UMUR IBU, PARITAS DENGAN KEJADIAN KEHAMILAN SEROTINUS Endang Buda Setyowati* *Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl.Dukuh Pakis Baru II no. 110 Surabaya Email :
[email protected] ABSTRAK Pendahuluan : Kehamilan postterm disebut juga kehamilan serotinus, kehamilan lewat bulan, kehamilan lewat waktu, prolonged pregnancy, extended pregnancy, postdate / post datisme atau pascamaturitas adalah kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294 hari). Data statistik menunjukan angka kematian dalam kehamilan lewat waktu lebih tinggi pada 43 minggu 3,3% dan 44 minggu 6,6. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui adakah hubungan umur, paritas dengan kejadian kehamilan serotinus di RSUD Dr. Muh Soewandhie Surabaya tahun 2016. Metode : penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik korelasi. Populasi dalam penelitian ini adalah memanfaatkan data sekunder yang diperoleh dari buku registerdi RSUD Dr. Muh Soewandhie Tahun 2016 sejumlah 309 sampel dengan uji koefisein kontigensi.diperoleh sampel 174 sampel. Instrumen yang digunakan adalah buku register ibu hamil. Variabel independen dalam usia dan paritas, sedangkan Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian kehamilan serotinus .Alat pengumpulan data dalam penelitian ini berupa pengumpulan data sekunder. Data yang dikumpulkan akan diolah melalui editing, cpding, tabulating serta analisis univariat, bivariat, multivariat. Hasil Hasil Penelitian menunjukkan Umur <20 tahun dan >35 tahun hampir setengahnya (33,3%) yaitu 58 responden mengalami serotinus.Nilai p value = 0,019 dengan tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05) maka dikatakan p<α yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya ada hubungan antara umur ibu dengan kejadian serotinus.paritas primipara dan grandemultipara hampir setengahnya (36,2%) yaitu 63 responden mengalami serotinus.Nilai p value = 0,003 dengan tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05) maka dikatakan p<α yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya ada hubungan antara paritas dengan kejadian serotinus. Diskusi : Diharapakan lebih aktif dalam memberikan penyuluhan tentang resiko yang dapat membahayakan ibu dan janin pada kehamilan di usia >20 tahun dan pada usia >35 tahun. Kata Kunci : Umur, Paritas, Kejadian Kehamilan Serotinus dan pada kehamilan 44 minggu angka kematian PENDAHULUAN Kehamilan postterm disebut juga bayi menjadi 6,6% (Sulaiman, 2002). kehamilan serotinus, kehamilan lewat bulan, Masalah kesehatan di Indonesia masih kehamilan lewat waktu, prolonged pregnancy, didominasi oleh tingginya Angka Kematian extended pregnancy, postdate / post datisme Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI). atau pascamaturitas adalah kehamilan yang Mengindikasi kemampuan dan kualitas berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau pelayanan kesehatan, kualitas pendidikan dan lebih, dihitung dari hari pertama haid terakhir pengetahuan masyarakat, kualitas kesehatan menurut rumus neagle (Prawihardjo, 2009). lingkungan, sosial budaya, serta hambatan Kehamilan serotinus mempunyai dalam memperoleh akses terhadap pelayanan hubungan erat dengan mortalitas, morbiditas kesehatan (DepKesRI, 2013). perinatal, atau makrosomia. Sementara itu Menurut laporan WHO tahun 2014 yang resiko bagi ibu dengan kehamilan serotinus dikutip oleh Dessriya (2015) AKI di dunia yaitu dapat berupa partus lama, inersia uteri, dan 289.000. Amerika Serikat yaitu 9300 jiwa, perdarahan pasca persalinan ataupun tindakan Afrika Utara 179.000 jiwa, dan Asia Tenggara obstetric yang menigkat (Prawihardjo, 2009). 16.000 jiwa. AKI di Negara-negara Asia Data statistik menunjukan angka kematian Tenggara yaitu Indonesia 214 per 100.000 dalam kehamilan lewat waktu lebih tinggi kelahiran hidup, Filipina 170 per 100.000 ketimbang dalam kehamilan cukup bulan. kelahiran hidup( Dessriya,215 ; WHO,2014). Kematian janin pada kehamilan serotinus pada Angka Kematian Ibu di Indonesia tahun 43 minggu angka kematian bayi menjadi 3,3% 2010 sebesar 214 per 100.000 kelahiran hidup. Akan tetapi pemerintah masih dituntut bekerja 97
keras untuk menurunkannya hingga tercapainya target Millennium Development Goals (MDG’S) Angka Kematian Ibu pada Tahun 2015 menjadi 102/100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012). Data Dinas Kesehatan Jawa Timur tahun 2012 menunjukan AKI 11,6%(582) dan pada tahun 2013 terdapat 678 (12,7), tahun 2014 terdapat 567(12%), hingga tahun 2015 terdapat 531 (11%) kasus kematian ibu (Profil Kesehatan Jawa Timur, 2014). Dari laporan rutin di Jawa Timur yang terdapat dalam publikasi profil kesehatan Provinsi Jawa Timur (2010) yang di kutip oleh Arinta (2012) menyatakan terjadi 5.533 kematian bayi dari 589.482 kelahiran hidup, misalnya Kabupaten Sidoarjo merupakan penyumbang terbesar ketiga dalam kematian bayi di Jawa Timur dengan jumlah 249 bayi (Kusuma, 2012 ; Profil Jatim, 2010). Pada pengambilan data awal di RSUD Dr. Muh SOEWANDHIE dari bulan februari-juli 2015 diperoleh data ibu yang mengalami kehamilan serotinus sebagai berikut : Tabel 1 Data jumlah ibu yang mengalami kehamilan serotinus di RS RSUD Dr. Muh SOEWANDHIE Sumber : Data sekunder RSUD Dr. Muh SOEWANDHIE tahun 2015 Bulan Februari Maret April Mei Juni Juli Jumlah
∑ Ibu hamil 162 131 107 98 114 124 736
∑kehamilan serotinus 17 16 13 12 21 23 102
Persentasi 10,49 % 12,21 % 12,14 % 12,24 % 18,42 % 18,54 % 13,85 %
Sumber : Data sekunder RSUD Dr. Muh SOEWANDHIE tahun 2015
Berdasarkan data diatas terjadi peningkatan kejadian kehamilan serotinus di RSUD Dr. Muh SOEWANDHIE Surabaya dari bulan februari sampai juli 2015 dengan angka kejadian terbesar pada bulan desember 2015 yaitu sebesar 23 orang atau 18,54 %. Setiap kehamilan mengandung risiko, dimana risiko tersebut akan berdampak pada kesehatan ibu maupun janin. Berbagai risiko yang muncul selama kehamilan melibatkan berbagai macam faktor, seperti usia ibu, riwayat obstetri, kondisi medis ibu saat ini, riwayat penyakit keluarga, dan masih banyak lagi. Banyak penyulit kehamilan seperti pre-
eklampsi dan ekalmpsia, perdarahan antepartum, dan diabetes mellitus, meningkat insidensinya pada rentan usia tertentu. Oleh karena itu, telah disepakati bahwa usia ideal untuk hamil dan melahirkan ialah antara usia 20-30 tahundiharapkan, kondisi ibu yang prima dapat menekan komplikasi yang mungkin muncul dari terjadinya kehamilan. Antara 2 lebih dari perhitungan tanggal tafsiran persalinan. Kurang lebih 40% tidak tepat tanggal menstruasinya. Pada kehamilan lewat waktu terdapat peluang kira-kira 20% untuk bedah sesar primer atau persalinan operatif melalui vagina. Penyebab teoritis secara pasti dari kehamilan post term atau serotinus belum diketahui, beberapa faktor yang dianggap berkontribusi adalah umur ibu, paritas. Sedangkan dalam pengambilan data awal ditemukan penyebab praktis dalam kehamilan serotinus seperti : primigravida muda, primigravida tua, grandmultiparitas, kelainan letak janin (letak lintang,letak sungsang), oligohidramnion, makrosomia, panggul sempit, riwayat serotinus sebelumnya, hipertensi kronis. Kematian janin merupakan salah satu dampak akibat kehamilan serotinus yang terjadi 55% dalam persalinan. Penyebab utama kematian adalah hipoksia, dan aspirasi mekonium. Hal ini sesuai dengan pendapat Prawihardjo 2008 yang dikutip oleh Ridwati dan Gusti (2013) yang menyatakan komplikasi yang dapat dialami oleh bayi baru lahir ialah suhu yang tidak stabil, hipoglikemia, polisitemia, kelaianan neurologic (Ridwati, 2013;Prawihardjo,2008 ). Secara garis besar, kelangsungan suatu kehamilan sangat bergantung pada keadaan dan kesehatan baik fisik maupun mental ibu, plasenta serta keadaan janin. (Wijayanti, 2010). Dari latar belakang masalah diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai “Hubungan Umur Ibu, Paritas Dengan Kejadian Kehamilan Serotinus Di RSUD Dr. Muh Soewandhie Surabaya Tahun 2016” METODE PENELITIAN Rancangan dalam penelitian ini dijelaskan berdasarkan lingkup penelitian menggunakan teknik rancangan penelitian inferensial. Berdasarkan tempat penelitian termaksud jenis penelitian lapangan, berdasarkan cara pengumpulan data termasuk jenis penelitian survey 98
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil di RSUD Dr. Muh Soewandhi epada bulan Desember 2015 - Februari tahun 2016 sebanyak 309 responden. HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Pendidikan Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Pada Ibu Hamil di RSUD Dr. Muh Soewandhi Tahun 2016 Pendidikan Dasar (SD,SMP) Menengah (SMA) Tinggi (Akademi, PT) Total
Frekuensi 54 94
Presentasi 31,0 54,0
26
14,9
174
100
Sumber : Data sekunder Rekam Medik RSUD Dr. Muh Soewandhi Tahun 2016
Berdasarkan Tabel 2 dapat diinterprestasikan bahwa karakteristik responden berdasarkan pendidikan sebagian besar (54,0%) yaitu sebanyak 94 responden berpendidikan menengah (SMA) Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Pekerjaan Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Pada Ibu Hamil di RSUD Dr. Muh Soewandhi Tahun 2016 Pekerjaan Frekuensi Presentasi Ibu Rumah Tangga 48 27,6 Petani 3 1,7 Wiraswasta/swasta 121 69,5 PNS 2 1,1 Total 174 100 Sumber : Data sekunder Rekam Medik RSUD Dr. Muh Soewandhi Tahun 2016
Berdasarkan Tabel 3 dapat diinterprestasikan bahwa sebagian besar (69,5%) bekerja sebagai wiraswasta/swasta yaitu sebanyak 121 responden.Karakterisitik Responden Berdasarkan Umur Ibu Hamil 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Pada Ibu Hamil di RSUD Dr. Muh Soewandhi Tahun 2016
Tabel
Umur < 20 tahun dan >35 tahun (beresiko) 20-35 tahun (tidak beresiko) Total
Frekuensi
Presentasi
92
52,9
84
47,1
174
100,0
Sumber : Data sekunder Rekam MedikRSUD Dr. Muh Soewandhi Tahun 2016
Berdasarkan Tabel 4 dapat diinterprestasikan bahwa sebagian besar (52,9%) berusia < 20 tahun dan >35 tahun yaitu sebanyak 92 responden Karakterisitik Responden Berdasarkan ParitasIbu Hamil Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas Pada Ibu Hamil RSUD Dr. Muh Soewandhi Tahun 2016 Paritas Primi gravida dan Grande multi para
Frekuensi
Presentasi
99
56,9
Multiparitas
75
43,1
Total
174
100,0
Sumber : Data sekunder Rekam Medik RSUD Dr. Muh Soewandhi Tahun 2016
Berdasarkan Tabel 5 dapat diinterprestasikan bahwa karakteristik responden berdasarkan paritas sebagian besarnya (56,9%) yaitu sebanyak 99 responden paritas primigravidan dan grandemultipara. Karakterisitik Responden Berdasarkan Kejadian Kehamilan Serotinus Tabel 6 Distribusi Frekuensi Karakterisktik Responden Berdasarkan Kejadian serotinus di RSUD Dr. Muh Soewandhi Tahun 2016 Serotinus Serotinus Tidak serotinus Total
Jumlah 94 80 174
Presentase 54,0 46,0 100,0
Sumber: Data rekam medik, 2016
Berdasarkan tabel 6 dapat diinterpretasikan bahwa karakteristik responden berdasarkan kejadian serotinus sebagian besar (54,0%) yaitu sebanyak 174 responden mengalami serotinus. Analisis Hasil Penelitian Bivariate Hubungan antara Umur Ibu Hamil dengan Kejadian Kehamilan RSUD Dr. Muh Soewandhi Tahun 2016
99
Tabel 7 Distribusi Frekuensi Hubungan Antara Umur Ibu Hamil Dengan Kejadian Kehamilan Serotinus di RSUD Dr. Muh Soewandhi Tahun 2016 Usia <20 tahun dan >35 tahun 20-35 tahun Jumlah P value= ,011
Kejadian Serotinus Serotinus Tidak Serotinus N % N %
N
%
58
33,3%
34
19,5%
92
52,9%
36 94
20,7% 54,0% α=0,05
46 80
26,4% 46,0% r= 0,188
82 174
Jumlah
47,1% 100
Sumber : Datasekunder hasil penelitian, 2016
Berdasarkan tabel 7 dapat 2016. Kekuatan korelasi dinyatakan oleh diinterpretasikan bahwa ibu hamil dengan umur correlation coefficient sebesar 0,188 yang <20 tahun dan >35 tahun hampir setengahnya berarti tingkat hubungan antara usia dengan (33,3%) yaitu sebanyak 58 responden kejadian serotinus di RSUD Dr. Muh mengalami serotinus. Soewandhie Tahun 2016 dalam kategori sangat Berdasarkan hasil uji statistik dengan rendah. Arah hubungan positif (+) artinya menggunakan uji Koefisien semakin tinggi umur ibu hamil beresiko (primi kontingensididapatkan nilai p value = 0,019 muda dan primi tua), maka semakin tinggi dengan tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05) kejadian serotinus. maka dapat dikatakan p<α yang berarti H0 Hubungan antara Paritas Ibu Hamil ditolak dan H1 diterima yang artinya ada dengan Kejadian Kehamilan Serotinusdi RSUD hubungan antara umur ibu dengan kejadian Dr. Muh Soewandhie Tahun 2016 serotinusdi RSUD Dr. Muh Soewandhie Tahun Tabel 8 Distribusi Frekuensi Hubungan antara Paritas Ibu Hamil dengan Kejadian Kehamilan Serotinusdi RSUD Dr. Muh Soewandhie Tahun 2016 Kejadian Serotinus Serotinus Tidak Serotinus
Paritas N Primipara dan Grandemultipara Multipara Jumlah P value=0,003
%
N
%
N
%
36,2%
36
20,7%
99
56,9%
17,8% 54,0% α=0,05
44 80
25,3% 46,0 % r=0,216
75 174
43,1% 100
63 31 94
Jumlah
Sumber : Data sekunder hasil penelitian, 2016
Berdasarkan tabel 8 dapat diinterpretasikan bahwa ibu hamil dengan paritas primipara dan grandemultipara hampir setengahnya (36,2%) yaitu sebanyak 63 responden mengalami serotinus. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji Koefisien kontingensididapatkan nilai p value = 0,003 dengan tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05) maka dapat dikatakan p<α yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya ada hubungan antara paritas dengan kejadian serotinus di RSUD Dr. Muh Soewandhie Tahun 2016. Kekuatan korelasi dinyatakan oleh correlation coefficient sebesar 0,216 yang berarti tingkat hubungan antara paritas dengan kejadian serotinusdi RSUD Dr. Muh Soewandhie Tahun 2016dalam kategorirendah. Arah hubungan positif (+) artinya semakin
tinggi paritas beresiko (primipara dan grandemultipara) ibu hamil, maka semakin tinggi kejadian serotinus. Multivariate Hubungan antara Umur Ibu Hamil Paritas Ibu Hamil dengan Kejadian Kehamilan Serotinus Tabel Distribusi Frekuensi Hubungan antara Umur Ibu dan Paritas Ibu Hamil dengan Kejadian Kehamilan Serotinusdi RSUD Dr. Muh Soewandhie Tahun 2016
100
Model Summaryb Model
R
R Square
.305a .093 1 a. Predictors: (Constant), Paritas, Umur b. Dependent Variable: Serotinus
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
.082
.479
2.123
Dari tabel 9 diatas diperoleh nilai faktor umur dan faktor paritas terhadap kejadian serotinus adalah sebesar 0,305 yang artinya kekuatan hubungan antara umur ibu dan paritas dengan kejadian kehamilan serotinus adalah rendah dan nilai nilai kontribusinya adalah 0,082 yang artinya kontribusi terjadinya kehamilan serotinus yang dipengaruhi oleh faktor umur dan paritas adalah sebesar 0,082 (8,2%). PEMBAHASAN Umur Ibu Hamil di RSUD Dr. Muh Soewandhie tahun 2016 Berdasarkan hasil penelitian di RSUD Dr. Muh Soewandhietahun 2016 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan umur sebagian besar (52,9%) yaitu sebanyak 92 responden berusia <20 tahun dan >35 tahun (beresiko). Usia dan fisik wanita berpengaruh terhadap proses kehamilan pertama, pada kesehatan janin dan proses persalinan. WHO (World health Organization) merekomendasikan untuk usia yang paling aman menjalani kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Tapi mengingat kemajuan teknologi saat ini, sampai usia 35 tahun masih boleh untuk hamil. Pada usia 20-35 tahun, kondisi fisik wanita dalam keadaan prima. Rahim sudah memberi perlindungan atau kondisi yang maksimal untuk kehamilan. Umumnya secara mentalpun siap, yang berdampak pada perilaku merawat dan menjaga kehamilannya secara hati-hati. Dari data yang diperoleh pada buku rekam medik di RSUD Dr. Muh Soewandhietahun 2016 masih didapatkan umur ibu yang hamil beresiko yaitu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun. Padahal beberapa resiko yang bisa terjadi pada kehamilan maupun persalinan di usia-usia tersebut seperti meningkatnya resiko perdarahan dan kejadian partus lama, terjadi kehamilan serotinus sehingga pada kurun usia tersebut, angka kematian ibu dan kematian bayi meningkat. Pendidikan
responden sebagian besar adalah pendidikan Menegah (SMA) dan hampir seluruhnya bekerja sebagai ibu rumah tangga sehingga menyebabkan akses tentang informasi kesehatan kurang karena mereka terlalu sibuk mengurus rumah tangganya dan jarang berinteraksi dengan masyarakat luar. Paritas Ibu Hamil di RSUD Dr. Muh Soewandhietahun 2016 Berdasarkan tabel 5 dapat diinterprestasikan bahwa sebagian besar responden adalah dengan kriteria paritas resiko tinggi (primipara dan grandemulti) yaitu sebanyak 99 responden ( 56,9%). Paritas adalah keadaan wanita yang berkaitan dengan jumlah anak yang dilahirkan. Paritas adalah keadaan melahirkan anak baik hidup ataupun mati, tetapi bukan aborsi, tanpa melihat jumlah anaknya. Dengan demikian, kelahiran kembar hanya dihitung sebagai satu kali paritas (Indra,2012). Paritas merupakan faktor resiko yang penting dalam menentukan nasib baik ibu selama masa kehamilan maupun persalinan.Kehamilan dan pesalinan pertama beresiko untuk ibu yang belum pernah mengalami kehamilan sebelumnya, selain itu jalan lahir baru akan dicoba dilalui janin Sebaliknya bila terlalu sering melahirkan, rahim akan semakin lemah karena jaringan parut uterus akibat kehamilan yang berulang akibatnya ibu bisa mengalami komplikasi saat kehamilan maupun persalinannya (Depkes RI, 2008). Dari data yang diperoleh pada buku rekam medik di RSUD Dr. Muh Soewandhietahun 2016 masih didapatkan paritas beresiko yaitu sebagian besar adalah ibu primi dan grandemulti. Hal ini jika dilihat dari segi pekerjaan didapatkan banyak responden yang memiliki pekerjaan wiraswasta/swasta sehingga disibukkan oleh rutinitas pekerjaan yang padat sehingga banyak responden yang menggunakan KB untuk menunda kehamilannya. KejadianKehamilan Serotinus di RSUD Dr. Muh Soewandhietahun 2016
101
Pada tabel 6 dapat diinterprestasikan bahwa dari total 174 responden terdapat sebagian besar atau 94 responden mengalami serotinus yaitu (54,0%). Kehamilan serotinus memang belum diketahui secara pasti penyebabnya. Diduga penyebabnya adalah siklus haid yang tidak diketahui secara pasti, kelainan pada janin, kelenjar adrenal janin yang fungsinya kurang baik,dll. Akan tetapi dalam penelitian ini umur ibu dan paritas ibu cendeeerung berpengaruh juga pada kehamilan serotinus.Serotinus adalah kehamilan yang telah berlangsung selama 42 minggu (294 hari) atau lebih pada siklus haid teratur rata-rata 28 hari dan hari haid terakhir diketahui dengan pasti(Joseph, 2010). Dari hasil penelitian ini masih didapatkan sebagian besar ibu hamil yang mengalami serotinus, padahal sangat diharapkan para ibu hamil lebih dini mengantisipasi terjadinya kehamilan serotinus, karena salah satu resiko bila kehamilan sudah lewat waktu normal adalah meningkatnya angka kesakitan dan kematian bayi dan ibu, sehingga sangat diharapkan untuk lebih mewaspadai jika kehamilan telah lewat dari waktu normal. Jika dilihat dari segi pendidikan dan pekerjaan hampir sebagian besar bekerja sebagai wiraswsta/swasta, oleh sebab itu kesibukan yang padat membuat ANC ibu tidak teratur sehingga untuk mengetahui umur kehamilannyapun sulit di ketahui secara pasti. Hubungan Umur Ibu Hamil dengan Kejadian Kehamilan Serotinus di RSUD Dr. Muh Soewandhietahun 2016 Pada tabel 7 diketahui bahwa ibu dengan umur beresikomengalami serotinus sejumlah 59 orang (33,3%), dan yang tidak mengalami serotinus sejumlah 34 orang (19,5%), terdapat juga ibu multipara yang juga mengalami serotinus sebanyak 36 orang (20,7%) dan juga yang tidak mengalami serotinus sebanyak 46 orang (26,4%). Berdasarkan uji statistik Koefisien kontingensi menggunakan SPSS didapatkan nilai ρ (0,011) < α 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H0 di tolak dan H1 diterima berarti ada hubungan antar umur ibu hamil dan kejadian serotinus pada ibu hamil di RSUD Dr. Muh Soewandhietahun 2016.Selain itu juga untuk menentukan kekuatan korelasi dinyatakan oleh Koefisien kontingensi sebesar 0,188 yang berarti hubungan umur ibu dan kejadian kehamilan serotinus di dalam kategori sangat rendah.
Ini menunjukan seorang wanita akan berisiko mengalami serotinus pada umur <20 tahun dan >35 tahun daripada umur wanita 2035 tahun saat hamil. Hal ini dikarenakan umur ibu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun, pertambahan umur akan diikuti oleh perubahan organ dalam rongga pelvis. Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20-35 tahun. Wanita hamil kurang dari 20 tahun dapat merugikan kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan janin karena belum matangnya alat reproduksi atau servixnya seorang wanita untuk hamil, hingga perlu diwaspadai kemungkinan mengalami persalinan yang sulit dan keracunan kehamilan atau gangguan lain karena ketidaksiapan ibu untuk menerima tugas dan tanggungjawabnya sebagai orang tua. Sebaliknya jika terjadi kehamilan pada usia> 35 tahun, tubuh ibu sudah kurang siap lagi menghadapi kehamilan dan persalinan. Ibu yang berusia>35 tahun cenderung mengalami perdarahan, hipertensi, obesitas, diabetes, myoma uteri, persalinan lama danpenyakit-penyakitlainnya (DepKes RI 2001). Dilihat dari data hasil penelitian diatas dan disesuaikan dengan teori maka memang ada hubungan antara umur beresiko ibu hamil dengan angka kejadian kehamilan serotinus. Namun ada juga pada usia kurang <20 dan >35 tahun yang tidak mengalami serotinus, hal ini dikarenakan kewaspadaan dan keteraturan ibu hamil dalam mengontrol kehamilannya. Hubungan Paritas Ibu Hamil dengan Kejadian Kehamilan Serotinus di RSUD Dr. Muh Soewandhietahun 2016 Selain faktor umur ibu, penyebab lain terjadinya serotinus yaitu paritas. Pada tabel 5.7diketahui bahwa ibu dengan paritas beresiko yang mengalami serotinus di RSUD Dr. Muh Soewandhietahun 2016masih dominan.Tetapi masih juga terdapat ibu multipara yang mengalami serotinus yaitu sebanyak 31 orang (17,8%) dan yang tidak mengalami serotinus sebanyak 44 orang (25,3%). Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa nilai ρ value < nilai α sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara paritas dengan kejadian serotinus di RSUD Dr. Muh Soewandhietahun 2016. Selain itu juga untuk menentukan kekuatan korelasi dapat dilihat oleh nilai Koefisien kontingensi sebesar 0,216 yang berarti tingkat hubungan antara paritas dengan
102
kejadian serotinus RSUD Dr. Muh Soewandhietahun 2016 dalam kategori rendah. Paritas dapat dipengaruhi oleh kebudayaan karena kebudayaan pulalah yang memberi corak pengalaman individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat. Hanya kepercayaan individu yang telah mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap individu. Latar belakang budaya yang mempengaruhi paritas yaitu adanya anggapan bahwa semakin banyak jumlah anak, maka semakin banyak rejeki (Prawirohardjo. 2009). Paritas tinggi juga merupakan paritas rawankarena banyak kejadian obstetri patologi yang bersumber pada paritas tinggi, antara lain preeklamsia, prematur, postmatur/serotinus, perdarahanantenatal sampai atonia uteri bahkan sampai pada kematian ibu dan bayi. Hal inidisebabkan dimana seorang wanita yang pertama kali hamil (primi muda dan primitua) otot kandungan masih kaku dan untuk wanita pertama kali setelah menikah beberapa tahun menunjukan kemampuan konsepsi rendah, sedangkan untuk ibu grandemulti secara fisik sudah mengalami kemunduran untuk menjalani kehamilan yang tidak mudah(Sunitri, 2008). Arah korelasi dalam penelitian ini juga menunjukan arah positif yang artinya semakin tinggi paritas beresiko (primipara dan grandemultipara) maka akan semakin beresiko terjadinya kehamilan serotinus. Hal ini menunjukkan kesesuaian dengan teori diatas bahwa paritas mempengaruhi kejadian serotinus. Adanya hubungan tersebut menurut hemat peneliti karena seorang wanita hamil dengan paritas primipara rahimnya masih kaku karena masih menyesuaikan diri untuk hamil untuk pertama kalinya. Sedangkan ibu hamil dengan paritas grandemultipara rahimnya mengalami penurunan kualitas dan keelastisannya pun menurun karena terlalu sering hamil dan melahirkan. Kedua hal ini dapat memperbesar resiko terjadinya serotinus yang akan menyebabkan kematian maternal dan perinatal. Hubungan Umur Ibu Hamil dan Paritas Ibu Hamil dengan Kejadian Kehamilan Serotinus di RSUD Dr. Muh Soewandhietahun 2016. Berdasarkan hasil multivariate menggunakan analisis teknik korelasi ganda dapat diinterprestasikan hasil nilai signifikan umur ibu dengan kehamilan serotinus adalah
0,005 dan paritas 0,001 dan nilai constantnya adalah 0,000. Sedangkan untuk mengetahui variabel indenpendent yang paling berhubungan dengan variabel dependent adalah variabel paritas dengan nilai Beta = 0,238, kemudian diikuti dengan variabel umur ibu dengan nilai Beta= 0,210. Selanjutnya diperoleh nilai faktor umur dan faktor paritas terhadap kejadian serotinus adalah R=0,305 dan nilai adjusted R squarenya = 0,082. Pada primigravida pun mempunyai resiko hampir serupa dengan kehamilan dengan usia muda dimana pada ibu primigravida risiko meningkat terutama disebabkan karena ibu belum pernah menghadapi kehamilan dan persalinan, di samping itu jalan lahir baru pertama kali akan di coba dilalui oleh janin.Sedangkan risiko yang akan dihadapi pada primigravida tua maupun grandemultipara hampir mirip pada primigravida muda. Hanya saja, karena faktor kematangan fisik yang dimiliki maka ada beberapa resiko yang akan berkurang pada primigravida tua maupun grandemultipara. Misalnya menurunya resiko cacat janin juga berkurang karena rahim ibu diusia ini sudah matang. Panggulnya juga sudah berkembang baik. Tetapi bahaya yang mengancam justru berkaitan dengan fungsi organ reproduksi di atas usia 35 tahun yang sudah menurun sehingga bisa mengakibatkan komplikasi dalam kehamilan maupun persalinan (Depkes RI, 2008). Dari hasil analisis hubungan antara umur ibu dan paritas dengan kejadian serotinus pada ibu hamil didapatkan adanya hubungan antara umur ibu dan paritas dengan kejadian serotinus pada ibu hamil di RSUD Dr. Muh Soewandhietahun 2016dengan kekuatan korelasinya rendah dan kontribusi terjadinya serotinus karena dipengaruhi oleh faktor umur dan paritas sebesar 8,2%. Itu artinya dalam penelitian ini 91,8% kehamilan serotinus di pengaruhi oleh faktor lainnya (kelainan letak janin 22,6%, oligohidramnion 7.8%, makrosomia 9,1%, panggul sempit 28,4%, riwayat serotinus sebelumnya 16,5%, hipertensi kronis7,4%) yang tidak teliti. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penetian ialah usia ibu hamil di RSUD Dr. Muh Soewandhie Tahun 2016 sebagian besar responden berusia <20
103
tahun dan >35 tahun, paritas ibu hamil sebagian besr responden primipara dan grandemultipara. Saran Responden sangat diharapkan dan
dianjurkan agar perlu lebih aktif lagi dalam memeriksakan kehamilannya secara teratur agar dapat dideteksi secara dini apabila terjadi kelainan. DAFTAR PUSTAKA Achadiat, Chrisdiono (2004) Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC Arikunto (2002) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta:Rineka Cipta BKKBN (2006) Deteksi Dini Komplikasi Persalinan. Jakarta: BKKBN Boyle, Mauren (2007) Kedaruratan dalam Persalinan:buku saku bidan. Jakarta:EGC Cuningham,F.G,dkk (2006) Obstetri Williams. Jakarta:EGC DepKes RI (2013) Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI DepKes RI (2001) Buku Pedoman: TandaTanda Bahaya Pada Kehamilan, Persalinan, dan Nifas. Jakarta JosephHK (2010).Catatan Kuliah Ginekologi dan Obstetri. Jakarta: Nuha Medika Kusuma, arianti (2012) Faktor Penyebab Kematian Bayi. Journal.Unair[internet]1(1), Agustus.ppb 33-42 bersumber dari :
diakses tanggal 04 maret 2016 Manuaba (2003) Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC Manuaba (2010) Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta:EGC Mucthar (2010) Sinopsi Obstetri. Jakarta:EGC Notoadmodjo (2005) Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta (2003) Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Nugroho, Taufan (2010). Buku Ajar Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika
Nursalam(2010) Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Prawirohardjo, sarwono (2006) Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka (2007)Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka (2008) Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Rohfiin (2015) Minikti_Trenpersalinan. (internet). Bersumber dari ; http://www.academia.edu/9825392/ minikti_trenpersalinan [diakses tanggal 28 februari 2016] Saifudin, Abdul Bais (2006) Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarumpet, SM (2000) Pengaruh Kondisi Fisik dan Riwayat Persalinan Terhadap Persalinan Berisiko di RS Medan dan Sekitarnya Tahun 1999. Medika No. 5 Tahun XXVI. Sastrawinata,sulaiaman (2004). Ilmu Kesehatan Reproduksi:Obstetri Patologi. Jakarta:EGC SDKI (2012) Data Serotinus.(internet) bersumber dari : http://www.diggilib.uniunus.ac.id/do wnload.php/2016/01. diakses tanggal 22 agustus 2016 Sujiyantini, dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Jakarta: Nuha Medika. Triana, Ani (2015) Buku Ajar Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Dan Neonatal. Yogyakarta:Deepublis Varney, Helen (2007) Buku ajar asuhan kebidanan edisi 4 volume 1. Jakarta :EGC (2007) Buku ajar asuhan kebidanan edisi 4 volume 2. Jakarta :EGC Wiknjosastro (2008) Ilmu Kebidanan. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Yeyen, Ay (2010). Asuhan Kebidanan I (kehamilan). Jakarta: Media Trans Info Medika
104