UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM EKSTENSI MEDAN
HUBUNGAN LIKUIDITAS TERHADAP PROFITABILITAS PADA PT.PERTAMINA (PERSERO) UNIT PEMASARAN I MEDAN
DRAFT SKRIPSI Diajukan Oleh :
PUTRI HANDAYANI 050521073 DEPARTEMEN MANAJEMEN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan 2007 Putri Handayani : Hubungan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada PT.Pertamina (Persero) Unit..., 2007 USU Repository © 2009
ABSTRAK
Putri Handayani (2008), Analisis Hubungan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan. Ketua Departemen Manajemen: Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, MSi, Dosen Pembimbing: Dra. Nisrul Irawati, MBA. Penguji I: Dra.Pinta Ginting, Penguji II: Dra. Friska Sipayung, SE, MSi. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengatahui Hubungan Likuiditas terhadap Profitabilitas pada PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan. Variabel likuiditas yang digunakan terdiri dari current ratio, cash ratio, acid test ratio. Sedangkan pada profitabilitas yang digunakan adalah return on investment. Metode penelitian yang digunakan adalah Metode Analisis Korelasi Spearman, dan pengujian hipotesis dilakukan dengan pengujian signifikansi adalah ujit t. Untuk melihat hubungan likuiditas terhadap profitabilitas pada PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan dilakukan dengan menggunkan bantuan Program software SPSS (Statistik Product and Service Solution) Versi 12.00. Penelitian ini hanya menggunakan data sekunder yang berupa laporan keuangan PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan tahun 2001 sampai dengan 2006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa current ratio memiliki hubungan yang positif dan tidak signifikan, acid test ratio memiliki hubungan yang negatif dan tidak signifikan dan cash ratio memiliki hubungan yang negatif dan tidak signifikan terhadap return on investment pada PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan. Kata Kunci : current ratio, acid test ratio, cash ratio dan return on investment.
Putri Handayani : Hubungan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada PT.Pertamina (Persero) Unit..., 2007 USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb. Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya hingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak luput dari berbagai kesulitan dan hambatan, namun berkat pertolongan Allah SWT dan dorongan, bantuan, bimbingan, serta pengarahan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Pada kesempatan ini rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada: 1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTMH&H, Sp. A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan Program Ekstensi Manajemen. 2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M. Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan yang diberikan untuk menjadi mahasiswa Program Ekstensi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA, selaku Wakil Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan selaku Dosen Pembimbing, Putri Handayani : Hubungan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada PT.Pertamina (Persero) Unit..., 2007 USU Repository © 2009
yang telah memberikan dorongan dan bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan pada penulis dalam penulisan skripsi ini. 4. Ibu Dra. Pinta Ginting selaku Penguji I, yang telah memberi masukan dan perbaikan dalam penyelesaian skripsi ini. 5. Ibu Dra. Friska Sipayung, SE, MSi, selaku Penguji II, yang telah memberi masukan dan perbaikan dalam penyelasaian skripsi ini. 6. Ibu Ramona RI Hasibuan, SE, MP, selaku Dosen Wali dan kepada seluruh Dosen/Staf Pengajar beserta Pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Program S1-Ekstensi. 7. Bapak Pimpinan PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan riset pada perusahaan tersebut. 8. Bapak dan Mamak tercinta serta kakak, abang, dan adik tersayang, yang telah memberikan doa, perhatian, dan bantuan yang tidak ternilai harganya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 9. Teman-teman seperjuangan, Karina, Pontas, Jimmi, Irza dan Gusni, yang telah memberikan bantuan baik moral maupun spiritual dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. 10. Sahabat-sahabatku Linda, Dedek, Lola, Wahyu, Haroun, dan Eza yang telah memberikan masukan dan semangat dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. Penulis dengan tulus dan iklas memohon kepada Allah SWT untuk membalas budi dan memberikan berkah dan rahmat yang berlimpah kepada
Putri Handayani : Hubungan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada PT.Pertamina (Persero) Unit..., 2007 USU Repository © 2009
semua pihak yang telah membantu memberikan semangat, bantuan, dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. Penulis akhirnya dengan segala kerendahan hati berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, dan memohon kepada Allah SWT untuk kesuksesan di masa yang akan datang.
Medan,
Januari 2008
Penulis
Putri Handayani
Putri Handayani : Hubungan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada PT.Pertamina (Persero) Unit..., 2007 USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
Halaman Abstrak ………………………………………………………………………
i
Kata Pengantar ……………………………………………………………..
ii
Daftar Isi ........................................................................................................
v
Daftar Gambar ...............................................................................................
vii
Daftar Tabel....................................................................................................
viii
BAB I :
BAB II :
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah............................................................
1
B. Perumusan Masalah...................................................................
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian..................................................
5
D. Kerangka Pemikiran..................................................................
6
E. Hipotesis ....................................................................................
8
F. Metode Penelitian ......................................................................
9
1. Batasan Operasional................................................................
9
2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel......................
9
3. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................
11
4. Data Penelitian ........................................................................
11
5. Teknik Pengumpulan Data......................................................
11
6. Metode Analisis Data..............................................................
12
URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu ................................................................
16
B. Pengertian Laporan Keuangan .................................................
16
C. Rasio Keuangan........................................................................
18
D. Likuiditas..................................................................................
21
E. Profitabilitas..............................................................................
26
BAB III :GAMBARAN UMUM PT.PERTAMINA (PERSERO) UNIT PEMASARAN I MEDAN A. Sejarah Singkat Perusahaan.......................................................
29
B.Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Perusahaan ....................
36
Putri Handayani : Hubungan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada PT.Pertamina (Persero) Unit..., 2007 USU Repository © 2009
C.Laporan Keuangan Perusahaan....................................................
44
D.Rasio Likuiditas dan Profitabilitas Perusahaan ...........................
51
BAB IV:ANALISIS HUBUNGAN LIKUIDITAS TERHADAP PROFITABILITAS PADA PT.PERTAMINA (PERSERO) UNIT PEMASARAN I MEDAN A. Deskripsi Variabel ......................................................................
55
1. Rasio Lancar (current ratio) ........................................
51
2. Rasio Cepat (acid test ratio) ........................................
53
3. Rasio Kas (cash ratio)..................................................
55
4. Return On Investment (ROI) ........................................
57
B. Analisis Hubungan Likuiditas Terhadap Profitabilitas................
59
1. Hubungan current ratio terhadap Return On Investment...................................................
60
2. Hubungan acid test ratio terhadap Return On Investment...................................................
69
3. Hubungan cash ratio terhadap Return On Investment...................................................
73
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan.............................................................................................
78
B. Saran ......................................................................................................
79
DAFTAR PUSTAKA
Putri Handayani : Hubungan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada PT.Pertamina (Persero) Unit..., 2007 USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1
: Gambar Current Ratio, Acid Test Ratio, Cash Ratio, dan Return On Investment PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan.......................................................
4
Gambar 1.2
: Kerangka Pemikiran..............................................................
8
Gambar 3.1
: Struktur Organisasi PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan ...............................................................
43
Gambar 4.1 : Perkembangan Current Ratio PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan Periode 2001-2006. ......................
56
Gambar 4.2 :
Perkembangan Acid Test Ratio PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan Periode 20012006...................................................................................... .
57
Gambar 4.3 : Perkembangan Cash Ratio PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan Periode 2001-2006 ...................... .
59
Gambar 4.4 : Perkembangan Return On Investment PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan Periode 20012006.......................................................................................
61
Gambar 4.5 : Perkembangan current ratio dan return on investment PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan Periode 2001-2006 ............................................................... .
65
Gambar 4.6
Gambar 4.7
: Perkembangan acid test ratio dan return on investment PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan Periode 2001-2006..................................................
66
: Perkembangan cash ratio dan return on investment PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan Periode 2001-2006. ...............................................................
74
Putri Handayani : Hubungan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada PT.Pertamina (Persero) Unit..., 2007 USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL Halaman
Tabel 1.1
: Pedoman Interprestasi Koefisien dan Korelasi ........................
14
Tabel 3.1 : Perubahan Nama Resmi Pertamina Sejak Berdiri ...................
34
Tabel 3.2 : Laporan Neraca PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan..................................................................
50
Tabel 3.3 : Laporan Laba-Rugi PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan..................................................................
54
Tabel 3.4 : Current Ratio, Acid Test Ratio, Cash Ratio, dan Return On Investment PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan................................................................
50
Tabel 4.1 : Rasio Likuiditas dan Profitabilitas PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I
Medan .......................................
51
Tabel 4.2 : Spearman’s Rank Correlations ................................................
63
Tabel 4.3 : Perkembangan Current Ratio, Acid Test Ratio, Cash Ratio, dan Return On Investment pada PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan ..........................................
64
Putri Handayani : Hubungan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada PT.Pertamina (Persero) Unit..., 2007 USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Suatu perusahaan pada umumnya dalam melakukan kegiatan operasional perusahaannya adalah dengan tujuan menghasilkan laba yang maksimal serta dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaannya. Untuk itu tentu saja perusahaan membutuhkan dana atau modal. Dana perusahaan bisa berasal dari sumber dana internal (internal fund) dan sumber dana eksternal (eksternal fund). Sumber dana internal perusahaan merupakan sumber dana yang berasal dari dalam perusahaan seperti dari laba di tahan dan akumulasi penyusutan. Sedangkan sumber dana eksternal perusahaan merupakan sumber dana dari luar perusahaan yaitu diperoleh dari peminjaman kreditur dan investor. Sumber dana eksternal akan digunakan perusahaan sebagai pelengkap apabila dana internal kurang mencukupi. Penggunaan dana eksternal tersebut akan menyebabkan perusahaan menghadapi masalah yang berhubungan dengan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya, baik kewajiban jangka pendek ataupun kewajiban jangka panjangnya. Masalah yang dihadapi perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek atau segera harus dipenuhi dikenal dengan istilah “likuiditas”. Likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia (Syamsuddin, 2002:41). Suatu 1
perusahaan yang ingin mempertahankan kelangsungan kegiatan usahanya harus memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban-kewajiban finansial yang harus segera dilunasi. Likuiditas tidak hanya berkenaan dengan keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan kemampuannya untuk mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas. Perusahaan yang kekuatan membayarnya besar sehingga mampu untuk memenuhi seluruh kewajiban jangka pendeknya, dikatakan perusahaan yang likuid. Perusahaan yang tidak mempunyai kemampuan untuk membayar disebut illikuid. Jika menyangkut dengan kewajiban kepada pihak luar (kreditur) dinamakan likuiditas badan usaha. Dan jika menyangkut dengan kewajiban finansialnya untuk menyelenggarakan proses produksi, maka dinamakan likuditas perusahaan. Rasio likuiditas dapat diukur dengan current ratio, acid test ratio, dan cash ratio. Dengan demikian perusahaan harus memberi perhatian lebih terhadap likuiditas dan perusahaan harus dapat membuat strategi yang bermanfaat untuk mengoptimalisasikan dan mengelola aktiva lancar yang dimiliki perusahaan agar seluruh kewajiban lancarnya yang segera jatuh tempo dapat dilunasi dengan baik. Selain likuiditas, masalah profitabilitas juga penting karena untuk dapat melangsungkan hidup perusahaannya. Suatu perusahaan harus selalu berada dalam keadaan menguntungkan, karena tanpa adanya keuntungan akan sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar. Pihak manajemen perusahaan akan berusaha meningkatkan keuntungan ini, karena sangat disadari betapa pentingnya arti keuntungan bagi masa depan perusahaan.
Putri Handayani : Hubungan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada PT.Pertamina (Persero) Unit..., 2007 USU Repository © 2009
Profitabilitas
menggambarkan
kemampuan
perusahaan
untuk
mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya (Harahap, 2002:34). Rasio profitabilitas mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditunjukkan dengan besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Dapat dihitung dengan gross profit margin, return on investment (ROI) dan rasio on net worth (return on stockholders). Perusahaan semakin tinggi rasio lancar, seharusnya semakin besar kemampuan untuk membayar tagihannya. Rasio ini harus dianggap sebagai ukuran kasar karena tidak mempertimbangkan likuiditas komponen individual aktiva lancar. Perusahaan dengan aktiva lancar terdiri dari kas dan piutang tanpa jatuh tempo biasanya dianggap lebih likuid daripada perusahaan yang aktiva lancarnya terdiri dari persediaan (Horne,2000). Rasio likuiditas meningkat maka baik profitabilitas maupun resiko yang dihadapi akan menurun (Syamsuddin,2002). Horne (2005) juga menambahkan bahwa kemampuan memperoleh laba selama periode tertentu akan mengorbankan likuiditas (aktiva lancar) maupun modal, baik modal sendiri maupun modal secara keseluruhan. PT Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan adalah salah satu perusahaan yang melakukan kegiatan pemasaran dan niaga produk-produk Bahan Bakar Minyak (Premium, Solar, Minyak Tanah, Minyak Bakar dan Minyak
Putri Handayani : Hubungan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada PT.Pertamina (Persero) Unit..., 2007 USU Repository © 2009
Diesel) maupun Bahan Bakar Khusus Penerbangan (Avtur & Avgas) juga produk lain Pelumas, LPG & Petrokimia. Mengelola unit bisnis secara professional yang memberikan kepuasan bagi grup pelanggan, pekerja dan masyarakat. PT Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan berusaha untuk mempertahankan perusahaan dalam keadaan memiliki laba sehingga perusahaan dapat terus mempertahankan kelangsungan hidupnya. Berdasarkan Gambar 1.1 merupakan informasi dan gambaran tingkat likuiditas dan profitabilitas pada PT Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan berdasarkan Laporan Keuangan tahunan selama periode 2001-2006.
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Current Ratio
143,14%
491,74%
302,04%
309,14%
426,45% 113,09%
Acid Test Ratio
61,16%
190,20%
110,63%
138,24%
210,21%
92,99%
Cash Ratio
0.51% 345.32%
5.34%
4.59%
1.26%
1.29%
0.24%
71.37%
82.54%
284.45%
320.90%
45.81%
ROI 600,00% 500,00%
Current Ratio Cash Ratio Acid Test Ratio ROI
400,00% 300,00% 200,00% 100,00% 0,00% 2001
2002
2003
2004
2005
2006
Gambar 1.1. Gambar Current Ratio, Acid Test Ratio, cash ratio, dan Return On Investment pada PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan, periode 2001 s.d 2006. Sumber : Laporan Keuangan PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan
Putri Handayani : Hubungan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada PT.Pertamina (Persero) Unit..., 2007 USU Repository © 2009
B. Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :”Apakah variabel likuiditas (current ratio, acid test ratio, dan cash ratio) mempunyai hubungan terhadap profitabilitas (return on investment) pada PT Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan”. C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis variabel current ratio, acid test ratio, dan cash ratio masing-masing mempunyai hubungan terhadap profitabilitas (return on investment) pada PT Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian adalah : a. Bagi Penulis Memberikan kesempatan bagi penulis untuk menerapkan teori yang didapatkan di perkuliahan dan menambah wawasan pengetahuan penulis dalam hal likuiditas perusahaan dan hubungannya terhadap profitabilitas bagi perusahaan. b. Bagi Perusahaan Memberikan tambahan informasi tentang likuiditas perusahaan dilihat dari current ratio, cash ratio dan acid test ratio hubungannya terhadap profitabilitas (return on investment), Putri Handayani : Hubungan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada PT.Pertamina (Persero) Unit..., 2007 USU Repository © 2009
sehingga menjadi bahan pertimbangan dalam kebijakan atas keputusan dimasa depan. c. Bagi Peneliti Lanjutan Memberikan sumbangan pemikiran atau referensi bagi pihak yang berminat dan ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai likuiditas dan hubungannya terhadap profitabilitas perusahaan.
D. Kerangka Pemikiran Kondisi keuangan dan kinerja perusahaan juga mempengaruhi jenis pendanaan yang digunakan untuk operasional perusahaan. Semakin besar likuiditas perusahaan, semakin kuat keseluruhan kondisi keuangan, dan semakin besar laba perusahaan, berarti semakin tinggi resiko pendanaan yang digunakan, yaitu pendanaan hutang semakin menarik dengan adanya perbaikan dalam likuiditas, kondisi keuangan dan laba (Horne, 2005:313). Van Horn dan Wachoic, Jr (2005:313) mengemukakan bahwa ada dua prinsip dasar keuangan, yaitu: a. Profitabilitas berbanding terbalik dengan likuditas b. Profitabilitas bergerak dalam garis lurus dengan resiko (yaitu terdapat keuntungan dengan kerugian antar resiko dengan pengembalian). Dalam mencapai profitabilitas yang lebih tinggi harus disadari bahwa resiko yang dihadapi akan lebih besar. Riyanto (2001:94) menambahkan bahwa kas adalah unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Ini berarti bahwa perusahaan mempunyai resiko yang lebih kecil untuk tidak dapat memenuhi kewajiban finansialnya. Tetapi ini tidak berarti bahwa perusahaan harus berusaha untuk mempertahankan
Putri Handayani : Hubungan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada PT.Pertamina (Persero) Unit..., 2007 USU Repository © 2009
persediaan kas yang sanagt besar, karena semakin besar jumlah uang menganggur sehingga akan memperkecil profitabilitas. Return On Investment (ROI) adalah kelompok rasio profitabilitas yang menghubungkan laba dengan investasi dan digunakan sebagai alat ukur tingkat pengembalaian atas investasi (Horne, 2005:224). Tingkat aktiva lancar yang berlebih dapat dengan mudah membuat perusahaan menganalisis pengembalian atas investasi (ROI) rendah. Akan tetapi perusahaan dengan jumlah aktiva lancar yang terlalu sedikit dapat mengalami kekurangan dan kesulitan dalam mempertahankan operasi yang lancar. Hanafi (2004:37) mengungkapkan bahwa rasio yang rendah menunjukkan likuiditas jangka pendek yang rendah. Rasio lancar yang tinggi menunjukkan kelebihan aktiva lancar (likuiditas tinggi dan resiko rendah), tetapi mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap profitabilitas perusahaan. Aktiva lancar secara umum menghasilkan return atau tingkat keuntungan yang lebih rendah dibandingkan dengan aktiva tetap. Ada trade-off antara resiko dengan return dalam hal ini. Sawir (2005:10) mengungkapkan bahwa persediaan merupakan unsure aktiva lancar yang tingkat likuiditasnya rendah, sering mengalami fluktuasi harga, dan unsur aktiva lancar ini sering menimbulkan kerugian jika terjadi likuidasi. Jadi rasio cepat lebih baik dalam memngukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio cepat yang umumnya dianggap baik adalah 1 (satu).
Putri Handayani : Hubungan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada PT.Pertamina (Persero) Unit..., 2007 USU Repository © 2009
Berdasarkan Gambar 1.2 yang merupakan model kerangka pemikiran yang menegaskan pengaruh masing-masing variabel likuiditas (current ratio, acid test ratio, dan cash ratio) terhadap profitabilitas (return on investment) perusahaan : Likuiditas Current Ratio
Cash Ratio
Profitabilitas (ROI)
Acid Test Ratio
Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran Sumber : Saymsuddin (2000:209), Harahap (2002:304), Hanafi (2004:37), diolah.
E. Hipotesis Hipotesis atau jawaban sementara pada penelitian ini adalah :”Variabel likuiditas (current ratio, acid test ratio, dan cash ratio) mempunyai hubungan yang signifikan terhadap profitabilitas (return on investment) pada PT Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan.
Putri Handayani : Hubungan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada PT.Pertamina (Persero) Unit..., 2007 USU Repository © 2009
F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional a. Ruang lingkup dari permasalahan yang diteliti adalah hanya sebatas hubungan likuiditas (current ratio, acid test ratio, dan cash ratio) perusahaan terhadap return on investment (ROI). b. Laporan keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan PT Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan dalam bentuk neraca dan laporan laba rugi selama periode 2001 sampai dengan 2006. c. Hubungan likuiditas terhadap profitabilitas menggunakan analisis korelasi sperman dan dilakukan dengan menggunakan data tahunan periode 2001 sampai dengan 2006. 2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : a. Return On Investment (Y) Return On Investment (ROI) adalah ukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan
di
dalam
menghasilkan
keuntungan
dengan
jumlah
keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan.
ROI =
LabaBersihSetelahPajak x100% TotalAktiva
Putri Handayani : Hubungan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada PT.Pertamina (Persero) Unit..., 2007 USU Repository © 2009
b. Current Ratio ( X 1 ) Current Ratio adalah untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban yang segera harus dipenuhi dari aktiva lancar yang dinyatakan dalam persen (%).
CurrentRatio =
AktivaLancar x100% KewajibanLancar
c. Acid Test Ratio ( X 2 ) Acid Test Ratio adalah mengukur kemampuan perusahaan dalam membaya kewajiban yang harus segera dipenuhi dari aktiva lancarnya yang lebih likuid yang dinyatakan dalam persen (%).
AcidTestRatio =
AktivaLancar − Persediaan x100% KewajibanLancar
d. Cash Ratio (X 3 )
Cash Ratio adalah untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban yang segera harus dipenuhi dari kas dan setara kas yang dimilikinya. Pengertian setara kas disini adalah simpanan di bank dalam bentuk giro, deposito, dan surat-surat berharga yang dapat segera dicairkan yang dinyatakan dalam persen (%).
CashRatio =
KasdanSetaraKas x100% KewajibanLancar
Putri Handayani : Hubungan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada PT.Pertamina (Persero) Unit..., 2007 USU Repository © 2009
3. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2007 sampai dengan Agustus 2007 dan penelitian ini dilakukan pada PT Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan yang terletak di Jl.K.L.Yos Sudarso 8-10 Medan. 4. Data Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Sejarah Singkat PT Pertamina (Persero) Unit PEmasaran I Medan b. Struktur Organisasi PT Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan. c. Laporan Neraca PT Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan tahun 2001-2006. d. Laporan Laba Rugi PT Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan tahun 2001-2006. e. Hasil publikasi, buku-buku ilmiah dan literature lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. 5. Teknik Pengumpulan Data Ada beberapa cara yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu :
Putri Handayani : Hubungan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada PT.Pertamina (Persero) Unit..., 2007 USU Repository © 2009
a. Wawancara Wawancara dilakukan secara langsung dengan pihak perusahaan yang berwenang untuk memberikan informasi yang dibutuhkan. b. Studi Dokumentasi Studi dokumentasi yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang telah didokumentasikan perusahaan berupa neraca, laporan laba rugi, hasil publikasi, maupun buku-buku ilmiah dan literature lainnya yang berkaitan dengan penelitian. 6. Metode Analisis Data a. Metode Analisis Deskriptif Metode
analisis
data
yang
mengumpulkan,
menyusun
mengklasifikasi data, dan menginterprestasikannya sehingga memberikan gambaran menyeluruh mengenai masalah yang dihadapi
perusahaan,
dan
kemudian
mencari
upaya-upaya
pemecahan masalah tersebut. b. Metode Analisis Statistik Korelasi Spearman Analisis korelasi spearman berguna untuk mengetahui hubungan dua variabel yang berskala ordinal atau berperangkat (Suharyadi dan Purwanto, 2004:620). Besarnya hubungan antara dua variabel
Putri Handayani : Hubungan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada PT.Pertamina (Persero) Unit..., 2007 USU Repository © 2009
atau derajat hubungan yang mengatur korelasi berperangkat disebut korelasi spearman yang dinyatakan dengan lambang r s .
rs =
1−
6∑ D12
(
)
n n2 −1
Keterangan : rs
= Koefisien korelasi spearman
Di
= Selisih peringkat untuk setiap data
N
= Jumlah sample untuk data
Koefisien korelasi spearman berkisar antara -1 sampai 1, sehingga dapat ditulis -1 ≤ r, ≤ 1. Tanda positif (+) menunjukkan arah hubungan dua variabel yang positif (searah) dan tanda negatif (-) menunjukkan arah hubungan dua variabel yang tidak searah.
Putri Handayani : Hubungan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada PT.Pertamina (Persero) Unit..., 2007 USU Repository © 2009
Interprestasi koefisien korelasi yang digunakan adalah : Tabel 1.1 Pedoman Interprestasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
Sangat Rendah
0,20 – 0,399
Rendah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0,799
Kuat
0,80 – 1,000
Sangat Kuat
Sumber : Sugiyono (2006:183) c. Pengujian Hipotesis Uji Statistik –t Uji Statistik dilakukan untuk menguji apakah variabel bebas
(X 1 , X 2 , X 3 )
secara
individual
mempunyai
hubungan
dan
pengaruh yang signiikan atau tidak terhadap variabel terikat (Y). untuk mengetahui hubungan yang digunakan rumus uji statistic –t (Sugiyono, 2006:292) sebagai berikut :
t=r
n−2 1− r2
Putri Handayani : Hubungan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada PT.Pertamina (Persero) Unit..., 2007 USU Repository © 2009
Dimana : t = nilai t hitung r = koefisien korelasi n = banyaknya pasangan rank Bentuk Pengujian : Ho : rs = 0 Artinya variabel bebas X 1, X 2 , danX 3 (current ratio, acid test ratio, dan cash ratio) mempunyai hubungan yang signifikan terhadap variabel terikat Y (return on investment). Kriteria Pengambilan Keputusan : Nilai statistic dapat dilihat dari hasil perhitungan melalui aplikasi computer program SPSS window versi 12.00 ditentukan tingkat signifikan (α ) = 5% Kriteria Pengujian Hipotesis : Jika t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel dengan menggunakan α =5%. Ho diterima dan korelasinya tidak signifikan. Jika t tabel ≥ t hitung ≥ t tabel dengan menggunakan α =5%. Ho ditolak dan korelasinya signifikan.
Putri Handayani : Hubungan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada PT.Pertamina (Persero) Unit..., 2007 USU Repository © 2009
BAB II URAIAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu
Nurjannah (2004) melakukan penelitian dengan judul Analisis Hubungan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada PT. INTRACO PENTA, Tbk Medan, dengan menggunakan metode deskriptif dan metode analisis statistic korelasi spearman dengan mempergunakan program SPSS versi 12.0 yang menunjukkan bahwa ketiga variabel likuiditas yaitu current ratio, acid test ratio, dan cash ratio secara individual terbukti berpengaruh signifikan terhadap return on investment perusahaan. Variabel yang mempunyai pengaruh paling dominant terhadap return on investment adalah acid test ratio kemudian cash ratio dan current ratio.
B. Pengertian Laporan Keuangan
Pada dasarnya suatu perusahaan mendirikan usahanya adalah untuk mendapatkan keuntungan, disamping kelangsunagn hidup, dan tanggung jawab sosialnya. Dalam rangka untuk mencapai tujuan ini, perusahaan perlu mengelola sumber daya yang dimilikinya dengan baik, terutama dalam hal manajemen keuangan. Laporan Keuangan (Financial Statement) menurut (keown dkk, 2007:79) adalah berisi informasi penting tentang prestasi perusahaan di masa lampau yang dilaporkan dalam bentuk (1) laporan laba rugi, (2) Neraca, dan (3) laporan arus kas. Harahap (2002:105) memberikan pengertian bahwa :
Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha satu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah : Neraca atau Laporan Laba/Rugi, atau hasil usaha, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Posisi Keuangan. Jenis Laporan Keuangan menghasilkan gambaran sebagai berikut : 1. Daftar neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada satu tanggal tertentu. Neraca menggambarkan posisi harta, utang dan modal pada tanggal tertentu. 2. Perhitungan laba rugi yang menggambarkan jumlah hasil, biaya, laba/rugi perusahaan pada suatu periode tertentu. Laba rugi menggambarkan hasil yang diterima perusahaan selama satu periode tertentu serta biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan hasil tersebut serta labanya. 3. Laporan dan sumber penggunaan dana. Disini dimuat sumber dana dan pengeluaran dana perusahaan dalam satu periode. Dana bias diartikan sebagai modal kerja. 4. Laporan arus kas. Laporan ini merupakan ikhtisar arus kas dan arus kas keluar yang format laporannya dibagi dalam kelompok-kelompok kegiatan operasi, kegiatan investasi dan kegiatan pembiayaan.
Riyanto (2001:327) menambahkan bahwa : Laporan Finansiil (Financial Statement), memberikan ikhtisar mengenai keadaan finansiil suatu perusahaan, dimana neraca (Balance Sheet) mencerminkan nilai aktiva, utang dan modal sendiri pada suatu saat tertentu, dan Laporan Rugi dan Laba (Income Statement) mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama suatu periode tertentu biasanya meliputi periode satu tahun.
B. Rasio Keuangan
Setiap analisis keuangan harus melakukan pemeriksaan terhadap kesehatan keuangan perusahaan dengan cara mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Alat yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalah rasio keuangan, yang menghubungkan dua data keuangan dengan jalan membagi satu data dengan yang lainnya. Analisis keuangan biasanya mencakup anlisis rasio keuangan, anlisis kelemahan dan kekuatan dibidang finansial akan sangat membantu dalam menilai prestasi manajemen keuangan masa lalu dan prospeknya di masa datang. Dengan analisis keuangan ini dapat diketahui kekuatan serta kelemahan yang dimiliki oleh seorang business enterprise. Rasio tersebut dapat memberikan indikasi apakah perusahaan memiliki kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban finansialnya (Sartono, 2001:113). Riyanto (2001:329) dalam mengadakan analisa rasio finansiil pada dasarnya dapat melakukannya dengan 2 macam cara perbandingan, yaitu : 1. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari waktu-waktu yang lalu (ratio historis)atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama. Misalnya current ratio tahun 1976 dibandingkan dengan current ratio dari tahun-tahun sebelumnya. Dengan cara pembandingan tersebut akan dapat diketahui perubahan-perubahan dari rasio tersebut dari tahun ke tahun. Dengan menganalisa satu macam rasio saja tidak banyak artinya, karena kita dapat mengetahui faktor-faktor apa yang menyebabkan adanya perubahan tersebut. 2. Membandingkan rasio-rasio dari satu perusahaan (rasio perusahaan/company ratio) dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan yang sejenis atau industri (rasio industri/rasio rata-rata/rasio standard) untuk waktu yang sama. Dengan membandingkan rasio perusahaan dengan rasio industri akan dapat diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan itu dalam aspek finansiil tertentu berada di atas rata-rata industri (above
average), berada pada rata-rata (average) atau terletak di bawah rata-rata (below average). Warsono (2003:34-38) mengungkapkan bahwa : Kriteria untuk menentukan apakah posisi keuangan suatu perusahaan sehat atau tidak, dapat diklasifikasikan menjadi lima macam rasio keuangan, yaitu rasio likuiditas, aktivitas, leverage/utang, profitabilitas, dan nilai pasar. Tolak ukur untuk menentukan sehat/tidaknya dapat digunakan metode time series dan cross section.
1. Rasio Likuiditas Rasio-rasio likuiditas (likuidity ratios) adalah suatu rasio keuangan yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya yang harus dipenuhi. Pada prinsipnya, semakin tinggi rasio likuiditas, maka semakin baik kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dalam penganalisisan posisi likuiditas perusahaan dapat menggunakan dua macam rasio, yaitu rasio lancar (current ratio)dan rasio cepat (quick or acid ratio). 2. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas adalah rasio keuangan yang mengukur bagaimana perusahaan secara efektif mengelola aktiva-aktivanya. Rasio ini digunakan untuk melihat seberapa besar tingkat aktiva yang dimiliki perusahaan, apakah sedah sesuai dan beralasan (reasonable), sangat tinggi, atau sangat rendah jika dipandang dari tingkat penjualan saat ini dan yang diproyeksikan. Jika perusahaan mempunyai sangat banyak aktiva, beban bunganya akan sangat tinggi, sehingga labanya menjadi menurun. Di sisi lain, jika aktiva sangat rendah, penjualan yang mendatangkan laba mungkin menurun. Pada prinsipnya,
semakin tinggi rasio aktivitas, maka semakin efektif perusahaan dalam mendayagunakan sumber dayanya. Rasio aktivitas diukur dengan rasio perputaran persediaan (inventory turn over/ITO) dan perputaran aktiva total (total asset turnover/TATO). 3. Rasio Leverage Rasio leverage/utang atau ada yang menyebut rasio solvabilitas adalah rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Setiap penggunaan utang (financial leverage) oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap resiko dan pengembalian. Rasio utang ini dapat digunakan untuk melihat seberapa besar risiko keuangan perusahaan (financial risk). Rasio leverage dapat menggunakan dua ukuran , yaitu rasio utang total terhadap aktiva total (total debt to total assets ratio/DR) dan rasio utang terhadap ekuitas (debt to total equity ratio/DER). 4. Rasio Profitabilitas Profitabilitas merupakan hasil bersih dari sejumlah kebijakan dan keputusan perusahaan. Rasio profitabilitas memperlihatkan pengaruh kombisnasi likuiditas, aktivitas, dan leverage terhadap hasil operasi. Rasio profitabilitas mengukur
seberapa
besar
kemampuan
perusahaan
dalam menghasilkan
keuntungan. Untuk mengukur profitabilitas suatu perusahaan dapat dilakukan dengan lima macam rasio, yaitu: rasio margin laba kotor (gross profit margin), rasio margin laba operasi bersih (net operating profit margin), rasio margin laba bersih (net profit margin), rasio pengembalian atas investasi (return on investment), dan rasio pengembalian atas ekuitas (return on equity).
5. Rasio Nilai Pasar Rasio ini pasar adalah rasio keuangan yang mengindikasikan tentang apa yang dipikirkan oleh para investor ekuitas tentang kinerja masa lalu perusahaan dan prospeknya di masa yang akan datang. Jika rasio likuiditas, aktivitas, dan profitabilitas perusahaan baik semuanya, maka rasio nilai
pasarnya menjadi
tinggi, dan kemungkinan harga sahamnya yang tinggi dapat diperkirakan. Rasio nilai pasar meliputi : Earning Per Share/EPS, Equity Per Share/EqPS, Dividend Per Share/DPS, Price Earning Ratio/PER, Price Book Value/PBV, Dividend Payout Ratio/DPR, Divident Yield/DY.
C. Likuiditas
Umumnya perhatian pertama dari analis keuangan adalah likuiditas. Dengan mengetahui likuiditas maka akan dapat diketahui keadaan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang akan jatuh tempo. Syamsuddin (2004:41) memberikan pengertian likuidtas yaitu : Likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Likuiditas tidak hanya berkenaan dengan keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan kemampuan untuk mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas. Sartono (2001:118) pengertian likuiditas sebenarnya mengandung dua dimensi, yaitu: 1. waktu yang diperlukan untuk mengubah aktiva menjadi kas, dan 2. kapasitas harga yang akan terjadi.
Brighan (2001:79) mengatakan : Aktiva likuid (likuid assets) adalah aktiva yang dapat dikonversikan menjadi kas dengan cepat tanpa harus mengurangi harga aktiva tersebut terlalu banyak. Alat-alat pembayaran yang likuid yang dimiliki oleh perusahaan pada suatu saat tertentu merupakan kekuatan membayar. Jumlah alat-alat pembayaran (alat-alat likuid) yang dimiliki oleh perusahaan pada saat tertentu merupakan kekuatan membayarnya. Perusahaan mempunyai kekuatan membayar belum tentu dapat memnuhi segala kewajiban finansialnya yang segera harus dapat dipenuhi, atau dengan kata lain perusahaan tersebut belum tentu mempunyai kekuatan membayar. Kekuatan membayar terdapat pada perusahaan apabila kekuatan membayarnya besar sehingga dapat memenuhi semua kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Dengan demikian
maka
kemampuan
membayar
itu
dapat
diketahui
setelah
membandingkan kekuatan membayarnya disatu pihak dengan kewajibankewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi di pihak lain. Perusahaan yang kekuatan membayarnya besar sehingga mampu memenuhi segala kewajiban jangka pendeknya, dikatakan bahwa perusahaan yang likuid, dan sebaliknya yang tidak mempunyai kemampuan membayar disebut illikuid. Jika menyangkut dengan kewajiban kepada pihak luar (kreditur) dinamakan likuiditas badan usaha. Dan jika menyangkut dengan kewajiban untuk menyelenggarakan proses produksi, maka dinamakan likuiditas perusahaan. Riyanto (2001:26) mengatakan bahwa pengertian likuiditas dimaksudkan sebagai perbandingan antara jumlah uang tunai dan aktiva lain yang dapat disamakan dengan uang tunai di satu pihak dengan jumlah utang lancar di lain pihak (likuiditas badan usaha), juga dengan pengeluaran-pengeluaran untuk
menyelenggarakan perusahaan di lain pihak (likuiditas perusahaan). Gambaran kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya digunakan rasio likuiditas. Rasio likuiditas ini membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber jangka pendek untuk memenuhi kewajiban tersebut. Tiga macam rasio likuiditas yang biasa digunakan dalam perusahaan dan yang dipakai penulis dalam penelitian ini meliputi : a. Current Ratio Current Ratio =
AktivaLancar x 100% KewajibanLancar
Current Ratio adalah untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban yang segera harus dipenuhi dari aktiva lancar yang dinyatakan dalam persen (%). Current Ratio merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memnuhi kewajiban jangka pendek karena rasio ini menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo utang. Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuiditas. Sebaliknya suatu perusahaan yang current ratio-nya terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampulabaan perusahaan. Rasio yang ideal ditentukan oleh rule of thumb (ketentuan umum) dengan mempertimbangkan beberapa faktor seperti jenis industri dan kebiasaan kredit. Hal tersebut terlalu sederhana. Bagaimanapun pengamatan terhadap trend adalah
penting dalam analisis rasio, akan tetapi penilaian terhadap trend dan current ratio sulit, sebab current ratio dapat berubah dengan cepat dalam waktu yang singkat. Sawir (2005:9) berpendapat bahwa investor yang bijaksana menganalisis current ratio secara lebih mendalam dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti : 1. Apakah tersedia kredit yang dapat segera diambil apabila perusahaan secara tiba-tiba mengalami kesulitan keuntungan? 2. Dapatkah non-current assets perusahaan segera dilikuidasi (dijual) untuk memenuhi kebuthan kasa yang tak terduga? 3. Apakah perusahaan telah memperoleh keuntungan jika dipandang secara keseluruhan dalam jangka panjang ? 4. Apakah laba dapat di harapkan di masa yang akan datang ? 5. Bagaimana kekuatan indikator-indikator lain tentang stabilitas keuangan? Dengan mengetahui berapa lama perusahaan telah mengalami current ratio yang kurang memuaskan maka keadaan perusahaan sekarang dapat disimpulkan apakah dapat dianggap normal atau tidak. Current ratio yang tinggi bias disebabkan oleh kondisi perdagangan yang kurang baik atau manjemen yang bobrok. b. Acid Test Ratio Acid Test Ratio =
AktivaLancar − Persediaan x100% KewajibanLancar
Acid Test Ratio adalah mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban yang harus segera dipenuhi dari aktiva lancarnya yang lebih likuid yang dinyatakan dalam persen (%).
Acid Test Ratio (quick ratio) mengeluarkan persediaan dari komponen aktiva lancar. Dari ketiga komponen aktiva lancar (kas,piutang dagang, dan persediaan), persediaan biasanya dianggap sebagai asset yang paling tidak likuid. Untuk menjual persediaan (mengubah persediaan menjadi kas), waktu yang diperlukan lebih lama (dibandingkan piutang dagang). Disamping itu tingkat ketidakpastiannya, termasuk kemungkinan nilai persediaan turun karen aproduk rusak atau kualitas yang menurun, juga lebih tinggi. Dengan alasan ini, persediaan dikeluarkan dari perhitungan rasio lancar. Sama seperti rasio lancar, angka yang tinggi mencerminkan likuiditas yang tinggi (risiko likuiditas yang rendah), dan sebaliknya. c. Cash Ratio Cash Ratio =
KasdanSetaraKas x 100% KewajibanLancar
Cash Ratio adalah untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban yang segera harus dipenuhi dari kas dan setara kas yang dimilikinya. Pengertian setara kas disini adalah simpanan di bank dalam bentuk giro, deposito, dan surat-surat berharga yang dapat segera dicairkan yang dinyatakan dalam persen (%). Aktiva lancar yang dipakai untuk perbandingan pada rasio hanya uang kas atau uang tunai saja, baik yang berasal dari dalam perusahaan (cash and bank). Uang kas/bank adalah aktiva yang paling cair yang dimiliki perusahaan karena setiap waktu uang kas/bank dapat segera dipakai tanpa harus melalui proses penjualan terlebih dahulu. Tidak ada rasio kas yang normal dan sesuai bagi semua
perusahaan diberbagai jenis industri. Manajemen harus mengevaluasi rasionya sendiri dalam mencapai tujuan dan menjalankan kebijakannya.
D. Profitabilitas
Kegiatan operasional perusahaan, profit atau keuntungan merupakan elemen terpenting agar kelanjutan perusahaan dapat terjamin. Setiap usaha selalu mengutamakan keuntungan dalam tujuan pendirian perusahaan, setelah itu tujuan perusahaan yang lain seperti : kemampuan perusahaan untuk dapat bersaing dengan perusahaan saingan di pasar (survive), kemampuan perusahaan mengadakan ekspansi usaha (develop). Tanpa adanya kemampuan memperoleh laba dengan menggunakan semua sumber daya yang ada dalam perusahaan, semua tujuan tersebut tidak akan tercapai. Untuk mewujudkan itu diperlukan pelaksanaan proses manajemen yang efektif dan efisien dalam pengelolaan sebuah perusahaan. Namun tingkat keefisienan sebuah perusahaan tidak dapat hanya dilihat dari laba yang diperoleh saja, tetapi juga harus mempertimbangkan laba tersebut dengan kekayaan atau modal yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Dengan demikian perusahaan hendaknya tidak hanya memperhatikan bagaimana usaha untuk memperbesar profit, tetapi yang lebih penting adalah usaha untuk mempertinggi profitabilitasnya, karena profitabilitas yang tinggi merupakan pencerminan efisiensi yang tinggi pula.
Harahap (2002:304) mengungkapkan bahwa : Rasio rentabilitas atau juga profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga sebagai Operating Ratio.
Sartono (2001:122) mengatakan bahwa : Profitabilitas adalah kemapuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Dengan demikian bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis profitabilitas ini misalnya pemegang saham akan melihat keuntungan yang benar-benar akan diterima dalam bentuk dividen.
Rasio profitabilitas dalam hubungannya antara laba dengan penjualan dapat dibedakan sebagai berikut : 1. Gross Profit Margin, merupakan perbandingan antara penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan bersih atau rasio antara laba kotor dengan penjualan bersih. 2. Net Profit Margin, merupakan ukuran keuntungan penjualan perusahaan setelah menghitung seluruh biaya dan pajak penghasilan. Margin ini menunjukkan perbandingan laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. Salah satu ukuran rasio profitabilitas dalam hubungannya antara laba dengan investasi dan merupakan rasio yang dipergunakan penulis sehubungan
dengan masalah dalam penelitian ini adalah return on investment (ROI). Return on investment dihitung dengan :
ROI =
LabaBersihSetelahPajak x100% TotalAktiva
Return on investment atau yang sering disebut dengan return on total assets adalah merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan (Syamsuddin 2002:63). Semakin tinggi rasio ini, maka semakin baik keadaan suatu perusahaan.
BAB III GAMBARAN UMUM PT.PERTAMINA (PERSERO) UNIT PEMASARAN I MEDAN
A.Sejarah Singkat PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan.
PT.Pertamina (Persero) pada awalnya berada di Sumatera Utara, yang merupakan penghasil minyak utama yaitu tambang minyak di Pangkalan Brandan dan Rantau. Tahun 1954 dibentuk PTMRI (Perusahaan Tambang Minyak Republik Indonesia) dan berdiri PTMSU (Perusahaan Tambang Minyak Sumatera Utara) ditambah dengan lapangan Langsa dan Kabupaten Langkat. Tanggal 22 Juli 1957, pemerintah menyerahkan lapangan minyak sumatera Utara kepada KASSAD Mayor Jendral A.H. Nasution yang pengusahaannya diserahkan
kepada
PT.Eksplorasi
Tambang
Minyak
Sumatera
Utara
(PT.ETMSU). Tanggal 15 Okteber 1957 Menteri Perdagangan Industri mengeluarkan keputusan yang mengesahkan pembentukan PT.Eksplorasi Tambang Minyak Sumatera Utara (PT.ETMSU) dan menugaskan Kolonel DR.H.Ibnu Sutowo sebagai Direktur Utama. Tanggal 10 Oktober 1957 PT.Eksplorasi
Tambang Minyak Sumatera
Utara (PT.ETMSU) dirubah menjadi PT.Perusahaan Minyak Nasional (PT. Pertamina) yang kemudian dirubah menjadi PN.PERTAMINA dan tanggal 10 Desember kemudian ditetapkan sebagai hari lahir perusahaan minyak nasional yang setiap tahun diperingati oleh Pertamina. Secara lengkap perubahan namanama Pertamina sampai sekarang diperlihatkan pada tabel berikut :
Tabel 3.1 Perubahan Nama Resmi Pertamina sejak berdiri NO
NAMA RESMI
TAHUN
1.
PT.PERMINA menjadi PN.PERMINA
Perpem 198 tahun 1961
2.
PT.PERMINDO menjadi PN.PERTAMIN
PPNo.3 tahun 1961
3.
PTMRI menjadi PERMIGAN
PP.No.199 tahun 1961
4.
PN.PERTAMINA
PP.No 27 tahun 1968
5.
PERTAMINA
UU No.8 tahun 1971sekarang
Sumber : PT.Pertamina Unit Pemasaran I Medan
Pada bulan Maret 1966, Menteri Migas menetapkan lima daerah eksplorasi dan produksi PN.PERMINA, yaitu : 1. Unit I
: Meliputi daerah Sumatera Utara dan Aceh dengan kantor
pusat di Pangkalan Brandan. 2. Unit II
: Meliputi daerah Lampung, Bengkulu, Sumatera Selatan
dan Jambi dengan kantor pusat di Plaju. 3. Unit III
: Meliputi daerah Jawa dan Madura dengan kantor pusat di
Jakarta. 4. Unit IV
: Meliputi daerah Kalimantan termasuk Tarakan dan Bunyu
dengan kantor pusat di Balikpapan. 5. Unit V
: Meliputi daerah Irian Jaya (Papua Sekarang) Sulawesi,
Maluku dan Nusa Tenggara dengan kantor pusat di Sorong.
Daerah eksplorasi dan produksi tersebut kemudian bertambah lagi dengan unit VI yang meliputi Sumatera Tengah. Sejalan dengan perkembangan dan tuntutan kebutuhan maka organisasi yang menyangkut kegiatan operasi perminyakan dipisahkan antara kegiatan Hulu dan Hilir. Tahun 1985 melalui Surat Keputusan Direktur Utama Pertamina Nom Kpts-P nomor 1589/c00000/1995-SO tanggal 28 Desember 1995 pemasaran wilayah propinsi NAD-Aceh, Sumatera Utara dan Riau dilaksanakan oleh Unit Pembekalan dan Pemasaran Dalam Negeri I (UPPDN I) yang berkedudukan di Medan dan melalui Surat Keputusan Direksi nomor Kpts-P 076/c00000/2001-So tanggal 25 JUni 2001 sebutan UPPDN I diubah menjadi Unit Pemasaran I (UPMS I) sehingga sebutan lengkapnya adalah : PT.PERTAMINA (PERSERO) UNIT PEMASARAN I atau PT.PERTAMINA (PERSERO) UPM. Visi dan Misi PT.PERTAMINA (PERSERO) UNIT PEMASARAN I Visi
: - Menjadi unit bisnis yang prima dan terpercaya
Misi
: - Melakukan kegiatan pemasaran dan niaga produk-produk BBM (Premium,
Solar, Minyak Tanah, Minyak Bakar dan Minyak
Diesel) maupun Bahan Bakar Khusus Penerbangan (Avtur & Avgas) juga produk lain Pelumas, LPG & Petrokimia. -Mengelola unit bisnis secara professional, ompetitif berdasarkan tata nilai unggulan. -Memberikan kepuasan bagi bisnis grup pelanggan, pekerja dan masyarakat. - Menjadikan unit bisnis yang siap bersaing dipasar regional.
B. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Perusahaan.
1. Struktur Organisasi PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan dalam menjalankan aktivitasnya memuat struktur organisasi garis yang sama kegiatan pelaporannya yaitu berada pada pimpinan, namun akan diadakan revisi untuk melihat hasil kerja yang dilakukan perusahaan selama menjalankan aktivitasnya. Dalam revisi akan dilihat kinerja dan hasil yang dicapai serta hal-hal yang perlu diperbaiki dengan cara memberikan suatu masukan dan diperlukan suatu penyegaran dengan cara perubahan struktur kepemimpinan untuk peningkatan pr oduktivitas. 2. Uraian Tugas 1. General Manager a. Menyelenggarakan
kegiatan
usaha
dalam
penyediaan,
pelayanan dan pemasaran BBM dan gas bumi dengan tepat kuantitas, kualitas, waktu dan tempat secara optimal, efisien serta biaya ekonomis. b. Menyelenggarakan layanan penunjang bagi kegiatan usaha pemasaran
serta
pembinaan
lindungan
lingkungan
dan
keselamatan kerja. c. Merencanakan pengawasan dan pemantauan atas pengelolaan keuangan berdasar Rencana Kerja dan Anggaran (Investasi dan Operasi) yang telah disetujui.
d. Membina organisasi dan SDM dalam rangka menunjang kegiatan perusahaan. 2. Penjualan a. Menyusun rencana, target, dan strategi serta evaluasi penjualan produk, meliputi estimasi penjualan dan alokasi BBM, NBBM dan
Produk
Khusus
lainnya
sesuai
permintaan
pelanggan/lembaga penyalur bekerja sama dengan unit usaha sesuai dengan kesepakatan antara General Manager Unit Pemasaran –I dengan General Manager Unit Usaha. b. Membuat perencanaan dan pembinaan lembaga penyalur untuk peningkatan mutu produk serta pemeliharaan master data penyalur. c. Menyelenggarakan kegiatan administrasi penjualan di wilayah Unit Pemasaran-I sehingga jumlah BBM, NBBM, dan produk khusus lainnya. d. Melaksanakan Koordinasi dengan Kepala Cabang dan Instansi terkait dalam aspek penjualan dan pemasaran agar penjualan BBM PSO, BBM Non PSO dan
Produk Non PSO sesuai
dengan dan kebutuhan pelanggan di wilayah kerja Unit Pemasaran-I. e. Melaskanakan kegiatan pembinaan SDM di lingkungan Fungsi Penjualan penjualan.
untuk
emnunjang
tercapainya
target
kinerja
3. Pengadaan a. Mengkoordinasikan
kegiatan
pengadaan,
penerimaan,
penyimpanan dan pembekalan BBM/NBBM serta pengaturan layanan dan transportasi. b. Mengkoordinasikan kegiatan penerimaan, penimbunan, BBM dan NBBM untuk penyaluran ke depot dan konsumen. c. Menyusun rencana dan melakukan pengawasan distribusi BBM dan NBBM serta gas untuk kebutuhan di wilayah kerja Pertamina Unit Pemasaran-I 4. Teknik a. Melaksanakan koordinasi perencanaan anggaran/administrasi pembangunan baru dan pemeliharaan seluruh sarana usaha pemasaran di Unit Pemasaran agar anggaran yang tersedia dapat dimanfaatkan secara optimal. b. Melaksanakan koordinasi kegiatan pembangunan baru dan pemeliharaan seluruh sarana usaha pemasaran di Unit Pemasaran-I agar pembangunan baru maupun pemeliharaan dapat terlaksana sesuai rencana. c. Melaksanakan koordinasi dalam penyelenggaraan inspeksi teknik terhadap pembangunan baru maupun pemeliharaan agar dapat memenuhi standar kualitas yang telah ditentukan.
d. Mengkoordinasikan kegiatan pengadaan material, penyimpanan dan pengiriman material untuk menunjang kebutuhan operasi pemasaran. 5. Manajer Keuangan a. Mengkoordinasikan penyusunan rencana kerja dan anggaran serta mengawasi realisasi anggaran agar rencana anggaran yang di susun sesuai dengan rencana kerja dan realisasinya dapat nerjalan dengan baik. b. Mengatur penyelenggaraan kegiatan perbendaharaan agar pengelolaan dana dapat terlaksana dengan baik. c. Mengatur
penyelenggaraan
kegiatan
akuntansi
agar
pemeriksaan keuangan, penyusunan laporan dan pengendalian biaya dapat terlaksana dengan baik. d. Mengatur
penyelenggaraan
pembinaan
aparatur
fungsi
keuangan agar dapat meningkatkan kemampuan dan disiplin kerja. 6. LK 3 a. Menyelenggarakan
perencanaan,
pengorganisasian,
pelaksanaan dan kontrol/ pengawasan/inspeksi pencegahan dan penggulangan keselamatan kerja, kesehatan kerja, kebakaran dan lindungan lingkungan untuk keserasian lingkungan dan meminimalkan kerugian perusahaan.
b. Menyelenggarakan kegiatan analis di bidang keselamatan kerja, pencegahan kebakaran, kesehatan lingkungan kerja dan lindungan lingkungan untuk meningkatkan program loss control perusahaan. c. Menyelenggarakan pelatihan untuk pembinaan pekerja dan membuat laporan administrasi dari fungsi LK3 untuk menjadikan pekerja yang professional dan laporan yang akan dipertanggung jawabkan. 7. Marine a. Mengatur kegiatan keagenan kapal/tankers pengangkutan BBM dan lain-lain melalui laut agar operasi perusahaan terkendali lancar dan aman. b. Mengatur kegiatan prasarana maritim dan kebandaran, mencakup sarana tambat kapal, navigasi dan lindungan lingkungan air agar siap pakai. 8. Manajer SDM & Umum a. Mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan SDM meliputi perencanaan pembinaan dan penggajian, perawatan pekerja, penelitian, pengusulan dan perbaikan norma dan syarat kerja serta penyiapan sarana dan fasilitas kantor dan rumah untuk meningkatkan kemapuan dan kesejahteraan pekerja dan kelancaran pekerja kantor.
b. Mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan pelayanan perawatan kesehatan pekerja serta pengaturan fasilitas pekerja dan keluarga untuk meningkatkan derajat kesejahteraan pekerja dan keluarga. c. Mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan organisasi
dan
tatalaksana
meliputi
penyusunan
dan
penyempurnaan organisasi serta kelengkapannya, evaluasi dan penyusunan golongan jabatan agar terwujud pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas serta penentuan golongan jabatan yang objektif dalam mencapai sasaran perusahaan. d. Mengkoordinasikan dan mengawasi pelayanan jasa informasi dan pengolahan data, pelayanan pertimbangan hukum dan pertanahan, pembinaan hubungan pemerintah dan masyarakat serta kegiatan operasi pengamanan fisik dan non fisik untuk kelancaran dan keamanan operasi perusahaan berjalan lancar. 9. Cabang Pemasaran Banda Aceh, Padang, Batam, Pekanbaru a. Merencanakan,
mengkoordinasikan
dan
mengawasi
pelaksanaan kegiatan pengadaan, penyaluran dan pemasaran BBM dan NBBM kepada konsumen melalui lembaga penyalur agar terpenuhi kebutuhan konsumen di wilayah Cabang Pemasaran Unit Pemasaran-I b. Mengarahkan dan mengawasi semua bagian dalam pelaksanaan rencana
kerja
dan
anggaran
serta
peningkatan
tertib
administrasi agar dapat mencapai sasaran operasi secara maksimal. c. Mengatur dan mengarahkan pelaksanaan kegiatan administrasi agar tercipta tertib administrasi. 10. PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan) a. Menyusun rencana kerja dan anggaran PKBL di Unit Pemasaran-I yang bersangkutan. b. Melaksanakan pembinaan terhadap usaha kecil dan Koperasi sesuai rencana kerja dan anggaran. c. Melakukan
pemantauan/evaluasi
dan
tindakan
koreksi
seperlunya atas pelaksanaan kegiatan PKBL Unit Pemasaran-I d. Menyelenggarakan
pelatihan,
pemagangan,
rumusan
berkoordinasi dengan PKBL pusat. e. Bertanggung jawab kepada manager keuangan terhadap pelaksanaan survey, pengusulan calon mitra binaan, pembinaan mitra binaan dan kinerja pelaksana PKBL Unit Pemasaran. 11. Adm & Keuangan a. Membantu menyusun rencana kerja PKBL Unit Pemasaran-I b. Menganalisa laporan secara berkala. c. Mendampingi mitra binaan untuk mengikuti pameran d. Bertanggung jawab kepada kepala PKBL Unit Pemasaran-1 12. Pembinaan a. Mengumpulkan data keuangan UKK
b. Melaksanakan
administrasi
dan
keuangan
PKBL
Unit
laporan
keuangan
UKK
Unit
Pemasaran-I c. Berwenang Pemasaran-I
menyusun
DEPUTI DIREKTUR PEMASARAN & NIAGA
GENERAL MANAGER UNIT PEMASARAN - I
PENJUALANPENGADAAN
CABANG BANDA ACEH
CABANG BATAM
TEKNIK
MANAJER KEUANGAN
BATAM TERMINAL
LK 3
MARINE
CABANG PEMASAR PEKANBARU
ADM DAN KEUANGA Sumber : PT.PERTAMINA (PERSERO) UNIT PEMASARAN-I MEDAN Gambar : 3.1. Struktur Organisasi PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran-I Medan
C.Laporan Keuangan
Laporan keuangan bagi perusahaan merupakan media paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi keuangan perusahaan. Pada tahap pertama seorang analis tidak akan mampu melakukan pengamatan langsung ke suatu perusahaan, dan seandainyapun dilakukannya ia tidak akan dapat mengetahui banyak tentang situasi perusahaan. Oleh karena itu maka yang paling penting adalah media laporan keuangan ini. Laporan keuangan inilah yang menjadi sarana informasi bagi analis dalam proses pengambilan keputusan. Penulis menyajikan data mengenai laporan keuangan PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan berupa neraca dari tahun 2001 s/d 2006 dan laporan laba rugi dari tahun 2001 s/d 2006. 1. Neraca Neraca menggambarkan posisi keuangan yang berupa aktiva, kewajiban, dan ekuitas suatu perusahaan pada satu saat tertentu. Dalam hal ini neraca PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan juga memuat bagian-bagian pokok yaitu : a. Aktiva
pada
PT.Pertamina
(Persero)
Unit
Pemasaran
I
Medan
diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu : 1) Aktiva Lancar adalah uang kas atau aktiva lainnya yang dapat dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai. Komponen aktiva lancar meliputi : a. Kas dan Bank. Kas terdiri dari kas dan kas di bank. Setara kas adalah semua investasi yang bersifat jangka pendek dan sangat
16
likuid yang dapat segera dikonversikan menjadi kas dan jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang sejak tanggal penempatannya dan yang tidak dijamin serta tidak dibatasi pencairannya. b. Piutang Dagang adalah tagihan kepada pihak lain sebagai akibat penjualan jasa secara kredit. Piutang dagang digunakan sebagai jaminan untuk hutang bank. c. Piutang Lain-Lain meliputi piutang karyawan, piutang kepada pemasok utama atas biaya yang dibayarkan terlebih dahulu oleh perusahaan dan piutang bunga. d. Persediaan, yang dinyatakan berdasarkan biaya atau realisasi bersih. e. Biaya yang dibayar dimuka adalah pengeluaran untuk memperoleh jasa dari pihak lain, tetapi pengeluaran tersebut belum tentu menjadi biaya, atau dengan kata lain jasa pihak lain itu belum dinikmati oleh perusahaan pada periode ini melainkan pada berikutnya. 2) Aktiva Tidak Lancar (Tetap) adalah kekayaan yang dimiliki perusahaan yang fisiknya berwujud. Aktiva tetap perusahaan terdiri dari pekerjaan yang dalam pelaksanaan serta pembekalan dan pemasaran dalam negeri. b. Hutang adalah kewajiban yang harus dipenuhi oleh perusahaan untuk menyerahkan kas, barang atau jasa dalam jumlah yang relatif pasti, pada
masa mendatang dengan periode yang relatif pasti, sebagai ganti atas manfaat atau jasa yang diterima oleh perusahaan pada masa yang lalu. Hutang pada PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan diklasifikasikan menjadi dua bagian utama, yaitu: 1) Kewajiban Lancar yaitu kewajiban yang harus dipenuhi dalam jangka waktu kurang dari satu tahun atau dalam jangka waktu siklus bisnis perusahaan. Kewajiban lancar dinyatakan dalam jumlah uang yang harus dibayarkan pada saat jatuh tempo. Hutang lancar PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan meliputi : a. Hutang usaha adalah kewajiban yang timbul karena adanya pembelian jasa secara kredit. b. Biaya yang masih harus dibayar adalah biaya-biaya yang sudah terjadi tetapi belum dilakukan pembayaran. c. Kewajiban lancar lain-lain yaitu hutang yang timbul karena adanya pajak perusahaan yang belum dibayar maupun
pajak
pendapatan
karyawan
yang
belum
disetorkan ke kas negara. 2) Kewajiban tidak lancar yaitu kewajiban yang harus dipenuhi lebih dari satu tahun biasanya dimasukkan dalam hutang jangka panjang. Hutang jangka panjang yang harus dibayarkan pada masa mendatang.. c. Modal merupakan bentuk kepemilikan suatu usaha. Modal perusahaan mencerminkan pihak yang menanggung resiko pokok perusahaan dan
2. Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi adalah ringkasan mengenai pendapatan dan beban (biaya) serta laba (rugi) yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu. Laporan laba rugi PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan dibagi atas : a. Pendapatan yang menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok perusahaan yang meliputi penjualan dalam negeri BBM, penjualan dalam negeri bukan BBM, ekspor hasil minyak serta pendapatan lainnya. b. Beban usaha menunjukkan biaya-biaya operasional perusahaan yaitu biaya umum dan administrasi, biaya pembelian bahan-bahan mentah dan hasil minyak, pembekalan dan pemasaran dalam negeri serta biaya depresiasi, deplesi dan amortisasi. c. Penghasilan (beban) lain-lain menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh diluar operasi pokok perusahaan, yang diikuti dengan biaya-biaya yang terjadi diluar usaha pokok perusahaan. d. Laba atau rugi yang dialami perusaha
D. Rasio Likuiditas dan Profitabilitas Perusahaan
Variabel rasio likuiditas terdiri dari current ratio, acid test ratio, dan cash ratio. Sedangkan ukuran kinerja profitabilitas yang digunakan adalah return on investment (ROI). Perhitungan current ratio, acid test ratio, dan cash ratio serta return on investment (ROI) dari tahun 2001 – 2006 dapat dihitung sebagai berikut:
1. Current Ratio Curret Ratio =
AktivaLancar x100% KewajibanLancar
2001 =
998.125.824,961 x100% 697.291.886,172
= 143,14%
2002 =
764.266.419,437 x100% 155.419.717,781
= 491,74%
2003 =
1.008.467.517,752 100% 333.884.512,991
= 302,04%
2004 =
954.323.155,037 x100% 308.698.281,608
= 309,14%
2005 =
4.139.695.595,342 x100% = 426,45% 970.723.136,555
2006 =
10.061.194.996, ,864 x100% = 113,09% 8.896.468.823,113
2. Acid Test Ratio Acid Test Ratio =
AktivaLancar − Persediaan x100% KewajibanLancar
2001 =
998.125.824,961 − 571.681.262,588 x100% 697.291.886,172
= 61,16%
2002 =
764.266.419,437 − 468.672.991,248 x100% 155.419.717,781
= 190,20%
2003 =
1.008.467.517,752 − 639.086.324,329 x100% = 110,63% 333.884.512,991
2004 =
954.323.155,037 − 524.480.237,684 x100% 308.698.281,608
2005 =
4.139.695.595,342 − 2.099.149.847,850 x100% = 210,21% 970.723.136,555
2006 =
= 284,45%
10.061.194.996,864 − 1.787.777.308,978 x100% = 92,99% 8.896.468.823,113
3. Cash Ratio Cash Ratio =
KasdanSetaraKas x100% KewajibanLancar
2001 =
3.527.706,126 x100% 697.291.886,172
2002 =
8.308.665,378 x100% =5,34% 155.419.717,781
2003 =
15.319.694,742 x100% =4,59% 333.884.512,991%
2004 =
3.907.380,055 x100% 308.698.281,608
=0,51%
=1,26%
2005 =
12.515.517,786 x100% =1,29% 970.723.136,555
2006 =
21.049.428,048 x100 8.896.468.823,113
=0,24%
4. Return On Investment Return On Investment =
LabaBersihSetelahPajak x100% TotalAktiva
2001 =
4.415.430.756,949 x100% = 345,32% 1.278.627.458,600
2002 =
740.878.961,379 x100% = 71,37% 1.038.003.961,855
2003 =
1.064.012.423,244 x100% = 82,54% 1.288.995.475,230
2004 =
3.591.973.542,456 x100% = 284,45% 1.262.794.280,383
2005 =
14.422.967.762,366 x100% = 320,90% 4.494.490.181,100
2006 =
4.798.806.570,657 x100% =45,81% 10.475.301.359,732
BAB IV ANALISIS HUBUNGAN LIKUIDITAS TERHADAP PROFITABILITAS PT.PERTAMINA (PERSERO) UNIT PEMASARAN I MEDAN
A. Deskripsi Variabel
Nilai dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan analisis rasio. Analisis rasio yang terdapat pada Tabel 3.3 diolah untuk mengetahui rata-rata pertumbuhan masing-masing variabel selama periode 2001-2006. berdasarkan pengolahan data tersebut maka diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.1 Rasio Likuiditas (Current Ratio, Acid Test Ratio, Cash Ratio) dan Profitabilitas (Return On Investment) PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan selama Periode 2001-2006 (Dalam Persen) Variabel 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Current Ratio 143,14 491,74 302,04 309,14 426,45 113,09 Acid Test Ratio 61,16 190,20 110,63 138,24 210,21 92,99 Cash Ratio 0,51 5,34 4,59 1,26 1,29 0,24 Return On 345,32 71,37 82,54 284,45 320,90 45,81 Investment Sumber: Data Diolah
1. Rasio Lancar (Current Ratio)
Current Ratio digunakan untuk mengukur likuiditas perusahaan dalam jangka pendek. Current Ratio menunjukkan samapi sejauh mana tuntutan kewajiban jangka pendek dapat dikonversikan ke dalam uang tunai dalam jangka
waktu tertentu. Nilai Current Ratio PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan diperoleh dari aktiva lancar per kewajiban lancar. Current Ratio mengalami perubahan selama kurun waktu enam tahun. berdasarkan laporan keuangan PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan pada tahun 2002 current ratio tertinggi sebesar 491,74% dan nila terendah pada tahun 2006 yaitu sebesar 113,09%. Berikut ini digambarkan perkembangan current ratio PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan selama periode 2001 sampai dengan 2006. 600 500
491,74 426,45
400 302,04
300 200 100
309,14
143,14
113,09
0 2001
2002
2003
2004
2005
2006
Current Ratio
Gambar: 4.1 Perkembangan Current Ratio (dalam persen) PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan Periode 2001-2006. Sumber: Tabel 4.1 Berdasarkan Gambar 4.1 memperlihatkan bahwa selama periode penelitian, grafik menunjukkan peningkatan current ratio ditunjukkan pada tahun 2002 dan 2005, serta mengalami penurunan pada tahun 2003,2004 dan 2006. Pada tahun 2001 current ratio PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan sebesar 143,14% artinya setiap Rp.1,00 kewajiban lancar dijamin dengan Rp. 1,4314 aktiva lancar. Pada tahun 2002 current ratio mengalami peningkatan sebesar 243.53% dari tahun sebelumnya, hal ini disebabkan karena adanya penurunan pada aktiva lancar dan kewajiban lancar sebesar 23,43% dan 1,11%.
Tahun 2003 current ratio mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 38,57% sehingga menjadi 302,04%. Hal ini disebabkan oleh oleh naiknya aktiva lancar sebesar 31,95% dan kewajian lancar sebesar 114,82%. Pada tahun 2004 current ratio mengalami kenaikan sebesar 2,35% dimana hal ini disebabkan adanya penurunan di aktiva lancar dan pada kewajiban lancar sebesar 5,36% dan 7,54%. Sedangkan pada tahun 2005 current ratio mengalami peningkatan sebesar 37,94% sehingga menjadi 426,45%. Peningkatan ini disebabkan oleh adanya kenaikan pada aktiva lancar dan kewajiban lancar sebesar 333,78% dan 214,45%. Di tahun 2006 terjadi penurunan yang sangat drastis pada current ratio yang disebabkan oleh kenaikan aktiva lancar dan kewajiaban lancar sehingga menjadi 73,48%.
2. Rasio Cepat (Acid Test Ratio)
Acid Test Ratio menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi kewajiban lancar. Acid Test Ratio diperoleh dari aktiva lancar dikurangi persediaan dibagi dengan kewajiban lancar. Berikut ini gambar fluktuasi acid test ratio PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan selama periode 2001 sampai dengan 2006. 250 200
210.21
190.2
150
138.24 110.63
100 50
92.99
61.16
0 2001
2002
2003
2004
Acid Test Ratio
2005
2006
Gambar:4.2 Perkembangan Acid Test Ratio (dalam persen) PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan Periode 2001-2006. Sumber: Tabel 4.1 Berdasarkan Gambar 4.2 di atas terlihat bahwa acid test ratio mengalami perubahan nilai selama kurun waktu enam tahun, berdasarkan laporan keuangan PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan pada tahun 2005 nilai tertinggi acid test ratio sebesar 210,21% dan nilai terendah berada pada tahun 2001 yaitu sebesar 61,16%. Acid test ratio pada PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan pada tahun 2001 sebesar 61,16%, artinya setiap Rp.1,00 dijamin dengan Rp.6,116 aktiva likuid (aktiva lancar dikurangi persediaan). Acid test ratio pada tahun 2002 mengalami peningkatan sebesar 190,2% dari tahun 2001 sebesar 61,16%, hal ini disebabkan oleh adanya kenaikan aktiva likuid sebesar 24,96% dan kewajiban lancar yang juga mengalami kenaikan sebesar 114,82%. Pada tahun 2003, 2004, dan 2005 mengalami peningkatan dimana nilai masing-masing peningkatan tersebut adalah sebesar 110,63%, 138,24% dan 210,21%, sehingga acid test ratio tersebut menjadi 41,83%, 24,95% dan 52,06%. Hal ini disebabkan pada tahun 2003 aktiva likuid meningkat sebesar 24,96% sedangkan kewajiban lancar meningkat sebesar 114,82%. Tahun 2004 terjadi penurunan aktiva likuid sebesar 16,36% sedangkan kewajiban lancar mengalami penurunan sebesar 7,54%. Tahun 2005 aktiva likuid mengalami peningkatan
sebesar
374,72%
sedangkan
kewajiban
lancar
mengalami
peningkatan juga sebesar 214,45%. Pada tahun 2006 acid test ratio mengalami penurunan sebesar 92,99%, hal ini disebabkan karena adanya penurunan aktiva likuid sebesar 305,45% dan kewajiban lancar mengalami kenaikan sebesar 816,47%.
3. Rasio Kas (Cash Ratio)
Cash Ratio merupakan perbandingan antara kas dan bank dengan kewajiban lancar yang dipakai untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban yang segera harus dipenuhi dari kas dan setara kas yang dimilikinya. Nilai cash ratio PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan diperoleh dari kas dan setara kas per kewajiban lancar. Berikut fluktuasi cash ratio PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan selama periode 2001 sampai dengan 2006. 6 5,34
5 4
4,59
3 2 1 0
1,26
1,29
0,51 2001
0,24 2002
2003
2004
2005
2006
Cash Ratio
Gambar:4.3 Perkembangan Cash Ratio (dalam persen) PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan Periode 2001-2006. Sumber: Tabel 4.1 Cash ratio PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan mengalami perubahan nilai selama kurun waktu enam tahun. Berdasarkan laporan keuangan nilai tertinggi terjadi pada tahun 2002 sebesar 5,34% hal ini disebabkan adanya penurunan kas dan bank sebesar 84,38% sedangakan kewajiban lancar mengalami kenaikan sebesar 114,82%. Nilai terendah terjadi pada tahun 2006, ini disebabkan
adanya penurunan pada kas dan bank sebesar 68,18% dan mengalami kenaikan pada kewajiban lancar sebesar 816,47%. Berdasarkan tahun 2003 dan 2004 cash ratio mengalami penurunan dimana nilai masing-masing penurunan tersebut adalah 4,59% dan 1,26%. Hal ini disebabkan pada tahun 2003 kas dan bank mengalami penurunan sebesaar 84,38% sedangkan kewajiban lancar mengalami kenaikan sebesar 114,82%. Tahun 2004 kas dan bank serta kewajiban lancar mengalami penurunan sebesar 74,50% dan 7,54%. Tahun 2005 cash ratio mengalami peningkatan sebesar 2,38% sehingga menjadi 1,29%. Hal ini disebabkan oleh kas dan bank mengalami peningkatan sebesar 220,30% sedangkan kewajiban lancar mengalami peningkatan juga sebesar 214,45%. Tahun 2006 mengalami penurunan sebesar 81,39% sehingga menjadi 0,24%. Hal ini disebabkan karena pada kas dan bank mengalami penurunan sebesar 68,18% dan kewajiban lancar yang mengalami kenaikan sebesar 816,47%. Berdasarkan Gambar 4.3 terlihat bahwa selama periode penelitian, cash ratio PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan selama periode 2001 sampai dengan 2006 cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2003, 2004 dan 2006 cash ratio menurun sebessar 14,04%, -72,54% dan 81,39%. Sedangkan peningkatan terjadi pada tahun 2002 dan 2005 masing-masing sebesar 947,05% dan 2,38%.
4. Return On Investment (ROI)
Return On Investment (ROI) merupakan rasio yang menunjukkan ukuran produktivitas aktiva dalam memberikan pengembalian atas investasi. Nilai return on investment diperoleh dari laba bersih setelah pajak dibagi dengan total aktiva. Berikut perkembangan return on investment PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan selama periode 2001-2006.
400 350 300 250 200 150 100 50 0
345,32 284,45
71,37 2001
2002
320,9
82,54
2003
45,81 2004
2005
2006
Return On Investment
Gambar:4.4 Perkembangan Return On Investment (dalam persen) PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan Periode 2001-2006. Sumber: Tabel 4.1
Berdasarkan Gambar 4.4 diatas dapat dilihat bahwa pergerakan return on investment (ROI) pada PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan memiliki arah pertumbuhan yang kurang baik. Dimana terjadi fluktuasi peningkatan dan penurunan yang kurang stabil. Berdasarkan laporan keuangan PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan pada tahun 2001 nilai tertinggi return on investment sebesar 345,32% sedangkan nilai terendah berada pada tahun 2006 yaitu sebesar 45,81%.
Tahun 2002 return on investment mengalami penurunan yang cukup besar yaitu 79,33% sehingga return on investment menjadi 71,37%. Hal ini disebabkan oleh adanya laba bersih yang menurun secara drastis sebesar -83,22%. Penurunan ini dibarengi dengan peningkatan total aktiva sebesar 24,18%. Pada tahun 2003 return on investment mengalami peningkatan sebesar 15,65% yang disebabkan oleh kenaikan laba bersih dan total aktiva sebesar 43,61% dan 24,18%. Tahun 2004 dan 2005 grafik menunjukkan kenaikan dengan nilai 284,45% dan 320,9% sehingga return on investment pada tahun 2004 dan 2005 sebesar 244,62% dan 12,81%. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan laaba bersih ditahun 2004 dan 2005 sebesar 237,58% dan 301,53% sedangkan pada total aktiva pada tahun 2004 mengalami penurunan sebessar 2,03% dan pada tahun 2005 meningkat sebesar 255,91%. Tahun 2006 return on investment mengalami penurunan yang sangat drastis sebesar 85,72% sehingga menjadi 45,81%, hal ini disebabkan karena laba bersih mengalami penurunan sebesar -66,72% sedangkan total aktiva sebesar 133,06%. Berdasarkan Gambar 4.4 terlihat bahwa selama periode penelitian, return on investment perusahaan cenderung mengalami penurunan. Penurunan yang cukup besar terjadi pada tahun 2002 dan 2006. sedangkan peningkatan return on investment terjadi pada tahun 2003, 2004, dan 2005.
B. Analisis Hubungan Likuiditas Terhadap Profitabilitas PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan.
Analisis statistik yang menunjukkan hubungan likuiditas terhadap profitabilitas (ROI) PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS (Statistic Product and Service Solution) versi 12,00. Dari pengolahan data yang dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.2 Spearman’s Rank Correlations
Spearman's rho
Y
X1
Y 1.000
X1 .086
X2 -.029
X3 -.086
Sig. (2-tailed)
.
.872
.957
.872
N
6
6
6
6
Correlation Coefficient
.086
1.000
.886(*)
.829(*)
Sig. (2-tailed)
.872
.
.019
.042
6
6
6
6
-.029
.886(*)
1.000
.657
.957
.019
.
.156
Correlation Coefficient
N X2
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
X3
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
6
6
6
6
-.086
.829(*)
.657
1.000
.872
.042
.156
.
6
6
6
6
Sumber: Tabel 4.1, diolah
Penulis menggunakan analisa perbandingan untuk mengetahui perubahanperubahan berupa kenaikan atau penurunan pos-pos laporan keuangan dan juga rasio likuiditas serta profitabilitas selama periode 2001 sampai dengan 2006.
Tabel berikut ini disajikan penulis untuk mengetahui pertumbuhan masing-masing variabel (Current Ratio, Acid Test Ratio, Cash Ratio dan Return On Investment) dan membantu penulis menganalisis data yang ada.
Tabel 4.3 Perkembangan Current Ratio, Acid Test Ratio, Cash Ratio dan Return On Investment Pada PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan Periode 2001 s.d 2006 (dalam persen) URAIAN Kas dan bank Piutang dagang Piutang lain Persediaan minyak mentah dan hasil minyak Persediaan material Pembayaran dimuka Jumlah aktiva lancar Aktiva likuid Jumlah aktiva tetap Aktiva lain-lain Jumlah aktiva Jumlah kewajiban lancar Laba bersih
Current Ratio Acid Test Ratio Cash Ratio Return On Investment
2002
2003
2004
2005
2006
135,52% -34,12% -18,32%
84,38% 27,56% -4,40%
-75,40% 23,27% 39,18%
220,30% 330,58% 870,67%
68,18% 360,94% -95,61%
-18,21% 26,92% 4524,20% -23,43% -30,68% -5,10% 51,10% -18,82% -1,11% -83,22%
36,76% -23,23% 31,95% 31,95% 24,96% 5,51% -35,39% 24,18% 114,82% 43,61%
-17,90% -26,03% -5,37% -5,36% 16,36% 10,23% 4,37% -2,03% -7,54% 237,58%
301,57% -90,38% 333,78% 333,78% 374,72% 15,95% -5,10% 255,91% 214,45% 301,53%
-19,97% 62630,94% 143,04% 143,04% 305,45% 16,69% 17,44% 133,06% 816,47% -66,72%
243,53% 210,98% 947,05% -79,33%
-38,57% -41,83% -14,04% 15,65%
2,35% 24,95% -72,54% 244,62%
37,94% 52,06% 2,38% 12,81%
-73,48% -55,76% -81,39% -85,72%
Sumber: Tabel 3.3, diolah.
1. Hubungan Current Ratio terhadap Return On Investment
Pada Tabel 4.2 diperoleh r syx1 = 0,086 dengan demikian t hit dapat dicari sebagai berikut : t=r
n−2 1− r2
t = 0,086
6−2 1 − (0,086) 2
t = (0,086) (2,008) t = 0,172 Pada α =5% dengan derajat kebebasan (df) = n-2 = 6-2, maka diperoleh t tab sebesar 2,776 dengan demikian karena -t tab (-2,776) ≤ t hit (0,172) ≤ t tab (2,776) maka hubungannya positif dan hubungan tersebut tidak signifikan. Koefisien korelasi yang bernilai 0,086 menunjukkan bahwa current ratio memiliki hubungan yang positif (searah) terhadap return on investment pada PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan. Artinya jika return on investment mengalami peningkatan, current ratio juga mengalami peningkatan dan jika return on investment mengalami penurunan maka current ratio juga akan mengalami penurunan. Secara deskriptif hubungan antara current ratio dan return on investment dapat digambarkan sebagai berikut :
600,00% 500,00%
491,74% 426,45%
400,00% 300,00%
345,32%
309,14% 284,45%
302,04%
320,91%
200,00% 100,00%
143,14% 71,37%
113,09%
82,54%
45,81%
0,00% 2001
2002
2003
2004
Current Ratio
2005 ROI
2006
Gambar : 4.5 Perkembangan current ratio dan return on investment PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan Periode 2001-2006. Sumber : Tabel 4.1, diolah. Berdasarkan Gambar 4.5 dapat dilihat fluktuasi dari return on investment dan current ratio yang mengalami kenaikan dan penurunan. Hal ini disebabkan oleh naik turunnya current ratio. Pergerakan current ratio yang terus mengalami pertumbuhan negatif (-) begitu juga rturn on investment yang terus menerus mengalami pertumbuhan yang negatif (-) selama periode 2001-2006. pertumbuhan current ratio dan return on investment dapat dilihat pada Tabel 4.1. Current ratio yang mengalami penurunan pada tahun 2003 dan 2006 disebabkan oleh naik turunnya kewajiban lancar dan aktiva lancar. Sedangkan return on investment mengalami kenaikan pada tahun 2003, 2004 dan 2005 disebabkan oleh naik turunnya laba bersih dan jumlah aktiva. Perkembangan (naik turunnya) current ratio dan return on investment dapat dilihat pada tabel 4.3. pergerakan current ratio yang berbanding terbalik dengan return on investment menunjukkan bahwa hal tersebut sesuai dengan teori Horne (2005:217) yang menyatakan bahwa kemampuan memperoleh laba berbanding terbalik dengan likuiditas. Tahun 2002, 2004 & 2005 current ratio mengalami peningkatan sedangkan return on investment pada tahun 2002 mengalami penurunan, penurunan current ratio disebabkan oleh persentase peningkatan kewajiban lancar yang lebih besar dari aktiva lancar. Dimana pada tahu tersebut kewajiban lancar meningkat sebesar 1,11%, 7,54% dan 214,45%, sedangkan aktiva lancar mengalami penurunan sebesar 23,43%, 5,36% dan 333,78%.
Aktiva lancar yang mengalami peningkatan pada tahun 2003 dan 2005 menyebabkan jumlah aktiva juga mengalami peningkatan sebesar 24,18% dan 214,45%. Namun pada tahun tersebut laba bersih juga mengalami peningkatan yang jauh lebih besar daripada jumlah aktiva yaitu sebesar 43,16% dan 301,53% yang disebabkan oleh persediaan minyak mentah dan hasil minyak serta meningkatnya pembayaran dimuka. Peningkatan tersebut sebesar 36,76% dan 301,57% pada persediaan dan pada pembayaran dimuka sebesar 31,95% dan 333,78%. Keadaan inilah yang menyebabkan return on investment PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan mengalami peningkatan. Tahun 2002 current ratio berbanding terbalik dengan return on investment. Current ratio mengalami penigkatan sebesar 491,74% dan return on investment mengalami penurunan yang cukup drastis sebesar 71,37%. Current ratio yang mengalami peningkatan tersebut disebabkan oleh kewajiban lancar sebesar 1,11% sedangkan aktiva lancar mengalami peningkatan sebesar 23,43% sedangkan laba bersih PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan mengalami penurunan yaitu sebesar 83,22%. Hal inilah yang menyebabkan return on investment mengalami penurunan. Sepanjang periode 2001 s.d 2006 terdapat persamaan yang menunjukan bahwa current ratio bergerak searah dengan return on investment. Artinya jika current ratio menigkat maka return on investment juga mengalami peningkatan sebaliknya jika current ratio mengalami penurunan maka return on investment juga mengalami penurunan. Pergerakan current ratio dan return on investment yang searah dapat dilihat pada tahun 2004, 2005, dan 2006.
Tahun 2004 dan 2005 current ratio bergerak searah dengan return on investment yaitu sama-sama mengalami peningkatan. Current ratio meningkat sebesar 2,35% dan 37,94% sedangkan return on investment meningkat sebesar 244,62% dan 12,81%. Current ratio yang mengalami peningkatan pada tahun 2004 disebabkan oleh aktiva lancar yang mengalami penurunan sebesar 5,36% dan kewajiban lancar mengalami penurunan sebesar 7,54%. Dengan menurunnya aktiva lancar menyebabkan jumlah aktiva juga mengalami penurunan sebesar 2,03%. Selain itu persentase persediaan dan pembayaran dimuka juga mengalami penurunan sebesar 17,90% dan 5,37% sehingga laba bersih mengalami peningkatan sebesar 237,58%. Peningkatan laba bersih yang jauh lebih besar daripada jumlah aktiva menyebabkan return on investment mengalami peningkatan sebesar 244,62%. Tahun 2006 current ratio juga bergerak searah dengan return on investment yaitu sama-sama mengalami penurunan. Current ratio mengalami penurunan sebesar 73,48% dan return on investment menurun sebesar 85,72%. Current ratio yang mengalami penurunan disebabkan oleh persentase penurunan aktiva lancar sebesar 143,04% dan persentase peningkatan kewajiban lancar sebesar 816,47%. Selain itu persediaan minyak mentah dan hasil minyak juga mengalami penurunan sebesar 19,97% sehingga jumlah aktiva juga mengalami penurunan sebesar 133,06%. Laba bersih juga mengalami penurunan yang sangat drastis yaitu sebesar 66,72%. Hal inilah yang menyebabkan return on investment PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan mengalami penurunan (lihat Tabel 4.3).
Output spss dan deskriptif di atas menunjukkan bahwa current ratio mempunyai hubungan yang positif (searah) terhadap return on investment tetapi hubungan tersebut tidak signifikan. Ini mengindikasikan bahwa current ratio berbanding lurus dengan return on investment. Artinya bahwa selama periode penelitian 2001 s.d 2006 current ratio PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaraan I Medan cenderung mengalami penurunan. Hal ini ditunjukkan pada output SPSS sebesar 0,086 dan t hit sebesar 0,172 serta korelasi yang tidak signifikan dengaan tingkat hubungan yang rendah.
2. Hubungan Acid Test Ratio terhadap Return On Investment
Pengujian acid test ratio dengan return on investment signifikan atau tidak menggunakan uji-t. Dari Tabel 4.2 diperoleh r syx 2 = -0,029 dengan demikian t hit dapat dicari sebagai berikut : t= r
n−2 1− r2
t = -0,029
6−2 1 − (−0,029) 2
t = (-0,029) (2,010) t = -0,058 Pada α = 5% dengan derajat kebebasan (df) = n-2 = 6-2, maka diperoleh t tab sebesar 2,776, dengan demikian karena -t tab (-2,776) ≤ t hit (-0,058) ≤ t tab (2,776) maka H 0 diterima. Artinya bahwa hubungan acid test ratio dengan return
on investment mempunyai hubungan yang negatif (-) dan hubungan tersebut tidak signifikan. Koefisien korelasi yang bernilai -0,029 menunjukkan bahwa acid test ratio memiliki hubungan yang negatif (tidak searah) terhadap return on investment pada PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan. Artinya jika return on investment mengalami penurunan maka acid test ratio mengalami peningkatan dan sebaliknya jika return on invstment mengalami peningkatan maka acid test ratio mengalami penurunan. Secara deskriptif hubungan antara acid test ratio dengan return on investment dapat digambarkan dibawah ini :
400,00% 350,00% 300,00% 250,00% 200,00% 150,00% 100,00% 50,00% 0,00%
345,32%
320,90% 284,45% 210,21%
190,20% 138,24% 61,16%
2001
71,37%
2002
110,63% 82,54%
92,99% 45,81%
2003
2004
Acid Test Ratio
2005
2006
ROI
Gambar : 4.6 Perkembangan acid test ratio dan return on investment PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan Periode 2001-2006 Sumber : Tabel 4.1, diolah. Berdasarkan Gambar 4.6 dapat dilihat perkembangan dari return on investment dan acid test ratio mengalami kenaikan dan penurunan. Perkembangan return on investment disebabkan oleh naik turunnya acid test ratio. Pergerakan acid test ratio yang mengalami penurunan menunjukkan bahwa acid test ratio dominan mengalami pertumbuhan yang negatif (-). Begitu juga return on
investment PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan mengalami pertumbuhan negatif (-) selama periode 2001 s.d 2006. Pertumbuhan acid test ratio dan return on investment dapat dilihat pada Tabel 4.1. Acid test ratio yag dominan mengalami penurunan disebabkan oleh naik turunnya aktiva likuid (kas dan piutang) dan kewajiban lancar (lihat Gambar 4.4) yaitu pada tahun 2001, 2003, dan 2006 serta peningkatan return on investment yang disebabkan naik turunnya laba bersih dan jumlah aktiva pada tahun 2001, 2003, 2004, dan 2005. Perkembangan acid test ratio dan return on investment setiap tahunnya dapat dilihat pada Tabel 4.3. Pergerakan retun on investment dan acid test ratio yang berbanding terbalik menunjukkan hal tersebut sesuai dengan teori Horne (2005:217) yang menyatakan bahwa kemampuan memperoleh laba berbanding terbalik dengan likuiditas. Tahun 2001, 2003, dan 2006 acid test ratio mengalami penurunan sedangkan return on investment mengalami peningkatan. Penurunan acid test ratio disebabkan oleh persentase peningkatan kewajiban lancar yang jauh lebih besar daripada aktiva likuid. Dimana pada tahun 2003 dan 2005 kewajiban lancar mengalami peningkatan sebesar 1148,82% dan 816,47%, sedangkan pada tahun 2004 jumlah kewajiban lancar mengalami penurunan daripada aktiva likuid sebesar 7,54%. Peningkatan aktiva likuid pada tahun 2003 adalah sebesar 24,96% dan penurunan aktiva likuid pada tahun 2004 dan 2006 adalah sebesar 16,36% dan 305,45%. Aktiva likuid yang meningkat pada tahun 2003 dan 2005 menyebabkan jumlah aktiva meningkat sebesar 24,18% dan 255,91% sedangkan pada tahun 2004 jumlah aktiva mengalami peurunan sebesar 2,03% yang disebabkan oleh
aktiva likuid mengalami penurunan. Namun, pada tahun tersebut laba bersih juga mengalami peningkatan jauh lebih besar daripada jumlah aktiva yaitu sebesar 43,61%, 237,58%, dan 301,53% yang disebabkan persediaan pada tahun 2003 dan 2005 mengalami peningkatan sebesar 36,76% dan 301,57%, sedangkan pada tahun 2004 dan 2006 mengalami penurunan sebesar 17,90% dan 19,97% (lihat Tabel 4.3). Keadaan inilah yang menyebabkan return on investment PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan mengalami peningkatan. Sepanjang periode 2001 s.d 2006 terdapat persamaan yang menunjukkan bahwa acid test ratio bergerak tidak searah dengan return on investment. Artinya jika acid test ratio meningkat maka return on investment akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya jika acid test ratio mengalami peningkatan maka return on investment akan mengalami peurunan. Pergerakan acid test ratio yang tidak searah dapat dilihat pada tahun 2001, 2002, dan 2003. Tahun 2001 dan 2003 acid test ratio bergerak tidak searah dengan return on investment. Acid test ratio yang mengalami penurunan sebesar 61,16% dan 110,63%, sedangkan return on investment mengalami peningkatan yaitu sebesar 345,32% dan 82,54%. Penurunan acid test ratio disebabkan oleh persentase peningkatan aktiva likuid lebih besar daripada kewajiban lancar. Dimana persentase jumah kewajiban lancar pad atahun 2003 sebesar 114,82% sedangkan peningkatan pada aktiva lancar sebesar 24,96%. Disisi lain jumlah aktiva meningkat pada tahun 2003 dan menurun pada tahun 2004 yaitu sebesar 24,18% dan 2,03% yang disebabkan oleh peningkatan jumlah aktiva lancar pada tahun 2003 dan penurunan pada tahun 2004 yaitu sebesar 31,95% da5,36%. Keadaan ini
yang menyebabkan return on investment PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan mengalami peningkatan. Tahun 2006 acid test ratio dan return on investment sama-sama mengalami penurunan yaitu sebesar 92,99% dan 45,81%. Penurunan acid test ratio disebabkan oleh aktiva likuid mengalami penurunan sebesar 305,45% dan jumlah kewajiban lancar meningkat sebesar 816,47%. Selain itu laba bersih mengalami penurunan sebesar 66,72%. Keadaan inilah yang menyebabkan return on investment mengalami penurunan (lihat Tabel 4.3). Output spss dan dekriptif di atas menunjukkan bahwa selama periode penelitian, acid test ratio mempunyai hubungan yang negatif terhadap return on investment PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan, tetapi hubungan tersebut tidak signifikan dan juga tingkat hubungan yang sangat rendah. Artinya acid test ratio tidak ada bukti secara statistic mempunyai hubungan dengan return on investment. Hal ini terlihat dari pergerakan acid test ratio selama periode 2001 s.d 2006 cenderung mengalami penurunan. Begitu juga return on investment PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan yang mengalami penurunan.
3. Hubungan Cash Ratio terhadap Return On Investment
Pengujian cash ratio dengan return on investment signifikan atau tidak menggunakan uji-t. Daru Tabel 4.2 diperoleh r syx 2 = -0,086 dengan demikian t hit dapat dicari sebagai berikut : t= r
n−2 1− r2
t = -0,086
6−2 1 − (−0,086) 2
t = (-0,086) (2,008) t = -0,172 Pada α = 5% dengan derajat kebebasan (df) = n-2 = 6-2, maka diperoleh t tab sebesar 2,776, dengan demikian karena -t tab (-2,776) ≤ t hit (-0,172) ≤ t tab (2,776) maka H 0 diterima. Artinya bahwa hubungan cash ratio dengan return on investment mempunyai hubungan yang negatif (-) dan hubungan tersebut tidak signifikan. Koefisien korelasi yang bernilai -0,086 menunjukkan bahwa cash ratio memiliki hubungan yang negatif (tidak searah) terhadap return on investment pada PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan. Artinya jika return on investment mengalami penurunan maka cash ratio mengalami peningkatan dan sebaliknya jika return on invstment mengalami peningkatan maka cash ratio mengalami penurunan. Secara deskriptif hubungan antara casht ratio dengan return on investment dapat digambarkan dibawah ini :
400,00% 350,00% 300,00% 250,00% 200,00% 150,00% 100,00% 50,00% 0,00%
345,32%
320,90% 284,45%
0,51%
2001
71,37%
82,54%
5,34%
4,59%
2002
45,81%
2003 Cash Ratio
1,26%
2004
1,29%
2005 ROI
0,24%
2006
Gambar : 4.7 Perkembangan cash ratio dan return on investment PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan Periode 2001-2006. Sumber : Tabel 4.1
Berdasarkan Gambar 4.7 dapat dilihat perkembangan dari return on investment dan cash ratio mengalami kenaikan dan penurunan. Perkembangan return on investment disebabkan oleh naik turunnya cash ratio. Pergerakan cash ratio yang mengalami penurunan menunjukkan bahwa cash ratio dominan mengalami pertumbuhan yang negatif (-). Begitu juga return on investment PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan mengalami pertumbuhan negatif (-) selama periode 2001 s.d 2006. Pertumbuhan cash
ratio dan return on
investment dapat dilihat pada Tabel 4.1. Cash ratio yang mengalami peningkatan sebesar 5,34% pada tahun 2002 disebabkan oleh naik turunnya kewajiban lancar dan aktiva lancar. Sedangkan pada tahun 2002 return on investment mengalami penurunan sebesar 71,37% yang disebabkan oleh naik turunnya laba bersih dan jumlah aktiva. Tahun 2003 dan 2004 cash ratio mengalami penurunan sedangkan return on investment mengalami peningkatan. Cash ratio menurun sebesar 4,59% dan 1,26% sedangkan return on investment mengalami peningkatan sebesar 82,54% dan 284,45%. Penurunan pada cash ratio disebabkan oleh persentase penurunan kas dan bank sebesar 84,38% dan 75,40% dimana kewajiban lancar sebesar 114,82% dan 7,54%. Peningkatan terjadi pada piutang sebesar 4,40% dan 39,18%, sedangkan pada pembayaran dimuka sebesar 31,95% dan 5,37%. Namun demikian, pada tahun tersebut laba bersih mengalami peningkatan sebesar 43,61%
dan 237,58% dibandingkan dengan jumlah aktiva sebesar 24,18% dan 2,03%. Keadaan inilah yang menyebabkan return on investment PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan mengalami peningkatan (lihat Tabel 4.3). Tahun 2005 cash ratio dan return on investment mengalami pergerakan yang searah yaitu sama-sama mengalami peningkatan sebesar 1,29% dan 320,90%. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kas dan bank lebih besar daripada kewajiban lancar. Dimana persentase peningkatan kas dan bank sebesar 220,30%, sedangkan kewajiban lancar meningkat sebesar 214,45%, yang juga diikuti oleh adanya peningkatan pada laba bersih dan jumlah aktiva yaitu sebesar 301,53% dan 255,91%. Hal inilah yang menyebabkan cash ratio dan return on investment mengalami peningkatan. Tahun 2006 cash ratio bergerak searah dengan return on investment yaitu sama-sama mengalami penurunan. Cash ratio mengalami penurunan sebesar 81,39% dan return on investment menurun sebesar 85,72%. Penurunan pada cash ratio disebabkan oleh persentase penurunan padakas dan bank yang jauh lebih besar daripada peningkatan pada kewajiban lancar. Kas dan bank mengalami penurunan sebesar 68,18% dan kewajiban lancar mengalami peningkatan sebesar 816,47%. Selain itu laba bersih dan jumlah aktiva juga mengalami penurunan sebesar 66,72% dan 133,06%. Keadaan ini yang menyebabkan return on investment PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan mengalami penurunan (lihat Tabel 4.3). Output spss dan dekriptif di atas menunjukkan bahwa selama periode penelitian, cash ratio mempunyai hubungan yang negatif terhadap return on
investment PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan, tetapi hubungan tersebut tidak signifikan dan juga tingkat hubungan yang sangat rendah. Artinya cash ratio tidak ada bukti secara statistik mempunyai hubungan dengan return on investment. Hal ini terlihat dari pergerakan cash ratio selama periode 2001 s.d 2006 cenderung mengalami penurunan. Begitu juga return on investment PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan yang mengalami penurunan cash test ratio yang ditunjukkan pada tahun 2001, 2003, 2004 dan 2006.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil analisis hubungan likuiditas (current ratio, acid test ratio, dan cash ratio) terhadap profitabilitas (return on investment) PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan yaitu: 1. Variabel current ratio mempunyai hubungan yang positif terhadap return on investment PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan dan memiliki hubungan yang tidak signifikan serta memiliki tingkat hubungan yang sangat rendah. Koefisien korelasi bertanda positif (+) menunjukkan current ratio berbanding lurus dengan return on investment yang berarti bahwa jika current ratio mengalami peningkatan maka return on investment juga akan mengalami peningkatan, sebaliknya jika current ratio mengalami penurunan maka return on investment juga akan mengalami penurunan.
2. Variabel acid test ratio mempunyai hubungan yang negatif (-) terhadap return on investment PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan, dan memiliki hubungan yang tidak signifikan dimana tingkat hubungan yang dimiliki sangat rendah. Hal ini sesuai dengan hasil analisis yang menyatakan bahwa acid test ratio mempunyai hubungan yang negatif terhadap return on investment. Koefisien korelasi bertanda negatif menunjukkan acid test ratio berbanding terbalik dengan return on investment yang berarti bahwa jika acid test ratio
mengalami peningkatan maka return on investment akan mengalami penurunan, sebaliknya jika acid test ratio mengalami penurunan maka return on investment akan mengalami peningkatan.
3. Variabel cash ratio mempunyai hubungan yang negatif (-) terhadap return on investment PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan, dan memiliki hubungan yang tidak signifikan serta tingkat hubungan yang dimiliki sangat rendah. Hal ini sesuai dengan hasil analisis yang menyatakan bahwa cash ratio mempunyai hubungan yang negatif terhadap return on investment. Koefisien korelasi bertanda negatif menunjukkan cash ratio berbanding terbalik dengan return on investment yang berarti bahwa jika cash ratio mengalami peningkatan maka return on investment akan mengalami penurunan, sebaliknya jika cash ratio mengalami penurunan maka return on investment akan mengalami peningkatan.
B. Saran
1. Berdasarkan hasil penelitian rasio likuiditas yang ditinjau dari acid test ratio dan cash ratio mempunyai hubungan yang negatif terhadap profitabilitas (return on investment) PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan, namun tidak signifikan. Sedangkan current ratio mempunyai hubungan yang positif terhadap profitabilitas (return on investment) PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan dan juga tidak signifikan. Untuk meningkatkan
return on investment atau pengembalian laba atas investasi dapat dilakukan dengan : a. PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan sebaiknya meningkatkan laba bersih dengan meningkatkan usaha dan mengurangi aktiva lancar dalam jumlah yang besar. Pengurangan aktiva lancar akan menyebabkan total aktiva mengalami penurunan sehingga laba akan meningkat. b. PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan jika ingin meningkatkan return on investment sebaiknya mengurangi jumlah aktiva lancar yang jauh lebih besar daripada kewajiban lancar, sehingga total aktiva mengalami penurunan. Selain itu laba bersih juga ditingkatkan, keadan inilah yang akan menyebabkan peningkatan pada return on investment.
2. Berdasarkan hasil penelitian pada PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan, komponen aktiva lancar yang paling besar adalah persediaan dan piutang dagang. Oleh sebab itu manajer keuangan perlu memperhatikan pengendalian dalam mengelola komponen persediaan untuk mencapai profitabilitas yang diharapkan dengan cara menetapkan persediaan yang optimal dan pengorbanan biaya seekonomis mungkin. Sedangkan pada komponen piutang dagang manajer keuangan hendaknya merencanakan kebijakan yang menghasilkan investasi pada piutang yang optimal, terutama pada kebijakan kredit dan penagihan piutang dagang.
3.
Semakin tinggi perusahaan menahan kas berarti semakin tinggi likuiditas perusahaan, yang berarti pula semakin siap perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pemdek. Namun ini berarti perusahaan harus menahan jumlah kas yang berlebih, karena akan membiarkan sejumlah kas yang menganggur (tidak produktif). Akibatnya akan menekan produksi/penjualan dan mencapai profitabilitas. Jadi manajemen PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan sebaiknya memperhatikan anggaran kas yang ada.
4. Hasil koefisien korelasi pada model menunjukkan bahwa masing-masing hubungan variabel current ratio, acid test ratio dan cash ratio dengan tingkat hubungan yang sangat rendah dalam menjelaskan return on investment PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada pengaruh sebab-sebab dari faktor lain selain yang diperhitungkan dalam penelitian ini yang dapat menjelaskan atau mempengaruhi hubungan tingkat profitabilitas PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan dengan lebih baik. Oleh karena itu penulis menyarankan bagi pihak perusahaan agar memperhatikan factor lain selain likuiditas, misalnya aktiva tetap perusahaan atau modal kerja. Bagi peneliti selanjutnya juga agar sebaiknya memasukan atau menggunakan unsur variabel lainnya yang tidak diperhitungkan dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Brigham, et,. 2001. Manajemen Keuangan, Edisi Kedelapan, PT.Gelora Aksara Pratama. Hanafi, M Mahmud. 2004. Manajemen Keuangan, Edisi: 2004/2005, Cetakan Pertama, BPFE, Yogyakarta. Harahap, Sofyan Syafri. 2002. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Edisi Pertama, Cetakan Keempat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Horne, James C Van dan John Wachwicz, Jr. 1999. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan, Alih Bahasa: Heru Sutojo, Buku Satu, Edisi Kesembilan, Salemba Empat, Jakarta. Manalu, Jenny.2006. Analisis Pengaruh Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada PT.Goodyear Sumatra Pantations, Skripsi, USU, Medan (Tidak Dipublikasikan). Nurjannah. 2004. Analisis Hubungan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada PT. INTRACO PENTA, Tbk Medan, Skripsi, USU, Medan (Tidak Dipublikasikan). Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Cetakan Ketujuh, BPFE, Yogyakarta. Sawir, Agnes. 2005. Analisis Kinerja Keuangan Dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, Cetakan Kelima, PT.Gramedia Pustaka Umum, Jakarta. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Kesembilan, CV. Alfabeta, Bandung. Suhardi & Purwanto. 2004. Statistika: Untuk Ekonomi Dan Keuangan Modern, Buku Dua, Edisi Pertama, Salemba Empat, Jakarta. Syamsuddin Lukman. 2002. Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep Aplikasi Dalam Perencanaan, Pengawasan, Dan Pengambilan Keputusan, Edisi Baru, Cetakan Ketujuh, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Warsono, M. M. 2003. Manajemen Keuangan Perusahaan, Jilid Satu, Edisi Tiga, Cetakan Pertama, Bayumedia Publishing, Malang. Weston, J. Fred & Thomas E Copeland. 1999. Manajemen Keuangan, Alih Bahasa: Jaka Wasana, Erlangga Jakarta.