perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KARAKTERISTIK AKSEPTOR KB BARU DAN AKTIF DALAM PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI SUNTIK DI WILAYAH GAJAHAN SURAKARTA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Fiqih Faruz Romadhon G0009084
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2013 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Fiqih Faruz Romadhon, G.0009084, 2013. Karakteristik Akseptor KB Baru dan Aktif dalam Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik di Wilayah Gajahan Surakarta. Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Tujuan Penelitian: Mengetahui hubungan karakteristik akseptor KB baru dan aktif khususnya tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan dan pekerjaan dengan pemilihan metode kontrasepsi suntik. Metode Penelitian: Desain penelitian: analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel: akseptor KB baru dan aktif di Puskesmas Gajahan Surakarta. Jumlah sampel: 86 orang. Teknik sampling: simple random sampling. Penelitian dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada sampel. Setelah data diperoleh, selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji Chi Square Test. Hasil Penelitian: Pengujian statistik dengan menggunakan Chi Square Test dilakukan terhadap tiga variabel penelitian. Variabel pertama adalah tingkat pengetahuan akseptor terhadap kontrasepsi suntik. Pengujian statistik menghasilkan nilai uji statistik (X2) sebesar 6,880 dengan signifikansi (p) sebesar 0,009. Nilai p < 0,05 berarti bahwa pada taraf kepercayaan 95% atau tingkat signifikansi 5% korelasi kedua variabel signifikan. Variabel kedua adalah tingkat pendidikan formal akseptor. Pengujian statistik dilakukan dengan uji Chi Square menghasilkan nilai uji statistik (X2) sebesar 2,140 dengan signifikansi (p) sebesar 0,144. Nilai p > 0,05 berarti bahwa pada taraf kepercayaan 95% atau tingkat signifikansi 5% korelasi kedua variabel tidak signifikan. Variabel ketiga adalah status pekerjaan akseptor. Pengujian statistik dilakukan dengan uji Chi Square menghasilkan nilai uji statistik (X2) sebesar 6,351 dengan signifikansi (p) sebesar 0,012. Nilai p < 0,05 berarti bahwa pada taraf kepercayaan 95% atau tingkat signifikansi 5% korelasi kedua variabel signifikan. Dari hasil uji statistik analisis regresi dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan memiliki nilai uji statistik (wald) terbesar yaitu 4,084 dan signifikansi (p) terkecil yaitu 0,043. Tingkat pengetahuan merupakan faktor paling dominan yang berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi suntik. Simpulan Penelitian: 1) Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kontrasepsi suntik dengan pemilihan kontrasepsi suntik 2) Tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemillihan kontrasepsi suntik 3) Terdapat hubungan antara status pekerjaan dengan pemillihan kontrasepsi suntik 4) Tingkat pengetahuan tentang kontrasepsi suntik merupakan faktor paling dominan yang berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi suntik.
Kata kunci: keluarga berencana, suntik, pengetahuan, pendidikan formal, status commit to user pekerjaan
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Fiqih Faruz Romadhon, G.0009084, 2013. The Characteristic of New and Active Family Planning Acceptor Using Injection Contraception Method in Gajahan Surakarta. Mini Thesis, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta. Objective: To know the relationship of the characteristics of new family planning acceptors and active in particular the level of knowledge, level of education and employment with the selection of injectable contraceptive method. Methods: Samples: new and active acceptors of family planning in Gajahan Health Centre, Surakarta. The number of sample: 86 persons. Sampling technique: simple random sampling. The people who were chosen as the sample are given the questionnaire, and then they answered the question in the questionnaire. After the data collected, then the data was analyzed using Chi Square test. Results: Statistical tests using Chi Square test performed on the three variables. The first variable is the level of knowledge of family planning acceptors on injectable contraceptives. The result of the statistic test showed that (X2) of 6.880 with a significance (p) of 0.009. P value <0.05 means that the level of 95% or 5% significance level are significant for both variables. The second variable is the level of formal education of family planning acceptors. Statistical tests performed with the Chi Square test showed that (X2) of 2.140 with significance (p) of 0.144. P-value > 0.05 means that the level of 95% or 5% significance levels were not significant for both variables. The third variable is the employment status of family planning acceptors. Statistical tests performed with Chi Square test showed that (X2) of 6.351 with a significance (p) of 0.012. P value < 0.05 means that the level of 95% or 5% significance level are significant for both variables. From the results of statistical tests of regression analysis can be seen that the level of knowledge has a value of statistical test (wald) is 4.084 and the greatest significance (p) is the smallest 0.043. The level of knowledge is the most dominant factor associated with the selection of injectable contraceptives. Conclusion: 1) There is a correlation between the level of knowledge with the selection of injection method 2) There was no relationship between the level of education with the selection of injection method 3) There is a relationship between job with the selection of injection method 4) The level of knowledge is the most dominant factor associated with the selection of injectable contraceptives.
Keywords: family planning, injection, knowledge, formal education, employment commit to user status
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PRAKATA Segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang “Karakteristik Akseptor KB Baru dan Aktif dalam Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik di Wilayah Gajahan Surakarta” Shalawat dan salam terkirim kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan orang-orang yang senantiasa mengikuti sunnahnya. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program pendidikan dokter di FK UNS Surakarta. Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis tak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., SpPD-KR.FINASIM selaku Dekan FK UNS Surakarta. 2. Muthmainah, dr., M.Kes., selaku Ketua Tim Skripsi FK UNS Surakarta. 3. Dr. H. Endang Sutisna Sulaiman, dr., M.Kes., selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan dan motivasi bagi penulis dalam penelitian ini. 4. Prof. Dr. H.A.A. Subijanto, dr., M.S., selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bimbingan dan motivasi bagi penulis dalam penelitian ini. 5. Suparman, dr., M.Kes., selaku Penguji Utama yang telah memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. 6. H. Rifai Hartanto, dr., M.Kes., selaku Penguji Pendamping yang telah memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. 7. Seluruh Dosen dan Staf Laboratorium IKM dan Bagian Skripsi FK UNS Surakarta. 8. Seluruh Staf Puskesmas Gajahan Surakarta yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian skripsi ini. 9. Orang tua dan seluruh kerabat yang selalu memberikan dukungan dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Sahabat-sahabatku yang tak tergantikan Mustafa, Ami, Regina, Rifa, Rully,yang telah memberikan dukungan dan motivasi dan selalu membantu penulis. 11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Surakarta, 14 Januari 2013
Fiqih
commit to user
vi
Faruz
R
1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Masalah kependudukan mendasar yang dihadapi negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia
adalah masih tingginya laju
pertumbuhan penduduk serta kurang seimbangnya penyebaran dan struktur umur penduduk. Keadaan penduduk yang demikian mempersulit usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk, semakin besar usaha yang diperlukan untuk mempertahankan tingkat kesejahteraan rakyat (BKKBN, 2004). Dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut pemerintah Indonesia telah melaksanakan program Keluarga Berencana (KB) sejak tahun 1968 dengan mendirikan Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN) kemudian dalam perkembangannya menjadi Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Gerakan Keluarga Berencana Nasional bertujuan untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dan juga untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (Hartanto, 2002). Dua aspek pokok dalam program KB Nasional yaitu kegiatan Komunikasi, Edukasi, dan Informasi (KIE) dan pelayanan kontrasepsi. Definisi dari kontrasepsi adalah melawan/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma (Suratun, 2008). Saat ini tersedia banyak metode atau alat kontrasepsi meliputi: IUD, suntik, pil, implant, kontap, kondom. (BKKBN, 2004). Salah satu kontrasepsi yang banyak dipakai di Indonesia adalah kontrasepsi suntik, yaitu suntikan Depo Medroksi Progesteron Acetat (DMPA) dan Cyclofem. Penggunaan kontrasepsi suntikan DMPA adalah pilihan yang tepat karena memberikan solusi bagi permasalahan kepatuhan, tidak harus diminum setiap hari, seperti penggunaan pil kontrasepsi (Donovan , commit to user Contraceptive and Reproductive 2000). Menurut hasil studi the Women’s
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Experiences (CARE), penggunaan suntikan DMPA cukup aman, tidak meningkatkan risiko kanker payudara, menekan gejala vasomotor pada wanita sedangkan efek sampingnya adalah penurunan densitas tulang (Kaunitz, 2008). Adapun hasil penelitian lain menyebutkan bahwa suntikan DMPA dapat meningkatkan berat badan, terutama pada wanita yang sudah memiliki berat badan berlebih (Adams, 2007). Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, pada tahun 2006 pencapaian peserta KB baru (semua metode kontrasepsi) terdiri atas kontrasepsi suntikan 484.615 (68.33%), pil 122.512 (17,27%), implant 41.984 (5,92%),
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) 21.535
(3,04%), kondom 21.208 (2,99%), dan Medis Operasi Pria (MOP)/Medis Operasi Wanita (MOW) 17.396 (2,45%). Pencapaian peserta KB aktif (semua metode kontrasepsi) pada tahun 2006 di Provinsi Jawa Tengah sebanyak 4.752.993 yang terdiri atas kontrasepsi suntikan 2.538.389 (53.41%), peserta pil 860.049 (18,09%), peserta Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) sebanyak 497.985 (10.48%), implant sebanyak 442.243 (9.3%), Medis Operasi Pria (MOP)/Medis Operasi Wanita (MOW) sebanyak 358.743 (7.55%), dan kondom sebanyak 55.584 (1.17%) (Dinkes Prov Jateng, 2006). Dari data yang telah dipaparkan, terlihat variasi penggunaan metode kontrasepsi suntik dengan penggunaan metode kontrasepsi lainnya. Metode kontrasepsi suntik menjadi pilihan sebagian besar akseptor KB. Berdasarkan teori Green (Notoatmojo, 2007) perilaku kesehatan termasuk di dalamnya pemilihan alat kontrasepsi dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor predisposing (pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, usia, paritas), faktor-faktor pendukung (pelayanan KB, ketersediaan alat KB, jarak ke tempat pelayanan KB) serta faktor pendorong (budaya, sikap petugas, dukungan keluarga). Berdasarkan uraian di atas peneliti bermaksud untuk mengetahui hubungan karakteristik akseptor KB baru dan aktif khususnya tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan dan commit to user pekerjaan dengan pemilihan metode kontrasepsi suntik.
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Perumusan Masalah Adapun rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut : 1. Apakah terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan akseptor KB baru dan aktif dengan pemilihan metode kontrasepsi suntik? 2. Apakah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan formal akseptor KB baru dan aktif dengan pemilihan metode kontrasepsi suntik? 3. Apakah terdapat hubungan antara status pekerjaan akseptor KB baru dan aktif dengan pemilihan metode kontrasepsi suntik?
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Untuk
mengetahui
apakah
terdapat
hubungan
antara
tingkat
pengetahuan akseptor KB baru dan aktif dengan pemilihan metode kontrasepsi suntik. 2. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan formal akseptor KB baru dan aktif dengan pemilihan metode kontrasepsi suntik. 3. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara status pekerjaan akseptor KB baru dan aktif dengan pemilihan metode kontrasepsi suntik.
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut : 1. Penelitian ini bermanfaat sebagai masukan bagi pengelola program KB mengenai pemilihan metode kontrasepsi suntik. 2. Hasil penelitian ini juga dapat bermanfaat sebagai bahan perbandingan untuk melakukan penelitian yang akan datang.
commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB 2 LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1.
Program Keluarga Berencana Nasional Menurut
BKKBN,
KB
adalah
upaya
peningkatan
kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil yang bahagia sejahtera. Selain itu, sesuai World Health Organisation (WHO) expert committee 1970, KB adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk mendapatkan tujuan-tujuan tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. Tujuan dari program KB menurut BKKBN adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga, dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Suratun (2008), sasaran langsung dari program KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yaitu pasangan yang wanitanya berusia antara 15-49 tahun, karena kelompok ini merupakan pasangan yang aktif melakukan hubungan seksual dan setiap kegiatan seksual dapat mengakibatkan kehamilan. PUS diharapkan secara bertahap menjadi peserta KB aktif lestari sehingga memberi efek langsung terhadap penurunan fertilisasi. Sementara itu, sasaran tidak langsung program KB menurut Hartanto (2002) adalah organisasi-organisasi, lembaga-lembaga kemasyarakatan, instansi-instansi pemerintah maupun swasta, tokoh-tokoh masyarakat (alim ulama, wanita, dan pemuda). Akseptor KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) dalam to user ikatan perkawinan commit sah yang menggunakan salah satu alat/obat
4
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kontrasepsi (BKKBN, 2007). Jenis-jenis akseptor KB: 1) Akseptor aktif, yaitu akseptor yang ada pada saat ini menggunakan salah satu cara/alat
kontrasepsi
untuk
menjarangkan
kehamilan
atau
mengakhiri kesuburan. 2) Akseptor aktif kembali, yaitu PUS yang telah menggunakan kontrasepsi selama tiga bulan atau lebih yang tidak diselingi suatu kehamilan, dan kembali menggunakan cara alat kontrasepsi baik dengan cara yang sama maupun berganti cara setelah berhenti/istirahat kurang lebih tiga bulan berturut-turut dan bukan karena hamil. 3) Akseptor KB Baru, yaitu akseptor yang baru pertama kali menggunakan alat/obat kontrasepsi atau PUS yang kembali menggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan atau abortus. 4) Akseptor KB Dini, yaitu para ibu yang menerima salah satu cara kontrasepsi dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan atau abortus. 5) Akseptor langsung, yaitu para istri yang memakai salah satu cara kontrasepsi dalam waktu 40 hari setelah melahirkan abortus. 6) Akseptor Drop Out, yaitu akseptor yang menghentikan pemakaian kontrasepsi lebih dari 3 bulan (BKKBN, 2007). Kontrasepsi menurut Suratun (2008) berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti “melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. Untuk itu, berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan seks dan kedua-duanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan. Metode kontrasepsi adalah suatu cara yang digunakan untuk mencegah/menghindari terjadinya kehamilan. Tidak ada satupun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua commit tomempunyai user klien, karena masing-masing kesesuaian dan kecocokan
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
individual bagi setiap klien. Faktor yang mempengaruhi pemilihan suatu metode kontrasepsi adalah efektivitas, keamanan, frekuensi pemakaian dan efek samping, serta kemauan dan kemampuan untuk melakukan kontrasepsi secara teratur dan benar. Selain hal tersebut, pertimbangan kontrasepsi juga didasarkan atas biaya serta peran dari agama dan kultur budaya mengenai kontrasepsi tersebut. Faktor lainnya adalah frekuensi bersenggama, kemudahan untuk kembali hamil lagi, efek samping terhadap laktasi, dan efek dari kontrasepsi tersebut di masa depan (Saifuddin, 2006). Metode kontrasepsi yang akan diteliti adalah suntik. Menurut Sulistyawati (2011), metode suntik sangat efektif, aman, dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi, kembalinya kesuburan lebih lambat, rata-rata empat bulan cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI Tersedia dua jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu sebagai berikut : a. Depo Medroksi Progesteron Acetat (DMPA), mengandung 150 mg DMPA yang diberikan setiap tiga bulan dengan cara disuntik intramuskuler (di daerah bokong). b. Cyclofem, mengandung 25 mg Medroksi Progesteron Acetat dan 5 mg Estrogen Sipinate diberikan setiap bulan (Untoro dkk, 1997). Cara kerja dari metode kontrasepsi suntik menurut Sulistyawati (2011) adalah mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma, menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi, dan menghambat transportasi gamet oleh tuba. Selain itu keuntungan dari metode ini adalah pencegahan kehamilan jangka panjang, tidak mengandung estrogen, sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah, dapat digunakan oleh commit to user perempuan usia lebih dari 35 tahun sampai menopause, membantu
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik, dan klien tidak perlu menyimpan obat suntik. Efektivitas dari kedua jenis kontrasepsi suntik tersebut cukup tinggi, dengan angka keegagalan kurang dari 0,1% per 100 tahun wanita (Untoro dkk, 1997). Berdasarkan sumber yang sama, keterbatasan dari metode ini adalah kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian, harus kembali ke sarana pelayanan,
tidak dapat dihentikan sewaktu-
waktu
berikut,
sebelum
suntikan
dapat
menyebabkan
ketidakteraturan masalah haid, dan tidak menjamin perlindungan terhadap perlindungan terhadap penularan penyakit seksual, hepatitis B, atau infeksi HIV. Klien yang dapat menggunakan kontrasepsi suntikan progestin adalah klien yang berada pada usia reproduksi, telah memiliki anak, menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki
efektivitas
tinggi,
menyusui
dan
membutuhkan
kontrasepsi yang sesuai, dan sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
(Sulistyawati,
2011).
Klien
yang
tidak
boleh
menggunakan kontrasepsi suntikan progestin adalah klien yang hamil, menderita karsinoma payudara, karsinoma traktus genitalia, dan perdarahan uterus (Hartanto, 2002). Menurut
Sulistyawati
(2011),
waktu
untuk
mulai
menggunakan kontrasepsi suntikan progestin adalah setiap saat selama siklus haid dengan syarat tidak hamil, mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid, pada perempuan yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat, dengan syarat tidak hamil dan selama tujuh hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual, perempuan yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti dengan kontrasepsi suntik. Apabila telah menggunakan kontrasepsi hormonal sebelumnya commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
secara benar dan tidak hamil, suntikan pertama dapat diberikan tanpa perlu menunggu sampai haid berikutnya datang. Cara penggunaan kontrasepsi suntiknya adalah sebagai berikut: 1) Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap tiga bulan dengan cara disuntik intramuscular dalam di daerah bokong. Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja secara efektif. Suntikan diberikan setiap 90 hari. Pemberian kontrasepsi suntikan Cyclofem diberikan setiap sebulan sekali. 2) Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang dibasahi oleh etil/isopropil alkohol 60-90%, biarkan kulit kering sebelum disuntik, lalu setelah kering baru disuntik. 3) Kocok dengan baik dan hindari terjadinya gelembung udara. Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan. Apabila terdapat endapan putih pada dasar ampul, upayakan menghilangkannya dengan menghangatkannya (Sulistyawati, 2011). Manfaat kesehatan dari metode KB suntik ini adalah dapat meningkatkan jumlah ASI pada ibu yang menyusui, dapat digunakan pada wanita yang mempunyai penyakit darah sickle cell, mencegah terjadinya kanker endometrium, dan dapat melindungi kemungkinan penyakit radang panggul dan kanker indung telur karena
progestin
menyebabkan
serviks
menebal,
sehingga
mempersulit penularan infeksi dari liang sanggama atau serviks untuk mencapai saluran telur (Untoro dkk, 1997). 2.
Karakteristik Akseptor KB yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik Karakteristik adalah ciri yang membedakan suatu objek penelitian dengan objek penelitian lainnya. Karakteristik yang dinilai pada penelitian ini meliputi: commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Tingkat Pengetahuan Mengenai Alat Kontrasepsi Suntik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), pengetahuan didefinisikan segala sesuatu yang diketahui, segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal. Sedangkan
Notoatmodjo (2003)
mendefinisikan pengetahuan sebagai hasil dari tahu setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, dan perabaan. Pengetahuan juga dapat didefinisikan sebagai kumpulan informasi yang diperbarui yang didapat dari proses belajar selama hidup dan dapat dipergunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri baik terhadap diri sendiri atau lingkungannya. 2. Tingkat pendidikan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Menurut Suhartono (2006), pendidikan dalam arti luas yaitu segala kegiatan pembelajaran yang berlangsung sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan kehidupan. Pendidikan dalam arti sempit yaitu seluruh kegiatan belajar yang direncanakan, dengan materi terorganisasi, dilaksanakan secara terjadwal dalam sistem pengawasan, dan diberikan evaluasi berdasarkan pada tujuan yang telah ditentukan. Pada penelitian ini, akseptor akan digolongkan sesuai tingkat pendidikan terakhirnya. 3. Status pekerjaan. Menurut Nursalam (2003), pekerjaan adalah kesibukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang, dan banyak tantangan. Pada penelitian ini akseptor akan digolongkan menjadi akseptor yang bekerja dan tidak bekerja. commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Kerangka Pemikiran Karakteristik Akseptor:
1.Tingkat Pengetahuan Alat Kontrasepsi Suntik 2.Tingkat Pendidikan Akseptor 3.Status Pekerjaan 4. Paritas 5. Ekonomi Faktor pendukung :
Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik
a. Ketersediaan Alat KB b.Kualitas Layanan KB c. Jarak ke tempat pelayanan Faktor Pendorong : 1) KIE KB 2) Dukungan suami dan keluarga Keterangan : Tidak diteliti
:
Diteliti
:
C. Hipotesis 1. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan akseptor KB baru dan aktif dengan pemilihan metode kontrasepsi suntik. 2. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan formal akseptor KB baru dan aktif dengan pemilihan metode kontrasepsi suntik. 3. Terdapat hubungan antara status pekerjaan akseptor KB baru dan aktif dengan pemilihan metode kontrasepsi suntik. commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Desain penelitian ini menggunakan analitik observasional dengan pendekatan cross sectional.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini berada di Wilayah Gajahan Kota Surakarta. Penelitian ini dilaksanakan selama minggu ke-1 hingga minggu ke-4 bulan November tahun 2012. C. Subjek Penelitian 1.
Populasi : Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor KB baru dan aktif di Wilayah Gajahan Kota Surakarta.
2.
Kriteria Inklusi dan Ekslusi : Kriteria inklusi adalah karakteristik umum setiap penelitian dari suatu populasi suatu target dan terjangkau akan diteliti (Nursalam, 2003). Adapun kriteria inklusi sampel yang akan diteliti yaitu: a) Akseptor yang menggunakan KB suntik dan metode lain di Wilayah Gajahan Kota Surakarta b) Akseptor KB lain yang pindah menggunakan KB suntik c) Akseptor KB suntik yang bersedia menjadi responden d) Bisa membaca dan menulis e) Sedang dalam keadaan sehat dan tidak terganggu jiwanya. Kriteria eksklusi adalah keadaan yang menyebabkan subjek memenuhi kriteria inklusi tetapi tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian (Nursalam, 2003). Adapun kriteria eksklusi yaitu: a) Akseptor KB yang tidak bersedia menjadi responden b) Non Akseptor KB. commit to user
11
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.
Teknik Sampling dan Besarnya Sampel Menurut data dari Puskesmas Gajahan, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) hingga bulan Mei 2012 yang terdapat di Puskesmas Gajahan adalah sebanyak 604 pasangan. Sementara itu, yang menggunakan KB suntik adalah sejumlah 183 orang (30%). Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah Simple Random Sampling, yaitu setiap unit dasar (individu) mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel. Teknik ini mempunyai arti penting karena merupakan dasar dari cara pengambilan sampel yang lain. (Budiarto, 2002) .Sampel didapatkan dengan metode random sederhana (simple random sampling) dan besar sampel dihitung dengan rumus : n =
dimana : n : Jumlah sampel penelitian N : Subyek penelitian d : Tingkat kemaknaan Diketahui
:
a. Jumlah peserta KB baru dan aktif di Puskesmas Gajahan, N =604 peserta b. Tingkat kemaknaan = d = 0,05 Ditanya
:
Jumlah sampel penelitian (n) ? Jawab
:
n=
commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
= 85,79 » 86 Dengan menggunakan rumus tersebut, didapatkan jumlah sampel penelitian sebanyak 86 sampel dari sejumlah populasi sebanyak 604 peserta.
commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Rancangan Penelitian Populasi : Peserta KB Baru dan Aktif di Wilayah Gajahan Surakarta Simple Random Sampling Sampel : Peserta KB Baru dan Aktif di Wilayah Gajahan Surakarta Akseptor KB suntik
Akseptor bukan KB suntik
Pemberian kuesioner
Tingkat Pengetahuan Akseptor Rendah
Tinggi
Tingkat Pendidikan Akseptor Rendah
Tinggi
Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik
Analisis Data (Uji Chi Square)
Simpulan
commit to user
Status Pekerjaan Akseptor Bekerja
Tidak Bekerja
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel bebas: Tingkat pengetahuan akseptor, tingkat pendidikan akseptor, dan status pekerjaan akseptor. Variabel terikat: Pemilihan metode kontrasepsi suntik. F. Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Bebas a. Tingkat Pengetahuan Akseptor Merupakan kemampuan responden dalam memahami tentang kontrasepsi
suntik.
Tingkat
pengetahuan
diukur
dengan
menggunakan kuesioner. Kemudian dijumlah skornya dan dibagi menjadi dua kategori, rendah (0 - 10) dan tinggi (11 - 20). Skala: Nominal b. Tingkat Pendidikan Akseptor Pendidikan formal terakhir akseptor KB hingga mendapat tanda lulus. Dikelompokkan menjadi dua kategori, yakni rendah (Tamat SD/MI/Sederajat dan SMP/MTs/Sederajat) dan tinggi (Tamat SMA/MA/Sederajat, Akademi dan Sarjana). Skala: Nominal c. Status Pekerjaan Akseptor Merupakan kegiatan utama ibu dalam rangka mendapatkan penghasilan. Dikelompokkan menjadi dua kategori, bekerja dan tidak bekerja. Skala: Nominal 2. Variabel Terikat a. Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik Suatu
tindakan
yang
dilakukan
akseptor
dalam
memilih
kontrasepsi suntik. Dibagi menjadi dua kategori, memilih kontrasepsi suntik dan tidak memilih kontrasepsi suntik. commit to user Skala: Nominal
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
G. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah dengan pemberian kuesioner pada responden penelitian. Data primer yang diperoleh peneliti secara langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan yang berhubungan dengan kontrasepsi suntik. Sebelum kuesioner diberikan kepada responden, responden diberikan penjelasan tentang tujuan penelitian kemudian diminta menandatangani lembar persetujuan. Peneliti akan datang sendiri ke responden yang berada di Wilayah Gajahan Surakarta dan selama mengisi kuesioner dipantau dan dibimbing oleh peneliti, bila ada yang tidak jelas maka dijelaskan oleh peneliti. 1. Instrumen Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang meliputi pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan pemilihan kontrasepsi suntik. Kuesioner ini dalam bentuk pertanyaanpertanyaan tentang tingkat pengetahuan mengenai alat kontrasepsi suntik serta data tentang variabel yang akan diteliti yaitu tingkat pendidikan dan status pekerjaan. 2. Uji Coba Instrumen Sebelum instrumen digunakan dilakukan uji coba terlebih dahulu yaitu dengan pengujian validitas dan reabilitas. a. Uji Validitas Instrumen Menurut Notoatmodjo (2002), validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Uji validitas ini dilakukan dengan analisis butir soal yaitu skor yang ada pada butir pertanyaan dipandang sebagai nilai x dan skor total dipandang sebagai nilai y. Selanjutnya dihitung dengan korelasi product moment. Setelah diperoleh harga rxy (koefisien korelasi hitung) hasilnya dikorelasikan dengan harga kritik product moment. Jika commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
harga rxy > rtabel maka dapat dikatakan butir itu valid dengan α = 5% Perhitungan validitas kuesioner dengan menggunakan rumus:
Keterangan : r
: Koefisien korelasi item dengan skor total
x
: Skor pertanyaan
y
: Skor total
N
: Jumlah subjek penelitian
xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah kuesioner yang disusun mampu mengukur apa yang hendak
diukur.
Kuesioner tersebut selanjutnya dibagikan kepada sekelompok individu yang memiliki kesamaan dengan sampel penelitian. Selanjutnya
dilakukan
uji
signifikansi
yaitu
dengan
cara
membandingkan r tabel dengan r hitung. Jika harga r hitung > r tabel maka dapat dikatakan butir soal tersebut valid dengan α = 10%. Apabila pada uji signifikansi ada item pertanyaan yang tidak memenuhi taraf signifikansi, pertanyaan tersebut dihilangkan, diganti, atau direvisi. Uji coba dilakukan terhadap 30 responden di luar responden sesungguhnya. b. Uji Reabilitas Instrumen Menurut Notoatmodjo (2002), reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Uji reliabilitas dilakukan untuk menguji item pertanyaan yang telah dilakukan uji validitasnya. Data dikatakan reliabel jika nilai Alpha Cronbach ≥ 0,60. Apabila nilai yang diperoleh di bawah angka kritis, maka kuesioner tersebut tidak reliabel sebagai alat ukur (Ghozali, 2006). commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
H. Teknik dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data Pada penelitian ini data yang sudah dikumpulkan langkah selanjutnya yang diperlukan adalah mengolah data sedemikian rupa sehingga jelas sifat-sifat yang dimiliki oleh data tersebut. Adapun langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut: a.
Editing data Kuesioner yang telah diisi oleh responden terlebih dahulu di-edit untuk mengecek kebenaran data berdasarkan pengisian kuesioner. Pada
tahap
editing
ini
peneliti
melakukan
pengecekan
kelengkapan data yang ada terutama dalam kelengkapan data baik kuesioner.
Editing
dilakukan
untuk
memastikan
apakah
pertanyaan-pertanyaan yang disusun oleh sesuai dengan isi yang akan didapat melalui alat ukur kuesioner. Pada tahap ini editing ini dilakukan untuk memenuhi kriteria kesahihan dengan menggunakan uji statistik. b.
Coding Dilakukan dengan memberi tanda pada masing-masing jawaban dengan kode berupa angka, sehingga memudahkan proses pemasukan data di komputer, seperti memberi kode tingkat pengetahuan mengenai alat kontrasepsi suntik yaitu tinggi 1 dan rendah 0. Tingkat pendidikan yaitu tinggi 1 dan rendah 0. Status pekerjaan yaitu bekerja 1 dan tidak bekerja 0. Menggunakan kontrasepsi suntik mendapatkan skor 1 dan tidak menggunakan kontrasepsi suntik mendapatkan skor 0.
c.
Scoring Pada tahap ini memberikan nilai pada data sesuai skor terhadap item yang perlu diberikan skor seperti pengukuran pengetahuan yaitu untuk masing-masing item pertanyaan bernilai 1 untuk yang benar dan 0 untuk yang salah. commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d.
Processing Processing adalah proses mengolah data agar dapat menganalisis. Setelah semua kuesioner terisi penuh dan sudah dilakukan pengkodean, maka langkah pengolahan data selanjutnya adalah memproses data agar dapat dianalisis.
e.
Cleaning Cleaning adalah kegiatan pengecekan kembali data yang sudah diproses apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan dapat terjadi pada saat data diproses ke dalam komputer.
2. Teknik Analisis Data Analisis data terdiri dari analisis deskriptif dan analitik. Analisis deskriptif menjelaskan karakter sampel sedangkan analisis analitik terdiri dari analisis univariat, bivariat, dan multivariat. a. Analisis Univariat Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan masingmasing variabel, baik variabel bebas maupun variabel terikat. Melalui prosentasi dan frekuensinya. Analisis univariat untuk menganalisis pengetahuan mengenai alat kontrasepsi suntik, tingkat
pendidikan,
pekerjaan
dengan
pemilihan
metode
kontrasepsi suntik. b. Analisis Bivariat Analisis ini digunakan untuk menjelaskan hipotesis hubungan variabel bebas dengan variabel terikat. Analisis bivariat untuk menganalisis hubungan antara variabel bebas pengetahuan, pendidikan, dan pekerjaan dengan variabel terikat pemilihan metode kontrasepsi suntik. Dengan menggunakan uji Chi Square. Dari data statistik tersebut dapat ditetapkan: 1) Hipotesis penelitian Ha diterima dan Ho ditolak jika dengan P value lebih kecil dari alpha 0,05. 2) Hipotesis penelitian Ha ditolak dan Ho diterima jika to user dengan Pcommit value lebih besar dari alpha 0,05.
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Analisis Multivariat Analisis multivariat dapat memberikan informasi mengenai hubungan ketiga faktor (tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, status pekerjaan) secara simultan dengan pemilihan kontrasepsi suntik. Analisis ini dilakukan untuk menentukan faktor paling dominan yang berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi suntik.
commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
Pada penelitian dilakukan analisis univariat, bivariat, dan multivariat. A. Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel penelitian yaitu tingkat pengetahuan tentang kontrasepsi suntik, tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan pemilihan kontrasepsi suntik. Semua variabel dinyatakan dengan skala nominal sehingga deskripsi dilakukan dalam bentuk distribusi frekuensi. Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang Kontrasepsi Suntik Tingkat Pengetahuan
Frekuensi
Prosentase (%)
Rendah
9
10,5
Tinggi
77
89,5
Total
86
100,0
Tabel 4.1 memperlihatkan pembagian responden menurut tingkat pengetahuan tentang kontrasepsi suntik. Dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 77 akseptor (89,5%) memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi. Selebihnya yaitu sebanyak 9 akseptor (10,5%) memiliki tingkat pengetahuan yang rendah.
commit to user 21
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan
Frekuensi
Prosentase (%)
Rendah
24
27,9
Tinggi
62
72,1
Total
86
100,0
Tabel 4.2 memperlihatkan pembagian responden menurut tingkat pendidikan formal. Dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 62 akseptor (69,8%) memiliki tingkat pendidikan tinggi. Selebihnya yaitu sebanyak 24 akseptor (19,8%) memiliki tingkat pendidikan rendah. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan Status Pekerjaan
Frekuensi
Prosentase (%)
Tidak Bekerja
50
58,1
Bekerja
36
41,9
Total
86
100,0
Tabel 4.3 memperlihatkan pembagian responden menurut status pekerjaan. Dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 50 akseptor (58,1%) bekerja atau memiliki mata pencaharian. Selebihnya yang tidak bekerja atau tidak memiliki mata pencaharian ada sebanyak 36 akseptor (41,9%). Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kontrasepsi Suntik
Responden
Berdasarkan
Pemilihan
Memilih KB Suntik
Frekuensi
Prosentase (%)
Tidak
8
9,3
Ya
78
90,7
Total
86 commit to user
100,0
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.4 memperlihatkan pembagian responden menurut pemilihan kontrasepsi suntik. Dapat dilihat bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 78 akseptor (90,7%) memilih menggunakan kontrasepsi suntik. Selebihnya yang tidak memilih kontrasepsi suntik ada sebanyak 8 akseptor (9,3%). B. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara masing-masing faktor atau karakteristik (tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, status pekerjaan) dengan pemilihan kontrasepsi suntik. Tabel 4.5 Hasil Analisis Bivariat Hubungan antara Tingkat Pengetahuan tentang Kontrasepsi Suntik dengan Pemilihan Kontrasepsi Suntik Tingkat Pengetahuan
Pemakai Kontrasepsi Suntik
Uji Statistik
Frekuensi
Prosentase (%)
X2
p
Rendah (n=9)
6
66,7 6,880
0,009
Tinggi (n=77)
72
93,5
Pada tabel 4.5 disajikan hasil-hasil analisis bivariat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pemilihan kontrasepsi suntik. Diketahui bahwa dari 9 responden yang memiliki tingkat pengetahuan rendah, ada 6 akseptor (66,7%) yang memilih kontrasepsi suntik. Adapun dari 77 responden yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi, ada 72 akseptor (93,5%) yang memilih kontrasepsi suntik. Pengujian statistik menghasilkan nilai uji statistik (X2) sebesar 6,880 dengan signifikansi (p) sebesar 0,009. Nilai p < 0,05 berarti bahwa pada taraf kepercayaan 95% atau tingkat signifikansi 5% korelasi kedua variabel signifikan.
commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.6 Hasil Analisis Bivariat Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Pemilihan Kontrasepsi Suntik Pemakai Kontrasepsi Suntik
Uji Statistik
Frekuensi
Prosentase (%)
X2
p
Rendah (n=24)
20
83,3 2,140
0,144
Tinggi (n=62)
58
93,5
Tingkat Pendidikan
Pada tabel 4.6 disajikan hasil-hasil analisis bivariat hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemilihan kontrasepsi suntik. Diketahui bahwa dari 24 responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah, ada 20 akseptor (83,3%) yang memilih kontrasepsi suntik. Dari 62 responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, ada 58 akseptor (93,5%) yang memilih kontrasepsi suntik. Pengujian statistik menghasilkan nilai uji statistik (X2) sebesar 2,140 dengan signifikansi (p) sebesar 0,144. Nilai p > 0,05 berarti bahwa pada taraf kepercayaan 95% atau tingkat signifikansi 5% korelasi kedua variabel tidak signifikan. Tabel 4.7 Hasil Analisis Bivariat Hubungan antara Status Pekerjaan dengan Pemilihan Kontrasepsi Suntik Pemakai Kontrasepsi Suntik
Uji Statistik
Frekuensi
Prosentase (%)
X2
p
Tidak Bekerja (n=50)
42
84,0 6,351
0,012
Bekerja (n=36)
36
100,0
Status Pekerjaan
Pada tabel 4.7 disajikan hasil-hasil analisis bivariat hubungan antara status pekerjaan dengan pemilihan kontrasepsi suntik. Diketahui bahwa dari 50 responden yang tidak bekerja, ada 42 akseptor (84,0%) yang memilih kontrasepsi suntik. Adapun dari 36 responden yang bekerja, semuanya commit to user (100,0%) memilih kontrasepsi suntik.
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pengujian statistik menghasilkan nilai uji statistik (X2) sebesar 6,351 dengan signifikansi (p) sebesar 0,012. Nilai p < 0,05 berarti bahwa pada taraf kepercayaan 95% atau tingkat signifikansi 5% korelasi kedua variabel signifikan.
C. Analisis Multivariat Analisis multivariat dapat memberikan informasi mengenai hubungan ketiga faktor (tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, status pekerjaan) secara simultan dengan pemilihan kontrasepsi suntik, atau hubungan masingmasing faktor dengan pemilihan kontrasepsi suntik secara parsial (dengan mempertimbangkan pengaruh faktor lain). Dalam penelitian ini analisis multivariat dilakukan untuk menentukan faktor paling dominan yang berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi suntik. Tabel 4.8 Hasil Analisis Multivariat Hubungan antara Tingkat Pengetahuan, Tingkat Pendidikan, dan Status Pekerjaan dengan Pemilihan Kontrasepsi Suntik Uji Statistik Koefisien
Chi Square Test
Wald
P
X2
p
Tingkat Pengetahuan
4,084
0,043
Tingkat Pendidikan
0,126
0,722
15,240
0,002
Status Pekerjaan
0,000
0,998
Variabel/Faktor
Pada tabel 4.8 disajikan hasil-hasil analisis multivariat hubungan antara tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, dan status pekerjaan dengan pemilihan kontrasepsi suntik. Uji Chi Square terhadap model regresi logistik menghasilkan nilai uji statistik (X2) sebesar 15,240 dengan signifikansi (p) sebesar 0,002. Nilai p < 0,05 berarti bahwa pada taraf kepercayaan 95% atau tingkat signifikansi 5% hubungan simultan antara ketiga faktor dengan pemilihan kontrasepsi suntik signifikan. commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis univariat, pada variabel tingkat pengetahuan dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan tingkat pengetahuan akseptor KB baru dan aktif di Wilayah Gajahan sudah termasuk baik. Dengan pemahaman yang baik mengenai kontrasepsi suntik maka terdorong oleh keunggulan atau kelebihannya seorang akseptor akan memiliki menggunakan kontrasepsi suntik tersebut. Meskipun begitu akseptor yang tahu baik tentang kontrasepsi suntik tidak serta-merta pasti memiliki kontrasepsi tersebut karena sebenarnya semua jenis kontrasepsi memiliki kelebihan dan kekurangannya masingmasing. Pemilihan jenis kontrasepsi juga ditentukan oleh karakteristik atau kondisi akseptor. Pada variabel penelitian yang kedua, yakni tingkat pendidikan akseptor, distribusi pada tabel tersebut menggambarkan bahwa mayoritas responden sudah menempuh pendidikan hingga jenjang SMA atau bahkan perguruan tinggi, artinya tingkat pendidikan akseptor sudah cukup baik. Tingkat pendidikan sebenarnya tidak memiliki pengaruh langsung terhadap perilaku,
tingkat
pendidikan
memiliki
pengaruh
langsung
terhadap
pengetahuan yang kemudian baru berpengaruh terhadap perilaku. Di samping itu pendidikan tinggi juga tidak menjamin seorang akseptor akan memilih kontrasepsi suntik karena pengetahuan tentang kontrasepsi pada umumnya dan kontrasepsi suntik khususnya tidak secara wajib diajarkan di jenjang pendidikan formal pada umumnya melainkan hanya mungkin di perguruan tinggi dan pada program studi tertentu di antaranya kedokteran atau kesehatan. Namun memang tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan yang tinggi akan mendorong tingginya kemampuan belajar (tingkat pemahaman akan sesuatu) dan luasnya wawasan yang merupakan faktor penting terbentuknya atau meningkatnya pengetahuan. Status pekerjaan pada dasarnya digunakan untuk mengetahui commit to user bagaimana para akseptor mengisi waktu sehari-hari. Akseptor yang bekerja 26
perpustakaan.uns.ac.id
27 digilib.uns.ac.id
lebih banyak mencurahkan tenaga dan pikiran untuk pekerjaannya sehingga waktu longgarnya pun sedikit. Hal tersebut juga menjadi pertimbangan akseptor untuk memilih suatu kontrasepsi tertentu. Sebagaimana diketahui bahwa kontrasepsi suntik cocok untuk akseptor yang menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan cocok untuk akseptor yang sering lupa menggunakan pil, maka kontrasepsi ini memang merupakan pilihan baik untuk yang bekerja. Begitu dominannya responden yang menggunakan kontrasepsi suntik tidaklah secara pasti menggambarkan bahwa akseptor KB baru dan aktif di Wilayah Gajahan memang mayoritas pengguna kontrasepsi suntik. Berdasarkan hasil analisis bivariat, terlihat bahwa proporsi pengguna kontrasepsi suntik pada akseptor dengan tingkat pengetahuan yang tinggi lebih besar dibandingkan pada akseptor dengan tingkat pengetahuan yang rendah. Dengan kata lain tingkat pengetahuan tentang kontrasepsi suntik berbanding lurus dengan pemilihan kontrasepsi suntik. Pengujian statistik menghasilkan nilai uji statistik (X2) sebesar 6,880 dengan signifikansi (p) sebesar 0,009. Nilai p < 0,05 berarti bahwa pada taraf kepercayaan 95% atau tingkat signifikansi 5% korelasi kedua variabel signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kontrasepsi suntik dengan pemilihan kontrasepsi suntik pada akseptor KB baru dan aktif di Wilayah Gajahan. Akseptor dengan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi akan lebih cenderung untuk memilih kontrasepsi suntik. Pada variabel penelitian kedua, yakni tingkat pendidikan akseptor, terlihat bahwa proporsi pengguna kontrasepsi suntik pada akseptor dengan tingkat pendidikan yang tinggi lebih besar dibandingkan pada akseptor dengan tingkat pendidikan yang rendah. Dengan kata lain tingkat pendidikan berbanding lurus dengan pemilihan kontrasepsi suntik. Pengujian statistik menghasilkan nilai uji statistik (X2) sebesar 2,140 dengan signifikansi (p) sebesar 0,144. Nilai p > 0,05 berarti bahwa pada taraf kepercayaan 95% atau tingkat signifikansi 5% korelasi kedua variabel tidak commit signifikan. Dengan demikian dapatto user disimpulkan bahwa tidak terdapat
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemilihan kontrasepsi suntik pada akseptor KB baru dan aktif di Wilayah Gajahan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemilihan kontrasepsi suntik pada akseptor KB baru dan aktif di Wilayah Gajahan. Menurut analisis bivariat pada variabel penelitian ketiga, terlihat bahwa proporsi yang menggunakan kontrasepsi suntik pada akseptor yang bekerja lebih besar dibandingkan pada akseptor yang tidak bekerja. Dengan kata lain akseptor yang bekerja akan lebih cenderung memiliki kontrasepsi suntik dibandingkan akseptor yang tidak bekerja. Pengujian statistik menghasilkan nilai uji statistik (X2) sebesar 6,351 dengan signifikansi (p) sebesar 0,012. Nilai p < 0,05 berarti bahwa pada taraf kepercayaan 95% atau tingkat signifikansi 5% korelasi kedua variabel signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara status pekerjaan dengan pemilihan kontrasepsi suntik pada akseptor KB baru dan aktif di Wilayah Gajahan. Akseptor yang bekerja akan lebih cenderung memiliki kontrasepsi suntik dibandingkan akseptor yang tidak bekerja. Berdasarkan analisis multivariat, besarnya efek masing-masing faktor secara relatif dapat dilihat dari hasil uji statistik koefisien regresi. Faktor yang paling dominan adalah faktor yang memiliki nilai uji statistik (wald) terbesar atau nilai signifikansi (p) terkecil. Dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan memiliki nilai uji statistik (wald) terbesar yaitu 4,084 dan signifikansi (p) terkecil yaitu 0,043. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan merupakan faktor paling dominan yang berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi suntik.
commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB VI PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada para akseptor KB baru dan aktif di Wilayah Gajahan dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut: 1. Mayoritas responden adalah akseptor kontrasepsi suntik (90,7%). Berdasarkan karakteristiknya diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi (89,5%), berpendidikan tinggi (72,1%), dan tidak bekerja (58,1%). 2. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kontrasepsi suntik dengan pemillihan kontrasepsi suntik. 3. Tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemillihan kontrasepsi suntik. 4. Terdapat hubungan antara status pekerjaan dengan pemillihan kontrasepsi suntik. 5. Tingkat pengetahuan tentang kontrasepsi suntik merupakan faktor paling dominan yang berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi suntik.
B. Saran Berkenaan dengan penelitian yang telah dilakukan maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut. 1. Perlu dilakukan penyuluhan mengenai alat kontrasepsi untuk meningkatkan kesadaran pasangan usia subur untuk menggunakan alat kontrasepsi. 2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan variabel tingkat pengetahuan mengenai kontrasepsi suntik, tingkat pendidikan, dan status pekerjaan akseptor KB baru dan aktif terhadap pemilihan metode kontrasepsi suntik.
commit to user 29