1 Pagi itu Sari terbangun dengan mata berair. Seringkali Sari mendapati dirinya terbangun dengan alis mata yang basah. Hufh, mimpi itu lagi. Sari bergumam pada dirinya sendiri. Meski yang diimpikannya kala tidur sudah terlupa, akan tetapi jika dirinya terbangun dengan pelipis mata berair, pasti selalu mimpi yang sama yang menemani tidurnya tadi malam. Sari mengelap kedua matanya untuk mengeringkan tetesan mungil air yang masih tertampung di lembah matanya. Sari yang tidur dengan posisi terlentang menengok ke samping
kiri dan mengambil jam weker dari meja kecil samping tempat tidurnya. 04.45. Lima belas menit sebelum alarmnya berbunyi. Tepat jam lima pagi adalah waktu rutin Sari untuk bangun dan memulai aktivitas kesehariannya. Tapi kalau mimpi itu yang menghantui tidurnya Sari akan bangun sebelum alarmnya berbunyi. Sari pun bingung kenapa selalu begitu. Tapi begitulah kenyataannya. Memorinya mencoba me-recall mimpinya. Sekedar untuk memastikan apakah betul mimpi itu yang mengisi tidurnya. Sebuah gambaran melintas. Yup, betul. Dirinya sudah teryakinkan. Di dalam kepalanya Sari mencoba mengingat dalam dua minggu ini sudah beberapa kali dia mendapati dirinya bangun dengan keadaan seperti sekarang ini. Setidaknya dalam kurun satu minggu ke belakang menurut ingatan Sari lima kali dirinya terbangun dengan mata berair. Sudah makin parahkah? Tapi apa yang bisa di-parahkan? Apa pula maksud parah disini?
2
Pikirannya melamun dan melayang kemana-mana tanpa arah dan tujuan. Menikmati kosongnya sebuah pikiran. KRRIIING! Terkagetkan dirinya oleh bunyi alarm jam weker yang berada di genggamannya. 05.00. Bunyi klasik jam wekernya ia biarkan terus berdering. Di pagi yang masih senyap, dan di ruangan yang gelap, bunyinya terdengar begitu nyaring. Sari hanya memandangi jam wekernya. Bunyinya yang bagi kebanyakan orang merupakan suara yang monoton dan mengganggu, didiamkan saja oleh Sari. Dipejamkan matanya. Dibiasakan bunyinya. Dinikmati suaranya. Untuk apa? Itulah uniknya. Tanpa ada maksud apa-apa. Tapi jauh di dalam dirinya ada sebuah khayalan liar yang membersit. Agar bunyi jam wekernya membawanya pergi, terbang, melayang, bersama partikel-partikel abstrak lainnya di udara. Andaikan aku sebuah suara. 3
Andaikata aku sebuah bunyi. Melayang mengambang di udara. Bergelombang dalam alur frekuensi. Lalu apa? Aku akan pergi. Pergi kemana? Kemana pun suara ini membawaku... KRRIINGGGGGGGGGGGGGGGGGGGG. Sari masih dengan mata terpejam, menikmati bunyi nyaring yang bagi kebanyakan manusia normal akan terasa sangat annoying. Setelah beberapa lama Sari membelakkan matanya dan mematikan alarm jam wekernya. Suasana senyap kembali. Sari menggeliatkan tubuhnya ke kanan dan menutup matanya. Dalam proses tadi Sari telah memutuskan kalau dirinya tidak akan masuk kerja hari ini. Sari ingin tidur lagi. Doa sebelum tidurnya adalah harapan agar mimpi itu tidak menyusup kembali. * 4
Suasana foodcourt underground mulai beranjak sepi seiring dengan waktu yang mendekati pukul delapan pagi. Kebanyakan orang telah selesai sarapan dan sudah mulai beranjak pergi dari foodcourt menuju ruangan kerja mereka masing-masing. Hanya sebagian kecil saja orang yang masih duduk-duduk meminum kopi sambil merokok. Dimitri adalah salah satu diantara yang masih duduk di foodcourt tersebut. Ia duduk sendirian di deretan meja yang paling ujung. Dengan sikap tubuh yang santai dan elegan Dimitri menyeruput cairan hangat dari cangkirnya. Isinya teh bukan kopi. Dimitri tidak suka minum kopi. Segerombolan wanita muda yang ketika masih duduk di meja di seberang Dimitri seringkali mencuri-curi pandang ke arah Dimitri, jalan melewati samping meja Dimitri dengan gaya yang terlihat betul ingin tampak mempesona. Empat wanita muda berpakaian layaknya cewek-cewek kantoran berjalan dengan pelan sambil mengerlingkan bola mata mereka ke arah Dimitri. Dimitri dengan tetap terlihat cool dan santai menatap mereka satu-satu sambil tersenyum kecil yang seakan membalas tatapan menggoda mereka. Wajar memang para wanita muda itu begitu ingin mempesona di depan Dimitri. Wajahnya yang merupakan campuran ras timur dan barat memang akan menarik perhatian setiap wanita dalam radius pandangan. Dalam tubuhnya mengalir darah Arya dan Indo-Melayu. Tak perlu dijelaskan lagi sebuah muka maha ganteng merupakan hasilnya. Tambah lagi tubuhnya yang tegap selalu terlihat gagah dalam posisi apa pun. Berdiri, duduk, maupun dalam posisi berbaring. Terbayang kan bagaiamana para wanita akan tergila-gila pada seorang Dimitri.
5
Selewat gerombolan wanita tadi Dimitri melihat jam tangannya. Kurang tiga menit untuk jarum jam menyentuh angka delapan. Huh, ternyata pagi ini dia tidak sarapan di sini. Semoga besok pagi ada. Orang yang dinantikannya pagi ini ternyata tidak sarapan dulu di foodcourt. Suatu bentuk rutinitas yang ternyata pagi ini tidak dilakukan oleh orang yang dinantikannya. Mungkin dia sudah sarapan di rumah. Atau mungkin malah hari ini tidak ngantor. Sembari berdiri dan beranjak ke ruangannya, Dimitri masih memikirkan segala kemungkinan kenapa orang yang dinantikannya tidak sarapan dulu di foodcourt. Padahal berdasarkan hasil observasi Dimitri selama beberapa hari ke belakang, wanita itu selalu sarapan dulu di foodcourt underground. Nanti siang akan kucoba lagi ke sini. Siapa tahu ada. Harapan Dimitri tidak akan pernah terkabulkan. * Sari bangun tepat jam sembilan. Kepalanya agak pusing dan terasa berat saat ia akhirnya memutuskan untuk beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi untuk buang air kecil. Kalau saja dirinya tidak kebelet ingin kencing mungkin ia akan menghabiskan waktu lebih lama di tempat tidur.
6
Setelah gosok gigi dan mencuci mukanya Sari memaksakan kakinya agar membawa dirinya ke dapur untuk menyeduh secangkir kopi. Tujuan utamanya adalah agar dirinya tidak tergoda untuk kembali meringkuk di tempat tidur. Sudah cukup tadi dirinya mendapat tambahan waktu tidur sekitar empat jam lebih banyak dari waktu biasa tidurnya. Sari sebenarnya paling anti untuk tidur lagi setelah bangun pagi rutinnya yang jam lima itu. Selain untuk menjaga kebugaran dirinya, seringkali ada efek yang membuat kepalanya pusing dan membuat dirinya begitu malas untuk melakukan apa-apa. Jadi tadi untuk bangkit dari tempat tidur lalu berjalan menuju dapur sesungguhnya merupakan suatu bentuk perjuangan tersendiri bagi Sari untuk mengalahkan bagian dirinya yang masih ingin konform dengan empuknya kasur. Bau harum kopi kental yang menyengat sedikit mengetuk kepala Sari sebagai permulaan untuk membangun kesadaran dirinya pada hari itu. Obat paling mujarab bagi Sari memang kafein. Baunya saja mempunyai pengaruh yang kuat dalam dirinya. Setiap tegukannya merupakan doping pribadi bagi Sari. Entah akan seperti apa hidup Sari tanpa kopi. Sluurp. Tegukan pertama kopi panas mengisikan rongga mulutnya dengan cairan ‘kebahagiaan’. Sari menutup matanya menikmati rasa unik hasil olahan tanaman berbiji hitam tersenyum. Dosisnya pas. Sari tersenyum puas. Beberapa detik kemudian Sari merasakan arus penyemangat yang mengaliri darah dan memompa jantungnya. Entah apakah semuanya hanya sugesti berlebihan saja, tapi tegukan pertama merupakan starting point yang akan menentukan hari seorang Sari ke depannya. Semuanya berasal 7
dari racikan kopinya. Jika racikannya pas itu akan membangkitkan mood Sari untuk tetap positif dalam menjalani segala aktivitas ke depannya tapi jika racikannya kurang pas mood yang dihasilkan pun akan kurang baik dan satu hari penuh itu biasanya akan menjadi sebuah bad day bagi Sari. Well, ada kesan superstitious yang begitu kental memang. Tapi bukankah sebuah mitos pun bersifat mistis dan seringkali di luar akal manusia tapi toh tetap saja dipercayai dan dijadikan patokan bagi banyak kepercayaan dan aliran di dunia ini. Biarlah mitos kopiku menjadi bagian dari keyakinanku. Sari berjalan ke kamar tidurnya sambil membawa kopi perfect-nya untuk mengambil ponselnya yang berada di tempat tidur. Sari lalu kembali lagi ke ruang tengah untuk duduk di sofa cozy-nya yang menghadap televisi. Rumah yang didiami Sari sebenarnya bukanlah sebuah bangunan yang bertipikal seperti rumah-rumah biasa. Apa yang disebut rumah oleh Sari sebetulnya merupakan sebuah paviliun yang dimodif menjadi sebuah rumah dengan sekat-sekat yang membentuk sebuah kamar tidur, ruangan tengah yang merangkap sebagai ruang tamu dan ruang TV, lalu sebuah space untuk dapur dan sebuah kamar mandi. Sari merasa dirinya cukup beruntung bisa mengontrak tempat ini karena selain nyaman harganya pun tergolong murah. Meski bertempat di daerah yang padat di pusat ibu kota Jakarta, Sari merasa tidak keberatan dengan kebisingan dan kesemruwetan kota metropolitan tersebut. Lokasi tempat tinggalnya yang strategis membuatnya mudah untuk
8
menjangkau tempat-tempat kebutuhannya.
yang
penting
dan
sesuai
Klik. Televisi sudah dinyalakan. Sari disambut dengan penampilan musik dari band yang sedang naik daun namanya di pentas musik nasional. Mereka sedang memainkan lagu hits mereka di atas panggung dengan disaksikan para penonton yang rata-rata masih anak remaja. Program genre musik yang setahu dirinya cukup populer di khalayak muda merupakan tontonan yang berisikan musik setengah live (karena vokal penyanyi yang merupakan hasil dubbing sebelum acara dimulai) dan humor-humor dari MC yang ciri khas anak muda jaman sekarang. Ada sebuah rasa heran dalam dirinya mengenai program musik seperti ini yang meski disiarkan pada pagi hari di mana setahu dirinya kebanyakan anak remaja dan anak muda sedang sekolah, tapi bisa menjadi sebuah tontonan yang favorit di antara para pemirsa TV. Ada sebuah asumsi liar bahwa mungkin sebetulnya kebanyakan penonton yang menonton acara ini merupakan para ibu rumah tangga dari kelas menengah ke bawah yang sedang bersantai di depan TV setelah mencuci pakaian dan membersihkan rumah. Dasar televisi! Ada sebuah pesan baru di ponselnya yang baru Sari baca sekarang meski dari jam diterimanya pesan tesebut sudah sejak tadi pagi jam tujuhan SMS tersebut masuk. SMSnya merupakan balasan dari bosnya di kantor. Tadi pagi Sari memutuskan untuk tidak ngantor hari ini. Ia meng-SMS bosnya untuk izin cuti sehari dengan alasan sakit kepala dan agak tidak enak badan. Meski ada kesan 9
berlebihan dan ada kedok kemalasan yang tersirat tapi Sari menganggap bahwa dirinya tidak berbohong. Toh dirinya memang merasa sedikit pusing tadi pagi dan agak tidak enak badan. Semuanya mungkin gara-gara mimpi itu yang kembali menghantui tidurnya. Damn, teringat lagi dengan mimpi sialan itu. Efek positif kopi yang membuat seseorang merasa excited bisa berbalik menjadi sebuah stimuli depressan andaikan si peminum kopi menghanyutkan emosinya pada kemurungan atau sesuatu yang menyebalkan. Pada satu waktu tadi Sari terbawa dalam emosi yang agak depresif. Tapi dengan cepat Sari menanggulangi emosi tadi dengan membawanya kembali ke area yang positif. Ladang bunga yang rupa-rupa dan penuh warna yang cerah dan menyegarkan. Hanya diriku sendiri berlari menyusuri ladang tersebut menikmati aroma wangi bunga yang beraneka ragam. Langit yang biru cerah dengan awan yang putih menjadi atap abadiku. Roda emosinya berputar ke area yang positif. Fiufh, hampir saja. Dasar mimpi bodoh. Sari kembali berfokus pada ponselnya dan membuka pesan dari bosnya. YUPI SILAKAN ISTIRAHAT. Sari tersenyum membaca SMS singkat balasan dari bosnya tersebut. Orang yang disebut bos oleh dirinya 10