“HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU (usia, Pendidikan, Pekerjaan, Dan Paritas ) DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI SUNTIK DI PUSKESMAS SUKUDONO SIDOARJO “ Amirul Amalia ABSTRAK
Kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi dengan menggunakan alat atau obat-obatan. Ada banyak alat atau obat-obatan yang digunakan sebagai kontrasepsi. Diantaranya adalah kontrasepsi hormonal yang salah satunya adalah kontrasepsi suntik. Kontrasepsi suntik banyak dipilih oleh akseptor dibanding dengan alat kontrasepsi lain yang lebih efektif dan sampai saat ini merupakan kontrasepsi paling banyak dipakai dan alat kontrasepsi suntik ini penggunaanya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sedangkan penggunaan alat kontrasepsi hormonal tidak seharusnya digunakan oleh akseptor dengan usia >35 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia, pendidikan, pekerjaan, dan paritas dengan pemilihan alat kontrasepsi suntik. Desain penelitian yang digunakan non eksperimental dengan analitik observasional secara cross sectional dengan pengambilan sample secara simple random sampling yaitu sebanyak 70 subyek. Data disajikan dalam bentuk tabulasi frekuensi dan tabulasi silang kemudian dianalisis dengan uji chi square untuk mengetahui hubungan antara variabel dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Apabila tidak memenuhi uji “Chi Square” maka dapat digunakan uji “Exact Fisher” Hasil penelitian dengan uji “Chi Square” pada variabel usia didapatkan X2 hitung = 0,35 < X2 tabel = 3,84 maka Ho diterima artinya tidak ada hubungan usia dengan pemilihan alat kontrasepsi suntik. Pada variabel pendidikan didapatkan X2 hitung = 0,02 < X2 tabel = 3,84 maka Ho diterima artinya tidak ada hubungan pendidikan dengan pemilihan alat kontrasepsi suntik. Pada variabel pekerjaan didapatkan X2 hitung = 0,47 < X2 tabel = 3,84 maka Ho diterima artinya tidak ada hubungan pekerjaan dengan pemilihan alat kontrasepsi suntik. Pada variabel paritas didapatkan X2 hitung = 0,000579 < X2 tabel = 3,84 maka Ho diterima artinya tidak ada hubungan paritas dengan pemilihan alat kontrasepsi suntik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan antara karakteristik ibu (usia, pendidikan, pekerjaan dan paritas) dengan pemilihan alat kontrasepsi suntik. Untuk itu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lainnya yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi. Kata kunci : Usia, Pendidikan, Pekerjaan, Paritas, Kontrasepsi Suntik 1. PENDAHULUAN Keluarga Berencana (KB) adalah upaya meningkatkan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera (Juliantoro, 2000). Menurut Mochtar
(1998:255) Keluarga Berencana (KB) adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Visi pembangunan kependudukan dan Gerakan KB Nasional adalah pembangunan berwawasan penduduk dan keluarga untuk
Amirul Amalia STIKES Muhammadiyah Lamongan SURYA
60
Vol. 1, No, 1, September 2008
Hobungan Karakteristik Ibu (usia, pendidikan dan paritas) Dengan Pemilihan Kontrasepsi Suntik Di Puskesmas Sukodono Sidoarjo.
mewujudkan keadaan penduduk tumbuh seimbang (PTS) pada tahun 2020 dalam rangka melembagakan dan membudayakan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera / NKKBS (BKKBN, 1999:1). Menurut BKKBN (2005) visi Program Keluarga Berencana (KB) Nasional adalah menuju keluarga berkualitas 2015. Tujuan utama Keluarga Berencana adalah menjarangkan kelahiran yaitu dengan menggunakan alat kontrasepsi. Upaya ini dikaitkan dengan kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak (Wiknjosastro, 2002) Kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi dengan menggunakan alat atau obat-obatan (Mochtar, 1998:255). Menurut Wiknjosastro (1999:905) Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah kehamilan, baik yang bersifat sementara maupun permanen. Penggunaan alat kontrasepsi yang tidak sesuai, efek samping, komplikasi dan kegagalan dalam penggunaan obat dan alat kontrasepsi masih merupakan masalah bagi petugas kesehatan (Depkes RI:1999). Berdasarkan data BKKBN JATIM tahun 2005 pencapaian peserta KB baru pada bulan Desember 2005 sebanyak 71,961 peserta atau 8,24% dari perkiraan permintaan masyarakat (PPM) sebesar 873.100 peserta dengan rincian penggunaan kontrasepsi sebagai berikut : IUD 4.168 peserta, MOW 1.112 peserta, MOP 94 paserta, Kondom 1.141 peserta, Implant 5.424 peserta, Suntik 45.409 peserta, dan Pil 14.613 peserta. Dan pencapaian peserta KB baru sampai dengan bulan Desember 2005 sebesar 847.327 peserta atau 97,65% dari PPM sebesar 873.100 peserta. Sedangkan pencapaian peserta KB aktif semua metode pada bulan Desember 2005 sebanyak 5.587.107 peserta atau 105,41% dari PPM sebesar 5.300.500 peserta. Tingkat kesertaan berKB (prevalensi) menunjukkan 74,4% dari PUSKESMAS (proyeksi) sebanyak 7.464.898 pasang (BKKBN JATIM, 2005). Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi antara lain usia, pendidikan, pekerjaan dan paritas, bisa dipengaruhi juga oleh faktor pendapatan, pengalaman ber-KB. Aktifitas
SURYA
kemasyarakatan, peran dalam pengambilan keputusan rumah tangga dan tempat tinggal (Widaningrum, 1999:11). Pola perencanaan keluarga menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera dibagi 3 masa pada usia produksi. Pada usia di bawah 20 tahun dianjurkan menunda kehamilan. Cara KB yang cocok antara lain adalah cara sederhana atau pil ; masa menjarangkan (usia 20-35 tahun). Cara yang cocok adalah Kontap, Implant, IUD, dan Suntik (Siswosudarmo,2001). Dari data di Puskesmas Sukodono pada tahun 2005 jumlah pemakaian alat kontrasepsi wanita (suntik) tetap menjadi peringkat tertinggi. Akseptor KB suntik 61,85%, Akseptor KB pil 24,30%, Aksepor KB Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) 5,83%, Akseptor MOW/ MOP 5,01%, Akseptor Implant 2,62% dan akseptor Kondom 0,39%. Dari tingginya pemakaian kontrasepsi suntik dari tahun ke tahun perlu diteliti faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi suntik. 2. METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara untuk menyelesaikan masalah berdasarkan ilmu pengetahuan. Pada bab ini akan disajikan (1) Desain Penelitian, (2) Frame Work, (3) Populasi, Sample dan Sampling, (4) Identifikasi Variabel, (5) Definisi Operasional, (6) Pengumpulan Data, (7) Analisa Data, (8) Etika Penelitian dan Keterbatasan. 3. HASIL PENELITIAN Pada bab 4 ini akan diuraikan hasil penelitian yang akan dilaksanakan di Puskesmas Sukodono kabupaten Sidoarjo pada tanggal 2 Agustus 2006, menggunakan data sekunder dari tanggal 1 Januari 2006 sampai bulan Juli 2006. Hasil penelitian terdiri dari data usia, pendidikan, pekerjaan, paritas, frekuensi pemilihan alat kontrasepsi, hubungan usia dengan pemilihan alat kontrasepsi, hubungan pendidikan dengan pemilihan alat kontrasepsi, hubungan pekerjaan dengan pemilihan alat kontrasepsi, dan hubungan paritas dengan pemilihan alat kontrasepsi.
61
Vol. 1, No, 1, September 2008
Hobungan Karakteristik Ibu (usia, pendidikan dan paritas) Dengan Pemilihan Kontrasepsi Suntik Di Puskesmas Sukodono Sidoarjo.
bekerja yaitu sebanyak 41 subyek (59%) dan yang bekerja sebanyak 29 subyek (41%). d. Data subyek menurut Paritas Tabel 4.4 Distribusi subyek menurut Paritas
4. Hasil Penelitian Data yang digunakan adalah data sekunder yang diambil dari rekam medik Puskesmas Sukodono. Dari 70 subyek yang telah dikumpulkan kemudian diolah dan dikelompokkan pada beberapa parameter dan hasil yang didapat sebagai berikut :
Sumber : Data sekunder yang diolah Dari tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa dari 70 subyek sebagian besar paritas rendah (1-2) yaitu sebanyak 50 subyek (71%), dan yang memiliki paritas tinggi ( > 3) yaitu sebanyak 20 subyek (29%).
a. Data Usia subyek Tabel 4.1 Distribusi subyek menurut Usia
e. Data Pemilihan Alat Kontrasepsi Tabel 4.5 Distribusi frekuensi Pemilihan Alat Kontrasepsi
Sumber : Data sekunder yang diolah Dari tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa dari 70 subyek sebagian besar kelompok usia > 30 tahun sebanyak 43 subyek (61%), kelompok usia 20-30 tahun sebanyak 27 subyek (39%), dan usia kurang dari 20 tahun tidak ada.
Sumber : Data sekunder yang diolah Dari tabel 4.5 diperoleh data dari 70 subyek yaitu sebanyak 39 subyek (56%) memilih kontrasepsi suntik dan sisanya sebanyak 31 subyek (44%) memilih alat kontrasepsi bukan suntik.
b. Data subyek menurut Pendidikan Tabel 4.2 Distribusi subyek menurut Pendidikan
f.
Data hubungan antara usia terhadap pemilihan alat kontrasepsi Tabel 4.6 Tabulasi silang antara usia terhadap pemilihan alat kontrasepsi di Puskesmas Sukodono tahun 2006
Sumber : Data Sekunder yang diolah Dari tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa dari 70 subyek sebagian besar berpendidikan rendah SD/ SLTP yaitu sebanyak 40 subyek (57%), sementara yang berpendidikan menengah sebanyak 23 subyek (33%), dan yang berpendidi kan PT sebanyak 7 subyek (10%).
Pada tabel 4.6 diatas dapat diperoleh data jumlah keseluruhan subyek adalah 70 subyek. Dari 27 subyek (100%) yang berusia kurang dari 20 tahun atau usia 20-30 tahun, terdapat 17 subyek (62,96%) memilih alat kontrasepsi suntik dan sisanya sebanyak 10 subyek (37%) memilih alat kontrasepsi bukan suntik. Sedangkan dari 43 subyek (100%) yang berusia >30 tahun sebanyak 24 subyek (55,81%) memilih alat kontrasepsi suntik dan sebanyak 19 subyek (44,18%) memilih alat kontrasepsi bukan suntik. Dan
c. Data subyek menurut Pekerjaan Tabel 4.3 Distribusi subyek menurut Pekerjaan
Sumber : Data sekunder yang diolah Dari tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa dari 70 subyek sebagian besar tidak SURYA
62
Vol. 1, No, 1, September 2008
Hobungan Karakteristik Ibu (usia, pendidikan dan paritas) Dengan Pemilihan Kontrasepsi Suntik Di Puskesmas Sukodono Sidoarjo.
didapatkan X2 hitung : 0,35 < X2 tabel : 3,84 sehingga Ho diterima. g. Data antara Pendidikan terhadap Pemilihan Alat Kontrasepsi Tabel 4.7 Tabulasi Silang antara Pendidikan terhadap Pemilihan Alat Kontrasepsi di Puskesmas Sukodono tahun 2006
sebanyak 36 subyek (53,06%) yang memilih alat kontrasepsi suntik dan sebanyak 23 subyek (46,94%) yang memilih alat kontrasepsi bukan suntik. Dan didapatkan X2 hitung 0,47 < X2 tabel 3,84 sehingga Ho diterima. i.
Data hubungan antara paritas terhadap pemilihan alat kontrasepsi Tabel 4.9 Tabulasi silang antara paritas terhadap pemilihan alat kontrasepsi di Puskesmas Sukodono tahun 2006
Pada tabel 4.7 diatas dapat diperoleh data jumlah keseluruhan subyek adalah 70 subyek. Dari 40 subyek (100%) yang berpendidikan rendah (SD/ SMP), terdapat 22 subyek (55%) memilih alat kontrasepsi suntik dan sisanya sebanyak 18 subyek (45%) memilih alat kontrasepsi bukan suntik, sedangkan dari 30 subyek (100%) yang berpendidikan menengah/ tinggi (SMA/ PT) sebanyak 17 subyek (56,66%) yang memilih alat kontrasepsi suntik dan sebanyak 13 subyek (43,34%) yang memilih alat kontrasepsi bukan suntik. Dan didapatkan X2 hitung 0,02 < X2 tabel 3,84 sehingga Ho diterima.
Pada tabel 4.9 diatas dapat diperoleh data jumlah keseluruhan subyek adalah 70 subyek. Dari 50 subyek (100%) yang memiliki paritas rendah (1-2), sebanyak 28 subyek (56%) yang memilih alat kontrasepsi suntik dan sisanya 22 subyek (44%) yang memilih alat kontrasepsi bukan suntik. Sedangkan dari 20 subyek (100%) yang memiliki paritas tinggi (>3), sebanyak 11 subyek (55%) yang memilih alat kontrasepsi suntik dan sebanyak 9 subyek (45%) yang memilih alat kontrasepsi bukan suntik. Dan didapatkan x2 hitung 0,000579 < x2 tabel 3,84 sehingga Ho diterima.
h. Data hubungan antara pekerjaan terhadap pemilihan alat kontrasepsi Tabel 4.8 Tabulasi silang antara pekerjaan terhadap pemilihan alat kontrasepsi di Puskesmas Sukudono tahun 2006
5. Pembahasan Sesuai tujuan penelitian maka dalam bab ini akan diuraikan tentang gambaran usia subyek, gambaran pendidikan subyek, gambaran pekerjaan subyek, gambaran paritas subyek,gambaran frekuensi pemilihan alat kontrasepsi suntik, hubungan antara pendidikan dengan pemilihan alat kontrasepsi suntik, hubungan antara pekerjaan dengan pemilihan alat kontrasepsi suntik dan hubungan antara paritas dengan pemilihan alat kontrasepsi suntik.
Pada tabel 4.8 diatas dapat diperoleh data jumlah keseluruhan subyek adalah 70 subyek. Dari 21 subyek (100%) yang bekerja, terdapat 13 subyek (61,9%) yang memilih alat kontrasepsi suntik dan sisanya sebanyak 8 subyek (38,1%) yang memilih alat kontrasepsi bukan suntik. Sedangkan dari 49 subyek (100%) yang tidak bekerja,
SURYA
• Distribusi subyek menurut usia Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari keseluruhan subyek, frekuensi paling banyak
63
Vol. 1, No, 1, September 2008
Hobungan Karakteristik Ibu (usia, pendidikan dan paritas) Dengan Pemilihan Kontrasepsi Suntik Di Puskesmas Sukodono Sidoarjo.
adalah ibu yang berusia > 30 tahun dibandingkan dengan ibu yang berusia 20-30 tahun. Hal ini kemungkinan dikarenakan ibu-ibu kelompok usia > 30 tahun sudah tidak menginginkan atau menambah jumlah keluarga lagi sehingga mereka memilih menggunakan alat kontrasepsi sebagai untuk mendukung keinginannya. Ibu dengan usia 30 tahun lebih dianjurkan untuk tidak hamil lagi atau tidak punya anak lagi karena alasan medis, pilihan utama adalah kontrasepsi mantap. Pada kondisi darurat, kontap cocok dipakai dan relatif lebih baik dibandingkan susuk KB atau AKDR dan pil kurang dianjurkan karena usia ibu relatif tua dan mempunyai kemungkinan timbulnya efek samping dan komplikasi (Hartanto, 2004)
bisa memilih alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan dikarenakan keputusan financial. Menurut Widaningrum (1999:8) kedudukan sosial dan ekonomi wanita dalam masyarakat yang berbeda dengan laki-laki memiliki dampak pada problem-problem kesehatan pada umumnya. Pada gilirannya kedudukan wanita juga berdampak pada perbedaan kebutuhan dan ekspeklasi terhadap peleyanan kesehatan. Wanita lebih sering menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan di bandingkan dengan laki-laki, namun mereka memiliki pendapatan yang lebih rendah daripada lakilaki sebagai konsekuensi dari status sosial mereka yang lebih rendah. • Distribusi subyek menurut paritas Pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari keseluruhan subyek, frekuensi paling banyak dalam memilih alat kontrasepsi suntik adalah subyek yang berparitas rendah (1-2) dibandingkan dengan subyek yang berparitas tinggi ( >3). Hal ini kemungkinan dikarenakan pada paritas rendah (1-2) adalah masa untuk menjarangkan kehamilan. Dan alat kontrasepsi yang dibutuhkan adalah alat kontrasepsi yang efektivitis cukup tinggi dan reversibilitas cukup tinggi. Menurut Widaningrum (1999:48) wanita dengan jumlah anak dua atau kurang dari dua (paritas rendah)cenderung memberikan penilaian yang lebih baik di bandingkan dengan wanita dengan jumlah anak yang lebih banyak (paritas tinggi). Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman, ditinjau dari sudut kematian. Paritas tinggi (> 3) mempunyai kematian maternal > tinggi. Resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan KB (Winkjosastro, 2002).
Distribusi subyek menurut Pendidikan Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari keseluruhan subyek, frekuensi paling banyak dalam memilih alat kontrasepsi suntik adalah subyek yang berpendidikan rendah (SD/SMP) dibandingkan dengan subyek yang berpendidikan menengah (SMA) atau pendidikan tinggi (PT). Hal ini kemungkinan dikarenakan ibu tidak memandang tingkat pendidikannya dengan pendidikan SD dan SMP dengan pendidikan menengah / PT hampir sama dalam menilai pentingnya berKB dari informasi yang didapat, yaitu dari petugas kesehatan, televisi atau media lainnya. Menurut Widaningrum (1999:10) kontek tempat individu berada akan sangat mempengaruhi pandangannya terhadap pelayanan-pelayanan sosial. Klien yang tinggal diperkotaan biasanya memiliki akses yang lebih banyak, baik dalam hal informasi, kesempatan maupun bentuk-bentuk pelayanan modern lainnya. •
Distribusi frekuensi pemilihan alat ontrasepsi suntik dan bukan suntik. Pada tabel 4.5 menunjukkan frekuensi pemilihan alat kontrasepsi, dan yang paling banyak adalah subyek yang memilih alat kontrasepsi suntik dibandingkan dengan alat kontrasepsi bukan suntik. Hal ini kemungkinan dikarenakan ibu-ibu tidak begitu sulit untuk mendapatkan pelayanan •
• Distribusi Subyek menurut Pekerjaan Pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa dari keseluruhan subyek, frekuensi paling banyak dalam memilih alat kontrasepsi adalah ibuibu yang tidak bekerja dibandingkan dengan ibu-ibu yang bekerja. Hal ini kemungkinan dikarenakan ibu-ibu yang tidak bekerja tidak SURYA
64
Vol. 1, No, 1, September 2008
Hobungan Karakteristik Ibu (usia, pendidikan dan paritas) Dengan Pemilihan Kontrasepsi Suntik Di Puskesmas Sukodono Sidoarjo.
kontrasepsi suntik. Dan kontrasepsi suntik dianggap efektif untuk menjarangkan kehamilan. Menurut Manuaba (1998:445) keuntungan suntik KB adalah pemberian nya sangat sederhana sederhana setiap 4 minggu sekali untuk Cyclofem, 8 sampai 12 minggu sekali untuk Noristerat dan Depo Provera : tingkat efektivitasnya tinggi: hubungan seks dengan suntikkan KB bebas: perawatan medis yang ringan: dapat dipakai/ diberikan pasca persalinan: pasca keguguran atau pasca menstruasi: tidak mengganggu pengeluaran laktasi. • Hubungan antara usia dengan pemilihan alat kontrasepsi suntik Dari uji chi square (tabel 4.6) didapatkan hasil X2 hit 0,35 < X2 tabel 3,84 dengan Df = 1, α = 0,05. pada Ho diterima berarti tidak ada hubungan antara usia dengan pemilihan alat kontrasepsi suntik. Hal ini dikarenakan kemungkinan ada faktor lain yang berhubung dengan pemilihan alat kontrasepsi suntik. Diantaranya adalah faktor aktivitas kemasyarakatan. Meskipun demikian alat kontrasepsi suntik masih yang paling banyak dipilih.Menurut Widaningrum (1999:47) kelompok usia antara 25 sampai dengan 44 tahun cenderung memberikan penilaian terhadap kualitas pelayanan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok umur yang lebih muda. Hal ini disebabkan karena wanita dalam kelompok ini relatif lebih sering berhubungan dengan pelayanan petugas KB dibandingkan dengan kelompok wanita yang lebih muda. Pada umur lebih dari 35 tahun hindari penggunaan alat kontrasepsi jenis hormonal. Hal ini akan terancam resiko serangan jantung atau pecah pembuluh darah otak (A. Agust Burns, et all,2000). Menurut Hartanto (2004) saat usia istri 30 tahun dianjurkan untuk mengakhiri masa kesuburan setelah mempunyai 2 anak. Ciriciri kontrasepsi yang diperlukan adalah efektifitas sangat tinggi karena kegagalan dapat menyebabkan kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak, reversibilitas rendah, dapat dipakai dalam jangka panjang dan tidak menambah kelainan yang sudah ada. Dan pilihan kontrasepsi yang utama SURYA
adalah kontrasepsi mantap (Tubektomi dau vasektomi). • Hubungan antara pendidikan dengan pemilihan alat kontrasepsi suntik Dari uji chi square (tabel 4.7) didapatkan hasil X2 hitung 0,02 < X2 tabel 3,84 dengan Df = 1, α = 0,05 pada Ho diterima berarti tidak ada hubungan antara pendidikan dengan pemilihan alat kontrasepsi suntik. Meskipun demikian pemilihan alat kontrasepsi suntik lebih banyak pada subyek yang berpendidikan rendah yaitu SD/ SMP. Hal ini kemungkinan dikarenakan ada faktor lain yang berhubungan dengan prmilihan alat kontrasepsi suntik. Diantaranya adalah faktor persetujuan suami. Menurut Widaningrum (1999: 42) pemakaian kontrasepsi naik sejalan dengan tingkat pendidikan. Jenis alat atau cara kontrasepsi yang dipakai berbeda menurut tingkat pendidikan. Wanita dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung memberikan penilaian tentang kualitas pelayanan yang diterima lebih baik dibandingkan dengan wanita yang berpendidikan lebih rendah. Pengalaman menggunakan salah satu metode kontrasepsi dapat menambah pengetahuan sehingga kelangsungan pemakaiannya semakin baik. Aktivitas masyarakat mempunyai pengaruh dalam penilaian terhadap pelayanan. Wanita yang sangat aktif dalam aktivitas kemasyarakatan cenderung memberikan penilaian yang lebih baik dibandingkan wanita yang aktif dan tidak aktif sama sekali. Wanita lain mungkin menginginkan jumlah anak yang terbatas. Ini sering terjadi bila wanita mempunyai kesempatan untuk pendidikan dan menghasilkan pendapatan, atau dimana wanita dianggap sebagai mitra sejajar dengan pria (A. August Burns, et all, 2000). • Hubungan antara pekerjan dengan pemilihan alat ontrasepsi suntik Dari uji chi square (tabel 4.8) didapatkan hasil X2 hitung 0,47 < X2 tabel 3,84 dengan Df = 1, α = 0,05 pada Ho diterima berarti tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan pemilihan alat kontrasepsi suntik. Hal ini kemungkinan dikarenakan ada faktor lain
65
Vol. 1, No, 1, September 2008
Hobungan Karakteristik Ibu (usia, pendidikan dan paritas) Dengan Pemilihan Kontrasepsi Suntik Di Puskesmas Sukodono Sidoarjo.
yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi suntik seperti pendapatan. Menurut Widaningrum (1999:8) kedudukan sosial dan ekonomi wanita dalam masyarakat yang berbeda dengan laki-laki memiliki dampak pada problem-problem kesehatan pada umumnya. Pada gilirannya kedudukan wanita juga berdampak pada perbedaan kebutuhan dan ekspektasi terhadap pelayanan kesehatan. Wanita lebih sering menggunakan faslitas pelayanan kesehatan dibandingkan dengan laki-laki, namun mereka memiliki pendapatan yang lebih rendah dari pada lakilaki sebagai konsekuensi dari status sosial mereka yang lebih rendah (Van Wijk,dkk, 1996). Wanita lain mungkin menginginkan jumlah anak yang terbatas. Ini sering terjadi bila wanita mempunyai kesempatan untuk pendidikan dan menghasilkan pendapatan atau dimana wanita dianggap sebagai mitra sejajar dengan pria (A. August Burns, et all, 2000). • Hubungan antara paritas dengan pemilihan alat kontrsepsi suntik Dari uji chi square (tabel 4.9) didapatkan hasil X2 hitung 0,00059 < X2 tabel 3,84 dengan Df = 1, α = 0,05 pada Ho diterima berarti tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan pemilihan alat kontrasepsi suntik. Hal ini kemungkinan dikarenakan ada faktor lain yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi suntik seperti peran dalam pengambilan keputusan. Menurut Widaningruim (1999:48). Jumlah anak yang dimiliki relatif tidak mempengaruhi penilaian terhadap kualitas pelayanan yang mereka terima. Wanita dengan jumlah anak dua atau kurang dari tiga cenderung memberikan penilaian yang lebih baik dibandingkan dengan wanita dengan jumlah anak yang banyak. Kegaiatan pengayaan diri dengan partisipasi dalam kegiatn-kegiatan pendidikan kemasyarakatan seperti perkumpulann kader, penyuluhan dan sebagainya dianggap salah satu strategi untuk memperdayakan wanita agar memiliki pendapat atau sikap positif untuk memnuhi kesehatan reproduksinya. Wanita yang sangat aktif dalam kegiatan kemasyarakatan cenderung memberikan SURYA
penilaian yang lebih baik dibandingkan dengan wanita yang hanya aktif atau tidak sama sekali (Widaningrum, 1999:44). 6. Kesimpulan Dari hasil penelitian akhirnya di peroleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Mayoritas usia lebih dari 30 tahun yang menggunakan alat kontrasepsi. 2. Mayoritas pendidikan rendah yang menggunakan alat kontrasepsi. 3. Mayoritas ibu-ibu yang tidak bekerja yang menggunakan alat kontrasepsi. 4. Mayoritas paritas rendah (1-2) yang telah menggunakan alat kontrasepsi. 5. Mayoritas ibu-ibu memilih alat kontrasepsi suntik dibandingkan alat kontrasepsi bukan suntik. 6. Tidak ada hubungan antara usia dengan pemilihan alat kontrasepsi suntik. 7. Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan pemilihan alat kontrasepsi suntik. 8. Tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan pemilihan alat kontrasepsi suntik. 9. Tidak ada hubungan antara paritas dengan pemilihan alat kontrasepsi suntik. 7. Saran 1. Bagi Institusi Pendidikan. Dengan melihat hasil penelitian bahwa tidak ada hubungan antara usia, pendidikan, pekerjaan dan paritas dengan pemilihan alat kontrasepsi suntik, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi suntik. 2. Bagi Tempat Penelitian Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi suntik. 3. Bagi Profesi Kebidanan Penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan perbandingan terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi suntik.
66
Vol. 1, No, 1, September 2008
Hobungan Karakteristik Ibu (usia, pendidikan dan paritas) Dengan Pemilihan Kontrasepsi Suntik Di Puskesmas Sukodono Sidoarjo.
_____________. 1999. Operasi Kebidanan Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Dokter Umum. Jakarta : EGC.
DAFTAR PUSTAKA
BKKBN. 1999. Visi dan Misi Pembangunan Kependudukan dan Gerakan KB Nasional. Jakarta : BKKBN
______________.2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan Keluarga Berencana. Jakarta : EGC.
_______. 2004. Panduan Praktis Memilih Kontrasepsi. Surabaya : BKKBN Kota Surabaya bekerjasama dengan plan Indonesia – Surabaya. BKKBN
BKKBN
Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid 2. Jakarta : EGC.
Propinsi Jawa Timur. 2005. Laporan Hasil Pencapaian Program Keluarga Berencana Nasional Propinsi Jawa Timur. Surabaya : BKKBN.
Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : RIneka Cipta. Nursalam. 2001. Pendekatan Praktik Metodologi Riset Keperawatan. Surabaya : UNAIR.
Propinsi Jawa Timur. 2004. Laporan Pencapaian Program Keluarga Berencana Nasional Propinsi Jawa Timur. Surabaya : BKKBN.
Nursalam dan Pariani. 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : Sagung Seto.
Departemen Kesehatan. 1999. Pedoman Penanggulangan Efek Samping atau Komplikasi Kontrasepsi. Jakarta : Depkes RI
_________.2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Hartanto, H. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Saifudin, AB, Affandi B, Lu Enriquito R. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo bekerjasama dengan JNPKKR/ POGI, BKKBN, DEPKES dan JHPIEGO/ STARHPRO GRAM.
Juliantoro, D. 2000. 30 Tahun Cukup Keluarga dan Hak Konsumen. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan bekerja sama dengan PKBI – Yogyakarta dan The Ford Foundation. Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
SURYA
Siswosudarmo HR, Anwar M, Emilia O. 2001. Tehnologi Kontrasepsi. Jakarta : UGM.
67
Vol. 1, No, 1, September 2008