I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Selama beberapa tahun terakhir, ketertarikan pasien meningkat terhadap perawatan gigi estetik termasuk pemutihan gigi yang mengalami perubahan warna. Perubahan warna gigi merupakan problema estetik yang sering mendorong pasien untuk mencari perawatan (Walton dan Torabinejad, 2008). Perubahan warna gigi dapat disebabkan oleh faktor eksternal dan internal. Penanganan untuk memperbaiki warna gigi bervariasi bergantung faktor penyebab terjadinya perubahan warna gigi. Warna gigi dapat dikoreksi dengan pembuatan mahkota jaket, pelapisan dengan resin komposit (composite veneering) dan pemutihan gigi (bleaching). Perawatan bleaching merupakan perawatan alternatif untuk mengembalikan fungsi estetik dari gigi yang mengalami perubahan warna sehingga dapat dicapai warna gigi yang lebih terang. Perawatan bleaching banyak dipilih karena prosedurnya mudah dan efektif untuk meningkatkan penampilan seseorang (Dutra dkk., 2009) Bleaching adalah suatu cara pemutihan kembali gigi yang berubah warna sampai mendekati warna gigi yang diinginkan dengan proses perbaikan secara kimiawi yang tujuan utamanya adalah mengembalikan fungsi estetik. Bleaching dapat dilakukan pada gigi vital maupun non vital yang mengalami perubahan warna (Schmidseder, 2000). Bleaching pada gigi vital dapat dilakukan di praktek dokter gigi (in office bleaching) dan di rumah (home bleaching). In office bleaching digunakan hidrogen peroksida dan karbamid peroksida 35%-50%,
1
sedangkan pada home bleaching digunakan karbamid peroksida 10%-20% (Zekonis dkk., 2003). Teknik home bleaching biasanya digunakan untuk perubahan warna ringan, yang bisa dilakukan sendiri oleh pasien (Fasanaro, 1992). Teknik home bleaching dilakukan dengan cara pasien mengaplikasikan bahan home bleaching pada custom tray/sendok cetak individual yang telah dibuat oleh dokter gigi, kemudian tray diletakan pada mulut sepanjang malam selama beberapa hari (Halim, 2006). Proses pemutihan gigi dengan bahan karbamid peroksida membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan hidrogen peroksida murni karena hidrogen peroksida murni lebih cepat penetrasi ke dalam gigi dibanding karbamid peroksida. Mekanisme dasar karbamid peroksida dan hidrogen peroksida untuk memutihkan gigi sama, tetapi pengaruh formulasi yang berbeda menyebabkan waktu yang dibutuhkan untuk penetrasi ke dalam gigi lebih lama (Haywood, 1992). Salah satu faktor yang menentukan keefektifan pemutihan gigi adalah konsentrasi bahan bleaching (Joiner, 2006). Karbamid peroksida 10% - 20% merupakan bahan home bleaching yang sering dipakai dalam praktek kedokteran gigi saat ini. Konsentrasi karbamid peroksida yang lebih tinggi akan menghasilkan efek pemutihan yang lebih cepat dibandingkan dengan konsentrasi yang lebih rendah. Bahan bleaching sangat reaktif dalam menguraikan senyawa diskolorasi (staining) pada struktur gigi. Sifat reaktif dari bahan aktif bleaching ini dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan di dalam rongga mulut
2
termasuk terhadap bahan restorasi yang terdapat di dalam rongga mulut seperti amalgam, porselen, ormocer, glass ionomer, kompomer, dan resin komposit (El Mur dkk., 2011). Restorasi resin komposit sering ditemukan pada gigi geligi yang akan dilakukan perawatan bleaching, baik pada gigi anterior maupun posterior (Wang, 2011). Resin komposit memiliki kelebihan dibandingkan bahan restorasi lain, yaitu estetis, mudah dimanipulasi, dan biokompabilitas. Resin komposit memiliki beberapa sifat fisik dan mekanik. Sifat fisiknya antara lain polymerization shrinkage, konduktivitas termal, penyerapan air, dan kelarutan. Sifat mekaniknya antara lain kekuatan fleksural, modulus elastisitas, kekasaran permukaan, dan kekerasan (Gracia dkk., 2006). Salah satu resin komposit yang tersedia di pasaran sekarang ini adalah resin komposit nanofil. Resin komposit nanofil dapat menghasilkan warna yang natural tanpa mengesampingkan sifat fisik dan mekanisnya. Resin komposit nanofil memiliki permukaan yang lebih halus dan mengkilat, pengkerutan polimerisasi yang lebih kecil serta ketahanan terhadap keausan yang lebih tinggi sehingga dapat digunakan untuk restorasi gigi anterior maupun posterior (Manuja dkk., 2011). Resin komposit nanofil mengandung matriks organik berupa Bis-GMA, UDMA, TEGDMA, dan Bis-EMA (Wang, 2011). Filler resin komposit terdiri dari nano-particle (silika berukuran 20 nm dan zirkonia berukuran 4-11 nm) dan nano-cluster yang berukuran 2-20 nm, dengan kandungan filler 78,5% berdasarkan berat (63,3% berdasarkan volume). Resin komposit nanofil memiliki keunggulan dalam hal mekanis yaitu pengkerutan polimerisasi lebih kecil, warna,
3
dan mudah dipoles sehingga menghasilkan suatu permukaan yang lebih mengkilap (Craig dkk., 2006). Baru-baru ini diperkenalkan bahan restorasi baru yang dikenal dengan giomer atau pre-reacted glass-ionomer (PRG) composite. Menurut Tian dkk. (2012), giomer atau dikenal juga sebagai Pre reacted glass ionomer filled composite adalah kategori terkini dari bahan restorasi hibrid sewarna gigi. Giomer berbasis pada teknologi PRG, dimana glass ionomer yang sudah direaksikan sebelumnya digunakan sebagai filler atau bahan pengisi. Kemampuan giomer dalam melepas ion fluor dan mengisinya kembali lebih baik secara signifikan dibandingkan dengan kompomer namun lebih rendah dibandingkan dengan glass ionomer. Uji klinis selama dua tahun menunjukan bahwa material ini berhasil digunakan sebagai restorasi (Sunico dkk., 2005). Jenis matriks pada giomer yaitu Bis-GMA dan TEGDMA. Filler pada giomer didominasi oleh aluminofluoroborosilikat yang berukuran 0,01-4 µm, dengan kandungan filler 83,3% berdasarkan berat (68,6% berdasarkan volume). Menurut Wang dkk. (2011), bahan bleaching dapat mempengaruhi restorasi berbahan dasar resin. Hal ini tergantung pada komposisi, konsentrasi dan lama aplikasi bahan bleaching. Beberapa penelitian menyatakan bahwa bleaching dapat menyebabkan kekasaran permukaan restorasi resin komposit. Bleaching juga dapat menyebabkan perubahan kekerasan permukaan dan warna resin komposit, serta menimbulkan keretakan dan marginal microleakage pada restorasi resin komposit. (Dutra dkk., 2009).
4
Kekasaran permukaan resin komposit setelah prosedur home bleaching menggunakan karbamid peroksida dapat terjadi melalui mekanisme pemutusan ikatan matriks resin oleh radikal bebas. Radikal bebas yang dihasilkan hidrogen peroksida memiliki sifat yang sangat reaktif dapat mendegradasi matriks organik resin komposit. Kedua melalui mekanisme pemutusan ikatan siloxane oleh ion hidrogen yang dihasilkan oleh hidrogen peroksida. Ikatan siloxane yang terputus mengakibatkan terlepasnya ikatan filler dengan matriks resin, hal ini menimbulkan microscopis cracks sehingga terjadi kekasaran permukaan resin komposit (Hubezoglu dkk., 2008). Kekasaran permukaan restorasi resin komposit akan meningkatkan retensi plak dan makanan yang dapat menyebabkan terjadinya sekunder karies, inflamasi gingiva, dan penyakit periodontal (Wattanapanyukul dkk., 2004). Permukaan resin komposit yang kasar akan lebih mudah mengabsorpsi zat warna, sehingga restorasi resin komposit akan mengalami perubahan warna (Pruthi dkk., 2010).
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, didapatkan permasalahan yaitu: 1.
Apakah terdapat perbedaan perubahan kekasaran resin komposit nanofil dan giomer yang diaplikasikan bahan bleaching karbamid peroksida 10% dengan karbamid peroksida 20%.
2.
Apakah terdapat perbedaan perubahan kekasaran permukaan resin komposit dengan giomer setelah proses bleaching menggunakan karbamid peroksida 10% dan 20%.
5
3.
Apakah ada interaksi antara bahan tumpatan dengan konsentrasi karbamid peroksida terhadap perubahan kekasaran permukaan resin komposit nanofil dan giomer.
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh karbamid peroksida 10% dan 20% sebagai bahan home bleaching terhadap perubahan kekasaran permukaan resin komposit nanofil dan giomer.
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memeberikan manfaat untuk: 1. Mengetahui potensi terjadinya kekasaran permukaan bahan restorasi setelah prosedur bleaching. 2. Referensi bagi dokter gigi dalam menentukan konsentrasi karbamid peroksida pada perawatan home bleaching yang menimbulkan perubahan kekasaran permukaan restorasi paling minimal, sehingga perwatan dapat dicapai secara optimal. 3. Referensi bagi dokter gigi dalam menentukan bahan tumpatan yang digunakan sebelum dilakukan perawatan home bleaching yang menimbulkan perubahan kekasaran permukaan minimal.
6
E. Keaslian Penelitian Penelitian Mohammadi dkk. (2012) mengenai perubahan warna giomer dan resin komposit mikrofil setelah aplikasi bahan home bleaching menggunakan karbamid peroksida 15%. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan perubahan warna antara giomer dan resin komposit mikrofil setelah aplikasi karbamid peroksida 15%. Bedanya dengan penelitian ini adalah penelitian ini untuk mengetahui perubahan kekasaran permukaan resin komposit nanofil dan giomer setelah aplikasi bahan home bleaching menggunakan karbamid peroksida 10% dan 20%.
7