HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK DEMOGRAFI SUAMI AKSEPTOR KB DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA
SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh : VERONIKA SRI PURNAMANINGTIAS NIM. ST13076
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian yang berjudul “Hubungan
Antara Karakteristik Demografi Suami Akseptor KB Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Di Puskesmas Gilingan Surakarta ”. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penelitian
ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan dalam penelitian ini. Selama penyusunan penelitian ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Dra. Agnes Sri Harti, M. Si, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada Surakarta. 2. Atiek Murharyati, S. Kep., Ns., M. Kep selaku pembimbing utama yang telah memberikan masukan dan dorongan dalam penyusunan penelitian ini. 3. Dra. Agnes Sri Harti, M. Si. selaku pembimbing pendamping yang telah banyak meluangkan
waktunya untuk membimbing dan mengarahkan
sehingga penelitian ini terselesaikan dengan baik. 4. Ibu Happy Indri Hapsari, S. Kep., Ns., M. Kep selaku penguji yang telah memberikan banyak saran dan masukan yang baik sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik 5. dr. Siti Wahyuningsih selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta yang telah memberikan ijin waktu dan tempat kepada peneliti untuk melakukan penelitian. 6. dr. Retno Erawati Wulandari selaku Kepala Puskesmas Gilingan Kota Surakarta yang telah memberikan ijin waktu dan tempat kepada peneliti untuk melakukan penelitian.
iv
7. Rekan sejawat yang sudah bersedia meluangkan waktu membantu dalam penelitian. 8. Civitas Akademik Prodi S1 Keperawatan yang telah membantu dalam proses penelitian ini. 9. Andreas Nadya, Joseph Abraham dan Josephine keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan selama menempuh pendidikan dan Ibu Umiyati di surga yang kukasihi untuk selama-lamanya. Akhirnya penulis menyadari penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaannya,
serta
semoga
penelitian
ini
dapat
bermanfaat
bagi
pengembangan keperawatan.
Surakarta, 27 Juli 2015
Penulis
v
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL......................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................
ii
SURATPERNYATAAN ...............................................................................
iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................
iv
DAFTAR ISI ..................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
x
ABSTRAK .....................................................................................................
xi
ABSTRACT ...................................................................................................
xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ..........................................................................
1
1.2 Rumusan masalah ...................................................................
5
1.3 Tujuan penelitian .....................................................................
5
1.4 Manfaatpenelitian ........................................................... .........
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan teori ............................................................................
7
2.2 Keaslian penelitian........ ............................................................
23
2.3 Kerangka teori...........................................................................
25
2.4 Kerangaka konsep ................................................................. ...
26
2.5 Hipotesis ............................................................................... ...
26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan rancangan penelitian ............................................. ...
27
3.2 Populasi dan sampel .................................................................
27
3.3 Tempat dan waktu penelitian ....................................................
29
3.4 Variabel penelitian, definisi operasional, skala pengukuran ....
30
3.5 Alat penelitian dan cara pengumpulan data ........................ .....
31
vi
3.6 Teknik pengolahan dan analisa data .................................... ....
33
3.7 Etika penelitian.........................................................................
37
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian .........................................................................
40
4.2 Analisis Univariat.................................................. ...................
43
4.3 Analisis Bivariat .......................................................................
44
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Hubungan antara karakteristik suami akseptor KB dengan pemilihan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di Puskesmas Gilingan Surakarta. ...................................................................
48
5.1.1
Karakteristik suami aseptor KB......................... ...........
48
5.1.2
Pemilihan alat kontrasepsi ............................................
53
5.1.3
Hasil analisis antara umur suami dengan pemilihan AKDR ...........................................................................
5.1.4
Hasil analisis antara pendidikan suami dengan pemilihan AKDR ...........................................................................
5.1.5
55
56
Hasil analisis antara tingkat penghasilan suami dengan pemilihan AKDR...... ....................................................
59
5.2 Keterbatasan..............................................................................
60
5.2.1
Kendala penelitian ........................................................
60
5.2.2
Kelemahan/keterbatasan selama proses penelitian .......
60
BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan............................................. ................................
62
6.2. Saran......................... ..............................................................
63
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL Nomor Tabel 2.1 3.1 4.1 4.2 4.3
Judul Tabel Keaslian penelitian Definisi operasional Ditribusi antara umur suami dengan pemilihan alat kontrasepsi Distribusi antara pendidikan suami dengan pemilihan alat kontrasepsi Distribusi antara penghasilan suami dengan pemilihan alat Kontrasepsi
viii
Halaman 23 30 44 45 46
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6
Judul Gambar AKDR Copper T AKDR Copper 7 AKDR Multi load AKDR Lippes loop Kerangka teori Kerangka konsep Distribusi responden berdasarkan umur responden Distribusi responden berdasarkan umur suami responden Distribusi responden berdasarkan pendidikan suami responden Distribusi responden berdasarkan penghasilan suami responden Distribusi berdasarkan alat kontrasepsi Distribusi berdasarkan jenis kontrasepsi
ix
Halaman 11 12 12 13 25 26 40 41 42 42 43 44
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Lampiran Lampiran 1
Surat perijinan
Lampiran 2
Permohonan menjadi responden
Lampiran 3
Persetujuan menjadi responden
Lampiran 4
Kuesioner
Lampiran 5
Analisa data
Lampiran 6
Lembar konsultasi
Lampiran 7
Jadwal penelitian
x
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015
Veronika Sri Purnamaningtias HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK DEMOGRAFI SUAMI AKSEPTOR KB DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA Abstrak AKDR merupakan salah satu jenis alat kontrasepsi non hormonal dan termasuk alat kontrasepsi jangka panjang yang ideal dalam upaya menjarangkan kehamilan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik suami akseptor KB dengan pemilihan AKDR. Penelitian cross sectional pada pasangan KB di Puskesmas Gilingan sejumlah 33 pasangan, variabel yang diamati : karakteristik demografi suami responden (umur, pendidikan, dan pendapatan), dan pemilihan AKDR. Analisis data dengan korelasi chi square. Umur suami akseptor KB di Puskesmas Gilingan sebagian besar berumur 18-40 tahun yaitu sejumlah 18 orang (54,5%). Tingkat pendidikan formal suami akseptor KB di Puskesmas Gilingan terbanyak adalah tingkat menengah sejumlah 16 orang ( 48,5%). Tingkat penghasilan suami akseptor KB di Puskesmas Gilingan Surakarta sebagian besar lebih dari UMR sejumlah 22 orang (66,7%). Pemilihan AKDR di Puskesmas Gilingan sejumlah 13 orang (39,4%). Berdasarkan hasil uji karakteristik demografi suami responden dengan menggunakan uji chi square diperoleh hasil umur suami responden (p=0.092) tidak mempunyai hubungan dengan pemilihan AKDR. Tingkat pendidikan suami responden (p=0.045) dan tingkat penghasilan suami responden (p=0.043) mempunyai hubungan dengan pemilihan AKDR.
Kata Kunci: karakteristik suami, akseptor KB, pemilihan AKDR Daftar pustaka: 30 (2000-2014)
xi
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA 2015
Veronika Sri Purnamaningtias CORRELATION BETWEEN DEMOGRAPHIC CHARACTERISTICS OF FAMILY PLANNING ACCEPTOR HUSBANDS AND SELECTION OF INTRA UTERINE DEVICE AT COMMUNITY HEALTH CENTER OF GILINGAN SURAKARTA ABSTRACT IUDis one typeof the non-hormonal contraceptive devices and a long-term ideal contraceptive device to space a pregnancy. The objective of this research is to investigate the correlation between the demographic characteristics of family planning acceptor husbands and the selection of intrauterine (IUD) device. This research used the cross-sectional design. Its samples consisted of 33 family planning couples at Community Health Center of Gilingan. The observed variables included the demographic characteristics of the respondents (age, education, and income) and selection of IUD device. The data of research were analyzed by using the Chi Square Test. The result of research shows that 18 family planning captor husbands (54.5%) were aged 18-40 years old. 16 family planning captor husbands (48.5%) had the formal education level of Secondary School. 22 family planning acceptor husbands (66.7%) had the income above the regional minimum wage. 13 respondents (39.4%) used the IUD device.The result of test on the demographic characteristics by using the Chi Square test shows that the age of a husband did not have any correlation with the selection of IUD device as indicated by the pvalue = 0.092. Yet, the education level (p=0.045) and the income level (p=0.043) of the respondents had a correlation with the selection of the IUD device.
Keywords: husbands’ characters, family planning acceptors,intra uterine (IUD)election References: 30 (2000-2014)
xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai jenis masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah di bidang kependudukan yang masih tinggi, pertumbuhan penduduk berkisar antara 2,15% per tahun hingga 2,49% per tahun (BKKBN, 2013). Semakin tinggi pertumbuhan
penduduk
semakin
besarusaha
yang
dilakukan
untuk
mempertahankan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu pemerintah terus berupaya untuk menekan laju pertumbuhan dengan program Keluarga Berencana (KB) (www.bkkbn.go.id). Program KB salah satu tujuannya adalah penjarangan kehamilan menggunakan metode kontrasepsi dan menciptakan kesejahteraan ekonomi dan sosial bagi seluruh masyarakat melalui usaha-usaha perencanaan dan pengendalian penduduk (Handayani, 2010). Salah satu strategi dari pelaksanaan program KB sendiri seperti tercantum dalam Rencana Pembangunan
Jangka
Menengah
(RPJM)
tahun
2004-2009
adalah
meningkatnya penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) seperti alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), implan (susuk) dan sterilisasi (BKKBN, 2003). Alat kontrasepsi dalam rahim merupakan salah satu jenis alat kontrasepsi non hormonal dan termasuk alat kontrasepsi jangka panjang yang
xiii 1
2
ideal dalam upaya menjarangkan kehamilan. Keuntungan pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim yakni hanya memerlukan satu kali pemasangan untuk jangka waktu yang lama dengan biaya yang relatif murah, aman karena tidak mempunyai pengaruh sistemik yang beredar keseluruh tubuh, tidak mempengaruhi produksi ASI dan kesuburan cepat kembali setelah alat kontrasepsi dalam rahim dilepas (BKKBN,2003). Menurut Hartanto (2004) alat kontrasepsi dalam rahim adalah metode kontrasepsi yang paling efektif untuk menjarakkan kehamilan karena tingkat kegagalan kontrasepsi alat kontrasepsi dalam rahim ini sangat kecil yaitu kurang lebih 1% sehingga pengaruhnya cukup besar bagi kesehatan reproduksi wanita dan alat kontrasepsi dalam rahim mempunyai masa kerja yang panjang, berbeda dengan kontrasepsi hormonal yang dapat berpengaruh pada tubuh dan dapat menimbulkan efek samping secara sistemik. Meskipun alat kontrasepsi dalam rahim merupakan alat kontrasepsi yang sangat penting bagi
kesehatan reproduksi
ibu
serta dapat
mengendalikan lajunya
pertambahan penduduk namun penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim ini menurun dibandingkan dengan alat kontrasepsi hormonal yang menimbulkan resiko tinggi bila penggunaannya dalam waktu panjang. Selain berisiko, biaya kontrasepsi hormonal lebih mahal dibandingkan kontrasepsi non hormonal. Data BKKBN pada bulan Februari 2013 didapatkan angka aseptor KB baru nasional sebanyak 663.254 peserta, dengan alat yang digunakan alat kontrasepsi dalam rahim 52,321 orang, suntik 334.217 orang, implan 49.577 orang, Metode Operasi Wanita (MOW) 9.870 orang, kondom 39.062 orang,
xiv
3
Metode
Operasi
Pria
(MOP)
1.691
orang,
pil
176.516
orang
(www.bkkbn.go.id). Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukkan program Keluarga Berencana (KB) mengalami stagnasi, dengan angka kelahiran rata-rata tetap 2,6 % setara tahun 2003. Puskesmas sebagai salah satu unit pelayanan kesehatan masyarakat di tingkat kecamatan memiliki beberapa program salah satunya adalah keluarga berencana (Depkes, 2005). Hasil cakupan pemakaian alat kontrasepsi di Puskesmas Gilingan Kota Surakarta sampai akhir September 2014 didapatkan data alat kontrasepsi dalam rahim 18 orang, pil 334 orang, kondom 88 orang, suntik 393 orang, susuk 32 orang. Alat kontrasepsi dalam rahim merupakan pilihan terkecil dari aseptor KB di Puskesmas Gilingan Kota Surakarta. Hartanto (2004) mengatakan bahwa kontrasepsi tidak dapat dipakai oleh istri tanpa kerjasama suami dan saling percaya. Keadaan ideal bahwa pasangan suami istri harus bersama memilih metode kontrasepsi yang terbaik, saling kerjasama dalam pemakaian, membayar biaya pengeluaran untuk kontrasepsi dan memperhatikan tanda bahaya pemakaian. Pendidikan suami menetukan pengetahuan dan pemahan tentang alat kontrasepsi. Umur suami juga akan mempengaruhi dalam pemilihan alat kontrasepsi karena usia antara 18-40 tahun lebih mudah memahami penjelasan tentang alat kontrasepsi dari petugas kesehatan baik manfaat atau efek sampingnya. Penelitian yang dilakukan Imbarwati menunjukkan adanya pendidikan dasar, usia muda, pendapatan di bawah UMR, pengetahuan yang kurang, persepsi biaya yang mahal, rasa kurang aman, perasaan malu, informasi yang
xv
4
kurang, kualitas pelayanan KB yang baik, dan pekerjaan berpengaruh padakeputusan untuk pemilihan alat konrasepsi. Selain itu hasilpenelitian yang dilakukan Radita Kusumaningrum menunjukkan bahwa umuristri, jumlah anak dan tingkat pendidikan memiliki hubungan yang bermakna dengan pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan. Menurut
teori
Lawrence
Green
dalam
Notoadmojo
(2010)
menggambarkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat berkaitan dengan kesehatan individu atau masyarakat ditentukan oleh 3 faktor yaitu faktor predisposisi (pendidikan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai – nilai tradisi, sosiodemografi dan sebagainya), faktor pemungkin meliputi sarana dan prasana dan faktor penguat meliputi sikap dan prilaku petugas kesehatan atau petugas lain, dukungan keluarga (suami), teman sebaya, guru-guru serta tokoh masyarakat, pemimpin dan pengambil kebijakan. Hasil studi yang dilakukan pada September 2014 yang dilakukan pada 10 akseptor KB di dapatkan hasil 20% menggunakan AKDR, 40% menggunakan suntik, dan 40% menggunakan pil KB. Dari hasil wawancara dengan aseptor KB AKDR diketahui pendidikan suami responden adalah menengah dengan pendapatan di atas UMR. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara karakteristik demografi suami akseptor KB dengan pemilihan alat kontrasepsi dalam rahim di Puskesmas Gilingan Surakarta 2015.
xvi
5
1.2 Rumusan masalah Alat kontrasepsi dalam rahim merupakan kontrasespsi yang paling efektif untuk menjarangkan kehamilan. Pengambilan keputusan dalam pemakaian kontrasepsi diperlukan kerjasama dengan suami. Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut, adakah hubungan antara karakteristik demografi suami akseptor KB dengan pemilihan alat kontrasepsi dalam rahim di Puskesmas Gilingan Surakarta ? 1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan umum Mengetahui hubungan antara karakteristik demografi suami akseptor KB dengan pemilihan alat kontrasepsi dalam rahim di Puskesmas Gilingan Surakarta. 1.3.2 Tujuan khusus 1. Mengidentifikasi umur suami akseptor KB di Puskesmas Gilingan Surakarta. 2. Mengidentifikasi tingkat pendidikan formal suami akseptor KB di Puskesmas Gilingan Surakarta 3. Mengidentifikasi tingkat penghasilan suamia kseptor KB di Puskesmas Gilingan Surakarta 4. Mengidentifikasi tentang pemilihan alat kontrasepsi di Puskesmas Gilingan Surakarta.
xvii
6
5. Menganalisis hubungan antara karakteristik
demografi suami
akseptor KB dengan pemilihan alat kontrasepsi dalam rahim di Puskesmas Gilingan Surakarta. 1.4 Manfaat penelitian 1.4.1 Manfaat bagi pelayanan kesehatan Penelitian ini dapat dijadikan sarana evaluasi dalam memberikan pelayanan KB AKDR sehingga dapat meningkatkan penggunaan KB AKDR yang merupakan kontrasepsi efektif dan berjangka waktu panjang. 1.4.2 Manfaat bagi institusi pendidikan Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pemilihan alat kontrasepsi sehingga mutu dalam bidang pendidikan meningkat. 1.4.3 Manfaat bagi peneliti lain Hasil penelitian ini dapat dijadikan perbandingan untuk penelitian lebih lanjut dan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan komunitas terutama pelayanan Keluarga Berencana. 1.4.4 Manfaat bagi peneliti Hasil penelitian ini penulis berharap dapat menganalisa permasalahan yang ada di masyarakat terutama pada pemilihan KB AKDR dan dapat menerapkan ilmu yang telah didapat selama di bangku perkuliahan.
xviii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Keluarga Berencana 2.1.1.1 Definisi Keluarga Berencana Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organisation) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk : (1) menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, (2) mendapatkan kelahiran yang diinginkan, (3) mengatur interval diantara kelahiran, (4) mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami dan istri, (5) menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2004). Keluarga
berencana
adalah
upaya
peningkatan
kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan
kesejahteraan
keluarga
untuk
mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera (Juliantoro, 2000).
xix7
8
2.1.1.2 Sasaran utama dari pelayanan KB Sasaran
Program
KB
tertuang
dalam
Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2004-2009 yang meliputi: 1.
Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14 % per tahun.
2.
Menurunnya angka kelahiran total menjadi sekitar 2,2 % per perempuan.
3.
Menurunnya Pasangan Usia Subur (PUS) yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi menjadi 6 %.
4.
Meningkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5 %.
5.
Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif, dan efisien.
6.
Meningkatnya
rata-rata
usia
perkawinan
pertama
perempuan menjadi 21 tahun. 7.
Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak.
8.
Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera yang aktif dalam usaha ekonomi produktif.
9.
Meningkatnya
jumlah
institusi
masyarakat
penyelenggaraan pelayanan program KB nasional.
xx
dalam
9
2.1.1.3 Tujuan KB Menurut UU RI Nomor 52 Tahun 2009, kebijakan keluarga berencana bertujuan untuk: 1. Mengatur kehamilan yang diinginkan. 2. Menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak. 3. Meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan, konseling, dan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi. 4. Meningkatkan partisipasi dan kesertaan pria dalam praktek keluarga berencana. 5. Mempromosikan
penyusuan
bayi
sebagai
upaya
Kusumanigrum
(2009)
menjarangkan jarak kehamilan. 2.1.2 Kontrasepsi 2.1.2.1 Definisi kontrasepsi Menurut
BKKBN
dalam
kontrasepsi berawal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur matang dengan sel sperma tersebut.
xxi
10
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan,upaya itu dapat bersifat sementara dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2006). 2.1.2.2 Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) 1. Definisi Alat kontrasepsi dalam rahim adalah alat kontrasepsi yang disisipkan ke dalam rahim, terbuat dari bahan semacam plastik, ada pula yang dililit tembaga, dan bentuknya bermacam-macam. Bentuk yang umum dan mungkin banyak dikenal oleh masyarakat adalah bentuk spiral. Spiral tersebut dimasukkan ke dalam rahim oleh tenaga kesehatan (dokter/bidan terlatih). Sebelum spiral dipasang, kesehatan ibu harus diperiksa dahulu untuk memastikan
kecocokannya.
Sebaiknya
AKDR
ini
dipasang pada saat haid atau segera 40 hari setelah melahirkan (Saifuddin,2010). Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) bagi banyak kaum wanita merupakan alat kontrasepsi yang terbaik. Alat ini sangat efektif dan tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya pil. Bagi ibu yang menyusui AKDR tidak akan mempengaruhi isi, kelancaran ataupun
xxii
11
kadar air susu ibu karena itu, setiap calon pemakai AKDR perlu memperoleh informasi yang lengkap tentang selukbeluk alat kontrasepsi ini (Maryani, 2008). AKDR atau spiral adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastik yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon dan dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang (BKKBN, 2003). 2. Jenis AKDR / AKDR Maryani (2008) menyebutkan jenis alat kontrasepsi dalam rahim / AKDR yang sering digunakan di Indonesia antara lain: a. Copper-T
Gambar 2.1 AKDR Copper T AKDR berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen di mana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini
xxiii
12
mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik. b. Copper-7
Gambar 2.2 AKDR Copper 7 AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm², fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Coper-T. c. Multi Load
Gambar 2.3 AKDR Multi Load
xxiv
13
AKDR ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm² atau 375 mm² untuk menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, kecil, dan mini. d. Lippes Loop
Gambar 2.4 AKDR Lippes Loop AKDR ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning), dan 30 mm (tebal, benang putih) untuk tipe D Lippes Loop mempunyai
angka
kegagalan
yang
rendah.
Keuntungan lain dari spiral jenis ini ialah bila terjadi
xxv
14
perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik. 3. Efektifitas Sebagai kontrasepsi, AKDR tipe T efektifitasnya sangat tinggi yaitu berkisar antara 0,6 – 0,8 kehamilan per 100 perempuan dalam 1 tahun pertama (kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan). Sedangkan AKDR dengan progesteron antara 0,5 – 1 kehamilan per 100 perempuan pada tahun pertama penggunaan (Saifuddin, 2010). 4. Cara kerja Sebagai metode biasa, dipasang sebelum hubungan seksual terjadi. AKDR mengubah transportasi tuba dalam rahim dan mempengaruhi sel telur dan sperma sehingga pembuahan tidak terjadi. Sebagai kontrasepsi darurat, dipasang setelah hubungan sexual terjadi. Beberapa kasus mungkin memiliki mekanisme yang lebih mungkin adalah dengan mencegah terjadinya implanttasi atau penyerangan sel telur yang telah dibuahi ke dalam dinding rahim (BKKKBN, 2003). Menurut Saefuddin (2010), mekanisme kerja AKDR adalah: a.
Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi.
xxvi
15
b.
Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
c.
AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu walaupun AKDR membuat sperma sulit ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.
d.
Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur ke dalam uterus.
5. Keuntungan Menurut Dr David Grimes dari Family Health International di Chapel Hill, Carolina Utara, dokter sering kali melupakan manfaat AKDR dalam pengobatan endometriosis. Laporan tersebut diungkapkan dalam pertemuan di The American College of Obstetricians and Gynecologist, New Orleans. David mengatakan, AKDR mampu mengurangi risiko kanker endometrium hingga 40 %. Perlindungan terhadap kanker ini setara dengan menggunakan alat kontrasepsi secara oral. Sangat efektif. 0,6 - 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (kegagalan dalam 125 - 170 kehamilan). Pencegah kehamilan jangka panjang yang ampuh, paling tidak 10 tahun.
xxvii
16
Menurut Saifuddin (2010), keuntungan AKDR yaitu: a. Sebagai kontrasepsi, efektifitasnya tinggi. b. Sangat efektif, dimana pada 0,6 - 0,8 kehamilan / 100 perempuan dalam 1 tahun pertama ( 1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan). c. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan. d. Metode jangka panjang e. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat –ingat. f. Tidak mempengaruhi hubungan seksual. g. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil. h. Tidak ada efek samping hormonal. i. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. j. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi). k. Dapat digunakan sampai menopause ( 1 tahun atau lebih setelah haid terakhir). l. Tidak ada interaksi dengan obat – obat. m. Membantu mencegah kehamilan ektopik.
xxviii
17
6. Kerugian Menurut Saifuddin (2010), kerugian AKDR: a. Perubahan siklus haid ( umum pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan). b. Haid lebih lama dan banyak. c. Perdarahan ( spotting ) antar menstruasi. d. Saat haid lebih sakit. e. Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan. f. Perdarahan berat pada waktu haid atau di antaranya yang memungkinkan penyebab anemia. g. Perforasi
dinding uterus
(sangat
jarang
apabila
pemasangannya benar) . h. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS. i. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan. j. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR. k. Tidak
mencegah
terjadinya
kehamilan
ektopik
terganggu karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal.
xxix
18
7. Efek samping Menurut Sujiantini dan arum (2009), efeksamping AKDR: a. Perdarahan (menoragia atau spotting menoragia). b. Rasa nyeri dan kejang perut. c. Terganggunya siklus menstruasi (umumnya terjadi pada 3 bulan pertama pemakaian) d. Disminore. e. Gangguan pada suami (sensasi keberadaan benang AKDR dirasakan sakit atau mengganggu bagi pasangan saat melakukan aktifitas seksual). f. Infeksi pelvis dan endometrium. Menurut
Zahra
(2008),
efek
samping
dari
penggunaan AKDR meliputi; pada minggu pertama, mungkin
ada
pendarahan
kecil.
Ada
perempuan-
perempuan pemakai spiral yang mengalami perubahan haid, menjadi lebih berat dan lebih lama, bahkan lebih menyakitkan. Tetapi biasanya semua gejala ini akan lenyap dengan sendirinya sesudah 3 bulan. 8. Kontra indikasi pemasangan AKDR Menurut Kusumaningrum (2009), kontra indikasi dari AKDR: a. Hamil atau diduga hamil.
xxx
19
b. Infeksi leher rahim atau rongga panggul, termasuk penderita penyakit kelamin. c. Pernah menderita radang rongga panggul. d. Penderita perdarahan pervaginam yang abnormal. e. Riwayat kehamilan ektopik. f. Penderita kanker alat kelamin. 2.1.3 Suami Suami adalah pasangan hidup istri (ayah dari anak-anak), suami mempunyai suatu tanggung jawab yang penuh dalam suatu keluarga tersebut dan suami mempunyai peranan yang penting, dimana suami sangat dituntut bukan hanya sebagai pencari nafkah akan tetapi suami sebagai motivator dalam berbagai kebijakan yang akan diputuskan termasuk merencanakan keluarga (Chaniago, 2002). Hartanto (2004) mengatakan bahwa seorang wanita apabila menggunakan kontrasepsi tidak akan dapat dipakai apabila tidak ada kerja sama dengan suami. Hal tersebut merupakan metode kesadaran akan fertilitas yang sangat membutuhkan kerja sama dan saling percaya antara suami istri. Seorang istri dikatakan menggunakan kontrasepsi yang ideal apabila memilih metode kontrasepsi yang terbaik, saling bekerja sama dengan suami dalam pemilihan/pemakaian kontrasepsi, membiayai biaya untuk kontrasepsi serta sama – sama memperhatikan tanda bahaya dari pemakaian kontrasepsi tersebut.
xxxi
20
2.1.4 Umur Umur adalah lamanya waktu hidup yaitu terhitung sejak lahir sampai dengan sekarang. Penentuan umur dilakukan dengan menggunakan hitungan tahun (Chaniago, 2002 ). Menurut Nursalam (2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Pembagian
umur
berdasarkan
psikologi
perkembangan
(Hurlock, 2002) bahwa masa dewasa terbagi atas : 1. Masa dewasa dini, berlangsung antara usia 18 - 40 tahun. 2. Masa dewasa madya, berlangsung antara usia 41 - 60 tahun. 3. Masa lanjut usia, berlangsung antara usia > 61 tahun. Menurut Hurlock (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa lebih dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini dilihat dari pengalaman dan kematangan jiwanya. Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang. Menurut Suryabudhi (2003) seseorang yang menjalani hidup secara normal dapat diasumsikan bahwa semakin lama hidup maka pengalaman
semakin
banyak,
pengetahuan
semakin
luas,
keahliannya semakin mendalam dan kearifannya semakin baik dalam pengambilan keputusan tindakannya.
xxxii
21
2.1.5 Pendidikan 2.1.5.1 Definisi pendidikan Menurut UU Pendidikan No.20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha untuk sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Hasbullah, 2005). Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang ke perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin baik perkembangan sikap yang dimiliki sebaliknya pendidikan yang rendah menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai baru diperkenalkan (Nursalam, 2003). Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunaan, pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. Dengan pendidikan yang tinggi seseorang akan mudah memahami informasi yang diperoleh sehingga akan meningkatkan pengetahuan. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan
xxxiii
22
bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula (A.Wawan dan Dewi M, 2011). 2.1.5.2 Pendidikan formal Menurut Soedomo Hadi (2008) jenjang pendidikan formal terdiri atas: 1. Pendidikan dasar, terdiri dari Sekolah Dasar dan SMP/MTs. 2. Pendidikan
menengah
terdiri
dari
SMA/MA
dan
SMK/MAK 3. Pendidikan tinggi terdiri dari akademi, institut, sekolah tinggi dan universitas. 2.1.6 Tingkat penghasilan suami Tingkat ekonomi mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi. Hal ini disebabkan karena untuk mendapatkan pelayanan kontrsepsi yang diperlukan akseptor harus menyediakan dana. Kontraspsi implant lebih mahal dari KB suntik atau pil atau kontrasepsi lain, tetapi kadang orang melihatnya dari beberapa biaya yang harus di keluarkan. Apabila patokannya adalah biaya, mungkin implant tampak jauh lebih mahal dari KB suntik ataupun pil. Maka dari itu jika penghasilan suami tinggi maka suami akan mendukung pemakaian impalnt pada istri, dan apabila penghasilan suami rendah, maka suami
xxxiv
23
akan memilih kontrasepsi yang murah dan digratiskan oleh pemerintah contohnya pil (Varney, 2007). Tingkat ekonomi mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi. Hal ini disebabkan karena untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang diperlukan akseptor harus menyedikan dana yang diperlukan. Adapun tingkat menurut upah minimal regional kota Surakarta penghasilan rendah ≤Rp1.145.000,-/ bulan, tinggi ≥Rp.1.145.000,-/ bulan (www.solopos.com, 2013). 2.2 Keaslian penelitian Tabel 2.1 Keaslian penelitian N
Nama
Judul
o
Peneliti
Penelitian
1
Budiadi N, Pengetahua
Metode
Wijayanega
n,dukungan
deskriptif,
raH,
suami
Aliansy (2013)
Metode
Hasil Penelitian
penelitian Berdasarkan suami
dan menggunakan
D dukungan
pendekatan
bidan pada sectional akseptor
dukungan
pada
akseptor
AKDR dan non AKDR cross dalam study. AKDR
penggunaan dapat
dilihat
Menggunakan data untuk pengguna akseptor
AKDR dan primer
yang AKDR
terdapat
82
non AKDR diperoleh
dari responden
(90%)
di
dan mendapat
dukungan
wilayah kuesioner
kerja
pengamatan subjek suami, serta terdapat 9
puskesmas
dilakukan satu kali responden (10%)
Ibrahim
selama
penelitian. tidak memiliki dukungan
Adjie Kota Penelitian Bandung
menggunakan
xxxv
yang
ini suami.
24
simple
random
sampling,dengan jumlah sample yang bisa
diambil
sebanyak
182
sampel.
2
Siti
Faktor
–
Widiyawati,
faktor yang
menggunakan
Mappeaty
berhubunga
desain
Nyorong,
n
(Diskriptif
dan
pemakaian
Analitik).
Sudirman
AKDR
penelitian diperoleh AKDR,
Natsir
(Alat
dengan
(2012)
Kontrasepsi
triangulasi:
suami
Dalam
observasi,
memakai
dengan
Rahim)
di
Metode
penelitian Responden
yang
mengatakan
pernah
kuantitatif didukung oleh suami ada 33 responden Data (23, 8 %) yang memakai dan
yang
tetapi
tidak
strategi didukung
wawancara
dan AKDR ada 96 responden
wilayah
dokumentasi.
kerja
Jumlah
Puskesmas
sebanyak
722 mengatakan tidak pernah
Batuah
pasangan
usia didukung
Kutai
subur.
Kartanegara
AKDR sebanyak 33 51 sampel.
(76, 2%), sementara ada 3
sampel responden (5, 6 %) yang
suami
tetapi
Pemakai memakai AKDR dan ada
responden (94, 4 %) yang tidak
didukung
suami
tidak
oleh
memakai
AKDR. Berdasarkan uji statistik diperoleh hasil X2 = 5,93 P = 0,034 yang artinya ada
xxxvi
25
hubungan yang bermakna antara dukungan suami terhadap
pemakaian
AKDR.
2.3 Kerangka teori Kerangka teori menurut teori Lawrence Green dalam Notoadmojo (2010) menggambarkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat berkaitan dengan kesehatan individu atau masyarakat yang ditentukan oleh 3 faktor yaitu : faktor predisposisi (pendidikan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai – nilai tradisi, sosiodemografi dan sebagainya), faktor pemungkin (sarana dan prasana) dan faktor penguat (sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, dukungan keluarga, teman sebaya, guru-guru serta tokoh masyarakat, pemimpin dan pengambil kebijakan). Faktor karakteristik demografi suami : 1. Umur 2. Tingkkat pendidikan 3. Penghasilan Suami
Pemilihan kontrasepsi
Karakteristik istri: 1. Umur 2. Pendidikan
1. AKDR 2. Non AKDR Gambar 2.5. Kerangka teori mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi pemilihan AKDR dan Non AKDR
xxxvii
26
2.4 Kerangka konsep Berdasarkan tinjauan pustaka yang diuraikan pada teori Lawrence Green dalam Notoadmojo (2010) diketahui faktor – faktor yang berkaitan dengan rendahnya pencapaian akseptor KB AKDR. Dari beberapa faktor terdapat faktor pendidikan dan dukungan suami. Berdasarkan faktor tersebut, penulis mencoba meneliti hubungan antara karakteristik suami dalam pemilihan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR). Pemilihan AKDR
Karakteristik demografi suami Gambar 2.6. Kerangka konsep 2.5 Hipotesis
Ada hubungan antara karakteristikdemografi suami dengan pemilihan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).
xxxviii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan rancangan penelitian Desain penelitian adalah alat yang penting dalam penelitian yang memungkinkan memaksimalkan suatu kontrol beberapa faktor yang biasa mempengaruhi validitas suatu hasil. Desain penelitian sebagai petunjuk penelitian dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu tujuan atau menjawab suatu pertanyaan (Nursalam, 2003). Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point approach) yang artinya tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variable subjek pada saat penelitian (Notoatmodjo, 2005). 3.2 Populasi dan sampel 3.2.1 Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu dan ditetapkan
oleh
peneliti
untuk
kesimpulannya (Hidayat, 2007).
27
xxxix
dipelajari
selanjutnya
ditarik
28
Populasi menurut Taufiqurahman (2008) terdiri dari : 1. Populasi target Merupakan populasi yang menjadi sasaran aktif yang parameternya akan diketahui melalui penelitian. Pada penelitian ini adalah semua akseptor KB non alami yang berkunjung di Puskesmas Gilingan Surakarta. 2. Populasi aktual Populasi yang lebih kecil dari populasi target tempat anggota sampel diambil. 3.2.2 Teknik sampling Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2007). Teknik pengambilan sampel adalah dengan menggunakan teknik non random sampling dan cara yang digunakan adalah purposive sampling. Subyek yang disertakan dalam penelitian ini bila memenuhi criteria retriksi. Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005). Untuk menentukan besarnya sampel, digunakan rumus Taro Yamane
Keterangan :
݊ൌ
Ǥ ; ͳ
xl
29
n = Besarnya sampel N = Populasi d = Presisi yang dikehendaki (tingkat signifikansi) Besar sampel dihitung untuk beda proporsi d=10%, dari hasil perhitungan didapatkan jumlah sampel sebanyak 33 orang dari populasi sebanyak 50 orang. 3.2.3 Kriteria penelitian Kriteria penilaian sebagai berikut. Kriteria inklusi merupakan persyaratan umum yang harus dipenuhi untuk subyek penelitian / populasi
agar
dapat
diikutsertakan
dalam
penelitian
(www.litbang.depkes.go.id). Adapun kriteria inklusi dalam penelitan ini adalah : 1. Aseptor KB yang berkunjung ke Puskesmas Gilingan 2. Menjadi suami akseptor KB sampai bulan Maret 2015. 3. Tingkat pendidikan suami akseptor minimal tamat SD. Kriteria eksklusi disebut juga kriteria penolakan, yaitu keadaan yang menyebabkan subyek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi tetapi
tidak
dapat
diikutsertakan
dalam
penelitian
(www.litbang.depkes.go.id). Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah akseptor KB yang tidak bersuami. 3.3 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Gilingan Kota Surakarta pada tanggal 2 Pebruari – 29 Maret 2015.
xli
30
3.4 Variabel penelitian, definisi operasional, dan skala pengukuran Tabel 3.1 Definisi operasional No 1.
Variabel
DefinisiOperasional
AlatUkur
IndikatorPenelitian
Skala Data
Dependen :
Jenis alat kontrasepsi
Kuesioner
1 : AKDR (Pakai
Nominal
Pemilihan
Dalam
(C no 1)
alat
yang Digunakan akseptor
kontrasepsi
untuk
AKDR
kehamilan
rahim
(AKDR)
AKDR) 2 : Non AKDR (Tidak
pencegahan
pakai AKDR)
(BKKBN, 2003) 2.
Independen :
Gambaran
Karakteristik
responden yang terdiri atas
demografis
umur, tingkat pendidikan formal
keadaan
dan
tingkat
penghasilan.
a.
Umur
suami
akseptor
Lama hidup responden
Kuesioner
dari lahir sampai
(B no 1)
dilakukan
1: Kelompok Umur 18
Ordinal
– 40 tahun 2: Kelompok Umur 41
penelitian
– 60 tahun 3: KelompokUmur> 61 tahun
b.
Tingkat
Tingkat pendidikan formal
Kuesioner
pendidikan
terakhir yang ditamatkan
(B no 2)
formal
oleh suami akseptor KB
suami
akseptor
1: Dasar (jika tamat
Ordinal
Sekolah Dasar dan SMP/MTS) 2: Menengah
dengan memperoleh ijazah
tamat
(jika
SMA/MA
dan SMK/MAK) 3: Tinggi (jika tamat akademi, institut, sekolah tinggi, universitas)
c.
Tingkat
Kebutuhan yang
Kuesioner
penghasilan
harus dilakukan
(B no 3)
xlii
1.
Penghasilan
Ordinal
31
suami akseptor
terutama untuk
2.
menunjang
Penghasilan>UMR (Rp.1.145.000)
kehidupannya dan kehidupan keluarganya
3.5 Alat penelitian dan cara pengumpulan data 3.5.1 Alat penelitian Alat penelitian yang digunakan adalah kuesioner pada akseptor KB yang telah ditentukan oleh peneliti. Kuesioner adalah alat penelitian yang berupa daftar pertanyaan mengenai masalah yang akan diteliti untuk memperoleh data primer dari sejumlah responden (Arikunto, 2006). Sebelum kuesioner digunakan harus dilakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu. 1.
Uji validitas konten atau validitas isi Validitas isi mencakup dua aspek: (1) relevansi isi, dan (2) liputan isi (Messick, dikutip oleh Murti: 2011). Relevansi isi (content relevance) merujuk kepada kesesuaian antara masingmasing item pengukuran dengan isi variabel yang diukur. Cakupan isi (content coverage) merujuk kepada lingkup item pengukuran dalam meliput segala aspek isi variabel yang diukur. Sebuah variabel tidak harus merupakan sebuah entitas tunggal yang memiliki variasi. Sebuah variabel bisa merupakan entitas majemuk terdiri atas sejumlah sub-variabel. Variabel itu disebut variabel
xliii
32 komposit. Penilaian relevansi isi maupun cakupan isi dilakukan secara kualitatif berdasarkan pertimbangan pakar, disebut “validity by assumption” (Guilford, 1954, seperti dikutip Murti: 2011) maupun secara kuantitatif dengan berkonsultasi kepada dosen pembimbing utama Atiek Murhayati, S.Kep., Ns., M. Kep dan dosen pembimbing pendamping Dra. Agnes Sri Harti, M.Si. 2.
Reliabilitas Setelah
mengukur
validitas
maka
perlu
mengukur
reliabilitas data, apakah alat ukur bisa dipergunakan atau tidak. Pertanyaan dikatakan reliabel, jika jawaban responden terhadap pertanyaan (kuesioner) adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya dan reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar dan sesuai dengan kenyataan, maka beberapa kali dilakukan pengambilan, hasilnya tetap akan sama (Riwidikdo,2009). Uji validitas isi dan reliabilitas akan dilakukan pada akseptor KB di wilayah kerja Puskemas Pembantu Gilingan Surakarta sebanyak 20 orang dengan asumsi karakteristik akseptor di wilayah kerja Puskesmas Gilingan dan Puskesmas Pembantu Gilingan relatif sama.
xliv
33
3.5.2 Cara pengumpulan data Pada penelitian ini data diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Aseptor KB mengisi semua kuesioner yang disediakan oleh peneliti dengan dampingan suami, jika tidak datang bersama suami maka peneliti mendatangi rumah aseptor KB. Hasil pengisian kuesioner kemudian direkap, hasilnya kemudian diolah dengan program SPSS 20. 3.6 Teknik pengolahan dan analisa data 3.6.1 Teknik pengolahan 3.6.1.1 Editing Editing adalah mengkaji atau meneliti kembali data yang telah terkumpul apakah sudah dapat dipersiapkan untuk proses berikutnya. 1. Mengecek nama dan kelengkapan identitas Mengecek kelengkapan data, apabila ternyata ada kekurangan isi atau halaman maka perlu dikembalikan keresponden. 2. Mengecek macam-macam isian data Jika di dalam instrument sebuah atau beberapa item yang diisi “tidak tahu” atau isian lain tidak dikehendaki peneliti, padahal isian yang diharapkan tersebut merupakan variable pokok maka item ini perlu dikeluarkan (Arikunto, 2006).
xlv
34 3.6.1.2 Tabulating Tabulating adalah data dikumpulkan dan dikelompokkan dalam bentuk tabel. 3.6.1.3 Coding Coding adalah mengklasifikasikan jawaban menurut criteria seorang sehingga skor yang di dapat berupa angka untuk responden diberi kode nomor, untuk mempermudah apabila ada data yang belum terisi. 1. Kode untuk pemilihan alat kontrasepsi AKDR Kode1 : AKDR (pakai AKDR) Kode2 : AKDR (tidak pakai AKDR) 2. Kode untuk umur suami akseptor Kode 1 : Kelompok Umur 18 - 40 tahun Kode 2 : Kelompok Umur 41 - 60 tahun Kode3 : Kelompok Umur> 61 tahun 3. Kode untuk tingkat pendidikan formal suami akseptor Kode1 : SD/SMP/MTs Kode2 : SMA/SMK/MA/MAK Kode3 : Akademi, institut, sekolah tinggi, universitas 4. Kode untuk tingkat penghasilan suami akseptor Kode 1 : Tingkat penghasilan < UMR (RP. 1. 145.000) Kode 2 : Tingkat penghasilan > UMR (Rp. 1. 145.000)
xlvi
35 3.6.2 Analisa data Dalam menganalisis data, data yang telah diolah dengan system computer kemudian dideskripsikan dan diinterprestasikan sehingga pada akhirnya analisis data tersebut memperoleh makna atau arti dari hasil penelitian (Notoatmodjo, 2010). Analisis data dalam penelitian ini melalui prosedur bertahap, yaitu analisis univariat dan analisis bivariat, prosedur itu dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Analisis univariat Analisis ini pada umumnya hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentasi dari setiap variabel, baik dependen maupun
independen.
Analisis
univariat
digunakan
untuk
mendiskripsikan karakteristik variabel independen. 2. Analisa bivariat Analisis bivariat adalah tabel silang antara dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen. Analisis ini dilakukan untuk dapat mengetahui kemaknaan atau keeratan hubungan antara variabel dependen dan independen (Sutanto, 2010). Data dianalisa dengan menggunakan uji statistik chi square karena jenis data berbentuk kategorik yang terdiri dari data ordinal dan nominal. Adapun langkah – langkah dalam menggunakan uji statistic chi square (Handoko, 2006) :
xlvii
36 a. Menentukan hipotesis Hₒ: tidak ada hubungan antara karakteristik suami akseptor dengan pemilihan alat kontrasepsi H1: ada hubungan antara karakteristik suami dengan pemilihan alat kontrasepsi b. Menentukan tingkat signifikansi (α) dengan titik kritis X² pada α = 0,05 dan df = (b-1) (k-1). Dimana b adalah jumlah baris dan k adalah jumlah kolom c. Kriteria pengujian Hₒ Hₒ ditolak bila X² hitung < X² tabel (α, df) d. Perhitungan Adapun rumusnya : ܺ² = ∑
ሺ݂ െ݂݄ሻ²
Keterangan :
݂݄
x² =Nilai Chi Kuadrat fo = frekuensi yang diobservasi fh = frekuensi yang diharapkan ݂݄ ൌ
݆ݏ݅ݎܾ݄݈ܽܽ݉ݑ ݈݄݈݉݇ܽ݉ݑ݆ݔ ݆ܽݑ݉݁ݏ݄݈ܽ݉ݑ
e. Perhitungan analisis menggunakan odds ratio:
ܴܲ ൌ
ܽ݊݃݇ܽ ݎܽܽݎ݁ݐ ݅ݏ݈݊݁ܽݒ݁ݎ
ܽ݊݃݇ܽ ݎܽܽݎ݁ݐ ݇ܽ݀݅ݐ ݅ݏ݈݊݁ܽݒ݁ݎ
xlviii
37
3.7 Etika penelitian Etika penelitian memiliki berbagai macam prinsip, namun terdapat empat prinsip utama yang perlu dipahami oleh pembaca, yaitu: menghormati harkat dan martabat manusia, menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian, keadilan dan inklusivitas, dan memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (Milton, 1999; Loiselle, Profetto-McGrath, Polit & Beck, 2004). Prinsip pertama, peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian. Beberapa tindakan yang terkait dengan prinsip menghormati harkat dan martabat manusia, adalah: peneliti mempersiapkan formulir persetujuan subyek yang terdiri dari: (1) penjelasan manfaat penelitian; (2) penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang dapat ditimbulkan; (3) penjelasan manfaat yang akan didapatkan; (4) persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan subyek berkaitan dengan prosedur penelitian; (5) persetujuan subyek dapat mengundurkan diri kapan saja; dan (6) jaminan anonimitas dan kerahasiaan. Namun kadangkala, formulir persetujuan subyek tidak cukup memberikan proteksi bagi subyek itu sendiri terutama untuk penelitianpenelitian klinik karena terdapat perbedaan pengetahuan dan otoritas antara peneliti dengan subyek (Sumathipala & Siribaddana, 2004). Kelemahan tersebut dapat diantisipasi dengan adanya prosedur penelitian (Syse, 2000).
xlix
38
Prinsip kedua, setiap manusia memiliki hak-hak dasar individu termasuk privasi dan kebebasan individu. Pada dasarnya penelitian akan memberikan akibat terbukanya informasi individu termasuk informasi yang bersifat pribadi. Sedangkan, tidak semua orang menginginkan informasinya diketahui oleh orang lain, sehingga peneliti perlu memperhatikan hak-hak dasar individu tersebut. Dalam aplikasinya, peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas baik nama maupun alamat asal subyek dalam kuesioner dan alat ukur apapun untuk menjaga anonimitas dan kerahasiaan identitas subyek. Peneliti dapat menggunakan koding sebagai pengganti identitas responden. Prinsip ketiga, prinsip keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan adil. Untuk memenuhi prinsip keterbukaan, penelitian dilakukan secara jujur, hatihati, profesional, berperikemanusiaan, dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan, keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan religius subyek penelitian. Lingkungan penelitian dikondisikan agar memenuhi prinsip keterbukaan yaitu kejelasan prosedur penelitian. Keadilan memiliki
bermacam-macam
teori,
namun
yang
terpenting
adalah
bagaimanakah keuntungan dan beban harus didistribusikan di antara anggota kelompok masyarakat. Prinsip keadilan menekankan sejauh mana kebijakan penelitian membagikan keuntungan dan beban secara merata atau menurut kebutuhan, kemampuan, kontribusi dan pilihan bebas masyarakat. Sebagai contoh dalam prosedur penelitian, peneliti mempertimbangkan aspek keadilan
l
39
gender dan hak subyek untuk mendapatkan perlakuan yang sama baik sebelum, selama, maupun sesudah berpartisipasi dalam penelitian. Prinsip keempat, peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subyek penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi. Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek. Apabila intervensi penelitian berpotensi mengakibatkan cedera atau stres tambahan maka subyek dikeluarkan dari kegiatan penelitian untuk mencegah terjadinya cedera, kesakitan, stres, maupun kematian subyek penelitian.
li
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil penelitian 4.1.1 Umur responden Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat grafikan umur responden pada grafik berikut.
Usia Responden 0%
32% Umur 18-40 th Umur 41-60 th umur > 60 th 68%
Grafik 4.1 Distribusi responden berdasarkan umur responden Pada penelitian ini sebagian besar umur responden berada pada rentan usia 18-40 tahun sejumlah 68%, untuk rentang 41-60 tahun sejumlah 32% dan > 60 tahun 0%.
lii40
41
4.1.2 Umur suami Berdasarkan penelitian umur responden dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu umur 18-40 tahun, 41-60 tahun dan > 60 tahun. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat grafik umur responden pada grafik berikut
Umur Suami 0%
umur 18-40 th
45%
umur 41-60 th 55%
umur > 60 th
Grafik 4.2 Distribusi responden berdasarkan umur suami responden Pada penelitian ini sebagian besar umur
suami responden
berada pada rentan usia 18-40 tahun sejumlah 55%, untuk rentang 4160 tahun sejumlah 45% dan > 60 tahun 0%. 4.1.3 Pendidikan suami Pendidikan dalam penelitian ini dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu kategori dasar (tamat SD dan SMP), menengah (tamat SMA) dan tinggi (tamat PT). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat grafikan tingkat pendidikan suami responden pada grafik berikut
liii
42
Pendidikan Suami 18% 33%
dasar Menengah tinggi
49%
Grafik 4.3 Distribusi responden berdasarkan pendidikan suami responden Pada penelitian ini sebagian besar pendidikan responden menengah sejumlah 49%, pendidikan dasar sejumlah 33% dan tinggi sejumlah18%. 4.1.4 Penghasilan suami Penghasilan suami responden dalam penelitian ini dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu kategori kurang dari UMR atau lebih dari UMR. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat grafik penghasilan suami responden pada grafik berikut.
Penghasilan Suami 33% < Rp. 1.145.000 67% > Rp. 1.145.000
Grafik 4.4 Distribusi responden berdasarkan penghasilan suami responden
liv
43
Pada penelitian ini sebagian besar penghasilan suami responden lebih dari UMR sejumlah 67% dan kurang dari UMR sejumlah 33%. 4.2 Analisis Univariat 4.2.1 Penggunaan alat kontrasepsi Pengguanan alat kontrasepsi dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu AKDR dan non AKDR. Berikut ini grafik distribusi responden dalam penggunaan alat Kontrasepsi.
Alat Kontrasepsi
39%
AKDR non AKDR
61%
Grafik 4.5 Distribusi berdasarkan alat kontrasepsi Pada
penelitian
ini
sebagian
besar
responden
yang
menggunakan kontrasepsi non AKDR60,6% dan yang menggunakan AKDR39,4% Pada penelitian ini kontrasepsi yang digunakan antara lain AKDR, suntik, pil, implan, kondom dan kalender. Untuk memperjelas kontrasepsi responden, maka dapat dilihat pada grafik berikut ini:
lv
44
Jenis Kontrasepsi 12%
3%
suntik pil
46%
implan 24%
kondom kalender AKDR
12% 3%
Grafik 4.6 Distribusi berdasarkan jenis kontrasepsi
4.3 Analisis Bivariat 4.3.1 Hasil analisis antara umur suami dengan pemilihan alat kontrasepsi Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji chi square diperoleh hasil uji antara umur suami responden dengan pemilihan alat kontrasepsi diperoleh p= 0.092 > 0,05 yang berarti Ho diterima sehingga tidak ada hubungan antara umur suami responden dengan pemilihan kontrasepsi. Berikut ini tabel distribusi antara umur suami dengan pemilihan alat kontrasepsi: Tabel 4.1Ditribusi antara umur suami dengan pemilihan alat kontrasepsi
Umur Suami umur 18-40 th umur 41-60 th Total
Alat Kontrasepsi AKDR Non AKDR f % f % 9 50 9 50 4 27 11 73 13 39 20 61
lvi
Total p f 18 15 33
% 100 100 100
0.092
45
Dari hasil uji bivariat didapat hasil bahwa jumlah responden dengan umur suami 18-40 tahun menggunakan AKDR dan non AKDR sama yaitu sejumlah 9 orang ( 50%), sedangkan jumlah responden dengan umur usia 41-60 tahun yang menggunakan AKDR sejumlah 4orang ( 27%) dan yang non AKDR sejumlah 11 orang (73%). Dari hasil analisis berdasarkan umur responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden usia 41-60 tahun lebih memilih alat kontrasepsi non AKDR. 4.3.2 Hasil analisis antara pendidikan suami responden dengan pemilihan alat kontrasepsi Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji chi square diperoleh hasil uji antara pendidikan suami responden dengan pemilihan alat kontrasepsi diperoleh p= 0,045 < 0,05 yang berarti Ho di tolak sehingga ada hubungan antara pendidikan suamiresponden dengan pemilihan kontrasepsi. Berikut ini tabel distribusi antara pendidikan suami dengan pemilihan alat kontrasepsi. Tabel 4.2Distribusi antara pendidikan suami denganpemilihan alat kontrasepsi
Pendidikan Suami
Pendidikan Dasar Pendidikan Menengah Pendidikan Tinggi Total
Alat Kontrasepsi AKDR Non AKDR f % f % 6 54.5 5 45.5 5 31.3 11 68.7 2 33.3 4 66.7 13 39.4 20 60.6
lvii
Total p f 11 16 6 33
% 100 100 100 100
0,045
46
Dari hasil uji bivariat didapat hasil bahwa jumlah pendidikan suami aseptor KB dasar dengan alat kontrasepsi AKDR sejumlah 6 orang (54,5%), pendidikan suami aseptor KB menengah dengan alat kontrasepsi AKDR sejumlah 5 orang (31,3%) sedangkan jumlah pendidikan suami aseptor KBtinggi dengan alat kontrasepsi non AKDR sejumlah 2 orang (33,3%). Dari hasil analisis pendidikan dengan pemilihan alat kontasepsi AKDR sebagian besar pendidikan suami akseptor KB adalah pendidikan dasar. 4.3.3 Hasil analisis antara tingkat penghasilan suami dengan pemilihan alat kontrasepsi Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji chi squarediperoleh hasil uji antara penghasilan suami aseptor KB dengan pemilihan alat kontrasepsi diperoleh p= 0,043<0,05 yang berarti Ho di tolak sehingga ada hubungan antara penghasilan suamiresponden dengan pemilihan kontrasepsi. Berikut ini tabel distribusi antara penghasilan suami dengan pemilihan alat kontrasepsi. Tabel 4.3Distribusi antara penghasilan suami dengan pemilihan alat kontrasepsi Alat Kontrasepsi Total Penghasilan AKDR Non AKDR p suami f % f % f % < UMR 3 27.3 8 72.7 11 100 > UMR 10 45.5 12 54.5 22 100 0,043 Total 13 39.4 20 60.6 33 100 Dari hasil uji bivariat didapat hasil bahwa jumlah penghasilan aseptor KB kurang dari UMR menggunakan non AKDR yaitu sejumlah
lviii
47
72,7%, sedangkan jumlahpenghasilan aseptor KB lebih dari UMR menggunakan AKDR sejumlah 45.5%. Dari hasil analisis berdasarkan penghasilan aseptor KB dengan penggunaan AKDR sebagian besar yang penghasilan UMRnya kurang memilih menggunakan AKDR.
lix
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Hubungan antara karakteristik demografi suami akseptor KB dengan pemilihan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) di Puskesmas Gilingan Surakarta 5.1.1 Karakteristik suami akseptor KB 5.1.1.1 Umur suami akseptor KB Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur suamisebagai akseptor KB sebagian besar umur 18-40 tahun sejumlah 18 orang (54,5%), hal ini dikarenakan suami yang berusia 18-40 tahun mengetahui istrinya masih masa produktif menghasilkan keturunan. Masa produktif wanita untuk menghasilkan keturunan yaitu umur 20-30 tahun. Umur suami aseptor KB dalam
penelitian
ini
tergolong
muda,
sehingga
akan
mempengaruhi daya ingatnya. Pria yang mempunyai umur antara 21-30 tahun akan lebih mudah dalam menyerap informasi yang disampaikan oleh tenaga kesehatan akan memperluas pengetahuan pria tentang keluarga berencana dan membentuk sikap yang baik terhadap keluarga berencana, sehingga pria akan berperilaku baik yaitu ikut berpartisipasi mewujudkan keluarga berencana. Cara suami mendukung terwujudnya keluarga berencana yaitu
lx
48
49 dengan mendukung istri mereka untuk menggunakan alat kontrasepsi. Suami beranggapan dengan istri menggunakan kontrasepsi maka akan memperkecil atau mencegah istri untuk hamil (Ahmadi, 2001). Menurut Suryabudhi (2003) seseorang yang menjalani hidup secara normal dapat diasumsikan bahwa semakin lama hidup maka pengalaman semakin banyak, pengetahuan semakin luas, keahliannya semakin mendalam dan kearifannya semakin baik dalam pengambilan keputusan tindakannya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2006) dengan judul hubungan antara tingkat pengetahuan gender suami dan pemilihan metode kontrasepsi pada ibu akseptor KB di BPS Elis Djoko P, Banyuanyar, Surakarta, dari 100 responden, karakteristik responden berdasarkan umur yang memiliki pengetahuan tentang kontrasepsi sebagian besar mempunyai umur 30-49 tahun sebesar (70%) dan yang paling sedikit responden dengan umur > 50 tahun sebesar (5%). Menurut Hartanto (2004) rata-rata umur akseptor KB AKDR adalah pada rentang umur tersebut diperlukan metode kontrasepsi
dengan
ciri-ciri
efektivitas
sangat
tinggi.
Kegagalan menyebabkan terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak, disamping itu akseptor tersebut
lxi
50
memang tidak mengharapkan punya anak lagi, dapat dipakai untuk jangka panjang, tidak menambah kelahiran yang sudah ada. Penelitian yang dilakukan oleh Retnowati (2010) menunjukkan
semakin
lama
menggunakan
AKDR
menunjukkan semakin tidak nyaman dalam melakukan hubungan seksual. 5.1.1.2 Pendidikan suami akseptor KB Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar pendidikan suami adalah menengah yaitu sebesar 48,5%. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah untuk menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Responden yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi cenderung lebih mudah menerima informasi tentang KB yang diberikan oleh petugas kesehatan. Pengetahuan dan sikap yang baik terhadap Keluarga Berencana akan memberikan dampak positif terhadap perilaku seseorang untuk berperilaku baik dalam berpartisipasi menggunakan metode kontrasepsi Keluarga Berencana. Suami dengan pendidikan yang tinggi akan
mudah
mempengaruhi
istrinya
dan
memberikan
penjelasan kepada istrinya dalam pemilihan kontrasepsi. Pada penelitian ini pendidikan suami mempengaruhi keputusan istri
lxii
51
dalam memilih kontrasepsi yang responden gunakan (Ahmadi, 2001). Pada penelitian Wijayanti (2006) dengan judul hubungan antara tingkat pengetahuan gender suami dan pemilihan metode kontrasepsi pada ibu Akseptor KB di BPS Elis Djoko P, Banyuanyar, Surakarta, dari 100 responden, karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan yang memiliki pengetahuan tentang kontrasepsi sebagian besar mempunyai tingkat pendidikan terakhir SMA sebesar (46,67%) dan yang paling sedikit responden dengan jenjang pendidikan terakhir perguruan tinggi sebesar (5%). 5.1.1.3 Penghasilan suami Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar penghasilan suami adalah lebih dari UMR yaitu sebesar 66,7%. Pada penelitian ini suami dengan pendapatan lebih dari UMR menyetujui istri mereka menggunakan alat kontrasepsi baik itu kontrasepsi pil, suntik, implant, ataupun AKDR. Kontrasepsi yang dipilih dalam penelitian ini adalah AKDR hal ini dikarenakan walaupun biayanya lebih mahal akan tetapi waktu atau penggunaannya lebih lama jika dibandingkan dengan suntik ataupun implant, sehingga suami responden banyak yang menyarankan istrinya untuk menggunakan AKDR.
lxiii
52
Pendapatan suatu keluarga berhubungan erat dengan kebutuhan-kebutuhan
keluarga.
Penghasilan
seseorang
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan danpengambilan keputusan terhadap inovasi baru. Penelitian yang dilakukan oleh Maiharti (2012) dimana didapat hubungan antara pendapatan keluarga dengan penggunaan metode kontrasepsi. Namun penelitian yang dilakukan oleh Junaedy tahun 2004 yang menyatakan tidak ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan pemilihan metode kontrasepsi suntikan di Kecamatan Bontoharu Kabupaten Selayar. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Alrina (2013), menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara biaya alat kontrasepsi dengan penggunaan kontrasepsi. Pada penelitian ini pendapatan suami responden sebagian besar adalah lebih besar dari UMR
dan sebagian responden lebih memilih
kontrasepsi non AKDR dibandingkan dengan kontrasepsi AKDR. Terbukti bahwa lebih banyak responden yang menyatakan biaya alat kontrasepsi non AKDR lebih murah dibandingkan AKDR. Hasil penelitian diketahui sejumlah 10 orang menggunakan kontrasepsi AKDR berpendapatan tinggi, artinya
biaya
alat
pendapatan keluarga.
lxiv
kontrasepsi
juga
dipengaruhi
oleh
53
5.1.2 Pemilihanalat kontrasepsi Kontrasepsi yang digunakan responden adalah AKDR, suntik, pil, implant, kondom dan kalender. Penggunaan non AKDR ini antara lain karena alasan medis sehingga tidak diperbolehkan. Kelengkapan alat kontrasepsi di Puskesmas Gilingan juga berpengaruh terhadap penggunaan AKDR. Ini dapat dilihat dari banyaknya pilihan jenis alat kontrasepsi seperti suntik baik 1 bulan ataupun 3 bulan sekali, penggunaan pil dan implant. Penelitian ini banyak responden yang menggunakan AKDR. Penggunaan AKDR ini didukung oleh suami mereka, ini didasarkan pada alasan pemilihan alat kontrasepsi yaitu 69,7% dalam pemilihan alat kontrasepsi AKDR berdasarkan kesepakatan suami dan istri. Hal ini menunjukkan bahwa suami akseptor KB sangat mempengaruhi dalam memilih alat kontrasepsi. Penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2012), menunjukkan bahwa responden usia 20-35 tahun merupakan kelompok pengguna kontrasepsi AKDR, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Zaibar (2003), menunjukkan bahwa wanita berusia lebih dari 30 tahun lebih memilih AKDR dibandingkan dengan kontrasepsi yang lain. Penelitian yang dilakukan oleh Tedjo (2009) menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan pasangan dengan pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan pada keluarga miskin. Penelitian yang dilakuan Tedjo berbeda dengan penelitian ini
lxv
54
karena pada penelitian ini dengan penghasilan kurang dari UMR alat kontrasepsi yang digunakan adalah AKDR, sedangkan untuk penghasilan lebih dari UMR menggunakan kontrasepsi non AKDR. Keterlibatan seorang suami dalam hal reproduksi khususnya dalam pengambilan keputusan dan pemilihan alat kontrasepsi sangat diperlukan. Seringkali tidak adanya keterlibatan suami mengakibatkan kurangnya informasi yang dimilki seorang suami mengenai kesehatan reproduksi terutama alat kontrasepsi. Sebuah penelitian, ditemukan suami-suami
yang melarang pemakaian AKDR sebagai alat
kontrasepsi pilihan istri, beranggapan yakin bahwa AKDR atau spiral mengurangi kenikmatan hubungan seksual. PenelitianFitri (2012) menunjukkan adanya hubungan antara kelengkapan alat kontrasepsi dengan pemilihan kontrasepsi AKDR. Penelitian lain yang dilakukan oleh Tetty Erwani (2011) juga menunjukkan adanya hubungan kelengkapan alat kontrasepsi dengan pemilihan AKDR. Ketersediaan tenaga kesehatan dalam hal ini keberadaan bidan atau petugas KB di Puskesmas saat pelayanan KB sangat penting untuk memberikan pertimbangan dan penjelasan tentang KB baik AKDR dan non AKDR. Penelitian yang dilakukan Sukmawati(2001) menunjukkan adanya hubungan antara persepsi responden dengan petugas yang terlatih dengan pemanfaatan pelayanan kontrasepsi KB.
lxvi
55 5.1.3 Hasil analisis antara umur suami dengan pemilihan AKDR Hasil penelitian yang diperoleh sebagai berikut,umur suami 1840 tahun menggunakan AKDR sejumlah 9 orang (50%), sedangkan jumlah responden dengan umur usia 41-60 tahun yang menggunakan AKDR sejumlah 4 orang (27%). Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji chi squarediperoleh hasil uji antara umur suami responden dengan pemilihan alat kontrasepsi diperoleh p= 0.092 > 0,05 yang berarti Ho diterima sehingga tidak ada hubungan antara umur suami responden dengan pemilihan kontrasepsi. Penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan antara umur suami dengan pemilihan alat kontrasepsi terutama AKDR. Umur bukanlah jaminan seseorang dalam mengambil keputusan dalam pemilihan alat kontrasepsi. Pada penelitian ini suami dengan usia 1840 tahun lebih memilih menggunakan AKDR karena menurut mereka lebih aman menggunakan AKDR dibandingkan yang lain, hal ini dikarenakan dengan AKDR sistemkerjanya lebih efektif karena langsung menutup saluran ke induk telur. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Junaedy (2002) di Selayar yang menunjukkan tidak ada hubungan antara umur suami dengan pemilihan metode AKDR. Hal ini disebabkan masih kurang pahamnya suami mengenai pola dasar penggunaan AKDR dan alasan suami akseptor KB tidak memilih jenis
lxvii
56
AKDR karena harga yang mahal dan rasa takut karena masuknya benda asing ke dalam jalan lahir, selain itu suami akseptor KB lebih banyak memilih kontrasepsi lain karena mudah diperoleh dan harganya terjangkau bagi akseptor KB. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tunnisa (2010) di Soppeng dan Zainuddin (2012) di Pangkep yang menemukan adanya hubungan antara umur suami dengan penggunaan kontrasepsi. Hasil penelitian yang dilakukan Ama (2007) di Bostwana Afrika menunjukkan hasil bahwa umur suami memiliki hubungan yang signifikan dengan penggunaan kontrasepsi. Penelitian yang dilakukan oleh Retnowati (2010) menunjukkan semakin lama menggunakan AKDR menunjukkan semakin tidak nyaman dalam melakukan hubungan seksual bagi seorang suami. 5.1.4 Hasil analisis antara pendidikan suami responden dengan pemilihan AKDR Hasil
penelitian
yang
diperoleh
sebagai
berikut,jumlah
responden dengan suami berpendidikan dasar dengan alat kontrasepsi AKDR sejumlah 6 orang (54,5%), suami berpendidikan menengah dengan AKDR sejumlah 5 orang (31,3%), sedangkan jumlah responden dengan suami berpendidikan tinggi dengan AKDR sejumlah 2 orang (33,3%). Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji chi square diperoleh hasil uji antara pendidikan suami responden dengan
lxviii
57
pemilihan alat kontrasepsi diperoleh p= 0,045 < 0,05 yang berarti Ho di tolak sehingga ada hubungan antara pendidikan suamiresponden dengan pemilihan kontrasepsi. Pada penelitian ini pendidikan suami berhubungan dengan pemilihan AKDR. Pada penelitian ini tingkat pemilihan AKDR dengan pendidikan suami dasar tinggi yaitu 54,5%. Pendidikan dasar ini tidak mempengaruhi pemilihan AKDR. Secara formal pendidikan mereka tergolong dasar, akan tetapi mereka memperoleh pemahaman tentang AKDR dari petugas kesehatan seperti bidan. Pemilihan alat kontrasepsi ini didasarkan pada keputusan bersama yakni suami dan istri, jika istri ingin menggunakan AKDR pasangan suami istri berkonsultasi terlebih dahulu kepada petugas kesehatan (Notoatmojo, 2003). Pendidikan
yang
tinggi
akan
memudahkan
seseorang
untukmenerima informasi, baik yang diperoleh dari orang lain maupun dari mediamasa. Pada penelitian ini pendidikan formal suami responden menengah, akan tetapi pendidikan tidak hanya diperoleh dari pendidikan formal saja. Banyak informasi kesehatan yang diperoleh seseorang juga akan meningkatkan pengetahuan seseorang tentang kesehatan dan semakin tua usia seseorang semakin bijakorang tersebut karena banyak informasi yang ditemukan serta banyak halyang telah dilakukan sehingga menambah pengetahuannya tentangkontrasepsi (Notoatmojo, 2007).
lxix
58
Pengetahuan
yang
baik
tentang
alat
kontrasepsi
dapat
memotivasi suami untuk menganjurkan istrinya menggunakan alat kontrasepsi tersebut.Seorang istri di dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan atau tidak menggunakan alat kontrasepsi membutuhkan ijin dari suami karena suami dipandang sebagai pemimpin keluarga, pelindung keluarga, pencari nafkah dan seseorang yang dapat mengambil keputusan dalam suatu keluarga (Adhyani, 2011). Dominasi suami dalam pengambilan keputusan yang dianggap sebagai pemberi nafkah menunjukkan adanya ketidakseimbangan peran gender dan kekuatan gender dalam hubungan suami istri. Pengambil keputusan secara bersama-sama tidak membuat istri mendapatkan hak-hak untuk menggunakan alat kontrasepsi yang sesuai dengan keinginan istri atau membuat suami menggunakan kontrasepsi. Hal ini sesuai dengan pendapat Parwieningrum (2006) yang dikutip dalam Juliastuti (2008) menyatakan bahwa suami umumnya mendominasi dalam mengarahkan istri dalam menggunakan kontrasepsi, memilih metode kontrasepsi, dan mengakhiri penggunaan kontrasepsi. Pada penelitian ini dukungan suami sangat mempengaruhi ibu untuk menggunakan kontrasepsi.Apabila keinginan pasangan atau individu sangat kuat untuk mencegah kehamilan, maka hal ini secara langsung berpengaruh terhadap seberapa teratur mereka menggunakan
lxx
59 metode kontrasepsi. Beberapa bentuk dukungan suami yang diberikan kepada ibu-ibu yang menggunakan kontrasepsi dalam penelitian ini yaitu memberikan saran dalam memilih kontrasepsi, memberikan biaya, mengantarkan ibu ketempat pelayanan kontrasepsi, dan mengingatkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang. Berdasarkan uraian hasil penelitiandan teori yang ada dapat disimpulkan bahwa dukungan suami berpengaruh besar terhadap kontrasepsi yang akan digunakan oleh istri. 5.1.5 Hasil analisis antara tingkat penghasilan suami dengan pemilihan AKDR Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji chi square diperoleh hasil uji antara penghasilan suami responden dengan pemilihan alat kontrasepsi diperoleh p= 0,043 < 0,05 yang berarti Ho ditolak sehingga ada hubungan antara penghasilan suamiresponden dengan pemilihan kontrasepsi. Hasil penelitian yang diperolehsejumlah 10 orang (45,5%) dengan penghasilan suami lebih dari UMR menggunakan AKDR dan sejumlah3 orang (27,3%) dengan penghasilan suami kurang dari UMR menggunakan
non
AKDR.
Dalam
hal
iniresponden
dengan
pendapatan kurang dari UMR masih bisa memanfaatkanuntuk menggunakan pemakaian alat kontrasepsi yang lain demi kesehatan diri sendiri dan kesehatankeluarga walaupun bukan AKDR artinya
lxxi
60
lapisan sosial ekonomi berbeda-beda tingkatannya atau kedudukan setiap golongan ekonomi. Sosial ekonomi adalah lapisan-lapisan sosial atau kedudukan ukuran yang berbeda tingkatanya. Maka diakui pula adanya anggapa umum bahwa ukuran kemampuan bagi tiap-tiap golongan atau lapisan dalam masyarakat berbeda. Dapat disimpulkan bahwa sosial ekonomi mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat terutama pada pasangan usia suburdalam penentuan pemilihan alat kontrasepsi yang tepat dan aman untuk digunakan. Sosialekonomi yang semakin baik akan berkonstribusi terhadap pemeliharaan kesehatan dimana responden dengan mudah mendapat informasidan pelayanan KB yang ada disekitar mereka (Notoadmojo, 2003). 5.2 Keterbatasan 5.2.1 Kendala penelitian Kendala dalalam penelitian ini adalah untuk mendapat responden aseptor KB AKDR karena kebanyakkan pasien yang datang ke Puskesmas adalah mereka yang menggunakan kontrasepsi non AKDR seperti suntik, pil dan implant, sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan responden yang menggunakanAKDR. 5.2.2 Kelemahan/keterbatasan selamaproses penelitian 1. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu karakteristik suami responden.
lxxii
61
2. Responden dalam melakukan pelayanan KB tidak seluruhnya didampingi oleh suami sehingga hasil wawancara kurang mendalam, sehingga peneliti harus mendatangi rumah responden.
lxxiii
62
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara karakteristik suami akseptor KB dengan pemilihan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di Puskesmas Gilingan Surakarta dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Umur suami akseptor KB di Puskesmas Gilingan sebagian besar berumur 18-40 tahun yaitu sejumlah 18 orang (54,5%). 2. Tingkat pendidikan formal suami akseptor KB di Puskesmas Gilingan terbanyak adalah tingkat menengah sejumlah 16 orang ( 48,5%). 3. Tingkat penghasilan suami akseptor KB di Puskesmas Gilingan Surakarta sebagian besar lebih dari UMR sejumlah 22 orang (66,7%). 4.
Pemilihan alat kontrasepsi dalam rahim di Puskesmas Gilingan sejumlah 13 orang (39,4%).
5. Berdasarkan hasil uji karakteristik suami responden berdasarkan uji chi Square diperoleh hasil umur suami (p=0.092) responden tidak ada hubungan antara pemilihan alat kontrasepsi, sedangkan tingkat pendidikan (p=0.045) dan penghasilan (p=0.043) ada hubungan antara pemilihan alat kontrasepsi.
lxxiv
63
6.2 Saran 1. Bagi tenaga kesehatan Perlunya peningkatan pengetahuan tentang metodeAKDR bagi pasangan akseptor baru KB AKDR yang dilakukan melalui pembinaan informasi secara lengkap tentang AKDR. 2. Bagi Akseptor KB AKDR dan non AKDR Perlunya membangun komunikasi positif dengan bidan dan kader kesehatan untuk berbagi informasi lengkap tentang manfaat dan efek samping penggunaan AKDR sehingga keberhasilan program KB, khususnya AKDR dapat tercapai. 3. Bagi peneliti lain Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan metode penelitian yang berbeda misalnya dengan menggunakan case control atau kohort, variabel yang berbeda seperti kultur kebudayaan, kepercayaan, pengetahuan, serta jumlah populasi dan sampel lebih banyak sehingga hasilnya lebih signifikan.
lxxv
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka Cipta BKKBN Propinsi Jawa Tengah (2003). Profil BKKBN Propinsi Jawa Tengah Tahun 2003. BKKBN Propinsi Jawa Tengah, 2003 BKKBN Propinsi Jawa Tengah (2013). Hasil pelaksanaan Sub Sistem pencatatandan Pelaporan Pelayanan Kontrasepsi dan Pengendalian Lapangan Tahun 2013. BKKBNPropinsi Jawa Tengah, 2013 Chaniago, A. (2002). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Bandung : CV. Pustaka Setia. Handayani,
S.
(2010).
Buku
Ajar
pelayanan
Keluarga
Berencana.
Yogyakarta;Pustaka Rihama Hartanto, Hanafi. (2004).Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi, Jakarta. Pustaka Sinar Harapan. Hasbullah.(2005). Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada. Hidayat, A. (2007). Metode Penelitian kebidanan dan Teknik Analisis Data.Jakarta : Salemba Medika Jacob, T. (2004). Etika Penelitian Ilmiah. Warta Penelitian Universitas Gadjah Mada (Edisi Khusus) Juliantoro, D, (2000). 30 Tahun Cakup KB dan Hak Konsumen. Sinar Harapan. Yogyakarta. Kusumaningrum, Radita. (2009). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Kontrasepsi yang Digunakan Pada Pasangan Usia Subur (Karya Tulis Ilmiah). October 28, 2011. Fakultas Kedokteran UNDIP. Loiselle, C.G., Profetto-McGrath, J., Polit, D.F., & Beck, C.T. (2004). Canadian Essentials of Nursing Research. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
lxxvi
Maryani, Sari, dkk.(2008). Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: TIM Nursalam. (2003). Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. (Edisi Pertama). Jakarta: Salemba Medica Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku, Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi, Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, S.Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan,Jakarta : Rineka Cipta Puskesmas Gilingan ( 2014 ). Profil Puskesmas Gilingan Tahun 2014, Kota Surakarta Riwidikdo, Handoko. (2006).Statistik Kesehatan: Belajar mudah teknik analisis data
dalam
Penelitian
Kesehatan
(Plus
Aplikasi
Software
SPSS).Yogyakarta: Mitra Cendikia Press. Saifuddin, A. (2010).Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Soedomo, A. Hadi. (2008). Pendidikan: Suatu pengantar.Surakarta: UNS Press. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.Cetakan ke-17. Bandung: Alfabeta. Sujiantini dan Arum,DNS. (2009). Panduan Lengakap Pelayanan KB Terkini. Mitra Cendikia Press: Yogyakarta. Sukmadinata, Nana S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Cetakan ke-4. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Sumathipala, A. & Siribaddana, S. (2004). Revisiting “Freely Given Informed Consent” in Relation to the Developing World: Role of an Ombudsman. The American Journal of Bioethics Taufiqurrahman, M. A. (2008). Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu Kesehatan.Surakarta :LPP UNS
lxxvii
Umar, Husein.( 2004).Riset Sumber Daya Manusia, Jakarta : PT. Gramedia PustakaUtama. Wawan & Dewi M (2011), Teori & pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia, Cetakan II, Yogyakarta: Nuha Medika Wiknjosastro, H. (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
lxxviii