Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA PADA SISWA KELAS XI IPA SMA GUNUNG SARI MAKASSAR JURNAL 1
1, 2
Samirudin, 2M. Ide Said DM, 3Rusdi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Muhammadiyah Makassar 3 LP3TK-KPTK Sulawesi Selatan ABSTRAK
Masalah utama dalam penelitian ini yakni menghubungkan kemampua membaca pemahaman dengan kemampuan menulis teks berita pada siswa kelas XI IPA SMA Gunung Sari Makassar. Penelitian ini bertujuan mengetahui adakah hubungan kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan menulis teks berita pada siswa kelas XI IPA SMA Gunung Sari Makassar. Jenis penelitian ini adalah deskripsi kuantitatif dan menggunakan metode analisis korelasional yakni menghubungkan kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan menulis teks berita. Subjek dalam penilitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Gunung Sari Makassar. Hasil penelitian menunjukkan kriteria tingkat korelasi, karena nilai r hitung adalah 0,963 berarti berada pada rentang nilai di antara 0,800 sampai dengan 1,000, maka dapat dikatakan bahwa nilai-nilai kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan menulis teks berita siswa kelas XI IPA SMA Gunung Sari Makassar mempunyai tingkat korelasi sangat tinggi. Untuk kemampuan membaca pemahaman, pada umumnya siswa memiliki tingkat kebiasaan membaca sedang. Hal ini terbukti dari 20 siswa terdapat 11 orang yang memiliki kebiasaan membaca tingkat sedang dan 9 orang memiliki tingkat kebiasaan yang tinggi. Artinya 55% yang memiliki kemampuan membaca pemahaman tingkat sedang dan45% memiliki kebiasaan membaca tingkat tinggi. Demikian pula kemampuan menulis teks berita, hampir semua siswa memiliki kemampuan menulis teks berita tingkat rendah. Ini terbukti dari 20 siswa, terdapat 1 orang yang memiliki kemampuan menulis teks berita tingkat rendah, 12 orang siswa memiliki kemampuan menulis teks berita tingkat sedang dan 7 orang siswa memiliki kemampuan menulis teks berita tingkat tinggi. Artinya 5% yang memiliki kemampuan menulis teks berita tingkat rendah, 60% kemampuan menulis tek berita sedang, dan 35% memiliki kemampuan membaca menulis tek berita tingkat tinggi. Kata Kunci: Membaca, Pemahaman, Menulis, Teks, Berita
SAMIRUDDIN, DKK/ HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA PADA SISWA KELAS XI IPA SMA GUNUNG SARI MAKASSAR JURNAL
102
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
PENDAHULUAN Pemerintah berupaya melakukan kegiatan pendidikan secara terprogram agar tercapai tujuan pendidikan. Salah satu mata pelajaran yang menjadi fokus adalah mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya membaca dan menulis. Pada semua jenjang pendidikan, kemampuan membaca menjadi skala prioritas yang harus dikuasai siswa. Dengan membaca siswa akan memperoleh berbagai informasi yang sebelumnya tidak pernah didapatkan. Semakin banyak membaca semakin banyak pula informasi yang diperoleh. Oleh karena itu, membaca merupakan jendela dunia, yang dapat melihat dan mengetahui segala sesuatu yang terjadi. Baik peristiwa yang terjadi pada masa lampau, sekarang, bahkan yang akan datang. Banyak manfaat yang diperoleh dari kegiatan membaca. Oleh karena itu, sepantasnyalah siswa harus melakukannya atas dasar kebutuhan, bukan karena suatu paksaan. Jika siswa membaca atas dasar kebutuhan, maka ia akan mendapatkan segala informasi yang ia inginkan. Namun, sebaliknya jika siswa membaca atas dasar paksaan, maka informasi yang ia peroleh tidak akan maksimal. Membaca merupakan kemampuan yang kompleks. Membaca bukanlah kegiatan memandangi lambang-lambang yang tertulis semata. Bermacam-macam kemampuan dikerahkan oleh seorang pembaca, agar dia mampu memahami materi yang dibacanya. Pembaca berupaya agar lambang-lambang yang dilihatnya itu menjadi lambanglambang yang bermakna baginya. Kegiatan membaca juga merupakan aktivitas berbahasa yang bersifat aktif reseptif. Dikatakan aktif, karena di dalam kegiatan membaca sesungguhnya terjadi interaksi antara pembaca dan penulisnya, dan dikatakan reseptif, karena si pembaca bertindak selaku penerima pesan dalam suatu korelasi komunikasi antara penulis dan pembaca yang bersifat langsung.Bagi siswa, membaca tidak hanya berperan dalam menguasai bidang studi yang dipelajarinya saja. Namun membaca juga berperan dalam mengetahui berbagai macam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang. Melalui membaca, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat diketahui dan dipahami sebelum dapat diaplikasikan. Menurut Tampubolon (1991:5) membaca merupakan satu dari empat kemampuan bahasa pokok, dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan. Keterampilan berbahasa berkorelasi dengan proses-proses berpikir yang m endasari bahasa. Hal itu menyebabkan adanya sebuah ungkapan, “bahasa seseorang mencerminkan pikirannya”. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas jalan pikirannya. Kegiatan membaca perlu dibiasakan sejak dini, yakni mulai dari anak-anak mengenal huruf. Jadikanlah kegiatan membaca sebagai suatu kebutuhan dan menjadi hal yang menyenangkan bagi siswa. Membaca dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja asalkan ada keinginan, semangat, dan motivasi. Jika hal ini terwujud, diharapkan membaca dapat menjadi bagian dari kehidupan yang tidak dapat dipisahkan seperti sebuah slogan yang mengatakan “tiada hari tanpa membaca”.Tentunya ini memerlukan ketekunan dan latihan yang berkesinambungan untuk melatih kebiasaan membaca agar kemampuan membaca, khususnya membaca pemahaman dapat dicapai.
SAMIRUDDIN, DKK/ HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA PADA SISWA KELAS XI IPA SMA GUNUNG SARI MAKASSAR JURNAL
103
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
LANDASAN TEORI Kemampuan membaca ialah kecepatan membaca dan pemahaman isi secara keseluruhan (Tampubolon, 1991:7). Keluhan tentang rendahnya kebiasaan membaca dan kemampuan membaca di tingkat Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMA), tidak bisa dikatakan sebagai kelalaian guru pada sekolah yang bersangkutan. Namun hal ini harus dikembalikan lagi pada pembiasaan membaca ketika siswa masih kecil. Peranan orang tualah yang lebih dominan dalam membentuk kebiasaan membaca anak. Bagaimana mungkin seorang anak memiliki kebiasaan membaca yang tinggi sedangkan orang tuanya tidak pernah memberikan contoh dan mengarahkan anaknya agar terbiasa membaca. Karena seorang anak akan lebih tertarik dan termotivasi melakukan sesuatu kalau disertai dengan pemberian contoh, bukan hanya sekadar teori atau memberi tahu saja. Ketika anak memasuki usia sekolah, barulah guru memiliki peran dalam mengembangkan minat baca yang kemudian dapat meningkatkan kebiasaan membaca siswa. Dengan demikian, orang tua dan guru sama-sama memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk dan meningkatkan kebiasaan membaca anak. Adapun menurut Tarigan (2008) kemampuan bahasa pokok atau keterampilan berbahasa dalam kurikulum di sekolah mencakup empat segi, yaitu :(1) keterampilan menyimak/mendengarkan ( listening skills), (2) keterampilan berbicara ( speaking skills), (3) keterampilan membaca (reading skills), (4) keterampilan menulis ( writing skills). Empat keterampilan berbahasa tersebut memiliki keterkaitan yang sangat erat satu sama lain, dan saling berkorelasi. Seorang bayi pada tahap awal, ia hanya dapat mendengar, dan menyimak apa yang di katakan orang di sekitarnya. Kemudian karena seringnya mendengar dan menyimak secara berangsur ia akan menirukan suara atau kata-kata yang didengarnya dengan belajar berbicara. Setelah memasuki usia sekolah, ia akan belajar membaca mulai dari mengenal huruf sampai merangkai huruf-huruf tersebut menjadi sebuah kata bahkan menjadi sebuah kalimat. Kemudian ia akan mulai belajar menulis huruf, kata, dan kalimat. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan suatu kegiatan yang mempunyai hubungan dengan proses berpikir serta keterampilan ekspresi dalam bentuk tulisan walaupun menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa, tetapi dalam proses pembelajaran bahasa tidak mungkin dipisahkan dengan keterampilan berbahasa yang lain seperti mendengarkan, berbicara an membaca. Keempat keterampilan berbahasa itu terdapat saling melengkapi. Pengajaran keterampilan menulis Bahasa Indonesia untuk siswa SMA diarahkan ke pencapaian kompetensi yang dapat terlibat dalam kemampuan siswa mengungkapkan berbagai makna dengan langkah-langkah retorika yang benar di dalam teks tertulis tentang suatu topik berkaitan dengan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari (kontekstual), dengan penekanan ciri-ciri ragam bahasa tulis. Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang terpadu, yang ditujukan untuk menghasilkan sesuatu yang disebut tulisan. Menurut Akhadiah, dkk (1989:2) bahasa menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta
SAMIRUDDIN, DKK/ HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA PADA SISWA KELAS XI IPA SMA GUNUNG SARI MAKASSAR JURNAL
104
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
mengungkapkannya secara tersurat. Dalam proses pembelajaran keterampilan ini bisa diwujudkan dalam bentuk materi menulis teks berita dengan berbagai indikatornya. Menulis teks berita merupakan bagian dari kemampuan keterampilan menulis.Menulis teks berita berarti menyampaikan fakta-fakta atau kejadian di lapangan melalui tulisan. Alatnya adalah bahasa yang terdiri atas kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, dan wacana. Pikiran yang disampaikan kepada orang lain harus dinyatakan dengan kata yang mendukung makna secara tepat dan sesuai dengan apa yang ingin dinyatakan. Makin teratur bahasa yang digunakan, makin mudah orang menangkap pikiran yang disalurkan melalui bahasa itu. Oleh karena itu, menulis teks berita di sekolah sangatlah penting. Menulis berita memiliki struktur tersendiri. Caranya tidak seperti menulis karangan atau teks yang lainnya. Tetapi disusun sedemikian rupa untuk memudahkan para pembaca memahami secara mudah dan benar.Untuk menulis berita memiliki struktur dengan pola piramida terbalik, yaitu menempatkan fakta paling penting pada awal berita dari bahan-bahan berita yang diperoleh, kemudian fakta-fakta penting lainnya, dan selanjutnya fakta yang kurang penting ditempatkan dibawah. Pembelajaran keterampilan menulis bahasa Indonesia yang berkaitan dengan kemampuan menulis teks berita harus diberikan pada siswa sebagai salah satu keterampilan menulis yang harus dikembangkan di sekolah, dengan tujuan untuk memberikan bekal pada siswa dalam hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Para siswa memposisikan diri sebagai diri sendiri yang memerlukan sesuatu bekal untuk kehidupannya nanti. Siswa perlu mengerti apa makna belajar menulis teks berita bagi dirinya, apa manfaatnya dan bagaimana usaha mereka mencapainya sehingga mereka sadar bahwa apa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Atas dasar hal tersebut penulis mencoba mengadakan penelitian tentang hubungan kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan menulis teks berita. Hasil penelitian tersebut dibahas dalam sekripsi yang berjudul “Hubungan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Kemampuan Menulis Teks Berita pada siswa kelas XI IPA SMA Gunung Sari Makassar. Setelah dilakukan pembatasan masalah, dalam penelitian ini masalah dirumuskan menjadi: Adakah korelasi antara kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan menulis teks berita? Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah hubungan kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan menulis teks berita. Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang dikemukakan di atas, hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut: Bagi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, sebagai masukan tentang hubungan kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan menulis teks berita. Bagi sekolah, diharapkan mampu menambah informasi tentang pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pembelajaran menulis teks berita. Bagi guru, diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran menulis teks berita. Bagi siswa, diharapkan dapat digunakan untuk membantu
SAMIRUDDIN, DKK/ HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA PADA SISWA KELAS XI IPA SMA GUNUNG SARI MAKASSAR JURNAL
105
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
meningkatkan kemampuan menulis teks berita. Bagi peneliti, diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan menulis teks berita siswa. Guna mengkaji lebih dalam lagi tentang judul skripsi ini, maka perlu diuraikan beberapa teori yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas. Untuk itu penulis mengambil beberapa pendapat dan pikiran pokok para ahli, yang kemudian dijadikan acuan guna menunjang penelitian ini. Membaca adalah salah satu dari empat keterampilan berbahasa. Dalam kegiatan membaca, kegiatan lebih banyak dititikberatkan pada keterampilan membaca daripada teoriteori membaca itu sendiri. Tarigan (2008) menyebutkan tiga komponen dalam keterampilan membaca, yaitu: (1) pengenalan terhadap aksara-aksara serta tanda-tanda baca; (2) korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik yang formal; (3) hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna. Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna, arti (meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca. Membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecil lainnya. Secara garis besar aspek-aspek membaca dapat dibagi menjadi dua. Pertama; Keterampilan yang bersifat mekanis mencakup: (1) pengenalan bentuk huruf; (2) pengenalan unsur-unsur liguistik (fonem, kata, frase, pola klausa, kalimat, dan lainlain); (3) pengenalan hubungan atau korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis) dan (4) kecepatan membaca bertaraf lambat. Kedua, Keterampilan yang bersifat pemahaman mencakup: (1) memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal); (2) memahami signifikasi atau makna (misalnya maksud dan tujuan pengarang relevansi/keadaan kebudayaan, reaksi pembaca) dan (3) kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan. Membaca sebagai suatu aktivitas yang kompleks, mempunyai tujuan yang kompleks dan masalah yang bermacam-macam. Tujuan yang kompleks merupakan tujuan umum dari membaca. Di samping tujuan umum itu tentu terdapat pula bermacam ragam tujuan khusus yang menyebabkan timbulnya jenis-jenis membaca, ditinjau dari segi bersuara atau tidaknya orang waktu membaca yakni membaca bersuara dan membaca tidak bersuara (dalam hati). Membaca pemahaman ialah membaca bahan bacaan dengan menangkap pokok-pokok pikiran yang lebih tajam dan dalam, sehingga terasa ada kepuasan tersendiri setelah bahan bacaan itu dibaca sampai selesai”. Membaca pemahaman mempunyai tujuan menangkap isi atau makna dari gagasan-gagasan yang terdapat dalam bacaan, yang berbentuk pengertianpengertian dan penafsiran-penafsiran yang tidak menyimpang dari bacaan itu. Kemudian pemahaman itu dapat dilahirkan atau diungkapkan kembali atau dapat diproduksikan kembali apabila diperlukan (Agustina, 2008:15). Menulis adalah membuat huruf, angka, dan sebagainya dengan pena, pensil, cat, dan sebagainya melahirkan pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat, dan sebagainya dengan tulisan. Selanjutnya, menulis adalah menuangkan gagasan, pendapat, perasaan, keinginan, dan kemauan, serta informasi ke dalam tulisan dan kemudian “mengirimkannya” kepada orang lain (Syafi’ie,1988:45).
SAMIRUDDIN, DKK/ HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA PADA SISWA KELAS XI IPA SMA GUNUNG SARI MAKASSAR JURNAL
106
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
Kegiatan menulis dilakukan dengan berbagai tujuan. Menulis mempunyai empat tujuan, yaitu untuk mengekpresikan diri, memberikan informasi kepada pembaca, mempersuasi pembaca, dan untuk menghasilkan karya tulis. Berita adalah cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat, kabar, laporan, pemberitahuan dan pengumuman. Ada yang mengartikan bahwa berita adalah kabar, Warta yang dikirimkan dari suatu tempat ke tempat lain atau laporan peristiwa yang dituliskan di surat-surat kabar. Menulis berita merupakan salah satu kegiatan yang dapat dijadikan sebagai sarana untuk menyampaikan sebuah informasi bagi siswa. Penguasaan kemampuan menulis berita sangat diperlukan, sebab tepat atau tidaknya sebuah informasi dari informan kepada pendengar atau pembaca tergantung pada baik atau tidaknya cara penyampaian informasi tersebut. Berita hendanya ditulis secara singkat, padat, dan jelas, sehingga pembaca lebih mudah memahami isi berita yang ditulis. Penulisan sebuah berita harus berpedoman pada rumus berita (5W dan 1H) yaitu (1) where (dimana) adalah unsur tempat; (2) when (kapan) adalah unsur waktu; (3) who (siapa) adalah unsur orang/manusia; (4) why (mengapa) adalah unsur latar belakang; (5) what (apa) adalah unsur peristiwa dan (6) how (bagaimana) adalah unsur bagaimana peristiwa itu terjadi. Adapun hipotesi yakni ada korelasi positif yang signifikan antara kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan menulis teks berita. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif korelasional. Penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah. Tepatnya SMA Gunung Sari pada siswa kelas XI IPA semester ganjil, tahun ajaran 2015/2016. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel jenuh. Artinya seluruh anggota populasi yakni siswa dalam satu kelas digunakan sebagai sampel penelitian. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang penulis gunakan, yakni Variabel Bebas dan Variabel Terikat. Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah berbentuk tes. Tes dilakukan dengan dua bentuk. Tes yang memberikan soal-soal isian yang berbentuk pilihan ganda mengenai kempuan membaca pemahaman yang berjumlah 10 soal. Dan tes berbentuk esai untuk mengukur kemampuan menulis teks berita sebanyak 1 soal. Dalam pengumpulan data, penulis mengumpulkan data dari dua sumber yakni nilai dari hasil tes kemampuan membaca pemahaman dan nilai kemampuan menulis teks berita Prosedur yang dilaksanakan dalam menganalisis data yakni Pemeriksaan dan pemberian nilai pada setiap hasil tes. Hasil tes kemampuan membaca pemahaman, setiap jawaban yang benar diberi nilai 100. Hasil tes kemampuan menulis teks berita, setiap jawaban yang benar diberi nilai 100, jawaban yang mendekati benar diberi nilai 80, dan yang salah diberi nilai nol. Menghitung hasil nilai kemampuan membaca pemahaman siswa dengan menggunakan simbol X, X2, dan XY. Menghitung hasil nilai kemampuan menulis teks berita siswa dengan menggunakan simbol Y, Y2, dan XY. Menjumlahkan hasil perkalian antara kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan menulis teks berita. Menghubungkan kedua nilai
SAMIRUDDIN, DKK/ HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA PADA SISWA KELAS XI IPA SMA GUNUNG SARI MAKASSAR JURNAL
107
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
tersebut dengan menggunakan rumus korelasi product moment, untuk mengetahui ada atau tidak adanya hubungan pada kedua variabel tersebut. Berikut ini adalah data yang dikumpulkan penulis dari dua sumber, yakni nilai tes kemampuan membaca pemahaman dan kemampuan menulis teks berita. Hasil dari penelitian pada siswa kelas XI IPA SMA Gunung Sari Makassar. Tabel 1. Hasil Tes Kemampuan Membaca Pemahaman NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
NIS 1415001 1415002 1415003 1415004 1415005 1415006 1415007 1415008 1415009 1415010 1415011 1415012 1415013 1415014 1415015 1415016 1415017 1415018 1415019 1415020 Jumlah
NILAI (X) 70 70 60 50 70 60 60 70 80 60 50 50 70 70 60 80 50 60 60 70 1270
Tabel 2. Hasil Tes Kemampuan Menulis Teks Berita NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
NIS 1415001 1415002 1415003 1415004 1415005 1415006 1415007 1415008 1415009 1415010
NILAI (Y) 60 50 60 50 60 60 60 65 70 60
SAMIRUDDIN, DKK/ HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA PADA SISWA KELAS XI IPA SMA GUNUNG SARI MAKASSAR JURNAL
108
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
11 1415011 12 1415012 13 1415013 14 1415014 15 1415015 16 1415016 17 1415017 18 1415018 19 1415019 20 1415020 Jumlah
40 50 65 75 65 75 50 60 70 70 1215
Setelah Penulis memperoleh data sampel penelitian dalam hal kemampuan membaca pemahaman dan kemampuan menulis teks berita siswa kelas XI IPA SMA Gunung Sari Makassar. Penulis dapat mengetahui rata-rata tingkat kemampuan membaca pemahaman siswa tergolong tinggi, dengan rata-rata skor 63, 5. Begitu pula dengan data kemampuan membaca pemahaman siswa tergolong tinggi dengan rata-rata skor 62. Data yang telah dikumpulkan kemudian Penulis olah dengan menggunakan rumus korelasi product moment, yakni: rxy= nΣxy – (Σx) (Σy) . √ {nΣx² – (Σx) ²} {nΣy2 – (Σy) 2} Untuk memudahkan Penulis di dalam mengolah data tersebut dan untuk mengetahui korelasi antara kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan menulis teks berita, maka Penulis membuat blanko penilaian sebagai berikut:
SAMIRUDDIN, DKK/ HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA PADA SISWA KELAS XI IPA SMA GUNUNG SARI MAKASSAR JURNAL
109
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
Tabel 3. Korelasi Keemampuan Membaca Pemahaman Dengan Kemampuan Menulis Teks Berita Nilai No Nis X2 Y2 XY (X) (Y) 1 1415001 70 60 4900 3600 4200 2 1415002 70 50 4900 2500 3500 3 1415003 60 60 3600 3600 3600 4 1415004 50 50 2500 2500 2500 5 1415005 70 60 4900 3600 4200 6 1415006 60 60 3600 3600 3600 7 1415007 60 60 3600 3600 3600 8 1415008 70 65 4900 4225 4550 9 1415009 80 70 6400 4900 5600 10 1415010 60 60 3600 3600 3600 11 1415011 50 40 2500 1600 2000 12 1415012 50 50 2500 2500 2500 13 1415013 70 65 4900 4225 4550 14 1415014 70 75 4900 5625 5250 15 1415015 60 60 3600 3600 3600 16 1415016 80 75 6400 5625 6000 17 1415017 50 50 2500 2500 2500 18 1415018 60 60 3600 3600 3600 19 1415019 60 70 3600 4900 4200 20 1415020 70 70 4900 4900 5250 Jumlah 1.270 1.210 82.300 74.800 78.400 Diketahui: N = 20 ∑X = 1.270 ∑Y = 1.210 ∑X2 = 82.300 ∑Y2 = 74.800 XY = 78.400 (X)2 = 1.612.900 (Y)2 = 1.537.600 Kemudian menghitungkan Koefisien Korelasi berdasarkan rumus korelasi dibawah ini: nΣxy – (Σx) (Σy) √{nΣx² – (Σx)²} {nΣy2 – (Σy)2} rxy= (20 . 78.400) – (1.270) (1.210) √{20. 82.300 – (1.270)²} {20.74.800 – (1.210)2} rxy = (1.568.000 – 1.536.700) √(1.646.000 – 1.612.900) (1496.000– 1.464.100) rxy =
SAMIRUDDIN, DKK/ HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA PADA SISWA KELAS XI IPA SMA GUNUNG SARI MAKASSAR JURNAL
110
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
rxy = 31.300 √(33.100) (31.900) rxy= 31.300 √1.055890.000 rxy = 31.300 32.494 r xy= 0.963 Untuk menyatakan dan menentukan bobot tingkat korelasi antara kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan menulis teks berita Penulis menggunakan kriteria rentang nilai korelasi koefisien yang Penulis kutip dari buku acuan Suharsimi Arikunto (1997). Adapun kriterianya sebagai berikut: Antara 0,800 sampai dengan 1,000 Tinggi Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Cukup Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Agak rendah Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah Antara 0,000 sampai dengan 0,200 Sangat rendah (tidak ada korelasi) Berdasarkan kriteria tingkat korelasi di atas, di mana nilai r hitung adalah 0,963 berarti berada pada rentang nilai di antara 0,800 sampai dengan 1,000, maka dapat dikatakan bahwa nilai-nilai kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan menulis teks berita siswa kelas XI IPA SMA Gunung Sari Makassar mempunyai tingkat korelasi sangat tinggi. Dari hasil pengumpulan dan pengelolaan data, dapat diberikan interpretasi terhadap kemampuan membaca pemahaman dan kemampuan menulis teks berita. Untuk memberikan interpretasi terhadap data, penulis menggunakan acuan nilai sebagai berikut: Untuk nilai 0 sampai dengan 40 rendah Untuk nilai 40 sampai dengan 60 sedang Untuk nilai 60 sampai dengan 100 tinggi Untuk kemampuan membaca pemahaman, pada umumnya siswa memiliki tingkat kebiasaan membaca sedang. Hal ini terbukti dari 20 siswa terdapat 11 orang yang memiliki kebiasaan membaca tingkat sedang dan 9 orang memiliki tingkat kebiasaan yang tinggi. Artinya 55% yang memiliki kemampuan membaca pemahaman tingkat sedang dan45% memiliki kebiasaan membaca tingkat tinggi. Untuk kemampuan membaca pemahaman, pada umumnya siswa memiliki tingkat kebiasaan membaca sedang. Hal ini terbukti dari 20 siswa terdapat 11 orang yang memiliki kebiasaan membaca tingkat sedang dan 9 orang memiliki tingkat kebiasaan yang tinggi. Artinya 55% yang memiliki kemampuan membaca pemahaman tingkat sedang dan45% memiliki kebiasaan membaca tingkat tinggi. Demikian pula kemampuan menulis teks berita, hampir semua siswa memiliki kemampuan menulis teks berita tingkat rendah. Ini terbukti dari 20 siswa, terdapat 1 orang yang memiliki kemampuan menulis teks berita tingkat rendah, 12 orang siswa memiliki kemampuan menulis teks berita tingkat sedang dan 7 orang siswa memiliki kemampuan menulis teks berita tingkat tinggi. Artinya 5% yang memiliki kemampuan menulis teks berita tingkat rendah, 60% kemampuan menulis tek berita sedang, dan 35% memiliki kemampuan SAMIRUDDIN, DKK/ HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA PADA SISWA KELAS XI IPA SMA GUNUNG SARI MAKASSAR JURNAL
111
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
membaca menulis tek berita tingkat tinggi. Jadi hipotesis diterima, yakni ada korelasi kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan menulis teks berita. Berdasarkan penelitian yang Penulis lakukan terhadap kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan menulis teks berita siswa kelas XI IPA SMA Gunung Sari Makassar, Penulis akan memberikan simpulan sebagai berikut: Berdasarkan hasil penelitian, diketahui nilai r hitung adalah 0,963 artinya bahwa terdapat korelasi yang positif antara kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan menulis teks berita. Kemampuan membaca pemahaman siswa kelas XI SMA Gunung Sari memiliki ratarata yang cukup sedang. Hal ini terbukti dari 20 siswa terdapat 11 orang yang memiliki kebiasaan membaca tingkat sedang dan 9 orang memiliki tingkat kebiasaan yang tinggi. Artinya 55% yang memiliki kemampuan membaca pemahaman tingkat sedang dan45% memiliki kebiasaan membaca tingkat tinggi. Kemampuan menulis teks berita juga dapat dikatakan pada taraf rata-rata tingkat rendah. Ini terbukti dari 20 siswa, terdapat 1 orang yang memiliki kemampuan menulis teks berita tingkat rendah, 12 orang siswa memiliki kemampuan menulis teks berita tingkat sedang dan 7 orang siswa memiliki kemampuan menulis teks berita tingkat tinggi. Artinya 5% yang memiliki kemampuan menulis teks berita tingkat rendah, 60% kemampuan menulis tek berita sedang, dan 35% memiliki kemampuan membaca menulis tek berita tingkat tinggi. Berdasarkan hasil penelitian, baik berdasarkan perolehan data maupun yang penulis peroleh, maka dapat dikemukakan beberapa saran yang mudah-mudahan bermanfaat bagi pembaca maupun bagi penulis sendiri. Sebagai akhir dari penulisan, Penulis menyampaikan saran sebagai berikut: Hendaknya siswa memiliki kemampuan membaca pemahaman yang tinggi. Agar kemampuan menulis teks berita dapat dicapai. Hendaknya guru dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa dengan menambah jam wajib kunjung ke perpustakaan. Hendaknya pihak sekolah mendukung usaha tersebut dengan memperhatikan fasilitas yang dapat menunjang, seperti menambah jumlah koleksi buku di perpustakaan. Hal ini penting dilakukan agar dapat memicu semangat dan motivasi siswa untuk membaca. DAFTAR PUSTAKA Agustina. 2008. “Pembelajaran Keterampilan Membaca”. (Buku Ajar). Padang: Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBSS UNP. Akhadiah, S., Maidar, G.A., dan Sakura, H.R. 1989. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Arikunto, Surhasimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta: Rineka Cipta. Basuni, Achmad. 2002. Dasar-dasar Jurnalistik. Surabaya: Kartika. Ibnu, dkk. 2003. Dasar-dasar Metodologi Penelitian. Malang: Lembaga Penelitian Universitas Negeri Malang.
SAMIRUDDIN, DKK/ HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA PADA SISWA KELAS XI IPA SMA GUNUNG SARI MAKASSAR JURNAL
112
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
Kridalaksana Harimurti. 1984. Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia. Munaf, Yarni. 2008. “Rangkuman Keterampilan Membaca”. (Buku Ajar). Padang: Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBSS UNP. Nurhadi. 1989. Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca. Bandung: CV. Sinar Baru. Semi, M. Atar. 2008. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya. Soedarso. 1989. Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: PT. Gramedia. Syafi’ie, I. 1988. Retorika dalam Menulis. Jakarta: Depdikbud. Tampubolon. 1987. Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Bandung: Angkasa. Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Thahar, Harris Effendi. 2008. Menulis Kreatif. Padang: UNP Press. Triono. 2013. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Yokyakarta: Ombak. Walija. 1996. Komposisi Mengolah Gagasan Menjadi Karangan. Jakarta: Penebar Aksara. (http://lubisgrafura.wordpress.com,diakses 20 Agustus 2015). (http://pojokhermanto.blogspot.com, diakses 20 Agustus 2015)
SAMIRUDDIN, DKK/ HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA PADA SISWA KELAS XI IPA SMA GUNUNG SARI MAKASSAR JURNAL
113