1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Waluh (Cuucurbita moschata) adalah jenis tanaman menjalar dari famili Curbitaceae. Waluh tergolong jenis tanaman semusim sebab setelah selesai berbuah akan mati. Selama ini buah waluh dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan sayuran. Buah waluh yang sudah tua dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan geplak waluh, kolak, egg roll dan aneka olahan lainnya. Daun dan pucuk sulur yang masih muda dapat digunakan sebagai bahan sayuran. Biji waluh sering digoreng menjadi kuaci atau direbus langsung sebagai makanan ringan (Sudarto, 1993). Salah satu wilayah yang produksi pertanian waluhnya berlimpah berada di lereng gunung merbabu tepatnya di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Getasan memiliki 13 desa, dengan luas daerah 6.580,98 ha dan berada di ketinggian antara 800-1.300 m dpl. Sebagian besar masyarakatnya hidup sebagai petani dengan mengusahakan jagung, tembakau dan sayuran. Waluh adalah salah satu komoditi sayuran yang ditanam petani di lereng Gunung Merbabu pada bulan Maret-April sebagai tanaman tumpangsari dengan tanaman tembakau. Umumnya, waluh tersebut dapat dipanen pada bulan Agustus-September. Produksi waluh di Kabupaten Semarang 80% lebih dihasilkan dari Kecamatan Getasan (Julianto, 2015). Tabel 1. Produksi Waluh di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Tahun 2006-2014 Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Produksi(ton) 400 500 600 700 750 800 900 900 950
Konsumsi (ton) 10 15 15 25 25 25 25 30 35
Luas Lahan(Ha) 29 35 40 50 50 60 65 65 70
Sumber : Tekhnologi Pembuatan Geplak Waluh, 2015 1
Harga (Rp/Kg) 450 500 500 600 700 700 700 900 1.000
2
Tabel 1 menunjukkan bahwa rata- rata produksi waluh di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang dari tahun 2006 hingga tahun 2014 yaitu 700 ton. Tiap tahun produksi waluh di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang terus mengalami peningkatan antara 50 ton sampai 100 ton. Konsumsi waluh di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang hanya berkisar 10 ton sampai 35 ton. Luas lahan untuk produksi waluh di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang terus meningkat dari tahun 2006 seluas 29 Ha hingga tahun 2014 seluas 70 Ha. Rata- rata harga waluh Rp.650 per kg. Harga terendah pada tahun 2006 yaitu Rp.450 per kg dan harga tertinggi yaitu pada tahun 2014 sebesar Rp.1.000 per kg. Melihat melimpahnya produksi waluh di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, maka diversifikasi makanan dapat diciptakan. Waluh bisa diubah bentuk menjadi suatu makanan yang mempunyai nilai gizi dan nilai ekonomis yang tinggi, misalnya geplak waluh, egg roll, pia waluh, sirup waluh, emping waluh, dan lain-lain. Harga jual waluh di pasar berkisar antara Rp.450 sampai Rp. 1.000 per kg tetapi jika diolah, harga jual yang ditawarkan menjadi lebih tinggi. Tabel 2. Industri Rumah Tangga Olahan Waluh di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang No 1. 2. 3. 4. 5.
Nama Industri Rumah Tangga Karuna Rizky Muslih Risky Riyanti
Nama Pemilik
Desa
Nanik Daryanti Nurjanah Rudi Jumini Riyanti
Getasan Wates Nogosaren Getasan Getasan
Jumlah Tenaga Kerja 5 4 3 4 2
Sumber : Data Primer, 2015 Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat 5 unit industri rumah tangga olahan waluh di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Hal ini menujukkan bahwa industri olahan waluh merupakan industri olahan pangan yang potensial untuk dikembangkan di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Melihat tingginya produksi waluh di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.
3
Tabel 3.Rata- Rata Kapasitas Produksi Per Bulan Pada Industri Rumah Tangga Karuna di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Olahan Waluh Geplak Waluh Emping Waluh Stik Waluh Pia Waluh Wingko Waluh Gelek Waluh Sirup Waluh Keripik Waluh Egg Roll Waluh Jumlah
Kebutuhan Bahan Baku Waluh (Kg) 430 175 100 420 350 160 160 300 125 2.220
Presentase Kebutuhan Kapasitas Bahan Baku Waluh Produksi (%) 19,37 650 kg 7,88 700 kg 4,50 350 kg 18,92 13.000 butir 15,77 35.000 butir 7,21 650 kg 7,21 650 botol 13,51 400 kg 5,63 500 kg 100
Sumber: Profil Pelaku Usaha Inovasi Waluh, 2012 Tabel 3 menunjukkan rata- rata kapasitas produksi per bulan pada industri rumah tangga Karuna di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Berdasarkan tabel diatas waluh dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan diantaranya geplak waluh, emping waluh, stik waluh, pia waluh, wingko waluh, gelek waluh, sirup waluh, keripik waluh dan egg roll waluh. Olahan waluh yang paling banyak diproduksi pada industri rumah tangga Karuna adalah geplak waluh yaitu sebesar 650 kg dengan presentase kebutuhan bahan baku waluh sebesar 19,37%. Olahan waluh yang paling sedikit diproduksi pada industri rumah tangga Karuna adalah stik waluh yaitu sebesar 400 kg dengan presentase kebutuhan bahan baku waluh sebesar 4,50%.
4
Tabel 4. Jumlah Produksi Geplak Waluh Industri Rumah Tangga Karuna di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Tahun 2006-2014 Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Kebutuhan Bahan Baku (kg) 3.600 3.780 3.960 4.200 4.320 4.560 4.560 4.800 5.160
Produksi (kg) 5.400 5.670 5.940 6.300 6.480 6.840 6.840 7.200 7.740
Harga (per Kg) 25.000 25.000 30.000 30.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000
Permintaan (kg) 5.200 5.500 6.000 6.400 6.500 6.800 6.900 7.300 7.780
Sumber : Data Primer, 2015 Tabel 4 menunjukkan jumlah produksi geplak waluh industri rumah tangga Karuna di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang sejak tahun 2006 hingga tahun 2014 mengalami peningkatan. Produksi tertinggi pada tahun 2014 yaitu sebesar 7.800 kg karena pada tahun 2014 produk geplak waluh sudah lebih dikenal oleh konsumen sebagai makanan khas kawasan wisata Kopeng dan dijadikan oleh-oleh dari Kabupaten Semarang dan sekitarnya, sedangkan produksi terendah pada tahun 2006 yaitu sebesar 5.400 kg karena pada tahun 2006 produk geplak waluh belum terlalu dikenal sebagai makanan khas dari kawasan wisata Kopeng. Kebutuhan bahan baku berbanding lurus dengan produksi sehingga semakin banyak produksi, semakin banyak pula bahan baku waluh yang dibutuhkan. Harga geplak waluh tiap tahunnya mengalami kenaikan rata – rata sebesar Rp. 5.000. Pada tahun 2006 harga geplak waluh per kg sebesar Rp. 25.000, kemudian mengalami kenaikan pada tahun 2008 yaitu Rp. 30.000 per kg dan pada tahun 2010 hingga 2014 harga geplak waluh besarnya sama yaitu sebesar Rp.35.000 per kg. Dalam menjalankan industri rumah tangga olahan waluh di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, tentunya memerlukan persediaan bahan baku waluh. Pengolahan waluh menjadi geplak waluh termasuk dalam kegiatan agroindustri yang sering menemui kendala terkait persediaan waluh sebagai bahan baku. Pada bulan Maret-April ketersediaan waluh terbatas karena pada musim tanam, sedangkan pada bulan Agustus-September ketersediaan waluh melimpah
5
karena pada masa panen. Industri rumah tangga olahan waluh melakukan pemesanan bahan baku waluh ketika ketersediaan bahan baku waluh di gudang mulai menipis, yaitu ketika persediaan bahan baku waluh tinggal 10% dari persediaan yang ada. Jika tidak ada persediaan bahan baku waluh maka produksi tidak dapat dilakukan serta industri rumah tangga olahan waluh di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang dihadapkan pada resiko tidak dapat memenuhi permintaan konsumen, sehingga dapat mengalami kerugian yang seharusnya tidak terjadi. Oleh karena itu, industri rumah tangga olahan waluh di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang yang membutuhkan bahan baku setiap saat harus dapat mengendalikan atau mengatur persediaan bahan baku demi kelancaran dalam menghasilkan berbagai macam produk olahan waluh. Sehubungan dengan pengendalian dan pembelian bahan baku, maka perusahaan sangat perlu untuk dapat menentukan kuantitas pembelian yang paling optimal atau yang sering disebut Economic Order Quantity (EOQ). Dalam EOQ perusahaan ingin menentukan berapa jumlah pesanan yang paling ekonomis dengan ditentukannya kebutuhan atau penggunaan dalam suatu periode tertentu, biaya pesan dan biaya simpan. Adapun pengertian dari EOQ menurut Ahyari (1981) merupakan suatu jumlah pembelian bahan baku yang akan dapat mencapai persediaan yang paling minimal. Sedangkan menurut Yamit (2005), EOQ merupakan volume atau jumlah pembelian yang paling ekonomis untuk dilaksanakan pada setiap kali pembelian. Metode EOQ digunakan karena bahan baku berasal dari pihak lain (petani). Industri rumah tangga yang diteliti dalam penelitian ini adalah industri rumah tangga Karuna yang berada di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Industri rumah tangga Karuna memiliki produk unggulan olahan waluh diantaranya geplak waluh, pia waluh, egg roll waluh, wingko waluh, sirup waluh, stik waluh, dan lain-lain. Produk unggulan pertama yang dihasilkan dari industri rumah tangga Karuna adalah geplak waluh, sedangkan produk olahan waluh lainnya merupakan produk yang dikembangkan oleh industri rumah tangga Karuna. Oleh karena itu, produk geplak waluh memiliki permintaan serta kebutuhan bahan baku lebih banyak daripada produk olahan waluh lainnya.
6
Berdasarkan latar belakang diatas, mendorong peneliti untuk mengkaji lebih dalam mengenai analisis pengendalian bahan baku pada industri rumah tangga geplak waluh di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. B. Rumusan Masalah Dalam suatu perusahaan, bahan baku merupakah hal yang penting dalam proses produksi. Persediaan merupakan sesuatu yang harus ada guna menunjang kelancaran produksi. Dalam menjalankan industri rumah tangga geplak waluh tentunya memerlukan persediaan bahan baku. Jika tidak ada persediaan bahan baku maka produksi tidak dapat dilakukan serta industri rumah tangga geplak waluh dihadapkan pada resiko tidak dapat memenuhi permintaan konsumen, sehingga dapat mengalami kerugian yang seharusnya tidak terjadi. Industri rumah tangga geplak waluh membutuhkan bahan baku waluh setiap saat, sehingga harus dapat mengendalikan atau mengatur persediaannya demi kelancaran dalam menghasilkan geplak waluh. Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Berapa jumlah pembelian bahan baku optimal yang dilakukan oleh industri rumah tangga geplak waluh ? 2. Berapa banyak frekuensi pembelian bahan baku industri rumah tangga geplak waluh dalam satu bulan ? 3. Berapa total biaya persediaan bahan baku yang harus dikeluarkan industri rumah tangga geplak waluh ? 4. Berapa jumlah persediaan pengaman ( safety stock ) yang dibutuhkan industri rumah tangga geplak waluh ? 5. Kapan dilakukan pemesanan kembali bahan baku ( reorder point ) industri rumah tangga geplak waluh ? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut dapat dirumuskan tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui dan menganalisis jumlah pembelian bahan baku optimal yang dilakukan oleh industri rumah tangga geplak waluh.
7
2. Mengetahui dan menganalisis frekuensi pembelian bahan baku industri rumah tangga geplak waluh dalam satu bulan. 3. Mengetahui dan menganalisis total biaya persediaan bahan baku yang harus dikeluarkan industri rumah tangga geplak waluh. 4. Mengetahui dan menganalisis jumlah persediaan pengaman (safety stock) yang dibutuhkan industri rumah tangga geplak waluh. 5. Mengetahui dan menganalisis titik pemesanan kembali bahan baku (reorder point) industri rumah tangga geplak waluh. D. Kegunaan Penelitian Sebuah penelitian pasti memiliki kegunaan-kegunaan. Adapun kegunaan penelitian ini adalah : 1. Bagi Peneliti Memberikan pengetahuan tentang pengendalian bahan baku pada industri rumah tangga geplak waluh di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang dalam rangka efisiensi sekaligus sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana S1 di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bagi Pemerintah Kabupaten Semarang Memberikan masukan atau bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam menyusun perencanaan dan kebijakan pembangunan daerah khususnya sektor pertanian subsektor hortikultura. 3. Bagi Industri Rumah Tangga Geplak Waluh Memberikan informasi mengenai pengendalian bahan baku yang efisien pada industri rumah tangga geplak waluh di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. 4. Bagi Pembaca Memberikan pengetahuan tentang metode pengendalian bahan baku pada industri rumah tangga geplak waluh di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Memberikan rujukan/referensi bagi kalangan akademisi untuk keperluan studi dan penelitian lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.