perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN MOTIVASI, KOMPETENSI DAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI
Agus Sutarto1, Hermanu Joebagio 2, Pawito 2 dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri Hospital Magister Public Health Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
[email protected] Abstrak Latar Belakang : Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan harus merespon dan produktif dalam memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang bermutu. Salah satu unsur yang sangat menentukan mutu pelayanan kesehatan rumah sakit adalah tenaga kesehatan. Pelayanan asuhan keperawatan yang berkualitas dan profesional merupakan target yang ingin dicapai untuk meningkatkan mutu pada rumah sakit. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja seorang perawat, meliputi faktor individu (motivasi, kompetensi), psikologi dan organisasi (beban kerja). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara motivasi, kompetensi, dan beban kerja perawat dengan kinerja perawat. Subjek dan Metode : Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik observasional dengan pendekatan potong lintang (cross sectional). Jumlah sampel yang digunakan 50 perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri dengan teknik pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling. Variabel independent terdiri dari motivasi, kompetensi dan beban kerja. Variabel dependent penelitian ini adalah kinerja perawat. Data dianalisis dengan analisis regresi linier ganda. Hasil : Terdapat hubungan yang positif, linier, antara motivasi dan kinerja perawat di instalasi rawat inap (b=0.15; CI 95% 0.02 sd 0.28; p=0.022). Terdapat hubungan yang positif, linier, antara kompetensi dan kinerja perawat di instalasi rawat inap (b=1.22; CI 95% 0.86 sd 1.57; p<0.001). Terdapat hubungan yang kurva-linier, berbentuk huruf U terbalik, antara beban kerja dan kinerja perawat di instalasi rawat inap. Perawat dengan beban kerja sedang rata-rata memiliki skor kinerja lebih tinggi daripada beban kerja ringan (b=3.33; CI 95% 1.16 sd 5.49; p=0.003). Perawat dengan beban kerja berat rata-rata memiliki skor kinerja lebih tinggi daripada beban kerja ringan (b=0.81; CI 95% -1.37 sd 2.99; p=0.459). Kesimpulan : Terdapat hubungan yang positif, linier, antara motivasi maupun kompetensi dan kinerja perawat. Terdapat hubungan yang kurva-linier berbentuk huruf U terbalik antara beban kerja dan kinerja perawat di instalasi rawat inap. Kata Kunci : motivasi, kompetensi, beban kerja, kinerja, perawat
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENDAHULUAN Rumah sakit sebagai institusi pelayanan
perawat, meliputi faktor individu, psikologi
kesehatan harus merespon dan produktif
dan oranisasi. Faktor individu contohnya
dalam
pelayanan
adalah adanya motivasi untuk meningkatkan
kesehatan yang bermutu. Mutu pelayanan
efisiensi, efektifitas dan kinerja perawat
kesehatan
sehingga
memenuhi
kebutuhan
seharusnya
menunjuk
pada
dapat
meningkatkan
mutu
penampilan (performance) dari pelayanan
pelayanan kepada masyarakat (Nikpeyma,
kesehatan. Pelayanan yang kompleks perlu
2014). Selain itu, kompetensi yang dimiliki
dikelola secara profesional terhadap sumber
oleh perawat juga berpengaruh pada mutu
daya
pelayanan yang diberikan. Perawat yang
manusianya.
penampilan
Semakin
pelayanan
sempurna
kesehatan
maka
berkompeten
mampu
semakin sempurna pula mutunya (Groves,
perawatan
2014).
tanggung jawab yang ditetapkan standar
Salah
satu
menentukan rumah
sakit
mutu
unsur
yang
pelayanan
adalah
tenaga
yang
aman
memberikan sesuai
dengan
sangat
profesi keperawatan (Groves, 2014). Faktor
kesehatan
organisasi, contohnya adalah beban kerja
kesehatan.
yang
memiliki
hubungan
erat
dengan
Proporsi terbesar tenaga kesehatan di rumah
kualitas kinerja perawat. Banyaknya tugas
sakit adalah perawat yang jumlahnya hampir
dan tanggung jawab yang diberikan kepada
melebihi 50% dari seluruh sumber daya
perawat dapat menyebabkan hasil pelayanan
manusia (SDM) rumah sakit. Mengingat
yang dicapai kurang maksimal (Long, 2014).
peran yang dimiliki sangat penting, perawat
Berkembangnya kompetensi, motivasi dan
dituntut
kemampuan
beban kerja yang sesuai dengan tugas pokok
intelektual, interpersonal, kemampuan teknis
dan fungsi, maka kualitas kinerja profesi
dan moral. Hal ini bertujuan memelihara dan
keperawatan akan menjadi maksimal yang
meningkatkan pelayanan kesehatan yang
berfokus
bermutu (Darmayanti, 2014).
keperawatan.
untuk
memiliki
Pelayanan asuhan keperawatan yang
pada
profesionalisme
didunia
Rumah Sakit dr. Soediran Mangun
berkualitas dan profesional merupakan target
Sumarso
yang ingin dicapai
perangkat
untuk meningkatkan
Wonogiri kerja
adalah
Pemerintah
salah
satu
Daerah
mutu pada rumah sakit. Hal tersebut dapat
Kabupaten Wonogiri. Berdasarkan studi
dicapai melalui kinerja perawat yang baik
pendahuluan yang penulis lakukan, profil
dimana akan berimplikasi pada pelayanan efesiensi Rumah Sakit dr. Soediran Mangun commitSumarso to user Wonogiri Tahun 2014, didapatkan yang baik pula. Adapun beberapa faktor yang
mempengaruhi
kinerja
seorang
data pemakaian rata-rata tempat tidur/Bed 2
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id Occupancy Ratio (BOR) 68,3 % (idealnya 60%-85%),
rata-rata
lama
pasien
1. Apakah
terdapat
hubungan
antara
motivasi, kompetensi, dan beban kerja
dirawat/Average Length of Stay (ALOS) 4
perawat
hari
Instalasi Rawat Inap RSUD dr. Soediran
(idealnya
6-9 hari),
tenggang
perputaran/Turn Over Interval (TOI) 2 hari (idealnya 1-3 hari), angka perputaran tempat
dengan
kinerja
perawat
di
Mangun Sumarso Wonogiri ? 2. Apakah
terdapat
hubungan
antara
tidur/Bed Turn Over (BTO) 70 (idealnya 40-
motivasi perawat dengan kinerja perawat
50 kali), dan jumlah klien rawat inap
di Instalasi Rawat Inap RSUD dr.
mencapai 17.272 orang. Sedangkan jumlah
Soediran Mangun Sumarso Wonogiri ?
perawat yang bertugas di instalasi rawat inap
3. Apakah
terdapat
hubungan
antara
dengan
kinerja
138 orang dari total 241 perawat yang
kompetensi
bertugas di rumah sakit ini. Data tersebut
perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD dr.
menunjukkan bahwa rumah sakit
Soediran Mangun Sumarso Wonogiri ?
dapat
perawat
dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat
4. Apakah terdapat hubungan antara beban
dalam layanan kesehatan. Hal ini berarti
kerja perawat dengan kinerja perawat di
beban kerja perawat sangat besar dan
Instalasi Rawat Inap RSUD dr. Soediran
tuntutan peningkatan kinerja perawat sangat
Mangun Sumarso Wonogiri ?
dibutuhkan.
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
Berdasarkan latar belakang di atas,
membuktikan adanya berbagai faktor yang
penulis menjadi tertarik untuk melakukan
berhubungan dengan kinerja perawat di
penelitian
motivasi,
Instalasi Rawat Inap RSUD dr. Soediran
perawat,
Mangun Sumarso Wonogiri
tentang
hubungan
kompetensi, dan beban kerja
dengan kinerja perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso
TINJAUAN TEORI
Wonogiri karena adanya tuntutan yang tinggi
Motivasi
atas kinerja perawat yang berkualitas padahal
Motivasi berasal dari kata latin yaitu
motivasi, kompetensi, dan beban kerja setiap
movere yang berarti dorongan atau daya
perawat berbeda-beda dimana hal ini dapat
penggerak
mempengaruhi
pelayanan
adalah keinginan yang terdapat pada diri
kepada
seorang individu yang merangsangnya untuk
kesehatan masyarakat.
mutu
yang
pada diberikan
melakukan
(Hendrarni,
tindakan
2009).
(Andayani,
Motivasi
2014).
Rumusan masalah pada penelitian ini Sedangkan menurut Tawale (2011), motivasi commitdiartikan to user sebagai kebutuhan adalah sebagai berikut : psikologis yang telah memiliki motivasi kerja corak
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id atau arah yang ada dalam diri individu
bersifat positif atau negatif. Kebutuhan
yang
ini nampak pada seseorang yang ingin
harus
dipenuhi
agar
kehidupan
kejiwaannya terpelihara,
yaitu senantiasa
berada
seimbang
dalam keadaan
nyaman
(homeostatis,
Motivasi
yang
equilibrium).
3. Kebutuhan afiliasi Kebutuhan individu untuk disukai dan
cara
diakui oleh orang lain. Kebutuhan ini
mengoptimalkan potensi pegawai untuk
mendorong seseorang untuk berinteraksi
dapat bekerja dengan baik, mau bekerjasama
dengan orang lain.
untuk
mengupayakan
mempengaruhi orang lain.
mendorong
peningkatan
kinerja
pegawai, sehingga berhasil mencapai dan
Kompetensi Kompetensi dapat diartikan sebagai
mewujudkan tujuan yang telah ditentukan
kemampuan
seseorang
(Toode, 2015). Kuat dan lemahnya motivasi
terobservasi
mencakup
kerja seorang tenaga kerja ikut menentukan
keterampilan dan sikap dalam menyelesaikan
besar kecilnya prestasinya. Motivasi kerja
suatu pekerjaan atau tugas dengan standar
yang semakin tinggi menjadikan seseorang
kinerja
mempunyai semangat yang tinggi untuk
(PPNI, 2012). Kompetensi dalam pelayanan
memberikan pelayanan yang terbaik demi
kesehatan digunakan untuk mendefinisikan
mencapai kinerja yang maksimal.
profesionalitas tenaga kesehatan dengan
Motivasi
penelitian
dapat
pengetahuan,
yang
ditetapkan
ini
merujuk pada
Mc
pengharapan kinerja dari petugas tersebut
Clelland dalam Borkowski (2015) yang
dengan menggunakan evidence based ilmu
dikelompokkan
kesehatan (Tafwidhah, 2010).
dikembangkan
dalam
(performance)
yang
berdasarkan
menjadi tiga
Teori
kebutuhan
manusia, meliputi :
standar
tertentu
sebagai
Unsur kompetensi, meliputi :
1. Kebutuhan prestasi
1. Pengetahuan
Kebutuhan untuk unggul atau sukses.
Pengetahun merupakan hasil tahu
Orang dengan prestasi tinggi cenderung
setelah
mencari tugas yang cukup menantang,
terhadap suatu objek tertentu(Azwar,
memikul tanggung jawab pribadi atas
2010).
kinerja mereka, dan memerlukan umpan balik untuk mengkonfirmasi kesuksesan mereka. (Yanti, 2013). 2. Kebutuhan kekuatan/kekuasaan Kebutuhan
individu
melakukan
penginderaan
2. Sikap Sikap adalah suatu pola perilaku, tendensi
atau
kesiapan
antisipatif,
predisposisi untuk menyesuaikan diri commit todalam user untuk situasi sosial atau secara
mempengaruhi orang lain. Ini dapat
sederhana, sikap adalah respon terhadap
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id stimuli sosial yang telah terkondisikan (Azwar, 2011).
Beban kerja ditentukan dari tugastugas yang dijalankan berdasarkan fungsi
3. Keterampilan
utama
Keterampilan
adalah
dan
tugas
tambahan
yang
hasil
dikerjakan, jumlah pasien yang harus
kombinasi faktor-faktor yaitu kompeten,
dirawat dan kapasitas kerjanya sesuai
keahlian dan kinerja prima yang terlihat
dengan
dari aktivitas fisik dan mental.
(Manuho, 2015).
pendidikan
yang
diperoleh
2. Aspek Psikologis
Beban Kerja Beban kerja adalah kemampuan tubuh
Aspek
mental/psikologis
lebih
pekerja menerima pekerjaan (Choi, 2014).
menekankan
Setiap beban kerja yang diterima seseorang
interpersonal antara
harus
terhadap
kepala ruang, perawat dengan perawat
kemampuan fisik maupun psikologis pekerja
lainnya dan hubungan perawata dengan
yang
pasien (Manuho, 2015).
sesuai
dan
menerima
seimbang
beban
kerja
tersebut
(Manuho, 2015). Pada tenaga keperawatan
pada
hubungan
perawat dengan
3. Aspek Waktu Kerja
beban kerja dipengaruhi oleh fungsinya
Waktu
kerja
yang digunakan
untuk melaksanakan asuhan keperawatan
untuk mengerjakan tugas dan fungsi
serta kapasitasnya untuk melakukan fungsi
pokok perawat serta tugas tambahan
tersebut. Beban kerja tenaga perawat di
sesuai
rumah sakit daerah antara lain mengkaji,
berlangsung setiap hari. Apabila waktu
merencanakan dan mengevaluasi perawatan
kerja
dasar baik pada individu maupun kelompok
perawat melibihi dari kapasitasnya, maka
masyarakat. Adapun tugas lainnya adalah
akan berdampak buruk bagi produktifitas
merawat orang sakit, menjaga penderita dari
perawat tersebut.
penularan serta mengusahakan rehabilitasi dan
pencatatan
sederhana
tentang
perkembangan pasien (Batuah, 2012).
dengan
yang
jam
harus
kerja
ditanggung
yang
oleh
Kinerja Perawat Kinerja adalah penampilan hasil kerja personil baik kuantitas maupun kualitas
Perawat bertugas merawat pasien dalam
dalam suatu organisasi (Makta, 2013).
waktu 24 jam dengan menerapkan asuhan
Kinerja yang baik akan dipengaruhi oleh dua
keperawatan, sejak pasien masuk rumah sakit
hal yaitu tingkat kemampuan/kompetensi
sampai keluar rumah sakit. Adapun beberapa
dan motivasi kerja yang baik. Kemampuan
aspek yang digunakan untuk menilai beban seseorang dipengaruhi pemahamannya atas commitjenis to user pekerjaan kerja perawat, meliputi : dan keterampilan 1. Aspek Fisik
melakukannya. Oleh karena itu, seseorang
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id harus dapat meningkatkan kemampuan dan
perawat. Variabel penelitian yang digunakan
keterampilannya.
kontribusi
adalah motivasi, kompetensi, beban kerja
motivasi kerja terhadap kinerja tidaklah
perawat dan kinerja perawat. Data yang
dapat diabaikan. Meskipun
digunakan adalah data primer yang berasal
Selain
itu,
kemampuan
pegawai sangat baik, apabila kerjanya
rendah, maka
motivasi
akan berakibat
kinerjanya juga rendah (Sinambela, 2012). Keberhasilan
hasil
pengisian
kuesioner
oleh
responden dan data sekunder berupa datadata perawat yang berasal dari bagian rekam
pelayanan
medik. Teknik pengumpulan data yang
keperawatan sangat ditentukan oleh kinerja
digunakan untuk mengumpulkan data primer
para perawat. Tingkat kinerja perawat dapat
dengan menggunakan kuesioner terstruktur.
terukur
Data yang diperoleh kemudian direkap dan
indikator
dan
dari
berdasarkan beberapa kinerja
tersebut
indikator,
antara
lain
dianalisis.
kuantitas hasil kerja, kualitas hasil kerja, efisiensi disiplin
dalam
melaksanakan
kerja,
kepemimpinan,
inisiatif, kejujuran
tugas,
ketelitian,
HASIL Analisis Univariat
kreatifitas.
Jumlah total populasi dalam penelitian
Tuntutan dan kebutuhan asuhan keperawatan
ini sebanyak 138 perawat. Jumlah sampel
yang berkualitas di masa depan merupakan
dalam penelitian ini adalah 50 sampel. Pada
tantangan yang harus dipersiapkan secara
Tabel 1 menunjukkan sampel perawat laki-
benar -benar dan ditangani secara mendasar,
laki sebanyak 22.0 persen dan sampel
terarah dan sungguh-sungguh dari rumah
perawat perempuan sebanyak 78.0 persen.
sakit (Yanidrawati, 2011).
Pada kategori usia, usia perawat yang bekerja di RSUD dr. Soediran Mangun
SUBJEK DAN METODE PENELITIAN
Sumarso Wonogiri paling banyak adalah >
Desain penelitian dengan menggunakan
35 tahun yaitu 62.0 persen. Sedangkan
penelitian analitik dengan pendekatan potong
perawat yang berusia ≤ 35 tahun mencapai
lintang (cross
38.0 persen.
sectional). Penelitian
di
lakukan di RSUD dr. Soediran Mangun
Tingkat keikutsertaan perawat dalam
Sumarso Wonogiri selama 5 bulan. Populasi
pelatihan masih sedikit, ditunjukkan Tabel 1
penelitian ini adalah perawat yang bekerja di
yaitu sebagian besar perawat mengikuti
instalasi rawat inap di Rumah Sakit dr.
pelatihan < 3 kali sebanyak 76.0 persen
Soediran
Mangun
Sumarso
Wonogiri sedangkan perawat yang mengikuti pelatihan sejumlah 138 perawat. Pada penelitian commit ini ≥ to3 user kali mencapai 24.0 persen. Dari segi menggunakan subjek penelitian sebanyak 50
pendidikan,
mayoritas
perawat
sudah
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id mengikuti pendidikan di perguruan tinggi
yang mengambil pendidikan profesi Ners
meliputi
Keperawatan
masih sedikit yaitu 6.0 persen. Tabel 1
mencapai 52.0 persen dan S1 Keperawatan
menunjukkan bahwa sebagian besar perawat
mencapai 40.0 persen. Sedangkan perawat
telah bekerja ≥ 5 tahun yaitu 90.0 persen .
pendidikan
D3
Tabel 1 Karakteristik sampel data kategorikal Variabel Usia
Kategori ≤ 35 tahun > 35 tahun Total Laki-laki Perempuan Total SPK D3 Keperawatan S1 Keperawatan S1 Keperawatan Ners Total < 5 tahun ≥ 5 tahun Total < 3 kali ≥ 3 kali Total Rendah Tinggi Total Kurang baik Baik Total Rendah Sedang Tinggi Total Kurang baik Baik Total
Jenis kelamin
Pendidikan
Lama bekerja
Pelatihan yang diikuti
Motivasi kerja
Kompetensi perawat
Beban kerja
Kinerja perawat
Pada
Tabel
1
diketahui
Frekuensi 19 31 50 11 39 50 1 26 20 3 50 5 45 50 38 12 50 25 25 50 22 28 50 6 30 14 50 18 32 50
Persen 38.0 62.0 100.0 22.0 78.0 100.0 2.0 52.0 40.0 6.0 100.0 10.0 90.0 100.0 76.0 24.0 100.0 50.0 50.0 100.0 44.0 56.0 100.0 12.0 60.0 28.0 100.0 36.0 64.0 100.0
bahwa
dimiliki perawat sebagian besar masuk
motivasi kerja yang dimiliki perawat RSUD
dalam kategori baik yaitu mencapai 56.0
dr. Soediran Mangun Sumarso adalah rendah
persen, sedangkan perawat yang memiliki
yaitu 50.0 persen, sedangkan perawat yang
kompetensi rendah mencapai 44.0 persen.
commitBeban to user memiliki motivasi kerja yang tinggi juga kerja perawat di RSUD dr. Soediran mencapai 50.0 persen. Kompetensi yang
Mangun Sumarso Wonogiri masuk dalam
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id kategori rendah yaitu 12.0 persen, beban
2. Hubungan Antara Kompetensi dengan
kerja sedang yaitu 60.0 persen dan kategori
Kinerja Perawat
beban kerja tinggi sejumlah 28.0 persen.
Hubungan
kompetensi
Kinerja perawat RSUD dr. Soediran Mangun
kinerja
perawat
Sumarso menunjukkan hasil yang baik yaitu
Gambar
2.
64.0 persen (Tabel 1), sedangkan perawat
menunjukkan
dengan kinerja kurang baik mencapai 36.0
(hubungan) positif antara kompetensi
persen.
dengan kinerja perawat dengan nilai r2 =
Analisis Bivariat
0.717. Hal ini berarti semakin baik
1. Hubungan
Antara
Motivasi
dengan
ditunjukkan
dengan
Pada
gambar
terdapat
pada tersebut korelasi
kompetensi yang dimiliki oleh seorang perawat, maka semakin baik pula kinerja
Kinerja Perawat Pada Gambar 1 juga menunjukkan hal yang sama. Pada gambar tersebut
perawat tersebut dalam memberikan pelayanan keperawatan.
menunjukkan tidak terdapat korelasi antara motivasi dengan kinerja perawat
Kinerja
Kinerja
dengan r2 = 0.467.
Kompetensi Motivasi Gambar 1 Hubungan motivasi dengan kinerja perawat
Gambar 2 Hubungan kompetensi dengan kinerja perawat 3. Hubungan Antara Beban Kerja dengan
Hal ini berarti kinerja seorang perawat di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso dipengaruhi oleh motivasi.
Kinerja Perawat Hubungan beban kerja perawat dengan
kinerja
perawat berdasarkan
kategori ditunjukkan pada Gambar 3. Pada kategori beban kerja rendah (<42) memiliki nilai minimum kinerja 0 dan commit to user nilai maksimum kinerja 5. Kategori
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id beban kerja sedang (42-52) memiliki
Analisis Multivariat Hubungan
nilai minimum kinerja 10 dan nilai maksimum
kinerja
14,
bersama
motivasi,
sedangkan
kompetensi dan beban kerja dengan kinerja
kategori beban kerja tinggi (≥ 53)
perawat di instalasi rawat inap RSUD dr.
memiliki nilai minimum kinerja 6 dan
Soediran
nilai maksimum kinerja 11.
dengan model analisis regresi linier ganda
Mangun
Sumarso,
dianalisis
dengan bantuan program SPSS 18.0 f or Windows. Hasil analisis regresi linier ganda Kinerja
dapat
dilihat
pada
di
bawah
ini.
Beban Kerja Gambar 3 Hubungan beban kerja dengan kinerja perawat
Tabel 2 Hasil analisis regresi linier ganda tentang hubungan antara motivasi, kompetensi, dan beban kerja perawat dengan kinerja perawat CI 95 % P Variabel Koefisien b Batas bawah Batas atas Konstanta -8.41 -15.22 -1.61 0.017 Motivasi 0.15 0.02 0.28 0.022 Kompetensi 1.22 0.86 1.57 0.001 Beban kerja 0.81 -1.37 2.99 0.459 Beban kerja kategori 3.33 1.16 5.49 0.003 n observasi = 50 Adjusted R2 = 81.25% Nilai p = 0.004 Terdapat hubungan yang positif, linier dan
dan kinerja perawat di instalasi rawat inap.
secara statistik signifikan antara motivasi dan
Setiap peningkatan satu unit kompetensi
kinerja perawat di instalasi rawat inap. Setiap
akan meningkatkan kinerja sebesar 1.22 unit
peningkatan
akan
(b=1.22; CI 95% 0.86 sd 1.57; p<0.001).
meningkatkan kinerja sebesar 0.15 unit
Terdapat hubungan yang positif, kurva linier,
(b=0.15; CI 95% 0.02 sd 0.28; p=0.022).
berbentuk
satu
unit
motivasi
huruf U terbalik, antara beban
Terdapat hubungan yang positif, linier dan dan kinerja perawat di instalasi rawat commitkerja to user secara statistik signifikan antara kompetensi
inap. Perawat dengan beban kerja sedang
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id rata-rata memiliki skor kinerja 3.33 unit
besar perawat yang bekerja di RSUD dr.
lebih tinggi daripada beban kerja ringan dan
Soediran
secara statistik signifikan (b=3.33; CI 95%
berjenis kelamin perempuan (78.0 persen).
1.16 sd 5.49; p=0.003). Perawat dengan
Dengan demikian diketahui bahwa sampel
beban kerja berat rata-rata memiliki skor
perawat
kinerja 0.81 unit lebih tinggi daripada beban
dibandingkan dengan sampel perawat laki-
kerja ringan, tetapi perbedaan tersebut secara
laki. Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan
statistik tidak signifikan (b=0.81; CI 95% -
perawat
1.37 sd 2.99; p=0.459). Adjusted R2=
perempuan dibandingkan laki-laki karena
81.25% mengandung arti bahwa ketiga
keperawatan masih diidentikkan dengan
variabel independen di dalam model regresi
pekerjaan yang cocok dan sesuai dengan sifat
linier, yaitu motivasi, kompetensi dan beban
perempuan yang lebih sabar, lemah lembut
kerja, secara bersama mampu menjelaskan
dan peduli (Yanti, 2013).
variasi dari kinerja perawat sebesar 81.25%.
Mangun
Sumarso
perempuan
masih
Perawat
banyak
usia
Wonogiri
lebih
banyak
diminati
muda
oleh
masih
Nilai p<0.001 mengandung arti bahwa secara
memerlukan bimbingan dan arahan dalam
keseluruhan
variabel independen
bersikap disiplin serta ditanamkan rasa
tersebut memiliki hubungan yang secara
tanggung jawab sehingga pemanfaatan usia
statistik signifikan dengan kinerja perawat.
produktif bisa lebih maksimal sedangkan
ketiga
usia yang lebih tua akan menunjukkan PEMBAHASAN
kedisiplinan yang lebih tinggi (Yanti, 2013).
Pembahasan Analisis Univariat
Semakin usia pegawai maka semakin tinggi
Rumah Sakit dr. Soediran Mangun Sumarso perangkat
Wonogiri kerja
adalah
salah
Pemerintah
satu
komitmennya terhadap organisasi. Hal ini disebabkan
karena
kesempatan
individu
Daerah
untuk mendapatkan pekerjaan lain menjadi
Kabupaten Wonogiri. Rumah sakit sebagai
lebih terbatas sejalan dengan meningkatnya
institusi
usia (Setiyaningsih, 2013).
pelayanan
kesehatan
harus
merespon dan produktif dalam memenuhi kebutuhan
pelayanan
kesehatan
Sebagian besar tingkat keikutsertaan
yang
perawat dalam pelatihan masih sedikit
bermutu. Pelayanan yang kompleks perlu
(kurang dari 3 kali) yaitu 76.0 persen saja.
dikelola secara profesional terhadap sumber
Dari segi pendidikan, mayoritas perawat
daya manusianya.
sudah mengikuti pendidikan di perguruan
Pada penelitian ini, jumlah total tinggi meliputi pendidikan D3 Keperawatan commitmencapai to user 52.0 persen dan S1 Keperawatan populasi tenaga kesehatan yang digunakan adalah sebanyak 138
perawat. Sebagian
mencapai 40.0 persen. Seseorang yang
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id berpendidikan tinggi akan lebih mudah menerima
serta
Kompetensi yang dimiliki perawat
mengembangkan
sebagian besar masuk dalam kategori baik
pengetahuan dan teknologi. Semakin tinggi
(56.0 persen). Salah satu uapaya peningkatan
pendidikan seseorang makin mudah seorang
kompetensi diri perawat adalah melalui
berpikir secara luas, makin mudah daya
pendidikan jangka panjang. Kompetensi
inisiatifnya
pula
yang tinggi harus dimiliki dan terus diasah
menemukan cara-cara yang efisien guna
oleh perawat dalam menjalankan asuhan
menyelesaikan pekerjaannya dengan baik
keperawatan (Langingi, 2015). Pada Tabel 1
(Manuho, 2015).
menunjukkan bahwa sebagian besar perawat
dan
makin
mudah
Lama masa bekerja perawat RSUD
telah mengikuti pendidikan di perguruan
dr. Soediran Mangun Sumarso menunjukkan
tinggi mulai dari tingkat D3 Keperawatan,
hasil sebagian besar perawat telah bekerja ≥
S1 Keperawatan dan profesi Ners.
5 tahun (90.0 persen). Masa kerja dikaitkan dengan
waktu
mulai
bekerja,
dimana
Beban kerja perawat di RSUD dr. Soediran
Mangun
Sumarso
Wonogiri
pengalaman kerja juga ikut menentukan
sebagian besar masuk dalam kategori sedang
kinerja seseorang. Semakin lama masa kerja,
(60.0 persen). Beban kerja merupakan salah
maka kecakapan dalam menangani pasien
satu unsur yang harus diperhatikan untuk
juga
sudah
mendapatkan keserasian dan produktifitas
pekerjannya
yang tinggi. Beban kerja seorang perawat
akan
lebih
menyesuaikan
diri
baik
karena
dengan
(Manuho, 2015).
juga
harus
sesuai dengan
kemampuan
Motivasi kerja yang dimiliki perawat
individu perawat. Perawat yang memiliki
RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso adalah
beban kerja yang tinggi akan berakibat pada
seimbang antara perawat yang memiliki
kinerjanya
kompetensi
(Manuho, 2015).
rendah
masing-masing Perhatian perawat
kurang
maksimal
dan
tinggi
karena
mencapai
50.0
persen.
Kinerja perawat RSUD dr. Soediran
peningkatan
kinerja
Mangun Sumarso menunjukkan hasil yang
terhadap dalam
menjadi
memberikan
pelayanan
baik
(64.0
persen).
Kinerja
perawat
keperawatan di rumah sakit yang didasari
merupakan
oleh motivasi kerja yang tinggi merupakan
mencapai tujuan pelayanan keperawatan
tuntutan yang sangat mendasar. Motivasi
(Sefriadinata, 2013). Kinerja yang baik
membentuk kinerja perawat di rumah sakit
merupakan
ukuran
jembatan
keberhasilan
dalam
dalam
menjawab
sehingga mendukung pelaksanaan tugas dan jaminan kualitas pelayanan kesehatan yang commitdiberikan to user kepada pasien (Langingi, 2015). tanggung jawabnya dalam pemberian pelayanan keperawatan (Hendrarni, 2008).
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Darmayanti (2015) yang menyatakan
Pembahasan Analisis Bivariat 1. Hubungan
Antara
Motivasi
dengan
Kinerja Perawat
bahwa terdapat hubungan antara motivasi kerja dengan kinerja perawat. Perawat
Motivasi adalah
keinginan
yang
yang mempunyai kinerja baik cenderung
terdapat pada diri seorang individu yang
mempunyai dorongan yang kuat untuk
merangsangnya
melakukan
mencapai tujuannya. Hal ini disebabkan
tindakan (Andayani, 2014). Motivasi
mereka akan berusaha mencapai posisi
merupakan faktor utama individu dalam
yang mereka impikan. Perawat yang
melakukan
untuk
segala
tindakan
atau
mempunyai
mencapai
hasil
mempuinyai sikap mental positif yang
seoptimal mungkin. Motivasi kerja disini
membuat timbulnya tingkat kepercayaan
merupakan suatu kondisi atau keadaan
yang tinggi.
pekerjaan
untuk
kinerja
baik
akan
yang mempengaruhi seseorang untuk
Hasil penelitian ini juga sesuai
terus meningkatkan, mengarahkan serta
dengan hasil penelitian yang dilakukan
memelihara
yang
oleh Toode (2015) yang menyatakan
langsung
bahwa motivasi kerja yang dimiliki
dengan
perawat akan mempengaruhi hasil kinerja
perilakunya
berhubungan maupun
baik
tidak
secara langsung
lingkungan kerjanya (Darmayanti, 2015). Pada umumnya ada pengaruh kuat
mereka. kinerja
Perawat baik
yang
mempunyai
cenderung
mempunyai
motivasi kerja terhadap kinerja perawat.
dorongan yang kuat untuk mencapai
Motivasi kerja yang tinggi menjadikan
tujuan.
perawat
mempunyai semangat yang
Penelitian yang dilakukan oleh
tinggi untuk memberikan pelayanan yang
Mudayana (2010) menunjukkan hasil
terbaik bagi pasien sehingga pasien
yang sama, yaitu terdapat hubungan
merasa puas dengan pelayanan yang
positif antara motivasi kerja dengan
diberikan (Mudayana, 2010). Motivasi
kinerja perawat, semakin tinggi motivasi
dalam
maka semakin baik pula kinerja mereka.
penelitian
ini
dikembangkan
berdasarkan teori Mc Clelland yang
Kondisi
dikelompokkan menjadi tiga kebutuhan
terpenting faktor ekstrinsik motivasi
manusia
yang
kebutuan
yaitu
kebutuhan
prestasi,
kekuasaan/kekuatan
dan
kerja
dapat
menjadi
subvariabel
mempengaruhi
kinerja
perawat. Perlu adanya perhatian untuk
kebutuhan afiliasi. (Borkowski, 2015). kondisi kerja para perawat supaya commit tomotivasi user Hasil penelitian ini sesuai dengan kerja mereka dapat terjaga penelitian
yang
dilakukan
oleh
dengan baik.
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id Berdasarkan
hasil
penelitian
mempertahankan
tenaga
kerja
bagi
terlihat eratnya pengaruh motivasi kerja
kepentingan
terhadap
demikian, baiknya kinerjanya perawat
kinerja
perawat
harus
memperoleh perhatian khusus bagi pihak
dapat
manajemen karena kinerja perawat yang
tindakan
baik juga dapat menjadi pintu utama
diberikan,
dalam
memegang
pelayanan
kesehatan
kepada
organisasi.
dikaitkan
dengan
pemberian karena
itu
peranan
penting
menjadikan para perawat mempunyai
jawabnya (Andayani, 2014).
sehingga merasa puas dengan pelayanan yang diberikan. Perlu
upaya
untuk
yang
tindakan
melaksanakan
pelayanan yang terbaik bagi pasien
besarnya
insentif
masyarakat. Motivasi kerja yang tinggi
semangat yang tinggi untuk memberikan
Dengan
tugas
dan
ini
dalam
tanggung
2. Hubungan Antara Kompetensi dengan Kinerja Perawat Kompetensi merupakan karakteristik individu yang terlihat dalam bentuk
mempertahankan motivasi kerja para
perilaku
perawat agar tetap berada pada level
kinerja dalam suatu pekerjaan, peran atau
yang tinggi sehingga akan berdampak
situasi tertentu. Kompetensi dibutuhkan
positif bagi perkembangan rumah sakit
agar tercipta suatu keadaan yang kohesif
kedepan.
antara
perkembangan
sosial
dengan
Salah
satu
mempertahankan
dan
cara
untuk
meningkatkan
motivasi perawat adalah dengan adanya pemberian
insentif
mampu
keterampilan dan
unsur
menampilkan
dan hubungan pengetahuan,
sikap (Tafwidhah,
2010).
akan
Kompetensi menjadi suatu bagian
memotivasi perawat dalam melaksanakan
yang penting dalam pengembangan diri
pekerjaan. Hal ini sesuai dengan Teori
seorang perawat dalam melaksanakan
Herzberg yang menyatakan bahwa ada
tugasnya sehingga akan tercapai tujuan
dua faktor yang mempengaruhi motivasi
dari pelayanan kesehatan yang diberikan
kerja yaitu faktor motivator dan faktor
rumah sakit. Ruang lingkup kompetensi
hygiene. Salah satu faktor hygiene yang
adalah
berpengaruh
komunikasi serta
pada
yang
dan
motivasi
kerja
pengetahuan,
sikap
dan
keterampilan yang
seseorang adalah faktor gaji (Borkowski,
dimiliki perawat. Pelayanan keperawatan
2015).
merupakan kewenangan dan tanggung
Pemberian
penghargaan
seperti jawab perawat yang memiliki commit tokompetensi user insentif merupakan faktor penting untuk yang baik agar tercapai dapat menarik, memelihara
maupun
pelayanan yang bermutu. Tantangan
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id utama saat ini dan masa mendatang
Pendidikan
yang
dimiliki
oleh
adalah peningkatan daya saing dan
seseorang
keunggulan
bidang
memberikan respon terhadap sesuatu
kompetensi
yang datang dari luar. Perawat yang
kompetitif
keperawatan. menjadi
di
Sehingga
suatu
penting
dalam
bagi
berpendidikan tinggi akan lebih rasional
untuk
dan kreatif serta terbuka dalam menerima
meningkatkan mutu layanan keperawatan
adanya bermacam usasha pembaruan,
(Darmayanti, 2014).
perawat
pelayanan
yang
berpengaruh
keperawatan
juga
akan
lebih
dapat
Hasil penelitian ini sesuai dengan
menyesuaikan diri terhadap berbagai
yang disampaikan oleh Groves (2014)
perubahan. Perawat yang lulus dari
yang menyatakan bahwa kompetensi
program
tinggi yang dimiliki oleh perawat dan
menerapkan
membantu
mereka dalam praktek kerja yang akan
dan
mendorong
perawat
tersebut untuk melakukan kinerja yang baik
dalam
memberikan
diploma ilmu
diharapkan dan
dapat
keterampilan
dijalani (Setiyaningsih, 2013)
pelayanan
Hal ini sesuai dengan teori yang
keperawatan kepada pasien. Penelitian
disampaikan oleh Huang (2015), yang
oleh Langingi (2015) juga menunjukkan
menyatakan bahwa ada beberapa faktor
hasil yang sejalan dan menyatakan
yang
bahwa
seorang perawat
seseorang. Salah satu faktor yang sesuai
dijadikan acuan untuk tetap efektif di
dengan penelitian ini adalah kemampuan
tempat kerja pada situasi apapun akan
intelektual yang dimiliki seseorang.
berpengaruh terhadap kinerja perawat
Kompetensi dipengaruhi oleh pemikiran
tersebut. Adanya peningkatan kinerja
intelektual,
perawat akibat dari adanya beberapa
kemampuan
pelatihan
diikuti.
intelektual dipengaruhi oleh pengalaman
Pelatihan, seminar bahkan peningkatan
dan proses pembelajaran. Hal ini akan
kualitas
pendidikan
meningkatkan kemampuan intelektual
lanjutan merupakan beberapa hal yang
seseorang sehingga kompetensinya juga
penting untuk digiatkan oleh rumah sakit.
ikut meningkat.
kompetensi
dasar
SDM
yang telah
melalui
Peningkatan kompetensi diri perawat melalui upaya pelatihan dan pendidikan
mempengaruhi
kognitif,
kompetensi
analisis
konseptual.
dan
Tingkat
3. Hubungan Antara Beban Kerja dengan Kinerja Perawat
jangka panjang perlu mendapat perhatian Pada tenaga keperawatan beban kerja commit todipengaruhi user khusus agar dapat menghasilkan kinerja oleh fungsinya untuk perawat yang baik.
melaksanakan asuhan keperawatan serta
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id kapasitasnya untuk melakukan fungsi
akan mempengaruhi kinerja dari perawat
tersebut. Beban kerja tenaga perawat di
tesebut (Sefriadinata, 2013).
rumah sakit daerah antara lain mengkaji, merencanakan
dan
mengevaluasi
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
perawatan dasar baik pada individu
Bruggen
maupun kelompok masyarakat. Adapun
merupakan faktor yang penting yang
tugas lainnya adalah merawat orang
berhubungan
sakit, menjaga penderita dari penularan
perusahaan.
Pada
penelitian
serta
difokuskan
pada
dampak
mengusahakan rehabilitasi dan
pencatatan
sederhana
tentang
perkembangan pasien (Batuah, 2012).
(2015).
Kinerja
dengan
karyawan
keberhasilan ini yang
ditimbulkan akibat adanya peningkatan beban kerja karyawan. Banyak penelitian
Secara umum dapat dikatakan bahwa
yang menyatakan bahwa beban kerja
beban kerja semakin tinggi maka kinerja
yang tinggi berhubungan dengan stres
semakin rendah, sebaliknya beban kerja
kerja. Banyaknya tugas dan tingginya
semakin rendah maka kinerja semakin
tingkat kesulitan tugas yang diberikan
meningkat. Apabila beban kerja berlebih
akan
akan berpengaruh terhadap kinerjanya,
karyawan. Tingginya beban kerja akan
dimana hal ini berkaitan dengan tingkat
berdampak pula pada tingginya tingkat
kelelahan dan kejenuhan seseorang. Hal
stres karyawan, dimana hal ini akan
ini akan berdampak pada penurunan
berdampak
kualitas pelayanan. Selain itu, beban
kinerjanya.
kerja
yang
berlebihan
juga
dapat
meningkatkan
pada
Penelitian
beban
kerja
turunnya
kualitas
Choi
(2014)
menurunkan moral dan motivasi perawat
menyatakan bahwa tingginya beban kerja
(Ningsih, 2013).
perawat
dapat
kinerja
perawat
Perawat yang berkerja di rumah sakit memiliki
beban
memberikan
pelayanan keperawatan. Dalam penelitian
membutuhkan ketelitian dan kecermatan
ini, antara beban kerja dengan kinerja
dibandingkan dengan perawat puskesmas
perawat
atau instansi lainnya. Dengan kondisi
hubungan positif walaupun beban kerja
prosedur kerja yang ketat dan kondisi
yang dimiliki perawat sedang tetapi hasil
pasien
kinerja tetapi baik. Hasil penelitian ini
lebih
yang
dalam
hasil
lebih
yang
kerja
mempengaruhi
kompleks
menunjukkan
hasil
ada
memungkinkan timbulnya beban kerja tidak sejalan dengan penelitian Satria to(2013), user tersendiri bagi seorang perawat. Hal commit ini yang menyatakan tinggi
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id rendahnya beban kerja tidak berpengaruh
perawat adalah masa atau lamanya
pada kinerja perawat.
seorang bekerja. Masa kerja yang lama
Perawat bertugas merawat pasien
dikaitkan dengan waktu mulai bekerja,
dalam waktu 24 jam dengan menerapkan
dimana pengalaman kerja juga ikut
asuhan keperawatan, sejak pasien masuk
menentukan kinerja seseorang. Semakin
rumah sakit sampai keluar rumah sakit.
lama kerja kecakapan dalam menangani
Adapun
yang
pasien akan lebih baik karena sudah
seorang
menyesuaikan diri dengan pekerjaan
beberapa
mempengaruhi
faktor
beban
kerja
perawat yaitu faktor internal dan faktor
(Manuho, 2015).
eksternal. Faktor internal berasal dari
Hal ini sesuai dengan penelitian oleh
pengaruh tubuh sendiri, meliputi faktor
Yanti (2013) yang menyatakan bahwa
biologis
psikologis.
lama kerja turut menentukan kinerja
Sedangkan faktor eksternal merupakan
seseorang dalam menjalankan tugas.
faktor yang
Semakin
dan
faktor
berasal dari luar biologis
perawat.
lama
seseorang
bekerja,
semakin terampil dan semakin cepat dia
Salah satu faktor internal yang
menyelesaikan
tugas
tersebut.
sangat mempengaruhi besarnya beban
Berdasarkan
kerja perawat adalah faktor psikologis.
bahwa beban kerja yang dimiliki oleh
Pelaksanaan
sebagai
perawat di Rumah Sakit dr. Soediran
tanggung
Mangun Sumarso masuk dalam kategori
jawab yang besar, menuntut kepada
sedang, sebaiknya pihak rumah sakit juga
anggotanya
perlu
profesi
kerja
yang
perawat
mengemban
untuk
memiliki
sikap,
Tabel
mewaspadai
1,
menunjukkan
adanya
kenaikan
pengetahuan dan keterampilan diterapkan
beban kerja dimasa yang akan datang
pada asuhan keperawatan sesuai dengan
karena adanya tuntutan dari masyarakat
kode etik profesi (Manuho, 2015). Pada
selaku
penelitian ini, walaupun beban kerja yang
Apabila beban kerja yang diterima terlalu
dimiliki perawat masuk dalam kategori
besar maka akan dapat menimbulkan
sedang, adanya rasa tanggung jawab
stres kerja yang bisa mempengaruhi
yang besar oleh perawat menjadikan
motivasi kerja dan menurunnya kinerja.
mereka
terpacu untuk melaksanakan
tugas dan kewajiban merawat pasien dengan baik. Faktor mempengaruhi
eksternal beban
yang kerja
konsumen
semakin
tinggi.
Pembahasan Analisis Multivariat Pelayanan keperawatan di rumah sakit
merupakan bagian pelayanan kesehatan commitsecara to usermenyeluruh dan berkesinambungan turut seorang
serta memegang peranan penting dalam
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id upaya menjaga dan meningkatkan kualitas
Berkembangnya kompetensi, motivasi dan
pelayanan kesehatan. Kualitas pelayanan
beban kerja yang sesuai dengan tugas pokok
kesehatan mempengaruhi mutu pelayanan
dan fungsi, maka kualitas kinerja profesi
rumah sakit dan bahkan menjadi salah satu
keperawatan akan menjadi maksimal yang
faktor penentu penilaian kinerja petugas
berfokus
kesehatan rumah sakit di mata masyarakat
keperawatan.
(Langingi, 2015).
pada
Peningkatan
profesionalisme
didunia
kinerja
perawat
Pelayanan asuhan keperawatan yang
ditentukan oleh motivasi kerja, kompetensi
berkualitas dan profesional merupakan target
dan beban kerja yang dimiliki oleh perawat.
yang ingin dicapai
untuk meningkatkan
Motivasi kerja sangat mempengaruhi kinerja
mutu pada rumah sakit. Hal tersebut dapat
perawat, karena tanpa dorongan semangat
dicapai melalui kinerja perawat yang baik
dari dalam diri seorang perawat, maka hasil
dimana akan berimplikasi pada pelayanan
kerja yang ditunjukkan tidak akan maksimal.
yang baik pula. Adapun beberapa faktor
Kompetensi merupakan kemampuan dasar
yang
seorang
seorang perawat yang dijadikan acuan untuk
perawat, meliputi faktor individu, psikologi
tetap efektif di tempat kerja pada situasi
dan organisasi. Faktor individu contohnya
apapun yang dianggap berpengaruh terhadap
adalah adanya motivasi untuk meningkatkan
kinerja
efisiensi, efektifitas dan kinerja perawat
mempengaruhi kinerja seperti banyaknya
sehingga
tugas yang harus diselesaikan oleh seorang
mempengaruhi
dapat
kinerja
meningkatkan
mutu
pelayanan kepada masyarakat (Nikpeyma,
perawat.
Beban
kerja
dapat
perawat selama shift tertentu (Satria, 2013).
2014). Selain itu, kompetensi yang dimiliki
Dari hasil pengujian hipotesis pada
oleh perawat juga berpengaruh pada mutu
Tabel 2 diketahui bahwa penelitian terbukti
pelayanan yang diberikan. Perawat yang
secara signifikan bahwa terdapat hubungan
berkompeten
antara motivasi, kompetensi dan beban kerja
perawatan
mampu yang
dengan
dengan kinerja perawat di instalasi rawat
tanggung jawab yang ditetapkan standar
inap RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso
profesi keperawatan (Groves, 2014). Faktor
Wonogiri (p<0.001). Nilai R2 = 81.25 %
organisasi, contohnya adalah beban kerja
mengandung arti bahwa variabel motivasi,
yang
dengan
kompetensi dan beban kerja secara bersama
kualitas kinerja perawat. Banyaknya tugas
mampu menjelaskan variasi kinerja perawat
memiliki
aman
memberikan
hubungan
sesuai
erat
dan tanggung jawab yang diberikan kepada sebesar 81.25%. commit to user perawat dapat menyebabkan hasil pelayanan Perawat yang dicapai kurang maksimal (Long, 2014).
memberikan
pelayanan
keperawatan di rumah sakit selama 24 jam
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id sehari, serta mempunyai kontak konstan
akan berdampak pada kinerja yang baik pula.
dengan pasien. Oleh karena itu pelayanan
Faktor
keperawatan di rumah sakit merupakan
pegawai terhadap pekerjaannya. Perawat
bagian integral dari pelayanan kesehatan.
memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi
Kontribusi yang diberikan perawat sangat
terhadap pekerjaannya dalam memberikan
menentukan kualitas pelayanan rumah sakit.
pelayanan keperawatan karena menyangkut
Upaya untuk peningkatan pelayanan rumah
keselamatan pasien. Oleh karena itu, perawat
sakit harus diikuti peningkatan kualitas
akan memberikan kinerja yang baik karena
pelayanan keperawatan (Hendrarni, 2008).
menjalankan
Perhatian
psikologis
merupakan
tanggung
persepsi
jawab
yang
terhadap
peningkatan
diembannya. Faktor organisasi yaitu adanya
dalam
memberikan
tuntutan organisasi kepada pegawai akan
pelayanan keperawatan di rumah sakit
mempengaruhi kinerja. RSUD dr. Soediran
didasari oleh motivasi, kompetensi dan
Mangun Sumarso menuntut perawat agar
beban
dapat
kinerja
perawat
kerja.
Faktor-faktor
ini
dapat
memberikan
pelayanan
asuhan
membentuk kinerja perawat di rumah sakit
keperawatan
sehingga mendukung pelaksanaan tugas dan
profesional
tanggung jawab dalam pemberian pelayanan
mencapai target agar dapat meningkatkan
keperawatan (Hendrarni, 2008).
mutu pelayanan rumah sakit.
Kinerja pegawai merupakan hasil yang
yang karena
Berdasarkan
berkualitas rumah
hasil
sakit
analisis
dan ingin
data
bersinergi dari sejumlah faktor (Yanidrawati,
menggunakan model analisis regresi linier
2011). Pada penelitian ini hanya variabel
ganda, maka dapat disimpulkan sebagai
kompetensi saja yang mempengaruhi kinerja
berikut :
perawat, sedangkan motivasi dan beban kerja
1. Terdapat hubungan yang positif, linier
tidak berpengaruh terhadap kinerja perawat.
dan secara statistik signifikan antara
Kinerja perawat merupakan hasil yang
motivasi dan kinerja perawat di instalasi
bersinergi dari sejumlah faktor (Yanidrawati,
rawat inap (b=0.15; CI 95% 0.02 sd 0.28;
2011). Pada penelitian ini, ada tiga faktor
p=0.022).
yang
mempengaruhi
kinerja
perawat
2. Terdapat hubungan yang positif, linier
sehingga berada pada kategori baik (Tabel
dan secara statistik signifikan antara
1), meliputi faktor individu, faktor psikologis
kompetensi dan kinerja
dan faktor organisasi.
instalasi rawat inap (b=1.22; CI 95%
perawat di
Faktor individu adalah faktor internal 0.86 sd 1.57; p<0.001). commit3. toTerdapat user dalam diri pekerja, seperti kompetensi yang hubungan yang kurva-linier, baik serta pendidikan yang tinggi (Tabel 1)
berbentuk huruf U terbalik, antara beban
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id kerja dan kinerja perawat di instalasi
pelayanan keperawatan yang berkualitas
rawat inap. Perawat dengan beban kerja
dan profesional.
sedang rata-rata memiliki skor kinerja
2. Rumah sakit diharapkan dapat membuat
lebih tinggi daripada beban kerja ringan,
kebijakan untuk dapat meningkatkan
dan secara statistik signifikan (b=3.33;
kualitas pelayanan rumah sakit kepada
CI 95% 1.16 sd 5.49; p=0.003). Perawat
masyarakat
dengan
pelatihan kepada seluruh perawat tanpa
beban
kerja
memiliki
skor
daripada
beban kerja
berat rata-rata
kinerja
lebih
dengan
memberikan
tinggi
memandang masa kerja sehingga seluruh
ringan, tetapi
perawat memiliki kompetensi yang sama
perbedaan tersebut secara statistik tidak
tanpa
signifikan
dengan senior.
(b=0.81; CI 95% -1.37 sd
2.99; p=0.459).
dibeda-bedakan
antara
junior
3. Dapat dilakukan penelitian selanjutnya
Peneliti memberikan saran sebagai berikut :
mengenai
1. Perawat RSUD dr. Soediran Mangun
berkaitan dengan kinerja dalam upaya
Sumarso Wonogiri diharapkan dapat
untuk meningkatkan kinerja perawat
meningkatkan kompetensi agar dapat
dalam
memberikan
keperawatan
pelayanan
keperawatan
faktor-faktor
memberikan yang
lain
yang
pelayanan berkualitas.
yang lebih baik lagi demi tercapainya
REFERENSI Andayani SA. 2014. Hubungan Kompensasi, Kompetensi dan Motivasi dengan Kinerja Dosen di STIKES Nurul Jadid Paiton Probolinggo. Surakarta, Universitas Sebelas Maret. Tesis Appiah D. 2011. The Effect of Motivation on Staff Performance In The Health Services of Ghana : A Case Study of Komfo Anokye Teaching Hospital, Kumasi. Ghana, Kwame Nkrumah University of Science and Technology. Thesis
------. 2010. Tes Prestasi : Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Mulia, p : 173-80 Batuah N. 2012. Hubungan Beban Kerja Perawat terhadap Kinerja Perawat Pelaksana dalam Pemberian Pelayanan Kesehatan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Faisal Makasar. Makasar, STIKES Nani Hasanuddin Makasar. Skripsi
Borkowski N. 2015. Manajemen Pelayanan Kesehatan : Perilaku Azwar S. 2010. Sikap Manusia, Teori dan Organisasi. Jakarta : EGC, p : 115Pengukurannya. Yogyakarta: commit to user 24 Pustaka Mulia, p : 24-6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
Bruggen, A. (2015). An empirical investigation of relationship between workload and performance. Management Decision, 53 (10), 2377-2389 Choi SY, Kim KS. (2014). The effects of work characteristics, supervision and cultural competence on nurses’ burnout. International Journal of Bioscience and Biotechnology, 5 (4), 187-200 Darmayanti NNT, Oktamianti P. (2014). Analisis kompetensi perawat Ruang Intensif (Intensive Care Unit) Rumah Sakit Umum Tabanan tahun 2013. Jurnal Sumber Daya Manusia Kesehatan, 1 (1), 77-104
Hendrarni W. 2008. Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Asuhan Keperawatan dalam Pengkajian dan Implementasi Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Bhayangkara Medan. Medan, Universitas Sumatera Utara. Skripsi Hombergh PVD, Kunzi B, Elwyn G, Doremalen JV, Akkermans R, Grol R, Wensing M. (2009). High workload and job stress are associated with lower practice performance in general practice : an observasional study in 239 general practices in the Netherland. BMC Health Services Research, 9 (118), 1-8
Darmayanti R. 2015. Hubungan Motivasi Kerja dengan Kinerja Perawat Rawat Inap di Rumah Sakit Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Pontianak. Pontianak, Universitas Tanjungpura. Skripsi
Huang TL, Wu JH, Chou W, Chien TW. (2015). The application of coherence coefficients of core competencies to predicting nurse job performance in hospitals. Academia Journal of Scientific Research, 3(10), 152-159
Dieleman M, Toonen J, Toure H, Martineau T. (2006). The match between motivation and performance management of health sector workers in Mali. Human Resources for Health Journal, 4 (2), 1-2
Langingi ARC. 2015. Hubungan Faktor Internal dan Eksternal dengan Kinerja Perawat Pelaksana di Instalasi Rawat Inap C RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Manado, Universitas Sam Ratulangi. Tesis
Groves W. (2014). Professional practice skill for nurses. Continuing Professional Development, 29 (1), 51-59
Long
Hartono. 2013. SPSS 16.0 : Analisis Data Statistika dan Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, p : 110 commit to user
CS, Kowang TO, Ping TA, Muthuveloo R. (2014). Investigation on the impact of job stressors on nurses in Malaysia. Asian Social Science, 10 (4), 67-77
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
Makta LO, Noor NB, Kapalawi I. (2013). Pengaruh motivasi kerja dengan kinerja perawat pelaksana di unit rawat inap RS Stella Maris Makasar Tahun 2013. Jurnal, 1-12
PPNI. (2010). Standar profesi dan kode etik perawat Indonesia. Retrieved from Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia website: www.hpeq.dikti.go.id
Manuho E, Warouw H, Hamel R. (2015). Hubungan beban kerja dengan kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan di Instalasi Rawat Inap CI RSUP Prof . dr. R. D. Kandou Manado.. EJournal Keperawatan, 3(2), 1-6
------. (2012). Standar kompetensi perawat Indonesia. Retrieved from Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia website: www.hpeq.dikti.go.id
Mudayana AA. (2010). Pengaruh motivasi dan beban kerja terhadap kinerja karyawan di Rumah Sakit Nur Hidayah Bantul. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 4 (2), 76-143 Murti B. (2011). Validitas dan reliabilitas pengukuran. Retrieved from Sebelas Maret University, Doctoral Study Programe website: http://fk.uns.ac.id/index.php/downl oad/file/61 ------. 2013. Desain Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, p : 43-5 Ningsih KP. 2013. Hubungan Beban Kerja dan Kepuasan Kerja dengan Kinerja Karyawan di Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit dr. YAP Yogyakarta. Surakarta, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Skripsi
Satria W. 2013. Hubungan Beban Kerja dengan Kinerja Perawat dalam Mengimplementasikan Patient Safety di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Tahun 2013. Makasar, Universitas Hasanudin. Skripsi Sefriadinata T. 2013. Hubungan Beban Kerja dengan Kinerja Perawat di RSUD Saras Husada Purworejo. Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Skripsi Setiyaningsih Y. 2013. Hubungan Motivasi dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Ungaran. Semarang, STIKES Telogorejo Semarang. Skripsi Sinambela LP. 2012. Kinerja Pegawai : Teori, Pengukuran dan Implikasi. Yogyakarta : Graha Ilmu, p : 20 Sujarweni VW. 2012. SPSS untuk Paramedis. Yogyakarta : Cava Media, p : 172
Nikpeyma N, Saeedi ZA, Azargashb E, Sulaeman ES. 2014. Manajemen Masalah Majd HA. (2014). Problems of Kesehatan Masyarakat dan clinical nurse performance Manajemen Strategis Organisasi appraisal system – a qualitative Layanan Kesehatan. Surakarta : study. Asian Nursing Research, 8, UNS Press, p : 132 commit to user 15-22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
Tafwidhah Y. 2010. Hubungan Kompetensi Perawat Puskesmas dan Tingkat Keterlaksanaan Kegiatan Perawatan Kesehatan Masarakat (Perkesmas) di Kota Pontianak. Jakarta, Universitas Indonesia. Tesis Tawale EN, Budi W, Nurcholis G. (2011). Hubungan antara motivasi kerja perawat dengan kecenderungan mengalami burnout pada perawat di RSUD Serui-Papua. Jurnal Insan, 13 (2), 74-84
Toode K. 2015. Nurse’s Work Motivation. Finlandia, University of Tampere. Dissertation Yanti RI, Warsito BE. (2013). Hubungan karakteristik perawat, motivasi dan supervisi dengan kualitas dokumentasi proses asuhan keperawatan. Jurnal Managemen Keperawatan, 1 (2), 107-114 Yanidrawati K. 2011. Hubungan Kepuasan Kerja dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bekasi. Bandung, Universitas Padjadajaran. Skripsi
commit to user