1 |Antologi Geografi Volume 3 Nomor 2 September 2015
HUBUNGAN USAHATANI MANGGIS DENGAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN PURWAKARTA Mohammad Wildan. S, Epon Ningrum*, Dadang Sungkawa* Departemen Pendidikan Geografi Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected],
[email protected],
[email protected]
Kabupaten Purwakarta merupakan salah satu sentra penghasil manggis di Indonesia. Untuk memenuhi peluang terhadap tingginya permintaan manggis baik untuk pasar domestik maupun ekspor, Pemerintah Kabupaten Purwakarta telah mengembangkan tanaman manggis secara bertahap. Penelitian ini mengkaji tingkat hubungan usahatani manggis dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta. Masalah penelitian ini terfokus pada (1)Faktor-faktor geografis apa yang mendukung usahatani manggis;(2)Hubungan usahatani manggis dengan pendapatan, pendidikan, kesehatan, tingkat kepemilikan rumah dan tingkat kepemilikan sarana informasi dan transportasi masyarakat petani manggis. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Variabel dalam penelitian ini yaitu usahatani dan kondisi sosial ekonomi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi lapangan, angket, studi literatur dan dokumentasi serta teknik analisis data menggunakan teknik penghitungan analisis Rank Spearman. Berdasarkan kondisi fisik yang ada di Kecamatan Wanayasa, terdapat kesesuaian dengan dengan syarat tumbuh manggis. Terdapat hubungan usahatani manggis dengan pendapatan, pendidikan, kesehatan, kepemilikan rumah, dan sarana informasi dan transportasi dengan tingkat hubungan yang rendah. Dengan demikian, penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat kekuatan hubungan yang rendah usahatani manggis dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta. Kata kunci : Usahatani, Sosial ekonomi, Masyarakat Abstract Purwakarta Regency is one of the mangosteen production centers in Indonesia. In order to meet the demands from both domestic and international markets, the Government of Purwakarta Regency has gradually developed mangosteen farming. The research examines the correlation of mangosteen farming and the social-economic condition of the communities in Wanayasa District, Purwakarta Regency. More specifically, it focuses on: (1) The geographic factors supporting mangosteen farming; and (2) The correlation between mangosteen farming and the income, education, health, house ownership, and information and transportation accessibility levels of the mangosteen farmer communities. The research adopted descriptive-quantitative method. The variables of this research are farming and social-economic condition. Data were collected through field observation, questionnaire, literary study, and documentation, whereas the analysis was done with Spearman Rank technique. Based on the physical conditions, Wanayasa District fulfills the requirements for mangosteen farming. There is a low correlation between mangosteen farming and income, education, health, and information and transportation accessibility. Hence, the research concludes that there is a low correlation between mangosteen farming and the social-economic condition of the communities in Wanayasa District, Purwakarta Regency.
Wildan Solihin M, dkk. Hubungan Usahatani Manggis dengan... |2 Keywords: Farming, Social-economy, Communities *) Corresponding Authors
3 |Antologi Geografi Volume 3 Nomor 2 September 2015
Pertanian dan perkebunan memegang peranan penting di Indonesia. Karena hampir sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan hidupnya pada bidang pertanian. Seperti yang diungkapkan oleh Mubyarto (1989, hlm. 12) “Indonesia ini masih merupakan negara yang bergerak dalam basis pertanian, artinya pertanian ini memegang peranan yang penting dari keseluruhan perekonomian nasional”. Pertanian dan perkebunan di Indonesia ini sangat berpengaruh besar terhadap perekonomian negeri ini, hal ini harus terus didorong dan dikembangkan seiring jumlah penduduk Indonesia yang terus semakin bertambah. Hal ini akan berdampak kepada ketersediaan pangan Indonesia, dengan jumlah penduduk yang sangat banyak tentu akan membutuhkan persediaan pangan yang besar pula.Menurut Setiawan (2006 : 34) “Walaupun sektor pertanian semakin berkurang kontribusinya terhadap pendapatan negara, tetapi sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan hidupnya pada sektor tersebut”. Subsektor pertanian memiliki peranan strategis dalam pembangunan ekonomi secara nasional sesuai dengan Undang-Undang Nomor : 18 tahun 2004 tentang Perkebunan, yaitu pembangunan perkebunan ditujukan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat; juga dapat meningkatkan penerimaan negara dan devisa negara; membentuk lapangan kerja, meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan daya saing; dapat memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku untuk industri dalam negeri; serta dapat mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. (Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, 2012). Letak Indonesia yang berada di jalur khatulistiwa membuat Indonesia memiliki keanekaragaman dalam varietas buahbuahan, salah satunya ialah manggis.
Buah manggis atau dengan nama latin Garcinia Mangostana ini diyakini berasal dari Asia Tenggara. Menurut Yunitasari (2011, hlm. 2) Pohon manggis ini hanya bisa tumbuh di hutan dan dataran tinggi tertentu yang beriklim tropis seperti di Indonesia, Vietnam, Malaysia, Myanmar, Thailand dan Filipina.Serta dapat tumbuh juga di Hawai dan di bagian Australia Utara. Manggis merupakan tanaman buah tropika yang dikenal juga sebagai tanaman budidaya yang pertumbuhannya terbilang lambat, namun umurnya juga paling panjang. Untuk mulai berbuah, tanaman ini membutuhkan waktu 10-15 tahun yang tingginya mencapai 10-25 meter. Menurut Yunitasari (2011, hlm. 10) Buah manggis ini memiliki bentuk yang sangat unik, berbeda dari buah lainnya. Warnanya coklat keunguan, dan memiliki cita rasa manis dan asam. Buah manggis ini juga memiliki khasiat yang baik untuk kesehatan. Para peneliti sebelumnya telah menemukan kandungan pada buah manggis yang banyak sekali nutrisi yang terkandung didalamnya seperti serat dan karbohidrat, serta banyak sekali mengandung vitamin A, B2, B6 dan vitamin C dan berbagai macam mineral seperti zat besi, kalium dan kalsium. Selain itu, buah manggis ini memiliki kandungan xanthone yang berfungsi sebagai antioksidan yang kuat. Yunitasari (2011, hlm. 10) mengungkapkan bahwa sebuah studi di Singapura menunjukkan bahwa tak heran buah manggis memiliki sifat antioksidan yang lebih efektif dibandingkan dengan dengan buah durian dan rambutan. Indonesia merupakan salah satu penghasil manggis di dunia, salah satunya adalah provinsi Jawa Barat yang merupakan pemasok utama manggis di Indonesia yang tersebar di beberapa wilayah seperti Kabupaten Tasikmalaya, Bogor, Ciamis, Purwakarta dan Subang. Menurut Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan
Wildan Solihin M, dkk. Hubungan Usahatani Manggis dengan... |2 Kabupaten Purwakarta, Wilayahnya merupakan salah satu sentra produksi manggis di Indonesia. Untuk memenuhi peluang terhadap tingginya permintaan manggis baik untuk pasar domestik maupun ekspor dalam upaya mewujudkan manggis sebagai buah primadona ekspor, pemerintah Kabupaten Purwakarta telah mengembangkan areal tanaman manggis secara bertahap. Pada tahun 1992 telah dikembangkan 100 Ha kebun manggis (10,000) pohon yang tersebar di Kecamatan Wanayasa. Kecamatan Wanayasa merupakan salah satu kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Purwakarta. Kecamatan Wanayasa ini mempunyai luas wilayah 5.633,18 Ha dengan topografinya bervariasi terdiri dari 75% perbukitan dan 25% daratan. Kecamatan Wanayasa ini sebagian besar wilayahnya digunakan untuk perkebunan dan pertanian, salah satunya adalah perkebunan manggis. Perkebunan manggis yang ada di Kecamatan Wanayasa ini secara keseluruhan memiliki luas 912 Ha dan dikelola oleh masyarakat setempat. Buah ini banyak tumbuh di kebun rakyat, jadi tidak ada lokasi khusus perkebunan manggis. Manggis Wanayasa ini ditetapkan menjadi komoditas unggulan oleh Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Purwakarta. Pada tahun 2005 populasi pohon manggis di Kabupaten Purwakarta sebanyak 86.000 pohon dengan areal seluas 860 Ha, namun pada tahun 2012 jumlah populasi pohon manggis ini bertambah menjadi 150.068 Ha dengan areal seluas 912 Ha dengan jumlah produksi sebesar 1.306 Kwintal (Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Purwakarta). Hal ini menunjukkan potensi perkebunan yang ada di Kecamatan Wanayasa sangat besar, dan ini akan berpengaruh juga terhadap peningkatan kondisi ekonomi para petani.
Apalagi manggis di Kabupaten Purwakarta ini sudah menjadi langganan ekspor ke luar negeri. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Untuk mengidentifikasi faktor-faktor geografis yang mendukung tumbuhnya pohon manggis di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta; (2) Untuk menganalisis hubungan usahatani manggis dengan tingkat pendapatan petani manggis di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta; (3) Untuk menganalisis hubungan usahatani manggis dengan tingkat pendidikan keluarga petani manggis di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta; (4) Untuk menganalisis hubungan usahatani manggis dengan tingkat kesehatan keluarga petani manggis di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta; (5) Untuk menganalisis hubungan usahatani manggis dengan tingkat kepemilikan rumah petani manggis di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta; (6) Untuk menganalisis hubungan usahatani manggis dengan tingkat kepemilikan sarana informasi dan transportasi petani manggis di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta. Metode Metode yang digunakan dalam penelitin ini adalah metode dekriptif yaitu penelitian yang mengungkapkan kejadian sebenarnya yang terjadi di lapangan dengan fakta-fakta yang ditemukan. Menurut Tika (2005, hlm 4) metode penelitian deskriptif yaitu penelitian lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya mengungkapkan faktafakta yang ada di lapangan, dengan interpretasi dan analisis yang kadang diberikan didalamnya. Populasi wilayah yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 4 desa yaitu Desa Babakan, Desa Sumurugul, Desa Taringgul Tonggoh dan Desa Cibuntu. Pengambilan keempat desa
5 |Antologi Geografi Volume 3 Nomor 2 September 2015
ini berdasarkan produksi manggis yang tergolong besar di wilayah Kecamatan Wanayasa. Jumlah sampel manusia dalam penelitian ini diambil berdasarkan desa dengan produksi manggis yang tergolong paling besar di Kecamatan Wanayasa. Variabel dalam penelitian ini adalah Usahatani manggis dengan indikator alam, tenaga kerja, modal dan keterampilan. Dan Kondisi sosial ekonomi yaitu pendapatan, pendidikan, kesehatan, kepemilikan rumah dan kepemilikan sarana informasi dan transportasi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan cara sebagai berikut; Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari penduduk yang didapatkan dengan teknik wawancara dan angket. Selanjutnya data sekunder yang diperoleh melalui beberapa teknik data yaitu observasi lapangan, studi literatur dan studi dokumentasi. Adapun analisis data yang digunakan adalah studi analisis korelasi Rank Spearman. Metode korelasi Rank Spearman ini pada awalnya dikemukakan oleh Spearman pada tahun 1904. Menurut (Riduwan, 2009) korelasi Rank Spearman ini kegunannya untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan antara 2 variabel yaitu variable bebas dan terikat yang berskala ordinal atau berjenjang dan dapat berasal dari sumber yang tidak sama. Sedangkan untuk menganalisis data responden digunakan teknik persentase dan skala likert. Hasil dan Pembahasan Wilayah Kecamatan Wanayasa secara geografis terletak di bagian Timur ibukota kabupaten dengan koordinat 107o33’19” BT dan 6o40’36” LS. Secara geografis Kecamatan Wanayasa berbatasan dengan: Utara berbatasan dengan Kecamatan Kiarapedes Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bojong
Timur berbatasan dengan Kecamatan Kiarapedes Barat berbatasan dengan Kecamatan Pondoksalam
Dilihat dari topografinya, Kecamatan Wanayasa tergolong daerah bergelombang atau berbukit dengan hawa yang sejuk. Kecamatan Wanayasa berada pada ketinggian 500 – 900 meter diatas permukaan laut (mdpl) dan memiliki suhu udara rata-rata 28oC. Jarak dari Kecamatan Wanayasa ke Pusat Kota atau pemerintahan ialah 25 km. Sedangkan jarak dari tiap-tiap desa yang dijadikan sampel penelitian ke kabupaten atau pusat pemerintahan bervariasi, yakni Desa Cibuntu 24 km, Sumurugul 26 km, Babakan 26,6 km dan Desa Taringgul Tonggoh sejauh 16,6 km. Ketinggian wilayah dari permukaan air laut untuk desa yang berada di wilayah Kecamatan Wanayasa bervariasi, hal ini disebabkan karena wilayah Kecamatan Wanayasa berada di daerah pegunungan tepatnya di wilayah kaki gunung Burangrang. Bila melihat dalam zonafikasi iklim menurut Junghuhn maka Kecamatan Wanayasa masuk kedalam zona sedang yang berada pada ketinggian 700 – 1500 mdpl dengan suhu rata-rata 23-28oC. Kondisi tersebut Kecamatan Wanayasa cocok dijadikan perkebunan dan pertanian. Keadaan geologi dan tanah yang ada di Kecamatan Wanayasa ialah batu lempung yang merupakan endapan bekas gunung api tua yang berasal dari gunung Burangrang dan gunung Sunda. Serta jenis material tanah yang ada di Kecamatan Wanayasa ini tanah aluvial, latosol, andosol, grumosol, podsolik dan regosol.
Wildan Solihin M, dkk. Hubungan Usahatani Manggis dengan... |2
Gambar 1 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Wanayasa Sumber : Basemap Kabupaten Purwakarta skala 1:25.000 thn 2010, Basemap Jaringan Jalan Jabar skala 1:50.000 thn 2010, Basemap Aliran Sungai BAPEDA Jabar skala 1:25.000 thn 2010, Peta Penggunaan Lahan Jawa Barat skala 1:25.000 thn 2010.
Tanah yang ada di sekitar Kecamatan Wanayasa sebagian besar merupakan hasil dari pelapukan batuan gunung api yang berasal dari gunung Sunda dan gunung Burangrang ditambah dengan
lempung berpasir yang tentunya tanah ini sangat cocok untuk dijadikan budidaya pertanian salah satunya manggis. Kecamatan Wanayasa dilewati oleh sungai Ciherang yang merupakan sungai
7 |Antologi Geografi Volume 3 Nomor 2 September 2015
yang mengalir dari gunung Tangkuban Parahu ini mengalir melintasi sejumlah desa yang ada di Kecamatan Wanayasa. Selain itu Kecamatan Wanayasa juga mempunyai sebuah situ atau rawa yang bernama Situ Wanayasa, situ ini memiliki fungsi penting baik sebagai tempat penampungan air guna pengendalian banjir, konservasi sumber daya air (pemasok air tanah), disamping itu dapat juga didunakan sebagai irigasi dan juga dimanfaatkan sebagai sarana rekreasi. Dari hasil wawancara dengan salah satu ketua kelompok tani manggis, dapat diperoleh informasi bahwa manggis di Kecamatan Wanayasa ini mulai ada pada tahun 1670 yaitu manggis pada generasi pertama yang ditanam oleh para dalem di kampung Babakan Kecamatan Wanayasa. Seiring berjalannya waktu tanaman manggis ini semakin banyak dan menyebar, lalu pada tahun 1990 dilakukan pengembangan manggis besar-besaran dikarenakan pada tahun 1989 manggis Wanayasa ini mulai ekspor ke luar negeri. Dengan permintaan pasar yang begitu besar akan manggis ini menjadi sebuah keuntungan apabila dapat diproduksi dengan jumlah yang lebih banyak lagi, maka dari itu pada tahun 1992 pemerintah daerah Kabupaten Purwakarta memberikan bantuan sebanyak 7000 pohon untuk Desa Babakan agar manggis ini semakin berkembang. Sejak itulah manggis ini menyebar ke desa-desa lain yang ada di Kecamatan Wanayasa, bahkan sampai ke luar kecamatan. Namun tetap populasi manggis tersebar ini ada pada Kecamatan Wanayasa. Syarat tumbuh manggis menurut (Yunitasari, 2011) ialah pohon manggis dapat tumbuh pada dataran rendah rendah sampai di ketinggian dibawah 1.000 mdpl. Pertumbuhan terbaik dapat dicapai pada daerah dengan ketinggian dibawah 500-600 mdpl. Pada daerah penelitian yaitu di Kecamatan Wanayasa berada pada ketinggian 500 – 900 meter diatas
permukaan laut, artinya bahwa kondisi ketinggian ini sama dengan yang diungkapkan pada teori syarat tumbuh manggis yang diungkapkan menurut (Yunitasari, 2011). Selain ketinggian, daerah yang cocok untuk budidaya manggis ialah daerah yang memiliki curah hujan tahunan 1.500 – 2500 mm/tahun dan memiliki temperatur udara yang ideal berada pada kisaran 22 – 32oC. Kecamatan Wanayasa memiliki curah hujan 1.500 – 2.500 mm/tahun dan memiliki temperatur rata-rata 28oC dengan temperatur terendah 23oC dan tertinggi 32oC, artinya kondisi curah hujan dan temperatur udara yang ada di Kecamatan Wanayasa dengan teori ialah sama. Dalam Yunitasari (2011, hlm. 17) disebutkan bahwa jenis tanah yang cocok untuk usahatani manggis yaitu jenis tanah yang aerasinya cukup baik, subur banyak mengandung bahan organik dan jenis tanah agak berat sampai ringan. Di Kecamatan Wanayasa jenis tanah yang terdapat disana ialah tanah lempung berpasir, yaitu jenis tanah dengan komposisi tanah liat dan pasir didalamnya, tanah ini disebut ideal untuk pertanian karena memiliki kandungan unsur hara yang dan humus yang cukup didalamnya, maka dari itu jenis tanah menurut teori dengan kondisi di lapangan yaitu sesuai. Setelah melakukan penghitungan melalui analisis Rank Spearman, diperoleh hasil bahwa masyarakat Kecamatan Wanayasa yang membudidayakan manggis memiliki tingkat hubungan yang relatif rendah dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Menurut (Setiawan, 2006), “Walaupun sektor pertanian semakin berkurang kontribusinya terhadap pendapatan negara, tetapi sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan hidupnya pada sektor tersebut”. Serta menurut (Adiwilaga, 1982) menyatakan bahwa “Luas garapan merupakan salah satu faktor yang menentukan Besar kecilnya
Wildan Solihin M, dkk. Hubungan Usahatani Manggis dengan... |2 pendapatan petani dari usaha taninya. Kecuali faktor lain turut menentukan antara lain, jenis komoditi yang diusahakan serta tingkat penerapan teknologi pertanian, jenis komoditi yang diusahakan serta produktivitas dan kesuburan tanah. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usahatani manggis di Kecamatan Wanayasa dipengaruhi oleh tenaga kerja, modal dan keterampilan petani. Selain itu, faktor penyuluh pertanian memiliki dukungan terhadap budidaya manggis disana, dengan demikian sesuai dengan pendapat Hernanto (1996) yaitu faktor yang mempengaruhi keberhasilan usahatani manggis adalah adanya faktor intern dan faktor ekstern. Hal ini menunjukkan keberhasilan usahatani manggis di Kecamatan Wanayasa karena adanya faktor alam dan sosial. Namun demikian, faktor eksternal yang menghambat yang ada disana berupa terbatasnya sarana transportasi dan pemasaran. Kesimpulan Jenis tanah, iklim, suhu, curah hujan merupakan kondisi fisik yang mendukung usahatani manggis di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta. Jenis tanah yang ada di lokasi penelitian merupakan jenis tanah lempung berpasir yaitu jenis tanah yang memiliki kandungan unsur hara dan humus yang cukup sehingga ideal untuk pertanian. Iklim di Kecamatan Wanayasa masuk ke dalam zona sedang yang berada pada ketinggian 700-1500 mdpl,. Suhu ideal berada pada 22-23oC, curah hujan 15002500 mm/tahun. Berdasarkan kondisi fisik yang ada di Kecamatan Wanayasa, terdapat kesesuaian dengan dengan syarat tumbuh manggis. Terdapat hubungan antara
usahatani manggis dengan pendapatan, pendidikan, tingkat kesehatan, kepemilikan rumah dan tingkat sarana kepemilikan transportasi dan komunikasi dengan kekuatan hubungan yang rendah. Dengan demikian Ha diterima dan Ho ditolak.
Daftar Pustaka Adiwilaga, A. 1982. Ilmu Usahatani. Bandung: Alumni Badan Pusat Statistik. 2010. Kecamatan Wanayasa dalam angka. Kantor Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta. Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Perkebunan Kabupaten Purwakarta. 2012. Laporan Tahunan Buah-buahan dan Sayuran Tahunan. Purwakarta Hernanto, F. 1996. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES Riduwan dan Sunarto. 2009. Pengantar Statistika. Bandung: Alfabeta Setiawan, Iwan. 2007. Peran Sekor Pertanian dalam Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia. Jurnal GeografiGEA. 7, (2), 34-38 Tika, Moh. Pabundu. 2005. Metode Penelitian Geografi. Jakarta : Bumi Aksara Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 .2004.Tentang Perkebunan. Yunitasari, Liska. 2011. Gempur 41 Penyakit dengan Buah Manggis. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
9 |Antologi Geografi Volume 3 Nomor 2 September 2015