HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KB PRIA DENGAN STATUS PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA SUAMI Rizka Ayu Setyani1
ABSTRACT
ABSTRAK
Abstract : The objective of this Scientific Work is to find out the relationship between knowledge level of man Family Planning and the contraceptive use status in husband. Analytical observational research methods with cross-sectional approach. Held in February-July 2012 in Kelurahan Sangkrah. Data were collected using questionnaires from 286 respondents with different levels of education. Results of Chi-Square test analysis obtained X2 values count = 164.262, p = 0.000. X2 count is greater than the table of X2 and the price p is less than 0.05. This indicates H0 is rejected and Ha accepted, so it can be concluded that the better is the husband’s knowledge about man family planning, the higher is the contraceptive use status in husband.
Abstrak : Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang KB pria dengan status penggunaan alat kontrasepsi pada suami. Metode penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Dilaksanakan bulan Februari - Juli 2012 di Kelurahan Sangkrah. Data yang dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner pada 286 responden dengan tingkat pendidikan yang berbeda. Hasil dari uji analisis Chi-Square diperoleh nilai X2 hitung = 164,262, p = 0,000. X2 hitung lebih besar dari X2 tabel dan harga p kurang dari 0,05. Hal ini menunjukkan H0 ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin baik tingkat pengetahuan suami tentang KB pria maka semakin tinggi status penggunaan alat kontrasepsi pada suami.
Key words : Knowledge, Use Status, Family Planning
Kata kunci : Penggunaan, KB
1
Staff Pengajar D III Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta
Pengetahuan,
Status
PENDAHULUAN Indonesia
yang
2009, pada tahun 2010 cakupan pengguna
memiliki banyak masalah kependudukan
kondom meningkat menjadi 13,75% dan
yang hingga saat ini belum dapat diatasi.
cakupan
Untuk mewujudkan penduduk Indonesia
menurun menjadi 0,2%. Masih rendahnya
yang berkualitas maka pemerintah memiliki
partisipasi pria ini karena terbatasnya pilihan
visi dan misi baru, yaitu mewujudkan
kontrasepsi yang disediakan bagi pria, dan
“Keluarga yang berkualitas tahun 2015”.
sebagian pria masih beranggapan bahwa KB
Salah
merupakan urusan istri (Parwieningrum,
satu
adalah
masalah
negara
dalam
upaya
mensukseskan visi misi tersebut adalah rendahnya partisipasi pria atau suami dalam pelaksanaan program KB (Saifuddin, 2010). Menurut
mantap
2009). Berdasarkan
laporan
pelaksanaan
tahun 2010, partisipasi kaum pria di Surakarta dalam memakai alat kontrasepsi
partisipasi pria dalam ber-KB masih sangat
sebanyak 4.857 orang dan berdasarkan hasil
rendah, yaitu sekitar 1,3 persen (vasektomi
rekapitulasi sampai bulan Desember tahun
0,4%
sedangkan
2011 Kota Surakarta memiliki total peserta
berdasarkan hasil SDKI 2007 mencapai
KB aktif pria yaitu 5.090 orang, yang terdiri
1,5% (vasektomi 0,2% dan kondom 1,3%).
dari vasektomi
Ini
rendahnya
kondom 4.907 orang (96,4%). Meskipun
pencapaian peserta KB pria sedangkan untuk
peserta aktif KB pria di Kota Surakarta
unmetneed/ingin KB tetapi belum terlayani
meningkat, tetapi jumlah ini masih rendah
masih 9,1%. Hal ini selain disebabkan oleh
apabila
keterbatasan jenis alat kontrasepsi pria, juga
pasangan usia subur (Bapermas, PP, PA, dan
disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan
KB, 2011).
kondom
menunjukkan
mereka
akan
SDKI
kontrasepsi
2002-2003,
dan
data
peserta
0,9%),
masih
hak-hak
dan
kesehatan
183 orang (3,6%) dan
dibandingkan
dengan
jumlah
Kelurahan Sangkrah adalah salah satu
reproduksi serta kesetaraan dan keadilan
kelurahan
gender. Demikian pula, penyelenggaraan KB
Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta
dan kesehatan reproduksi masih belum
yang terdiri dari 13 RW dengan jumlah
mantap jika dilihat dari aspek kesetaraan dan
pasangan usia subur sebanyak 1.749 orang.
keadilan gender (Parwieningrum, 2009).
Mayoritas warganya masih berstatus sosial
Berdasarkan profil kesehatan Jawa
ekonomi
terpadat
menengah
penduduknya
ke
bawah
di
dengan
Tengah (2010), cakupan peserta KB aktif di
tingkat pendidikan formal yang beragam.
Provinsi Jawa Tengah tahun 2009 sebesar
Hal ini mempengaruhi tingkat pengetahuan
78,37%. Partisipasi pria untuk menjadi
tentang KB yang berdampak pada status
peserta KB aktif masih sangat kecil, yaitu
penggunaan
vasektomi sebanyak 1,71% dan kondom
kontrasepsi pada suami. Selain itu terdapat
7,02%. Apabila dibandingkan dengan tahun
beberapa pemahaman masyarakat tentang
dalam
menggunakan
alat
KB yang masih dipengaruhi oleh adat istiadat
dan
lingkungan
sosial
budaya
Berdasarkan latar belakang di atas, Penulis
tertarik
untuk
memilih
judul
misalnya adanya anggapan kalau banyak
“Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan
anak banyak rejeki, KB hanya urusan istri,
Tentang KB Pria dengan Status Penggunaan
bahkan mengharamkan KB kecuali dengan
Alat Kontrasepsi Pada Suami”. Karya Tulis
sistem kalender. Hal ini dapat menjadi salah
Ilmiah
satu penyebab rendahnya partisipasi suami
Indarsih, mahasiswi Akademi Kebidanan
dalam menggunakan alat kontrasepsi, yaitu
Husada Jombang dengan judul “Hubungan
vasektomi sebanyak 0,3% dan kondom
Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Suami
sebanyak
Hasil
Tentang Kontrasepsi MOP di Kelurahan
penelitian yang dilakukan oleh Siregar
Karangsari Kecamatan Tuban Kabupaten
(2008)
Tuban”
5,2%
(Sarsuti,
menyatakan
2011).
bahwa
tingkat
serupa
pada
pernah
tahun
dilakukan
2007.
Hal
oleh
yang
pengetahuan suami tentang alat kontrasepsi
membedakan dengan Karya Tulis Ilmiah
baik sebesar 39,72%, cukup sebesar 35,62%,
sebelumnya meliputi subyek, waktu, lokasi,
dan kurang sebesar 24,66%.
metodologi, dan hasil penelitiannya.
METODE PENELITIAN Jenis
penelitian
digunakan
pasangan usia subur (PUS) sebanyak 1749
adalah metode observasional analitik dengan
orang di 13 RW Kelurahan Sangkrah
desain penelitian cross-sectional. Penelitian
Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta
dilakukan
yang memenuhi kriteria inklusi antara lain :
di
yang
Kelurahan
Sangkrah
Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta
pria
dengan
adalah bulan
pasangan usia subur (PUS), dan bertempat
Februari-Juli 2012. Populasinya adalah pria-
tinggal di Kelurahan Sangkrah Kecamatan
pria yang sudah menikah dari pasangan usia
Pasar Kliwon Kota Surakarta. Instrumen
subur (PUS) yang berada di Kelurahan
yang digunakan adalah kuesioner yang
Sangkrah dan terdaftar di UPT Bapermas,
sudah diuji validitas dan reliabilitasnya.
PP, PA, dan KB Kecamatan Pasar Kliwon
Analisis
Kota Surakarta. Teknik pengambilan sampel
hubungan menggunakan uji korelasi chi-
yang digunakan adalah simple random
square dengan bantuan SPSS versi 19.00 for
sampling. Pengambilan sampel sebanyak
windows.
286
waktu penelitian
orang
secara
acak
dari
populasi
yang
sudah
data
menikah,
untuk
merupakan
menguji
keeratan
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Distribusi
kuesioner
(20,6%) PNS, 83 orang (29%) swasta, 44
berdasarkan pendidikan terakhir yaitu dari
orang (15,4%) wiraswasta, dan 100 orang
286 responden, sebanyak 38 orang (13,3%)
(35%) buruh.
pendidikan
penyebaran
orang
Berikut ini hasil penelitian berupa
(31,8%) SMP, 107 orang (37,4%) SMA, dan
data tingkat pengetahuan suami tentang KB,
50
Tinggi.
status penggunaan alat kontrasepsi pada
Sedangkan distribusi penyebaran kuesioner
suami, dan hubungan antara keduanya
berdasarkan jenis pekerjaan yaitu dari 286
adalah :
orang
terakhirnya
(17,5%)
SD,
91
Perguruan
responden, sebanyak sebagai 59 orang 1. Data variabel tingkat pengetahuan suami tentang KB pria Tabel 4.1 Data Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Suami Tentang KB Pria di Kelurahan Sangkrah Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta Tingkat pengetahuan suami tentang KB pria Baik Cukup Kurang Total
Frekuensi (orang) 104 95 87 286
Persentase (%) 36,4 33,2 30,4 100
Sumber : Data Lapangan di Kelurahan Sangkrah Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta periode 1 - 31 Mei 2012 2. Data variabel status penggunaan alat kontrasepsi pada suami Berdasarkan data, dari 32,9% suami dari pasangan usia subur yang menggunakan
alat
kontrasepsi,
ada
29,5%
yang
menggunakan alat kontrasepsi kondom, dan 3,4% yang menggunakan vasektomi. Tabel 4.2 Data Distribusi Status Penggunaan Alat Kontrasepsi Pada Suami di Kelurahan Sangkrah Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta Status penggunaan alat kontrasepsi pada suami Menggunakan Tidak menggunakan Total
Frekuensi (orang)
Persentase (%)
94
32,9
192
67,1
286
100
Sumber : Data Lapangan di Kelurahan Sangkrah Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta periode 1 - 31 Mei 2012
3. Hubungan antara tingkat pengetahuan suami tentang KB pria dengan status penggunaan alat kontrasepsi pada suami Tabel 4.3 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang KB Pria dengan Status Penggunaan Alat Kontrasepsi Pada Suami Status penggunaan alat kontrasepsi pada suami
Tingkat Pengetahuan Suami Tentang KB Pria
Menggunakan 83 orang 9 orang 2 orang
Baik Cukup Kurang
Hasil analisis data tersebut diperoleh 2
X hitung sebesar 164,262 dan
Tidak menggunakan 21 orang 86 orang 85 orang
bahwa semakin baik tingkat pengetahuan
p =
suami tentang KB pria maka semakin tinggi
0,000. Koefisien korelasi yang ditemukan
status penggunaan alat kontrasepsi pada
sebesar 0,604. Hal ini berarti bahwa p < α
suami. Dengan demikian berdasarkan hasil
atau 0 < 0,05 sedangkan koefisien korelasi
penelitian yang diperoleh, hipotesis yang
sebesar 0,604 termasuk pada kategori kuat,
telah dirumuskan sebelumnya dapat terbukti
maka dapat dinyatakan bahwa H0 ditolak,
kebenarannya.
artinya ada hubungan positif yang signifikan
Pembahasan Dengan meningkatnya pengetahuan
Apabila dalam proses menimbang-nimbang
suami tentang KB pria, maka mendorong
tadi faktor pengaruhnya ke arah positif,
suami
maka akan timbul suatu sikap dimana suami
untuk
berpartisipasi
aktif
menggunakan alat kontrasepsi, sehingga
akan menggunakan alat kontrasepsi.
status penggunaan alat kontrasepsi pada
Meskipun begitu, tidak semua suami
suami pun juga meningkat. Menurut tinjauan
yang
teori dari BKKBN (2007), seseorang dapat
menggunakan alat kontrasepsi. Proses yang
menentukan
alat
paling berpengaruh adalah saat suami berada
kontrasepsi pada dasarnya melalui beberapa
pada proses menimbang-nimbang, karena
proses. Seseorang yang memiliki tingkat
pada proses inilah yang mempengaruhi
pengetahuan tentang KB pria baik, mereka
seseorang dengan pengetahuan tentang KB
mengetahui apa saja yang berkaitan dengan
pria baik, ada yang memilih untuk tidak
alat
terutama
menggunakan alat kontrasepsi. Menurut
kerugian/efek
penelitian serupa yang pernah dilakukan
pilihan
kontrasepsi
keuntungan/manfaat,
menggunakan
pria dan
tingkat
sebelumnya
pentingnya menggunakan alat kontrasepsi
ketidaksediaan suami untuk menggunakan
pria tersebut, kemudian mempertimbangkan
alat
apakah
pengetahuan tentang KB pria yang baik
menggunakan
atau
tidak
menggunakan alat kontrasepsi pria tersebut.
kontrasepsi
Wijayanti
baik
samping yang selanjutnya ia akan menyadari
akan
oleh
pengetahuannya
walaupun
(2006),
memiliki
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
sehingga mengakibatkan rendahnya status
antara lain :
penggunaan alat kontrasepsi di Kelurahan
(1) Pendidikan dapat berpengaruh
Sangkrah Kota Surakarta.
karena karakteristik individu yang berbeda-
(4)
Pengalaman
menggunakan
beda yang mempengaruhi pola pikir dalam
kualitas pelayanan yang baik dimana klien
menolak menggunakan alat kontrasepsi.
diharapkan mendapatkan tingkat kepuasan
Karakteristik pendidikan yang berbeda dapat
sebagai akseptor KB. Hal ini mempengaruhi
berpengaruh
pemahaman
status penggunaan alat kontrasepsi pada
setelah mereka mengetahui keuntungan dan
suami, karena pada saat penelitian, penulis
kerugian dari alat kontrasepsi tersebut.
mendapatkan bahwa ada calon responden
Responden
pendidikan
yang tegas menolak untuk dimintai data
terakhir SD memiliki pemahaman atau pola
kuesioner karena mengatakan tidak ber-KB
pikir
karena dahulu pernah menggunakan alat
dalam
yang
proses
memiliki
yang
lebih
rendah
dibandingkan
dengan
yang
apabila pendidikan
terakhirnya SMA/Perguruan Tinggi.
kontrasepsi
kondom
mengakibatkan
(2) Pekerjaan dapat berpengaruh
tetapi
kehamilan
gagal,
dan
yang
tidak
suami
yang
diinginkan.
ketika penghasilannya rendah, biaya untuk
Sebaliknya,
pada
memperoleh pelayanan KB menjadi tidak
memiliki pengetahuan tentang KB pria
terjangkau. Dalam penelitian ini, didapatkan
kurang,
pekerjaan responden yang beragam, yaitu
menggunakan alat kontrasepsi. Pengetahuan
dari 286 responden, sebanyak sebagai 20,6%
tentang KB yang cukup atau kurang bukan
PNS; 29% swasta; 15,4% wiraswasta, dan
berarti ia tidak tahu sama sekali karena
35% buruh. Walaupun selisih persentase
Kelurahan
tidak terlalu jauh, namun menggambarkan
Kliwon Kota Surakarta merupakan desa
bahwa
binaan KB, sehingga informasi tentang KB
sosial
ekonomi
di
Kelurahan
Sangkrah
Sangkrah Kecamatan Pasar Kliwon Kota
pria
Surakarta ini menengah ke bawah.
masyarakat
setiap
pengetahuan
yang
(3) Kondisi lingkungan dan budaya
telah
cenderung
untuk
tidak
Kecamatan
tersampaikan
Pasar
ke
seluruh
bulannya.
Tingkat
kurang
timbul
dari
setempat yang diharapkan dapat menerima
kurangnya pemahaman setelah informasi
adanya sosialisasi tentang program KB pria.
didapat yang dipengaruhi oleh karakteristik
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan
pendidikan suami yang beragam.
bahwa sebagian besar responden yang tidak
Disamping
itu
adanya
pengaruh
menggunakan alat kontrasepsi menyatakan
beberapa faktor dalam proses menimbang-
bahwa KB hanya urusan istri saja. Hal ini
nimbang yang menimbulkan sikap suami
merupakan pemahaman yang kurang tepat
enggan menggunakan alat kontrasepsi.
dan
dapat
sosialisasi
menghambat tentang
program
penerimaan KB
pria
Berdasarkan tinjauan teori menurut
dapat mempengaruhi, dimana pendapatan
BKKBN (2007) telah dijelaskan bahwa
yang rendah dengan jumlah anak yang
permasalahan
alat
banyak, kemudian pengalaman kegagalan
kontrasepsi yang rendah dikarenakan oleh
istri dalam ber-KB mengharuskan suami
kondisi
untuk
status
lingkungan
masyarakat,
dan
penggunaan
sosial,
keluarga
budaya,
yang
masih
menggunakan
Faktor-faktor
alat
kontrasepsi.
itulah
yang
akhirnya
pikir
kemudian
menganggap partisipasi pria belum penting
mempengaruhi
pola
dilakukan, pengetahuan dan kesadaran pria
memunculkan
sikap
dan keluarga mengenai KB relatif masih
menggunakan alat kontrasepsi meskipun
rendah,
memiliki pengetahuan tentang KB pria yang
keterbatasan
penerimaan
dan
aksesbilitas pelayanan kontrasepsi pria, serta
suami
untuk
kurang.
permasalahan lain yang turut mendukung
Berbeda dengan penelitian serupa
seperti peran tokoh agama yang masih
yang telah dilakukan sebelumnya oleh
kurang, sarana pelayanan KB bagi pria yang
Indarsih (2007) yang membagi variabel
masih perlu ditingkatkan, dan terbatasnya
pengetahuan menjadi dua tingkatan yaitu
pilihan
tersedia.
tinggi dan rendah, pada penelitian ini
Faktanya, sebagian besar responden yang
variabel tingkat pengetahuan dibagi tiga
tidak
kontrasepsi
yaitu baik, cukup, dan kurang. Alasannya
menyatakan bahwa KB hanya urusan istri
agar lebih bervariasi, dan menghasilkan
saja. Selain itu sebagian besar masih
korelasi yang lebih kuat.
alat
kontrasepsi
menggunakan
yang
alat
memiliki pemahaman yang kurang tepat
Menurut hasil penelitian, persentase
tentang KB pria, misalnya pernyataan bahwa
responden
vasektomi dianggap sama dengan kebiri
pengetahuan tentang KB pria baik lebih
sehingga mempengaruhi dalam ejakulasi dan
tinggi sekitar 36,4%, apabila dibandingkan
hubungan seksual, hal ini tentu saja tidak
dengan yang memiliki pengetahuan cukup
benar.
yang
(33,2%) atau rendah (30,4%). Namun selisih
menyebabkan suami enggan untuk ber-KB
antara tingkat pengetahuan baik, cukup, dan
meskipun setiap bulannya di Kelurahan
kurang
Sangkrah selalu ada program safari KB
disebabkan
secara gratis, termasuk pelayanan KB pria
karakteristik individu berdasarkan tingkat
yaitu kondom dan vasektomi.
pendidikan
ada
Pemahaman
inilah
yang
tidak
memiliki
terlalu
karena
banyak, adanya
yaitu
tingkat
hal
ini
perbedaan
sebanyak
13,3%
Berdasarkan hasil penelitian ternyata
pendidikan terakhirnya SD; 31,8% SMP;
responden
37,4% SMA, dan 17,5%.
yang
memilih
untuk
menggunakan alat kontrasepsi walaupun
Perguruan
memiliki pengetahuan tentang KB pria yang
lingkungan
kurang. Keadaan sosial ekonomi, jumlah
mempengaruhi
anak, dan pengalaman menjadi faktor yang
sosial
Tinggi.
Selain
budaya pola
juga
pikir
itu dapat dalam
menanggapi,
menerima,
dan
menolak
program KB pria.
kondom, dan 3,4% yang menggunakan vasektomi. Kondisi ini sebanding dengan
Faktanya penulis temukan saat proses
data cakupan KB dari Bapermas, PP, PA,
penelitian, dimana ada sebagian besar dari
KB di Kecamatan Pasar Kliwon Kota
calon responden di 1 RW (20 dari 23
Surakarta
responden) tidak bersedia dimintai data
menggunakan alat kontrasepsi (kondom
dengan alasan bahwa KB hanya merupakan
5,2% dan vasektomi
urusan istri saja. Hal ini menunjukkan
tidak menggunakan alat kontrasepsi (Sarsuti,
pengaruh lingkungan sosial budaya sangat
2011).
besar terhadap kesadaran suami untuk
yaitu
sekitar
5,5%
yang
0,3%), serta 94,5%
Meskipun hasil penelitian ini dapat
menggunakan alat kontrasepsi, meskipun
membuktikan
hipotesis
yang
telah
menurut hasil wawancara dengan Kepala
dirumuskan
sebelumnya,
namun
dalam
Kelurahan Sangkrah, daerah ini termasuk
pelaksanaannya
dalam desa binaan KB.
yaitu sebagian besar dari calon responden di
masih ditemui kendala,
Menurut data SDKI 2007, partisipasi
1 RW (20 dari 23 responden) tidak bersedia
pria dalam ber-KB masih sangat rendah,
dimintai data dengan alasan bahwa KB
yaitu sekitar 1,5% (kondom 1,3% dan
hanya merupakan urusan istri. Pengalaman
vasektomi
suami yang gagal dalam menggunakan alat
0,2%),
menggunakan 98,5%.
berarti
alat
yang
kontrasepsi
Sedangkan
berdasarkan
tidak sekitar
kontrasepsi
profil
bersedianya
juga untuk
menjadi
alasan
menjadi
tidak
responden
kesehatan Jawa Tengah (2010), partisipasi
penelitian. Ada calon responden yang tegas
pria untuk menjadi peserta KB aktif sekitar
menolak untuk dimintai data kuesioner
13,95% (kondom 13,75% dan vasektomi
karena mengatakan tidak ber-KB karena
0,2%), serta yang tidak menggunakan alat
dahulu pernah menggunakan alat kontrasepsi
kontrasepsi
kondom tetapi gagal, dan mengakibatkan
sekitar
86,05%.
Rendahnya
status penggunaan alat kontrasepsi pada
kehamilan
suami juga ditemukan dalam penelitian di
Berdasarkan kendala tersebut, solusi dari
Kelurahan
Pasar
peneliti adalah mengambil 20 responden dari
Kliwon Kota Surakarta ini, bahwa sekitar
RW lain di Kelurahan Sangkrah Kota
67,1% tidak menggunakan alat kontrasepsi,
Surakarta secara random atau acak.
sedangkan
Sangkrah
dari
menggunakan
alat
Kecamatan
32,9%
suami
kontrasepsi,
yang terdapat
29,5% yang menggunakan alat kontrasepsi
yang
tidak
diinginkan.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian
ini
adalah
Tingkat
ada 94 orang (32,9%), sedangkan yang tidak
pengetahuan suami tentang KB pria di
menggunakan alat kontrasepsi ada 192 orang
Kelurahan
Pasar
(67,1%). Hal ini berarti partisipasi aktif
Kliwon Kota Surakarta yaitu baik ada 104
suami dalam menggunakan alat kontrasepsi
orang (36,4%), cukup ada 95 orang (33,2%),
masih kurang. (3) Terdapat hubungan positif
dan kurang ada 87 orang (30,4%). Hal ini
yang signifikan bahwa semakin baik tingkat
berarti sebagian besar suami dari pasangan
pengetahuan suami tentang KB pria maka
usia subur memiliki pengetahuan tentang
semakin tinggi status penggunaan alat
KB pria yang baik. (2) Status penggunaan
kontrasepsi pada suami, dengan kekuatan
alat kontrasepsi pada suami di Kelurahan
korelasi kategori kuat.
Sangkrah
(1)
subur yang menggunakan alat kontrasepsi
Kecamatan
Sangkrah Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta yaitu suami dari pasangan usia
Saran Bagi BKKBN dan tenaga kesehatan,
pelayanan KB pria oleh tenaga kesehatan ke
diharapkan perlu mengadakan pembinaan
semua
lapisan
masyarakat.
(2)
Bagi
dan pengembangan program KB pria secara
masyarakat, diharapkan adanya kesadaran
interpersonal, khususnya kepada kelompok
bagi para suami untuk meningkatkan status
suami dari pasangan usia subur yang tingkat
penggunaan alat kontrasepsi dengan cara
pengetahuannya tentang KB masih kurang
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
bahkan yang menolak untuk menggunakan
tentang Keluarga Berencana, khususnya KB
alat kontrasepsi. Selain itu juga peningkatan
pria.
DAFTAR PUSTAKA Atkinson, R.L., Atkinson R.C., Smith, E.E., Bem, D.J., 2002. Pengantar Psikologi Jilid 2. ed.2. Batam : Interaksara. h : 569-85 Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana, 2011. Laporan Umpan Balik, Hasil Pelaksanaan Program KB Nasional Kota Surakarta. Surakarta. h : 2 BKKBN, 2002. Ada Apa dengan Gender dalam KB dan Kesetaraan Reproduksi, Jakarta. http://www.gemapria.com. (10 Februari 2012) _______ , 2005. Upaya Percepatan Peningkatan Partisipasi Pria. http://provbkkbn.go.id. (11 Februari 2012) _______ , 2007, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Partisipasi Pria Dalam ber-KB. http://www.gemapria.com. (11 Februari 2012) _______ , 2008. Cara Meningkatkan Kesertaan KB Pria Dengan KIE Getok Tular Oleh Pelaku Sebagai Panutan. http://www.gemapria.com. (13 Februari 2012) _______ , 2012. Persepsi KB Jadi Urusan Wanita Hambat Kepesertaan Pria. http://www.bkkbn.go.id/berita/Pages/PersepsiKB-Jadi-Urusan-Wanita-HambatKepesertaan-Pria-.aspx. (6 Februari 2012) Dahlan, M.S, 2009. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel Dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. ed. 2. Jakarta : Salemba Medika. h : 54 Departemen Pendidikan Nasional, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. ed. 4. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. h : 218 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2010. Buku Saku 2010-Visualisasi Data Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Semarang. h : 74 Fajar, I, 2009. Statistika untuk Praktisi Kesehatan. ed. 1. Yogyakarta : Graha Ilmu. h : 80 Hidayat, A. A. A, 2011. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknis Analisis Data. ed. 1. Jakarta : Salemba Medika. h : 58-71 Indarsih, 2007. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Suami Tentang Kontrasepsi MOP di Kelurahan Karangsari Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban. Akademi Kebidanan Husada Jombang. KTI Notoatmodjo, S., 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. h : 67 ______________ , 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. h : 124 Nursalam, 2009. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan-Pedoman
Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. ed.2. Jakarta : Salemba Medika. h : 120 Parwieningrum E., 2009. Gender Dalam KB/KR. Jakarta : BKKBN. h : 9 Prawirohardjo, S., 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sawono Prawirohardjo. h : 539-40, 572-4 Riyanto, A., 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika. h : 146-9 Saifuddin, A.B., Affandi B., Baharuddin M., Soekir S., 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. ed.2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sawono Prawirohardjo. h : MK 1721, MK 85-8 Sarsuti, 2011. Rekapitulasi Hasil Pendataan Keluarga Tingkat Desa/Kelurahan. Surakarta Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. h : 125 Taufiqurrahman, M.A. Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu Kesehatan. Jakarta : UNS Press. h : 71. Widodo A., Wilopo S.A., Prabandari Y.S., 2004. Pengetahuan dan Sikap Pasangan Suami Isteri Mengenai Masalah Kesehatan Reproduksi Perempuan Hubungannya Dengan Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana. Sains Kesehatan. 17 : 219-32 Wijayanti. 2006. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Gender Suami dan Pemilihan Kontrasepsi Pada Ibu Akseptor KB di BPS Elis Djoko P, Banyuanyar Surakarta. Universitas Sebelas Maret. KTI Wiknjosastro, H. 2007. Ilmu Kebidanan. ed. 3. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo h : 909-10