KELUHAN KEPUTIHAN PADA AKSEPTOR KONTRASEPSI ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) 1
Noor Yunida Triana 1) , Adita Silvia Fitriani 2), Eko Badawi 3) Program Studi Keperawatan D III STIKES Harapan Bangsa Purwokerto Email :
[email protected] 2 Program Studi Kebidanan D III STIKES Harapan Bangsa Purwokerto Email :
[email protected] 3 Program Studi Kebidanan D III STIKes Harapan Bangsa Purwokerto Email :
[email protected]
Abstract KB Alat Kontrasepsi Dalam Kandungan (AKDR) menurut data survey nasional di Indonesia tahun 2013 menduduki posisi ke tiga terbanyak setelah alat kontrasepsi Pil yang digunakan oleh peserta KB baru (8,49%). Alasan banyaknya akseptor KB memilih AKDR adalah efektivitas tinggi (angka kegagalan kecil) dan metode jangka panjang (10 tahun proteksi). Akan tetapi AKDR seringkali menimbulkan efek samping, salah satunya adalah keputihan/leukorea. Keputihan fisiologis jika dibiarkan akan beresiko menjadi keputihan patologis. Keputihan abnormal bila tidak diobati secara benar akan berakibat pada kemandulan, infeksi saluran telur, bahkan awal munculnya pertumbuhan kanker mulut rahim. Jika keadaan ini dialami oleh ibu hamil, akan berisiko pada kelahiran prematur, kehamilan diluar rahim dan kadang menyebabkan radang panggul. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dengan keluhan keputihan pada akseptor AKDR di wilayah kerja Puskesmas Purwokerto Timur. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan desain survey analitik dengan pendekatan Case Control yaitu rancangan penelitian yang membandingkan antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol untuk mengetahui proporsi kejadian berdasarkan riwayat ada tidaknya paparan. Pengambilan sampel menggunakan teknik purpossive sampling yaitu wanita usia subur yang menggunakan KB AKDR dan Non AKDR yang memenuhi kriteria inklusi. Keluhan keputihan diukur dengan menggunakan kuesioner. Analisis data dengan analisis univariat yang kemudian dilanjutkan analisis bivariat dengan Chi Square. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu ada hubungan antara penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dengan keluhan keputihan pada akseptor AKDR di wilayah kerja Puskesmas 1 Purwokerto Timur. Kata Kunci: Keluarga Berencana, Alat Kontrasepsi dalam Rahim, Keputihan PENDAHULUAN Gerakan Keluarga Berencana (KB) di Indonesia telah berkembang pesat, jumlah penggunapun semakin bertambah dari tahun ke tahun. Survey Nasional di semua BPS di Indonesia peserta KB baru
bulan Januari-Maret 2013 menunjukan persentase terbanyak alat kontrasepsi yang dipakai adalah KB Suntik (50,01%), Pil (25,99%), IUD (Intra-Uterine Device) (8,49%), Implan (7,88%), Kondom (5,85%), MOW (Metode Operatif
Wanita) (1,53%) dan MOP (Metode Operatif Pria) (0,25%) (BKKBN, 2013). Hasil data survey Propinsi di atas menunjukan penggunaan alat kontrasepsi IUD di Jawa Tengah menduduki posisi ke dua terbanyak setelah kontrasepsi suntik yaitu sebanyak 118,27% (BKKBN, 2013). Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) / Intra-Uterine Device (IUD) adalah alat kontrasepsi modern yang telah dirancang sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan, dan masa aktif fungsi kontrasepsinya), diletakan dalam kavum uteri sebagai usaha kontrasepsi, menghalangi fertilisasi, dan menyulitkan telur berimplantasi dalam uterus (Hidayati, 2011). Nilai efektivitas IUD berkisar 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan) (Hidayati, 2011). Keuntungannya adalah efektivitas tinggi (angka kegagalan kecil), dapat aktif segera setelah pemasangan, tidak harus mengingat seperti kontrasepsi pil, metode jangka panjang (10 tahun proteksi), tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI (Proverawati, 2010). Alat kontrasepsi dalam rahim seringkali menimbulkan efek samping seperti terjadi perdarahan (menoragia atau spotting menoragia), rasa nyeri dan kejang perut, dismenore, terganggunya siklus menstruasi dan secret vagina lebih banyak (Hidayati 2011). Menurut (Zannah dkk, 2012) dalam jurnal penelitian yang berjudul “Gambaran keluhan-keluhan akibat penggunaan alat kontrasepsi IUD pada akseptor IUD di wilayah kerja Puskesmas Sukajadi Kota Bandung” menunjukan hasil prosentase akseptor yang mengeluhkan perubahan siklus menstruasi sebanyak 3 akseptor (4,62%), peningkatan jumlah darah menstruasi 28 akseptor (43,08%), spooting 18 akseptor (27,69%),
dismenore 13 akseptor (20,00%), gangguan seksual akseptor (23,08%), leukorea 29 akseptor (44,62%) dan perubahan tekanan darah 49 akseptor (75,38%). Berdasarkan hasil tersebut menunjukan bahwa keputihan (leukorea) menempati posisi kedua sebagai keluhan akibat penggunaan alat kontrasepsi IUD dengan jumlah 29 akseptor (44,62%). Keputihan yaitu cairan putih yang keluar dari liang senggama secara berlebihan (Manuaba et al, 2009). Keputihan dalam keadaan normal, lendir yang keluar dari vagina adalah mukus jernih seringkali tampak seperti putih telur, tidak menimbulkan bau yang menyengat, dan tidak menyebabkan iritasi atau rasa sakit. Keputihan fisiologis jika dibiarkan akan beresiko menjadi keputihan patologis. Keputihan dalam keadaan patologis, terdapat cairan berwarna abu-abu, kuning atau hijau, berbau tidak sedap atau amis, jumlahnya meningkat dan disertai gatal dan rasa terbakar pada vagina (Andrews, 2009). Data penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita menunjukan bahwa, 75% wanita di dunia pasti mengalami keputihan, paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya mengalami 2 kali atau lebih (Bahari, 2012). Menurut (Zubier, 2002 dalam Nanlessy, 2013), wanita di Eropa yang mengalami keputihan sekitar 25%. Wanita di Indonesia lebih dari 70% mengalami penyakit keputihan. Jawa Tengah sebanyak 65% wanita juga mengalami keputihan yang disebabkan oleh jamur, parasit seperti cacing kremi atau kuman (tricomonas vaginalis) (Sianturi, 2005 dalam Triani dkk, 2013). Keputihan abnormal bila tidak diobati secara benar akan berakibat pada kemandulan, infeksi saluran telur, bahkan awal munculnya pertumbuhan kanker mulut rahim (Burhani, 2012).
Keputihan merupakan keluhan yang paling banyak ditemui pada kelompok pemakai AKDR CuT – 380 A yaitu sebanyak 30 %. Hal ini disebabkan karena dengan adanya AKDR, dapat menimbulkan terjadinya reaksi terhadap benda asing dan memicu pertumbuhan jamur kandida yang semula saprofit menjadi patogen sehingga terjadi kandidiasis vagina dengan gejala timbulnya keputihan yang berlebihan (Bimantara, 2000 dalam Darmani, 2003). Studi Pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas 1 Purwokerto Timur di dapatkan data akseptor KB AKDR berjumlah 57 orang dalam periode tahun 2013. Peneliti juga melakukan interview terhadap 10 akseptor KB AKDR didapatkan 6 akseptor menyatakan setelah menggunakan AKDR cairan keputihan yang keluar lebih banyak dibanding sebelum menggunakan AKDR dan 4 responden menyatakan tidak ada perbedaan sebelum atau sesudah menggunakan AKDR terhadap keluarnya keputihan. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian lebih dalam tentang hubungan antara penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) dengan keluhan keputihan pada akseptor AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Purwokerto Timur. Peneliti tertarik melakukan penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Purwokerto Timur dikarenakan ditempat tersebut belum pernah dilakukan penelitian tentang Hubungan antara penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dengan keluhan keputihan pada akseptor AKDR. METODE Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain survey analitik dengan menggunakan pendekatan case
control. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Sampel penelitian adalah 44 akseptor KB yang terdiri dari 22 responden akseptor KB AKDR dan 22 responden akseptor KB lain (implant). Uji statistik menggunakan Chi Square pada CI 95%. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang diperoleh peneliti setelah melakukan penelitian selama satu bulan dengan jumlah responden sebanyak 44 orang yang telah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi serta dalam penelitian tersebut telah menggunakan instrumen penelitian yang sudah valid dan reliable, sehingga diperoleh data yang menampilkan keluhan keputihan pada akseptor KB dan hasil analisis pengaruh antara dua kelompok responden. Adapun hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1. Keluhan Keputihan pada Akseptor KB AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Purwokerto Timur Data yang didapatkan dari hasil penelitian tentang keluhan keputihan pada responden akseptor KB AKDR di wilayah kerja Puskesmas 1 Purwokerto Timur adalah sebagai berikut: Tabel 1.1 Keluhan Keputihan pada Akseptor KB AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Purwokerto Timur
Patologis 6 27,3%
Tidak keputihan 7 31,8%
Fisiologis 9 40,9%
Pada tabel 1.1 menunjukkan bahwa keluhan keputihan pada akseptor KB
AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Purwokerto Timur yang mengalami keputihan fisiologis yaitu sebanyak 9 orang (40,9%), patologis 6 orang (27,3%), sedangkan yang tidak mempunyai keluhan keputihan sebanyak 7 orang (31,8%). Akseptor AKDR di Puskesmas 1 Purwokerto Timur periode tahun 2013 menempati posisi kedua terbanyak penggunaannya setelah KB suntik. Hal ini menunjukkan bahwa AKDR banyak menjadi pilihan KB yang digunakan oleh akseptor, peneliti berasumsi bahwa faktor yang mempengaruhi akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas 1 Purwokerto Timur memilih AKDR karena faktor sarana informasi. Sebagian besar akseptor menggunakan AKDR setelah melahirkan, penggunaan KB AKDR sendiri dicanangkan oleh pemerintah bagi ibu yang melahirkan menggunakan kartu jampersal, artinya ibu yang melahirkan menggunakan Jampersal diwajibkan untuk langsung menggunakan KB AKDR setelah melahirkan. Selain itu Salah satu akseptor juga mengatakan bahwa dia menggunakan AKDR setelah ada tenaga kesehatan yang menginformasikan kerumahnya, bahwa ada layanan pemasangan AKDR gratis. Akseptor KB Implant di wilayah kerja Puskesmas 1 Purwokerto Timur periode tahun 2013 menempati posisi ke 3 terbanyak penggunaan setelah AKDR. Peneliti berasumsi bahwa akseptor banyak memilih KB Implant karena dipengaruhi oleh faktor pengetahuan yang baik, akseptor mengatakan bahwa merekag menggunakan Implant karena jangka waktu penggunaanya lama dan praktis, akseptor juga merasa nyaman setelah penggunaan implant karena tidak ada keluhan-keluhan yang dirasakannya. Kenyataan diatas sesuai dengan jurnal penelitian (Wibowo dkk, 2006)
yang berjudul ”Perilaku pemilihan alat kontrasepsi intra uterine device (IUD) di Desa Kedungwuni Kabupaten Pekalongan”, menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan (p-value 0,001), dukungan sosial (p-value 0,005) dan sarana informasi (p-value 0,011) dengan pemilihan kontrasepsi IUD. Jadi akseptor dalam memilih alat kontrasepsi ada faktor-faktor yang mempengaruhinya. 2. Keluhan Keputihan pada Akseptor KB Implant di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Purwokerto Timur Data yang didapatkan dari hasil penelitian tentang keluhan keputihan pada responden akseptor KB implant di wilayah kerja Puskesmas 1 Purwokerto Timur adalah sebagai berikut Tabel 1.1 Keluhan Keputihan pada Akseptor KB Implant di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Purwokerto Timur
Fisiologis 5 22,7%
Tidak keputihan 17 77,3%
Berdasarkan tabel 1.2 menunjukkan bahwa akseptor KB implant di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Purwokerto Timur sebagian besar tidak mengalami keluhan keputihan yaitu 17 orang (77,3%), sedangkan yang mempunyai keluhan keputihan fisiologis sebanyak 5 orang (22,7%). Hasil penelitian diatas akseptor yang mengalami keputihan fisiologis sebanyak
9 orang (40,9%) hal ini sesuai dengan pendapat (Hidayati, 2011), bahwa IntraUterine Device (IUD) yang mengeluarkan hormon juga menebalkan lendir serviks. Cairan yang keluar dari vagina akan semakin banyak dan menyebabkan keputihan fisiologis. Menurut (Sulistyawati, 2011), keputihan bening tidak berbau tidak berbahaya dan akan berkurang setelah tiga bulan pemakaian, cairan yang keluar dari vagina disebabkan oleh reaksi dari endometrium karena adanya AKDR di dalam kandung rahim (benda asing). Hasil penelitian diatas juga menunjukan akseptor yang mengalami keluhan keputihan patologis sebanyak 6 orang (27,3%). Penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), dapat menimbulkan terjadinya reaksi terhadap benda asing dan memicu pertumbuhan jamur kandida yang semula saprofit menjadi patogen sehingga terjadi kandidiasis vagina dengan gejala timbulnya keputihan yang berlebihan (Bimantara, 2000 dalam Darmani, 2003). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Darmani, 2003), yang berjudul “Hubungan Antara Pemakaian AKDR Dengan Kandidiasis Vagina Di RSUP Dr. Pirngadi Medan”, menunjukan hasil (p < 0,05) artinya ada hubungan bermakna antara pemakaian AKDR dengan kandidiasis vagina. Menurut (Andrews, 2008), penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) merupakan faktor predisposisi terjadinya keputihan patologis. Akseptor yang tidak mempunyai keluhan keputihan sebanyak 7 orang (31,8%). Faktor-faktor yang menyebabkan keputihan fisiologis selain penggunaan KB AKDR yaitu siklus haid, metode kontrasepsi pil, hasrat seksual, kahamilan dan stress serta faktor penyebab keputihan patologis selain
penggunaan KB AKDR yaitu infeksi (virus, jamur dan bakteri), diabetes mellitus, konsumsi antibiotik, penggunaan celana dalam yang ketat dan penggunaan pembersih vagina secara berlebih (Andrews, 2009). Peneliti berasumsi bahwa akseptor yang tidak mengalami keluhan keputihan dikarenakan selalu menjaga kebersihan vaginanya dengan baik dan melakukan pencegahan keputihan yang lain seperti tidak memakai celana dalam yang ketat, tidak menggunakan pembersih vagina secara berlebihan, tidak mengalami stress,tidak mengalami infeksi vagina, tidak mengkonsumsi obat antibiotik dan tidak menderita penyakit diabetes mellitus. Akseptor rajin melakukan kunjungan ulang, satu bulan paska pemasangan, tiga bulan kemudian, setiap enam bulan berikutnya dan satu tahun sekali (Handayani, 2010). Semua hal tersebut dapat mencegah munculnya keputihan, sehingga akseptor KB AKDR tidak mengalami keluhan keputihan. Penelitian ini juga menggunakan kelompok kontrol, dimana yang menjadi kelompok kontrol adalah pengguna KB Implant. Hasil penelitian yang didapatkan dari kelompok kontrol sebagian besar tidak mengalami keluhan keputihan yaitu sebanyak 17 orang (77,3%). Hal ini sesuai dengan teori bahwa keputihan bukan merupakan efek samping dari penggunaan KB Implant, dimana efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan KB Implant adalah amenorrhea, spotting, pertambahan atau kehilagan berat badan (perubahan nafsu makan), ekspulsi dan infeksi pada daerah insersi (Handayani, 2010). Hasil diatas juga menunjukan akseptor KB Implant yang mengalami keluhan keputihan fisiologis sebanyak 5 orang (22,7%). Menurut teori penggunaan KB Implant tidak
menyebabkan keputihan, akseptor yang mengalami keputihan fisiologis dapat disebabkan karena faktor lain seperti siklus haid (terjadi peningkatan mukus jernih tepat sebelum ovulasi yang sering kali tampak seperti putih telur), hasrat seksual, kehamilan dan stress (Andrews, 2009). Berdasarkan hasil diatas aksepor KB Implant tidak ada yang mengalami keputihan patologis yaitu 0 (0,0%). Berdasarkan teori penggunaan Implant memang tidak menyebabkan keputihan, hal ini sesuai dengan pendapat (Sulistyawati, 2011) bahwa alat kontrasepsi yang menyebabkan efek samping keputihan adalah penggunaan KB AKDR, KB Suntik dan KB Pil. 3. Hubungan Penggunaan AKDR dengan Keluhan Keputihan pada Akseptor AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Purwokerto Timur Tabel 1.3 Hubungan Penggunaan AKDR Pada akseptor AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Purwokerto Timur Keputihan Penggunaan kontrasepsi
Total
x2
6 (27,3%)
22 (100,0%)
11,310
5 (22,7%)
0 (0%)
22 (100,0%)
14 (31,8%)
6 (13,6%)
44 (100,0%)
Tidak
Fisiologis
Patologis
AKDR
7 (31,8%)
9 (40,9%)
Non AKDR (Implant)
17 (77,3%) 24 (54,5%)
Total
p 0,004
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada akseptor AKDR sebagian besar mengalami keluhan keputihan fisiologis yaitu 9 orang (40,9%). Sedangkan pada akseptor non AKDR sebagian besar tidak mengalami keluhan keputihan yaitu 17 orang (77,3%). Hasil uji statistik dengan uji chi square diperoleh nilai x2 = 11,310 dengan nilai signifikansi 0,004 lebih kecil
dari nilai α (0,05). Hal ini berarti Ho ditolak, sehingga dari hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan antara penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dengan keluhan keputihan pada akseptor AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Purwokerto Timur. Hasil tersebut sesuai dengan pendapat ( Glasier et al, 2005) bahwa rabas cair atau keputihan sering terjadi pada para pemakai AKDR, keputihan lebih umum terjadi pada pemakai AKDR daripada wanita yang tidak memakai AKDR. Mekanisme kerja dari AKDR itu sendiri menurut (Handayani, 2010), akan menyebabkan lendir serviks menjadi kental / tebal karena pengaruh progestin, untuk jenis AKDR yang mengandung hormone progesterone. Hal ini sejalan dengan pendapat Bimantara dalam Darmani (2003) bahwa keputihan merupakan keluhan yang paling banyak ditemui pada kelompok pemakai AKDR. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Zannah dkk, 2012), yang berjudul “Gambaran keluhan-keluhan akibat penggunaan alat kontrasepsi IUD pada akseptor IUD di wilayah kerja Puskesmas Sukajadi Kota Bandung”, menunjukkan hasil bahwa keputihan menduduki posisi kedua yaitu sebanyak 29 akseptor (44,62%), sebagai keluhan akibat penggunaan alat kontrasepsi IUD. Hal ini menunjukan bahwa keputihan adalah salah satu keluhan yang sering dialami oleh akseptor AKDR Hal ini didukung oleh pendapat (Andrews, 2009), bahwa salah satu faktor pendorong terjadinya keputihan adalah penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), ini dikarenakan spora Candida residual diisolasi dari benang AKDR. Menurut pendapat (Sulistyawati, 2011), keputihan pada akseptor AKDR dapat terjadi karena adanya infeksi yang
terbawa pada waktu pemasangan AKDR. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan salah satu faktor predisposisi yang dapat memicu jamur kandida yang semula asymptomatis menjadi aktif berkembang biak sehingga timbul kandidiasis vagina KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai keluhan keputihan pada akseptor KB AKDR di wilayah kerja Puskesmas 1 Purwokerto Timur terhadap 44 responden dan kemudian dilakukan analisa data, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Akseptor KB AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Purwokerto Timur sebanyak 22 orang (50%) dan akseptor Implant sebanyak 22 orang (50%). 2. Keluhan keputihan pada akseptor KB AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Purwokerto Timur sebagian besar mengalami keluhan keputihan yaitu fisiologis sebanyak 9 orang (40,9%), patologis 6 orang (27,3%) dan tidak mengalami keputihan 7 orang (31,8%), sedangkan akseptor KB implant sebagian besar tidak mengalami keluhan keputihan yaitu sebanyak 17 orang (22,7%), keputihan fisiologis 5 orang (22,7%) dan keputihan patologis 0 (0,0%). 3. Ada hubungan antara penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dengan keluhan keputihan pada akseptor AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Purwokerto Timur, dengan nilai p-value 0,004. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka terdapat beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan sebagai berikut: 1. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan
Diharapkan menjadi sumber informasi mengenai faktor predisposisi terjadinya keputihan pada akseptor KB AKDR.. 2. Bagi profesi keperawatan Bagi profesi keperawatan disarankan agar lebih meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi seperti melakukan penkes tentang KB yang akan digunakan pada akseptor KB baru, lebih menjaga kesterilan pada saat melakukan pemasangan alat kontrasepsi dan petugas kesehatan dapat melakukan kunjungan rumah untuk memberikan konseling yang tepat untuk akseptor KB 3. Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat meneliti faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan keputihan seperti penggunaan pembersih vagina secara berlebihan, pemakaian celana dalam yang ketat, konsumsi obat antibiotik, stress, infeksi dll. Selain itu, bagi peneliti selanjutnya, dapat menentukan keputihan itu fisiologis atau patologis dengan pemeriksaan medis sehingga hasilnya lebih tepat. Peneliti selanjutnya juga diharapkan dapat meneliti keluhan-keluhan lain yang dialami oleh akseptor AKDR seperti spotting, disminorhea, perubahan siklus menstruasi, peningkatan jumlah darah saat menstruasi, gangguan kenyamanan seksual dan peningkatan tekanan darah. REFERENSI Alam, D.K. (2012). Warning! Ibu Hamil. Surakarta: Ziyad Visi Media. Andrews, G. (2009). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC. Anies, (2005). Seri Kesehatan Umum. Pencegahan Dini Gangguan Kesehatan. Jakarta : Gramedia,
Dikutip dari: http://books.google.co.id/books. Diakses pada tanggal 10 Januari 2014. Bahari, H. (2012). Cara Mudah Atasi Keputihan. Jogjakarta: Buku Biru. BkkbN. (2013). Laporan Umpan Balik, Hasil Pelaksanaan Sub Sistem Pencatatan dan Pelaporan, Pelayanan Kontrasepsi Maret 2013. Jakarta: Direktorat Pelayanan dan Statistik. Dikutip dari: www.bkkbn.go.id. Diakses pada tanggal 13 Desember 2013. BkkbN Provinsi Jawa Tengah. (2013). Akselerasi Pelayanan KB Berbasis Komunitas (Revitalisasi Posyandu). Semarang. Dikutip dari : www.bkkbn.go.id. Diakses pada tanggal 13 Desember 2013. BkkbN. (2012). Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2011. Jakarta: Direktorat Pelaporan dan Statistik. Dikutip dari: www.bkkbn.go.id. Diakses pada tanggal 13 Desember 2013. Burhani, F. (2012). Buku Pintar Miss V, Cara Cerdas Merawat Organ Intim Wanita. Yogyakarta: Araska. Darmani, E,H. (2003). Hubungan Antara Pemakaian AKDR Dengan Kandidiasis Vagina Di RSUP Dr. Pringadi Medan. Dikutip dari: http://www.scribd.com/doc/17809 3139/keputihan2. Diakses pada tanggal 9 Desember 2013. Glasier, A., & Gebbie, A. (2005). Keluarga Berencana & Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC. Handayani, S. (2010). Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Jogyakarta: Pustaka Rihana. Hidayat, A.A.A. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.
Hidayati, R. (2011). Metode dan Teknik Penggunaan Alat Kontrasepsi: Petunjuk Praktis Pemasangan Alat Kontrasepsi. Jakarta: Salemba Medika. Manuaba, I.A.C, Manuaba, I.B.G.F, dan Manuaba, I.B.G. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC. Mariana, E.R. (2012). Keputihan (Fluor Albus) Pada Wanita. Dikutip dari: http://www.ebookspdf.org/view/a HR0cDovL2FsdWx1bS5iYWFrLn dlYi5pZC9maWxlcy84LiUyMEV 2aSUyMFJpc2ElMjBNYXJpYW5 hLnBkZg==/NDEgS2VwdXRpaG FuIChmbHVvciBBbGJ1cykgUGF kYSBXYW5pdGE=. Diakses pada tanggal 2 Desember 2013. Murti, B. (2011). Validitas dan Reliabilitas Pengukuran. Dikutip dari: http://si.uns.ac.id/profil/uploadpubl ikasi/Buku/murti_06.pdf. Diakses pada tanggal 20 Februari 2014. Nanlessy, D.M, Hutagaol, E, Wongkar, D. (2013). Hubungan Antara Pengetahuan Dan Perilaku Remaja Putri Dalam Menjaga Kebersihan Alat Genetalia Dengan Kejadian Keputihan Di SMA Negeri 2 Pineleng. ejournal Keperawatan. Dikutip dari: http://ejournal.unsrat.ac.id/index.p hd/jkp/article /view/2175/1733. Diakses pada tanggal 20 Februari 2014. Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. . (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.Proverawati, A., Islaely, A.D., dan Aspuah, S. (2010). Panduan Memilih Kontrasepsi. Jogyakarta: Yuha Medika. Progestian, P. (2010). Panduan Ibu Hamil, Cara Menentukan Masa Subur. Jakarta: Swarna Bhumi. Saryono. (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan,Penuntun Praktis Bagi Pemula. Jogjakarta: Mitra Cendekia. Suaidinmath. (2013). Uji Validitas Isi (Content Validity) Tes Prestasi Belajar. Dikuti dari: http://educatinalwithptkdotnet.wo rdpress.com/2013/02/28/ujivaliditas-isi-content-validity-tesprestasi-belajar/. Diakses pada tanggal 18 Februari 2014. Sulistianingsih, R., Djarot., H.S & Wahyuni, D. (2011). Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Wanita Usia Subur (WUS) Tentang Keputihan Fisiologis Dan Patologis Di Lapas Wanita Kelas IIA Kota Semarang Tahun 2011. Dikutip dari: https://www.google.com/url?sa=t &rct=j&q=&esrc=s&source =web&cd=2&cad=rja&ved=0CC 8QjBAwAQ&url=http%3A%2F %2Fjurnal.unimus.ac.id%2Findex .php%2Fjur_bid%2Farticle%2Fvi ew%2F564%2F614&ei=q__4Upz WDs2TrgfOooHYAw&usg=AFQ jCNFPpOhmmHsQt9GPIX8giw4iuwNpw. Diakses pada tanggal 4 Desember 2013. Sulistyawati, A. (2011). Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Salemba Medika. Sutriani, D., Dharminto & Winarti, S. (2013). Perbedaan Lama Pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Menurut
Keluhan Akseptor Di Kelurahan Sampang Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang Tahun 2013. Dikutip dari: http://www.ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm/ article /view/3787/3673. Diakses pada tanggal 2 Desember 2013. Triani, R., Ardiani, S. (2013). Hubungan Pemakaian Pembersih Vagina Dengan Kejadian Keputihan Pada Remaja Putri. Jurnal Ilmiah Kebidanan. Dikutip dari: http://ojs.akbidylpp.ac.id/index.ph p/Prada/article/view/29/27. Diakses pada tanggal 20 Februari 2014. Wibowo, A., Rimawati, E & Astuti, R. (2011). Perilaku Pemilihan Alat Kontrasepsi Dalam Intra Uterine Device (IUD) Di Desa Kedungwuni Kabupaten Pekalongan. Dikutip dari: http://journal.unsil.ac.id/jurnal/Pro sIdi ng/9/9Eti%20R_Udinus%20SMG( 12).pdf.pdf. Diakses pada tanggal 2 Desember 2013. Zannah, I.R., Maryati, I & Widiasih, R. (2012). Gambaran Keluhan – Keluhan Akibat Penggunaan Alat Kontrasepsi IUD Pada Akseptor IUD Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukajadi Kota Bandung. Dikutip dari: http://jurnal.unpad.ac.id/ejournal/ar ticle/view/613/667. Diakses pada tanggal 2 Desember 2013.