid packable composite secara estetik dapat diterima dan warnanya dapat disesuaikan dengan porselen (Strassler, 2009). Pada penggunaan klinis, surface treatment yang terbentuk secara kimiawi maupun mekanis mempermudah penyebaran material reparasi dengan viskositas rendah (Strassler, 2009). Resin komposit flowable memiliki ukuran partikel filler sama dengan resin komposit packable tetapi kandungan partikel lebih sedikit. Resin komposit flowable memiliki kemampuan untuk mengabsorpsi stress yang dihasilkan selama polimerisasi dan kekuatan fatigue terhadap tekanan oklusal sehingga dapat digunakan sebagai bahan reparasi (Capa dkk., 2009). Berbagai macam teknik surface treatment dilakukan seperti pengasaran dengan diamond bur, tribochemical silica coating, sandblasting, airbone particle abrasion dengan aluminium oxide, etsa dengan bahan hydrofluoric acid maupun phosphoric acid digunakan untuk mempertahankan ikatan antara porselen dan resin komposit (Erdemir dkk., 2014).
4
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan diajukan perumusan masalah sebagai berikut: apakah ada pengaruh jenis surface treatment (H3PO4 37%, HFA 9%, Sandblasting Al2O3) dan resin komposit (packable, flowable) terhadap kekuatan tarik reparasi porselen?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini mengkaji pengaruh jenis surface treatment (H3PO4 37%, HFA 9%, Sandblasting Al2O3) dan resin komposit (packable, flowable) terhadap kekuatan tarik reparasi porselen.
D. Manfaat penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1.
Sebagai informasi ilmiah tentang teknik reparasi porselen dengan surface treatment H3PO4 37%, HFA 9%, dan Sandblasting Al2O3 pada porselen dengan bahan resin komposit flowable dan packable yang dapat berguna dalam bidang kedokteran gigi khususnya ilmu prostodonsia dan dunia ilmu pengetahuan pada umumnya.
2.
Memberi rekomendasi pemilihan jenis surface treatment dan resin komposit pada reparasi porselen untuk mendapatkan hasil reparasi yang kuat dan dapat bertahan lama dan dapat dijadikan pertimbangan bagi dokter gigi dalam aplikasi klinis.
5
E. Keaslian Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh Lateef (2014) dengan judul surface treatment dengan berbagai jenis asam dan thermocycling terhadap kekuatan geser resin komposit pada porselen feldspathic. Penelitian ini memberi hasil bahwa surface treatment dengan berbagai jenis asam meningkatkan kekuatan geser secara signifikan pada resin komposit packable dengan porselen dan efek thermocycling secara signifikan mengurangi kekuatan geser resin komposit dengan porselen. Penelitian yang dilakukan oleh Wahab dkk. (2011) dengan judul berbagai teknik surface treatment pada reparasi porselen dengan resin komposit dan ketahanan fraktur. Penelitian ini memberi hasil bahwa ketahanan fraktur meningkat pada porselen yang diberi surface treatment dibandingkan dengan porselen tanpa diberi surface treatment. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penulis meneliti pengaruh jenis surface treatment dengan phosphoric acid 37% (PA), hydrofluoric acid 9.5% (HF) dan sandblasting aluminium oxide terhadap kekuatan tarik reparasi porselen dengan bahan resin komposit flowable dan packable.
6