HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN INVOLUSI IBU NIFAS DI BPS MOJOKERTO DWI APRILIASARI 1211010100 Subject :Usia , Paritas, Involusi Uteri, Ibu Nifas DESCRIPTION Involusi adalah proses dimana uterus kembali pada keadan sebelum hamil. Involusi yang tidak normal atau sub involusi adalah uterus gagal mengalami involusi pada kecepatan yang di perkirakan.. Involusi yang tidak normal dapat menyebabkan perdarahan dan syok. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi involusi diantaranya adalah usia dan paritas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan usia dan paritas dengan kejadian involusi. Penelitian ini survay analitik dengan desain cross sectional. Subjek pada penelitian ini adalah 20 ibu post partum dengan menggunakan teknik total sampling, data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder dengan istrumen berupa kuesioner dan lembar observasi dan analisis data dengan uji rank spearman. Tempat dan waktu penelitiandi BPS Noferia Raraswari Amd. Keb dan Vetty Praihastuti Amd. Keb Mojosari Mojokerto Pada tanggal 27 Maret- 27 April 2015. Berdasarkan hasil peneltian didapatkan hampir seluruh responden berusia 16-35 tahun sebanyak 17 responden (85 %), sebagian besar paritas responden 2-4 (multipara) sebanyak 12 responden (60%), hampir setengah dari responden mengalami involusi tidak normal sebanyak 7 responden (35%). Hasil analisis menggunakan uji rank spearman dengan = 0,05 didapatkan p value = 0,008<0,05 yang artinya ada pengaruh usia terhadap involusi uteri. Hasil analisis menggunakan uji rank spearman dengan nilai p 0,05 didapatkan bahwa p value = 0,007<0,05 yang artinya ada pengaruh paritas dengan kejadian involusi uteri. Setelah persalinan seorang ibu akan memasuki masa pemulihanya dan berlahan kembali kekondisi semula. Upaya yang harus dilakukan tenaga kesehatan adalah memberikan penyuluhan kepada ibu nifas.
ABSTRACT Involution that is not normal or sub involution is the uteri experiencing failure in involution at the estimeted speed. Abnormal involution can cause bleeding and shock. There are several factors that affect the involution among others are age and parity. The purpose of this study was to determine the relationship between age and parity with the incidence of involution. Design of this stady was a cross-sectional analytical study. Subject of this study was 20 postpartum mothers using total sampling technique, the data used was the data source from secondary and primary source with instrument used such as questionnaire and observation sheet with rank spearman test. It has been done in BPS Noferia
Raraswari Amd. Keb and Vetty Praihastuti Amd. Keb Mojosari Mojokerto On 27 March-27 April 2015 Based on the results of this study showed that nearly all of respondents aged 16-35 years was as many as 17 respondents (85%), the majority of respondents gave birth to 2-4 children (multiparous) about 12 respondents (60%), almost half of respondents experienced abnormal involution about 7 respondents (35%). The results of the analysis using the spearman rank test with of 0,05 was found that p = 0,008 <0,05, which meant there was an influence of the age of postpartum mothers with the incidence of involution. The results of the analysis using the spearman rank test with of 0,05 was found that p = 0,007 <0,05, which meant there was an influence of the parity of postpartum mothers with the incidence of involution. After parturition, mother’s body will enter a period of recovery and slowly return to its original state. Efforts must be done by the health workers by give the counseling to the mothers. Keywords: Age, Parity, Involution Uteri, Postpartum Mother Contributor
: 1. Nurun Ayati Khasanah, M.Kes., 2. Dyah Permata Sari, S.ST., SKM., MM., Date : 08 Juni 2015 Type Material : Laporan Penelitian Identifier : Right : Open Document Summary : LATAR BELAKANG Masa nifas (puerpurium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan semula sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kurang lebih 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keaadaan normal (Ambarwati & Wulandari, 2010 :1). Involusi uterus adalah kembalinya uterus pada keadaan sebelum hamil setelah melahirkan. Proses dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot – otot polos uterus (Dewi & Sunarsih, 2011 : 55). Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali kekondisi sebelum hamil dengan berat sekitas 60 gram. Proses ini dimulai setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Bila uterus tidak mengalami atau terjadi kegagalan dalam proses involusi disebut dengan sub involusi. Subinvolusi dapat disebabkan oleh infeksi dan tertingalnya sisa plasenta/perdarahan lanjut (postpartum haemorrhage)dampak dari sub involusi meliputi lochea menetap/merah segar, penurunan fundus uteri lambat, tonus uteri lembek, tidak ada perasaan mules pada ibu nifas akibatnya terjadinya perdarahan. (Ambarwati & Wulandari, 2010 : 73). Banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses involusi diantaranya menyusui, mobilisasi dini, status gizi, parietas dan usia. Salah satu faktor yang mempengaruhi involusi uterus adalah usia dan paritas. Ibu yang usianya lebih tua banyak dipengaruhi oleh proses penuaan dimana. mengalami perubahan metabolisme hal ini akan menghambat involusiuterus,ibu yang paritasnya tinggi proses involusinya menjadi lebih
lambat,karena makin sering hamil uterus maka akan sering mengalami regangan(Kautsar, 2011 : 2). Lima penyebab kematian ibu terbesar adalah perdarahan, hipertensi dalamkehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet dan abortus. Kematian ibu di Indonesia tetap didominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaituperdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), dan infeksi. Proporsi ketigapenyebab kematian ibu telah berubah, dimana perdarahan dan infeksicenderung mengalami penurunan sedangkan HDK proporsinya semakinmeningkat. Lebih dari 30% kematian ibu di Indonesia pada tahun 2010disebabkan oleh HDK dan komplikasi perineun/ perdarahan menjadiurutan kedua yaitu 31%.(DepKes RI, 2013). Pada tahun 2013 Presentase persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan diProvinsi Jawa Timur ialah sebesar 97,53%. Pencapaian provinsi Jawa Timur tersebut dapat memenuhi target renstra tahun 2013 yang sebesar 89%. Namun masih terdapat 3 dari 38 (7,89%) Kabupaten/Kota di provinsi Jawa Timur yang tidak dapat mencapai target tersebut pada 2013 (Dinkes Jatim, 2013). Jumlah ibu bersalin di Kabupaten Mojokerto tahun 2013 sebesar 18.629 orang, yang ditolong oleh tenaga kesehatan sebesar 16.349 (87,99 %).Distribusi pelayanan kesehatan pada ibu nifas tahun 2013 yaitu sebesar 15.928 (85,50 %) dari total 18.629 ibu nifas (Dinkes Mojokerto, 2013). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 6-10 Maret 2015 di BPS Mojokerto dari 5 responden terdapat 2 responden usianya >35 tahun dan Grandemultipara (Paritas ≤4) nifas hari ke 4 lokea rubra dan TFUnya 2 jari dibawah pusat dinyatakan proses involusinya tidak normal sedangkan 3 responden usia 20-35 tahun dan multipara (paritas 2-4) nifas hari ke 6 lochea sanguenolenta dan TFU 3 jari dibawah pusat dinyatakan proses involusinya normal. METODOLOGI Penelitian ini merupakan penelitiansurvay analitik dengan desain cross sectional. Variabel independen usia dan paritas dan variabel dependen kejadian involusi. Subjek pada penelitian ini adalah 20 ibu post partum dengan menggunakan teknik total sampling, data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder dengan istrumen berupa kuesioner dan lembar observasi dan analisis data dengan uji rank spearman. Tempat dan waktu penelitiandi BPS Noferia Raraswari Amd. Keb dan Vetty Praihastuti Amd. Keb Mojosari Mojokerto Pada tanggal 27 Maret- 27 April 2015. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpindidikan SMA sebesar 14 responden (70 %). Berdasarkan status pekerjaan menunjukan bahwa sebagian besar responden tidak bekerja sebanyak 11 rasponden (55%). Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa hampir seluruh responden berumur 16-35 tahun sebesar 17 responden (85%), sebagian besar proses involusinya normal sebesar 13 responden (65%) dan sebagian kecil responden sebanyak 4 responden (20%) mengalami involusi yang tidak normal dan sebagian kecil responden yang berumur > 35 tahun sebanyak 3 responden (15%) tidak satupun mengalami involusi yang normal. Berdasarkan jumlah anak menunjukan bahwa hampir setengah
dari responden melahirkan 1 kali sebanyak 6 (30%) responden selurunya mengalami involusi yang normal, sebagian besar responden melahirkan 2-4 kali sebanyak 12 (60%) responden, sebagian kecil responden sebanyak 5 responden(55%) mengalami involusi yang tidak normal dan sebagian kecil responden yang melahirkan >5 kali sebanyak 2 (10%) responden tidak satupun mengalami involusi normal. Berdasarkan analisis menggunakan uji rank spearmandengan 0,05 daripengaruh usia terhadap kejadian involusi diperoleh nilai signifikasi p(0,008 )< (0,05) dan dari hubungan paritas dengan kejadian involusidiperoleh nilai signifikasip (0,007)< (0,05). Maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga ada hubungan usia dan paritas dengan kejadian involusi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 20 responden menunjukan bahwa hampir seluruh responden berumur 16-35 tahun sebanyak 17 reponden (85%),sebagian kecil responden berumur >35 sebanyak 4 responden (15%) dan tidak satupun responden yang berumur >16 tahun. Umur mempunyai pengaruh terhadap komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas. Dari segi biologis reproduksi seorang wanita harus sempurna harus mengadung bayinya bila umurnya berumur 20 tahun, pada usia lebih dari 35 tahun organ-organ reproduksi sudah mulai mengendor dan terjadi penurunan fungsi sehingga akan menimbulkan ganguan pada kontraksi uterus (Manuaba,2010). Usia/umur adalah lamanya waktu hidup yaitu terhitung sejak lahir sampai dengan sekarang. Penentuan umur dilakukan dengan menggunakan hitungan tahun. Menurut Elisabeth B. Hurlock (2010), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikanpenyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian didalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur (Notoatmodjo, 2007 : 23). Usia reproduksi adalah masa diantara pubertas dan menoupuse yang pembuhannya sering kali jadi positif. Klasifikasi usia reproduksi menurut rochjati poedji(2003) yaitu: 1). Usia < 16 tahun, 2). Usia 16-35 tahun, 3). Usia > 35 tahun. Pada parameter usia <16 tahun didapatkan tidak satupun responden yang melahirkan pada usia <16 tahun, masyarakat sudah tahu bahwa pada usia ini organ reproduksi belum siap untuk melahirkan, karena belum matangnya organ reproduksi, rahim yang belum siap menerima kehamilan, serta psikologi wanita yang belum siap dalam berrumah tangga, serta pendidikan masyarakat yang sudah cukup baik sehingga masyarakat cepat mengerti ketika tenaga kesehatan memberikan penyuluhan, pada umumya masyarakat pada usia ini mereka masih sekolah, serta ada yang sudah bekerja. Pada parameter ini hampir seluruh responden melahirkan berusia 16-35 tahun masyarakat yang melahirkan diusia 16-35 tahun sebanyak 17 (85%) responden, karena masyarakat sudah banyak yang mengetahui usia reproduksi sehat dari televisi, tetangga, teman dan tenaga kesehatan yaitu pada usia 16-35 tahun, sehingga masyarakat lebih peduli dengan kesehatan. Dari 17 responden yang mengalami involusi tidak normal sebanyak 5 responden, dari hasil survay didapatkan ada faktor lain yang menyebabkan involusi tidak normal yaitu pola makan (status gizi) dan faktor tidak menyusui karena ibu yang bekerja pada pemberian Asi esklusif akan mempercepat kontraksi, sehingga involusi berjalan dengan baik. Pada parameter usia ibu yang melahirkan > 35 tahun pada masa muda ibu terlalu sibuk bekerja, sehingga menikah terlalu tua dan pada usia
itu masih ingin memiliki anak. Tenaga kesehatan sudah memberi penyuluhan bahaya apabila melahirkan pada usia >35 tahun, seperti hipertensi, jantung, asma, perdarahan,dll. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 20 responden menunjukan bahwa sebagian besar responden melahirkan 2-4 anak (multipara) sebanyak 12 responden (60%), hampir setengah dari responden melahirkan anak 1 kali sebanyak 6 (30%) responden dan sebagian kecil lagi responden melahirkan anak >5 kali 2 responden (10%). Menurut Bobak, (2005) Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan jumlah janin hidup, bukan janin yang dilahirkan, janin yang lahir hidup atau mati setelah viabilitas (28 minggu/lebih) dicapai, tidak mempengaruhi paritas. Tingkat paritas telah menarik perhatian para peneliti dalam hubungan ibu maupun anak. Dikatakan umpamanya terdapat kecenderungan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari yang berparitas tinggi, terdapat asosiasi antara tingkat paritas dan penyakit-penyakit tertentu (Notoatmodjo, 2007 : 29) Pada parameter hampir setengah responden yang melahirkan 1 kali (primi) ibu yang melahirkan anak 1 kali (primi) memang ibu-ibu yang usianya masih muda serta baru menikah. Pada parameter sebagian besar ibu yang melahirkan anak 2-4 kali (multipara) pada umumnya masyarakat telah menyadari bahwa saat ini beban hidup lebih tinggi apabila tidak menyekolahkan anak-anaknya akan tertinggal dan masyarakat sudah banyak yang mengikuti KB, serta masyarakat telah menerapkan program yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah yaitu “2 anak lebih baik” berencanakan memberikan dampak optimal bagi pengendalian penduduk. Pada parameter sebagian kecil melahirkan anak >5 kali ada masyarakat berpendapat bahwa banyak anak lebih baik, saat hari tua akan banyak saudara. Hal ini yang perlu di sampaikan kepada masyarakat yang kurang mengerti boleh memiliki banyak anak tetapi harus mampu memberikan kebutuhan yang cukup dan pendidikan yang baik. Kebanyakan masyarakat kurang memahami tentang bahaya terlalu banyak anak akan memyebabkan keluarnya darah saat masa nifas (involusi) akan tergangu, mansyarakat hanya berfikir lebih banyak anak akan mempermudah jalan lahir ketika melahirkan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 20 responden menunjukan bahwa sebagian besar responden mengalami involusi normal sebesar 14 responden (70%),hampir setengah dari responden mengalami involusi yang tidak normal sebanyak 6 responden ( 30%). Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali kekondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus(Ambarwati dan Wulandari, 2010:73). Pengukuran involusi dapat dilakukan dengan mengukur tinggi fundus uteri, kontraksi uterus dan juga dengan pengeluaran lochea. Involusi uterus melibatkan reorganisasi dan penanganan desidua dan pengelupasan kulit pada situs plasenta sebagai tanda penurunan ukuran dan berat, perubahan lokasi uterus, warna dam jumlah lochea (Saleha S, 2009:54).Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Involusi menurut katrsar (2011:2).1). Status Gizi , Status gizi yang kurang pada ibu pasca salin maka pertahanan dasar pada ligamentum latum yang terdiri dari kelompok infiltrat sel-sel bulat yang disamping mengadakan pertahanan terhadap penyerbuhan kuman juga untuk
menghilangkan jaringan nerkotic. Pada ibu pasca salin dengan status gizi yang baik akan terhindar dari infeksi dan mempercepat involusi uterus 2). Mobilisasi Dini, Mobilisasi dini adalah kemampuan untuk bergerak bebas dalam lingkungan. Mobilisasi dini memperlancar pengeluaran lochea sehingga dapat mempercepat involusi uteri . 3).Paritas (Jumlah Anak), Involusi uterus bervariasi pada ibu pasca salin, biasanya ibu yang paritasnya tinggi proses involusinya menjadi lebih lambat, karena makin sering hamil uterus akan sering mengalami regangan. 4). Usia Ibu yang usianya lebih tua banyak dipengaruhi oleh proses penuaan dimana mengalami perubahan metabolisme yaitu terjadi peningkatan jumlah lemak, penurunan otot, penurunan penyerapan lemak, protein, dan karbohidrat dan hal ini akan menghambat involusio uterus. 5). Laktasi/Menyusui ,Menyusui merupakan rangsangan psikis dan juga merupakan refleks dari mata ibu ke otak yang mengakibatkan pengeluaran oksitosin, sehingga uterus akan berkontraksi lebih baik dan pengeluaran lochea lebih lancar, oleh sebab itu ibu yang menyusui involusio uterus lebih cepat dari yang tidak menyusui. 6). Senam Nifas, Apabila otot rahim di rangsang dengan latihan dan gerakan senam maka kontaraksi uterus semakin baik sehingga mempengaruhi proses kembalinya uterus. Berdasarkan parameter sebagian besar involusi ibu normal (sesuain dengan tinggi fundus, lochea sesuai dengan hari). Banyak masyarakat yang sudah rutin memeriksakan bayinya serta ibunya pada masa nifas, dan berdasarkan parameter hampir setengah responden mengalami involusi tidak normal, dikarenakan tidak semua perempuan lancar dalam peoses persalinan dan nifasnya. Pada umumnya ibu yang mengalami involusi tidak normal adalahh ibu yang usianya>35 dan memiliki anak > 5 anak. Ibu mengatakan mereka merasa kelelahan saat proses persalinan dan malas melakukan mobilisasi yang dianjurkan tenaga kesehatan karena ibu merasa sudah sering melahirkan. Sehingga menganggap semuanya akan berjalan dengan normal seperti anak- anak sebelumnya. Para ibu merasa malas memeriksakan keadaanya karena sibuk bekerja dan tidak ada yang mengurus anak-anaknya yang lain dirumah. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 20 responden menunjukan bahwa hampir seluruh responden berumur 16-35 tahun sebesar 17 responden (85%), sebagian besar proses involusinya normal sebesar 13 responden (65%) dan sebagian kecil responden sebanyak 4 responden (20%) mengalami involusi yang tidak normal dan sebagian kecil responden yang berumur > 35 tahun sebanyak 3 responden (15%) tidak satupun mengalami involusi yang normal. Hasil analisis menggunakan uji rank spearman dengan 0,05 didapatkan bahwa p 0,008 < 0,05 yang artinya ada pengaruh usia terhadap kejadian involusi di BPS Mojokerto. Ada kesesuain dengan teori kautsar (2011 :2), bahwa usia merupakan faktor yang mempengaruhi proses involusi hal ini karena Ibu yang usianya lebih tua banyak dipengaruhi oleh proses penuaan dimana mengalami perubahan metabolisme yaitu terjadi peningkatan jumlah lemak, penurunan otot, penurunan penyerapan lemak, protein, dan karbohidrat dan hal ini akan menghambat involusi uterus. Responden yang mengalami involusi yang tidak normal adalah responden yang berusia >35 tahun. Pada umumnya ibu yang melahirkan pada usia >35 tahun berfikir sudah sering melahirkan sehingga semuanya akan berjalan normal seperti anak-anak sebelumnya, padahal pada usia itu otot- otot sudah mulai kendor dan proses involusi akan terhambat.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 20 responden menunjukan bahwahampir setengah dari responden melahirkan 1 kali sebanyak 6 (30%) responden selurunya mengalami involusi yang normal, sebagian besar responden melahirkan 2-4 kali sebanyak 13 (60%) responden, sebagian kecil responden sebanyak 5 responden(55%) mengalami involusi yang tidak normal dan sebagian kecil responden yang melahirkan >5 kali sebanyak 2 (10%) responden tidak satupun mengalami involusi normal. Hasil analisa menunjukan uji rank spearman dengan 0,05 didapatkan nilai p(0,007)< (0,05) maka H1 diterima sehingga ada hubungan paritas dengan kejadian involusi di BPS Mojokerto. Hal ini berarti paritas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadan kejadian involusi. Sesuai dengan teori Kautsar (2011:2) yang menyebutkan bahwa paritas merupakan faktor terjadinya involusi karena ibu yang paritasnya tinggi proses involusinya menjadi lebih lambat, karena makin sering hamil uterus akan sering mengalami regangan. Parameter paritas ibu sebagian besar mengalami involusi yang normal dan sebagian kecil yang mengalami involusi tidak normal terjadi pada ibu yang melahirkan > 5 anak (grandemultipara), resiko yang terjadi pada kehamilan >5 kali seperti kontraksi uterus yang kurang maksimal serta pada umumnya ibu yang pemahamannya kurang tentang resiko kebanyakan adalah ibu yang pendidikan masih rendah. Serta pemikiran yang ibu dan keluarga yang lebih banyak anak lebih baik. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara usia dan paritas ibu nifas dengan kejadian involusi di BPS Mojokerto. SIMPULAN Berdasarkan usia responden hampir setengah responden berusia 16-35 tahun sebanyak 17 reponden (85%). Berdasarkan jumlah anak sebagian responden melahirkan 2-4 anak (multipara) sebanyak 12 responden (60%). Berdasarkan proses involusi hampir setengah dari responden mengalami involusi tidak normal sebesar 7 responden (35%). Hasil analisis menggunakan uji rank spearman dengan 0,05 didapatkan bahwa p 0,008 < 0,05 yang artinya ada pengaruh usia terhadap kejadian involusi di BPS Mojokerto dan Hasil analisa menunjukan uji rank spearman dengan 0,05 didapatkan nilai p(0,007)< (0,05) maka H1 diterima sehingga ada hubungan paritas dengan kejadian involusi di BPS Mojokerto. REKOMENDASI Bagi masyarakat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dengan mencari informasi dengan mengembangkan penelitian, sehingga hasil penelitian dapat membantu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kebidanan. Bagi tenaga kesehatan (Bidan atau Dokter) supaya lebih aktif dan intensif lagi dalam dalam memberikan pengetahuan agar responden lebih teratur memeriksakan saat masa nifas.
Bagi institusi mengembangkan materi tentang perawatan kunjungan yang dilakukan pada masa nifas dengan cara mengadakan seminar dikampus agar mahasiswa dapat memperokeh informasi yang lebih atau juga menambah literatur keperpustakaan tentang kebutuhan masa nifas sehingga mahasiswa lebih mudah untuk dipelajari oleh mahasiwa.Meningkatkan penengetahuan dan wawasan mahasiswa kebidanan tentang usia dan paritas. Bagi peneliti selanjutnyadiharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan materi dan menggunakan disain yang berbeda, sehingga hasil penelitian dapat membantu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kebidanan. ALAMAT KORESPONDENSI Email :
[email protected] No. Telp : 0812233638949 Alamat : Desa Kawengan RT 03 RW 01 Kedewan - Bojonegoro