HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN KELUARGA SERTA PARITAS DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI DI JAKARTA TIMUR Suharlim E, Pakasi TA Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia E-mail:
[email protected]
Abstrak Setiap harinya, 1500 wanita meninggal akibat masalah yang berkaitan dengan kehamilan ataupun kelahiran. Pada tahun 2005, terdapat 536.000 kematian ibu di seluruh dunia yang sebagian besar terjadi di negara-negara berkembang. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk menekan angka kematian ini adalah dengan menggunakan kontrasepsi, sehingga kehamilan dapat dicegah. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui keberadaan hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan keluarga, penghasilan keluarga, serta paritas terhadap penggunaan serta preferensi kontrasepsi. Pengumpulan data berlangsung dari 1 Maret 2011 sampai 1 Juli 2011 di Jakarta Timur. Penelitian ini menunjukkan adanya 460 responden berbalita dari 2401 responden. Dari 460 responden tersebut, terdapat 363 (78.9%) responden yang menggunakan kontrasepsi, dengan preferensi tertinggi berupa suntikan yaitu 165 (35.9%) dari seluruh data yang dikumpulkan. Dengan uji chi-squared, didapatkan kalau tingkat pendidikan keluarga memiliki hubungan dengan penggunaan kontrasepsi (p=0,001), hal ini dikarenakan semakin tinggi tingkat pendidikan, maka individu tersebut semakin mudah menerima perkembangan yang ada. Sebaliknya tingkat penghasilan keluarga tidak memiliki hubungan bermakna dengan penggunaan kontrasepsi (p=0,647), hal ini disebabkan oleh banyaknya pelayanan pemasangan kontrasepsi gratis yang dilakukan pemerintah, sehingga masyarakat hanya perlu membayar alatnya saja. Sedangkan tingkat paritas memiliki hubungan bermakna pada penggunaan kontrasepsi (p=0,000). Ini sesuai dengan penduduk semakin memahami kalau resiko kematian ibu meningkat seiring dengan banyaknya melahirkan. Kata kunci: Pendidikan; penghasilan; paritas; kontrasepsi
RELATIONSHIP BETWEEN FAMILY EDUCATION AND INCOME AND ALSO PARITY WITH USAGE OF CONTRACEPTIVES IN EAST JAKARTA Abstract Each day, there are 15000 women deaths for pregnancy or birth related problems. In 2005, there were 536000 deaths for women in the whole world and most of them occurred in developing countries. As to reduce this number, one of the solutions would be to use contraceptives, which could prevent pregnancies. The purpose of this research is to ascertain the relation between family education, family income, and parity towards the usage of contraceptives. The data collection started from 1 March 2011 to 1 July 2011 in East Jakarta. This Research shows 460 respondents with infants from 2401 respondent which was chosen randomly. From the 460 respondents, there are 363 (78.9%) respondents which use contraceptives, with injectable contraceptives as the highest preference from our collected data. With Chi-squared test, we know that the level of family education has a significant realtion with contraceptive usage (p=0.001). This result is caused by the increasing level of individual acceptance to new things as education level increases. Parity also has a significant relation with contraceptive usage (p=0.001), which is caused by increasing level of knowledge that maternal mortality risk increases as the number of giving birth increases. Familal income do not have a significant relation with contraceptive usage (p=0.647) because of the high number of free service for installation of contraception, so that people only need to pay for the device itself. Keywords: Education; income; parity; contraceptive
Hubungan pendidikan..., Edwin Suharlim, FK UI, 2012
Pendahuluan Jumlah penduduk dunia pada tahun 2010 hampir mencapai tujuh miliar, dan Indonesia sendiri pada tahun 2005 memiliki sejumlah 220 juta penduduk dengan kondisi pertambahan penduduk naik 1,3 % setiap tahunnya.1-3 Hal ini mendorong tingginya angka kematian ibu di seluruh dunia termasuk Indonesia yang merupakan sebuah masalah terkait dengan kehamilan.4 Kedua hal ini merupakan sebuah masalah yang dapat diselesaikan dengan keikutsertaan penduduk dalam program Keluarga Berencana (KB). Hal ini dimaksudkan agar kehamilan yang tidak direncanakan dapat ditekan. Akan tetapi, jumlah peserta program KB yang tidak mencapai target yang diharapkan.5 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menetapkan target peserta program KB di Indonesia 65% untuk setiap 100 Pasangan Usia Subur (PUS).5 Akan tetapi pada pelaksanaannya hanya 61,4% peserta KB yang ada pada tahun 2007.6 Sebagai salah satu negara yang mengikuti MDGs yang dicanangkan WHO, sudah seharusnya Indonesia memenuhi target yang disetujui. Dengan mengetahui hubungan pendidikan, penghasilan, serta paritas terhadap penggunaan kontrasepsi, diharapapkan dapat menyelesaikan masalah-masalah diatas dengan mencari faktor yang dapat meningkatkan keikutsertaan dalam penggunaan kontrasepsi. Peneliti memilih tiga hal ini karena di Indonesia rata-rata tingkat pendidikan masih rendah, dan juga tingkat penghasilan keluarga yang masih rendah. Hal ini didasari oleh penelitian yang dilakukan oleh Imbarwati, dimana karakteristik penduduk didominasi oleh mereka yang tamat pendidikan dasar sebanyak 64,4%, dan berpenghasilan di bawah Upah Minimum Regional (UMR) sebanyak 53,4%.8 Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, angka pertumbuhan penduduk Indonesia cukup tinggi, oleh karena itu peneliti memilih paritas sebagai salah satu indikator lainnya.5,8
Tinjauan Pustaka Metode kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan yang diakibatkan oleh pertemuan sel sperma dan ovum, yang berasal dari kata kontra, yang artanya mencegah, dan konsepsi, yang artinya pertemuan sel telur dan sel sperma. Tujuan dari kontrasepsi adalah mencegah, menjarangkan, ataupun menghentikan kehamilan. Cara kerja kontrasepsi secara
Hubungan pendidikan..., Edwin Suharlim, FK UI, 2012
umum adalah dengan meniadakan ovulasi, membuat sperma tidak aktif, ataupun menghalangi pertemuan ovum dengan sperma.9 Pencegahan untuk terjadinya kehamilan dapat dilakukan dengan beberapa cara. Mekanisme kerja dari masing-masing alat juga beragam mulai dengan mulai dengan hormonal, maupun mekanik, serta ada yg dilakukan dengan cara tradisional ataupun dengan pembedahan. Metode hormonal memiliki target yaitu siklus menstruasi wanita dan terdiri atas pil, suntik, implan, dan sebagainya, sedangkan metode mekanik berusaha mencegah pertemuan antara sperma dengan ovum dan terdiri atas kondom, diafragma dan spermisida, spiral, dan pembedahan. Pendidikan diperlukan oleh masyarakat untuk dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan secara optimal.8 Notoatmodjo (1993) menyatakan manusia dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memanfaatkan pelayanan kesehatan dengan tingkat yang lebih tinggi. Tingkat pendidikan ini akan memberikan kesadaran akan pentingnya kesehatan, sehingga akan ada rasa membutuhkan pelayanan kesehatan.10 Penghasilan tentu memiliki pengaruh terhadap kemampuan keluarga untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik serta preferensi yang diinginkan hanya dapat tercapai apabila kemampuan untuk membeli tersedia.8 Pada keluarga dengan tingkat penghasilan yang rendah, maka terpaksa mereka akan menggunakan kontrasepsi yang terbatas seperti kondom, pil, dan suntik. Sedangkan keluarga dengan penghasilan yang lebih baik akan dapat pergi ke tenaga medis yang lebih ahli, dan melakukan tindakan kontrasepsi seperti IUD, vasektomi, dan tubektomi.10 Paritas adalah keadaan seorang wanita sehubungan dengan kelahiran anak yang dapat hidup.11 Setiap keluarga ingin memiliki anak sehingga kemungkinan bagi wanita yang nulipara menggunakan kontrasepsi cukup kecil. Tetapi seiring dengan meningkatnya jumlah anak, tentu keluarga tersebut mulai berpikir untuk membatasi jumlah anak. Tingginya jumlah penduduk, tanpa diikuti tambahnya lapangan pekerjaan yang sesuai malah akan meningkatkan pengangguran. Meningkatnya jumlah anak akan disertai peningkatkan penggunaan kontrasepsi terutama yang lebih bersifat jangka panjang seperti vasektomi dan tubektomi apabila dibandingkan dengan keluarga dengan jumlah anak sedikit.8
Hubungan pendidikan..., Edwin Suharlim, FK UI, 2012
Metode Penelitian Desain penelitian yang digunakan untuk mengetahui hubungan pendidikan, penghasilan, dan paritas dengan penggunaan kontrasepsi adalah studi potong lintang. Desain ini dipilih karena efektif untuk mencari hubungan antarvariabel pada daerah yang luas dan dalam suatu waktu. Penelitian dilakukan di Kelurahan Bidara Cina pada bulan Oktober-Desember 2011. Data primer yang didapatkan diperoleh secara door-to-door melalui pengisian kuesioner yang sudah divalidasi sebelumnya. Populasi target penelitian adalah seluruh PUS dengan balita di Indonesia. Populasi terjangkau penelitian adalah PUS dengan balita di Jakarta Timur yang ada pada saat pengumpulan data. Sampel penelitian adalah subjek yang terpilih berdasarkan polygonal random sampling, memenuhi kriteria inklusi, dan tidak memenuhi kriteria eksklusi. Variabel bebas adalah pendidikan, penghasilan, dan paritas. Variabel tergantung adalah penggunaan dari kontrasepsi. Data akan dianalisis menggunakan program Statistical Package for The Social Sciences (SPSS) for Windows version 11.5 secara deskriptif dan analitik. Analisis deskriptif ditujukan untuk melihat distribusi data variabel bebas dan tergantung. Analisis analitik bertujuan untuk mengetahui hubungan pendidikan, penghasilan, dan paritas dengan penggunaan kontrasepsi. Data dengan variabel bebas dan tergantung memiliki skala kategorik dan akan dianalisis menggunakan uji kai-kuadrat.
Hasil Penelitian Survei dilakukan terhadap 2415 ibu rumah tangga yang bertempat tinggal di Jakarta Timur. Dari 2415 responden, didapatkan 460 subjek penelitian.
Hubungan pendidikan..., Edwin Suharlim, FK UI, 2012
Tabel 1 Persebaran Data Umum Kategori Variabel Tidak bersekolah – Tamat SD Pendidikan Tamat SMP – Tamat SMA Tamat Perguruan Tinggi Penghasilan
Paritas Penggunaan Kontrasepsi
Frekuensi 21 323 116
Persentase (%) 4,6 70,2 25,2
Penghasilan < UMR Penghasilan > UMR
93 367
20,2 79,8
Anak = 1 Anak = 2 Anak > 2
134 163 163
29,1 35,4 35,4
Menggunakan Kontrasepsi Tidak Menggunakan Kontrasepsi
363 97
78,9 21,1
Sebagian besar responden dengan balita memiliki tingkat pendidikan tamat SMP atau SMA, dengan penghasilan keluarga yang diatas UMR (Rp 1.196.269), dengan persebaran paritas sebagian besar memiliki dua atau lebih anak di dalam keluarganya, serta menunjukkan kalau sebagian besar responden menggunakan kontrasepsi yang tersebar dari berbagai jenis kontrasepsi mulai dari suntik, pil, kondom, dan lain-lain. Gambar 1. Persebaran Preferensi Penggunaan Kontrasepsi Tidak Menggunakan Kontrasepsi (21,1%) Suntikan (35,9%) Pil (17,6%) Kondom (10,2%) IUD/spiral (9,1%) Lainnya (6,1%)
Mayoritas subjek penelitian memiliki preferensi kontrasepsi berupa suntikan (35,9%) dibandingkan alat kontrasepsi lainnya.
Hubungan pendidikan..., Edwin Suharlim, FK UI, 2012
Tabel 2 Hubungan antara Pendidikan, Penghasilan, dan Paritas terhadap Penggunaan Kontrasepsi Penggunaan Kontrasepsi Uji Kemaknaan* Variabel Kategori Tidak (%) Ya(%) Tidak bersekolah – Tamat SD 5 (23,8) 16 (76,6) Pendidikan Tamat SMP – Tamat SMA 54 (16,7) 269 (83,3) p = 0,001 Tamat Perguruan Tinggi 38 (32,7) 78 (67,3) Penghasilan
Paritas
Penghasilan < UMR Penghasilan > UMR
18 (19,5) 79 (21,5)
75 (80,5) 288 (78,5)
p = 0,647
Anak = 1 43 (32,1) 91 (67,9) Anak = 2 32 (19,6) 131 (80,4) Anak > 2 22 (13,5) 141 (86,5) *uji chi-square ; UMR = upah minum regional, Rp1.196.26920
p = 0,001
Terdapat perbedaan bermakna antara pendidikan dan paritas terhadap penggunaan kontrasepsi, sedangkan pada penghasilan tidak ditemukan perbedaan yang bermakna. Pada pendidikan menengah ditemukan adanya peningkatan penggunaan kontrasepsi dibandingkan lainnya. Hal yang sama juga terlihat pada paritas, dimana pada keluarga dengan anak lebih dari dua, terdapat peningkatan penggunaan kontrasepsi dibandingkan dengan keluarga dengan dua anak, ataupun yang hanya memiliki satu anak.
Diskusi (1) Persebaran Tingkat Pendidikan Keluarga Persebaran tingkat pendidikan keluarga yang diperoleh oleh Fajar menunjukkan persebaran pendidikan terakhir ibu adalah SMA sebanyak 52%, lalu SMP sebesar 26%, dan diikuti oleh SD setinggi 14%, dimana data yang diperoleh menunjukkan mayoritas pendidikan penduduk adalah tamat SMP ataupun SMA, dan diikuti oleh perguruan tinggi.13 Perbedaan yang terjadi mungkin karena pendidikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendidikan keluarga, sehingga tidak hanya menggunakan pendidikan terakhir seseorang saja. Hal ini menimbulkan perbedaan karena apabila ada sebuah pasangan dengan tingkat pendidikan yang berbeda, maka yang akan diambil hanyalah pendidikan yang tertinggi. (2) Persebaran Tingkat Penghasilan Keluarga Data BPS pada tahun 2008 menunjukkan berdasarkan pembagian proporsi masyarakat miskin sesuai propinsi, tingkat masyarakat miskin di Jakarta mendekati angka 20%. Hal
Hubungan pendidikan..., Edwin Suharlim, FK UI, 2012
ini sesuai dengan data yang diperoleh, dimana sebesar 20,2% penduduk memiliki penghasilan lebih rendah dari UMR, dengan penduduk yang memiliki penghasilan yang mencukupi sebesar 78,8%. Sehingga dapat disimpulkan data yang diperoleh dalam penelitian ini sesuai dengan data yang pernah diperoleh sebelumnya.14 (3) Persebaran Tingkat Paritas Berdasarkan data yang dari BPS pada tahun 2008, presentase wanita berumur 10 keatas yang pernah kawin dan jumlah anak yang dilahirkan hidup di Jakarta dengan kurang dari 2 orang anak (31,7%), 2 orang anak (26,3%), ataupun lebih dari 2 orang anak (42%).15 Sedangkan data yang diperoleh menunjukkan kalau jumlah anak yang dimiliki oleh responden tidak memiliki banyak perbedaan antar ketika kelompok paritas, dengan jumlah responden dengan anak kurang dari dua lebih sedikit daripada kedua kelompok lainnya. Perbedaan ini dimungkinkan oleh karena pada tahun 2002-2007, kewaspadaan masyarakat akan program Keluarga Berencana (KB) stagnan, yang sebenarnya relatif rendah apabila dibandingkan dengan keikutsertaan pada jaman pemerintahan Soeharto.16 Hal ini dapat mengakibatkan responden jumlah anak lebih dari dua pada tahun 2008 lebih banyak daripada sekarang, dengan penurunan sebesar 6,6%. (4) Persebaran Tingkat Penggunaan Kontrasepsi Persebaran penggunaan kontrasepsi yang diperoleh BPS pada tahun 2008 menunjukkan wanita berumur 15-49 tahun berstatus kawin yang sedang dan yang pernah menggunakan alat KB pada tahun 2004-2008, terdiri atas 79,2% penduduk yang pernah menggunakan alat kontrasepsi
15
. Data ini sesuai dengan data yang diperoleh dimana responden yang
menggunakan kontrasepsi sebesar 78,9%. Hal ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan apabila dibandingkan dengan penduduk yang pernah menggunakan kontrasepsi, tetapi apabila dibandingkan dengan penduduk yang sedang menggunakan, maka terdapat peningkatan sebesar 22,3%. Peningkatan ini berbanding lurus dengan keikutsertaan masyarakat dalam program KB, dan berbanding terbalik dengan jumlah responden yang memiliki lebih dari 2 anak. Sehingga dengan peningkatan keikutsertaan dalam program KB, maka terdapat pula peningkatan penggunaan kontrasepsi, yang pada akhirnya akan menurunkan jumlah responden yang memiliki anak lebih dari dua.
Hubungan pendidikan..., Edwin Suharlim, FK UI, 2012
(5) Persebaran Tingkat Preferensi Kontrasepsi Data BPS pada tahun 2008 menunjukkan persentase wanita berumur 15-49 tahun dan berstatus kawin menurut alat / cara KB yang sedang digunakan dengan persentase tertinggi adalah suntikan (56,67%), dan diikuti oleh Pil (23,43%). Data ini juga sesuai dengan data yang diperoleh dimana preferensi tertinggi adalah suntikan, yang diikuti juga oleh pil. Hal ini menunjukkan tidak adanya perbedaan preferensi masyarakat selama beberapa tahun ini.15 (6) Persebaran Penggunaan Kontrasepsi terhadap Pendidikan Keluarga Tabel 2 menunjukkan adanya hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan penggunaan kontrasepsi. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Afni, Nur. Penelitian tersebut memperoleh kesimpulan bahwa pendidikan memiliki hubungan yang bermakna dengan penggunaan kontrasepsi dengan nilai p=0,009. 17 Hal ini sesuai dengan pendapat Wulansari dan Hartanto (2002), yang menyatakan kalau pendidikan sangat mendukung dalam pemakaian alat kontrasepsi. Responden dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan lebih mudah mengikuti perubahan-perubahan yang ada, sehingga lebih dapat menerima adanya perkembangan seperti penggunaan kontrasepsi.18 (7) Persebaran Penggunaan Kontrasepsi terhadap Penghasilan Keluarga Data pada tabel 2 menyatakan penghasilan keluarga tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan penggunaan kontrasepsi. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pinoza, Tantia. Penelitian yang dilakukannya memperoleh kesimpulan kalau penghasilan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan persepsi penggunaan alat kontrasepsi.19 Hal ini sebenarnya sejalan dengan semakin gencar program KB yang ada, dan banyaknya pelayanan KB gratis yang dilaksanakan di berbagai tempat. Hal ini memudahkan masyarakat yang kurang mampu untuk berpartisipasi dalam program KB ini, dengan hanya perlu membayar alat dan pendaftaran saja seperti suntik KB Rp11.250, pil Rp7.000, dan sebagainya. Dengan penggratisan biaya pemasangan ini, masyarakat yang mampu maupun kurang mampu juga dapat memiliki kesempatan yang sama untuk menggunakan kontrasepsi.20
Hubungan pendidikan..., Edwin Suharlim, FK UI, 2012
(8) Persebaran Penggunaan Kontrasepsi terhadap Paritas Keluarga Tabel 2 juga menyatakan keberadaan hubungan bermakna antara paritas dengan penggunaan kontrasepsi. Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Junita (2009) yang memperoleh kesimpulan kalau ada pengaruh jumlah anak terhadap pemakaian kontrasepsi dengan p=0,008.21 Hal ini sejalan dengan Mantra (2006) yang menyatakan kalau seorang ibu mungkin ingin memiliki sejumlah anak tertentu terlebih dahulu sebelum menggunakan alat kontrasepsi, dikarenakan seiring seorang ibu melahirkan anak, maka resiko kematian yang dihasilkannya juga semakin besar.22 Meskipun demikian, pemikiran ini bertentangan dengan hasil yang diperoleh oleh Mutiara (1998) yang mendapatkan hasil bahwa kemungkinan ibu dengan paritas > 2 orang menggunakan kontrasepsi 0,91 kali dibandingkan dengan yang memiliki < 2 orang.23 (9) Metode Sampling yang Digunakan Metode sampling yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) adalah Systematic random sampling. Cara yang digunakan adalah dengan mengacak dari 657 blok sensus. Blok sensus adalah bagian dari suatu wilayah desa/kelurahan yang merupakan daerah kerja seorang pencacah. Setiap rumah tangga dari blok yang terpilih merupakan sampel yang digunakan untuk sensus.24 Pada penelitian ini digunakan Polygonal random sampling. Metode ini dimulai dengan pengambilan peta dari googlemaps, yang kemudian dibentuk poligonal-poligonal dengan GPS berdasarkan RW. Peta yang sudah diberi batasan setiap RW ini dimasukkan dalam Arc View, yang dapat memberikan titik-titik acak yang jumlahnya dalam setiap poligon dapat diatur. Titik acak ini akan dimasukkan ke dalam GPS sebagai koordinat, dan enumerator akan mendatangi titik tersebut. Apabila titik tersebut tidak berpenghuni, perkantoran, ataupun menolak untuk diwawancarai, maka dipilih rumah lain secara acak menggunakan koin yang masih dalam jarak 10 meter dari titik semula. Apabila tidak ditemukan responden lain, maka titik tersebut akan diacak ulang oleh program Arc View. Keuntungan metode ini adalah responden memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih, serta dapat terjangkaunya penduduk yang tidak memiliki rumah yang terdata oleh sensus penduduk seperti di bawah jembatan, dan sebagainya.
Hubungan pendidikan..., Edwin Suharlim, FK UI, 2012
Kesimpulan (1) Dari 2401 responden yang mengisi kuisioner dengan lengkap, hanya terdapat 460 (19,1%) responden yang memenuhi kriteria inklusi (memiliki anak balita). (2) Tingkat pendidikan keluarga yang dimiliki oleh respondendengan balita dengan persentase tertingi adalah tingkat menengah (Tamat SMP atau SMA) yaitu sebesar 70,2%. (3) Sebagian besar penghasilan keluarga yang dimiliki oleh ibu dengan balita memiliki kategori mencukupi (diatas UMR) yaitu sebesar 79,8%. (4) Tingkat paritas yang dimiliki oleh ibu dengan balita dengan presentase tertinggi adalah kategori Cukup (memiliki 2 anak) dan Tinggi (memiliki lebih dari 2 anak) yaitu sebesar 35,4%. (5) Sebagian besar responden menggunakan kontrasepsi dengan persentase sebesar 78,9%. (6) Preferensi kontrasepsi tertinggi oleh responden adalah Suntikan dengan presentasi 35,9 %, diikuti oleh Pil sebesar 17.6%. (7) Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan keluarga dengan penggunaan kontrasepsi dengan p=0,001. (8) Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat penghasilan keluarga dengan penggunaan kontrasepsi dengan nilai p= 0,647. (9) Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat paritas dengan penggunaan kontrasepsi dengan p=0,001.
Saran (1) Agar penduduk lebih meningkatkan tingkat pendidikannya, paling tidak meningkatkan pengetahuannya mengenai program KB sehingga dapat meningkatkan jumlah keikutsertaan warga dalam program tersebut. (2) Agar petugas kesehatan membagikan banyak informasi mengenai penggunaan alat kontrasepsi pada warga terutama warga yang memiliki pendidikan yang rendah. (3) Agar data yang didapat dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan dasar untuk melakukan penelitian yang lebih tinggi pada tahun yang akan datang.
Hubungan pendidikan..., Edwin Suharlim, FK UI, 2012
Daftar Referensi 1. Rosenberg M. Current World Population [internet]. 2011 [dikutip 2011 Jul 1]. Diunduh dari: http://geography.about.com/od/obtainpopulationdata/a/worldpopulation.htm. 2. Bataviase. KB untuk Cegah Baby Boom. [internet]. 2009 Des 16 [dikutip 2011 Jul 1]. Diunduh dari: http://bataviase.co.id/node/253185. 3. Deputi Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah. Pembangunan daerah dalam angka 2006 [internet]. 2007 May 31 [dikutip 2011 Jul 1]. Diunduh dari: http://bappeda.jabarprov.go.id/docs/perencanaan/20070615_090936.pdf. 4. WHO. Maternal Mortality [internet]; 2008 Sep 26 [dikutip 2011 Jul 1]. Diunduh dari: http://www.who.int/making_pregnancy_safer/topics/maternal_mortality/en/index.html. 5. BKKBN. 2014, 65 Persen Pasangan Subur Berkontrasepsi [internet]. 2010 Jul 8 [dikutip 2011
Oct
30].
Diunduh
dari:
http://www.jurnas.com/news/3168/2014,_65_Persen_Pasangan_Subur_Berkontrasepsi/3 3/Sosial_Budaya/Kesehatan. 6. WHO. 5 : Maternal health, Contraceptive prevalence rate. 2011 May 14 [dikutip 2011 Jul 1]. Diunduh dari: http://apps.who.int/ghodata/. 7. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2007 [internet]. 2007 Dec 31 [dikutip 2011 Jul 1]. Diunduh dari: http://www.depkes.go.id/downloads/profil/prov%20dki%202007.pdf. 8. Saifuddin AB, et al. Buku Acuan Nasional Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 1996. 9. Imbarwati. Beberapa Faktor yang Berkaitan dengan Penggunaan KB IUD pada Peserta KB non IUD di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. UNDIP-IR. 2010 Sep 25 [dikutip 2011 Jul 1]. Diunduh dari: http://eprints.undip.ac.id/17781/1/IMBARWATI.pdf. 10. Notoadmodjo S. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Prilaku Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset; 1993. 11. Dorland WAN. Dorland’s Illustrated Medical Dictionary. 29th ed. 2000. New York: Saunders. 12. Upah Minimum DKI 2011 Naik 7%. Bataviase 2010 Oct 29. Diunduh dari : http://bataviase.co.id/node/438572. 13. Fajar, TW. Analisis faktor kepatuhan imunisasi di kota Depok. 2009 Jun 20 [dikutip 2012 Jan
23].
Diundur
http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=124834.
Hubungan pendidikan..., Edwin Suharlim, FK UI, 2012
dari:
14. Millenium Development Goals. Proporsi Masyarakat Miskin Berdasarkan Propinsi. 2008 [dikutip
2012
Jan
21].
Diunduh
dari:
http://www.undp.or.id/pubs/docs/Let%20Speak%20Out%20for%20MDGs%20%20ID.pdf. 15. Departemen Kesehatan R.I. 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2008 [internet]; 2008 [dikutip
2012
Jan
21].
Diunduh
dari:
http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/Profil%20Kesehatan%20Indonesia%2020 08.pdf. 16. Dulu Dua Anak Cukup, Kini Dua Anak Lebih Baik [internet]. 2008 Oct 29 [Dikutip 2012 Jan
21].
Diunduh
dari
http://mix.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=278&Itemid=144. 17. Afni, Nur. Hubungan Antara Pengetahuan dan Pendidikan Ibu Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi di Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa Tahun 2008 [internet]. 2011 Apr
5
[Dikutip
2012
Jan
21].
Diunduh
dari
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/23731?mode=full&submit_simple=Show+f ull+item+record. 18. Wulansari dan Hartanto. Ragam Kontrasepsi. 2007. Jakarta : EGC . 19. Pinoza, Tantia. Karakteristik Responden Kontrasepsi pada Laki-laki [internet]. 2011 May 19
[Dikutip
2012
Jan
21].
Diunduh
dari:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/24613. 20. BPMPKB DKI Jakarta. Pemprov DKI Beri Layanan KB Gratis [internet]. 2011 Jan 13 [Dikutip 2012 Mei 5]. Diunduh dari: http://dkijakarta.bkkbn.go.id/berita/218/. 21. Junita. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi Pada Istri Pus di Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2008 [internet]. 2009 Jun 9 [Dikutip
2012
Jan
21].
Diunduh
dari:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6641/1/09E01788.pdf. 22. Mantra, I.B. Demografi Umum. 2006. Edisi 2. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar. 23. Mutiara, E. Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Kontrasepsi di Wilayah Indonesia Timur [internet]. 1998 [Dikutip 2012 Jan 21]. Diunduh dari: http://www.digilib.ui.ac.id/opac. 24. BPS.
Methodology.
[dikutip
2012
Mei
5].
http://dds.bps.go.id/eng/aboutus.php?id_subyek=05&tabel=1&fl=3.
Hubungan pendidikan..., Edwin Suharlim, FK UI, 2012
Diakses
dari: