HUBUNGAN PENGETAHUAN, DUKUNGAN SUAMI DAN BUDAYA DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT PADA PASANGAN USIA SUBUR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ABELI KECAMATAN ABELI KOTA KENDARI TAHUN 2016
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
HASMIATIN F1D311072
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016
HALAMAN PENGAJUAN
SKRIPSI HUBUNGAN PENGET AHUAN, DUKUNGAN SUAMI DAN BUDAY A DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT PADA PASANGAN USIA SUBUR DI WILA YAH KERJA PUSKESMAS ABELl KECAMAT AN ABELl KOTA KENDARI TAHUN 2016
Disusun dan diajukan Oleh : HASMIATIN FID311072
Telah disetujui :
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. YusufSabilu. M.Si NIP. 19680924 199303 1 003
~A-~~~~
engetahui; Kesehatan Masyarakat
11
HALAMANPENGESAHA N SKRIPSI HUBUNGANPENGETAHUAN,DUKUNGANSUAMIDANBU DAYA DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT PADA PASANGAN USIA SUBUR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ABELl KOTA KENDARI TAHUN 2016 Disusun dan Diajukan Oleh : HASMIATIN FID311 072 Telah Dipertahankan
Di Depan Dewan Penguji Skripsi Pada Tanggal29 Juli 2016 dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat. Susunan Tim Penguji :
Dr. ¥us f Sabilu. M.Si NIP. 196809241993031003 Penguji II,
Putu Eka Meiyana E.. S.KM .•M.PH NIP.
Kendari, 02 Agustus 2016
Mengetahui , Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo
Dr. Yus Sabilu ••M.Si NIP. 19680924199303 1 003
ii i
SURA T PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Dengan senantiasa mengharap Rahmat dan Rido Tuhan Yang Maha Esa, saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: Hasmiatin
Stambuk
: FID3 11 072
Peminatan
: Promosi Kesehatan
Menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya saya sendiri dan bila dikemudian hari temyata ditemukan skripsi ini plagiat dan bukan hasil karya saya, maka skripsi ini akan dibatalkan
Kendari,
KATA PENGANTAR Alhamdulilah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan hidayah-Nya, lirnpahan rezeki, kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat penyelesaian Masyarakat
Fakultas
studi pada
Jurusan
Kesehatan
Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo.
Skripsi ini berjudul "Hubungan Pengetahuan, Dukungan Suami dan Budaya dengan penggunaan
alat kontrasepsi
implant pada pasangan usia
subur di wilayah kerja puskesrnas abeli kacarnatan abeli kota kendari tahun 2016," yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh sarjana Kesehatan
Masyarakat
Jurusan Kesehatan
Masyarakat
gelar
Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo. Penulis menyadari sepenubnya dalam penyusunan proposal hingga penyelesaian
skripsi ini, tentunya banyak hambatan dan tantangan yang
penulis dapatkan, namun atas bantuan dan bimbingan serta motivasi yang tiada
henti- hentinya disertai harapan yang optimis dan kuat sehingga dapat
mengatasi semua itu. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya, penghargaan dan penghormatan yang setinggi-tingginya Bapak Drs. La Dupai, M.Kes selaku Pembimbing I dan Bapak Dr. Yusuf Sabilu, M.Kes selaku Pembimbing
II yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan
kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.
Ucapan terimah kasih yang tak terhingga, cinta, kasih dan sayang yang terdalam dari lubuk hati kepada kedua orangtuaku, Ayahanda Aim Harnsi. dan Ibunda v
Mihi yang dengan ikhlas dan tanpa rasa lelah merawat dan membesarkan penulis hingga sekarang, yang seialu memberikan restu, dukungan moril dan spiritual serta harapan, cinta dan kasih sayangnya yang tak terhingga yang dapat memberikan ketenangan hati dan kesabaran kepada penulis yang tak akan mungkin tergantikan oleh penulis, dan yang selalu memenjatkan doa kepada sang pencipta agar perjalan . studi putra-putrinya berjalan dengan lancar dan sukses. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada ketiga saudaraku terkasih, kakandah Hasmudin, Hasrudin. dan Hasdin yang dengan penuh keikhlasan selalu memberikan doa, dorongan, semangat motivasi, dan senyum ceria kepada penulis. Ucapan terima kasih yang tak terhinnga pula penulis tujukan kepada pihakpihak yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan bantuan kepada penulis, terutama kepada: I. Rektor Universitas Halu Oleo Kendari. 2. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Uneversitas halu Oleo Kendari. 3. Ketua Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo Kendari. 4. Kepada Badan Riset Penelitian dan pengembangan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian. 5. Segenap Dosen Pengajar lingkup Fakultas Kesehatan Masyarakat yang dengan sepenuh hati memberikan banyak pengetahuan dalam dan di luar proses perkuliahan. Terirna kasih atas curahan ilmunya yang sangat berguna.
vi
6. Staf dalam lingkup Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo. Terima kasih telah membantu peneliti selama pengurusan administrasi. 7.
Bapak Farit Rezal, S.KM,.M.Kes, Arum Dian Pratiwi, S.KM,.M.Sc Putu Eka Meiyana,S.KM,.M.PH memberikan
8.
Puskesmas
selaku
penguji
yang
dan telah
banyak pengetahuan, saran, serta motivasi kepada penulis. Abeli Kota Kendari,
beserta
seluruh
staf yang telah
memberikan izin untuk melaksanakan penelitian di wilayah Kota Kendari. 9. Seluruh keluarga besar penulis yang selalu memberikan doa, semangat dan motivasi. 10. Khususnya
Suami terkasih
Ardiman
Saputra.
yang
membuat
saya
menjadi lebih dewasa, yang menemani saya disaat sedih maupun senang, memberikan
dorongan serta motivasi Terimakasih
atas nasehat dan
kepeduliannya selama ini. 11. Sahabat terbaikku Fatmarani Mansyur, S.KM .,yang sering memberikan dorongan Terima kasih atas nasehat, saran, motivasi, dorongan, canda, tawa, suka dan duka. You're the best my friends. 12. Ternan-ternan kampus Fakultas kesehatan Masyarakat: Apriyanti Kamari, S.KM Desi Dwi Anggarwati, S.KM, Fatmarani Mansyur, S.K.M., Wismawati, S.KM. Nursaban, S.KM, Risky Purnama Sari, S.KM, Imang Triana Dewi, S.KM, Andi Harnita,
S.KM, Maya
Nita,
S.KM, Ramadan,
S.KM,
Alwi, S.KM, Aguslan, S.KM,. dan yang tak bisa dituliskan namanya satu persatu.
Makasih
dukungan selama ini.
sudah mendorong saya dan memberikan saya
vii
13. Teman-ternan Promkes 2011: Damiati Kadir, Wirahma Yulfa, Herlan, Miswanto. Terima kasih atas motivasi dan bantuannya selama ini. Kalian luar biasa. Dan juga kepada siapapun yang telah memberikan
doa, motivasi
dan dorongan serta bantuan, hanya Allah yang Maha Melihat dan Maha Mengetahuai. Insya Allah akan dibalas dengan sebaik-baiknya balasan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempumaan karena kesempumaan Ta'ala
Sernata. Untuk
yang hakiki hanyalah milik Allah Subhanahu
Wa
itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun
sangat penulis harapkan. Harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembangunan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Bangsa, Negara dan Agama. Aamin Yaa Rabbal Aalamin.
Kendari,
Juli, 2016
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL HALAMAN PENGAJUAN DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Ruang Lingkup F. Organisasi/sistematika BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang keluarga berencana B. Tinjauan tentang metode kontrasepsi C. Tinjauan tentang alat kontrasepsi Implant D. Tinjauan tentang pengetahuan E. Tinjauan tentang Dukungan suami F. Tinjauan tentang Budaya G. Tinjauan tentang hasil penelitian sebelumnya H. Kerangka Teori I. Kerangka Konsep J. Hipotesis BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain penelitian B. Tempat dan waktu penelitian C. Populasi dan Sampel Penelitian D. Variabel Penelitian E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif F. Cara Pengumpulan Data G. Pengolahan Analisis dan Penyajian Data DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
iii
Halaman i ii iii iv v vi 1 1 3 3 4 5 5 6 6 8 14 20 21 24 25 26 27 27 29 29 29 29 31 32 34 34
iv
v
vi
vii
viii
ix
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Data
World
Health
Organization (WHO) menunjukkan bahwa
pengguna alat kontrasepsi implant di seluruh
dunia masih di bawah
alat
kontrasepsi suntik, pil, kondom, dan IUD (Intra Iurine Device), terutama di negara-negara berkembang. Persentase penggunaan alat kontrasepsi suntik yaitu 35,3%, pil 30,5%, IUD 15,2%, sedangkan implant dibawah 10% yaitu 7,3% dan alat kontrasepsi lainnya sebesar 11,7% (WHO Dalam Nestari, 2014). Berdasarka n target Millenium Development Goals (MDGs) yang telah disepakati tahun 2015, Indonesia diharapkan mampu menurunkan angka kematian ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi menjadi 23
per 1.000 kelahiran hidup. Dilihat dari pencapaian keberhasilan
penurunan angka kematian ibu dan bayi, indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia diharapkan dapat dicapai jika
persentase akseptor
metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dapat meningkat (MDG’s Dalam BKKBN, 2013). Berdasarkan studi yang dimuat dalam jurnal The Lancet, peningkatan terbesar dalam penggunaan kontrasepsi modern yaitu sebanyak lebih dari 15 persen antara tahun 1990 dan 2011 berada di kawasan Asia Selatan dan Asia Timur, serta Afrika Utara dan Afrika Selatan. Namun, di Afrika Tengah dan Barat, penggunaan kontrasepsi oleh wanita yang sudah menikah tetap rendah (Sakinah, 2012). Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), (2014)
1
2
mengajukan bahwa jumlah peserta KB (Keluarga Berencana) aktif sampai bulan Januari 2014 menurut tempat pelayanan, yaitu pelayanan di Pemerintah sebanyak 18.957.650 peserta dan pelayanan di Swasta
seban yak 14.881.089 peserta.
Informasi mengenai jumlah perseta KB aktif menurut metode kontrasepsi
yang
digunakan, yaitu 3.922.409 peserta IUD, 1.207.597 peserta MOW, 241.968 peserta MOP, 3.307.997 peserta implant, 1. 046.579 peserta kondom, 15.891.480 peserta suntik, dan 8.220.709 peserta pil (BKKBN, 2014). Data dari BKKBN Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) tahun 2010 jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 290.980 (72%) akseptor KB dari 404.076 Pasangan Usia Subur
(PUS)
kemudian mengalami
penurunan pada tahun 2011 dengan jumlah akseptor KB 272.464 (68%) dari jumlah PUS 403.097, meningkat pada tahun 2012 dengan jumlah akseptor yang menggunakkan 319.665 (75%) dengan jumlah PUS 424.442 (BKKBN Prov. Sultra, 2012). Dari data yang diperoleh dari Pusat Kesehatan Masyarakat Abeli terdapat penurunan pengguna alat kontrasepsi pada tahun 2014 sebanyak 1440 PUS dan pada tahun 2015 sebanyak 1425 PUS. Pada data tersebut di peroleh bahwa pada alat kontrasepsi tertentu mengalami kenaikan seperti penggunaan IUD pada tahun 2014 sebanyak 2 (0,13%) PUS tahun 2015 menjadi 11 (0,77%) PUS, penggunaan pil yang pada tahun 2014 sebanyak 634 (44,02%) dan pada tahun 2015 menjadi 711 (49,89%) PUS, sedangkan pengguna kontrasepsi jenis
lain seperti
suntik,
implant dan kondom
mengalami penurunan pada tahun 2014 pengguna suntik sebanyak 714
3
(49,58%) menurun pada tahun berikutnya sebanyak 637 (44,70%) dan alat kontrasepsi implant sebanyak 85(5,96%) PUS pada tahun 2014 menurun menjadi 20 (13,88%) PUS dan pengguna kondom sebanyak 5 (0,34%) PUS pada tahun 2014 menjadi 2 (0,13%) PUS (Profil Puskesmas Abeli, 2015). Berdasarkan wawancara dengan 5 wanita usia subur di wilayah kerja Puskesmas Abeli yang diperoleh ternyata terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi implant setiap tahun maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana hubungan pengetahuan, dukungan suami dan budaya dengan penggunaan alat kontrasepsi implant pada PUS di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kecamatan Abeli Kota Kendari Tahun 2016. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah penelitian ini yaitu faktor apakah yang berhubungan dengan pemilihan penggunaan alat kontrasepsi Pasangan Usia Subur di Kecamatan Abeli Kecamatan Abeli Kota Kendari Tahun 2016? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan, dukungan suami, dan budaya dengan penggunaan alat kontrasepsi Implant Pasangan Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kecamatan Abeli Kota Kendari Tahun 2016. 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
4
a.
Untuk mengetahui apakah pengetahuan berhubungan dengan penggunaan
alat kontrasepsi Implant Pasangan Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kecamatan Abeli Kota Kendari Tahun 2016 b.
Untuk mengetahui apakah dukungan suami berhubungan dengan penggunaan
alat kontrasepsi Implant Pasangan Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kecamatan Abeli Kota Kendari Tahun 2016 c.
Untuk mengetahui apakah budaya berhubungan dengan penggunaan alat
kontrasepsi Implant Pasangan Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kecamatan Abeli Kota Kendari Tahun 2016 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau sebagai
bahan
kajian pustaka bagi peneliti selanjutnya. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan. Selain itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pemerintah khususnya BKKBN agar senantiasa meningkatkan pelayanan KB di Kota Kendari khusunya dan Sulawesi Tenggara pada umumnya. 3. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bisa menjadi suatu pengalaman berharga bagi peneliti sehingga dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat serta menambah wawasan pengetahuan.
5
E. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dibatasi lokasinya hanya pada peserta KB yang tinggal di Kecamatan Abeli. Penelitian ini dibatasi lingkupnya pada faktor tingkat dukungan suami,jumlah anak, budaya dan umur yang mempengaruhi PUS dalam pemilihan penggunaan alat kontrasepsi. Penelitian ini dibatasi pada peliputan subjek penelitian yaitu hanya pada Pasangan Usia Subur (PUS). F. Organisasi/ Sistematika Proposal penelitian ini berjudul hubungan pengetahuan, dukungan suami, dan budaya dengan penggunaan alat kontrasepsi Implant Pasangan Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016 yang dibimbing oleh Pembimbing I, bapak Drs. La Dupai M.Kes. dan Pembimbing II bapak Dr. Yusuf Sabilu, M.Si,
Tim Penguji
I, Tim
Penguji
II, dan
Tim
Penguji
III.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Keluarga Berencana Definisi Keluarga Berencana menurut World Health Organization (WHO) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2003). Keluarga Berencana menurut Undang-undang U No. 10 Tahun 1992 adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera (Arum & Sujiyatni, 2009). Program Keluarga Berencana, adalah suatu program yang dimaksudkan untuk membantu para pasangan dan perorangan dalam mencapai tujuan reproduksi mereka; mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi insidens kehamilan beresiko tinggi, kesakitan dan kematian; membuat pelayanan yang bermutu, terjangkau, diterima dan mudah diperoleh bagi semua orang yang membutuhkan; meningkatkan mutu
nasehat,
komunikasi,
informasi,
edukasi,
konseling
dan
pelayanann;
meningkatkan partisipasi dan tanggung jawab pria dalam praktek KB, dan meningkatkan pemberian ASI (Air Susu Ibu) untuk menjarangkan kehamilan (BKKBN, 2008). 1. Tujuan Program KB Secara umum tujuan lima tahun ke depan yang ingin dicapai adalah membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB Nasional
6
7
yang kuat di masa mendatang, sehingga visi untuk mewujudkan keluarga berkualitas 2010 dapat tercapai (Arum & Sujiyatni, 2009). Sedangkan tujuan program KB secara filosofis menurut Handayani (2010), adalah: a. Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia
dan
sejahtera
melalui
pengendalian
kelahiran
dan
pengendalian
pertumbuhan penduduk Indonesia. b. Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga. 1. Sasaran Program KB Sasaran program KB dibagi 2 yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Sasaran langsungnya adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan sasaran tidak langsungnya adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera (Handayani, 2010). B. Tinjauan Tentang Metode Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata “Kontra” yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan “Konsepsi” adalah pertemuan antara sel telur (ovum) yang matang dan sel sperma yang menyebabkan kehamilan. Jadi alat kontrasepsi adalah segala macam alat yang digunakan oleh satu pihak atau kedua pihak untuk menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan sel sperma dan sel telur (ovum) yang sudah matang. Manfaat alat kontrasepsi yaitu mencegah terjadinya kematian ,dan
8
mengurangi angka kesakitan ibu dan anak, mengatur kelahiran anak sesuai yang diinginkan dan menghindari terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan (Depkes RI, 2005). Akseptor keluarga berencana yaitu pasangan usia subur yeng menjadi peserta atau anggota dalam program keluarga berencana dengan menggunakan salah satu metode atau alat kontrasepsi yang bertujuan untuk menghindari terjadinya kehamilan resiko tinggi dan mengurangi angka kematian dan kesakitan (Djufri, 2008 dalam Suriani, 2009). 1.
Tujuan Pemakaian Kontrasepsi
Tujuan pemakaian kontrasepsi adalah: a. Menunda kehamilan Kelompok kontrasepsi yang rasional adalah kontrasepsi sementara jangka pendek yaitu kondom, pil, suntik. b. Mengatur jarak kehamilan Jenis kelompoknya adalah kelompok sementara jangka panjang yaitu : suntik, implant,spiral. c. Mengakhiri kesuburan Jenis kontrasepsinya adalah kontrasepsi mantap yaitu tubektomi (wanita) dan vasektomi (pria). 2. Syarat Metode Kontrasepsi Secara umum persyaratan metode kontrasepsi ideal adalah: aman, berdaya guna, dapat diterima, terjangkau harganya dan bila metode dihentikan penggunaannya maka segera kembali kesuburannya kecuali kontrasepsi mantap. 3. Jenis-jenis kontrasepsi
9
Kontrasepsi yang baik harus memiliki syarat-syarat antara lain aman, dapat diandalkan, sederhana (sebisa mungkin tidak perlu dikerjakan oleh dokter), murah, dapat diterima oleh orang banyak, dan dapat dipakai dalam jangka panjang. Sampai saat ini belum ada metode atau alat kontrasepsi yang benar-benar 100% ideal. Jenis-jenis kontrasepsi yang tersedia antara lain: a. Metode Sederhana 1. Tanpa alat yaitu : pantang berkala, metode kalender, metode suhu badan basal, metode lender serviks, metode simpo-termal dan coitur interruptus. 2. Dengan alat a. Mekanis (barrier) Kondom pria Barier intra vaginal antara lain : diafragma, kap serviks, spons, dan kondom wanita. b. Kimiawi Spermisid antara lain : vaginal cresm, vaginal foam, vaginal jelly, vaginal suppositoria, vaginal tablet, dan vaginal solubel film. 3. Metode modern a. Kontrasepsi hormonal yaitu: pil KB, AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim), IUD (Intra Uterine Devices), suntik KB, dan susuk KB. b. Kontrasepsi mantap yaitu Medis Operatif Pria (MOP) dan Medis Operatif Wanita (MOW). Berdasarkan lama efektivitasnya, kontrasepsi dapat dibagi menjadi : a. MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam kategori ini adalah jenis susuk/implant, IUD, MOP, dan MOW.
10
b. Non MKJP (Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam kategori ini adalah kondom, pil, suntik, dan metode-metode lain selain metode yang termasuk dalam MKJP. Berikut pembahasan singkat mengenai jenis-jenis kontrasepsi tersebut. 1. Kondom pria Kondom adalah selubung tipis dari karet, vinil, atau produk alamiah dapat berwarna maupun tidak
berwarna,
biasanya ditambahkan
spermisida
untuk
perlindungan tambahan, serta digunakan untuk menutupi penis sesaat sebelum berhubungan. Mekanisme kerja kondom adalah dengan cara menghalangi masuknya spermatozoa ke dalam traktus genitalia interna wanita. Efektivitas kondom sendiri tidak terlalu tinggi, hanya sekitar 3-4 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama. 2. Pil KB Pil KB biasanya megandung Estrogen dan Progesteron. Cara kerja pil KB adalah dengan cara menggantikan produksi normal Estrogen dan Progesteron dan menekan hormon yang dihasilkan ovarium dan releasing factor yang dihasilkan otak sehingga ovulasi dapat dicegah. Efektivitas metode ini secara teoritis mencapai 99% atau 0,1 – 5 kehamilan per 100 wanita pada pemakaian di tahun pertama bila digunakan dengan tepat. Tetap dalam praktek ternyata angka kegagalan pil masih cukup tinggi yaitu mencapai 0,7 - 7%. 3. Kontrasepsi suntik Kontrasepsi suntik yang biasa tersedia adalah Depo-provera yang hanya mengandung Progestin dan diberikan tiap 3 bulan. Cara kerja kontrasepsi suntik yaitu dengan
mencegah
ovulasi,
mengentalkan
lendir
serviks,
dan
menghambat
11
perkembangan siklis endometrium. Efektivitas dari kontrasepsi suntik sangat tinggi mencapai 0,3 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama penggunaan. Angka kegagalan metode ini <1 kehamilan per 100 wanita per tahun. d. Susuk / implant kontrasepsi susuk yang sering digunakan adalah Norplant, Susuk adalah kontrasepsi sub dermal yang mengandung
Levonorgestrel (LNG) sebagai bahan
aktifnya. Mekanisme kerja Norplant yang pasti belum dapat dipastikan tetapi mungkin sama seperti metode lain yang hanya mengandung Progestin. Norplant memiliki efek mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks, dan menghambat perkembangan siklis endometrium. Efektivitas Norplant sangat tinggi mencapai 0,05–1 kehamilan per 100 wanita dalam tahun pertama pemakaian. Angka kegagalan Norplant <1 kehamilan per 100 wanita per tahun dalam 5 tahun pertama pemakaian. Angka kegagalan ini lebih rendah bila dibandingkan dengan metode barier, pil KB, dan IUD. e. IUD (Intra Uterine Devices) IUD atau AKDR (Alat Kontrasepsi dalam Rahim) adalah kontrasepsi yang terbuat dari plastik halus berbentuk spiral atau berbentuk lain yang dipasang di dalam rahim dengan memakai alat khusus oleh dokter atau paramedis lain yang terlatih. Mekanisme kerja AKDR belum diketahui tetapi kemungkinan AKDR menyebabkan perubahan-perubahan seperti munculnya sel-sel radang yang menghancurkan blastokis atau spermatozoa,
meningkatkan
produksi
prostaglandin
sehingga
implantasi
terhambat, serta bertambah cepatnya pergerakan ovum di tuba falopii. Efektivitas IUD mencapai 0,6 – 0,8 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama penggunaannya. Angka
kegagalan
IUD
1–3
kehamilan
per
100
wanita
per
tahun.
12
f. Diafragma/Cap Diafragma terbuat dari karet yang berbentuk mangkok, dipakai untuk menutup serviks, gunanya untuk mencegah masuknya mani kedalam serviks. Sebaiknya dipakai dengan mengoleskan cream atau jelli pada permukaannya. Cap bentuknya seperti diafragma hanya besarnya harus disesuaikan dengan besar mulut rahim, yang ditentukan dengan pemeriksaan oleh bidan atau dokter. g. Cream, Jelli dan Tablet atau Cairan Berbusa Cream, jelli dan tablet atau cairan berbusa yang disebut juga spemicide, adalah suatu bahan kimia yang menghentikan gerak atau merupakan spermatozoa didalam vagina sehingga tidak dapat membuahi sel telur. Cream, jelli dan tablet atau cairan berbusa ini harus ditempatkan didalam vagina setinggi mungkin dekat serviks. h. Metode Operatif Pria (MOP) MOP merupakan suatu metode kontrasepsi operatif minor yang aman, sederhana, dam sangat efektif, memakan waktu operasi relatif singkat dan tidak memerlukan anestesi umum. MOP dilakukan dengan cara memotong vas deferens sehingga sperma tidak dapat mencapai air mani dan air mani yang dikeluarkan tidak mengandung sperma. Efektivitas sangat tinggi mencapai 0,1 – 0,15 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama pemakaian. Angka kegagalan <1 kehamilan per 100 wanita. i. Metode Operatif Wanita (MOW) MOW adalah tindakan operasi minor untuk mengikat atau memotong kedua tuba falopii sehingga ovum dari ovarium tidak akan mencapai uterus dan tidak akan bertemu dengan spermatozoa. Efektivitas MOW sekitar 0,5 kehamilan per 100 wanita
13
selama tahun pertama pemakaian, sedikit lebih rendah dibandingkan MOP. Indonesia alat kontrasepsi yang digunakan adalah spiral, implant, suntik, pil, tubektomi, sedangkan yang biasa digunakan oleh para pria adalah kondom dan vasektomi. C. Tinjauan Tentang Alat Kontrasepsi Implant 1. Definisi Kontrasepsi Implant Kontrasepsi implant adalah alat kontrasepsi bawah kulit. Implant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonorgetrel yang dibungkus dalam kapsul silastic silicon polidymetri silicon dan disusukan dibawah kulit. Jumlah kapsul yang disusukkan dibawah kulit adalah sebanyak 2 kapsul masing masing kapsul panjangnya 44 mm masing masing batang diisi dengan 70mg levonorgetrel, dilepaskan kedalam darah secara difusi melalui dinding kapsul levonorgetrel adalah suatu progestin yang dipakai juga dalam pil KB seperti mini pil atau pil kombinasi (Prawirohardjo, 2009 Dalam Suryani, 2009). Implant adalah metode kontrasepsi yang hanya mengandung progestin dengan masa kerja panjang, dosis rendah, reversible untuk wanita (leon , 2005 Dalam Baldika, 2012). 2. Ciri-ciri Kontrasepsi Implant Adapun ciri-ciri kontrasepsi implant adalah sebagai berikut: 1. Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk Jadena, Indoplant, atau Implanon 2. Nyaman 3. Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi 4. Pemasangan dan segera kembali setelah implant dicabut.
14
5. Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak dan amenorea. 6. Aman dipakai pada masa laktasi. 3.
Jenis-jenis Implant
a.
Norplant Terdiri dari 6 batang silastis lembut berongga dengan panjang 3,4 cm dengan
diameter 2,4 mm yang diisi dengan 36 mg levonogestrel dan lama kerjanya 5 tahun. b.
Implanon dan Sinoplant Terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2
mm, yang di isi dengan 68 mg 3- keto- desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun. c.
Jadena dan Indoplant Terdiri dari 2 batang yang di isi dengan 75 mg levonogestrel dan lama kerja 3
tahun. 4. Efektivitas Implant merupakan kontrasepsi yang paling tinggi daya guna nya dan sangat efektif. Kegagalan adalah kegagalan 0,2-1 kehamilan per 100 perempuan (sarwono 2002 dalam Hikbar, 2009). 5. Mekanisme Kerja a. Lendir servik menjadi kental b. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi c. Mengurangi transportasi sperma d. Menekan ovulasi
15
6. Waktu mulai menggunakan Implant 1. Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7. Tidak diperlukan metode kontraseptif tambahan. 2. Insertif dapat dilakukan setiap saat, asal tidak kehamilan. Bila diinsersi setelah hari ke-7 siklus haid, akseptor jangan melakukan hubungan seksual atau menggunakan kontrasepsi lain untuk 7 hari saja. 3. Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan, insersi dapat dilakukan setiap saat, bila menyusui penuh, akseptor tidak perlu memakai metode kontraspsi lain. 4. Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah menjadi haid kembali, insersi dapat dilakukan setiap saat, tetapi jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja. 5. Bila akseptor menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya dengan implant, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja akseptor tersebut menyakini tidak hamil, untuk akseptor yang menggunakan kontrasepsi terdahulu dengan benar. 6. Bila kontrasepi sebelumnya adalah kontrasepsi suntikan, implant dapat diberikan pada saat jadwal kontrasepsi suntikan tersebut, tidak diperlukan metode kontrasepsi lain. 7. Bila kontrasepi sebelumnya adalah kontrsepsi non-hormonal (kecuali AKDR) dan akseptor ingin menggatinya dengan implant, insersi implant dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini akseptor tidak hamil. Tidak perlu menunggu sampai datang hamil berikutnya. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR dan akseptor ingin menggantinya dengan implant, implant dapat diinsersikan pada saat haid hari ke-7
16
dan klien jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja dan AKDR segera dicabut. 8. Pasca keguguran implant dapat segera diinsersikan (Saifudin, 2006) .
7. Kelebihan dan Kekurangan Kontrasepsi Implant a. Kelebihan Implant 1.
Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)
2.
Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah dilepas
3.
Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
4.
Bebas dari pengaruh estrogen
5.
Tidak mengganggu hubungan seks
6.
Tidak menggaggu ASI
7.
Hanya perlu pemeriksa ke tenaga kesehatan jika ada keluhan
8.
Dapat dilepas sesuai kebutuhan.
b. Kekurangan Implant 1. Menimbulkan gangguan menstruasi yaitu tidak dapat menstruasi dan terjadi perdarahan yang tidak teratur 2. Akan timbul perasaan mual. 3. Bisa terjadi peningkatan atau penurunan berat badan. 4. Bisa menimbulkan sakit kepala. 5. Perubahan perasaan atau kegelisahan. 6. Membutuhkan tindak pembedahan kecil untuk insersi dan pencabutan.
17
7. Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk Aiquired Immuno Deficiency Syndrom (AIDS). 8. Akseptor tidak dapat menghentikan sendiri pemakaiannya kontrasepsi ini sesuai dengan keinginan, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan. 9. Efektifitasnya menurun bila menggunakan obat-obat tuberkolosis (rifampisin) atau obat epilepsy (fenitoin dan barbiturat). 10. Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000 perempuan per tahun). 9. Yang Boleh Menggunakan Kontrasepsi Implant dan yang Tidak boleh Menggunakan Kontrasepsi Implant a. Yang Boleh Menggunakan Kontrasepsi Implant 1. Usia reproduksi 2. Telah memilki anak ataupun belum 3. Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektivitas tinggi dan menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang. 4. Pasca persalinan dan tidak menyusui 5. Riwayat kehamilan ektopik 6. Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah atau anemia bulan sabit (sickle cell). 7. Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen. 8. Sering lupa menggunakkan Pil b. Yang tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Implant 1. Hamil atau diduga hamil
18
2. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya 3. Benjolan / kanker payudara atau riwayat kanker payudara 4. Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi 5. Miom uterus dan kanker payudara 6. Gangguan toleransi glukosa. 9. Pemasangan Kontrasepsi Implant Pemasangan Implant biasanya dilakukan di bagian atas (bawah kulit) pada lengan kiri wanita (lengan kanan bagian yang kidal), agar tidak menggangu kegiatan. Implant dapat dipasang pada waktu menstruasi atau setelah melahirkan oleh dokter atau bidan yang terlatih. Sebelum pemasangan dilakukan pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu dan juga disuntik untuk mencegah rasa sakit. Luka bekas pemasangan harus dijaga agar tetap bersih, kering dan tidak boleh terkena air selama 5 hari. Pemeriksaan ulang dilakukan oleh dokter seminggu setelah pemasangan. Setelah itu setahun sekali selama pemakaian dan setelah 5 tahun implant (Sarwono, 2002). D. Tinjauan tentang Pengetahuan Pengetahuan
merupakan hasil
dari
tahu,
dan ini
terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia,yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmodjo, 2005). Tingkat Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat
menurut
Notoatmodjo,
2005
yaitu:
19
a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Sehingga dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, tentang objek yang dipelajarinya. c. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu stuktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (Synthesis) Sintesa
menunjuk
kepada
suatu
kemampuan
untuk
meletakan
atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. E. Tinjauan tentang Dukungan Suami Perasaan dan kepercayaan wanita mengenai tubuh dan seksualitasnya tidak dapat dikesampingkan dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan kontrasepsi.
20
Dinamika seksual dan kekuasaan antara pria dan wanita dapat pula menyebabkan penggunaan kontrasepsi terasa canggung bagi wanita. Konflik timbul kapan berhubungan seksual, siapa yang harus mengambil keputusan mengenai penggunaan kontrasespsi, metode yang digunakan, berapa jumlah anak dan kapan mempunyai anak (Roesli, 2008). Pendapat suami mengenai keluarga berencana cukup kuat pengaruhnya untuk menetukan penggunaan metode keluarga oleh isteri. Pada penelitian di lima kota di Indonesia, persetujuan suami merupakan faktor yang paling penting dalam menetukan apakah isteri akan mengunakan kontrasepsi atau tidak karena suami dipandang sebagai pelindung, pencari nafkah rumah tangga, dan pembuat keputusan (Roesli, 2008). Diharapkan suami memahami hal ini, suami dapat berpikir untuk melindungi isterinya dengan mengizinkan isterinya ber-KB atau suami sendiri ikut ber-KB, sebab dengan menjadi akseptor KB dapat menjarangkan kehamilan dan mengatur jumlah anak dalam keluarga, sehingga suami mampu memenuhi kebutuhan keluarga baik spiritual, sandang pangan, maupun kesehatan (Praja, 2005). Dukungan suami dan istri dalam pengambilan keputusan dalam keluarga khususnya dalam bidang keluarga berencana dan kesehatan reproduksi sangat dibutuhkan. Para suami diharapkan dapat berpikir logis untuk melindungi istrinya dengan mengizinkan istrinya ber-KB dengan memilih salah satu alat kontrasepsi yang sesuai dengan kondisinya atau dirinya sendiri ikut serta dalam ber-KB (Roesli, 2008). Keterlibatan seorang suami dalam hal reprosuksi khususnya dalam pengambilan keputusan dan pemilihan alat kontrasepsi sangat diperlukan. Seringkali tidak adanya keterlibatan suami mengakibatkan kurangnya informasi yang dimiliki
21
seorang suami mengenai kesehatan reproduksi terutama alat kontrasepsi. Dalam sebuah penelitian, ditemukan suami-suami yang melarang pemakaian IUD sebagai alat kontrasepsi pilihan istri beranggapan yakin bahwa IUD atau spiral mengurangi kenikmatan hubungan seksual (Wibowo, 2004). Berdasarkan hal tersebut, maka akan sangat berbahaya jika suami dan pria pada umumnya kurang menyadari betul hak dan kewajibannya dalam kesehatan reproduksi. Akibanya, suami kadang merasa tak nyaman untuk mengungkapkan kecemasan mereka seputar kemungkinan komplikasi, transportasi ke rumah sakit atau biaya rumah sakit. Bahkan sebagian besar suami tidak percaya bahwa rasa sakit dan gejala lain yang dialami istri selama masa kehamilan seharusnya mendapat perhatian serius. Sungguh memprihatinkan memang bila terdapat keadaan dimana selama ini, penderitaan istri dalam kehamilan dan melahirkan dianggap sebagai suatu yang wajar oleh suami, bahkan oleh istri sendiri. Akibatnya, tidak pernah ada pembicaraan serius tentang keluhan-keluhan yang dialami, yang berkibat pada terlambatnya pertolongan yang datang (Wibowo, 2004). Undang-undang No 10 Tahun 1992 mensyaratkan tentang kesesuaian suami isteri dalam pengaturan kelahiran dan cara yang dipakai, dengan proses komunikasi yang baik tentunya. Meski demikian, banyak pasangan yang melewatkan hal itu. Berdasarkan data kesehatan yang ditulis Irwanto dan teman-teman (1997), dari 667 istri 2,4 % diantaranya memilih kontrasepsi mana yang akan dipakai, sedangkan suami hanya menyetujui atas keputusannya. Hal yang sama terjadi pada 47 % para isteri di Provinsi
Lampung
(Roesli,
2008).
22
Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1992, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami istri atau suami, istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. Dengan demikian, keluarga dengan sendirinya menjadi tanggung jawab suami dengan istri sebagai pendampingnya. Untuk itulah dalam penerimaan ber-KB pun haruslah merupakan kesepakatan bersama antar suami dan istri, dalam hal ini suami seharusnya tahu akan keikutsertaan istrinya sebagai peserta KB bahkan aktif mendorongnya dan memberi dukungan (Roesli, 2008). F. Tinjauan tentang Budaya Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi atau akal. Jadi, budaya diartikan sebagai hal-hal yan bersangkutan dengan akal manusia. Kebudayaan merupakan hal yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan olehh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normaif, artinya mencakup segala cara-cara atau pola berfikir, merasakan dan bertindak (Soekanto, 2002). Masyarakat Indonesia dewasa ini umumnya telah menerima gagasan KB meskipun dalam kenyataan ada sebagian yang belum dapat menerimanya, tapi karena keinginan menyatu atau rasa solidaritas, akhinya mereka terpaksa berusaha menerima atau tetap belum menerima namun tidak memperhatikan sikap tersebut pada anggota masyarakat lain. Faktor lingkungan lain tidak kalah penting adalah kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah, bahwa pemerintah adalah tokoh-tokoh masyarakat akan berusaha membawa masyarakat kearah kehidupan yang lebih baik. Keterlibatan
23
tokoh masarakat akan semakin meningkat keikutsertaan akseptor dalam gerakan KB (Erfand, 2008). Faktor sosial budaya yang berhubungan dengan alat kontrasepsi IUD antara lain yaitu belum biasanya masyarakat setempat dalam penggunaan kontrasepsi IUD, pandangan
bahwa IUD dapat mempengauhi kenyamanan dalam hubungan seksual,
pandangan dari agama-agama tertentu melarang atau mengharamkan penggunaan IUD. Faktor tradisi, adanya tradisi hanya anak laki-laki yang dapat melanjutkan keturunan sehingga perempuan hamil beberapa kali dan jumlah anaknya melebihi anjuran program. Masyarakat percaya bahwa roh leluhur hanya bisa renkarnasi pada anak lakilaki, sehingga perempuan berusaha hamil mempunyai anak laki-laki (Erfand, 2008). G. Tinjauan Tentang Hasil Penelitian Sebelumnya Tabel 1. Tinjauan Tentang Hasil Penelitian Selanjutnya No
Peneliti, Tahun dan Judul
Hasil Penelitian
1.
Diah, 2006. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat ibu terhadap pemakaian kontrasepsi Implant di desa Bangunrejo Kecamatan Gunung Sugil Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2006
2.
Sri Mulyati, 2009. Hubungan Karakteristik akseptor keluarga berencana dengan pemilihan alat kontrasepsi implant di poli kebidanan runah sakit umum kabupaten konawe tahun 2009.
Dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa tingkat pendidikan dikategorikan rendah yaitu tingkat SMP (37,04%), tingkat pengetahuan baik (87,67%), tingkat pendapatan dikategorikan rendah (54,32%) dan sikap responden menolak terhadap pemakaian kontrasepsi Implant sebanyak 65,43% . dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa faktor ekonomi dan pendidikan menjadi faktor dominan pemicu sikap responden untuk tidak menerima atau menolak terhadap pemakaian kontrasepsi Implant. Hasil dari penelitian ini adalah faktor yang paling berhubungan yang paling signifikan dengan pemilihan alat konrasepsi implant adalah dukungan suami dengan p (0,022)
24
3
Laksmi Indra, 2009. Faktorfaktor yang mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi Implant pada keluarga miskin di kota semarang tahun 2009.
Penelitian ini diuji menggunakan analisa Chi-square dan uji Fisher kemudian dilanjutkan dengan uji Binary Logistic dan didapatkan hasil bahwa dukungan suami dan keikutsertaan dalam jamkesmas memiliki hubungan yang bermakna dengan pemilihan kontrasepsi Implant yang digunakan oleh keluarga miskin. Setelah dilakukan uji binary logistic didapatkan bahwa dukungan suami lebih besar pengaruhnya dibandingkan dengan keikutsertaan dalam jamkesmas. Hal ini dibuktikan dengan (p = 0,022) untuk keikutsertaan dalam jamkesmas dan (p = 0,032) untuk dukungan suami.
25
H. Kerangka Teori Adapun kerangka teori pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Faktor Pasangan 1. Umur 2. Gaya Hidup 3. Frekuensi senggama 4. Budaya 5. Jumlah anak 6. Pengalaman dengan metode kontrasepsi yang lalu 7. Dukungan pasangan 8. Tingkat kesejahteraan keluarga dan Jamkesmas 9. Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan 10. Ekonomi/pendapatan 11. Agama
Faktor Kesehatan 1. Status Kesehatan 2. Riwayat haid 3. Riwayat keluarga 4. Pemeriksaan fisik 5. Pemeriksaan panggul
Pemilihan jenis Kontrasepsi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
PIL Suntik Implant Kondom IUD MOP MOW lainnya
Faktor Metode Kontrasepsi 1. Efektifitas 2. Efek samping 3. Biaya
Gambar 1. Kerangka Teori (Laksmi Indra, 2009).
26
I. Kerangka Konsep Dari kerangka teori diatas diketahui bahwa banyak faktor yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi. Maka dari itu peneliti tertarik untuk mengambil variabel pengetahuan, dukungan suami dan budaya. Variabel tersebut disajikan dalam kerangka konsep sebagai berikut:
Pengetahuan Dukungan suami Budaya
Penggunaan alat Kontrasepsi implant
Umur Jumlah anak Pendidikan Ekonomi/pendapatan
Keterangan = Variabel bebas
:
Variabel terikat
:
Variabel tidak diteliti
:
Gambar 2. Kerangka Konsep J.
Hipotesis
1. Pengetahuan H₀ : ρ = 0 = Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan kontrasepsi implant di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016.
27
H₁ : ρ
0 = ada hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan kontrasepsi implant
di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016 2. Dukungan Suami H₀ : ρ = 0 = Tidak ada hubungan antara dukungan suami dengan penggunaan kontrasepsi implant di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016. H₁ : ρ
0 = ada hubungan antara dukungan suami dengan penggunaan kontrasepsi
implant di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016. 3. Budaya H₀ : ρ = 0 = Tidak ada hubungan antara budaya dengan penggunaan kontrasepsi implant di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016. H₁ : ρ
0 = ada hubungan antara budaya dengan penggunaan kontrasepsi implant di
Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016.
III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional study yang merupakan rancangan penelitian yang pengukuran atau pengamatannya dilakukan secara simultan pada satu saat dan bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (pengetahuan, dukungan suami dan budaya) dengan variabel terikat (penggunaan kontrasepsi implant) melalui pendekatan Point Time, artinya antara variabel bebas dengan variabel terikat di lihat sekaligus pada saat yang sama (Notoatmodjo, 2010). B. Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Abeli. 2. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei, Juni, Juli tahun 2016. C. Populasi Penelitian Dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh PUS yang menggunakkan kontrasepsi Wilayah Kerja Puskesmas Abeli mulai dari bulan Oktober – Desember pada tahun 2015 yakni sebanyak 401 PUS. 2. Sampel Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan menggunakan rumus sebagai berikut : (Sugiyanto, 2009 dalam Armadani, 2013) n= Keterangan : n
: Besar sampel
28
29
N
: Besar populasi
Z (1- )/2 2: Nilai normal baku yang sebenarnya tergantung tingkat kepercayaan (1,96) P
: Proporsi kejadian (0,1%)
d
: Besar penyimpangan (0,05) Dengan menggunakan rumus tersebut, maka jumlah sampel (n) dalam
penelitian ini adalah : n= = = = n = 102,832 n = 103 (dibulatkan) Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut, maka diperoleh total sampel sebesar 103 responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu proportional random sampling yaitu tekhnik pengambilan sampel pengambilan proporsi untuk memperoleh sampel yang representatif, pengambilan subjek dari setiap strata atau wilayah ditentukan seimbang atau sebanding dalam masing-masing wilayah. Dalam penelitian ini sampel
dibagi menjadi :
30
Tabel 1. Teknik penarikan sampel responden di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016 Rumus Penarikan No. Kelurahan Jumlah Sampel sampel 1. Puday 12 responden 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Lapulu
18 responden
Abeli
12 responden
Benuanirae
13 responden
Tobimeita
14 responden
Anggolomelai
14 responden
Poasia
11 responden
Talia
9 responden
Total D. Variabel Penelitian
n : 401
103 responden
1. Variabel Bebas (Independent variable) yaitu pengetahuan, dukungan suami, dan budaya 2. Variabel terikat (Dependent variable) yaitu penggunaan alat kontrasepsi implant di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif 1. Pemilihan Alat Kontrasepsi Pemilihan alat kontrasepsi adalah faktor-faktor penentu dalam pemilihan dan pengambilan keputusan pasangan usia subur (PUS) khususnya ibu dalam pemilihan penggunaan alat kontrasepsi. Kriteria Objektif a.Menggunakan
: Jika responden menggunakan alat kontrasepsi implant
b.Tidak Menggunakan: Jika responden tidak menggunakan alat kontrasepsi implant
31
2. Pengetahuan Pengetahuan dalam penelitian ini adalah pengetahuan yang dimiliki oleh responden yang berhubungan dengan KB yaitu responden mengetahui manfaat KB, jenis alat kontrasepsi, efek samping alat kontrasepsi yang berakibat pada responden, memahami tentang gangguan alat kontrasepsi yang effektif dan yang tidak efektiif. Pengukuran pengetahuan berdasarkan skala Guttman untuk pertanyaan
positif dengan jawaban “benar” diberi skor 1 dan untuk jawaban
“salah” diberi skor 0. Untuk pertanyaan negatif pemberian skor dibalik dengan jawaban “benar” diberi skor 0 dan untuk jawaban “salah” diberi skor 1 (Riduwan, 2008). Dengan penilaian : Skor tertinggi = jumlah pertanyaan kali bobot tertinggi = 10 x 1 = 10 (100%) Skor terendah = jumlah pertanyaan kali bobot terendah = 10 x 0 = 0 (0%) Skor antara = skor tertinggi – skor terendah = 100 % - 0% = 100 % Kriteria objektif sebanyak 2 kategori : cukup dan kurang Interval = =
= 50%
Kriteria Objektif a. Cukup
: bila hasil jawaban responden memperoleh skor ≥ 50% dari total
32
skor maksimal. b. Kurang
: bila hasil jawaban responden memperoleh skor < 50 % dari total skor maksimal
3. Dukungan Suami Dukungan suami adalah partisipasi suami dalam penggunaan kontrasepsi yang digunakan. Krtiteria
penilaian
berdasarkan
pada
skala
Guttman
dilakukan
dengan
memberikan nilai 1 pada jawaban yang benar dan nilai 0 untuk jawaban yang salah atau tidak diisi (Azwar, 2010). Dengan penilaian : Skor tertinggi = jumlah pertanyaan kali bobot tertinggi = 10 x 1 = 10 (100%) Skor terendah = jumlah pertanyaan kali bobot terendah = 10 x 0 = 0 (0%) Skor antara = skor tertinggi – skor terendah = 100 % - 0% = 100 % Kriteria objektif sebanyak 2 kategori : mendukung dan tidak mendukung Interval = =
= 50%
Kriteria Objektif :
33
a. tidak mendukung jika responden menjawab ˂ 50% dari total skor semua pertanyaan b. mendukung jika responden menjawab ≥50% dari total skor semua pertanyaan 4. Budaya Budaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kebiasaan yang ada di sekitar masyarakat yang dapat mendukung dalam membuat keputusan untuk memilih alat kontrasespi seperti kegiatan sosial dan keagamaan, sehingga masyarakat sadar akan pentingnya ikut dalam program KB dimana ber-KB bukan karena ajakan melainkan karena kesadaran dan keyakinan sendiri. Jawaban tertinggi berbobot 1 dan terendah 0 Skor tertinggi = jumlah pertanyaan kali bobot tertinggi = 10 x 1 = 10 (100%) Skor terendah = jumlah pertanyaan kali bobot terendah = 10 x 0 = 0 (0%) Skor antara = skor tertinggi – skor terendah = 100 % - 0% = 100 % Kriteria objektif sebanyak 2 kategori : mendukung dan tidak mendukung Interval = =
= 50%
34
Kriteria penilaian terhadap budaya didasarkan atas skala Guttman. Jumlah pertanyaan keseluruhan sebanyak 10 (sepuluh) nomor, Jika menjawab “Ya” diberi nilai 1 dan jika menjawab “Tidak” diberi nilai 0. Kriteria objektif: Mendukung
: Apabila jawaban responden benar > 50% dari nilai skor jawaban.
Tidak mendukung : Apabila jawaban responden benar ≤ 50% dari nilai skor jawaban F. Cara Pengumpulan Data 1. Data primer Penggumpulan data primer akan diperoleh melalui pengisian kuesioner kepada responden. 2. Data sekunder Prosedur pengumpulan data sekunder yaitu dengan melihat data pada instansi terkait sesuai kebutuhan peneliti, seperti data peserta KB dan data PUS (pasangan usia subur) yang bersumber dari BKKBN Kota Kendari, Badan Keluarga Berencana Kecamatan Abeli. G. Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data 1. Pengolahan Data Pengolahan data akan dilakukan secara elektronika yaitu dengan komputer. 2. Analisis Data a.
Analisis Univariat
35
Merupakan analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dalam hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2002). Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang distribusi frekuensi faktor pengetahuan, dukungan suami, dan
budaya,
serta penggunaan alat kontrasepsi implant. Hasil analisis
univariat akan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. b. Analisis Bivariat Analisis Bivariat untuk melihat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat yaitu menganalisis hubungan faktor pengetahuan, dukungan suami, budaya, dengan penggunaan alat kontrasepsi implant. Dilakukan analisa data dengan menggunakan uji statistik non parametik dengan program komputerisasi tekhnik analisis chi-square menggunakan komputer dengan tabel kontingensi 2x2, pada tingkat kepercayaan 90% (α=0,1). Dasar pengambilan keputusan penelitian hipotesis (Budiarto, 2002): 1) H0 diterima jika χ2hitung ≤ χ2tabel atau ρ value ≥ (α) = 0,1. 2) H1 diterima jika χ2hitung > χ2tab atau ρ val < (α) = 0,1. el ue Jika H0 ditolak kemudian dilanjutkan uji keeratan hubungan dengan menggunakan koefisien phi (µ). Rumus:
√ Besarnya nilai phi (µ) berada diantara 0 sampai dengan 1 dengan ketentuan: 0,76 - 1,00
: hubungan sangat kuat
0,51 - 0,75
: hubungan kuat
0,26 - 0,50
: hubungan sedang
36
0,01 - 0,25
: hubungan lemah (Arikunto, 2002).
3. Penyajian Data Data tersebut disajikan dalam bentuk tabel distribusi, frekuensi dan presentase yang disertai dengan penjelasan-penjelasan tabel.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Keadaan Geografis Puskesmas Abeli merupakan salah satu dari 15 Puskesmas yang ada di Kota Kendari, yang terletak di Kelurahan Abeli Kecamatan Abeli . Jarak dari Kantor Walikota ± 73,13 km2. Puskesmas Abeli terletak di Kelurahan Abeli Kecamatan Abeli yang tediri atas 8 (delapan) kelurahan, dengan batasnya adalah sebagai berikut : a. Sebelah Utara berbatasan Teluk Kendari b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Konda c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Moramo d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Matabubu Kecamatan Poasia Keadaan alam di wilayah kerja Puskesmas Abeli terdiri dari dataran (53%), pegunungan/bukit (47%). Iklim di wilayah kerja Puskesmas Abeli adalah iklim tropis dengan musim hujan umumnya bulan Desember - Mei dan musim kemarau terjadi bulan Juni - November. Suhu udara rata-rata berkisar antara 27 ºC - 37 ºC. 2.
Keadaan Demografis Berdasarkan hasil pendataan terakhir, jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Abeli adalah 16032 jiwa yang tersebar dalam 8 (delapan) wilayah kelurahan.
37
38
Adapun untuk lebih jelasnya distribusi penduduk perkelurahan, disajikan dalam tabel 1. Tabel 1. Distribusi Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Tahun 2014 No. Nama Kelurahan Jumlah Penduduk( Jiwa ) 1. Puday 1681 2. Lapulu 4019 3. Abeli 1775 4. Benuanirae 1639 5. Tobimeita 2052 6. Anggalomelai 1635 7. Poasia 1579 8. Talia 1552 Total 16032 Sumber : Data Sekunder Puskesmas Abeli 2014 Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbesar berada di Kelurahan Lapulu sebanyak 4019 jiwa dan jumlah penduduk yang terkecil berada di Kelurahan Talia sebanyak 1552 jiwa dengan total jumlah penduduk pada 8 kelurahan adalah 16032 jiwa. 3. Sosial Ekonomi dan Budaya Distribusi penduduk menurut pekerjaan di wilayah kerja Puskesmas Abeli tahun 2014, disajikan dalam tabel 2.
39
Tabel 2. Distribusi pekerjaan Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Tahun 2014 NO Pekerjaan Persentase 1. PNS/ABRI 17,2 2. Petani 5,7 3. Nelayan 19,2 4. Pertukangan 7,4 5. Swasta 41,7 6. Tidak Bekerja 8,8 Total 100 Sumber : Profil Puskesmas Abeli Tahun 2014 Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar pekerjaan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Abeli berprofesi di bidang swasta yaitu sebesar 41,7%, sedangkan pekerjaan penduduk yang paling sedikit yaitu sebagai petani sebesar 5,7%. Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Abeli pada terdiri dari berbagai macam suku. Mayoritas adalah suku Tolaki, Bugis, Muna dan, selebihnya adalah Buton, Jawa, dan Makassar. Sebagian besar memeluk agama Islam. Agama lain yang dianut adalah Kristen, Katolik, Hindu dan Budha. 4. Tenaga Kesehatan Dalam menjalankan fungsinya sebagai Pusat Kesehatan Masyarakat, Puskesmas Abeli memiliki beberapa staf sebagai pelaksana tugasnya yang masing-masing bekerja sesuai di bidangnya. Jenis ketenagaan yang bertugas di Puskesmas Abeli sampai tahun 2014, disajikan dalam tabel 3.
40
Tabel 3. Jenis Ketenagaan di Puskesmas Abeli Tahun 2014 No Jenis Ketenagaan Jumlah (Orang) 1. Dokter Umum 2 2. Dokter Gigi 1 3. S1 Keperawatan 4 4. S1 Kesmas 8 5. Bidan D3 16 6. Bidan D1 3 7. Perawat D3 15 8. Sanitasi AKL 3 9. Perawat SPK 7 10. Perawat Gigi 3 11. Tenaga Gizi (AMG) 4 12. Tenaga Gizi (SPAG) 1 13. SMU 3 Total 70 Sumber : Profil Puskesmas Abeli Tahun 2014 Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah tenaga kesehatan yang bertugas di Puskesmas Abeli sampai tahun 2014 sebanyak 70 orang, jumlah ini meningkat dibandingkan dengan tahun 2013 sebanyak 66 orang. 5. Sarana Kesehatan Sarana kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Abeli cukup memadai, hal ini ditandai dengan adanya 1 unit Puskesmas induk yaitu Puskesmas Abeli, dan terdapat 17 Posyandu yang tersebar di seluruh kelurahan Abeli termasuk dalam kategori Posyandu Purnama dan Posyandu Mandiri. Setiap Posyandu dibina oleh satu orang petugas dari Puskesmas dan diwajibkan hadir setiap ada
Posyandu
di
kelurahan
binaannya.
41
B. Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari dilaksanakan pada bulan Juni dengan jumlah sampel sebanyak 103 responden. Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, maka disajikan hasil penelitian sebagai berikut: 1. Karakteristik Responden a. Umur Umur adalah lama waktu hidup, yang dihitung berdasarkan ulang tahun terakhir. Umur merupakan ciri dari kedewasaan fisik dan kematangan kepribadian yang erat hubunganya dengan pengambilan keputusan (Mubarak, 2010). Distribusi responden menurut kelompok umur dalam penelitian ini disajikan pada tabel 4. Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2015 No Kelompok Umur Jumlah (n) Persentase (%) (Tahun) 1 15-20 9 1,7 2 21-25 24 23,3 3 26-30 32 31,1 4 31-35 22 21,4 5 >35 16 15,5 Total 103 100 Sumber : Data Primer Tahun 2016 Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 103 responden sebagian besar berada di kelompok umur 26-30 tahun yaitu sebanyak 32 responden
42
(31,1%), sedangkan yang terendah berada pada kelompok umur 20-24 tahun yaitu sebanyak 9 responden (8,7%). b. Tingkat Pendidikan Responden Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan yang dimaksud yaitu pendidikan terakhir yang diraih oleh responden (Mubarak, 2010). Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5.
Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016
No
Tingkat Pendidikan
Jumlah (n)
1 2 3 4 5 6
Perguruan tinggi Diploma SMA SMP SD Tidak bersekolah
9 17 24 21 21 11 103
Total
Persentase (%) 8,7 16,5 23,3 20,4 20,4 10,7 100
Sumber : Data Primer Primer Tahun 2016 Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 103 responden sebagian besar menamatkan pendidikan sampai SMA yaitu sebanyak 24 responden (23,3%), sedangkan tingkat pendidikan yang terendah adalah perguruan tinggi sebanyak 9 responden (8,7%). c. Alamat Responden Distribusi responden Menurut Alamat responden dapat dilihat pada tabel
6.
43
Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Alamat di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016 No. Alamat Jumlah (n) Persentase (%) 1. Puday 12 11,7 2. 18 17,5 Lapulu Abeli 3. 12 11,7 Benuanirae 4. 13 12,6 Tobimeita 5. Anggalomelai 14 13,6 6. 14 13,6 Poasia 7. 11 10,7 Talia 8 9 8,7 Total 103 100 Sumber: Data Primer Tahun 2016 Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 103 responden, sebagian besar responden beralamat di kelurahan Lapulu yaitu berjumlah 18 orang (17,5%), dan sebagian kecil responden beralamat di kelurahan Talia yaitu berjumlah 9 orang (8,7%). 2. Analisis Univariat a. Penggunaan kontrasepsi Implant Implant
adalah
suatu
alat
kontrasepsi
yang
mengandung
levonorgetrel yang dibungkus dalam kapsul silastic silicon polidymetri silicon dan disusukan dibawah kulit. Jumlah kapsul yang disusukkan dibawah kulit adalah sebanyak 2 kapsul masing masing kapsul panjangnya 44 mm masing masing batang diisi dengan 70mg levonorgetrel, dilepaskan kedalam darah secara difusi melalui dinding kapsul levonorgetrel adalah suatu progestin yang dipakai juga dalam pil KB seperti mini pil atau pil kombinasi
(Prawirohardjo,
2009
Dalam
Suryani,
2009).
44
Distribusi responden berdasarkan penggunaan alat kontrasepsi Implant dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7.
Distribusi Responden berdasarkan Penggunaan Alat kontrasepsi Implant di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016. No Penggunaan Implant Jumlah (n) Persentase (%) 1. Menggunakan 14 13,6 2. Tidak menggunakan 89 86,4 Total 103 100 Sumber: Data Primer Tahun 2016 Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 103 responden, hanya sebagian kecil responden responden menggunakan alat kontrasepsi Implant yaitu berjumlah 14 orang (13,6%), dan sebagian besar responden yang menggunakan alat kontrasepsi selain Implant yaitu
berjumlah 89 orang
(86,4%). b.
Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang terjadi melalui panca indera manusia. Sebagian besar pengetahuan mampu diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perlilaku seseorang (Notoatmodjo, 2010). Distribusi responden berdasarkan penggunaan alat kontrasepsi Implant dapat dilihat pada tabel 8.
45
Tabel 8.
Distribusi Responden berdasarkan Pengetahuan tentang kontrasepsi Implant di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016. No Penggunaan Implant Jumlah (n) Persentase (%) 1. Kurang 81 78,6 2. Cukup 22 21,4 Total 103 100 Sumber: Data Primer Tahun 2016 Tabel 8 menunjukkan bahwa dari 103 responden, hanya sebagian kecil responden responden yang memiliki pengetahuan cukup yaitu berjumlah 22 orang (21,4%), dan sisanya memiliki pengetahuan kurang yaitu berjumlah 81 orang (78,6%). c.
Dukungan Suami Dukungan merupakan informasi dari orang lain bahwa ia dicintai dan diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai, serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama. Dukungan dapat juga diartikan sebagai informasi verbal dan non verbal, saran dan bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang – orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dalam hal – hal yang dapat memberikan keuntungan emosional dan berpengaruh pada tingkah laku penerimanya (Akhmadi, 2009 dalam Suryani,
2011).
46
Tabel 9.
Distribusi Responden berdasarkan Dukungan Suami di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016. No Dukungan Suami Jumlah (n) Persentase (%) 1. Mendukung 41 39,8 2. Tidak mendukung 62 60,2 Total 103 100 Sumber: Data Primer Tahun 2016 Tabel 9 menunjukkan bahwa dari 103 responden, hanya sebagian responden responden yang memiliki dukungan oleh suaminya yaitu berjumlah 41 orang (39,8%), dan sisanya tidak memiliki dukungan suami yaitu berjumlah 62 orang (60,2%). d. Budaya Budaya adalah kebiasaan yang ada di sekitar masyarakat yang dapat mendukung dalam membuat keputusan untuk memilih alat kontrasespi seperti kegiatan sosial dan keagamaan, sehingga masyarakat sadar akan pentingnya ikut dalam program KB dimana ber-KB bukan karena ajakan melainkan karena kesadaran dan keyakinan sendiri (Muharni, 2015). Tabel 10. Distribusi Responden berdasarkan Budaya di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016. No Budaya Jumlah (n) Persentase (%) 1. Mendukung 51 49,5 2. Tidak mendukung 52 50,5 Total 103 100 Sumber: Data Primer Tahun 2016 Tabel 10 menunjukkan bahwa dari 103 responden, hanya sebagian responden responden yang memiliki dukungan budaya terhadap alat kontrasepsi yaitu berjumlah 52 orang (50,5%), dan sisanya tidak memiliki dukungan
yaitu
berjumlah
51
orang
(49,5%).
47
3. Analisis Bivariat a. Hubungan Pengetahuan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016 Hubungan pengetahuan dengan penggunaan alat
kontrasepsi
Implant di wilayah kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari, dapat dilihat pada tabel 11: Tabel 11. Hubungan Pengetahuan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016. Pemilihan Kontrasepsi No
Pengetahuan
Jumlah
Non Implant n
%
Implant n
%
n
4,9
81 100
X2hi ρValu e t
%
1
Kurang
77 95,1 4
2
Cukup
12 54,5 10 45,5 22 100 3,357 0,000
Total
RØ
0,485
89 86,4 14 13,6 103 100
Sumber: Data Primer Tahun 2016 Berdasarkan tabel 11, melalui persentase baris, dapat diketahui bahwa dari 81 responden (100%) yang memiliki pengetahuan kurang, terdapat lebih banyak responden yang memilih menggunakan kontrasepsi Non Implant dengan jumlah 77 responden (95,1%) daripada responden yang menggunakan Implant dengan jumlah 4 responden (4,9%). Dari 22 responden (100%) yang memiliki pengetahuan cukup, terdapat lebih banyak responden yang memilih menggunakan kontrasepsi Non-Implant
48
dengan jumlah 12 responden (54,5%) daripada responden yang menggunakan alat kontrasepsi Implant dengan jumlah 10 responden (13,6%). Berdasarkan analisis Chi-Square (X2), diperoleh hasil X2hitung = 20,855 dan ρValue = 0,000. Dengan menggunakan α = 0,05 dan dk = 1, maka diperoleh X2tabel = 3,841. Oleh karena X2hitung lebih besar dari pada X2tabel dan ρValue < 0,05, maka H0 ditolak yaitu ada hubungan antara pengetahuan
dengan
penggunaan
alat
kontrasepsi
Implant di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016 dengan kekuatan hubungan 0,485 yang berarti terdapat hubungan yang sedang. b. Hubungan Dukungan Suami dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016 Hubungan Dukungan Suami dengan penggunaan alat kontrasepsi Implant di wilayah kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari, dapat dilihat pada
tabel
12:
49
Tabel 12. Hubungan Dukungan Suami dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016. Pemilihan Kontrasepsi No
Dukungan Suami
Implant n
1
%
n
58 93,5 4
6,5
46 100
Mendukung
31 75,6 10
24,4 57 100
Total
89 86,4 14 13,6 103 100
Tidak
%
Implant n
Mendukung 2
Jumlah
Non
X2hit ρValu e
RØ
5,321 0,016
0,256
%
Sumber: Data Primer Tahun 2016 Berdasarkan tabel 12, melalui persentase baris, dapat diketahui bahwa dari 46 responden (100%) yang tidak memiliki dukungan suami, terdapat lebih banyak responden yang memilih menggunakan kontrasepsi Non Implant dengan jumlah 58 responden (93,5%) daripada responden yang menggunakan Implant dengan jumlah 4 responden (6,5%). Dari 57 responden (100%) yang memiliki dukungan suami, terdapat lebih banyak responden yang memilih menggunakan kontrasepsi Non-Implant dengan jumlah 31 responden (75,6%) daripada responden yang menggunakan alat kontrasepsi Implant dengan jumlah 10 responden (24,4%). Berdasarkan analisis Chi-Square (X2), diperoleh hasil X2hitung = 5,321 dan ρValue = 0,012. Dengan menggunakan α = 0,05 dan dk = 1, maka diperoleh X2tabel = 3,841. Oleh karena X2hitung lebih besar dari pada X2tabel
50
dan ρValue < 0,05, maka H0
ditolak yaitu ada hubungan antara
Dukungan Suami dengan penggunaan alat kontrasepsi Implant di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016 dengan kekuatan hubungan lemah. c. Hubungan Budaya dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016 Hubungan Budaya dengan penggunaan alat kontrasepsi Implant di wilayah kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari, dapat dilihat pada tabel 13: Tabel 13. Hubungan Pengetahuan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016. Pemilihan Kontrasepsi No
Budaya
Non Implant n
1
Tidak Mendukung
2
%
Jumlah Implant n
%
n
49 96,1 2
3,9
51 100
X2hit ρValu e
RØ
6,496 0,008
0,279
%
Mendukung
40 76,9 12 23,1 52 100
Total
89 86,4 14 13,6 103 100
Sumber: Data Primer Tahun 2016 Berdasarkan tabel 13, melalui persentase baris, dapat diketahui bahwa dari 51 responden (100%) yang tidak memiliki dukungan budaya, terdapat lebih banyak responden yang memilih menggunakan kontrasepsi Non Implant dengan jumlah 49 responden (96,1%) daripada responden yang menggunakan Implant dengan jumlah 2 responden (3,9%). Dari 52
51
responden (100%) yang memiliki dukungan budaya terdapat lebih banyak responden yang memilih menggunakan kontrasepsi Non-Implant dengan jumlah 40 responden (76,9%) daripada responden yang menggunakan alat kontrasepsi Implant dengan jumlah 12 responden (23,1%). Berdasarkan analisis Chi-Square (X2), diperoleh hasil X2hitung = 6,496 dan ρValue = 0,045. Dengan menggunakan α = 0,05 dan dk = 1, maka diperoleh X2tabel = 3,841. Oleh karena X2hitung lebih besar dari pada X2tabel dan ρValue < 0,05, maka H0 ditolak yaitu ada hubungan antara Budaya dengan penggunaan alat kontrasepsi Implant di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016 dengan kekuatan hubungan sedang. C. Pembahasan 1. Hubungan Pengetahuan dengan Pemilihan Kontrasepsi Implant Pengetahuan didefinisikan sebagai pengenalan terhadap kenyataan, kebenaran, prinsip dan keindahan terhadap suatu objek. Pengetahuan merupakan hasil stimulasi informasi yang diperhatikan, dipahami dan diingat. Informasi dapat berasal dari berbagai bentuk termasuk pendidikan formal maupun non formal, percakapan harian, membaca, mendengar radio, menonton televisi dan dari pengalaman hidup lainnya (Aprillia, 2009). Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pemilihan kontrasepsi Implant di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016. Hal ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Fitri (2005) yang menyatakan bahwa
52
ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pemilihan kontrsepsi Implant dengan ρ Value
= 0,009 < 0,05 yang berarti semakin baik
pengetahuan ibu maka semakin baik pula tindakan ibu dalam memilih jenis kontrasepsi yang akan digunakan. Hasil penelitian diperoleh sebagian responden yang memiliki pengetahuan kurang memilih kontrasepsi Implant, hal ini disebabkan karena responden atau pengguna Implant tersebut mau menggunakan Implant karena melihat pengalaman keluarga terdekat dan teman sekitarnya, adanya dukungan dari sang suami, karena sering lupa konsumsi pil, sering lupa jadwal suntik dan merasa lebih nyaman menggunakan Implant di bandingkan alat kontrasepsi lainnya. Pengetahuan mengenai kontrasepsi di peroleh ibu di Kecamatan Abeli melalui penyuluhan oleh petugas UPT PLKB yang dilakukan setiap bulan.Berdasarkan hasil wawancara dengan pegawai Kecamatan yang bertanggung jawab terkait penyuluhan tentang kontrasepsi dalam hal ini UPT PLKB bahwa pengetahuan mengenai kontrasepsi yang diperoleh ibu di Kecamatan Abeli berasal dari UPT PLKB yang selalu memberikan informasi kepada masyarakat khusunya ibu-ibu yang berada di Kecamatan Abeli. Namun dalam penyuluhan hanya sedikit ibu-ibu yang berpatisipasi untuk mengikuti penyuluhan tersebut sehingga sedikit ibu-ibu yang mengetahui kelebihan dan kekurangan
dari
kontrasepsi
itu
sendiri.
53
Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007) yang menyatakan bahwa paparan informasi (media massa) dapat mempengaruhi pengetahuan dalam diri seseorang. Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Tingkat pengetahuan masyarakat akan mempengaruhi penerimaan program KB di masyarakat. Studi yang dilakukan oleh Anne R Pebley dan James W Breckett (1999) menemukan bahwa ”Sekali wanita mengetahui tempat pelayanan kontrasepsi, perbedaan jarak dan waktu bukanlah hal yang penting dalam menggunakan kontrasepsi, dan mempunyai hubungan yang signifikan anatara pengetahuan tentang tempat pelayanan dan metode kontrasepsi yang digunakan. Wanita yang mengetahui tempat pelayanan kontrasepsi lebih sedikit menggunakan metode kontrasepsi tradisional.” Pengetahuan yang benar tentang program KB termasuk tentang berbagai jenis kontrasepsi akan mempertinggi keikutsertaan masyarakat dalam program KB. Pengetahuan dapat diperoleh melalui pendidikan formal misalnya melalui sekolah, selain itu pengetahuan juga dapat didapat dari pengalaman. Pengetahuan juga sangat erat kaitannya dengan pendidikan, diharapkan dengan adanya seseorang yang berpendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin
luas
pula
pengetahuannya
(Ahmadi,
1995).
54
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu (Notoatmodjo, 2007). 2. Hubungan Dukungan Suami dengan Pemilihan Kontrasepsi Implant Dukungan merupakan informasi dari orang lain bahwa ia dicintai dan diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai, serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama. Dukungan dapat juga diartikan sebagai informasi verbal dan non verbal, saran dan bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang – orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dalam hal – hal yang dapat memberikan keuntungan emosional dan berpengaruh pada tingkah laku penerimanya (Akhmadi, 2009 dalam Suryani, 2011). Hasil penelitian diperoleh bahwa teradapat hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan pemilihan kontrasepsi Implant di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Tahun 2016. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri Mulyati tentang Hubungan Karakteristik akseptor keluarga berencana dengan pemilihan alat kontrasepsi implant di poli kebidanan runah sakit umum kabupaten konawe tahun 2009. Dimana hasil penelitiannya menyatakan bahwa faktor yang paling berhubungan dan yang
55
paling signifikan dengan pemilihan alat konrasepsi implant adalah dukungan suami dengan p (0,022). Hal ini memberikan gambaran bahwa pemilihan alat kontrasepsi sangat memerlukan dukungan dari suami di mana dukungan tersebut yang paling dibutuhkan oleh ibu untuk memilih alat kontrasepsi yang tepat. Pada responden yang suaminya mendukung tetapi tidak menggunakan alat kontrasepsi Implant yang berjumlah 31 responden (75,6%), dapat disebabkan karena responden belum mempunyai pengetahuan yang cukup terhadap penggunaan alat kontrasepsi Implant sehingga responden masih merasa takut. Selain itu, beberapa responden juga mengatakan faktor biaya pemasangan yang relatif lebih mahal dari kontrasepsi jenis lainnya menyebabkan mereka memilih menggunakan kontrasepsi jenis lain seperti pil, suntik dan lain-lain, serta responden takut merasa kurang nyaman dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Suami (ayah) memiliki peran yang sangat besar dalam pemilihan alat kontrasepsi oleh seorang istri. Hal ini dapat diwujudkan dalam bentuk mengantar isteri konsultasi ke bidan, mengingatkan dalam menggunakan kontrasepsi dan mendampingi sang isteri saat pemasangan kontrasepsi. Keterlibatan seorang suami dalam hal reprosuksi khususnya dalam pengambilan keputusan dan pemilihan alat kontrasepsi sangat diperlukan. Seringkali tidak adanya keterlibatan suami mengakibatkan kurangnya
56
informasi yang dimiliki seorang suami mengenai kesehatan reproduksi terutama alat kontrasepsi (Wibowo, 2004). Sementara itu, berdasarkan jawaban dari responden yang suaminya mendukung dalam ber-KB, suami mereka selalu ikut serta dalam memberikan saran tentang alat kontrasepsi yang akan digunakan. Selain itu, suami mereka juga yang mengantar mereka ke tempat pelayanan alat kontrasepsi serta ikut turut dalam mengikuti konseling pemilihan alat kontrasepsi. Sedangkan bagi responden yang suaminya tidak mendukung dalam ber-KB dapat disebabkan oleh masih kurangnya pemahaman suami mereka tentang manfaat KB itu sendiri baik bagi diri sendiri maupun bagi keluarganya, serta adanya anggapan suami bahwa KB itu adalah urusan wanita. Oleh karena itu, pengetahuan suami tentang KB juga sangat penting termasuk dengan penggunaan KB Implant. Penelitian lain yang juga dilakukan oleh Indra (2009) tentang faktorfaktor yang mempengaruhi jenis kontrasepsi yang digunakan pada keluarga miskin dengan total sampel sebanyak 72 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tedapat hubungan yang signifikan antara dukungan pasangan dengan jenis pemilihan kontrasepsi yang digunakan (p value 0,032 < α 0,05). Faktor pengetahuan suami sebagai pasangan dari peserta KB juga berkontribusi cukup besar sebagai pendukung sekaligus penganjur istri dalam menjatuhkan pilihan kontrasepsi. Suami yang memiliki pengetahuan cukup tentang Implant akan cenderung menganjurkan dan mengijinkan istrinya
57
menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang tersebut. Berdasarkan jawaban yang diberikan oleh responden, sesungguhnya suami mereka memberi dukungan dan ijin jika istri memiliki keinginan memakai Implant. Akan tetapi hal tersebut tidaklah cukup untuk membuat responden memilih Implant sebagai pilihan, karena suami mereka selalu menyerahkan semua keputusan kepada istri, yang diakuinya sebagai pihak yang menjalani kontrasepsi. Sebagaimana diungkapkan dalam teori Lawrence Green, faktor dukungan suami dapat dikatakan sebagai salah satu faktor anteseden atau pemungkin, yang memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Perpaduan antara pengetahuan dan dukungan suami dengan kemauan yang kuat dari istri dalam menetapkan pilihan pada alat kontrasepsi non hormonal yang terbukti efektif tersebut membuahkan keputusan yang bulat bagi kedua pasangan dalam memilih menggunakan kontrasepsi tersebut (Imbarwati, 2009). 3. Hubungan Budaya dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Sedangkan budaya merupakan perkembangan majemuk dari budidaya yang berarti daya dari budi sehingga dibedakan antara budaya yang berarti daya dari budi berupa cipta, karsa, dan rasa dan kebudayaan yang berarti hasil dari cipta, karsa dan rasa. Kebudayaan atau peradaban mengandung pengertian
58
yang luas meliputi pemahaman, perasaan suatu bangsa yang kompleks meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat (kebiasaan) dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat (Rush, 2001). Budaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kebiasaan yang ada di sekitar masyarakat yang dapat mendukung dalam membuat keputusan untuk memilih alat kontrasespi seperti kegiatan sosial dan keagamaan, sehingga masyarakat sadar akan pentingnya ikut dalam program KB dimana ber-KB bukan karena ajakan melainkan karena kesadaran dan keyakinan sendiri. Kebudayaan
merupakan
hal
yang
kompleks
yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan olehh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari polapola perilaku yang normatif, artinya mencakup segala cara-cara atau pola berfikir, merasakan dan bertindak (Soekanto, 2002). Pada
responden
yang
budayanya
mendukung
tetapi
tidak
menggunakan alat kontrasepsi Implant yang berjumlah 40 responden (76,9%), dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain karena pengetahuan responden tentang penggunaan kontrasepsi Implant masih sangat kurang seperti lama pemakaiannya, bentuknya, mekanisme kerjanya, tempat pelayanannya, yang berhak memasang, saat atau waktu yang tepat untuk
59
memasang, waktu pencabutannya maupun kelemahan serta kelebihannnya. Dengan pengetahuan yang cukup tentang kontrasepsi Implant maka diharapkan semakin banyak yang memilih kontrasepsi Implant. Pengetahuan cukup yang dimiliki merupakan dasar untuk melakukan suatu tindakan dalam memilih alat kontrasepsi apa yang akan digunakan. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, faktor lain yang menyebabkan responden tidak menggunakan Implant walupun budayanya mendukung adalah adanya rasa takut responden baik dalam proses pemasangannya, takut pakai Implant karena setelah pasang akan keluar bercak-bercak darah, khawatir karena Implant dapat keluar sendiri jika beraktivitas, takut pakai Implant karena saat haid darah yang keluar lebih lama dan lebih banyak, serta biaya pemasangannya yang relatif mahal (Imbarwati, 2009). Sementara itu, berdasarkan jawaban responden yang memilih menggunakan Implant mengatakan bahwa alasan mereka menggunakan IUD adalah karena dari sisi budaya masyarakat menilainya secara positif, yang berarti adanya dukungan penuh dari pihak-pihak terkait serta tidak adanya suatu larangan apapun terhadap pemakaian Implant yang disertai sebagian besar responden yang berpersepsi baik akan peran tokoh masyarakat, kader dan petugas kesehatan pada upaya penggunaan Implant. Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat dan tidak hanya mengenai sebagian tata cara hidup saja yang dianggap lebih tinggi dan lebih diinginkan. Jadi, kebudayaan menunjuk pada berbagai aspek kehidupan
60
dalam setiap masyarakat, oleh para anggotanya dikembangkan sejumlah polapola budaya yang ideal dan pola-pola ini cenderung diperkuat dengan adanya pembatasan-pembatasan kebudayaan. Pola-pola kebudayaan yang ideal itu memuat hal-hal yang oleh sebagian besar dari masyarakat tersebut diakui sebagai kewajiban yang harus dilakukan dalam keadaan-keadaan tertentu. Pola-pola inilah yang sering disebut dengan norma-norma. Walaupun kita semua tahu bahwa tidak semua orang dalam kebudayaannya selalu berbuat seperti apa yang telah mereka patokan bersama sebagai hal yang ideal tersebut. Sebab bila para warga masyarakat selalu mematuhi dan mengikuti norma-norma yang ada pada masyarakatnya maka tidak akan ada apa yang disebut dengan pembatasan-pembatasan kebudayaan (Siregar, 2010). Sebagian dari pola-pola yang ideal tersebut dalam kenyataannya berbeda dengan perilaku sebenarnya karena pola-pola tersebut telah dikesampingkan oleh cara-cara yang dibiasakan oleh masyarakat. Pada umumnya kebudayaan itu dikatakan bersifat adaptif, karena kebudayaan melengkapi manusia dengan cara-cara penyesuaian diri pada kebutuhankebutuhan fisiologis dari badan mereka, dan penyesuaian pada lingkungan yang bersifat fisik-geografis maupun pada lingkungan sosialnya (Siregar, 2010).
61
V. PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan alat kontrasepsi Implant di wilayah kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016. 2. Ada hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan alat kontrasepsi Implant di wilayah kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016. 3. Ada hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan alat kontrasepsi Implant di wilayah kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016. B. Saran 1. Bagi BKKBN dan Dinas Kesehatan sebaiknya selalu mensosialisasikan tentang alat kontrasepsi dan kelebihan serta kekurangan alat kontrasepsi sehingga masyarakat dapat dengan mudah memilih alat kontrasepsi yang sesuai dengan keinginan yang diharapkan. 2. Bagi masyarakat atau peserta KB agar selalu meningkatkan pengetahuan tentang kontrasepsi Implant sehingga sadar akan penggunaan kontrasepsi Implant dan memahami tentang fungsi, manfaat serta efektivitas kontrasepsi Implant sehingga peserta KB/masyarakat semakin mengenal dan pemakaian kontrasepsi Implant semakin bertambah. 3. Bagi peneliti berikutnya agar dapat melakukan studi mengenai faktorfaktor lain yang berhubungan dengan rendahnya pemilihan kontrasepsi Implant. 61
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Arum, D.N.S.,& Sujiyatni. (2009). Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini, Jogjakarta: Mitra Cendikia Azwar, 2010. Pengantar Epidemiologi. Jakarta : Rineka Cipta BKKBN. 2008. Program
KB
di
Indonesia.
.2012. Laporan Hasil Pembinaan Pus dan Jumlah Peserta KB Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2012 . Kendari .2013. Evaluasi pelaksanaan program kependudukan dan KB tahun 2013. Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. .2014. Laporan Hasil Pengendalian Lapangan Desember 2014. Jakarta : Direktorat Pelaporan dan Statistik. Bungin, Burhan. 2010. Penelitian Kualitatif. Cetakan ke 5. Jakarta : Kencana Diah, 2006. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Ibu terhadap Pemakaian Kontrasepsi Implant Di Desa Gunung Sugil Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2006. Lampung. Available from : (http://www.Kompas.com) (Accessed 17 April , 2013). Depkes RI, 2005. Pedoman Penanggulangan Efek Samping Atau Komplikasi Kontrasepsi. Jakarta : YBPSP Erfand. 2008. Permasalahan Dalam Keluarga Berencana. Buku Saku KB Arista : Surabaya Hartanto, (2003). KB dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan Handayani, S. (2010). Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Pustaka Rihama Hikbar, 2009. Hubungan Pengetahuan, Pendidikan dan Dukungan Suami Dengan Pemanfaatan Konseling Keluarga Berencana Pada Akseptor Di Wilayah Kerja Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2009. Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat FMIPA. Universitas Haluoleo. Kendari
Indra, Laksmi., 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Kontrasepsi Yang Digunakan Pada Keluarga Miskin Tahun 2009. Karya Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran. Semarang : Universitas Diponegoro. Notoatmodjo, 2005. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Prilaku Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset. .2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Cetakan kedua. Jakarta: Rineka Cipta. Roesli, 2008, Kontrasepsi Hormonal. Jakarta : Pustaka Bunda. Saifuddin AB. 2006. Buku Acuan Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Bina Pustaka Sakinah, 2012. Gambaran Penggunaan Kontrasepsi Implant Pada Pasangan Usia Subur (PUS) Di Puskesmas Perawatan Lakessi Kota Prepare Tahun 2012. Parepare. Diakses 19 September 2015 Sarwono, 2002. Kontrasepsi Hormonal. Yayasan Bina Pustaka : Jakarta Soekanto, S. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali: Jakarta Suriani, 2009. Determinan Pemilihan Alat Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Sampara Kabupaten KOnawe Tahun 2009. Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat FMIPA. Kendari : Universitas Haluoleo. Suryani, dkk., 2011, Hubungan Dukungan Suami dengan Pemilihan Kontrasepsi di BPS Kota Semarang, Jurnal Vol. 1 No. 1/Januari 2011 Akbid Abdi Husa, Semarang, (http://jurnal.abdihusada.com/index.php/jdk/article/view/3/3), diakses 20 Mei 2016.
Sri, Mulyati. 2009. Hubungan Karakteristik Akseptor KB dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Implan di Poli Kebidanan RSU Kabupaten Konawe. Kendari. Wibowo. 2004. Peran Suami Dalam Ber-KB. Bandung: Pustaka Harapan
Lampiran 1. Informed Consent SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (Informed Consent) NAMA
:
UMUR
:
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia untuk turut berpartisipasi menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Haluoleo yang bernama Hasmiatin (F1D311072) dengan judul “ Hubungan Pengetahuan, Dukungan suami dan Budaya dengan penggunaan kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Tahun 2016”. Saya menjadi responden tanpa paksaan dari pihak manapun karena saya mengetahui bahwa keikutsertaan dan keterangan yang akan saya berikan sangat besar manfaatnya bagi kelanjutan penelitian peneliti. Demikian surat persetujuan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Kendari,
2016 Responden
(…………………………………)
Lampiran 2. Kuesioner Penelitian KUISIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN, DUKUNGAN SUAMI DAN BUDAYA DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI IMPLANT PADA PASANGAN USIA SUBUR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ABELI TAHUN 2016
A. KARAKTERISTIK RESPONDEN 1. No Responden
:
2. Nama
:
3. Umur
:
4. Alamat
:
5. Agama
:
Islam
Kristen
6. Pendidikan Terakhir
:
SD
SMP
Perguruan Tinggi 7. Pekerjaan
:
PNS
Hindu
Budha
SMA Lain-lain………….
Wiraswasta
Tidak Bekerja
8. Pemilihan alat Kontrasepsi : Alat Kontrasepsi apa yang ibu gunakan: a. Implant b. Lainnya ……………………..(tulis jenis Kontrasepsinya) sudah berapa kali ibu menggunakan kontrasepsi a. pertama kali………………..(tulis lama pemakaiannya) b. pengguna aktif…………….(tulis lama pemakaiannya) B. PENGETAHUAN AKSEPTOR TENTANG KB Berilah tanda silang pada jawaban yang dianggap paling benar 1. Keluarga Berencana (KB) adalah usaha untuk mengatur jumlah kelahiran anak.
a. Benar b. Salah 2. Alat kontrasepsi Implant adalah alat yang digunakan untuk mencegah terjadinya kehamilan yang bersifat jangka pendek. a. Benar b. Salah 3. Untuk menghindari terjadinya kehamilan dapat dicegah dengan menggunakan metode kontrasepsi. a. Benar b. Salah 4. Waktu menggunakan alat kontrasepsi (Implant) dapat dilakukan kapan saja walaupun dalam keadaan hamil. a. Benar b. Salah 5. Waktu yang paling aman untuk menggunakan alat kontrasepsi (Implant) adalah pada usia produktif dan telah memiliki anak. a. Benar b. Salah 6. Pengguna kontrasepsi (Implant) dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsinya sesuai dengan keinginan. a. Benar b. Salah
7. Ibu yang hamil atau dicurigai hamil sebaiknya tidak menggunakan alat kontrasepsi karena dapat menyebabkan keguguran, pendarahan, dan resiko terjadinya cacat pada janin. a. Benar b. Salah 8. Yang boleh menggunakan kontrasepsi (Implant) adalah ibu yang sedang menyusui. a. Benar b. Salah 9. Alat kontrasepsi Implant merupakan alat kontrasepsi jangka panjang dengan jangka waktu 1 tahun, 3 tahun, dan 5 tahun. a. Benar b. Salah 10. Alat kontrasepsi Implant di pasang didalam rahim. a. Benar b. Salah C. DUKUNGAN SUAMI 1. Apakah suami Ibu setuju dengan alat kontrasepsi yang Ibu gunakan? a. Ya
b. Tidak
2. Apakah suami Ibu mendukung sepenuhnya dalam penggunaan alat kontrasepsi saat ini? a. Ya
b. Tidak
3. Apakah sebelum menggunakan alat kontrasepsi (KB) suami Ibu mengetahui tentang rencana Ibu untuk menunda kehamilan? a. Ya
b. Tidak
4. Apakah suami Ibu memberikan saran tentang alat kontrasepsi yang akan digunakan? a. Ya
b. Tidak
5. Apakah suami Ibu mengantar ke tempat pelayanan alat kontrasepsi (KB) saat menentukan alat kontrasepsi yang tepat untuk digunakan? a. Ya
b. Tidak
6. Apakah suami Ibu turut mengikuti konseling pemilihan alat kontrasepsi? a. Ya
b. Tidak
7. Apakah suami Ibu ikut serta dalam menentukan alat kontrasepsi yang Ibu gunakan? a. Ya
b. Tidak
8. Apakah selama menggunakan alat kontrasepsi (KB) jenis tertentu suami Ibu pernah mengeluh tentang adanya gangguan dalam melakukan hubungan seksual? a. Ya
b. Tidak
9. Apakah selama menggunakan alat kontrasepsi (KB) jenis tertentu, suami Ibu pernah menyarankan untuk berhenti menggunakannya? a. Ya
b. Tidak
10. Apakah setelah berhenti menggunakan salah satu jenis alat kontrasepsi (KB) tersebut suami Ibu pernah menyarankan untuk hamil lagi? a. Ya
b. Tidak
D. Budaya 1. Apakah keluarga di sekitar lingkungan Ibu ada yang menggunakan kontrasepsi? a. Ya
b. Tidak
2. Apakah menurut pandangan Ibu bahwa dapat mempengaruhi kenyamanan dalam hubungan seksual? a. Ya
b. Tidak
3. Apakah budaya banyak anak banyak rezeki mempengaruhi Ibu untuk tidak menggunakan alat kontrasepsi? a. Ya
b. Tidak
Alasan:................................................................................................................................... ............................................................................................... 4. Apakah dengan menggunakan kontrasepsi tidak melanggar adat istiadat atau kebiasaan di lingkungan Ibu?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah jika Ibu menggunakan alat kontrasepsi, didalam pergaulan sehari-hari tidak merasa diasingkan oleh keluarga atau tetangga? a. Ya
b. Tidak
6. Apakah Ibu selama menggunakan kontrasepsi ada larangan atau pantangan yang tidak dibolehkan? a. Ya
b. Tidak
Jika Ya, sebutkan ........................................................................................... 7. Apakah jika Ibu selama menggunakan dibolehkan untuk menghadiri upacara adat misalnya perkawinan keluarga, adat permainan dan lain-lain? a. Ya 8.
b. Tidak
Apakah dalam budaya suku ibu menganjurkan untuk memiliki sedikit anak? a. Ya
b. Tidak
9. Apakah dengan menggunakan KB khususnya tidak dilarang oleh tokoh adat di lingkungan Ibu? a. Ya
b. Tidak
10. Pernyataan tentang alat harus diambil (dicabut) pada seseorang harus meninggal dunia, karena dianggap sebagai benda asing. Apakah Ibu setuju dengan pernyataan tersebut? a. Ya
b. Tidak
E. Alasan:........................................................................................................................................ ................................................................................
MASTER TABEL
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Inisial DA OK KI SK LM IH PS DF GH JN NM JK YH GF BN BM MJ NSK GB SA KM DC SA CV SD AS
HUBUNGAN PENGETAHUAN, DUKUNGAN SUAMI DAN BUDAYA DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ABELI KOTA KENDARI Umu Alamat r 26 Puday 23 Abeli 27 Lapulu 21 Tobimeita 37 Puday 32 benuanirae 23 benuanirae 18 Lapulu 34 Tobimeita 24 Puday 45 poasia 28 Abeli 36 Tobimeita 23 poasia 24 Lapulu 26 Tobimeita 37 Puday 21 Abeli 27 Puday 32 benuanirae 28 Lapulu 21 Abeli 24 Lapulu 23 Puday 32 Tobimeita 28 Anggalomel ai
Pendidikan SM A SM A Perguruan TinggiSM P Perguruan Tinggi Perguruan Tinggi Diploma SD SM P Perguruan TinggiSM P Diploma SM P SM P Diploma Tidak bersekolah SD SM P SM P Diploma SM A Diploma Diploma SM A SM P Diploma
Implant Tidak menggunakan menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan menggunakan menggunakan Tidak menggunakan
Pengetahua n kurang cukup cukup kurang kurang kurang kurang kurang kurang kurang kurang cukup cukup kurang kurang cukup cukup cukup cukup kurang kurang kurang kurang kurang kurang kurang
Dukungan Suami tidak mendukung mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung mendukung mendukung mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung mendukung mendukung mendukung mendukung mendukung mendukung mendukung mendukung tidak mendukung
Budaya tidak mendukung mendukung tidak mendukung mendukung mendukung mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung mendukung tidak mendukung mendukung mendukung tidak mendukung mendukung mendukung tidak mendukung tidak mendukung mendukung tidak mendukung mendukung mendukung mendukung
27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57
CD VD SA GF SF FGF HJ DI BN VF SS FG AD FD VF BG EFD PT RF GB EFR RW BD SFD DG EG EE OL KL XC SD
28 31 29 30 22 21 27 40 31 39 41 24 27 23 34 21 32 32 24 28 24 32 32 28 28 33 19 40 27 18 32
Abeli Tobimeita Abeli Anggalomel aiTobimeita Abeli Anggalomel aiBenuanirae Puday Benuanirae Anggalomel aibenuanirae Abeli Anggalomel ai Puday Benuanirae Poasia Puday Tali a Benuanirae Tali a Poasia Lapulu Lapulu Tali a Puday Poasia Benuanirae Benuanirae Lapulu poasia
SD SM A SM P SM A SM P SD SM P SM A SM Tidak P bersekolah Diploma SD Diploma Perguruan TinggiSD SM P SD Perguruan TinggiSM A Perguruan Tinggi Perguruan TinggiSM A SD SM A Diploma SD SM A SM A SM P SM A SD
Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan menggunakan Tidak menggunakan menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan menggunakan Tidak menggunakan
kurang kurang kurang kurang kurang kurang kurang kurang cukup kurang kurang cukup cukup kurang kurang kurang kurang kurang cukup kurang cukup kurang kurang kurang kurang kurang kurang kurang kurang cukup kurang
tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung mendukung mendukung mendukung mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung
tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung mendukung tidak mendukung mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung mendukung tidak mendukung mendukung mendukung tidak mendukung mendukung tidak mendukung mendukung mendukung mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung
58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88
GB YTH JKI TYH RGF VBH HFF DE BH UK OP FS GH HJ GF FS GH LK FDD FH SW QS XD FB HG RT FD SZ NM LO SF
38 27 19 19 24 24 28 32 37 32 27 28 34 26 18 24 34 29 32 28 24 26 32 22 26 31 40 28 28 30 34
Lapulu Anggalomel ai Puday Tali a Lapulu Anggalomel ai Puday Tali a Anggalomel ai Anggalomel ai Tali a poasia Abeli Poasia Tobimeita poasia Tobimeita Tali a Lapulu Tali a Tobimeita Tali a Abeli Lapulu Anggalomel ai Lapulu Tobimeita Anggalomel aiTobimeita poasia Abeli
Tidak bersekolah SM A SM P SD Diploma SM A Diploma SM Tidak A bersekolah SD SM A SM A SD Tidak bersekolah Tidak bersekolah Diploma Tidak bersekolah SD Tidak bersekolah SM P SM A SM Tidak P bersekolah SD SM A SD Diploma SD SM P Diploma SD
Tidak menggunakan menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan menggunakan Tidak menggunakan
cukup cukup kurang kurang kurang cukup kurang kurang kurang cukup kurang kurang kurang kurang kurang kurang kurang kurang kurang kurang kurang kurang kurang kurang kurang kurang kurang kurang kurang cukup kurang
mendukung mendukung tidak mendukung tidak mendukung mendukung tidak mendukung mendukung mendukung mendukung mendukung mendukung mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung mendukung mendukung mendukung mendukung mendukung mendukung mendukung mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung
mendukung mendukung tidak mendukung mendukung mendukung mendukung mendukung mendukung mendukung mendukung mendukung tidak mendukung mendukung mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung mendukung mendukung mendukung mendukung mendukung tidak mendukung mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung
89 GBN 90 HY 91 DF 92 RE 93 PO 94 LI 95 MK 96 XV 97 BG 98 VF 99 SA 100 CD 101 SW 102 RU 103 TY
21 17 38 40 27 24 17 34 32 32 24 41 38 32 36
Anggalomel ai Lapulu Lapulu Anggalomel aiTobimeita Lapulu benuanirae Lapulu Tali a benuanirae Lapulu Anggalomel aibenuanirae Lapulu Abeli
SM A SM P Diploma SD Tidak bersekolah SM A SM P SD SM A Diploma Tidak bersekolah SM P Perguruan TinggiSD SM A
Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan Tidak menggunakan menggunakan
kurang kurang kurang kurang cukup kurang kurang kurang cukup kurang kurang kurang kurang kurang cukup
tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung tidak mendukung mendukung tidak mendukung mendukung mendukung mendukung mendukung mendukung mendukung tidak mendukung tidak mendukung mendukung
mendukung tidak mendukung mendukung tidak mendukung tidak mendukung mendukung mendukung mendukung mendukung mendukung mendukung mendukung tidak mendukung mendukung mendukung
Frequency Table umur responden Frequency Valid
15-20 21-25
Percent
9
8.7
24
23. 3 31. 1 21. 4 15. 5 100. 0
32
26-30
22
31-35
16
>35
103
Total
Cumulati ve
Valid Percent
23.3
Percen 8.7 t 32.0
31.1
63.1
21.4
84.5
15.5
100.0
8.7
100.0
alamat responden Frequency
Percent
12
Valid Puday
11. 7 17. 5 11. 7 12. 6 13. 6 13. 6 10. 7 8.7
18
Lapul
12 u
13
Abeli
14 14
Benuanirae
11 Tobimeita
9 103
Anggalome lai Poasia
Valid Percent
100. 0
Valid
islam kriste n hindu budh
17.5
Percen 11.7 t 29.1
11.7
40.8
12.6
53.4
13.6
67.0
13.6
80.6
10.7
91.3
8.7
100.0
11.7
100.0
agama responden
Tali a Tota l
Cumulati ve
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulati ve
8.7
Percen 82.5 t 91.3
4.9
4.9
96.1
2
1.9
1.9
98.1
2
1.9
1.9
100.0
103
100. 0
100.0
85 9
82. 5 8.7
5
82.5
pendidikan terakhir Frequency Valid
9
Perguruan tinggi diploma SM A SM
Percent 8.7
Cumulati ve
Valid Percent
16. 5 24 23. 3 21 20. 4 21 20. 4 11 10. 7 103 100. pekerjaan 0 responden
16.5
Percen 8.7 t 25.2
23.3
48.5
20.4
68.9
20.4
89.3
10.7
100.0
8.7
17
100.0
P
Valid
SD PNS Tidak berskolah buruh Tot nelayan al petani wiraswas
Frequency
Tota l
7.8
7
6.8
6.8
Percen 7.8 t 14.6
4
3.9
3.9
18.4
5
4.9
4.9
23.3
12
11. 7 65. 0 100. 0
11.7
35.0
65.0
100.0
67
tidak menggunakan
89 14 103
menggunakan Total
7.8
100.0
pemilihan alat kontrasepsi
Frequency Valid
Valid Percent
8
103 ta IRT
Percent
Cumulati ve
Percent 86. 4 13. 6 100. 0
Valid Percent
Cumulati ve 86.4 13.6 100.0
Percen 86.4 t 100.0
total pengetahuan
Valid kuran g
Frequenc Percent Valid y Percent 81 78. 78.6 6 22 21. 21.4 4 103 100. 100. 0 0
cuku
Cumulati ve Percen78.6 t 100.0
Chi-Square Tests
p Value
Total Continuity Correctionb Likelihood Ratio
24.182 a 20.85 519.70
Fisher's Exact Test
3
Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
23.94 7 103
Pearson Chi-Square
Asymp. Sig. Exact Sig. (2(2sided) sided) 1 .000 1 .000
df
1
.000 .000
1
Exact Sig. (1sided)
.000
.000
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.99. b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures Value Nominal by Nominal
Approx. Sig. .48 .000 5 .48 .000 5 103
Phi Cramer's V
N of Valid Cases
total dukungan suami
Valid
tidak mendukung
Frequenc Percent Valid y Percent 93 90. 90.3 3 10 9.7 9.7 103
mendukung Total
100. 0
100. 0
Cumulati ve Percen90.3 t 100.0
total budaya
Valid
tidak mendukung mendukung Total
Valid
Percen41.7 t 100.0
total dukungan suami
tidak mendukung mendukung Total
Frequenc Percent Valid y Percent 43 41. 41.7 7 60 58. 58.3 3 103 100. 100. 0 0
Cumulati ve
Frequenc Percent Valid y Percent 63 61. 61.2 2 40 38. 38.8 8 103 100. 100. 0 0
Cumulati ve Percen61.2 t 100.0
total dukungan suami * pemilihan alat kontrasepsi Crosstabulation pemilihan alat kontrasepsi tidak
total
tidak mendukung
dukungan
Count % within total dukungan suami
suami mendukung
Count % within total dukungan suami
Total
Count % within total dukungan suami
menggunak menggunaka an 59 n 4
Total 63
93.7 % 30
6.3% 10
100.0 % 40
75.0 % 89
25.0 % 14
100.0 % 103
86.4 %
13.6 %
100.0 %
Chi-Square Tests
Value
df
Continuity Correctionb Likelihood Ratio
7.246 a 5.74 57.10
Fisher's Exact Test
1
Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
7.17 6103
Pearson Chi-Square
Asymp. Sig. Exact Sig. (2(2sided) sided) 1 .007 1 .017 1
Exact Sig. (1sided)
.008 .015
1
.009
.007
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.44. b. Computed only for a 2x2 table Symmetric Measures Value Nominal by Nominal
Approx. Sig. .20 .036 7 .20 .036 7 103
Phi Cramer's V
N of Valid Cases total budaya
Valid
Frequenc Percent Valid y Percent 62 60. 60.2 2 41 39. 39.8 8 103 100. 100. 0 0
tidak mendukung mendukung Total
Cumulati ve Percen60.2 t 100.0
total budaya * pemilihan alat kontrasepsi Crosstabulation pemilihan alat kontrasepsi tidak
total budaya tidak mendukung
mendukung Total
Count
menggunak menggunaka an 58 n 4
Total 62
% within total budaya Count
93.5 % 31
6.5% 10
100.0 % 41
% within total budayaCount
75.6 % 89
24.4 % 14
100.0 % 103
% within total budaya
86.4 %
13.6 %
100.0 %
Chi-Square Tests Value Continuity Correctionb Likelihood Ratio
6.762 a 5.32 16.66
Fisher's Exact Test
6
Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
6.69 6103
Pearson Chi-Square
Asymp. Sig. Exact Sig. (2(2sided) sided) 1 .009 1 .021
df
1
.010 .016
1
Exact Sig. (1sided)
.011
.010
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.57. b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures Value Nominal by Nominal
Phi Cramer's V
N of Valid Cases
Approx. Sig. .25 .009 6 .25 .009 6 103
Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian
DOKUMENTASI
Gambar 1. Puskesmas Abeli Kota Kendari
Gambar 2. Pengisian Kuisener bersama responden
Gambar 3. Pengisian Kuisener bersama Responden
Gambar 4. Pengisian Kuisener bersama Responden
Gambar 5. Mengikuti Posyandu Puskesmas
c ·· · .··· .
Nomor Lampiran Perihal
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKA..~TINGG} UNIVERSITAS HALU OLEO FAKUL TAS KESEHAT AN MASYARAKA T J1. H.E.A. Mokodompit Kendari 93232, Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu [-Mail: fkesrnas unhalu@\"ahoo.com,
Laman:
www.uho.ac.id
Kendari, 16 Februari 2016
: SS"'r 1UN29.l5ILLl2016 : Permohonan Izin Pengambilan Data Sekunder
Kepada Ytb. Kepala Puskesmas Abell Di Kendari Dengan hormat, Sehubungan dengan penyelesaian Tugas Akhir (Skripsi) Mahasiswa Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo, maka dalam hal ini karni mohon kesediaan Bapak/lbu untuk memberikan izin Pengambilan Data Sekunder di Puskesmas Abeli Mengenai "Data Pengguna KB Aktif Tabun 2013 s.d. 2016" kepada Mahasiswa/i kami yang bemama: Nama
: Hasmiatin
NIM
: FID3110n
Jurusan
: Kesehatan Masyarakat
Peminatan
: Promosi Kesehatan
Demikian surat permohonan izin ini, atas perhatian dan perkenaannya diucapkan terima kasih.
Sabilu, M.Si 0924 199303 1 003
Tembusan Yth. : Rektor UHO (sebagai laporan)
. '-...-. - ---- ."::::.-. . .._-_....~_..... J..~.£!...~'W; ~±d.. Universitas Halu Oleo Bersih, l ndah. Sejuk, Arnall .Iuiur, Adil. Corona Rovona, Adanrif, Disintin, Kreatif, Inovatif, Toleran, Amanah
n,,,.' ,----_;_;,..,.--, ~~
PEMERIN'fAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA BADAN PENELITIAN DAN PENGEfv'l[;ANGAN Kompleks Bumi Praja Anduonohu _l"'W'T'IW .?tt5=n m~
~
Telp. (0401) 3136256 Kendari 93232 z=-rm=?ZDF1R? mr
Kendari, 6 Juni 2016 Kepada Yth. Kepala Dinas Kesehatan Kota Kendari di KENDARI
Nemer : 070/1986/Balitbang/2016 Lampiran Perihal Izin Penelitian
Berdasarkan Surat Dekan FKM UHO Kendari Nomor: 1392iUN29.15/PPi2016 tanggal 3 Juni 2016 perihai tersebut di atas, Mahasiswa di ba'_N~t~ni : HA§NlIATIN N~mCl No. Stambuk
F1D311072
~lrld~~11
S1 Kesmas
Pekerjaan
Mahasiswa
Lokasi Penelitian
Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kec. Abef Kola Kendari
Bermaksud untuk melakukan Daerah/Kantor Saudara dalam ranQka penyusunan judul :
Penelitian/Pengambilan
Data di
Skripsi, denqan
IIHUBUNGAN PENGETAHUAN, DUKUNGAN SUAMI DAN BUDAYA DENG.4N PENGGUNAAN ALA T KONTRASEPSI IMPLANT PADA PASANGAN U~';;A SUBUR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ABEll KECAMATAN ABeLl «ot» KENDARI TAHUN 2016" Yang akan dilaksanakan selesai
dari tanggal
: 6 Juni 2016 sampai
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, pada prinsipnya kami rnenyetujui kegiatan dimaksud dengan ketentuan : 1. Senantiasa menjaga keamanan dan ketertiban serta mentaati perundang ..undangan yang berlaku. 2. TiqC3km~n.gClqC3kCk~lngiClt~nl.~il1y~ng p~rt~nt~n.g~nq~n.g~n. rencana ~.~mL!I<:!. 3. Dalam setiap kegiatan dilapangan agar pihak Peneliti senantiasa koordinasi dengan pemerintah setempat. 4. VV~ji~ lTl~nghQrm.~~iAg~~I§~i~g~Yt~l1g Q~rl~kY gi g?~r~h~~t~rnpat. 5. Menyerahkan 1 (satu) examplar copy hasil penelitian kepada Gubernur Sultra Cq. Kepala Badan Penelitlan dan Pengembangan Provinsi Sulawesi T enggara. 9·. $IH~.~i~il1?k~11gi~~~l}~1<~1Tl~?g1~i.11~IiI1Y?~~I
Izin
Penelitian
diberikan
untuk
digunakan
I
Tembusan: 1. Gubernur Sulawesi Tenggara (sebagai laporan) di Kendari; 2. Walikota Kendari di Kendari; 3_ n··.:. F HHO- Ke .~ Ke~a:'iti: 4. Kepala Badar. Kesbang Kota Kenda -i di Kendari;
DINAS KESEHATAN KOTA KENDARI PUSKESMAS KECAMA TAN ABELl JL Sewangi No. 02 Telp (0401) 3008612 Kendari SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN Nomor :
•
184 I Pusk I VI I 2016
Yang bertanda tangan dibawah ini Nama NIP
: Mineewarti, SKM : 19741220 1996032001
Pangkatl Gol
: Penata, Go]. IlIIe
Jabatan
: Kepala Tata Usaha
Dengan ini menerangkan bahwa Nama
:
Hasmiatin Nim FID3110n Program Studi/Jurusan Sl Kesmas
Telah melakukan penelitian di Puskesmas Perawatan Abeli dari Tanggal 6 Juni sId 6 Juli 2016 dengan Judul : "Hubungan Pengetahuan,Dukungan Suami Dan Budaya Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant Pada Pasangan Usia Subur Di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016" Demikian surat keterangan ini kami buat untuk di gunakan sebagaimana mestinya.