PENGARUH PENGELOLAAN LIKUIDITAS TERHADAP PROFITABILITAS BANK (Studi pada Bank Persero di Indonesia Periode 2011-2014)
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
Dio Alvario 115020100111027
JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015
PENGARUH PENGELOLAAN LIKUIDITAS TERHADAP PROFITABILITAS BANK (Studi pada Bank Persero di Indonesia Periode 2011-2014) Dio Alvario Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
[email protected]
ABSTRAK Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank sendiri mempunyai fungsi sebagai lembaga intermediasi dimana bank melakukan penghimpunan dana dari masyaraat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkannya dalam bentuk kredit kepada pihak yang membutuhkan (Undang-Undang No 7 Tahun 1992 tentang perbankan). Berdasarkan laporan perbankan triwulan pada tahun 2011-2014, menunjukkan trend meningkat pada LDR bank persero dengan trend ROA cenderung konstan. Hal ini berbeda dengan teori yang menyebutkan bahwa meningkatnya LDR akan meningkatkan profit. Selain itu, penelitian terdahulu juga menyebutkan pengaruh positif LDR terhadap profit bank. Dengan adanya perbedaan hasil penelitian dan teori dengan fenomena yang mempengaruhi profitabilitas pada bank persero, penelitian ini akan mencoba menguji konsistensi akan signifikansi variabel-variabel yang pernah diteliti sebelumnya di bank persero (Bank Mandiri, BNI, BRI, dan BTN). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh pengelolaan likuiditas terhadap profitabilitas pada bank persero. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini tingkat likuiditas adalah sebagai variabel independen dan tingkat profitabilitas sebagai variabel dependen. Tingkat likuiditas diukur dengan loan to deposit ratio (LDR), loan to asset ratio (LAR), dan reserve requirement (RR) dan tingkat profitabilitas diukur dengan return on assets (ROA). Metode penelitian yang digunakan adalah model data panel. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pooling, yang merupakan kombinasi antara data cross section dan data time series yang diambil dari laporan triwulananbank persero (Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia, Bank Negara Indonesia, dan Bank Tabungan Negara) selama triwulan 1 periode 2011 hingga triwulan IV periode 2014. Pengujian data dilakukan dengan menggunakan analisis statistik yaitu analisis data panel dan uji t. Uji t digunakan untuk mengguji pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel independen, yaitu likuiditas yang dinilai oleh loan to deposit ratio dan loan to asset ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return on assets. Sedangkan variabel tingkat likuiditas yang dinilai oleh reserve requirement tidak berpengaruh signifikan terhadap return on assets. Kata kunci: likuiditas, profitabilitas, bank persero
A. PENDAHULUAN Menurut Undang-Undang No 7 Tahun 1992 tentang perbankan, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank sendiri mempunyai fungsi sebagai lembaga intermediasi dimana bank melakukan penghimpunan dana dari masyaraat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkannya dalam bentuk kredit kepada pihak yang membutuhkan. Profitabilitas merupakan rasio mengukur efektivitas bank dalam memperoleh laba, atau dengan kata lain profitabilitas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan bank untuk menghasilkan laba. Profitabilitas dalam dunia perbankan dapat dihitung dengan ROA (Return on Assets). ROA merupakan alat ukur efektivitas bank dalam menghasilkan keuntungan dengan perbandingan aktiva yang dimiliki semakin besar ROA akan menunjukan kenaikan profitabilitas. Dalam ketentuan BI (Bank Indonesia) standart minimum dari ROA ialah 1,5% sehingga dapat disimpulkan bahwa bank dengan nilai ROA di bawah 1,5% dapat dikatakan bank yang tidak sehat dalam alat ukur ROA. LDR menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan yang dilakukan oleh nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini, semakin rendah kemampuan likuiditas bank (Simorangkir, 2004:147). Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan menentukan laba bank. Peningkatan LDR berarti dana yang disalurkan dalam bentuk kredit semakin besar sehingga pendapatan bunga bertambah dan laba bank akan meningkat. Peningkatan laba tersebut mengakibatkan ROA semakin tinggi. Jika bank tidak mampu menyalurkan kredit sementara dana yang terhimpun banyak maka akan menyebabkan bank tersebut mengalami kerugian (Kasmir, 2007). Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/11/PBI/2015 Pasal 11 ayat (1), batas bawah LDR Target ditetapkan sebesar 78% dan batas atas LDR Target sebesar 92% LDR Bank berada di atas kisaran LDR Target. Dengan optimalnya LDR maka dalam kegiatan usahanya, bank akan selalu memperoleh keuntungan. Berdasarkan laporan perbankan triwulan pada tahun 2011-2014, menunjukkan trend meningkat pada LDR bank persero dengan trend ROA cenderung konstan. Hal ini berbeda dengan teori yang menyebutkan bahwa meningkatnya LDR akan meningkatkan profit. Selain itu, penelitian terdahulu juga menyebutkan pengaruh positif LDR terhadap profit bank. Dengan adanya perbedaan hasil penelitian dan teori dengan fenomena yang mempengaruhi profitabilitas pada bank persero, penelitian ini akan mencoba menguji konsistensi akan signifikansi variabel-variabel yang pernah diteliti sebelumnya di bank persero (Bank Mandiri, BNI, BRI, dan BTN). Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Pengelolaan Likuiditas terhadap Profitabilitas Bank (Studi pada Bank Persero di Indonesia Periode 2011-2014) ”. Dengan penjelasan yang dijabarkan di atas, maka pokok masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pengaruh LDR, LAR dan RR terhadap tingkat profitabilitas pada bank persero? B. TINJAUAN PUSTAKA Bank adalah suatu lembaga keuangan, yaitu suatu badan yang berfungsi sebagai financial intermediary atau perantara keuangan dari dua pihak, yakni pihak yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana. Karena demikian eratnya kaitan antara bank dan uang, maka bank disebut juga sebagai suatu lembaga yang berniaga uang. Bank menerima simpanan uang dari masyarakat (to receive deposits) dalam bentuk giro, deposito, dan tabungan. Kemudian uang tersebut dikembalikan lagi kepada masyarakat dalam bentuk kredit (to make loans) (Sinungan, 2000). Manajemen likuiditas merupakan sebuah aspek penting dalam perbankan diamana perbankan dalam memberikan kredit terdapat dapat bersifat jangka pendek ddan jangka panjang yang berpotensi dapat menyebabkan bank menjadi tidak likuid (illiquid). Potensi tidak likuid ini harus direncanakan, dengan membuat perencanaan tentang estimasi jumlah kebutuhan likuiditas (Puspopranoto,2004). Bank melaksanakan kegiatan usahanya untuk kesejahteraan rakyat banyak juga mempunyai sasaran bisnis yang tidak berbeda dengan badan usaha pada umumnya, yaitu mendapatkan keuntungan (profit) yang layak. Dalam operasionalnya, bank menyalurkan kredit kepada masyarakat dari dana yang diperoleh dengan harga tertentu. Bank tidak serta-merta memberikan kredit tanpa adanya imbalan yang menguntungkan. Secara teknis, bank menetapkan jumlah bunga tertentu seiring dengan kredit yang
diberikan kepada peminjam untuk dibayarkan sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan sebagai imbalan. Jumlah bunga ini nantinya akan menjadi keuntungan bagi bank setelah dikurangi dengan biaya-biaya operasional lainnya atau biasa disebut dengan spread, yaitu selisih antara bunga kredit dan bunga deposito. Reed dan Gill (1989) menyebutkan ada berbagai faktor yang menentukan tingkat profit bank komersial, yaitu tingkat pengembalian (return) pada kredit dan investasi, tingkat beban dan biaya operasional jasa perbankan, serta ukuran dan komposisi aset yang dimiliki oleh bank tersebut. Adapun dalam penelitian ini, penulis menggunakan indikator Return on Assets sebagai indikator profitabilitas bank. Hempel, dkk. (1994) menyebutkan bahwa Return on Assets mencerminkan kemampuan manajemen bank dalam memanfaatkan seluruh sumber dana untuk mendapatkan keuntungan. Dengan demikian ROA dapat dijadikan sebagai ukuran efisiensi manajemen bank dalam mengelola asetnya. Secara matematis, ROA dapat ditulis sebagai berikut:
Makin besar nilai ROA, makin efisen pula manajemen pengelolaan aset yang dilakukan oleh bank. Selain itu, makin besar nilai ROA menunjukkan kinerja keuangan yang membaik, karena tingkat return yang meningkat. Dengan kata lain, nilai ROA menunjukkan perbandingan lurus antara keuntungan dengan jumlah aset bank. Loan Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini memperlihatkan tingkat likuiditas suatu bank. Kasmir (2007) menyatakan bahwa semakin tinggi LDR menunjukkan semakin riskan kondisi likuiditas bank, sebaliknya semakin rendah LDR menunjukkan kurangnya efektivitas bank dalam menyalurkan kredit. Semakin tinggi LDR maka laba perusahaan mempunyai kemungkinan untuk meningkat dengan catatan bahwa bank tersebut mampu menyalurkan kreditnya dengan optimal, maka disimpulkan bahwa LDR berpengaruh positif terhadap laba bank. Dalam menentukan kecukupan likuiditas dalam kerangka ini, harus membandingkan dengan jumlah aset yang likuid dengan kebutuhan likuiditas yang diperkiranan (Reed,1989), Loan Deposit Ratio (LDR) merupakan perbandingan antara kredit yang diberikan dan dan pihak ketiga termasuk pinjaman yang diterima, tidak termasuk pinjaman subordinasi. Loan Asset Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total asset yang dimiliki bank. Dengan kata lain, rasio ini merupakan perbandingan seberapa besar kredit yang diberikan bank dibandingkan dengan besarnya total aset yang dimiliki bank. Semakin tinggi rasio ini, tingkat likuiditasnya semakin kecil karena jumlah asset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya menjadi semakin besar (Dendawijaya, 2001). Rasio ini dirumuskan sebagai berikut. Reserve Requirement (RR) adalah suatu simpanan minimum yang wajib dipelihara dalam bentuk giro di Bank Indonesia bagi semua bank. Bank Indonesia telah banyak merubah kebijakan pemenuhan giro wajib minumum (GWM) pada bank-bank di Indonesia. Setidaknya ada empat Peraturan Bank Indonesia tentang pemenuhan giro wajib minimum pada bank umum sejak November 2010. Pada peraturan nomor 12/19/PBI/2010, Bank Indonesia menetapkan GWM premier dalam Rupiah sebesar 8%, GWM sekunder dalam Rupiah sebesar 2.5%, dan GWM dalam valuta asing sebesar 1%. Peraturan selanjutnya, nomor 13/10/PBI/2011, merubah ketentuan pemenuhan GWM dalam valuta asing menjadi 5% dan 8%. Kemudian pada peraturan nomor 15/7/PBI/2013, Bank Indonesia kembali merubah peraturan nomor 12/19/PBI/2010 pada persentase GWM sekunder dalam Rupiah menjadi 3%, 3.5%, dan 4% yang masing-masing diberlaku mulai tanggal 1 Oktober, 1 November, dan 2 Desember 2013.Peraturan Bank Indonesia yang terakhir, nomor 15/15/PBI/2013, tentang pemenuhan GWM pada bank umum menetapkan persentase pemenuhan GWM dalam Rupiah sebesar 8% (premier) dan 4% (sekunder) serta 8% GWM dalam valuta asing.Reserve Requirement (RR) merupakan ketentuan bagi setiap bank umum untuk menyisihkan sebagian dari dana pihak ketiga yang berhasil dihimpunnya
dalam bentuk giro wajib minimum yang berupa rekening giro bank yang bersangkutan pada Bank Indonesia (Dendawijaya, 2001). Rumus dari perhitungan rasio ini adalah sebagai berikut:
C. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Objek yang akan diteliti adalah bank persero di Indonesia. Alasan pemilihan bank persero didasarkan pada status kepemilikan bank, yaitu kepemilikan negara. Bank dengan status kepemilikan negara mempunyai modal dengan sebagian besar kepemilikan merupakan milik pemerintah dan sisanya milik bukan pemerintah. Artinya sisa modal pada bank didapat dari penjualan saham pada Bursa Efek Indonesia. Dengan demikian, hasil penelitian ini diharapkan dapat menggeneralisasi kondisi bank persero (Bank Mandiri, BRI, BNI dan BTN) di Indonesia. Tahun yang dipilih adalah tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 dengan data triwulanan (3 bulan). Data diperoleh dari laporan keuangan triwulanan dalam situs resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bank Indonesia. Metode Analisis Teknik analisa yang digunakan analisis regresi data panel. Data panel adalah kombinasi antara data silang tempat (cross section) dengan data runtut waktu (time series) (Widarjono, 2013). Terdapat beberapa metode yang biasa digunakan dalam mengestimasi model regresi dengan data panel, yaitu pooling least square (Common Effect), pendekatan efek tetap (Fixed Effect), pendekatan efek random (Random Effect). Penentuan model terbaik antara common effect, fixed effect, dan random effect menggunakan dua teknik estimasi, Chow dan Hausman test. Pengujian hipotesis dilakukan jika telah memenuhi uji asumsi klasik yang terdiri dari uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas. Secara statistik, analisa ini dapat dapat diukur dari uji t-statistik dan uji F-statistik. D. HASIL DAN PEMBAHASAN Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa penelitian ini juga akan menggunakan analisis deskriptif guna memperkuat hasil dari penelitian ini. Penggunaan analisis ini berhubungan dengan pengumpulan data yang pada akhirnya memberikan informasi yang berguna.Analisis deskriptif mempermudah pengungkapan berbagai informasi yang penting, dari data yang ada ke dalam bentuk yang ringkas, namun tetap membutuhkan adanya penjelasan.Berikut ini akan dijelaskan gambaran umum kondisi masing-masing variabel secara deskriptif. Grafik 4.1 : Perkembangan ROA Bank Persero Periode 2011Q1-2014Q4 6.00% 5.00% 4.00% 3.00% 2.00% 1.00% 0.00%
B. Mandiri BRI
Des-14
Sep-14
Jun-14
Mar-14
Des-13
Sep-13
Jun-13
Mar-13
Des-12
Sep-12
Jun-12
Mar-12
Des-11
Sep-11
Jun-11
Mar-11
BNI BTN
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan, diolah (2015) Gambar di atas menunjukkan perkembangan ROA bank persero selama periode penelitian yang relatif stagnan. Hal ini menunjukkan konsistensi manajemen bank dalam mengelola asetnya. Bank Mandiri pada tahun 2011 cenderung menurun secara terus-menerus, dimana triwulan I ke triwulan II terlihat turun cukup besar dari sebesar 4.70% menjadi sebesar 3,88%. Meskipun demikian, terdapat
perbedaan yang relatif tinggi pada Bank Negara Indonesia, dimana terdapat perbedaan sebesar 2.82% pada awal periode dan sebesar 3.62% pada akhir periode penelitian. Selain itu perbedaan yang relatif menurun pada Bank Tabungan Negara, dimana terdapat perbedaan sebesar 1.93% pada awal periode dan sebesar 1.12% pada akhir periode penelitian. Pada tahun 2014, ROA BTN belum mencapai standar yang ditentukan oleh Bank Indonesia maka dapat dikatakan pada tahun ini kondisi BTN sedang tidak sehat. Grafik 4.2 : Perkembangan LDR Bank Persero Periode 2011Q1-2014Q4 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0%
B. Mandiri BRI
Des-14
Sep-14
Jun-14
Mar-14
Des-13
Sep-13
Jun-13
Mar-13
Des-12
Sep-12
Jun-12
Mar-12
Des-11
Sep-11
Jun-11
Mar-11
BNI BTN
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan, diolah (2015) Gambar di atas menunjukkan perkembangan LDR bank persero selama periode penelitian yang relatif fluktuatif selain Bank Tabungan Negara yang cenderung konstan. Meskipun demikian, terdapat perbedaan yang relatif tinggi pada Bank Mandiri, dimana terdapat perbedaan sebesar 67.93% pada awal periode dan sebesar 82.02% pada akhir periode penelitian. Berbeda pada BRI yang cenderung menurun, dimana terdapat perbedaan sebesar 85.75% pada awal periode dan sebesar 81.68% pada akhir periode. Grafik 4.3 : Perkembangan LAR Bank Persero Periode 2011Q1-2014Q4 80% 60%
B. Mandiri
40%
BRI
Des-14
Sep-14
Jun-14
Mar-14
Des-13
Sep-13
Jun-13
Mar-13
Des-12
Sep-12
Jun-12
Mar-12
Des-11
BTN Sep-11
0% Jun-11
BNI Mar-11
20%
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan, diolah (2015) Gambar di atas menunjukkan perkembangan LAR bank persero selama periode penelitian yang relatif naik kecuali pada BRI yang cenderung menurun tajam. Perbedaan yang relatif tinggi pada Bank Negara Indonesia dan Bank Mandiri, dimana BNI terdapat perbedaan sebesar 2.82% pada awal periode dan sebesar 3.62% pada akhir periode penelitian. Sedangkan Bank Mandiri terdapat perbedaan sebesar 52.88% pada awal periode dan sebesar 62.78% pada akhir periode. Selain itu perbedaan yang relatif menurun pada Bank Rakyat Indonesia, dimana terdapat perbedaan sebesar 67.94% pada awal periode dan sebesar 63.03% pada akhir periode penelitian.
Grafik 4.4: Perkembangan RR Bank Persero Periode 2011Q1-2014Q4 25% 20%
Des-14
Sep-14
Jun-14
Mar-14
Des-13
Sep-13
Jun-13
Mar-13
Des-12
BTN Sep-12
0%
Jun-12
BNI Mar-12
5% Des-11
BRI
Sep-11
10%
Jun-11
B. Mandiri
Mar-11
15%
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan, diolah (2015) Gambar di atas menunjukkan perkembangan RR bank persero selama periode penelitian yang relatif turun. Hal tersebut terlihat pada BNI yang cenderung menurun tajam, dimana sebesar 13.44% pada awal periode dan sebesar 7.06% pada akhir periode. Berbeda dengan pada Bank Mandiri, BRI dan BTN yang mengalami penurunan yang cenderung sedikit. Estimasi Model Analisis model pada penelitian ini menggunakan metode common dan fixed effect; sedangkan metode random effect tidak digunakan karena jumlah variabel penelitian lebih banyak daripada unit crosssections sehingga tidak dapat dilakukan estimasi random effect dan juga uji signifikansi Hausman test pada program Eviews. Berdasarkan hasil uji signifikansi Chow, diperoleh metode estimasi terbaik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode fixed effect. Adapun dengan metode fixed effect diperoleh hasil regresi data panel yang terdapat autokorelasi positif dan heteroskedastisitas pada model ROA , sehingga diperlukan perbaikan dengan cross-section SUR dengan hasil sebagai berikut. Tabel 4.1 Hasil Regresi ROA dengan Fixed Effect Cross-section SUR Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.026537 0.008396 3.160652 0.0025 LDR? 0.032441 0.015792 2.054332 0.0445 RR? 0.015956 0.011784 1.354023 0.1811 LAR? 0.036860 0.021504 1.714084 0.0919 Fixed Effects (Cross) _MANDIRI-R-squared : 0.984432 C 0.004089 _BRI--C 0.016707 F-statistic : 600.7104 _BNI--C -0.000610 Prob(F-statistic) : 0.000000 _BTN--C -0.020186 Durbin-Watson stat : 0.975033 Sumber: Hasil output Eviews, diolah (2015). Hasil Uji Hipotesis Pengujian terhadap masing-masing hipotesis dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan cara berikut ini : Uji signifikansi variable independen (X) terhadap variable independen (Y) baik secara bersama-sama ataupun secara parsial pada hipotesis 1 (H1) sampai dengan hipotesis 3 (H3) dilakukan dengan Uji t dan Uji F.
Tabel 4.2 Hasil Uji t-statistic dan Uji F-statistic
Variabel Koef. Regresi Loan Deposit Ratio 0.032441 Reserve Requirement 0.036860 Loan Asset Ratio 0.015956 F-statistic = 600.7104 Prob (F-statistic) = 0.000000
T. Stat 2.054332 1.354023 1.714084
T. Prob 0.0025 0.1811 0.0919
Signifikansi Signifikan Tidak Signifikan Signifikan
Sumber: Hasil Output Eviews (2015) Uji simultan atau uji F dilakukan untuk melihat variabel bebas mempengaruhi variabel tidak bebas secara bersama-sama (simultan). Dalam penelitian ini, variabel yang dilihat untuk mengetahui pengaruhnya secara simultan adalah variabe LDR, LAR, dan RR terhadap variabel dependen profitabilitas bank yaitu ROA. Pada tabel 4.2 diatas diperoleh pula nilai propbabilitas F-statistik sebesar 0.000000 dengan nilai alpha sebesar 0.10 dimana nilai probabilitasnya lebih kecil dibandingkan dengan nilai alpha. Sehingga dapat dikatakan bahwa variabel independent secara bersama-sama mampu mempengaruhi variabel dependent, atau dapat disimpulkan bahwa variabel independent yaitu LDR, LAR, dan RR secara bersama sama signifikan mempengaruhi variabel dependent yaitu ROA. Uji parsial (t test) dilakukan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel-variabel independen, yaitu LDR, LAR dan RR secara individual terhadap variabel dependen (ROA atau Pertumbuhan Laba) pada Bank Persero. Variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) mempunyai tingkat probabilitas sebesar 0.0445 dengan nilai alpha sebesar 0.10, hal ini menunjukan bahwa variable LDR berpengaruh signfikan terhadap variabel Return On Asset (ROA) dikarenakan nilai probabilitasnya yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai alpha. Setiap kenaikan 1% LDR akan meningkatkan 0.03% rata-rata ROA. Selanjutnya variabel Loan to Asset Ratio (LAR) mempunyai tingkat probabilitas sebesar 0.0919 dengan nilai alpha sebesar 0.10, hal ini menunjukan bahwa variabel LAR berpengaruh signfikan terhadap variabel Return On Asset (ROA) dikarenakan nilai probabilitasnya yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai alpha. Jika variabel LAR dinyatakan signifikan maka variabel ini mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap terhadap ROA. Pada Reserve Requirement (RR) mempunyai tingkat probabilitas sebesar 0.1811 dengan nilai alpha sebesar 0.10, maka hal ini menunjukan bahwa variabel RR tidak berpengaruh signfikan terhadap variabel Return On Assets (ROA) dikarenakan nilai probabilitasnya yang lebih besar dibandingkan dengan nilai alpha. Diskusi dan Analisis Modal yang besar memungkinkan bank untuk menciptakan kredit yang lebih besar sehingga akan meningkatkan laba karena dengan modal yang besar, bank akan semakin berani untuk menyalurkan kredit dan menghasilkan aktiva produktif lain selain kredit seperti surat-surat berharga, obligasi dan penyertaan bank dalam perusahaan lain. Berdasarkan pada Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Bank Mandiri, BRI dan BNI tahun 2011 hingga 2014 memiliki kategori aman karena berdasarkan peraturan BI Nomor 17/11/PBI/2013 Pasal 11 LDR yang baik antara 78% hingga 92%. Dalam periode penelitian rasio LDR yang dimiliki oleh BTN rata-rata berada diangka lebih dari 100%, dimana toleransi LDR menurut peraturan Bank Indonesia no. 15/15/PBI/2013 batas bawah LDR target sebesar 78% dan batas atas LDR target sebesar 92%.Sedangkan pengaruh yang dinilai oleh loan to deposit ratio terhadap return on assets yang signifikan menunjukkan bahwa setiap pertambahan loan to deposit ratio mengakibatkan likuiditas turun yang mengindikasikan kenaikan laba. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Dendawijaya (2003) bahwa tingginya loan to deposit ratio menunjukkan rendahnya likuiditas dan rendahnya likuiditas akan menyebabkan laba meningkat. Sebaliknya rendahnya loan to deposit ratio menunjukkan tingginya likuiditas dan menyebabkan laba menurun, dan kenaikan tersebut berpengaruh signifikan terhadap return on assets. Dengan optimalnya LDR maka dalam kegiatan usahanya, bank akan selalu memperoleh keuntungan. Kemudian bagi pihak investor, LDR dapat dijadikan acuan untuk menentukan strategi investasinya. Semakin likuid suatu bank, maka dapat disimpulkan kelangsungan hidup bank tersebut akan berlangsung lama, dengan
demikian investor akan tertarik untuk berinvestasi di bank tersebut karena yakin bahwa investasi yang ditanamkan akan selalu menghasilkan keuntungan bagi dirinya. Sementara dari pihak regulator (Bank Indonesia) merupakan salah satu faktor yang menentukan bahwa bank tersebut sehat atau tidak, sehingga diharapkan BI selalu memantau LDR perbankan agar kinerja keuangan yang dicapai bankbank tersebut dapat meningkat. LAR berpengaruh signifikan terhadap ROA pada tingkat kepercayaan 10%. Rasio LAR digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi permintaan kredit dengan meggunakan total aset yang dimiliki bank. Berdasarkan nilai rasio LAR Bank Persero (BNI, dan BTN) dari tahun 2011 hingga 2014 mengalami kenaikan yang signifikan tetapi berbeda pada Bank Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang mengalami penurunan pada tahun 2014. Nilai rasio LAR yang terus meningkat memang baik tetapi harus tetap diperhatikan, jika kenaikan tersebut semakin besar maka bank tersebut terindikasi tidak likuid. Nilai Rasio LAR yang terlalu besar mengindikasikan bahwa bank beresiko mengeluarkan asetnya lebih banyak untuk membiayai kredit yang terindikasi bermasalah. Apabila kredit yang diberikan lebih banyak, risiko yang didapatkan dari kredit tersebut akan semakin besar juga dan dapat mempengaruhi likuiditas bank atas aset yang dimilikinya. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Dendawijaya (2003) yang menyatakan semakin tinggi rasio LAR, tingkat likuiditasnya semakin kecil karena jumlah asset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya menjadi semakin besar. Giro wajib minimum digunakan oleh Bank Indonesia selaku regulator perbankan di Indonesia dalam mengendalikan jumlah uang beredar. Bank Indonesia meningkatkan persentase pemenuhan GWM guna menekan jumlah uang yang beredar di masyarakat. Selain itu, penggunan GWM juga dapat meminimalisir risiko likuiditas bank. Bank menyimpan sejumlah dana yang tidak digunakan agar sewaktu-waktu dapat memenuhi kewajibannya. RR tidak signifikan terhadap ROA pada tingkat kepercayaan 10%. Hal ini kemungkinan terjadi karena rasio GWM pada bank umum menunjukkan trend yang meningkat namun peningkatan tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA yang diperoleh karena rata–rata besarnya peningkatan GWM pada bank umum tidak begitu signifikan. Persentase besarnya dana pihak ketiga yang dialokasikan untuk GWM relatif lebih kecil dibandingkan dengan persentase dana pihak ketiga yang didistribusikan ke masyarakat sehingga GWM tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Seperti yang dikemukakan oleh Pohan (2008), makin kecil persentase GWM, makin besar kemampuan bank memanfaatkan reserves-nya untuk memberikan pinjaman dalam jumlah yang lebih besar kepada masyarakat. Sebaliknya, makin besar persentase, makin berkurang kemampuan bank untuk memberikan pinjaman. Dengan demikian, tingkat profit bank bergantung pada GWM. E. KESIMPULAN Kesimpulan Kesimpulan yang bisa ditarik dari hasil penelitian dan pembahasan adalah : 1. Penurunan likuiditas yang dinilai dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) akan meningkatan profitabilitas perbankan. Saat penyaluran kredit terhadap dana pihak ketiga lancar, bank akan mendapatkan peningkatan pendapatan (return) dari kegiatan tersebut dan laba yang akan dihasilkan akan meningkat pula. Hal ini dikarenakan oleh fungsi intermediasi bank, dimana bank beroperasi dan mencari profit dengan menyalurkan kredit kepada masyarakat. 2. Penurunan likuiditas yang dinilai dengan Loan Assets Ratio (LAR) akan meningkatan profitabilitas perbankan Return On Asset (ROA). Semakin tinggi rasio LAR, semakin tinggi pula ROA bank. Saat komposisi aset kredit pada aset meningkat, bank dapat memaksimalkan pendapatan bunga kredit sehingga profit bank akan meningkat. 3. Likuiditas yang dinilai dengan Reserve Requirement (RR) tidak berpengaruh terhadap profitabilitas perbankan. Hal ini dikarenakan RR merupakan alat pemerintah sebagai regulator. Bank akan tetap beradaptasi meskipun terjadi perubahan kebijakan pemerintah. Dengan demikian, ROA bank tidak serta-merta dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah berupa RR.
Saran Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian di atas, maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut: 1. Manajemen bank dapat meningkatkan profit dengan meningkatkan jumlah kredit yang disalurkan. 2. Perlu dipertimbangkan bahwa aset likuid pada bank dapat dialokasikan pada obligasi, seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
DAFTAR PUSTAKA Dendawijaya, L. 2003. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hempel, G. H., Simonson, D. G., & Coleman, A. B. 1994. Bank management: text and cases. Kasmir. 2007. Manajemen Perbankan. PT. RajaGrafindo Persada: Jakarta Kuncoro, Mudrajad. 2011. Metode Kuantitatif, Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan Ekonomi. Edisi keempat. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Otoritas Jasa Keuangan. 2015. Laporan Publikasi Bank Umum Konvensional. http://www.ojk.go.id/apps.php?i=cfs diakses pada diakses 14 Maret 2015 Pohan, A. 2008. Potret Kebijakan Moneter Indonesia. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Puspopranoto, Sawaldjo. 2004. Keuangan perbankan dan pasar keuangan, konsep teori, dan realita. Jakarta : LP3ES. Reed, Edward k.Gill, Edward. 1989. Bank umum edisi keempat. Jakarta : Bumi Aksara. Simorangkir, O.P. 2004. Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank. Cetakan Kedua. Ciawi: Ghalia Indonesia Sinungan, M. 2000. Manajemen Dana Bank. Jakarta : Bumi Aksara. Widarjono, Agus. 2013. Ekonometrika Edisi ke-4.Yogyakarta: UPP STIM YKPN.