BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Regenerasi jaringan periodontal merupakan tujuan utama terapi periodontal (Uraz dkk., 2013). Salah satu tindakan terapi periodontal ialah bedah periodontal sebagai perawatan jaringan periodontal dengan tujuan untuk menghilangkan poket periodontal (Lindhe dkk., 2008). Secara umum, suatu tindakan bedah periodontal akan menimbulkan luka pada gingiva (Fedi dkk., 2004). Luka merupakan suatu keadaan hilangnya kontinuitas sel serta segala sesuatu yang dapat menyebabkan sel yang biasanya terhubung menjadi terpisah (Zuber dkk., 2013). Gingiva merupakan mukosa mulut yang seringkali mengalami luka yang dapat timbul karena trauma, penyakit periodontal, ekstraksi gigi, dan bedah mulut yang memiliki kemampuan untuk mengalami penyembuhan yang baik dengan sendirinya (Carranza dkk., 2002; Shim dkk., 2007; David dkk., 2013). Penyembuhan luka pada mukosa mulut termasuk gingiva melalui tahap yang sama seperti dengan penyembuhan luka secara umumnya sebagai proses biologi yang penting dengan melibatkan perbaikan dan regenerasi jaringan melalui tiga fase yang bersifat kontinyu, meliputi fase inflamasi, proliferasi, dan maturasi, namun penyembuhan luka pada mukosa mulut terjadi lebih cepat dibandingkan pada kulit (Andreasen dkk., 2007; Esimone dkk., 2006; Flanagan, 2000). Fase proliferasi ditandai dengan terbentuknya jaringan granulasi, reepitelisasi, pembuluh darah baru, makrofag, fibroblas, dan serabut kolagen dalam jaringan ikat (Haubner dkk., 2012). Peningkatan serabut kolagen merupakan 1
komponen kunci pada proses penyembuhan luka. Faktor pertumbuhan seperti platelet derived growth factor (PDGF) dan transforming growth factor-β (TGF-β) yang berasal dari makrofag berperan dalam fase proliferasi sebagai sinyal utama bagi fibroblas untuk bermigrasi menuju pusat luka dari jaringan di sekelilingnya untuk mensintesis komponen matriks utama seperti kolagen, glikosaminoglikan, dan fibronektin1 (Prasetyono, 2008). Perawatan luka menggunakan berbagai macam alternatif termasuk penggunaan produk alami hingga saat ini telah terbukti mampu mempercepat penyembuhan luka. Produk alami memiliki nilai aplikasi dalam dunia kesehatan dan berperan penting dalam kehidupan organisme (Zuber dkk., 2013; Dorai, 2012). Salah satu produk alami tersebut ialah membran kulit telur ayam sebagai limbah yang berasal dari tempat penetasan, peternakan ayam, pabrik produksi telur, rumah, dan restoran telah menjadi masalah global yang serius mengenai sampah organik dan peningkatan polusi. Pada tahun 1997, banyak industri yang menggunakan 50 juta telur, menghasilkan lebih dari 120000 ton limbah membran kulit telur ayam yang sama dengan 25000 dolar hingga 100000 dolar pertahun. Hal tersebut memerlukan alternatif untuk mengatasinya sehingga limbah membran kulit telur ayam sebagai produk alami yang dapat menjadi sesuatu yang berguna, salah satunya adalah di bidang kesehatan (Than dkk., 2012). Alasan lain yaitu karena membran kulit telur ayam merupakan material limbah yang mudah didapat dan tidak terpakai dengan berbagai karateristik yang berpotensial dan menarik. Membran kulit telur ayam telah lama dimanfaatkan dalam dunia kesehatan Cina dalam menyembuhkan cedera dan luka bakar di negara Asia.
2
Membran kulit telur ayam mengandung zat aktif seperti kolagen, glukosamin, asam hialuronat, kondroitin sulfat, dan protein-protein sulfur, yang berperan penting pada berbagai fungsi sel termasuk fibroblas untuk meningkatkan produksi kolagen sehingga mampu mempercepat penyembuhan luka. Glukosamin sebagai salah satu zat aktif yang terdapat pada membran kulit telur ayam mampu meningkatkan produksi asam hialuronat pada fase proliferasi penyembuhan luka dan menginduksi sintesis glikosaminoglikan serta kolagen pada penyembuhan luka (Mackaydan Miller, 2003; Ohto-Fujita dkk., 2011; Ruff dkk., 2012). Hasil penelitian Yang dkk. (2002) menunjukkan, penggunaan wound dressed dengan membran kulit telur ayam memicu penyembuhan luka pada kulit lebih cepat dibandingkan dengan dressing merk Biobrane®, Surgilon®, dan B.G.C® (β-glucan-collagen)® yang digunakan untuk split-thickness skin graft (STSG). Konsentrasi penggunaan obat baru seperti obat tradisional atau produk alami sebagai standar ekstrak adalah 10% (Depkes RI, 2009). Pengobatan pada mukosa mulut dapat diaplikasikan dalam bentuk liquid, pil, tablet, kapsul, gel atau kaplet. Penggunaan sediaan obat dalam bentuk gel (transmukosa) diabsorbsi sangat cepat karena tidak mengalami first-pass metabolism di hati (Rosdahl dan Kowalski, 2008). Pada penelitian ini menggunakan hewan coba tikus jenis Rattus norvegicus, dengan pertimbangan bahwa struktur anatomi gigi, rongga mulut, dan jaringan periodontalnya secara fisiologis memiliki banyak kesamaan dengan manusia (Miles dan Grigson, 2003).
3
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu : Apakah aplikasi gel ekstrak membran kulit telur ayam 10% berpengaruh meningkatkan kepadatan serabut kolagen pada proses penyembuhan luka gingiva (kajian pada Rattus norvegicus)? C. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai membran kulit telur ayam sudah pernah diteliti sebelumnya oleh Yang dkk. (2002) yang menggunakan membran kulit telur ayam sebagai dressing untuk penyembuhan luka dan mengurangi rasa sakit. Penelitian ini tentang pengaruh gel ekstrak membran kulit telur ayam 10% terhadap peningkatan kepadatan serabut kolagen pada proses penyembuhan luka gingiva, sepengetahuan peneliti belum pernah dilakukan. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi gel ekstrak membran kulit telur ayam 10% terhadap peningkatan kepadatan serabut kolagen pada proses penyembuhan luka gingiva (kajian pada Rattus norvegicus). E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Menambah informasi mengenai pengaruh aplikasi ekstrak gel membran kulit telur ayam terhadap peningkatan kepadatan serabut kolagen pada proses penyembuhan luka gingiva (kajian pada Rattus norvegicus).
4
2. Memberikan kontribusi dan alternatif dalam pengobatan atau terapi periodontal menggunakan limbah/buangan yaitu membran kulit telur ayam yang lebih mudah dijangkau, lebih murah, dan lebih mudah digunakan. 3. Meningkatkan pemanfaatan limbah membran kulit telur ayam sebagai komoditas hasil peternakan di Indonesia.
5