Irsan Firdaus
MEMORI & MIMPI TERSEMBUNYI
KHO ERUNO PUBLISHING
MEMORI & MIMPI TERSEMBUNYI Oleh: Irsan Firdaus Copyright © 2012 by Irsan Firdaus
Penerbit Kho Eruno Publishing khoerunosideas.blogspot.com
[email protected]
Desain Sampul: Aris Dodi
Diterbitkan melalui: www.nulisbuku.com
2
Novel ini, sebagai bentuk terimakasih dan dipersembahkan untuk : Marzheilla Anindya Putri; Ranggi Rinaldo; Shinta Dwi Wijayanti; Rizka Putri Andayani; Kharina Putri Delfianti; Nurfitriah; Agus Supriyadi; Chairandy Fajri; Mochamad Rizky Kurniawan; Seruni Nabila Kandi; Shashenka Rizanti Sahfira Annisa; Regia Jafar Sidiq; Alif Putra Syafari; Bagas Mahardi Pradica; Singgih Satrio Budi; Malaikat Penolong, Sakurako; Malaikat Penyentuh Hati, Ibu; Vivaldi Priambodo; Sigit Sugiarto; Teman-teman SMP Negeri 12 Jakarta angkatan 20042007; Teman-teman SMA Hang Tuah 1 Jakarta angkatan 20072010; Teman-teman Universitas Padjadjaran angkatan 20102014; Seluruh mimpi-mimpi, cita-cita dan ambisi yang masih terpendam. Dan belum bisa terwujud; Teman-teman SD Negeri Gunung 01 Pagi angkatan 2002-2004 dan Teman-Teman SD Negeri Joglo 05 Pagi angkatan 1998-2000; Serta, kepada orang-orang yang telah memberi inspirasi penuh dalam hal pembuatan novel ini hingga selesai
3
“ Jika kita mencintai seseorang yang kita cintai dan kita sayangi, ungkapkanlah secara jujur tanpa mengurangi atau melebihi kepada orang yang kita cintai dan kita sayangi. Maka orang yang kita cintai dan kita sayangi dapat mengerti dan memahami perasaan yang kita miliki. “ (Irsan Firdaus) “Bagian tersulit saat mencintaimu adalah melihatmu mencintai orang lain. “ (Windy Rahmadhina) “JASMERAH, Jangan Sesekali Melupakan Sejarah. “ (Ir. Soekarno) “Jangan pernah memberi harapan kosong kepada orang lain. Karena itu bersifat menyakiti, melukai perasaan orang lain. “ (Rizka Putri Andayani) “ Even if my love reaches the breaking point, 1/3 of it won't reach my true feelings are just spinning on air, my heart isn't even saying "I love you". “ ( Siam Shade – 1/3 Junjou Na Kanjou (1/3 True Feelings) ) “Even though ‘I want to be loved’ in my own way, it fills me, but I can't see you. I just have the feeling that I'll never see you again... I want to tell you that, but I can't find the right words. Maybe it's okay if I lie, but I can't even say "Don't go away". “ (Halicali – Long Kiss Goodbye) “Know it, how about your feel about love. So just let it flow. Love will find a way. “ (Shashenka Rizanti Shafira Annisa)
4
Catatan Memori 1
Kehidupan Baru: Pekenalan: 2 Tahun Kisah Baru: Mulai Dijauhi Hidupku berawal dari sebuah sekolahku yang baru, SDN Gunung 01 Pagi. Kebetulan saat itu Aku anak pindahan dari sekolahku yang lama, SD Budi Mulia, Tangerang. Ketika itu, Aku diantarkan Ayah kesekolah baru, lingkungan baru, sedang menunggu berdiri didepan kelas sambil menunggu teman-teman. Tak lama kemudian, seorang anak perempuan datang menghampiriku bersama teman-temannya. “ Hei, elo anak baru ya disini? “ kata seorang anak perempuan itu. Aku yang merespon datang dan menghampiri anak perempuan itu. Anak perempuan itu mengulurkan tangannya dan berjabat tangan denganku. “ Irsan, Hani “ kami berdua berjabat tangan sambil memperkenalkan diri kami masing-masing. Setelah itu, Aku memperkenalkan diriku kepada teman-temannya Hani yang bernama Dita dan Annisa. Aku mulai duduk dikelas sambil menunggu bel berbunyi. Guru kelas pun memasuki kelas dan pelajaran segera dimulai. Kebetulan, di kelasku, ada 3 murid baru. Yaitu Aku, Putra dan Sakti. Sakti adalah teman 1 SD denganku saat berada di SD Budi Mulia. Di sini, kehidupan baruku dimulai, belajar, menambah pertemanan baru, mencoba untuk mengakrabkan diri. Ketika tiba dirumah, Aku mencoba memutar kembali ingatanku saat Aku berada disekolah tadi. Aku berkenalan dengan temanteman baru, lingkungan baru. Mulai dari berkenalan dengan Hani, Annisa dan Dita, serta teman-teman sekelas yang lain. Aku berharap disini bisa mendapatkan pengalaman yang berkesan, dan menjadi catatan ingatan yang baik. Keesokan 5
harinya, kehidupan ini seperti biasanya berjalan. Aku menambah pertemanan, berbagi ilmu dalam pelajaran, dan lainlainnya. Hingga akhirnya kehidupan yang sudah berjalan beberapa bulan, Aku menemukan 3 orang teman yang begitu unik. Dari gaya dan cara pertemanan mereka. Mereka adalah Adit, Iwas dan Nuki. Mereka sempat Aku beri julukan “ Trio Banci “, karena Aku memandangnya mereka itu senangnya bermain sama anak-anak perempuan. Bahkan, mereka memandang anak baru dengan sifat yang begitu dingin. Aku berpikir dengan saksama, apa iya ada orang-orang semacam ini, yang sebelumnya belum pernah Aku temui. Rasa ingin tahuku terus bertambah mengenai 3 karakter temanku ini. Dengan maksud Aku bisa berteman baik dengan mereka. Namun, hati berkata lain, mereka bukan yang seperti Aku inginkan. Mereka tipikal teman yang suka membicarakan aibaib orang lain, tetapi aib yang negatif. Dibicarakan, dikomentari, bahkan bisa jadi bahan pembicaraan dikelas mengenai siapa yang mereka bicarakan orangnya. Kebetulan, saat itu, Akulah jadi bahan pembicaraan kelas. Mengenai, segala kelakuanku selama Aku bersekolah disini. Mungkin, cara Aku untuk mengakrabkan diriku salah, menurut pandangan mereka. Aku pernah pulang bareng dengan salah satu teman yang sedang Aku pelajari sifatnya, yaitu Nuki. Waktu itu, Nuki pulang dijemput ibunya pada saat pulang sekolah. Saat itu, Aku menawarkan diri untuk pulang bersama, karena rumah Nuki denganku 1 komplek. Nuki pulang dengan ibunya menggunakan taksi, dan Aku ikut bersama. Dijalan, ibunya Nuki menawarkan Aku kue kering. Aku menerimanya dengan senang hati. Mungkin karena Aku suka dengan kue yang ditawarkan dengan ibunya Nuki, Aku mengatakan kepada Nuki “ Boleh minta lagi nggak kuenya Nuk ? “. Nuki memberikan 1 kue kering lagi kepadaku. Ketika tiba didepan rumahku, Aku turun dan mengucapkan terimakasih kepada Ibunya Nuki dan tak lupa pada Nuki. Ketika tiba didalam rumah, saat ganti baju, Aku berpikir sepertinya Nuki tidak begitu ramah denganku saat ditaksi tadi. 6
Aku berpikir, bahwa mungkin situasinya sedang tidak baik, karena saat itu sedang pulang sekolah, situasinya sedang capek. Biasanya, ketika sedang capek, emosi jiwa bisa naik. Keesokan harinya, tanpa disadari ketika disekolah, Aku menjadi bahan pembicaraan dikelas mengenai kejelekkan diriku. Yang Aku lihat saat itu, situasi kelas begitu berubah. Yang tadinya ramah tamah melihat diriku, menjadi tatpan serius kepadaku. Berubah, ini yang hanya bisa Aku pikirkan, mereka sedikit demi sedikit menjelek-jelekkan diriku, tanpa tahu asal muasalnya. Segala bentuk ceramah, kritikan Aku terima disini. Melontarkan serangan yang semestinya tidak menyerang diriku, Aku tak tahu apa sebabnya sehingga Aku begitu dimusuhi. Ada yang mengatakan, mungkin Aku ngelunjak, tidak tahu malu, tidak tahu terimakasih, dan sukanya ngacak-ngacak perabotan rumah orang. Disinalah, tepat mimpi, angan, dan cita-citaku sempat tertunda dikarenakan faktor kecil, tetapi ada yang mau mebesar-besarkannya. Aku mulai dijauhi orang, mulai difitnah dan begitu dibenci tanpa tahu alasan yang jelas, dan sedikit demi sedikit, teman-teman baikku menjauhi diriku. Hanya tinggal beberapa orang saja yang tersisa. Aku yang ingin mencoba mengakrabkan diri, ingin berteman baik, sempat tertunda dan tersendat ketika Aku disini. Aku hanya bisa pasrah dalam menanggapi hal ini, mungkin ini awal mula mempelajari dan memahami sebuah sahabat, diman mungkin, Aku harus tahu seluk beluk apa yang disukai dan yang tidak disukai. Tetapi, disini Aku mulai merasakan sebuah sisi yang selalu menyendiri bagiku. Sisi gelapku rasanya seperti bangkit dengan sendirinya, padahal Aku sendiri tidak menginginkan hal ini terjadi. Tapi, yang sudah terjadi, terjadilah. Seperti yang Aku rasakan belakangan ini, Aku pindah kesini tidak sesuai yang Aku inginkan, Aku menginginkan sebuah sahabat yang baik, malah yang ada Aku semakin dijauhi. Ini begitu berat Aku rasakan, hingga benar-benar naik kelas 6 SD. Mulailah memudar sahabat-sahabat baikku. Vonto, saat kelas 5 SD, ketika masuk Semester 2, ia pindah ke Solo. Aku rasanya ingin pindah sekolah, dengan maksud ingin menemukan 7
teman yang lebih baik lagi. Tapi nyatanya, Aku tak bisa pindah, karena orang tuaku berharap, Aku bisa 1 sekolah dengan kakak nantinya ketika Aku SMP, yaitu SMP Negeri 11 Jakarta. Ketika kelas 6, masuk Semester 2, sekolah kedatangan murid-murid baru. Mereka juga sepertinya sama seperti halnya dengan orang tuaku, yang menginginkan anaknya masuk SMP negeri favorit. Yaitu SMP Negeri 11, SMP Negeri 19 Jakarta, SMP Negeri 29 Jakarta. Ketika itu, tak terasa memasuki ivent Ujian Nasional. Dimana semua teman-teman berjuang untuk melanjutkan ke tingkat SMP, mendapatkan bangku SMP yang mereka tuju, yang mereka inginkan. Ketika keluar hasilnya, nilai ebtanasku rendah, yaitu 39,47. Dan dinyatakan, tidak diterima di SMP mana pun. Aku sempat stress berat, stress berkepanjangan. Ketika itu pula. Aku mulai menghilangkan pikiran tentang teman-temanku, Aku tak peduli satu pun. Karena Aku pikir, tidak ada artinya mereka mengingatku. Aku hanya berpikir, selamat kepada mereka, yang telah berhasil masuk SMP negeri yang mereka inginkan dan orang tua mereka inginkan. Ketika itu, Aku berpikir bagaimana caranya agar bisa masuk SMP Negeri, apa pun orangtuaku lakukan. Akhirnya, ada sekolah yang masih mau menerimaku. Yaitu, SMP Negeri 12 Jakarta.
8