I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Penyakit hipertensi esensial telah berdampak pada satu milyar orang diseluruh dunia, mengungguli serangan jantung dan stroke. Berdasarkan penelitian yang dilakukan World Health Organization (WHO), diperkirakan kematian akibat hipertensi esensial saat ini sebanyak sembilan juta orang tiap tahunnya. Negara maju sudah melakukan upaya penurunan angka hipertensi esensial
dengan
penguatan
kebijakan
kesehatan
masyarakat
seperti
mengurangi pemakaian garam dalam makanan dan menambah fasilitas kesehatan yang menangani hipertensi esensial serta faktor risikonya. Berbeda halnya dengan negara berkembang yang semakin meningkat jumlah penduduk yang menderita hipertensi esensial karena tidak terdiagnosis serta tidak terkontrolnya faktor risiko (World Health Organization, 2013). Tahun 2008, kira-kira 40% orang dewasa berusia 25 tahun keatas di seluruh dunia terdiagnosa hipertensi esensial, jumlahnya terus meningkat antara tahun 1980-2008 yaitu dari 600 juta menjadi satu milyar orang (World Health Organization, 2013). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 prevalensi hipertensi esensial di Indonesia sebesar 31,7%. Hipertensi merupakan penyebab kematian utama ketiga untuk semua umur (6,8%). Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi yang mempunyai prevalensi hipertensi esensial lebih tinggi dari angka nasional, yaitu sebesar 37%. Kabupaten Wonogiri merupakan kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki prevalensi hipertensi esensial tertinggi di Pulau Jawa yaitu sebesar 49,48% (Depkes RI, 2008). Hipertensi di Kabupaten Wonogiri merupakan masalah kesehatan prioritas dilihat dari tingginya kasus di wilayah ini dan merupakan Penyakit Tidak Menular (PTM) tertinggi setiap tahunnya. Tahun 2012 penyakit hipertensi esensial memiliki jumlah kasus terbesar penyakit tidak menular, yaitu 4.062 kasus. Mengalami peningkatan menjadi 6.448 kasus selama tahun
1
2013 dengan 33 kematian, dimana kasus terbesar berada di wilayah Kecamatan Wonogiri dengan 1.333 kasus dan 3 kematian. Meningkatnya
prevalensi
hipertensi
esensial
disebabkan
oleh
pertumbuhan penduduk, penuaan, dan faktor risiko perilaku, seperti durasi waktu tidur, merokok, aktivitas fisik kurang, pola makan tidak sehat, dan konsumsi alkohol berlebihan (World Health Organization, 2011). Untuk faktor risiko durasi waktu tidur diperkuat dengan penelitian yang dilakukan Altman et al (2012) bahwa orang yang memiliki kebiasaan durasi waktu tidurnya <5 jam dalam sehari mempunyai risiko terkena hipertensi esensial 2,7 kali lebih besar dibandingkan orang yang waktu tidurnya 7 jam dalam sehari. Tidur merupakan hal penting dalam fungsi kekebalan tubuh, metabolisme, memori, pembelajaran, serta berbagai fungsi penting yang lain. Durasi waktu tidur berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam beraktivitas. Kurangnya waktu tidur dimalam sebelumnya mengakibatkan banyak orang merasakan suasana hati yang buruk, kelelahan dan tidak fokus saat melakukan aktivitas. Namun yang menjadi perhatian penting adalah banyak orang tidak menyadari dampak kurang tidur yang berkepanjangan. Kurang
tidur
yang
berkepanjangan
berhubungan
langsung
dengan
meningkatnya risiko masalah kesehatan kronis, yaitu tekanan darah tinggi atau hipertensi esensial (Division of Sleep Medicine at Harvard Medical School, 2008). Mekanisme biologis mengenai hubungan antara durasi waktu tidur dengan risiko hipertensi esensial masih belum dapat dijelaskan, tetapi dapat diperkirakan. Menurut Gangwisch et al (2006), tidur akan membuat denyut jantung menjadi lambat dan menurunkan tekanan darah secara signifikan. Seseorang yang durasi waktu tidurnya kurang akan membuat sistem kardiovaskular bekerja pada tekanan tinggi. Sehingga akan menjadikan tekanan darah serta denyut jantung naik. Durasi waktu tidur yang kurang juga dapat meningkatkan aktivitas sistem syaraf simpatik dan merangsang stres fisik serta psikososial. Sehingga dapat mengakibatkan hipertensi
berkelanjutan. Selain itu, gangguan pada ritme sirkardian dan keseimbangan otonom akibat sering tidur dengan durasi yang pendek juga merupakan salah satu faktor potensial dalam mekanisme ini. Kurangnya waktu tidur juga terkait dengan perubahan emosi seperti mudah marah, pesimis, tidak sabar, lelah,
dan
stress.
Sehingga
dapat
mempertahankan gaya hidup sehat dan
membuat
seseorang
kesulitan
meningkatkan risiko hipertensi
esensial. Penelitian yang dilakukan Kim et al (2012) di Korea menunjukkan bahwa durasi waktu tidur <5 jam dalam sehari pada wanita premenopause berisiko terkena hipertensi esensial 2,4 kali lebih besar dibandingkan jika durasi waktu tidurnya 5-7 jam dalam sehari. Penelitian Knutson (2010) menyatakan terdapat laporan yang berbeda-beda mengenai hubungan durasi waktu tidur dengan terjadinya hipertensi esensial. Kuciene et al (2014) di Lithuania dalam penelitiannya menyatakan bahwa durasi waktu tidur yang pendek pada remaja dapat meningkatkan risiko terkena hipertensi esensial sebesar 2,3 kali. Dalam penelitian cross-sectional oleh Choi et al (2009) di Korea Selatan diketahui bahwa durasi waktu tidur yang panjang yaitu ≥9 jam dalam sehari dapat meningkatkan risiko terkena hipertensi esensial 1,7 kali lebih besar daripada durasi waktu tidur 7 jam dalam sehari. Hasil ini diperoleh setelah dilakukan adjustment faktor risiko lainnya. Penelitian selanjutnya diperlukan untuk membuktikan hubungan durasi waktu tidur terhadap hipertensi esensial. Tingginya kasus hipertensi esensial di Wonogiri serta adanya kemungkinan risiko hipertensi esensial yang ditimbulkan akibat durasi waktu tidur sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan hubungan antara durasi waktu tidur dengan kejadian hipertensi esensial di Kabupaten Wonogiri.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah penelitian adalah adakah hubungan antara durasi waktu tidur dengan kejadian hipertensi esensial di Kabupaten Wonogiri?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan antara durasi waktu tidur dengan kejadian hipertensi esensial di Kabupaten Wonogiri. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui hubungan antara durasi waktu tidur pendek (short sleep duration) dengan kejadian hipertensi esensial di Kabupaten Wonogiri. b. Mengetahui hubungan antara durasi waktu tidur panjang (long sleep duration) dengan kejadian hipertensi esensial di Kabupaten Wonogiri.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri sebagai bahan masukan dalam mengelola program terutama upaya pencegahan kejadian hipertensi esensial. 2. Bagi peneliti adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam penelitian ilmiah mengenai faktor risiko hipertensi esensial.
E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian serupa yang sudah dilakukan oleh peneliti lain, diantaranya: 1. Gottlieb et al. (2006) pada penelitiannya yang berjudul “Association of Usual Sleep Duration with Hypertension: The Sleep Heart Health Study”. Persamaannya adalah tema penelitian serta variabel penelitian (jenis kelamin dan merokok).
Perbedaannya adalah menggunakan desain studi cross-sectional, lokasi penelitian, serta tidak meneliti variabel riwayat hipertensi keluarga dan aktifitas fisik. 2. Kim et al. (2012) pada penelitiannya yang berjudul “Genetic Association of Short Sleep Duration With Hypertension Incidence”. Persamaannya adalah variabel yang diteliti yaitu aktifitas fisik dan merokok. Perbedaannya adalah menggunakan desain prospektif follow-up studi, lokasi penelitian, serta tidak meneliti variabel jenis kelamin dan riwayat hipertensi keluarga. 3. Choi et al. (2008) pada penelitiannya yang berjudul “Relationship Between Sleep Duration and The Metabolic Syndrome: Korean National health and Nutrition Survei 2001”. Persamaannya adalah variabel yang diteliti yaitu jenis kelamin, riwayat hipertensi keluarga, dan merokok. Perbedaannya adalah menggunakan desain studi cross-sectional serta tidak meneliti variabel aktifitas fisik. 4. Kuciene et al. (2014) pada penelitiannya yang berjudul “Association of Short Sleep Duration with Prehypertension and Hypertension among Lithuanian Children and Adolescents: a Cross-Sectional Study”. Persamaannya adalah variabel yang diteliti yaitu jenis kelamin, aktifitas fisik, dan merokok. Perbedaannya adalah menggunakan desain studi cross-sectional, lokasi penelitian, subjek penelitian, serta tidak meneliti variabel riwayat hipertensi keluarga. 5. Altman et al. (2012) pada penelitiannya yang berjudul “Sleep Duration versus Sleep Insufficiency as Predictors of Cardiometabolic Health Outcomes”. Persamaannya adalah variabel utama yang diteliti. Perbedaannya adalah menggunakan desain studi cross-sectional dan lokasi penelitian.