0
HUBUNGAN LAMANYA PERAWATAN DENGAN STATUS GIZI BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) RUANG PERINATOLOGI RSUD DR. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI
ARTIKEL ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh : DWIYANTI AGUSTINA KHRISTININGRUM NIM: ST. 14014
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016
1
HUBUNGAN LAMANYA PERAWATAN DENGAN STATUS GIZI BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) RUANG PERINATOLOGI RSUD DR. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI Dwiyanti Agustina K1), Wahyu Rima Agustin2), Galih Priambodo3) ABSTRAK Salah satu indikator dalam melakukan efisiensi kegiatan rumah sakit adalah dengan melihat lama hari rawat. Bayi Prematur atau BBLR rentan terhadap kekurangan nutrisi karena reflek hisap dan menelannya masih lemah akan berdampak pada perkembangan status gizinya dan akan berpengaruh terhadap lamanya hari rawat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan lamanya perawatan dengan status gizi BBLR di Ruang Perinatologi RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Metode yang digunakan adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel 30 responden dan teknik pengambilan sampel dengan accidental sampling. Data dianalisis menggunakan korelasi rank spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Karakteristik responden sebagian besarberatbadan 2,19 kg dan tinggi badan 41,07 cm; (2) Sebagian besar responden mempunyai lama perawatan bayi kurang dari 7 hari atau termasuk cepat/pendek; (3) Status gizi pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri sebelum perawatan semuanya mempunyai status gizi kurang; (4) Terdapat hubungan yang signifikan lamanya dirawat dengan status gizi pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) (rxty = 0,513; p-value = 0,001). Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan lamanya dirawat dengan status gizi pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Kata kunci : Lama Perawatan, Status Gizi, BBLR Daftar Pustaka : 43 (2005-2014) The Relationship between Treatment Duration and Nutritional Status of Low Birth Weight (LBW) Infants at Perinatology Room of dr. Soediran Mangun Sumarso Regional Public Hospital of Wonogiri ABSTRACT One of indicators in maintaining efficiency of hospital activities is by looking at the treatment duration. Premature or low birth weight (LBW) infants are vulnerable to malnutrition due to their weak suck-swallow reflex, and thereby this will give effect to the development of their nutritional status and treatment duration. This research aims at analyzing the relationship between the treatment duration and nutritional status of low birth weight infants at perinatology room of dr. Soediran Mangun Sumarso Regional Public Hospital of Wonogiri. The research employed descriptive correlational method with cross sectional approach. The total number of samples is 30 respondents selected using accidental sampling. The data were then analyzed using Spearman’s rank correlation. The research findings indicate that: (1) most of the respondents are characterized with 2.19 kilograms of weight and 41.07 centimeters of height, (2) most of their treatment duration is less than 7 days. This is considered as short-treatment duration, (3) prior to treatment, all of the low birth weight infants are attributable to low nutritional status, and (4) there is a significant relationship between the treatment duration and the nutritional status of low birth weight infants (rxty = 0.513 and p-value = 0.001). This research concludes is a significant relationship between the treatment duration and the nutritional status of low birth weight infants at perinatology room of dr. Soediran Mangun Sumarso Regional Public Hospital of Wonogiri. Keywords : treatment duration, nutritional status, low birth weight infants Bibliography : 43 (2005-2014)
2
prevalensi tertinggi berada di Provinsi Nusa
PENDAHULUAN Salah satu indikator dalam melakukan
Tenggara Timur sekitar 19.2%, dan terendah
efisiensi kegiatan rumah sakit adalah dengan
berada di Provinsi Sumatera Barat yakni 6,0%
melihat lama hari
(Riskesdas, 2013).
rawat. Lama perawatan
merupakan salah satu unsur atau aspek asuhan
Masalah gizi balita telah dinyatakan
dan pelayanan dirumah sakit yang dapat dinilai
sebagai masalah utama kesehatan dan berkaitan
dan diukur. Bila seseorang dirawat dirumah
dengan banyaknya angka kematiandan penyakit
sakit, maka yang diharapkan ada perubahan akan
yang disebabkan oleh masalah gizi, khususnya
derajat kesehatannya. Apabila yang diharapkan
bagi bayi dengan premature atau bayi berat lahir
baik oleh tenaga medis maupun penderita sudah
rendah.Bayi premature/BBLR rentan terhadap
tercapai maka tentunya tidak ada seorangpun
kekurangannutrisi karena reflek hisap dan
yang ingin berlama-lama di rumah sakit.
menelannya masih lemah selama menyusui
Semakin lama hari dirawat yang dibutuhkan
sehingga berdampak pada perkembangan status
pasien maka semakin tinggi pula biaya yang
gizinya.Angka kematian bayi di Indonesia saat
dikeluarkan oleh pasien (Heryati, 2005).
ini masih tergolong tinggi dibanding dengan
Prevalensi BBLR (bayi berat lahir
negara-negara di ASEAN. Angka kematian bayi
rendah) secara global hingga saat ini masih tetap
di Indonesia tercatat 36 per 1000 kelahiran hidup
berada di kisaran 10-20% dari seluruh bayi yang
pada tahun 2006. Penyebab kematian bayi
lahir hidup setiap tahunnya. WHO (2011)
terbanyak adalah karena gangguan perinatal.
memperkirakan sekitar 25 juta bayi mengalami
Sekitar 2 - 27% kematian perinatal disebabkan
BBLR setiap tahun dan hampir 5% terjadi di
karena
negara maju sedangkan 95% terjadi di negara
(BBLR). Sementara itu prevalensi BBLR pada
berkembang.
saat ini diperkirakan 7 - 14% yaitu sekitar
Prevalensi
BBLR
di
India
mencapai 26%, dan Amerika Serikat mencapai 7%. Kematian bayi adalah 20 kali lebih besar
kelahiran bayi berat lahir rendah
459.200 - 900.000 bayi (Depkes RI, 2013). BBLR
dapat
mengalami
gangguan
pada bayi yang mengalami BBLR dibandingkan
mental dan fisik pada usia tumbuh kembang,
dengan yang tidak BBLR diseluruh dunia
sehingga membutuhkan biaya perawatan yang
(Jayant, 2011).
tinggi. BBLR adalah salah satu akibat dari ibu
Indonesia memiliki prevalensi BBLR
hamil yang menderita energi kronis (KEK)
tahun 2013 diperkirakan mencapai dari 18.948
(Depkes
bayi (11,1%) yang ditimbang dalam kurun
menyebabkan terjadinya BBLR antara lain
waktu 6-48 jam setelah melahirkan. Prevalensi
kurangnya gizi pada ibu hamil, ibu hamil
ini menyebar secara tidak merata antara satu
perokok, ibu hamil pekerja berat, sosial ekonomi
provinsi
dengan
provinsi
lainya
dengan
RI,
2010).
Faktor-faktor
yang
3
rendah dan faktor janin (Prawirohardjo, 2008).
Perawatan bayi di rumah sakit untuk
Joeharno (2008), menambahkan bahwa BBLR
bayi yang bermasalah dengan berat badan adalah
juga dapat terjadi pada ibu dengan paritas tinggi.
perawatan intensif agar bayi dapat memperoleh
Ibu dengan paritas tinggi berisiko (50%)
berat badan yang ideal. Perawatan dilakukan di
melahirkan bayi dengan berat lahir yang rendah.
ruang khusus yaitu di ruang perinatologi dan
BBLR merupakan masalah kesehatan yang
NICU (Neonatus Intensive Care Unit) karena
cukup menonjol di Indonesia, karena pada bayi
pada dasarnya BBLR selalu merujuk pada upaya
BBLR
menstabilkan tanda-tanda kehidupan.
mempunyai
angka
mortalitas
dan
Kasus BBLR di ruang Perinatologi
morbiditas yang tinggi. Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 prevalensi
BBLR sekitar
21,573 (3,75%),
RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso tahun 2014
sebanyak
155
kasus
dengan
lama
prevalensi BBLR termasuk dalam kategori
perawatan tercepat 3 hari dan terlama 83 hari.
rendah apabila dibandingkan dengan provinsi
Angka kejadian pada Januari – Mei 2015
lain yang berada di Indonesia. Hasil riset
sebanyak 101 bayi dengan 79 bayi tidak lama
kesehatan dasar tahun 2012 menunjukan bahwa
kemudian pulang, 17 bayi meninggal dan
angka prevalensi BBLR di Sumatera Utara
pulang atas permintaan sendiri atau belum seijin
sekitar 76 dari 928 bayi (8,2%) yang ditimbang.
dokter, dengan lamanya
Menurut Profil Kesehatan Kabupaten Wonogiri
tersebut akan berdampak pada status gizi bayi.
5
waktu perawatan
(2013), di Kabupaten Wonogiri ditemukan
Tujuan umum dari penelitian ini adalah
angka kejadian BBLR sebanyak 133 kasus dari
untuk mengetahui hubungan lamanya perawatan
17.296 bayi lahir hidup (0,77%) dan jumlah ini
dengan status gizi Bayi Berat Lahir Rendah
meningkat dibandingkan tahun 2007 yakni 94
(BBLR) di Ruang Perinatologi RSUD dr.
kasus dari 16.976 bayi lahir hidup (0,55%).
Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.
Faktor yang mempengaruhi status gizi bayi berat lahir rendah diantaranya adalah
METODE PENELITIAN
lamanya perawatan di rumah sakit. Pada BBLR
Jenis penelitian ini adalah penelitin
biasanya mempunyai status gizi sedang sampai
deskriptif korelational yaitu suatu penelitian
kurang sehingga mempunyai resiko tinggi untuk
yang
kematian, kecende-rungan menderita ISPA,
mengapa
diare,
dan
kemudian melakukan analisis dinamika korelasi
keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan
antara fenomena atau antara faktor resiko
maka diperlukan waktu perawatan yang lama
dengan faktor efek. Adapun pendekatan yang
untuk meningkatkan berat badannya.
digunakan dengan pendekatan cross sectional.
respon
imunitas
yang
rendah
mencoba
menggali
fenomena
bagaimana
kesehatan
itu
dan
terjadi,
4
Sampel pada penelitian ini diambil dari pasien
HASIL DAN PEMBAHASAN
yaitu BBLR di ruang Perinatologi RSUD dr.
Lama Perawatan
Soediran Mangun SumarsoWonogiri yang rata-
Hasil distribusi
ratanya mencapai 46 bayi setiap tiga bulan.
perawatan di rumah sakit disajikan dalam tabel
Sampel
yang
diambil
adalah
bayi
dengan berat badan bayi < 2500 gram, BBLR yang tidak ada diagnosa penyerta lain misalnya asfiksia,lama perawatan dihitung setelah hari pertama masuk rumah sakit. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 bayi. Adapun teknik pengambilan sampling
sampel
yaitu
dengan
teknik
accidental
penentuan
secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sample, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu
tentang
lamanya
1. berikut: Tabel 1. Lama Perawatan Lamanya Perawatan
F
(%)
Cepat/Pendek
17
56,7
Lama/Panjang
13
43,3
Jumlah
30
100,0
Sumber: Data primer yang diolah, 2015. Distribusi
sample
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang
frekuensi
data
tentang
lamanya
perawatan pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri sebagian besar mempunyai lama perawatan bayi di rumah sakit
yaitu
tergolong
cepat/pendek
yaitu
cocok dengan sember data (Sugiyono, 2012)
sebanyak 17 orang (69,2%), sedangkan lama
dalamartipasien
perawatan
BBLRdi
ruangPerinatologi
RSUD dr. Soediran Mangun SumarsoWonogiri yang menjalaniperawatan yang memenuhisyarat
Teknik analisis data terdiri dari analisis
menjelaskan diteliti,
dan
bivariat.Analisis
masing-masing
adapun
analisis
dimiliki
BBLR
paling
lama/panjang yaitu sebanyak 13 orang (43,3%). Dari
sebagian
bayi
yang
dirawat
tergolong lama ini disebabkan karena pasien
kriteriainklusi diatas.
univariate
yang
univariate
variabel
bivariate
yang dengan
menggunakan analisis korelasirank spearman.
yang masuk kebetulan menjelang hari minggu atau hari libur. Hal ini bagi bayi yang masuk rumah sakit menjelang hari minggu akan memperpanjang kesibukan
lama
hari
rawat,
karena
menjelang
hari
libur
dimana
pemeriksaan oleh dokter dan pemeriksaan penunjang diundur sampai hari kerja biasa dimana pegawai rumah sakit bagian tertentu sudah bekerja seperti biasa. Perpanjangan lama hari rawat juga terjadi apabila pasien masuk di luar jam kerja rumah sakit atau saat terjadi
5
pergantian jaga. Hal ini sesuai dengan apa yang
Status Gizi
dikemukakan oleh Barbawa J (2008), bahwa
Tabel 2. Status Gizi
perpanjangan lama hari rawat terjadi karena
Status Gizi Bayi
F
(%)
adanya perpanjangan dari lama hari rawat pra
Kurang
30
100,0
Baik
0
0,0
Jumlah
30
100,0
bedah, yang akan berdampak pada perpanjangan jumlah keseluruhan lama hari rawat. Lama hari rawat merupakan salah satu indikator mutu pelayanan medis yang diberikan oleh rumah sakit kepada pasien (quality of patient care). Lamanya hari perawatan di rumah sakit bagi BBLR menunjukkan berapa hari lamanya seorang pasien dirawat inap pada satu periode perawatan. Satuan untuk lama rawat adalah hari, sedangkan cara menghitung lama rawat adalah dengan menghitung selisish antara tanggal pulang (keluar dari rumah sakit, baik hidup ataupun meninggal) dengan tanggal masuk rumah sakit. Umumnya data tersebut tercantum dalam formulir ringkasan masuk dan keluar di Rekam Medik (Barbara J., 2006). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Indradi (2008) yang
menyatakan
bahwa
lama
rawatan
merupakan salah satu bagian dari manajemen Rumah Sakit yang menunjukkan berapa hari lamanya seorang pasien dirawat inap pada satu episode perawatan terhadap berbagai penyakit yang diderita oleh pasien. Adapun satuan yang digunakan dalam lama rawatan yaitu “hari”. Lama rawatan dapat diketahui dari status gizi pasien terutama pada balita, dan adanya perubahan terhadap penyembuhan penyakit yang diderita.
Sumber: Data primer yang diolah, 2015. Hasil
penelitian
diketahui
bahwa
distribusi data tentang status gizi pada Bayi Berat
Lahir
Perinatologi
Rendah RSUD
(BBLR)
dr.
di
Soediran
Ruang Mangun
Sumarso Wonogiri semuanya mempunyai status gizi kurang. Hal ini apabila dilihat dari ratarata berat badan bayi adalah 2,109 kg dengan berat badan terendah 1,5 kg dan berat badan tertinggi adalah 2,5 kg. Menurut pengamatan peneliti diketahui bahwa di ruang Perinatologi ini memang dikhususkan bagi pasien atau bayi yang mempunyai kelahiran dengan berat badan lahir rendah, sehingga orientasi rumah sakit adalah
menyediakan
ruang
khusus
dalam
perawatannya. Menurut Proverawati (2010), bahwa status gizi bayi merupakan keadaan gizi pada bayi
yang
dapat
diketahui
dengan
membandingkan antara berat badan menurut umur dan panjang badannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan.Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, maka disebut gizi baik. Gizi sedikit di bawah standar, maka disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah standar maka disebut gizi buruk.
6
Status gizi bayi dipengaruhi oleh banyak
artinya bahwa terdapat hubungan yang negatif
faktor. Dalam pengklasifikasiannya, status gizi
antara lamanya dirawat dengan status gizi pada
dipengaruhi oleh faktor instrinsik dan ekstrinsik.
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Ruang
Yang termasuk dalam faktor instrinsik adalah
Perinatologi
genetik,
Sumarso Wonogiri, artinya bahwa semakin
hormon,
Sedangkan
yang
kehidupan termasuk
intrauterin.
dalam
faktor
lama/panjang
RSUD
bayi
dr.
Soediran
tersebut
Mangun
dirawat
maka
ekstrinsik adalah asupan gizi, morbitas, pola
semakin menurun status gizi yang ada pada Bayi
makan, dan pengaruh lingkungan. Oleh karena
Berat
itu, faktor-faktor ini harus diperhatikan dalam
Perinatologi
melakukan perbaikan status gizi bayi. Bukan
Sumarso
dari hanya asupan gizi saja, tetapi faktpr-faktor
hubungan adalah cukup erat, karena nilai
lain seperti pola makan dan morbiditas perlu
korelasi (rxy = 0,513) berada diantara 0,51 - 0,75.
Lahir
Rendah RSUD
Wonogiri
dr.
(BBLR)
di
Soediran
Ruang Mangun
tersebut. Adapun
sifat
Menurut hasil observasi juga diketahui
diperhatikan (Pudjiadi S, dkk. 2010). Hasil penelitian ini diperkuat oleh
bahwa lamanya hari rawat yang terjadi pada bayi
penelitian yang dilakukan oleh Novitasari
yang menjalani perawatan di ruang Perinatologi
(2012), yang meneliti tentang faktor-faktor
rata-rata 5-8 hari, namun juga ada lebih dari 5
resiko kejadian gizi buruk pada Balita yang
hari dan lebih lama sampai 20 hari karena faktor
dirawat di RSUP dr. Kariadi Semarang, hasil
berat badan yang rendah sekali dengan tinggi
penelitian menjelaskan bahwa sebagian besar
badan juga tidak normal, dengan berat badan
balita dengan gizi buruk sebanyak 64,1%, dan
yang minim yaitu rata-rata berat badan bayi
faktor yang paling dominan terhadap terjadinya
adalah 2,19 kg dengan berat badan terendah 1,5
gizi buruk adalah penyakit penyerta pada balita.
kg dan berat badan tertinggi adalah 2,5 kg. Penemuan di lapangan diketahui bahwa
HubunganLamanyaperawatandengan Status
dari 30 bayi yang diamati terdapat bayi yang
GiziBayi BBLR
mempunyai berat badan antara 1,5-1,8 kg
Penelitian ini menggunakan uji korelasi
sebanyak 5 responden (16,7%), dari kelima bayi
rank spearman ( ) untuk mengetahui hubungan
tersebut
lamanya perawatan dengan status gizi pada pada
tergolong lama/panjang perawatannya.
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Ruang
ternyata
mem-punyai
lama
rawat
Lamanya hari rawat di rumah sakit bagi
Mangun
bayi dengan Berat Lahir Rendah (BBLR) akan
Sumarso Wonogiri. Berdasarkan hasil penelitian
berdampak pada status gizi bayi. Bayi dengan
diketahui nilai korelasi Rank Spearman sebesar -
berat lahir rendah dapat mengalami gangguan
0,513 dengan nilai probabilitas 0,001 (p value <
mental dan fisik pada usia tumbuh kembang,
0,05), sehingga Ha diterima dan Ho ditolak,
sehingga membutuhkan biaya perawatan yang
Perinatologi
RSUD
dr.
Soediran
7
tinggi. BBLR adalah salah satu akibat dari ibu
merupakan masalah kesehatan yang cukup
hamil yang menderita energi kronis (KEK)
menonjol di Indonesia, karena pada bayi BBLR
(Depkes
mempunyai angka mortalitas dan morbiditas
RI,
2010).
Faktor-faktor
yang
menyebabkan terjadinya BBLR antara lain
yang tinggi.
kurangnya gizi pada ibu hamil, ibu hamil
Hasil
penelitian
ini
sejalan
dengan
perokok, ibu hamil pekerja berat, sosial ekonomi
penelitian yang dilakukan oleh Eddyman (2011)
rendah dan faktor janin (Prawirohardjo, 2008).
yang meneliti tentang hubungan status gizi ibu
Joeharno (2008), menambahkan bahwa
berdasarkan ukuran lingkar atas (LILA) dengan
BBLR juga dapat terjadi pada ibu dengan paritas
berat badan lahir bayi, hasil penelitiannya
tinggi. Ibu dengan paritas tinggi berisiko (50%)
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
melahirkan bayi dengan berat lahir yang rendah.
bermakna antara status gizi ibu berdasarkan
BBLR merupakan masalah kesehatan yang
ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) dengan
cukup menonjol di Indonesia, karena pada bayi
berat badan lahir bayi.
BBLR
mempunyai
angka
mortalitas
dan
Selain itu penelitian ini juga sejalan
morbiditas yang tinggi. Hal inilah yang berdapak
dengan
pada perawatan yang lama di rumah sakit. Selain
Maulidiyah, dkk (2012) yang meneliti tentang
itu, lamanya perawatan bayi BBLR di rumah
hubungan Lingkar Lengan Atas (LILA) dan
sakit juga dipengaruhi oleh faktor tenaga dokter
Kadar Hemoglobin (Hb) dengan Berat Bayi
yang menangani pasien cukup berperan dalam
Lahir, hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa
menentukan memanjangnya lama hari rawat,
ada hubungan antara LILA dan kadar Hb dengan
dimana perbedaan ketrampilan antar dokter akan
berat bayi lahir ditunjukkan melalui uji chi
mempengaruhi kinerja dalam penanganan kasus,
square dengan nilai p-value 0,001 dan < 0,05.
penelitian
yang
dilakukan
oleh
juga waktu memutuskan untuk melakukan tindakan (Lacy, Antonio M, 2008). Sebagaimana
diutarakan
SIMPULAN oleh
1.
Sebagian besar responden mempunyai lama
Prawirohardjo (2008), bahwa faktor-faktor yang
perawatan bayi di rumah sakit tergolong
menyebabkan terjadinya BBLR antara lain
cepat/pendek
kurangnya gizi pada ibu hamil, ibu hamil
2.
Status gizi pada Bayi Berat Lahir Rendah
perokok, ibu hamil pekerjaberat, sosial ekonomi
(BBLR) semuanya mempunyai status gizi
rendah dan faktor janin. Joeharno (2008)
kurang.
menambahkan bahwa BBLR juga dapat terjadi
3.
Terdapat hubungan signifikan lamanya
pada ibu dengan paritas tinggi. Ibu dengan
dirawat dengan status gizi pada Bayi Berat
paritas tinggi berisiko (50%) melahirkan bayi
Lahir
dengan
Perinatologi RSUD dr. Soediran Mangun
berat
lahir
yang
rendah.
BBLR
Rendah
(BBLR)
di
Ruang
8
4.
Sumarso Wonogiri (rxty = -0,513; p-value
perawatan
= 0,001). Adapun sifat hubungan tergolong
pengetahuan ibu dan lingkungan, serta
cukup erat.
meneliti cakupan sampel yang lebih luas.
Dilihat
dari
karakteristik
responden
di
rumah
sakit
misalnya
4. Bagi Peneliti
diketahui : sebagian besar responden
Bagi peneliti dapat menerapkan teori ke
berjenis kelamin laki-laki (56,7%), umur
dalam kegiatan nyata di lapangan terutama
kurang dari 5 hari sebanyak 12 responden
penerapan
(40,0%), berat badan antara 1,9-2,2 kg
dengan lamanya hari perawatan bayi yang
sebanyak 15 responden (50,0%), dan tinggi
dirawat di rumah sakit dengan status gizi
badan antara 38-40 cm sebanyak 14
bayi BBLR.
metode
penelitian
berkaitan
responden (46 DAFTAR PUSTAKA SARAN
Almatsier. 2010.Prinsip Dasar Ilmu Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
1. Bagi RumahSakit Diharapkan untuk rumah sakit maupun tenaga kesehatan lain lebih meningkatkan pelayanan
kesehatan
baik
berupa
pemeriksaan kehamilan dan penyuluhan tentang gizi sehingga kejadian BBLR dan anemia dapat diatasi sejak dini sehingga lamanya perawatan di rumah sakit juga dapat dipecepat. 2. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan dapat mempergunakan sebagai bahan acuan dalam menentukan kebijakan dalam
menyusun
panduan
perkuliahan
Afif,
Gizi.
Ahmad. 2008. Hubungan Faktor Komorbid, Usia dan Status Gizi dengan Lama Rawat Inap pada Pasien Hernia Inguinalis Lateralis Reponibilis yang Dioperasi Herniorepair Tanpa Mesh di RS PKU Muhammadiyah Surakarta Periode 2005 – 2007.
Adriani, Elvi Rhida. 2008. Pengaruh Persepsi Tentang Pelayanan Kesehatan Terhadap Kepuasan Pasien Peserta Askeskin Rawat Inap Di RSU dr. Pirngadi Medan Tahun 2006. Barbara J, Billie F., Brahm Pendit. 2006. Buku Ajar Perawatan Perioperatif. Volume 2. Praktik. Cetakan I. . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
terutama yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak agar di kemudian hari tidak terjadi adanya BBLR dan perawatan bayi yang lama di rumah sakit.
Budiningsari, Dwi R., 2004. Pengaruh Perubahan Status Gizi Pasien Dewasa terhadap Lama Rawat Inap dan Biaya Rumah Sakit. Jurnal Gizi Klinik Indonesia.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti faktor yang mempengaruhi status gizi bagi BBLR tidak hanya lamanya
Chriswardani S. 2006. PenyusunanIndikator Kepuasan Pasien Rawat Inap Rumah Sakit di Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Managemen Pelayanan Kesehatan.
9
Depkes RI. 2000. Program Perbaikan GiziMenuju Indonesia Sehat 2010. Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. 2005. Standar Pelayanan Minimal, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. 2008. StandarPelayanan Minimal, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta. Depkes RI. 2013. Hasil RISKESDAS Tahun2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Depkes. 2014. Profil Kesehatan JawaTengah. Semarang: Departemen Kesehatan Jawa Tengah. Dinkes Kabupaten Wonogiri. 2013. ProfilKesehatan Kabupaten Wonogiri. Wonogiri: Dinkes Kab. Wonogiri. Eddyman. 2011. Hubungan status giziibuberdasarkanukuranlingkaratas (LILA) denganberatbadanlahirbayi di RSUD Daya Kota Makkasar. Fakhrul, Razi. 2011. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perawat terhadap Pencegahan Terjadinya Infeksi Nosokomial di Ruang Rawat Bedah RSUD Kota Langsa Tahun2011. Tesis (tidak dipublikasikan). Jakarta: UI. Jayant D, Phalke DB, Bangal BV, Peeyuusha D, Sushen B. 2011. Maternal risk factor for low birth weight neonates: a hospital based case-control study in rural area of Western Maharshtra, India. Natl J Community Med. Joeharno, Zaenab, R.,. 2008. Beberapa faktor risiko kejadian BBLR di Rumah Sakit AlFatah Ambon Periode Januari-Desember Tahun 2006. Available From: file://localhost/G:/berat-badan-lahir-
rendah-bblr.html [Accesed 19 Februari 2015]. Kemenkes RI, 2013. Riskesdas tahun 2013. Jakarta: Departemen Kesehatan Repuiblik Indonesia. Maulidiyah, Afif & Ardiani Sulistiani. 2012. Hubungan Lingkar Lengan Atas (LILA) dan Kadar Hemoglobin (Hb) dengan Berat Bayi Lahir. JurnalKebidanan, Vol. IV, No. 01, Juni 2012. Boyolali: STIEKS Estu Multo. Prawirohardjo. 2008. Buku Saku Obsteteridan Ginekologi. Edisi 9. Cetakan I. Jakarta: Penerbit EGC. Proverawati, A dan Ismawati, C. 2010. Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha Medika. Proverawati. 2010. Buku Ajar untukKebidanan. Jogjakarta: Medika.
Gizi Nuha
Rahmawati. 2006. Status gizi dan perkembangan anak usia dini di Taman Pendidikan Karakter Sutera Alam, Desa Sukamantri [skripsi/Tidakdipublikasikan]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
10