FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN AKDR (ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATUAH KUTAI KARTANRGARA
FACTORS ASSOCIATED THE USE OF IUD (INTRAUTERIN DEVICE) IN THE WORKING AREA OF BATUAH COMMUNITY HEALTH CENTER KUTAI KARTANRGARA REGENCY
Siti Widiyawati, Mappeaty Nyorong, dan Sudirman Natsir Jurusan Promosi Kesehatan , Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin
Alamat Korespondensi: Siti Widiyawati Pasca Sarjana Unhas Palaran, Samarinda
[email protected] 081347165716
1
ABSTRAK AKDR adalah alat kontrasepsi yang dipasang didalam rahim wanita, yang sangat jarang digunakan, oleh karena itu dalam pemilihan alat kontrasepsi yang akan digunakan hendaknya memperoleh dukungan dari berbagai pihak. AKDR masih sangat sedikit digunakan oleh wanita hal ini disebabkan masyarakat lebih menyukai alat kontrasepsi yang mudah didapat dan mudah digunakan. Tujuan penelitian ini mengetahui faktor–faktor apa saja yang berhubungan dengan pemakaian AKDR sebagai alat kontrasepsi non hormonal di Wilayah kerja puskesmas Batuah Kecamatan loajanan Kabupaten Kutai Kartanegara. Penelitian ini merupakan penelitian Diskriptif Analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional, tehnik pengumpulan data menggunakan lembar kuisioner, untuk mengetahui hubungan antara variabel dilakukan analisis bivariat dengan menggunakan rumus chi square. Hasil tiap variabel menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna pemakaian AKDR dengan pendidikan, dukungan suami dan pengetahuan. Hasil uji statistik didapatkan bahwa pemakaian AKDR terhadap pendidikan dengan P value 0,001. Pemakaian AKDR terhadap dukungan suami dengan P value 0,006. Sedangkan pada pemakaian AKDR terhadap pengetahuan didapat hasil P value 0,007, dan analisis ini dilakukan sampai uji multivariat. Dari ketiga variabel bebas tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan yang bermakna pemakaian AKDR terhadap dukungan suami, pengetahuan dan pendidikan. Peneliti memberikan saran kepada instansi terkait dan kepada petugas yang bertugas didaerah untuk mengadakan penyuluhan guna menambah pengetahuan masyarakat tentang alat kontrasepsi dalam rahim agar dapat dijadikan pilihan dari berbagai jenis alat kontrasepsi yang ada. Dan kepada akseptor hendaknya sebelum memilih dan menggunakan alat kontrasepsi sebaiknya lakukan konsultasi terlebih dahulu. Kepada rekan-rekan yang ingin melakukan penelitian serupa untuk lebih mengembangkan ruang dan lingkupnya. Kata Kunci: AKDR, Pendidikan, pengetahuan dan Dukungan Suami ABSTRACT The IUD is a contraceptive device that is placed in the womb of a woman, which is very rarely used, therefore the selection of contraception should be used to obtain the support of various parties. IUD is still very little used by women because it is the preferred contraceptives easily available and easy to use. The purpose of this study to know what factors are associated with the use of IUDs as a non-hormonal contraceptive clinic in work areas Batuah District loajanan Kutai regency. This research is descriptive Analytics using cross sectional approach, the technique uses a data collection questionnaire, to determine the relationship between variables performed bivariate analysis using chi square formula. The subjects were the Fertile Age couple of family planning acceptors. The results of each variable showed that there was a significant association with the use of IUDs education, spousal support, and knowledge. The results of statistical tests found that the use of an IUD to education with P value 0.001. The use of IUDs for spousal support with P value 0.006. While the use of an IUD on knowledge obtained results P value 0.007. Of the three independent variables mentioned above it can be concluded that there is a significant use of IUDs for spousal support, knowledge and education. Researchers advise relevant agencies and to the officer in charge of areas to conduct outreach in order to increase public knowledge about intrauterine devices that can be selected from various types of contraceptives available. And the acceptor should before selecting and using contraceptives should be done prior consultation. To colleagues who want to do similar research to further develop the space and scope.
Keywords: IUDs, education, knowledge and Support Husband
2
PENDAHULUAN Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya menempati posisi keempat didunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) , dengan laju pertumbuhannya yang masih relative tinggi. Esensi tugas program keluarga berencana (KB) dalam hal ini jelas yaitu menurunkan fertilitas agar dapat mengurangi beban pembangunan demi terwujudnya kebahagian dan kesejahteraan bagi rakyat dan bangsa Indonesia. Seperti yang disebutkan dalam UU No.10 Tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga seajahtera, definisi KB yakni upaya meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga guna mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Hartanto, 2004). Awal abad ke–19, di Inggris upaya Keluarga Berencana mula-mula timbul atas prakarsa sekelompok orang yang menaruh perhatian pada masalah kesehatan ibu. Maria Stopes (1880–1950) Menganjurkan pengaturan kehamilan di kalangan kaum buruh di Inggris. Di Amerika Serikat dikenal Margareth Sanger (1883– 1966) yang dengan program Birth Control nya merupakan pelopor Keluarga Berencana modern (Prawirohardjo, 2008). Program KB di Indonesia sebelum dan sesudah ICPD-1994 mengalami perubahan yang nyata pada kurun 70-an sampai 90-an awal. Pelayanan Keluarga Berencana sangat menekankan pada aspek Demografis, yaitu pengendalian angka kelahiran (BKKBN, 2009). Rumor dan fakta tentang pemakaian AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) : menganggu kenyamanan dalam bersenggama, alat yang dipasang dapat terlepas dengan sendirinya, khawatir dengan alat yang dipasang akan berkarat didalam rahim istri hal ini ternyata turut memengaruhi rendahnya keikut sertaan istri dalam memilih AKDR sebagai alat kontrasepsi. Penggunaan kontrasepsi merupakan tanggung jawab bersama antara pria dan wanita sebagai pasangan, sehingga metode kontrasepsi yang dipilih mencerminkan kebutuhan serta keinginan bersama. Dalam hal ini bisa saja pria yang memakai kontrasepsi seperti kondom, coitus interuptus dan vasektomi, suami mempunyai tanggung jawab utama. Sementara bila istri sebagai pengguna 3
kontrasepsi suami mempunyai peranan penting dalam mendukung istri dan menjamin efektivitas pemakaian kontrasepsi (Saifuddin, 2003). Berdasarkan studi pendahuluan di dapat data Keluarga Berencana berdasarkan alat kontrasepsi, di Kalimantan Timur sebanyak Kondom 179, 07 persen, Implan 144, 03 persen, IUD 113, 27 persen, suntik 88, 44 persen, MOP 44, 14 persen, MOW 71, 31 persen (BKKBN, 2011). Jumlah Pasangan Usia Subur di Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara pada Tahun 2011 adalah sebanyak
99.875. Berdasarkan alat kontrasepsi yang digunakan akseptor
terbanyak adalah : Pil dengan jumlah pemakai 35.274 orang, Suntik sebanyak 17.554 orang, Implan sebanyak 4.305 orang, AKDR
sebanyak 1.343 orang,
MOW sebanyak 1./343 orang, MOP sebanyak 282 orang dan Kondom sebanyak 450 orang (BKKBN, 2011) Jumlah pasangan Usia Subur di Kecamatan Loajanan Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2011 adalah sebanyak 6.051. Berdasarkan alat kontrasepsi yang digunakan oleh akseptor yang terbanyak adalah: Pil dengan jumlah akseptor 2.037 orang, Suntik dengan akseptor sebanyak
824 orang, Implan dengan
pemakai sebanyak 444 orang, AKDR dengan jumlah pemakai sebanyak 243 orang, MOW sebanyak
155 orang, MOP sebanyak
17 orang dan pemakai
Kondom sebanyak 29 orang. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis
faktor-faktor
yang berhubungan dengan pemakaian AKDR (alat
kontrasepsi dalam rahim) di Wilayah Kerja Puskesmas Batuah tahun 2012.
METODE PENELITIAN Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif (Diskriptif Analitik) dimana peneliti ingin melihat faktor – faktor yang berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi AKDR pada pasangan usia subur. Desain Diskriptif Analitik adalah suatu studi untuk menemukan faktor dengan interpretasi termasuk didalamnya untuk membuat gambaran atau melukiskan secara akurat dari beberapa fenomena atau kelompok individu (Notoadmodjo, 2005). Sedangkan analitik bertujuan menjelaskan karakteristik masing – masing variabel yang diteliti. Pendekatan yang digunakan adalah rancangan Cross 4
sectional, yaitu mengkaji masalah pada waktu penelitian dan pengamatan variabel bebas dan terikat dilakukan pada saat yang sama (Arikunto, 2005) Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas
Batuah
Kecamatan Loajanan Kabupaten Kutai Kartanegara. Alasan peneliti mengambil penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Batuah Kecamatan Loajanan Kabupaten Kutai Kartanegara. Metode pengumpulan data Data
penelitian
diperoleh
dengan
strategi
Triangulasi,
Yaitu
opengumpulan data ynag berbeda beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama : Observasi,Wawancara dan dokumentasi . Analisis Data Analisis data dilakukan secara
Diskriptif Analitik yaitu menganalisis
suatu keadaan secara obyektif untuk memecahkan masalah pada masa sekarang . Dengan cara data yang terkumpul dari kuesioner ditampilkan dalam bentuk tabel yang dijabarkan mengenai hubungan variabel bebas dan variabel terikat
HASIL Karakteristik Responden pasangan usia subur secara umum diwilayah Kerja Puskesmas Batuah Kecamatan Loajanan Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2012 adalah sebanyak 722 pasangan usia subur, berdasarkan alat kontrasepsi yang digunakan oleh akseptor
adalah: Pil dengan jumlah akseptor 294 orang, suntik dengan
akseptor sebanyak 380 orang, implant dengan pemakai sebanyak 6 orang, kondom dengan pemakai sebanyak 8 orang, MOW 1 orang dan MOP 1 akseptor, dan pemakai AKDR sebanyak 33 orang. Sedangkan sisanya menggunakan pantang berkala, tidak menggunakan alat kontrasepsi dan cara – cara tradisional seperti menggunakan jamu – jamuan. Berdasarkan data ternyata bahwa akseptor AKDR masih rendah, yaitu sebanyak 33 orang dari seluruh populasi. Sampel penelitian ini sebanyak 180 responden, yaitu pasangan usia subur yang tidak memakai alat / metode kontrasepsi AKDR dan termasuk yang memakai AKDR.
5
Hasil Analisa Data dan Pembahasan Dari 180 responden yang termasuk dalam kategori pendidikan rendah ada 17 responden (12, 6 %) yang menggunakan AKDR, dan 118 responden (87, 4 %) berpendidikan rendah yang tidak menggunakan alat kontrasepsi AKDR. Pada kelompok responden yang berpendidikan sedang ada 4 responden (50 %) yang menggunakan AKDR dan ada 4 responden (50 %) yang tidak menggunakan AKDR , sementara yang berpendidikan tinggi tetapi tidak memakai AKDR ada 25 responden (67, 6 %) dan yang menggunakan AKDR ada 12 responden (32, 4 %). Terlihat pada tabel 1 Dari 180 responden yang termasuk dalam kategori yang mempunyai pengetahuan kurang dan menggunakan AKDR ada 2 responden ( 4,2 %) dan yang mempunyai pengetahuan kurang tidak memakai AKDR ada 46 responden ( 95, 8 %), sementara responden yang berpengetahuan baik menggunakan AKDR ada 31 responden (23, 5 %) dan selanjutnya yang berpengetahuan baik tetapi tidak menggunakan AKDR ada 101 responden (76, 5 %). Terlihat pada tabel 2 Responden yang mengatakan pernah didukung oleh suami ada 33 responden (23, 8 %) yang memakai AKDR, dan yang didukung suami tetapi tidak memakai AKDR ada 96 responden (76, 2%), sementara ada 3 responden (5, 6 %) yang mengatakan tidak pernah didukung suami tetapi memakai AKDR dan ada 51 responden (94, 4 %) yang tidak didukung oleh suami tidak memakai AKDR. Berdasarkan uji statistik diperoleh hasil X2 = 5,93 P = 0,034 yang artinya ada hubungan yang bermakna dukungan suami terhadap pemakaian AKDR. Tabel 3 PEMBAHASAN Penelitian ini menemukan makin tingginya pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi tentang AKDR, disamping itu faktor dukungan suami sangat menunjang dalam pemakaian AKDR di Wilayah kerja Puskesmas Batuah Kecamatan Laojanan Kabupaten Kutai Kartanegara. Pendidikan seseorang yang tinggi belum tentu mempunyai pengaruh terhadap perilaku sehari-hari dalam kehidupan. Orang berpendidikan tinggi belum tentu menggunakan KB yang efektif. Pendidikan juga merupakan proses perubahan dan peningkatan pengetahuan, pola pengetahuan, pola pikir, dan perilaku masyarakat. Karena adanya dinamika diberbagai aspek, maka proses 6
pendidikan akan terus menerus dan berkesinambungan sehingga masyarakat mampu menerima gagasan invasif secara rasional dan bertanggung jawab (BKKBN, 2011). Pendidikan yang rendah juga membuat responden kurang bisa menerima dan memahami konseling keluarga berencana yang diberikan oleh petugas KB, sehingga menghambat proses penyebaran informasi tentang KB dan menghambat proses perubahan dari tidak menggunakan AKDR memilih untuk menggunakan AKDR yang diharapkan dalam program KB. Berarti pendidikan yang rendah mempengaruhi pemakaian alat kontrasepsi AKDR. Sementara itu pada tabel terlihat bahwa terdapat responden yang berpendidikan tinggi tapi tidak menggunakan AKDR sebanyak 25 responden (67, 6 %) hal ini disebabkan karena kemungkinan ibu menginginkan secepatnya untuk memperoleh anak lagi sehingga memilih alat kontrasepsi lain yang menurutnya lebih simpel dan cocok untuk dirinya. Terdapat 9 responden yang berpendidikan tinggi juga mengatakan bahwa kepercayaan yang dianutnya juga tidak membolehkan untuk menggunakan alat kontrasepsi jenis AKDR dan sebagian lagi mengatakan suaminya tidak memperbolehkan, sehingga menjadi pertimbangan bagi responden itu untuk memakai metode kontrasepsi yang lainnya. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka. Pada umumnya makin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin baik pula tingkat pengetahuannya. Penelitian Rogers (1974), dalam Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yaitu : Awareness, Interest, Evaluation , Trial dan Adaption. Dibeberapa daerah di Indonesia seperti jawa, sumatera, (yang tentunya didaerah pedesaan) yang masyarakatnya masih akrab dengan budaya “banyak anak banyak rejeki” dan “setiap anak membawa rejekinya masing-masing” atau “anak sebagai tempat bergantung orang tua” masih sulit menerima konsep program Keluarga Berencana (BKKBN, 1997). Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna faktor pengetahuan terhadap pemakaian AKDR, Terlihat dari 101 responden (76, 5 %) yang berpengetahuan baik ternyata yang tidak menggunakan AKDR dan sebanyak 31
responden (23, 5 %) 7
berpengetahuan baik menggunakan AKDR, hal ini disebabkan banyak ibu yang merasa kurang nyaman dan merasa ketakutan dengan proses pemasangan AKDR, kurangnya informasi yang memadai tentang alat kontrasepsi AKDR, kurangnya dukungan dari suami, tidak adanya biaya untuk pemasangan AKDR yang dipikir tentu lebih mahal dari alat kontrasepsi lain dan juga ada beberapa responden yang mengatakan menginginkan untuk punya anak lagi sehingga memilih alat kontrasepsi lain yang menurutnya lebih cocok. Kurangnya pengetahuan pada calon akseptor sangat berpengaruh terhadap pemakaian kontrasepsi IUD. Dari beberapa temuan fakta memberikan implikasi program, yaitu manakala pengetahuan dari wanita kurang maka penggunaan kontrasepsi terutama IUD juga menurun. Jika hanya sasaran para wanita saja yang selalu diberi informasi, sementara para suami kurang pembinaan dan pendekatan, suami kadang melarang istrinya karena faktor ketidaktahuan dan tidak ada komunikasi untuk saling memberikan pengetahuan. Lingkungan sosial memengaruhi penggunaan kontrasepsi dan pemilihan alat kontrasepsi (BKKBN, 2008). Dorongan atau motivasi yang diberikan kepada istri dari suami, keluarga ataupun lingkungan, sangat mempengaruhi kemantapan ibu dalam menggunakan suatu metode kontrasepsi ( Manuaba, 1998 ). Menurut (Mu’tadin, 2002) penggunaan AKDR dapat berpengaruh pada kenyamanan seksual karena menyebabkan perdarahan post coitus ini disebabkan karena posisi benang AKDR yang menggesek mulut rahim atau dinding vagina sehingga menimbulkan pendarahan dan bisa menyebabkan keputihan, akan tetapi pendarahan yang muncul ini jumlahnya hanya sedikit, pada beberapa kasus efek samping ini menjadi pembenar bagi akseptor untuk melakukan drop out, terutama disebabkan dukungan yang salah dari suami. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain menunjukkan bahwa suami, teman sebaya dan orang tua semua bisa mempengaruhi pilihan kontrasepsi perempuan, dan bahwa pengaruh ini berbeda dengan paritas perempuan. Jika seorang wanita percaya bahwa suaminya mendukung kontrasepsi, kemungkinan dia menggunakan metode kontrasepsi
meningkat, sebaliknya, ketika seorang
wanita merasa gugup tentang berkomunikasi dengan suaminya tentang kontrasepsi atau suaminya membuat pilihan kontrasepsi, kemungkinan dia 8
menggunakan metode kontrasepsi menurun. Pendapat negatif Sesepuh tentang kontrasepsi juga terkait dengan kemungkinan perempuan penurunan penggunaan kontrasepsi, mungkin karena hormat. Dalam budaya seperti ini Kamboja, di mana sudut pandang orang tua
sangat dihargai, sikap negatif mereka terhadap
kontrasepsi dapat menimbulkan hambatan yang signifikan. KESIMPULAN DAN SARAN Ada hubungan yang bermakna faktor pendidikan terhadap pemakaian AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas Batuah Kecamatan Loajanan Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2012. Terdapat
hubungan yang signifikan faktor
pengetahuan terhadap pemakaian AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas Batuah. Ada hubungan yang signifikan faktor dukungan suami terhadap pemakaian AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas Batuah. Kepada petugas kesehatan, untuk lebih mengaktifkan lagi kegiatan konseling KB sehingga masyarakat mempunyai pengetahuan yang lebih banyak tentang alat kontrasepsi khususnya AKDR dan pada akhirnya masyarakat mampu memilih alat kontrasepsi yang efektif dan sesuai dengan kondisinya. Para suami untuk ikut memberikan dukungan pada istrinya dalam pemakaian alat kontrasepsi dengan cara ikut melakukan konsultasi pada saat memutuskan untuk memakai salah satu kontrasepsi dan apabila ada sesuatu yang menjadi keluhan atau pertanyaan dikonsultasikan dengan petugas kesehatan sehingga istri merasa mantap menggunakan salah satu alat kontrasepsi. Bagi peneliti lain, agar dapat melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pemakaian AKDR melalui uji statistik yang lebih spesifik dan dengan cakupan wilayah yang lebih luas dan jumlah sampel yang lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S (2005). Prosedur Penelitian dan Pedekatan. Jakarta, Rineka Cipta. Azwar, Azrul, (2005). Kebijakan dan Strategi Nasional Kesehatan Reproduksi di Indonesia. Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta BKKBN, (2008). Peningkatan Akses dan Kualitas Pelayanan KB. BKKBN Bandung ________, (2011). Data Peserta KB Propinsi Kalimantan Timur Tahun 2011 ________, (2011). Data peserta KB Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2011 9
Hartanto, Hanafi. (2004). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta, cetakan ke lima Imbarwati, (2009). Beberapa Faktor yang berkaitan dengan penggunaan KB IUD di kecamatan pedurungan kota semarang. Istiqomah, (2007). Factor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pemakaian AKDR di desa sumber sari kecamatan sebulu. Kusmiyati. ET. ell. (2008). Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta, Fitramaya. Kolibu, 2004. Bias gender dalam pelayanan KB dikelurahan andiuonohu kecamatan poasia, kota kendari. Manuaba, I.B.G. (1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta, EGC. Muchji, (2007). Informasi Pelayanan Kontrasepsi, BKKBN, Jakarta Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rhineke Cipta, Nursalam dan Pariani S. 2003. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta, Salemba Medika. Prawirihardjo, S. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta: EGC. Program Pascasarjana Universitas Hasannudin Makassar, 2006. Pedoman penulisan tesis dan disertasi, Universitas Hasannudin Makassar. Saifuddin. (2003). Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. KNPKKR-POGI, Jakarta Trismiati, (2004). Perbedaan tingkat kecemasan antara pria dan wanita akseptor di RSUP dr, Sarjito, Jogyakarta. Varney Helen et all, (2007). Buku ajar kebidanan. Edisi 4 . penerbit Buku kedokteran, EGC.
10
Lampiran Tabel 1. Hubungan variabel pendidikan terhadap pemakaian AKDR Di Wilayah Kerja Puskesmas Batuah
Responden yang menggunakan dan Tidak menggunakan AKDR memakai Tidak memakai AKDR AKDR
Pendidikan
Jumlah
Rendah
17 (12,6 %)
118 (87,4 %)
135 (100 %)
Sedang
4 (50,0 %)
4 (50,0 %)
8 (100 %)
Total
33 (18,3 %)
147 (81,7 %)
180 (100%)
P Value
0,001
Tabel 2. Hubungan variabel pengetahuan terhadap pemakaian AKDR Di Wilayah Kerja Puskesmas Batuah
Pengetahuan
1. Baik
Responden yang menggunakan dan Tidak menggunakan AKDR memakai Tidak memakai AKDR AKDR 31 (23,5 %)
101 (76,5 %)
Jumlah
P Value
132 (100 %) 0,006
2. Kurang Baik
2 (4,2 %)
46 (95,8 %)
48 (100 %)
Tabel 3. Hubungan variabel pendidikan terhadap pemakaian AKDR Di Wilayah Kerja Puskesmas Batuah
Dukungan Suami
1. Mendukung 2. Tidak Mendukung Total
Responden yang menggunakan dan Tidak menggunakan AKDR memakai Tidak memakai AKDR AKDR
Jumlah
30 (12,6 %)
96 (76,2 %)
126 (100 %)
3 (5, %)
151 (94,4 %)
126 (100 %)
33 (18,3 %)
147 (81,7 %)
180 (100%)
P Value
0,007
11
12