FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN KALIDERES TAHUN 2015
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Oleh : Ismi Dzalva Alfiah NIM: 1111101000057
PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M/ 1436 H
0
i
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PROMOSI KESEHATAN Skripsi, Juli 2015 Ismi Dzalva Alfiah, NIM : 1111101000057 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015 xiii + 116 halaman, 2 gambar, 32 tabel, 3 lampiran ABSTRAK Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dapat menimbulkan permasalahan kependudukan, dan merupakan penyebab tidak langsung terhadap peningkatan AKI. Berdasarkan hasil SDKI tahun 2012, penggunaan kontrasepsi di Indonesia didominasi oleh penggunaan kontrasepsi jenis suntik (34,3%) dan pil (13,9%). Akan tetapi penggunaan kontrasepsi tersebut memiliki angka putus pakai yang cukup tinggi dibandingkan dengan alat/ cara kontrasepsi modern lainnya yaitu 40,7% pada jenis pil dan 24,7% pada kontrasepsi jenis suntik. Dalam mengantisipasi kemungkinan putus pakai alat/ cara kontrasepsi dan untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk, maka program KB Nasional di Indonesia lebih diarahkan kepada pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Kecamatan Kalideres merupakan wilayah yang memiliki penduduk kedua terbanyak dengan jumlah bayi lahir hidup tertinggi, namun proporsi peserta KB aktif pengguna MKJP berada pada posisi yang rendah yaitu 17,66%. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres tahun 2015. Penelitian menggunakan desain cross sectional dengan pengambilan sampel secara systematic random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah 90 orang akseptor KB. Hasil penelitian uji statistik menggunaan uji chi square pada ∝ = 5% menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara kepercayaan (p = 0.007, OR = 7.759) dan keterampilan terkait kontrasepsi (p = 0.002, OR = -) dengan penggunaan MKJP. Sementara variabel pengetahuan (OR = 0.683), sikap (OR = 1.231), keterpaparan informasi kontrasepsi (OR = 0.298), dukungan suami (OR = -), dukungan teman (OR = -), dukungan tenaga kesehatan (OR = 1.286), serta dukungan pemimpin dalam komunitas (OR = 0.772) tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan penggunaan MKJP. Oleh karena itu, kepada Puskesmas Kecamatan Kalideres diharapkan mempertahankan dan meningkatkan keterampilan tenaga kesehatan terkait kontrasepsi, untuk akseptor KB diharapkan berperan aktif dalam setiap kegiatan yang berkaitan dengan kontrasepsi terutama MKJP serta kepada sektor terkait diharapkan meningkatkan pengetahuan masyarakat dan melakukan klarifikasi terhadap mitos mengenai MKJP. Kata Kunci: Keluarga Berencana, MKJP, Kecamatan Kalideres Daftar Bacaan : 40 (1980-2014)
ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES PUBLIC HEATH STUDY PROGRAM HEALTH PROMOTION Undergraduate Thesis, July 2015
Ismi Dzalva Alfiah, NIM: 1111101000057 Factors Associated with Long-Term Use of Contraceptive Methods in Kalideres sub-district Puskesmas 2015 xiii + 116 pages, 2 pictures, 32 tables, 3 attachments ABSTRACT Uncontrolled population growth can lead to problems of population and it can be the indirect cause of the increase in maternal mortality. Based on the results IDHS in 2012, the use of contraceptives in Indonesia is dominated by the use of injections (34.3%) and pill (13.9%). However, the use of contraceptives has the dropout use rate that are higher than other modern contraceptive method that is 40.7% on the type of pill and 24.7% on injection. In anticipating the dropout use of contraceptive method, and to control population growth, the national family planning program in Indonesia is directed to Long TermUse of Contraceptive Method (MKJP). Kalideres is a region which has the second largest population with the highest number of babies born alive, but the proportion of MKJP’s active users are at a low position (17.66%). The research objective was to determine the factors associated with long-term use of contraceptive methods in Puskesmas Kalideres 2015. The study used cross sectional design with systematic random sampling. The sample in this study were 90 acceptors. Results of the study used Chi-square test at α = 5% showed there is a significant relationship between confidence (p= 0.007, OR= 7.759) and related skills contraception (p= 0.002) with the use of MKJP. While knowledge (OR= 0.683), attitude (OR= 1.231), information exposure contraception (OR= 0.298), husband support, friend support, the support of health professionals (OR= 1.286), and the support of leaders in the community (OR= 0.772) have no significant relationship with the use of MKJP. Therefore, Puskesmas Kalideres expected to maintain and improve the skills of health workers related to contraception, family planning acceptors are expected to play an active role in every activity related to contraception especially MKJP, and to related sectors expected to increase community knowledge and do clarification on myths about MKJP. Keywords: Family Planning, Long Term Use of Contraceptive Methode, Puskesmas Kalideres Reading List: 39 (1980-2014)
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
PERSONAL DATA Nama
: Ismi Dzalva Alfiah
Tempat & Tanggal Lahir
: Bogor, 14 Agustus 1993
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status
: Belum Menikah
Kewarganegaraan
: WNI
Agama
: Islam
Nomor Hp
: 085695769577
Email
:
[email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
1999 – 2005
:SDI Muslimat
2005 – 2008
:SMP Negeri 45 Jakarta
2008 – 2011
:SMF DITKESAD
2011 – 2015
:UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim. Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat terselesaikannya skripsi yang berjudul “FaktorFaktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015”. Sholawat dan salam juga disampaikan kepada Rasulullah SAW, pembawa rahmat bagi semesta alam. Dalam kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph.D selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat sekaligus dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dalam penyusunan skripsi ini. 3. Bapak Dr. M. Farid Hamzens, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan dukungan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Ibu Raihana Nadra Al Kaff, SKM, M.MA., Ibu Yuli Amran, SKM, MKM., serta Ibu Febrina, SKM, M.Si selaku penguji skripsi yang telah memberikan arahan demi perbaikan dalam skripsi ini. 5. Bapak Dirhamul Nugraha selaku Kepala Kesbangpol Kota Administrasi Jakarta Barat, Ibu drg. R. Dewi Satiasari S, MKM selaku Kepala Suku Dinas Kota Administrasi Jakarta Barat, serta Bapak dr. Darus Sahmedi selaku vii
Kepala Puskesmas Kecamatan Kalideres yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian. 6. Ummi dan Abi dengan segala keikhlasan dan kesabarannya yang selalu mendoakan, memberikan cinta dan kasih sayang, serta memberi dukungan baik moril maupun materil. Jazakumullah ahsanal jaza. Terima kasih pula kepada kedua adikku, Farha dan Idan yang telah mendoakan, mendukung dan menghibur dikala jenuh dalam penyelesaian skripsi ini. 7. 18 sahabatku tempat berbagi suka dan duka, Promkes 2011. Terima kasih banyak atas segala dukungan dan doanya. Terima kasih atas kebersamaan yang takkan terlupa. Semoga kita semua sukses dunia – akhirat. 8. Teman-teman seperjuangan di Program Studi Kesehatan Masyarakat angkatan 2011, teman-teman Infernity serta teman-teman Qur’anic Generation. Semoga kesuksesan dan keberkahan selalu menghampiri. 9. Serta ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan skripsi ini. Hanya Allah yang dapat membalas segala kebaikan dengan sebaik baik balasan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak agar skripsi ini menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak. Jakarta, Juli 2015
Penulis
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. i ABSTRAK ............................................................................................................ ii PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... iv PERNYATAAN PERSETUJUAN PENGUJI .....................................................v DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ vi KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii BAB I
PENDAHULUAN ...........................................................................1 1.1 Latar Belakang ...........................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................5 1.3 Pertanyaan Penelitian .................................................................6 1.4 Tujuan Penelitian ......................................................................7 1.5 Manfaat Penelitian .....................................................................8 1.6 Ruang Lingkup Penelitian .........................................................9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................10 2.1 Program Keluarga Berencana ..................................................10 2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana .....................................10 2.1.2 Tujuan Keluarga Berencana ...........................................11 2.2 Alat Kontrasepsi .......................................................................11 2.2.1 Pengertian Kontrasepsi ...................................................11 2.2.2 Jenis-jenis Kontrasepsi ....................................................... 13 2.2.3 Mitos dan Fakta Seputar Kontrasepsi .............................. 13 2.3 Metode Kontrasepsi Jangka Panjang .......................................... 16 2.4 Konsep Perilaku ............................................................................. 23 2.5 Perilaku Kesehatan ........................................................................ 25 2.5.1 Faktor Predisposisi............................................................... 27 2.5.2 Faktor Pemungkin ................................................................ 30 2.5.3 Faktor Penguat...................................................................... 30 2.6 Penelitian Terdahulu Terkait Penggunaan MKJP ....................31 2.6.1 Pengetahuan .......................................................................... 31 2.6.2 Kepercayaan ......................................................................... 33 2.6.3 Sikap ...................................................................................... 33 2.6.4 Keterpaparan terhadap Informasi MKJP .......................... 34
ix
2.6.5 Keterampilan Terkait Kontrasepsi ..................................... 36 2.6.6 Dukungan Suami .................................................................. 36 2.6.7 Dukungan Teman ................................................................. 38 2.6.8 Dukungan Tenaga Kesehatan ............................................. 39 2.6.9 Dukungan Pemimpin dalam Komunitas ........................... 40 2.7 Kerangka Teori .............................................................................. 41 BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS ..................................................................................42 3.1 Kerangka Konsep ....................................................................42 3.2 Definisi Operasional.................................................................44 3.3 Hipotesis...................................................................................50
BAB IV
METODE PENELITIAN ............................................................51 4.1 Disain Penelitian ......................................................................51 4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ..................................................51 4.3 Populasi dan Sampel ................................................................52 4.4 Metode Pengumpulan Data ......................................................55 4.5 Instrumen Pengumpulan Data ..................................................56 4.6 Manajemen Data ......................................................................59 4.7 Analisis Data ............................................................................60
BAB V
HASIL ...........................................................................................62 5.1.Analisa Univariat ....................................................................62 5.2.Analisa Bivariat .......................................................................78
BAB VI
PEMBAHASAN ...........................................................................87 6.1.Keterbatasan Penelitian ............................................................87 6.2.Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................87 6.2.1 Penggunaan MKJP ......................................................87 6.2.2 Faktor Predisposisi ......................................................88 6.2.3 Faktor Pemungkin .......................................................98 6.2.4 Faktor Penguat ..........................................................102
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN ........................................................112 7.1 Simpulan ................................................................................112 7.2 Saran ......................................................................................113
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................115
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gambar 3.1
Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan ...........................41 Kerangka Konsep ...........................................................................43
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 4.1 Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 5.3 Tabel 5.4 Tabel 5.5 Tabel 5.6 Tabel 5.7 Tabel 5.8 Tabel 5.9 Tabel 5.10 Tabel 5.11 Tabel 5.12 Tabel 5.13 Tabel 5.14 Tabel 5.15 Tabel 5.16 Tabel 5.17 Tabel 5.18 Tabel 5.19 Tabel 5.20 Tabel 5.21 Tabel 5.22 Tabel 5.23 Tabel 5.24 Tabel 5.25 Tabel 5.26 Tabel 5.27 Tabel 5.28 Tabel 5.29
Definisi Operasional Variabel Dependen.......................................44 Definisi Operasional Variabel Independen ....................................45 Besar Sampel ..................................................................................55 Gambaran Penggunaan Alat Kontrasepsi pada akseptor KB ........62 Distribusi Penggunaan MKJP .......................................................63 Gambaran Pengetahuan Responden ..............................................63 Distribusi Pengetahuan Responden ...............................................65 Gambaran Kepercayaan Responden .............................................65 Distribusi Kepercayaan Responden ..............................................66 Gambaran Sikap Responden .........................................................67 Distribusi Sikap Responden ..........................................................69 Gambaran Keterpaparan Terhadap Informasi MKJP ....................70 Distribusi Keterpaparan Terhadap Informasi MKJP .....................71 Gambaran Keterampilan Terkait Kontrasepsi ...............................71 Distribusi Keterampilan Terkait Kontrasepsi ...............................72 Gambaran Dukungan Suami .........................................................73 Distribusi Dukungan Suami ..........................................................73 Gambaran Dukungan Teman ........................................................74 Distribusi Dukungan Teman .........................................................74 Gambaran Dukungan Tenaga Kesehatan ......................................75 Distribusi Dukungan Tenaga Kesehatan .......................................76 Gambaran Dukungan Pemimpin dalam Komunitas ......................76 Distribusi Dukungan Pemimpin dalam Komunitas .......................77 Hubungan Pengetahuan dengan Penggunaan MKJP ....................78 Hubungan Kepercayaan dengan Penggunaan MKJP ....................79 Hubungan Sikap dengan Penggunaan MKJP ................................80 Hubungan Keterpaparan Informasi dengan Penggunaan MKJP ...81 Hubungan Keterampilan dengan Penggunaan MKJP ...................82 Hubungan Dukungan Suami dengan Penggunaan MKJP .............83 Hubungan Dukungan Teman dengan Penggunaan MKJP ............84 Hubungan Dukungan Nakes dengan Penggunaan MKJP .............85 Hubungan Dukungan Pemimpin dengan Penggunaan MKJP .......86
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3
Surat Izin Melaksanakan Penelitian Kuesioner Penelitian Output SPSS
xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas, pemerintah menetapkan kebijakan keluarga berencana melalui penyelenggaraan program keluarga berencana. Menurut Undang-Undang Nomor
52
tahun
2009
tentang
Perkembangan
Kependudukan
dan
Pembangunan Keluarga, yang dimaksud dengan Keluarga Berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Salah satu upaya yang dilaksanakan dalam program KB adalah melalui penggunaan alat kontrasepsi. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) jika dibandingkan dengan Negara ASEAN lainnya, penggunaan alat kontrasepsi di Indonesia sebesar 61% sudah melebihi rata rata ASEAN (58.1%). Akan tetapi masih lebih rendah dibandingkan dengan Vietnam (78%), Kamboja (79%) dan Thailand (80%). Padahal jumlah Wanita Usia Subur (WUS) tertinggi di ASEAN adalah di Indonesia yaitu 65 juta orang (Kementerian Kesehatan, 2013b). Proporsi penggunaan KB di Indonesia berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2010 adalah 55,8% menurut hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 yaitu 57,9% serta 59,7% pada hasil Riskesdas 2013. Penggunaan KB di Indonesia berdasarkan hasil SDKI tahun 2012 didominasi oleh penggunaan KB jenis suntik (32%) dan pil (14%). 1
2
Dalam RPJMN tahun 2010-2014 program KB Nasional di Indonesia lebih diarahkan kepada pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). MKJP adalah metode kontrasepsi yang dikenal efektif karena dapat memberikan perlindungan dari risiko kehamilan untuk jangka waktu hingga 10 tahun tergantung jenisnya. Alat kontrasepsi yang termasuk MKJP adalah jenis susuk/ implan, Intra Uterine Device (IUD), Metode Operasi Pria (MOP) serta Metode Operasi Wanita (MOW) (BKKBN, 2011). Berdasarkan SDKI tahun 2012, proporsi pengguna MKJP di Indonesia sejak tahun 1994 hingga tahun 2012 terus mengalami penurunan. Pada tahun 2012, total pengguna MKJP sebesar 10.6% sementara target Nasional pengguna MKJP adalah 27.5% (BKKBN, 2013d). Berdasarkan hasil SDKI tahun 2012 diketahui penggunaan alat kontrasepsi non MKJP didominasi oleh jenis suntik (32%) dan pil (14%). Kontrasepsi suntik dan pil memerlukan kontrol bulanan untuk melakukan suntik ulang maupun untuk memperoleh pil KB (Sinclair, 2009). Diharuskannya kontrol untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi ulang mengakibatkan angka putus pakai pada metode tersebut cukup tinggi dibandingkan dengan alat kontrasepsi yang tergolong metode kontrasepsi jangka panjang. Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa angka putus pakai KB tertinggi yaitu pada pengguna kontrasepsi pil (40.7%) yang diikuti oleh kontrasepsi jenis suntik (24.7%). Kedua kondisi tersebut akan berdampak pada fertilitas yang akan mendorong jumlah persalinan. Berdasarkan hasil sensus penduduk Indonesia, jumlah penduduk tahun 2000 sebanyak 205,1 juta jiwa dan pada tahun 2010 sebanyak 237,6 juta jiwa. Artinya, selama 10 tahun terakhir Indonesia memiliki
3
laju pertumbuhan penduduk sebesar 1.49% (BPS, 2010). Padahal target pertumbuhan penduduk yang ingin dicapai pada tahun 2010 adalah 1.27% (BKKBN, 2013a). Selain mempengaruhi pertumbuhan penduduk, jumlah persalinan yang tinggi berisiko meningkatkan angka kematian ibu. Program KB juga ditujukan untuk mengendalikan kelompok “4 terlalu” (terlalu muda, terlalu banyak, terlalu sering, dan terlalu tua untuk hamil) yang merupakan salah satu diantara berbagai penyebab tidak langsung kematian ibu (Kemenkes, 2008). Target rasio kematian ibu yang harus dicapai pada tahun 2015 adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup. Target tersebut merupakan salah satu indikator Millennium Develpoment Goals (MDG) yang harus dicapai pada tahun 2015. Diketahui bahwa rasio kematian ibu pada SDKI 2002-2003 adalah 307 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini kemudian turun menjadi 228 kematian per 100.000 kelahiran hidup pada SDKI 2007. Namun angka tersebut kemudian meningkat pada SDKI 2012 menjadi 359 kematian per 100.000 kelahiran hidup (BPS, etc, 2012). Dalam mengatasi permasalahan kependudukan tersebut, BKKBN memiliki fokus intensifikasi penggarapan pembangunan KB pada 10 Provinsi (BKKBN, 2013b).
Difokuskan
kepada
10
Provinsi
karena
provinsi
tersebut
meyumbangkan 73% penduduk dari seluruh total penduduk Indonesia (BPS, 2010). Ke 10 Provinsi tersebut adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Selatan, serta Nusa Tenggara Barat.
4
Salah satu provinsi yang memiliki permasalahan kependudukan yang kompleks adalah DKI Jakarta. Dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia, DKI Jakarta memiliki kepadatan penduduk tertinggi yaitu 14.440 orang per km² sementara kepadatan penduduk di Indonesia hanya 124 orang per km² (BPS, 2010). Selain itu, berdasarkan hasil SDKI 2012 TFR Provinsi DKI Jakarta meningkat dari 2.1 (SDKI 2007) menjadi 2,3 (BPS, etc, 2013). Provinsi DKI Jakarta terdiri dari lima kota administrasi dan satu kabupaten. Diantara kabupaten dan kota tersebut, daerah yang memiliki penduduk terbanyak namun angka pengguna MKJP rendah (8,2%) adalah Jakarta Barat (BKKBN, 2013b). Dalam Profil Kesehatan DKI Jakarta tahun 2012, total penduduk Jakarta Barat adalah 23.9% dari seluruh penduduk DKI Jakarta. Jakarta Barat memiliki delapan kecamatan. Salah satu kecamatan yang memiliki penduduk terbanyak (17.31%) dengan jumlah bayi lahir hidup yang tinggi (17.36%) pada tahun 2014 adalah Kecamatan Kalideres (Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat, 2014). Selain itu, berdasarkan hasil studi pendahuluan pada laporan kantor KB Kota Administrasi Jakarta Barat tahun 2014, kecamatan dengan pencapaian peserta KB aktif pengguna MKJP terhadap Pasangan Usia Subur (PUS) terendah adalah Kecamatan Kalideres (17.66%). Rendahnya penggunaan MKJP dapat disebabkan karena beberapa faktor seperti: ketidaktahuan peserta tentang kelebihan MKJP, kualitas pelayanan KB yang dilihat dari segi ketersediaan alat kontrasepsi dan ketersediaan tenaga yang terlatih, kemampuan medis teknis petugas pelayanan kesehatan, biaya pelayanan MKJP yang mahal, adanya hambatan dukungan dari suami dalam
5
pemakaian MKJP, serta nilai yang timbul dari adanya sikap yang didasarkan kepercayaan dan norma-norma di masyarakat (BKKBN, 2006). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fienalia (2012), variabel pengetahuan memiliki hubungan dengan penggunaan MKJP. Akseptor KB yang memiliki pengetahuan tinggi memiliki peluang sebesar 2.6 kali lebih besar untuk menggunakan MKJP. Sejalan dengan penelitian tersebut, hasil penelitian yang dilakukan oleh Purba (2009) menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara variabel pengetahuan, sikap, dan dukungan suami terhadap penggunaan MKJP. Sementara pada analisis lanjutan SDKI 2007
yang
dilakukan oleh Asih dan Hadriah (2009) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara keterpaparan informasi KB dengan penggunaan MKJP. Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan metode kontrasepsi jangka panjang di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres.
1.2.Rumusan Masalah
Dalam mengantisipasi kemungkinan putus pakai alat/ cara kontrasepsi dan untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk, program KB Nasional di Indonesia lebih diarahkan kepada pemakaian MKJP. Berdasarkan studi pendahuluan, didapatkan bahwa diantara delapan Kecamatan yang ada di wilayah Jakarta Barat, Kecamatan Kalideres merupakan wilayah yang memiliki penduduk kedua terbanyak dengan jumlah bayi lahir hidup tertinggi, namun
6
proporsi peserta KB aktif pengguna MKJP berada pada posisi yang rendah yaitu 17,66%. Sementara target pengguna MKJP adalah 27.5%. Kesenjangan tersebut kemudian menimbulkan masalah kependudukan maupun masalah kesehatan. Adapun faktor yang diduga berhubungan dengan cakupan penggunaan MKJP adalah faktor pengetahuan, kepercayaan, sikap, keterpaparan informasi MKJP, keterampilan terkait kontrasepsi, dukungan suami, dukungan teman, dukungan tenaga kesehatan, serta dukungan pemimpin dalam komunitas. Hal-hal tersebut kemudian menjadi sebuah landasan bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan sebagai berikut: Faktor apa saja yang berhubungan dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres tahun 2015?
1.3.Pertanyaan Penelitian 1.3.1 Bagaimana gambaran penggunaan MKJP dan Non MKJP di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015? 1.3.2 Bagaimana gambaran faktor predisposisi (pengetahuan, kepercayaan, serta sikap) akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015? 1.3.3 Bagaimana gambaran faktor pemungkin (keterpaparan terhadap informasi MKJP dan keterampilan terkait kontrasepsi) di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015? 1.3.4 Bagaimana gambaran faktor penguat (dukungan suami, dukungan teman, dukungan tenaga kesehatan, serta dukungan pemimpin dalam
7
komunitas) di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015? 1.3.5 Bagaimana hubungan faktor predisposisi (pengetahuan, kepercayaan, serta sikap) dengan penggunaan MKJP di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015? 1.3.6 Bagaimana hubungan faktor pemungkin (keterpaparan terhadap informasi MKJP dan keterampilan terkait kontrasepsi) dengan penggunaan MKJP di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015? 1.3.7 Bagaimana hubungan faktor penguat (dukungan suami, dukungan teman, dukungan tenaga kesehatan, serta dukungan pemimpin dalam komunitas) dengan penggunaan MKJP di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015?
1.4.Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan MKJP di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kalideres tahun 2015. 1.4.2 Tujuan Khusus a. Diketahui gambaran penggunaan MKJP dan Non MKJP di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015. b. Diketahui
gambaran
faktor
predisposisi
(pengetahuan,
kepercayaan, serta sikap) akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015.
8
c. Diketahui gambaran faktor pemungkin (keterpaparan terhadap informasi MKJP dan keterampilan terkait kontrasepsi) di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015. d. Diketahui gambaran faktor penguat (dukungan suami, dukungan teman, dukungan tenaga kesehatan, serta dukungan pemimpin dalam komunitas) di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015. e. Diketahui
hubungan
faktor
predisposisi
(pengetahuan,
kepercayaan, serta sikap) dengan penggunaan MKJP di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015. f. Diketahui hubungan faktor pemungkin (keterpaparan terhadap informasi MKJP dan keterampilan terkait kontrasepsi) dengan penggunaan MKJP di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015. g. Diketahui hubungan faktor penguat (dukungan suami, dukungan teman, dukungan tenaga kesehatan, serta dukungan pemimpin dalam komunitas) dengan penggunaan MKJP di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015.
1.5.Manfaat Penelitian 1.5.1
Bagi akseptor KB Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan akseptor KB terkait penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang.
9
1.5.2
Bagi Puskesmas Kecamatan Kalideres Diharapkan dapat menjadi bahan kajian dalam meningkatkan derajat kesehatan ibu melalui peningkatkan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang.
1.5.3
Bagi Peneliti Penelitian ini sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM), menambah pengetahuan, wawasan serta pengalaman peneliti.
1.5.4
Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat Diharapkan penelitian ini menjadi bahan referensi terkait metode kontrasepsi jangka panjang.
1.6.Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi semester VIII peminatan promosi kesehatan Jurusan Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret – Juni 2015. Sampel dalam penelitian ini adalah wanita akseptor KB. Dalam penelitian ini memerlukan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada responden, sementara data sekunder terkait laporan cakupan penggunaan KB. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan desain cross sectional.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Program Keluarga Berencana 2.1.1
Pengertian Keluarga Berencana Menurut UU No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, yang dimaksud dengan Keluarga Berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Penyelenggaraan program KB yaitu untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas. Program ini dilaksanakan untuk membantu calon atau pasangan suami istri dalam mengambil keputusan dan mewujudkan hak reproduksi secara bertanggung jawab tentang: a. Usia ideal perkawinan; b. Usia ideal untuk melahirkan; c. Jumlah anak ideal; d. Jarak ideal kelahiran anak; dan e. Penyuluhan kesehatan reproduksi.
10
11
2.1.2
Tujuan Keluarga Berencana Kebijakan program Keluarga Berencana bertujuan untuk: a. Mengatur kehamilan yang diinginkan; b. Menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak; c. Meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan, konseling, dan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi; d. Meningkatkan partisipasi dan kesertaan pria dalam praktik keluarga berencana; dan e. Mempromosikan
penyusuan
bayi
sebagai
upaya
untuk
menjarangkan jarak kehamilan.
2.2 Alat Kontrasepsi 2.2.1 Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata “Kontra” yang berarti mencegah atau melawan dan “Konsepsi” yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Jadi, kontrasepsi adalah upaya mencegah pertemuan sel telur matang dan sperma untuk mencegah kehamilan (BKKBN, 2011). Tidak ada satupun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua klien karena masing-masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual bagi setiap klien (BKKBN, 2011).
12
Namun secara umum, menurut BKKBN tahun 2011, persyaratan metode kontrasepsi adalah: a. Aman Artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat jika digunakan. b. Berdaya guna Jika digunakan sesuai dengan aturan akan dapat mencegah kehamilan. Ada beberapa komponen dalam menentukan keefektifan dari suatu metode kontrasepsi. Diantaranya adalah keefektifan teoritis, dan keefektifan praktis. Keefektifan teoritis yaitu kemampuan dari suatu cara kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, apabila cara tersebut digunakan secara terus menerus dan sesuai dengan petunjuk yang diberikan tanpa kelalaian. Sedangkan keefektifan praktis adalah keefektifan yang terlihat dalam kenyataan di lapangan setelah pemakaian jumlah besar, meliputi segala sesuatu yang mempengaruhi pemakaian seperti kesalahan, penghentian, kelalaian, dll. c. Dapat diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh lingkungan budaya di masyarakat. Ada dua macam penerimaan terhadap kontrasepsi yakni penerimaan awal dan penerimaan lanjut. Penerimaan awal tergantung pada bagaimana motivasi dan persuasi yang diberikan oleh petugas KB. Penerimaan lanjut dipengaruhi oleh banyak
13
faktor seperti umur, motivasi, budaya, sosial ekonomi, agama, sifat yang ada pada alat kontrasepsi dan faktor daerah (desa/ kota). d. Harga terjangkau oleh masyarakat Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, klien akan segera kembali kesuburannya, kecuali untuk kontrasepsi mantap. 2.2.2 Jenis-jenis Kontrasepsi a. Berdasarkan kandungannnya, jenis kontrasepsi terbagi menjadi: 1) Kontrasepsi hormonal, seperti pil, suntikan, implan dan akhirakhir ini diperkenalkan IUD-mirena atau LNG-IUS. 2) Kontrasepsi non hormonal seperti kondom, IUD-TCu, MOW, dan MOP b. Berdasarkan lama efektivitasnya, kontrasepsi dibagi menjadi: 1) Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) yang termasuk dalam kategori ini adalah jenis susuk/ implan, IUD, MOP, serta MOW 2) Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP) yang termasuk metode ini adalah kondom, pil, suntik, dan metode lain selain yang disebutkan dalam MKJP. 2.2.3 Mitos dan Fakta Seputar Kontrasepsi Metode kontrasepsi dapat membantu mengurangi masalahmasalah kewanitaan yang paling dasar dan utama bagi kesehatan reproduksi. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana
14
merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kematian ibu yang meningkat setiap tahun. Banyak masyarakat Indonesia yang masih menganggap bahwa penggunaan alat kontrasepsi sarat dengan efek samping dan stigmastigma yang kurang tepat. Padahal seiring dengan berkembangnya penelitian di bidang kesehatan, penggunaan metode KB memiliki potensi yang besar untuk pengobatan pada wanita seperti gangguan haid atau jerawat. a. Pil KB Pil KB adalah kontrasepsi oral hormonal yang diminum secara rutin setiap hari untuk mencegah kehamilan. Hormon yang terkandung di dalam pil KB, yaitu hormon estrogen dan progesteron, adalah hormon yang sama yang diproduksi oleh tubuh wanita. Meminum pil KB secara teratur akan membantu menstabilkan level kedua hormon di dalam tubuh. Kedua hal tersebut yang membantu dalam pencegahan kehamilan. Mitos: Pil KB membuat badan gemuk. Fakta: Kandungan hormon yang ada pada setiap butir pil KB berdosis rendah sehingga tidak akan membuat berat badan naik. Mitos: Pil KB membuat kulit tidak sehat dan berjerawat. Fakta: Pil KB memiliki kandungan hormon estrogen yang membantu menjaga kehalusan dan kesehatan kulit. Mitos: Pil KB membuat tulang menjadi rapuh.
15
Fakta: Kandungan dua hormon yang ada pada setiap butir pil KB membantu pencegahan pengapuran dini pada tulang atau yang lebih sering disebut dengan osteoporosis. Mitos: Pil KB beresiko pada kandungan. Fakta: Secara klinis, konsumsi pil KB secara teratur akan membantu mencegah risiko kehamilan di luar rahim, kista, atau pun kanker rahim. Mitos: Pil KB mengurangi kesuburan. Fakta: Pil KB mampu menjaga tingkat kesuburan dan cukup menghentikan pemakaian untuk kembali memeroleh kehamilan. b. IUD Selain memiliki tingkat efektivitas 99,4% dalam mencegah kehamilan, batang plastik yang dililit tembaga ini juga mampu melindungi dari kehamilan ektopik. Konsultasi secara rutin dengan bidan/ dokter terdekat sekali dalam setahun diperlukan untuk memastikan kondisi IUD di dalam rahim. IUD sangat kecil, berbentuk huruf T, berukuran hanya 3 cm, sehingga nyaman digunakan. Mitos: Batang IUD dapat menempel di kepala bayi setelah melahirkan. Fakta: Saat diketahui seorang wanita positif hamil, dokter atau bidan akan langsung mengeluarkan/ melepas IUD dari rahim. Mitos: IUD biasa berpindah tempat setelah dipasang.
16
Fakta: IUD tidak dapat berpindah tempat, namun mungkin bergeser sedikit dari sejak waktu pemasangan. Oleh karena itu penting untuk melakukan pemeriksaan rutin setahun sekali ke bidan/ dokter untuk memeriksa keadaan IUD di dalam rahim. c. Implan Implan adalah alat kontrasepsi hormonal jangka panjang. Alat kontrasepsi ini mengandung hormon levonorgestrel dan dipasang di dalam lengan bagian atas. Implan sangat praktis dan efektif mencegah kehamilan hingga 4 tahun. Mitos: Implan dapat berpindah tempat. Fakta: Implan dipasang di lengan bagian atas dan efektif mencegah kehamilan selama 4 tahun.
2.3 Metode Kontrasepsi Jangka Panjang MKJP adalah metode kontrasepsi yang dikenal efektif karena dapat memberikan perlindungan dari risiko kehamilan untuk jangka waktu sampai sepuluh tahun yang terdiri dari Metode Operasi Wanita (MOW) dan Metode Operasi Pria (MOP), serta Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). Sedangkan implan atau yang dikenal dengan susuk KB merupakan alat kontrasepsi bawah kulit dengan masa berlaku tiga tahun (BKKBN, 2011). Alat kontrasepsi yang termasuk dalam MKJP adalah: a. AKDR atau Intra Uterine Device (IUD) adalah alat kontrasepsi yang dipasang di dalam rahim, sangat efektif dan aman. Memiliki efektivitas penggunaan hingga 10 tahun, tergantung dengan
17
jenisnya. Mudah untuk berhenti dan dapat dilepas kapan saja (BKKBN, 2011). Cara kerja AKDR: 1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi 2) Mempengaruhi fertilitas sebelum ovum mencapai kavum uteri 3) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu 4) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus Keuntungan AKDR: 1) Memiliki efektifitas tinggi (6 kegagalan dalam 1000 kehamilan) 2) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan 3) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti) 4) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat 5) Tidak mempengaruhi hubungan seksual dan meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil lagi 6) Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT380A) 7) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI 8) Kesuburan segera kembali setelah IUD diangkat
18
9) Dapat diulang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi) 10) Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir) 11) Tidak ada interaksi dengan obat-obatan 12) Membantu mencegah hamil ektopik AKDR baik bagi wanita yang: 1) Menginginkan kontrasepsi dengan tingkat efektifitas yang tinggi, dalam jangka panjang 2) Tidak ingin punya anak lagi atau ingin menjarangkan anak 3) Memberikan ASI 4) Berada dalam masa postpartum dan tidak memberikan ASI 5) Berada dalam masa pasca aborsi 6) Mempunyai risiko rendah terhadap PMS 7) Tidak dapat mengingat untuk minum pil sebutir setiap hari 8) Lebih menyukai untuk tidak menggunakan metode hormonal atau yang memang tidak boleh menggunakannya, yang benarbenar membutuhkan alat kontrasepsi darurat. Kontra indikasi dari AKDR adalah: 1) Hamil atau diduga hamil 2) Infeksi leher rahim atau rongga panggul, termasuk penderita penyakit kelamin 3) Pernah menderita radang rongga panggul 4) Penderita pendarahan pervaginam yang abnormal
19
5) Riwayat kehamilan ektopik 6) Penderita kanker alat kelamin Efek samping yang umum terjadi adalah sebagai berikut: 1) Perdarahan dank ram selama minggu-minggu pertama setelah pemasangan. Kadang ditemukan keputihan yang bertambah banyak. Disamping itu, pada saat senggama terjadi expulsi (IUD bergeser dari posisi) sebagian atau seluruhnya 2) Pemasangan IUD mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman dan dihubungkan dengan risiko infeksi rahim 3) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan kurang setelah tiga bulan) 4) Haid lebih lama, banyak dan lebih sakit saat haid 5) Perdarahan antar menstruasi
b. Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) atau lebih dikenal dengan istilah susuk KB (implan) adalah alat kontrasepsi berbentuk kapsul kecil yang ditanam dibawah kulit. Efektif digunakan untuk mencegah kehamilan sampai dengan 3 hingga 5 tahun, tergantung jenisnya. Aman bagi hampir semua wanita yang menggunakan, namun harus segera dilepas apabila sudah habis batas waktu penggunaan (BKKBN, 2011). Cara kerja implan adalah dengan mengganggu serviks menjadi kental, mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga
20
sulit terjadi implantasi dan mengurangi transportasi sperma serta menekan ovulasi.
Keuntungan dari penggunaan implan adalah: 1) Sekali pasang untuk lima tahun 2) Tidak mempengaruhi produksi ASI 3) Tidak mempengaruhi tekanan darah 4) Pemeriksaan panggul tidak diperlukan sebelum pemakaian 5) Baik untuk wanita yang tidak ingin punya anak lagi tapi belum mantap untuk tubektomi 6) Baik untuk wanita yang ingin metode yang praktis 7) Tinggal di daerah terpencil 8) Tidak khawatir jika tak dapat haid Kontraindikasi dari penggunaan implan adalah: 1) Hamil atau disangka hamil 2) Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui sebabnya 3) Tumor/ keganasan 4) Penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis Efek samping dari implan antara lain: 1) Kadang pada saat pemasangan akan terasa nyeri 2) Ditemukan haid yang tidak teratur, sakit kepala, kadang terjadi spotting atau anemia karena perdarahan yang kronis
21
c. Metode Operasi Pria (MOP) merupakan metode kontrasepsi dengan tindakan operasi kecil pada saluran vas differens pria. Aman bagi hampir semua pria dan tidak mempengaruhi kemampuan seksual. Metode ini bersifat permanen walaupun melalui perkembangan teknologi kedokteran dapat disambung kembali, namun tidak dianjurkan bagi pasangan usia subur (PUS) yang masih menginginkan punya anak (BKKBN, 2011).
d. Metode Operasi Wanita (MOW) merupakan metode kontrasepsi dengan cara melakukan tindakan operasi. Ibu masih tetap bisa menstruasi, tidak ada efek samping dalam jangka panjang. Metode ini tidak mudah dikembalikan ke semula dan bersifat permanen sehingga
hanya
dianjurkan bagi
PUS
yang sudah tidak
menginginkan anak lagi (BKKBN, 2011).
Kebijakan tentang
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (BKKBN,
2011): a. PERKA BKKBN NO.151/PER/E1/2011 yang bertujuan untuk meningkatkan akses, kualitas serta menjamin pelayanan KB pasca persalinan di seluruh fasilitas pelayanan yang memberikan pelayanan jampersal melalui: 1) Pemberian jaminan ketersediaan alat, obat, dan cara kontrasepsi bagi seluruh PB dalam jampersal;
22
2) Dukungan sarana pelayanan KB (IUD kit, implant kit, obgyn bed) 3) Peningkatan kompetensi provider dalam pelayanan KB 4) Pemberian ayoman pemakaian MKJP b. PERKA BKKBN NO. 165/PER/E1/2011 yang dikembangkan dalam rangka pemberian pelayanan KB MKJP mencakup dua aspek yaitu: 1) Aspek pelayanan (supply) difokuskan pada peningkatan kualitas pelayanan melalui: a) Penyediaan alat kontrasepsi MKJP untuk semua klinik KB pemerintah termasuk milik TNI, Polri, swasta dan LSOM yang telah memiliki nomor kode klinik KB atau memiliki kerjasama dengan pengelola jamkesmas dan pengelola BOK di Kabupaten atau Kota b) Penyediaan sarana pendukung pelayanan KB MKJP c) Peningkatan kompetensi provider dalam pelayanan KB MKJP d) Peningkatan kualitas pencatatan dan pelaporan
2) Aspek penggerakan (demand) difokuskan pada peningkatan penerimaan PUS terhadap KB MKJP melalui: a) Peningkatan KIE dan promosi tentang MKJP b) Peningkatan pencitraan dan promosi tempat pelayanan c) Advokasi kepada para stakeholders, eksekutif dan legislatif
23
d) Peningkatan partisipasi masyarakat
2.4 Konsep Perilaku Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Sunaryo, 2004). Berdasarkan pandangan biologis, perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Pada hakikatnya, perilaku manusia adalah aktivitas manusia itu sendiri. Oleh karena itu, perilaku manusia mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup: berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, bahkan kegiatan internal seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia (Notoatmodjo, 2007). Menurut Notoatmodjo (2007) secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar objek tersebut. Respon tersebut terbagi dalam dua macam yaitu: a. Perilaku tertutup (covert behavior) yaitu respon yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya sikap, persepsi, pengetahuan. b. Perilaku terbuka (overt behavior) yaitu apabila perilaku itu dapat diamati secara langsung yang berupa tindakan nyata. Dalam Notoatmodjo (2007) perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit akan menyesuaikan dengan tingkat-tingkat pencegahan, yaitu:
24
a. Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion behavior), seperti makan makanan bergizi, olahraga teratur. b. Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior) adalah respon untuk melakukan pencegahan penyakit, misalnya tidur memakai kelambu, imunisasi. c. Perilaku sehubungan dengan pecarian pengobatan (health seeking behavior) yaitu perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan, misalnya berusaha mengobati sendiri penyakitnya, atau mencari pengobatan ke fasilitas kesehatan. d. Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health rehabilitation behavior) yaitu perilaku yang berhubungan dengan usaha-usaha pemulihan kesehatan setelah sembuh dari suatu penyakit. Misalnya melakukan diet, mematuhi anjuran dokter dalam rangka pemulihan kesehatannya. Sementara itu, Kasl dan Cobb (1966) dalam Niven (2002) menggolongkan perilaku kesehatan sebagai berikut: a. Perilaku kesehatan sebagai aktivitas yang dilakukan oleh individu yang meyakini dirinya sehat untuk tujuan mencegah penyakit atau mendeteksinya dalam tahap asimptomatik. b. Perilaku sakit yaitu aktivitas apapun yang dilakukan oleh individu yang merasa sakit, untuk mendefinisikan keadaan kesehatannya dan untuk menemukan pengobatan mandiri yang tepat.
25
c. Perilaku peran-sakit, yaitu aktivitas yang dilakukan untuk tujuan mendapatkan
kesejahteraan,
oleh
individu
yang
mempertimbangkan diri mereka sendiri sakit. Hal ini mencakup mendapatkan pengobatan dari ahli terapi yang tepat, secara umum mencakup seluruh rentang perilaku mandiri dan menimbulkan beberapa derajat penyimpangan tehadap tugas kebiasaan seseorang.
2.5 Perilaku Kesehatan Untuk membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat, intervensi atau upaya yang dilakukan kepada faktor perilaku sangat penting dan strategis, mengingat pengaruh yang ditimbulkannya. Berdasarkan berbagai hasil penelitian dan literatur, didapatkan bahwa perilaku masyarakat yang erat kaitannya dengan upaya peningkatan pengetahuan masyarakat terbentuk melalui kegiatan yang disebut pendidikan kesehatan (Maulana, 2009). Pendidikan kesehatan adalah proses yang menjembatani gap antara informasi kesehatan dengan perilaku kesehatan. Pendidikan kesehatan memberikan motivasi kepada orang-orang untuk menerima informasi dan melakukan sesuatu atas dasar informasi tersebut untuk membuat dirinya lebih sehat dengan menjauhi tindakan yang berbahaya, dan membentuk kebiasaan yang bermanfaat. Pengertian tersebut memberi kesan bahwa, pendidikan kesehatan memiliki hubungan dengan perilaku kesehatan baik dalam membantu orang-orang untuk memelihara gaya hidupnya maupun
26
membantu meningkatkan gaya hidup untuk meningkatkan status kesehatan (Green, 1980). Aktivitas pendidikan kesehatan yang terorganisir didasari oleh keinginan untuk turun tangan pada proses peningkatan dan perubahan untuk mempertahankan perilaku kesehatan yang positif atau memecahkan pola perilaku yang terkait dengan peningkatan risiko penyakit, kecacatan, atau kematian. Perilaku biasanya dikendalikan oleh orang yang bersangkutan, namun seringkali dikendalikan oleh mereka yang mengontrol sumber daya atau memberi keuntungan seperti pemimpin dalam komunitas, orang tua, teman, guru, serta tenaga kesehatan. Digunakannya kerangka PRECEDE (Predisposing; Reinforcing; and Enabling Causes in Educational Diagnosis and Evaluation) akan membuat wawasan mengenai evaluasi tertentu. Hal tersebut juga memberikan target yang sangat fokus untuk dilakukannya intervensi (Green, 1980). Menurut Green (1980), pendidikan kesehatan mempunyai peranan penting dalam mengubah dan menguatkan faktor perilaku, sehingga menimbulkan perilaku positif dari masyarakat. Faktor yang menyebabkan perilaku kesehatan dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu predisposisi, pemungkin, dan penguat. Masing- masing faktor memiliki tipe yang berbeda dalam mempengaruhi perilaku. Faktor predisposisi adalah faktor yang mendahului perilaku yang menjadi dasar pemikiran atau motivasi untuk dilakukannya perilaku. Variabel yang termasuk dalam faktor ini adalah pengetahuan, sikap, kepercayaan dan nilai. Faktor pemungkin adalah faktor yang mendahului
27
perilaku yang memfasilitasi suatu motivasi untuk dapat diwujudkan dalam kenyataan. Yang termasuk dalam faktor ini adalah keahlian dan sumber daya pada individu maupun sumber daya pada masyarakat. Faktor penguat adalah faktor yang mendahului perilaku melalui imbalan atau intensif atau hukuman untuk perilaku dan kontribusi kepada perilaku yang dilakukan terus menerus. Yang termasuk dalam faktor ini adalah keuntungan sosial maupun fisik dan bukti yang nyata maupun yang telah dibayangkan, atau imbalan yang telah dialami oleh orang lain (Green, 1980). Beberapa perilaku kesehatan dapat dijelaskan sebagai sebuah fungsi dari pengaruh kolektif ketiga faktor tersebut. Dugaan dari penyebab kolektif, atau penyebab yang berkontribusi merupakan bagian yang penting karena perilaku adalah sebuah fenomena yang memiliki banyak dimensi (Green, 1980). Tidak ada suatu perilaku atau tindakan yang disebabkan hanya dengan satu faktor. Masing-masing faktor dapat meningkatkan atau menurunkan kemungkinan akan dilakukannya perilaku, dengan berbagai faktor yang berpotensi mempengaruhi faktor lainnya (Green, 1991). 2.5.1 Faktor predisposisi, diantaranya pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai, dan persepsi, berhubungan dengan motivasi individu atau kelompok untuk melakukan suatu tindakan. Meskipun variasi pada faktor demografi seperti status sosioekonomi, umur, jenis kelamin, dan jumlah anggota keluarga merupakan variabel penting sebagai faktor predisposisi, akan tetapi variabel tersebut tidak dapat dipengaruhi dengan mudah secara langsung melalui program pendidikan kesehatan (Green, 1980).
28
a. Pengetahuan Sebuah
peningkatan
dalam
pengetahuan
tidak
selalu
menyebabkan perubahan perilaku. Beberapa macam pengetahuan kesehatan mungkin dibutuhkan sebelum terjadinya suatu perilaku kesehatan pribadi. Akan tetapi, perilaku sehat mungkin tidak terjadi kecuali jika seseorang menerima isyarat yang cukup kuat untuk memotivasi dirinya
untuk bertindak sesuai dengan
pengetahuannya (Green, 1980). Pengetahuan merupakan sebuah kebutuhan tetapi biasanya pengetahuan bukan merupakan faktor yang cukup untuk merubah perilaku individu maupun kelompok. Perilaku tidak secara tiba-tiba berubah sebagai respon terhadap pengetahuan baru, akan tetapi efek kumulatif dari peningkatan kesadaran akan meningkatkan pemahaman yang lebih baik dari meresapnya fakta ke dalam sistem kepercayaan, nilai, sikap, kepercayaan diri, serta akhirnya ke dalam perilaku (Green, 1991). b. Kepercayaan, Nilai, dan Sikap Variabel kepercayaan, nilai, dan sikap merupakan konsep yang berdiri sendiri. Perbedaan diantara variabel tersebut sangat halus dan kompleks. Kepercayaan adalah sebuah keyakinan bahwa suatu fenomena atau suatu objek adalah benar atau nyata. Agama/ keyakinan, kepercayaan, dan kebenaran adalah kata-kata yang digunakan untuk menyatakan atau mengartikan kepercayaan. Pernyataan terkait dengan keyakinan terhadap kesehatan seperti: “Saya tidak percaya bahwa pengobatan tersebut akan berhasil”;
29
“Jika diet ini tidak menghasilkan efek padanya, maka diet ini juga tidak akan memberikan efek padaku”; “Latihan tidak akan membuat perbedaan” (Green, 1980). Nilai. Kebudayaan, perspektif turun temurun terhadap akibat dari hal yang dilakukan orang. lain. Nilai dipelihara oleh kelompok dalam suatu suku dan generasi dimana orang-orang memiliki kesamaan sejarah dan identitas secara geografis. Nilai merupakan sebuah dasar pembenaran pada tindakan seseorang dalam syarat etika atau moral. Nilai menjadi pondasi yang benar dan yang salah, dimensi baik dan buruk dari pandangan orang – orang kepada perilaku tertentu (Green, 1991). Sikap merupakan salah satu dari yang samar namun merupakan kata yang sering digunakan dalam kamus ilmu perilaku. Mucchielli menggambarkan sikap sebagai “sebuah kecenderungan dalam pikiran atau perasaan yang konstan ke arah suatu kategori tertentu dari seseorang, suatu objek atau situasi.” Kirscht menyatakan bahwa sikap merepresentasikan sebuah koleksi dari kepercayaan yang selalu dimasukkan dalam suatu aspek evaluasi; sikap selalu dapat dinilai dalam istilah baik – buruk atau positif – negatif (Green, 1980). Dua konsep kunci dalam sikap adalah (1) sikap merupakan sesuatu perasaan cukup konstan yang langsung terhadap suatu objek (seseorang, perilaku, situasi, atau ide); dan (2) yang
30
melekat pada struktur sebuah sikap adalah evaluasi, dimensi baik – buruk (Green, 1991). 2.5.2 Faktor pemungkin adalah keterampilan dan sumber daya yang diperlukan untuk melakukan suatu perilaku kesehatan. Sumber daya yang dimaksud dalam faktor ini seperti fasilitas pelayanan kesehatan, manajemen, sekolah, balai pengobatan yang terjangkau, atau sumber daya lain yang serupa. Faktor pemungkin juga menyinggung kemudahan dalam mencapai sumber daya. Biaya, jarak, ketersediaan transportasi juga termasuk ke dalam faktor pemungkin (Green, 1980). 2.5.3 Faktor penguat merupakan faktor yang menentukan apakah perilaku kesehatan didukung. Sumber penguatan akan berubah-ubah tergantung dari tujuan dan jenis program. Dalam program pendidikan kesehatan kerja, faktor penguat misalnya diberikan oleh rekan kerja, pengawas, serikat kepemimpinan, serta keluarga. Dalam program pendidikan kesehatan di sekolah, faktor penguat mungkin diberikan oleh teman sebaya, guru, staf sekolah, serta orangtua. Secara umum, faktor penguat yang terdiri dari variabel dukungan masyarakat, tokoh masyarakat, serta pemerintah sangat bergantung dari sarana dan jenis program yang dilaksanakan. Oleh karena itu, pembuat program harus berhati-hati dalam memperkirakan faktor penguat. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa peserta program memiliki peluang untuk mendapatkan dukungan selama proses perubahan perilaku (Green, 1980).
31
2.6 Beberapa Penelitian terdahulu yang Terkait dengan Penggunaan MKJP 2.6.1 Pengetahuan Pengetahuan tentang pengendalian kelahiran dan keluarga berencana merupakan prasyarat dari penggunaan metode kontrasepsi yang tepat dengan cara yang efektif dan efisien. Informasi mengenai penggunaan kontrasepsi diperlukan untuk mengukur keberhasilan program KB (BPS, etc, 2012). Melalui pengetahuan yang baik tentang kontrasepsi, tentu dapat memberikan peluang untuk dapat memilih kontrasepsi dengan baik dan benar sesuai dengan tujuan ber KB (Asih dan Hadriah, 2009). Analisis lanjutan SDKI 2012 yang dilakukan oleh Arief, dkk (2013) menyatakan tingkat pengetahuan WUS sebagian besar dalam kategori baik. Hal tersebut berhubungan dengan pemilihan WUS terhadap MKJP. Analisis lanjut hasil mini survey BKKBN 2011 yang dilakukan oleh Nasution (2011) menyatakan bahwa pentingnya pengetahuan seseorang, dimana wanita yang mempunyai pengetahuan KB ‘baik’ cenderung lebih banyak memakai kontrasepsi MKJP dibandingkan dengan wanita yang pengetahuan ber KB nya kurang. Wanita yang mempunyai pengetahuan KB lebih baik, mempunyai kecenderungan sebesar 1,5 kali untuk memakai kontrasepsi MKJP. Hal tersebut mengindikasikan pentingnya KIE/ konseling kepada pasangan usia subur, bila ingin meningkatkan kesertaan KB-MKJP. Melalui program promosi dan advokasi untuk mendorong seseorang untuk memilih kontrasepsi jangka panjang. Pemberian
32
informasi melalui kegiatan-kegiatan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi oleh petugas baik maupun melalui pasangan dianggap tepat dalam peningkatan pemakaian kontrasepsi (Nasution, 2011). Sementara melalui penelitian yang dilakukan oleh Verawaty (2013) diketahui bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan pemilihan MKJP. Pengetahuan responden yang baik ataupun kurang tentang MKJP tidak mempengaruhi mereka dalam memilih metode atau alat kontrasepsi yang akan digunakan dalam hal ini MKJP. Mereka memiliki keleluasaan atau kebebasan pilihan dengan mempertimbangkan hal-hal seperti kecocokan, pilihan efektif atau tidaknya, kenyamanan dan keamanan dari efek samping alat kontrasepsi, juga dalam memilih tempat pelayanan yang sesuai dan lengkap. Menurut Green (1980) beberapa macam pengetahuan kesehatan mungkin dibutuhkan sebelum munculnya sebuah kesadaran terhadap perilaku kesehatan pribadi. Akan tetapi, perilaku sehat mungkin tidak terjadi kecuali jika seseorang menerima isyarat yang cukup kuat untuk
memotivasi
dirinya
untuk
bertindak
sesuai
dengan
pengetahuannya.
2.6.2 Kepercayaan Kepercayaan adalah sebuah keyakinan bahwa suatu fenomena atau suatu objek adalah benar atau nyata. Ketika seseorang percaya bahwa suatu perilaku kesehatan akan bermanfaat bagi dirinya, hal
33
tersebut akan meningkatkan motivasi untuk melakukan perilaku kesehatan tersebut sehingga kemungkinan untuk dilakukannya perilaku kesehatan semakin besar (Green, 1980). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Harahap (2009), diketahui variabel kepercayaan memiliki hubungan yang searah (positif) terhadap penggunaan IUD. Penggunaan kontrasepsi IUD akan meningkat apabila akseptor KB mempunyai kepercayaan yang positif. Pada penelitian yang dilakukan oleh Yanti, dkk (2012) diketahui ada hubungan kepercayaan dengan penggunaan kontrasepsi IUD. Hal tersebut disebabkan karena masih banyak masyarakat yang memiliki kepercayaan negatif terkait penggunaan IUD. Kepercayaan yang negatif mengenai penggunaan IUD dikarenakan masyarakat masih memegang teguh adat istiadat dari suku mereka, petuah orang tua dan juga faktor agama. 2.6.3 Sikap Menurut Green (1981), konsep kunci dalam sikap ada dua yaitu (1) sikap merupakan sesuatu perasaan cukup konstan yang langsung terhadap suatu objek (seseorang, perilaku, situasi, atau ide); dan (2) yang melekat pada struktur sebuah sikap adalah evaluasi, dan dimensi baik – buruk. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Seperti sikap setuju atau tidaknya mereka terhadap informasi alat kontrasepsi dan KB, pengertian alat kontrasepsi dan manfaatnya, serta hal lain yang berkaitan dengan kontrasepsi (Purba, 2008).
34
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Arief, dkk (2013), diketahui bahwa semakin positif sikap WUS terhadap MKJP, maka semakin tinggi pula probabilitas WUS untuk mengunakan MKJP. Sejalan dengan pernyataan tersebut, hasil penelitian yang dilakukan oleh Purba (2008) menyatakan bahwa ada pengaruh sikap terhadap pemakaian alat kontrasepsi. Sementara pada penelitian yang dilakukan oleh Verawaty (2013) diketahui bahwa tidak ada perbedaan antara responden yang bersikap positif dan responden yang bersikap negatif terhadap penggunaan MKJP. Artinya, walaupun responden memberi penilaian baik terhadap manfaat dan efek samping dari penggunaan MKJP, hal tersebut
tidak
akan
mempengaruhi
keputusannya
dalam
menggunakan MKJP. 2.6.4 Keterpaparan terhadap informasi MKJP Program komunikasi, edukasi, dan informasi (KIE) KB di Indonesia merupakan kegiatan penerangan dan sosialisasi program KB melalui berbagai media. Media memiliki peranan penting dalam mensosialisasikan
keluarga
berencana.
Informasi
mengenai
keterpajanan media penting bagi perencana program untuk menentukan target populasi yang efektif dalam pelaksanan KIE program KB. Baik media cetak (koran/majalah, pamflet, poster) maupun media eletronik (radio dan televisi) digunakan oleh berbagai kalangan masyarakat untuk menyebarluaskan pesan KB. Kegiatan KIE untuk acara televisi dilakukan oleh stasiun TV pemerintah dan
35
swasta di pusat dan daerah. KIE untuk radio juga dilakukan melalui stasiun radio pemerintah dan swasta di seluruh wilayah Indonesia (BKKBN, 2012). Berdasarkan analisis lanjutan SDKI tahun 2007 yang dilakukan oleh Asih dan Hadriah, diketahui bahwa semua variabel akses informasi yang mencakup media elektonik, media cetak, dan sumber informasi lain, menunjukkan hubungan yang bermakna dengan pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang. Pernah mendapatkan informasi dari media cetak diketahui memberikan peluang untuk memakai kontrasepsi MKJP sebanyak 1 kalinya (OR=1,36). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Aryanti (2014) menyatakan tidak ada hubungan informasi KB dengan penggunaan kontrasepsi. Sementara menurut Aryanti, tidak adanya hubungan penggunaan MKJP dengan keterpaparan informasi MKJP disebabkan karena jumlah petugas lapangan KB tidak sebanding dengan akseptor KB yang ada di Desa tersebut. Selain itu responden telah mendapatkan informasi MKJP dari sumber lain walaupun informasi yang diterima tidak lengkap dan akurat. Dalam penelitian Christiani, dkk (2014) meskipun sosialisasi tentang program KB telah dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti kegiatan posyandu, pengajian, maupun metode jemput bola serta obrolan santai, tetap saja penggunaan MKJP belum mencapai target yang diharapkan. Menurutnya, hal tersebut disebabkan oleh pelaksanaan sosialisasi yang belum terlaksana secara maksimal
36
karena acara tersebut masih tergabung dengan acara lain sehingga masyarakat belum betul-betul memahami tentang program KB khususnya MKJP. 2.6.5 Keterampilan Terkait Kontrasepsi Keterampilan adalah kemampuan seseorang dalam menerapkan pengetahuan kedalam bentuk tindakan. Keterampilan seorang karyawan diperoleh melalui pendidikan dan latihan. Pelatihan dapat memberikan
pegawai
lama
maupun
pegawai
baru
sebuah
keterampilan yang mereka butuhkan untuk melaksanakan pekerjaan (Sirait, 2006). Petugas kesehatan merupakan komponen penting dalam pelaksanaan suatu layanan kesehatan. Oleh karena itu keterampilan petugas kesehatan merupakan faktor pemungkin yang mempengaruhi pemanfaatan suatu pelayanan kesehatan (Syahrir, 2014). Menurut penelitian Faizahlaili (2009) terdapat hubungan yang bermakna antara petugas yang melayani KB dengan WUS non akseptor KB (p<0,05). 2.6.6 Dukungan Suami Menurut BKKBN (2000), penggunaan kontrasepsi merupakan tanggung jawab pria dan wanita sebagai pasangan, sehingga metode kontrasepsi yang dipilih mencerminkan kebutuhan serta keinginan suami dan istri. Suami dan istri harus saling mendukung dalam penggunaan metode kontrasepsi karena keluarga berencana bukan hanya urusan pria atau wanita saja.
37
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Purba (2008) menyatakan bahwa ada hubungan antara dukungan suami dengan pemakaian alat kontrasepsi (p value: 0.01). berbeda dengan pernyataan tersebut, dalam penelitian yang dilakukan oleh Syafrina, dan Thobagus (2008) diketahui ada dukungan positif antara persepsi kesetaraan gender pada laki-laki dengan keterlibatan istri pada pengambilan keputusan publik dalam rumah tangga. Semakin positif persepsi kesetaraan gender pada laki-laki akan diikuti pula dengan tingginya keterlibatan istri pada pengambilan keputusan publik dalam rumah tangga. Menurutnya, di dalam rumah tangga, pembagian peran antara suami dan istri mempengaruhi keterlibatan istri pada pengambilan keputusan publik. Persepsi kesetaraan gender pada laki-laki dapat diwujudkan dengan memberikan persamaan kesempatan sehingga istri mempunyai peran yang sama dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga. Dalam instruksi Presiden No. 9 Tahun 2008, gender adalah konsep yang mengacu pada peran-peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan yang terjadi akibat dari, dan dapat berubah oleh keadaan sosial dan masyarakat. Sementara yang dimaksud dengan kesetaraan gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan nasional, serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut.
38
2.6.7 Dukungan Teman Dukungan sosial mengacu kepada suatu dukungan yang dipandang sebagai sesuatu yang bermanfaat (Faizahlaili, 2009). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Faizahlaili (2009), diketahui ada hubungan yang bermakna antara dukungan teman sebaya dengan non akseptor KB. Menurut Edmeades (2008), pengalaman masa lalu dari orangtua/ nenek moyang mempengaruhi pemilihan penggunaan kontrasepsi. Menurut hasil penelitian Landi, dkk (2012) tidak ada hubungan dukungan tenaga kesehatan dengan pemakaian kontrasepsi suntik. Pada penelitian tersebut, dikatakan bahwa tenaga kesehatan termasuk salah satu pihak yang berwenang mengkampanyekan program KB kepada masyarakat, namun dalam pelaksanaannya, tugas tersebut belum dapat dilakukan dengan optimal karena keterbatasan dana, keterbatasan tenaga, serta beban kerja yang tinggi. Sejalan dengan hasil penelitian tersebut, hasil analisa data yang dilakukan oleh Oktavia (2014) diperoleh informasi bahwa program Bina Keluarga Mandiri (BKM) tidak berpengaruh terhadap pengambilan keputusan menggunakan alat kontrasepsi. BKM merupakan suatu organisasi yang digunakan untuk memberikan informasi dan mendorong keluarga dalam memilih dan menggunakan kontrasepsi dengan tepat melalui pembinaan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan. Tidak adanya pengaruh antara BKM dengan pengambilan keputusan kontrasepsi disebabkan karena kelompok
39
akseptor telah memiliki pilihan menggunakan metode kontrasepsi tertentu berdasarkan pengalaman sebelumnya atau berdasarkan lingkungan masyarakat. 2.6.8 Dukungan Tenaga Kesehatan Dukungan sosial mengacu kepada suatu dukungan yang dipandang sebagai sesuatu yang bermanfaat. Dukungan ini salah satunya bersumber dari tenaga kesehatan. Dengan mendapatkan dukungan dari petugas kesehatan maka pengetahuan WUS meningkat sehingga akan memantapkan WUS untuk menjadi akseptor KB (Faizahlaili, 2009). Menurut hasil penelitian Landi, dkk (2012) tidak ada hubungan dukungan tenaga kesehatan dengan pemakaian kontrasepsi suntik. Pada penelitian tersebut, dikatakan bahwa tenaga kesehatan termasuk salah satu pihak yang berwenang mengkampanyekan program KB kepada masyarakat, namun dalam pelaksanaannya, tugas tersebut belum dapat dilakukan dengan optimal karena keterbatasan dana, keterbatasan tenaga, serta beban kerja yang tinggi. Sejalan dengan hasil penelitian tersebut, hasil analisa data yang dilakukan oleh Oktavia (2014) diperoleh informasi bahwa program Bina Keluarga Mandiri (BKM) tidak berpengaruh terhadap pengambilan keputusan menggunakan alat kontrasepsi. BKM merupakan suatu organisasi yang digunakan untuk memberikan informasi dan mendorong keluarga dalam memilih dan menggunakan kontrasepsi dengan tepat melalui pembinaan yang dilakukan oleh
40
tenaga kesehatan. Tidak adanya pengaruh antara BKM dengan pengambilan keputusan kontrasepsi disebabkan karena kelompok akseptor telah memiliki pilihan menggunakan metode kontrasepsi tertentu berdasarkan pengalaman sebelumnya atau berdasarkan lingkungan masyarakat. 2.6.9 Dukungan Pemimpin dalam Komunitas Dukungan sosial mengacu kepada suatu dukungan yang dipandang sebagai sesuatu yang bermanfaat (Faizahlaili, 2009). Untuk mengubah atau mendidik masyarakat seringkali diperlukan pengaruh dari tokoh atau pemimpin masyarakat (Purba, 2008). Termasuk dalam dukungan sosial yang dapat mempengaruhi penggunaan MKJP adalah dukungan pemimpin dalam komunitas. Pemimpin dalam komunitas tentunya memiliki wewenang untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan kontrasepsi khususnya MKJP. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Febriyanti (2011), diketahui tidak ada hubungan antara dukungan tokoh masyarakat terhadap self efficacy pasangan usia subur untuk menjadi peserta KB baru MOW.
2.7 Kerangka Teori Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya, maka dalam penelitian ini, teori yang akan digunakan adalah teori Perilaku Kesehatan oleh Green (1980).
41
Gambar 2.1. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan Faktor Predisposisi
Pengetahuan
Kepercayaan
Nilai
Sikap
Faktor Pemungkin
Ketersediaan sumber daya kesehatan
Keterpaparan terhadap sumber daya kesehatan
Komunitas/ peraturan pemerintah, prioritas, dan komitmen kepada kesehatan
Keterampilan yang berkaitan dengan
kesehatan Faktor Penguat
Keluarga
Teman sebaya
Guru
Penyedia layanan kesehatan
Pemimpin dalam komunitas
Pengambil keputusan
Sumber : Lawrence W. Green (1980)
Perilaku
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep Berdasarkan latar belakang, tinjauan pustaka, dan teori Lawrence Green mengenai perilaku, maka variabel yang diteliti dalam faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang antara lain variabel pengetahuan, kepercayaan, sikap, keterpaparan terhadap informasi MKJP, keterampilan terkait kontrasepsi, dukungan suami, dukungan teman, dukungan tenaga kesehatan serta dukungan pemimpin dalam komunitas. Variabel yang akan diteliti dapat dilihat pada gambar 3.1. Sedangkan variabel yang tidak diteliti adalah: 1. Variabel nilai tidak diteliti karena sulit untuk menentukan cara ukur, alat ukur, serta indikator dari variabel tersebut. 2. Variabel ketersediaan sumber daya kesehatan tidak diteliti karena penelitian dilakukan pada satu puskesmas sehingga ketersediaan sumber daya kesehatan (sumber pelayanan, jumlah tenaga kesehatan, ketersediaan alat kontrasepsi) akan bersifat homogen. 3. Variabel komitmen komunitas/ pemerintah terhadap kesehatan tidak diteliti, karena variabel ini akan menghasilkan data yang homogen. Komitmen pemerintah terhadap penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang telah tertuang dalam RPJMN 2010 – 2014.
42
43
4. Variabel dukungan keluarga tidak diteliti karena berdasarkan penelitian terdahulu, dukungan keluarga tidak berhubungan dengan penggunaan MKJP.
Dengan demikian, kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Faktor Predisposisi
Pengetahuan
Kepercayaan
Sikap
Faktor Pemungkin
Keterpaparan terhadap
informasi MKJP
Keterampilan terkait kontrasepsi
Faktor Penguat
Dukungan suami
Dukungan teman
Dukungan tenaga kesehatan
Dukungan pemimpin dalam
komunitas
Penggunaan metode
kontrasepsi jangka panjang
3.2 Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional pada Variabel Dependen 1. Variabel Dependen No 1.
Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Penggunaan
Suatu cara yang dipilih oleh
Pengisian
Lembar
Metode
wanita akseptor KB sebagai
Kuesioner
Kuesioner
Kontrasepsi
alat yang digunakan untuk
Jangka
menjarangkan atau membatasi
Panjang
kelahiran
Hasil Ukur 0.NON MKJP, jika alat
Skala Ukur Ordinal
kontrasepsi yang digunakan berupa pil atau suntik. 1.MKJP, jika kontrasepsi yang digunakan berupa susuk/ implant atau AKDR
44
Tabel 3.2 Definisi Operasional pada Variabel Independen
2. No 1.
Variabel independen Variabel Pengetahuan
Definisi Hal-hal yang dipahami
Cara
Alat
Ukur
Ukur
Pengisian
Lembar
wanita akseptor KB terkait Kuesioner metode kontrasepsi
Kuesioner
Hasil Ukur Jika yang menjawab benar diberi nilai 1, jika
Skala Ukur Ordinal
salah maka nilai 0, lalu nilai tersebut dijumlahkan. Jumlah skor dikategorikan menjadi 2 kelompok dengan cut off point median. 0 = kurang baik, jika skor diperoleh < median. 1 = baik, jika skor yang diperoleh ≥ median.
45
2.
Kepercayaan
Sebuah keyakinan
Pengisian
Lembar
Favorable (+)
Unfavorable (-)
mengenai hal yang
Kuesioner
Kuesioner
0 = Tidak Percaya
2 = Tidak Percaya
berkaitan dengan
1 = Ragu-ragu
1 = Ragu-ragu
kontrasepsi adalah benar
2 = Percaya
0 = Percaya
atau nyata
Jika responden memilih percaya pada pernyataan
Ordinal
sikap positif, maka akan diberi skor 2, dan seterusnya. Jumlah skor dikategorikan menjadi 2 kelompok dengan cut off point median. 0 = Kepercayaan Negatif, skor < nilai median 1 = Kepercayaan Positif jika skor ≥ nilai median
3.
Sikap
Reaksi atau respon wanita
Pengisian
Lembar
Favorable (+)
Unfavorable (-)
akseptor KB terhadap hal
Kuesioner
Kuesioner
0 = Tidak setuju
2 = Tidak setuju
yang berkaitan dengan
1 = Kurang setuju
1 = Kurang setuju
pemilihan metode
2 = Setuju
0 = Setuju
kontrasepsi. Dalam hal ini
(Azwar, 2009)
sikap ditunjukkan dengan
Jika responden memilih setuju pada pernyataan
pernyataan setuju, atau
sikap positif, maka akan diberi skor 2, dan
kurang setuju, atau tidak
seterusnya. Jumlah skor dikategorikan menjadi 2
setuju
kelompok dengan cut off point median.
Ordinal
0 = Sikap Negatif : skor < nilai median
46
1 = Sikap Positif, jika skor ≥ nilai median (Azwar, 2011)
4.
Keterpaparan Kondisi melihat atau
Pengisian
Lembar
Jika responden terpapar dari satu sumber
terhadap
mendengar informasi
Kuesioner
Kuesioner
MKJP
mengenai MKJP dari satu
maka akan diberi nilai 0 kemudian dijumlahkan.
sumber atau lebih
Jumlah skor dikategorikan menjadi 2 kelompok
Ordinal
informasi maka akan diberi skor 1, jika tidak
dengan cut off point median. 0.Tidak terpapar, jika skor diperoleh < median. 1.Terpapar, jika skor yang diperoleh ≥ median.
5.
Jika responden menjawab “ya” maka akan
Keterampilan Penilaian responden
Pengisian
Lembar
terkait
terhadap perlakuan yang
Kuesioner
Kuesioner
kontrasepsi
diberikan oleh tenaga
akan diberi skor 0. Lalu skor tersebut
kesehatan ketika
dijumlahkan. Jumlah skor dikategorikan menjadi
memberikan pelayanan
2 kelompok dengan cut off point median.
kontrasepsi
0.Tidak terampil, jika skor diperoleh < median.
mendapat skor 1, sedangkan jawaban “tidak”,
1.Terampil, jika skor yang diperoleh ≥ median.
47
6.
Dukungan
Sikap/ tindakan suami
Pengisian
Lembar
suami
terhadap metode
Kuesioner
Kuesioner
Jika suami menyetujui dan memberikan
Ordinal
dorongan untuk menggunakan alat kontrasepsi
kontrasepsi yang
maka diberi nilai 1, jika tidak maka diberi nilai
digunakan istrinya
0 lalu nilai dijumlahkan. Jumlah skor dikategorikan menjadi 2 kelompok dengan cut off point median. 0 = kurang mendukung, jika skor diperoleh < median. 1 = mendukung, jika skor yang diperoleh ≥ median.
7.
Dukungan
Sikap/ tindakan teman
teman
sebaya dalam penggunaan Kuesioner metode kontrasepsi
Pengisian
Lembar
Jika teman sebaya menyetujui dan memberikan
Kuesioner
dorongan untuk menggunakan alat kontrasepsi
Ordinal
maka diberi nilai 1, jika tidak maka diberi nilai 0 lalu nilai dijumlahkan. Jumlah skor dikategorikan menjadi 2 kelompok dengan cut off point median. 0 = kurang mendukung, jika skor diperoleh < median. 1 = mendukung, jika skor yang diperoleh ≥ median.
48
8.
Dukungan
Sikap atau tindakan tenaga
Pengisian
Lembar
Jika tenaga kesehatan menyetujui dan
tenaga
kesehatan dalam
Kuesioner
Kuesioner
kesehatan
penggunaan metode
kontrasepsi maka diberi nilai 1, jika tidak maka
kontrasepsi
diberi nilai 0 lalu nilai dijumlahkan. Jumlah skor
Ordinal
memberikan dorongan untuk menggunakan alat
dikategorikan menjadi 2 kelompok dengan cut off point median. 0 = kurang mendukung, jika skor diperoleh < median. 1 = mendukung, jika skor yang diperoleh ≥ median. 9.
Dukungan
Sikap atau tindakan tokoh
Pengisian
Lembar
Jika pemimpin dalam komunitas menyetujui dan
pemimpin
agama/ tokoh masyarakat/
Kuesioner
Kuesioner
dalam
kader kesehatan dalam
kontrasepsi maka diberi nilai 1, jika tidak maka
komunitas
penggunaan metode
diberi nilai 0 lalu nilai dijumlahkan. Jumlah skor
kontrasepsi
dikategorikan menjadi 2 kelompok dengan cut
Ordinal
memberikan dorongan untuk menggunakan alat
off point median. 0 = kurang mendukung, jika skor< median 1 = mendukung, jika skor yang diperoleh ≥ median.
49
50
3.3 Hipotesis Hipotesis dalam penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan metode kontrasepsi di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres tahun 2015 adalah: 1. Ada hubungan antara faktor predisposisi (pengetahuan, kepercayaan, serta sikap) dengan penggunaan MKJP di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015. 2. Ada hubungan antara faktor pemungkin (keterpaparan terhadap informasi MKJP dan keterampilan terkait kontrasepsi) dengan penggunaan MKJP di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015. 3. Ada hubungan antara faktor penguat (dukungan suami, dukungan teman, dukungan tenaga kesehatan, serta dukungan pemimpin dalam komunitas) dengan penggunaan MKJP di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015.
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Disain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional. Oleh karena itu, variabel dependen (penggunaan MKJP) dan independen (pengetahuan, kepercayaan, sikap, keterpaparan terhadap informasi MKJP, keterampilan terkait kontrasepsi, dukungan suami, dukungan teman, dukungan tenaga kesehatan, serta dukungan pemimpin dalam komunitas) diamati pada waktu yang sama untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang.
4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai Juni 2015 di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres. Pemilihan lokasi penelitian disebabkan karena Kecamatan Kalideres memiliki jumlah penduduk kedua terbanyak dan laju pertumbuhan tertinggi, serta proporsi peserta KB aktif pengguna MKJP yang rendah dibandingkan dengan kecamatan lain yang berada dalam wilayah Kota Jakarta Barat.
51
52
4.3 Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah WUS yang merupakan akseptor KB di Puskesmas Kecamatan Kalideres. 2. Sampel Pengambilan sampel dilakukan secara acak (probability sampling) agar semua unit dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel dalam penelitian ini. Pengambilan sampel menggunakan metode sistematic random sampling dengan membuat undian, nomor berapa yang akan menjadi acuan kelipatan yang dijadikan sampel. Nomor kelipatan tersebut kemudian diterapkan pada nomor urut pasien poli KB Puskesmas Kecamatan Kalideres. Kriteria sampel yang akan diambil adalah wanita akseptor KB yang sudah menikah yang datang ke Puskesmas untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi serta bersedia menjadi sampel penelitian. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus uji hipotesis beda 2 proporsi: 𝛼
𝑛=
{𝑍1− 2 √(2𝑃(1−𝑃) + 𝑍1− 𝛽 √𝑃1 (1−𝑃1)+ 𝑃2 (1−𝑃2) }
Keterangan: n : besar sampel P1 : proporsi kejadian 1 P2 : proporsi kejadian 2 P : rata rata P1 dan P2
2
(𝑃1 −𝑃2 )2
𝛼
Z1- 2 : derajat kemaknaan 5% Z1 – 𝛽: kekuatan uji 90%
53
Tabel 4.1. Variabel
Besar Sampel Peneliti P1
P2
n
Pengetahuan
Ayunda, 2013
0.324
0.676
82
Sikap
Erman, 2012
0.698
0.302
64
Keterpaparan informasi
Asih dan Hadriah, 2009
0.683
0.317
76
Dukungan suami
Fienalia, 2012
0.7
0.3
62
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa pada variabel keterpaparan informasi dan variabel pengetahuan memiliki jumlah sampel terbesar, yaitu 82. Untuk menghindari terjadinya missing jawaban dari responden maka perlu ditambahkan 10% dari jumlah sampel sehingga jumlah sampel keseluruhan sebanyak 90 orang.
4.4 Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu melalui pengumpulan data secara langsung dengan cara menyebar kuesioner pada pasien poli KB di Puskesmas Kecamatan Kalideres, serta data sekunder berupa laporan cakupan penggunaan KB Puskesmas Kecamatan Kalideres. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 90 orang. Sementara jumlah pasien poli KB pada bulan April 2015 adalah 190 orang. Dari angka tersebut dapat diketahui bahwa angka yang dijadikan acuan untuk lompatan adalah 190⁄ sehingga diperoleh angka 2. Kemudian dilakukan pengocokan pada 90 angka 1 dan 2. Angka yang keluar adalah angka 1, maka pasien poli KB yang
54
menjadi responden dalam penelitian ini adalah yang memiliki nomor urut 1, 3, 5, dan seterusnya. Sebelum mengisi kuesioner peneliti menjelaskan terlebih dahulu cara mengisi kuesioner kepada responden, dibagikan, dan tidak boleh dibawa pulang. Pada saat pengisian kuesioner, peneliti menunggu sampai selesai agar responden mengisi dengan sungguh-sungguh dan apabila terdapat hal yang belum jelas, peneliti akan memberikan penjelasan. Setelah pengisian selesai, kuesioner dikumpulkan dan diperiksa kembali kelengkapan datanya.
4.5 Instrumen Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan faktor yang berhubungan dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres. Pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuisioner telah digunakan sebelumnya dalam Riskesdas 2013, SDKI 2012 serta Faizahlaili, 2009. Kuesioner terdiri dari pertanyaan mengenai perilaku penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang, pengetahuan, kepercayaan, sikap, keterpaparan terhadap informasi MKJP, keterampilan terkait kontrasepsi, dukungan suami, dukungan teman, dukungan tenaga kesehatan, serta dukungan pemimpin dalam komunitas.
55
Adapun pengukuran data dari setiap variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Perilaku penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang Pada variabel penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang, responden yang menjawab penggunaan kontrasepsi suntik atau pil diberi nilai 0 dan dikategorikan pengguna non MKJP, sedangkan responden yang menjawab penggunaan kontrasepsi IUD/ spiral/ implan/ susuk diberi nilai 1 dan dikategorikan pengguna MKJP. 2. Pengetahuan Pada variabel pengetahuan, responden yang menjawab pertanyaan dengan benar akan diberi nilai 1, sementara jika salah akan diberi nilai 0. Kemudian nilai tersebut dijumlahkan. Responden yang memiliki pengetahuan baik akan mendapat skor 1, dan responden yang memiliki pengetahuan kurang baik akan mendapat skor 0. 3. Kepercayaan Pada variabel ini, responden yang percaya pada pernyataan positif akan diberi skor 2, ragu ragu mendapat skor 1, tidak percaya akan mendapat skor 0 dan sebaliknya. Dari hasil tersebut responden akan terbagi dalam kelompok responden positif dan negatif. 4. Sikap Pada variabel sikap, responden yang menjawab setuju pada pertanyaan favorable mendapat skor 2, kurang setuju mendapat skor 1, serta tidak setuju mendapat skor 0. Demikian sebaliknya. Responden
56
yang memiliki sikap negatif termasuk kategori 0, sedangkan yang memiliki sikap positif termasuk kategori 1. 5. Keterpaparan terhadap informasi MKJP Pada variabel ini, responden yang terpapar informasi dari satu sumber akan diberi nilai 1, kemudian nilai tersebut dijumlahkan. Responden yang terpapar informasi MKJP termasuk kategori 1, dan responden yang tidak terpapar informasi MKJP termasuk kategori 0. 6. Keterampilan terkait kontrasepsi Pada variabel keterampilan terkait kontrasepsi, responden yang menjawab “ya” akan diberi nilai 1, kemudian nilai tersebut dijumlahkan. Responden yang menganggap tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kontrasepsi terampil, termasuk golongan 1. Dan responden yang mendapatkan pelayanan kontrasepsi dari tenaga kesehatan yang dianggap kurang terampil, termasuk golongan 0. 7. Dukungan suami Pada variabel dukungan suami, responden yang menjawab “ya” dan alat kontrasepsi yang digunakan sesuai dengan yang disarankan suami akan mendapat skor 1, jawaban sebaliknya akan mendapat skor 0. Skor jawaban akan dijumlahkan. Responden akan terbagi dalam kelompok kurang mendukung dan mendukung. 8. Dukungan teman Pada variabel ini, responden yang menjawab “ya” akan mendapat skor 1. Yang menjawab tidak, akan mendapat skor 0. Responden akan terbagi dalam kelompok kurang mendukung dan mendukung.
57
9. Dukungan tenaga kesehatan Pada variabel ini, responden yang menjawab “ya” akan mendapat skor 1. Yang menjawab tidak, akan mendapat skor 0. Responden akan terbagi dalam kelompok kurang mendukung dan mendukung. 10. Dukungan pemimpin dalam komunitas Pada variabel ini, responden yang menjawab “ya” akan mendapat skor 1. Yang menjawab tidak, akan mendapat skor 0. Responden akan terbagi dalam kelompok kurang mendukung dan mendukung.
4.6 Manajemen Data Data yang diperoleh dari penelitian kuantitatif adalah berupa kode yang merupakan hasil coding dari pilihan jawaban yang telah disediakan. Setelah data tersebut terkumpul, kemudian dilakukan sebuah kegiatan yaitu me-manage data. Tahapan dalam kegiatan tersebut adalah: 1. Coding data Yaitu proses pemberian kode pada setiap pilihan jawaban sesuai dengan klasifikasinya agar memudahkan ketika memasukkan data hasil penelitian ke software yang digunakan. 2. Editing data Yaitu kegiatan yang dilakukan di lapangan pada saat pengambilan data. Peneliti melakukan pemeriksaan kelengkapan pengisian kuesioner.
58
3. Entry data Yaitu
kegiatan
memasukkan
data
ke
software
berdasarkan
klasifikasinya. 4. Cleaning Yaitu kegiatan pengecekan kembali data yang telah dimasukkan ke software agar sesuai dengan hasil pada kuesioner sehingga data siap untuk dianalisis.
4.7 Analisis Data 1. Analisis Univariat Analisis yang dilakukan untuk melihat frekuensi dan persentase dari masing-masing variabel dependen dan variabel independen. Variabel tersebut adalah penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang, pengetahuan, kepercayaan, sikap, keterpaparan terhadap informasi MKJP, keterampilan terkait kontrasepsi, dukungan suami, dukungan teman, dukungan tenaga kesehatan, serta dukungan pemimpin dalam komunitas. 2. Analisis Bivariat Analisis yang dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan yaitu mempelajari hubungan antar variabel. Uji ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (pengetahuan, kepercayaan,
sikap,
keterpaparan
terhadap
informasi
MKJP,
keterampilan terkait kontrasepsi, dukungan suami, dukungan teman, dukungan tenaga kesehatan, serta dukungan pemimpin dalam
59
komunitas) dengan variabel dependen (penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang). Data dalam penelitian ini merupakan data kategorik, oleh karena itu analisis ini dilakukan menggunakan uji Chi square.
Rumus Chi-Square yaitu:
𝑋2 = Σ
(Ο−Ε)2 Ε
Keterangan 𝑋 2 : Kai kuadrat atau Chi square O : Frekuensi yang diperoleh berdasarkan data \\\\
E : Frekuensi yang diharapkan
BAB V HASIL
5.1 Analisa Univariat 5.1.1. Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Tabel 5.1 Gambaran Penggunaan Alat Kontrasepsi pada Akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015 No
Topik
1. Alat kontrasepsi yang saat ini digunakan a. Suntik b. Pil c. IUD/ Spiral d. Implan/ Susuk
N
%
60 19 9 2
66.7 21.1 10 2.2
Hasil penelitian menunjukkan bahwa akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres tahun 2015 lebih banyak yang menggunakan kontrasepsi suntik (66.7%) dibandingkan dengan kontrasepsi pil (21.1%), IUD/ spiral (10%) maupun kontrasepsi implan/ susuk (2.2%). Kemudian hasil tersebut dikelompokkan. Pengguna kontrasepsi suntik dan pil termasuk katregori non MKJP, sementara pengguna kontasepsi IUD/ spiral dan
implan/ susuk
termasuk kategori MKJP. Hasil pengelompokkan tersebut dapat terlihat pada tabel 5.2.
60
61
Tabel. 5.2 Distribusi Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015 No. Penggunaan MKJP N % 1
Non MKJP
79
87.8
2
MKJP
11
12.2
90
100
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, diketahui sebagian besar wanita akseptor KB (87.8%) di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres menggunakan metode kontrasepsi non MKJP. 5.1.2. Gambaran Faktor Predisposisi a. Pengetahuan Tabel 5.3 Gambaran Pengetahuan Akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015 No Topik N % 1.
2.
3.
Alat kontrasepsi merupakan suatu alat, obat, dan cara yang digunakan untuk dapat mencegah kehamilan Yang termasuk jenis alat kontrasepsi adalah a. Suntik b. Pil c. Kondom d. IUD/ Spiral e. Implan/ Susuk f. Sterilisasi wanita g. Sterilisasi pria Tujuan penggunaan alat kontrasepsi adalah a. Untuk menunda kehamilan b. Untuk menjarangkan kehamilan c. Untuk kesejahteraan & kebahagiaan keluarga d. Tidak ingin hamil lagi
90
100
83 66 41 36 46 42 10
92.2 73.3 45.6 40 51.1 46.7 11.1
81 90 46 51.1 55 61.1 23 25.6
62
4.
5.
6.
Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) adalah a. Alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim b. Alat kontrasepsi yang terbuat dari bahan plastik dan tembaga c. Alat kontrasepsi yang hanya boleh dipasang oleh dokter atau bidan terlatih AKDR boleh dipasang di a. Rahim b. Alat kemaluan c. Bokong Lokasi pemasangan susuk KB/ implant a. Lengan b. Tangan c. Paha
32 35.6 18
20
38 42.2 27 30 20 22.2 14 15.6 66 73.3 7 7.8 7 7.8
Dari tabel 5.3 diperoleh informasi seluruh responden mengetahui bahwa alat kontrasepsi merupakan suatu alat, obat, dan cara yang digunakan untuk dapat mencegah kehamilan. Hampir seluruh responden (92.2%) mengetahui kontrasepsi suntik. Selain itu, hampir seluruh responden (90%) mengetahui bahwa tujuan penggunaan kontrasepsi adalah untuk menunda kehamilan. Sementara pada pengertian AKDR, responden lebih banyak mengetahui bahwa AKDR adalah alat kontrasepsi yang hanya boleh dipasang oleh dokter atau bidan terlatih (42.2%). Hanya 30% responden yang mengetahui bahwa AKDR adalah alat kontrasepsi yang dipasangkan di dalam rahim. Sedangkan sebagian besar responden (73.3%) mengetahui bahwa implan/ susuk dipasangkan di lengan. Pada hasil uji normalitas diketahui bahwa data pada variabel pengetahuan tidak berdistribusi normal, sehingga untuk kategori
63
pengetahuan digunakan cut off point median. Oleh karena itu, kategori pengetahuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel. 5.4 Distribusi Pengetahuan Akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015 No. Pengetahuan N % 1
Kurang Baik
50
55.6
2
Baik
40
44.4
90
100
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan sebagian besar akseptor KB (55.6%) di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres memiliki pengetahuan kurang baik mengenai MKJP. b. Kepercayaan Tabel 5.5 Gambaran Kepercayaan Akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015 No Topik N % 1. 2. 3.
4.
5. 6.
Percaya bahwa alat kontrasepsi yang digunakan dapat menunda kehamilan Percaya bahwa alat kontrasepsi yang digunakan dapat menjarangkan kehamilan Percaya bahwa alat kontrasepsi yang digunakan dapat meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga Tidak percaya bahwa batang IUD dapat menempel di kepala bayi saat bayi lahir pada pengguna IUD Tidak percaya bahwa IUD dapat berpindah tempat setelah dipasang Tidak percaya bahwa implant/ susuk dapat berpindah tempat setelah dipasang
82
91.1
88
97.8
71
78.9
40
44.4
26
28.9
30
33.3
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden percaya bahwa alat kontrasepsi yang digunakan dapat menunda
64
(91.1%) dan menjarangkan kehamilan (97.8%) serta dapat meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga (78.9%). Hampir separuh responden (44.4%) tidak percaya jika batang IUD dapat menempel di kepala bayi saat bayi lahir. Sebagian kecil responden tidak percaya bahwa IUD dapat berpindah tempat setelah dipasang, serta 33.3% responden tidak percaya jika implan/ susuk dapat berpindah tempat setelah dipasang. Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui bahwa data pada variabel kepercayaan tidak berdistribusi normal, sehingga untuk kategori kepercayaan digunakan cut off point median. Oleh karena itu, kategori kepercayaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel. 5.6 Distribusi kepercayaan akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015 No. Kepercayaan N % 52 57.8 Negatif 1 2
Positif
Jumlah
38
42.2
90
100
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar akseptor KB (57.8%) di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres memiliki kepercayaan yang negatif terkait metode kontrasepsi jangka panjang.
65
c. Sikap Tabel 5.7 Gambaran Sikap Akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015 No Topik N % Tidak setuju pada pernyataan “Sampai saat ini, ibu X tidak mau ber-KB, meskipun telah memiliki 5 orang anak yang kesemuanya laki-laki, alasannya karena belum memiliki anak perempuan” 2. Tidak setuju dengan pepatah yang mengatakan “banyak anak banyak rejeki” 3. Setuju pada pernyataan “Memiliki 2 orang anak sudah cukup, laki-laki maupun perempuan” 4. Tidak setuju pada pernyataan “Ibu Z tidak mau ber KB, karena menurutnya dengan menggunakan alat kontrasepsi membuat seseorang tidak dapat memiliki anak lagi” 5. Setuju dengan pernyataan “Jumlah anak yang banyak mendorong ibu untuk menggunakan KB IUD (spiral, copper T)/ implan/ susuk” 6. Setuju dengan pernyataan “KB IUD (spiral, copper T) tidak menyebabkan gemuk” 7. Setuju dengan pendapat “Pemasangan IUD dianggap tabu karena langsung dipasangkan ke leher rahim” 8. Setuju dengan pernyataan “KB IUD (spiral, copper T) tidak dapat menyebabkan orang sakit menahun (jantung, gula darah, dll)” 9. Setuju bahwa KB implan/ susuk tidak mengganggu produksi ASI 10. Setuju bahwa KB implan/ susuk praktis dalam pemakaian 11. Tidak setuju bahwa KB implan/ susuk dapat meningkatkan berat badan 1.
41 45.6
34 37.8 55 61.1
39 43.3
44 48.9
37 41.1 34 37.8
15 16.7
25 27.8 46 51.1 33 36.7
66
Menurut hasil analisis diketahui hampir separuh responden (45.6 %) tidak setuju jika seorang ibu tidak ber KB meskipun telah memiliki 5 orang anak yang kesemuanya laki-laki, dengan alasan karena belum memiliki anak perempuan. 37.7% responden tidak setuju dengan pepatah yang mengatakan “banyak anak banyak rejeki”. Sebagian besar (61.1%) responden setuju dengan pernyataan memiliki 2 orang anak sudah cukup, laki-laki maupun perempuan. Sementara hampir separuh (43.3%)
responden
tidak
setuju
dengan
pernyataan
menggunakan alat kontrasepsi membuat seseorang tidak dapat memiliki anak lagi. Sedangkan 48.9% responden setuju bahwa jumlah anak yang banyak mendorong ibu untuk menggunakan MKJP. Hampir separuh (41.1%) responden setuju bahwa IUD (spiral, copper T) tidak menyebabkan gemuk. 37.8% responden menganggap
tabu
penggunaan
IUD
karena
langsung
dipasangkan di leher rahim. Sementara sebagian kecil responden (16.7%) setuju bahwa IUD tidak dapat menyebabkan orang sakit menahun. 27.8% responden setuju jika implan/ susuk tidak mengganggu produksi ASI. Lebih dari separuh responden (51.1%) setuju jika implan/ susuk praktis dalam pemakaian. Sedangkan 36.7% responden tidak setuju bahwa implan/ susuk dapat meningkatkan berat badan.
67
Uji normalitas menunjukkan data pada variabel sikap tidak berdistribusi normal, sehingga untuk kategori sikap digunakan cut off point median. Oleh karena itu, kategori sikap dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel. 5.8 Distribusi Sikap Akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015 No. Sikap N % Negatif 50 50 1 Positif 50 50 2 90 100 Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, diketahui sebagian akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres memiliki sikap positif terhadap metode kontrasepsi jangka panjang, sementara sebagian lainnya memiliki sikap yang negatif.
68
5.1.3. Gambaran Faktor Pemungkin a. Keterpaparan Terhadap Informasi MKJP Tabel 5.9 Gambaran Keterpaparan terhadap Informasi MKJP Akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015 No Topik N % 1.
Dalam 6 bulan terakhir, apakah pernah mendapatkan informasi mengenai MKJP (Kontrasepsi spiral/ susuk/ IUD/ implan dari a. Radio b. Televisi c. Koran/ majalah d. Poster e. Pamflet f. Tokoh agama g. Dokter h. Bidan/ perawat i. Kader kesehatan j. Tokoh masyarakat
30 65 31 43 15 26 68 87 27 49
33.3 72.2 34.4 47.8 16.7 28.9 75.6 96.7 30 54.4
Sesuai dengan tabel 5.9 diperoleh informasi bahwa sebagian besar akseptor KB (96.7%) pernah mendapatkan informasi mengenai MKJP dari bidan/ perawat. Dari hasil uji normalitas menunjukkan data pada variabel keterpaparan terhadap informasi MKJP tidak berdistribusi normal, sehingga untuk kategori keterpaparan terhadap informasi MKJP digunakan cut off point median. Oleh karena itu, kategori keterpaparan terhadap informasi MKJP dapat dilihat pada tabel berikut.
69
Tabel. 5.10 Distribusi Keterpaparan Terhadap Informasi MKJP Akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015 Keterpaparan Terhadap No. N % Informasi MKJP Tidak terpapar 43 47.8 1 Terpapar 47 52.2 2 90 100 Jumlah
Menurut tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa lebih banyak kelompok akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres yang terpapar dengan informasi MKJP (52.2%). b. Keterampilan Terkait Kontrasepsi Tabel 5.11 Gambaran Keterampilan Terkait Kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015 No Topik N % 1. 2. 3.
4.
Petugas menanyakan riwayat penyakit ibu sebelum menggunakan alat kontrasepsi Petugas memberikan penjelasan tentang macam-macam alat kontrasepsi Sebelum menggunakan alat kontrasepsi, petugas menjelaskan tentang efek samping dari alat kontrasepsi yang akan digunakan Sebelum menggunakan alat kontrasepsi anda diberikan lembar persetujuan sebelum diberikan tindakan
60
66.7
71
78.9
44
48.9
44
48.9
Hasil analisis menunjukkan sebagian besar responden menyatakan bahwa petugas menanyakan riwayat penyakit ibu sebelum menggunakan alat kontrasepsi (66.7%) dan memberi penjelasan tentang macam-macam alat kontrasepsi (78.9).
70
sementara 48.9% responden menyatakan telah diberikan informasi tentang efek samping dari alat kontrasepsi yang akan digunakan, dan diberikan lembar persetujuan sebelum diberi tindakan. Uji
normalitas
menunjukkan
data
pada
variabel
keterampilan terkait kontrasepsi tidak berdistribusi normal, sehingga untuk kategori keterampilan terkait kontrasepsi digunakan cut off point median. Oleh karena itu, kategori keterampilan terkait kontrasepsi dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel. 5.12 Distribusi Keterampilan Terkait Kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015 Keterampilan Terkait No. N % Kontrasepsi 1
Tidak Terampil
43
47.8
2
Terampil
47
52.2
90
100
Jumlah
Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa sebagian besar (52.2%) akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres menganggap bahwa tenaga kesehatan yang melayani penggunaan KB memiliki keterampilan yang baik.
71
5.1.4. Gambaran Faktor Penguat a. Dukungan Suami Tabel 5.13 Gambaran Dukungan Suami di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015 No Topik N % 1. 2. 3.
Suami setuju dengan alat kontrasepsi yang digunakan sekarang Suami memberikan dukungan untuk ber KB Alat kontrasepsi apa yang disarankan oleh suami sesuai dengan alat kontrasepsi yang digunakan saat ini
85
94.4
90
100
90
100
Dari tabel di atas, diperoleh informasi bahwa sebagian besar (94.4%) suami setuju dengan alat kontrasepsi yang digunakan sekarang, dan seluruh responden menyatakan bahwa suami memberikan dukungan untuk ber KB, dan alat kontrasepsi yang digunakan saat ini sesuai dengan apa yang disarankan suami. Hasil uji normalitas menunjukkan data pada variabel dukungan suami tidak berdistribusi normal, sehingga untuk kategori dukungan suami digunakan cut off point median. Oleh karena itu, kategori dukungan suami dapat dilihat pada tabel 5.14 berikut. Tabel. 5.14 Distribusi Dukungan Suami di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015 No. Dukungan Suami N % Kurang Mendukung 5 5.6 1 Mendukung 85 94.4 2 90 100 Jumlah
72
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa hampir seluruh suami akseptor KB (94.4%) di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres mendukung istrinya untuk menggunakan alat kontrasepsi. b. Dukungan Teman Tabel 5.15 Gambaran Dukungan Teman di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015 No Topik N % 1. 2.
Teman sebaya memberikan dukungan/ dorongan untuk ber-KB Teman sebaya setuju dengan alat kontrasepsi yang saat ini digunakan
89
98.9
83
92.2
Dari tabel di atas diperoleh informasi bahwa sebagian besar responden memperoleh dukungan dari temannya untuk ber-KB (98.9%) dan memperoleh persetujuan dari teman atas alat kontrasepsi yang digunakan saat ini (92.2%). Melalui uji normalitas diketahui data pada variabel dukungan teman tidak berdistribusi normal, sehingga untuk kategori dukungan teman digunakan cut off point median. Oleh karena itu, kategori dukungan teman dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel. 5.16 Distribusi Dukungan Teman di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015 No. Dukungan Teman N % Kurang Mendukung 8 8.9 1 Mendukung 82 91.1 2 90 100 Jumlah
73
Berdasarkan tabel di atas diketahui sebagian besar (91.1%) akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres diberikan dukungan oleh temannya untuk menggunakan alat kontrasepsi. c. Dukungan Tenaga Kesehatan Tabel 5.17 Gambaran Dukungan Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015 No Topik N % 1.
Petugas kesehatan pernah menyarankan
40
44.4
76
84.4
untuk menggunakan KB IUD (spiral, copper T)/ implan/ susuk 2.
Petugas kesehatan memberi kesempatan atau kebebasan untuk memilih alat kontrasepsi yang digunakan
Dari tabel 5.17 diperoleh informasi bahwa tidak sampai separuh responden (44.4%) yang pernah disarankan oleh petugas kesehatan untuk menggunakan MKJP. Sementara itu, sebagian besar responden diberikan kebebasan untuk memilih alat kontrasepsi yang akan digunakan. Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui data pada variabel dukungan tenaga kesehatan tidak berdistribusi normal, sehingga untuk kategori dukungan tenaga kesehatan digunakan cut off point median. Oleh karena itu, kategori dukungan tenaga kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut.
74
Tabel. 5.18 Distribusi Dukungan Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015 No. Dukungan Tenaga Kesehatan N % 1
Kurang Mendukung
10
11.1
2
Mendukung
80
88.9
90
100
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas diketahui sebagian besar (88.9%) akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres diberikan dukungan oleh tenaga kesehatan untuk menggunakan alat kontrasepsi. d. Dukungan Pemimpin dalam Komunitas Tabel 5.19 Gambaran Dukungan Pemimpin dalam Komunitas di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015 No Topik N % 1.
Pernah ada kegiatan yang berkaitan dengan MKJP yang diselenggarakan oleh a. Tokoh masyarakat b. Tokoh agama c. Kader kesehatan
27 5 42
30 5.6 46.7
Berdasarkan hasil analisis diketahui hampir separuh responden (46.7%) menyatakan pernah ada kegiatan terkait MKJP yang diselenggarakan oleh kader kesehatan. Sementara hanya 5% responden yang menyatakan pernah ada kegiatan tersebut yang diselenggarakan oleh tokoh agama. Melalui hasil uji normalitas diperoleh informasi bahwa data pada variabel dukungan pemimpin dalam komunitas tidak berdistribusi normal, sehingga untuk kategori dukungan pemimpin dalam
75
komunitas digunakan cut off point median. Oleh karena itu, kategori dukungan pemimpin dalam komunitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel. 5.20 Distribusi Dukungan Pemimpin dalam Komunitas di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015 Dukungan Pemimpin dalam No. N % Komunitas 1
Kurang Mendukung
44
48.9
2
Mendukung
46
51.1
90
100
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas diketahui lebih dari separuh (51.1%) akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres
memiliki
dukungan
dari
komunitasnya untuk menggunakan MKJP.
pemimpin
dalam
76
5.2 Analisis Bivariat 5.2.1. Hubungan Faktor Predisposisi dengan Penggunaan MKJP a. Hubungan Pengetahuan Akseptor KB dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Tabel 5.21 Hubungan Pengetahuan Akseptor KB dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Penggunaan MKJP Pengetahuan
Non MKJP
MKJP N
%
P.Value
Total
N
%
N
Kurang baik
43
86.0
7 14.0
50 100.0
Baik
36
90.0
4 10.0
40 100.0
Total
79
87.8
11 12.2
90 100.0
OR
% 0.749
0.683 0.185-2.519
Berdasarkan tabel di atas diperoleh informasi bahwa diantara akseptor KB yang memiliki pengetahuan kurang baik, ada 43 dari 50 ibu (86.0%) yang menggunakan non MKJP. Uji statistik pada tingkat kemaknaan 5% menghasilkan p.value sebesar 0.749, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan akseptor KB dengan penggunaan MKJP. Selain itu diperoleh nilai OR sebesar 0.683 yang artinya akseptor KB yang berpengetahuan kurang baik memiliki kecenderungan untuk menggunakan non MKJP sebesar 0.683 kali lebih besar dibandingkan dengan akseptor yang memiliki pengetahuan baik.
77
b. Hubungan Kepercayaan Akseptor KB dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Tabel 5.22 Hubungan Kepercayaan Akseptor KB dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Penggunaan MKJP Kepercayaan
Non MKJP
MKJP %
P.Value
Total
N
%
N
N
Negatif
50
96.2
2
Positif
29
76.3
9 23.7 38 100.0
Total
79
87.8
11 12.2 90 100.0
OR
%
3.8 52 100.0
0.007
7.759 1.568-38.391
Hasil analisis hubungan antara kepercayaan dengan penggunaan MKJP diperoleh bahwa diantara 52 akseptor KB yang memiliki kepercayaan negatif, ada 50 orang (96.2%) yang tidak menggunakan MKJP. Uji statistik pada ∝ = 5% menghasilkan p.value sebesar 0.007 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepercayaan akseptor KB dengan penggunaan MKJP. Selain itu diketahui nilai OR sebesar 7.759 yang artinya akseptor KB dengan kepercayaan negatif memiliki kecenderungan 7.759 kali lebih besar untuk menggunakan non MKJP dibandingkan dengan akseptor dengan kepercayaan positif.
78
c. Hubungan sikap akseptor KB dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Tabel 5.23 Hubungan Sikap Akseptor KB dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Penggunaan MKJP Sikap
Non MKJP
MKJP N
%
P.Value
Total
N
%
N
Negatif
40
88.9
5 11.1
45 100.0
Positif
39
86.7
6 13.3
45 100.0
Total
79
87.8
11 12.2
90 100.0
OR
% 1.00
1.231 0.347-4.366
Menurut tabel 5.23 dapat diketahui dari 45 akseptor KB yang memiliki sikap negatif, 40 diantaranya (88.9%) menggunakan non MKJP. Uji statistik pada ∝ = 5% menghasilkan p.value sebesar 1.00 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap akseptor KB dengan penggunaan MKJP. Disamping itu, diketahui nilai OR sebesar 1.231 yang artinya akseptor KB dengan sikap negatif memiliki kecenderungan 1.231 kali lebih besar untuk menggunakan non MKJP dibandingkan dengan akseptor KB dengan sikap positif.
79
5.2.2. Hubungan Fakor Pemungkin dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang a. Hubungan Keterpaparan Terhadap Informasi MKJP dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Tabel 5.24 Hubungan Keterpaparan Terhadap Informasi MKJP dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Penggunaan MKJP
Keterpaparan Informasi
Non MKJP
MKJP
P.Value
Total
MKJP
N
%
Tidak terpapar
35
81.4
8 18.6 43 100.0
Terpapar
44
93.6
3
Total
79
87.8
N
%
N
% 0.148
6.4 47 100.0
11 12.2 90 100.0
dengan penggunaan MKJP diketahui bahwa dari 43 orang akseptor KB yang tidak terpapar informasi MKJP, 81.4% diantaranya menggunakan non MKJP. Uji statistik pada tingkat kemaknaan 5% diperoleh p.value sebesar 0.148, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara keterpaparan informasi MKJP dengan penggunaan MKJP. Selain itu diperoleh nilai OR sebesar 0.289 yang artinya akseptor yang
tidak
terpapar
informasi
MKJP
memiliki
kecenderungan 0.298 kali lebih besar untuk menggunakan non MKJP dibandingkan akseptor KB yang terpapar informasi MKJP.
0.298 0.074-1.209
Hasil analisa hubungan antara keterpaparan informasi MKJP
KB
OR
80
b. Hubungan
Keterampilan
Terkait
Kontrasepsi
dengan
Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Tabel 5.25 Hubungan Keterampilan Terkait Kontrasepsi dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Keterampilan Terkait
Penggunaan MKJP Non MKJP
MKJP
Total
Kontrasepsi
N
%
N
%
Tidak terampil
43
100.0
0
0.0
43 100.0
Terampil
36
76.6
11 23.4
47 100.0
Total
79
87.8
11 12.2
90 100.0
N
P.Value
OR
0.002
-
%
Berdasarkan tabel 5.25 diketahui dari 43 akseptor yang menganggap tenaga kesehatan tidak memiliki keterampilan terkait kontrasepsi, seluruhnya (100%) menggunakan non MKJP. Uji statistik pada ∝ = 5% menghasilkan p.value sebesar 0.002, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan signifikan antara keterampilan terkait kontrasepsi dengan penggunaan MKJP.
81
5.2.3. Hubungan Faktor Penguat dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang a. Hubungan Dukungan Suami dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Tabel 5.26 Hubungan Dukungan Suami dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Penggunaan MKJP Dukungan Suami
Non MKJP
MKJP
P.Value OR
Total
N
%
N
%
5
100.0
0
0.0
Mendukung
74
87.1
11 12.9 85 100.0
Total
79
87.8
11 12.2 90 100.0
Kurang mendukung
N
%
5 100.0
1.00
Menurut tabel di atas diperoleh informasi bahwa dari 5 akseptor KB yang kurang mendapat dukungan dari suami, seluruhnya (100%) menggunakan non MKJP. Uji statistik pada ∝ = 5% menghasilkan p.value sebesar 1.00 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan penggunaan MKJP.
-
82
b. Hubungan Dukungan Teman dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Tabel 5.27 Hubungan Dukungan Teman dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Penggunaan MKJP Dukungan Teman
Non MKJP N
Kurang mendukung
MKJP
%
N
%
8 100.0
0
0.0
P.Value OR
Total N
%
8 100.0
Mendukung
71
86.6 11 13.4 82 100.0
Total
79
87.8 11 12.2 90 100.0
0.589
Dari tabel di atas diketahui dari 8 orang yang kurang mendapat
dukungan
dari
teman,
seluruhnya
(100%)
menggunakan non MKJP. Uji statistik pada ∝ = 5% menghasilkan
p.value
sebesar
0.589,
sehingga
dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan teman dengan penggunaan MKJP.
-
83
c. Hubungan Dukungan Tenaga Kesehatan dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Tabel 5.28 Hubungan Dukungan Tenaga Kesehatan dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Dukungan Tenaga Kesehatan Kurang
Penggunaan MKJP Non MKJP N
%
9
90.0
MKJP N
%
P.Value
Total N
OR
%
1 10.0 10 100.0
1.00
1.286 0.147-11.257
mendukung Mendukung
70
87.5
10 12.5 80 100.0
Total
79
87.8
11 12.2 90 100.0
Berdasarkan tabel 5.28 diketahui dari 10 akseptor yang kurang mendapat dukungan dari tenaga kesehatan, 9 diantaranya (90%) menggunakan non MKJP. Uji statistik pada derajat kemaknaan 5% menghasilkan p.value sebesar 1.00 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan tenaga kesehatan dengan penggunaan MKJP. Selain itu, diketahui nilai OR sebesar 1.286 yang artinya akseptor KB yang kurang mendapat dukungan dari tenaga kesehatan memiliki kecenderungan 1.286 kali lebih besar untuk menggunakan non MKJP dibandingkan dengan akseptor yang mendapat dukungan dari tenaga kesehatan.
84
d. Hubungan Dukungan Pemimpin dalam Komunitas dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
Tabel 5.29 Hubungan Dukungan Pemimpin dalam Komunitas dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Dukungan Pemimpin dalam
Penggunaan MKJP Non MKJP N
%
38
86.4
MKJP N
%
Total N
P.Value
OR
%
Komunitas Kurang
6 13.6
44 100.0
0.937
0.772 0.218-2.740
mendukung Mendukung
41
89.1
5 10.9
46 100.0
Total
79
87.8
11 12.2
90 100.0
Berdasarkan tabel di atas, diketahui dari 44 akseptor KB yang kurang didukung oleh pemimpin dalam komunitas, 38 diantaranya (86.4%) menggunakan non MKJP. Uji statistik pada derajat kemaknaan 5% menghasilkan p.value sebesar 0.937, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan pemimpin dalam komunitas dengan penggunaan MKJP. Disamping itu, diperoleh nilai OR sebesar 0.772 yang artinya akseptor yang kurang mendapat dukungan dari pemimpin dalam komunitas berpeluang 0.772 kali lebih besar menggunakan non MKJP dibandingkan dengan akseptor yang mendapatkan dukungan pemimpin dalam komunitas.
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Keterbatasan tersebut terdapat dalam hal proses pengumpulan data. Dalam proses pengumpulan data, terkadang timbul suasana yang kurang mendukung seperti responden yang dipanggil untuk melakukan pemeriksaan, responden yang berkomunikasi dengan responden lain, sehingga dapat menyebabkan bias informasi.
6.2 Pembahasan Hasil Penelitian 6.2.1. Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Menurut BKKBN (2011), alat kontrasepsi yang termasuk MKJP adalah MOW, MOP, AKDR, serta implan atau yang dikenal dengan susuk KB. Sementara pada Puskesmas Kecamatan Kalideres, pelayanan MKJP terbatas pada AKDR dan implan atau susuk. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa hanya sebagian kecil (12.2%) akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres yang menggunakan kontrasepsi MKJP. Hal ini sesuai dengan hasil studi pendahuluan melalui data sekunder yang menunjukkan bahwa proporsi akseptor KB non MKJP di Puskesmas Kecamatan Kalideres adalah 17.66%. Artinya, proporsi pengguna MKJP masih jauh dari target sebesar 27.5%. Melalui hasil tersebut, 85
86
jika tidak ada peningkatan pengguna MKJP maka dapat diperkirakan bahwa Kecamatan Kalideres tetap menjadi kecamatan dengan bayi lahir hidup terbesar di Kota Administrasi Jakarta Barat. Saat ini, jumlah penduduk Kecamatan Kalideres adalah 406.273 jiwa dengan kepadatan sebesar 13.350 penduduk/ km2. Jika bayi lahir hidup tetap berada dalam jumlah yang cukup tinggi, tentunya kepadatan
penduduk
akan
terus
bertambah
dan
berpotensi
menimbulkan permasalahan kesehatan.
6.2.2. Faktor Predisposisi a. Pengetahuan Pengetahuan tentang pengendalian kelahiran dan keluarga berencana merupakan prasyarat dari penggunaan metode kontrasepsi yang tepat dengan cara yang efektif dan efisien (BPS, etc, 2012). Melalui pengetahuan yang baik tentang kontrasepsi, tentu dapat memberikan peluang untuk dapat memilih kontrasepsi dengan baik dan benar sesuai dengan tujuan ber KB (Asih dan Hadriah, 2009). Hasil penelitian menunjukkan lebih dari separuh (55.6%) akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres tahun 2015 memiliki pengetahuan MKJP yang kurang baik. Pada analisa bivariat diperoleh informasi bahwa dari 50 akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres yang memiliki
87
pengetahuan kurang baik, 86% diantaranya menggunakan menggunakan non MKJP. Hasil uji statistik, diketahui p value = 0.749, artinya pada ∝ = 5% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan akseptor KB dengan penggunaan MKJP. Diketahui nilai OR sebesar 0.683 yang artinya akseptor KB yang berpengetahuan kurang baik memiliki kecenderungan untuk menggunakan non MKJP sebesar 0.683 kali lebih besar dibandingkan dengan akseptor yang memiliki pengetahuan baik. Pengetahuan akseptor KB terkait MKJP tergolong kurang baik. Pengetahuan tergolong kurang baik apabila responden dapat menjawab dengan benar minimal 17 pertanyaan. Pada kelompok MKJP maupun non MKJP, terdapat kesamaan yaitu lebih banyak akseptor yang memiliki pengetahuan kurang dibandingkan pengetahuan yang baik. Pengetahuan yang kurang baik ini terlihat dari jawaban responden yang meliputi: responden lebih banyak mengetahui alat kontrasepsi seperti suntik dan pil, sementara alat kontrasepsi yang lain kurang diketahui. Pada tujuan kontrasepsi, hampir seluruh responden menjawab bahwa kontrasepsi bertujuan untuk menunda kehamilan. Sementara hanya sebagian responden yang menjawab bahwa kontrasepsi bertujuan untuk menjarangkan kehamilan dan meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga.
88
Tidak sampai separuh responden yang mengetahui bahwa AKDR dimasukkan ke dalam rahim yang terbuat dari tembaga dan hanya boleh dipasangkan oleh dokter atau bidan terlatih. Selain itu hanya sebagian kecil (30.0%) responden yang mengetahui bahwa AKDR dipasangkan di dalam rahim. Namun hampir seluruh responden (73.3%) mengetahui bahwa susuk KB dipasangkan di lengan. Jika disimpulkan, pengetahuan akseptor KB sudah tergolong baik pada pertanyaan seputar tujuan KB. Sementara pada pertanyaan terkait MKJP masih tergolong kurang baik. Dengan demikian, perlu adanya peningkatan pengetahuan akseptor KB terkait alat kontrasepsi MKJP. Diketahui bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik, lebih banyak yang menggunakan non MKJP. Namun demikian, responden dengan pengetahuan kurang baik pun lebih banyak yang menggunakan non MKJP. Hasil tersebut yang diperkirakan menjadi alasan tidak adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan penggunaan MKJP. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa pengetahuan yang baik belum tentu membuat seseorang menggunakan kontrasepsi sesuai dengan pengetahuannya, begitupun seseorang yang memiliki pengetahuan yang kurang baik, tidak menghalangi dirinya untuk menggunakan MKJP. Hal ini menunjukkan bahwa ada variabel lain yang mempengaruhi penggunaan MKJP.
89
Melalui penelitian yang dilakukan oleh Verawaty (2013) diketahui bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan pemilihan MKJP. Pengetahuan responden yang baik ataupun kurang tentang MKJP tidak mempengaruhi mereka dalam memilih metode atau alat kontrasepsi yang akan digunakan dalam hal ini MKJP. Mereka memiliki keleluasaan atau kebebasan pilihan dengan mempertimbangkan hal-hal seperti kecocokan, pilihan efektif atau tidaknya, kenyamanan dan keamanan dari efek samping alat kontrasepsi, juga dalam memilih tempat pelayanan yang sesuai dan lengkap. Menurut Green (1980) beberapa macam pengetahuan kesehatan mungkin dibutuhkan sebelum terjadinya suatu perilaku kesehatan pribadi. Akan tetapi, perilaku sehat mungkin tidak terjadi kecuali jika seseorang menerima isyarat yang cukup kuat untuk memotivasi dirinya untuk bertindak sesuai dengan pengetahuannya. Meskipun tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan MKJP, namun diketahui bahwa lebih banyak akseptor yang memiliki pengetahuan kurang dibandingkan akseptor yang memiliki pengetahuan baik. Dalam upaya meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai MKJP agar mempermudah dalam pemilihan alat/ cara kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhannya, maka perlu diadakan kegiatan lintas sektor terkait sosialisasi MKJP.
90
b. Kepercayaan Kepercayaan adalah sebuah keyakinan bahwa suatu fenomena atau suatu objek adalah benar atau nyata. Ketika seseorang percaya bahwa suatu perilaku kesehatan akan bermanfaat bagi dirinya, hal tersebut akan meningkatkan motivasi untuk melakukan perilaku kesehatan tersebut sehingga kemungkinan untuk dilakukannya perilaku kesehatan semakin besar (Green, 1980). Analisa univariat menunjukkan sebagian besar akseptor KB (57.8%) di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres memiliki kepercayaan negatif terkait MKJP. Kepercayaan ini terkait mitos yang berkembang dalam masyarakat terkait efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang. Mitos yang dimaksud adalah batang IUD yang dapat menempel di kepala bayi ketika bayi lahir, serta IUD dan implan/ susuk yang dapat berpindah setelah dipasangkan. Berdasarkan analisis bivariat, diketahui akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres yang merupakan pengguna non MKJP lebih banyak yang memiliki kepercayaan negatif (96.2%) dibandingkan kepercayaan positif (3.8%). Uji statistik menghasilkan p value 0.007 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepercayaan akseptor KB dengan penggunaan MKJP. Selain itu diketahui nilai OR sebesar 7.759 yang artinya akseptor KB dengan kepercayaan negatif memiliki kecenderungan 7.759 kali lebih besar untuk
91
menggunakan non MKJP dibandingkan dengan akseptor dengan kepercayaan positif. Kepercayaan tergolong positif jika skor kepercayaan lebih dari 9. Sebagian besar responden mempercayai bahwa alat kontrasepsi yang digunakannya sesuai dengan tujuan kontrasepsi yaitu dapat menunda
kehamilan,
menjarangkan
kehamilan,
serta
meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga. Namun pada pernyataan terkait mitos pada alat kontrasepsi, kurang dari separuh responden yang tidak percaya dengan mitos terkait alat kontrasepsi. 44% responden yang tidak percaya bahwa batang IUD dapat menempel di kepala bayi saat bayi lahir. Sebagian kecil (28.9%) responden yang tidak percaya bahwa batang IUD dapat berpindah tempat. Serta 33.3% reponden yang tidak percaya bahwa implan/ susuk dapat berpindah tempat. Responden yang memiliki kepercayaan negatif, lebih banyak menggunakan non MKJP. Sementara responden yang memiliki kepercayaan positif, lebih banyak yang menggunakan MKJP. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa semakin seseorang percaya terhadap mitos mengenai alat kontrasepsi yang termasuk MKJP,
maka
semakin
memiliki
kecenderungan
untuk
menggunakan alat kontrasepsi non MKJP. Pada penelitian yang dilakukan oleh Yanti, dkk (2012) diketahui ada hubungan kepercayaan dengan penggunaan kontrasepsi IUD. Hal tersebut disebabkan karena masih banyak
92
masyarakat
yang
memiliki
kepercayaan
penggunaan
IUD.
Kepercayaan
yang
negatif
negatif
terkait
mengenai
penggunaan IUD dikarenakan masyarakat masih memegang teguh adat istiadat dari suku mereka, petuah orang tua dan juga faktor agama. Kontrasepsi modern merupakan suatu alat yang dimasukkan atau dipasangkan ke dalam tubuh manusia, yang terkadang akan menimbulkan efek yang berbeda pada masing-masing individu. Cerita mengenai efek samping alat kontrasepsi kemudian menyebar dalam masyarakat tanpa diketahui kebenarannya. Hal tersebut menjadi sebuah keyakinan yang melekat sehingga membuat masyarakat takut atau enggan menggunakan alat kontrasepsi yang termasuk MKJP. Hasil analisa univariat menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden memiliki kepercayaan negatif terkait
MKJP, sementara
responden
pengguna MKJP sebagian besar memiliki kepercayaan positif. Berdasarkan hal tersebut maka tenaga kesehatan, kader kesehatan, petugas penyuluh KB serta pihak lain yang terkait memiliki tugas untuk melakukan edukasi khususnya mengenai mitos dan fakta seputar alat kontrasepsi yang termasuk MKJP. Media memiliki peranan penting dalam mensosialisasikan keluarga berencana. Oleh karena itu, perlu dibuat media khusus untuk sosialisasi terkait mitos dan fakta seputar MKJP. Media tersebut dapat berupa video,
93
karena melalui video, dapat memberikan pengetahuan melalui gambar dan suara.
c. Sikap Menurut Green (1981), konsep kunci dalam sikap ada dua yaitu (1) sikap merupakan sesuatu perasaan cukup konstan yang langsung terhadap suatu objek (seseorang, perilaku, situasi, atau ide); dan (2) yang melekat pada struktur sebuah sikap adalah evaluasi, dan dimensi baik – buruk. Dalam kaitannya dengan kontrasepsi, menurut Purba (2008) sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Seperti sikap setuju atau tidaknya mereka terhadap informasi alat kontrasepsi dan KB, pengertian alat kontrasepsi dan manfaatnya, serta hal lain yang berkaitan dengan kontrasepsi. Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres menunjukkan bahwa separuh akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres memiliki sikap positif terhadap penggunaan MKJP, dan separuh lainnya memiliki sikap negatif. Pada variabel ini diberikan pertanyaan terkait manfaat dan akibat yang ditimbulkan dari penggunaan kontrasepsi. Pada analisa bivariat, dapat diketahui pengguna non MKJP di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres lebih banyak yang memiliki sikap negatif (88.9%) terhadap penggunaan MKJP
94
dibandingkan yang memiliki sikap positif (11.1%). Uji statistik menunjukkan p value = 1. Dengan demikian tidak diperoleh adanya hubungan yang signifikan antara sikap akseptor KB dengan penggunaan MKJP di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres. Diketahui nilai OR sebesar 1.231 yang artinya akseptor KB dengan sikap negatif memiliki kecenderungan 1.231 kali lebih besar untuk menggunakan non MKJP dibandingkan dengan akseptor KB dengan kepercayaan positif. Sikap tergolong positif jika skor sikap lebih dari 12.5. Dari tiga pernyataan terkait prinsip dasar penggunaan kontrasepsi, lebih dari separuh responden kurang setuju atas pernyataan tersebut. Pada pertanyaan terkait efek samping IUD, dua pernyataan lebih banyak yang menjawab kurang setuju, sedangkan dua pernyataan lainnya lebih banyak yang menjawab setuju. Sementara pada pernyataan terkait efek samping implan/ susuk, responden lebih banyak yang menjawab kurang setuju. Hal tersebut membuat jumlah responden yang memiliki sikap positif dan negatif seimbang. Jumlah pengguna non MKJP yang bersikap positif hampir sama dengan yang bersikap negatif, meskipun lebih banyak responden bersikap negatif yang menggunakan MKJP. Demikian halnya pada pengguna MKJP. Jumlah responden yang bersikap negatif hampir sama dengan responden yang bersikap positif. Namun pada pengguna MKJP, lebih banyak yang memiliki sikap
95
positif. Sedikit perbedaan pada sikap masing masing pengguna metode kontrasepsi dapat menjadikan alasan tidak adanya hubungan antara sikap dengan penggunaan MKJP. Penelitian yang dilakukan oleh Verawaty (2013) diketahui bahwa tidak ada perbedaan antara responden yang bersikap positif dan responden yang bersikap negatif terhadap penggunaan MKJP. Artinya, walaupun responden memberi penilaian baik terhadap manfaat dan efek samping dari penggunaan MKJP, hal tersebut tidak akan mempengaruhi keputusannya dalam menggunakan MKJP. Sikap merupakan suatu perasaan yang melekat pada diri seseorang. Perasaan yang positif, belum tentu diterjemahkan ke dalam suatu perilaku yang positif. Berbagai hal lain dapat mempengaruhi sikap seseorang untuk berperilaku tidak sesuai dengan
sikapnya.
Pada
penelitian
ini,
belum
diketahui
kecenderungan masyarakat apakah memiliki sikap positif atau negatif, karena separuh responden memiliki sikap positif dan separuh lainnya bersikap negatif. Meskipun demikian, separuh responden yang memiliki sikap positif terhadap MKJP belum menggunakan MKJP. Hal ini tentunya disebabkan karena ada pertimbangan lain/ faktor lain yang mempengaruhi seseorang untuk tidak memilih kontrasepsi MKJP.
96
6.2.3. Faktor Pemungkin a. Keterpaparan Terhadap Informasi MKJP Program komunikasi, edukasi, dan informasi (KIE) KB di Indonesia merupakan kegiatan penerangan dan sosialisasi program KB melalui berbagai media. Media memiliki peranan penting dalam mensosialisasikan keluarga berencana. Informasi mengenai keterpajanan media penting bagi perencana program untuk menentukan target populasi yang efektif dalam pelaksanan KIE program KB. Baik media cetak (koran/majalah, pamflet, poster) maupun media eletronik (radio dan televisi) digunakan untuk menyebarluaskan pesan KB. Kegiatan KIE untuk acara televisi dilakukan oleh stasiun TV pemerintah dan swasta di pusat dan daerah. KIE untuk radio juga dilakukan melalui stasiun radio pemerintah dan swasta di seluruh wilayah Indonesia (BKKBN, 2012). Analisa univariat menunjukkan akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres yang terpapar informasi MKJP lebih besar (52.2%) dibandingkan dengan yang tidak terpapar informasi MKJP (47.8%). Sementara pada analisa bivariat diketahui bahwa dari 43 akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres yang tidak terpapar informasi, 81.4% diantaranya menggunakan non MKJP. Uji statistik menunjukkan p value sebesar 0.148 sehingga melalui hasil tersebut dapat diketahui tidak ada hubungan yang signifikan antara keterpaparan terhadap
97
informasi MKJP dengan penggunaan MKJP. Selain itu diperoleh nilai OR sebesar 0.289 yang artinya akseptor KB yang tidak terpapar informasi MKJP memiliki kecenderungan 0.298 kali lebih besar untuk menggunakan non MKJP dibandingkan akseptor KB yang terpapar informasi MKJP. Pada penelitian ini, responden yang terpapar informasi MKJP adalah mereka yang pernah mendapatkan informasi minimal dari 7 sumber. Diketahui bahwa informasi MKJP terbanyak diperoleh dari bidan/ perawat, namun pengetahuan responden masih tergolong kurang baik. Hal ini dapat disebabkan karena informasi yang diperoleh belum menyeluruh, atau informasi yang diperoleh tidak melekat pada pengetahuan masyarakat. Masih terbatas pada pernah
mendapatkan
informasi,
namun
belum
sampai
meningkatkan pengetahuan maupun perilaku penggunaan MKJP. Selain itu, diketahui jumlah pengguna MKJP lebih banyak yang tidak terpapar informasi MKJP. Sementara pada pengguna non MKJP, lebih banyak yang terpapar informasi MKJP. Hasil tersebut diduga menjadi alasan tidak adanya hubungan antara keterpaparan informasi MKJP dengan penggunaan MKJP. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Aryanti (2014) menyatakan tidak ada hubungan informasi KB dengan penggunaan kontrasepsi. Menurut Aryanti, tidak adanya hubungan tersebut disebabkan karena jumlah petugas lapangan KB tidak sebanding dengan akseptor KB yang ada di Desa tersebut. Selain itu
98
responden telah mendapatkan informasi MKJP dari sumber lain walaupun informasi yang diterima tidak lengkap dan akurat. Dalam penelitian Christiani, dkk (2014) meskipun sosialisasi tentang program KB telah dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti kegiatan posyandu, pengajian, maupun metode jemput bola serta obrolan santai, tetap saja penggunaan MKJP belum mencapai target yang diharapkan. Menurutnya, hal tersebut disebabkan oleh pelaksanaan sosialisasi yang belum terlaksana secara maksimal karena acara tersebut masih tergabung dengan acara lain sehingga masyarakat belum betul-betul memahami tentang program KB khususnya MKJP. Tidak adanya hubungan antara keterpaparan informasi dengan penggunaan MKJP dalam penelitian ini kemungkinan disebabkan oleh informasi MKJP yang beredar di masyarakat lebih banyak mengenai kontrasepsi secara umum yang belum banyak membahas kontrasepsi jangka panjang. Seperti dalam hasil analisa univariat pada variabel pengetahuan yang menunjukkan bahwa lebih dari separuh akseptor KB memiliki pengetahuan yang kurang mengenai MKJP. Hal ini menunjukkan bahwa perlu adanya penyebaran informasi yang lebih luas kepada masyarakat mengenai MKJP, terutama terkait klarifikasi informasi yang salah mengenai MKJP.
99
b. Keterampilan Terkait Kontrasepsi Keterampilan adalah kemampuan seseorang dalam menerapkan pengetahuan kedalam bentuk tindakan. Keterampilan seorang karyawan diperoleh melalui pendidikan dan latihan. Pelatihan dapat memberikan pegawai lama maupun pegawai baru sebuah keterampilan yang mereka butuhkan untuk melaksanakan pekerjaan (Sirait, 2006). Berdasarkan analisa univariat diketahui sebagian besar (52.2%) akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres menganggap tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kontrasepsi memiliki keterampilan yang baik. Sementara pada analisa bivariat diketahui dari 43 akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres yang menganggap tenaga kesehatan tidak memiliki keterampilan terkait kontrasepsi, seluruhnya (100%) menggunakan non MKJP. Hasil uji statistik menunjukkan p value sebesar 0.002 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa keterampilan terkait kontrasepsi berhubungan dengan penggunaan MKJP. Keterampilan terkait kontrasepsi yang baik jika responden memiliki skor minimal 5 pada variabel ini. Sebagian besar responden ditanyakan riwayat penyakit dan dijelaskan macam macam alat kontrasepsi sebelum digunakannya suatu alat kontrasepsi. Sementara tidak sampai separuh responden yang dijelaskan efek samping kontrasepsi dan diberikan lembar
100
persetujuan sebelum digunakannya alat kontrasepsi. Seluruh pengguna MKJP menjawab bahwa tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan memiliki keterampilan yang baik. Sementara pada pengguna non MKJP, lebih banyak yang menganggap bahwa tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kurang terampil. Semakin terampil tenaga kesehatan akan membuat akseptor KB menggunakan MKJP. Hal tersebut yang menjadikan alasan adanya hubungan antara keterampilan tenaga kesehatan dengan penggunaan MKJP. Petugas kesehatan merupakan komponen penting dalam pelaksanaan suatu layanan kesehatan. Oleh karena itu keterampilan petugas
kesehatan
merupakan
faktor
pemungkin
yang
mempengaruhi pemanfaatan suatu pelayanan kesehatan (Syahrir, 2014). Penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang merupakan metode yang dalam pemasangannya membutuhkan tindakan medis. Tentunya dalam hal ini dibutuhkan tenaga kesehatan yang terampil. Dengan adanya tenaga medis yang terampil, hal tersebut membuat seseorang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang.
6.2.4. Faktor Penguat a. Dukungan Suami Menurut BKKBN (2000), penggunaan kontrasepsi merupakan tanggung jawab pria dan wanita sebagai pasangan, sehingga metode kontrasepsi yang dipilih mencerminkan kebutuhan serta
101
keinginan suami dan istri. Suami dan istri harus saling mendukung dalam penggunaan metode kontrasepsi karena keluarga berencana bukan hanya urusan pria atau wanita saja. Dukungan suami diartikan sebagai sikap/ tindakan suami terhadap alat/ metode kontrasepsi yang digunakan istrinya. Termasuk saran suami mengenai alat/ metode kontrasepsi apa yang sebaiknya digunakan oleh istri. Berdasarkan analisis univariat diketahui hampir seluruh suami akseptor KB (94.4%) di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres mendukung istrinya untuk menggunakan alat kontrasepsi. Sementara pada analisis bivariat, diketahui bahwa dari 5 akseptor KB yang kurang mendapat dukungan dari suami, seluruhnya (100%) menggunakan non MKJP. Pada uji statistik diperoleh p value 1 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan penggunaan MKJP. Pada penelitian ini diketahui bahwa hampir seluruh suami menyetujui alat kontrasepsi yang digunakan istrinya. Seluruh istri yang menggunakan MKJP diberikan dukungan yang baik oleh suami. Responden yang menggunakan non MKJP pun sebagian besar memiliki dukungan yang baik dari suami. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa suami memberi kebebasan dan dukungan kepada istri untuk menggunakan alat kontrasepsi sesuai dengan keinginan istri. Kategori dukungan baik adalah jika suami setuju,
102
suami mendukung, serta kontrasepsi yang disarankan suami sama dengan yang digunakan oleh istri. Pada pengguna MKJP, seluruh responden memiliki dukungan yang baik dari suami, sementara meskipun dukungan suami baik, sebagian responden lainnya lebih memilih untuk menggunakan non MKJP. Dukungan yang baik namun belum membuat akseptor KB menggunakan MKJP diduga membuat tidak adanya hubungan antara dukungan suami dengan penggunaan MKJP. Selain itu, dukungan yang baik namun belum membuat akseptor KB menggunakan MKJP menunjukkan kesetaraan gender yang meningkatkan peran istri pada pengambilan keputusan dalam keluarga. Menurut instruksi Presiden No. 9 Tahun 2008, gender adalah konsep yang mengacu pada peran-peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan yang terjadi akibat dari dan dapat berubah oleh keadaan sosial dan masyarakat. Sementara yang dimaksud dengan kesetaraan gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hakhaknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan nasional, serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Syafrina, dan Thobagus (2008) diketahui ada dukungan positif antara persepsi kesetaraan gender pada laki-laki dengan keterlibatan istri pada pengambilan
103
keputusan publik dalam rumah tangga. Semakin positif persepsi kesetaraan gender pada laki-laki akan diikuti pula dengan tingginya keterlibatan istri pada pengambilan keputusan publik dalam rumah tangga. Menurutnya, di dalam rumah tangga, pembagian peran antara suami dan istri mempengaruhi keterlibatan istri pada pengambilan keputusan publik. Persepsi kesetaraan gender pada laki-laki dapat diwujudkan dengan memberikan persamaan kesempatan sehingga istri mempunyai peran yang sama dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga. Dapat disimpulkan bahwa dukungan suami yang baik belum tentu membuat seorang istri menggunakan MKJP. Dengan adanya kesetaraan gender pada pengambilan keputusan dalam keluarga, maka istri memiliki wewenang untuk memutuskan alat kontrasepsi apa yang akan digunakan.
b. Dukungan Teman Dukungan sosial mengacu kepada suatu dukungan yang dipandang sebagai sesuatu yang bermanfaat (Faizahlaili, 2009). Analisis univariat menunjukkan bahwa sebagian besar responden (91.1%) mendapatkan dukungan dari temannya untuk menggunakan alat kontrasepsi. Berdasarkan analisis bivariat, diketahui dari 8 akseptor KB di wilayah kerja puskesmas Kecamatan Kalideres yang kurang mendapat dukungan dari teman, seluruhnya (100%) menggunakan non MKJP. Uji statistik
104
menghasilkan p value sebesar 0.589. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan teman dengan penggunaan MKJP. Dalam penelitian ini, diketahui sebagian besar dukungan teman tergolong positif. Seluruh pengguna MKJP memiliki dukungan positif dari temannya. Namun jumlah responden yang mendapat dukungan dari teman lebih banyak pada pengguna non MKJP dibandingkan dengan pengguna MKJP. Hal ini diduga menjadi alasan tidak adanya dukungan teman dengan penggunaan MKJP. Kurangnya dukungan teman pada sebagian kecil akseptor non MKJP kemungkinan disebabkan oleh beberapa pertimbangan atas kondisi seorang akseptor KB. Pertimbangan tersebut dapat diperoleh seseorang dari pengalaman masa lalu dirinya sendiri atau orang lain disekitarnya. Menurut Edmeades (2008), pengalaman masa lalu dari orangtua/ nenek moyang mempengaruhi pemilihan penggunaan kontrasepsi.
c. Dukungan Tenaga Kesehatan Analisis univariat menunjukkan sebagian besar (88.9%) akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres diberikan dukungan oleh tenaga kesehatan untuk menggunakan kontrasepsi. Dukungan ini mencakup pemberian saran dari petugas kesehatan untuk menggunakan MKJP, dan pemberian kebebasan untuk memilih alat kontrasepsi yang diinginkan. Dari analisis
105
bivariat diketahui 10 akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres yang kurang mendapat dukungan dari tenaga kesehatan, 9 diantaranya (90%) menggunakan non MKJP. Uji statistik menunjukkan p value sebesar 1.00 yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan tenaga kesehatan dengan penggunaan MKJP. Selain itu, diketahui nilai OR sebesar 1.286 yang artinya akseptor KB yang kurang mendapatkan dukungan dari tenaga kesehatan memiliki kecenderungan 1.286 kali lebih besar untuk menggunakan non MKJP dibandingkan dengan akseptor yang mendapat dukungan dari tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan dikatakan mendukung jika responden diberikan saran untuk menggunakan MKJP dan diberikan kesempatan/
kebebasan
untuk
memilih
kontrasepsi
yang
digunakan. Lebih banyak akseptor yang memperoleh dukungan tenaga kesehatan dan menggunakan non MKJP dapat menjadikan alasan tidak adanya hubungan antara dukungan tenaga kesehatan dengan penggunaan MKJP. Menurut hasil penelitian Landi, dkk (2012) tidak ada hubungan dukungan tenaga kesehatan dengan pemakaian kontrasepsi suntik. Pada penelitian tersebut, dikatakan bahwa tenaga kesehatan termasuk salah satu pihak yang berwenang mengkampanyekan program KB kepada masyarakat, namun dalam pelaksanaannya, tugas tersebut belum dapat dilakukan dengan optimal karena
106
keterbatasan dana, keterbatasan tenaga, serta beban kerja yang tinggi. Sejalan dengan hasil penelitian tersebut, hasil analisa data yang dilakukan oleh Oktavia (2014) diperoleh informasi bahwa program Bina Keluarga Mandiri (BKM) tidak berpengaruh terhadap pengambilan keputusan menggunakan alat kontrasepsi. BKM merupakan suatu organisasi yang digunakan untuk memberikan informasi
dan
mendorong
keluarga
dalam
memilih
dan
menggunakan kontrasepsi dengan tepat melalui pembinaan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan. Tidak adanya pengaruh antara BKM dengan pengambilan keputusan kontrasepsi disebabkan karena kelompok akseptor telah memiliki pilihan menggunakan metode kontrasepsi tertentu berdasarkan pengalaman sebelumnya atau berdasarkan lingkungan masyarakat. Tenaga kesehatan memiliki peran untuk menawarkan berbagai alat/ metode kontrasepsi kepada seluruh akseptor. Kurang dari separuh akseptor yang mendapat saran dari petugas kesehatan untuk menggunakan MKJP. Tentunya ada alasan tertentu misalnya umur akseptor, jumlah anak, dan hal lain yang menyebabkan tidak disarankannya seluruh akseptor untuk menggunakan MKJP. Namun demikian, meskipun secara keseluruhan dukungan tenaga kesehatan tergolong baik, keputusan untuk menggunakan alat kontrasepsi sepenuhnya berada di tangan akseptor.
107
d. Dukungan Pemimpin dalam Komunitas Dukungan sosial mengacu kepada suatu dukungan yang dipandang sebagai sesuatu yang bermanfaat (Faizahlaili, 2009). Untuk mengubah atau mendidik masyarakat seringkali diperlukan pengaruh dari tokoh atau pemimpin masyarakat (Purba, 2008). Termasuk dalam dukungan sosial yang dapat mempengaruhi penggunaan MKJP adalah dukungan pemimpin dalam komunitas. Pemimpin dalam komunitas tentunya memiliki wewenang untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan kontrasepsi khususnya MKJP. Pada penelitian ini, pemimpin dalam komunitas yang dimaksud adalah tokoh masyarakat (Ketua RT, RW, Lurah, dll), tokoh agama, serta kader kesehatan. Analisis univariat menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden (51.1%) menjawab adanya dukungan yang diberikan oleh pemimpin dalam komunitas terkait MKJP. Berdasarkan analisis bivariat, diketahui dari 44 akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres yang kurang memperoleh dukungan dari pemimpin dalam komunitas, 38 diantaranya (86.4%) menggunakan non MKJP. Sementara itu, uji statistik menghasilkan p value sebesar 0.937. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan pemimpin dalam komunitas dengan penggunaan MKJP. Disamping itu, diperoleh nilai OR sebesar 0.772 yang artinya akseptor yang kurang didukung oleh pemimpin dalam
108
komunitas berpeluang 0.772 kali lebih besar menggunakan non MKJP dibandingkan dengan akseptor yang mendapatkan dukungan pemimpin dalam komunitas. Hampir separuh responden menjawab kader kesehatan pernah menyelenggarakan kegiatan terkait MKJP. Dukungan pemimpin yang baik belum membuat akseptor KB menggunakan MKJP. Diketahui pengguna MKJP lebih banyak yang kurang mendapat dukungan dari pemimpin dalam komunitas. Sementara yang mendapat dukungan lebih banyak menggunakan non MKJP. Hal ini diduga menjadi landasan tidak adanya hubungan antara dukungan pemimpin dalam komunitas dengan penggunaan MKJP. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Febriyanti (2011), diketahui tidak ada hubungan antara dukungan tokoh masyarakat terhadap self efficacy pasangan usia subur untuk menjadi peserta KB baru MOW. Pada penelitian ini, diketahui bahwa Kantor KB Kota Administrasi Jakarta Barat secara berkala memberikan pelayanan gratis pemasangan kontrasepsi jangka panjang. Selain itu, telah dilakukan sosialisasi mengenai MKJP kepada masyarakat. Tidak adanya hubungan antara dukungan pemimpin dalam komunitas dengan penggunaan MKJP pada penelitian ini dapat disebabkan karena kegiatan yang diselenggarakan belum tentu diikuti oleh seluruh masyarakat di wilayah tersebut. Masyarakat kemungkinan mengetahui bahwa akan diadakan kegiatan terkait MKJP, namun belum berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Selain
109
itu, waktu penyelenggaraan kegiatan dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam kegiatan yang berkaitan dengan MKJP. Dengan demikian, meskipun dukungan pemimpin dalam komunitas sudah baik, namun penggunaan kontrasepsi jangka panjang masih rendah. Melalui masing-masing variabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres memiliki pengetahuan yang kurang baik mengenai MKJP, kepercayaan yang negatif terkait kontrasepsi, serta sikap yang masih ragu untuk menerima MKJP. Kepercayaan yang negatif dapat mengalahkan pengetahuan yang telah dimiliki. Hal tersebut akan membuat seseorang ragu untuk menerima MKJP sehingga pada akhirnya memutuskan untuk tidak menggunakan MKJP. Lebih dari separuh akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres telah terpapar informasi MKJP dan menganggap bahwa petugas yang melayani poli KB memiliki keterampilan yang baik. Sementara dukungan yang baik dari suami, teman, tenaga kesehatan maupun pemimpin dalam komunitas belum cukup untuk membuat akseptor KB memilih menggunakan MKJP.
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 7.1.1
Akseptor KB pengguna MKJP di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres tahun 2015 yaitu 12.2%, dan 87.8% lainnya merupakan akseptor non MKJP.
7.1.2
Pada faktor predisposisi, sebagian besar akseptor KB memiliki pengetahuan MKJP kurang baik (55.6%), akseptor KB yang memiliki kepercayaan negatif sebesar 57.8% dan separuh akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres tahun 2015 memiliki sikap positif.
7.1.3
Pada faktor pemungkin, lebih dari separuh akseptor KB (52.2%) menganggap
tenaga
kesehatan
yang
memberikan
pelayanan
kontrasepsi memiliki keterampilan yang baik, dan lebih dari separuh (52,2%) akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres tahun 2015 terpapar informasi MKJP. 7.1.4
Pada faktor penguat, hampir seluruh suami akseptor KB (94.4%) mendukung istrinya untuk menggunakan alat kontrasepsi, sebagian besar (91.1%) akseptor KB mendapatkan dukungan dari teman, sebagian besar (88.9%) akseptor KB mendapatkan dukungan dari tenaga kesehatan, serta lebih dari separuh (51.1%) akseptor KB di
110
111
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres memiliki dukungan dari pemimpin dalam komunitasnya untuk menggunakan alat kontrasepsi. 7.1.5
Dari tiga variabel pada faktor predisposisi (pengetahuan, kepercayaan, sikap), satu variabel memiliki hubungan yang signifikan dengan penggunaan MKJP yaitu variabel kepercayaan dengan p value 0.007.
7.1.6
Dari dua variabel pada faktor penguat (keterpaparan informasi MKJP dan keterampilan terkait kontrasepsi), variabel keterampilan terkait kontrasepsi menghasilkan p value sebesar 0.002 yang menunjukkan bahwa keterampilan terkait kontrasepsi memiliki hubungan yang signifikan dengan penggunaan MKJP.
7.1.7
Dari empat variabel pada faktor penguat (dukungan suami, dukungan teman, dukungan tenaga kesehtaan, serta dukungan pemimpin dalam komunitas) tidak ada yang memiliki hubungan signifikan dengan penggunaan MKJP.
7.2 Saran 7.2.1
Akseptor KB Diharapkan akseptor KB berperan aktif jika terdapat kegiatan yang berkaitan dengan kontrasepsi agar akseptor KB memperoleh informasi yang benar dari sumber yang tepat, sehingga kepercayaan negatif terkait kontrasepsi jangka panjang dapat berkurang.
112
7.2.2
Puskesmas Kecamatan Kalideres Mempertahankan keterampilan yang dimiliki oleh petugas poli KB, dan meningkatkan keterampilan tersebut yaitu melalui pelatihan yang diikuti oleh petugas poli KB. Selain itu, diharapkan agar Puskesmas sebagai institusi maupun petugas poli KB sebagai bagian dari Puskesmas dapat meningkatkan edukasi kesehatan khususnya mengenai kepercayaan terkait MKJP.
7.2.3
Kantor KB Jakarta Barat Bersama sektor terkait seperti kelurahan, kecamatan, puskesmas kelurahan maupun puskesmas kecamatan bekerja sama untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai MKJP, meluruskan mitos mitos terkait MKJP yang berkembang di masyarakat.
7.2.4
Peneliti Selanjutnya Dilakukan penelitian kualitatif mengenai kepercayaan sehingga diketahui alternatif pemecahan masalah untuk variabel kepercayaan tersebut.
113
DAFTAR PUSTAKA
Aryanti, Hery. 2014. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Kontrasepsi Kontrasepsi pada Wanita Kawin Usia Dini di Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur. Tesis. Denpasar: Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana. Asih, Leli., Hadriah Oesman. 2009. Analisa Lanjut SDKI 2007: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Jakarta: BKKBN Ayunda, Samira Sri. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi oleh PUS di Desa Peunyerat Kecamatan Banda Raya Banda Aceh. Skripsi. STIKES U’budiyah Banda Aceh Azwar, Saifuddin. 2009. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar ___________. 2011. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). 2006. Pedoman Kebijakan Teknis Kb dan Kespro. Jakarta: Kantor Menteri Negara Kependudukan. ____________. 2011. Pedoman Pelaksanaan Pelayanan KB Metode Kontrasepsi Jangka Panjang. Jakarta: BKKBN. ____________. 2013a. Pedoman Penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Keluarga Berencana Tahun 2014. Jakarta: BKKBN. ____________. 2013b. Pencapaian Program kependudukan dan KB untuk 10 Provinsi Penyangga. Jakarta: BKKBN. ____________. 2013c. Pemantauan Pasangan Usia Subur Melalui Mini Survey Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Puslitbang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera BKKBN. ____________. 2013d. Promosi MKJP Perlu Ditingkatkan. Diakses dari www.bkkbn.go.id/_layouts/mobile/dispform.aspx?List=9c6767ad-abfe48e39120-af89b76d56f4&View=174a5cf7-357b4b83-a7acbe983c5ddb0e&ID=816 Badan Pusat Statistik (BPS). 2010. Hasil Sensus Penduduk 2010: Data Agregat per Provinsi. Jakarta: BPS.
114
Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Kementerian Kesehatan, MEASURE DHS ICF International. 2012. Laporan Pendahuluan SDKI 2012. Jakarta: BPS, BKKBN, Kemenkes, ICF International. _______________.2013. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: BPS, BKKBN, Kemenkes, ICF International. Christiani, Charis, dkk. 2014. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Provinsi Jawa Tengah. Serat Acitya, Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang hal 74-84. Dinas Kesehatan DKI Jakarta. 2012. Profil Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2012. Jakarta: Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Erman, dan Elviani, 2012. Analisa Paritas dan Sikap Akseptor KB dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Jangka Panjang di Kelurahan Muara Enim Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota Lubuklinggau Tahun 2012. Program Studi Ilmu Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan Palembang. Febriyanti, Rina. 2011. Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Self Efficacy Pasangan Usia Subur (PUS) untuk Menjadi Peserta KB Baru Metode Kontraseosi Medis Operatif Wanita (MOW). Skripsi. Jember: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember Fienalia, Rainy Alus. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2011. Skripsi. Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Green, Lawrence W., etc. 1980. Health Education Planning: A Diagnostic Approach. USA: Mayfield Publishing Company Green and Kreuter. 1991. Health Promotion Planning: An Educational and Environmental Approach. USA: Mayfield Publishing Company Kantor Keluarga Berencana Kota Administrasi Jakarta Barat. 2014. Pencapaian Peserta KB Aktif Terhadap Pus Desember 2014 Kota Administrasi Jakarta Barat. Jakarta: Kantor KB Kota Administrasi Jakarta Barat Kementerian Kesehatan. 2008. Program Kesehatan Reproduksi dan Pelayanan Integratif di Tingkat Pelayanan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI ____________.2012. Upaya Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu. Jakarta: Kemenkes RI
115
____________. 2013a. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan. Kemenkes RI ____________. 2013b. Situasi Keluarga Berencana di Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, Volume 2 Semester II, 2013. hal 1-10. Landi, Frans, dkk. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemakaian Kontrasepsi Suntik pada Ibu Pasangan Usia Subur (PUS) di Desa Tunfeu Kecamatan Nekamese Kabupaten Kupang Tahun 2011. Jurnal MKM vol.06 No. 02 hal 75-82 Niven. 2002. Psikologi Kesehatan. Jakarta: EGC. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta Nurrizka, Rahmah Hida., Saputra, Wiko. 2013. Policy Update: Arah dan Strategi Kebijakan Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) di Indonesia. Jakarta: Prakarsa Policy Update Purba, Juanita Tatarini. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi pada Istri PUS di Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2008. Tesis. Medan: Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Puskesmas Kecamatan Kalideres. 2014. Profil Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2014. Jakarta: Puskesmas Kecamatan Kalideres. Sinclair, Constance. 2009. Buku Saku Kebidanan. Jakarta: EGC Sirait, Justine T. 2006. Memahami Aspek-aspek Pengelolaan Sumber Daya Manusia dalam Organisasi. Jakarta: Grasindo Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat. 2014. Data Sasaran Program Kesehatan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat Tahun 2014. Jakarta: Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat. Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC Syahrir, Wahyunita. 2014. Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Klinik Voluntary Counseling And Testing (VCT) di Puskesmas Kota Makassar. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.
Tentang
116
Verawaty, Reni. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) wanita pada Istri Pasangan Usia Subur (PUS) di Kecamatan Bintan Timur Tahun 2013. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia Yanti, dkk. 2014. Pengaruh Budaya Akseptor KB terhadap Penggunaan Konttrasepsi IUD di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang. Jurnal Darma Agung hal 1-16.
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2 Nomor Responden
KUESIONER PENELITIAN Kepada Yth, Ibu Di Tempat
Assalamualalikum Wr. Wb Saya Ismi Dzalva Alfiah mahasiswi semester akhir Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta akan melakukan penelitian tentang “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres”. Penelitian ini dilakukan dalam rangka menyelesaikan tugas akhir guna memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat. Sehingga untuk keperluan tersebut saya mohon ibu mengisi kuesioner yang saya sediakan dengan kejujuran serta apa adanya. Setiap jawaban ibu akan saya jaga kerahasiaannya dari siapapun. Akhir kata, saya ucapkan terimakasih atas kesediaan ibu untuk terlibat dalam penelitian ini. Wassalamualaikum Wr Wb. Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia mengisi kuesioner penelitian ini dengan sadar tanpa paksaan. Jawaban yang terdapat didalamnya adalah jawaban yang sebenar-benarnya. Jakarta, …………… Responden
(
)
NO.
PERTANYAAN
JAWABAN
A.
KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. 2. 3. B.
Nama Responden Umur Alamat PENGETAHUAN (Beri tanda silang (X) pada pilihan jawaban anda)
4.
Alat kontrasepsi merupakan suatu alat, obat, dan cara
a. YA
b. TIDAK
Suntik
a. YA
b. TIDAK
Pil
a. YA
b. TIDAK
Kondom
a. YA
b. TIDAK
IUD/ Spiral
a. YA
b. TIDAK
Implan/ susuk
a. YA
b. TIDAK
Sterilisasi wanita
a. YA
b. TIDAK
Sterilisasi pria
a. YA
b. TIDAK
Untuk menunda kehamilan
a. YA
b. TIDAK
Untuk menjarangkan kehamilan
a. YA
b. TIDAK
Untuk kesejahteraan & kebahagiaan keluarga
a. YA
b. TIDAK
a. YA
b. TIDAK
a. YA
b. TIDAK
a. YA
b. TIDAK
a. YA
b. TIDAK
a. YA
b. TIDAK
yang digunakan untuk dapat mencegah kehamilan 5.
6.
7.
Apa saja jenis alat kontrasepsi yang ibu ketahui?
Menurut anda, apa tujuan penggunaan alat kontrasepsi?
Tidak ingin hamil lagi
Apa yang ibu ketahui tentang alat kontrasepsi dalam Rahim? (AKDR)? Alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam Rahim Alat kontrasepsi yang terbuat dari bahan plastik dan tembaga
Alat kontrasepsi yang hanya boleh dipasang oleh dokter atau bidan terlatih
8.
Di bagian tubuh mana AKDR boleh dipasang? Rahim
9.
Alat kemaluan
a. YA
b. TIDAK
a. YA
b. TIDAK
Lengan
a. YA
b. TIDAK
Tangan
a. YA
b. TIDAK
a. YA
b. TIDAK
Bokong
Lokasi pemasangan susuk KB atau implant adalah?
Paha
C.
VARIABEL KEPERCAYAAN (Beri tanda silang (X) pada pilihan jawaban anda)
10.
Apakah ibu percaya bahwa alat kontrasepsi yang ibu gunakan dapat menunda kehamilan?
11.
Apakah ibu percaya bahwa alat kontrasepsi yang ibu
PERCAYA
RAGU-
TIDAK
(P)
RAGU
PERCAYA
(R)
(TP)
P
R
TP
P
R
TP
P
R
TP
P
R
TP
P
R
TP
gunakan dapat menjarangkan kehamilan? 12.
Apakah ibu percaya bahwa alat kontrasepsi yang digunakan dapat meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga?
13.
Apakah ibu percaya jika memakai IUD (spiral, copper T), maka batang IUD dapat menempel di kepala bayi saat bayi lahir?
14.
Apakah ibu percaya jika memakai IUD (spiral, copper T), maka IUD tersebut dapat berpindah tempat setelah dipasang?
15.
Apakah ibu percaya jika implant/ susuk dapat berpindah tempat setelah dipasang?
D.
VARIABEL SIKAP (Beri tanda silang (X) pada pilihan jawaban anda)
16.
Sampai saat ini, ibu X tidak mau ber-KB, meskipun
SETUJU
KURANG
TIDAK
telah memiliki 5 orang anak yang kesemuanya laki-
(S)
SETUJU
SETUJU
(KS)
(TS)
KS
TS
laki, alasannya karena belum memiliki anak perempuan. Bagaimana pendapat ibu terhadap kasus tersebut? 17.
Bagaimana pendapat ibu terhadap pepatah yang mengatakan “banyak anak banyak rejeki?
S
18.
Memiliki 2 orang anak sudah cukup, laki-laki
S
KS
TS
S
KS
TS
S
KS
TS
maupun perempuan. Bagaimana pendapat ibu? 19.
Ibu Z tidak mau ber KB, karena menurutnya dengan menggunakan alat kontrasepsi membuat seseorang tidak dapat memiliki anak lagi. Bagaimana pendapat ibu mengenai kasus tersebut?
20.
Jumlah anak yang banyak mendorong ibu untuk menggunakan KB IUD (spiral, copper T)/ implan/ susuk
21.
KB IUD (spiral, copper T) tidak menyebabkan gemuk
S
KS
TS
22.
Pemasangan IUD dianggap tabu karena langsung
S
KS
TS
S
KS
TS
dipasangkan ke leher rahim 23.
KB IUD (spiral, copper T) tidak dapat menyebabkan orang sakit menahun (jantung, gula darah, dll).
24.
KB implan/ susuk tidak mengganggu produksi ASI
S
KS
TS
25.
KB implan/ susuk praktis dalam pemakaian
S
KS
TS
26.
KB implan/ susuk dapat meningkatkan berat badan
S
KS
TS
E.
VARIABEL KETERPAPARAN TERHADAP INFORMASI MKJP (Beri tanda silang (X) pada pilihan jawaban anda)
27..
Dalam 6 bulan terakhir, apakah ibu pernah mendapatkan informasi mengenai MKJP (Kontrasepsi spiral/ susuk/ IUD/ implan) dari: Radio
a. YA
b. TIDAK
Televisi
a. YA
b. TIDAK
Koran/ Majalah
a. YA
b. TIDAK
Poster
a. YA
b. TIDAK
Pamflet
a. YA
b. TIDAK
Tokoh agama
a. YA
b. TIDAK
Dokter
a. YA
b. TIDAK
Bidan/ perawat
a. YA
b. TIDAK
Kader kesehatan
a. YA
b. TIDAK
Tokoh masyarakat F.
a. YA
b. TIDAK
VARIABEL KETERAMPILAN TERKAIT KONTRASEPSI (Beri tanda silang (X) pada pilihan jawaban anda)
28.
Apakah petugas menanyakan riwayat penyakit ibu sebelum menggunakan alat kontrasepsi?
29.
Apakah petugas memberikan penjelasan tentang macam-macam alat kontrasepsi?
30.
a. YA
b. TIDAK
a. YA
b. TIDAK
a. YA
b. TIDAK
a. YA
b. TIDAK
Apakah sebelum menggunakan alat kontrasepsi, petugas menjelaskan tentang efek samping dari alat kontrasepsi yang akan digunakan?
31.
Apakah sebelum menggunakan alat kontrasepsi anda diberikan lembar persetujuan sebelum diberikan tindakan?
G.
VARIABEL DUKUNGAN SUAMI (Beri tanda silang (X) pada pilihan jawaban anda)
32.
Apakah suami ibu setuju dengan alat kontrasepsi yang ibu gunakan sekarang?
33.
Apakah suami ibu memberikan dukungan kepada ibu untuk ber KB?
34.
Alat kontrasepsi apa yang disarankan oleh suami ibu
a. YA
b. TIDAK
a. YA
b. TIDAK
Suntik
Pil
?
IUD/
Implan/
spiral
Susuk
H.
VARIABEL DUKUNGAN TEMAN (Beri tanda silang (X) pada pilihan jawaban anda)
35.
Apakah teman sebaya ibu memberikan dukungan/ dorongan terhadap ibu untuk ber-KB?
36.
Bagaimana pendapat teman sebaya ibu terhadap alat kontrasepsi yang ibu gunakan?
I.
a. YA
a. SETUJU
b. TIDAK b. TIDAK SETUJU
VARIABEL DUKUNGAN TENAGA KESEHATAN (Beri tanda silang (X) pada pilihan jawaban anda)
37.
Apakah petugas kesehatan pernah menyarankan kepada ibu untuk menggunakan KB IUD (spiral, copper T)/ implan/ susuk?
a. YA
b. TIDAK
38.
Apakah petugas kesehatan memberi kesempatan atau kebebasan kepada ibu untuk memilih alat kontrasepsi
a. YA
b. TIDAK
yang ibu gunakan? J.
VARIABEL DUKUNGAN PEMIMPIN DALAM KOMUNITAS (Beri tanda silang (X) pada pilihan jawaban anda)
39.
Apakah di tempat tinggal anda pernah ada kegiatan yang berkaitan dengan MKJP (Kontrasepsi spiral/ susuk/ IUD/ implan) yang diselenggarakan oleh: -
Tokoh masyarakat (Ketua RT/ RW/ Lurah)
a. YA
b. TIDAK
-
Tokoh agama
a. YA
b. TIDAK
-
Kader kesehatan
a. YA
b. TIDAK
K.
VARIABEL PENGGUNAAN KONTRASEPSI (Beri tanda silang (X) pada jawaban anda)
40.
Alat kontrasepsi apa yang saat ini ibu gunakan?
L.
RIWAYAT PENGGUNAAN KONTRASEPSI
41.
Alat kontrasepsi apa saja yang pernah ibu gunakan?
Suntik
1. 2. 3.
Pil
IUD/
Implan/
spiral
Susuk
LAMPIRAN 3 Output SPSS 1. Penggunaan MKJP Statistics penggunaan_MKJP N
Valid
90
Missing
0 penggunaan_MKJP Frequency
Valid
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
0
79
87.8
87.8
87.8
1
11
12.2
12.2
100.0
Total
90
100.0
100.0
2. Pengetahuan Descriptives Statistic skor_pengetahuan
Mean
Std. Error
47.1000
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
46.2114
Upper Bound
47.9886
5% Trimmed Mean
47.0432
Median
49.0000
Variance
.44723
18.001
Std. Deviation
4.24277
Minimum
40.00
Maximum
55.00
Range
15.00
Interquartile Range
8.00
Skewness Kurtosis
-.078
.254
-1.123
.503
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic skor_pengetahuan a. Lilliefors Significance Correction
.206
df
Shapiro-Wilk Sig.
90
Statistic .000
.928
df
Sig. 90
.000
kategori_pengetahuan_1 Frequency Valid
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
0
50
55.6
55.6
55.6
1
40
44.4
44.4
100.0
Total
90
100.0
100.0
3. Kepercayaan Case Processing Summary Cases Valid N
Missing Percent
skor_kepercayaan
90
N
Total
Percent
100.0%
0
N
.0%
Percent 90
100.0%
Descriptives Statistic skor_kepercayaan
Mean
Std. Error
14.3111
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
13.8437
Upper Bound
14.7785
5% Trimmed Mean
14.2901
Median
15.0000
Variance
.23525
4.981
Std. Deviation
2.23176
Minimum
8.00
Maximum
20.00
Range
12.00
Interquartile Range
2.25
Skewness
.101
.254
Kurtosis
.158
.503
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic skor_kepercayaan
Df
.155
Shapiro-Wilk Sig.
90
Statistic .000
df
Sig.
.967
90
a. Lilliefors Significance Correction
kategori_kepercayaan_1 Frequency Valid
4. Sikap
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
0
52
57.8
57.8
57.8
1
38
42.2
42.2
100.0
Total
90
100.0
100.0
.021
Case Processing Summary Cases Valid N
Missing Percent
skor_sikap
90
N
Total
Percent
100.0%
0
N
.0%
Percent 90
100.0%
Descriptives Statistic skor_sikap
Mean
Std. Error
14.0556
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
13.5422
Upper Bound
14.5689
5% Trimmed Mean
14.0247
Median
14.0000
Variance
.25837
6.008
Std. Deviation
2.45115
Minimum
10.00
Maximum
20.00
Range
10.00
Interquartile Range
3.00
Skewness Kurtosis
.136
.254
-.644
.503
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic skor_sikap
df
Shapiro-Wilk Sig.
.128
90
Statistic .001
df
.957
Sig. 90
.005
a. Lilliefors Significance Correction kategori_sikap_1 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
0
45
50.0
50.0
50.0
1
45
50.0
50.0
100.0
Total
90
100.0
100.0
5. Keterpaparan Informasi MKJP Case Processing Summary Cases Valid N skor_keterpaparan_informasi
Missing Percent
90
100.0%
N
Total
Percent 0
.0%
N
Percent 90
100.0%
Descriptives Statistic skor_keterpaparan_informasi
Mean
Std. Error
14.9000
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
14.3142
Upper Bound
15.4858
5% Trimmed Mean
14.8457
Median
15.0000
Variance
.29479
7.821
Std. Deviation
2.79667
Minimum
10.00
Maximum
20.00
Range
10.00
Interquartile Range
4.00
Skewness Kurtosis
.408
.254
-.797
.503
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic skor_keterpaparan_informasi
Shapiro-Wilk
df
Sig.
.152
90
Statistic .000
df
Sig.
.930
90
.000
a. Lilliefors Significance Correction Statistics kategori_keterpaparan_informasi N
Valid
90
Missing
0 kategori_keterpaparan_informasi Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
0
43
47.8
47.8
47.8
1
47
52.2
52.2
100.0
Total
90
100.0
100.0
6. Keterampilan Terkait Kontrasepsi Case Processing Summary Cases Valid N skor_keterampilan_KB
Missing Percent
90
100.0%
N
Total
Percent 0
.0%
N
Percent 90
100.0%
Descriptives Statistic skor_keterampilan_KB
Mean
Std. Error
6.4333
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
6.1706
Upper Bound
6.6961
5% Trimmed Mean
6.4815
Median
7.0000
Variance
.13225
1.574
Std. Deviation
1.25465
Minimum
4.00
Maximum
8.00
Range
4.00
Interquartile Range
1.00
Skewness
-.666
.254
Kurtosis
-.298
.503
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic skor_keterampilan_KB
df
.209
Shapiro-Wilk Sig.
90
Statistic .000
df
.855
Sig. 90
.000
a. Lilliefors Significance Correction
Statistics kategori_keterampilan_kb N
Valid
90
Missing
0 kategori_keterampilan_kb Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
0
43
47.8
47.8
47.8
1
47
52.2
52.2
100.0
Total
90
100.0
100.0
7. Dukungan Suami Case Processing Summary Cases Valid N skor_dukungan_suami
Missing Percent
90
100.0%
N
Total
Percent 0
.0%
N
Percent 90
100.0%
Descriptives Statistic skor_dukungan_suami
Mean
Std. Error
4.9444
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
4.8962
Upper Bound
4.9927
5% Trimmed Mean
4.9938
Median
5.0000
Variance
.02428
.053
Std. Deviation
.23034
Minimum
4.00
Maximum
5.00
Range
1.00
Interquartile Range
.00
Skewness
-3.947
.254
Kurtosis
13.884
.503
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic skor_dukungan_suami
df
.540
Shapiro-Wilk Sig.
90
Statistic .000
df
.241
Sig. 90
.000
a. Lilliefors Significance Correction
Statistics kategori_dukungan_suami N
Valid
90
Missing
0 kategori_dukungan_suami Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
0
5
5.6
5.6
5.6
1
85
94.4
94.4
100.0
Total
90
100.0
100.0
8. Dukungan Teman Case Processing Summary Cases Valid N skor_dukungan_teman
Missing Percent
90
100.0%
N
Total
Percent 0
.0%
N
Percent 90
100.0%
Descriptives Statistic skor_dukungan_teman
Mean
Std. Error
3.9111
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
3.8512
Upper Bound
3.9710
5% Trimmed Mean
3.9568
Median
4.0000
Variance
.03017
.082
Std. Deviation
.28618
Minimum
3.00
Maximum
4.00
Range
1.00
Interquartile Range
.00
Skewness Kurtosis
-2.938
.254
6.785
.503
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic skor_dukungan_teman
df
.533
Shapiro-Wilk Sig.
90
Statistic .000
df
.320
Sig. 90
.000
a. Lilliefors Significance Correction
Statistics kategori_dukungan_teman N
Valid
90
Missing
0 kategori_dukungan_teman Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
0
8
8.9
8.9
8.9
1
82
91.1
91.1
100.0
Total
90
100.0
100.0
9. Dukungan Tenaga Kesehatan Case Processing Summary Cases Valid N skor_dukungan_nakes
Missing Percent
90
100.0%
N
Total
Percent 0
.0%
N
Percent 90
100.0%
Descriptives Statistic skor_dukungan_nakes
Mean
Std. Error
3.2889
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
3.1512
Upper Bound
3.4266
5% Trimmed Mean
3.3210
Median
3.0000
Variance
.06932
.432
Std. Deviation
.65762
Minimum
2.00
Maximum
4.00
Range
2.00
Interquartile Range
1.00
Skewness
-.385
.254
Kurtosis
-.719
.503
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic skor_dukungan_nakes
df
.270
Shapiro-Wilk Sig.
90
Statistic .000
df
.775
Sig. 90
.000
a. Lilliefors Significance Correction
Statistics kategori_dukungan_nakes N
Valid
90
Missing
0 kategori_dukungan_nakes Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
0
10
11.1
11.1
11.1
1
80
88.9
88.9
100.0
Total
90
100.0
100.0
10. Dukungan Pemimpin dalam Komunitas Case Processing Summary Cases Valid N skor_dukungan_pemimpin
Missing Percent
90
100.0%
N
Total
Percent 0
.0%
N
Percent 90
100.0%
Descriptives Statistic skor_dukungan_pemimpin
Mean
Std. Error
3.8222
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
3.6247
Upper Bound
4.0197
5% Trimmed Mean
3.7469
Median
4.0000
Variance
.09941
.889
Std. Deviation
.94307
Minimum
3.00
Maximum
6.00
Range
3.00
Interquartile Range
2.00
Skewness Kurtosis
.777
.254
-.563
.503
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic skor_dukungan_pemimpin
df
.297
Shapiro-Wilk Sig.
90
Statistic .000
df
.788
Sig. 90
.000
a. Lilliefors Significance Correction Statistics kategori_dukungan_pemimpin N
Valid
90
Missing
0 kategori_dukungan_pemimpin Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
0
44
48.9
48.9
48.9
1
46
51.1
51.1
100.0
Total
90
100.0
100.0
Bivariat 1. Pengetahuan Case Processing Summary Cases Valid N Pengetahuan * Penggunaan__MKJP
Missing Percent
90
100.0%
N
Total
Percent 0
.0%
N
Percent 90
100.0%
Pengetahuan * Penggunaan__MKJP Crosstab Penggunaan__MKJP MKJP Pengetahuan
Baik
% within Pengetahuan Kurang Baik
36
40
10.0%
90.0%
100.0%
7
43
50
14.0%
86.0%
100.0%
11
79
90
12.2%
87.8%
100.0%
Count % within Pengetahuan
Total
4
Count % within Pengetahuan
Total
Non MKJP
Count
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square
Asymp. Sig. (2sided)
df
.331a
1
.565
Continuity Correctionb
.063
1
.801
Likelihood Ratio
.336
1
.562
Exact Sig. (2sided)
Fisher's Exact Test
Exact Sig. (1sided)
.749
Linear-by-Linear Association
.328
N of Valid Casesb
1
.405
.567
90
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.89. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Pengetahuan (Baik / Kurang Baik)
Upper .185
2.519
.714
.225
2.269
1.047
.899
1.219
For cohort Penggunaan__MKJP = MKJP For cohort Penggunaan__MKJP = Non MKJP
Lower
.683
N of Valid Cases
90
2. Kepercayaan Case Processing Summary Cases Valid N kategori_kepercayaan_1 * Penggunaan_MKJP
Missing Percent
90
100.0%
N
Total
Percent 0
.0%
N
Percent 90
100.0%
kategori_kepercayaan_1 * Penggunaan_MKJP Crosstabulation Penggunaan_MKJP 0 kategori_kepercayaan_1
0
1
Count % within kategori_kepercayaan_1
1
2
52
96.2%
3.8%
100.0%
29
9
38
76.3%
23.7%
100.0%
79
11
90
87.8%
12.2%
100.0%
Count % within kategori_kepercayaan_1
Total
Count % within kategori_kepercayaan_1
Total
50
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
8.054a
1
.005
6.311
1
.012
8.281
1
.004
Exact Sig. (2sided)
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association
Exact Sig. (1sided)
.007 7.964
N of Valid Casesb
1
.006
.005
90
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.64. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value
Lower
Upper
Odds Ratio for kategori_kepercayaan_1 (.00 / 1.00)
7.759
1.568
38.391
For cohort Penggunaan_MKJP = .00
1.260
1.047
1.516
For cohort Penggunaan_MKJP = 1.00
.162
.037
.709
N of Valid Cases
90
3. Sikap Case Processing Summary Cases Valid N kategori_sikap_1 * Penggunaan_MKJP
Missing Percent
90
100.0%
N
Total
Percent 0
.0%
N
Percent 90
100.0%
kategori_sikap_1 * Penggunaan_MKJP Crosstabulation Penggunaan_MKJP 0 kategori_sikap_1
0
Count % within kategori_sikap_1
1
% within kategori_sikap_1
45
88.9%
11.1%
100.0%
39
6
45
86.7%
13.3%
100.0%
79
11
90
87.8%
12.2%
100.0%
Count % within kategori_sikap_1
Total 5
Count
Total
1 40
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
Asymp. Sig. (2sided)
df
.104a
1
.748
.000
1
1.000
.104
1
.747
b
Likelihood Ratio
Exact Sig. (2sided)
Fisher's Exact Test
Exact Sig. (1sided)
1.000
Linear-by-Linear Association
.102
N of Valid Casesb
1
.500
.749
90
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.50. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value
Lower
Upper
Odds Ratio for kategori_sikap_1 (.00 / 1.00)
1.231
.347
4.366
For cohort Penggunaan_MKJP = .00
1.026
.879
1.197
For cohort Penggunaan_MKJP = 1.00
.833
.274
2.535
N of Valid Cases
90
4. Keterpaparan informasi MKJP Keterpaparan_informasi * Penggunaan__MKJP Crosstab Penggunaan__MKJP MKJP Keterpaparan_informasi
Terpapar
Count % within Keterpaparan_informasi
Tidak terpapar
Count % within Keterpaparan_informasi
Total
Count % within Keterpaparan_informasi
Non MKJP
Total
3
44
47
6.4%
93.6%
100.0%
8
35
43
18.6%
81.4%
100.0%
11
79
90
12.2%
87.8%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square
Asymp. Sig. (2sided)
df
Exact Sig. (2sided)
3.126a
1
.077
Continuity Correctionb
2.091
1
.148
Likelihood Ratio
3.208
1
.073
3.092
1
.079
Fisher's Exact Test
Exact Sig. (1sided)
.109
Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
.073
90
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.26. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Keterpaparan_informasi (Terpapar / Tidak terpapar)
Upper
.298
.074
1.209
.343
.097
1.210
1.150
.979
1.351
For cohort Penggunaan__MKJP = MKJP For cohort Penggunaan__MKJP = Non MKJP
Lower
N of Valid Cases
90
5. Keterampilan terkait kontrasepsi Case Processing Summary Cases Valid N Keterampilan_terkait_KB * Penggunaan__MKJP
Missing Percent
90
N
69.2%
Total
Percent 40
N
30.8%
Percent 130
100.0%
Keterampilan_terkait_KB * Penggunaan__MKJP Crosstabulation Penggunaan__MKJP MKJP Keterampilan_terkait_KB
1
Count % within Keterampilan_terkait_KB
2
Count % within Keterampilan_terkait_KB
Total
Count % within Keterampilan_terkait_KB
Non MKJP
Total
11
36
47
23.4%
76.6%
100.0%
0
43
43
.0%
100.0%
100.0%
11
79
90
12.2%
87.8%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
11.465a
1
.001
9.387
1
.002
15.692
1
.000
11.338
1
.001
Exact Sig. (2sided)
Fisher's Exact Test
Exact Sig. (1sided)
.001
Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
.000
90
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.26. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value For cohort Penggunaan__MKJP = Non MKJP
Lower
.766
N of Valid Cases
Upper .654
.897
90
6. Dukungan suami Dukungan_suami * Penggunaan__MKJP Crosstab Penggunaan__MKJP MKJP Dukungan_suami
Mendukung
Count % within Dukungan_suami
Kurang mendukung
Count % within Dukungan_suami
Total
Count % within Dukungan_suami
Non MKJP
Total
11
74
85
12.9%
87.1%
100.0%
0
5
5
.0%
100.0%
100.0%
11
79
90
12.2%
87.8%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
.737a
1
.391
.024
1
.876
1.344
1
.246
Exact Sig. (2sided)
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
b
1.000 .729
1
.393
90
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .61. b. Computed only for a 2x2 table
Exact Sig. (1sided)
.513
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value For cohort Penggunaan__MKJP = Non MKJP
Lower
.871
N of Valid Cases
Upper .802
.945
90
7. Dukungan teman Dukungan_teman * Penggunaan__MKJP Crosstab Penggunaan__MKJP MKJP Dukungan_teman
Mendukung
Count % within Dukungan_teman
Kurang mendukung
Count % within Dukungan_teman
Total
Count % within Dukungan_teman
Non MKJP
Total
11
71
82
13.4%
86.6%
100.0%
0
8
8
.0%
100.0%
100.0%
11
79
90
12.2%
87.8%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
1.223a
1
.269
.292
1
.589
2.192
1
.139
Exact Sig. (2sided)
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
.589 1.209
b
1
.272
90
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .98. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value For cohort Penggunaan__MKJP = Non MKJP N of Valid Cases
Lower
.866 90
Upper .795
.943
Exact Sig. (1sided)
.337
8. Dukungan tenaga kesehatan Dukungan_nakes * Penggunaan__MKJP Crosstab Penggunaan__MKJP MKJP Dukungan_nakes
Mendukung
Count % within Dukungan_nakes
Kurang mendukung
Count % within Dukungan_nakes
Total
Count % within Dukungan_nakes
Non MKJP
Total
10
70
80
12.5%
87.5%
100.0%
1
9
10
10.0%
90.0%
100.0%
11
79
90
12.2%
87.8%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square
Asymp. Sig. (2sided)
Df
.052a
1
.820
Continuity Correctionb
.000
1
1.000
Likelihood Ratio
.054
1
.816
Exact Sig. (2sided)
Fisher's Exact Test
1.000
Linear-by-Linear Association
.051
N of Valid Casesb
1
.821
90
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.22. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value
Lower
Upper
Odds Ratio for Dukungan_nakes (Mendukung / Kurang mendukung)
1.286
.147
11.257
For cohort Penggunaan__MKJP = MKJP
1.250
.178
8.765
For cohort Penggunaan__MKJP = Non MKJP
.972
.778
1.215
N of Valid Cases
90
Exact Sig. (1sided)
.648
9. Dukungan pemimpin dalam komunitas Dukungan_pemimpin * Penggunaan__MKJP Crosstab Penggunaan__MKJP MKJP Dukungan_pemimpin
Mendukung
Count % within Dukungan_pemimpin
Kurang mendukung
Count % within Dukungan_pemimpin
Total
Count % within Dukungan_pemimpin
Non MKJP
Total
5
41
46
10.9%
89.1%
100.0%
6
38
44
13.6%
86.4%
100.0%
11
79
90
12.2%
87.8%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square
Asymp. Sig. (2sided)
df
.160a
1
.689
Continuity Correctionb
.006
1
.937
Likelihood Ratio
.161
1
.689
.159
1
.690
Exact Sig. (2sided)
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association
.755
N of Valid Casesb
90
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.38. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value
Lower
Upper
Odds Ratio for Dukungan_pemimpin (Mendukung / Kurang mendukung)
.772
.218
2.740
For cohort Penggunaan__MKJP = MKJP
.797
.262
2.425
For cohort Penggunaan__MKJP = Non MKJP
1.032
.884
1.205
N of Valid Cases
90
Exact Sig. (1sided)
.468