Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VIII No.1 Edisi Juni 2015 ISSN: 19779-469X
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT EKONOMI DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH PUSKESMAS SEKAMPUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR Rosmadewi Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang E-mail:
[email protected] Abstrak Masyarakat pada umumnya memilih metode kontrasepsi non jangka panjang sehingga metode kontrasepsi jangka panjang kurang diminati. Hal ini berdampak terhadap angka kegagalan kontrasepsi cukup tinggi. Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang. Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya hubungan pengetahuan dan tingkat ekonomi dengan penggunaan alat kontrasepsi di wilayah Puskesmas Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur. Rancangan penelitian ini analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian semua akseptor keluarga berencana yang berjumlah 5960 orang. Sampel dalam penelitian berjumlah 375 orang. Tekhnik sampling dengan menggunakan proportional stratified random sampling. Data yang digunakan data primer. Pengumpulan data menggunakan angket, Analisis data secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi square. Hasil penelitian didapatkan ada hubungan pengetahuan dengan penggunaan alat kontrasepsi (p value=0,009), dan ada hubungan tingkat ekonomi dengan penggunaan alat kontrasepsi (p value=0,004). Kata kunci : Pengetahuan, tingkat ekonomi dan penggunaan alat kontrasepsi. Abstract In general situation, society choose non long-term contraception methods, so long-term contraception methods are less desirable. This thing impact to the high value of failed contraception. The problem of this research is the low of long-term contraception use. The purpose of this research is known the relation of knowledge and economy level with contraception use in Puskesmas Sekampung sub-district, east Lampung Rregency. The plan of this research is analytic with cross sectional approach. Population in this research are all of planned family acceptor that the total are 5960 people. Sample in this research are 375 people. Sampling technique use proportional stratified random sampling. data that used is primer data. Data collecting use analytic questionnaire, data with univariate and bivariate methods and use chi square test. The result of research get there is a relation of knowledge with contraception use (p value=0,009), and there is a relation of economy level with contraception use (p value=0,004) Keyword: knowledge, economy level, and contraception use
Pendahuluan Penggunaan alat kontrasepsi merupakan salah satu program keluarga berencana dalam rangka menekan laju pertumbuhan penduduk dan menciptakan keluarga kecil yang berkualitas. Pada umumnya masyarakat memilih alat kontrasepsi non MKJP, sehingga metode keluarga berencana MKJP seperti Intra Uterine Devices (IUD), Implant, Medis Operatif Pria (MOP) dan Medis Operatif Wanita (MOW) kurang diminati. Pemerintah lebih menekankan penggunaan alat kontrasepsi MKJP karena dianggap lebih efektif dan angka kegagalannya lebih rendah
dibandingkan dengan alat kontrasepsi pil, kondom maupun suntikan (Kusumaningrum, 2009)1. Menurut data Susenas (2010) kontrasepsi yang banyak digunakan di Indonesia adalah metode suntikan (49,1 %), pil (23,3 %), IUD/spiral (10,9%), implant/susuk (7,6 %), MOW (6,8 %), kondom (1,6 %), dan MOP (0,7 %). Berdasarkan data dari BKKBN dan Dep Kes RI (2011)2, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di Propinsi Lampung tercatat sebesar 1.521.905 PUS dan yang menjadi peserta keluarga berencana aktif berjumlah 69% (1.051.122 PUS), dengan perincian sebagai berikut : suntik 48,5%,
Rosmadewi, Hubungan Pengetahuan dan Tingkat Ekonomi dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi...
19
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VIII No.1 Edisi Juni 2015 ISSN: 19779-469X
pil 23,2%, implant 13,3%, intra uterin device (spiral) 11,5%, metode operatif wanita 2,2%, metode operatif pria 0,7% dan kondom 0,6%. Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Timur tahun (2011)3 jumlah peserta KB aktif 36.644 akseptor dengan perincian sebagai berikut: suntik 51,3%, pil 19,8%, implant 15,8%, IUD 10,6%, kontap 2,1% dan kondom 0,4%. Berdasarkan data yang diperoleh jumlah pasangan usia subur yang ada di wilayah Puskesmas Sekampung Kabupaten Lampung Timur sebanyak 5960 PUS dengan akseptor KB aktif tahun 2011 sebanyak 4413 akseptor dengan perincian sebagai berikut : suntik 47,8%, pil 29,3%, implant 11,2%, IUD 3,4%, kontrap 1,6% dan kondom 0,4%. Berdasarkan data tersebut di atas terlihat bahwa masyarakat masih kurang berminat terhadap penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang. Metode Penelitian Rancangan penelitian yang akan digunakan adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat setelah diketahui karakteristik dari masing-masing variabel. Populasi penelitian ini adalah semua PUS yang menjadi akseptor aktif di wilayah Puskesmas Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur yang berjumlah 5960 orang. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 375 orang yang didapatkan dengan menggunakan teknik Proportional Stratified Random Sampling. Untuk mendapatkan sampel dari masing-masing desa sesuai dengan proporsi dilakukan dengan cara diundi (acak sederhana). Penelitian ini dilakukan di wilayah Puskesmas Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur. Alat pengumpulan data (instrumen) yang digunakan adalah kuesioner. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan uji chi square.
Hasil Analisis Univariat Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Variabel Usia 20 Tahun 20 – 35 tahun 35 Tahun Jumlah Pendidikan SD SMP SMA Jumlah Penggunaan Alkon Non MKJP MKJP Jumlah Pengetahuan Tentang Alkon Kurang Baik Jumlah Tingkat Ekonomi Rendah (< Rp. 980.000) Tinggi (≥ Rp. 980.000) Jumlah
Jumlah
%
24 163 188 375
6,4 43,5 50,1 100
98 186 91 375
26,1 49,6 24,3 100
206 169 375
54,9 45,1 100
257 118 375
68,5 31,5 100
210
56,0
165
44,0
375
100
Berdasarkan tabel 1. Distribusi karakteristik responden meliputi: 1). Sebagian besar usia responden adalah > 35 tahun sejumlah 188 (50,1%). 2). Pendidikan responden terbanyak adalah SMP sejumlah 186 (49,6%). 3). Alat kontrasepsi yang digunakan terbanyak tidak/non MKJP sejumlah 206 (54,9%). 4). Pengetahuan responden terbanyak adalah kurang sejumlah 257 (68,5%) dan 5). Tingkat ekonomi responden sebagian besar dalam katagori rendah (˂ Rp. 980.000) sejumlah 210 (56,0%). Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan tingkat ekonomi dengan penggunaan alat kontrasepsi di wilayah Puskesmas Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur tahun 2012, maka dilakukan analisis uji chi-square dengan CI 95% atau α = 0,05 dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Rosmadewi, Hubungan Pengetahuan dan Tingkat Ekonomi dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi...
20
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VIII No.1 Edisi Juni 2015 ISSN: 19779-469X
Tabel 2 Hubungan Pengetahuan dan Ekonomi dengan Penggunaaan Alat Kontrasepsi
Variabel
Penggunaan Alat Kontrasepsi Non MKJP MKJP n=206 % n =206 %
Pengetahuan Kurang Baik Ekonomi Rendah (
P value
n=206
%
165 41
64,2 34,7
92 77
35,8 65,3
257 118
100 100
0,009
162 44
77,1 26,7
48 121
22,9 73,3
210 165
100 100
0,004
Hubungan antara pengetahuan dan penggunaan alat kontrasepsi
Pembahasan
Hasil analisis antara pengetahuan dengan penggunaan alat kontrasepsi diperoleh bahwa dari 257 responden yang memiliki pengetahuan kurang, 165 responden (64,2%) tidak menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang. Sedangkan dari 118 responden yang memiliki pengetahuan baik, 41 responden (34,7%) tidak menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,009, sehingga p value < (0,05), yang berarti secara statistik ada hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang.
Hubungan tingkat ekonomi penggunaan alat kontrasepsi
Jumlah
dengan
Hasil analisis antara tingkat ekonomi dengan penggunaan alat kontrasepsi, bahwa dari 210 responden yang memiliki penghasilan rendah (< Rp. 980.000,-), 162 responden (77,1%) tidak menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang. Sedangkan dari 165 responden yang memiliki penghasilan tinggi (≥ Rp. 980.000), 44 responden (26,7%) tidak menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,004, sehingga p value < 0,05 maka Ho ditolak, berarti secara statistik ada hubungan antara tingkat ekonomi dengan penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang.
Pengetahuan PUS Tentang Alat Kontrasepsi MKJP Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang yaitu 68,5% (257 responden). Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden yang diteliti belum mengetahui tentang metode kontrasepsi jangka panjang secara lengkap, baik mengenai pengertian, jenis-jenis, cara kerja, keuntungan dan kerugian. Metode kontrasepsi jangka panjang adalah cara kontrasepsi jangka panjang yang dalam penggunaannya mempunyai efektifitas dan tingkat kelangsungan pemakaiannya yang tinggi dengan angka kegagalannya yang rendah (BKKBN, 1991)4. Peneliti berpendapat tingginya presentase pengetahuan PUS tentang alat kontrasepsi jangka panjang dalam kategori kurang baik di wilayah Puskesmas Kecamatan Sekampung, karena kurangnya informasi yang diketahui oleh PUS tentang keuntungan dan kerugian metode kontrasepsi jangka panjang. Rendahnya pengetahuan masyarakat terutama PUS tentang alat kontrasepsi jangka panjang, dapat menjadi faktor predisposisi bagi PUS untuk tidak menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang sebagai pilihan kontrasepsi yang efektif bagi pencegahan kehamilan dalam jangka panjang. Pengetahuan PUS tentang alat kontrasepsi jangka panjang sangat penting. Hal ini akan meningkatkan penggunaan kontrasepsi jangka panjang. Hal ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2005)5, pengetahuan merupakan hasil tahu dan hal ini terjadi setelah orang
Rosmadewi, Hubungan Pengetahuan dan Tingkat Ekonomi dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi...
20
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VIII No.1 Edisi Juni 2015 ISSN: 19779-469X
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pendidikan, sumber informasi dll. Petugas kesehatan terutama bidan di desa hendaknya secara rutin pada saat pemberian pelayanan KB dan kegiatan Posyandu melakukan penyuluhan tentang metode kontrasepsi jangka panjang kepada masyarakat agar pasangan usia subur mengerti tentang jenis-jenia alat kontrasepsi yang termasuk dalam metode kontrasepsi jangka panjang sehingga pasangan usia subur dapat memilih alat kontrasepsi jangka panjang sebagai pilihan kontrasepsi untuk menjarangkan kelahiran. Tingkat Ekonomi PUS Hasil penelitian didapatkan presentase responden berdasarkan tingkat ekonomi PUS sebagian besar dalam katagori rendah yaitu 56% (210 responden). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden termasuk dalam status ekonomi kurang yaitu memiliki penghasilan kurang dari Rp. 980.000. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ekonomi adalah ilmu mengenai azas-azas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan, pemanfaatan uang, tenaga, waktu dan sebagainya yang berharga, cakupan urusan rumah tangga (organisasi negara). Persoalan yang bersifat ekonomi dalam kehidupan sehari-hari yang dihadapi seseorang dalam suatu masyarakat biasanya adalah persoalan dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Menurut peneliti, tingkat ekonomi berpengaruh terhadap pencarian pelayanan kesehatan, dimana keluarga dengan tingkat ekonomi kurang memiliki keterbatasan dalam pemilihan alat kontrasepsi, terutama alat kontrasepsi jangka panjang karena penghasilan yang didapat keluarga hanya cukup untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari hari.
Ekonomi masyarakat dengan tingkat penghasilan yang rendah, menyebabkan sebagian besar masyarakat masih tetap menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek karena alat kontrasepsi jangka panjang terutama Implant dan IUD, tidak semua Puskesmas menyediakan Alat kontrasepsi tersebut. Alat kontrasepsi tersebut lebih banyak didapatkan pada pelayanan bidan praktik swasta atau dokter praktik swasta, yang untuk mendapatkannya diperlukan dana yang cukup mahal. Oleh karena itu peneliti mengharapkan adanya kerjasama lintas sektoral antara pelaksana kegiatan yaitu Puskesmas dengan BKKBN sebagai penyedia alat kontrasepsi untuk meningkatkan keterjangkauan masyarakat dalam menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang terutama implant dan IUD dengan cara memberikan pelayanan yang cuma-cuma serta menyediakan sarana dan fasilitas yang menunjang bagi pelaksanaan program ini. Hubungan Antara Pengetahuan Penggunaan Alat Kontrasepsi
Dengan
Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 118 responden yang memiliki pengetahuan baik, 77 responden (65,3%) menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang. Sedangkan dari 257 responden yang memiliki pengetahuan kurang, 92 responden (35,8%) menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang. Secara statistik diperoleh p value sebesar 0,009, sehingga p value < (0,05), berarti secara statistik ada hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang di Wilayah Puskesmas Sekampung Lampung Timur tahun 2012. Penelitian ini sejalan dengan teori bahwa menurut WHO dalam Kusumawati (2006)6 pengetahuan seorang berasal dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya pendidikan, media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, kerabat dekat, dan sebagainya. Pengetahuan dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai dengan keyakinan tersebut. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Menurut peneliti salah satu penyebab masih rendahnya penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang adalah karena tingkat pendidikan akseptor yang sebagian besar rendah, pendidikan
Rosmadewi, Hubungan Pengetahuan dan Tingkat Ekonomi dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi...
22
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VIII No.1 Edisi Juni 2015 ISSN: 19779-469X
seseorang dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu, usia, pekerjaan, status ekonomi, sosial budaya dan lingkungan. Pendidikan juga mempengaruhi pengetahuan seseorang, semakin baik pendidikan dan banyaknya sumber informasi yang didapat tentang alat kontrasepsi jangka panjang maka dapat membuat PUS mempunyai pengetahuan yang baik. Sebaliknya, pendidikan PUS yang kurang juga mempengaruhi pengetahuan, dan informasi yang didapat dari berbagai media yang belum tersebar secara merata oleh pihak pelayanan kesehatan masyarakat itu sendiri. Pada penelitian ini akseptor KB dengan tingkat pendidikan rendah lebih banyak menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek, hal ini dapat dikarenakan persepsi mereka mengenai keikutsetaannya dalam program KB hanya ditujukan untuk mengatur kelahiran. Sementara itu pada akseptor KB dengan tingkat pendidikan tinggi, lebih memilih alat kontraepsi jangka panjan. Keikutsertaannya dalam `program KB selain untuk mengatur kelahiran juga untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. Hal ini dikarenakan seseorang dengan tingkat pendidikan lebih tinggi memiliki pandangan yang lebih luas tentang suatu hal dan lebih mudah untuk menerima ide atau cara kehidupan baru. Pelayanan yang tersedia dalam program KB adalah pelayanan kontrasepsi kegiatan ini akan berhasil dengan baik bila masyarakat mengenal berbagai jenis kontrasepsi yang tersedia. Akan tetapi, pengenalan berbagai jenis kontrasepsi ini cukup sulit karena hal ini menyangkut pola pengambilan keputusan dalam masyarakat itu sendiri. Demikian juga dari hasil penelitian ini, sebagian responden yang berpengetahuan baik lebih banyak memilih dan menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang antara lain IUD, AKBK dan Kontap. Oleh karena itu pengetahuan yang baik tentang alat kontrasepsi jangka panjang tidak dapat menjamin responden untuk menggunakannya. Namun rendahnya penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang juga dapat dikarenakan kurangnya dukungan dari pasangan karena ada anggapan dimasyarakat dengan menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang yang diantaranya IUD akan mengurangi kenikmatan dalam hal berhubungan suami istri sehingga pasangan menganjurkan untuk menggunakan alat kontrasepsi selain IUD.
Dalam hal ini peran petugas kesehatan sangat diperlukan untuk memberikan informasi yang lebih detail tentang jenis alat kontrasepsi beserta keuntungan dan kerugiannya sehingga akseptor beserta pasangannya dapat memilih alat kontrasepsi yang sesuai dengan keinginannya. Hubungan Antara Tingkat Ekonomi Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 210 responden yang memiliki penghasilan < Rp. 980.000,-, 48 responden (22,9%) menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang. Sedangkan dari 165 responden yang memiliki penghasilan ≥ Rp. 980.000,-, 121 responden (73,3%) menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang. Hasil uji statistik dengan chi square diperoleh p value sebesar 0,004, sehingga p value < 0,05 maka Ho ditolak, berarti secara statistik ada hubungan antara tingkat ekonomi dengan penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang di Wilayah Puskesmas Sekampung Lampung Timur tahun 2012. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori menurut BKKBN (1999) dalam Ekarini (2008)7 tingkat pendapatan suatu keluarga sangat berpengaruh terhadap keikutsertaan pasangan usia subur dalam ber KB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan penghasilan yang tinggi lebih banyak memilih penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang, sedangkan responden dengan tingkat penghasilan rendah lebih banyak memilih alat kontrasepsi jangka pendek. Penghasilan responden yang sebagian besar berpenghasilan kurang dari 1 juta dalam satu bulan menyebabkan responden lebih memilih untuk memenuhi kebutuhan pangan yang mereka anggap lebih penting daripada kebutuhan alat kontasepsi jangka panjang yang tidak secara gratis responden dapatkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Laksmi (2009)8, bahwa pemerintah terus berupaya untuk menekan angka pertambahan penduduk salah satunya dengan upaya KB gratis melalui program jamkesmas, namun pada kenyataannya tidak semua masyarakat mendapatkannya, sedangkan keberadaan alat kontrasepsi jangka panjang bisa ditemukan di beberapa tempat pelayanan kesehatan swasta dengan biaya yang tidak murah.
Rosmadewi, Hubungan Pengetahuan dan Tingkat Ekonomi dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi...
23
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VIII No.1 Edisi Juni 2015 ISSN: 19779-469X
Oleh karena itu, Dinas kesehatan hendaknya bekerja sama dengan BKKBN dalam hal pemenuhan kebutuhan alat kontrasepsi jangka panjang terutama kontrasepsi mantap melalui program Jamkesmas dengan memberikan pelayanan secara merata hingga ke pelosok desa. Simpulan Sebagian besar responden menggunakan alat kontrasepsi tidak jangka panjang meliputi suntik dan pil yaitu sebanyak 54,9% (206 responden), memiliki pengetahuan kurang tentang metode kontrasepsi jangka panjang yaitu sebanyak 68,5% (257 responden), memiliki tingkat ekonomi dalam katagori rendah (kurang dari Rp. 980.000,-) yaitu sebanyak 56% (210 responden). Ada hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan alat kontrasepsi dengan p value 0,009, tingkat ekonomi dengan pengunaan alat kontrasepsi dengan P value 0,004. Saran Puskesmas Sekampung perlu adanya kerjasama lintas sektoral antara pelaksana kegiatan, yaitu Puskesmas dengan BKKBN sebagai penyedia alat kontrasepsi. Untuk meningkatkan keterjangkauan masyarakat dalam menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang dengan cara menyediakan sarana dan fasilitas yang menunjang bagi pelaksanaan program ini. Cara menyediakan baik alat kontrasepsi maupun alat pemasangannya serta peningkatan SDM dalam pemberi pelayanan dengan diadakannya
pelatihan bagi petugas kesehatan agar semakin professional dalam menjalankan tugasnya. Peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian yang sifatnya melanjutkan dengan variabel yang lain berikut dengan analisis yang lebih, sehingga diketahui faktor yang paling dominan berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang. Daftar Pustaka 1. Kusumaningrum R, 2009, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis kontrasepsi yang Digunakan pada Pasangan Usia Subur 2. BKKBN dan DEPKES RI, 2011, Materi Kampanye Ibu Sehat Sejahtera Untuk Kader. Jakarta 3. Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Timur, 2011, Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Timur Tahun 2010, Sukadana 4. BKKBN Provinsi Lampung, 1991, Buku Pegangan Kader MKJP dan Non MKJP. Bandar Lampung 5. Notoatmodjo, S., 2005, Pendidikan Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta 6. Kusumawati, 2006, Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Persalinan dengan Tindakan (Studi Kasus di RS Moewardi Surakarta), Tesis, UNDIP, Semarang 7. Ekarini, 2008, Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali 8. Laksmi, 2009, Faktor-faktor yang mempengaruhi Pemilihan Jenis Kontrasepsi yang Digunakan pada Keluarga Miskin.
Rosmadewi, Hubungan Pengetahuan dan Tingkat Ekonomi dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi...
24