NILAI EKONOMI SISTEM AGROFORESTRY KEBUN CAMPURAN (Studi Kasus Desa Babakan, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta)
INTEN SETYAWATI SUPRIATNA
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
2
NILAI EKONOMI SISTEM AGROFORESTRY KEBUN CAMPURAN (Studi Kasus Desa Babakan, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta)
INTEN SETYAWATI SUPRIATNA E14102032
SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
3
Judul Penelitian
: Nilai Ekonomi Sistem Agroforestry Kebun Campuran (Studi Kasus Desa Babakan, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta)
Nama
: Inten Setyawati Supriatna
NRP
: E14102032
Departemen
: Manajemen Hutan
Program Studi
: Manajemen Hutan
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Dr. Ir. Leti Sundawati, MSc NIP. 131 918 661
Ir. Bahruni, MS NIP. 131 781 162
Mengetahui, Dekan Fakultas Kehutanan IPB
Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS NIP. 131 430 799 Tanggal Lulus :
4
Inten Setyawati Supriatna. E14102032. Nilai Ekonomi Sistem Agroforestry Kebun Campuran (Studi Kasus Desa Babakan, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta). Pembimbing Dr. Ir. Leti Sundawati, MSc dan Ir. Bahruni, MS. Foresta et al. (2000) menyatakan bahwa agroforestry dalam bentuk kebun merupakan sumber inspirasi dan model yang sangat menarik untuk pengembangan pola pertanian dan kehutanan berkelanjutan yang memadukan manfaat ekonomi, perlindungan kesuburan tanah dan pelestarian keanekaragaman hayati. Sebagai sistem produksi skala kecil, kebun campuran tidak hanya memberikan manfaat langsung secara ekonomis tapi juga manfaat tidak langsung sebagai jasa pendukung kehidupan masyarakat. Pemanfaatan jasa pendukung kehidupan oleh masyarakat sering dianggap tidak bernilai ekonomi (public goods), sehingga sering tidak diukur (diabaikan) dalam menghitung kontribusi nilai ekonomi kebun campuran. Sempitnya pemahaman yang menyeluruh mengenai manfaat kebun campuran, membawa implikasi timbulnya miskonsepsi mengenai rendahnya nilai ekonomi sistem agroforestry kebun campuran. Hingga saat ini nilai ekonomi yang terukur dengan jelas dan akurat secara kuantitatif belum diketahui, dimengerti dan dipahami oleh masyarakat. Untuk itu perlu dilakukan penilaian ekonomi terhadap manfaat dari komponen-komponen kebun campuran secara menyeluruh dalam upaya menunjukkan secara objektif dan kuantitatif bahwa sistem agroforestry kebun campuran memberikan nilai ekonomis yang nyata kepada masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan nilai manfaat ekonomi sistem agroforestry kebun campuran di Desa Babakan, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta berupa nilai guna langsung (nilai produksi), nilai guna tidak langsung (nilai pencegahan erosi dan nilai kualitas air) dan nilai pilihan. Penelitian dilaksanakan di Desa Babakan, Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta. Waktu penelitian mulai Juli sampai dengan September 2006. Objek dalam penelitian ini adalah lahan kebun campuran dan aliran sungai sekitar kebun campuran. Penelitian dilakukan terhadap petani kebun campuran (memiliki lahan kebun campuran) dan bukan petani kebun campuran (tidak memiliki lahan kebun campuran) selaku responden. Metode penilaian yang digunakan yaitu metode penilaian berdasarkan harga pasar, metode penilaian berdasarkan harga barang pengganti dan metode kontingensi (CVM). Proses pengumpulan data dilakukan
5
melalui studi literatur, observasi, wawancara, dan pengukuran langsung, baik di lapangan maupun labotarorium. Pengolahan data dan analisis menggunakan program software excel dan minitab release 14. Keberadaan kebun campuran tidak hanya sebagai warisan turun temurun, tetapi juga dianggap dapat memberikan manfaat ekologis dan sosial. Selain itu tidak dapat dipungkiri kebun campuran di Desa Babakan merupakan asset utama ekonomi masyarakat. Luasan lahan kebun campuran sendiri berkisar antara 0,04 sampai 2 Ha. Kisaran dari rentangan ini menunjukkan keragaman skala usahatani yang ada. Dari hasil risalah pada 30 petak lahan responden petani kebun campuran diketahui terdapat 33 jenis tanaman kehutanan dengan 14 jenis yang dimanfaatkan kayunya dan 19 jenis yang dimanfaatkan buahnya serta 17 jenis tanaman pertanian. Dari ketiga jenis tanaman tersebut diperoleh nilai produksi kotor Rp 24.095.843/ha/thn terdiri
dan
tanaman
buah
Rp
10.296.540/ha/thn,
tanaman
kayu
Rp
1.368.436/ha/thn dan tanaman pertanian Rp 12.430.844/ha/thn. Dengan biaya pengelolaan Rp 6.109.247/ha/thn maka nilai produksi bersih kebun campuran Rp 17.986.596/ha/thn. Keberadaan kebun campuran di Desa Babakan dapat menahan laju erosi sebesar 790,75 ton/ha/thn dibandingkan penutupan lahan tegal ladang. Sebanyak 1.186 kg N; 17.397 kg bahan organik; 4 kg P2O5; 70 kg K2O dan 267 kg Ca (kandungan unsur hara per ha) yang terdapat pada jenis tanah latosol coklat di
Desa Babakan dapat ditahan dengan adanya kebun campuran. Penurunan laju erosi yang terjadi memiliki pengaruh terhadap kualitas air yang ditunjukkan melalui konsentrasi sedimen melayang dalam badan air. Keberadaan kebun campuran dapat menurunkan konsentrasi sedimen sebesar 6,384 mg/ltr dibandingkan penutupan lahan tegal/ladang. Nilai ekonomi sistem agroforestry kebun campuran Desa Babakan Wanayasa adalah sebesar Rp 40.160.127.123 per tahun, terdiri dari (1) nilai guna langsung berupa nilai produksi sebesar Rp 2.782.526.401 per tahun, (2) nilai guna tidak langsung berupa nilai hidrologi sebesar Rp 32.575.863.364 per tahun terdiri dari nilai pencegahan erosi sebesar Rp 628.132.359 per tahun dan nilai kualitas air sebesar Rp 31.947.731.005 per tahun, dan (3) nilai pilihan sebesar Rp
6
4. 801.737.358 per tahun. Nilai guna tidak langsung menunjukkan proporsi tertinggi sebesar 81,11% yang kemudian disusul dengan proporsi nilai pilihan sebesar 11,96% dan yang terakhir nilai guna langsung dengan proporsi sebesar 6,93%. Berdasarkan uraian diatas nilai guna tidak langsung dan nilai pilihan memiliki nilai ekonomi yang jauh lebih tinggi dibandingkan nilai guna langsung. Hal ini mengindikasikan pentingnya peranan kebun campuran dalam memberikan jasa pendukung kehidupan terutama dalam memberikan manfaat fungsional proses ekologis. Penilaian ekonomi kebun campuran yang bersifat kuantitatif secara menyeluruh terutama terhadap manfaat tidak langsung berupa jasa pendukung kehidupan perlu mendapat perhatian yang seimbang dan proporsional sehingga masyarakat mengetahui, mengerti dan memahami bahwa nilai ekonomi sistem agroforestry kebun campuran tidak hanya sebatas pada manfaat langsung yang mereka peroleh secara ekonomis.
7
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Pada penelitian ini penulis mengambil judul ”Nilai Ekonomi Sistem Agroforestry Kebun Campuran (Studi Kasus Desa Babakan, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta) Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mengetahui nilai ekonomi sistem agroforestry kebun campuran secara subjektif dan kuantitatif karena selama ini penilaian yang dilakukan lebih objektif dan bersifat kualitatif. Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dalam upaya peningkatan apresiasi masyarakat terhadap manfaat-manfaat dari sistem agroforestry kebun campuran secara keseluruhan baik yang dapat dinilai maupun yang tidak pernah dinilai secara ekonomis. Terima kasih penulis ucapkan kepada: 1.
Kedua orang tua (mama dan papa) dan my lil sista (ade ayi) atas segala doa dan kasih sayangnya.
2.
Dr. Ir. Leti Sundawati, MSc dan Ir. Bahruni, MS sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan saran selama penelitian hingga penyelesaian skripsi ini.
3.
Dr. Ir. I Wayan Darmawan, MSc selaku dosen penguji dari Departemen Hasil Hutan dan Ir. Arzyana Sunkar, Msc selaku dosen penguji dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata.
4.
Ir. Nana Mulyana Arifjaya, MS dan Ir. Omo Rusdiana, MSc yang telah banyak memberikan ilmu dan saran dalam penyelesaian skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pihak yang membutuhkan. Bogor, Januari 2007 Penulis
8
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 27 September 1983 di Bogor dan merupakan putri pertama dari dua bersaudara keluarga Bapak Iman Supriatna dan Ibu Poppy Noviatini. Penulis menempuh jalur pendidikan sejak tahun 1989 di TK Regina Pacis Bogor, dilanjutkan pada tahun 1990 di SD Regina Pacis Bogor. Tahun 1996 melanjutkan pendidikan di SMP Regina Pacis Bogor, dan pada tahun 1999 penulis melanjutkan pendidikan di SMUN 1 Bogor. Pada tahun 2002 penulis masuk IPB melalui jalur USMI dengan Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Selama di bangku kuliah penulis mengikuti kegiatan Magang pada bulan Juli 2004 di Kebun Raya Bogor. Kegiatan praktek lapang yang pernah diikuti penulis adalah kegiatan Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) pada BKPH Rawa Timur (KPH Banyumas Barat), BKPH Gunung Selamet Barat (KPH Banyumas Timur) dan BKPH Getas (KPH Ngawi), yang dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus tahun 2005, serta pernah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor pada bulan Maret sampai Mei tahun 2006. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, penulis melakukan penelitian dengan judul ”Nilai Ekonomi Sistem Agroforestry Kebun Campuran (Studi Kasus Desa Babakan, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta)” di bawah bimbingan Dr. Ir. Leti Sundawati, MSc dan Ir. Bahruni, MS.
9
UCAPAN TERIMA KASIH Dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Kedua orang tua (mama dan papa) dan my lil sista (ade ayi) yang telah memberikan semangat, motivasi, doa, perhatian dan kasih sayang yang tak ternilai, terutama untuk mama yang selalu dan tanpa letih mendoakan penulis dengan tulus.
2.
Dr. Ir. Leti Sundawati, MSc dan Ir. Bahruni, MS sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan saran selama penelitian hingga penyelesaian skripsi ini.
3.
Dr. Ir. I Wayan Darmawan, MSc selaku dosen penguji dari Departemen Hasil Hutan dan Ir. Arzyana Sunkar, Msc selaku dosen penguji dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata.
4.
Ir. Nana Mulyana Arifjaya, MS dan Ir. Omo Rusdiana, MSc yang telah banyak memberikan ilmu dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.
5.
Para staf dan laboran Laboratorium Pengaruh Hutan Silvikultur, Laboratorium Inventarisasi Manajemen Hutan dan Laboratorium Kimia Kayu Hasil Hutan.
6.
Keluarga terdekat: Ua Elly, Ua totoh, Ka Arie, Teh Santi, Teh Susi, Ene Ciamis serta seluruh keluarga yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis dan keluarga.
7.
Seluruh aparat Desa Babakan, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta yang telah memberikan bantuan selama penulis melakukan penelitian di lapangan.
8.
Keluarga Bapak Ade Sugema dan keluarga Bapak Ena serta masyarakat Desa Babakan, yang telah banyak membantu yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data penelitian.
9.
Rekan-rekan senasib seperjuangan satu bimbingan Resman, Lucky dan Laily (mbah) yang terus memberikan motivasinya.
10.
Sonny, Ika, Intan, Winni, Ferry, Mico, dan Febiano Hudioro, thank u for always being there.. It’s been a very enormous blessing having u guys next to me.
10
11.
Teman-teman
Manajemen
Hutan
39:
Desi,
Wien,
Dodi
Maul,
Hamzah,……dan yang lainnya. We have lots of amazing moments. 12.
Ipank, Ucup, Dewi, Lisna, Memei, Eka Susan, Teh Dini, dan Mas Arga, terima kasih atas segala bantuan dan dukungannya.
13.
Teman-teman satu angkatan Silvikultur, KSH, dan THH atas kebersamaan dan persahabatannya selama ini.
14.
Para senior dan junior Fahutan, without all of u my life in campus wouldn’t be so colourfull.
15.
For every single special person has lived in Fahutan, thank u 4 giving me colours.. Each moment happenned on the past become the unforgotten moments. Everysingle things running gracefully even sometimes it’s hurt but it will become our unforgettable part of life not just memories.
16.
Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Bogor, Januari 2007
Penulis
11
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL.......……………………………………...............................vi DAFTAR GAMBAR.........................................................................................ix DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................x PENDAHULUAN……….........…………...………………………………......1 Latar Belakang.......................................................................................... 1 Perumusan Masalah dan Kerangka Pemikiran.......................................... 2 Tujuan Penelitian……..………………………………......…….............. 5 Manfaat Penelitian.................................................................................... 5 TINJAUAN PUSTAKA................................................................................... 6 Agroforestry Kebun Campuran ..........…………….……….….............. 6 Konsep Nilai dan Penilaian ..………...………………………............... 7 Nilai Guna Langsung.....................…………………………................. 8 Nilai Guna Tidak Langsung……....……………………….................... 9 Hidrologi .........................………..…………………..................... 10 Erosi.................................................................................................12 Kesuburan Tanah............................................................................ 14 Sedimen........................................................................................... 16 Nilai Pilihan............................................................................................. 18 Manggis Wanayasa..........................................................................18 METODE PENELITIAN................…………………………………............ 20 Lokasi dan Waktu Penelitian…………………………..………............. 20 Objek Penelitian………………………………………………............... 20 Batasan Penelitian……………………………………………................ 20 Pengumpulan Data…………………………….……………...…........... 21 Jenis Data………........................................................................... 21 Metode Pengumpulan Data………………………………............. 23 Metode Pengukuran……………………………....…………......... 24 Metode Penentuan Responden ……………….....………….......... 26 Metode Penilaian ……………………………..…………….......... 27 Metode Pengolahan dan Analisis Data………………............…............ 28 Nilai Produksi................................................................................. 28 Nilai Hidrologi................................................................................ 29 Nilai Pilihan..................................................................................... 33 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN......... ..........................................34 Letak Geografis...................................................................................... 34 Iklim....................................................................................................... 34
12
Tata Guna Lahan.................................................................................... 35 Topografi................................................................................................ 35 Geologi dan Tanah.................................................................................. 36 Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat.................................................... 37 Kependudukan................................................................................ 37 Pendidikan..................................................................................... 37 Mata Pencaharian........................................................................... 38 Sarana dan Prasarana............................................................................. 39 Kelembagaan......................................................................................... 39 Sejarah Perkembangan Kebun Campuran di Desa Babakan.................. 40 HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................... 43 Karakteristik Responden....................................................................... 43 Persepsi Masyarakat Terhadap Kebun Campuran................................. 47 Nilai Guna Langsung Kebun Campuran.............................................. 50 Skala Usahatani............................................................................. 50 Pengelolaan Kebun Campuran...................................................... 51 Komposisi dan Komponen Kebun Campuran.............................. 51 Pengadaan Bibit dan Penanaman.................................................. 53 Pemeliharaan Tanaman................................................................. 54 Pemanenan..................................................................................... 56 Pemasaran...................................................................................... 59 Perhitungan Nilai Produksi............................................................ 59 Nilai Guna Tidak Langsung ................................................................... 63 Nilai Pencegahan Erosi.................................................................. 63 Pendugaan Erosi Aktual Menggunakan Metode USLE....... 63 Perhitungan Nilai Pencegahan Erosi..................................... 67 Nilai Kualitas Air.......................................................................... 70 Kualitas Air dan Kesediaan Membayar…………………... 71 Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Kesediaan Membayar........................................................... 74 Model dan Pendugaan Nilai Kualitas Air………………… 77 Prediksi Konsentrasi Sedimen Melayang............................ 79 Perhitungan Nilai Kualitas Air............................................. 80 Nilai Pilihan............................................................................................ 82 Persepsi Terhadap Nilai Pilihan.....................................................82 Perhitungan Nilai Pilihan............................................................... 84 Nilai Ekonomi Kebun Campuran............................................................ 85 KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................ 87 Kesimpulan............................................................................................. 87 Saran....................................................................................................... 87 DAFTAR PUSTAKA……………………….………………………..…....... 88 LAMPIRAN..................................................................................................... 90
13
DAFTAR TABEL
Halaman 1
Pengaruh penambahan bahan organik terhadap aliran permukaan dan erosi........................................................................................................... 16
2
Pengaruh luas Daerah Aliran Sungai terhadap Sediment Delivery Ratio.. 17
3
Komponen nilai dan metode penilaian yang digunakan........................... 27
4
Tata guna lahan di Desa Babakan............................................................. 35
5
Luasan kelas lereng Desa Babakan........................................................... 36
6
Jumlah penduduk Desa Babakan menurut jenis kelamin dan umur...........37
7
Jumlah penduduk Desa Babakan menurut tingkat pendidikan................. 38
8
Jumlah penduduk Desa Babakan menurut mata pencahariannya............. 38
9
Distribusi responden berdasarkan kelompok umur................................... 43
10 Distribusi responden menurut tingkat pendidikan..................................... 44 11 Distribusi responden menurut tingkat pengetahuan.................................. 45 12 Distribusi responden berdasarkan mata pencaharian................................. 45 13 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendapatan............................... 46 14 Distribusi responden berdasarkan jumlah anggota keluarga...................... 47 15 Distribusi responden berdasarkan skala usahatani kebun campuran......... 51 16 Rata-rata jumlah komposisi jenis tanaman pada kebun campuran............. 51 17 Jenis tanaman buah yang banyak dibudidayakan oleh responden.............. .52 18 Jenis tanaman kehutanan yang banyak dibudidayakan oleh responden..... 53 19 Jenis tanaman pertanian yang banyak dibudidayakan oleh responden...... 53 20 Rata-rata unit produksi/panen jenis tanaman kebun campuran yang banyak dibudidayakan responden............................................................. 57
14
21 Kalender panen........................................................................................... 58 22 Nilai produksi berdasarkan jenis tanaman kebun campuran...................... 59 23 Nilai produksi kotor usahatani kebun campuran........................................ 61 24 Biaya usahatani kebun campuran/tahun...................................................... 62 25 Nilai produksi bersih usahatani kebun campuran....................................... 62 26 Nilai faktor erosivitas (R) rata-rata hujan tahunan..................................... 64 27 Nilai faktor panjang dan kemiringan lereng (LS)...................................... 64 28 Nilai faktor pengelolaan tanaman dan konservasi tanah (CP) pada tiap tipe penutupan lahan Desa Babakan........................................................ 65 29 Hasil perhitungan laju erosi rata-rata tertimbang pada tiap tipe penutupan lahan Desa Babakan................................................................................... 66 30 Tingkat bahaya erosi berdasar tebal solum tanah dan besarnya bahaya erosi............................................................................................................ 67 31 Laju erosi pada tiap tipe penutupan lahan usahatani Desa Babakan pada kondisi yang disamakan.............................................................................. 68 32 Kandungan unsur hara yang hilang pada tiap tipe penutupan lahan usahatani Desa Babakan pada kondisi yang disamakan ............................ 69 33 Kategori konsentrasi sedimen melayang (Cs) sampel simulasi kualitas air berdasarkan standar kualitas lingkungan (Kep.Men. KLH No.2/1988).... 71 34 Kebutuhan rata-rata air rumah tangga responden....................................... 72 35 Rata-rata kesediaan membayar responden terhadap sampel simulasi kualitas air................................................................................................... 73 36 Ringkasan hasil perhitungan kesediaan membayar pada berbagai sampel simulasi kualitas air.................................................................................... 74 37 Persamaan regresi terbaik untuk setiap kualitas pada nusim pada musim hujan dan kemarau...................................................................................... 75 38 Hasil perhitungan kesediaan membayar pada berbagai sampel simulasi kualitas air menggunakan model regresi.................................................... 79 39 Perhitungan pendugaan konsentrasi sedimen melayang berdasarkan erosi pada tiap tipe penutupan lahan usahatani Desa Babakan .......................... 80
15
40 Perhitungan pendugaan konsentrasi sedimen melayang berdasarkan erosi pada penutupan lahan kebun campuran dan tegal/ladang yang dikondisikan sama...................................................................................... 81 41 Hasil perhitungan kesediaan membayar kualitas air pada kebun campuran Desa Babakan............................................................................................. 82 42 Nilai ekonomi sistem agroforestry kebun campuran Desa Babakan.......... 85
16
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1 Skema pemikiran kerangka penelitian.......................................................... 4 2 Ilustrasi penampang basah aliran sungai.......................................................24 3 Bentuk plot pengambilan sampel tanah....................................................... 26 4 Grafik curah hujan rata-rata per bulan di Desa Babakan............................. 34 5 Peta kelas lereng dan penutupan lahan Desa Babakan................................. 36 6 Kebun campuran masyarakat Desa Babakan............................................... 49 7 Komoditas manggis kebun campuran...........................................................83
17
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1 Peta lokasi penelitian.................................................................................... 91 2 Data karakteristik responden petani kebun campuran................................. 92 3 Data karakteristik responden non petani kebun campuran........................... 93 4 Daftar jenis-jenis tanaman kebun campuran Desa Babakan......................... 94 5 Biaya pengelolaan kebun campuran............................................................. 95 6 Data nilai ekonomi produksi kebun campuran Desa Babakan..................... 96 7 Nilai ekonomi produksi kebun campuran berdasarkan luas lahan............... 97 8 Nilai erodibilitas (K) untuk jenis tanah di Jawa........................................... 98 9 Nilai faktor C dari berbagai tanaman........................................................... 99 10 Nilai faktor P untuk berbagai tindakan........................................................ 101 11 Hasil analisis contoh tanah.......................................................................... 102 12 Data curah hujan bulanan (mm) tahun 1996-2005.................................... 103 13 Perhitungan debit Sungai Cibulakan Desa Babakan.................................... 104 14 Penentuan model regresi kesediaan membayar kualitas A pada musim hujan................................................................................................ 105 15 Penentuan model regresi kesediaan membayar kualitas B pada musim hujan................................................................................................ 108 16 Penentuan model regresi kesediaan membayar kualitas C pada musim hujan ................................................................................................ 111 17 Penentuan model regresi kesediaan membayar kualitas A pada musim hujan................................................................................................ 114 18 Penentuan model regresi kesediaan membayar kualitas B pada musim kemarau.......................................................................................... 117
18
19 Penentuan model regresi kesediaan membayar kualitas C pada musim kemarau.......................................................................................... 120 20 Penentuan model regresi kesediaan membayar kualitas C berdasarkan konsentrasi sedimen dan musim................................................................. 123
19
PENDAHULUAN Latar Belakang Kebun campuran sebagai salah satu contoh sistem agroforestry kompleks merupakan suatu sistem pemanfaatan lahan berbasiskan pada pengetahuan tradisional masyarakat yang telah dikembangkan sejak lama di daerah beriklim tropis maupun subtropis. Foresta et al. (2000) menyatakan bahwa sebaiknya agroforestry dalam bentuk kebun dijadikan sumber inspirasi dan model yang sangat menarik untuk pengembangan pola pertanian dan kehutanan berkelanjutan yang memadukan manfaat ekonomi, perlindungan kesuburan tanah dan pelestarian keanekaragaman hayati. Sistem agroforestry kebun campuran baik langsung maupun tidak langsung memiliki nilai manfaat yang dapat digunakan untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan masyarakat. Sebagai sistem produksi skala kecil, kebun campuran tidak hanya memberikan manfaat langsung secara ekonomis tapi juga manfaat tidak langsung berupa jasa pendukung kehidupan masyarakat. Namun penghargaan atau apresiasi masyarakat terhadap kebun campuran masih sangat terbatas pada hasil yang dapat memberikan manfaat ekonomi langsung, tanpa memperhatikan jasa pendukung kehidupan seperti manfaat fungsional proses ekologis yang dihasilkan. Pemanfaatan jasa pendukung kehidupan oleh masyarakat sering dianggap tidak bernilai ekonomi (public goods), sehingga sering tidak diukur (diabaikan) dalam menghitung kontribusi nilai ekonomi kebun campuran. Sempitnya pemahaman yang menyeluruh mengenai manfaat kebun campuran, membawa implikasi timbulnya miskonsepsi mengenai rendahnya nilai ekonomi sistem agroforestry kebun campuran dibandingkan dengan sistem penggunaan lahan lain, yang seolah dapat memberikan nilai ekonomi secara riil lebih tinggi. Sistem agroforestry kebun campuran merupakan sistem pemanfaatan lahan berkelanjutan yang memiliki nilai manfaat yang tinggi pada saat ini dan masa yang akan datang, akan tetapi nilai manfaat ekonomi yang terukur dengan jelas dan akurat secara kuantitatif belum diketahui, dimengerti, dan dipahami oleh masyarakat. Untuk itu perlu dilakukan penilaian ekonomi terhadap manfaat dari komponen-komponen kebun campuran sehingga dapat diketahui besarnya nilai subsidi yang tidak pernah dihargai secara ekonomis dalam upaya pelestarian,
20
pemanfaatan dan pengembangan kebun campuran sesuai dengan potensi yang dimiliki. Penilaian ekonomi kuantitatif mengenai manfaat kebun campuran diharapkan menjadi cara yang efektif dalam mereduksi pemahaman masyarakat yang keliru tentang kecilnya nilai ekonomi sistem agroforestry kebun campuran dibandingkan sistem penggunaan lahan lainnya. Dukungan masyarakat terhadap keberadaan
kebun
campuran
sangat
penting
dalam
mempertahankan
kelangsungannya sehingga dapat membawa kesejahteraan sosial. Melalui pendekatan penilaian ekonomi maka estimasi nilai manfaat dari sistem agroforestry kebun campuran akan dapat diketahui secara kuantitatif terukur, berdasarkan persepsi masyarakat lokal yang terlibat langsung dalam keberadaan sistem agroforestry kebun campuran. Perumusan Masalah dan Kerangka Pemikiran Sistem agroforestry kebun campuran di Desa Babakan, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta memadukan antara tanaman tahunan (buah atau kayu) dan tanaman semusim (buah, sayur, dan pangan) yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat tidak hanya dari segi ekonomis, tapi juga dari segi ekologis. Sempitnya pemahaman yang menyeluruh mengenai manfaat kebun campuran
baik
secara
ekonomis
maupun
ekologis,
mengakibatkan
apresiasi/penghargaan masyarakat terhadap manfaat kebun campuran hanya sebatas sebagai manfaat ekonomi, sedangkan pemanfaatan jasa lingkungan dari proses ekologis kebun campuran sering dianggap tidak bernilai ekonomi (public goods), sehingga sering tidak diukur (diabaikan) dalam menghitung kontribusi nilai ekonomi kebun campuran. Keadaan ini membawa implikasi, timbulnya miskonsepsi mengenai rendahnya nilai ekonomi sistem agroforestry kebun campuran dibandingkan bentuk pemanfaatan lahan lain, yang seolah dapat memberikan nilai ekonomi secara riil lebih tinggi seperti lahan monokultur. Sampai saat ini informasi dan data kuantitatif mengenai sistem agroforestry kebun campuran Desa Babakan, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta belum tersedia sehingga penilaian yang dilakukan lebih bersifat subjektif dan kualitatif. Untuk melengkapinya, dilakukan perhitungan terhadap nilai ekonomi agroforestry kebun campuran meliputi nilai guna langsung (direct use value)
21
seperti nilai produksi tanaman kayu, tanaman buah dan tanaman pertanian, nilai guna tidak langsung (indirect use value) seperti nilai hidrologi yang meliputi nilai pencegahan erosi dan nilai kualitas air, dan nilai pilihan (option value). Penilaian dilakukan secara menyeluruh terhadap komponen-komponen diatas berdasarkan persepsi masyarakat. Penilaian ekonomi tersebut sangat penting sebagai dasar dalam mengetahui nilai manfaat total yang kuantitatif terukur dari sistem agroforestry kebun campuran dalam upaya pelestarian, pemanfaatan dan pengembangannya sesuai dengan potensi yang dimiliki.
• TERBATASNYA PEMAHAMAN MANFAAT • MISKONSEPSI NILAI EKONOMI • BELUM ADA DATA KUANTITATIF NILAI EKONOMI
SISTEM AGROFORESTRY KEBUN
MASYARAKAT
PERSEPSI
NILAI GUNA LANGSUNG
NILAI PRODUKSI
TANAMAN BUAH
NILAI GUNA TIDAK LANGSUNG
NILAI PILIHAN
NILAI HIDROLOGI
NILAI PENCEGAHAN
PELESTARIAN, PEMANFAATAN dan PENGEMBANGAN
PENILAIAN EKONOMI
NILAI KUALITAS AIR
TANAMAN KAYU TANAMAN PERTANIAN
NILAI EKONOMI SISTEM AGROFORESTY KEBUN
Gambar 1 Skema pemikiran kerangka penelitian. 4
23
Tujuan Penelitian Menentukan nilai manfaat ekonomi sistem agroforestry kebun campuran di Desa Babakan, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta berupa nilai guna langsung, nilai guna tidak langsung dan nilai pilihan.
Manfaat Penelitian 1. Pembuat keputusan Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi pihak terkait dalam merumuskan
kebijakan
bagi
pemerintah
daerah
dalam
mendukung
kelangsungan sistem agroforestry. 2. Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai bahan informasi bagi para penyuluh maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam membantu masyarakat mengoptimalkan sistem agroforestry. 3. Peneliti Sebagai salah satu landasan atau bahan informasi untuk penelitian-penelitian serupa. 4. Masyarakat Sebagai bahan informasi bagi masyarakat dalam upaya pelestarian, pemanfaatan dan pengembangan potensi sistem agroforestry.
TINJAUAN PUSTAKA Sistem Agroforestry Kebun Campuran Lundgren dan Raintree, diacu dalam Affandi (2002) menyatakan bahwa agroforestry adalah suatu nama kolektif untuk sistem-sistem pengunaan lahan dan teknologi, dimana tanaman keras berkayu/pohon-pohonan, perdu, jenis-jenis palm, bambu ditanam bersamaan dengan tanaman pertanian, dan/atau hewan, dengan suatu tujuan tertentu dalam suatu bentuk pengaturan spasial atau urutan temporal, dan didalamnya terdapat interaksi-interaksi ekologi dan ekonomi diantara berbagai komponen yang bersangkutan. Sistem agroforestry di Indonesia menurut Foresta et al. (2000) terbagi menjadi dua macam yaitu sistem agroforestry sederhana dan sistem agroforestry kompleks.
Sistem
agroforestry
sederhana
adalah
perpaduan-perpaduan
konvensional yang terdiri atas sejumlah kecil unsur, menggambarkan apa yang kini dikenal dengan skema agroforestry klasik. Contoh paling sering ditemui adalah sistem tumpang sari antara jati dan palawija. Sedangkan sistem agroforestry kompleks merupakan sistem-sistem yang terdiri dari sejumlah besar unsur pepohonan, perdu, tanaman musiman dan rumput. Penampakan fisik dan dinamika didalamnya mirip dengan ekosistem hutan alam primer dan sekunder. Contohnya adalah kebun pepohonan campuran, hutan buatan atau hutan rakyat dan aneka kebun pekarangan. Kebun campuran pada umumnya terdiri dari berbagai macam tanaman setahun (sayuran dan pangan) yang diselingi oleh bambu atau pohon-pohonan. Lokasinya biasanya agak jauh dari rumah (tidak sedekat pekarangan), dimana pohon yang banyak ditanam adalah buah-buahan (Wiradinata 1989). Iskandar et al. (1981) menyatakan bahwa suatu areal tertentu bila di dalamnya terdapat percampuran antara tanaman semusim (annual) dan tanaman tahunan (parennial) pada suatu saat dan musim tertentu dikenal sebagai kebun campuran atau disebut juga talun muda. Menurut Soemarwoto et al. (1980), diacu dalam Iskandar et al. (1981) talun-kebun mempunyai fungsi penting bagi masyarakat pedesaan. Fungsi talunkebun dapat dibedakan menjadi empat bagian yaitu:
7
1. Sistem talun-kebun mempunyai peranan yang berarti bagi penduduk pedesaan. Hasil panen dari talun-kebun dapat dipungut secara bergilir setiap waktu, sangat penting dalam mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari. 2. Produksi komersial Hasil talun-kebun disamping dapat mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari penduduk pedesaan, jenis-jenis tanaman itu juga menghasilkan uang. Talunkebun dapat memberikan sumbangan yang cukup berarti bagi pemiliknya tanpa memerlukan perawatan yang intensif. 3. Sumberdaya nutfah dan perlindungan tanah Dengan adanya keanekaan jenis tanaman di kebun-talun yang cukup tinggi, talun mempunyai fungsi yang penting bagi sumberdaya nutfah. Dari jenisjenis tanaman yang menyusun talun-kebun banyak ditemukan varietas/jenis tanaman yang masih liar atau setengah liar belum dibudidayakan. Selain itu adanya keanekaan jenis tanaman semusim atau tahunan, sangat efektif untuk melindungi tanah dari erosi hempasan air hujan dan mempertahankan kesuburan tanah. 4. Fungsi sosial Di talun-kebun banyak dihasilkan kayu bakar dan bahan bangunan. Masyarakat pedesaan kebiasaan mengambil kayu bakar dari talun-kebun orang lain berupa ranting-ranting atau cabang pohon mati, biasanya tidak usah permisi dahulu kepada pemiliknya, sehingga talun-kebun mempunyai fungsi sosial kemasyarakatan bagi penduduk desa.
Konsep Nilai dan Penilaian Nilai merupakan persepsi manusia, tentang makna sesuatu objek (sumberdaya hutan), bagi orang (individu) tertentu, tempat dan waktu tertentu pula. Persepsi ini sendiri merupakan ungkapan, pandangan, perspektif seseorang (individu) tentang atau terhadap sesuatu benda, dengan proses pemahaman melalui panca indera yang diteruskan ke otak untuk proses pemikiran, dan disini berpadu dengan harapan ataupun norma-norma kehidupan yang melekat pada individu atau masyarakat tersebut. Nilai terbentuk melalui interaksi antara objek (sumberdaya hutan) dengan kehidupan sosial ekonomi dan budaya individu atau
8
masyarakat yang bersangkutan. Penilaian ekonomi adalah proses kuantifikasi nilai biofisik dan fenomena sosial budaya untuk setiap indikator nilai (komponen sistem) menjadi nilai ekonomi (moneter) dengan metode tertentu sesuai dengan sifat setiap indikator nilai tersebut (Bahruni 1999). Sedangkan menurut David dan Johnson (1987), diacu dalam Affandi dan Pindi (2004) nilai merupakan penghargaan atas suatu manfaat bagi orang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Sedangkan penilaian merupakan penetapan atau penentuan bobot atau manfaat suatu barang dan jasa bagi manusia. Jadi penilaian barang dan jasa hutan merupakan penentuan bobot atau manfaat barang dan jasa hutan bagi manusia. Nilai Ekonomi Total (NET) adalah nilai-nilai ekonomi yang terkandung dalam suatu sumberdaya alam, baik nilai guna maupun nilai fungsional yang harus diperhitungkan dalam menyusun kebijakan pengelolaannya sehingga alokasi dan alternatif penggunaannya dapat ditentukan secara benar dan mengenai sasaran. Klasifikasi
nilai
ekonomi
total
berdasarkan
karakteristik
manfaat
sumberdaya hutan: 1) Nilai guna langsung (direct use value), 2) Nilai guna tidak langsung (indirect use value), 3) Nilai pilihan akan datang (option value), 4) Nilai keberadaan (existence value).
Nilai Guna Langsung Nilai guna langsung merupakan nilai yang bersumber dari penggunaan secara langsung oleh masyarakat, terhadap komoditas hasil hutan produksi, berupa flora dan nmir pohon, fauna dan komoditas dari proses ekologis (ekosistem) hutan. Jenis manfaat penggunaan langsung ini dikelompokkan atas 1) bahan pangan, 2) bahan bangunan, 3) sumber energi (kayu bakar), 4) flora dan fauna untuk peralatan sederhana, 5) obat, 6) flora dan fauna untuk hiasan dan berburu, 7) produk yang dijual (Bahruni 1999). Menurut hasil penelitian Wulan (2002), nilai manfaat ekonomi langsung yang diperoleh dari lahan agroforestry kebun kopi multistrata cukup tinggi. Untuk pola Timber Base Multisrata diperoleh Rp 5.749.000/ha/thn, pola Shades Base
9
Multistrata diperoleh Rp 5.973.000/ha/thn dan yang tertinggi adalah pola Fruit Base Multistrata adalah sebesar Rp 9.158.132/ha/tahun. Widiarso (2005) melakukan penelitian di Desa Kuta dan Desa Sukagalih Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor mengenai nilai ekonomi total pemanfaataan ladang perkebunan yang dijadikan lahan agroforestry dalam bentuk kebun campuran. Nilai penggunaan langsung dari lahan tersebut dibagi menjadi nilai produksi perladangan dan nilai kayu bakar dengan nilai manfaat ekonomi untuk produksi perladangan sebesar Rp 7.731.732/ha/tahun sedangkan untuk kayu bakar sebesar Rp 102.400/KK/tahun.
Nilai Guna Tidak Langsung Bahruni (1999) menyatakan bahwa nilai guna tidak langsung merupakan manfaat yang diperoleh individu atau masyarakat melalui suatu pengunaan secara tidak langsung terhadap sumberdaya hutan yang memberikan pengaruh pada aktifitas ekonomi atau mendukung kehidupan makhluk hidup. Jasa hutan dihasilkan dari suatu proses ekologis dari komponen biofisik ekosistem hutan. Nilai sumberdaya hutan yang termasuk kedalam kategori nilai guna tidak langsung adalah nilai berbagai fungsi jasa hutan berupa manfaat hutan bagi pengendalian banjir, prasarana angkutan air (sungai), pengendalian erosi dan penyerapan CO2. McCauley (1982), diacu dalam Hamilton dan Peter (1988) meneliti secara intensif sistem kebun lahan kering yang kompleks di Jawa Barat, Indonesia yang ditanamani tanaman anual, pohon penghasil pangan, bambu dan menghitung erosi potensialnya. Diantara kebun-kebun yang tanahnya digarap, tetapi masih memberikan perlindungan baik terhadap erosi adalah kebun buah campuran dan kebun bambu campuran. Sistem agroforestry dengan jumlah pohon yang banyak mempunyai potensi erosi yang lebih kecil dibandingkan dengan sistem-sistem perwakilan pohon yang lebih sedikit. Dalam penelitian Widiarso (2005), nilai penggunaan tidak langsung dibagi menjadi nilai hidrologi meliputi nilai pengendalian erosi dan nilai air (pertanian dan rumah tangga). Nilai air rumah tangga sebesar Rp 107.167/KK/tahun, nilai air
10
pertanian sebesar Rp 148.151/ha/tahun dan Rp 128.000.000/ha/thn untuk nilai pengendalian erosi. Widiarso (2005) menyatakan bahwa terdapat perbedaan besar laju erosi yang tinggi pada penutupan lahan berupa agroforest (kebun campuran) dan perkebunan teh monokultur. Menggunakan pendugaan rumus USLE diketahui agroforest dalam bentuk kebun campuran memiliki laju erosi sebesar 148,866 ton/ha/thn sedangkan pada perkebunan teh sebesar 1.112,78 ton/ha/thn. Penelitian lain yang mencantumkan besarnya laju erosi pada kebun campuran, yaitu Pamungkas (1993) dengan daerah penelitian DAS Cilalawi sub DAS Citarum pada unit-unit lahan di hilir dan hulu Sungai Cilalawi (Waduk Ir. H. Djuanda), menyatakan bahwa besarnya laju erosi pada areal kebun campuran adalah sebesar 634 ton/ha/tahun (perhitungan menggunakan rumus USLE). Hidrologi Hidrologi adalah ilmu pengetahuan yang menangani air di bumi, kejadiannya, perputarannya, kekayaan kimiawi serta fisiknya, reaksinya terhadap lingkungan termasuk hubungan dengan benda-benda hidup (Bedient & Wayne 1989). Air merupakan zat kehidupan yang menurut Prawiro (1980) didalam kehidupan rumah tangga dibutuhkan untuk makan, minum, masak, mandi, mencuci dan lain-lain. Guna keperluan rumah tangga biasanya diperlukan kirakira 90 liter air sehari untuk 1 orang. Satu keluarga yang terdiri dari 5 orang akan menghabiskan 14 m³ air untuk 1 bulan. Air tidak saja perlu untuk kehidupan manusia, hewan dan tanaman tetapi juga merupakan media pengangkutan, sumber energi dan berbagai keperluan lainnya. Air merupakan sumber daya alam utama, yang pada dasarnya merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, namun mudah mengalami kerusakan atau degradasi. Kerusakan air dapat berupa timpangnya distribusi air secara temporal, hilang atau mengeringnya sumber air dan menurunnya kualitas air. Untuk hal menurunnya kualitas air dapat disebabkan oleh kandungan sedimen yang bersumber dari erosi atau kandungan bahan-bahan atau senyawa dari limbah rumah tangga, limbah industri atau limbah pertanian dalam suatu badan air. (Suripin 2002)
11
Beberapa parameter hidrologi suatu badan air yang perlu diketahui adalah sebagai berikut: (1) kecepatan arus (velocity), digunakan untuk memperkirakan kapan bahan pencemar akan mencapai suatu lokasi tertentu, apabila bagian hulu suatu badan air mengalami pencemaran (2) debit, dinyatakan sebagai volume yang mengalir pada selang waktu tertentu, biasanya dinyatakan dalam satuan m³/detik. Q=VxA Keterangan : Q = debit aliran sungai (m³/detik) V = kecepatan aliran sungai (m/detik) A = Luas penampang basah aliran sungai (m²) Dengan meningkatnya debit, kadar bahan-bahan alam yang terlarut ke suatu badan air akibat erosi meningkat secara eksponensial. Namun, konsentrasi bahanbahan antropogenik yang memasuki badan air tersebut mengalami penurunan karena terjadi pengenceran. Jika suatu bahan pencemar masuk ke badan air dengan kecepatan konstan, kadar bahan pencemar dapat ditentukan dengan membagi jumlah bahan pencemar yang masuk dengan debit air badan air.
Cs =
Qs Q
Keterangan: Cs = Konsentrasi sedimen dalam sungai (mg/l) Qs = debit sedimen (gr/det) Q = debit aliran sungai (m³/detik) (3) Tinggi permukaan air, sangat penting diketahui untuk menentukan jarak masuknya air laut ke perairan daratan pada saat terjadi pasang dan kemungkinan terjadinya intruisi laut (Effendi 2000, diacu dalam Herlianto 2004) Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air terhadap penggunaan tertentu dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia mulai dari air untuk memenuhi kebutuhan langsung yaitu air minum, mandi dan cuci , air irigasi atau pertanian atau pertanian, peternakan, perikanan, rekreasi dan transportasi. Kualitas air ditentukan oleh kandungan sedimen yang terlarut didalam air tersebut (Suripin 2002)
12
Nilai kualitas air menurut peruntukannya dapat digolongkan antara lain: golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu; golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku minum; golongan C, yaitu air yang digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan; golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di perkotaan, industri dan pembangkit listrik tenaga air (PP No 20/90, diacu dalam Herlianto 2004) Dasar dari semua perencanaan hidrologi adalah konsep dari daerah aliran sungai atau DAS. Menurut Webster dalam Suripin (2002) DAS adalah suatu daerah yang dibatasi oleh pemisah topografi yang menerima hujan, menampung, menyimpan dan mengalirkan ke sungai dan seterusnya ke danau atau ke laut. Komponen hidrologi di dalam DAS meliputi koefisien aliran permukaan, koefisien regim sungai, nisbah debit maks-min, kadar lumpur atau kandungan sedimen layang sungai, laju, frekuensi, dan periode banjir serta keadaan air tanah. Salah satu penciri kualitas air yang tidak tercatat langsung oleh alat fluktuasi debit sungai adalah kadar lumpur atau kandungan sedimen layang yang terbawa oleh aliran sungai. Kandungan lumpur ini berasal dari DAS yang mengalami erosi. Kadar lumpur atau kandungan sedimen layang sungai biasa dinyatakan dengan dalam berat sedimen per volume air (mg/l). Semakin tinggi kandungan lumpur pada aliran sungai, memberi indikasi semakin tinggi laju erosi yang terjadi pada DAS. Erosi Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian/bagian tanah dari suatu tempat yang diangkut oleh air atau angin ke tempat lain. Di daerah beriklim basah erosi oleh airlah yang penting, sedangkan erosi oleh angin tidak berarti (Arsyad 2000) Kartasapoetra et al. ( 1987) menyatakan bahwa erosi yang berlangsung secara alamiah, terjadi secara normal di lapangan melalui tahap-tahap: a. pemecahan agregat-agregat tanah atau bomgkah-bongkah tanah ke dalam partikel tanah yaitu butiran-butiran tanah yang kecil. b. Pemindahan
partikel-partikel
tanah
tersebut
penghanyutan ataupun karena kekuatan angin
baik
dengan
melalui
13
c. Pengendapan partikel-partikel tanah yang terpindahkan atau terangkut tadi di tempat-tempat yang lebih rendah atau di dasar sungai. Macam faktor yang mengendalikan kemungkinan terjadinya erosi beragam menurut macam erosinya. Erosi tanah (E) yang dirangsang air hujan dikendalikan oleh faktor-faktor iklim (I), topografi (Tg), tanah (Tn), tumbuhan (Tb) dan manusia (M), yang hubungannya dinyatakan melalui persamaan: E = f (I, Tg, Tn, Tb, M) Iklim menentukan nilai indeks erosivitas hujan sedang tanah dengan sifatsifatnya itu dapat menentukanbesar kecilnya lajunya pengikisan (erosi) dan dinyatakan sebagai faktor erodibilitas (kepekaan tanah terhadap erosi atau mudah dan tidaknya tanah itu tererosi). Faktor bentuk kewilayahan (topografi) menentukan tentang kecepatan lajunya air di permukaaan yang mampu mengangkut atau menghanyutkan partikel-partikel tanah. Faktor tanaman penutup tanah (vegetasi) memiliki sifat melindungi tanah dari timpaan-timpaan keras titiktitik curah hujan ke permukaannya, selain itu dapat memperbaiki susunan tanah dengan bantuan akar-akarnya yang menyebar. Sedang faktor kegiatan manusia selain dapat mempercepat terjadinya erosi karena perlakuan-perlakuannya yang negatif, dapat pula memegang peranan penting dalam usaha pencegahan erosi yaitu dengan perbuatan atau perlakuan yang positif.
Soil Conservation Service USDA memperhitungkan kelima faktor tersebut dalam menentukan metode pendugaan besar erosi tanah melalui rumus “Universal
Soil Loss Equation” dengan persamaan sebagai berikut: E = f (C, T, V, S, H) dimana E = Erosi f = faktor-faktor yang mempengaruhi atau menimbulakannya C = iklim (climate) T = topografi V = vegetasi S = sifat-sifat tanah (soil) H = peranan manusia (Human activities)
Universal Loss Soil Equation merupakan kepanjangan dari istilah USLE, yaitu suatu persamaan umum untuk memprakirakan laju erosi lembar dan erosi
14
alur dari sebidang lahan yang mengendalikan secara kuat terjadinya erosi tanah. Ukuran lahan yang kecil menjadi persyaratan utama dalam upaya meminimumkan keragaman penampilan fisik lahan sehingga meningkatkan keakuratan nilai laju erosi tanah yang diprakirakan (Purwowidodo 1999). Dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa erosi menurut Arsyad (2000) adalah: (1) pada tanah tempat erosi terjadi dan (2) pada tempat tujuan akhir tanah yang terangkut tersebut diendapkan. Kerusakan yang dialami pada tanah tempat terjadinya erosi salah satunya berupa kemunduran sifat-sifat fisik dan kimia tanah seperti kehilangan unsur hara dan bahan organik, sedangkan pada tempat tujuan akhir berupa sedimentasi yang dapat menyebabkan pendangkalan. Kesuburan Tanah Tanah yang subur atau yang produktivitasnya tinggi, yaitu tanah yang dapat menyediakan unsur hara yang sesuai dengan tuntutan tanaman, sehingga produksinya optimum. Unsur hara tanaman di dalam tanah paling banyak terdapat pada lapisan atas atau lapisan olah tanah yang diserap oleh partikel-partikel liat dan humus. Apabila erosi berjalan terus menerus mengikis lapisan permukaan tanah, maka dengan sendirinya akan terangkut kompleks liat dan humus serta partikel tanah lainnya yang kaya akan unsur hara tanaman (Suripin 2002). Erosi
menyebabkan
hilangnya
unsur
hara
sehingga
menurunkan
produktivitas tanah. Moe et al., diacu dalam Marwan (1985) melaporkan kehilangan nitrogen dari petak percobaan yang diberi ammonium nitrat dan urea (448 kg/ha) berkisar 2,4 -12,7 persen. Menurut Nelson dan Romken (1970) melaporkan dengan menggunakan hujan buatan, fosfor terlarut yang hilang dari 24,5 cm aliran permukaan adalah sebesar 1 dan 1,26 persen masing-masing dari petak yang menerima 56 dan 112 kg P/ha. Wadleigh
(1971), diacu dalam Suripin (2002) telah menduga bahwa
banyaknya tanah yang tererosi di seluruh Amerika Serikat adalah 4000 juta ton setiap tahunnya dan terus diangkut ke sungai. Diduga ada 75% dari tanah yang tererosi itu berasal dari lahan pertanian dan hutan. Apabila hasil analisa tanah ratarata mengandung 0,1% nitrogen; 0,15% P2O5 dan 0,5% K2O; maka berarti bahwa 50 juta ton dari tiga unsur hara utama tersebut hilang dari lahan-lahan pertanian dan kehutanan setiap tahunnya.
15
Suripin (2002) banyaknya unsur hara yang hilang tergantung pada besarnya kandungan unsur hara yang terbawa oleh sedimen dan besarnya erosi yang terjadi. Secara kasar banyaknya unsur hara yang hilang dapat dihitung dengan mengalikan kandungan unsur hara semula dengan banyaknya tanah tererosi. Suatu tanah latosol merah Citayam (taksonomi USDA: Haplorthox) yang mengandung 0,17% Nitrogen; 3,46% bahan organik; 0,042 % P2O5; 0,008% K2O dan 0,074% Ca dengan erosi sebesar 121,1 ton/ha dalam satu musim tanam jagung (Suwardjo 1981), mengalami kehilangan unsur hara sebanyak 206 kg N, 4190 kg bahan organik, 52 kg P2O5, 10 kg K2O dan 90 kg CaO per hektar. Jumlah unsur-unsur hara yang hilang tersebut ekivalen dengan 4,3 kuintal urea; 1,15 kuintal TSP; 0,20 kuintal KCL dan 2 kuintal kapur. Status kesuburan tanah yang dicerminkan oleh retensi dan ketersediaan hara, dapat diduga dengan cara menilai kadar C organik, KTK tanah, kejenuhan basa, kadar P dan K total, serta pH tanah. Status kesuburan tanah yang rendah, relatif mudah untuk ditingkatkan melalui pemupukan lengkap, pengolahan tanah, pengaturan air, pemberian bahan organik berupa sisa tanaman atau pupuk hijau/kandang (Pusat Penelitian Tanah 1983, diacu dalam Hikmatullah et al. 2002) Pemupukan merupakan suatu tindakan menambah anarsir hara ke dalam sistem tanah atau sistem tumbuhan yang kahat hara dengan tujuan meningkatkan kemampuannnya mencapai pertumbuhan optimum dan hasil maksimum. Kehadiran hara tambahan yang cukup dalam sistem tanah merupakan tindakan penghematan dan pemeliharaan penggunaan cadangan hara dalam sistem tanah yang kahat hara (Purwowidodo 1999). Bahan organik tanah adalah fraksi organik tanah yang meliputi sisa- sisa (residu) tumbuhan dan hewan pada berbagai tingkat penguraian (dekomposisi), sel-sel jaringan organisme tanah, bahan tersintesis oleh populasi tanah (Siswomartono 1989). Menurut Tjwan (1968), diacu dalam Suripin (2002), ada beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan atau menaikkan kandungan bahan organik tanah, yaitu dengan jalan: •
Menggunakan pupuk kandang, kompos atau pupuk hijau
16
•
Mengusahakan dikembalikannya sisa tanaman ke dalam tanah
•
Melakukan pertanaman secara tumpang sari, sehuingga tanah akan tertutup oleh tumbuh-tumbuhan. Dalam kaitannya dengan erosi penelitian Cophy et al. (1944), diacu dalam
Arsyad (1980) memperlihatkan bahwa penambahan 18 ton pupuk kandang lebih efektif daripada 27 ton kompos dalam mengurangi aliran permukaan dan erosi (Tabel 1). Tabel 1 Pengaruh penambahan bahan organik terhadap aliran permukaan dan erosi Perlakuan Jenis bahan 1. Tanpa bahan organik
0
Aliran permukaan (%) 14,86
2. Pupuk kandang
18
5,86
14,86
3. Kompos
134
1,23
1,93
4. Kompos
40
5,11
10,47
5. Kompos
40
3,77
9,39
6. Kompos
27
8,83
31,19
7. Kompos
27
8,88
28,14
8. Mulsa dan pinus
54
0,62
0,02
9. Daun pinus dibenam
54
3,49
7,53
Ton/ha/thn
Erosi (ton/ha) 81,11
Diadaptasi dari: Cophy et al. (1944), diacu dalam Arsyad 1980 Sedimen Tanah dan bagian-bagian tanah yang terangkut dari suatu tempat yang tererosi disebut sedimen. Sedangkan sedimentasi (pengendapan) adalah proses terangkutnya/ terbawanya sedimen oleh suatu limpasan/aliran air yang diendapkan pada suatu tempat yang kecepatan airnya melambat atau terhenti seperti pada saluran sungai, waduk, danau maupun kawasan tepi teluk/laut (Arsyad 1980). Pada kebanyakan sungai, erosi merupakan bagian dari angkutan sedimen yang terbesar (dari erosi permukaan tanah) yang jumlahnya 80-90% dari total angkutan sedimen. Tidak ada jaminan seluruh massa tanah hasil erosi memasuki tubuh air untuk waktu segera setelah kejadian hujan tetapi ada kemungkinan
17
terendapkan di cekungan-cekungan, di kaki bukit atau jebakan-jebakan di lahan. Oleh karena itu dikenal Sediment Delivery Ratio (SDR) atau Nisbah Pelepasan Sedimen (NPS). Sediment Delivery Ratio (SDR) yaitu nisbah jumlah sedimen yang betul-betul terbawa oleh sungai dari suatu daerah terhadap jumlah tanah yang tererosi dari daerah tersebut (Pamungkas 1993). Menurut Arsyad (2000) SDR secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:
SDR =
Jumlah Sedimen Terbawa Jumlah Tanah Yang Tererosi Potensial
Nilai SDR mendekati satu artinya semua tanah yang tererosi masuk ke dalam sungai hanya mungkin terjadi pada daerah aliran sungai kecil dan yang tidak mempunyai daerah-daerah datar atau memilki lereng-lereng curam, banyak butir tanah halus yang terangkut, kerapatan drainase yang tinggi atau secara umum dikatakan tidak memiliki sifat yang cenderung menghambat pengendapan sedimen didalam daerah aliran. Nilai Sediment Delivery Ratio (SDR) sebagai fungsi luas Daerah Aliran Sungai (DAS) yang bersangkutan tertera pada Tabel 2. Tabel 2 Pengaruh luas Daerah Aliran Sungai terhadap Sediment Delivery Ratio Luas Daerah Aliran Sungai (km²) 1 0,1 2 0,5 3 1 4 5 5 10 6 50 7 100 8 200 9 500 10 26000 Sumber: Arsyad (2000). No.
Sediment Delivery Ratio (%) 53 39 35 27 24 15 13 11 8,5 4,9
Purwowidodo (1999) Bahan-bahan tanah yang terpindahkan melalui erosi tanah dapat menimbulkan dampak negatif pada berbagai gatra lahan di luar loka tererosi. Bahan-bahan tanah yang memasuki tubuh air sungai akan menjadi polutan yang menurunkan mutu air sebagai bahan baku air bersih dan menganggu
18
kehidupan biotanya. Menurut Anderson et al. (1976), diacu dalam Lee (1991) erosi dilaporkan mengakibatkan 80% dari kemerosotan kualitas air.
Nilai Pilihan Nilai pilihan merupakan nilai harapan masa yang akan datang terhadap komoditas yang saat ini digunakan (konsumsi), maupun yang belum dimanfaatkan. Nilai ini berkaitan dengan adanya ketidakpastian, yang bersumber dari dua hal yaitu pertama preferensi masyarakat konsumen saat kini terhadap komoditas pada masa yang akan datang. Yang kedua adalah ketidakpastian tekonologi pemanfaatan maupun manajemen sumberdaya terhadap pasok (supply) komoditas yang akan datang (Bahruni 1999). Manggis Wanayasa Manggis merupakan salah satu hasil kebun campuran Desa Babakan, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta. Dua jenis varietas baru buah manggis jenis Kiarapedes dan Wanayasa dinilai menguntungkan petani. Manggis Wanayasa menempati produk unggulan ekspor (Republika 19/07/05) Sebagai produk unggulan, manggis Wanayasa dan Kiarapedes dapat memberikan nilai ekonomis yang tinggi bagi warganya. Menurut penelitian Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) Institut Pertanian Bogor, manggis dari Wanayasa dan Kiarapedes mempunyai ciri varietas yang unggul, bahkan terbaik di Indonesia (Kompas 22/07/05). Sampai saat ini varietas unggul nasional manggis yang terdaftar adalah varietas Kaligesing Purworejo. Berdasarkan penelitian PKBT yang telah dilakukan, pohon induk manggis Wanayasa memiliki genotipe dan fenotipe yang berbeda dengan pohon induk manggis Kaligesing Purworejo yang sudah dilepas. Manggis unggul asal Purwakarta (Wanayasa) saat ini sedang dalam proses pelepasan oleh Tim PKBT, Dinas pertanian Kabupaten Purwakarta, BPSB Propinsi Jawa Barat, dan Balai Penelitian Buah Solok sebagai varietas unggul nasional selain manggis dari Kaligesing. Pada awal September 2005, berdasarkan hasil keputusan Tim Penilai yang tergabung dalam TP2V memutuskan bahwa varietas Wanayasa dapat diajukan sebagai varietas ungggul nasional (PKBT 2005).
19
Bibit unggul adalah tanaman muda yang memiliki sifat unggul yaitu mampu menunjukkan sifat asli induknya dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, serta tidak mengandung hama dan penyakit. Tanaman buah memiliki sifat unggul terutama dari nilai kualitas buahnya. Bila semakin banyak sifat yang disukai konsumen terkumpul dalam satu buah, maka semakin tinggi pula nilai ekonomi (harga) buah tersebut. Buah demikian dapat digolongkan sebagai buah unggul. Pada dasarnya bibit unggul memerlukan lingkungan tumbuh yang spesifik, agar buah yang dihasilkannya benar-benar unggul (tempat asalnya). Berdasarkan data base buah-buahan tropika di Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) Institut Pertanian Bogor, manggis dari Wanayasa dan Kiarapedes merupakan genotipe unggul. Manggis wanayasa memiliki berat per buah 90 - 110 g dan produktivitas per pohon 500-700 kg dengan kandungan gula (°Brix) : 17,75; kandungan air 84%; kandungan protein 0,51%; kandungan karbohidrat 14,90%; kandungan lemak 0,19% serta kandungan serat kasar 0,32%. Buah manggis komoditas unggulan dari Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta sudah dikenal luas di mancanegara seperti di Taiwan, Singapura, Belanda, Srilanka dan Jepang. Komoditas manggis asal Wanayasa kualitasnya dianggap baik dan memenuhi standar ekspor. Selain di Wanayasa Kabupaten Purwakarta, manggis juga ada di Kabupaten Tasikmalaya, Banten dan Pandeglang. Meski demikian, kualitas atau varietasnya berbeda. Kelebihan manggis Wanayasa terletak pada warna, ukuran rasa dan harga. Buah manggis asal Wanayasa, berwarna merah kehitam – hitaman/mengkilat, dan ukuran buah sedang, serta memiliki kandungan getah yang sedikit. Sementara manggis dari kabupaten lain, banyak kandungan getahnya (WEB Purwakarta 2005). Pernyataan ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh PKBT (2005) dengan membandingkan manggis Wanayasa dengan manggis PuspahiangTasikmalaya, Kaligesing-Purworejo, Watulimo-Trenggalek. Dari hasil penelitian dilaporkan bahwa manggis Wanayasa memiliki bentuk yang cenderung bulat lonjong, kulit buah paling tipis (6,68 mm), tingkat burik terendah yang berarti kemulusan kulit paling tinggi, edible portion (porsi bagian buah yang dapat dimakan) tertinggi, dan paling memenuhi persyaratan ekspor (layak ekspor).
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Babakan, Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta. Penelitian dilaksanakan mulai Juli sampai dengan September 2006. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah lahan kebun campuran dan daerah aliran sungai sekitar kebun campuran. Penelitian dilakukan terhadap petani kebun campuran (pemilik kebun campuran) dan non petani kebun campuran (bukan pemilik kebun campuran) selaku responden. Batasan Penelitian 1. Sistem agroforestry kebun campuran adalah sistem yang memadukan berbagai tanaman kayu, tanaman buah dan tanaman pertanian. Penilaian ekonomi yang dilakukan meliputi nilai guna langsung (NGL) berupa nilai produksi tanaman kayu, tanaman buah dan tanaman pertanian, nilai guna tidak langsung (NGTL) berupa nilai hidrologi yang terdiri atas nilai pencegahan erosi dan nilai kualitas air, dan nilai pilihan (Npil). Nilai ekonomi sistem agroforestry kebun campuran secara keseluruhan diformulasikan sebagai berikut: NE
= NGL + NGTL + Npil
NE
= Nproduksi + Nhidrologi + Npil
NE
= [NTK + NTB + NTP ]+ [Nka+Npe] + Npil
Dalam hal ini: NGL = Nilai Guna Langsung berupa nilai produksi terdiri atas: NTK
= Nilai produksi tanaman kayu
NTB
= Nilai produksi tanaman buah
NTP
= Nilai produksi tanaman pertanian
NGTL = Nilai Guna Tidak Langsung berupa nilai hidrologi terdiri atas:
Npil
Nka
= Nilai kualitas air
Npe
= Nilai pencegahan erosi
= Nilai pilihan.
44
2. Nilai guna langsung kebun campuran berupa nilai produksi adalah seluruh nilai manfaat yang diperoleh dari jenis-jenis tanaman yang terdapat pada lahan agroforestry kebun campuran berupa barang yang dapat dinilai dengan harga pasar atau juga nilai penggunaan bagi seseorang atau kelompok tertentu. Harga yang digunakan adalah harga pada saat dilakukan penelitian. 3. Nilai guna tidak langsung kebun campuran berupa nilai hidrologi 1) Nilai pencegahan erosi merupakan nilai kemampuan lahan agroforestry kebun campuran dalam menahan laju erosi. Nilai pencegahan erosi diidentifikasi melalui pendekatan produktifitas dengan mengembalikan kandungan unsur hara yang hilang akibat erosi melalui penggunaan pupuk sehingga dapat mempertahankan produktifitas. 2) Nilai kualitas air diperoleh dari kesediaan membayar masyarakat untuk kualitas air yang dihasilkan dari keberadaan lahan agroforestry kebun campuran sebagai pendukung tata air. Nilai kualitas air diidentifikasi melalui pendekatan kandungan sedimen terlarut dalam air karena erosi berpengaruh terhadap sedimen dalam badan air (konsentrasi sedimen). 4. Nilai pilihan lahan agroforestry kebun campuran merupakan kesediaan membayar masyarakat sebagai nilai jaminan terhadap kelestarian manggis yang terdapat dalam kebun campuran sehingga manfaatnya masih dapat dirasakan di masa yang akan datang. Pengumpulan Data Jenis Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari petani pengelola lahan kebun campuran sebagai responden. Data primer terdiri dari: 1. Data sosial ekonomi masyarakat, meliputi: a. Umur b. Jumlah anggota keluarga. c. Mata pencaharian. d. Tingkat pendapatan. e. Tingkat pendidikan.
45
f. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang keberadaan, fungsi, manfaat dan dampak ekologis kebun campuran. Pengetahuan diukur melalui pengisian sejumlah pertanyaan dengan cara memberi skor kepada setiap jawaban responden. Penentuan skor untuk setiap jawaban dilakukan dengan menggunakan skala Likert (1 = tidak setuju, 2 = setuju dan 3 = sangat setuju) dan menjumlahkannya untuk setiap responden untuk mendapatkan tingkat pengetahuan. 2. Data nilai ekonomi kebun campuran, meliputi: 1) Nilai guna langsung (nilai produksi) a. Data potensi lahan petani: luas pemilikan/ pengelolaan lahan kebun campuran, status lahan, jenis tanaman, dan produktifitas tiap jenis tanaman. b. Data jenis-jenis manfaat langsung dari lahan agroforestry dan kegunaannya, jumlah/periode dan frekuensi yang dihasilkan dalam satu tahun (kalender panen) d. Data harga pasar untuk tiap jenis manfaat ekonomi langsung yang dihasilkan dari lahan agroforestry kebun campuran dan harga barang substitusinya. Harga yang digunakan adalah harga pada saat dilakukan penelitian e. Biaya pengelolaan dan pemeliharaan mencakup jenis kegiatan, frekuensi kegiatan, tenaga kerja, Hari Orang Kerja (HOK) dan biaya/HOK. 2) Nilai guna tidak langsung (nilai hidrologi) a. Nilai pencegahan erosi: pendugaan laju erosi lahan agroforestry (kebun campuran) dan lahan non agroforestry (tanah kosong, tegal/ladang), kandungan unsur hara tanah daerah penelitian pada penutupan lahan kebun campuran dan harga pupuk. b. Nilai kualitas air: pendugaan laju erosi lahan agroforestry kebun campuran, debit aliran sungai, konsentrasi sedimen, kebutuhan air per rumah tangga dan kesediaan membayar masyarakat untuk setiap kualitas air yang disimulasikan melalui 3 buah sampel dengan kualitas (konsentrasi sedimen) berbeda.
46
3) Nilai pilihan a. Persepsi masyarakat terhadap keberadaan lahan agroforestry kebun campuran (kepedulian, latar belakang, keinginan dan harapan untuk melestarikan). b. Kesediaan membayar untuk pelestarian kebun campuran sebagai perwujudan keinginan melestarikan sistem agroforestry kebun campuran untuk kepentingan di masa yang akan datang. Data sekunder adalah data yang menyangkut keadaan lingkungan baik fisik, sosial ekonomi masyarakat dan data lain yang berhubungan dengan objek penelitian, baik yang tersedia di tingkat desa, kecamatan maupun instansi-instansi terkait lainnya. Data sekunder meliputi: 1. Keadaan umum lokasi penelitian yang meliputi letak dan keadaan fisik lingkungan dan kegiatan sosial ekonomi masyarakat. 2. Keadaan: tanah, jenis tanah, curah hujan, penutupan tanah, topografi, kelerengan lahan serta jumlah penduduk secara keseluruhan. 3. Keadaan penduduk: komposisi umur petani, jenis kelamin, pendidikan serta jumlah penduduk dan jenis pekerjaannya. 4. Data potensi dan luasan lahan pertanian dan agroforestry: rata-rata pemilikan lahan, status lahan, jenis tanaman dan produksi. Metode Pengumpulan Data 1. Studi literatur, dilakukan untuk mendapatkan data mengenai keadaan umum lokasi penelitian, iklim, keadaan tanah, curah hujan, jenis penutupan tanah, topografi, kelerengan lahan serta jumlah penduduk secara keseluruhan, tipe dan luasan agroforestry yang dikembangkan serta hasil produksinya dan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Dilakukan dengan mempelajari arsip-arsip yang ada di instansi terkait. 2. Teknik observasi, dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti pada rumah tangga petani maupun lapangan. 3. Teknik wawancara, 1) Data sosial ekonomi, wawancara dilakukan secara terstruktur dan bebas. Secara
terstruktur
dilakukan
dengan
menggunakan
daftar
pertanyaan\kuisioner yang telah disiapkan sedangkan wawancara bebas
47
dilakukan tanpa menggunakan daftar pertanyaan\kuisioner mengenai halhal yang masih berhubungan dengan penelitian. 2) Data nilai ekonomi mencakup nilai guna langsung, nilai guna tidak langsung dan nilai pilihan, wawancara yang dilakukan menggunakan kuisioner dan bersifat semi terbuka untuk menggali keterangan dari responden. 4. Pengukuran langsung, baik di lapangan atau labotarorium untuk memperoleh data pendukung nilai guna tidak langsung, yaitu debit aliran sungai dan konsentrasi sedimen dalam sampel air yang disimulasikan. Metode Pengukuran Pengukuran dilakukan untuk memperoleh data pendukung nilai guna tidak langsung, yaitu debit aliran sungai dan konsentrasi sedimen dalam sampel air. 1. Debit aliran sungai, pengukuran yang dilakukan bersifat sesaat yaitu pada saat penelitian (pengukuran) dilakukan. 1) Pengukuran luas penampang basah sungai dilakukan pada lokasi yang telah ditentukan dengan cara membagi lebar sungai menjadi beberapa segmen yang sama yang kemudian diukur kedalaman untuk tiap segmen. d
Ls h
h h
h
h
h
h
Gambar 2 Ilustrasi penampang basah aliran sungai A = (h1+h2+h3+...+hn) x Ls Keterangan: A
2)
= Luas penampang basah aliran sungai (m²)
Ls
= Lebar sungai (m)
hn
= Kedalaman sungai segmen n (m)
d
= Jarak antar segmen (m)
Pengukuran
kecepatan
limpasan
air
sungai
dilakukan
melalui
pengukuran kecepatan gerak daun pada aliran sungai per satuan detik pada jarak 1 meter.
48
3)
Kompilasi data luas penampang basah aliran sungai dan kecepatan
limpasan air sungai untuk pengukuran debit air sungai. Secara matematis dapat dinyatakan dalam persamaan: Q=VxA Keterangan : Q = debit aliran sungai (m³/detik) V = kecepatan aliran sungai (m/detik) A = Luas penampang basah aliran sungai (m²) 2. Konsentrasi sedimen melayang (concentration of suspended sediment) Pengukuran konsentrasi sedimen
melayang ini dilakukan untuk
mengetahui konsentrasi sedimen yang terdapat dalam 3 sampel air yang akan disimulasikan pada masyarakat untuk mengetahui kesediaan membayar tiap kualitas air. 1) Pengambilan sampel air dilakukan pada lokasi pengukuran debit, untuk mengetahui tingkat kekeruhan sampel dilakukan simulasi awal. 2) Analisis laboratorium sedimen melayang dilakukan dengan cara menyaring sampel-sampel sedimen melayang dengan kertas filter, kemudian dioven dengan suhu 105ْ C selam 24 jam dan ditimbang untuk mengetahui berat kering yang digunakan dalam penentuan konsentrasi sedimen melayang. 3) Perhitungan konsentrasi sedimen melayang/concentration of suspended
sediment Cs (mg/l) untuk sampel air simulasi. Pengukuran dilakukan di laboratorium. Formula yang digunakan: Cs =
G 2 − G1 V
Keterangan: Cs
= konsentrasi sediment (mg/ltr)
G2
= berat sedimen dan kertas filter dalam kondisi kering (mg)
G1
= berat kertas filter (mg)
V
= Volume contoh sedimen (liter)
3. Kandungan unsur hara tanah dilakukan dengan pengambilan sampel tanah pada penutupan lahan kebun campuran dengan tahapan:
49
1). Menyiapkan tanah di loka kajian pada penutupan lahan kebun campuran (membersihkan permukaannnya dari batu serpihan, dedaunan dan kotoran lain) 2). Membuat plot ukuran 1 x 1 m dan menentukan 5 titik pengamatan dalam plot. 1m
1m Gambar 3 Bentuk plot pengambilan sampel tanah 3). Mengambil contoh tanah dari 5 titik pengamatan untuk mewakili top soil dengan jeluk 0-30 cm dan sub soil dengan jeluk > 30 cm. 4). Pengambilan sampel tanah untuk setiap jeluk sekitar 0,5 kg. 5). Analisis laboratorium.
Metode Penentuan Responden Pemilihan lahan agroforestry kebun campuran yang akan digunakan untuk objek penelitian dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling yang disesuaikan dengan kondisi yang diperlukan untuk penelitian. Desa yang diambil adalah Desa Babakan, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta. Pengambilan sampel responden untuk nilai ekonomi dihitung sebagai berikut: 1. Untuk penentuan nilai guna langsung berupa nilai produksi, populasi yang digunakan adalah para petani agroforestry yang diambil sebanyak 30 orang responden berdasarkan cara random sampling sesuai dengan keperluan penelitian dengan tetap memperhatikan modus jenis tanaman pada setiap lahan respoden agar data tersebut dapat representatif yang klasifikasinya ditentukan secara subjektif dengan indikator keragaman luasan lahan tiap respoden. 2. Untuk penentuan nilai guna tidak langsung dan nilai pilihan, populasi yang digunakan adalah masyarakat desa yang tinggal di sekitar lahan agrofrestry yang diambil sebanyak 60 orang responden berdasarkan cara random sampling yang terdiri dari 30 responden petani agroforestry (pada nilai guna langsung) dan 30 responden yang bukan petani agroforestry sesuai dengan keperluan penelitian.
50
Metode Penilaian Metode-metode penilaian ekonomi yang digunakan untuk mengetahui nilai pemanfaatan sistem agroforestry kebun campuran: 1. Metode penilaian berdasarkan harga pasar Metode ini digunakan untuk menilai manfaat ekonomi langsung yang dihasilkan yang dijual di pasar dengan pendekatan harga yang berlaku di pasar 2. Metode penilaian berdasarkan harga barang pengganti Metode ini digunakan dengan didasarkan atas harga barang pengganti (barang substitusi) atau nilai banding antara barang yang bersangkutan dengan barang lain yang memiliki nilai pasar. 3. Metode kontingensi (CVM) Nilai guna tidak langsung dan nilai pilihan dihitung menggunakan metode Contingent Valuation Method (CVM) dengan menggunakan pendekatan willingness to pay (WTP). Metode ini dilakukan dengan cara menanyakan langsung kepada responden (menggunakan kuisioner/daftar pertanyaan) tentang kesediaan membayar (willingness to pay) atau kesediaan dibayar (willingness to accept). Tabel 3 Komponen nilai dan metode penelitian yang digunakan No.
Komponen nilai
Metode penilaian
1.
Nilai guna langsung (nilai produksi)
Harga pasar
2.
3.
•
Nilai produksi tanaman kayu
•
Nilai produksi tanaman buah
•
Nilai produksi tanaman pertanian
Nilai guna tidak langsung (nilai hidrologi)
Harga barang pengganti
Metode kontingensi
•
Nilai kualitas air
(CVM)
•
Nilai pencegahan erosi
Harga barang pengganti
Nilai pilihan •
Kelestarian komoditas manggis kebun campuran di masa yang akan datang
Metode kontingensi (CVM)
51
Metode Pengolahan dan Analisis data Pengolahan data yang diperoleh dilakukan dengan melakukan perhitungan dan diaplikasikan dalam bentuk tabulasi dan gambar untuk mendapatkan gambaran tentang nilai ekonomi dari pemanfaatan lahan agroforestry baik nilai guna langsung (NGL) berupa nilai produksi, nilai guna tidak langsung (NGTL) berupa nilai hidrologi (nilai pencegahan erosi dan nilai kualitas air) dan nilai pilihan (Npil).
Nilai Produksi 1. Nilai rata-rata hasil agroforestry kebun campuran dari setiap jenis diperoleh melalui tahap perhitungan sebagai berikut: 1) Mencari nilai manfaat ekonomi langsung dari lahan agroforestry kebun campuran tiap responden dengan cara pendekatan harga pasar atau harga substitusi atau pendekatan harga barang pengganti tergantung dari jenis manfaat tersebut dan adanya data mengenai nilai manfaat tersebut di pasar. 2) Menentukan nilai pemanfaatan per jenis produk (Rp/panen) per responden, yaitu dengan mengalikan nilai rata-rata per unit tiap jenis (Rp/unit) dengan kuantitas pengambilan (unit/panen). 3) Menentukan nilai total pemanfaatan per jenis produk kebun campuran (Rp/thn), yaitu dengan menjumlahkan nilai pemanfaatan per jenis produk seluruh responden dikalikan dengan frekuensi panen per tahun. 4) Untuk mendapatkan harga rata-rata per jenis produk yang keluar dari kebun campuran (Rp/ha/thn) maka nilai total pemanfaatan per jenis produk (Rp/thn) dibagi dengan luasan agroforestry seluruh responden (ha). 2. Nilai ekonomi produksi kebun campuran (kotor) n
Npk = ∑ ( Hr )i i =1
Npk = Nilai Produksi kotor kebun campuran (Rp/ha/thn) Hr =Harga Rata-rata perjenis produk kebun campuran (Rp/ha/thn) 3. Nilai Produksi bersih kebun campuran Npb = Npk – Bp Npb = Nilai Produksi bersih kebun campuran (Rp/ha/thn)
52
Npk = Nilai Produksi kotor kebun campuran (Rp/ha/thn) Bp = Biaya Pengelolaan kebun campuran (Rp/ha/thn) 4. Nilai produksi total kebun campuran Nptot = Npb X L Nptot = Nilai Produksi Total Npb = Nilai Produksi Bersih L
= Luas wilayah kebun campuran desa Babakan
Nilai Hidrologi 1. Pendugaan laju erosi dihitung dengan menggunakan persamaan Universal Soil Loss Equation (USLE) sebagai berikut: A=RxKxLxSxCxP Keterangan: A = Banyaknya tanah tererosi (ton/ha/tahun) R = Faktor curah hujan dan aliran permukaan yaitu jumlah satuan indeks erosi hujan yang merupakan perkalian antara energi hujan total dengan intensitas hujan maksimum 30 menit (I30), tahunan nilai R dapat ditentukan dengan menggunakan peta Isoerden Jawa dan Madura skala 1: 1.000.000 tahun 1987 dari Bols. 12
R = ∑ ( EI 30 )i i =1
EI 30 = 2,21P1,36 Keterangan: R
= Erosivitas hujan rata-rata tahunan
EI30
= Indeks erosivitas bulanan Bols
P
= Rataan curah hujan (cm) pada suatu bulan
K = Faktor erodibilitas tanah, adalah tanah yang hilang persatuan indeks erosi hujan dari suatu tanah tertentu yang diukur dalam satu satuan petak buku yang panjang lerengnya 22 m dengan kemiringan lereng seragam 9%, dibersihkan secara terus menerus dan tidak ditanami vegetasi. (Diperoleh dari studi literatur)
53
L = Faktor panjang lereng, adalah rasio tanah yang hilang dari suatu lahan dengan panjang lereng tertentu dengan tanah yang hilang dari lahan berkondisi tetapi panjang lerengnya 22 m. (Diperoleh dari studi literatur dan pengukuran lapangan) S = Faktor kemiringan lereng adalah rasio tanah yang hilang dari suatu lahan yang berlereng tertentu dengan tanah yang hilang dari lahan yang identik tetapi kemiringan lerengnya 9%. (Diperoleh dari studi literatur) C = Faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman yaitu nisbah antara besarnya erosi dari suatu areal dengan vegetasi penutup dan pengelolaan tanaman tertentu terhadap besarnya erosi dari tanah yang identik tanpa tanaman. (Diperoleh dari studi literatur) P = Faktor teknik konservasi, adalah rasio tanah yang hilang dari lahan dengan teknik konservasi tertentu seperti pembuatan kontur penanaman dalam strip, pembuatan teras dengan tanah yang hilang dari lahan yang identik tetapi diolah dan ditanami tanaman dengan garis mengikuti lereng. (Diperoleh dari studi literatur) 2. Nilai Pencegahan Erosi Nilai pencegahan erosi diidentifikasi melalui pendekatan produktifitas dengan mengembalikan kandungan unsur hara yang hilang terkikis akibat erosi
melalui
penggunaan
pupuk
sehingga
dapat
mempertahankan
produktifitas, dengan menggunakan metode penilaian pendekatan harga barang pengganti. Tahapan perhitungan: 1) ∆erosi = kemampuan lahan agroforestry menahan laju erosi (ton/ha/thn) = laju erosi lahan non agroforestry – laju erosi lahan agroforestry 2) Kandungan unsur hara yang hilang = ∆erosi x kandungan unsur hara awal Kandungan unsur hara yang hilang menunjukkan jumlah unsur hara yang seharusnya hilang terkikis akibat erosi, namun dapat dipertahankan dengan keberadaan agroforestry kebun campuran. 3) Menghitung jumlah pupuk yang ekivalen dengan kandungan unsur hara yang hilang.
54
4) Nilai pencegahan erosi didapatkan dengan metode pendekatan harga barang pengganti melalui harga pupuk yang dibutuhkan untuk mengembalikan kandungan unsur hara yang hilang tersebut. 5) Nilai pencegahan erosi Total (NpeT) = Npe x luas lahan agroforestry 3. Nilai Kualitas Air 1) Perhitungan debit sedimen (ton/thn) dalam aliran sungai Qs = SDR x A Keterangan: Qs
= debit sedimen (ton/thn)
SDR
= Soil Delivery Ratio ( diperoleh dari studi literatur)
A
= Laju erosi tanah berdasarkan USLE (ton/ha/thn)
2) Perhitungan konsentrasi sedimen (mg/l) dalam aliran sungai
Cs =
Qs (Qxk )
Keterangan: Cs
= Konsentrasi sedimen dalam sungai (mg/l)
Qs
= debit sedimen (ton/hr)
Q
= debit aliran sungai (m³/detik)
k
= 0,0864 (konstanta)
3) Persamaan pendugaan WTP kualitas air untuk mengetahui faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi kesediaan membayar. Dari data yang diperoleh dan setelah ditabulasikan dapat diduga suatu persamaan yang menjelaskan hubungan antara WTP (Y) responden untuk setiap kualitas air dengan peubah lainnya atau variabel sosial ekonomi (X) yang berkaitan. Y= a0+a1X1+a 2X 2+a 3X 3 +a 4X 4 +a 5X 5 +a 6X 6
dalam hal ini: Y
= Kesediaan membayar (WTP) untuk tiap kualitas air
X1
= Umur (tahun)
X2
= Tingkat pendidikan (tahun)
X3
= Tingkat pendapatan (Rp/bln)
55
X4
= Tingkat pengetahuan (skore)
X5
= Jumlah anggota keluarga (orang)
X6
= Kebutuhan air (l/RT/thn)
4) Persamaan pendugaan WTP kualitas air untuk menduga besar kesediaan membayar masyarakat berdasarkan konsentrasi sedimen dan musim. Dari data yang diperoleh dan setelah ditabulasikan dapat diduga suatu persamaan yang menjelaskan hubungan antara WTP (Y) responden untuk setiap kualitas air dengan konsentrasi sedimen (X) dan musim (D). Y= a0+a1X+a 2D
dalam hal ini: Y
= Kesediaan membayar (WTP) untuk tiap kualitas air
X
= Konsentrasi sedimen (mg/ltr)
D
= Musim (dummy variabel) = 0, bila musim hujan = 1, bila musim kemarau
Penentuan kedua persamaan pendugaan WTP kualitas air dilakukan dengan meregresikan kesediaan membayar (Y) dengan variabel-variabel yang diduga berpengaruh (X). Semua data yang diperoleh baik dari wawancara dan pengukuran langsung dicoba dalam empat persamaan, yaitu: a. Model linier
Y
= a0+a1X1+a 2X 2+a 3X 3 +a 4X 4
b. Model semilog
ln Y
= a0+a1X1+a 2X 2+a 3X 3 +a 4X 4
Y
= a0+a1 ln X1+a 2 ln X 2+a 3 ln X 3 +a 4 ln X 4
c. Model double log ln Y
= a0+a1 ln X1+a 2 ln X 2+a 3 ln X 3 +a 4 ln X 4
Dari persamaan yang diperoleh tersebut, kemudian dilakukan beberapa pengujian untuk memperoleh persamaan terbaik yang memenuhi kriteria uji statistik: a. Koefisien determinasi (R2), menunjukkan nilai koefisien determinasi yakni suatu nilai yang menerangkan besarnya keragaman dalam peubah tak bebas (Y) yang dapat dijelaskan oleh peubah bebasnya (X), yang umunya dinyatakan dalam persen (%).
56
b. P value, menunjukkan nilai peluang bagi penerimaan H0 dalam pengujian koefisien regresi apabila nilai P tersebut lebih besar dari taraf nyata yang ditetapkan dalam pengujian maka dikatakan model regresi tersebut tidak nyata, artinya semua koefisien regresi sama dengan nol. Apabila nilai P tersebut lebih kecil dari taraf nyata yang ditetapkan maka dikatakan model regresi tersebut nyata. c. Uji normal (NormalityTest), untuk mengetahui distibusi penyebaran data yang normal yang dapat dideteksi dengan metode grafik dengan plot yang cenderung membentuk garis lurus. d. Uji multikolinearitas, menunjukkan adanya hubungan yang sempurna antara semua atau beberapa peubah dalam model regresi yang dikemukakan. Akibat yang ditimbulkan apabila suatu persamaan tidak memenuhi uji ini atau dengan kata lain dalam persamaan terjadi hubungan yang sempurna antara dua peubah yang ada, maka kita tidak mungkin mengetahui pengaruh masingmasing peubah yang berkaitan tersebut terhadap peubah yang akan diduganya Hal ini dilihat dengan adanya Variation Inflation Factor (VIF) > 10. 5) Penentuan nilai kualitas air yang digambarkan melalui kesediaan membayar (WTP) diperoleh melalui kesediaan membayar masyarakat terhadap suatu kualitas air (Rp/ltr/RT) dikalikan dengan kebutuhan air rumah tangga (ltr/thn) dan jumlah populasi RT (Rumah Tangga) di Desa Babakan.
Nilai Pilihan
Penetuan nilai potensial dilakukan dengan menggunakan formula sebagai berikut: Npil
= WTP x Q x Lkc
dalam hal ini: Npil = Nilai pilihan komoditas kebun campuran (Rp/thn) WTP = Rata-rata kesediaan membayar masyarakat terhadap komoditas kebun campuran (Rp/kg) Q
= Produktifitas komoditas kebun campuran (Rp/kg/ha)
Lkc
= Luas kebun campuran di wilayah penelitian (ha)
57
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis
Desa Babakan secara administratif merupakan salah satu dari 25 desa yang terdapat di Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta. Desa tersebut terbagi atas 3 dusun yaitu Dusun Babakan, Dusun Pangkalan dan Dusun Gandasoli. Berdasarkan Buku Profil Desa Babakan 2005, secara geografis Desa Babakan terletak pada 6ْ 68’ sampai 6ْ 71’ LS dan 107ْ 56’ sampai 107ْ 58’ BT. Desa Babakan berbatasan dengan Desa Cibeber (sebelah Utara), Desa Pusakamulya (sebelah Timur), Desa Sumbersari (sebelah Barat), dan Desa Wanayasa (sebelah Selatan). Desa Babakan memiliki jarak dengan ibukota kecamatan sejauh 1,5 km dengan waktu tempuh 10 menit, sedangkan jarak desa Desa Babakan dengan ibukota Kabupaten sejauh 23 km dengan waktu tempuh selama 1 jam.
Iklim
Suhu udara rata-rata di Desa Babakan 25ْ C. Curah hujan tahunan rata-rata di desa tersebut umumnya 4.540 mm/thn. Curah hujan terbanyak terjadi pada bulan Januari, sedangkan curah hujan terendah pada bulan Agustus. Gambar 4 menunjukan curah hujan rata-rata tiap bulan di Desa Babakan.
Curah Hujan (mm)
700 600 500 400 300 200 100
Sumber: Dinas Pengairan Sektor Wanayasa 2005 Gambar 4 Grafik curah hujan rata-rata per bulan di Desa Babakan.
Tata Guna Lahan
Des
Nov
Okt
Sept
Agust
Jul
Jun
Mei
Apr
Mar
Feb
Jan
0
58
Luas wilayah Desa Babakan adalah 326,11 ha dengan pola penggunaan lahan secara garis besar terdiri dari pemukiman penduduk, bangunan umum, pertanian sawah, tegal/ladang, perkebunan rakyat dan penggunaan lain. Sebagian besar wilayah Desa Babakan (47,44%) merupakan perkebunan rakyat dengan luasan 154,7 ha. Pola penggunaan lahan Desa Babakan ditunjukkan dalam Tabel 4 Tabel 4 Tata guna lahan di Desa Babakan No
Penggunaan
1. 2.
Pemukiman Bangunan a. Perkantoran Pemerintah b. Sekolah c. Tempat Ibadah d. Makam Pertanian Sawah Tegal/Ladang Perkebunan Rakyat Lapangan Olah Raga Tanah Desa Kolam Jumlah
3. 4. 5. 6. 7. 8.
Luas Wilayah ha Persentase (%) 53,56 16,42 0,06 1,62 0,52 1,00 63,15 45,00 154,70 0,80 4,00 1,70 326,11
0,02 0,45 0,16 0,31 19,36 13,80 47,44 0,24 1,23 0,52 100,00
Sumber: Buku Profil Desa Babakan 2005
Topografi
Desa Babakan termasuk daerah dataran tinggi dengan ketinggian 600-700 mdpl. Berdasarkan kondisi topografinya Desa Babakan terbagi ke dalam 3 kelas lereng yaitu kelas lereng A (0-5%), kelas lereng B (5-15%) dan kelas lereng C (15-35%). Sebagian besar (46,91%) merupakan daerah miring/berbukit dengan kemiringan 15-35% dan hanya 12,47% merupakan daerah datar dengan kemiringan 0-5%. Daerah bertopografi relatif datar hingga landai terdapat pada bagian Utara dan pada puncak-puncak bukit, sedangkan daerah agak curam terletak pada punggung bukit.
59
Gambar 5 Peta kelas lereng dan penutupan lahan Desa Babakan Tabel 5 Luasan kelas lereng Desa Babakan Kelas Lereng A
Kemiringan (%) 0-5
B C
Keterangan
Luas
Datar
Ha 50
% 12,47
5-15
Landai/berombak
161
40,61
15-35
Miring/berbukit
186
46,91
Geologi dan Tanah
Berdasarkan Peta Tanah Semi Detail skala 1:50.000 untuk DAS Citarum Tengah (Pusat Penelitian Tanah 1980), Desa Babakan terbentuk dari bahan induk berupa tuff intermedier dengan fisiografi berupa kaki bukit. Jenis tanah yang tersebar di desa Babakan didominasi oleh latosol coklat. Tekstur liat hingga lempung liat berdebu.
60
Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Kependudukan
Jumlah penduduk Desa Babakan menurut jenis kelamin sebanyak 3.287 orang, yang terdiri atas 1.690 orang laki-laki (51,41%) dan 1.597 orang perempuan (48,59%) dengan jumlah rumah tangga sebanyak 1.036 KK (Kepala Keluarga). Kepadatan penduduk di Desa Babakan adalah 62/km². Komposisi jumlah penduduk Desa Babakan menurut umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Jumlah penduduk Desa Babakan Menurut Jenis Kelamin dan Umur
No. 1 2 3 4 5 6 7
Kelompok Umur (tahun) 0-10 10-20 21-30 31-40 41-50 51-60 61 Jumlah
Laki-laki 353 289 259 229 278 196 86 1.690
Perempuan
Jumlah (jiwa)
Persentase (%)
340 270 233 205 263 193 93 1.597
693 559 492 434 541 389 179 3.287
21,08 17,01 14,97 13,20 16,46 11,83 5,45 100,00
Sumber: Buku Profil Desa Babakan 2005
Pendidikan
Tingkat pendidikan tertinggi yang ditempuh oleh masyarakat Desa Babakan adalah tingkat perguruan tinggi, tetapi pada umumnya tingkat pendidikan masyarakat di Desa Babakan relatif rendah. Sebagian besar masyarakat, yaitu sekitar 50,84%, hanya mencapai tingkat pendidikan sekolah dasar dan hanya 2,73% yang mencapai tingkat pendidikan perguruan tinggi. Jumlah penduduk berdasarkan pendidikannya dapat dilihat pada Tabel 7.
61
Tabel 7 Jumlah penduduk Desa Babakan menurut tingkat pendidikan No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Jumlah
Tingkat Pendidikan
Orang 406 59 11 1671 286 97 90 667 3.287
Belum sekolah Tidak sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Perguruan Tinggi Masih sekolah Jumlah
Persentase (%) 12,35 1,79 0,33 50,84 8,70 2,95 2,73 20,29 100,00
Sumber: Buku Profil Desa Babakan 2005
Mata Pencaharian
Sebagian besar penduduk di Desa Babakan memiliki mata pencaharian pokok sebagai petani sawah, kebun dan buruh tani. Mata pencaharian lainnya adalah wiraswasta, peternak, pedagang, PNS, buruh dan lain-lain. Pada usaha tani, terutama petani kebun umumnya dibantu oleh keluarga dan rata-rata setiap harinya bekerja 4-6 jam. Jumlah penduduk menurut mata pencahariannya dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Jumlah penduduk Desa Babakan menurut mata pencahariannya Bidang Mata Pencaharian Petani Buruh tani Buruh swasta PNS Wiraswasta Pedagang Peternak Dokter ABRI Pensiunan ABRI/Sipil Belum/tidak bekerja Total
Jumlah Orang 856 519 67 89 91 97 62 3 16 53 1434 3.287
Sumber: Buku Profil Desa Babakan 2005
Persentase (%) 26,04 15,79 2,04 2,71 2,59 2,95 1,89 0,09 0,49 1,61 43,63 100,00
62
Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Babakan berdasarkan Buku Profil Desa Babakan 2005 terdiri dari sarana dan prasarana perhubungan, perekonomian, pendidikan, keamanan, keagamaan dan kesehatan. Sarana dan prasarana perhubungan Desa Babakan meliputi jalan aspal sepanjang 1 km, jalan yang diperkeras dengan batu sepanjang 3,5 km dan jalan tanah tanpa pengerasan sepanjang 1 km. Untuk jenis jalan, terdapat jalan negara sepanjang 1 km, jalan propinsi sepanjang 1 km, jalan kabupaten sepanjang 1,5 km dan jalan desa sepanjang 2,5 km. Jumlah jembatan besar sebanyak 1 buah dan jembatan kecil sebanyak 6 buah. Untuk sarana perhubungan di Desa Babakan terdapat angkutan umum berupa angkot, ojek/sepeda. Sarana perekonomian Desa Babakan antara lain 2 buah koperasi, 7 buah toko, 3 buah peternakan, 3 buah pabrik teh, 1 buah pabrik tahu, 2 buah penggilingan padi dan 1 buah pabrik kerupuk. Sedangkan sarana dan prasarana ibadah yang ada meliputi 5 buah masjid dan 15 surau/mushalla. Sarana kesehatan yang ada adalah 3 buah posyandu. Desa Babakan juga memiliki 4 buah pos kamling dan 2 buah balai dusun. Untuk bangunan sekolah, Desa Babakan memiliki bangunan TK sebanyak 1 buah, TK Al Qur’an 1 buah, SDN 4 buah dan pondok pesantren 1 buah. Sarana dan prasarana olah raga meliputi lapangan sepak bola 1 buah, lapangan bulu tangkis 1 buah dan lapangan voli 1 buah. Sarana kesehatan yang ada adalah 3 buah posyandu. Desa Babakan juga memiliki 4 buah pos kamling dan 2 buah balai dusun. Kelembagaan
Lembaga-lembaga
yang
berperan
langsung
dalam pengembangan
agroforestry kebun campuran di Desa Babakan adalah Kelompok Tani, BPD (Badan Pembangunan Desa), Departemen Pertanian Kabupaten Purwakarta dan LSM. Kelompok Tani yang terdapat di Desa Babakan diantaranya Wargi Mukti, Wargi Mulya I, Wargi Mulya II, Wargi Pusaka I, Wargi Pusaka II dan beberapa kelompok tani lainnya yang bergerak di bidang peternakan, perikanan dan kehutanan.
63
Dalam kegiatan pengelolaan lahan, Kelompok Tani merupakan lembaga yang paling berperan penting terutama dalam kegiatan-kegiatan peningkatan produktifitas kebun campuran. Dalam pertemuan atau kegiatan rutin yang dilakukan 3 bulan sekali, biasanya para anggota membicarakan berbagai permasalahan yang dihadapi kelompok tani seperti pengadaan bibit, pemupukan, penanggulangan hama, pengelolaan kebun sampai pemasran hasil dipecahkan bersama. Selain itu pertemuan seringkali diadakan pada saat menjelang panen untuk mengantisipasi permasalahan yang mungkin timbul. Adanya bantuan dari Dinas Pertanian Kabupaten Purwakarta, LSM dan BPD berupa tenaga penyuluhan pertanian baik dalam bidang pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan sangat membantu kelompok tani Desa Babakan untuk mengetahui informasi terkini dari luar. Koordinasi antara PPL dan Kelompok Tani Desa Babakan serta masyarakat pertanian telah terjalin dengan baik sejalan telah dinobatkannya Desa Babakan sebagai salah satu Desa Agropolitan di daerah Jawa Barat.
Sejarah Perkembangan Kebun Campuran di Desa Babakan
Kondisi tanah dan iklim yang terdapat di Desa Babakan (jenis tanah latosol coklat dan tipe iklim A menurut Schmidht dan Ferguson dengan curah hujan rata-rata 4.540 mm/thn) menjadi faktor utama bagi pertumbuhan beragam jenis tanaman baik tanaman pertanian (holtikultura), tanaman keras kehutanan maupun tanaman buah-buahan. Ketiga jenis tanaman ini merupakan komponen penyusun kebun campuran tradisional di Desa Babakan. Kondisi tanah yang relatif subur dan iklim yang sangat mendukung memudahkan proses pemeliharaan, pengelolaan dan mempercepat pertumbuhan tanaman. Sejak pemerintahan Belanda, Desa Babakan merupakan areal perkebunan dengan kepemilikan lahan yang sebagian besar dimiliki oleh pemerintah Belanda dan sisanya merupakan hak milik masyarakat. Perkebunan milik Belanda merupakan perkebunan monokultur dengan jenis tanaman diantaranya jeunjing (Paraserianthes falcataria), karet, sereh dan teh. Sedangkan lahan masyarakat umumnya lebih bervariasi dengan jenis tanaman kehutanan, tanaman pertanian dan tanaman buah-buahan. Adanya kecenderungan masyarakat untuk menanami
64
lahannya dengan berbagai macam jenis tanaman telah dilakukan sejak dahulu. Pada lahan masyarakat sistem budidaya tanaman kebun campuran telah diusahakan dan terus bertahan dari generasi ke generasi walaupun dalam prakteknya terdapat beberapa perubahan dan modifikasi sebagai perwujudan adaptasi terhadap perkembangan kebutuhan dan peradaban. Jenis tanaman yang terdapat pada kebun campuran masyarakat didominasi oleh tanaman buah-buahan terutama manggis. Manggis merupakan salah satu tanaman ciri khas Wanayasa yang telah berumur ratusan tahun. Tanaman buah lain yang terdapat pada kebun campuran diantaranya rambutan, durian, duku, mangga, kaweni, meteng, alpukat, nangka, sawo, jambu, pisitan dan duku. Tanaman kehutanan yang sering ditemui sengon, suren, kayu manis, puspa, manglid, mahoni sedangkan tanaman pertanian perkebunan diantaranya teh, karet, pisang, nenas, singkong, kelapa, cabe, kapulaga, aren dan kopi. Hal ini menyebabkan masyarakat Desa Babakan mempunyai ketergantungan yang sangat tinggi terhadap alam. Pada umumnya penduduk desa mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Penguasaan lahan milik Belanda terhenti ketika pemerintahan Belanda di Indonesia berakhir yaitu sekitar tahun 1942. Tanah milik Belanda menjadi terlantar. Keadaan ini segera disikapi oleh tokoh masyarakat saat itu dengan membagikan lahan-lahan tersebut kepada masyarakat untuk menghindari perebutan lahan. Tanah pembagian milik Belanda tersebut dinamakan tanah endong. Dengan demikian lahan kebun camuran milik masyarakat menjadi semakin luas. Masyarakat memiliki kebebasan penuh untuk menanam segala macam jenis tanaman dalam kebunnya. Penambahan jenis tanaman pada kebun campuran di Desa Babakan disesuaikan dengan minat masyarakat, keadaan iklim dan lahan serta komoditas yang sedang tinggi di pasaran. Pada tahun 1970, masyarakat Desa Babakan beramai-ramai menanam cengkeh, hal ini dikarenakan pada saat itu harga cengkeh sangat tinggi. Perkembangan manggis pada tahun tersebut sempat mengalami penurunan karena perhatian masyarakat yang teralih pada tanaman cengkeh. Namun sekitar tahun 1990, tanaman manggis menjadi primadona ekspor. Purwakarta khususnya Desa Babakan menjadi sentra pertumbuhan manggis
65
kualitas ekspor. Sejak saat itu perkembangan manggis semakin meningkat. Manggis yang menjadi ciri khas Desa Babakan tersebut
hingga saat ini
keberadaannnya tetap dipertahankan sebagai suatu kesatuan dalam kebun campuran. Hasil komoditas yang berasal dari kebun campuran sangat menguntungkan dalam hal kualitas dan kuantitas tidak hanya bagi masyarakat petani Desa Babakan namun bagi seluruh masyarakat Desa Babakan.
66
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden
Rata-rata usia responden petani kebun campuran adalah 52,03 tahun, sedangkan responden non petani kebun campuran sebesar 41,83 tahun. Distribusi responden berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Distribusi responden berdasarkan kelompok umur Kelompok Umur (thn)
Petani Kebun Campuran
24-30 31-35 36-40 41-45 46-50 51-55 56-60 61-65 66-70 71-75 >75 Jumlah
1 2 1 6 6 4 2 2 3 1 2 30
Jumlah Responden Non Petani Persentase Kebun (%) Campuran 3,33 6 6,67 5 3,33 6 20,00 3 20,00 0 13,33 5 6,67 3 6,67 1 10,00 1 3,33 0 6,67 0 100,00 30
Persentase (%) 20,00 16,67 20,00 10,00 0,00 16,67 10,00 3,33 3,33 0,00 0,00 100,00
Bakir dan Maning dalam Widiarso (2005) menyatakan bahwa umur produktif untuk bekerja di negara-negara berkembang umumnya adalah 15-55 thn. Jadi dapat dikatakan bahwa sebagian besar umur responden di desa penelitian masih termasuk dalam umur produktif. Umur mempengaruhi kemampuan kerja seseorang, karena kemampuan kerja produktif akan terus menurun dengan semakin lanjutnya usia seseorang. Sebagian besar tingkat pendidikan responden adalah Sekolah Dasar (SD). Responden petani kebun campuran sebanyak 16 orang (53,33%) dan responden non petani kebun campuran sebanyak 12 orang (40%) memiliki tingkat pendidikan hanya sampai sekolah dasar atau sekolah rakyat. Secara keseluruhan tingkat pendidikan responden non petani kebun campuran lebih tinggi
67
dibandingkan responden petani kebun campuran. Tabel 10 menunjukkan bahwa 60% responden non petani kebun campuran melanjutkan ke jenjang yang yang lebih tinggi sedangkan responden petani kebun campuran hanya 36,67% yang melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena masih langkanya sarana pendidikan yang lebih tinggi di daerah tersebut dan kurangnya kesadaran petani akan pentingnya pendidikan. Tingkat pendidikan responden petani kebun campuran yang rendah menyebabkan mereka sulit mencari lapangan kerja, khususnya sektor formal yang umumnya menuntut pendidikan formal (ijazah) serta keterampilan tertentu. Tabel 10 Distribusi responden menurut tingkat pendidikan Jumlah Responden Tingkat Pendidikan Tidak sekolah Tidak tamat SD SD SMP SMA Perguruan Tinggi Total
Petani Kebun Campuran 2 1 16 2 5 4 30
Persentase (%)
Non Petani Kebun Campuran
Persentase (%)
6,67 3,33 53,33 6,67 16,67 13,33 100,00
0 0 12 2 11 5 30
0,00 0,00 40,00 6,67 36,67 16,67 100,00
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh dalam pola berfikir. Tentu saja semakin tinggi tingkat pendidikan semakin matang dalam mengambil keputusan. Soeharjo dan Patong (1973) menyatakan bahwa pendidikan pada umumnya akan mempengaruhi cara dan pola pikir petani. Pendidikan yang relatif tinggi dan umur yang muda menyebabkan petani lebih dinamis. Pendidikan juga berpengaruh terhadap tingkat kemampuan menyerap informasi tentang lingkungan sekitarnya. Pengetahuan ini selanjutnya akan berpengaruh terhadap persepsi mereka terhadap keberadaan kebun campuran dan manfaatnya. Tingkat pengetahuan masyarakat terukur dari tingkat pengetahuan terhadap keberadaan, fungsi, manfaat dan dampak ekologis kebun campuran.
68
Sebagian besar responden petani kebun campuran memiliki tingkat pengetahuan sedang (53,33%), sedangkan sebagian besar responden non petani kebun campuran memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi (66,67%). Data dan jumlah responden berdasarkan tingkat pengetahuan secara ringkas disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Distribusi responden menurut tingkat pengetahuan Jumlah Responden Tingkat Pengetahuan Tinggi (75-55)
Petani Kebun Campuran 14
Persentase Non Petani (%) Kebun Campuran
Presentase (%)
46,67
20
66,67
Sedang (35-54)
16
53,33
10
33,33
Rendah (15-34)
0
0,00
0
0,00
Total
30
100,00
30
100,00
Tabel 12 Distribusi responden berdasarkan mata pencaharian Mata Pencaharian
Petani Peternak Buruh tani Kuli Polisi Pensiunan Supir Mantri Wiraswasta/pedagang Pegawai swasta PNS Total
Petani Kebun Campuran 25 0 0 1 0 0 0 0 2 1 1 30
Jumlah Responden Non Petani Persentase Kebun (%) Campuran 83,33 0 0,00 1 0,00 4 33,33 2 0,00 1 0,00 2 0,00 1 0,00 1 6,67 9 3,33 5 3,33 4 100,00 30
Presentase (%) 0,00 3,33 13,33 6,67 3,33 6,67 3,33 3,33 30,00 16,67 13,33 100,00
Tabel 12 menunjukkan data distribusi responden berdasarkan mata pencaharian. Berdasarkan tabel diketahui bahwa mata pencaharian responden petani kebun campuran pada umumnya adalah bertani (83,33%). Sedangkan bagi
69
responden non petani kebun campuran, mata pencaharian sangat bervariasi dengan dominasi sebesar 30% sebagai wiraswasta/pedagang. Dari sektor mata pencaharian (Tabel 12) diketahui bahwa pendapatan responden di Desa Babakan berasal dari 2 sumber kegiatan yaitu kegiatan usahatani (sawah, kebun campuran dan pekarangan) dan kegiatan non usahatani (bukan kegiatan bertani). Bagi responden petani kebun campuran, pada umumnya pendapatan diperoleh dari kegiatan usaha tani dan non usahatani, sedangkan sebagian besar pendapatan responden non petani kebun campuran berasal dari kegiatan non usahatani. Tabel 13 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendapatan Tingkat Pendapatan (Rp/bln) <1.000.000 1.000.000-3.000.000 >3.000.000 Total
Jumlah Responden Petani Non Petani Persentase Kebun Kebun (%) Campuran Campuran 11 36,67 10 14 46,67 17 5 16,67 3 30 100,00 30
Persentase (%) 33,33 56,67 10,00 100,00
Rata-rata tingkat pendapatan keluarga responden Desa Babakan sebesar Rp 1.000.000–3.000.00 per bulan dengan responden petani kebun campuran sebesar 46,67% dan responden non petani kebun campuran sebesar 56,67%. Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa kedua kelompok responden ini memiliki tingkat pendapatan yang tidak jauh berbeda. Hal ini menunjukkan adanya kemerataan pendapatan walaupun pada dasarnya mata pencaharian kedua kelompok ini berbeda. Sebagian besar responden memiliki jumlah anggota keluarga rata-rata 3 orang. Distribusi berdasarkan jumlah anggota keluarga disajikan dalam Tabel 14.
70
Tabel 14 Distribusi responden berdasarkan jumlah anggota keluarga Jumlah Anggota Keluarga 0 1 2 3 4 5 6 7 Total
Petani Kebun Campuran 0 4 4 10 7 3 0 2 30
Jumlah Responden Persentase Non Petani (%) Kebun Campuran 0,00 1 13,33 2 13,33 10 33,33 7 23,33 5 10,00 2 0,00 2 6,67 1 100,00 30
Presentase (%) 3,33 6,67 33,33 23,33 16,67 6,67 6,67 3,33 100,00
Besar kecilnya keluarga akan sangat mempengaruhi pendapatan rumah tangga karena besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga lebih banyak sehingga dituntut pemasukan yang lebih tinggi. Pengeluaran yang dikeluarkan biasanya hanya sebatas memenuhi kebutuhan pokok saja. Belum lagi memperhitungkan kebutuhan lain yang jarang diperhitungkan dengan biaya seperti konsumsi air sehari-hari.
Persepsi Masyarakat Terhadap Kebun Campuran
Kebun campuran yang diusahakan di Desa Babakan merupakan tradisi bertani yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Masyarakat menganggap bahwa tradisi bertani ini merupakan warisan nenek moyang yang perlu dipertahankan, sehingga keberadaannya harus tetap dijaga dan dipertahankan untuk generasi selanjutnya sebagai warisan untuk anak cucu. Tidak hanya mewariskan lahan berupa kebun campuran tetapi juga mewariskan pengalaman dan pengetahuan bertanam untuk anak cucu. Umur kebun campuran yang telah berjalan dari generasi ke generasi ini memberikan rasa memiliki yang tinggi bagi si pemilik dan masyarakat. Di lain pihak tidak dapat dipungkiri kebun campuran di Desa Babakan merupakan asset utama ekonomi masyarakat. Bagi masyarakat, kebun campuran memiliki arti ekonomi penting dengan memberikan sumbangan yang besar bagi
71
perekonomian daerah setempat dan menjamin kesejahteraan sebagian besar rumah tangga. Manfaat ekonomi kebun campuran sangat memiliki arti penting bagi rumah tangga yang menerapkannnya. Alasan utama yang mendasari keputusan rumah tangga petani untuk menerapkan kebun campuran adalah keuntungan finansial dari hasilnya. Keanekaragaman jenis tanaman dengan periode panen yang beragam dan frekuensi panen kebun campuran yang relatif kontinu memberikan sumber pemasukan yang lebih besar dibandingkan lahan monokultur. Walaupun kuantitas hasil kebun sedikit namun jika dikumulatifkan hasil dari banyak sumber ini akan sangat besar. Selain itu, keragaman tanaman melindungi petani dari ancaman kegagalan panen salah satu jenis tanaman atau risiko perkembangan pasar yang sulit diperkirakan. Bagi responden yang memiliki kebun campuran, keberadaan kebun dapat memberikan jaminan bagi kelangsungan hidup mereka baik untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ataupun yang bersifat mendesak melalui kontribusi pendapatan dan pemenuhan kebutuhan pangan sepanjang tahun yang dapat dikonsumsi sendiri atau dijual. Selain itu kebun dianggap sebagai suatu investasi jangka panjang untuk tabungan hidup bekal di hari tua. Produksi kebun campuran yang relatif kontinu dan perawatan yang minim membuat mereka merasa aman karena tidak akan tergantung pada orang lain di masa tua mereka. Selain sebagai asset ekonomi, kebun campuran mempunyai arti penting lain bagi masyarakat yang dapat dilihat dari segi ekologi. Penampakan fisik dan komposisi kebun campuran yang didominasi tanaman kehutanan (buah-buahan dan kayu) menjadikannya sebagai suatu ekosistem yang mirip dengan ekosistem hutan sehingga kebun campuran dianggap lebih mampu melaksanakan fungsifungsi ekologis hutan dibandingkan dengan lahan monokultur yang hanya ditanami oleh jenis tanaman pertanian. Kesadaran masyarakat akan pentingnya keberadaan kebun campuran dari segi ekologis dapat terlihat dari argumen-argumen mengenai pentingnya keberadaan kebun campuran yang dikemukakan diantaranya mencegah bencana alam seperti longsor dan banjir, mencegah terjadinya erosi tanah, menjaga kesuburan tanah, mendukung ketersediaan air serta perannya sebagai sumber
72
oksigen dan penyejuk bagi lingkungan sekitar. Bahkan beberapa orang memberikan ilustrasi tentang keadaan udara di desanya yaitu ketika kebun campuran diubah menjadi tegalan, lingkungan terasa gersang dengan udara yang sangat panas (tidak sejuk). Ilustrasi lain yang diberikan adalah ketika kebun campuran yang didominasi tanaman kehutanan di sekitar mata air ditebang, kuantitas dan kualitas air mengalami penurunan. Secara umum bagi masyarakat keberadaan kebun campuran menjadi salah satu usaha mereka untuk melestarikan alam dan lingkungan di sekitarnya.
Gambar 6 Kebun campuran masyarakat Desa Babakan Pada Gambar 6 dapat dilihat bentuk dan keanekaragaman jenis tanaman yang terdapat pada kebun campuran. Keanekaragaman jenis tanaman yang terdapat pada kebun campuran mempunyai segi keindahan dibandingkan lahan monokoltur. Masyarakat menyatakan bahwa kebun campuran lebih enak dipandang, selain itu keanekaragaman jenis tanaman menjadikan kebun campuran sebagai sarana untuk memelihara jenis-jenis tanaman sekaligus sebagai sarana pengetahuan dan sumber penelitian bagi orang lain. Kebun campuran juga memberikan nilai sosial yang sangat besar artinya dalam kehidupan sosial dan tumbuhnya rasa kekeluargaan yang ada di pedesaan. Hasil dari kebun campuran dapat membantu tetangga yang sedang dalam kesusahan. Beberapa responden yang bukan petani kebun campuran menyatakan bahwa keberadaan kebun campuran ikut dirasakan oleh mereka. Beberapa dari mereka ada yang bekerja sebagai buruh tani di kebun tetangganya, tidak jarang
73
juga mereka ikut merasakan hasil kebun baik itu diberi secara gratis atau membeli dengan harga yang lebih murah. Keanekaragaman jenis tanaman pada kebun campuran mampu memberikan peluang yang lebih besar untuk mewujudkan fungsi sosial tersebut dan biasanya hasil yang diperoleh lebih ditujukan untuk kepentingan ekonomi. Tidak hanya itu, kebun campuran di Desa Babakan seringkali digunakan sebagai tempat bermain anak-anak, bahkan sebagai sarana refreshing bersama (ngarumpul) dengan mengadakan acara liwetan (makan bersama) yang dihadiri oleh 2-3 keluarga. Acara ini tidak terbatas bagi yang memiliki kebun, masyarakat yang tidak memiliki kebun pun dapat melakukannya, biasanya pemilik kebun mengijinkan untuk menggunakan kebunnya. Manfaat-manfaat kebun campuran yang dirasakan masyarakat tersebut melatarbelakangi keinginan mereka untuk tetap melestarikan kebun campuran di masa yang akan datang sehingga keberadaan kebun campuran tersebut harus tetap dijaga dan dipertahankan. Tujuan dan orientasi pengusahaan kebun campuran tidak terfokus pada kepentingan ekonomi semata, melainkan ada orientasi lain yang menjadi harapan masyarakat baik pemilik maupun bukan pemilik kebun campuran.
Nilai Guna Langsung Kebun Campuran
Nilai guna langsung kebun campuran berupa nilai produksi dikaji melalui 30 responden yang memiliki lahan kebun campuran (petani kebun campuran) di Desa Babakan. Nilai produksi kebun campuran diukur melalui pemanfaatan produk yang berasal dari tanaman kehutanan (tanaman buah, tanaman kayu) dan tanaman pertanian yang terdapat dalam lahan kebun campuran. Skala Usahatani
Penguasaan lahan petani di desa penelitian diukur dengan menggunakan luasan lahan yang dimiliki responden petani kebun campuran. Luas lahan usahatani yang dikelola berkisar antara 0,04 – 2,7 Ha. Status kepemilikan lahan pada umumnya merupakan lahan milik sendiri atau tanah milik baik itu yang diperoleh dari warisan orang tua atau membeli dari orang lain. Rata-rata
74
kepemilikan lahan untuk lahan milik adalah 0,49 ha. Penggunaan lahan berupa sawah 20,33% dan 79,67% kebun campuran. Luasan lahan kebun campuran sendiri berkisar antara 0,04 sampai 2 Ha Kisaran dari rentangan ini menunjukkan keragaman skala usahatani kebun campuran yang ada. Semakin luas lahan yang dikelola maka dapat dikatakan semakin besar skala usahatani kebun campuran tersebut. Skala lahan yang luas biasanya ditanam dengan berbagai jenis tanaman. Semakin luas lahan semakin banyak jenis tanaman yang terdapat didalamnya. Data skala usahatani kebun campuran responden petani kebun campuran dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Distribusi responden berdasarkan skala usahatani kebun campuran Kelas Luas Lahan I (< 0,25 ha) II (0,25-0,5 ha) III (> 0,5 ha)
Luas Lahan Rata-rata (ha) 0,11 0,41 0,95
Total
Jumlah Responden Orang Persentase (%) 13 43,33 11 36,67 6 20,00 30 100
Pengelolaan Kebun Campuran Komposisi dan Komponen Kebun Campuran
Dari hasil risalah pada 30 petak kebun campuran responden diketahui terdapat 33 jenis tanaman kehutanan dengan 14 jenis yang dimanfaatkan kayunya dan 19 jenis yang dimanfaatkan buahnya serta 17 jenis tanaman pertanian. Adapun rata-rata luasan lahan dari 30 orang responden adalah 3.873m². Jenis-jenis tanaman kebun campuran Desa Babakan secara lengkap dapa dilihat pada lampiran 4. Tabel 16 Rata-rata jumlah komposisi jenis tanaman pada kebun campuran Kelas Luas Lahan I II II Rata-rata (%)
Jumlah Komposisi Jenis Tanaman Kehutanan Pertanian Kayu Buah 11 9 10 11 12 12 12 17 15 11 13 12 31,19 35,19 34,26
Jumlah 30 35 44 36 100
75
Tanaman kehutanan dengan jenis tanaman buah (35,19%) merupakan komponen yang penting dalam kebun campuran. Bila dilihat dari aspek teknis pembudidayaan, tanaman buah mudah ditanam, mudah dipelihara dan terbukti memiliki tingkat resistensi yang cukup tinggi terhadap hama dan penyakit. Dari aspek ekonomis tanaman buah memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pendapatan pemiliknya, usia produktif yang relatif pendek serta periode panen yang juga pendek sehingga dalam setahun pemanenan dapat dilakukan secara kontinu. Tabel 17 Jenis tanaman buah yang banyak dibudidayakan oleh responden No 1 2 3 4 5
Jenis Manggis Durian Melinjo Pala Petai
Pemilik 29 23 23 21 20
% 96,66 76,66 76,66 70,00 66,66
Di daerah ini tanaman buah yang paling cocok ditanam adalah manggis yang memang merupakan sumber mata pencaharian utama di Desa Babakan. Hal ini terbukti karena jenis tanaman buah yang paling banyak ditanam adalah manggis (Garcinia mangostana) yang ditanam oleh 29 orang (96,66%). Tanaman manggis merupakan tanaman yang paling digemari, petani beranggapan kondisi iklim dan tanah daerah mereka sangat mendukung pertumbuhan buah manggis sehingga produktivitasnya sangat baik dengan kuantitas dan kualitas tinggi. Bibit manggis sangat mudah didapat dari lingkungan desa mereka mengingat pohon induk manggis yang banyak dibudidayakan berasal dari salah satu kebun campuran yang berada di Desa Babakan. Manggis yang berasal dari kebun campuran Desa Babakan telah menjadi ciri khas daerah dan merupakan primadona untuk ekspor. Sedangkan untuk jenis tanaman kehutanan penghasil kayu yang menjadi primadona di Desa Babakan adalah sengon. Semua responden (100%) memilih untuk membudidayakan tanaman kayu dengan jenis sengon. Jenis ini dipilih karena merupakan fast-growing species (cepat tumbuh), bibitnya mudah didapat,
76
serta relatif mudah dalam pemasarannya. Tanaman kayu sangat bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan yang bersifat mendadak. Tabel 18 Jenis tanaman kehutanan yang banyak dibudidayakan oleh responden No 1 2 3 4 5
Jenis Sengon Kayu manis Suren Puspa Janitri
Pemilik 30 19 17 15 15
% 100,00 63,33 56,66 50,00 50,00
Jenis tanaman pertanian yang paling banyak dibudidayakan oleh masyarakat adalah pisang yang ditanam oleh 28 orang (93,33%) dan teh yang ditanam oleh 27 orang (90%). Tanaman ini sengaja ditanam untuk menambah keragaman isi kebun sekaligus sebagai sumber penghasilan dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Produksi keduanya cukup tinggi dan tidak mengganggu terhadap perkembangan pohon manggis. Selain itu, pisang dan teh merupakan komoditi yang banyak dicari pembeli sehingga tidak akan mengalami kesulitan dalam pemasarannya. Tabel 19 Jenis tanaman pertanian yang banyak dibudidayakan oleh responden No 1 2 3 4 5
Jenis Pisang Teh Cengkeh Singkong Kopi
Pemilik 28 27 26 24 16
% 93,33 90,00 86,66 80,00 53,33
Pengadaan Bibit dan Penanaman
Petani di Desa Babakan biasanya memperoleh bibit yang akan ditanam di kebunnya melalui beberapa cara diantaranya berasal dari petani lain baik pemberian atau meminta, pemberian pemerintah, membeli, menemukan di lingkungan sekitar dan ada pula bibit yang berasal dari kebun sendiri. Beberapa responden bahkan memiliki persemaian sendiri. Upaya-upaya rekayasa untuk
77
mendapatkan bibit unggul masih dilakukan dengan cara-cara sederhana seperti cangkokan, stek dan sambung. Pada umumnya petani menanam jenis tanaman apapun asal tanaman tersebut bisa tumbuh dan menambah keanekaragaman jenis tanaman di kebun mereka. Penanaman dilakukan pada lahan yang masih terlihat kosong, mereka tidak mempertimbangkan apakah jenis yang ditanam berakibat buruk pada tanaman yang telah ada sebelumnya. Pengetahuan bertanam petani mengenai jarak tanam sudah didapat dari pengalaman bertani yang diwariskan, ini dapat dilihat dari adanya jarak tanam yang teratur untuk beberapa tanaman pokok seperti manggis, sengon, teh, pisang, dan cengkeh. Penanaman pohon manggis sudah teratur dengan jarak tanam 10 x 10 m, sengon 2 x 3 m, teh 1 x 1 m, pisang 4 x 4 m dan cengkeh 7x 7 m. Sedangkan tanaman lain biasanya ditanam pada lahan yang dianggap masih kosong dengan jarak yang tidak teratur. Penanaman tanaman kehutanan diantara tanaman manggis bersama dengan cengkeh atau pada bagian lahan yang curam untuk mengurangi longsor. Jarang ditemui petani responden yang kebunnya benar-benar tidak teratur (sama sekali tidak menggunakan jarak tanam). Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman yang biasa dilakukan petani kebun campuran di Desa Babakan adalah penyiangan, pemupukan, penyulaman dan pemberantasan hama penyakit. Penyiangan
yang
dikenal
dengan
istilah
ngored
adalah
kegiatan
pemeliharaan kebun yang dilakukan secara rutin oleh semua responden dengan frekuensi 3 sampai 4 kali dalam setahun, hal ini tergantung kondisi kebun. Pembersihan kebun dari tumbuhan bawah secara selektif dilakukan untuk mengurangi atau membatasi perkembangan tumbuhan liar yang tidak dikehendaki sehingga dapat memberikan ruang tumbuh dan kesempatan memperoleh nutrisi yang lebih besar bagi tanaman budidaya. Dalam satu kali kegiatan untuk lahan seluas 0,5 ha, rata-rata dilakukan selama 4 hari oleh 2 orang tenaga kerja. Dengan biaya rata-rata untuk satu kali penyiangan Rp 150.000. Penyiangan dilakukan oleh pemilik kebun dengan melibatkan anggota keluarga maupun jasa tenaga orang lain, yang menggunakan
78
tenaga upah dengan upah Rp 15.000 – Rp 20.000 per hari. Untuk penyiangan sendiri alat yang digunakan berupa arit atau parang atau menggunakan bahan kimia yaitu ”round up”. Untuk kegiatan pemupukan tidak semua responden melakukannya. Sebanyak 12 orang petani yang tidak melakukan pemupukan menyatakan bahwa hasilnya tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan pemupukan bahkan terkadang hasilnya lebih bagus tanpa pemupukan, mereka lebih percaya bahwa tanah dan cuaca yang lebih memiliki pengaruh terhadap keberhasilan tanaman terutama manggis. Beberapa responden beranggapan bahwa pembusukan serasah-serasah daun yang berjatuhan sudah cukup untuk memberikan tambahan hara bagi perkembangan kesuburan tanah tersebut. Tetapi ada juga petani yang melakukan pemupukan dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas kebun. Bahan-bahan yang diberikan biasanya adalah pupuk kimia dan pupuk kandang. Sebagian besar petani memilih menggunakan pupuk kandang untuk kebun campurannya karena harganya lebih murah dan lebih mudah untuk mendapatkannya. Jenis pupuk kimia sangat jarang digunakan karena pada satuan berat yang sama harganya relatif lebih mahal dibandingkan pupuk kandang. Pupuk kimia yang biasa digunakan urea, TSP, NPK dan KCL. Pemupukan pada pohon manggis pada umumnya menggunakan pupuk kandang karena adanya permintaan eksportir untuk manggis organik tanpa adanya bahan kimia. Dalam setahun hanya dilakukan satu sampai dua kali setahun, sebelum dan sesudah panen manggis untuk mempertahankan produktivitas. Untuk satu pohon manggis dibutuhkan dua karung pupuk kandang atau sekitar 40 kg dengan harga 2.500/karung, namun seringkali para petani mendapatkannya secara cuma-cuma dari tetangga yang memiliki kandang. Untuk kegiatan pemberantasan hama dan penyakit tidak terlalu mendapat perhatian dari pemilik kebun. Penanaman tanaman dengan variasi yang beragam, menurut mereka mampu mengurangi peluang terjangkitnya tanaman oleh hama dan penyakit yang menyerang seluruh tanaman dalam jumlah besar. Walaupun begitu mereka tetap menggunakan obat pemberantas hama ”decis” yang dapat digunakan sewaktu-waktu. Penggunaan ”decis” pada umumnya diperuntukkan untuk memberantas hama berupa ulat pada tanaman teh. Pada tanaman manggis,
79
hama yang banyak yang menyerang adalah tupai, untuk mengatasinya petani biasa menggunakan senapan untuk sekedar menakuti. Penyulaman adalah kegiatan penggantian tanaman yang mati atau rusak dengan bibit yang baru. Kegiatan penyulaman umumnya dilakukan pada semua tanaman yang terdapat pada kebun campuran dengan maksud untuk tetap mempertahankan produktivitas kebun campuran. Pemanenan Adanya berbagai macam tanaman yang mengisi kebun campuran dengan
tingkat produktivitas, usia tanaman, waktu penanaman serta periode panen yang berbeda menyebabkan kegiatan pemungutan hasil yang dilakukan oleh para responden petani tidak dilakukan secara bersamaan. Periode panen tanaman buah-buahan sangat dipengaruhi kondisi musim dan cuaca terlebih untuk tanaman lokal seperti manggis. Menurut responden, panen buah-buahan akan besar bila musim kemarau panjang tiba. Sementara itu tanaman pertanian periode panennya lebih pendek sehingga dapat berproduksi sepanjang tahun. Tanaman kehutanan mempunyai periode panen yang panjang dan biasanya dipanen bila dirasakan perlu atau adanya kebutuhan mendesak. Periode panen produk kebun campuran dapat dilihat pada kalender panen kebun campuran (Tabel 21). Pemanenan manggis merupakan kegiatan pemanenan yang paling utama dan menyerap tenaga kerja yang paling besar, biasanya dilakukan pada bulan September sampai Januari, namun bila musim hujan panjang biasanya produksinya sangat rendah bahkan ada beberapa tanaman yang tidak berbuah sama sekali. Dibandingkan dengan tanaman kehutanan dan tanaman pertanian, tanaman buah memiliki produktifitas yang tinggi terutama manggis. Tanaman manggis memiliki rata-rata unit panen tertinggi dengan 834,76 kg/panen atau sekitar 0,8 ton/tahun. Beberapa responden beranggapan produktifitas tanaman manggis yang tinggi ini disebabkan oleh keadaan tanah dan iklim Desa Babakan yang sangat mendukung perkembangan manggis sehingga tidak hanya kuantitas yang baik tapi juga kualitasnya. Tabel 20 menunjukkan rata-rata unit produksi per panen
80
komoditas kebun campuran dari jenis-jenis tanaman yang paling banyak dibudidayakan. Tabel 20 Rata-rata unit produksi/panen jenis tanaman kebun campuran yang banyak dibudidayakan responden Komoditas Manggis Petai Duku Jeunjing Janitri Kayu samoso Teh Cengkeh Singkong
Unit
Rata-rata unit/panen
kg kg kg pohon pohon pohon kg kg kg
834,76 136,89 200,00 25,00 20,00 19,00 81,27 118,20 78,04
Pemungutan hasil panen yang biasanya dilakukan adalah pemanenan sendiri atau pemanenan oleh orang lain atau lebih dikenal dengan sistem borongan. Pemanenan sendiri merupakan pemanenan yang dilakukan oleh petani bersama anggota keluarganya atau menggunakan tenaga upah, sedangkan pemanenan oleh orang lain biasanya dilakukan oleh pembeli atau tengkulak.
81
Tabel 21 Kalender panen No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
Jenis Alpukat Aren Bambu Cabe Cengkeh Coklat Damar Duku Durian Hun Juang Besi Huru hiris Janitri Jambu air Jambu batu Jambu bol Jengkol Jeruk Kapulaga Kayu manis Kayu samoso Kelapa Kemiri Kopi Kupa Lada Limus Manggis Mahoni Manglid Melinjo Menteng Mindi Nenas Nangka Pala Pepaya Petai Pinus Pisang Pisitan Puspa Rambutan Sawo Sengon Singkong Suren Tales umbi Teh Tisuk
1
2
3
4
5
Bulan 6 7
Setiap 15 hari
Setiap 15 hari
Setiap 15 hari
8
9
10
11
12
82
Pemasaran
Pemasaran hasil kebun campuran pada umumnya dijual melalui tengkulak. Walaupun petani tidak dapat menentukan harga dan kadang-kadang harga yang ditawarkan rendah, mereka lebih suka menjual ke tengkulak karena untuk menjual sendiri biaya transportasi yang harus dikeluarkan cukup mahal. Mereka menganggap harga yang rendah sebagai sesuatu yang wajar karena perbedaan nilai tersebut hampir sebanding dengan biaya transportasi untuk menjual produknya ke pasar lokal. Selain itu menjual lewat tengkulak lebih mudah karena biasanya mereka mendatangi ke rumah-rumah bila melihat ada tanaman yang sudah siap panen. Jadi pemilik kebun tidak perlu bersusah payah dan menghabiskan waktu yang dapat digunakan untuk melakukan aktivitas ekonomi lainnya. Perhitungan Nilai Produksi
Nilai produksi kebun campuran diukur melalui pemanfaatan produk yang berasal dari tanaman kehutanan (tanaman buah, tanaman kayu) dan tanaman pertanian yang terdapat dalam kebun campuran yang dimanfaatkan petani secara langsung berupa barang seperti kayu, kulit kayu, buah, daun dan rempah baik yang dijual maupun dikonsumsi sendiri. Nilai produksi kebun campuran berdasarkan jenis tanaman disajikan pada Tabel 22. Tabel 22 Nilai produksi berdasarkan jenis tanaman kebun campuran
Jenis Tanaman Buah Kayu Pertanian
Jumlah Jenis 19 13 17 Total
Luas Lahan (ha) 11,62 11,62 11,62
Nilai Produksi (Rp/thn) 119.645.800 15.901.223 144.446.668 279.993.691
Nilai Produksi (Rp/ha/thn)
Persentase (%)
10.296.540 1.368.436 12.430.866 24.095.842
42,73 5,68 51,59 100,00
Dari Tabel 22 terlihat pula bahwa tanaman pertanian menghasilkan manfaat ekonomi yang besar (51,59%) dibandingkan tanaman kayu (5,68%) dan tanaman buah (42,73%). Hal tersebut membuktikan bahwa tanaman pertanian dapat
83
menghasilkan nilai ekonomi yang nyata bagi masyarakat, karena produksi yang dihasilkan dari tanaman-tanaman ini memiliki pasar serta memiliki nilai jual yang cukup tinggi. Selain itu tujuan pengusahaannya tidak hanya untuk dijual melainkan untuk dikonsumsi sendiri. Nilai produksi tanaman buah sebesar Rp 10.296.540/ha/thn dan nilai produksi tanaman kayu Rp 1.368.436/ha/thn. Rendahnya nilai produksi tanaman kayu (5,68%) dibandingkan tanaman pertanian dan buah-buahan disebabkan karena tanaman kehutanan memiliki rotasi panen yang cukup panjang sehingga periode produksinya juga lama. Dengan demikian nilai produksi tanaman kehutanan menjadi sangat rendah dan tidak sebanding dengan lamanya periode waktu pengusahaan. Nilai produksi tanaman buah belum terlalu besar (42,73%) dibandingkan tanaman pertanian karena di lokasi penelitian tanaman buah yang menjadi pusat perhatian, memiliki nilai jual dan pasaran yang sangat baik hanya baru buah manggis. Penanaman buah manggis sendiri ditujukan untuk produksi dalam julah besar. Sedangkan penanaman tanaman buah lainnya ditujukan hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja. Nilai tanaman buah yang sebenarnya dapat lebih besar lagi. Nilai produksi untuk setiap jenis komoditas berdasarkan jenis tanaman secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 6. Nilai produksi kebun campuran yang diperoleh setiap pemilik kebun campuran dari beragam jenis tanaman yang tumbuh di kebunnya pada setiap kelas luas lahan akan berbeda-beda. Nilai produksi pada setiap luasan lahan merupakan nilai produksi aktual kebun campuran yang secara tidak langsung akan menggambarkan pendapatan petani kebun campuran dalam mengelola lahan kebun campuran miliknya. Nilai produksi kotor kebun campuran merupakan besarnya nilai manfaat ekonomis yang dapat diperoleh oleh pemilik kebun campuran dari beragam jenis tanamannya yang tumbuh di kebunnya sebelum dikurangi dengan sejumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat tersebut. Nilai produksi kotor kebun campuran berdasarkan kelas luas lahan disajikan pada Tabel 23.
84
Tabel 23 Nilai produksi kotor usahatani kebun campuran Kelas Luas Laha n
Jumlah Responde n (N)
I
13
1,47
II
11
4,48
III
6
Total
Luas Lahan (ha)
Nilai Produksi Tanaman (Rp/thn)
Nilai Produksi Kotor (Rp/ha/tthn)
Kayu
Pertanian
7.788.500
2.776.087
27.970.839
38.535.426
26.214.576
37.674.800
7.756.137
51.081.704
96.512.640
21.543.000
5,67
74.182.500
5.369.000
65.394.125
144.945.625
25.563.602
11,62
119.645.80 0
15.901.22 3
144.446.66 8
279.993.691
Rata-rata per ha
10.296.540
1.368.436
12.430.866
24.095.843
Persentase (%)
42,73
5,68
51,59
30
Buah
Nilai Produksi Kotor (Rp/thn)
Berdasarkan tabel diketahui nilai produksi kotor per ha untuk kelas luas lahan I adalah Rp 26.214.576 tahun, kelas luas lahan II Rp 21. 543.000 per tahun dan kelas luas lahan III Rp 25.563.602 per tahun. Nilai produksi kotor terbesar diperoleh dari tanaman pertanian yang memberikan kontribusi sebesar 51,59%. Biaya produksi merupakan besarnya pengorbanan tiap tahun yang harus dikeluarkan oleh pemilik kebun untuk memperoleh sesuatu produk yang maksimal dalam satu periode produksi, termasuk di dalamnya biaya untuk pengadaan sarana produksi (seperti bibit, pupuk, pestisida dll), peralatan yang dibutuhkan, biaya tenaga kerja manusia, transportasi dan biaya-biaya lain. Pengelolaan kebun campuran di Desa Babakan masih dilakukan secara tradisional. Pengelolaan hanya dilakukan seperlunya dan tidak ada perlakuan khusus terhadap berbagai jenis tanaman. Walaupun dilakukan secara tradisional, pengelolaan kebun tetap memerlukan biaya. Sebenarnya biaya pengeluaran petani dalam mengelola kebun campuran setiap tahun biasanya tidak jauh berbeda jumlahnya. Data yang diambil untuk penelitian ini adalah pengeluaran yang diperlukan untuk kegiatan pengelolaan kebun campuran setahun terakhir untuk tahun 2005/2006. Untuk mengetahui besarnya biaya yang dikeluarkan petani kebun campuran Desa Babakan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 24. Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa biaya pengelolaan kebun campuran pada masing-masing kelas luas lahan yang diamati memiliki nilai yang beragam. Biaya pengelolaan kebun campuran tertinggi terdapat pada kelas luas lahan III yang memiliki luas lahan lebih besar dibandingkan kedua kelas luas lahan lainnya dengan biaya sebesar Rp 31.853.650 per tahun. Sedangkan untuk
85
kelas luas lahan II dan I besarnya biaya pengelolaaan kebun campuran per tahunnya masing-masing adalah Rp 29.150.300 dan Rp 9.985.500. Tabel 24 Biaya usahatani kebun campuran/tahun Kelas Luas Lahan I
Luas lahan (ha)
II
4,48
III
5,67
Jumlah
11,62
Biaya Pengelolaan (Rp/ha/thn)
Biaya Pengelolaan (Rp/thn) Bibit
1,47
Peralatan
Pupuk+obat
Tenaker
Angkutan
Jumlah
443.000
1.182.500
2.431.000
5.929.000
0
9.985.500
6.792.857
3.480.000
3.821.000
4.745.500
17.049.800
54.000
29.150.300
6.506.763
0
3.151.350
2.000.000
26.424.800
277.500
31.853.650
5.617.928
3.923.000
8.154.850
9.176.500
49.403.600
331.500
70.989.450
Petani dengan kelas luas lahan III cenderung mengeluarkan biaya yang lebih besar dibandingkan dengan kedua kelas luas lahan lainnya karena semakin banyak kebutuhan yang diperlukan untuk mengelola kebunnya. Jadi semakin luas lahan semakin besar pula biaya yang harus dikeluarkan untuk mengelolanya. Nilai produksi bersih dari pengelolaan kebun campuran merupakan hasil dari pengurangan antara nilai produksi kotor dengan biaya pengelolaan. Nilai produksi bersih per ha dari pengelolaan kebun campuran pada kelas luas lahan I Rp 19.964.982, pada kelas luas lahan II Rp 14.936.217, dan pada kelas luas lahan III Rp 19.840.698. Tabel 25 Nilai produksi bersih usahatani kebun campuran Kelas Luas Lahan
Luas Lahan Rata-rata (ha)
Nilai Produksi kotor (Rp/thn)
Biaya Produksi (Rp/thn)
Nilai Produksi Bersih (Rp/thn)
Nilai Produksi Bersih (Rp/ha/thn)
I
1,47
38.535.426
9.985.500
28.549.926
19.964.982
II
4,48
96.512.640
29.150.300
67.362.340
14.936.217
III
5,67
144.945.625
31.853.650
113.091.975
19.840.698
Total
11,62
279.993.691
70.989.450
209.004.241
24.095.843
6.109.247
17.986.596
Rata-rata per ha
Luas keseluruhan kebun campuran di Desa Babakan = 154,7 ha Nilai ekonomi produksi total = 17.986.596 Rp/ha/thn x 154,7 ha = Rp 2.782.526.401
Dari tabel terlihat bahwa pada kelas luas lahan I nilai produksi bersih ratarata per ha lebih besar daripada kelas luas lahan II dan III yang lebih luas. Hal ini
63
memperlihatkan bahwa sempitnya lahan akan mengurangi biaya pengelolaan kebun campuran seperti penggunaan tenaga kerja dalam jumlah besar dan pemupukan dengan bahan kimia yang harganya cukup mahal sehingga nilai produksi bersih rata-rata akan lebih besar. Nilai guna langsung kebun campuran Desa Babakan berupa nilai produksi Rp 17.986.596 per hektar per tahun. Nilai ekonomi tersebut merupakan besarnya manfaat langsung yang dapat diperoleh dari komoditas-komoditas jenis tanaman yang berada dalam kebun campuran. Nilai ekonomi tersebut merupakan nilai produksi bersih dimana nilai produksi kotor Rp 24.418.874 per hektar per tahun dikurangi dengan biaya produksi Rp 6.109.247 per hektar per tahun. Nilai produksi kebun campuran sebesar Rp 17.986.596 per hektar per tahun adalah nilai yang akan diperoleh oleh masyarakat yang mengelola satu hektar kebun campuran dalam setahun artinya rata-rata setiap bulan pemilik satu hektar kebun campuran memperoleh penghasilan sebesar
Rp 1.498.883. Secara
keseluruhan luas kebun campuran di Desa Babakan adalah 154,7 ha sehingga nilai produksi total kebun campuran Desa Babakan sebesar Rp 2.782.526.401 per hektar per tahun.
Nilai Guna Tidak Langsung Kebun Campuran Nilai Pencegahan Erosi Pendugaan Erosi Aktual Menggunakan Metode USLE (Universal Soil Loss Equation)
Hasil perhitungan parameter-parameter penentu besarnya erosi dengan metode USLE (Universal Soil Loss Equation) beserta dengan hasilnya disajikan pada tabel-tabel dibawah ini: 1. Faktor erosivitas (R) Faktor R didapatkan dari persamaan dengan menggunakan data curah hujan rata-rata per bulan dari bulan Januari 1996 sampai Desember 2005 yang diperoleh dari Kantor Saluran Irigasi dan Curah Hujan Sektor Wanayasa, Purwakarta. Karena jarak antara tipe penutupan vegetasi yang dikaji dalam penelitian berada pada lokasi yang sama yaitu Desa Babakan tidak terlalu berjauhan sehingga kondisi iklimnya tidak berbeda.
64
Tabel 26 Nilai faktor erosivitas (R) rata-rata curah hujan tahunan Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
P(mm) 597,1 466,1 538,3 511,9 345,2 229,3 166,1 125,8 196,4 325,5 547,4 490,3
P(cm) 59,71 46,61 53,83 51,19 34,52 22,93 16,61 12,58 19,64 32,55 54,74 49,03
EI30 575,197 410,699 499,557 466,535 273,004 156,510 100,947 69,1764 126,784 252,035 511,078 439,967 3881,49
Nilai R
Ket: P=Rataan curah hujan (cm) pada suatu bulan, EI30=Indeks erosivitas bulanan Bols
2. Faktor erodibilitas (K) Berdasarkan peta tanah semi detail Pusat Penelitian Tanah DAS Citarum Tengah skala 1:50.000, Desa Babakan memiliki jenis tanah latosol coklat dengan nilai erodibilitas sebesar 0,175. Nilai faktor erodibilitas (K) secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 8. 3. Faktor panjang dan kemiringan lereng (LS) Faktor ini didekati dengan menggunakan kemiringan lereng dan besarnya nilai LS terlihat dalam tabel berikut: Tabel 27 Nilai faktor panjang dan kemiringan lereng (LS) No 1 2 3 4 5
Kemiringan lereng (%) 0-5 5-15 15-35 35-50 >50
Sumber: RLKT 1985
Nilai LS 0,25 1,20 4,25 7,5 12,00
65
Berdasarkan bentuk topografi dan peta kontur Kecamatan Wanayasa, Desa Babakan dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelas kelerengan, yaitu Kelas A (0%-5%), Kelas B (5%-15%) dan kelas C (15%-35%). Nilai indeks LS berkisar antara 0,25 sampai 7,5. 4. Faktor pengelolaan tanaman dan konservasi tanah (CP) Berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan, unit-unit lahan Desa Babakan dibagi menjadi areal kebun campuran, pemukiman, tegalan/ladang dan persawahan. Usaha konservasi masing-masing areal penutupan lahan memiliki nilai yang berbeda seperti kebun campuran dan tegalan yang tanpa tindakan konservasi sedangkan
persawahan berupa sawah tadah hujan menggunakan
teknik konservasi teras bangku. Nilai-nilai tersebut disajikan pada Tabel 28. Tabel 28 Nilai faktor pengelolaan tanaman dan konservasi tanah (CP) pada tiap tipe penutupan lahan Desa Babakan Areal Kebun campuran
C (Faktor Pengelolaan Tanaman) 0,3
Tegalan Persawahan
P (Faktor Teknik Konservasi Tanah) 1
Nilai CP 0,3
0,7
1
0,7
0,05
0,4
0,02
Diadaptasi dari: Pusat Penelitian Tanah dalam Arsyad (1989 dan Sutrisno 2002) dan Asdak (1985)
Nilai faktor CP berbeda untuk tiap tipe penutupan lahan tetapi dalam satu tipe penutupan lahan meskipun kelerengannya berbeda memiliki nilai CP yang sama. Nilai faktor C dan P secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 9 dan 10. 5. Laju erosi tiap tipe penutupan lahan Tingkat laju erosi dihitung berdasarkan perkalian faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya erosi yaitu erosivitas (R), erodibilitas (K), kemiringan dan panjang lereng (LS) dan faktor pengelolaan tanaman serta teknik konservasi tanah (CP). Hasil perhitungan laju erosi Desa Babakan dengan metode USLE disajikan pada Tabel 29.
66
Tabel 29 Hasil perhitungan laju erosi rata-rata tertimbang pada tiap tipe penutupan lahan Desa Babakan Areal Usahatani Kebun campuran
Tegal/ladang Persawahan
Lereng
Luas (Ha)
R
K
LS
CP
Laju erosi USLE (ton/ha/thn)
0-5%
4,11
3881,49
0,175
0,25
0,3
50,94
5-15%
62,55
3881,49
0,175
1,2
0,3
244,53
15-35%
88,03
3881,49
0,175
4,25
0,3
866,06
5-15%
11,04
3881,49
0,175
1,2
0,7
570,58
15-35%
33,96
3881,49
0,175
4,25
0,7
2020,80
0-5%
20,73
3881,49
0,175
0,25
0,02
3,40
5-15%
29,01
3881,49
0,175
1,2
0,02
16,30
15-35%
13,41
3881,49
0,175
4,25
0,02
57,74
Laju erosi USLE Ratarata tertimbang (ton/ha/thn) 593,07
1665,11
20,87
Laju erosi USLE rata-rata tertimbang (ton/ha/thn) 639,129 Ket: R = faktor erosivitas, K = faktor erodibilitas, LS = faktor panjang dan kemiringan lereng, CP = faktor pengelolaan tanaman dan konservasi tanah
Berdasarkan hasil pendugaan erosi, faktor LS dan faktor CP sangat mempengaruhi laju erosi karena nilainya yang beragam sedangkan faktor R dan K memiliki nilai yang sama pada setiap tipe penutupan lahan (CP) dan kemiringan serta panjang lereng (LS). Semakin besar nilai CP dan LS maka nilai laju erosi USLE akan semakin besar pula. Namun pada kondisi R, K dan LS yang sama pada suatu daerah, CP merupakan faktor penentu besarnya laju erosi USLE. Besarnya laju erosi USLE rata-rata tertimbang pada setiap penutupan lahan dihitung berdasarkan luas penutupan lahan pada setiap kelerengan. Laju erosi kebun campuran dengan luas 154,7 ha sebesar 593,07 ton/ha/thn lebih kecil dibandingkan dengan laju erosi tegal/ladang 1.665,11 ton/ha/thn dengan luas 45 ha, sama halnya dengan laju erosi persawahan dengan luas 63,15 ha yaitu sebesar 20,87 ton/ha/thn yang jauh lebih kecil dibandingkan laju erosi tegal/ladang. Hal ini menunjukan bahwa CP (faktor pengelolaan tanaman dan teknik konservasi tanah) menjadi faktor penentu besarnya laju erosi. Untuk memperkecil laju erosi kita dapat lebih memperhatikan faktor pengelolaan tanaman dan teknik konservasi tanah (CP) yang dipergunakan. Secara keseluruhan, besarnya laju erosi rata-rata tertimbang yang terjadi di Desa Babakan adalah 639,129 ton/ha/thn.
67
6. Tingkat bahaya erosi Untuk menentukan tingkat bahaya erosi, Departemen Kehutanan (1986) menggunakan pendekatan tebal solum tanah yang telah ada dan besarnya erosi sebagai dasar. Pada tabel 30 disajikan penilaian tingkat bahaya erosi berdasar atas tebal solum tanah dan besarnya bahaya erosi. Tabel 30 Tingkat bahaya erosi berdasar tebal solum tanah dan besarnya bahaya erosi Tebal solum (cm)
Erosi Maksimum (A) Ton/ha/thn 15-60 60-180 180-480 S S B
>90
<15 SR
>480 SB
60-90
R
B
B
SB
SB
30-60
S
SB
SB
SB
SB
<30
B
SB
SB
SB
SB
Ket: SR = Sangat Rendah, R = Rendah, S=Sedang, B=Berat, SB=Sangat Berat Berdasarkan peta tanah semi detail Das Citarum Tengah skala 1:50.000, Desa babakan memiliki jenis tanah latosol coklat. Tanah yang termasuk ke dalam jenis latosol mempunyai perkembangan profil dengan solum tebal (>2m), berwarna coklat hingga merah, mempunyai tekstur halus dan struktur tanah gembur, tingkat kesuburan tanah sedang (Dharmawijaya, 1992). Besarnya laju erosi rata-rata tertimbang yang terjadi di lokasi penelitian sebesar 639,129 ton/ha/thn. Untuk jenis tanah latosol coklat dengan tebal solum >2m memiliki tingkat laju erosi >480 ton/ha/thn kriteria erosinya sangat berat, artinya lahan tersebut sangat rentan terhadap erosi. Erosi yang terjadi pada suatu penutupan lahan dapat menyebabkan penurunan produktifitas karena hilangnya unsur hara yang terdapat pada lapisan permukaan tanah. Untuk menanggulanginya diperlukan usaha-usaha konservasi untuk memperbaiki keadaan lahan yang tererosi dengan tetap mempertahankan produktifitas melalui penyediaan unsur hara yang sesuai dengan tuntutan tanaman.
68
Perhitungan Nilai Pencegahan Erosi
Nilai pencegahan erosi merupakan nilai kemampuan lahan agroforestry kebun campuran menahan laju erosi. Besarnya kemampuan lahan kebun campuran menahan laju erosi (ton/ha/thn) di Desa Babakan diketahui dengan mengurangi laju erosi lahan non agroforestry kebun campuran dan laju erosi lahan agroforestry kebun campuran, dimana faktor-faktor yang mempengaruhi erosi dikondisikan sama dan hanya dibedakan melalui penutupan lahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 31. Tabel 31 Laju erosi pada tiap tipe penutupan lahan usahatani Desa Babakan pada kondisi yang disamakan Laju erosi USLE (ton/ha/thn)
Areal Usahatani
Lereng
Kebun campuran (kc)
0-5%
4,11
3881,49
0,175
0,25
0,3
50,94
5-15%
62,55
3881,49
0,175
1,2
0,3
244,53
15-35%
88,03
3881,49
0,175
4,25
0,3
866,06
0-5%
4,11
3881,49
0,175
0,25
0,7
118,87
5-15%
62,55
3881,49
0,175
1,2
0,7
570,58
15-35%
2020,80
Tegal/ladang yg dikondisikan kc Tanah kosong yang dikondisikan kc
Luas (Ha)
R
K
LS
CP
88,03
3881,49
0,175
4,25
0,7
0-5%
4,11
3881,49
0,175
0,25
1
169,82
5-15%
62,55
3881,49
0,175
1,2
1
815,11
Laju erosi USLE Ratarata tertimbang (ton/ha/thn) 593,07
1383,82
1976,89
15-35% 88,03 3881,49 0,175 4,25 1 2886,86 Ket: R = faktor erosivitas, K = faktor erodibilitas, LS = faktor panjang dan kemiringan lereng, CP = faktor pengelolaan tanaman dan konservasi tanah
Berdasarkan Tabel 31 dapat dilihat bahwa dengan kondisi yang sama, penutupan lahan kebun campuran dengan laju erosi rata-rata tertimbang sebesar 593,07 ton/ha/thn dapat menahan laju erosi sebesar 790,75 ton/ha/thn dibandingkan dengan penutupan lahan tegal/ladang dan 1.383,82 ton/ha/thn dibandingkan dengan penutupan lahan berupa tanah kosong. Besar laju erosi pada penutupan lahan berupa lahan kosong 3,3 kali lebih besar dibandingkan penutupan lahan berupa kebun campuran. Secara kasar banyaknya unsur hara yang hilang dapat dihitung dengan mengalikan kandungan unsur hara semula dengan banyaknya tanah yang tererosi. Pada umumnya lapisan tanah yang tererosi adalah lapisan permukaan tanah (Top soil) dengan kedalaman 0-30 cm, sehingga dalam perhitungan kandungan unsur hara yang digunakan adalah kandungan unsur hara lapisan permukaan tanah (Top
69
soil) dengan kandungan unsur hara lapisan permukaan tanah pada penutupan lahan kebun campuran. Berdasarkan hasil analisis kimia laboratorium tanah, Desa Babakan mempunyai jenis tanah latosol coklat yang mengandung 0,15% Nitrogen, 2,20% bahan organik, 0,00052% P2O5 dan 0,0089% K2O dan 0,0338% Ca pada lapisan tanah atas (Top soil). Untuk lebih jelasnya hasil analisis kimia tanah dapat dilihat pada lampiran 11. Banyaknya kandungan unsur hara yang hilang untuk setiap penutupan lahan dapat dilihat pada Tabel 32. Tabel 32 Kandungan unsur hara yang hilang pada tiap tipe penutupan lahan usahatani Desa Babakan pada kondisi yang disamakan
Areal Usahatani
Laju erosi USLE Rata-rata tertimbang (ton/ha/thn)
Kebun campuran
593,07
Tegal/ladang yg dikondisikan kc
1383,82
Tanah kosong yang dikondisikan kc
1976,89
Kandungan Unsur Hara yang Hilang (kg)/ha N
bahan organik
P2O5
K2O
Ca
890
13.048
3
53
200
2.076
30.444
7
123
468
2.965
43.492
10
176
668
Berdasarkan Tabel 32 dapat dilihat bahwa dengan penutupan lahan berupa kebun campuran, kandungan unsur hara yang hilang akan lebih sedikit jika dibandingkan dengan kandungan unsur hara yang hilang pada penutupan lahan berupa tegal/ladang dan tanah kosong. Kebun campuran dapat menahan 1.186 kg N; 17.397 kg bahan organik; 4 kg P2O5; 70 kg K2O dan 267 kg Ca dibandingkan tegal/ladang sedangkan pada penutupan lahan berupa tanah kosong, kebun campuran dapat menahan hilangnya kandungan unsur hara sebesar 2.076 kg N; 30.444 kg bahan organik; 7 kg P2O5; 123 kg K2O dan 468 kg Ca. Dengan pupuk yang tersedia adalah urea (45% N), TSP (45% P2O5) dan KCL (50% K2O) maka kandungan unsur hara yang dapat ditahan kebun campuran dibandingkan tegal/ladang ekivalen dengan 26 kuintal urea; 0,09 kuintal TSP;
70
1,41 kuintal KCL dan 6,68 kuintal dolomit (CaO 40%), sedangkan pada tanah kosong unsur hara yang dapat ditahan kebun campuran ekivalen dengan 46 kuintal urea; 0,15 kuintal TSP; 2,4 kuintal KCL dan 11,69 kuintal dolomit (CaO 40%). Nilai pencegahan erosi kebun campuran didapat melalui pendekatan harga pupuk yang dibutuhkan untuk mengembalikan kandungan unsur hara yang hilang pada penutupan lahan non kebun campuran (tegal/ladang dan tanah kosong). Dengan harga yang berlaku pada saat penelitian di lapangan maka nilai pencegahan erosi kebun campuran sebesar Rp 4.060.326 per hektar untuk penutupan lahan tegal/ladang dan Rp 7.105.608 per hektar untuk penutupan lahan tanah kosong. Penggunaan lahan usahatani di Desa Babakan terdiri dari sawah, tegal/ladang dan kebun campuran. Adanya kemungkinan konversi penggunaan lahan kebun campuran menjadi tegal/ladang oleh petani lahan kering Desa Babakan dapat terjadi sedangkan kemungkinan konversi kebun campuran menjadi tanah yang tidak diolah (tanah kosong) sangat kecil sehingga untuk nilai pencegahan erosi kebun campuran Desa Babakan digunakan nilai pencegahan erosi tegal/ladang yang dikondisikan sama dengan kebun campuran. Dengan luasan lahan kebun campuran di Desa Babakan sebesar 154,7 ha maka nilai pencegahan erosi kebun campuran di Desa Babakan sebesar sebesar Rp 628.132.359 per tahun.
Nilai Kualitas Air
Nilai kualitas air dikaji dengan 60 responden yang terdiri dari 30 responden petani kebun campuran dan 30 responden non petani kebun campuran. Nilai kualitas air ini diukur dengan metode kontingensi berdasarkan kesediaan membayar masyarakat terhadap kualitas air yang dihasilkan dari keberadaan kebun campuran sebagai pendukung tata air. Salah satu penciri kualitas air adalah kadar lumpur atau konsentrasi sedimen layang (Concentration of suspended sediment/Cs) yang terbawa oleh aliran sungai. Kandungan sedimen dalam badan air yang bersumber dari erosi mempengaruhi kualitas air sehingga kualitas air dalam penelitian ini diidentifikasi melalui pendekatan konsentrasi sedimen melayang dalam badan air.
71
Kualitas Air dan Kesediaan Membayar
Kualitas air merupakan tingkat kesesuaian air dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam hal ini kebutuhan air rumah tangga. Kesediaan membayar masyarakat ditentukan oleh kualitas air yang tersedia, pada penelitian ini responden diberikan tiga contoh sampel simulasi kualitas air yaitu sampel A (air jernih), sampel B (air keruh) dan sampel C (air sangat keruh). Kualitas air pada masing-masing sampel diidentifikasi melalui pendekatan konsentrasi sedimen melayang dalam air yang dilakukan melalui analisis laboratorium. Konsentrasi sedimen melayang (Cs) untuk sampel A, sampel B dan sampel C secara berturutturut sebesar 80 mg/ltr, 110 mg/ltr dan 7.970 mg/ltr. Konsentrasi sedimen melayang selain dapat menggambarkan besarnya erosi yang terjadi juga dapat menjadi penciri kualitas air. Berdasarkan Kep. Men. KLH No. 2/1988, sampel A termasuk kedalam standar kualitas lingkungan kategori baik, sampel B termasuk kedalam kategori sedang dan sampel C termasuk kategori sangat jelek. Tabel 33 menunjukkan kategori konsentrasi sedimen melayang berdasarkan standar kualitas lingkungan. Tabel 33 Kategori konsentrasi sedimen melayang (Cs) sampel simulasi kualitas air berdasarkan standar kualitas lingkungan(Kep. Men. KLH No.2/1988) Sampel Simulasi Kualitas air
100,00
Konsentrasi Sedimen Melayang Cs (mg/ltr) 80,00
Skala kualitas lingkungan (mg/ltr) 0-100
1,807
100,00
110,00
100-250
Sedang (S)
2,556
100,00
7.970,00
>500
Sangat jelek (SJ)
G1 (g)
G2 (g)
V (ml)
Sampel A
1,769
1,777
Sampel B
1,796
Sampel C
1,759
Kategori Baik (B)
Ket: G1 = berat kertas filter, G2 = berat sedimen dan kertas filter dalam kondisi kering, V = Volume contoh sedimen
Beberapa responden menyatakan bahwa musim sangat mempengaruhi kualitas air. Ketika musim hujan, terutama setelah terjadi hujan yang sangat besar biasanya air yang mengalir ke rumah mereka berwarna hitam pekat seperti pada sampel C, namun ketika tidak terjadi hujan mereka berpendapat air yang ditemui seperti sampel B dan ketika musim kemarau air yang ditemukan adalah air seperti sampel A. Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya responden mengunakan air
72
dengan standar kualitas lingkungan kategori baik dan sedang yang cukup bersih untuk kebutuhan mereka sehari-hari. Penentuan kesediaan membayar terhadap kualitas air dilakukan dengan tetap mempertimbangkan jumlah kebutuhan air yang diperlukan untuk konsumsi semua anggota keluarga sehingga biaya yang dikeluarkan dapat terjangkau. Tabel 34 Kebutuhan rata-rata air rumah tangga responden Respoden Petani Kebun Campuran Non Petani Kebun Campuran Total
Kebutuhan rata-rata (liter/RT/hr) Musim hujan 486,94
Kebutuhan rata-rata (liter/RT/thn)
Musim kemarau 478,56
Musim hujan 175.300
Musim kemarau 172.280
503,24
486,24
181.168
175.048
495,09
482,40
178.234
173.664
Tabel 34 memperlihatkan bahwa petani kebun campuran memiliki jumlah kebutuhan air yang berbeda baik pada musim hujan dan kemarau, begitupun halnya dengan responden non petani kebun campuran. Kebutuhan air rata-rata pada musim hujan lebih tinggi pada musim hujan dibandingkan musim kemarau, disebabkan karena pada umumnya debit air pada musim hujan lebih tinggi dibandingkan musim kemarau sehingga intensitas pemakaian air pada musim hujan lebih banyak. Walaupun demikian beberapa responden merasa tidak ada perbedaan debit air yang cukup berarti pada kedua musim. Jumlah kebutuhan air reponden non petani kebun campuran yang lebih tinggi dari responden kebun campuran mengindikasikan tingkat konsumsi air untuk non petani kebun campuran lebih tinggi karena kondisi ekonominya juga lebih tinggi sehingga seberapa besar konsumsi air bagi mereka tidak dijadikan beban. Hal ini juga mempengaruhi kesediaan membayar responden terhadap kualitas air. Kesediaan membayar responden terhadap kualitas air merupakan tingkat kesediaan masyarakat untuk mengkonsumsi air pada berbagai kualitas dan dinilai dalam bentuk uang. Kesediaan membayar air dalam bentuk uang disajikan pada Tabel 35.
73
Tabel 35 Rata-rata kesediaan membayar responden terhadap sampel simulasi kualitas air Kesediaan Membayar Responden
Petani Kebun Campuran
Non Petani
Satuan
Musim Hujan
Musim Kemarau
A
B
C
A
B
C
Rp/ltr
118,61
74,03
33,06
168,89
116,11
64,72
Rp/RT/thn
20.792.528
12.977.069
5.794.639
29.096.178
20.003.622
11.150.344
Rp/ltr
108,33
69
34,72
151,3
108,33
62,5
Rp/RT/thn
19.626.533
12.500.592
6.290.556
26.500.322
18.963.533
10.940.500
Kebun Campuran
Ket: A=sampel simulasi air kualitas baik, B=sampel simulasi air kualitas sedang, C=sampel simulasi air kualitas sangat jelek
Berdasarkan Tabel 35 dapat dilihat bahwa bahwa semakin baik kualitas air maka semakin tinggi kesediaan responden untuk membayar air. Responden umumnya bersedia untuk membayar air untuk sampel A dan sampel B yang masuk dalam kategori baik dan sedang, tetapi beberapa responden ada yang tidak bersedia membayar untuk kualitas C dengan kategori sangat jelek karena mereka tidak mau menggunakan air yang sangat kotor. Mereka lebih menyukai sampel A untuk berbagai kondisi musim meskipun jumlahnya sedikit. Beberapa responden bahkan ada yang tidak membedakan antara sampel A, B dan C, karena mereka beranggapan ketiga sampel dengan kualitas yang berbeda tersebut mempunyai fungsi yang berbeda pula seperti sampel A untuk minum dan sampel B untuk mandi, sedangkan untuk sampel C walaupun dianggap sulit untuk digunakan mereka tetap akan menggunakannya jika keadaan memaksa. Kesediaan membayar untuk ketiga kualitas berbeda pada saat musim kemarau dan musim hujan. Semakin langkanya air menyebabkan harga per liter air (Rp/ltr) semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat pada kesediaan membayar pada musim kemarau yang lebih tinggi dibandingkan pada musim hujan. Namun walaupun demikian, berhubung air merupakan salah satu kebutuhan utama, maka masyarakat akan tetap mengkonsumsi air pada berbagai tingkat harga. Untuk menghitung kesediaan membayar total masyarakat Desa Babakan pada berbagai kualitas diperoleh dari hasil perkalian kesediaan membayar ratarata tiap liter air dikalikan jumlah kebutuhan rata-rata pertahun dikalikan jumlah
74
Rumah Tangga. Ringkasan hasil perhitungan kesediaan membayar berdasarkan hasil wawancara disajikan pada Tabel 36. Tabel 36 Ringkasan hasil perhitungan kesediaan membayar pada berbagai sampel simulasi kualitas air
Musim
Hujan
Kemarau
Sampel Simulasi Kualitas Air
Jumlah Kebutuhan Rata-rata (ltr/RT/thn)
Populasi (RT)
Kesediaan membayar Rp/ltr
Rp/RT/thn
Rp/thn
(d) = (a) x (c)
(e) = (d) x (b)
(a)
(b)
(c)
A
178.234
1.036
113,47
20.224.212
20.952.283.632
B
178.234
1.036
71,515
12.746.405
13.205.275.580
C
178.234
1.036
33,89
6.040.350
6.257.802.600
A
173.664
1.036
160,095
27.802.738
28.803.636.568
B
173.664
1.036
112,22
19.488.574
20.190.162.664
C
173.664
1.036
63,61
11.046.767
11.444.450.612
Ket: A=sampel simulasi air kualitas baik, B=sampel simulasi air kualitas sedang, C=sampel simulasi air kualitas sangat jelek
Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Kesediaan Membayar Sampel Simulasi Kualitas Air
Persamaan regresi yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor sosial ekonomi tidak hanya dicoba dalam bentuk persamaan linear saja, tetapi dicoba pula dalam bentuk-bentuk lain yang merupakan transformasi dari bentuk linear. Bentuk tersebut adalah bentuk persamaan linear logaritma, persamaan logaritma linear dan persamaan logaritma logaritma. Hal ini dilakukan agar tujuan untuk memperoleh persamaan nilai kualitas air terbaik dicapai. Dari keempat bentuk persamaan yang dicoba, dilihat bentuk persamaan terbaik yaitu persamaan yang memiliki koefisien determinasi tertinggi dengan Pvalue < α serta pengujian-pengujian yang memenuhi uji kriteria statistik. P-value merupakan peluang untuk mengetahui apakah persamaan yang terbentuk berpengaruh nyata atau tidak sedangkan koefisien determinasi merupakan besarnya variabel independen menyebabkan keragaman terhadap variabel dependen yang dapat dicapai oleh persamaan tersebut. Pengujian dilakukan dalam bentuk normality test untuk mengetahui apakah data menyebar normal dalam persamaan yang terbentuk dan multikolinearitas untuk mengetahui korelasi antara dua peubah bebas. Pengolahan dan pengujian data dikerjakan dengan menggunakan software MINITAB release 14 dengan backward reggression.
75
Persamaan regresi terbaik untuk setiap kualitas pada musim hujan dan kemarau dapat dilihat pada Tabel 37. Kesediaan membayar air rumah tangga (Y) di Desa Babakan berdasarkan kualitas air yaitu kualitas A (baik), kualitas B (sedang) dan kualitas C (sangat jelek) yang dibedakan berdasarkan dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Dalam menentukan kesediaan membayar kualitas air (Y) berdasarkan kualitas pada musim hujan dan musim kemarau diduga dipengaruhi oleh variabelvariabel yaitu umur (X1), pendidikan (X2), pendapatan (X3), pengetahuan (X4), jumlah pengguna air (X5) dan kebutuhan air (X6). Tabel 37 Persamaan regresi terbaik untuk setiap sampel simulasi kualitas air pada musim hujan dan kemarau Sampel Musim
Simulasi
Persamaan WTP
R²
Kualitas Air Hujan
Kemarau
P value
A
Y = -654 + 42,8 ln X1 + 19,9 ln X3 + 29,0%
B
Y = -36,4 + 0,945X1 + 2,7X2 + 0,0268 36,2%
0,000 0,000
C
Y = -1,62 + 10,6 ln X2 + 18,2 ln X6
14,9%
0,010
A B
Y = 113 + 0,000028 X3 Y = 79,1 + 0,000020 X3
33,4% 35,8%
0,000 0,000
C
Y = 42,5 + 0,000012 X3
28,3%
0,000
Kesediaan masyarakat Desa Babakan untuk membayar air kualitas A (Y) pada musim hujan dipengaruhi secara nyata oleh umur (X1), pendapatan RT (X3) dan kebutuhan air (X6) dengan model persamaan Y = -654 + 42,8 ln X1 + 19,9 ln X3 + 34,2 lnX6. Model tersebut nyata (P = 0,000) dengan koefisien determinasi model (R²) sebesar 29,0% artinya umur, pendapatan, dan kebutuhan air mampu menjelaskan keragaman kesediaan membayar air kualitas A sebesar 29,0%. Persamaan tersebut menunjukkan bahwa umur, pendapatan RT dan kebutuhan air berkorelasi positif terhadap kesediaan membayar kualitas A. Kekuatan model lebih banyak dipengaruhi oleh kebutuhan air (P = 0,012) karena semakin besar jumlah air yang mereka butuhkan masyarakat akan bersedia membayar dengan harga yang lebih tinggi. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa umur memberikan pengaruh (P = 0,039) yang tidak terlalu besar karena
76
tidak semua pengguna air berusia tua akan bersedia tinggi selama mereka masih dapat mendapatkan air dengan harga lebih rendah. Kesediaan masyarakat Desa Babakan untuk membayar air kualitas B (Y) pada musim hujan dipengaruhi secara nyata oleh umur (X1), pendidikan (X2) dan kebutuhan air (X6) dengan model persamaan Y = -36,4 + 0,945X1 + 2,7X2 + 0,0268 X6. Model tersebut nyata (P = 0,000 ) dengan koefisien determinasi model (R²) sebesar 36,2% artinya umur, pendidikan, dan kebutuhan air mampu menjelaskan keragaman kesediaan membayar air kualitas B sebesar 36,2 %. Persamaan tersebut menujukkan bahwa umur, pendidikan dan kebutuhan air berkorelasi positif terhadap kesediaan membayar kualitas B. Kekuatan model banyak dipengaruhi oleh kebutuhan air (P = 0,000) karena semakin besar kebutuhan air masyarakat akan bersedia membayar dengan harga yang lebih tinggi. Pengaruh paling kecil adalah pendidikan (P = 0,014), baik yang berpendidikan rendah maupun tinggi pada dasarnya tidak ada perbedaan dalam kesediaan membayar kualitas air karena masyarakat mempunyai kepentingan yang sama untuk mengkonsumsi air. Kesediaan masyarakat Desa Babakan untuk membayar air kualitas C (Y) pada musim hujan dipengaruhi secara nyata oleh kebutuhan air (X6) dengan model persamaan Y = -1,62 + 10,6 ln X2 + 18,2 ln X6. Model tersebut nyata (P = 0,010) dengan koefisien determinasi model (R²) 14,9% artinya pendidikan dan kebutuhan air mampu menjelaskan keragaman kesediaan membayar air kualitas C sebesar 14,9%. Persamaan tersebut menujukkan kebutuhan air berkorelasi positif terhadap kesediaan membayar kualitas C. Kesediaan masyarakat Desa Babakan untuk membayar air kualitas A, B dan C pada musim kemarau dipengaruhi secara nyata oleh penghasilan dengan model persamaan masing-masing sebagai berikut: Kualitas A yaitu Y = 113 + 0,000028 X3, kualitas B yaitu Y = 79,1 + 0,000020 X3, dan kualitas C yaitu Y = 42,5 + 0,000012 X3. Model tersebut nyata (P = 0,000) untuk ketiga kualitas dengan koefisien determinasi model (R²) untuk masing-masing kualitas adalah 33,4%; 35,8% dan 28,3% artinya 33,4%; 35,8% dan 28,3% keragaman yang terjadi pada masing-masing model persamaan kesediaaan membayar kualitas air disebabkan oleh pendapatan rumah tangga. Ketiga persamaan tersebut menunjukkan bahwa
77
pendapatan rumah tangga berkorelasi positif terhadap kesediaan membayar, makin besar pendapatan rumah tangga kesediaan membayar akan semakin besar pula. Tingkat pendapatan akan mempengaruhi daya beli konsumen terhadap barang yang dikonsumsinya. Air merupakan sumberdaya yang sangat penting terutama pada musim kemarau dimana kuantitasnya tidak sebanyak musim hujan sehingga masyarakat bersedia membayar untuk mendapatkannya walaupun dengan harga tinggi.
Model dan Pendugaan Nilai Kualitas Air
Persamaan yang digunakan untuk pendugaan nilai kualitas air berdasarkan metode kesediaan membayar tidak hanya dicoba dalam bentuk persamaan linear saja, tetapi dicoba pula dalam bentuk-bentuk lain yang merupakan transformasi dari bentuk linear. Bentuk tersebut adalah bentuk persamaan linear logaritma, persamaan logaritma linear dan persamaan logaritma logaritma. Hal ini dilakukan agar tujuan untuk memperoleh persamaan nilai kualitas air terbaik dicapai. Persamaan yang terbaik diperoleh dengan melihat besarnya P value dan besarnya koefisien determinasi yang dapat dicapai oleh persamaan tersebut. Pengujian yang dilakukan dalam bentuk normality test untuk mengetahui apakah data menyebar normal dalam persamaan yang terbentuk dan multikolinearitas untuk mengetahui adanya korelasi antara peubah independen. Pengolahan dan pengujian data dikerjakan dengan menggunakan software MINITAB release 14. Kesediaan membayar air (Y) di Desa Babakan diduga dipengaruhi oleh kualitas air sampel yaitu kualitas A (baik), kualitas B (sedang) dan kualitas C (sangat jelek) yang masing-masing ditentukan melalui besarnya konsentrasi sedimen melayang (X) hasil perhitungan laboratorium dan dummy variabel musim (D) dengan nilai 0 untuk musim hujan dan 1 untuk musim kemarau. Dari keempat bentuk persamaan yang dicoba, persamaan double log memiliki koefisien determinasi tertinggi dengan P-value < α dan pengujian normality test dengan plot yang cenderung membentuk garis lurus serta multikolinearitas < 10 sehingga persamaan regresi yang terbentuk akurat dan valid. Hubungan antara kesediaan membayar (WTP) dengan konsentrasi sedimen melayang pada sampel dan musim dapat dilihat melalui persamaan
78
ln Y = 5,36 - 0,230 ln X + 0,534 D. Model tersebut nyata (P = 0,000) dengan
koefisien determinasi model (R²) sebesar 38,6% artinya konsentrasi sedimen melayang (mg/ltr) dan musim mampu menjelaskan keragaman kesediaan membayar (Rp/ltr) kualitas air sebesar 38,6%. Pengujian normality test cenderung membentuk garis lurus dengan multikolinearitas (VIF) sebesar 1. Persamaan tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi sedimen melayang berkorelasi negatif terhadap kesediaan membayar seseorang. Semakin besar konsentrasi sedimen melayang menyebakan rendahnya penggunaan air sehingga kesediaan untuk membayar air menjadi lebih kecil. Konsentrasi sedimen melayang berpengaruh nyata (P=0,000) terhadap kesediaaan membayar, apabila terjadi peningkatan konsentrasi sedimen 1 persen akan menyebabkan penurunan besar kesediaan membayar sebesar 0,230 persen. Sebaliknya apabila terjadi penurunan konsentrasi sedimen sebesar 1 persen akan menyebabkan peningkatan kesediaan membayar sebesar 0,2134 persen. Selain konsentrasi sedimen melayang ternyata musim (D) juga berpengaruh nyata (P=0,000) terhadap kesediaan membayar responden. Dummy variabel musim dengan nilai 0 untuk musim hujan dan 1 untuk musim kemarau berkorelasi positif terhadap kesediaan membayar responden. Kuantitas air pada musim kemarau yang umumnya lebih sedikit akan menyebabkan kesediaan membayar responden menjadi lebih tinggi. Kesediaan membayar responden akan lebih tinggi 0,534 pada musim kemarau dan sebaliknya akan lebih rendah 0,534 pada musim hujan. Hal ini membuktikan terjadinya peningkatan kesediaan membayar kualitas air pada musim kemarau dibandingkan pada musim hujan. Berdasarkan model regresi yang terbentuk yaitu ln Y = 5,36 - 0,230 ln X + 0,534 D, maka kesediaan membayar masyarakat (Rp/ltr) yang menggambarkan nilai kualitas air untuk berbagai tingkat konsentrasi sedimen melayang (mg/ltr) berdasarkan suatu musim dapat diduga melalui permodelan tersebut. Permodelan ini akan lebih memudahkan untuk mengetahui tingkat kesediaan membayar seseorang untuk setiap besaran konsentrasi sedimen pada suatu musim. Pendugaan kesediaan membayar (Rp/ltr) menggunakan model regresi untuk setiap sampel A, B dan C pada musim hujan dan kemarau dapat dilihat pada Tabel 38.
79
Tabel 38 Hasil perhitungan kesediaan membayar pada berbagai sampel simulasi kualitas air menggunakan model regresi
Musim
Hujan
Kemarau
Sampel Simulasi Kualitas Air
Jumlah Kebutuhan Rata-rata (ltr/RT/thn) (a)
Kesediaan membayar
A
178.234
1.036
B
178.234
1.036
C
178.234
1.036
26,95
4.802.568
8.269.244.208
A
173.664
1.036
132,44
23.000.156
14.336.991.746
B
173.664
1.036
123,087
21.375.740
13.324.423.098
C
173.664
1.036
45,96
7.981.896
4.975.460.907
Populasi (RT)
Rp/ltr
Rp/RT/thn
(b)
(c)
(d) = (a) x (c)
(e) = (d) x (b)
77,64
13.838.795
23.828.161.483
72,16
12.861.412
22.145.266.655
Rp/thn
Ket: A=sampel simulasi air kualitas baik, B=sampel simulasi air kualitas sedang, C=sampel simulasi air kualitas sangat jelek
Prediksi Konsentrasi Sedimen Melayang
Salah satu penciri kualitas air adalah kadar lumpur atau konsentrasi sedimen layang (Concentration of suspended sediment/Cs) yang terbawa oleh aliran sungai. Kandungan lumpur tersebut berasal dari daerah aliran sungai unit-unit lahan yang mengalami erosi. Kadar lumpur atau kandungan sedimen layang (Cs) yang terdapat dalam badan air merupakan hasil bagi antara debit aliran sedimen (Qs) dan debit sungai (Q). Sedimen sebagai tanah atau bagian tanah yang tererosi tidak semuanya masuk ke dalam aliran air. Debit aliran sedimen (Qs) yang merupakan jumlah sedimen yang betul-betul terbawa aliran sungai dihitung dengan membagi besarnya erosi dengan SDR (Soil delivery Ratio). SDR merupakan nisbah jumlah sedimen yang betul-betul terbawa oleh sungai dari suatu daerah terhadap jumlah tanah yang tererosi dari daerah tersebut. Menurut Pamungkas (1993) nisbah pelepasan sedimen pada daerah tangkapan Waduk Ir. H. Juanda Kabupaten Purwakarta mempunyai nilai 0,23. Pengukuran debit (Q) di lokasi penelitian dilakukan pada tempat dan waktu yang spesifik. Perhitungan debit sungai secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 13. Pengukuran debit air dilakukan pada hari Selasa, tanggal 20 Juni 2006, pukul 14.07 di Sungai Cibulakan dengan lebar 1,6 m, luas penampang sungai 0,2392 m² dan kecepatan 0,243 m/s sehingga debit Sungai (Q) Cibulakan 0,0582 m³/s.
80
Perhitungan prediksi konsentrasi sedimen melayang berdasarkan erosi dan debit sungai sesaat pada unit-unit lahan Desa Babakan dapat dilihat pada Tabel 39. Tabel 39 Perhitungan pendugaan konsentrasi sedimen melayang berdasarkan erosi pada tiap tipe penutupan lahan usahatani Desa Babakan Laju Erosi USLE Rata-rata tertimbang (ton/ha/thn)
SDR
Qs (ton/thn)
Qs (ton/hr)
Q (m³/s)
Cs (mg/ltr)
(a)
(b)
(c) = (a) x (b)
(d) = (c) : 365hr
(e)
(f) = (d) : (e x 0,0864)
Kebun campuran
593,07
0,23
11,72
0,032
0,0582
6,384
Tegal/ladang
1665,11
0,23
131,23
0,360
0,0582
71,50
Persawahan
20,87
0,23
0,78
0,002
0,0582
0,43
Areal Usahatani
Ket: SDR=Soil Delivery Ratio, Qs=debit aliran sedimen, Q=debit aliran sungai, Cs= Konsentrasi sedimen melayang
Berdasarkan tabel 39 dapat dilihat konsentrasi sedimen melayang dapat mengindikasikan besarnya erosi yang terjadi. Semakin tinggi konsentrasi sedimen melayang pada aliran sungai memberi indikasi semakin tinggi laju erosi yang terjadi pada setiap unit penutupan lahan. Prediksi konsentrasi sedimen melayang pada tipe penutupan lahan kebun campuran sebesar 6,384 mg/ltr. Hal ini menunjukkan bahwa kebun campuran sebagai pendukung tata air dapat memenuhi kebutuhan air bersih untuk masyarakat. Menurut Kep. Men. KLH No. 2/1988, skala kualitas lingkungan untuk konsentrasi sedimen melayang (mg/ltr) sebesar 0-100 mg/ltr termasuk dalam kategori baik. Perhitungan Nilai Kualitas Air
Nilai kualitas air kebun campuran digambarkan melalui kesediaan membayar masyarakat terhadap kualitas air yang dihasilkan dari keberadaan kebun campuran sebagai pendukung tata air. Kualitas air tersebut dilihat dari besarnya konsentrasi sedimen yang berasal dari penutupan lahan kebun campuran. Untuk mengetahui kontribusi kebun campuran sebagai pendukung tata air dalam menjaga kualitas air, perlu dilakukan perhitungan besarnya konsentrasi sedimen yang dihasilkan oleh tegal/ladang yang dikondisikan sama dengan kebun campuran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 40.
81
Tabel 40 Perhitungan pendugaan konsentrasi sedimen melayang berdasarkan erosi pada penutupan lahan kebun campuran dan tegal/ladang yang dikondisikan sama Laju Erosi USLE Rata-rata tertimbang (ton/ha/thn)
SDR
Qs (ton/thn)
Qs (ton/hr)
Q (m³/s)
Cs (mg/ltr)
(a)
(b)
(c) = (a) x (b)
(d) = (c) : 365hr
(e)
(f) = (d) : (e x 0,0864)
Kebun campuran (kc)
593,07
0,23
11,72
0,032
0,0582
6,384
Tegal/ladang yang dikondisikan kc
1383.82
0.23
27.34
0.075
0.0582
14.896
Areal Usahatani
Ket: SDR=Soil Delivery Ratio, Qs=debit aliran sedimen, Q=debit aliran sungai, Cs= Konsentrasi sedimen melayang Berdasarkan tabel 40 dapat dilihat besarnya prediksi konsentrasi sedimen melayang pada tipe penutupan lahan kebun campuran dan tegal/ladang yang dikondisikan. Lahan dengan penutupan kebun campuran dapat menurunkan konsentrasi sedimen melayang sebesar 8,512 mg/liter dibandingkan dengan penutupan lahan berupa tegal/ladang, artinya kualitas air yang dihasilkan dari kebun campuran sebagai pendukung tata air akan lebih baik. Pendugaan kesediaan membayar masyarakat untuk kualitas air yang dihasilkan kebun campuran dilakukan dengan memasukkan besaran konsentrasi sedimen melayang pada unit lahan kebun campuran yaitu 8,512 mg/ltr yang disesuaikan dengan musim ke dalam model regresi ln Y = 5,36 - 0,230 ln X + 0,534 D, sehingga didapat kesediaan membayar masyarakat untuk kualitas air tersebut pada musim kemarau dan hujan. Hasil perhitungan disajikan pada Tabel 41.
82
Tabel 41 Hasil perhitungan kesediaaan membayar kualitas air kebun campuran Desa Babakan Musim
Kesediaan Membayar (Rp/ltr)
Jumlah kebutuhan rata-rata (ltr/RT/thn)
Populasi (RT)
Nilai Total (Rp/thn)
Hujan
129,99
178.234
1.036
24.002.708.616
Kemarau
221,73
173.664
1.036
39.892.753.394
Rata-rata
175,86
175.949
1.036
31.947.731.005
Berdasarkan Tabel 41 diketahui bahwa nilai kualitas air pada musim kemarau lebih tinggi dibandingkan pada musim hujan, hal ini disebabkan karena pada musim kemarau faktor kelangkaan terhadap air seringkali terjadi terutama ketika kemarau panjang selain itu kualitas air pada musim kemarau umumnya lebih baik dibandingkan pada musim hujan karena air tidak membawa konsentrasi sedimen melayang dalam jumlah besar. Secara keseluruhan nilai kualitas air yang dihasilkan dari keberadaan kebun campuran di Desa Babakan adalah sebesar Rp 31.947.731.005 per tahun atau Rp 206.514.098 per hektar per tahun. Nilai ini menggambarkan kontribusi kebun campuran sebagai pendukung tata air yang cukup berarti dalam menjaga kualitas air bagi masyarakat yang tinggal dan beraktifitas di sekitar kebun campuran. Nilai Pilihan Persepsi Terhadap Manggis
Manggis merupakan salah satu komoditas utama hasil kebun campuran di Desa Babakan Kecamatan Wanayasa. Masyarakat Desa Babakan menyatakan bahwa manggis daerah mereka merupakan manggis kualitas unggul dan memiliki keistimewaan dibandingkan dengan manggis daerah lainnya. Pernyataan ini didukung oleh argumen responden yang menyatakan bahwa manggis Wanayasa memiliki penampilan fisik yang bagus (kulit manggis tidak burik, warnanya hitam pekat, cuping manggis yang selalu terlihat hijau segar, kandungan getah rendah) dan memiliki rasa yang khas serta memenuhi syarat kualitas ekspor. Pada Gambar 7 dapat dilihat penampilan fisik dari komoditas manggis Wanayasa yang berasal dari kebun campuran.
83
Gambar 7 Komoditas manggis kebun campuran Manggis Wanayasa memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Keberadaan manggis Wanayasa menurut 19 responden (31,67%) telah menjadi sumber ekonomi baik bagi daerah pada umumnya dan masyarakat petani pada khususnya. Namun bagi sebagian besar masyarakat Desa Babakan keberadaan manggis di daerah mereka tidak hanya sebatas dilihat dari nilai ekonomisnya. Hal ini didukung oleh hasil wawancara responden yang menyatakan bahwa manggis di daerah mereka merupakan warisan dari nenek moyang yang perlu dipertahankan keberadaannya sekaligus sebagai warisan untuk anak cucu mereka nantinya (78,3%). Sebanyak 28 responden (46,67%) menyatakan bahwa manggis Wanayasa merupakan ciri khas daerah Wanayasa, keberadaannya telah mengangkat nama daerah sehingga menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi masyarakat untuk memiliki dan terus berusaha untuk melestarikannya. Hal ini sejalan dengan adanya upaya pemerintah daerah setempat yang ikut melestarikan keberadaannya melalui pemberian dana dan bibit manggis kepada para petani dalam upaya pengembangan bibit unggul Manggis Wanayasa. Dalam wawancara yang dilakukan, dibuat suatu skenario dimana dilakukan pengandaian bila varietas manggis Wanayasa yang berasal dari daerah mereka keberadaannya punah apakah masyarakat akan merasa kehilangan dan apakah mereka memiliki keinginan untuk tetap mempertahankan keberadaan manggis tersebut di masa yang akan datang. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah manggis tersebut memiliki nilai pilihan bagi masyarakat Desa Babakan. Berdasarkan hasil wawancara 60 responden, sebanyak 57 orang (95%) responden menyatakan keinginannya untuk terus mempertahankan keberadaan Manggis
84
Wanayasa dan sebanyak 3 orang (5%) menyatakan ketidakpeduliannya terhadap kelangsungan keberadaan Manggis Wanayasa. Harapan untuk terus dapat menikmati keberadaan manggis tersebut di masa yang akan datang diikuti dengan upaya-upaya pelestarian diantaranya seperti program pengembangan (stek pucuk, klutur jaringan), pembuatan persemaian, dan peningkatan pemeliharaan terhadap tanaman manggis. Perhitungan Nilai Pilihan
Untuk menghitung nilai ekonomi pilihan digunakan pendekatan kontingensi yaitu berdasarkan pada nilai yang diberikan oleh individu atau masyarakat untuk mau melestarikan buah manggis yang berasal dari kebun campuran Desa Babakan untuk kepentingan di masa yang akan datang. Nilai pilihan adalah potensi sumberdaya alam yang dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat di masa yang akan datang baik yang saat ini belum dimanfaatkan maupun yang sudah dimanfaatkan. Nilai pilihan untuk melestarikan manggis berkaitan dengan adanya keinginan dari sebagian besar masyarakat Desa Babakan (95%) agar manggis Wanayasa dilestarikan untuk kepentingan di masa yang akan datang. Bagi 30 responden petani kebun campuran, kesediaan membayar untuk mempertahankan manggis yang berasal dari kebun campuran agar tidak punah sehingga dapat dimanfaatkan di masa yang akan datang, digambarkan melalui biaya pengelolaan yang mereka keluarkan untuk memelihara dan mengelola kebun campurannya. Perhitungan nilai pilihan kebun campuran akan dilihat dari segi konsumen (non petani kebun campuran) sebagai responden yang lebih objektif karena mereka
bukan
pemilik
kebun
campuran
penghasil
manggis
sehingga
kecenderungan untuk memperoleh keuntungan ekonomis kecil. Hal ini dilakukan untuk menghindari bias nilai guna langsung dan nilai pilihan. Preferensi masyarakat konsumen saat kini terhadap keberadaan manggis pada masa yang akan datang maupun generasi yang akan datang (demand-side option value) menandakan adanya keinginan (tuntutan) agar keberadaan manggis tersebut dilestarikan untuk kepentingan masa yang akan datang. Bagi 30 responden non petani kebun campuran, sebanyak 27 orang (90%) bersedia membayar untuk mempertahankan manggis yang dihasilkan dari kebun
85
campuran agar tidak punah sehingga dapat dimanfaatkan di masa yang akan datang. Sedangkan 3 orang (10%) tidak bersedia membayar. Besarnya kesediaan membayar dilakukan dengan menanyakan besarnya kesediaan menambahkan harga manggis Rp/kg dari harga awal yang mereka ketahui sebagai bentuk nilai kesediaan melestarikan manggis untuk kepentingan di masa yang akan datang. Besarnya kesediaan membayar nilai minimal Rp 500/kg, maksimal Rp 6.000/kg dan rata-rata nilai kesediaan membayar sebesar Rp 1.944/kg. Dengan produksi rata-rata manggis dalam satu tahun sebesar 1907,59 kg per ha maka nilai pilihan total untuk manggis yang berasal dari kebun campuran Desa Babakan dengan luasan 154,7 ha adalah sebesar Rp 573.682.512 per tahun atau sebesar Rp 3.708.355 per hektar per tahun. Nilai pilihan tersebut merupakan potensi nilai manfaat manggis untuk masa yang akan datang. Nilai kesediaan membayar diatas, dapat dikatakan cukup besar karena masyarakat di lokasi penelitian memiliki tingkat ketergantungan yang cukup tinggi terhadap sumberdaya alam sehingga mereka bersedia membayar tinggi untuk dapat menerima manfaat manggis potensial di masa yang akan datang. Nilai Ekonomi Kebun Campuran
Nilai ekonomi sistem agroforestry kebun campuran adalah penjumlahan dari beberapa nilai ekonomi yang meliputi nilai guna langsung berupa nilai produksi, nilai guna tidak langsung berupa nilai hidrologi yang terdiri dari nilai pencegahan erosi dan nilai kualitas air, serta nilai pilihan. Nilai ekonomi sistem agroforestry kebun campuran yang terdiri dari beberapa komponen nilai tercantum dalam Tabel 42. Tabel 42 Nilai ekonomi sistem agroforestry kebun campuran Desa Babakan Komponen Nilai
Nilai (Rp/ha/thn)
Luas Kebun Campuran (ha)
Nilai (Rp/thn)
Persentase (%)
Nilai guna langsung Nilai produksi
2.782.526.401
7,74
*32.575.863.364
90,66
17.986.596
154,7
4.060.326
154,7
206.514.098
154,7
3.708.355
154,7
573.682.512
1,60
232.269.375
154,7
35.932.072.277
100,00
Nilai guna tidak langsung Nilai pencegahan erosi Nilai kualitas air Nilai pilihan Total Ket: * nilai guna langsung total
86
Tabel 42 memperlihatkan bahwa nilai pilihan memberikan kontribusi terkecil yaitu sebesar 1,60 %. Sedangkan nilai guna langsung berupa nilai produksi memberikan kontribusi sebesar 7,74%. Keberadaan kebun campuran sebagai
sumber
penghasilan
memberikan
manfaat
nyata
sebesar
Rp
2.782.526.401per tahun. Namun manfaat tersebut sangat jauh berbeda dengan nilai guna tidak langsung kebun campuran dengan persentase sebesar 90,66% yang berarti nilai guna tidak langsung memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap nilai ekonomi sistem agroforestry kebun campuran. Hal ini mengindikasikan pentingnya peranan kebun campuran dalam memberikan manfaat fungsional proses ekologis sebagai jasa pendukung kehidupan masyarakat. Sistem agroforestry kebun campuran yang selama ini dianggap hanya dapat memberikan manfaat ekonomi langsung memiliki manfaat fungsional proses ekologis dengan nilai ekonomi yang jauh lebih besar. Secara keseluruhan nilai yang diberikan sistem agroforestry kebun campuran adalah sebesar Rp 35.932.072.277 per tahun. Nilai tersebut merupakan besarnya manfaat yang dapat diperoleh oleh masyarakat sekitar kebun campuran baik pemilik maupun bukan pemilik kebun campuran. Dengan kata lain, nilai ekonomi keseluruhan yang dapat diperoleh oleh masyarakat Desa Babakan dari keberadaan kebun campuran di daerahnya adalah sebesar Rp 232.269.375 per hektar per tahunnya.
91
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Nilai Ekonomi sistem agroforestry kebun campuran Desa Babakan Wanayasa adalah sebesar Rp 35.932.072.277 per tahun yang terdiri dari: 1. Nilai guna langsung berupa nilai produksi kebun campuran Desa Babakan Wanayasa sebesar Rp 2.782.526.401 per tahun. 2. Nilai guna tidak langsung berupa nilai hidrologi sebesar Rp 32.575.863.364 per tahun, terdiri dari nilai pencegahan erosi kebun campuran sebesar Rp 628.132.359 per tahun dan nilai kualitas air sebesar Rp 31.947.731.005 per tahun. 3. Nilai pilihan sebesar Rp 573.682.512 per tahun.
Saran
1. Perlu adanya perhatian yang lebih dari pemerintah terhadap para petani dalam hal pelatihan keterampilan, bimbingan penyuluhan, dalam kegiatan pengelolaan lahan kebun campuran sehingga kebun campuran dapat dikelola dengan lebih intensif. 2. Perlu adanya penyuluhan pada masyarakat sekitar kebun campuran mengenai manfaat dari keberadaan kebun campuran yang tidak hanya memberikan nilai guna langsung (manfaat tangible) tapi juga nilai guna tidak langsung dan nilai pilihan (manfaat intangible) sehingga dapat mereduksi pemahaman masyarkat mengenai rendahnya nilai ekonomi sistem agroforestry kebun campuran. 3. Perlu adanya usaha-usaha baik dari segi pemilihan jenis tanaman dan segi konservasi tanah dan air untuk lebih meningkatkan nilai ekonomi sistem agroforestry kebun campuran sehingga kebun campuran dapat memberikan hasil yang optimal bagi masyarakat.
92
4. Perlu adanya perhatian yang lebih dari pemerintah terhadap sektor kehutanan mengenai pemanfaatan sistem agroforestry berupa kebun campuran yang dapat diterapkan dalam program PHBM sehingga dapat memberikan manfaat ekonomis sekaligus manfaat ekologis bagi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi O. 2002. Home garden: sebagai salah satu agroforestry lokal. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. [terhubung berkala]. http://www.Library usu. com [29 Desember 2005]. Affandi O dan Pindi P. 2004. Perhitungan nilai ekonomi pemanfaatannya hasil hutan non-marketable oleh masyarakat desa sekitar hutan (Studi Kasus Cagar Alam Dolok Sibual – Buali Kec. Sepirok Tapanuli Selatan). Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. [terhubung berkala]. http//www. Library usu. com [29 Desember 2005]. Arsyad S. 1980. Pengawetan Tanah dan Air. Bogor: IPB Press. Arsyad S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press. Bahruni. 1999. Diktat Penilaian Sumberdaya Hutan dan Lingkungan. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Bedient PB, Wayne CH. 1989. Hidrology and Flood Plain Analisis. Florida: University of Florida. Dwidevi AP. 1992. Agroforestry Principles and Practices. New Delhi, Bombay Calcutta: Oxford & IBH Publishing Co. Foresta Hd, Kusworo A, Michon G, Djatmiko W. 2000. Ketika Kebun Berupa Hutan: Agroforest Khas Indonesia Sebuah Sumbangan Masyarakat. Bogor: World Agroforestry Centre (ICRAF). Hamilton LS, Peter NK. 1988. Daerah Aliran Sungai HutanTropika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
93
Herlianto. 2004. Nilai ekonomi fungsi hidrologis hutan Taman Nasional Gunung Halimun [skripsi]. Bogor: Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Hikmatullah, Sawiyo, Suharta N. 2002. Potensi dan kendala pengembangan sumber daya lahan untuk pencetakan sawah irigasi di luar Jawa. Jurnal Litbang Pertanian 21(4): 120. [terhubung berkala]. http://www. Iskandar J, Isnawan H, Hadikusumah HY, Soemarwoto O. 1981. Sistem talun kebun: suatu sistem pertanian hutan tradisional. Proceeding Seminar Agroforestry dan Pengendalian Perladangan. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Kartasapoetra, Kartasapoetra AG, Sutedjo MM. 1989. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Ed ke-2. Jakarta: Pt Melton Putra. Kompas. 22 Juli 2005. Kiat Memanfaatkan Lahan Subur. [terhubung berkala] http://www..Kompas.com/kompas-cetak.htm [14 Mei 2006]. Lee R. 1991. Hidrologi Hutan. Jogyakarta: Gadjah Mada University Press. Marwan. 1985. Pengaruh pengelolaan tanamandan pemakaian bahan organik terhadap erosi [tesis]. Bogor: Fakultas Pasaca Sarjana, Institut Petanian Bogor. Pamungkas H. 1993. Perbandingan erosi hasil prediksi metode USLE dengan sedimentasi Waduk Ir. H. Juanda kabupaten Purwakarta [skripsi]. Bogor: Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian IPB. Prawiro HR. 1980. Ekonomi Sumber Daya. Bandung: Penerbit Alumni. Purwowidodo. 1999. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. [PKBT] Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika. 2005. Laporan Kemajuan Tahap II: Riset Unggulan Strategis Nasional Pengembangan BuahBuahan Unggulan Indonesia Manggis. Kementerian Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia. Republika. 19 Juli 2005. Dioplos harga jual manggis rendah. [terhubung berkala] http://www. Republika.com [14 Mei 2006].
94
Soeharjo dan Patong. 1973. Sendi-Sendi Pokok Usahatani. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Suripin. 2002. Pengelolaan Sumber Daya Tanah dan Air. Jogyakarta: Penerbit Andi. Widiarso FA. 2005. Nilai ekonomi pemanfaatan lahan agroforestry di Kawasan DAS Ciliwung, Jawa Barat (Studi Kasus Desa Kuta dan Desa Sukagalih Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor) [skripsi]. Bogor: Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Wiradinata S. 1989. Pengantar Agrohutani. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Wulan YC. 2002. Nilai ekonomi sistem agroforestry kebun kopi multistrata (Studi kasus kebun kopi multistrata di Kecamatan Sumberjaya, Kabupaten Lampung Barat) [skripsi]. Bogor: Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. WEB Purwakarta. 13 Mei 2005. Manggis Wanayasa Purwakarta keliling dunia. [terhubung berkala]. http://www.gerbang jabar.go.id/kabpurwakarta/index. php [8 Mei 2006]
95
LAMPIRAN
96
Lampiran 1. Peta lokasi penelitian
97
Lampiran 2 Data karakteristik responden petani kebun campuran No
Nama
Umur Anggota
Pendidikan
Pekerjaan
Pendapatan KK (Rp/bln) Pendapatan Kebutuhan Air (ltr/bln)
WTP nilai kualitas air (Rp/ltr)
Luas
98
Keluarga 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Ade Aceng Juki Imron Ahmad Ece Asep Ahmad Ate Suryana Nori Diah Acin Ita Usep Dayep H. Soleh Uud Engkos Yayan Abduloh Djudjun Didi M. Isa Udin Tata Ace Rusman Ahmad Nana
45 55 76 55 47 48 48 53 41 68 49 63 39 61 42 41 66 60 35 31 70 51 50 82 71 41 46 56 28 43
3 2 4 3 5 7 4 4 3 1 3 4 3 1 2 5 7 3 2 2 1 5 3 4 1 3 4 3 4 3
Terakhir SPMA SR SR kls 3 SR SD SD S1 SMA SPMA SR SPMA SD SD SD SR SR SMP kls 1 S1 Tk 1 SMA SMP SD SR SR SD SD SR S1 D2
Utama Petani Petani Petani Petani Petani Petani Wiraswasta Petani Wiraswasta Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani garap Petani Petani Petani Petani Petani Kuli Petani Petani Peg Swasta PNS
Sampingan Wiraswasta Kuli Kuli Petani Wiraswasta Petani Peternak Wiraswasta Buruh tani Kuli Peternak Tukang ojek Honorer Pensiunan Buruh tani Petani Pedagang Buruh tani Petani Petani
Utama 2.110.917 463.624 736.496 1.230.708 103.667 152.625 2.500.000 1.582.827 500.000 1.034.677 1.996.042 671.659 367.180 1.167.917 490.917 18.750 2.427.649 10.837.198 775.496 62.567 624.175 318.080 332.799 1.812.933 577.050 500.000 430.640 284.375 1.300.000 1.800.000
Sampingan
Total KK (Rp/bln)
2.166.667 4.277.584 0 463.624 0 736.496 0 1.230.708 60.000 163.667 315.000 467.625 (163.333) 2.336.667 200.000 1.782.827 489.908 989.908 0 1.034.677 0 1.996.042 0 671.659 600.000 967.180 100.000 1.267.917 100.000 590.917 100.000 118.750 0 2.427.649 33.334 10.870.532 300.000 1.075.496 79.167 141.734 917.000 1.541.175 0 318.080 200.000 532.799 0 1.812.933 0 577.050 59.374 559.374 700.000 1.130.640 220.000 504.375 267.378 1.567.378 770.688 2.570.688
Mus Hujan 21.000 15.000 15.000 17.280 22.500 25.500 27.000 15.000 18.750 5.000 20.400 20.000 15.000 6.000 6.720 12.000 30.000 15.000 6.000 6.300 7.500 18.000 7.800 9.500 4.000 15.000 14.000 10.000 18.000 15.000
Mus Kemarau 21.000 15.000 15.000 17.280 22.500 25.500 27.000 15.000 18.750 5.000 20.400 20.000 15.000 6.000 6.720 12.000 28.000 15.000 6.000 6.300 5.250 18.000 6.500 9.500 3.000 10.000 16.000 10.000 20.000 15.000
Musim Hujan A B C 167 117 83 100 83 50 167 100 83 83 50 33 50 42 17 117 83 33 250 167 83 117 83 42 83 50 33 83 33 17 250 167 83 117 83 0 83 50 33 42 17 8,3 167 83 33 167 83 33 167 83 0 142 67 8,3 83 50 17 17 13 8,3 167 125 17 167 83 50 50 42 17 133 83 17 42 17 8,3 83 50 17 167 83 42 125 83 33 92 75 58 83 75 33
KC Musim Kemarau (ha) A B C 333 250 83 0.717 167 117 67 0.4 183 117 100 0.8 167 117 83 0.5 58 50 25 0.04 167 117 42 0.12 500 250 167 0.48 133 100 58 0.5 167 117 83 0.4 117 67 50 0.5 250 167 83 0.753 167 100 17 0.36 83 67 50 0.04 50 33 17 0.4 250 167 83 0.2 200 167 83 0.08 217 133 33 0.84 333 250 167 2 167 125 83 0.12 33 25 17 0.1 250 167 83 0.32 167 125 83 0.14 83 67 33 0.18 150 100 25 0.56 67 33 17 0.08 100 67 50 0.08 167 125 50 0.09 133 100 83 0.32 108 83 67 0.2 100 83 58 0.3
Lampiran 3 Data karakteristik responden non petani kebun campuran No
Nama
Umur
Anggota Keluarga
Pendidikan Terakhir
Pekerjaan Utama Sampingan
Pendapatan KK (Rp/bln) Utama Sampingan
Pendapatan Total KK
Kebutuhan Air Mus Mus
WTP nilai kualitas air (Rp/ltr) Musim Hujan Musim Kemarau
WTP Nilai
99
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Ena Yusuf Aceng Uud Jejen Aen Cahri Jajang Asiah Teteng Sopandi Mulyana Adeng Tata Gigin Susilawati Amin Gepenk Asep Imas Ruslan Agus Dede Didin Zaenal Maman Euis M. Irawan Yuyun RA Hayat
52 55 55 27 44 60 69 42 60 40 42 32 55 24 30 25 37 28 30 33 51 56 36 31 35 36 40 36 32 62
3 2 3 6 4 7 5 6 0 4 3 2 1 3 3 3 4 1 2 2 2 5 2 2 2 2 4 3 2 4
SD SR SMA SD SD SR SR SMA SLTP kls 2 MA SD SD SR SD Akper SMA STM STM STM SD SMP S1 tgkt 2 STM SD D3 D2 SMA S1 SMA SMA
Pedagang Staf desa PNS Buruh tani Kuli Buruh tani Pedagang Polisi Pensiunan Wiraswasta Supir Pedagang Buruh tani Pedagang Mantri Wiraswasta Peg Kuli Wiraswasta Wiraswasta Staf desa PNS Peternak Buruh tani PNS Guru bantu Pensiunan PNS Wiraswasta Pensiunan
Supir Wiraswasta Wiraswasta Petani Wiraswasta Kuli Honorer Wiraswasta Petani Fotografer -
300.000 1.500.000 2.000.000 210.000 350.000 300.000 450.000 2.300.000 1.000.000 800.000 1.000.000 400.000 600.000 2.100.000 750.000 300.000 600.000 500.000 1.500.000 300.000 1.500.000 2.000.000 180.000 1.000.000 710.000 500.000 1.200.000 1.700.000 1.347.000
0 0 0 480.000 0 0 0 0 600.000 0 0 0 0 500.000 0 0 400.000 0 0 0 250.000 2.500.000 0 720.000 480.000 625.000 0 216.667 400.000 0
(Rp/bln)
Hujan
Kemarau
300.000 1.500.000 2.000.000 690.000 350.000 300.000 450.000 2.300.000 600.000 1.000.000 800.000 1.000.000 400.000 1.100.000 2.100.000 750.000 700.000 600.000 500.000 1.500.000 550.000 4.000.000 2.000.000 900.000 1.480.000 1.335.000 500.000 1.416.667 2.100.000 1.347.000
11.000 15.000 20.000 15.000 20.000 17.520 15.000 18.500 4.000 12.000 15.000 15.000 7.500 15.000 22.000 20.000 15.000 4.800 15.000 16.600 15.000 26.000 18.000 15.000 15.000 15.000 20.000 10.000 10.000 15.000
10.000 15.000 20.000 15.000 20.000 17.520 15.000 18.500 2.000 10.000 15.000 15.000 7.500 10.000 22.000 20.000 16.000 3.600 16.000 18.000 15.000 26.000 15.000 9.000 15.000 15.000 20.000 7.500 10.000 19.000
A
B
C
A
B
C
167 167 167 83 100 100 92 100 83 150 117 167 125 100 167 167 83 42 100 25 42 167 17 50 100 125 117 83 83 167
83 83 125 50 50 92 67 50 50 83 83 100 83 83 83 83 67 17 83 17 25 167 12 33 67 83 83 33 50 83
33 33 83 17 25 83 17 17 42 50 50 50 33 33 17 50 50 8 17 8 8 167 8 17 50 17 0 8 33 17
167 200 200 167 117 100 100 167 167 200 167 217 167 167 250 333 167 83 133 42 42 167 83 117 167 125 133 117 117 167
125 100 167 125 83 92 83 83 117 150 150 167 133 117 167 250 133 33 100 33 25 167 33 83 83 83 83 100 100 83
50 33 100 83 50 83 50 33 83 83 83 83 83 50 83 167 100 17 50 17 8 167 17 33 33 17 17 83 83 33
Pilihan (Rp/kg) 2.500 2.000 1.500 2.000 1.500 1.500 500 2.000 2.000 1.000 2.000 1.000 2.000 2.000 0 5.000 6.000 1.000 1.000 1.000 0 1.000 2.000 1.000 4.000 0 1.000 2.000 2.000 2.000
94
Lampiran 4. Daftar jenis-jenis tanaman kebun campuran Desa Babakan Jenis Tanaman
1. Manggis 2. Durian 3. Pala 4. Melinjo 5. Petai 6. Jengkol 7.Rambutan 8.Menteng 9. Alpukat 10.Nangka 11. Sawo 12.Kupa 13. Jambu klutuk 14. Jambu Air 15.Limus 16.Duku 17. Pisitan 18.Kemiri 19.Jambu bol 1. Jeunjing 2. Suren 3. Kayu manis 4. Puspa 5. Manglid 6. Janitri 7. Mindi 8. Mahoni 9. Damar 10. Pinus 11. Huru hiris 1. Teh 2. Pisang 3. Kopi 4. cengkeh 5. Aren 6. Singkong 7. Kelapa 8.Cengek 9. Bambu 10. Kapol 11. Jeruk 12. nenas 13.Pepaya 14. Lada 15. Coklat 16. Tales
Nama Latin Tanaman Buah Garcinia mangostana Durio zibethinus Murr. Myristica fragrans Gnetum gnemon Parkia speciosa Pithecellobium jiringa Nephelium lappaceum Baccaurea racemosa Persea americana Artocarpus heterophyllus Manilkara kauki Eugenia polycephala Psidium guajava Eugenia aquea Mangifera odorata Lancium domesticum Lanceum aquaeum Aleurites moluccana Eugenia malaccensis Tanaman kayu Paraserianthes falcataria Toona sureni Cinnamomum burmanii Schima wallichii Magnolia blumei Elaeovarpus ganitrus Melia azedarach Swietenia macrophylla Agathis dammara Pinus merkusii Phoebe declinata Tanaman Pertanian Thea sinensis Musa paradisiaca Coffea robusta Syzigium aromatica Arenga pinnata Manihot esculenta Cocos nucifera Capsicum frutescens Bambusoideceae Amomum compactum Citrus aurantifolia Ananas comosus Carica papaya Piper ningrium Theoroma cacao Colocasia esculenta
Jumlah responden yang membudidayakan 25 11 19 21 18 16 12 7 8 10 2 2 4 2 3 2 4 1 1 30 17 18 15 7 15 10 7 2 2 2 27 28 16 26 11 27 15 8 8 8 2 5 3 4 2 2
95
Lampiran 5 Biaya pengelolaan kebun campuran Biaya Pengelolaan (Rp/thn) No
Responden
1
Ahmad K
2 3 4 5
Peralata n
Bibit
Pupuk
Obat 0
12.000
Tenaga Kerja
67.500
Ece
0
65.000
45.000
0
0
0
110.000
Acin
30.000
45.000
40.000
0
0
Usep
0
30.000
180.000
0
0 1.064.00 0
115.000 1.274.00 0
Dayep
0
20.000
60.000
584.000
0
804.000
315.000
0
432.500
180.000 1.055.00 0
0
998.000
0
0
0
227.500 2.130.00 0 2.322.00 0 75.000
6
Engkos
25.000
42.500
40.000
7
Yayan
47.500
0
185.000
538.000
222.000
650.000
75.000
0
0 202.00 0 314.00 0 0
0
0
10
Udin
0 150.00 0 138.00 0 0
11
Tata
0
75.000
0
40.000
0
0
Ace
0
293.000
50.000
10.000
845.000
0
100.00 0
15.000
15.000
85.000
888.000
0
34.077
90.962
124.462
62.538
456.077
0
654.000
535.500
92.000 1.475.00 0 105.000
95.000
10.000 1.912.00 0 70.000 1.160.00 0 0
100.00 0 80.000 560.00 0 0 100.00 0 0
1.794.50 0 240.000 5.778.00 0 800.000 2.680.00 0 450.000
0
14.000
0
0
Ita
70.000
342.000
0
23.000
Abduloh
60.000
74.000
0
0
Rusman
25.000 825.00 0 316.36 4
20.000
0
80.000
85.000
0 110.00 0
347.364
342.955
88.455
420.000 1.825.00 0 1.427.00 0 360.000 1.275.30 0 1.549.98 2
1.280.00 0 0
140.00 0 50.000 40.000
8 9
12
Djudjun Didi
Ahmad S 13 Biaya rata2 kls luas lahan I 14 15 16 17 18
Aceng Imron Asep Ahmad Ate
19
Suryana
20
Diah
21 22 23
Nana 24 Biaya rata2 kls luas lahan II
25 26 27 28 29 30
Total
0
140.00 0 10.000
0
Angkut
735.00 0 0 1.025.0 00 0 740.00 0 0
870.000
Ade
0
Juki
0
2.078.35 0 188.000
Nori
0
20.000
0
H. Soleh
0
30.000
0
0
Uud
0
765.000
183.000
172.00 0
M Isa
0
70.000
113.000
22.000
7.523.00 0 680.000 2.370.00 0 7.980.00 0 6.087.00 0 1.784.80 0
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 54.000 0 4.909
0 0 277.50 0 0 0 0
79.500
115.000 1.198.00 0 1.103.00 0 768.115 3.819.00 0 422.000 10.750.0 00 975.000 5.550.00 0 545.000 434.000 2.260.00 0 1.561.00 0 459.000 2.375.30 0 2.650.02 7 11.021.3 50 918.000 2.707.50 0 8.010.00 0 7.207.00 0 1.989.80 0
96
Biaya rata2 kls luas lahan III
0
525.225
262.667
70.667
4.404.13 3
46.250
5.308.94 2
Lampiran 6 Data nilai ekonomi produksi kebun campuran Desa Babakan
1. Manggis 2. Durian 3. Pala 4. Melinjo 5. Petai 6. Jengkol 7.Rambutan 8.Menteng 9. Alpukat 10.Nangka 11. Sawo 12.Kupa 13. Jambu 14. Jambu 15.Limus 16.Duku 17. Pisitan 18.Kemiri 19.Jambu bol Total
kg biji kg kg kg papan kg kg biji kg kg kg ikat kg kg kg kg biji kg
Harga rata-rata (Rp/panen) Tanaman Buah 834,76 4.684 30,64 4.591 46,89 1.347 93,05 1.260 136,89 1.528 37,5 1.594 119,71 1.643 25,75 2.313 7,2 6.100 4 3.000 7 725 17,5 400 26,67 2.333 200 2.000 35 1.125 25 1.250 21,67 500 50 12.000 1000 50
1. Jeunjing 2. Suren 3. Kayu 4. Puspa 5. Manglid 6. Janitri 7. Tisuk 8. Mindi 9. Kayu 10. Mahoni 11. Damar 12. Pinus 13. Huru Total
pohon pohon pohon pohon pohon pohon pohon pohon pohon pohon pohon pohon pohon
1. The 2. Pisang 3. Kopi 4. cengkeh 5. Aren 6. Singkong 7. Kelapa 8.Cengek 9. Hun Juang 10. bambu 11. Kapol
kg turuy kg kg gandu kg biji kg pohon batang kg
Jenis Tanaman
Unit
Rata-rata unit/panen
Frek Panen dlm setahun
Nilai Ekonomi Produksi (Rp/ha/thn)
1 1 3 3 1 1 1 1 1 3 3 1 1 1 1 1 1 1 24
8.388.253 141.007 284.122 622.203 330.895 80.379 61.102 106.282 37.435 38.296 6.196 5.594 5.577 1.162 2.797 68.847 13.124 51.635 51.635 10.296.540
Tanaman kayu 25 49.101 9 95.833 12 5.281 6 50.000 2 80.000 20 56.667 12 75.000 6 94.000 19 28.000 1 20.000 2 19.000 2 200.000 5 5.000
1/3 1/5 1/3 1/7 1/7 1/3 1/5 1/7 1/7 1/7 1/7 1/7 1/5
939.017 80.465 26.241 17.952 12.530 180.336 59.380 16.446 30.120 241 458 4.819 430 1,368.436
Tanaman Pertanian 81,27 583 34,96 4.870 33,86 5.000 118,2 29.096 6,86 2.714 78,04 465 25,71 1.268 1,75 5.000 13 2.000 131,25 1.063 5 20.000
24 4 1 1 12 1 4 24 1 1 1
2.640.310 1.538.038 167.814 7.096.127 113.597 75.731 156.596 82.616 24.613 96.009 34.423
97
12. Jeruk 13. nenas 14.Pepaya 15. lada 16. Coklat 17. Tales Total
kg biji kg kg biji kg
7,5 40 75 3,5 20 70
1.250 2.000 1.333 30.000 500 850
3 4 12 1 1 1
5.164 27.539 343.373 18.072 861 9.983 12.340.866
Lampiran 7 Nilai ekonomi produksi kebun campuran berdasarkan luas lahan
Responden Ahmad K
Luas Lahan (ha) 0,04
Ece
0,12
Acin
0,04
Usep
0,2
Dayep
0,08
Engkos
0,12
Yayan
0,10
Djudjun
0,14
Didi
0,18
Udin
0,08
Tata
0,08
Ace
0,09
Ahmad S
0,20
Rata2 Kelas Luas Lahan I Aceng
0,11 0,4
Imron
0,5
Asep
0,48
Ahmad
0,5
Ate
0,4
Suryana
0,5
Diah Ita
0,36 0,4
Abduloh
0,32
Rusman
0,32
Nana
0,30
Rata2 Kelas Luas Lahan II Ade
0,41 0,72
Juki
0,8
Nori
0,75
H. Soleh
0,84
Uud
2,00
M Isa Rata2 Kelas Luas Lahan III
0,56 0,95
TOTAL
1,47
Rata-rata per Ha
Nilai Ekonomi Produksi Tanaman (Rp/thn) Buah
Kayu
Pertanian
Nilai Ekonomi kotor (Rp/thn)
Biaya Produksi (Rp/thn)
Nilai Ekonomi Bersih (Rp/thn)
0
115.500
1.208.000
1.323.500
79.500
1.244.000
194.000
87.500
1.660.000
1.941.500
110.000
1.831.500
0
83.160
288.000
371.160
115.000
256.160
500.500
644.500
6.020.000
7.165.000
1.274.000
5.891.000
0
429.000
600.000
1.029.000
804.000
225.000
1.404.500
4.950
1.129.000
2.538.450
432.500
2.105.950
222.500
35.807
720.000
978.307
227.500
750.807
1.085.000
99.000
3.263.625
4.447.625
2.314.000
2.133.625
893.000
800.580
3.252.000
4.945.580
2.174.000
2.771.580
579.500
23.100
3.145.000
3.747.600
39.000
3.708.600
168.000
198.990
460.500
827.490
115.000
712.490
1.583.500
169.900
3.355.286
5.108.686
1.198.000
3.910.686
1.158.000
84.100
2.869.429
4.111.529
1.103.000
3.008.529 2.196.148
599.115
233.917
2.151.603
2.984.635
768.115
1.197.500
515.987
7.669.000
9.382.487
3.819.000
5.563.487
586.500
495.000
10.804.000
11.885.500
422.000
11.463.500
6.350.000
990.000
1.450.000
8.790.000
10.750.000
-1.960.000
3.899.000
581.250
3.340.000
7.820.250
975.000
6.845.250
3.106.500
1.910.400
3.310.000
8.326.900
5.550.000
2.776.900
4.394.000
132.000
6.960.125
11.486.125
545.000
10.941.125
7.382.500
99.000
456.400
7.937.900
434.000
7.503.900
745.000
330.000
7.109.000
8.184.000
2.260.000
5.924.000
3.969.800
443.000
2.791.625
7.204.425
1.561.000
5.643.425
2.911.500
0
960.000
3.871.500
459.000
3.412.500
3.132.500
2.259.500
6.231.554
11.623.554
2.375.300
9.248.254
3.424.982
705.103
4.643.791
8.773.876
2.650.027
6.123.849
18.773.000
2.249.100
10.110.250
31.132.350
11.021.350
20.111.000
1.565.000
219.950
5.721.000
7.505.950
918.000
6.587.950
6.210.000
860.000
19.090.000
26.160.000
2.707.500
23.452.500
22.266.000
334.950
7.013.500
29.614.450
8.010.000
21.604.450
23.566.000
1.470.000
17.209.375
42.245.375
7.207.000
35.038.375
1.802.500
235.000
6.250.000
8.287.500
1.989.800
6.297.700
12.363.750
894.833
10.899.021
24.157.604
5.308.942
18.848.663
16.387.847
1.833.854
17.694.415
35.916.116
8.727.084
27.189.032
11.183.575
1.251.479
12.075.217
24.510.270
5.936.792
18.554.638
98
Lampiran 8 Nilai Erodibilitas (K) tanah untuk jenis tanah di Jawa No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Tipe Tanah Tanah eutrofik organik Tanah hydromorphic alluvial Tanah abu-abu hitam alluvial Tanah alluvial coklat keabu-abuan Alluvial abu-abu dan alluvial coklat keabu-abuan Gabungan tanah alluvial abu-abu dan tanah humic abu-abu Gabungan tanah alluvial abu-abu dan tanah humic rendah abu-abu Gabungan tanah hydromorphic abu-abu dan planosol coklat keabuabuan Planosol coklat keabu-abuan Gabungan tanah litosol dan tanah mediteranian merah Regosol abu-abu Regosol abu-abu Kompleks regosol abu-abu dan litosol Regosol coklat Regosol coklat Regosol coklat kekuning-kuningan Regosol abu-abu kekuning-kuningan Kompleks regosol dan litosol Andosol coklat Andosol coklat Andosol coklat kekuning-kuningan Gabungan andosol coklat dan regosol coklat Kompleks rensinas, litosol dan tanh hutan coklat Grumusol abu-abu Grumusol abu-abu hitam Kompleks grumusol, regosol dan tanah mediteranian Kompleks tanah mediteranian coklat dan litosol Gabungan tanah mediteranian dan grumusol Gabungan tanah mediteranian coklat kemerahan dan litosol Latosol coklat Latosol coklat kemerahan Latosol coklat hitam kemerahan Latosol coklat kekuningan Latosol merah Latosol merah kekuningan Gabungan latosol coklat dan regosol abu-abu Gabungan latosol coklat kekuningan dan latosol coklat Gabungan latosol coklat kemerahan dan latosol coklat Gabungan latosol merah, latosol coklat kemerahan dan litosol Kompleks latosol merah dan latosol coklat kemerahan Kompleks latosol merah kekuningan, latosol coklat kemerahan dan litosol Kompleks latosol coklat kemerahan dan litosol Kompleks litosol merah kekuningan, latosol coklat dan tanah podsolik merah kekuningan dan litosol Tanah podsolik merah kuning Tanah podsolik merah kekuningan Tanah podsolik merah
Nilai 0,301 0,156 0,259 0,315 0,193 0,205 0,202 0,301 0,251 0,215 0,296 0,304 0,172 0,271 0,346 0,331 0,301 0,302 0,278 0,272 0,223 0,271 0,157 0,176 0,187 0,201 0,323 0,273 0,188 0,175 0,121 0,058 0,082 0,075 0,054 0,186 0,091 0,067 0,062 0,061 0,064 0,075 0,116 0,107 0,166 0,158
99
47 48 49 50
Gabungan podsolik kuning dan hydromorphic abu-abu Gabungan tanah podsolik kuning dan regosol Kompleks tanah podsolik kuning, podsolik merah kekuningan dan regosol Kompleks lateritik merah kekuningan dan tanah podsolik merah kekuningan
0,249 0,158 0,175 0,175
Sumber: Puslitbang Pengairan Bandung dalam Sutiyono (2006)
Lampiran 9 Nilai Faktor C dari berbagai tanaman No. 1 2 3 4 5
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
20
21 22 23 24 25 26 27 28
29
30
Jenis Tanaman dan Pengelolaannya Tanah bera tanpa tanaman Sawah irigasi Sawah tadah hujan Tegalan, tanaman tidak spesifik Rumput brachiaria Tahun pertama Tahun kedua Tahun ketiga Ubi kayu Jagung Padi gogo, tegalan, lahan kering Kacang-kacangan Kacang gogo Kacang tanah Kedelai Sorgum Sereh wangi Kentang Pisang Tebu Talas Kebun campuran, tajuk bertingkat, penutup tanah bervariasi Kerapatan tinggi Kerapatan sedang Kerapatan rendah Tanaman perkebunan dengan penutup tanah (permanen) Kerapatan tinggi Kerapatan rendah Reboisasi dengan penutup tanah, tahun pertama Kopi dengan penutup tanah Tanaman bumbu (cabai, jahe) Perladangan berpindah Kolam ikan Lahan kritis, tanpa vegetasi Semak belukar Hutan, hutan alami (primer) berkembang baik Serasah tinggi Serasah sedang Hutan produksi Tebang habis Tebang pilih Kebun produksi (penutup tanah jelek) Karet Teh Kelapa sawit
Nilai 1 0,01 0,05 0,7 0,3 0,02 0,002 0,8 0,64 0,5 0,6 0,16 0,452 0,399 0,242 0,434 0,4 0,6 0,2 0,85 0,1 0,3 0,5 0,1 0,5 0,3 0,2 0,9 0,4 0,001 0,95 0,3 0,001 0,005 0,5 0,2 0,8 0,5 0,5
100
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63
Kelapa Sorgum-sorgum (terus menerus) Padi gogo-jagung (rotasi) + mulsa jerani 2ton/ha dari 10-20 ton/ha pupuk kandang Padi gogo tumpamg sari jagung + ubi kayu dirotasikan dengan kedelai/kacang tanah Padi gogo-jagung + mulsa jagung Padi gogo-jagung (dalam rotasi) Pemukiman Alang-alang permanen Alang-alang dibakar satu kali Semak, lamtoro Sengon dengan semak campuran Sengon tanpa tanaman bawah Kentang ditanam mengikuti lereng Kentang ditanam mengikuti kontur Bawang ditanam dalam kontur Pohon tanpa semak Ubi kayu, tumpang sari dengan kedelai Ubi kayu, tumpang sari dengan kacang tanah Ubi kayu + sorgum (tumpang sari) Ubi kayu + sorgum (tumpang sari) Kacang tanah + kacang gude (tumpang sari) Kacang tanah + kacanag tunggak (tumpang sari) Kacang tanah + mulsa jerami 4 ton/ha Padi gogo + mulsa jerami 4 ton/ha Kacang tanah + mulsa batang jagung 4 ton/ha Kacang tanah, mulsa crotalaria 3 ton/ha Kacang tanah, mulsa kacang tunggak Kacang tanah, mulsa jerami padi 2 ton/ha Padi gogo, mulsa crotalaria 3 ton/ha Padi gogo-jagung-ubi kayu, mulsa jermai 6 ton/ha, setelah padi ditanami kacang tanah Padi gogo-jagung-kacang tanah dalam rotasi dengan sisa tanaman jadi mulsa Padi gogo-jagung-kacang tanah dalam rotasi Padi gogo-jagung-kacang tanah (dalam rotasi dengan mulsa tanaman) Padi gogo-jagung-kacang tanah (tumpang sari)
0,5 0,341 0,03 0,421 0,183 0,209 0,6 0,021 0,2 0,51 0,012 1 1 0,35 0,08 0,32 0,181 0,195 0,345 0,147 0,495 0,571 0,049 0,096 0,128 0,136 0,259 0,377 0,387 0,79 0,347 0,496 0,357 0,588
Sumber: Pusat Penelitian Tanah dalam Arsyad (1989 dan Sutrisno 2002) dan Asdak (1985)
101
Lampiran 10 Nilai Faktor P untuk berbagai tindakan No 1
Tindakan Konservasi Tanaha Teras bangku Konstruksi baik Konstruksi sednag Konstruksi kurang baik Teras tradisional 2 Strip tanaman rumput Bahia 3 Pengolahan tanah menurut garis kontur Kemiringan 0-8% Kemiringan 9-20% Kemiringan lebih dari 20% 4 Tanpa tindakan konservasi Sumber: Arsyad (2000)
Nilai 0,04 0,15 0,35 0,40 0,40 0,50 0,75 0,90 1
102
Lampiran 11 Hasil analisis contoh tanah BALAI PENELITIAN TANAH Jl. Ir. H. Juanda no.98 Bogor Telepon: (0251) 323012 Fax: (0251) 322933 E-mail:
[email protected]
HASIL ANALISIS CONTOH TANAH Nomor Contoh Urut 1 2
Laboratorium
Pengirim
Batas Horison Atasbawah
Terahadap contoh kering 105ْ Bahan Organik Bray Olsen Morgan 1 Walkley&Black Kjeldal C/N) P2O5; K2O P2O5; C N % ppm Ppm
Morgan Ca
Mg
ppm
06.7334
Sub Soil
1,25
0,09
14
4,8
47
184
66
7335
Top Soil
2,20
0,15
15
5,2
89
338
90
Lampiran 12 Data curah hujan bulanan (mm) tahun 1996-2005
103
Tahun Bulan
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
Januari
655
867
397
495
477
604
1235
288
506
447
Februari
478
212
837
334
206
284
518
531
465
796
Maret
463
263
834
403
205
597
754
560
441
863
April
468
524
837
352
483
545
638
366
518
388
Mei
296
439
383
262
346
325
145
295
771
190
Juni
149
85
511
279
104
446
173
137
77
332
Juli
293
10
329
133
267
155
103
12
235
124
Agustus
146
39
280
73
80
190
148
69
0
233
September
180
20
336
43
199
347
15
348
114
362
Oktober
533
24
470
331
67
576
78
581
81
514
November
694
191
282
557
828
1037
254
564
548
519
Desember
288
578
445
264
278
846
682
372
579
571
Sumber: Buku Curah Hujan Kantor Saluran Irigasi dan Curah Hujan Sektor Wanayasa, Purwakarta
104
Lampiran 13 Perhitungan debit Sungai Cibulakan Desa Babakan
d
Ls h9
h1
h4 h3
h6
h7
h8
h5
Keterangan: Ls h1 h2 h3 h4 h5 h6 h7 h8 h9 d
= Lebar sungai = 160 cm = Kedalaman sungai segmen 1= 4,5 cm = Kedalaman sungai segmen 2= 11,1 cm = Kedalaman sungai segmen 3= 12,4 cm = Kedalaman sungai segmen 4= 15 cm = Kedalaman sungai segmen 5= 15,7 cm = Kedalaman sungai segmen 6= 14,9 cm = Kedalaman sungai segmen 7= 17,2 cm = Kedalaman sungai segmen 8= 17 cm = Kedalaman sungai segmen 9= 11,8 cm = Jarak antar segmen = 20 cm
Luas sungai (A) = (h1+h2+h3+...+h9) x Ls = 11,96 cm x 20 cm = 2392 cm² = 0,2392 m²
Kecepatan aliran sungai (V) V1 ulangan 1= 0,23m/s V1 ulangan 1= 0,27m/s V1 ulangan 1= 0,23m/s Rata-rata kecepatan sungai (V) = 0,243m/s
Perhitungan debit sungai (Q) Q=VxA Q = 0,243 m/s x 0,2392 m² Q = 0,0582 m³/s
Lampiran 14 Penentuan model regresi kesediaan membayar kualitas A pada musim hujan No 1 2 3
Y
X1
X2
X3
X4
X5
166,67 100,00 166,67
45 55 76
12 6 3
5.677.584 463.624 1.036.496
64 49 59
4 3 5
X6 21.000 15.000 15.000
105
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
83,33 50,00 116,67 250,00 116,67 83,33 83,33 250,00 116,67 83,33 41,67 166,67 166,67 166,67 141,67 83,33 16,67 166,67 166,67 50,00 133,33 41,67 83,33 166,67 125,00 91,67 83,33 166,67 166,67 166,67 83,33 100,00 100,00 91,67 100,00 83,33 150,00 116,67 166,67 125,00 100,00 166,67 166,67 83,33 41,67 100,00 25,00 41,67 166,67 16,67 50,00 100,00 125,00 116,67 83,33 83,33 166,67
55 47 48 48 53 41 68 49 63 39 61 42 41 66 60 35 31 70 51 50 82 71 41 46 56 28 43 52 55 55 27 44 60 69 42 60 40 42 32 55 24 30 25 37 28 30 33 51 56 36 31 35 36 40 36 32 62
6 6 6 16 12 12 6 12 0 6 0 6 6 6 6 7 13 12 9 6 6 6 6 6 6 16 14 6 6 12 6 6 6 6 12 8 12 6 6 6 6 15 12 12 12 12 6 9 14 12 6 15 14 12 16 12 12
1.230.708 563.667 467.625 4.336.667 1.782.827 1.149.908 1.034.677 1.996.042 971.659 967.180 1.267.927 1.590.917 1.618.750 4.027.649 11.170.532 1.190.496 154.234 1.541.175 343.080 732.799 2.462.933 618.550 559.374 1.130.640 954.375 1.567.378 3.170.688 940.000 2.250.000 2.000.000 1.350.000 450.000 2.380.000 1.100.000 2.610.000 600.000 1.100.000 950.000 1.000.000 550.000 1.100.000 2.100.000 3.750.000 1.510.000 900.000 500.000 1.500.000 850.000 4.200.000 2.500.000 900.000 1.880.000 1.335.000 500.000 1.416.667 2.100.000 1.347.000
53 46 56 49 56 54 53 55 53 50 50 57 51 59 60 57 58 54 49 49 52 54 54 66 58 69 64 63 50 46 62 64 63 65 59 64 56 58 57 58 48 55 55 62 42 48 57 50 47 69 58 54 51 64 71 40 57
4 6 8 5 5 4 2 4 5 4 2 3 6 8 4 3 3 2 6 4 5 2 4 5 4 5 4 4 3 4 7 5 8 6 7 1 5 4 3 2 4 4 4 5 2 3 3 3 6 3 3 3 3 5 4 3 5
17.280 22.500 25.500 27.000 15.000 18.750 5.000 20.400 20.000 15.000 6.000 6.720 12.000 30.000 15.000 6.000 6.300 7.500 18.000 7.800 9.500 4.000 15.000 14.000 10.000 18.000 15.000 11.000 15.000 20.000 15.000 20.000 17.520 15.000 18.500 4.000 12.000 15.000 15.000 7.500 15.000 22.000 20.000 15.000 4.800 15.000 16.600 15.000 26.000 18.000 15.000 15.000 15.000 20.000 10.000 10.000 15.000
Y = WTP air kualitas A (Rp/ltr) X1 = Umur (tahun) X2 = Pendidikan (tahun) X3 = Pendapatan (Rp/RT/bln) X4 = Pengetahuan (skore) X5 = Jumlah pengguna air ( orang) X6 = Kebutuhan air (ltr/RT/bln)
Stepwise Regression: Y versus ln X1, ln X2, ln X3, ln X4, ln X5, ln X6 Backward elimination.
Alpha-to-Remove: 0,1
106
Response is wtp on 6 predictors, with N = 60 Step Constant
1 -525,9
2 -568,1
3 -691,9
4 -653,7
ln X1 T-Value P-Value
55 2,50 0,015
55 2,59 0,012
55 2,57 0,013
43 2,17 0,034
ln X2 T-Value P-Value
18 1,46 0,150
18 1,46 0,151
17 1,42 0,160
ln X3 T-Value P-Value
17,8 2,06 0,044
17,7 2,07 0,044
17,4 2,05 0,046
19,9 2,37 0,021
ln X4 T-Value P-Value
-36 -0,73 0,468
-34 -0,70 0,490
ln X5 T-Value P-Value
7 0,30 0,762
ln X6 T-Value P-Value
29 1,52 0,134
34 2,55 0,014
33 2,54 0,014
34 2,60 0,012
S R-Sq R-Sq(adj) Mallows C-p
44,9 32,27 24,60 7,0
44,5 32,15 25,87 5,1
44,3 31,54 26,56 3,6
44,7 29,02 25,22 3,5
Regression Analysis: wtp versus ln X1r; ln X3; ln X6 The regression equation is Y = - 654 + 42,8 ln X1 + 19,9 ln X3 + 34,2 ln X6 Predictor Constant ln X1 ln X3 ln X6 S = 44,7412
Coef -653,7 42,81 19,875 34,17
SE Coef 161,1 19,74 8,402 13,16
R-Sq = 29,0%
T -4,06 2,17 2,37 2,60
P 0,000 0,034 0,021 0,012
VIF 1,0 1,1 1,1
R-Sq(adj) = 25,2%
Analysis of Variance Source
DF
SS
MS
F
P
107
Regression Residual Error Total Source ln X1 ln X3 ln X6
DF 1 1 1
3 56 59
45835 112100 157934
15278 2002
7,63
0,000
Seq SS 8347 23990 13497
Unusual Observations Obs 11 53
ln X1 3,89 3,58
Y 250,00 16,67
Fit 140,28 127,28
SE Fit 8,21 9,24
Residual 109,72 -110,61
St Resid 2,49R -2,53R
R denotes an observation with a large standardized residual. Durbin-Watson statistic = 1,64656
Residual Plots for wtp Residual Plots for wtp Normal Probability Plot of the Residuals
Residuals Versus the Fitted Values 80
99,9
40
90
Residual
Percent
99
50 10
0 -40
1 0,1
-100
-50
0 Residual
50
-80
100
Histogram of the Residuals
40
60
80 Fitted Value
100
120
Residuals Versus the Order of the Data 80 40
9
Residual
Frequency
12
6 3 0
-60
-30
0 30 Residual
60
0 -40 -80
1 5
10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 Observation Order
Lampiran 15 Penentuan model regersi kesediaan membayar untuk kualitas B pda musim hujan No Y
X1
X2
X3
X4 X5 X6
108
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
116,67 83,33 100,00 50,00 41,67 83,33 166,67 83,33 50,00 33,33 166,67 83,33 50,00 16,67 83,33 83,33 83,33 66,67 50,00 12,50 125,00 83,33 41,67 83,33 16,67 50,00 83,33 83,33 75,00 75,00 83,33 83,33 125,00 50,00 50,00 91,67 66,67 50,00 50,00 83,33 83,33 100,00 83,33 83,33 83,33 83,33 66,67 16,67 83,33 16,67 25,00 166,67 11,67 33,33 66,67 83,33 83,33 33,33 50,00 83,33
45 55 76 55 47 48 48 53 41 68 49 63 39 61 42 41 66 60 35 31 70 51 50 82 71 41 46 56 28 43 52 55 55 27 44 60 69 42 60 40 42 32 55 24 30 25 37 28 30 33 51 56 36 31 35 36 40 36 32 62
12 6 3 6 6 6 16 12 12 6 12 0 6 0 6 6 6 6 7 13 12 9 6 6 6 6 6 6 16 14 6 6 12 6 6 6 6 12 8 12 6 6 6 6 15 12 12 12 12 6 9 14 12 6 15 14 12 16 12 12
5.677.584 463.624 1.036.496 1.230.708 563.667 467.625 4.336.667 1.782.827 1.149.908 1.034.677 1.996.042 971.659 967.180 1.267.927 1.590.917 1.618.750 4.027.649 11.170.532 1.190.496 154.234 1.541.175 343.080 732.799 2.462.933 618.550 559.374 1.130.640 954.375 1.567.378 3.170.688 940.000 2.250.000 2.000.000 1.350.000 450.000 2.380.000 1.100.000 2.610.000 600.000 1.100.000 950.000 1.000.000 550.000 1.100.000 2.100.000 3.750.000 1.510.000 900.000 500.000 1.500.000 850.000 4.200.000 2.500.000 900.000 1.880.000 1.335.000 500.000 1.416.667 2.100.000 1.347.000
64 49 59 53 46 56 49 56 54 53 55 53 50 50 57 51 59 60 57 58 54 49 49 52 54 54 66 58 69 64 63 50 46 62 64 63 65 59 64 56 58 57 58 48 55 55 62 42 48 57 50 47 69 58 54 51 64 71 40 57
4 3 5 4 6 8 5 5 4 2 4 5 4 2 3 6 8 4 3 3 2 6 4 5 2 4 5 4 5 4 4 3 4 7 5 8 6 7 1 5 4 3 2 4 4 4 5 2 3 3 3 6 3 3 3 3 5 4 3 5
21.000 15.000 15.000 17.280 22.500 25.500 27.000 15.000 18.750 5.000 20.400 20.000 15.000 6.000 6.720 12.000 30.000 15.000 6.000 6.300 7.500 18.000 7.800 9.500 4.000 15.000 14.000 10.000 18.000 15.000 11.000 15.000 20.000 15.000 20.000 17.520 15.000 18.500 4.000 12.000 15.000 15.000 7.500 15.000 22.000 20.000 15.000 4.800 15.000 16.600 15.000 26.000 18.000 15.000 15.000 15.000 20.000 10.000 10.000 15.000
Y = WTP air kualitas B (Rp/ltr) X1 = Umur (tahun) X2 = Pendidikan (tahun) X3 = Pendapatan (Rp/RT/bln) X4 = Pengetahuan (skore) X5 = Jumlah pengguna air ( orang) X6 = Kebutuhan air (ltr/RT/bln)
Stepwise Regression: Y versus X1,X2,X3, X4,X5,X6
109
Backward elimination.
Alpha-to-Remove: 0,1
Response is wtp on 6 predictors, with N = 60 Step Constant
1 4,3475
2 3,8785
3 -0,9015
4 -36,4057
X1 T-Value P-Value
0,90 2,87 0,006
0,90 2,95 0,005
0,95 3,20 0,002
0,94 3,17 0,002
X2 T-Value P-Value
2,6 2,36 0,022
2,6 2,40 0,020
2,8 2,60 0,012
2,7 2,53 0,014
X3 T-Value P-Value
0,00000 0,71 0,478
0,00000 0,71 0,480
X4 T-Value P-Value
-0,71 -1,21 0,233
-0,69 -1,22 0,227
-0,66 -1,17 0,247
X5 T-Value P-Value
0,5 0,14 0,892
X6 T-Value P-Value
0,00246 2,59 0,012
0,00255 3,72 0,000
0,00269 4,13 0,000
0,00268 4,10 0,000
29,0 38,31 31,33 7,0
28,7 38,29 32,58 5,0
28,6 37,71 33,18 3,5
28,7 36,16 32,74 2,8
S R-Sq R-Sq(adj) Mallows C-p
Regression Analysis: Y versus X1; X2; X6 The regression equation is Y = - 36,4 + 0,945 X1 + 2,70 X2 + 0,00268 X6 Predictor Constant X1 X2 X6
S = 28,7141
Coef -36,41 0,9449 2,698 0,0026787
SE Coef 21,63 0,2982 1,068 0,0006535
R-Sq = 36,2%
Analysis of Variance
T -1,68 3,17 2,53 4,10
P 0,098 0,002 0,014 0,000
R-Sq(adj) = 32,7%
VIF 1,2 1,3 1,0
110
Source Regression Residual Error Total Source X1 X2 X6
DF 1 1 1
DF 3 56 59
SS 26154,0 46171,9 72326,0
MS 8718,0 824,5
F 10,57
P 0,000
Seq SS 3021,5 9281, 13851,4
Unusual Observations Obs 11 53
X1 49,0 36,0
wtp 166,67 11,67
Fit 96,91 78,20
SE Fit 5,99 5,33
Residual 69,76 -66,53
St Resid 2,48R -2,36R
R denotes an observation with a large standardized residual. Durbin-Watson statistic = 1,94576
Residual Plots for wtp Residual Plots for wtp Normal Probability Plot of the Residuals
Residuals Versus the Fitted Values 80
99,9
40
90
Residual
Percent
99
50 10
0 -40
1 0,1
-100
-50
0 Residual
50
-80
100
Histogram of the Residuals
40
60
80 Fitted Value
100
120
Residuals Versus the Order of the Data 80
9
Residual
Frequency
12
6
0 -40
3 0
40
-60
-30
0 30 Residual
60
-80
1 5
10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 Observation Order
Lampiran 16 Penentuan model regresi kesediaan membayar C pada musim hujan
untuk kualitas
111
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Y 83,33 50,00 83,33 33,33 16,67 33,33 83,33 41,67 33,33 16,67 83,33 0,00 33,33 8,33 33,33 33,33 0,00 8,33 16,67 8,33 16,67 50,00 16,67 16,67 8,33 16,67 41,67 33,33 58,33 33,33 33,33 33,33 83,33 16,67 25,00 83,33 16,67 16,67 41,67 50,00 50,00 50,00 33,33 33,33 16,67 50,00 50,00 8,33 16,67 8,33 8,33 166,67 8,33 16,67 50,00 16,67 0,00 8,33 33,33 16,67
X1 45 55 76 55 47 48 48 53 41 68 49 63 39 61 42 41 66 60 35 31 70 51 50 82 71 41 46 56 28 43 52 55 55 27 44 60 69 42 60 40 42 32 55 24 30 25 37 28 30 33 51 56 36 31 35 36 40 36 32 62
X2 12 6 3 6 6 6 16 12 12 6 12 0 6 0 6 6 6 6 7 13 12 9 6 6 6 6 6 6 16 14 6 6 12 6 6 6 6 12 8 12 6 6 6 6 15 12 12 12 12 6 9 14 12 6 15 14 12 16 12 12
X3 5.677.584 463.624 1.036.496 1.230.708 563.667 467.625 4.336.667 1.782.827 1.149.908 1.034.677 1.996.042 971.659 967.180 1.267.927 1.590.917 1.618.750 4.027.649 11.170.532 1.190.496 154.234 1.541.175 343.080 732.799 2.462.933 618.550 559.374 1.130.640 954.375 1.567.378 3.170.688 940.000 2.250.000 2.000.000 1.350.000 450.000 2.380.000 1.100.000 2.610.000 600.000 1.100.000 950.000 1.000.000 550.000 1.100.000 2.100.000 3.750.000 1.510.000 900.000 500.000 1.500.000 850.000 4.200.000 2.500.000 900.000 1.880.000 1.335.000 500.000 1.416.667 2.100.000 1.347.000
X4 64 49 59 53 46 56 49 56 54 53 55 53 50 50 57 51 59 60 57 58 54 49 49 52 54 54 66 58 69 64 63 50 46 62 64 63 65 59 64 56 58 57 58 48 55 55 62 42 48 57 50 47 69 58 54 51 64 71 40 57
X5 4 3 5 4 6 8 5 5 4 2 4 5 4 2 3 6 8 4 3 3 2 6 4 5 2 4 5 4 5 4 4 3 4 7 5 8 6 7 1 5 4 3 2 4 4 4 5 2 3 3 3 6 3 3 3 3 5 4 3 5
X6 21.000 15.000 15.000 17.280 22.500 25.500 27.000 15.000 18.750 5.000 20.400 20.000 15.000 6.000 6.720 12.000 30.000 15.000 6.000 6.300 7.500 18.000 7.800 9.500 4.000 15.000 14.000 10.000 18.000 15.000 11.000 15.000 20.000 15.000 20.000 17.520 15.000 18.500 4.000 12.000 15.000 15.000 7.500 15.000 22.000 20.000 15.000 4.800 15.000 16.600 15.000 26.000 18.000 15.000 15.000 15.000 20.000 10.000 10.000 15.000
Y = WTP air kualitas C (Rp/ltr) X1 = Umur (tahun) X2 = Pendidikan (tahun) X3 = Pendapatan (Rp/RT/bln) X4 = Pengetahuan (skore) X5 = Jumlah pengguna air ( orang) X6 = Kebutuhan air (ltr/RT/bln)
Stepwise Regression: Y versus ln X1, ln X2, ln X3, ln X4, ln X5, ln X6
112
Backward elimination.
Alpha-to-Remove: 0,1
Response is wtp on 6 predictors, with N = 60 Step Constant
1 -183,6
2 -184,3
3 -315,0
4 -272,4
ln X1 T-Value P-Value
22 1,68 0,099
22 1,71 0,093
21 1,65 0,105
24 1,91 0,062
ln X2 T-Value P-Value
14,3 2,00 0,051
14,3 2,02 0,049
13,8 1,93 0,058
15,5 2,22 0,030
Ln X3 T-Value P-Value
6,5 1,27 0,210
6,5 1,28 0,205
6,2 1,22 0,228
ln X4 T-Value P-Value
-36 -1,22 0,228
-36 -1,25 0,217
ln X5 T-Value P-Value
0 0,01 0,993
ln X6 T-Value P-Value
16,4 1,45 0,153
16,5 2,14 0,037
16,1 2,07 0,043
19,1 2,59 0,012
S R-Sq R-Sq(adj) Mallows C-p
26,4 24,37 15,81 7,0
26,2 24,37 17,37 5,0
26,3 22,19 16,53 4,5
26,4 20,08 15,80 4,0
Regression Analysis: wtp versus ln X2; ln X6 The regression equation is Y = - 162 + 10,6 ln X2 + 18,2 ln X6 Predictor Constant ln X2 ln X6
Coef -162,49 10,551 18,233
S = 27,0501
R-Sq = 14,9%
Analysis of Variance
SE Coef 70,69 6,634 7,527
T -2,30 1,59 2,42
P 0,025 0,117 0,019
R-Sq(adj) = 11,9%
VIF 1,0 1,0
113
Source Regression Residual Error Total Source ln X1 ln X6
DF 2 57 59
DF 1 1
SS 7300,6 41707,4 49008,0
MS 3650,3 731,7
F 4,99
P 0,010
Seq SS 3006,5 4294,1
Unusual Observations Obs 3 12 14 52
ln X1 1,39 0,00 0,00 2,71
wtp 83,33 0,00 8,33 166,67
Fit 27,47 18,09 -3,87 51,44
SE Fit 6,46 15,62 15,11 6,56
Residual 55,86 -18,09 12,20 115,23
St Resid 2,13R -0,82 X 0,54 X 4,39R
R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence. Durbin-Watson statistic = 2,06623 Residual Plots for wtp Normal Probability Plot of the Residuals
Residuals Versus the Fitted Values
99,9
100
90
Residual
Percent
99
50 10 1
-100
-50
0 Residual
50
100
0
Histogram of the Residuals
15
30 Fitted Value
45
60
Residuals Versus the Order of the Data
20
100
15
Residual
Frequency
0 -50
0,1
10 5 0
50
50 0 -50
-40
0
40 Residual
80
120
1 5
10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 Observation Order
114
Lampiran 17 Penentuan model regresi kesediaan membayar kualitas A pada musim kemarau No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Y 333,33 166,67 183,33 166,67 58,33 166,67 500,00 133,33 166,67 116,67 250,00 166,67 83,33 50,00 250,00 200,00 216,67 333,33 166,67 33,33 250,00 166,67 83,33 150,00 66,67 100,00 166,67 133,33 108,33 100,00 166,67 200,00 200,00 166,67 116,67 100,00 100,00 166,67 166,67 200,00 166,67 216,67 166,67 166,67 250,00 333,33 166,67 83,33 133,33 41,67 41,67 166,67 83,33 116,67 166,67 125,00 133,33 116,67 116,67 166,67
X1 45 55 76 55 47 48 48 53 41 68 49 63 39 61 42 41 66 60 35 31 70 51 50 82 71 41 46 56 28 43 52 55 55 27 44 60 69 42 60 40 42 32 55 24 30 25 37 28 30 33 51 56 36 31 35 36 40 36 32 62
X2 12 6 3 6 6 6 16 12 12 6 12 0 6 0 6 6 6 6 7 13 12 9 6 6 6 6 6 6 16 14 6 6 12 6 6 6 6 12 8 12 6 6 6 6 15 12 12 12 12 6 9 14 12 6 15 14 12 16 12 12
X3 5.677.584 463.624 1.036.496 1.230.708 563.667 467.625 4.336.667 1.782.827 1.149.908 1.034.677 1.996.042 971.659 967.180 1.267.927 1.590.917 1.618.750 4.027.649 11.170.532 1.190.496 154.234 1.541.175 343.080 732.799 2.462.933 618.550 559.374 1.130.640 954.375 1.567.378 3.170.688 940.000 2.250.000 2.000.000 1.350.000 450.000 2.380.000 1.100.000 2.610.000 600.000 1.100.000 950.000 1.000.000 550.000 1.100.000 2.100.000 3.750.000 1.510.000 900.000 500.000 1.500.000 850.000 4.200.000 2.500.000 900.000 1.880.000 1.335.000 500.000 1.416.667 2.100.000 1.347.000
X4 64 49 59 53 46 56 49 56 54 53 55 53 50 50 57 51 59 60 57 58 54 49 49 52 54 54 66 58 69 64 63 50 46 62 64 63 65 59 64 56 58 57 58 48 55 55 62 42 48 57 50 47 69 58 54 51 64 71 40 57
X5 4 3 5 4 6 8 5 5 4 2 4 5 4 2 3 6 8 4 3 3 2 6 4 5 2 4 5 4 5 4 4 3 4 7 5 8 6 7 1 5 4 3 2 4 4 4 5 2 3 3 3 6 3 3 3 3 5 4 3 5
X6 21.000 15.000 15.000 17.280 22.500 25.500 27.000 15.000 18.750 5.000 20.400 20.000 15.000 6.000 6.720 12.000 28.000 15.000 6.000 6.300 5.250 18.000 6.500 9.500 3.000 10.000 16.000 10.000 20.000 15.000 10.000 15.000 20.000 15.000 20.000 17.520 15.000 18.500 2.000 10.000 15.000 15.000 7.500 10.000 22.000 20.000 16.000 3.600 16.000 18.000 15.000 26.000 15.000 9.000 15.000 15.000 20.000 7.500 10.000 19.000
Stepwise Regression: Y versus X1,X2,X3,X4,X5,X6
Y = WTP air kualitas A (Rp/ltr) X1 = Umur (tahun) X2 = Pendidikan (tahun) X3 = Pendapatan (Rp/RT/bln) X4 = Pengetahuan (skore) X5 = Jumlah pengguna air ( orang) X6 = Kebutuhan air (ltr/RT/bln)
115
Backward elimination.
Alpha-to-Remove: 0,1
Response is wtp on 6 predictors, with N = 60 Step Constant
1 96,72
2 112,28
3 84,26
X1 T-Value P-Value
0,26 0,37 0,711
X2 T-Value P-Value
1,7 0,68 0,502
1,4 0,58 0,566
1,2 0,54 0,593
X3 T-Value P-Value
0,00002 4,23 0,000
0,00002 4,45 0,000
X4 T-Value P-Value
-0,5 -0,40 0,693
-0,5 -0,41 0,683
X5 T-Value P-Value
-6,3 -0,80 0,427
X6 T-Value P-Value S R-Sq R-Sq(adj) Mallows C-p
4 94,31
5 79,97
0,00002 4,46 0,000
0,00002 4,57 0,000
0,00003 4,66 0,000
-6,1 -0,78 0,440
-6,9 -0,92 0,364
-7,9 -1,09 0,280
0,0035 1,73 0,090
0,0035 1,72 0,092
0,0036 1,83 0,072
0,0040 2,10 0,040
0,0026 1,83 0,073
66,2 39,10 32,21 7,0
65,7 38,94 33,29 5,1
65,2 38,75 34,30 3,3
64,8 38,43 35,13 1,6
64,9 37,12 34,92 0,7
Regression Analysis: Y versus X3 The regression equation is Y = 113 + 0,000028 X3
Predictor Constant X3
S = 66,1848
Coef 112,67 0,00002807
SE Coef 12,26 0,00000520
R-Sq = 33,4%
Analysis of Variance
T 9,19 5,40
P 0,000 0,000
R-Sq(adj) = 32,3%
116
Source Regression Residual Error Total
DF 1 58 59
SS 127614 254065 381678
MS 127614 4380
F 29,13
P 0,000
Unusual Observations Obs 1 7 18
X3 5677584 4336667 11170532
wtp 333,33 500,00 333,33
Fit 272,07 234,42 426,28
SE Fit 22,43 16,20 50,04
Residual 61,26 265,58 -92,95
St Resid 0,98 X 4,14R -2,15RX
R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence.
Residual Plots for wtp Normal Probability Plot of the Residuals
Residuals Versus the Fitted Values 300
99,9
200
90
Residual
Percent
99
50 10 1 0,1
-100
0 100 Residual
200
100
200
300 Fitted Value
400
Residuals Versus the Order of the Data 300
16
200
12
Residual
Frequency
0 -100
-200
Histogram of the Residuals
8 4 0
100
100 0 -100
-100 -50
0
50 100 Residual
150
200
250
1 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 Observation Order
Lampiran 18 Penentuan model regresi ksediaan membayar kualitas B pada musim kemarau
117
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Y 250,00 116,67 116,67 116,67 50,00 116,67 250,00 100,00 116,67 66,67 166,67 100,00 66,67 33,33 166,67 166,67 133,33 250,00 125,00 25,00 166,67 125,00 66,67 100,00 33,33 66,67 125,00 100,00 83,33 83,33 125,00 100,00 166,67 125,00 83,33 91,67 83,33 83,33 116,67 150,00 150,00 166,67 133,33 116,67 166,67 250,00 133,33 33,33 100,00 33,33 25,00 166,67 33,33 83,33 83,33 83,33 83,33 100,00 100,00 83,33
X1 45 55 76 55 47 48 48 53 41 68 49 63 39 61 42 41 66 60 35 31 70 51 50 82 71 41 46 56 28 43 52 55 55 27 44 60 69 42 60 40 42 32 55 24 30 25 37 28 30 33 51 56 36 31 35 36 40 36 32 62
X2 12 6 3 6 6 6 16 12 12 6 12 0 6 0 6 6 6 6 7 13 12 9 6 6 6 6 6 6 16 14 6 6 12 6 6 6 6 12 8 12 6 6 6 6 15 12 12 12 12 6 9 14 12 6 15 14 12 16 12 12
X3 5.677.584 463.624 1.036.496 1.230.708 563.667 467.625 4.336.667 1.782.827 1.149.908 1.034.677 1.996.042 971.659 967.180 1.267.927 1.590.917 1.618.750 4.027.649 11.170.532 1.190.496 154.234 1.541.175 343.080 732.799 2.462.933 618.550 559.374 1.130.640 954.375 1.567.378 3.170.688 940.000 2.250.000 2.000.000 1.350.000 450.000 2.380.000 1.100.000 2.610.000 600.000 1.100.000 950.000 1.000.000 550.000 1.100.000 2.100.000 3.750.000 1.510.000 900.000 500.000 1.500.000 850.000 4.200.000 2.500.000 900.000 1.880.000 1.335.000 500.000 1.416.667 2.100.000 1.347.000
X4 64 49 59 53 46 56 49 56 54 53 55 53 50 50 57 51 59 60 57 58 54 49 49 52 54 54 66 58 69 64 63 50 46 62 64 63 65 59 64 56 58 57 58 48 55 55 62 42 48 57 50 47 69 58 54 51 64 71 40 57
X5 4 3 5 4 6 8 5 5 4 2 4 5 4 2 3 6 8 4 3 3 2 6 4 5 2 4 5 4 5 4 4 3 4 7 5 8 6 7 1 5 4 3 2 4 4 4 5 2 3 3 3 6 3 3 3 3 5 4 3 5
X6 21.000 15.000 15.000 17.280 22.500 25.500 27.000 15.000 18.750 5.000 20.400 20.000 15.000 6.000 6.720 12.000 28.000 15.000 6.000 6.300 5.250 18.000 6.500 9.500 3.000 10.000 16.000 10.000 20.000 15.000 10.000 15.000 20.000 15.000 20.000 17.520 15.000 18.500 2.000 10.000 15.000 15.000 7.500 10.000 22.000 20.000 16.000 3.600 16.000 18.000 15.000 26.000 15.000 9.000 15.000 15.000 20.000 7.500 10.000 19.000
Stepwise Regression:Y versus X1,X2,X3,X4,X5,X6
Y = WTP air kualitas B (Rp/ltr) X1 = Umur (tahun) X2 = Pendidikan (tahun) X3 = Pendapatan (Rp/RT/bln) X4 = Pengetahuan (skore) X5 = Jumlah pengguna air ( orang) X6 = Kebutuhan air
(ltr/RT/bln)
118
Backward elimination.
Alpha-to-Remove: 0,1
Response is wtp on 6 predictors, with N = 60
Step Constant
1 77,83
2 80,56
3 72,62
4 71,21
X1 T-Value P-Value
-0,17 -0,37 0,715
-0,20 -0,47 0,638
-0,20 -0,47 0,643
-0,22 -0,53 0,600
X2 T-Value P-Value
0,3 0,15 0,882 0,00002 4,82 0,000
0,00002 4,88 0,000
X3 0,00002 T-Value 4,68 P-Value 0,000
5 60,66
6 79,15
0,00002 4,97 0,000
0,00002 4,98 0,000
0,00002 5,68 0,000
X4 T-Value P-Value
-0,16 -0,18 0,862
-0,15 -0,16 0,871
X5 T-Valu P-Value
-0,9 -0,18 0,860
-1,1 -0,21 0,831
-1,3 -0,26 0,794
X6 0,00157 T-Value 1,13 P-Value 0,263
0,00162 1,22 0,228
0,00166 1,27 0,208
0,00143 1,48 0,144
0,00148 1,55 0,127
S 44,7 R-Sq 38,79 R-Sq(adj) 31,86 Mallows C-p 7,0
44,3 38,76 33,09 5,0
43,9 38,73 34,28 3,0
43,6 38,66 35,37 1,1
43,3 38,35 36,19 -0,6
Regression Analysis: Y versus X3 The regression equation is Y= 79,1 + 0,000020 X3
Predictor Constant phsln
S = 43,8098
Coef 79,149 0,00001956
SE Coef 8,117 0,00000344
R-Sq = 35,8%
Analysis of Variance
T 9,75 5,68
P 0,000 0,000
R-Sq(adj) = 34,6%
43,8 35,75 34,64 -0,4
119
Source Regression Residual Error Total
DF 1 58 59
SS 61946 111319 173265
MS 61946 1919
F 32,28
P 0,000
Unusual Observations Obs 1 7 18 46 53
phsln 5677584 4336667 11170532 3750000 2500000
wtp 250,00 250,00 250,00 250,00 33,33
Fit 190,20 163,98 297,65 152,50 128,05
SE Fit 14,85 10,72 33,13 9,07 6,30
Residual 59,80 86,02 -47,65 97,50 -94,72
St Resid 1,45 X 2,03R -1,66 X 2,27R -2,18R
R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence.
Residual Plots for wtp Normal Probability Plot of the Residuals
Residuals Versus the Fitted Values
99,9
100
90
Residual
Percent
99
50 10 1 0,1
0 -50 -100
-100
0 Residual
100
100
Histogram of the Residuals
100
12
50
8 4 0
150 200 Fitted Value
250
300
Residuals Versus the Order of the Data
16
Residual
Frequency
50
0 -50 -100
-100
-50
0 Residual
50
100
1 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 Observation Order
Lampiran 19 Penentuan model regresi kesediaan membayar kualitas C pada musim kemarau No 1 2
Y 250,00 116,67
X1 45 55
X2 12 6
X3 5.677.584 463.624
X4 64 49
X5 4 3
X6 21.000 15.000
120
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
116,67 116,67 50,00 116,67 250,00 100,00 116,67 66,67 166,67 100,00 66,67 33,33 166,67 166,67 133,33 250,00 125,00 25,00 166,67 125,00 66,67 100,00 33,33 66,67 125,00 100,00 83,33 83,33 125,00 100,00 166,67 125,00 83,33 91,67 83,33 83,33 116,67 150,00 150,00 166,67 133,33 116,67 166,67 250,00 133,33 33,33 100,00 33,33 25,00 166,67 33,33 83,33 83,33 83,33 83,33 100,00 100,00 83,33
76 55 47 48 48 53 41 68 49 63 39 61 42 41 66 60 35 31 70 51 50 82 71 41 46 56 28 43 52 55 55 27 44 60 69 42 60 40 42 32 55 24 30 25 37 28 30 33 51 56 36 31 35 36 40 36 32 62
3 6 6 6 16 12 12 6 12 0 6 0 6 6 6 6 7 13 12 9 6 6 6 6 6 6 16 14 6 6 12 6 6 6 6 12 8 12 6 6 6 6 15 12 12 12 12 6 9 14 12 6 15 14 12 16 12 12
1.036.496 1.230.708 563.667 467.625 4.336.667 1.782.827 1.149.908 1.034.677 1.996.042 971.659 967.180 1.267.927 1.590.917 1.618.750 4.027.649 11.170.532 1.190.496 154.234 1.541.175 343.080 732.799 2.462.933 618.550 559.374 1.130.640 954.375 1.567.378 3.170.688 940.000 2.250.000 2.000.000 1.350.000 450.000 2.380.000 1.100.000 2.610.000 600.000 1.100.000 950.000 1.000.000 550.000 1.100.000 2.100.000 3.750.000 1.510.000 900.000 500.000 1.500.000 850.000 4.200.000 2.500.000 900.000 1.880.000 1.335.000 500.000 1.416.667 2.100.000 1.347.000
59 53 46 56 49 56 54 53 55 53 50 50 57 51 59 60 57 58 54 49 49 52 54 54 66 58 69 64 63 50 46 62 64 63 65 59 64 56 58 57 58 48 55 55 62 42 48 57 50 47 69 58 54 51 64 71 40 57
5 4 6 8 5 5 4 2 4 5 4 2 3 6 8 4 3 3 2 6 4 5 2 4 5 4 5 4 4 3 4 7 5 8 6 7 1 5 4 3 2 4 4 4 5 2 3 3 3 6 3 3 3 3 5 4 3 5
15.000 17.280 22.500 25.500 27.000 15.000 18.750 5.000 20.400 20.000 15.000 6.000 6.720 12.000 28.000 15.000 6.000 6.300 5.250 18.000 6.500 9.500 3.000 10.000 16.000 10.000 20.000 15.000 10.000 15.000 20.000 15.000 20.000 17.520 15.000 18.500 2.000 10.000 15.000 15.000 7.500 10.000 22.000 20.000 16.000 3.600 16.000 18.000 15.000 26.000 15.000 9.000 15.000 15.000 20.000 7.500 10.000 19.000
Y = WTP air kualitas C (Rp/ltr) X1 = Umur (tahun) X2 = Pendidikan (tahun) X3 = Pendapatan (Rp/RT/bln) X4 = Pengetahuan (skore) X5 = Jumlah pengguna air ( orang) X6 = Kebutuhan air (ltr/RT/bln)
121 Stepwise Regression: Y vesrsu X1,X2,X3,X4,X5,X6 Backward elimination. Alpha-to-Remove: 0,1 Response is wtp on 6 predictors, with N = 60 Step Constant
1 47,60
2 47,55
3 44,25
4 24,98
5 31,21
X1 T-Value P-Value
-0,06 -0,16 0,875
-0,06 -0,16 0,874
X2 T-Value P-Value
1,4 1,05 0,298
X3 0,00001 T-Value 4,05 P-Value 0,000
1,4 1,09 0,279
1,5 1,31 0,195
1,4 1,28 0,204
1,4 1,26 0,213
0,00001 4,24 0,000
0,00001 4,33 0,000
0,00001 4,33 0,000
0,00001 4,50 0,000
0,00001 4,79 0,000
33,0 30,26 27,82 -0,4
33,1 28,32 27,09 -0,9
X4 T-Value P-Value
-0,38 -0,55 0,586
-0,38 -0,56 0,577
-0,38 -0,56 0,575
X5 T-Value P-Value
1,8 0,45 0,654
1,8 0,62 0,536
1,8 0,62 0,537
1,5 0,53 0,597
33,7 31,04 24,66 5,0
33,4 31,01 25,99 3,0
33,2 30,61 26,90 1,3
6 42,54
X6 -0,0000 T-Value -0,01 P-Value 0,995 S 34,0 R-Sq 31,04 R-Sq(adj) 23,24 Mallows C-p 7,0
Regression Analysis: Y versus X3 The regression equation is Y = 42,5 + 0,000012 X3
Predictor Constant X3
S = 33,1166
Coef 42,543 0,00001246
SE Coef 6,135 0,00000260
R-Sq = 28,3%
T 6,93 4,79
P 0,000 0,000
R-Sq(adj) = 27,1%
122 Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 1 58 59
SS 25135 63609 88744
MS 25135 1097
F 22,92
P 0,000
Unusual Observations Obs 1 7 18 46 52
phsln 5677584 4336667 11170532 3750000 4200000
wtp 83,33 166,67 166,67 166,67 166,67
Fit 113,28 96,58 181,73 89,27 94,87
SE Fit 11,22 8,11 25,04 6,86 7,81
Residual -29,95 70,09 -15,06 77,40 71,80
St Resid -0,96 X 2,18R -0,69 X 2,39R 2,23R
R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence.
Residual Plots for wtp Normal Probability Plot of the Residuals
Residuals Versus the Fitted Values
99,9
50
90
Residual
Percent
99
50 10
-50
1 0,1
-100
-50
0 Residual
50
100
50
Histogram of the Residuals
200
50
9
Residual
Frequency
100 150 Fitted Value
Residuals Versus the Order of the Data
12
6 3 0
0
0 -50
-60
-30
0 30 Residual
60
1 5
10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 Observation Order
123 Lampiran 20 Penentuan model regresi kesediaan membayar air berdasarkan konsentrasi sedimen dan musim Regression Analysis: ln(wtp+1) versus ln cs; musim Variabel yang digunakan: Y = Kesediaan membayar/WTP (Rp/ltr) X = Konsentrasi sediment melayang/Cs (mg/ltr) D = Musim (dummy variabel) = 0, untuk musim hujan = 1, untuk musim kemarau The regression equation is Ln Y = 5,36 - 0,230 ln X + 0,534 D Predictor Coef SE Coef T P Constant 5,3627 0,1168 45,91 0,000 ln X -0,23002 0,01740 -13,22 0,000 D 0,53353 0,07302 7,31 0,000
VIF 1,0 1,0
S = 0,692705 R-Sq = 39,0% R-Sq(adj) = 38,6% Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total Source DF ln X 1 D 1
DF SS MS 2 109,463 54,732 357 171,303 0,480 359 280,766
F 114,06
P 0,000
Seq SS 83,844 25,619
Unusual Observations Obs ln cs ln(wtp+1) Fit SE Fit Residual St Resid 20 4,38 2,8717 4,3548 0,0590 -1,4831 -2,15R 53 4,38 2,8717 4,3548 0,0590 -1,4831 -2,15R 74 4,70 2,8717 4,2815 0,0565 -1,4098 -2,04R 80 4,70 2,6027 4,2815 0,0565 -1,6788 -2,43R 85 4,70 2,8717 4,2815 0,0565 -1,4098 -2,04R 108 4,70 2,8717 4,2815 0,0565 -1,4098 -2,04R 110 4,70 2,8717 4,2815 0,0565 -1,4098 -2,04R 113 4,70 2,5390 4,2815 0,0565 -1,7425 -2,52R 132 8,98 0,0000 3,2964 0,0729 -3,2964 -4,79R 137 8,98 0,0000 3,2964 0,0729 -3,2964 -4,79R 172 8,98 5,1220 3,2964 0,0729 1,8256 2,65R 177 8,98 0,0000 3,2964 0,0729 -3,2964 -4,79R 260 4,70 3,2581 4,8151 0,0565 -1,5570 -2,26R 291 4,70 3,2581 4,8151 0,0565 -1,5570 -2,26R 351 8,98 2,2336 3,8299 0,0729 -1,5963 -2,32R R denotes an observation with a large standardized residual. Residual Plots for ln Y
124
R e s i d u a l P l o ts f o r l n ( w tp + 1 ) No r m a l P r o b a b ilit y P lo t o f t h e R e s id u a ls
R e s id u a ls V e r s u s t h e Fit t e d V a lu e s
99,9
2
90
Residual
Percent
99
50 10
0 -2
1 0,1
-4
-2
0
-4
2
3 ,5
R e s id u a l
H is t o g ra m o f t h e R e s id u a ls
5,0
R e s id u a ls V e rs u s t h e O rd e r o f t h e D a t a
60
Residual
Frequency
4,5
2
80
40 20 0
4,0 F itt e d V a lu e
- 3,2
- 2,4
- 1 ,6
- 0,8 0,0 R e s id u a l
0,8
1,6
0 -2 -4
1
50
100 150 20 0 250 O b s e r v a tio n O r d e r
30 0
35 0
125