FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KOTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN PASAR REBO JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Disusun Oleh :
Dewi Fatimah 108104000024
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M
PERI,IYATAAN PERSETUJUAN Slaipsi denganjudul
FAKTOR-FAKTOR YANG BERIIUBUNGAN DENGAN PENGGIJNAAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN PASAR REBO JAKARTA TIMUR Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skipsi Program Studi llmu KepeBwata[ Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun oleh
DEWI FATIMAH MM:108104000024
Pembimbiry I
Pembimbing II
lt
,kwL
/---)
//U^-"*
Puspita Palupi. S.Kep.. M.Kep.. Ns.Sp.Kep.Mat Irma Nurbaeti. S.Kp. M.Kep. Sp.Mat NIP: 198011192011012006 NIP: 197005011996012001
PROGRAM STI]DI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAII UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 IV2O13
M
SKRIPSI DENGAN JUDUL FAKTOR-FAKTOR YANG BERIIUBI]NGAN DENGAN PENGGUNAAI\ ALAT KONTRASEPSI DALAM RAIIIM (AKDR) DI WILAYAII KERJA PUSKESMAS KECAMATAN PASAR REBO JAKARTA TIMI'R Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh
Nama : DewiFatimah
NIM
:108104000024
Pembimbing I
*,,onu
Pembimbing
*u,,o,fuil",..,*"..,.""o.ru, NIP: 19801119201 1012006 Penguj i
II
Irma Nurbaeti. S.Kp. M.Kep. Sp.Mat NIP: 19700501 1996012001
I
PengujiII
^br uwYt,Puspita Palupi. S.Kep.. M.Kep.. Ns.Sp.Kep.Mat NIP: 19801 I I9201 1012006
Irma Nurbaeti. S.Kp. M.Kep. Sp.Mat
Dekan Fakultas IImu Kedokemn dan
7:
NIP: 19700501 1996012001
Imu
Kesehatan
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya : Nama
: Dewi Fatimah
NIM
: 108104000024
Mahasiswa Program : Ilmu Keperawatan Tahun akademik
: 2008
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan skripsi saya yang berjudul: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN PASAR REBO Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Jakarta,
Januari 2013
Dewi Fatimah
iii
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Dewi Fatimah
Tempat, Tgl. Lahir
: Kebumen, 14 Desember 1989
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status
: Belum Menikah
Alamat
: Jl. Raya Tengah Gg. Rukun Rt 004 Rw 03 No. 18 Kelurahan Gedong, Pasar Rebo, Jakarta Timur 13760
No. Telp
: 085710465099
Email
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan
:
1996 – 1999
: Madrasah Ibtidaiyah Krakal Alian, Kebumen
1999 – 2002
: SDN Gedong 05 Pagi
2002 – 2005
: MTs N 6 Jakarta
2005 – 2008
: MAN 6 Jakarta
2008 – sekarang
: S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengalaman Organisasi
:
2006 – 2008
: Anggota KIR (Karya Ilmiah Remaja) MAN 6 Jakarta
2006 – 2008
: Anggota ROHIS MAN 6 Jakarta
2006 – 2007
: Anggota OSIS MAN 6 Jakarta
2010 – Sekarang
: Anggota LKMI – HMI Cabang Ciputat
2012 – Sekarang
: Relawan LK ESQ
iv
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Januari 2013 Dewi Fatimah, NIM : 108104000024 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo xvi + 88 halaman + 15 tabel + 2 bagan + 4 lampiran ABSTRAK Pertumbuhan penduduk Indonesia mengalami peningkatan. Untuk mengendalikan jumlah penduduk, maka Pemerintah mencanangkan Program Keluarga Berencana (KB). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktorfaktor yang berhubungan dengan penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). Metode penelitian ini bersifat analitik kuantitatf dengan pendekatan case control study dan pengambilan sampel menggunakan tekhnik cluster sampling dengan besar sampel sebanyak 110 orang. Penelitian ini dilakukan pada bulan September-Oktober 2012 dan data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Uji bivariat dengan menggunakan uji Chi-Square pada α = 0,05. Hasil analisa univariat menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan yang baik tentang AKDR (48,2%), bersikap positif (50,0%), berusia >30 tahun (88,2%), berpendidikan SMA (52,7%), tersedia pelayanan KB (57,3%), dan diberi dukungan oleh suami untuk menggunakan AKDR (50,9%). Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan penggunaan AKDR adalah sikap (Pvalue=0,000), usia (Pvalue=0,002), tingkat pendidikan (Pvalue=0,000), dan partisipasi suami (Pvalue=0,000), sedangkan faktor yang tidak berhubungan adalah pengetahuan (Pvalue=0,151) dan pelayanan KB (Pvalue=0,847). Disarankan bagi petugas kesehatan untuk memberikan paket edukasi bagi pasangan suami istri tentang KB terutama AKDR serta meningkatkan peran petugas kesehatan dalam memfasilitasi dan memotivasi pasangan suami istri yang ingin ber-KB.
Kata kunci Daftar Bacaan
: Keluarga Berencana, Kontrasepsi, AKDR : 54 (2001 - 2011)
v
NURSING SCIENCE STUDY FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES ISLAMIC STATE UNIVERSITY (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Under graduated thesis, January 2013 Dewi Fatimah, NIM: 108104000024 Factors Associated With Used Intrauterine Device (IUD) Among Women xvi + 88 pages + 15 table + 2 chart + 4 attachments
ABSTRACT Indonesia’s population growth has increased. To control population, the government launched a programme of family planning. This study aims to determine the factors related to the use of an intrauterine device (IUD). This research method is using quantitative analytical approach and using with case control study. The sample is cluster sampling. I take the sample 110 women. This research was conducted in September-October 2012 further more. The collecting data is collected by questionnaire and bivariate test using the chi square in α = 0,05. The results of univariate analysis showed that majority of respondents had a good knowledge about IUD (48,2%), be positive (50,0%), the age > 30 years old (88,2%), senior high school degree (52,7%), available family planning services (57,3%), and getting support to use IUD from their husband (50,9%). The results of bivariate showed that the factors that influence the use of IUD is attitude (Pvalue=0,000), age (Pvalue=0,002), the degree of education (Pvalue=0,000), and the support from their husbands (Pvalue=0,000), besides that there is a factor that’s unrelated at all. It is knowledge (Pvalue=0,151) and family planning services (Pvalue=0,847). So, it is suggested for health workers to give the education for couples about family planning programme, especially about IUD, and to improve the role of health workers to facilityte and motivate the couples that want to get family planning programme.
Keyword : family planning, contraception, IUD Resource : 54 (2001 - 2011)
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya. Shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur”. Selama proses penyelesaian skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan berupa bimbingan dan dukungan dari semua pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Prof. DR. (hc). dr. Muhammad Kamil Tadjudin, Sp.And, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. H. M. Djauhari Widjajakusumah, AIF, PFK , selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik, Dr. H. Arif Sumantri, S. KM., M. Kes , selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi, dan Dra. Hj. Farida Hamid, M.Pd, selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ns. Waras Budi Utomo, S. Kep., MKM, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) dan Ns. Eni Nur’aini Agustini, S. Kep., M. Sc, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
vii
4. Ibu Puspita Palupi, S.Kep., M.Kep., Ns. Sp.Kep.Mat,
selaku dosen
pembimbing I dan Ibu Irma Nurbaeti, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat, selaku dosen pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dan banyak memberikan masukan, nasihat, serta arahan kepada penulis selama menyusun skripsi. 5. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu dan pengetahuan yang sangat berguna, selama penulis mengikuti perkuliahan. 6. Segenap jajaran staff dan karyawan Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Kepala Dinas Kesehatan Jakarta Timur beserta seluruh stafnya karena telah membantu dalam perizinan penelitian. 8. Kepala Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis untuk melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur. 9. Segenap responden di wilayah Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. 10. Teristimewa ucapan terima kasih kepada Ibu yang telah memberikan doa, kasih sayang, dan pengorbanan yang tak terhingga, serta kedua orang tua ku (Ibu dan Bapak) yang selalu memberikan dukungan baik moril, materil, dan nasihat untuk tetap semangat menggapai cita-cita, dan sebagai sumber inspirasi serta kekuatan bagi penulis.
viii
11. Seluruh keluargaku, terutama kakak dan adikku tersayang “ Ainun Nurbaiti, Zakiyah Husnul Karomah, dan Muhammad Amin Nugroho” yang selalu memberikan doa dan semangat bagi penulis. 12. Sahabat-sahabat PSIK ’08 yang telah berjuang bersama-sama dalam mengikuti perkuliahan di Keperawatan. Terima kasih untuk semua kenangan dan kebersamaan yang indah selama ini.
Akhir kata, dengan segala keterbatasan yang ada dan kerendahan hati, penulis menyadari penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempuranaan. Penulis berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca lain. Terima kasih untuk semua bimbingan, arahan, kritikan dan saran yang telah diberikan oleh semua pihak. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan kemudahan kepada kita semua.
Jakarta,
Januari 2013
( Penulis )
ix
DAFTAR ISI
halaman JUDUL LEMBAR PERSETUJUAN ...........................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................
ii
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................
iv
ABSTRAK .......................................................................................................
v
ABSTRACT .....................................................................................................
vi
KATA PENGANTAR .....................................................................................
vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv DAFTAR BAGAN ...........................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN ............................................................................
1
A. Latar Belakang .............................................................................
1
B. Rumusan Masalah ........................................................................
6
C. Tujuan Penelitian ..........................................................................
7
1. Tujuan Umum ...........................................................................
7
2. Tujuan Khusus ..........................................................................
8
D. Manfaat Penelitian........................................................................
8
1. Manfaat Ilmiah ..........................................................................
8
2. Manfaat Praktis .........................................................................
8
E. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................
9
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................
10
A. Keluarga Berencana .....................................................................
10
B. Kontrasepsi ...................................................................................
11
1. Metode Kontrasepsi Sederhana .................................................
13
2. Metode Kontrasepsi Barier .......................................................
15
x
3. Metode Kontrasepsi Modern .....................................................
17
C. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) .....................................
20
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan AKDR.............
33
1. Faktor Predisposisi ....................................................................
33
3. Faktor Pemungkin .....................................................................
36
4. Faktor Penguat ..........................................................................
37
E. Kerangka Teori .............................................................................
38
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL .......
39
A. Kerangka Konsep .........................................................................
39
B. Hipotesis Penelitian ......................................................................
40
C. Definisi Operasional .....................................................................
41
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ....................................................
43
A. Desain Penelitian ..........................................................................
43
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................
43
C. Populasi dan Sampel ....................................................................
44
1. Populasi .....................................................................................
44
2. Sampel .......................................................................................
44
3. Besar Sampel .............................................................................
45
D. Alat Pengumpulan Data ...............................................................
47
E. Langkah Pengumpulan Data .........................................................
50
F. Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................................
51
1. Validitas ....................................................................................
51
2. Reliabilitas ................................................................................
52
G. Pengolahan Data ...........................................................................
53
H. Analisa Data .................................................................................
54
1. Analisa Univariat ......................................................................
54
2. Analisa Bivariat .........................................................................
55
I. Etika Penelitian ..............................................................................
55
1. Prinsip Etika Penelitian .............................................................
55
2. Masalah Etika Penelitian ...........................................................
56
xi
BAB V HASIL PENELITIAN ......................................................................
58
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................
58
B. Gambaran Umum Responden.......................................................
59
C. Analisa Univariat ..........................................................................
59
1. Variabel Independen .................................................................
59
a. Tingkat Pengetahuan .........................................................
59
b. Sikap..................................................................................
60
c.
Usia ..................................................................................
60
d. Tingkat Pendidikan ...........................................................
61
e. Pelayanan KB ....................................................................
61
f. Partisipasi Suami ...............................................................
62
2. Variabel Dependen ...................................................................
62
a. Pengguna AKDR ...............................................................
62
D. Analisa Bivariat ...........................................................................
63
1. Hubungan Pengetahuan Dengan Penggunaan AKDR .............
63
2. Hubungan Sikap Dengan Penggunaan AKDR ........................
64
3. Hubungan Usia Dengan Penggunaan AKDR ..........................
65
4. Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Penggunaan AKDR ..
66
5. Hubungan Pelayanan KB Dengan Penggunaan AKDR ..........
67
6. Hubungan Partisipasi Suami Dengan Penggunaan AKDR .....
68
BAB V PEMBAHASAN ................................................................................
69
A. Hubungan Faktor Pedisposisi Dengan Penggunaan AKDR ...........
69
1. Hubungan Pengetahuan Dengan Penggunaan AKDR ..............
69
2. Hubungan Sikap Dengan Penggunaan AKDR ..........................
72
3. Hubungan Usia Dengan Penggunaan AKDR ...........................
74
4. Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Penggunaan AKDR ...
76
B. Hubungan Faktor Pemungkin Dengan Penggunaan AKDR ...........
78
1. Hubungan Pelayanan KB Dengan Penggunaan AKDR ............
78
C. Hubungan Faktor Penguat Dengan Penggunaan AKDR ................
79
1. Hubungan Partisipasi Suami Dengan Penggunaan AKDR .......
79
D. Keterbatasan Penelitian ...................................................................
81
xii
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................
82
A. Kesimpulan .....................................................................................
82
B. Saran ................................................................................................
83
1. Bagi Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo...................................
83
2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan dan Ilmu Keperawatan
83
3. Bagi Peneliti Selanjutnya ..........................................................
84
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
85
xiii
DAFTAR TABEL
No Tabel
Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................................... 41 Tabel 4.1 Daftar RT ..................................................................................................... 47 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan .......... 59 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap ................................... 60 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia ..................................... 60 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ............. 61 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pelayanan KB ..................... 61 Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Partisipasi Suami ................ 62 Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penggunaan AKDR ............ 62 Tabel 5.8 Analisa Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Penggunaan AKDR....... 63 Tabel 5.9 Analisa Hubungan Sikap Dengan Penggunaan AKDR ............................... 64 Tabel 5.10 Analisa Hubungan Usia Dengan Penggunaan AKDR ............................... 65 Tabel 5.11 Analisa Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Penggunaan AKDR ....... 66 Tabel 5.12 Analisa Hubungan Pelayanan KB Dengan Penggunaan AKDR ............... 67 Tabel 5.13 Analisa Hubungan Partisipasi Suami Dengan Penggunaan AKDR........... 68
xiv
DAFTAR BAGAN
No Bagan
Halaman
Bagan 2.1 Kerangka Teori .......................................................................................... 38 Bagan 3.1 Kerangka Konsep ....................................................................................... 39
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Surat Izin Penelitian Lampiran 2 : Lembar Informed Consent Lampiran 3 : Lembar Kuesioner Lampiran 4 : Lembar Hasil Pengolahan Data-Data Penelitian
xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Indonesia cenderung mengalami peningkatan tiap tahunnya, diperkirakan bahwa jumlah penduduk Indonesia tahun 2011 telah bertambah menjadi 241 juta jiwa. Hal ini merupakan masalah yang cukup serius, tidak saja bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia tetapi juga negara-negara lain di dunia (BKKBN, 2011). Sensus penduduk yang dilakukan pada tahun 2010 diketahui bahwa jumlah penduduk Indonesia sebesar 237.641.326 orang, yang terdiri atas 119.630.913 penduduk laki-laki dan 118.010.413 penduduk perempuan. Jumlah penduduk Indonesia mengalami peningkatan sebesar 1,49% per tahun dari jumlah penduduk di tahun sebelumnya (Profil Kesehatan Indonesia, 2010). BKKBN (2011) memperkirakan laju pertumbuhan penduduk Indonesia terus meningkat dan diperkirakan akan mencapai 450 juta jiwa pada tahun 2045, dalam hal ini terdapat satu orang penduduk Indonesia dari 20 penduduk dunia. Pertumbuhan penduduk yang tinggi sudah tentu menimbulkan masalah yang rumit bagi pemerintah dalam usaha mengembangkan dan meningkatkan taraf hidup warga negaranya. Untuk mengendalikan jumlah penduduk yang besar dengan laju pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi, pemerintah mencanangkan suatu Program Keluarga Berencana (KB) Nasional. Program KB Nasional merupakan program pembangunan sosial dasar yang sangat penting artinya bagi pembangunan nasional dan kemajuan bangsa. Undang1
2
Undang Kesehatan RI Nomor 10 tahun 1992 pasal 1 ayat 12 menyatakan bahwa KB adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera (BKKBN, 2008). Program KB sebagai salah satu kebijakan pemerintah dalam bidang kependudukan memiliki implikasi yang tinggi terhadap pembangunan kesehatan, oleh sebab itu program KB memiliki posisi strategis dalam upaya pengendalian laju pertumbuhan penduduk (Suratun, 2008). Pada tahun 2003, program KB telah sukses mengendalikan laju dan pertumbuhan penduduk menjadi 1,49 % per tahun dari 2,34 % pada tahun 1970 sampai 1980, serta telah mampu menurunkan rata-rata angka kelahiran atau TFR dari 5,6 % anak per wanita usia subur (WUS) pada tahun 1970 menjadi 2,6 % anak per WUS tahun 2002 sampai 2003. Program KB pada tahun 2004 dinilai berjalan lamban sehingga angka kelahiran mencapai 4,5 juta per tahun (BKKBN, 2011). Tujuan utama pelaksanaan KB adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak, keluarga serta masyarakat pada umumnya. Keberhasilan pelaksanaan KB diharapkan angka kelahiran dapat diturunkan, sehingga tingkat kecepatan perkembangan penduduk tidak melebihi kemampuan kenaikan produksi, maka dengan demikian taraf kehidupan dan kesejahteraan rakyat diharapkan akan lebih meningkat (Bappenas, 2010).
3
KB
dalam
kesehatan
reproduksi
berperan
untuk
menunjang
tercapainya kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan yang diinginkan dan berlangsung dalam keadaan dan saat yang tepat akan lebih menjamin keselamatan ibu dan bayi yang dikandungnya. Selain itu juga berperan dalam menurunkan risiko kematian ibu melalui pencegahan kehamilan, menunda kehamilan melalui pendewasaan usia hamil, menjarangkan kehamilan atau membatasi kehamilan bila anak sudah dianggap cukup (Pinem, 2009). Jumlah peserta KB baru di Indonesia secara nasional pada Agustus 2011 sebanyak 687.715 orang. Metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah suntik sebanyak 356.532 orang (51,84%), pil sebanyak 211.220 orang (30,71%), kondom sebanyak 58.875 orang (8,56%), AKDR sebanyak 30.455 orang (4,43%), implant sebanyak 24.924 orang (3,62%), MOW sebanyak 5.357 orang (0,78%), dan MOP sebanyak 352 orang (0,05%) (BKKBN, 2011). Peserta KB aktif di DKI Jakarta tahun 2010 sebanyak 1.225.738 orang, terdiri dari peserta KB baru 439.797 orang (35,88%) dan peserta KB aktif 1.009.579 orang (82,36%). Metode kontrasepsi yang digunakan yaitu AKDR 47.504 orang (10,80%), MOW 3.112 orang (0,71%), MOP 785 orang (0,18%), kondom 28.493 orang (6,48%), implant 14.306 orang (3,25%), suntik 221.235 orang (50,30%), dan pil 124.362 orang (28,28%) (Profil Kesehatan Indonesia, 2010). AKDR merupakan metode kontrasepsi yang reversibel, berjangka panjang, dan dapat dipakai 5-10 tahun. AKDR merupakan metode kontrasepsi yang sangat efektif dengan 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan atau satu
4
kegagalan dalam 125-170 kehamilan dan AKDR dapat segera efektif setelah pemasangan (Pinem, 2009). AKDR memiliki efektivitas sebesar 99,7%. Efektivitas KB AKDR ini lebih baik dibandingkan KB jenis lain, seperti koitus interuptus efektivitasnya mencapai 81%, kondom efektivitasnya mencapai 85%, diafragma efektivitasnya mencapai 82%, spermisida efektivitasnya mencapai 80%, pil efektivitasnya mencapai 97%, suntik efektivitasnya mencapai 95%, dan impant efektivitasnya mencapai 97% (Hartanto, 2004). AKDR dapat diterima masyarakat dunia, termasuk Indonesia dan menempati peringkat ketiga dalam pemakaian. Keuntungan penggunaan AKDR yaitu dapat diterima masyarakat dengan baik, pemasangan tidak memerlukan teknis medis yang sulit, kontrol medis yang ringan, penyulit tidak terlalu berat, dan pulihnya kesuburan setelah AKDR dicabut berlangsung baik (Manuaba, 2009). Terdapat beberapa kerugian dari penggunaan AKDR, seperti waktu menstruasi yang memanjang, perdarahan saat menstruasi, nyeri abdomen, paparan infeksi, perasaan tidak nyaman, demam, menggigil, dan kehilangan benang pengikat (Bobak, 2004). Dewasa ini diperkirakan lebih dari 100 juta wanita yang menggunakan kontrasepsi berupa AKDR, sebagian besar penggunanya terdapat di Cina. Di negara maju, angka penggunaan AKDR sebanyak 6%. Pengguna kontrasepsi AKDR di Indonesia sebesar 22,6% dari semua pengguna metoda kontrasepsi. AKDR sekarang ini diyakini sebagai salah satu alat yang secara efektif mampu menghindari terjadinya kehamilan dalam rentang waktu yang cukup panjang yaitu 5-10 tahun (Hanafiah, 2005).
5
Penggunaan AKDR dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu penelitian yang telah dilakukan oleh Imroni, Fajar, & Febry (2009) di Desa Parit Kecamatan Indralaya Utara melaporkan bahwa pengguna AKDR 82,8% ibu berpendidikan rendah, sedangkan 17,2% ibu lainnya berpendidikan tinggi; 59,8% ibu mempunyai tingkat pengetahuan yang rendah, sedangkan 40,2% ibu lainnya memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi; 51,7% ibu mempunyai sikap yang positif, sedangkan 48,3 % ibu lainnya mempunyai sikap yang negatif; 74,7% ibu mendapatkan pelayanan konseling KB yang baik, sedangkan 25,3% ibu lainnya mendapatkan pelayanan konseling yang kurang baik; 55,2% suami berperan dalam penggunaan KB pada ibu, sedangkan 44,8% suami lainnya tidak berperan dalam penggunaan KB pada ibu. Winda (2011) mengungkapkan hasil penelitiannya tentang faktorfaktor yang mempengaruhi rendahnya minat ibu menggunakan AKDR yang dilakukan di Sumatera Utara bahwa mayoritas responden penelitiannya berusia di atas 35 tahun (61,7%), berpendidikan SMA (61,7%), mempunyai satu sampai dua orang anak (51,1%), memiliki pengetahuan yang kurang tentang AKDR (80,9%), menyatakan bahwa efek samping merupakan salah satu faktor yang menyebabkan responden tidak menggunakan AKDR (59,6%), bersikap negatif terhadap AKDR (57,4%), dan tidak diberi dukungan oleh petugas KB untuk menggunakan AKDR (72,3%). Data yang diperoleh dari Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo di bagian KB didapatkan bahwa jumlah peserta KB aktif pada bulan Maret 2012 sebanyak 1060 orang. Metode kontrasepsi yang digunakan yaitu AKDR sebanyak 100 orang (9%), MOW 12 orang (1%), MOP 2 orang (0,2%),
6
kondom 78 orang (7%), implant 32 orang (3%), suntik 474 orang (45%), dan pil 462 orang (43%). Dari data-data tersebut dapat dilihat bahwa perempuan yang menggunakan AKDR menduduki peringkat tiga dalam penggunaan metode KB. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti terhadap 10 orang yang menggunakan alat kontrasepsi di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo ditemukan bahwa 4 orang menggunakan AKDR dan 6 orang lainnya menggunakan KB jenis lain. Ibu yang tidak menggunakan AKDR disebabkan karena ibu merasa takut pada saat pemasangan, tidak diizinkan oleh suaminya, ibu merasa takut dan khawatir benang AKDR dapat terlepas atau keluar dengan sendirinya, serta ibu tidak mengetahui ada jenis metode kontrasepsi AKDR. Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di wilayah kerja Puslesmas Kecamatan Pasar Rebo”.
B. Rumusan masalah Pertumbuhan penduduk Indonesia cenderung mengalami peningkatan tiap tahunnya. Hal ini merupakan masalah yang cukup serius, tidak saja bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia tetapi juga negara-negara lain di dunia. Upaya pemerintah untuk mengendalikan jumlah penduduk yaitu dengan mencanangkan suatu Program Keluarga Berencana (KB) Nasional (BKKBN, 2008).
7
Jumlah peserta KB baru di Indonesia secara nasional pada Agustus 2011 sebanyak 687.715 orang. Metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah suntik sebanyak 356.532 orang (51,84%), pil sebanyak 211.220 orang (30,71%), kondom sebanyak 58.875 orang (8,56%), AKDR sebanyak 30.455 orang (4,43%), implant sebanyak 24.924 orang (3,62%), MOW sebanyak 5.357 orang (0,78%), dan MOP sebanyak 352 orang (0,05%). Data tersebut menunjukkan bahwa pengguna KB AKDR menempati posisi keempat setelah metode KB suntik, pil, dan kondom. Alasan perempuan lebih suka menggunakan KB hormonal yaitu cara pemakaiannya cepat, efek sampingnya lebih sedikit, dan perempuan tidak perlu merasa takut saat menggunakannya (BKKBN, 2011). Peneliti tertarik untuk menggali “faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan penggunaan AKDR”. Diharapkan nantinya pengguna metode KB AKDR akan semakin bertambah.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk menggali faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan penggunaan AKDR di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo.
2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan penggunaan AKDR di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo.
8
b. Diketahuinya hubungan sikap ibu dengan penggunaan AKDR di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo. c. Diketahuinya hubungan usia ibu dengan penggunaan AKDR di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo. d. Diketahuinya hubungan pelayanan KB dengan penggunaan AKDR di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo. e. Diketahuinya hubungan partisipasi suami dengan penggunaan AKDR di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo. f. Diketahuinya hubungan tingkat pendidikan ibu dengan penggunaan AKDR di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Ilmiah Menjadi data dasar bagi peneliti selanjutnya tentang AKDR dan memberikan informasi mengenai metode KB AKDR dan faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan KB AKDR. 2. Manfaat Praktis a. Bagi institusi pendidikan keperawatan Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan kurikulum keperawatan khususnya keperawatan maternitas tentang metode KB AKDR.
9
b. Bagi pelayanan kesehatan atau keperawatan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai strategi promosi kesehatan
bagi
masyarakat
dan
turut
berkontribusi
dalam
mensukseskan program pemerintah melalui program Keluarga Berencana (KB). c. Bagi masyarakat Memberikan informasi kepada seluruh kelompok masyarakat terutama informasi bagi perempuan atau PUS mengenai metode KB AKDR. Informasi yang diberikan kepada masyarakat disampaikan melalui puskesmas Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur.
E. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo. Penelitian ini menggunakan desain penelitian studi case control. Data yang dikumpulkan merupakan data primer yang diperoleh dengan cara mengajukan pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka dengan kuesioner yang akan dijawab oleh perempuan yang menggunakan KB.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga Berencana Keluarga Berencana (KB) merupakan tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga (Suratun, 2008). Keluarga Berencana menurut UU RI No 52 tahun 2009 yaitu upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas (Depdagri, 2009). Berdasarkan dua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa keluarga berencana adalah usaha-usaha yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun individu untuk mengatur jarak kehamilan atau kelahiran dengan menggunakan alat atau metode kontrasepsi. Tujuan dasar Gerakan KB Nasional meliputi: 1) tujuan kuantitatif yaitu menurunkan dan mengendalikan pertumbuhan penduduk; 2) tujuan kualitatif yaitu menciptakan atau mewujudkan Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Secara rinci tujuan dari gerakan KB yaitu: 1) menurunkan tingkat kelahiran; 2) meningkatkan jumlah peserta KB dan tercapainya pemerataan serta kualitas peserta KB; 3) mengembangkan usahausaha untuk membantu meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak, memperpanjang harapan hidup, menurunkan tingkat kematian bayi dan anak 10
11
balita serta memperkecil kematian ibu karena resiko kehamilan dan persalinan; 4) meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap masalah kependudukan; dan 5) mengembangkan usaha-usaha peningkatan mutu sumber daya manusia (Hartanto, 2004). Suratun (2008) mengungkapkan beberapa tujuan dari gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi, yaitu: 1) tujuan demografi adalah mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan menekan laju pertumbuhan penduduk (LPP); 2) mengatur kehamilan dan menjarangkan kehamilan; 3) Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan yang akan menikah; 4) tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS dan membentuk keluarga berkualitas. Sasaran KB dibagi menjadi dua hal, yaitu: 1) Sasaran langsung, Pasangan Usia Subur (PUS) yaitu pasangan yang wanitanya berusia antara 1549 tahun; 2) Sasaran tidak langsung, meliputi kelompok remaja usia 15-19 tahun, organisasi, lembaga kemasyarakatan, institusi pemerintah maupun swasta, tokoh masyarakat yang diharapkan dapat memberikan dukungannya dalam pelembagaan NKKBS, dan wilayah-wilayah yang kurang pencapaian target KB-nya (Suratun, 2008). B. Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” dan “konsepsi”. Kontra berarti melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Pengertian dari kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma (Suratun, 2008).
12
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas (Sarwono, 2006). Tujuan kontrasepsi adalah mencegah fertilisasi dengan mencegah implantasi sel telur yang sudah dibuahi (Brooker, 2009). Kontrasepsi ialah pencegahan kehamilan dengan mencegah terjadinya konsepsi. Terdapat berbagai cara kontrasepsi, antara lain kontrasepsi suntikan, kontrasepsi oral, kontrasepsi intravaginal, kondom, dan AKDR atau intrauterine device (IUD), operasi (tubektomi atau vasektomi) atau cara konvensional (Staf Pengajar FKUS, 2009). Pelayanan kontrasepsi mempunyai dua tujuan, yaitu: 1) tujuan umum, pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB yaitu terwujudnya NKKBS; 2) tujuan khusus yaitu penurunan angka kelahiran yang bermakna. Upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut yaitu ditempuh suatu kebijaksanaan untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat, serta melahirkan pada usia tua. Untuk mencapai sasaran maka tujuan tersebut dikategorikan menjadi tiga fase, yaitu fase menunda perkawinan atau kesuburan, fase menjarangkan kehamilan, dan fase menghentikan kehamilan atau kesuburan (Hartanto, 2004). Syarat yang harus dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi yang baik, yaitu aman atau tidak berbahaya, dapat diandalkan, sederhana (sebisa mungkin tidak usah dikerjakan oleh seorang dokter), murah, dapat diterima oleh banyak orang, dan pemakaiannya jangka lama (continuation rate) tinggi. Sampai saat
13
ini belum tersedia satu metode kontrasepsi yang benar-benar 100% ideal atau sempurna. Saat ini pilihan metode kontrasepsi umumnya masih dalam bentuk cafeteria atau supermarket, dimana calon akseptor memilih sendiri metode kontrasepsi yang diinginkan (Hartanto, 2004). Berikut merupakan beberapa macam alat kontrasepsi yang dapat digunakan oleh Pasangan Usia Subur (PUS), antara lain: 1) Metode kontrasepsi sederhana a. Metode kalender Metode ini didasarkan pada perhitungan mundur siklus menstruasi wanita selama 6-12 bulan siklus yang tercatat. Cara perhitungannya yaitu mengurangi 18 hari dari siklus haid terpendek untuk menentukan awal dari masa subur dan mengurangi 11 hari dari siklus haid terpanjang untuk menentukan akhir dari dari masa suburnya (Everett, 2010). b. Metode amenore laktasi (MAL) Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apa pun. MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila menyusui secara penuh (full breast feeding), ibu belum haid, dan umur bayi kurang dari enam bulan. MAL efektif bila menyusui lebih dari delapan kali sehari dan bayi mendapat cukup asupan per laktasi (Saifuddin, 2006).
14
c. Metode Termal (Temperatur) Metode termal dilakukan berdasarkan pengetahuan bahwa progesterone mempunyai efek termogenik (efek menaikkan suhu tubuh). Wanita yang menggunakan metode ini harus mencatat suhu basalnya setiap pagi. Pada saat ovulasi, progesteron yang dihasilkan oleh korpus luteum akan menyebabkan kenaikan suhu tubuh sebesar 0,5º C. kenaikan ini akan bertahan sampai korpus luteum mengalami degenerasi, yaitu beberapa hari sebelum dimulainya masa haid (Helen, 2001). d. Metode Mukus Serviks Wanita diajarkan untuk mengobservasi mukus serviksnya dengan melihat tekstur, warna, dan banyaknya. Sebelum ovulasi, di bawah pengaruh estrogen mukus serviks tampak seperti putih telur (mentah) dan elastis, transparan, dan mengkilat disebut juga mukus spinnbarkeit. Setelah ovulasi, mukus serviks menjadi kental dan kering dibawah pengaruh hormon progesteron. Keuntungan metode mukus serviks, yaitu tidak memiliki efek samping, dibawah pengontrolan pasangan, dapat diterima oleh agama, dan tidak ada biaya yang harus dikeluarkan(Everett, 2010). e. Metode Simto-Termal Metode ini merupakan kombinasi tiga metode (metode kalender, metode termal, dan metode mukus serviks) dan dianggap sebagai metode yang paling aman. Klien diajarkan cara menentukan lokasi serviksnya dan memeriksa posisi serviks setiap hari, serta
15
mengkaji pelunakan dan pembukaan ostium serviks. Ketika klien hendak memasuki masa ovulasi, serviks meninggi pada vagina dan hampir diluar jangkauan jarinya, serviks juga menjadi lunak disertai sedikit pembukaan ostium serviks (Everett, 2010). f. Senggama Terputus (Koitus Interuptus) Senggama terputus adalah menarik penis keluar dari vagina sebelum mencapai orgasme. Metode ini sangat sederhana dan tidak perlu biaya atau alat. Metode ini merupakan metode tradisional dan masih popular hingga saat ini. Metode ini tidak efektif digunakan, karena keterlambatan menarik penis sebentar saja akan menyebabkan tertinggalnya semen di dalam vagina. Efektivitas koitus interuptus bervariasi, tetapi pada penggunaan yang cermat dan konsisten, metode ini dapat mencapai 90%. Pada penggunaan yang kurang cermat dan kurang komitmen angka tersebut dapat menurun sampai 81% (Gupte, 2004). 2) Metode Kontrasepsi Barier a. Kondom Kondom merupakan kontrasepsi yang mudah dan praktis digunakan. Kondom mencegah kehamilan dengan menghambat sperma masuk vagina sehingga mencegah pembuahan (fertilisasi). Efektivitas kondom sebesar 85-98% dalam mencegah kehamilan. Selain mencegah kehamilan , kondom juga dapat mencegah terjadinya infeksi HIV-AIDS. Kondom efektif untuk menunda kehamilan jika digunakan dengan tepat (Suwignyo, 2010).
16
b. Diafragma Diafragma disebut juga “cap” atau “Dutch cup”, diafragma merupakan sebuah metode kontrasepsi efektif tanpa menimbulkan berbagai pengaruh hormonal. Alat tersebut berfungsi sebagai barier serviks dan menghalangi pertemuan sperma dengan ovum sehingga mencegah terjadinya fertilisasi. Apabila digunakan dengan spermisida, keefektivan diafragma antara 82%-90% aman dalam mencegah kehamilan, angka keamanan ini meningkat antara 92% -96% dengan penggunaan yang dilakukan secara hati-hati dan konsisten. Bagi wanita yang benar-benar cermat dalam menggunakan metode ini, metode ini merupakan bentuk kontrasepsi yang sangat aman dan efektif tanpa disertai pengaruh hormonal (Everett, 2010). c. Spermisida Spermisida mencegah kehamilan dengan membunuh sperma dan mengubah pH vagina sehingga lingkungan di dalam vagina tidak menguntungkan bagi sperma. Spermisida tersedia dalam berbagai bentuk, seperti pesarium, gel, krim, dan busa. Spermisida mengandung nonoxynol 9 atau oktosinol. Spermisida efektif dalam 80%-94% mencegah kehamilan pada penggunaan yang sempurna dan efektif 99,9% jika digunakan sekaligus dengan penggunaan metode kondom atau diafragma (Constance, 2009). d. Cap Cap berukuran lebih kecil dari diafragma dan hanya menutupi serviks. Cap terbuat dari karet dan cara kerjanya sama seperti
17
diafragma, yaitu mencegah sperma bertemu dengan ovum sehingga mencegah terjadinya fertilisasi. Untuk mengoptimalkan efektivitasnya, cap sebaiknya digunakan bersama dengan spermisida. Terdapat tiga jenis cap yang lazim digunakan saat ini, yaitu cervical cap, vault cap, dan vimule cap (Everett, 2010). e. Femidom Femidom merupakan sebuah kondom poliuretan dengan pelumas non-spermisida. Kondom tersebut memiliki dua cincin kecil, satu cincin yang membantu insersi ke dalam vagina seperti tampon dan satu cincin untuk menjaga agar kondom tetap pada tempatnya di luar area genitalia. Femidom bekerja sebagai barier yang mencegah sperma membuahi ovum dan memiliki efektivitas yang sama dengan kondom pria, yaitu antara 85% -98% dalam mencegah kehamilan. Trussel et al (1994) menemukan bahwa penggunaan femidom tampak potensial untuk mengurangi risiko wanita mendapat HIV (Everett, 2010). 3) Metode Kontrasepsi Modern a. Kontrasepsi pil Kontrasepsi pil merupakan jenis kontrasepsi oral yang harus diminum setiap hari yang bekerja mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilalui oleh sperma. Terdapat dua macam kontrasepsi pil yaitu kontrasepsi kombinasi (pil kombinasi) yang mengandung progesteron dan estrogen serta kontrasepsi pil progestin (minipil) yang mengandung hormon progesteron (Saifuddin, 2003).
18
Pil kontrasepsi oral kombinasi bekerja dalam tiga cara, yaitu menghentikan
ovulasi,
menebalkan
mukus
serviks
untuk
menghentikan sperma masuk uterus, dan membantu mencegah terjadinya implantasi dengan mengubah endometrium. Metode ini memiliki efektivitas antara 97%-99% dalam mencegah kehamilan. Kontrasepsi pil oral progestin (mini pil) bekerja untuk mencegah kehamilan dengan empat cara, yaitu membuat mukus serviks tidak dapat
ditembus
oleh
sperma,
membuat
endometrium
kurang
menguntungkan untuk implantasi, menekan ovulasi pada beberapa wanita, dan mengurangi fungsi tuba falopii. Mini pil memiliki efektivitas sebesar 96%-99% dalam mencegah kehamilan (Everett, 2010). b. Kontrasepsi Implant Kontrasepsi
implant
merupakan
batang
tunggal
yang
mengandung progestogen etonogestrel. Implant digunakan dengan cara memasukkannya pada lengan bagian atas. Panjang implant sekitar 4 cm, dengan diameter 2 mm, dan bekerja sampai 3 tahun. KB implant aman digunakan bagi wanita menyusui dan dapat dipasang setelah 6 minggu pasca persalinan. Efek samping yang biasanya terjadi adalah perubahan pola haid dalam batas normal, perdarahan ringan diantara masa haid, keluar flek-flek, dan tidak haid serta sakit kepala (Suwignyo, 2010).
19
c. Kontrasepsi Mantap (Kontap) Kontrasepsi Mantap (Kontap) merupakan suatu cara permanen baik pada pria (vasektomi) dan pada wanita (tubektomi). Sterilisasi pria (vasektomi) merupakan metode kontrasepsi yang melibatkan eksisi atau pengangkatan bagian vas deferens berupa tuba yang membawa sperma dari testis ke penis. Vasektomi 99,9% efektif dalam mencegah kehamilan. Sterilisasi wanita (tubektomi) yaitu melakukan blok atau eksisi tuba falopii sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan sperma serta mencegah terjadinya fertilisasi. Keuntungan menggunakan Kontap yaitu tingkat keefektifannya tinggi, permanen, dan dapat berfungsi secara efektif dengan segera (Everett, 2010). d. Kontrasepsi Suntik Kontrasepsi suntik yang beredar di Indonesia ada 2 macam yaitu DMPA (Depo Medroxy Progesteron Acetaf) yang biasa disebut Depo Provera dan NET ON (Noritesteron oenathate ) yang biasa disebut Noristerat. Kontrasepsi suntik berfungsi mencegah kehamilan, terutama dengan menghentikan ovulasi. Kedua jenis kontrasepsi ini mempertebal mukus serviks sehingga mencegah penetrasi sperma serta menyebabkan endometrium menjadi kurang menguntungkan untuk implantasi. Kedua jenis kontrasepsi suntik ini juga memiliki efektivitas 99-100% dalam mencegah kehamilan dan merupakan bentuk kontrasepsi reversibel yang paling efektif (Everett, 2010).
20
C. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) AKDR adalah alat kontrasepsi yang terbuat dari plastik disertai barium sulfat dan mengandung tembaga (Cu T 38OA ParaGard), progesteron (progesterone T Progestasert system); atau levonorgestrel (Mirena). Alat ini dimasukkan ke dalam ruang endometrium, melalui kanalis servikalis serta memiliki ujung monofilament nilon yang membentang dari serviks ke vagina. AKDR bekerja terutama dengan mencegah sperma membuahi ovum. Ketiga AKDR ini bekerja dengan menciptakan infeksi lokal dan meningkatkan cairan dalam tuba dan uterus yang dapat mengganggu transportasi sperma maupun ovum. Selain itu, mirena dan progestasert mempertebal mukus serviks serta mengganggu aktivitas endometrium sehingga menghambat gerakan sperma (Geri & Carole, 2009). AKDR ada yang diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga atau mengandung hormon levonorgestrel. AKDR memiliki benang yang menjulur ke vagina sehingga wanita dapat meyakinkan diri mereka dan memastikan bahwa AKDR tetap di dalam. Lama pemakaian AKDR beragam, dari 3 sampai 5 tahun. AKDR yang dipasang setelah usia 40 tahun dapat dibiarkan in situ sampai menopause, tetapi sebaiknya dilepas 1 tahun setelah menopause (Everett, 2010). Jenis AKDR yang dipakai di Indonesia antara lain adalah (EPO, 2008) : 1) Copper-T AKDR ini berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan
21
tembaga halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik. 2) Copper-7 AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga. Luas permukaannya 200 mm², fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T. 3) Multi load AKDR ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm² atau 375 mm² untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini. 4) Lippes loop AKDR ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning) dan tipe D berukuran 30 mm dan tebal (benang putih). Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan dari pemakaian AKDR jenis ini adalah bila terjadi perforasi, jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik.
22
AKDR merupakan benda asing yang dimasukkan ke dalam rahim. Keberadaannya dapat merangsang timbulnya reaksi tubuh terhadap benda asing berupa fagositosis oleh leukosit, makrofag, dan limfosit. Pemadatan endometrium akibat reaksi fagositosis menyebabkan blastokis rusak sehingga nidasi terhalangi. AKDR juga menimbulkan terjadinya perubahan pengeluaran cairan dan prostaglandin yang dapat menghalangi kapasitas spermatozoa. Jika AKDR mengandung logam seperti tembaga (Cu), maka ion yang dilepaskan oleh logam tersebut dapat menyebabkan gerak spermatozoa terganggu dan mengurangi kemampuannya untuk melakukan konsepsi (Hartanto, 2004). Penggunaan AKDR memiliki beberapa keuntungan. Hartanto (2005) dan Everett (2010) mengungkapkan berbagai macam keuntungan dari menggunakan AKDR, keuntungan tersebut yaitu: 1) Hanya memerlukan satu kali motivasi dan satu kali pemasangan; 2) Tidak menimbulkan efek sistemik; 3) Dapat mencegah kehamilan dalam jangka lama; 4) Sederhana, mudah, dan ekonomis; 5) Cocok untuk penggunaan secara massal; 6) Efektifitas tinggi; 7) Kegagalan pasien (patient’s failure) hampir tidak ada; 8) Tidak membutuhkan intelegensia yang tinggi pada pemakaian reversibel; 9) Untuk beberapa jenis AKDR, dapat dipakai untuk jangka waktu lama (bertahun-tahun); 10) aman dan segera dapat bekerja secara efektif, tidak perlu kontrasepsi tambahan; 11) tidak ada interaksi terhadap obat; 12) setelah dipasang, wanita tidak perlu mengingat untuk melakukan apa pun sebagai bentuk kontrasepsi; serta 13) tidak mempengaruhi hubungan seksual. AKDR memiliki beberapa kerugian bagi penggunanya, Hartanto (2005) mengungkapkan ada berbagai macam kerugian dalam menggunakan
23
AKDR meliputi: 1) Pemasangan dalam dan penyaringan infeksi saluran genitalia diperlukan sebelum pemasangan AKDR; 2) dapat meningkatkan risiko Penyakit Radang Panggul (PRP); 3) memerlukan prosedur pencegahan infeksi sewaktu memasang dan mencabutnya; 4) bertambahnya darah haid dan rasa sakit selama beberapa bulan pertama pada sebagian pemakai AKDR; 5) pemakai tidak dapat mencabut sendiri AKDR yang telah terpasang; 6) pemakai tidak dapat terlindungi terhadap PMS, HIV/AIDS; 7) AKDR dapat keluar dari rahim melalui kanalis servikalis hingga keluar ke vagina; serta 8) bertambahnya risiko mendapat PRP pada pemakai AKDR yang dahulu pernah menderita penyakit menular seksual (PMS) atau mereka mempunyai mitra seks banyak. Efek samping yang sering dijumpai pada pemakaian AKDR umumnya tidak berbahaya, sedangkan efek yang serius jarang terjadi. Leveno (2009) dan Darmani (2003) mengungkapkan berbagai efek samping yang terjadi pada penggunaan AKDR, efek samping tersebut ialah: 1. Perforasi uterus Efek samping paling awal adalah efek yang berkaitan dengan pemasangan. Efek samping tersebut antara lain adalah perforasi uterus yang dapat terjadi secara klinis nyata atau tersamar sewaktu memasang sonde atau memasukkan AKDR. Frekuensi komplikasi ini bergantung pada keterampilan pemasang dan tindakan pencegahan. Perforasi dapat partial dimana sebagian AKDR masih berada didalam uterus atau komplit dimana seluruh bagian AKDR masuk kedalam cavum abdomen.
24
2. Kram dan perdarahan uterus Kram dan perdarahan uterus kemungkinan besar timbul segera setelah pemasangan dan menetap dalam waktu yang berbeda-beda. Pada keadaan ini AKDR tidak perlu dilepaskan kecuali bila perdarahan terus berlangsung sampai lebih dari 8-10 minggu. Kram dapat dikurangi dengan pemberian obat anti inflamasi nonsteroid sekitar 1 jam sebelum pemasangan. 3. Menoragia Pengeluaran darah selama haid biasanya meningkat dua kali lipat pada pemakaian Copper T 380A dan dapat sedemikian banyak sehingga menyebabkan anemia defisiensi besi. 4. Infeksi Infeksi panggul, aborsi septik, dan abses tubo-ovarium dapat terjadi pada pemakian AKDR. Jika dicurigai terjadi infeksi, alat harus dikeluarkan dan wanita yang bersangkutan diterapi dengan antibiotik. Karena adanya risiko sterilisasi akibat infeksi panggul yang parah, pemakaian AKDR tidak dianjurkan bagi wanita berusia kurang dari 25 tahun atau paritas rendah. Setelah pemasangan AKDR, terjadi peningkatan kecil risiko infeksi panggul hingga 20 hari pertama. Risiko utama infeksi adalah disebabkan oleh pemasangan dan tidak meningkat seiring dengan pemakaian jangka panjang. 5. Kehamilan dengan AKDR dalam uterus Kehamilan biasanya terjadi pada tahun pertama insersi. Pada keadaan ini mungkin terjadi ekspulsi atau perforasi. Kehamilan yang
25
terjadi bersamaan dengan adanya AKDR, dapat menyebabkan abortus spontan atau kehamilan ektopik. Jika diketahui terdapat kehamilan dengan benang terlihat keluar dari serviks, AKDR harus dikeluarkan. Tindakan ini akan membantu mengurangi komplikasi selanjutnya, seperti abortus pada kehamilan tahap lanjut, sepsis, dan persalinan prematur. 6. Kehamilan ektopik Karena AKDR tidak dapat diandalkan untuk mencegah kehamilan diluar uterus, maka wanita yang memang berisiko tinggi mengalami kehamilan ektopik seperti mereka yang mempunyai riwayat kehamilan ektopik atau pembedahan tuba sebaiknya tidak menggunakan AKDR. 7. Nyeri perut bawah Nyeri perut bawah dan kejang dapat terjadi pada saat insersi AKDR atau beberapa hari sesudahnya. Biasanya nyeri hanya terjadi pada bulan pertama setelah pemasangan dan selanjutnya akan menghilang. 8. Keputihan Pada pemakaian AKDR sering dijumpai adanya keputihan vagina. Keputihan yang berlebihan mungkin disebabkan oleh reaksi organ genital terhadap benda asing yang biasanya terjadi dalam beberapa bulan petama setelah insersi. 9. Dismenore (nyeri saat haid) Dismenore didefinisikan sebagai menstruasi yang terasa nyeri. Rasa nyeri sering digambarkan sebagai nyeri kram pada abdomen bagian bawah yang terjadi selama haid (William, 2004). Tidak semua wanita yang
26
menggunakan AKDR akan menderita nyeri haid, biasanya terjadi pada wanita yang sebelumnya memang sering mengalami disminorea. 10. Dispareunia (nyeri saat koitus) Dispareunia adalah timbulnya nyeri selama atau setelah koitus. Dispareunia dapat fisiologis atau psikologis. Wanita jarang merasakannya, seringkali pihak suami mengeluh sakit karena benang yang panjang atau cara pemotongan benang yang runcing. 11. Ekspulsi Ekspulsi adalah lepas atau keluarnya AKDR dari dalam rahim. Setelah insersi AKDR dapat terjadi kontraksi uterus yang dapat mendorong keluarnya AKDR sehingga terjadi ekspulsi. Ekspulsi sering dijumpai pada masa tiga bulan pertama setelah insersi, setelah satu tahun angka ekspulsi akan berkurang
Efektivitas penggunaan AKDR sangat tinggi untuk mencegah kehamilan dalam jangka waktu lama yaitu sebesar 98% -100%. Efektivitas dari penggunaan metode AKDR dinyatakan dalam angka kontinuitas yaitu berapa lama AKDR tetap berada di dalam uterus tanpa ekspulsi spontan, terjadinya kehamilan, dan pengangkatan atau pengeluaran karena alasanalasan medis atau pribadi. Efektivitas dari bermacam-macam AKDR tergantung pada AKDR-nya yaitu ukuran, bentuk, mengandung Cu atau progesteron, serta bergantung dari akseptornya yaitu umur, paritas, dan frekuensi senggama (Hartanto, 2004). Saifuddin dkk (2006) mengungkapkan ada beberapa persyaratan bagi perempuan yang dapat menggunakan AKDR, yaitu: 1) usia reproduktif; 2)
27
keadaan nullipara; 3) menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang; 4) perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi; 5) setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya; 6) setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi; 7) risiko rendah dari IMS; 8) tidak menghendaki metode hormonal; 9) tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari; dan 10) tidak menghendaki kehamilan setelah `1-5 hari hubungan seksual. AKDR dapat pula digunakan pada perempuan dalam segala kemunginan keadaan, seperti
perokok, pasca
keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat adanya infeksi, sedang memakai antibiotik atau anti kejang, gemuk ataupun yang kurus, dan sedang menyusui. AKDR juga dapat digunakan oleh perempuan dalam keadaan sebagai berikut: 1) penderita tumor jinak payudara; 2) penderita kanker payudara; 3) pusing-pusing atau sakit kepala; 4) tekanan darah tinggi; 5) varises di tungkai atau di vulva; 6) penderita penyakit jantung (termasuk penyakit jantung katup dapat diberi antibiotik sebelum pemasangan AKDR); 7) pernah menderita stroke; 8) penderita diabetes; 9) penderita penyakit hati atau empedu; 10) penderita malaria; 11) penyakit tiroid; 13) setelah kehamilan ektopik; dan 14) setelah pembedahan pelvic (Saifuddin dkk, 2006). Geri & Carole (2009) melaporkan beberapa kontra-indikasi dari pemasangan AKDR meliputi kontra-indikasi absolut, relatif kuat, dan kontra indikasi lainnya. Kontra-indikasi absolut terdiri dari infeksi panggul aktif (akut atau sub akut) dan kehamilan. Kontra-indikisi relatif kuat terdiri dari: memiliki banyak pasangan seksual, pasangan seksual multiple pada pasangan
28
pengguna AKDR, endometriosis pascapartum atau aborsi yang terinfeksi, servisitis akut atau purulen, gangguan perdarahan yang belum terdiagnosis, riwayat
kehamilan
ektopik,
imunosupresi-AIDS,
diabetes,
terapi
kortikosteroid, gangguan koagulasi darah, dan riwayat atau diagnosis HPV terkini pada serviks. Kondisi lain yang mengkontraindikasikan pemasangan AKDR meliputi: penyakit katup jantung (berpotensi membuat pasien rentan terkena endokarditis bakterial subakut), keganasan pada endometrium atau serviks, stenosis serviks berat, uterus berdiameter kecil (kurang dari 6 cm), polip endometrium, abnormalitas uterus kongenital atau fibroid yang dapat menghalangi
penempatan
yang
tepat,
alergi
terhadap
tembaga,
ketidakmampuan memantau tali AKDR, riwayat mengalami ekspulsi AKDR, rabas atau infeksi vagina, dan riwayat Gonore, Klamidia, Herpes, Sifilis, atau PRP. Saat akan dilakukan pemasangan AKDR, penjelasan lengkap mengenai keuntungan dan kerugian AKDR harus diinformasikan kepada akseptor. Prosedur pemasangan juga harus dijelaskan. Pemberian obat analgesik seperti asam mefenamat dapat diresepkan dan diberikan 20-30 menit sebelum pemasangan, berfungsi untuk membantu menurunkan nyeri akibat kram yang menyerupai kram saat menstruasi. Sebelum pemasangan AKDR, klien harus mengosongkan kandung kemihnya karena kandung kemih yang penuh dapat menyulitkan palpasi uterus pada abdomen dan menyebabkan prosedur pemasangan menjadi tidak nyaman (Everett, 2010). Klien juga harus menjalani penapisan untuk Chlamydia sebelum pemasangan AKDR dilakukan. Idealnya penapisan tersebut dilakukan satu
29
minggu sebelum pemasangan AKDR, sehingga pengobatan dapat diberikan. Jika hal ini tidak memungkinkan, penapisan untuk Chlamydia dapat dilakukan pada saat pemasangan dengan pengobatan diberikan secara profilaksis. Farley et al (1992) melaporkan bahwa insiden terhadap kejadian PRP dan penggunaan AKDR berkaitan dengan proses pemasangan dan riwayat penyakit menular seksual. Hal tersebut menunjukkan bahwa risiko infeksi panggul enam kali labih tinggi pada 20 hari pertama, hal ini mengindikasikan bahwa betapa pentingnya dilakukan penapisan untuk infeksi sebelum pemasangan AKDR dilakukan (Everett, 2010). Proses pemasangan maupun pencabutan AKDR tidak memerlukan ruang operasi besar, akan tetapi wajib menggunakan istrumen yang telah disterilisasi atau Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) dan dilakukan diruangan yang bersih. Saifuddin (2006) mengungkapkan untuk mengurangi risiko infeksi paska pemasangan yang dapat terjadi pada klien, petugas klinik harus berupaya untuk menjaga lingkungan yang bebas dari infeksi melalui: 1) tidak melakukan pemasangan bagi klien dengan riwayat kesehatan maupun hasil pemeriksaan fisiknya menunjukkan adanya IMS; 2) mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah dilakukan tindakan; 3) minta klien untuk membersihkan daerah genitalnya sebelum melakukan pemeriksaan panggul; 4) gunakan instrumen dan pakai sepasang sarung tangan yang telah di DTT atau disterilisasi; 5) setelah memasukkan spekulum dan memeriksa serviks, usapkan larutan antiseptik beberapa kali secara merata pada serviks dan vagina sebelum melakukan tindakan; 6) masukkan AKDR dalam kemasan sterilnya; 7) gunakan tekhnik “no tauch” pada saat pemasangan AKDR untuk
30
mengurangi kontaminasi kavum uteri; 8) buang bahan-bahan yang terkontaminasi (kain kasa, kapas, dan sarung tangan disposable) dengan benar; 9) segera lakukan dekontaminasi peralatan dan bahan-bahan pakai ulang dalam larutan klorin 0,5% setelah digunakan. Saifuddin
(2006)
mengungkapkan
beberapa
langkah
dalam
pemasangan AKDR, yaitu sebagai berikut: 1) jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan. Sampaikan kepada klien kemungkinan akan merasa sedikit sakit pada beberapa langkah sewaktu pemasangan. Pastikan klien telah mengosongkan kandung kemihnya; 2) periksa genitalia eksterna, lakukan pemeriksaan spekulum, dan lakukan pemeriksaan panggul. Lakukan pemeriksaan mikroskopik bila tersedia dan ada indikasi; 3) masukkan lengan AKDR didalam kemasan sterilnya; 4) masukkan spekulum lalu usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik. Gunakan tenakulum untuk menjepit serviks; 5) masukkan sonde uterus untuk menentukan posisi uterus dan kedalaman kavum uteri; 6) pasang AKDR, atur letak leher biru pada tabung inserter sesuai dengan kedalaman kavum uteri; 7) buang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi sebelum melepas sarung tangan. Lakukan dekontaminasi alat-alat dan sarung tangan dengan segera setelah selesai dipakai; 8) ajarkan pada klien bagaimana memeriksa benang AKDR. Minta klien menunggu di klinik selama 15-30 menit setelah pemasangan AKDR. Waktu untuk melakukan pemasangan AKDR, yaitu: 1) bersamaan dengan menstruasi. Pada waktu ini pemasangan AKDR mudah, karena kanalis servikalis agak melebar dan kemungkinan terjadi kehamilan sangat kecil, perasaan sakit kurang, dan perdarahan tidak begitu banyak; 2) segera setelah
31
bersih menstruasi; 3) masa interval, yaitu masa antara dua haid, bila dipasang setelah ovulasi dipastikan ibu tidak hamil; 4) paska persalinan, dibagi menjadi tiga jenis yaitu pemasangan dini (pemasangan sebelum ibu pulang ke rumah setelah
melahirkan),
pemasangan
langsung
(tiga
bulan
setelah
ibu
melahirkan), dan pemasangan tidak langsung (pemasangan lebih dari tiga bulan paska persalinan atau keguguran); 5) bersamaan dengan seksio sesaria, sebelum luka rahim di tutup terlebih dahulu dikeluarkan darah-darah beku dari kavum uteri kemudian AKDR dipasang pada bagian fundus; 6) bersamaan dengan abortus dan kuretase, dilakukan pemasangan langsung setelah abortus dan kuretase; 7) after morning, pada berbagai kasus dimana dilakukan koitus maka AKDR dipasang dalam waktu 72 jam kemudian sebelum terjadi implantasi blastokista (Arum, 2009). Setelah dilakukan pemasangan, klien diberikan informasi mengenai jadwal kontrol penggunaan AKDR. Saifuddin (2006) mengungkapkan beberapa jadwal kontrol yang harus diperhatikan klien, yaitu:1) setelah 4 sampai 6 minggu pemasangan AKDR; 2) selama bulan pertama menggunakan AKDR, periksalah benang AKDR secara rutin terutama setelah haid; 3) Setelah bulan pertama pemasangan, hanya perlu memeriksa keberadaan benang setelah haid apabila mengalami kram/kejang di perut bagian bawah, perdarahan (spotting) diantara haid atau setelah senggama, dan nyeri setelah senggama atau apabila pasangan mengalami rasa tidak nyaman selama melakukan hubungan seksual; 4) klien dapat kembali ke klinik apabila tidak dapat meraba benang AKDR, merasakan bagian bawah keras dari AKDR,
32
AKDR terlepas, siklus haid terganggu, terjadi pengeluaran cairan dari vagina yang merugikan, dan ditemukan adanya infeksi. Hanafiah (2005) dan Hartanto (2004) mengungkapkan bahwa seseorang yang akan melakukan pemasangan AKDR diharapkan mampu memberikan konseling terkait dengan AKDR. Informasi utama yang perlu disampaikan untuk pengguna AKDR, yaitu: 1) mekanisme kerja AKDR termasuk keuntungan dan kerugian serta efek sampingnya; 2) cara memeriksa sendiri benang AKDR; 3) segera mencari pertolongan medis bila timbul gejala-gejala infeksi; 4) prosedur pemasangan/pencabutan dan jangka waktu pemakaian; 5) waktu pemasangan dan metode kontrasepsi mana yang dipakai bila pemasangan AKDR diundurkan; 6) jenis AKDR yang dipakai; 7) pertimbangan pemakaian metode kontrasepsi tambahan seperti kondom atau spermasid selama tiga bulan pasca pemasangan; 8) mengetahui tanda bahaya AKDR; 9) bila mengalami keterlambatan haid segera periksa ke petugas kesehatan; 10) sebaiknya tunggu tiga bulan untuk hamil kembali setelah pelepasan AKDR dan gunakan metode kontrasepsi lain; 11) beritahukan pada pengguna bahwa AKDR tidak memberikan perlindungan terhadap virus HIV/AIDS; dan 12) kebebasan bagi pasien untuk tidak meneruskan memakai AKDR jika dikehendaki. Petugas kesehatan dapat mencabut AKDR kapan pun sesuai dengan keinginan klien. Pencabutan AKDR juga harus dilaksanakan dengan hati-hati. Saifuddin (2006) mengungkapkan beberapa langkah-langkah pencabutan AKDR, yaitu: 1) menjelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan mempersilahkan klien untuk bertanya; 2) memasukkan spekulum untuk
33
melihat serviks dan benang AKDR; 3) mengusap serviks dan vagina dengan larutan antiseptik dua sampai tiga kali; 4) meminta klien untuk tenang dan menarik napas panjang, beritahukan klien mungkin timbul rasa sakit tapi itu normal; 5) tarik benang AKDR secara perlahan-lahan; 6) pasang AKDR yang baru bila klien menginginkan dan kondisi klien yang memungkinkan.
D. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan AKDR Green yang dikutip dalam Notoatmodjo (2010), Pinem (2009), dan Winda (2011) mengungkapkan beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam menggunakan AKDR. Faktor-faktor tersebut harus diperhitungkan untuk mengetahui seberapa jauh dapat mempengaruhi perilaku seseorang. 1. Faktor predisposisi (predisposing factors) Faktor predisposisi yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang. Faktor predisposisi tersebut yaitu pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, dan tradisi yang mempengaruhi seseorang dalam memilih menggunakan KB. Pinem (2009) juga mengungkapkan beberapa faktor yang
mempengaruhi
seseorang dalam penggunaan AKDR, yaitu faktor pengetahuan, umur, ekonomi, jumlah anak, partisipasi suami, dan pelayanan KB . Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman dan juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan orang lain didapat dari buku, surat kabar, atau media
34
massa, dan elektronik (Notoatmodjo, 2010). Penelitian yang pernah dilakukan oleh Yanti (2010) di Sumatera Utara menyatakan bahwa faktor pengetahuan ibu dan faktor sikap ibu mempengaruhi PUS dalam penggunaan metode AKDR. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Imbarwati
(2009)
melaporkan
bahwa
responden
yang
memiliki
pengetahuan kurang baik dalam memilih menggunakan AKDR sebesar 56,8%. Penelitian yang dilakukan Mulastin (2010), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa sebagian besar responden bersikap mendukung sebanyak 71 responden (50.7%) dan sebagian kecil responden memilih AKDR sebanyak 17 responden (12.1%). Dapat disimpulakan bahwa ada hubungan antara sikap ibu dengan pemilihan AKDR. Pengaruh umur untuk keikutsertan dalam penggunaan kontrasepsi dapat dilihat dari pembagian umur berikut ini (Hartanto, 2004) : 1) Umur ibu kurang dari 20 tahun a. Penggunaan prioritas kontrasepsi pil oral b. Penggunaan kondom kurang menguntungkan, karena pasangan muda memiliki frekuensi bersenggama tinggi sehingga akan mempunyai kegagalan tinggi c. Bagi yang belum mempunyai anak, AKDR kurang dianjurkan d. Umur dibawah 20 tahun sebaiknya tidak mempunyai anak dulu 2) Umur ibu antara 20-30 tahun a. Merupakan usia yang terbaik untuk mengandung dan melahirkan
35
b. Segera setelah anak pertama lahir, dianjurkan untuk memakai AKDR sebagai pilihan utama. Pilihan kedua adalah implant atau pil. 3) Umur ibu diatas 30 tahun a. Pilihan utama menggunakan AKDR atau implant. Kondom biasanya merupakan pilihan kedua. b. Dalam kondisi darurat, metode mantap dengan cara operasi (sterilisasi) dapat dipakai dan relatif lebih baik dibandingkan dengan spiral, kondom, maupun pil dalam arti mencegah. Penelitian yang dilakukan oleh Radita (2009) melaporkan bahwa faktor umur istri memiliki hubungan yang bermakna dengan pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan pada PUS. Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi
wawasan
dan
pengetahuan
ibu.
Semakin
rendah
pendidikan ibu maka akses terhadap informasi tentang KB khususnya AKDR akan berkurang, sehingga ibu merasa kesulitan untuk mengambil keputusan secara efektif alat kontrasepsi mana yang akan dipilih oleh ibu (Winarni dkk, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Winda (2011) melaporkan bahwa ibu yang menggunakan AKDR berpendidikan SMA sebesar (61,7%). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Radita (2009) melaporkan bahwa faktor tingkat pendidikan memiliki hubungan yang bermakna dengan pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan pada PUS.
36
2. Faktor Pemungkin (Enabling Factors) Faktor pemungkin yaitu faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya puskesmas, posyandu, dan rumah sakit. Adanya fasilatas kesehatan yang mendukung program KB akan mempengaruhi perilaku ibu dalam menggunakan kontrasepsi. Pinem (2009) mengatakan, bahwa fasilitas kesehatan (pelayanan KB) dapat mempengaruhi seseorang dalam menggunakan AKDR. Sampai saat ini pelayanan KB seperti komunikasi informasi dan edukasi masih kurang berkualitas. Terbukti dari peserta KB yang berhenti menggunakan alat kontrasepsi dengan alasan efek samping, kesehatan dan kegagalan pemakaian. Dengan memberikan pelayanan yang berkualitas khususnya informasi tentang KB AKDR, maka dapat mempengaruhi seseorang untuk menggunakan KB tersebut (Pendit, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Imbarwati (2009) di Semarang melaporkan bahwa kualitas pelayanan KB yang baik mempengaruhi seseorang dalam penggunaan AKDR sebesar 55,9%. Dalam penelitian Yanti (2010), juga melaporkan bahwa faktor pelayanan KB mempengaruhi PUS dalam penggunaan metode KB AKDR.
37
3. Faktor Penguat (Reinforcing Factors) Faktor penguat yaitu faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat tetapi tidak mau melakukannya. Berdasarkan hal tersebut, semakin kuat dorongan bagi ibu untuk memilih menggunakan AKDR seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku petugas kesehatan (Notoatmodjo, 2010). Pinem (2009) mengatakan bahwa terdapat dorongan bagi ibu untuk menggunakan AKDR, dalam hal ini merupakan faktor partisipasi suami. Program KB dapat terwujud dengan baik apabila terdapat dukungan dari pihak-pihak tertentu. Ikatan suami istri yang kuat sangat membantu ketika keluarga menghadapi masalah, karena suami/istri sangat membutuhkan dukungan dari pasangannya. Dukungan tersebut akan tercipta apabila hubungan interpersonal keduanya baik. Masyarakat di Indonesia khususnya di daerah pedesaan, sebagai peran penentu dalam pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suami sedangkan istri hanya bersifat memberikan sumbang saran (Sarwono, 2006). Metode kontrasepsi tidak dapat dipakai istri tanpa kerjasama suami dan saling percaya. Keadaan ideal bahwa pasangan suami istri harus bersama memilih metode kontrasepsi yang terbaik, saling kerjasama dalam pemakaian, membiayai pengeluaran akan kontrasepsi, dan memperhatikan tanda bahaya pemakaian (Hartanto, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Yanti (2010), melaporkan bahwa faktor partisipasi suami mempengaruhi PUS dalam penggunaan metode KB AKDR.
38
E. Kerangka Teori
Faktor- faktor yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi : 1. Faktor Predisposisi Pengetahuan Sikap Kepercayaan Keyakinan Nilai Tradisi Usia Ekonomi Jumlah anak Tingkat pendidikan Efek samping 2. Faktor pemungkin Sarana dan prasarana fasilitas kesehatan Pelayanan KB 3. Faktor penguat Perilaku tenaga kesehatan Partisipasi suami
Pemilihan penggunaan alat kontrasepsi : 1. Kontrasepsi sederhana Metode kalender Metode amenore laktasi (MAL) Metode termal Metode mukus serviks Metode simtotermal Metode senggama terputus 2. Kontrasepi barier Kondom Diafragma Cap Femidom Spermisida 3. Kontrasepsi modern Metode pil Metode implant Metode KONTAP Metode suntik Metode AKDR
Gambar 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi adaptasi dari L. Green dalam Notoatmodjo (2010), Pinem (2009), dan Winda (2011)
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep Berdasarkan kerangka teori yang diungkapkan oleh L. Green & Pinem, maka variabel yang ingin diteliti mengenai Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan AKDR adalah variabel terikat (dependen) yaitu penggunaan AKDR, sedangkan variabel bebas (independen) yang ingin diketahui meliputi pengetahuan ibu tentang AKDR, sikap, umur, tingkat pendidikan, pelayanan KB, dan partisipasi suami. Peneliti tidak mengambil variabel lainnya dikarenakan variabel-variabel diatas merupakan variabel yang dapat mempengaruhi seseorang dalam memilih menggunakan AKDR. Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini, akan digambarkan sebagai berikut :
Variabael Independen
Variabel Dependen
1. Tingkat Pengetahuan 2. Sikap 3. Usia 4. Tingkat pendidikan 5. Pelayanan KB 6. Partisipasi suami
Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan AKDR
39
40
B. Hipotesis Penelitian 1. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang AKDR terhadap penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). 2. Ada hubungan antara sikap terhadap penggunaan Alat kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). 3. Ada hubungan antara usia terhadap penggunaan Alat kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). 4. Ada hubungan antara tingkat pendidikan terhadap penggunaan Alat kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). 5. Ada hubungan antara pelayanan KB terhadap penggunaan Alat kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). 6. Ada hubungan antara partisipasi suami terhadap penggunaan Alat kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR).
41
C. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi operasional Variabel
Definisi Operasional
Cara Ukur Alat Ukur
Hasil Ukur
Menggunakan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Pernyataan verbal yang merupakan jawaban dari pertanyaan keikutsertaan menggunakan AKDR
Wawancara Kuesioner
0. Tidak menggunakan Nominal AKDR 1. Menggunakan AKDR
Pengetahuan Perempuan tentang AKDR
Pengetahuan yang Wawancara Kuesioner dimaksud dalam penelitian ini adalah perempuan mengetahui tentang AKDR
Sikap Perempuan
Tanggapan atau reaksi responden terhadap AKDR
Wawancara Kuesioner
Usia
Lamanya masa hidup responden secara tahun kalender, yang dihitung sejak dilahirkan sampai dengan saat dilakukan penelitian dalam tahun
Wawancara Kuesioner
Skala Pengukuran
0. Kurang baik (jika nilai 40- Ordinal 55%) 1. Cukup (jika nilai antara 56-75%) 2. Baik (jika nilai 76100%) (Arikunto, 2006) 0. Sikap negatif terhadap Ordinal AKDR (skor < median) 1. Sikap positif terhadap AKDR (skor ≥ median)
0. < 30 tahun 1. > 30 tahun
Ordinal
42
Tingkat Pendidikan
Jenjang pendidikan formal terakhir yang berhasil diselesaikan oleh responden yang ditandai dengan ijazah
Wawancara Kuesioner
Pelayanan KB
Ketersediaan pelayanan kesehatan di daerah tempat tinggal klien
Wawancara Kuesioner
0. Tidak tersedia (skor < Ordinal median) 1. Tersedia (skor ≥ median)
Partisipasi Suami
Dukungan yang diberikan oleh suami klien untuk memilih menggunakan AKDR
Wawancara Kuesioner
0. Tidak mendukung (skor < median) 1. Mendukung (skor ≥
0. Sekolah Dasar 1. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 2. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas 3. Perguruan Tinggi
median)
Ordinal
Ordinal
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain case control (kasus dan kontrol). Case control merupakan desain penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan variabel dependen berdasarkan perjalanan waktu secara retrospektif (Dharma, 2011). Case (kasus) dalam penelitian ini ialah perempuan yang menggunakan KB AKDR, sedangkan control (kontrol) dalam penelitian ini ialah perempuan yang tidak menggunakan KB AKDR (KB jenis lain). Rancangan penelitian analitik ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan penggunaan AKDR.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo, tepatnya di Kelurahan Cijantung dan Kelurahan Gedong. Penelitian dilakukan pada bulan September 2012. Penentuan wilayah Kecamatan Pasar Rebo, karena berdasarkan studi pendahuluan pengguna AKDR di wilayah Pasar Rebo masih sedikit dan di kalangan masyarakat masih ada yang belum mengetahui tentang AKDR serta masih beranggapan bahwa AKDR adalah jenis kontrasepsi yang menakutkan.
43
44
C. Populasi Dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua perempuan yang menggunakan alat kontrasepsi di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo. 2. Sampel Sampel penelitian merupakan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008). Sampel dalam penelitiaan ini adalah perempuan yang menggunakan alat kontrasepsi
di wilayah
kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo. Sampel di ambil secara probability sampling dengan teknik cluster sampling. Adapun kriteria sampel dibagi menjadi dua yaitu kriteria inklusi dan ekslusi. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari populasi target yang terjangkau dan akan diteliti, sedangkan kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari penelitian karena berbagai sebab misalnya subjek menolak berpartisipasi (Nursalam, 2008). Sampel yang diambil harus memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Kriteria Inklusi 1) Perempuan yang menggunakan alat kontrasepsi atau ber-KB 2) Kesadaran baik dan dapat berkomunikasi
45
3) Kooperatif b. Kriteria Eksklusi 1) Perempuan yang tidak menggunakan alat kontrasepsi atau berKB 2) Perempuan yang menggunakan metode kontrasepsi MOW (tubektomi) 3) Perempuan yang belum menikah 4) Janda 5) Perempuan menopause 6) Subjek tidak bersedia menjadi responden 3. Besar Sampel Jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 110 orang dengan menggunakan rumus uji beda dua proporsi. Perhitungan sampelnya sebagai berikut: ( )
√
(
√ (
) (
)
(
)
)
Keterangan : n
: Jumlah sampel yang dibutuhkan ( )
: 1,96 (Derajat Kepercayaan 95%, derajat kemaknaan 5%) : 1,28 (kekuatan Uji 90%) : 0,81(Proporsi distribusi tingkat pengetahuan kurang
tentang AKDR pada faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya
46
minat ibu menggunakan metode kontrasepsi AKDR tahun 2011 oleh Nova Winda di Desa Kedai Damar Kecamatan Tebing Tinggi) P1-30% = 0,51 = 0,81+0,51/2 = 0,66 √
(
)
√ (
(
)
(
( )
)
(
)
)
n = 49.88= 50 Responden = 50 orang x 2 = 100 Berdasarkan rumus perhitungan sampel di atas, maka sampel yang dibutuhkan sebanyak 50 orang, setelah di kali dua menjadi 100 orang. Jadi jumlah sampel 100 orang ditambah dengan 10% menjadi 110 orang sebagai cadangan untuk mencegah drop out pada responden. Jumlah kasus sebanyak 55 responden dan jumlah kontrol sebanyak 55 responden. Cara pengambilan sampel yaitu dengan mengambil dua Kelurahan yang terdekat dan terjauh dari wilayah Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo, dari masing-masing Kelurahan di ambil tiga RW, dan dari masing-masing RW di ambil tiga RT dengan cara random. Berdasarkan pemilihan lokasi di dapatkan dua Kelurahan yaitu Kelurahan Cijantung dan Kelurahan Gedong. Setelah dilakukan random, di Kelurahan Cijantung didapatkan tiga RW yaitu RW 02, RW 03, dan RW 09 sedangkan di Kelurahan Gedong didapatkan tiga RW yaitu RW 03, RW 01, dan RW 012. Dari masing-masing RW tersebut di random kembali untuk mencari tiga RT
47
yang akan dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini. Data peserta pengguna AKDR dan Non-AKDR didapat dari para kader yang ada di masing-masing RT. Nama-nama RT tersebut yaitu: Tabel 4.1 Daftar RT Kelurahan Cijantung RW 02 RW 03 RW 09 RT 005 RT 002 RT 003 RT 007 RT 003 RT 005 RT 009 RT 004 RT 012
Kelurahan Gedong RW 03 RW 01 RW 012 RT 005 RT 004 RT 001 RT 007 RT 009 RT 003 RT 008 RT 010 RT 011
D. Alat Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner atau angket. Keusioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden (Arikunto, 2006). Kuesioner disesuaikan dengan tujuan penelitian yang mengacu pada kerangka konsep dan teori yang telah dibuat. Kuesioner diberikan langsung oleh peneliti kepada responden untuk diisi tanpa melalui proses wawancara. Kuesioner yang telah dibuat mencakup variabel independen yaitu usia, tingkat
pendidikan, tingkat
pengetahuan,
sikap perempuan
terhadap
penggunaan AKDR, pelayanan KB, partisipasi suami, dan efek samping. Pada pertanyaan variabel tingkat pengetahuan, sikap perempuan terhadap penggunaan AKDR, pelayanan KB, dan partisipasi suami perlu dilakukan proses skoring. Skoring yaitu pemberian skor jawaban responden pada beberapa pertanyaan di kuesioner sehingga dapat digabungkan menjadi satu variabel.
48
Berikut merupakan variabel-variabel yang di skoring, yaitu: 1. Pada variabel tingkat pengetahuan terdiri dari 10 pertanyaan. Pertanyaan pada variabel tingkat pengetahuan terdiri dari dua jenis pertanyaan yaitu 7 pertanyaan positif (terdapat pada nomor 1, 2, 4, 5, 7, 8, 10) dan 3 pertanyaan negatif (terdapat pada nomor 3, 6, 9). Untuk jawaban “benar” mendapat skor 1, sedangkan untuk jawaban “salah” mendapat skor 0. Skor tertingginya yaitu 10 dan skor terendahnya yaitu 0. Untuk variabel tingkat pengetahuan,
akan
dikelompokkan
menjadi
3
kategori
dengan
menggunakan standar skor dibawah ini (Arikunto, 2006): a) Pengetahuan baik (skor jawaban responden 76-100%) b) Pengetahuan cukup (skor jawaban responden 56-75%) c) Pengetahuan kurang (skor jawaban responden 40-55%) 2. Pada variabel sikap terdiri dari 9 pertanyaan dengan skala likert. Pertanyaan pada variabel sikap merupakan pertanyaan positif. Untuk jawaban “sangat setuju” mendapat skor 4, jawaban “setuju” mendapat skor 3, jawaban “tidak setuju” mendapat skor 2, dan untuk jawaban “sangat tidak setuju” mendapat skor 1. Skor tertinggi untuk pertanyaan sikap perempuan terhadap AKDR adalah 36 dan skor terendahnya adalah 9. Skala pengukuran sikap perempuan menggunakan skala Likert. Adapun variabel sikap perempuan ini akan dikelompokkan menjadi 2 kategori dengan menggunakan standar skor dibawah ini: a) Sikap negatif terhadap AKDR: jika total skor jawaban yang diperoleh < 26 (median).
49
b) Sikap positif terhadap AKDR : jika total skor jawaban yang diperoleh ≥ 26 (median). 3. Pada variabel pelayanan KB terdapat 9 pertanyaan. Skor 4 untuk jawaban sangat setuju, 3 = setuju, 2 = tidak setuju, 1 = sangat tidak setuju. Skor tertingginya adalah 36 dan skor terendahnya adalah 9. Untuk variabel pelayanan KB, akan dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu : a) Pelayanan KB tidak tersedia, jika skor yang diperoleh < 26 (median). b) Pelayanan KB tersedia, jika skor yang diperoleh ≥ 26 (median). 4. Pada variabel partisipasi suami terdapat 10 pertanyaan. Pertanyaan pada variabel partisipasi suami terdiri dari dua jenis pertanyaan yaitu 6 pertanyaan positif (terdapat pada nomor 1, 2, 3, 4, 5, 10) dan 4 pertanyaan negatif (terdapat pada nomor 6,7,8,9). Pertanyaan positif Alternatif jawaban Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Skor 4 3 2 1
Pertanyaan negative Alternatif jawaban Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Setuju Sangat Setuju
Skor tertingginya adalah 40 dan skor terendahnya adalah 10. Untuk variabel partisipasi suami, akan dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu : a) Suami tidak mendukung, jika skor yang diperoleh < 29 (median). b) Suami mendukung, jika skor yang diperoleh ≥ 29 (median).
50
E. Langkah Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo tepatnya di Kelurahan Cijantung dan Kelurahan Gedong pada bulan September 2012. Proses pengumpulan data dalam penelitian ini melalui beberapa tahap, yaitu : 1. Memperoleh persetujuan pembimbing untuk melakukan tindak lanjut dalam penelitian. 2. Menyelesaikan kelengkapan administrasi seperti surat izin penelitian dari Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan surat izin dari Kepala Dinas Kesehatan Jakarta Timur. 3. Peneliti menyelesaikan surat izin penelitian pada Kepala Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo. 4. Peneliti melakukan pengambilan sampel dengan teknik cluster sampling. 5. Peneliti melakukan pendataan kepada calon responden dengan menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian. 6. Memberikan
lembar
persetujuan
(informed
consent)
untuk
ditandatangani oleh calon responden apabila setuju untuk menjadi subjek penelitian. 7. Memberikan penjelasan kepada responden tentang cara pengisian kuesioner. 8. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada peneliti apabila ada yang tidak jelas dengan kuesioner.
51
9. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner yang telah diberikan peneliti. 10. Responden menyerahkan kembali kuesioner yang telah diisi kepada peneliti untuk diperiksa.
F. Uji Vaiditas Dan Reliabilitas 1. Validitas Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam hal ini digunakan beberapa item pertanyaan yang dapat secara tepat mengungkapkan variabel yang diukur tersebut. Uji ini dilakukan dengan menghitung korelasi antara masing-masing skor item pertanyaan dari tiap variabel dengan total skor variabel tersebut. Suatu instrument dikatakan valid apabila korelasi tiap butiran memiliki nilai positif dan nilai t hitung > t tabel (Hidayat, 2008). Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasi “ Pearson Product Moment”. ( √ Keterangan: r hitung
: koefisien korelasi
ΣX
: jumlah skor item
ΣY
: jumlah skor total
n
: jumlah responden
) (
( )
)(
) (
)
52
Uji validitas dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo sebanyak 30 responden dan peneliti memastikan bahwa responden pada uji validitas tidak akan diikutsertakan kembali pada saat penelitian selanjutnya. Penghitungan uji validitas tentang variabel tingkat pengetahuan, sikap, pelayanan KB, serta partisipasi suami diselesaikan dengan menggunakan SPSS 18.0 dan diperoleh hasil r tabel yaitu 0,31. Hasil uji validitas bahwa ada 1 item pertanyaan yang secara statistik dinyatakan tidak valid (r hasil < 0,31) yaitu item no 3 pada variabel tingkat pengetahuan, untuk itu peneliti merubah redaksional tanpa merubah konten (maksud dari pertanyaan) setelah sebelumnya peneliti mengkonsultasikan hasil uji validitas kepada para ahli. 2. Reliabilitas Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama. Pengukuran reliabilitas menggunakan bantuan software computer dengan rumus Alpha Cronbach. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha Cronbrach > 0,70 (Hidayat, 2008). Ada beberapa cara pengukuran yang dipakai untuk melihat reliabilitas dalam pengumpulan data, yaitu prinsip (1) stabilitas: mempunyai kesamaan bila dilakukan berulang-ulang dalam waktu yang berbeda, (2) ekuivalen: pengukuran memberikan hasil yang sama pada
53
kejadian yang sama, (3) homogenitas (kesamaan): instrument yang dipergunakan harus mempunyai isi yang sama (Nursalam, 2009). Hasil uji reliabilitas yang dilakukan pada 10 item pertanyaan dalam variabel tingkat pengetahuan, telah mendapatkan hasil yang reliable dengan nilai Alpha Cronbach sebesar 0,791. Pada variabel sikap dengan 9 item pertanyaan, didapatkan hasil yang reliable dengan nilai Alpha Cronbach sebesar 0,817. Pada variabel pelayanan KB dengan 9 item pertanyaan, juga didapatkan hasil yang reliable dengan nilai Alpha Cronbach sebesar 0,764, sedangkan pada variabel partisipasi suami dengan 10 item pertanyaan, juga didapatkan hasil yang reliable dengan nilai Alpha Cronbach sebesar 0,862.
G. Pengolahan Data Dalam penelitian ini pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software statistik. Teknik pengolahan data terdiri dari : 1. Editing Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul (Hidayat, 2007). 2. Coding Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategorik. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisa data menggunakan komputer. Biasanya pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu
54
buku (cide book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel (Hidayat, 2007). 3. Entry Data Entry data adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa dengan membuat tabel kontingensi (Hidayat, 2007). 4. Cleaning Data Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah di-entry, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin terjadi pada saat meng-entry data ke computer (Hidayat, 2007).
H. Analisa Data Analisis data dilakukan memudahkan interpretasi dan menguji hipotesis penelitian. Analisa dalam penelitian ini meliputi anlisa univariat dan bivariat. 1. Analisa Univariat Analisa
univariat
bertujuan
untuk
menjelaskan
atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variable penelitian. Analisa univariat dilakukan secara deskriptif, yaitu menampilkan tabel frekuensi tentang karakteristik responden sebagai variabel independen dalam penelitian ini berdasarkan tingkat pengetahuan, sikap, umur, tingkat pendidikan, pelayanan KB, partisipasi suami, dan efek samping. Sedangkan variabel dependen yaitu penggunaan AKDR.
55
2. Analisa Bivariat Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variable dependen dan independen. yaitu variabel tingkat pengetahuan, sikap, pelayanan KB, partisipasi suami, dan efek samping dengan penggunaan AKDR sebagai variabel dependen. Tehnik analisa yang dilakukan dengan analisa Chi-Square (
),
yaitu untuk melakukan analisa hubungan antara variabel kategorik dengan kategorik. Analisa ini bertujuan untuk menguji perbedaan proporsi dua atau lebih kelompok sampel, sehingga diketahui ada atau tidaknya hubungan yang bermakna secara statistic. Derajat kepercayaan yang digunakan adalah 95% dengan α 5%, sehingga jika nilai p ≤ α (0,05) berarti terdapat hubungan bermakna (signifikan) antara variabel yang diteliti. Jika nilai p ≥ α (0,05) berarti tidak ada hubungan antara variabel yang diteliti.
I. Etika Penelitian 1. Prinsip Etika Penelitian Penelitian yang menggunakan subjek penelitian manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga penelitian yang dilaksanakan benarbenar menjunjung tinggi kebebasan manusia. Beberapa prinsip penelitian pada manusia yang harus dipahami antara lain:
56
a. Prinsip manfaat Prinsip aspek maka segala bentuk manfaat adalah segala bentuk penelitian yang dilakukan diharapkan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
manusia.
Prinsip
ini
dapat
ditegakkan
dengan
membebaskan, tidak memberikan atau menimbulkan kekerasan pada manusia, tidak menjadikan manusia untuk dieksploitasi. Penelitian yang dihasilkan dapat memberikan manfaat dan mempertimbangkan antara aspek risiko dengan aspek manfaat, bila penelitian yang dilakukan dapat mengalami dilema etik (Hidayat, 2007). b. Prinsip menghormati manusia Manusia mempunyai hak dan merupakan makhluk yang mulia yang harus di hormati, karena manusia berhak untuk menentukan pilihan antara mau dan tidak untuk diikut sertakan menjadi subyek penelitian (Hidayat, 2007). c. Prinsip keadilan Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan manusia dengan menghargai hak atau memberikan pengobatan secara adil, hak menjaga privasi manusia dan tidak berpihak dalam perlakuan terhadap manusia (Hidayat, 2007). 2. Masalah Etika Penelitian Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus
57
diperhatikan. Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut: a. Persetujuan (Informed Consent) Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Subjek penelitian harus menandatangani
lembar
persetujuan,
ketika
bersedia
menjadi
responden. Peneliti harus menghormatinya, jika responden menolak (Hidayat, 2007). b. Tanpa Nama (Anonimity) Masalah
etika
keperawatan
merupakan
masalah
yang
memberikan jaminan dalam penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2007). c. Kerahasiaan (Confidentiality) Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalahmasalah lainnya.
Informasi
yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaanya oleh peneliti, hanya kelompok data tersusun yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2007).
BAB V HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian setelah dilakukan pengumpulan data pada tanggal 26 September sampai dengan 5 Oktober 2012 di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo tepatnya di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Gedong dan Kelurahan Cijantung, Jakarta Timur. A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo membawahi lima wilayah kerja Puskesmas Kelurahan, yaitu Puskesmas Kelurahan Kalisari, Puskesmas Kelurahan Pekayon, Puskesmas Kelurahan Cijantung, Puskesmas Kelurahan Baru, dan Puskesmas Kelurahan Gedong. Jumlah Penduduk di wilayah Kecamatan Pasar Rebo pada tahun 2010 adalah 190.840 jiwa. Luas dan batas wilayah kecamatan Pasar Rebo yaitu 1.297,70 Ha yang terletak di Kota Administrasi Jakarta Timur, dimana batas-batas wilayah Kecamatan Pasar Rebo yaitu sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kramatjati, Jakarta Timur, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Penelitian ini dilakukan di dua wilayah kerja Puskesmas Kelurahan, yaitu Kelurahan Gedong dan Kelurahan Cijantung. Kelurahan Gedong terdiri dari 12 RW dan 117 RT dengan jumlah penduduk keseluruhan 37.382 jiwa. Jumlah kepala keluarga (KK) yang ada di di Kelurahan Gedong yaitu 9.567 KK, sedangkan luas wilayah di Kelurahan tersebut adalah 263,40 Ha.
58
59
Kelurahan Cijantung terdiri dari 11 RW dan 109 RT dengan jumlah keseluruhan penduduk sebanyak 40.905 jiwa. Jumlah kepala keluarga (KK) yang ada di Kelurahan Cijantung yaitu 6.064 KK, sedangkan luas wilayah di Kelurahan tersebut adalah 238,57 Ha. B. Gambaran Umum Responden Responden yang di ambil di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Gedong dan Kelurahan Cijantung adalah perempuan yang sudah menikah. Karakteristik lain dari populasi pada penelitian ini adalah perempuan yang menggunakan KB AKDR dan KB jenis lain seperti pil, suntik, implant, dan kondom. Pada penelitian ini, usia responden tidak dibatasi. Jumlah populasi pada penelitian ini yaitu sebanyak 110 responden yang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama yaitu 55 perempuan yang menggunakan KB AKDR dan kelompok kedua yaitu 55 perempuan yang menggunakan KB jenis lain.responden di ambil secara acak dari masing-masing wilayah yang telah ditentukan dengan metode cluster. C. Analisis Univariat 1. Variabel Independen a. Tingkat Pengetahuan Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Kategori
Frekuensi (N= 110)
Persentase (%)
Kurang Baik Cukup Baik Baik
9 48 53
Jumlah
110
8.2 43.6 48.2 100
60
Dari tabel 5.1 diketahui bahwa perempuan yang memiliki pengetahuan kurang sebesar 9 responden (8,2%), pengetahuan cukup sebesar 48 responden (43,6%), dan pengetahuan baik sebesar 53 responden (48,2%). b. Sikap Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Kategori Sikap Negatif Sikap Positif Jumlah
Frekuensi (N= 110) 55 55 110
Persentase (%) 50.0 50.0 100
Dari tabel 5.2 diketahui bahwa perempuan yang memiliki sikap negatif sebesar 55 responden (50%) dan perempuan yang memiliki sikap positif sebesar 55 responden (50%). c. Usia Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Kategori < 30 tahun > 30 tahun Jumlah
Frekuensi (N= 110) 13 97 110
Persentase (%) 11.8 88.2 100.0
Dari tabel 5.3 diketahui bahwa perempuan yang berusia < 30 tahun sebesar 13 responden (11,8%) dan perempuan yang berusia > 30 tahun sebesar 97 responden (88,2 %).
61
d. Tingkat Pendidikan Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kategori SD SMP SMA Perguruan Tinggi Jumlah
Frekuensi (N= 110) 8 9 58 35 110
Persentase (%) 7.3 8.2 52.7 31.8 100
Dari tabel 5.4 diketahui bahwa perempuan yang memiliki tingkat pendidikan SD sebesar 8 responden (7,3%), SMP sebesar 9 responden (8,2%), SMA 58 responden (52,7%), dan perguruan tinggi 35 responden (35%). e. Pelayanan KB Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pelayanan KB Kategori Tidak tersedia Tersedia Jumlah
Frekuensi (N= 110) 47 63 110
Persentase (%) 42.7 57.3 100.0
Dari tabel 5.5 diketahui bahwa pelayanan KB yang tidak tersedia di wilayah kerja puskesmas Kecamatan Pasar Rebo sebesar 47 pelayanan (42,7%) dan pelayanan KB yang tersedia sebesar 63 pelayanan (57,3%).
62
f. Partisipasi Suami Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Partisipasi Suami Kategori Tidak Mendukung Mendukung Jumlah
Frekuensi (N= 110) 54
Persentase (%) 49.1
56 110
50.9 100.0
Dari tabel 5.6 diketahui bahwa perempuan yang tidak didukung oleh suaminya sebesar 54 responden (49,1%) dan perempuan yang mendapat dukungan suaminya sebesar 56 responden (50,9%). 2. Variabel Dependen a. Penggunaan AKDR Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penggunaan AKDR Kategori Tidak Menggunakan Menggunakan Jumlah
Frekuensi (N=110) 55
Persentase (%)
55 100
50.0 100
50.0
Dari tabel 5.7 diketahui bahwa responden yang tidak menggunakan AKDR yaitu sebanyak 55 responden (50%), sedangkan responden yang menggunakan AKDR sebanyak 55 orang (50%).
63
D. Analisis Bivariat a. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Penggunaan AKDR Tabel 5.8 Analisis Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Penggunaan AKDR
Kurang baik
Penggunaan AKDR Tidak Menggun mengguna akan kan n % n % 7 12.7 2 3.6
n 9
% 8.2
Cukup Baik
25
45.4
23
41.8
48
43.6
Baik
23
41.8
30
54.5
53
48.2
Total
55
100
55
100
110
100
Tingkat Pengetahuan
p-value
Total
0,151
Hasil analisis hubungan antara tingkat pengetahuan perempuan tentang AKDR dengan penggunaan AKDR diperoleh bahwa terdapat 7 orang (12,7%) perempuan yang tidak menggunakan AKDR mempunyai pengetahuan
kurang,
25
orang (45,4%)
perempuan
yang tidak
menggunakan AKDR mempunyai pengetahuan cukup baik, dan 23 orang (41,8%) perempuan yang tidak menggunakan AKDR mempunyai pengetahuan baik. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,151 (p>0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan penggunaan AKDR.
64
b. Hubungan Sikap Dengan Penggunaan AKDR Tabel 5.9 Analisis Hubungan Sikap dengan Penggunaan AKDR
Sikap Negatif Positif Total
Penggunaan AKDR Tidak Menggunakan Menggunakan n % n % 29.1 39 70.9 16 16 55
29.1 100
Hasil
analisis
39 55
70.9
hubungan
100
Total n 55
pvalue
5,941
0.000
% 50.0
55 110
antara
OR (95% CI)
50.0 100
sikap
perempuan
dengan
penggunaan AKDR diperoleh bahwa terdapat 39 orang (70,9%) perempuan yang tidak menggunakan AKDR mempunyai sikap negatif, sedangkan 16 orang (29,1%) perempuan yang tidak menggunakan AKDR mempunyai sikap positif. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,000 (p<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap perempuan dengan penggunaan AKDR. Nilai OR = 5,941 dapat disimpulkan bahwa perempuan yang memiliki sikap negatif beresiko 5,941 kali lebih tinggi memilih untuk tidak menggunakan AKDR dibandingkan perempuan yang memiliki sikap positif.
65
c. Hubungan Usia Dengan Penggunaan AKDR Tabel 5.10 Analisis Hubungan Usia dengan Penggunaan AKDR
Usia
< 30 th > 30 th Total
Penggunaan AKDR Tidak Menggunakan Menggunakan n % n % 5.5 15 27.3 3 40
72.7
52
55
100
55
94.5 100
Total n
%
18
16.4
92
83.6
110
OR (95% CI)
pvalue
6.500
0.002
100
Hasil analisis hubungan antara umur dengan penggunaan AKDR diperoleh bahwa terdapat 15 orang (27,3%) perempuan yang tidak menggunakan AKDR berusia < 30 tahun, sedangkan 40 orang (72,7%) perempuan yang tidak menggunakan AKDR berusia > 30 tahun. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,002 (p<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara usia dengan penggunaan AKDR. Nilai OR = 6,500 dapat disimpulkan bahwa perempuan yang berusia < 30 tahun beresiko 6,500 kali lebih tinggi memilih untuk tidak menggunakan AKDR dibandingkan perempuan yang berusia > 30 tahun.
66
d. Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Penggunaan AKDR Tabel 5.11 Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Penggunaan AKDR Penggunaan AKDR Total Tingkat Tidak Pendidikan Menggunakan Menggunakan n % n % n % SD 3 5.5 5 9.1 8 7.3 SMP 8 14.5 1 1.8 9 8.2 SMA 37 67.3 21 38.2 58 52.7 Perguruan 7 12.7 28 50.9 35 31.8 Tinggi Total 55 100 55 100 110 100
pvalue
0.000
Hasil analisis hubungan antara tingkat pendidikan dengan penggunaan AKDR diperoleh bahwa terdapat 3 orang (5,5%) perempuan yang tidak menggunakan AKDR berpendidikan SD, 8 orang (14,5%) perempuan berpendidikan SMP, 37 orang (67,3%) perempuan berpendidikan SMA, dan 7 orang (12,7%) perempuan berpendidikan tinggi . Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,000 (p<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan penggunaan AKDR.
67
e. Hubungan Pelayanan KB Dengan Penggunaan AKDR Tabel 5.12 Analisis Hubungan Pelayanan KB dengan Penggunaan AKDR
Pelayanan KB Tidak Tersedia Tersedia Total
Penggunaan AKDR Tidak Menggunakan Menggunakan n % n % 24 31 55
43.6 56.4 100
23 32 55
41.8 58.2 100
Total n
%
47
42.7
63 110
OR (95% CI)
pvalue
1.077
0.847
57.3 100
Hasil analisis hubungan antara pelayanan KB dengan penggunaan AKDR diperoleh bahwa terdapat 24 (43,6%) tempat pelayanan KB yang tidak tersedia di wilayah perempuan yang tidak menggunakan AKDR, sedangkan 31 (56,4%) tempat pelayanan KB yang tersedia di wilayah perempuan yang tidak menggunakan AKDR. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,847 (p>0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pelayanan KB dengan penggunaan AKDR.
68
f. Hubungan Partisipasi Suami Dengan Penggunaan AKDR Tabel 5.13 Analisis Hubungan Partisipasi Suami dengan Penggunaan AKDR
Partisipasi Suami
Penggunaan AKDR Tidak Menggunakan Menggunakan n % n %
Tidak Mendukung
41
74.5
13
Mendukung
14
25.5
42
Total
55
100
Hasil
analisis
55
hubungan
Total n
%
23.6
54
49.1
76.4
56
50.9
100
antara
110
OR (95% CI)
pvalue
9.462
0.000
100
partisipasi
suami
dengan
penggunaan AKDR diperoleh bahwa terdapat 41 orang (74,5%) perempuan yang tidak menggunakan AKDR tidak didukung oleh suamiya, sedangkan 14 orang (25,5%) perempuan yang tidak menggunakan AKDR didukung oleh suaminya. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,000 (p<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pelayanan KB dengan penggunaan AKDR. Nilai OR = 9,462 dapat disimpulkan bahwa perempuan yang tidak mendapat dukungan dari suami berisiko 9,462 kali lebih tinggi memilih untuk tidak menggunakan AKDR dibandingkan perempuan yang mendapat dukungan dari suami.
BAB VI PEMBAHASAN Pada pembahasan ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian yang dilakukan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo. Dalam pembahasan ini kegiatan yang dilakukan adalah membandingkan antara hasil penelitian dengan konsep teoritis dan penelitian sebelumnya. Pada bab ini juga akan dijelaskan tentang keterbatasan penelitian yang telah dilaksanakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam menggunakan AKDR menurut Green yang dikutip dalam Notoatmodjo (2010), yaitu faktor predisposisi (tingkat pengetahuan, sikap, usia, tingkat pendidikan), faktor pemungkin (pelayanan KB), dan faktor penguat (partisipasi suami). Berikut merupakan
pembahasan
hasil
penelitian
mengenai
faktor-faktor
yang
berhubungan dengan penggunaan AKDR. A. Hubungan Antara Faktor Predisposisi dengan Penggunaan AKDR 1. Hubungan Tingkat Pengetahuan Perempuan dengan Penggunaan AKDR Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik lebih banyak memilih menggunakan AKDR dibandingkan dengan perempuan yang memiliki tingkat pengetahuan kurang. Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan uji statistik Chi square didapatkan tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan AKDR dengan p-value 0,151 (>0,05). Hal tersebut dapat disebabkan
69
70
karena mayoritas responden memiliki pengetahuan yang baik dan tingkat pendidikan yang tinggi. Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pendidikan, pengalaman, paparan media masa, ekonomi, dan hubungan sosial. Tingkat pendidikan yang tinggi dapat memungkinkan seseorang dengan mudah memperoleh berbagai informasi yang didapat dari berbagai sumber media, seperti media cetak, media elektronik, dan media masa (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan juga dipengaruhi oleh pengalaman seseorang, faktorfaktor luar orang tersebut (lingkungan), baik fisik maupun non fisik dan sosial
budaya
yang
kemudian
pengalaman
tersebut
diketahui,
dipersepsikan, diyakini sehingga menimbulkan motivasi serta niat untuk bertindak dan pada akhirnya terjadi perwujudan niat berupa perilaku (Annisa, 2011). Pengalaman juga merupakan guru yang paling baik, sebab pengalaman dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dan menyebutkan bahwa manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan (Herminaju, 2010). Berdasarkan teori tersebut dapat dimungkinkan banyak faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang sehingga hasil penelitian ini menghasilkan hubungan yang tidak signifikan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini tidak sesuai dengan teori Notoatmodjo (2003) yang mengatakan bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mendasari terjadinya perilaku kesehatan pada seseorang. Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil
71
tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Pada waktu
penginderaan
sampai
menghasilkan
pengetahuan
sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata (indera penglihatan) dan telinga (indera pendengaran) (Notoatmodjo, 2010). Dengan demikian, pengetahuan responden tentang AKDR di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasa Rebo diharapkan menjadi dasar dalam menentukan perilaku untuk menggunakan AKDR. Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini mencakup pengetahuan tentang pengertian dan tujuan dari program Keluarga Berencana (KB), pengertian dan tujuan dari penggunaan AKDR, efek samping dan manfaat dari AKDR yang diketahui responden. Dengan meningkatnya pengetahuan responden dalam menjawab pertanyaanpertanyaan yang dimaksud diatas akan terjadi perubahan perilaku positif yaitu menggunakan AKDR. Responden yang memiliki pengetahuan baik, berarti ia mampu menjawab semua pertanyaan pengetahuan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Indrawati (2010) dan Daniati (2010) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan pemilihan AKDR. Hal tersebut dapat disebabkan karena adanya minat dan keinginan yang besar pada responden untuk mencari tahu informasi, mudahnya responden mendapatkan informasi melalui buku-buku atau media cetak lainnya, dan tersedianya pelayanan KB disekitar tempat tinggal responden sehingga memudahkan mereka untuk mendapatkan informasi yang diperlukan.
72
2. Hubungan Sikap dengan Penggunaan AKDR Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa perempuan yang memiliki sikap positif terhadap AKDR lebih banyak memilih untuk menggunakan AKDR dibandingkan perempuan yang memiliki sikap negatif terhadap AKDR. Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan uji statistik Chi-Square didapatkan terdapat hubungan antara sikap dengan penggunaan AKDR dengan p-value 0,000 (>0,05). Hal tersebut dapat disebabkan karena banyak faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang untuk memilih menggunakan AKDR. Sikap tidak sepenuhnya merupakan faktor utama terbentuknya perilaku. Hal ini kurang tepat bila mengharapkan adanya hubungan sistematis yang langsung antara sikap dengan perilaku nyata, dikarenakan sikap tidaklah merupakan determinan satu-satunya bagi perilaku. Banyak faktor yang mempengaruhi sikap tersebut, diantaranya pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama serta faktor emosi dalam diri individu (Azwar, 2009). Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan. Sikap berfungsi menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan, mengatur tingkah laku seseorang, mengatur perlakuan dan pernyataan kepribadian seseorang (Notoatmodjo, 2010). Sikap terbentuk karena adanya interaksi seseorang terhadap lingkungan fisik maupun
73
sosial di sekitarnya. Sikap belum merupakan suatu aktivitas atau tindakan, akan tetapi predisposisi tindakan atau suatu perilaku (Tazkiyya, 2010). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Mulastin (2010) di Kabupaten Jepara dan penelitian Henny (2009) di Kecamatan Tanjung Morawa yang menyatakan bahwa ada hubungan antara sikap dengan keikutsertaan perempuan menggunakan AKDR. Hal ini dapat disebabkan karena responden mempunyai pengetahuan yang baik tentang macammacam alat kontrasepsi sehingga mendukung AKDR. Pengetahuan mengenai suatu objek baru menjadi sikap apabila pengetahuan itu disertai dengan kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap objek tersebut. Sikap ini dapat bersifat positif dan negatif. Hal ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa penerimaan sikap dan perilaku didasari oleh pengetahuan. Tingginya pengetahuan responden juga mempengaruhi sikap positif terhadap AKDR. Pada responden yang memiliki sikap yang baik yaitu mendukung dan memilih AKDR, dapat disebabkan karena responden tersebut memiliki kondisi emosional, psikologi atau kepercayaan positif terhadap AKDR, sikap seseorang ditentukan oleh reaksi emosional atau kepercayaan mengenai apa yang dianggap benar tentang sesuatu objek termasuk pemilihan AKDR. Tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek, psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Pengaruh orang lain yang dianggap penting dalam
74
kehidupan sosial sengat berpengaruh dalam pembentukan sikap (Azwar, 2000).
3. Hubungan Usia dengan Penggunaan AKDR Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa perempuan yang berusia lebih dari 30 tahun lebih banyak memilih untuk menggunakan AKDR. Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan uji statistik Chi-Square didapatkan nilai p-value 0,002 (p<0,05) yang artinya ada hubungan antara usia dengan penggunaan AKDR. Hal tersebut dapat disebabkan karena mayoritas responden adalah perempuan yang usianya dalam kategori dewasa, periode ini merupakan periode perkembangan dari masa dewasa awal menuju dewasa tua. Nursalam (2001) mengatakan bahwa semakin bertambah usia, tingkat kematangan, dan kekuatan, seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Pada diri seseorang, semakin bertambahnya usia maka akan bertambah pula kedewasaan dalam berpikir dan bertindak sehingga akan mempermudah penerimaan informasi baru. Nasution (2011) mengatakan bahwa perempuan yang berusia lebih tua cenderung empat kali mempunyai peluang menggunakan AKDR dibandingkan dengan perempuan yang lebih muda dan perempuan PUS yang berusia kurang dari 30 tahun dominan menggunakan Non MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) seperti kondom, pil KB, dan suntik, sedangkan Perempuan PUS yang berusia lebih dari 30 tahun dominan menggunakan MKJP, seperti implant, kontap, dan AKDR. Usia dapat menjadi indikator kematangan seorang perempuan secara biologis
75
terutama mempengaruhi kesuburan. Masa reproduktif seorang wanita adalah antara 15-49 tahun, karena usia 15 tahun dianggap sudah mulai berada dalam masa reproduktif dan usia 50 tahun dianggap sudah melewati masa reproduktif. Risiko tinggi kehamilan dapat timbul bila usia ≤ 18 tahun atau ≥ 35 tahun, untuk itu perlu dilakukan usaha pencegahan kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi (Hartanto, 2004). Usia di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun sangat berisiko untuk hamil, melahirkan, dan menggunakan kontrasepsi sehingga berhubungan erat dengan keikutsertaannya dalam KB (BKKBN, 2008). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Junita (2009) di Kabupaten Rokan Hulu yang menyatakan bahwa ada hubungan antara usia dengan pemakaian alat kontrasepsi. Notoatmodjo (2003) juga mengungkapkan hal yang sama dalam penelitiannya, bahwa usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam keikutseraan KB, mereka yang berusia tua mempunyai peluang lebih kecil untuk menggunakan kontrasepsi dibandingkan dengan yang muda. Usia berpengaruh terhadap pemilihan alat kontrasepsi, semakin bertambahnya usia istri maka pemilihan alat kontrasepsi yang memiliki tingkat efektifitas lebih tinggi yaitu menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang. Jenis kontrasepsi harus mempertimbangkan usia akseptor, bila usia lebih dari 35 tahun makan lebih efektif menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (BKKBN, 1999).
76
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Richi (2010) dan Sri Umiyani (2010) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara faktor usia dengan pemilihan alat kontrasepsi. Pada penelitian tersebut dikatakan bahwa perempuan yang berusia muda (< 30 tahun) lebih banyak menggunakan kontrasepsi hormonal seperti suntik dan pil KB.
4. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Penggunaan AKDR Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa perempuan yang berpendidikan tinggi lebih banyak memilih untuk menggunakan AKDR dibandingkan perempuan yang memiliki tingkat pendidikan sebatas SD, SMP, dan SMA. Hasil dari analisis bivariat dengan uji statistik Chi-Square didapatkan
terdapat
hubungan antara tingkat
pendidikan
dengan
penggunaan AKDR dengan p-value 0,000 (p<0,05). Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keikutsertaan seseorang dalam program KB. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang diharapkan semakin tinggi pula pengetahuan dan kesadarannya akan program KB. Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi kehidupan sosialnya, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin banyak informasi yang diperoleh, sehingga akan membuka kesadaran untuk memilih kontrasepsi yang terbaik dan sesuai dengan keinginannya dengan mempertimbangkan segi kesehatan serta tidak merugikan dirinya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan
77
semakin besar kesadaran untuk memilih kontrasepsi yang lebih efektif dan bersifat jangka panjang (Hartoyo, 2002). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Mamik (2008) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemilihan menggunakan AKDR. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka pengetahuan juga semakin baik dan makin mudah seseorang dalam memahami serta menerapkan informasi yang diterimanya. Dalam menerima informasi baru ternyata tingkat pendidikan juga berpengaruh, namun minat dari dalam diri individu juga berperan penting dalam penerimaan informasi yang didapat seseorang sehingga keduanyapun berperan dalam proses penerimaan informasi. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Fiona (2006), yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan keikutsertaan perempuan dalam program KB. Hal tersebut disebabkan karena perempuan yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi belum tentu memiliki kesadaran yang tinggi tentang kesehatannya dan mandiri untuk datang ke pelayanan kesehatan. Padahal seharusnya seperti pendapat Gergen (1986) semakin tinggi tingkat pendidikan jelas akan mempengaruhi secara pribadi dalam berpendapat, berpikir, bersikap rasional mengambil suatu keputusan dan tindakan. Hal ini juga akan mempengaruhi secara langsung seseorang dalam hal pengetahuan akan hidupnya termasuk dalam merencanakan keluarganya.
78
B. Hubungan Antara Faktor Pemungkin dengan Penggunaan AKDR 1. Hubungan Pelayanan KB dengan Penggunaan AKDR Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa perempuan yang lebih banyak memilih untuk menggunakan AKDR adalah perempuan yang di daerah tempat tinggalnya tersedia pelayanan KB. Hasil dari analisis bivariat dengan uji statistik Chi-Square didapatkan tidak ada hubungan antara pelayanan KB dengan penggunaan AKDR dengan p-value 0,847 (>0,05). Pelayanan KB saat ini dirasakan masyarakat khususnya oleh pasangan suami istri sebagai salah satu kebutuhannya. Menurut Bruce (1990) dalam Juliantoro (2000) menyatakan bahwa pelayanan harus memenuhi enam syarat kualitas pelayanan KB, yaitu tersedianya pilihan kontrasepsi, pemberian informasi yang cukup, adanya kompetensi atau kemampuan teknis, hubungan interpersonal yang baik, terpeliharanya mekanisme kelanjutan pemakaian, dan adanya konstelasi pelayanan. Hasil penelitian ini sudah sejalan dengan penelitian Fiona (2006), yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pelayanan KB dengan keikutsertaan perempuan dalam program KB. Hal ini disebabkan karena responden memang sudah memiliki pengetahuan dan kesadaran yang cukup baik sebelumnya, sehingga keikutsertaan dalam mengikuti penyuluhan atau pelayanan KB lainnya tidak mempengaruhi keikutsertaan perempuan dalam program KB. Bentuk pelayanan KB yang disediakan seperti pemberian edukasi tentang KB, pemasangan,dan pelepasan KB. Secara faktual, pelayanan KB
79
sudah banyak tersedia di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka bahkan sampai ke tingkat Kelurahan. Ketersediaannya pelayanan KB disekitar lingkungan tempat tinggal mereka menyebabkan para perempuan (akseptor KB) tidak merasa kesulitan untuk mendapatkan informasi atau pelayanan KB yang mereka inginkan secara langsung.
C. Hubungan Antara Faktor Penguat dengan Penggunaan AKDR 1. Hubungan Antara Partisipasi Suami dengan Penggunaan AKDR Partisipasi suami yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu ingin mengetahui apakah suami mendukung atau tidak istri mereka untuk menggunakan AKDR atau jenis alat kontrasepsi lainnya. Terdapat beberapa
alasan
mengapa
suami
tidak
mendukung
istri
untuk
menggunakan AKDR, serta hal-hal apa saja yang biasa suami lakukan dalam mendukung istri menggunakan AKDR. Pada hasil penelitian ini diperoleh bahwa perempuan yang mendapat dukungan suaminya untuk menggunakan AKDR lebih banyak dibandingkan dengan perempuan yang tidak didukung oleh suaminya untuk menggunakan AKDR. Hal ini menunjukkan bahwa ada respon yang baik dari pihak suami terhadap istrinya dalam memilih untuk menggunakan AKDR. Hasil dari analisis bivariat dengan uji statistik ChiSquare didapatkan terdapat hubungan antara pelayanan KB dengan penggunaan AKDR dengan p-value 0,000 (p<0,05). Dukungan sosial merupakan bantuan nyata atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran orang yang
80
mendukung serta hal ini mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku penerima, dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasihat verbal dan non verbal. Salah satu sumber dari dukungan sosial yaitu suami yang diikat melalui hubungan perkawinan (Lina dkk, 2004). Partisipasi suami merupakan salah satu variabel sosial budaya yang sangat berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi bagi perempuan sebagai istri secara khusus dan di dalam keluarga secara umum. Budaya patrilineal yang menjadikan pria sebagai kepala keluarga yang masih banyak dianut sebagian besar pola keluarga di dunia menjadikan preferensi suami terhadap fertilitas dan pandangan serta pengetahuannya terhadap program KB akan sangat berpengaruh terhadap keputusan di dalam keluarga untuk menggunakan alat kontrasepsi tertentu. Diskusi antara suami istri mengenai bermacam-macam metode KB tidak selalu menjadi persyaratan dalam pemakaian KB, namun tidak adanya diskusi tersebut dapat menjadi halangan terhadap pemakaian KB (Suparyanto, 2011). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Daniati (2010) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara partisipasi suami dengan pemilihan menggunakan AKDR. Penelitian ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa seorang istri di dalam mengambil suatu keputusan untuk memakai atau tidak memakai alat kontrasepsi membutuhkan persetujuan dari pihak suami karena suami dipandang sebagai kepala keluarga, pelindung keluarga, pencari nafkah, dan seseorang yang dapat membuat keputusan dalam suatu keluarga. Pengetahuan yang memadai
81
dapat memotivasi suami untuk menganjurkan istrinya memakai alat kontrasepsi tersebut.
D. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam proses pelaksanaannya. Keterbatasan tersebut yaitu pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Pengambilan data dengan kuesioner bersifat subjektif, sehingga kebenaran datanya sangat tergantung pada kejujuran responden. Kuesioner yang diberikan peneliti juga tidak ditanyakan tetapi bersifat angket, dimana responden mengisi sendiri jawaban yang menurut mereka sesuai.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Kelompok usia yang paling banyak menggunakan AKDR yaitu perempuan yang berusia >30 tahun (88,2%). Tingkat pendidikan rata-rata responden di daerah tersebut yaitu SMA (52,7%). 2. Pengetahuan yang dimiliki oleh perempuan di daerah tersebut mengenai AKDR tergolong baik (48,2%) dan memiliki sikap yang sama besar antara sikap positif dan negatif (50,0%). 3. Pelayanan KB di daerah tersebut lebih banyak tersedia (57,3%) dan juga lebih banyak
mendapat dukungan dari suami (50,9%) untuk
menggunakan AKDR atau KB jenis lain. 4. Dari faktor predisposisi, hanya variabel tingkat pengetahuan yang tidak berhubungan (p-value = 0,151) sedangkan variabel sikap (p-value = 0,000) , variabel usia (p-value = 0,002) , dan variabel tingkat pendidikan (p-value = 0,000) terdapat hubungan dengan penggunaan AKDR. 5. Dari faktor pemungkin yaitu pelayanan KB tidak terdapat hubungan dengan penggunaan AKDR (p-value = 0,847) dengan nilai OR = 1,077. 6. Dari faktor penguat yaitu partisipasi suami terdapat hubungan dengan penggunaan AKDR (p-value = 0,000) dengan nilai OR = 9,462.
82
83
B. Saran 1. Bagi Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo a. Diharapkan bagi petugas kesehatan di wilayah tersebut untuk memberikan informasi kesehatan guna meningkatkan pengetahuan terhadap pasangan suami istri yang ingin ber-KB melalui sosialisasi tentang program KB dan pemberian paket edukasi tentang KB terutama AKDR. Diharapkan kepada suami mereka untuk ikut serta untuk mengikuti sosialisasi tersebut agar para suami dapat mendukung istrinya untuk menggunakan KB terutama KB AKDR. Pemberian informasi dapat dilakukan dengan membagikan selebaran-selebaran seperti leaflet agar PUS tidak hanya sekedar menggunakan alat kontrasepsi saja tetapi dapat mengetahui pentingnya program KB dan mereka juga dapat mengetahui alat kontrasepsi yang baik, aman dan nyaman digunakan. b. Diharapkan perempuan yang ingin ber-KB membawa serta suami mereka ke pelayanan KB, agar dapat bersama-sama mendiskusikan dan berkonsultasi langsung ke petugas kesehatan tentang KB yang ingin mereka gunakan. c. Meningkatkan peran petugas kesehatan dalam memfasilitasi dan memotivasi pasangan suami istri yang ingin ber-KB. 2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan dan Ilmu Keperawatan a. Meningkatkan peran perawat khususnya perawat maternitas dalam pelaksanaan program KB dengan memberikan informasi tentang KB terutama AKDR kepada pasangan suami istri yang ingin ber-KB.
84
b. Menambah bahan literatur mengenai AKDR dan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan AKDR. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa yang terbukti berhubungan dengan penggunaan AKDR yaitu faktor sikap, usia, tingkat pendidikan, dan partisipasi suami. Oleh karena itu peneliti menyarankan perlunya dilakukan penelitian sejenis dengan meneliti variabel-variabel lain yang diduga berhubungan dengan penggunaan AKDR yang tidak diteliti dalam penelitian ini serta perlu dilakukan analisa multivariat untuk melihat faktor yang paling dominan dan mempengaruhi kontribusinya antara variabel independen terhadap dependen.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, Richi. “ faktor-faktor yang berhubungan dengan status pemakaian alat kontrasepsi pada pasangan usia subur di Puskesmas Pancoran Mas Depok”. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2010 Annisa, Rahma. “Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pemilihan Kontrasepsi Non IUD Pada Akseptor KB Wanita Usia 20-39 Tahun”. Arikel Ilmiah. Fakultas Kedoktran Universitas Diponegoro. Semarang. 2011 Arikunto, S. “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik”. Jakarta: Rineka Cipta. 2006 Azwar, S. “Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. 2009 Bobak, Lowdermik, & Jensen. “Buku Ajar Keperawatan Maternitas”. Edisi 4. Jakarta: EGC. 2004 Brooker, Chris. “Ensiklopedia keperawatan”. Cetakan 1. Jakarta; EGC. 2009 Brunner & Suddarth. “Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah”. Edisi 8. Volume 2. Jakarta: EGC. 2001 BKKBN. “Kebijakan Teknis Penanggulangan Masalah Kesehatan Reproduksi Melalui Program KB Nasional”. Jakarta. 2011 BKKBN. “Program KB di http://www..bkkbn..go.id
Indonesia”.
2008.
Diambil
dari
BKKBN. “Tingkat dan Perkembangan Pemakaian Aalt Kontrasepsi Menurut Parameter Demografi Sosioekonomi di Indonesia Tahun 1994-1997”. Jakarta. 1999 Budiman, Chandra. “Ilmu Kedokteran Pencegahan Dan Komunitas”. Cetakan 1. Jakarta: EGC. 2009 Darmani, Endang Herliyanti. “Hubungan Antara Pemakaian AKDR Dengan Kandidiasis Vagina Di RSUP Dr. Pirngadi Medan”. Jurnal. Bagian Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. USU Digital Library. 2003 Djajadilaga, dkk. “Langkah-Langkah Praktis Peket Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial di Tingkat Pelayanan Dasar”. Edisi 2. Jakarta. Pusat kesehatan reproduksi FKUI. 2007 85
86
EPO. “Alat kontrasepsi dalam rahim atau intra uterine device (IUD)”. 2008 di akses di http://pikas.bkkbn.go.id/jabar/program_detail.php?prgid=2 Everett, Suzanne. “Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita”. Edisi 2. Jakarta: EGC. 2010 Farrer, Helen. “Perawatan Maternitas”. Edisi 2. Jakarta: EGC. 2001 Fiona. “Hubungan Faktor Sosio Demografi, Sosio Psikologi, dan Pelayanan KB Terhadap Keikutsertaan KB di Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung”. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara. 2006 Geri morgan and Carole Hamilton. “Obstetri dan ginekologi : panduan praktik”. Edisi 2. Cetakan 1. Jakarta : EGC. 2009 Gupte, Suraj. “Panduan Perawatan Anak”. Edisi 1. Jakarta: Pustaka Populer Obor. 2004 Hartanto, Hanafi. “Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi”. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 2004 Hanafiah, TM. “Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)”. Volume 1. Jurnal keperawatan Rufaidah Sumatera Utara. 2005 Hidayat, Alimul Aziz. “Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data”. Jakarta: Salemba Medika. 2007 Imbarwati. “Beberapa Faktor Yang Berkaitan Dengan Penggunaan KB IUD Pada Peserta KB Non IUD Di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang”. Tesis. Semarang. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. 2009 Juliantoro, D. “30 Tahun Cukup Keluarga Berencana dan Hak Konsumen”. Jakarta. 2000 “Laporan umpan balik pelayanan kontrasepsi bulan agustus 2011” http:///www.bkkbn.go.id di akses tanggal 7 November 2011 jam 14.20 Lina marliyah, dkk. “persepsi terhadap dukungan orang tua dan pembuatan keputusan karir remaja”. Jurnal provitae. Fakultas psikologi universitas tarumanegara Jakarta. 2004 www.bappenas.go.id/get-file“Keluarga Berencana” diambil dari server/node/7082/ diakses tanggal 19 April 2012 jam 12.09 Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. “Profil Kesehatan Indonesia 2010”. Jakarta: Pusat Data dan Informasi. 2011
87
Kusumaningrum, Radita. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Kontrasepsi Yang Digunakan Pada Pasangan Usia Subur”. Skripsi. Semarang. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. 2009 Kusuma, Kelana Dharma. “Metodologi Penelitian Keperawatan (Panduan Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian)”. Jakarta: Trans Info Media. 2011 Leveno, Kenneth J. et all. “Obstetric Williams: Panduan Ringkas”. Edisi 21. Jakarta: EGC. 2009 Mamik, dkk. “Pengetahuan WUS Tentang Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Ditinjau Dari Usia, Pendidikan, Pekerjaan, dan Paritas”. Buletin Penelitian. RSU Dr Soetomo. Vol 10. 2008 Manuaba, ida ayu chandradinata. “Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita”. Cetakan 1. Jakarta: EGC. 2009 Medias Imroni, dkk. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Implan di Desa Parit Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir”. Jurnal. 2009 Mulastin. “Hubungan Sikap Ibu Tentang Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim di RSIA Kumalasiwi Pecangaan Kabupaten Jepara”. Jurnal Penelitian. 2010 Nasution, Sri Lilestina. “Analisis Lanjut 2011: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan MKJP Di Enam Wilayah Indonesia”. Pusat Penelitian Dan Pengembangan KB Dan Keluarga Sejahtera Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional. 2011 Nasution, Yanti. “Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Keikutsertaan Wanita Pasangan Usia Subur Dalam Penggunaan Kb IUD di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan”. Skripsi. Sumatera Utara. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 2010 Notoatmodjo, Soekidjo. “Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan”. Jakarta: Rineka Cita. 2003 Notoatmodjo, Soekidjo. “Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi”. Cetakan kedua. Jakarta: Rineka Cipta. 2010 Nursalam. “Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan”. Surabaya: Salemba Medika. 2008 Pinem, saroha. “Kesehatan Reproduksi Dan Kontrasepsi”. Cetakan 1. Jakarta: Trans Info Media . 2009
88
Pendit, Brahm. “Ragam Metode Kontrasepsi”. Alih bahasa Wulansari, Hartanto. EGC, Jakarta. 2006 Purba, Junita Tatarini. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi Pada Istri PUS Di Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu”. Tesis. Universitas Sumatera Utara. Medan. 2009 Saifuddin, Abdul Bari. “Perilaku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi”, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. 2003 Saifuddin, Abdul Bari. “Buku Panduan Pelayanan Kontrasepsi”. Edisi 2. Jakarta: yayasan bina sarwono prawirohardjo. 2006 Sarwono, S. “Sosiologi Kesehatan : Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya”, Cetakan 4. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 2007 Schwartz, M. William. “Pedoman Klinis Pediatri”. Jakarta. EGC. 2004 Setya Arum. “Panduan Lengkap Keluarga Berencana Terkini”. Edisi 2. Jogjakarta: Press. 2009 Sinclair, Constance. “Buku Saku Kebidanan”. Jakarta: EGC. 2009 Suratun. “Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi”. Jakarta: trans info media. 2008 Suwignyo Siswosuharjo dan Fitria Chakrawati. “Panduan Super Lengkap Hamil Sehat”. Cet 1. Jakarta: Penebar plus. 2010 Staf pengajar departemen farmakologi fakultas kedokteran universitas sriwijaya. “Kumpulan Kuliah Farmakologi”. Edisi 2. Jakarta: EGC. 2009 Simbolon, Desnal. “Analisis Faktor – Faktor Yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Pil KB Pada Akseptor KB di Desa Pandiangan Kecamatan Lae Parira Kabupaten Dairi”. Skripsi. Sumatera Utara: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 2010 Umiyani, Sri. “faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi pada peserta KB aktif di Desa Rejo Katon Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur”. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2010 Winda, Nova. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu Menggunakan Metode Kontrasepsi AKDR Di Desa Kedai Damar Kecamatan Tebing Tinggi”. Skripsi. Sumatera Utara: Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. 2011
89
Winarni, dkk. “Partisipasi Pria Dalam Ber-KB”. Puslitbang KB-KR, BKKBN. 2007 www.depdagri.go.id/media/documents/.../10/29/UU_No.52-2009 diakses tanggal 9 april 2012 jam 05.53
KEMEIYTERIAN AGAMA IJNN|ERSITAS ISLAM NEGERI ( I]IN ) SYARIF IIIDAYATI]LLAH JAKARTA EAK[ILTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEIIATAN Telr. L
Ksrtamtrki
Pi,qsa Cipd,
15419
Tesetug
W€hsile
Sclalan
|
(62 2t) 747t6'lta
iakatt4
Nomo.
: Un.0l.4l0LM.012J c@ D0l2 l,ampira[ : : PermohoaeE Studi Perdatruluan Ital
Fd:
(62-21)7404985
:w-uinjtiacjd E-mil: fl:,
[email protected]
\& Maxetzol2
Kepada Yang Terhodat, Kepala Suku Dinas Kes€hatan Kota Adminishasi Jakarta Timur
I.
latircgara Ba.ar No. 142
di .Iakarta Timur-13310
Assalamu'alaikuE Wr. Wb.
Dalan mngka penyelemian tugas akdir perkuliahan mahasiswa dipe !k, p€DyrsnraD Skripsi yang be{Udul "Fakror-laktor Yarg Mempengaruhi Petrggmaan Alat Kodrasepsi Dalam Rahim di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Gedong Jakarta" Maka diperluhn data cakupan KB di !dla).ah ,akaxta Timur. Sehubungan deigan itu kami mohon diberikan izin melabanakat shrdi pendahuluaa atas nama :
Nama
:
Dewi fatirmh
NIM
:
108 104000024
:
Vlll
Prosram Fakultas
Studi : Ilmu
Keperalaalan
: Kedolitera. dan
Ilnu
Kes€hatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Demikian atas perhatian dan bantuatr saudam kami ucapkan terima kssih.
Waslrlsmu'tlaikum Wr. Wb. A-n- Dekan
Ternbusan:
Dekan
FKIK
PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS KESEHATAN SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR Jl. Mahaman Raya No.2'18. Telp.921 8192202 Fax.02'l 8506319
JAKARTA
No
./KA
+{€l
lz:in
Lamp: :
h.772.2
KodE Pos : 13310
/4-Febtuai 2012
Sirdi P€ndahuluan
Yth.
l\renfa\,raE
Kepada Dekan Fak. Kedolderan dan llmu Kesehalan Universitas lslam Negeri Syarif Hidayatullah di Jakarta
suraf Sau ara t-nggal
3u
D€sernter
20f1 Fl-om-I:
Un.o1/Fl 0/KM.0'1.2/54181201 1 Hal : lzin Study Pendahuluan, bagi mahasiswa Program Studi llmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan llmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah dengan judul : Faktor - faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahinf diWilayah Jakarta Timur. Maka dengan inikami sampaikan halhal sebagai berikut: Pada prinsipnya kami tidak keberatan alas permohonan Saudara yang akan dilaksanakan di Wilayah Jakarta Timur mulai pada tanggal Februari- Maret 2012 dengan mengikuti semua aturan yang berlaku pada Puskesmas iersebut Lahan yang kami berikan untuk melaksanakan kegiatan tersebut adalah Puskesmas Kecamatan Pasaa Rebo dan segera menghubungi Koordinatgr Diklit pada Puskesmas teEebut dengan melampirkan EI9p993! yang dimaksud Melaporkan kembali hasil pelaksanaan kegiatan tersebut kepada Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, dengan
[email protected]!_tgg!3ts!. : Dewi Fatimah Nama mahasiswa NIM :108104000024
1.
2.
3. 4.
Demiklan kami sampaikan, atas perhatian dan kerja samanya diucapkan terima kasih.
/r,:;-1
SUKU DINAS KESEHATAN TAN JAKARTA TIMUR
["\
t':'i,rcrr Tembusan : Kepada Yth. 1 . Ka. Puskesmas Kecamalan Pasar Rebo
SIWININGSIH WALUJATI 151983032004
KEMENIERIANAGAMA I'NTVERSITAS ISLAM NEGERI ( I]IN) SYARIF HIDAYATTJLLAH JAKARTA FAI(UI._TAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
I TI-
1r!l t Jt.
KdrlrDu&i No-
5
Pisge
felp.
Ct urat 15419
website
, (62-21J 7411611A :
'w_uirjlr.&jdi
Fu,
(6121)14049A5
E-mn :
[email protected]
Ciputat, 7oOkober 20l2
Nomor : Un.0tE10KM.0l2l lo/2012 Lampiran : -
Hsl
: PeroohoDatr Izin PenelitiaD Kepada Yang Terhormat, Kepala Suku DINKES Kota Adflinishasi Jakarta Tirnur Jl. Jatinegara Bamt No. 142
di Jakarta Timur- I 33
l0
AssrlaEtr'alrikum Wr. Wb. Dalam rangka penyelesaian tugas akhir perkuliahan mahasiswa diperlukaa peryusunan Skripsi yarg be{udul 'Faktor-lik or YaDg Berhuhmgan Dengatr Pengguaan Alat Kontras€psi Dalam Rahim di Wilayafi Kerja Puskesmas Kecamat4n Pasar Rebo". Sehubungan dengan p€nelitian atas nama :
itu kami mohon diberikan izh
Nama
Dervi Falima&
NIM
108 104000024
Semester
D(
Program Studi
Ilnu Keperawatan
Fak ltas
Kedokterad darl IImu Kesehatan UIN Syarif
Eelaksaoakan
Hidaliatullah Jakada
Demikian atas perhatiaa dan bantuan saudara kaini ucapkan terima kasih
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Widiajakusumah, AIF, PFK Tembusan: Dekan FKIK
PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS KESEHATAN SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR Jl. Matraman Raya No.218. Telp.021 8'192202Fax.021 8506319
JAKARTA
,7P*
No Lamp. Hal : Magang Untuk Peni,usunan Skripsi
0 Yth.
lGde Pos : 13310
Norflnbet 2012
Kepada Dekan Univ. lslam Negeri(UlN) SYARIF HIDAYATU LLAH JAKARTA Fak. Kedokteran dan llmu Kesehatan Jl. Kertamukti No. 5 Pisangan Ciputat Di Tangerang
Berdasarkanpermohonansaudaratanggal30oktober2o12Nomor Un.01lF1OlKit.01,2l24O7l2012 Hal : Magang untuk Penyusunan Skripsi, bagi mahasiswa program Studi llmu Keperawatan Universitas lslam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judu! . FiKor -.faKor yang berhubungan dengan Penggunaan AIat Kontrasepsi dalam Rahim " diwiiayah Jakarta Timur. Maka dengan ini kami samparkan hal-hal sebagai bBrikui : 1. P€da prinsipnya kami dak keberatan atas permohonan saudara yang akan dilakasanakan di wilayah Jakarta Timur pada 12 - 16 Nopember 2012 dengah mlngikuti semua aturan yang berlaku pada puskesmas tersebut. 2. Apabila dalam pelaksanaan kegiatan terjadi mat praktik yang diakibdkan dari tiodakan yalg lFaf sesuai dengan SOP ( Standart Opersional prcsedur ) oleh mahasiswa / institusi dan terjadi penuntutan dai pihak pasien yang dirugikan, maka hal itu merupakan tanggung jawab mahasiswa dan institusi. 3. Lahan binaan yang kami berikan untuk melaksanakan kegiatan tersebut adalah Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo serta segera menghubungt koordinator Diklit pada Puskesmas teEebut dengan Eg&I[BitgLEI9nE! Kegiatan 4. Melaporkan kembali tlasil pelaksanaan kegiatan tersebut kepada Suku Dinas Kesehaian Jakarta Timurda,am bentuk Laporan Kooiatan. 5. Seliap Mahasiswa yang melaksanakan kegiatan atau pEKek tapangan di puskesmas, diwajikan membayar Retril'usi sesuai dengan peraturan Gubemur Nomor. 6g tahun 2012 langgal 26 Juni 201 2 tentang fart pelayanan Kesehalan MasyaEkat 6. Nama mahasiswa : Dewi Fatimah NIA :108'104000024
/
pusat
Demikianlah kami sampaikan, atas perhalian dan kerjasmanya diucapkan terima kasih. DINAS KESEHATAN UR
MARS 5'l 99003'l 005
Tembusan : 1. Ka. Puskesmas Kec. Pasar Rebo
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN PASAR REBO
Assalamualaikum.WR. WB
Saya mahasiswa Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang ”FaktorFaktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo”. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir (skripsi) di FKIK UIN Jakarta. Untuk itu saya mohon kepada Ibu untuk bersedia meluangkan waktunya menjadi responden dalam penelitian ini. Data Ibu dalam kuesioner ini akan dijaga kerahasiaannya, sehingga kejujuran Ibu dalam menjawab kuesioner ini akan sangat saya hargai. Terimakasih banyak atas bantuan dan kerjasama Ibu untuk peran sertanya dalam studi saya. Wassalamualaikum.WR. WB
Hormat Saya, Peneliti
(Dewi Fatimah)
Responden
(
)
LEMBAR KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN PASAR REBO
No. Kuesinoer
:
Tanggal pengisian
:
(diisi peneliti)
PETUNJUK PENGISIAN 1. Pilihlah salah satu jawaban sesuai dengan pendapat anda dan berilah tanda cek list () 2. Keterangan jawaban: STS
: sangat tidak setuju
TS
: tidak setuju
S
: setuju
SS
: sangat setuju
3. Semua pertanyaan harus dijawab dengan jujur dan benar 4. Jika ada yang kurang dimengerti dapat dipertanyakan kepada peneliti
A. DATA UMUM RESPONDEN 1. Nama Ibu (inisial)
:
2. Umur
:
3. Pendidikan terakhir
:
4. Apakah menggunakan AKDR
:
Ya Tidak
5. Jika tidak menggunakan AKDR, alat kontrasepsi yang digunakan sekarang adalah : a. Pil b. Suntik c. Implant (susuk) d. Kondom e. Steril (tubektomi) f. Lain-lain, sebutkan…… 6. Berapakah biaya yang Ibu keluarkan untuk penggunaan atau pemasangan alat kontrasepsi yang Ibu gunakan sekarang ? sebutkan Rp……. 7. Berapa lamakah Ibu menggunakan alat kontrasepsi yang sekarang ? Sebutkan…..
B. Variabel Pengetahuan No
Pertanyaan Penelitian
Jawaban Pertanyaan Benar
1.
Keluarga Berencana (KB) adalah usaha-usaha yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun individu untuk mengatur
jarak
kehamilan
atau
kelahiran
dengan
menggunakan alat atau metode kontrasepsi. 2.
AKDR adalah alat kontrasepsi berbentuk spiral yang dimasukkan ke dalam rahim, terbuat dari bahan plastik dan tembaga yang dipasang oleh dokter atau bidan terlatih.
3.
AKDR bisa dipasang di bagian tangan atas
4.
Waktu pemasangan AKDR dapat dilakukan saat sedang haid berlangsung atau segera setelah melahirkan, dalam 48 jam pertama (2 hari) atau setelah empat minggu pasca melahirkan.
5.
AKDR dapat digunakan selama 5-10 tahun.
6.
Keuntungan menggunakan AKDR yaitu darah haid menjadi lebih banyak.
7.
Kerugian dari menggunakan AKDR adalah menimbulkan rasa sakit atau nyeri saat pemasangan.
8.
Ibu menyusui boleh menggunakan AKDR
9.
Peningkatan berat badan merupakan salah satu efek samping dari penggunaan AKDR.
10.
Ibu yang baru keguguran dan tidak memiliki infeksi penyakit menular dapat menggunakan AKDR.
Salah
C. Variabel Sikap No
Pertanyaan Penelitian
Jawaban Pertanyaan SS
1.
S
TS
STS
Saya memilih AKDR sebagai alat kontrasepsi jangka panjang
2.
Menurut saya, menggunakan AKDR dapat mencegah kehamilan
3.
Menurut saya, tidak ada rasa sakit atau nyeri saat pemasangan AKDR
4.
Saya merasa malu saat dipasang AKDR
5.
Menurut saya, efek samping menggunakan AKDR lebih banyak daripada alat kontrasepsi lain.
6.
Menurut saya, AKDR adalah alat kontrasepsi yang aman digunakan.
7.
Saya merasa nyaman menggunakan AKDR
8.
Menurut saya, penggunaan AKDR lebih praktis daripada alat kontrasepsi lainnya..
9.
Saya tertarik untuk menggunakan AKDR
D. Variabel Pelayanan KB No
Pertanyaan Penelitian
Jawaban Pertanyaan SS
1.
Pelayanan KB disediakan di daerah tempat tinggal saya.
2.
Jarak pelayanan KB jauh dari rumah saya.
3.
Pemasangan AKDR dapat dilakukan di pelayanan KB di daerah tempat saya tinggal.
4.
AKDR diberikan secara gratis.
5
Fasilitas pelayanan KB yang disediakan memuaskan.
S
TS
STS
6.
Sikap petugas kesehatan di pelayanan KB tersebut memuaskan.
7.
Saya mendapat penyuluhan tentang AKDR di pelayanan KB tersebut.
8.
Informasi yang diberikan petugas kesehatan cukup jelas.
9.
Tempat
pelayanan
KB
menganjurkan
saya
untuk
menggunakan AKDR.
E. Variabel Partisipasi Suami No
Pertanyaan Penelitian
Jawaban Pertanyaan SS
1.
Suami saya setuju dengan alat kontrasepsi yang sekarang saya gunakan.
2.
Suami saya mendukung saya untuk menggunakan alat kontrasepsi.
3.
Suami saya turut serta dalam konseling pemilihan alat kontrasepsi.
4.
Suami saya turut serta dalam menentukan alat kontrasepsi yang ingin saya gunakan.
5.
Suami saya setuju dengan pilihan saya menggunakan AKDR.
6.
Suami Saya mengeluhkan efek samping dari penggunaan AKDR.
7.
Suami saya mengeluh saat berhubungan karena alat kontrasepsi yang saya gunakan.
8.
Suami saya melarang saya untuk menggunakan AKDR.
9.
Suami saya tidak bersedia ikut terlibat dalam pemilihan alat kontrasepsi yang akan saya gunakan.
10.
Suami saya suka mendiskusikan tentang alat kontrasepsi yang saya gunakan.
S
TS
STS
UJI VALIDITAS dan RELIABILITAS 1. Scale: ALL VARIABLES (PENGETAHUAN)
Case Processing Summary N Valid Cases
Excluded
a
% 30
100.0
0
.0
Total 30 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
.791
N of Items
10
Item Statistics Mean P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10
.93 .97 .97 .97 .97 .93 .87 .97 .83 .80
Std. Deviation .254 .183 .183 .183 .183 .254 .346 .183 .379 .407
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9
8.27 8.23 8.23 8.23 8.23 8.27 8.33 8.23 8.37
1.995 2.254 2.461 2.254 2.254 2.202 1.885 2.254 1.689
.629 .407 .028 .407 .407 .324 .533 .407 .688
.753 .780 .809 .780 .780 .788 .764 .780 .738
P10
8.40
1.559
.774
.722
Scale Statistics Mean 9.20
Variance 2.510
Std. Deviation 1.584
N of Items 10
2. Scale: ALL VARIABLES (SIKAP)
Case Processing Summary N Valid
% 30
100.0
a
Cases
Excluded 0 .0 Total 30 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.817
9
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
S1
3.03
.850
30
S2
3.10
.759
30
S3
2.60
.894
30
S4
3.00
.830
30
S5
3.03
.890
30
S6
3.03
.850
30
S7
2.90
.923
30
S8
2.90
.845
30
S9
2.83
.874
30
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9
Scale Variance Corrected Itemif Item Deleted Total Correlation
23.40 23.33 23.83 23.43 23.40 23.40 23.53 23.53 23.60
19.145 19.954 20.764 20.599 20.869 18.593 18.189 19.085 19.214
.589 .549 .330 .393 .319 .673 .662 .604 .558
Scale Statistics Mean
26.43
Variance
Std. Deviation
N of Items
24.254
4.925
9
Cronbach's Alpha if Item Deleted
.790 .796 .822 .813 .823 .780 .780 .788 .794
3. Scale: ALL VARIABLES (PELAYANAN KB)
Case Processing Summary N Valid
% 30
100.0
Excludeda 0 .0 Total 30 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Cases
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
.764
N of Items
9
Item Statistics Mean Std. Deviation PK1 PK2 PK3 PK4 PK5 PK6 PK7 PK8 PK9
3.53 3.27 3.23 3.17 3.10 2.77 2.80 3.13 3.40
.507 .785 .626 .747 .712 .679 .714 .629 .563
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted PK1 PK2 PK3 PK4 PK5 PK6 PK7 PK8 PK9
24.87 25.13 25.17 25.23 25.30 25.63 25.60 25.27 25.00
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
9.913 9.637 10.626 10.461 10.217 9.895 10.179 10.202 10.552
Cronbach's Alpha if Item Deleted
.737 .466 .369 .312 .395 .508 .402 .480 .452
Scale Statistics Mean 28.40
Variance 12.524
Std. Deviation
N of Items
3.539
9
.710 .740 .753 .765 .751 .733 .750 .738 .742
4. Scale: ALL VARIABLES (PARTISIPASI SUAMI)
Case Processing Summary N Cases
%
Valid
30
100.0
Excludeda Total
0 30
.0 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.862
10
Item Statistics Mean PS1 PS2 PS3 PS4 PS5 PS6 PS7 PS8 PS9 PS10
3.07 3.10 2.90 2.97 2.93 2.87 2.93 2.90 2.80 2.77
Std. Deviation .691 .662 .759 .669 .828 .776 .740 .845 .714 .728
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted PS1 PS2 PS3 PS4 PS5 PS6 PS7 PS8 PS9 PS10
26.17 26.13 26.33 26.27 26.30 26.37 26.30 26.33 26.43 26.47
Scale Variance if Item Deleted 20.833 20.326 19.195 20.754 19.045 20.861 20.148 21.126 19.495 21.085
Corrected Item-Total Correlation .532 .654 .736 .569 .684 .452 .598 .364 .739 .457
Scale Statistics Mean 29.23
Variance 24.668
Std. Deviation 4.967
N of Items 10
Cronbach's Alpha if Item Deleted .852 .843 .835 .850 .839 .859 .847 .869 .835 .858
ANALISA UNIVARIAT
1. Pengguna AKDR
Statistics AKDR Valid
110
N Missing
0
Mean
.50
Median
.50 0a
Mode Std. Deviation
.502
AKDR Frequenc Percent y
Valid
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak menggunakan AKDR
55
50.0
50.0
50.0
menggunakan AKDR
55
50.0
50.0
100.0
110
100.0
100.0
Total
2. Variabel Pengetahuan
Statistics Pengetahuankat Valid
110
N Missing
0
Mean
1.40
Median
1.00
Mode
2
Std. Deviation
.638
Pengetahuankat Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
kurang baik
9
8.2
8.2
8.2
cukup baik
48
43.6
43.6
51.8
baik
53
48.2
48.2
100.0
Total
110
100.0
100.0
3. Variabel Sikap
Statistics Sikap Valid
110
N Missing
0
Mean
25.71
Median
25.50
Mode
25
Std. Deviation
3.922
Sikapkat Frequenc y
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
sikap negative
55
50.0
50.0
50.0
sikap positif
55
50.0
50.0
100.0
110
100.0
100.0
Total
4. Variabel Usia
Statistics Usia Valid
110
N Missing Mean
0 .84
Median
1.00
Mode
1
Std. Deviation
.372
usia Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
< 30 tahun
18
16.4
16.4
16.4
Valid > 30 tahun
92
83.6
83.6
100.0
110
100.0
100.0
Total
5. Variabel Tingkat Pendidikan
Statistics Pendidikan Valid
110
N Missing
0
Mean
3.09
Median
3.00
Mode
3
Std. Deviation
.830
pendidikan Frequenc y
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
sekolahn dasar
8
7.3
7.3
7.3
sekolah lanjutan tingkat pertama
9
8.2
8.2
15.5
Valid sekolah lanjutan tingkat atas
58
52.7
52.7
68.2
perguruan tinggi
35
31.8
31.8
100.0
110
100.0
100.0
Total
6. Variabel Pelayanan KB
Statistics Pelayanan Valid
110
N Missing
0
Mean
26.49
Median
26.00
Mode
25
Std. Deviation
2.988
pelayanankat Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak tersedia
47
42.7
42.7
42.7
Tersedia
63
57.3
57.3
100.0
110
100.0
100.0
Total
7. Variabel Partisipasi Suami Statistics Partisipasi Valid
110
N Missing
0
Mean
29.07
Median
29.00
Mode
30
Std. Deviation
4.334
partisipasikat Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak mendukung
54
49.1
49.1
49.1
mendukung
56
50.9
50.9
100.0
110
100.0
100.0
Total
ANALISA BIVARIAT
1. Variabel Pengetahuan Case Processing Summary Cases Valid N pengetahuankat * AKDR
Missing
Percent
110
N
100.0%
Total
Percent 0
0.0%
N
Percent
110 100.0%
pengetahuankat * AKDR Crosstabulation Count AKDR tidak menggunakan AKDR kurang baik pengetahuankat
Total
Total
menggunakan AKDR
7
2
9
cukup baik
25
23
48
Baik
23
30
53
55
55
110
Chi-Square Tests Value
Asymp. Sig. (2-sided)
df
Pearson Chi-Square
3.786a
2
.151
Likelihood Ratio
3.953
2
.139
Linear-by-Linear Association
3.214
1
.073
N of Valid Cases
110
2. Variabel Sikap
Case Processing Summary Cases Valid N sikapkat * AKDR
Missing
Percent
110
N
Total
Percent
100.0%
0
0.0%
N
Percent
110
100.0%
sikapkat * AKDR Crosstabulation Count AKDR tidak menggunakan AKDR sikap sikapkat negative sikap positif Total
Total
menggunakan AKDR
39
16
55
16
39
55
55
55
110
Chi-Square Tests Value
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1(2-sided) sided) sided)
df
Pearson Chi-Square
19.236a
1
.000
Continuity Correctionb
17.600
1
.000
Likelihood Ratio
19.840
1
.000
Fisher's Exact Test
.000
Linear-by-Linear Association
19.061
N of Valid Cases
110
1
.000
Risk Estimate Value
95% Confidence Interval Lower
Upper
Odds Ratio for sikapkat (sikap negatif / sikap positif)
5.941
2.609
13.529
For cohort AKDR = tidak menggunakan AKDR
2.438
1.560
3.807
For cohort AKDR = menggunakan AKDR
.410
.263
.641
N of Valid Cases
110
.000
3. Variabel Usia
Case Processing Summary Cases Valid N usia * AKDR
Percent
110
100.0%
Missing N
Total
Percent 0
0.0%
N
Percent
110
100.0%
usia * AKDR Crosstabulation AKDR
Count < 30 tahun % within usia
Total
tidak menggunakan AKDR
menggunak an AKDR
15
3
18
83.3%
16.7%
100.0%
40
52
92
43.5%
56.5%
100.0%
55
55
110
50.0%
50.0%
100.0%
Usia Count > 30 tahun % within usia Count Total
% within usia
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1(2-sided) sided) sided)
df
9.565a
1
.002
8.037
1
.005
10.303
1
.001
Fisher's Exact Test
.004
Linear-by-Linear Association
9.478
N of Valid Cases
110
1
.002
Risk Estimate Value
95% Confidence Interval Lower
Upper
Odds Ratio for usia (< 30 tahun / > 30 tahun)
6.500
1.760
24.002
For cohort AKDR = tidak menggunakan AKDR
1.917
1.404
2.617
For cohort AKDR = menggunakan AKDR
.295
.103
.841
N of Valid Cases
110
.002
4. Variabel Tingkat Pendidikan Case Processing Summary Cases Valid N pendidikan * AKDR
110
Missing
Percent 100.0%
N
Total
Percent 0
N
0.0%
110
Percent 100.0%
pendidikan * AKDR Crosstabulation AKDR tidak menggunakan AKDR Count sekolahn dasar
% within pendidikan Count
sekolah lanjutan tingkat pertama pendidika n
% within pendidikan Count
sekolah lanjutan tingkat atas
% within pendidikan Count
perguruan tinggi
% within pendidikan Count
Total
% within pendidikan
Total
menggunakan AKDR
3
5
37.5%
62.5%
8
1
88.9%
11.1%
37
21
63.8%
36.2%
7
28
20.0%
80.0%
55
55
50.0%
50.0%
8 100.0% 9 100.0% 58 100.0% 35 100.0% 110 100.0%
Chi-Square Tests Value
Asymp. Sig. (2sided)
df
22.958a
3
.000
Likelihood Ratio
24.667
3
.000
Linear-by-Linear Association
7.601
1
.006
N of Valid Cases
110
Pearson Chi-Square
5. Variabel Pelayanan KB
Case Processing Summary Cases Valid N pelayanankat * AKDR
110
Missing
Percent
N
Total
Percent
100.0%
0
0.0%
N
Percent
110
100.0%
pelayanankat * AKDR Crosstabulation Count AKDR tidak menggunakan AKDR
Total
menggunakan AKDR
tidak tersedia
24
23
47
tersedia
31
32
63
55
55
110
pelayanankat Total
Chi-Square Tests Value
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1(2-sided) sided) sided)
df
Pearson Chi-Square
.037a
1
.847
Continuity Correctionb
.000
1
1.000
Likelihood Ratio
.037
1
.847
Fisher's Exact Test
1.000
Linear-by-Linear Association
.037
N of Valid Cases
110
1
.848
Risk Estimate Value
95% Confidence Interval Lower
Upper
Odds Ratio for pelayanankat (tidak tersedia / tersedia)
1.077
.506
2.293
For cohort AKDR = tidak menggunakan AKDR
1.038
.713
1.511
For cohort AKDR = menggunakan AKDR
.963
.659
1.409
N of Valid Cases
110
.500
6. Variabel Partisipasi Suami
Case Processing Summary Cases Valid N partisipasikat * AKDR
110
Missing
Percent
N
100.0%
Total
Percent 0
N
0.0%
Percent
110
100.0%
partisipasikat * AKDR Crosstabulation Count AKDR tidak menggunakan AKDR
Total
menggunakan AKDR
tidak partisipasikat mendukung
41
13
54
mendukung
14
42
56
55
55
110
Total
Chi-Square Tests Value
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1(2-sided) sided) sided)
df
28.519a
1
.000
Continuity Correctionb
26.518
1
.000
Likelihood Ratio
29.902
1
.000
Pearson Chi-Square
Fisher's Exact Test
.000
Linear-by-Linear Association
28.259
N of Valid Cases
110
1
.000
Risk Estimate Value
95% Confidence Interval Lower
Upper
Odds Ratio for partisipasikat (tidak mendukung / mendukung)
9.462
3.968
22.560
For cohort AKDR = tidak menggunakan AKDR
3.037
1.883
4.898
For cohort AKDR = menggunakan AKDR
.321
.195
.528
N of Valid Cases
110
.000