I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Ortodonsia menurut American Association of Orthodontist adalah ilmu yang mempelajari pertumbuhan dan perkembangan rahang, muka, dan tubuh yang dapat mempengaruhi kedudukan gigi. Ortodonsia mempelajari dampak faktor luar dan dalam, pencegahan, dan perawatan terhadap perkembangan yang mengalami gangguan. Dua alasan dari perawatan ortodontik yaitu estetika dan fungsi. Penampilan gigi geligi atau wajah yang tidak menarik tidak menguntungkan perkembangan psikologis seseorang, penerimaan lingkungan, dan perkembangan karir. Susunan gigi geligi yang baik diantaranya dapat meningkatkan kebersihan mulut, meningkatkan fungsi pengunyahan, dan mengurangi terjadinya penyakit periodontal (Williams dkk., 1996). Alat ortodontik diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu alat ortodontik lepasan, semi cekat, dan cekat. Alat ortodontik lepasan adalah alat yang didesain agar bisa dipasang dan dilepas oleh pasien. Keuntungan alat ortodontik lepasan, antara lain alat mudah dilepas oleh pasien sehingga mudah dibersihkan, tidak mengganggu estetis, dan murah. Kerugian alat lepasan antara lain pergerakan gigi yang terbatas, memerlukan perawatan yang lebih lama dibandingkan alat cekat, memerlukan kooperatif dari pasien. Alat ortodontik semi cekat adalah alat yang bisa dilepas oleh pasien dan beberapa komponen menempel cekat pada permukaan gigi. Alat ortodontik cekat adalah alat yang menempel pada gigi dan kekuatan diperoleh dari archwires atau auxiliaries melalui perlekatan tersebut.
1
Keuntungan alat ortodontik cekat, antara lain mengurangi waktu perawatan yang dibutuhkan. Kerugian alat ortodontik cekat, antara lain sulit dibersihkan, sehingga oral hygiene sulit dijaga dan lebih mahal. Bagian – bagian alat ortodontik cekat yang menempel di gigi pasien sering menyulitkan pasien dalam membersihkan rongga mulut (Foster, 1993; Singh, 2008). Pasien telah menyikat gigi tetapi masih terdapat sisa makanan yang tertinggal atau terselip di attachment ataupun wire. Oral hygiene menjadi lebih sulit untuk dijaga, food debris melekat pada sekitar attachment dan penghilangannya menjadi lebih sulit dicapai. Pemakaian alat ortodontik cekat membuat gigi sulit dibersihkan dan dapat menimbulkan penumpukan plak pada gigi pasien. Plak gigi adalah deposit mikroba terbentuk pada jaringan keras mulut terdiri dari bakteri dan produknya bersamaan dengan senyawa dari saliva (Samaranayake, 2002). Bakteri penyusun plak gigi adalah golongan actinomyces, streptococcus, dan lactobacillus (Houwink, 1993). Streptococcus mutans merupakan bakteri gram postif anaerob fakultatif berbentuk bulat atau lonjong, berpasangan atau membentuk rantai bila ditumbuhkan di Brain Heart Infusion (BHI) (McGhee dkk., 1982). Streptococcus mutans tumbuh dalam suasana asam. Bakteri Streptococcus mutans menghasilkan polisakarida ekstraseluler yang lengket dan menempel di permukaan gigi. Streptococcus mutans yang menempel pada permukaan gigi dan bagian dari bracket akan menyebabkan oral hygiene pasien menjadi tidak terjaga dengan baik, karena dapat berubah menjadi plak (Marsh dan Martin, 1999). Pemeliharaan oral hygiene penting untuk mencegah penumpukan plak. Oral hygiene adalah tindakan pemeliharaan atau menjaga kondisi rongga mulut
2
tetap bersih dan sehat untuk mencegah masalah – masalah pada mulut. Oral hygiene berperan dalam perawatan ortodontik agar mendapat hasil perawatan memuaskan dan mencegah komplikasi yang mungkin dapat terjadi (Ayuditha, 2011). Oral hygiene dapat dijaga dengan penggunaan pasta gigi dengan penambahan zat
antimikroba
untuk
meningkatkan keefektifan prosedur
pembersihan gigi (Lindhe dkk., 1993). Pasta gigi adalah material semi aquos berfungsi untuk menghilangkan deposit pada gigi dan digunakan secara simultan bersamaan dengan sikat gigi (Storehagen dkk, 2003). Pasta gigi merupakan alat bantu dalam proses penyikatan deposit plak dari permukaan gigi. Pasta gigi ditambahkan berbagai macam bahan kimia berfungsi sebagai bahan aktif yang mampu mengontrol kondisi oral tertentu pada pasien, seperti gingivitis. Kategori pasta gigi menurut The American Dental Association, antara lain sebagai antitartar, anti karies, kosmetik, anti gingivitis, antiplak, mengurangi gigi sensitif. Kandungan zat aktif ditambahkan dalam pasta gigi akan menimbulkan karakteristik khusus. Pasta gigi biasanya mengandung bahan abrasif, deterjen, pewarna, perasa, humektan, air, fluor. (Power dan Sakaguchi, 2006). Pasta gigi merek Enzim® Orthodontic memiliki kandungan kolostrum 10 kali lebih banyak dibandingkan pasta gigi merek Enzim® non ortodontik. (Anonim, 2012). Kolostrum memiliki komponen protein yang bersifat antibakteri. Kolostrum sapi mampu menghambat perlekatan bakteri Streptococus mutans (Carbonare dkk., 2005). Pasta gigi merek Fluocaril Orthodontic mengandung cetylpiridinium chloride (CPC) dan xylitol. CPC merupakan senyawa antibakteri
3
yang sering terdapat dalam obat kumur dan pasta gigi. CPC bersifat bakterisid dengan spektrum luas. Sel bakteri yang rusak akibat paparan CPC tergantung pada waktu dan konsentrasi. CPC dengan konsentrasi 0,05% mampu menurunkan kadar Streptococcus mutans dan menghambat plak gigi. Efek samping CPC lebih sedikit jika dibandingkan dengan klorheksidin (Cutter dkk., 2000; Putri, 2011). Xylitol merupakan salah satu agen antikaries (Storehagen dkk., 2003). Kolostrum, CPC agent, dan xylitol yang ditambahkan ke dalam pasta gigi ortodontik merek Enzim® dan Fluocaril menyebabkan pasta gigi ortodontik tersebut memiliki komponen bakterisid lebih banyak dibandingkan pasta gigi non ortodontik merek Enzim® Mint Flavour dan merek Fluocaril Freeze Cool Fresh Breathe.
B.Perumusan Masalah 1. Apakah terdapat perbedaan daya hambat pasta gigi ortodontik dengan pasta gigi non ortodontik pada merek yang sama terhadap bakteri Streptococcus mutans ? 2. Apakah terdapat perbedaan daya hambat pasta gigi ortodontik dengan pasta gigi non ortodontik antar merek terhadap bakteri Streptococcus mutans?
C.Keaslian Penelitian Berdasarkan yang peneliti ketahui, penelitian mengenai perbandingan pasta gigi non ortodontik dengan pasta gigi ortodontik terhadap Streptococcus mutans belum pernah dilakukan. Penelitian lain yang menjadi rujukan peneliti adalah penelitian Handy-Yehezkiel (2011) mengenai pengaruh kandungan
4
kolostrum sapi dalam pasta gigi terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans, variabel penelitian tersebut menggunakan pasta gigi yang dibuat sendiri dengan dicampur berbagai macam konsentrasi kolostrum sapi. Penelitian lain yang digunakan sebagai rujukan adalah penelitian oleh Belly-Yordan (2007) mengenai pengaruh pasta gigi yang mengandung enzim amiloglukosidase dan glukoseoksidase terhadap status gingivitis pemakai alat ortodontik cekat.
D.Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar perbedaan daya hambat pasta gigi ortodontik dan pasta gigi non ortodontik terhadap bakteri Streptococcus mutans.
E.Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat : 1. Memberi informasi di bidang kedokteran gigi secara umum dan bidang ortodontik secara khusus mengenai perbandingan daya hambat pasta gigi ortodontik dengan pasta gigi non ortodontik terhadap pertumbuhan bakteri. 2. Para ahli ortodontik dan pengguna alat ortodontik dapat memilih pasta gigi yang lebih sesuai dalam mengurangi plak gigi.
5