HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN KEBERMAKNAAN HIDUP PADA MASY ARAKAT BETAWI
Oleh:
SU LAI MAN Nim : 102070026067
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 H / 2007 M
HU BU NGAN ANT ARA SENSE OF HUMC)R DENGAN KEBERMAKNAAN HIDUP PADA MASYARAKAT BETAWI
OLEH: SULAIMAN
Nim: 102070026067
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi
FAKUL TAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 H / 2007 M
HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN KEBERMAKNAAN HIDUP PADA MASYARAKAT BETA'WI Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk rnernenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikolo~1i Olel1:
SULAIMAN NIM: 102070026067 Di bawah Bimbingan
f'embimbing II
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1428 H/2007 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skr1ps1
yang
ber!ucJul
HUBUNGAN
ANTARA
SENSE
o,=
HIJMOR
DENGAN KEBEF<MAKNAAN HIDUP PADA MASYAl
Dco Hj
Dra.
z,hm~.
NIP. 15023
M. SL
73
Anggota · PenguJ1 II
\ Dra. Hj. Ne ·t Hartati. M. Si. NIP. 150215938 oemb1rnb1ng I
Pembimbing II
\
Hartati. M. Si.33 15938
~·
"/ /
S. Evanqeline. I. S. M. Psi
NIF'.
MOTTO•
Telur yang ada saat ini lebih baik daripada ayam esok hari yang belum tentu ada dihadapan kita.
-:Mutiara}!ra6-
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri.
-Q$.J![Jsra: 7-
Kalau Anda ingin seseorang tertawa, Anda harus memberinya alasan untuk tertawa, ... Anda tidak bisa memicu tawa yang asli dengan mendesak orang itu agar tertawa, atau meminta dia mendesak dirinya agar tertawa.
-1/ifiJor'E. 'Franlif'jangan pernah meragukan kemampuan sendiri'
-Inspire
a-
1(.arya seaerliaua iui clipersem6alilism teruntuli_,: J!yaftanaa aan I6utufa serta se[uruli li§fnarga tercinta.
ABSTRAK (A) (B)
(C) (D) (E) (F)
Fakultas Psikologi Janu21ri 2007
SULAIMAN HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN KEBERMAKNAAN HIDUP PADA MASYARAKT BETAWI xviii + 95 halaman + lampiran Kebanyakan orang dalam hidupnya menginginkan berharga dan bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain, keluarga, dan masyarakatnya. Keinginan tersebut mencerminkan hasrat yang paling mendasar dalam diri manusia yaitu hasrat untuk hidup bermakna, jika keinginan tersebut terpenuhi maka kehidupan akan dirasakan berharga dan bahagia, tetapi jika tidak terpenuhi akan memunculkan kekecewaan. Frankl (1973) memformulasikan teknik logoterapi untuk menemukan makna hidup, yaitu teknik Paradocxical Intention. Teknik ini memanfaatkan salah satu kualitas insani yaitu rasa humor. Berbagai teori dan penelitian menjelaskan tentang humor dalam kaitannya dengan kehidupan manusia, seperti humor meningkatkan kesehatan mental, sebagai anti-dote stress, terkait dengan kretivitas dan lainnya. Masyarakat Betawi yang hidup kesehariannya membalut dengan banyolan-banyolan dan celetukan mengindikasikan masyarakat Betawi memiliki rasa humor. Banyolan masyarakat Betawi biasanya terjadi saat kumpul-kumpul, kerja bakti, setelah pengajian, atau saat berpapasan, dan kadang diiringi sindiran-sindiran (sarcastic) namun mereka hidup terlihat harmonis yang mencerminkan kehidupannya bermakna.
Tujuan : mengetahui apakah ada hubungan antara sense of humor dengan kebermaknaan hidup pada masyarakat Betawi. Secara khusus rumusan penelitian ini yaitu, apakah ada korelasi dari masing-masing aspek sense of humor yang terdiri dari 4 aspek dengan kebermaknaan hid up. Metode : pendekatan kuantitatif dan menggunakan korelasi deskripsi dengan variabel bebas; Sense of humor, variabel terikat; Makna hidup Sampel : masyarakat Betawi Pondok Cabe RT. 001 RW. 010 Kampung Poncol Pamulang-Tangerang, dengan menggunakan teknik
purposive sampling, sebanyak 35 persen atau 30 orang dari 86,orang Betawi.
Pengumpulan data : skala sense of humor menggunakan MSHS Thorson & Powell (1993) yang telah dimodifikasi menjadi 50 item dan 29 item valid setelah uji validitas. Skala makna hidup menggunakan skala PIL Test Crumbaugh & Maholick (1973) dan dimodifikasi menjadi skala likert menjadi 35 item dan 23 valid setelah uji validitas. Uji validitas menggunakan rumus Product Moment Pearson. Estimasi reliabelitas menggunakan rumus Alpha Cronbach, sedangkan untuk analisa data untuk mencari korelasi menggunakan rumus Product Moment Pearson, dan mendapatkan hasil 0,192 < 0,05 (0,361) dan 0,01 (0,463).
(G)
Kesimpulan: hasil uji statistik (rh = 0,192
KATA PENGANTAR A/hamdulillah, segala puji bagi Allah Swt yang telah memberikan rahmat, hidayah dan inayahnya. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. keluarganya, sahabatnya dan umatnya yang setia hingga akhir jaman. Berbagai kendala mulai dari awal pemilihan judul, yakni dalam merumuskan latar belakang masalah penelitian yang membutuhkan banyak waktu dan pikiran, hingga pada penelitian lapangan yang banyak membutuhkan tenaga dan materi dalam penyebaran angket penelitian, membuat penulis merasa sangat bahagia setelah skripsi ini dapat selesai tepat pada waktunya walaupun masih jauh dari sempurna. Penulisan skripsi ini sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi, meneliti untuk mencari hubungan antara sense of humor dengan kebermaknaan hidup pada masyarakat Betawi. Latar belakang skripsi ini diawali dengan menggambarkan bagaimana seseorang mencari, menghayati dan menemukan makna hidupnya yang terkaitjuga dengan metode, salah satunya dengan metode pemanfaatan humor, dan pada bagian lainnya, menjelaskan tentang manfaat serta fungsi humor dalam kehidupan baik secara fisik maupun psikis. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis merasa tertarik untuk mencari hubungan antara sense of humordengan kebermaknaan hidup pada masyarakat Betawi yang notabene memiliki rasa humor yang tinggi, walaupun belum ada penelitian-penelitian yang menjelaskan keterkaitan dari dua variabel tersebut. Sebagai peneliti awal, penulis merasa bahwa karya sederhana ini masih jauh dari sempurna, maka kririk dan saran menjadi hal yang urgen bagi penulis guna memacu dan memotivasi penulis kedepan. Ciputat,
;w Februari 2007 Penulis
Sulaiman
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam penulisan karya sederhana ini sehingga dapat selesai tepat pada waktunya, diantaranya : 1.
2.
3. 4. 5. 6.
7. 8. 9.
Kedua orang tua tercinta (Bapak Daman S dan lbu Maimunah) yang telah memberikan perhatian cukup besar, juga seluruh keluarga (Kakak dan adik). Dosen Pembimbing I lbu Ora. Hj. Netty Hartati, M. Si., clan Dosen Pembimbing II lbu S. Evangeline, l.S, M. Psi. yang telah memberikan bimbingan, arahan, waktu, pengalaman dan semangatnya yang cukup besar dalam penulisan skripsi ini. Bapak Firdaus Kasmi, MA. selaku dosen penasehat akademik yang telah memberikan semangat, perhatian dan doa. Bapak Abdurrahman Saleh, M. Psi. yang turut memberikan kontribusi berupa ide dan gagasannya. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan pengalaman dan ilmunya pada penulis dan civitas akademika Fak. Paikologi Kakak Rena Latifa, M. Psi yang bersedia mengijinkan penggunaan ala! tes MSHS dan meminjamkan referensi dalam kelancaran proses penulisan skripsi ini. Ketua RW. 010 Bapak H. Misan Endon dan Ketua RT. 001 Bapak Sarih Mikin yang mengijinkan tempat penelitian. Masyarakat Betawi Kampung Poncol RT. 001 RW. 010 yang telah bersedia berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini. Teman-teman kelas D 2002 Fak. Psikologi (Angke, Ucup, Lulu, Hany, Ira, Dona, Mery, Dikin, Doel Aziz dan yang lainnya), ternan-teman (aka, juki, abenk, umay dan andi UBL) teman-teman IRMAS, sahabat/i PMll, Rokib 'gade-camp', dan Ema Marwiyah yang senantiasa memberikan semangat serta dukungannya, serta seluruh pihak yang tidak penulis sebutkan namanya satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat.
DAFTAR ISi
HALAMAN JUDUL .................................................................., ................. HALAMAN PERSETUJUAN .....................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................
iii
MOTTO .......................................................................................................
iv
ABSTRAK ..................................................................................................
v
KATA PENGANTAR ..................................................................................
vii
UCAPAN TERIMA KASIH .........................................................................
viii
DAFTAR ISi .................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL .........................................................................................
xiii
BAB 1
PENDAHULUAN ...................................................................... 1-13
1.1. Latar Belakang Masalah ....................................................
1
1.2. ldentifikasi Masalah .........................................................
8
1.3. Pembatasan dan Rumusan Masalah ...............................
8
1.3.1. Pembatasan masalah ......... ........ .................... .......
8
1.3.1. Rumusan masalah .........................................
10
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................
11
1.4.1. Tujuan penelitian ........................... .....................
11
1.4.2. Manfaat Penelitian .... ....... ........ ......... ..................
11
1.5. Sistematika Penulisan .. ...................................................
12
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA ................................................................. 14-60 2.1. Kebermaknaan Hidup ................................................... ..
14
2.1.1. Pengertian makna hidup .................................... ..
14
2. 1.2. Karakteristik makna hidup ................................. ..
16
2.1.3. Sumber-sumber makna hidup ............................. .
18
2.1.4. Faktor
yang
mempengaruhi
kebermaknaan
hidup ................................................................... .
20
2.1.5. Metode menemukan makna hidup ...................... .
21
2.1.6. Ciri-ciri individu yang memiliki kebermaknaan hidup ..................................................................... 2.1. 7. Pandangan
Islam
tentang
manusia
23
dan
kebermaknaan hidup .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. ..
23
2.2. Sense Of Humor .............................................................
26
2.2.1. Pengertian humor .............................. ..................
26
2.2.2. Pengertian sense of humor.................................
29
2.2.3. Aspek-aspek sense of humor..............................
31
2.2.4. Jen is humor .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .... .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. ..
33
2.2.5. Fungsi sense of humor..........................................
37
2.2.6. Pandangan Islam tentang humor...........................
39
2.2.7. Hubungan humor dengan makna hidup ................
45
2.3. Masyarakat Betawi ..........................................................
48
2. 3.1. Asal usul masyarakat Betawi.................................
48
BAB 3
BAB 4
2.3.2. Masyarakat dan kebudayaan Betawi.....................
50
2.3.3. Peran humor pada masyarakat Betawi............... .. .
56
2.4. Kerangka berfikir................... .. ........................ .... .............
57
2.5. Hipotesis .................. ........ ............ ... .. .. ............. ........... ...
60
METODE PENELITIAN .......................................................... 62-75 3.1. Jen is Penelitian ........................... .. ...................... .... ........
62
3.1.1. Variabel penelitian. .. .......................... ... .................
63
3.1.2. Operasionalisasi variabel ............ ... .. ................... ..
63
3.2. Pengambilan Sampel ............................ ... ..................... ..
65
3.3.1. Populasi dan sampel ................ ........................ ....
65
3.3.2. Teknik pengambilan sampel .................................
65
3.3. Pengumpulan Data .... ................ ............. ... . ...................
67
3.4. Teknik Uji lnstrumen ................................... ...................
72
3.4.1. Uji validitas skala ..... ............... ... ...... .. ..... ....... .... ...
72
3.4.2. Estimasi reliabelitas ska la ..... ... ... .. .... ........... .... .. ..
73
3.5. Teknik Analisa Data ......................... ..............................
74
3.6. Tahapan Penelitian .........................................................
75
PRESENTASI DAN ANALISA DATA ..................................... 77-88 4.1. Gamba ran Umum Subjek .............................. ..... ....... ......
77
4.2. Presentasi dan Analisa Data ........ .............. .....................
79
4.2.1. Uji instrumen penelitian ....... .. .............. ..... ........ ....
79
BAB 5
4.2.2. Uji normalitas .................... ..... ........ .. .. ......... ... ......
79
4.2.3. Uji hipotesis ................................. ... . ....... ........ ... ..
84
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ................................... 89-95 5.1. Kesimpulan ......... .............................................................
89
5.2. Diskusi .. .. .. ........... .. ..... ... .......... ... .......... ..... .. ...... ... ... .. ... .
90
5.3. Saran ......... ..... ..................... ......... ............... .................. ..
95
DAFTAR PUSTAKA LAMPI RAN
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. : Penskoran ska la likert ............ ...................... ... .. .. .... ......... Tabel 3.2
65
: Dimensi skala dan nomor item sense of humor (sebelum uji coba). ....... ......... ....... ... ............. ....... ............. .. ...............
68
Tabel 3.3. : Dimensi skala dan nomor item makna hidup (sebelum uji coba).............................................................................
70
Tabel 3.4. : Dimensi ska la dan nomor item sense of humor (setelah uji coba) ....... ......... ........ .................................... ..... .... ........
71
Tabel 3.5. : Dimensi skala dan nomor item makna hidup (setelah uji coba). .... .... ................... .... ........ ........ ..... ... ........ .... ....... ..
72
Tabel 4.1. : Gambaran um um subjek berdasarkan jenis kelamin .. ......
77
Tabel 4.2. : Gambaran umum subjek berdasarkan usia.......................
78
Tabel 4.3. : Has ii uji normalitas skala sense of humor..........................
80
Tabel 4.4. : Hasil uji normalitas skala kebermaknaan hidup .................
81
Tabel 4.5. : Gambaran umum subjek berdasarkan penyebaran skor skala sense of humor........................................................
83
Tabel 4.6. : Gambaran umum subjek berdasarkan penyebaran skor skala kebermaknaan hidup................................................
84
Tabel 4.7. : Hasil uji hipotesa ..............................................................
85
Tabel 4.8. : Korelasi antara aspek humor production dengan kebermaknaan hid up.........................................................
86
Tabel 4.9. : Korelasi antara aspek uses of humor for coping dengan kebermaknaan hid up ... .. ........... ................... ........ ..... ........
86
Tabel 4.10. : Korelasi antara aspek social uses of humor dengan kebermaknaan hid up.........................................................
87
Tebel 4.11. : Korelasi antara aspek attitudes toward humor and humorous people dengan kebermaknaan hidup..............
87
DAFTAR GAMBAR Halaman
Gambar 2.1. : Bagan kerangka berfikir........ ............ .... .. ........... .......... ..
60
: Scatterplot skala sense of humor..................................
81
Gambar 4.2. : Scatterplot skala kebermaknaan hidup..........................
82
Gambar 4.1
BABI PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Kebanyakan orang dalam hidupnya, menginginkan dirinya bisa berharga dan bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain, keluarga, dan masyarakatnya. Seorang ayah misalnya, pasti selalu ingin dihormati oleh istri dan anak-anaknya serta berkemampuan untuk menjalankan fungsi sebagai kepala keluarga dengan tepat dan sebaik-baiknya. Begitu juga dambaan seorang ibu, senantiasa agar sedapat mungkin melayani dan menjaga nama baik keluarga dan selalu memberikan perhatian serta kasih sayang pada anggota keluarganya. Sebaliknya, seorang anak bercita-cita dapat membahagiakan kedua orang tuanya dan membanggakan keluarganya. Pendapat senada dikatakan oleh Bastaman (1995), bahwa manusia memiliki keinginan-keinginan dalam hidupnya. Dari sekian banyaknya keinginan tersebut, ternyata menggambarkan hasrat dalam diri manusia, yaitu hasrat untuk hidup bermakna.
Keinginan hidup secara bermakna m6mang benar-benar meirupakan motivasi utama setiap orang. Hasrat inilah yang mendasari berbagai kegiatan
2
manusia, misalnya saja bekerja dan berkarya, agar kehidupannya dirasakan berarti dan berharga (Bastaman, 1995). Hal senada juga dikatakan oleh Djamaluddin Ancok (2004), bahwa kebermaknaan hidup aclalah sebuah motivasi yang kuat dan menclorong orang untuk melakukan sesuatu kegiatan berguna. Hidup berguna adalah hidup yang terus memberi makna pada diri sendiri dan orang lain.
Basta man ( 1996) mengatakan, makna hiclup merupakan sesuatu yang dianggap penting, benar dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang. Makna hidup bila berhasil clitemukan dan dipenuhi akan menyebabkan kehidupan ini dirasakan demikian berarti dan berharga, dan pada akhirnya akan menimbulkan penghayatan bahagia (happiness) sebagai akibat sampingannya. Namun sebaliknya, bila hasrat ini tidak terpenuhi akan mengakibatkan munculnya kekecewaan hiclup dan penghayatan cliri hampa tak bermakna yang jika berlarut-larut akan menimbulkan berbagai gangguan perasaan clan penyesuaian diri yang mengakibatkan terhambatnya pengembangan pribadi dan harga diri.
Pembicaraan mengenai makna hidup, memang tidak terlepas juga dari pembicaraan tentang cara clan atau metode pencarian untuk menemukannya. Frankl (1973) memformulasikan teknik logoterapi untuk menemukan makna hidup, salah satunya dengan memanfaatkan
3
kemampuan insani dalam mengambil jarak (se/f-detacmenl) dan kemampuan mengambil sikap (to take a stand) terhadap diri sendiri dan lingkungannya, yaitu teknik Paradocxical Intention, teknik ini memanfaatkan salah satu kualitas insani yaitu rasa humor. Pendapat senada juga dikatakan oleh Allport (dalam Bastaman, 1996), dengan memandang segi-segi humor dari keluhannya, maka ketegangan biasanya menghilang dan sikap terhadap simtom-simtom pun langsung berubah dari takut menjadi ticlak takut, atau bahkan menjadi akrab dan menyukainya. lni sejalan dengan berkembangnya perasaan humor dan sikap humoristis pada si penderita terhadap keluhannya sendiri. Dengan demikian rasa humor memiliki potensi terapi.
Humor merupakan salah satu metode yang paling sehat dan sangat kuat dalam memberikan perspektif atas pengalaman-pengalaman hidup yang sulit, dan seringkali dirasakan dapat membantu dalam mengatasi kakacauan emosional. Humor itu mengalir meliputi karakteristik dasar dari ekspresi individu dalam tubuh, emosi dan spirit Uesthealth.com).
Fenomena humor, sebenarnya sudah menjadi perhatian para ahli dan ilmuan sejak lama, seperti Plato, Aristoteles, Descartes, Immanuel l
4
khususnya psikologi terhadap fenomena humor temyata juga cukup besar. lni terlihat dari adanya berbagai teori dan penelitian tentang humor dalam kaitannya dengan kehidupan manusia (Bastaman, 1996).
Banyaknya perhatian para ahli karena memang humor merupakan bagian dari kualitas insani yang memiliki dampak positif bagi keset1atan fisik dan mental manusia. Kelly mengatakan, humor dapat mengurangi tingkat stress. Miller juga mengatakan bahwa humor dapat meningkatkan kesehatan mental. Begitu juga dengan Wooten yang menjelaskan peranan humor bagi 'anti-dote' stress, serta Allport mengatakan humor terkait dengan kepribadian yang matang (seperti dikutip Latifa, 2006). Kalangan humorolog percaya, dalam masyarakat yang 'sakit' humor apa pun bentuknya sangat diperlukan. Di tengah masyarakat yang tertekan, di tengah situasi yang penuh ketidakpastian, di tengah hiruk-pikuk kecemasan sosial, humor menjadi semakin penting untuk lepas dari kesumpekan itu. Dalam situasi semacam ini humor bisa menjadi semacam katup pelepas, paling tidak untuk menertawakan diri sendiri dengan cara memberi harapan-harapan semu (geocities.com).
Terlepas dari banyaknya manfaat humor dalam hidup, tertuju pada masyarakat Betawi yang kesehariannya membalut kehidupannya dengan banyolan-banyolan dan celetukan mengindikasikan masyarakat Betawi
5
memiliki rasa humor. Hal ini sebagaimana dalam penelitian Rena Latifa (2006), yang menunjukkan tentang tingginya rasa humor berdasarkan jenis suku, dimana suku Betawi berada pada urutan kedua setelah suku Jawa dilanjutkan suku Padang dan Batak.
Rasa humor pada masyarakat Betawi dapat tergambarkan dengan ucapan dan perkataannya yang diselipkan dengan banyolan-banyolan dan anekdot. Banyolan-banyolan dan celetukan masyarakat Betawi, memang terkesan 'kocak dan konyol', dan biasanya ini terjadi pada saat merel'a berinteraksi, bisa saat kumpul-kumpul, kerja bakti, setelah pengajian, dan saat berpapasan. Dimana, ada saja kata-kata atau bahasa yang terkesan 'konyol dan kocak' yang kadang juga diiringi dengan sindiran-sindiran (sarkastis). Contoh "ngapain bocah perempuan sekolah tinggi-tinggi ntar ujung-ujungnya pada didapur, sumur ama dikasur juga " atau "eh tong, e/u seko/ah tinggitinggi amat, presiden ama menteri kan' udah pada ada, pik1rin dulu dah". Memang, ungkapan pertama terkesan menggambarkan tugas seorang perempuan hanya sebatas pada mengurus rumah tangganya saja, namun sebenarnya mengandung pesan akan tanggung jawab sang istri untuk lebih fokus melayani dan menjaga suami serta anak-anaknya . Aclapun ungkapan kedua berpesan, tentang terlebih dahulu mempertimbangkan akan kemampuan (materi dan skill) dari apa yang dicita-citakan, karena dikuatirkan akan kekecewaan dan kesia-siaan. Namun ada juga ungkapan yang sering
6
terlontarkan para orang tua yang mengandung pesan dan larangan seperti "eh anak perawan mah kaga boleh ganjen ama kegenitan tar !uh 'dipake' ama orang", atau "neng kalo cari laki bekal suami, cari yang rada kayaan dikit biar idup kaga nyusahin mertua", atau juga "buruan dah elu sekolahnya, biar cepet-cepet kawin soa/nya entar keburu ketuaan kaga laku /uh".
"Kekocakkan dan konyolnya" ungkapan dan ucapan masyarakat Betawi ini, menggambarkan penghayatan terhadap kehidupannya dengan sudut pandang yang sederhana, yaitu memalui humor, walaupun sebagian si pembicara (masyarakat Betawi) tidak bermaksud melucu namun kebanyakan orang yang mendengar itu menganggapnya sebagai hal yang lucu dan meresponnya dengan ketawa bahkan sampai terbahak-bahak. Pendapat senada dikatakan Ridwan Saidi (1984), bahwa humor senantiasa menjadi bumbu dalam kehidupan orang Betawi, takala susah, apakah senang. Ditambahkan Ridwan Saidi (2001 ), bahwa kebanyakkan masyarakat Betawi mampu melucu karena kelucuan itu dapat membangun optimisme dalam menghaclapi kehidupannya. Hal ini semua dapat tergambarkan oleh tokohtokoh budayawan dan aktor layar lebar seperti Benjamin Sueb atau centa Si Doel Anak Sekolahan. Berikut ini ungkapan salah satu masyarakat Betawi yang menyikapi kehidupannya saat ini. Sebut aja ED berusia 27 tahun dan berstatus belum kawin, menuturkan sebagai berikut:
7
" ... , sekarang ntu susah banget buat cari kerjaan ... , gua aja nih, udah kesono-kemari cari kerjaan 'susang sumbel' tapi tetep aJa nganggur eman1e pendidikan gua rendah, STM itu juga cuma ampe kelas dua doang ... _enak kali ya kalo gua bisa kawin ama cewe anak orang kaya, biarin dah jelek asal ada 'anunya' yang penting gua bisa idup seneng enggak kaya sekarang, roko sebatang aja boleh ngutang, ha ... ha ... ha gua juga kaga bakalan cape-cape lagi nyari kerjaan kesono-kemari".
Selain itu juga, dari perilaku 'kocak dan konyolnya' masyarakat Betawi ini, mengesankan akan kerukunan hidup dalam berkeluarga, bertetangga dan bermasyarakat, dimana hal ini dapat terlihat dari tetap harmonisnya kehidupan sehari-harinya. Seperti saling tutur sapa saat berpapasan, gotongroyong dalam penyelanggaraan acara peringatan kemerdekaan atau hari-hari besar Islam seperti peringatan Maulid Nabi Muhammad saw dan lsra Mi'raj, melakukan sholat berjamaah dan pengajian mingguan di musholla-musholla dan masjid-masjid, dan atau sekedar kongkow-kongkow (bahasa Betawi : ngobrol) yang sarat mengandung makna pada hidupnya. Pendapat senada juga dikatakan oleh Ridwan Saidi (2001 ), bahwa gaya hidup Betawi yang berkaitan dengan aktifitas sosial dalam rangka menghibur diri dan mengekalkan silaturahmi/persaudaraan adalah 'Ngerahu/' yang sarat dengan pesan dan humor, memiliki fungsi sosial diantaranya yaitu, menguatkan solidaritas dan transformasi nilai-nilai luhur.
Maka berdasarkan dari beberapa alasan tentang pentingnya humor dalam hidup, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mHngenai
8
penghayatan hidup masyarakat Betawi yang melihat kehidupan dengan sudut pandang yang sederhana yaitu melalui humor. Serta mencoba mencari hubungan antara sense of humor dengan kebermaknaan hid up pada masyarakat Betawi Kampung Poncol RT. 001 RW. 010.Kelurahan Pondok Cabe Pamulang - Tangerang.
1.2. ldentifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis telah mengidentifikasi permasalahan yang ada menjadi : 1. Apakah ada hubungan antara sense of humor dengan kebermaknaan hidup pada masyarakat Betawi Kampung Poncol Kelurahan Pondok Cabe Pamulang - Tangerang? 2. Sejauhmana sense of humor mempengaruhi kebermaknaan hidup pada masyarakat Betawi Kampung Poncol Kelurahan Pondok Cabe Pamulang - Tangerang?
1.3. Pembatasan dan perumusan masalah
pem~litian
1.3.1. Pembatasan masalah Dalam penelitian kali ini, peneliti membatasi masalah penelitian pada: a. Dal am penelitian ini sense of humor diartikan sebagai kualitas persepsi yang dimiliki seseorang untuk melihat situasi yang tidak menyenangkan
9
atau penderitaan yang dialaminya melalui perspektif lain, yaitu dengan cara menciptakan humor dan tawa lebih banyak serta merespon ~erhadap lelucuan yang ada disekitarnya. Adapun aspek-aspek s1:mse of humor yang diukur dalam penelitian ini, menggunakan pengertian yang telah dijelaskan oleh Thorson & Powell (1993), yaitu: (1) Humor production, berupa kemampuan kreatif menjadi humoris, membuat lelucon, mengidentifikasi hal yang lucu dalam sebuah situasi serta mengkreasikan dan menghubungkan situasi tersebut dengan cara-cara yang dapat menyenangkan orang lain, (2) Uses of humor for coping, yakni penggunaan humor dalam menghadapi masalah atau mengatasi situasi sulit dengan menggunakan humor, (3) Social uses of humor yakni bagaimana penggunaan humor yang digunakan individu untuk tujuan sosialisasinya, (4) Attitudes toward humor, berupa sejauh mana sikapsikap individu terhadap humor dan terhadap orang-oran9 yang humoris. b. Adapun kebermaknaan hidup diartikan sebagai hal-hal yang oleh seseorang dipandang penting, dirasakan berharga, dan diyakini sebagai suatu yang benar serta dapat dijadikan tujuan hidup sehingga dapat memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan yang berguna yang dapat memberi makna pada diri sendiri dan orang lain, yang diikuti dengan keyakinan dan cita-cita yang seseorang miliki melalui sikap dan prilaku tanggung jawab. Adapun karakteristik makna hidup sebagimana yang dijelaskan Crumbaugh & Maholick (1973), dengan ciri-ciri sebagai
10
berikut: (1) memiliki tujuan hidup (2) memiliki perasaan bahagia
(3)~
memiliki tanggung jawab (4) memiliki alasan keberadaan (eksistensi) (5) memiliki kontrol diri (6) tidak merasa cemas akan kematian. c. Masyarakat Betawi dalam penelitian ini adalah masyarakat asli Betawi yang tinggal di Kelurahan Pondok Cabe Kampung Poncol RT. 001 RW. 10 Pamulang -Tangerang. Dimana, dari salah satu
oran~J
tuanya adalah
keturunan atau asli Betawi.
1.3.2. Perumusan masalah Setelah melalui tahap identifikasi masalah dan tahap seleksi masalah, penulis telah merumuskan masalah menjadi dua, yakni secara umum dan khusus. •
Secara umum rumusan masalah penelitian ini yaitu: Apakah terdapat hubungan antara sense of humordengan kebermaknaan hidup pada Masyarakat Betawi Kampung Poncol RT. 001 RW. 010 Kelurahan Pondok Cabe Pamulang -Tangerang?
•
Sedangkan secara khusus rumusan masalah penelitian ini dibagi menjadi: 1. Apakah terdapat korelasi antara aspek humor production dengan kebermaknaan hidup 2. Apakah terdapat korelasi antara aspek uses of humor for coping dengan kebermaknaan hidup
11
3. Apakah terdapat korelasi antara aspek social uses of humor dengan kebermaknaan hidup 4. Apakah terdapat korelasi antara aspek attitudes toward humor and
humorous people dengan kebermaknaan hidup
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1. Tujuan penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan : Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara sense of humordengan kebermaknaan hidup dan korelasi dari empat aspek sense ol humor, yaitu: 1. Apakah terdapat korelasi antara aspek humor production dengan kebermaknaan hidup 2. Apakah terdapat korelasi antara aspek uses of humor for coping dengan kebermaknaan hidup 3. Apakah terdapat korelasi antara aspek social uses of humor dengan kebermaknaan hidup 4. Apakah terdapat korelasi antara aspek attitudes toward humor and
humorous people dengan kebermaknaan hidup
12
__
1.4.2. Manfaat penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan ini, peneliti berharap hasilnya dapat diaplikasikan secara teoritis maupun praktis. •
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan teori psikologi pada umumnya dan mahasiswa/i psikologi pada khususnya.
•
Sedangkan secara praktis penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi peneliti dan peneliti selanjutnya untuk dijadikan suatu informasi.
1.5. Sistematika penulisan Sistematika penulisan skripsi ini mengacu kepada APA (American
Psychological Assosiation) dengan format yang terdapat dalam pedoman penyusunan dan penulisan skripsi Fakultas Psikologi UIN Jakarta. Secara keseluruhan skripsi ini ditulis dalam 5 bab yaitu :
1.5.1. Bab 1 Pendahuluan Pada bab ini terbagi pada beberapa bagian, yaitu Latar Belakang Penelitian, Permasalahan Penelitian, Tujuan dan Manfaat Penelitian serta Sistematika Penulisan.
13
1.5.2. Bab 2 Kajian Pustaka Dalam bab ini, dilakukan penguraian tentang landasan teo1·i yang digunakan sebagai dasar penelitian. Yaitu meliputi definisi-definisi, jenis-jenis, fungsi dan aspek sense of humor. Juga definisi, sumber-sumber, katakteristik dan metode menmukan makna hidup, pandangan Islam, dan hubungan sense of
humor dengan makna hidup, dan terakhir gambaran masyarakat Betawi.
1.5.3. Bab 3 Metode Penelitian Pada bagian ini penulis membagi kedalam beberapa bagian, diantaranya pendekatan penelitian, metode pengumpulan data, subjek penelitian yang terbagi menjadi karakteristik dan jumlah subjek penelitian, instrumen pengumpul data, prosedur pengumpulan data dan terakhir adalah analisa data.
1.5.4. Bab 4 Hasil Penelitian Pada bab ini penulis akan memberikan gambaran umum penelitian dan hasil utama penelitian.
1.5.5. Bab 5 Kesimpulan, Diskusi dan Saran Pada bab ini penulis akan memberikan kesimpulan dari penelitian yang telah penulis lakukan beserta diskusi dan saran.
BAB2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kebermaknaan Hidup 2.1.1. Pengertian makna hidup Makna hidup adalah hal-hal yang oleh seseorang dipandang penting, dirasakan berharga, dan diyakini sebagai suatu yang bena1· serta dapat dijadikan tujuan hidup. Makna hidup bila berhasil ditemukan dan dipenuhi akan menyebabkan kehidupan ini dirasakan demikian berarti dan berharga, dan pada akhirnya akan menimbulkan penghayatan bahagia (happiness) sebagai akibat sampingannya (Bastaman, 1996). Yalom (s13perti dikutip Bastaman, 1996) mengatakan bahwa, mengenai pengertiain makna hidup menunjukan bahwa di dalamnya terkandung juga tujuan hidup, yakni hal-hal yang perlu dicapai dan dipenuhi.
Djamaluddin Ancok (dalam kompas.com) mengatakan, kebermaknaan hidup adalah sebuah motivasi yang kuat dan mendorong orang untuk melakukan sesuatu kegiatan yang berguna. Hidup yang berguna adalah hidup yang terus memberi makna pada diri sendiri dan orang lain, jelasnya. Djamaluddin Ancok menambahkan, modal spiritual juga memberikan perasaan hid up yang komplet (wholeness).
15
Menu rut Toto Tasmara (2001 ), makna hid up adalah selurul1 keyakinan dan cita-cita paling mulia yang seseorang miliki. Dengan keyakinan itu pula, seseorang dapat menjalankan misi kehidupan melalui sikap dan prilaku yang bertanggung jawab dan berbudi luhur.
Frankl (1985) mengatakan, makna hidup sebagai kesadaran akan adanya satu kesempatan atau kemungkinan yang dilatarbelakangi oleh realitas, atau dalam kalimat yang sederhana , menyadari apa yang bisa dilakukan di dalam situasi tertentu. Ditambahkan Frankl (1985), makna hidup bisa ditemukan bahkan saat kita dihadapkan pada situasi yang tidak membawa harapan, saat kita dihadapkan pada nasib yang tidak bisa cliubah. Pada saat-saat itu, kita menjadi saksi adanya potensi manusia yang unik, yang bisa mengubah tragedi menjadi kemenangan, mengubah kemalangan menjadi keberhasilan. Frankl (dalam wikipedia.org/wiki/makna.hidup), percaya bahwa beberapa bentuk gangguan mental dan emosional dipicu oleh kegagalan penderita dalam mememukan malma dan rasa tanggung jawab dalam kehidupan mereka.
Pembahasan mengenai makna hidup menunjukan bahwa sekalipun makna hidup terdapat dalam kehidupan itu sendiri, tetapi harus dicari dan ditentukan. lni disebabkan karena makna hidup itu biasanya "tersembunyi" dalam kehidupan. Untuk itu logoterapi menawarkan metodologi untuk
16
menemukan makna hidup guna memenuhi hasrat setiap orang guna hidup bermakna. Metode ini disebut Logoanalisis. (Bastaman, 2001 ).
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis secara sederhana menyimpulkan bahwa kebermaknaan hidup adalah hal-hal yang oleh seseorang dipandang penting, dirasakan berharga, dan diyakini sebagai suatu yang benar serta dapat dijadikan tujuan hidup sehingga dapat
m•~motivasi
seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan yang berguna yang dapat memberi makna pada diri sendiri dan orang lain, yang diikuti dengan keyakinan dan cita-cita yang seseorang miliki melalui sikap dan prilaku tanggung jawab.
2.1.2. Karakteristik makna hidup Frankl (seperti dikutip Bastaman, 1996) mengatakan karakteristik makna hidup meliputi: 1). Personal, Temporer dan Unik Artinya apa yang dianggap penting dapat berubah dari waktu ke waktu. Saat-saat berarti bagi sesorang belum tentu berarti bagi orang lain. Bahkan mungkin, apa yang dianggap penting dan bermakna pada saat ini oleh seseorang belum tentu sama bermaknanya bagi orang itu pada saat lain. Dalam hal ini makna hidup seseorang, dan apa yang bermakna baginya biasanya bersifat khusus, berbeda dengan orang lain, dan mungkin dari waktu berubah pula.
17
2). Konkret dan Spesifik Artinya makna hidup dapat ditemukan dalam pengalaman dan kehidupan nyata sehari-hari dan tidak selalu harus dikaitkan dengan tujuan-tujuan idelistis, prestasi-prestasi akademis yang tinggi, atau hasil renungan filosofis (diri). 3). Pedoman dan Arah Makna hidup memberi pedoman dan arah dari kegiatan--kegiatan yang dilakukan sehingga makna hidup seakan-akan menantang (challenging) dan mengundang (inviting) seseorang untuk memenuhinya. 4 ). Universal, absolut dan Paripurna Pandangan ini bagi kalangan yang tidak beragama atau kurang menghargai nilai-nilai keagamaan, mungkin saja beranggapan bahwa alam semesta, ekosistem, kemanusiaan, ideologi atau pandangan filsafat tertentu memiliki nilai universal dan paripurna. Sedangkan bagi kalangan yang menunjang tinggi nilai-nilai keagamaan, sudah tentu Tuhan merupakan sumber makna yang Maha Sempurna dengan agama sebagai wujud tuntunan-Nya.
Mengingat keunikannya dan kekhususannya itu, makna hidup dengan demikian tak dapat diberikan oleh siapa pun, tetapi harus dicari, dan ditemukan sendiri. Orang lain hanyalah sekedar menunjukkan berbagai sumber makna hidup dan hal-hal yang mungkin berarti. Tetapi pada
18
akhirnya terpulang pada orang yang ditunjuk untuk menentukan sendiri apa yang dianggap dan dirasakan bermakna baginya (Bastaman, 1995).
2.1.3. Sumber-sumber makna hidup Menurut Frankl (seperti dikutip Bastaman, 1996) ada tiga nilai yang merupakan sumber makna hidup yaitu : 1). Pend ala man Nilai-nilai Kreatif (Creative values) Nilai ini intinya ialah memberikan sesuatu yang berharga dan berguna pada kehidupan. Lingkup kegiatannya sangat luas. Adapun kegiatan berkarya yang paling nyata adalah beke~a. Sebenamya bekerja tidak dengan sendirinya memberikan makna bagi yang melakukannya. Kegiatan ini semata-mata hanya memberikan peluang dan kesempatan untuk mendapatkan makna. Makna dari ke(Jiatan berkarya lebih terletak pada sikap dan cara kerja serta hasilnya, dalam arti dedikasi dan cinta kerja serta kesungguhan dalam mengerjakan akan menghasilkan karya-karya dengan kualitas terbaik sekaligus memberikan makna. Pendalaman nilai-nilai kratif membantu orang untuk lebih mencintai dan menekuni pekerjaan yang dihadapi atau sekurang-kurangnya melakukannya dengan penuh kesungguhan. 2). Pendalaman Nilai-nilai Penghayatan (Experiental values) Berlainan dengan pendalaman nilai-nilai kreatif yang memberikan kepada lingkungan, pendalaman nilai-nilai penghayatan ini mengambil sesuatu yang bermakna dari lingkungan luar dan mendalaminya.
19
Mendalami nilai-nilai penghayatan berarti mencoba mamahami, meyakini dan menghayati berbagi nilai yang ada dalam kehidupan, seperti keindahan, kebenaran, kebajikan, keimanan, kebijakan, dan cinta-kasih. Meyakini kebenaran ayat-ayat Kitab Suci, merasakan keakraban dalam keluarga, menikmati pemandangan yang indah, merupakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan nilai-nilai penghayatan. 3). Pendalaman Nilai-nilai Bersikap (Attitudinal values) Nilai ini memberi kesempatan kepada seseorang untuk mengambil sikap yang tepat terhadap kondisi dan peristiwa-peristiwa tragis yang telah terjadi dan tidak dapat dihindari lagi. Dalam hal ini yang dapat diubah adalah sikap, bukan peristiwa tragisnya. Dengan mengambil sikap yang tepat, maka beban pengalaman-pengalaman tragis itu berkurang, bahkan mungkin peristiwa itu dapat memberikan pelajaran berharga dan menimbulkan makna tertentu-yang dalam bahasa seharihari disebut hikmah. Penderitaan memang dapat memberikan makna apabila penderita mampu mengatasinya dengan baik, s•skurangkurangnya dapat menerima keadaanya setelah upya maksimal dilakukan tetapi tetap tidak berhasil mengatasinya. Optimisme dalam menghadapi musibah ini tersirat dalam ungkapan-ungk;;1pan seperti "makna dalam derita" (meaning in suffering) dan "hikmal1 dalam musibah" (blessing in disquise).
20
Menurut Jalaluddin Rakhmat (pengantar dalam Danah Zohar & Ian Marshall, 2002 dalam www.ikastara.org), ada lima situasi ketika makna membersit ke luar dan mengubah jalan hidup kita -menyusun kembali hidup kita yang porak poranda, yaitu: 1. Makna kita temukan ketika kita menemukan diri kita (self discovery) 2. Makna muncul ketika kita menentukan pilihan, hidup menjadi tanpa makna ketika kita terjebak dalam suatu keadaan. ketika kita tidak dapat memilih 3. Makna dapat kita temukan ketika kita merasa istimewa. unik, dan tak tergantikan oleh orang lain 4. Makna membersit dalam tanggung jawab 5. Makna mencuat dalam situasi transendensi, gaungan dari keempat hal di alas. ketika mentransendensikan diri l
2.1.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebermaknaani hidup
Menurut Bastaman (1996) faktor-faktor yang mempengaruhi kebermaknaan hidup adalah :
21
1). Kualitas-kualitas insani. Yang dimaksud dengan kualitas insani adal~h
semua kemampuan, sifat, sikap dan kondisi yang semata-mata terpateri dan terpadu dalam eksistensi manusia dan tidak dimiliki oleh makhluk lain. Adapun yang dimaksud dengan kategori kualitas insani antara lain ; intelegensia, kesadaran diri, pengembangan diri, humor, hasrat untuk bermakna, moralitas, kreativitas, transendensi diri, kebebasan dan tanggungjawab. 2). Encounter. Crumbaugh (1973) dalam bukunya "Everything to Gain" menjelaskan bahwa encounterdapat digambarkan sebagai hubungan mendalam antara seorang pribadi dengan pribadi yang lain. Hubungan ini ditandai dengan penghayatan keakraban dan keterbukaan, serta dikap dan kesediaan untuk saling menghargai, mamahan1i dan menerima sepenuhnya satu sama lainnya. Hubungan ini semata-mata bukan hanya didasari oleh pertimbangan rasional, melainkan lebih diwarnai oleh alasan-alasan emosional, dalam hal ini rasa kasih sayang.
2.1.5. Metode menemukan makna hidup James C. Crumbaugh (dalam Bastaman, 1996) salah seorang murid Victor Frankl telah mengembangkan pendekatan yang dinarnakan
Logoana/isis, yaitu usaha untuk membantu seseorang untuk menemukan dan menyadari makna dan tujuan hidupnya, melalui cara menggali dan mempelajari pengalaman-pengalaman hidupnya sendiri dan pengalaman-
22
pengalaman orang lain, khususnya pengalaman yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan berkarya, penghayatan atas beberapa peristiwa yang mengesankan, dan sikap-sikapnya menghadapi keadaan yang tidak dapat dihindarkan lagi.
Metode-metode yang digunakan oleh Crumbaugh (seperti clikutip Bastaman, 1996) dalam Logoanalisis diantaranya yaitu: 1. Pemahaman diri, yaitu mengenali secara objektif kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan diri sendiri, baik yang masih merupakan potensi maupun yang sudah teraktualisasi, untuk kemudian kekuatankekuatan itu dikembangkan dan ditingkatkan serta kelemahankelemahan dihambat dan dikurangi. 2. Bertindak positif, yaitu mencoba menerapkan dan melaksanakan dalam perilaku dan tindakan-tindakan nyata sehari-hari hal-hal yang dianggap baik dan bermanfaat. 3. Pengakraban hubungan, yaitu meningkatkan hubungan baik dengan peribadi-peribadi tertentu (misalnya anggota keluarga, teman, rekan sekerja), sehingga masing-masing saling mempercayai, saling memerlukan satu dengan yang lainnya, serta saling mernbantu. 4. Pendalaman tri nilai, yaitu berusaha memahami dan mernenuhi tiga macam nilai yang dianggap merupakan sumber makna hidup yaitu, nilai-nilai kreatif, nilai-nilai penghayatan, nilai-nilai bersikap
23
5. lbadah yaitu, berusaha melaksanakan apa yang diperintahkan Tuhan dan mencegah diri dari apa yang dilarangNya. Kelima metode tersebut bertujuan untuk menjajagi sumber makna hidup dari kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitamya dan apabila makna hidup berhasil ditemukan akan menimbulkan perasaan bennakna dan bahagia yang merupakan cermin kepribadian yang mantap dan sehat.
2.1.6. Ciri-ciri individu yang memiliki kebermaknaan hidup Menurut Crumaugh dan Maholick (seperti dikutip Nihayah, 2001) karakteristik individu yang memiliki kebermaknaan hidup adalah : 1). Memiliki tujuan yang jelas 2). Memiliki perasaan yang bahagia 3). Memiliki rasa tanggungjawab 4 ). Mampu melihat alasan tatap eksis 5). Mamiliki kontrol diri 6). Tidak merasa cemas akan kematian
2.1.7. Pandangan Islam tentang Manusia dan Kebermaknaan Hidup Bastaman (1995) mengatakan bahwa sekurang-kurangnya ada tiga hal yang secara khusus menandai wawasan Islam mengenai manusia, yaitu: 1). Al-Qur'an memberi penghargaan tinggi sekali terhadap rnartabat umat manusia dengan julukan kehormatan yang diberikan kepada manusia sebagai "Khalifah di bumi" (QS, 2:30)
24
2). Fitrah manusia adalah suci dan beriman 3). Al-Qur'an menyatakan adanya Ruh pada manusia di samping raga dan jiwanya. Ruh ini sudah ada sebelum manusia dilahirkan, selama ia masih hidup, dan setelah berpulang.
Mengenai ciri-ciri kualitas khalifah, Muhammad Iqbal mengambil konsep insan kamil (manusia sempuma) yang mengisi kehidupan dengan akhlak ilahiyah, yaitu sifat-sifat llahi yang ditumbuhkan pada diri manusia yang dapat menciptakan suatu peradaban manusia di muka bumi dengan sikap iman (transendensi) dan tindakan amal salah (dalam Zahrotun Nihayah,
2001 ).
Muthahhari (1993), mengatakan bahwa iman merupakan syarat utama untuk mencapai kesempumaan. Manusia yang memiliki keabsahan menyandang tugas sebagai khalifah adalah mereka yang beriman kepada Tuhan. Iman juga menerangi hati manusia yang membimbingnya kearah kebenaran dan memeberikan harapan bagi adanya hasil-hasil yang baik dari suatu tindakan dan perbuatan yang baik pula. Iman juga berpengaruh pada kebahagiaan jiwa dan rohani manusia. Kebahagiaan ini diperoleh misalnya dari sifat murah hati, suka menolong atau dari kemampuan memetik hikmah (makna) dari setiap peristiwa yang dijalani. Dengan kata lain, iman memberikan bantuan dan kelapangan dalam mengahadapi
25
kesengsaraan dengan membentuk kekuatan dalam diri manuisa untuk melawan dan mengubah penderitaan menjadi kebahagiaan. Manusia dikaruniai pembawaan yang mulia dan martabat. Tuhan telah menganugerahi manusia dengan keunggulan atas makhluk lain. Manusia akan menghargai dirinya sendiri hanya jika mereka mampu merasakan kemuliaan dan martabat tersebut, serta mau melepaskan diri mereka dali kepicikan segala jenis kerendahan budi dan hawa nafsu (QS, 17:70). Manusia juga bersifat bebas dan merdeka. Mereka diberi kepercayaan penul1 oleh Tuhan, diberkahi dengan risalah yang diturunkan melalui para Nabi dan dikaruniai rasa tanggung jawab. Meraka akan bebas memilih kesejahteraan atau kesengsaraan bagi dirinya (QS, 76:2-3). Tuhan menurunkan sifat-sifat keilahianNya hanya kepada manusiat. Manusia sebagai dirinya sendiri tidak memiliki makna apapun, tetapi sebagai khalifah Tuhan, manusia menempati posisi maknawi. Dengan kapasitas istimewanya tersebut, manusia mampu manata, mengelola dan mengontrol dunia seisinya secara bertanggungjawab (Qurais Shihab dalam Nihayah, 2001 ).
Rifyal Ka'bah (seperti dikutip Qomaruddin, 2000) mengungkapkan bahwa kesadaran akan kematian membuat setiap orang memahami makna hidup dan berfikir secara positif. Dengan demikian ia akan menempuh hidup ini dengan penuh optimisme menuju satu tujuan akhir yang pasti bertemu Allah Swt yang ia cintai dan mencintainya.
26
2.2. Sense Of Humor 2.2.1. Pengertian humor Dalam Kamus Lengkap Psikologi, J.P Chaplin (2004), mengartikan humor dalam dua arti yaitu, Pertama, sikap menyenangkan, ramah-tamah, baik hati, sopan santun. Kedua, seberang sekresi atau pengeluaran zat kelenjar atau sekresi organis. Adapun dalam Kamus Konseling, Sudarsono (1996), mengartikan humor sebagai kondisi dari suatu situasi yang kompleks yang dapat membangkitkan gairah dan semangat untuk saling mengalami perasaan-perasaan dan emosi-emosi yang diungkapkan atau seseorang dalam kaitannya untuk saling dapat menimbulkan suasana yang gembira.
Sarlito (1996) dalam Seminar Humor Nasional Semarang, rnendefinisikan humor sebagai segala sesuatu (keadaan, perbuatan, perkataan) yang bisa menimbulkan kesan lucu sehingga memancing reaksi tertawa. Humor ini bisa dilakukan dengan sengaja (seperti yang dilakukan oleh pelawak di hadapan penontonnya atau pelajar di depan kawan-kawannnya ketika sedang ngerumpiin gurunya) atau bisa terjadi tanpa disengaja (misalnya melihat cicak kawin di langit-langit yang tiba-tiba
te~atuh
atau
menyaksikan seorang kawan jatuh terduduk di lantai karena dia lupa bahwa barusan dia geser kursinya untuk melakukan sesuatu).
27
Abu Nadim (dalam Komaryatun, 2004) mengatakan humor bagi masyarakat dunia dapat membantu menyegarkan hati serta jiwa yang sedang dirundung kesusahan dengan berbagai baban hidup yang tidak pernah usang dan berakhir. Akar dari kata Humor adalah "umor" dari bahasa Yunani yang berarti cair atau zat cair. Pada abad pertengahan, humor dihubungkan dengan energi yang dianggap dengan cairan tubuh dan keadaan emosional.
Oanandjaya (seperti dikutip Rena Latifa, 2006) mendefinisikan humor sebagai berikut: "Humor adalah sesuatu yang bersifat dapat menimbu/kan atau menyebabkan pendengamya (maupun pembawanya) merasa tergelitik perasaannnya, merasa /ucu, sehingga terdorong untuk tertcrwa. Hal ini disebabkan oleh sifatnya yang menggelitik perasaan, 'mengejutkan', 'aneh', 'tidak masuk aka!', 'bodoh', 'bersifat mengecoh', Janggal', 'kontradiktif, 'nakal', dan lain-lain. Sesuatu ha/ yang sifatnya /ucu ini dapat berupa dongeng yang /ucu (/e/ucon), teka-teki yang jawabannya /ucu, puisi rakyat dan nyanyian rakyat yang /ucu."
Chapman & Foot (1976) mendefinisikan humor sebagai suatu situasi kompleks yang dapat menimbulkan kegembiraan. Chapman & Foot (1976), menambahkan bahwa yang termasuk humor adalah stimulus yang menimbulkan ketawa atau senyum yang tidak bersifat menyerang objek dari humor itu sendiri. Jika ada celaan yang bersifat menyerang orang lain, misalnya cacat tubuh atau sifat-sifat negatif dari suatu suku yang dapat memancing kemarahan atau menyinggung perasaan mereka yang dicela,
-··
__ ___ _ ,
PEn~•.,c (,.~
I - __
·------
-----·- ' /JIN SYARil '.. • . ·. . .. "f:ilM,q )
'
'
·--~----
~
--
28
'
J'il;~i!HTA
............. hal itu tidak termasuk kategori humor, walaupun bisa saja celaan tersebut
dianggap lucu atau menimbulkan tawa bagi orang lain.
Dalam Seminar Humor Nasional, Utami Munandar (1996) mengatakan bahwa humor mempunyai daya untuk membalikan setiap situasi dengan cara melihat situasi tersebut dari perspektif lain. Belajar melihat segi humor dan menggunakannya dalam suatu situasi atau kesulitan dapat membantu seseorang dalam mengatasi masalah tersebut serta memungkinkan diperoleh pandangan-pandangan altematif. Pendapat senada juga dikemukakan oleh Max Eastman (dalam holistic-online.com) yang mengatakan, bahwa humor merupakan instink untuk menganggap rasa sakit secara tidak serius. Dengan humor orang akan bisa menghadapi semua masalahnya dengan canda dan tawa, hingga babannya terasa lebih ringan.
Humor lain dari lucu yang merupakan kata sifat, adalah nama benda. Humor menurut Merriam-Webster Dictionary adalah suatu kemampuan untuk melihat sesuatu yang lucu atau yang berbeda dengan persepsi umum. Jadi humor bukanlah yang lucu tetapi kemampuan untuk memiliki persepsi mengenali yang lucu, yang tidak "umum" (dalam Umar Kayam, 1996).
29
Berdasarkan penjelasan di atas, secara sederhana penulis menyimpulkan bahwa humor adalah suatu kondisi yang dapat merangsang dan memancing orang yang mendengarkan dengan memberikan respon ketawa, serta memberikan pandangan lain terhadap situasi tidak menyenangkan yang sedang dialami.
2.2.2. Pengertian sense of humor Beberapa ahli membedakan antara humor dengan sense of humor. Secara teoritis, sense of humor yang dimiliki individu pastinya terbentuk dari sejumlah elemen humor, entah itu mengandung elemen yang sedikit atau banyak. Para ahli ini melihat sense of humor sebagai k:onsep yang multifaset, universal dan memiliki banyak definisi (Horowitz, dalam Latifa 2006).
Dalam artikel Holistic Nursing Practice vol. 10, humor diartikan sebagai kualitas persepsi yang memungkinkan seseorang untuk merasakan kegembiraan ketika berhadapan dengan kesengsaraan. "Sense of humor is a quality of perception that enables us to experience ;OY even when faced with adversity''.
Freud (Maslow dalam Bastaman, 1996) menggambarkan Simse Of Humor sebagai proses defensif mechanism tertinggi yang membuat
individu mengatasi masalah-masalahnya tanpa mengalami emosi negatif dengan cara melihat masalah tersebut dengan perspektif lain. Sense of
30
humor diidentifikasikan sebagai salah satu karateristik aktualisasi diri seseorang.
Menurut Candace Pert (dalam holistic-online.com) mengatakan, kemampuan untuk menciptakan lebih banyak humor dan tawa dalam kehidupan membuat seseorang tetap sehat. Selain itu, sense of humor ini akan menimbulkan suasana hati dan keadaan yang baik. Hal serupa juga diungkapkan oleh Bernie Siegel (dalam holistic-online.com) bahwa seseorang yang memiliki sense of humor yang bail< akan mencari dan menemukan humor dalam kehidupan sehari-hari, menciptakan humor, serta tertawa lebih meningkat sehingga dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Mc. Ghree (1980), mengatakan sense of humor membantu dalam melihat dan memahami ketidaksesuaian yang terkandung dalam humor. Sense of humor menyangkut perasaan seseorang ketika menghadapi kelucuan kemudian mengekpresikannya dengan tertawa atau tersenyum.
Martin (seperti dikutip Latifa, 2006), mendeskripsikan sense of humor sebagai "perbedaan kebiasaan individual dalam segala bentuk tingkah laku, pengalaman, perasaan, sikap dan kemampuan yang dihubungkan dengan hiburan (amusement), kesenangan, tertawa, candaan dan sejenisnya". Disebabkan definisi yang ekstensif inilah maka sense of
humordapat diberi label sebagai 'personality traif, 'stimulus variable',
31
'emotional response', 'mental process' dan 'theurapeutic intervention'. Adapun sense of humor yang mengacu pada 'personality trait', konsep pengertiannya tidak hanya didasarkan pada satu dimensi trait atau karakteristik spesifik saja, namun sense of humor adalah sebuah konstruk yang multi-faset dan saling berkaitan satu sama lain.
Sense of humor adalah kemampuan seseorang untuk
men~1gunakan
humor sebagai cara menyelesaikan masalah, keterampilan untuk menciptakan humor, kemampuan menghargai dan menanmiapi humor, serta kemampuan menanggapi orang-orang yang humoris (dalam Hartanti, 2003).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis menyimpulkan secara sederhana sense of humor merupakan kualitas persepsi yang dimiliki seseorang untuk melihat situasi yang tidak menyenangkan atau penderitaan yang dialaminya melalui perspektif lain yaitu dengan cara menciptakan humor dan tawa lebih banyak serta merespon terhadap lelucuan yang ada disekitarnya.
2.2.3. Aspek-aspek sense of humor Menurut Martin (seperti dikutip Latifa, 2006) Sense of humor merupakan multi dimensional yang terdiri dari enam elemen sebagai berikut:
32
1. Humor production (penciptaan humor}, yaitu berupa kemampuan kreatif menjadi humoris, membuat lelucon, mengidentifikasi hal yang lucu dalam sebuah situasi serta mengkreasikan dan menghubungkan situasi tersebut dengan cara-cara yang dapat menyenangkan orang lain. 2. Humor appreciation (penghargaan terhadap humor}, yaitu berupa apresiasi atau merespon terhadap orang-orang yang humoris dan situasi yang penuh humor. Respon yang diberil
33
1. Humor production, berupa kemampuan kreatif menjadi humoris, membuat lelucon, mengidentifikasi hal yang lucu dalam sebuah situasi serta mengkreasikan dan menghubungkan situasi tersebut dengan cara-cara yang dapat menyenangkan orang lain. 2. Uses of humor for coping, yakni penggunaan humor dalam menghadapi masalah atau mengatasi situasi sulit dengan menggunakan humor. 3. Social uses of humor yakni bagaimana penggunaan humor yang digunakan individu untuk tujuan sosialisasinya. 4. Attitudes toward humor, berupa sejauhmana sikap-sikap individu terhadap humor dan terhadap orang-orang yang humoris. Jika keempat hal tersebut dimiliki oleh individu, maka dapat dipastikan bahwa ia memiliki rasa humor yang cukup baik dan cenderung lebih mudah beradaptasi menghadapi situasi sulit di lingkungan kehidupannya.
2.2.4. Jenis humor Sarlito (1996), menggolongkan humor tergantung pada bagaimana kita akan menyoroti humor ini. Adapun penggolongan humor sebagai berikut: 1. Jenis gerak (slap stick), humor jenis ini sangat sederhana dan mudah serta tidak memerlukan pemikiran yang canggih. Karena humor jenis ini bisa ditangkap oleh hampir semua orang, seperti Tom and Jerry atau Charlie Chaplin. Pada jenis ini, humor tergambarkan dari gerakan-
34
gerakan tubuh yang membuat orang melihatnya merasa lucu, kocak dan konyol. 2. Jenis intelektual: humor jenis ini memerlukan pemikiran dan daya tangkap tertentu untuk mencernanya. Misalnya pertanyaan atau tekateki dalam anekdot. Humor jenis ini mengandalkan diri pada asosiasiasosiasi dan harapan-harapan yang dibangun atau
di~:embangkan
pada awal cerita dan ditutup pada klimaks yang aneh atau tidak terduga pada akhir cerita. Faktor latar belakang sosial··budaya, pengetahuan, pengalaman, dari si pembuat humor maupun pendengarnya sangat berpengaruh pada sukses atau tidaknya humor jenis ini. Contoh, kucing dalam bahasa lnggrisnya adalah cat (baca: ket), pertanyaannya: "Apa bahasa lnggrisnya kucing yang bisa nempel"? Qawaban: lengket!!).
3. Jenis gabungan: humor ini adalah gabungan dari gerak dan verbal (kata-kata kocak). Contoh dari jenis humor ini adalah lawakan seperti Topeng dalam Betawi, Srimulat dalam Jawa dan
seba!~ainya.
Segaimana jenis intelektual ini juga membutuhkan persyaratan intelektual tertentu, walaupun tidak secanggih jenis int(3lektual murni, karena masih terbantu oleh gerak dan gaya yang visual.
35
Adapun Sultanoff (seperti dikutif Latifa, 2006), membagi jenis humor ke dalam 3 komponen yakni:
1. Wit berupa humor yang difokuskan pada keterlibatan pengalaman kognitif. Yang bisa dikategorikan wit diantaranya adalah cerita humor yang menceritakan kebijaksanaan dan kecerdikan yang kadangkadang disertai tipu daya. Dimana, ide cerita lucu timbul biasanya dari si pengarang yang hendak menceritakan rasa humornya, yang bersumber pada kejadian kurang sopan bisa berupa hal porno atau cabul dan atau kebodohan-kebodohan yang ditemuinya sehari-hari. Witticism, menurut Wyer & Collins (dalam Latifa, 2006) dibagi menjadi:
pernyataan ironi, satir sosial, sarkasme dan kekasaran, pernyataan yang melebih-lebihkan atau merendahkan suatu keadaan, penghinaan terhadap perilaku atau penampilan lawan bicaranya, pern1ainan katakata (seperti penggunar.in kata-kata dengan arti ambigu, pantun ataLr pelesetan kata), menjawab pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban (retorik), penghinaan terhadap diri sendiri. 2. Mirth, atau kegsmbiraan manakala fokus pada pengalarnan emosional. 3. Laughter, atau ketawa yang sudah melibatkan aspek-aspek fisiologis seperti bergeraknya bibir dan bagian tubuh yang lain. Namun tidak selamanya humor atau sesuatu hal yang dianggap lucu clapat menimbulkan tawa (laughter). Sebab respon terhadap kejadian lucu juga dipengaruhi oleh sesuatu yang bersifat subyektif seperti pengalaman masa lalu dan proses bela]ar menanggapi situasi lucu
36
yang pernah ada sebelumnya, baru kemudian bisa menimbulkan tawa. Sultanoff mengatakan laughter adalah jenis humor yang paling baik dan berpengaruh terhadap kesehatan dan system kekebalan tubuh.
Thorson & Powell (seperti dikutif Latifa, 2006), juga memberikan istilah
'joke', yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai 'lelucon' atau 'senda gurau'. Wyer & Collins (seperti dikutif Latifa, 2006) rnengatakan lelucon adalah jenis humor yang sifatnya lebih bebas konteks, di mana tidak diperlukan informasi yang meluas untuk dapat memahami humor ini. Pendengar lelucon tidak perlu terlibat dalam sebuah pembicaraan ataupun memahami konteks pembicaraan secara 'serius', karena pada umumnya pengetahuan yang diperlukan untuk memahami lelucon terdapat dalam lelucon itu sendiri.
Tidak jauh berbeda dengan wit, lelucon juga dapat berupa pernyataan yang melebih-lebihkan atau merendahkan suatu keadaan, penghinaan terhadap perilaku atau penampilan lawan bicaranya ataupun permainan kata-kata. Hanya saja ketika sudah mencapai konteks yang 'serius' dan diperlukan informasi yang meluas untuk memahami lelucon tersebut, maka akhirnya dinamakan sebagai wit, bukan lagi sekedar 'lelucon' (Thorson & Powell dalam Rena Latifa, 2006).
37
2.2.5. Fungsi sense of humor Banyak para ahli yang menjelaskan tentang fungsi dan ma11faat humor dalam hidup, baik bagi kesehatan fisik maupun mental. Martin dan Dobin (dalam Latifa, 2006), menjelaskan bahwa sense of humor rnembantu menaikkan tingkat salivary immunoglobulin A (SlgA) dan memberi efek positif pada gangguan mood. Hal ini tidak hanya untuk penGegahan, namun juga ampuh untuk mendukung proses penyembuhan penyakit.
Menurut Dr Mary Bennett (www.vision.net.id), Pemakaian humor untuk merangsang tertawa dapat menjadi terapi efektif menurunkan stress dan rnemperbaiki aktivitas sel pernbunuh alami. Bahkan di Amerika, workshop humor telah dipasarkan bagi penyembuhan dan menurunkE1n stress.
Penelitian yang dilakukan oleh Deaner dan Mc. Conatha (dalarn Komaryatun, 2004), juga membuktikan sense of humor tidal< hanya berhubungan dengan relaksasi otot, tetapi dapat menguran!Ji rasa sakit dan ketidaknyamanan serta meningkatkan kesehatan psikologis secara menyeluruh termasuk konsep diri yang baik. Portfield (dalam Komaryatun, 2004) menemukan sense of humor dapat mengurangi depmsi secara langsung tanpa memandang kejadian-kejadian hidup yang negatif dan tidak berpengaruh secara langsung pada kecernasan. Disarnping itu,
sense of humor dapat membuat orang menertawakan dirinya sendiri
38
sebelum ditertawakan oleh orang lain, karena menghibur diri sendiri merupakan komponen yang sangat membantu dalam menghadapi stress.
Miller (seperti dikutip Latifa, 2006), mengatakan lndividu yang memiliki sense of humor diketahui sebagai individu-individu yang lebih termotivasi, ceria, dapat dipercaya dan memiliki self-esteem yang tinggi. Mereka juga cenderung lebih mampu mengembangkan hubungan sosial yang hangat dan akrab. Adapun Thorson & Powell (dalam Latifa, 2006) mengatakan, bahwa ada penelitian yang membuktikan adanya kaitan antara humor dengan kecemasan menghadapi kematian (death anxiety). lndividu yang terbiasa menggunakan humor dalam hidupnya akan cenderung lebih dapat berkompromi dengan dirinya sendiri menghadapi usia yang semakin renta dan mendekati kematian (dalam Rena Latifa, 2006).
Darmo (2005) mengatakan, sedikit diantara sejumlah manfaat yang bisa diperoleh dari tertawa, humor dan senyum yaitu: (1 ). Sedikit Otot. Tidak seperti orang yang murah senyum, orang stres tampak lebih letih dan pesimistis. Dari segi fungsi otot pun berbeda. Kalau orang tersenyum hanya memakai satuan otot, orang stres puluhan otot. Artinya, kelompok tersenyum memakai tenaga otot lebih kecil atau lebih irit daripada kelompok penderita 8tres. (2). Buka Ventilasi. Tertawa merupakan harmonisasi gerak dari 15 otot wajah yang dapat ikut menghambat proses pengerutan wajah pada
39
usia uzur. Juga memberikan latihan ringan bagi tubuh, karena otot dilatih berdenyut di alas rata-rata, khususnya otot muka. Tertawa kuat tentu menggunakan otot yang lebih besar, sehingga dapat diibaratkan membuka ventilasi jendela ruangan. (3). Bebas Bernafas. Mereka yang banyak menebar tawa akan lebih bebas dalam bernafas. Sebab, tertawa mempercepat
f~eluarnya
udara jenuh dari tubuh yang langsung digantikan dengan udara segar. Pergantian itu akan memperkaya oksigen dalam darah serta membersihkan bagian respirasi atau alat pernafasan. (4). Hadang lnfeksi. Selama tertawa, dikatakan juga, antibodi tubuh serta sel darah putih aktif menghadang infeksi, sedangkan hormon mampu meningkatkan kesiagaan dan fungsi memori. (5). Hilangkan Stress. Tertawa diyakini mampu menghilangkan rasa cemas, bingung, sedih, dan gelisah. Stress pun dapat ditanggulangi. Tak ada salahnya bila setiap rumah sakit menerapkan program humor. Tentu tanpa harus mengabaikan prosedur standar medis. Tera pi penyakit jantung dan kanker pun, menu rut penelitian terakhir, bisa dibantu dengan mengusahakan agar pasien mau tertawa lebar untuk membantu penyembuhan.
2.2.6. Pandangan Islam tentang humor Banyak sekali bentuk hiburan dan seni bermain yang diperbolehkan Islam bagi kaum Muslimin untuk menghibur diri, dan sebagai sarana re/aksasi.
40
Pada saat yang sama juga, untuk mengkondisikan jiwa mereka agar siap mengerjakan ibadah-ibadah dan kewajiban-kewajiban lain dengan lebih energik, dan lebih bersemangat. Tennasuk dalam kategori t1iburan ini adalah canda (humor) yang tidak mengandung kebohongan dan kedustaan, karena canda menyenangkan jiwa, dan membahagiakan tanpa menimbulkan dampak buruk apapun padanya. Sarana hiburan yang lain ialah pemaparan kisah-kisah jenaka, dan lelucon-lelucon orang-orang jenius, atau orang-orang pelit, atau orang-orang dungu, atau orang-orang teledor, selagi itu semua masih dalam batas yang wajar (Nuruddin, 1995).
Tidak aneh jika kejenakaan, canda dan humor merupakan stimulan yang menyegarkan pikiran, menyenangkan hati dan menenteraml
41
tertawa, bahkan seharusnya bersedih. Dalam kondisi demikian humor menjadi mudharat.
Banyak dalil Al qur'an dan hadis rasul yang menjelaskan tentang larangan canda (humor) yang belebihan, mengandung kebohongan, perkataan buruk dan menyakiti perasaan, misalnya dalam Q.S, Al-Hujurat;11:
"Hai orang-orang yang beriman jangan/ah suatu kaum mengo/ok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang dio/ok-olok) /ebih baik dari mereka (yang mengo/ok-olok)".
Dalam hadis rasul, misalnya: "Ce/aka/ah orang yang berkata agar manusia tertawa karena pembicaraannya, ia berdusta. Ce/aka/ah dial Ce/aka/ah dial" (diriwayatkan oleh At-Tarmidzi) (Nuruddin, 1995).
Nuruddin (1995) menambahkan, bahwa jika canda dan lawak itu dijadikan sebagai sarana mata pencaharian seseorang, menjadi kebiasaannya, dan wataknya dalam semua waktunya hingga membuatnya lupa akan kewajiban-kewajibannya, maka ini tanpa diragukan, dilaran9. Sebagaimana dalam hadis rasul yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah R.A dari Rasulallah SAW bahwa beliau bersabda,
42
"Sesungguhnya jika seseorang mengucapkan kata yang membuat temanteman duduknya tertawa, maka ia jatuh dengannya Jebih dalam antara Jang it dan bumi''. (diriwayatkan Ahmad).
Hadis di atas ditafsirkan bahwa orang tersebut membuat orang lain tertawa dengan kebohongan. Namun, menu rut Al-Ghazali clalam kitab Tuhfatul Ahwadzi (percikan-iman.com), hukumnya diperbolehkan apabila seseorang berbicara dengan suatu pembicaraan yang benar untuk membuat orang lain tertawa.
Tertawa termasuk dalam hal Akhlak. Seorang muslim yang taat akan menjadikan Rasulallah SAW sebagai referensi akhlak termulia yang harus dicontoh. Tertawa merupakan sifat dasar manusia sebagai karunia Allah SWT kepada manusia (percikan-iman.com). Dalam QS, 53:43 difirmankan:
"Dan bahwasanya Dia/ah yang menjadikan orang tertawa dan menangis,"
Kemudian disebutkan juga bahwa Al Qur'an memberikan arahan menyedikitkan tertawa dan memperbanyak menangis mengingat dahsyatnya kehidupan setelah mati. Dalam QS. 9:82 difirmankan juga:
"Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai pemba/asan dari apa yang selalu mereka kerjakan."
43
Adapun dalam hadis rasul yang berkaitan dengan larangan banyak tertawa telah diriwayatkan Al-Tarmidzi, yakni.
"Banyak tertawa itu mematikan hati".
Adapun jenis-jenis dan tingkatan-tingkatan tertawa menurut kamus bahasa Arab terdiri dari: (1) Tersenyum (Tabassum), yailu tingkatan dibawah lertawa dan merupakan tertawa yang paling baik. (2) Tertawa lerbahak-bahak (Antagha). (3) Tertawa yang apabila dilampakkan berupa dengungan (Alkhanna wal khaniinan). (4) Tertawa lerbahak-bahak yang paling buruk (Thaikhun thaikhun). (5)Tertawa yang melengl
(Atthahthahatun). (6) Tertawa yang lebih dari tersenyum (Alhanuufu). Sebagian orang Arab menkhusukan yang satu ini dengan tertawanya para wanila (percikan-iman.com).
Adapun hukum tertawa menurut Yusuf Qardhawi (percikan-·iman.com), "Sesungguhnya lertawa itu termasuk labial manusia. Binatang tidak dapat tertawa, karena tertawa itu datang setelah memahami dan mengetahui ucapan yang didengar alau sikap dari gerakan yang dilihat, sehingga ia lertawa karenanya". Sesuai pendapat diatas, maka hukum tertawa adalah boleh. Begitu juga tertawa memiliki manfaat baik bagi fisik rnaupun psikologis. Selain ilu, tertawa juga bermanfaal secara ibadah, yaitu: (1) merupakan sedekah (2) memeberi kesan berseri dan optimis (3) penawar rohani, obat bagi jiwa dan ketenangan bagi sanubari yang lelah setelah
44
berusaha dan bekerja (4) tanda kemurahan hati, isyarat ba9i suatu temperamen yan9 mantap, tanda bagi murninya suatu tujuan, dan (5) menunjukan kebahagiaan.
Dalam Islam tertawa memiliki adab atau etika, hal ini harus mengacu kepada Rasulallah SAW. Etika tertawa dalam Islam (percikan-iman.com), yaitu:
1).
Meneladani nabi dalam senyuman dan tawa beliau. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari yakni: "Rasu/al/ah apabi/a (ada sesuatu yang membuatnya) senang (maka) waja/1 be/iau akan bersinar seolah-o/ah wajah be/iau sepengga/ rembu/an" (RH Al-
Bukhari). 2).
Tidak tertawa untuk mengejek, mengolok, mencela dan sebagainya, sebagaimana telah dilarang dalam al qur'an dalam surat A/-Hujurat ayat 11.
3).
Tidak memperbanyak tertawa. Sebagaimana dalam hadis, "Berhatihatilah dengan tertawa, karena banyak terlawa akan mematikan hati". (Hadits shahih, Shahiibul Jaami).
4 ).
Tidak menjadikannya sebagai sebuah profesi. Seperti clijelaskan dalam hadis, "Ce/aka/ah bagi orang-orang yang bercakap-cakap dengan suatu perkataan untuk membuat sekelompok orang terlawa (dengan perkataan tersebut), sedang ia berbohong dalam percakapannya itu, ce/aka/ah baginya dan ce/akalah baginya". (RH.
45
maknanya adalah apabila seseorang berbicara dengan suatu pembicaraan yang benar untuk membuat orang lain te11awa, hukumnya adalah boleh. Al-Ghazali berkata, "Jika demikian, haruslah sesuai dengan canda Rasulal/ah, tidak dilakukan kecuali dengan benar, tidak menyakiti hati dan tidak pula berlebih-lebif1an". 5).
Tidak berlebih-lebihan dalam tertawa dan terbahak-bahak dengan suara yang keras. Seperti hadis rasul: "Aku tidak pernah me/ihat Rasulul/ah berlebih-lebihan ketika tertawa hingga terlihat langit-langit mulut beliau, sesungguhnya (tawa beliau) hanyalah senyum semata". (HR. Al-Bukhari).
2.2.7. Hubungan humor dengan makna hidup Logoterapi tidak hanya mengemukakan filsafat manusia yang bercorak humanistik-eksistensial, tetapi juga mengembangkan metode dan teknikteknik terapi untuk mengatasi gangguan-gangguan Neurosis Somatogenik yaitu gangguan perasaan yang berkaitan dengan daya ragawi, logoterapi mengembangkan metode Medical Ministry. Sedangkan gangguan Neurosis Psikogenik yang bersumber dari hambatan-hambatan psikis dikembangkan teknik Paradoxical Intention dan Oeref/ection. Selanjutnya, untuk gangguan Neurosis Noogenik, yakni gangguan yang clisebabkan tidak terpenuhinya hasrat untuk hidup bermakna, logoterapi
47
Menurut Allport (dalam Bastaman, 1996) bahwa humor terkait dengan kepribadian yang matang dan sehat. Kepribadian yang mature ditandai oleh usaha memperluas diri (extension of the self), hubungan ramah dengan orang lain (warm relating of self to other), menerima keadaan diri (self acceptance), bersikap realistis (realistic perception, skills, and assignments), meyakini dan mengahayati suatu filsafat hidup yang integratif (the unifying philosophy oflife), dan bersikap objektif terhadap diri sendiri (self objectification). Ciri terakhir ini didalamnya terkandung pemahaman terhadap diri sendiri (self insight) dan rasa humor, termasuk bersikap humoristis terhadap diri sendiri. Selain itu, Allport jugalah yang secara eksplisit mengungkapkan bahwa di samping agama, rasa humor merupakan salah satu sarana ke arah pengintegrasian diri. But in principle, the religion interest, being most comprehensive, is best able to serve as an integrative agent. Another road favorable to integrative is humor, man's principal technique for rid of irre/aevancies (Allport, 1962:92).
Berdasarkan penjelasan di alas, penulis secara sederhana menyimpulkan bahwa humor yang kita keluarkan merupakan potensi insani yang memiliki unsur terapis. Memang, belum ada penelitian yang menjelaskan tentang hubungan humor dangan makna hidup, namun dalam humor terdapat unsur terapis yang berkaitan dengan pencarian makna hidup sebagaimana yang telah dikembangkan oleh Franl
48
2.3.
Masyarakat Betawi
2.3.1. Asal usul masyarakat Betawi Masyarakat yang pertama bermukim di Jakarta adalah Kerajaan Tarumanegara, yang dapat dikatakan sebagai nenek moyang bagi masyarakat Betawi. Daerah Jakarta dan sekitarnya pada abad ke 15 M, termasuk wilayah kekuasaan kerajaan pakuan Pajajaran. Kerajaan ini biasa disebut kerajaan Sunda. Bandar kerajaan Sunda yang penting adalah Banten, Pontang, Cigede, Tanara, Cimanuk di sebelah Timur dan Kelapa yang dikenal sebagai pelabuhan atau Bandar Sunda Kelapa. (Sagimun, 1988).
Memasuki abad 17 M (1597-1619), Jakarta yang ketika itu t>erada dalam daerah kekuasaan Banten, yang diperintah oleh pengeran ,layakarta Wijayakrama sebagai adipati ketiga menggantikan ayahnya Tubagus Angke. Di bawah pemerintahannya, kota ini berkembang sebagai pelabuhan dagang dan mulai mengadakan perjanjian perdagangan dengan orang-orang lnggris dan perusahan
voe, suatu yang tidak
disenangi oleh para penguasa Banten, karena secara politis dan ekonomis mengurangi peranan Banten (Abdul Aziz, 2002).
Batavia dan sekitamya berangsur-angsur terjadi perbauran antar-suku bahkan antar bangsa. Hasil dari perbauran ini lambat laun keturunannya kehilangkan ciri-ciri budaya asalnya masing-masing, yang pada akhirnya
49
semua unsur itu kukuh menjadi sebuah kelompok etnis yang kemudian dikenal dengan sebutan orang Betawi. Masyarakat Betawi atau biasa pula disebut kaum Betawi, sebagaimana dikemukakan oleh Muhammad Husni Thamrin, yang membuat nama organisasi yang masih bersifat kesukuan pada masa sebelum terbentuknya organisasi-organisasi yang bersifat kebangsaan, awal abad keduapuluh. Organisasi ini mengikat model organisasi lain di masa itu yang menjadikan etnik sebagai basis keanggotan seperti Budi Utomo yang didirikan tanggal 20 Mei 1908 (Abdul Aziz, 2002).
Dari masa ke masa masyarakat Betawi berkembang dengan ciri-ciri budayanya yang makin lama semakin mantap, sehingga mudah dibedakan dari kelompok yang lainnya. Namun bila dikaji lebih mendalam tampak unsur-unsur kebudayaan yang menjadi sumber asalnya. Dapat dibuktikan kebenarannya, bahwa orang Betawi maupun kebudayaannya yang mereka miliki adalah merupakan hasil perpaduan dari bangsa-bangsa yang sudah semenjak lama datang dan berdagang di Sunda Kelapa, baik dari suku-suku yang ada di Indonesia rnaupun dari Eropa, Cina dan Timur Tengah. Kemudian pada akhimya kelompok ini membentuk etnik tersendiri dan menamakannya masyarakat Betawi, atau biasa dikatakan masyarakat asli Jakarta (Rachmat Ruchiat, 2002).
50
Menurut A. Hanna (1998), orang Betawi asli umumnya bukanlah orang pribumi, melainkan orang asing berdarah campuran dan berkebudayaan campuran pula. Mayoritas pendatang baru Eropa dan Cina adalah pria, jarang wanita, kecuali bangsa portugis pada tahun-tahun awal, baik orang Belanda maupun Cina mengawini wanita pribumi atau mengambil nyai yang dahulu kala biasa disebut gundik, terutama dari kalangan budak. Sedangkan wanita-wanita sunda dan Jawa yang beragama Islam, umumnya enggan berpasangan dengan orang Nasrani atau penganut Budha, dan yang melakukan hal itu akan ditolak oleh keluarga mereka. Bagi orang Cina yang mengawini orang pribumi, mereka tetap mempertahankan identitas serta kebudayaan mereka. Sedangkan bagi orang Eropa yang mengawini orang pribumi cenderung kehilangan ciri-ciri khas Eropa tertentu, dan mengambil kebudayaan pribumi tanpa benarbenar menyerap kebudayaannya.
2.3.2. 1.
Masyarakat dan kebudayaan Betawi
Pola kehidupan ekonomi
Pada umumnya jenis mata pencaharian masyarakat Betawi adalah sebagai petani, pedagang, nelayan dan buruh atau tukang. Jenis mata pencaharian ini dipengaruhi oleh letak geografis pemukimannya. Masyarakat Betawi yang bermata pencaharian petani yang bermukim di daerah agraris di selatan Jakarta, seperti di Kelurahan Tanjung Barat, ada yang sebagai petani buah-buhan maupun bersawah (tanam padi).
51
Biasanya yang bermata pencaharian sebagai petani buah-buahan juga merangkap sebagai pedagang buah. Jenis buah yang dijual beraneka ragam tergantung pada musimnya. Untuk menambah penghasilan, ada pula yang membuka warung buah dan ada pula yang menjadi pedagang keliling sementara lepas kerja di kebun. (Sudjargi dkk,
2.
199~1)
Sistem kekerabatan dan kekeluargaan
Dalam sistem kekeluargaan masyarakat Betawi, pada dasarnya memakai sistem parental, dimana garis keturunan orang tua tidak dipermasalahkan. Anal< laki-laki dalam pekerjaan akan disosialisasikan dengan pekerjaan ayahnya. Sedangkan anal< perempuan dengan ibunya melakukan pekerjaan wanita, mengasuh anak, memasak dan pekerjaan rumah tangga lainnya (Sudjargi dkk, 1993).
Menu rut Sudjargi (1993), dalam pemilihan jodoh, dahulu anak Betawi selalu mematuhi anjuran para orang tua dan umumnya perk:awinan yang ideal adalah endogami, yaitu kedua pengantin berasal dari kampung, namun saat ini sudah banyak anak-anak Betawi yang
mela~:ukan
pernikahan dengan kampung lain bahkan daerah dan suku lain karena arus modernisasi.
lstilah kekerabatan pada orang Betawi diklasifikasikan ke dalam dua golongan yang dibedakan menurutjenis kelaminnya. Terhaclap orang tua
52
wanita, ego akan menyebut enyak. Sedangkan sebutan terhadap orang tua laki-laki babe atau dikenal pula sebutan abah. Kata abah berasal dari pengaruh bahasa Arab. Adapun penyebutan bagi orang tua dari pihak ayah dan ibu adalah engkong, dan bagi wanita dari orang tua pihak ayah dan ibu adalah nene. Begitu pula sebutan kakak, untuk kakak wanita adalah mpok, kakak laki-laki disebut a bang. Kedua istilah ini juga digunakan untuk menyebut orang yang dianggap umumya lebih tua atau orang yang belum dikenal (Sudjargi dkk, 1993). Ridwan Saidi (2001) mengatakan bahwa sifat orang Betawi adalah, religius, terbuka, egaliter, demokratis, dan humoris sekalipun dengan penduduk penclatang.
Dalam kehidupan sehari-hari, hubungan antar sesama war9a tercermin dalam hubungan keluarga, dimana anak-anak sangat patutl terhadap orang tua, karena dalam masyarakat Betawi penggolongan atas umur yang lebih tua sangat dihormati (Sudjargi dkk, 1993).
3.
Kehidupan keagamaan
Masyarakat Betawi umumnya beragama Islam dan taat menjalankan perintah agamanya (Ridwan Saidi, 2001 ). Hal ini dapat terlihat pad a saatsaat seperti shalat Jum'at, shalat Tarawih bulan Ramadhan, peringatanperingatan hari raya Islam seperti Maulid Nabi Muhamad Saw, isra mi'raj, idul fitri dan idul adha, dimana animo masyarakat Betawi sangat besar dan sangat antusias. Begitu juga dengan siklus kehidupan oran9 Betawi yang
53
banyak bernuansakan keislaman, seperti tujuh bulanan, kt1itanan, khataman qufan, kekahan.
Hurgronje (seperti dikutip Ridwan Saidi, 2001) menggambarkan ketaatan beragama orang Betawi jauh lebih maju dibandingkan den9an daerah lain di Jawa dalam tindakannya memusnahkan adat-istiadat pribumi, dan di sini di luar beberapa kekecualian yang tentu saja ada nyaris tidak ada kefanatikan. Meskipun demikian orang Betawi itu amat taat beragama, dimana perkawinan antar suku bukan hal yang tabu bagi orang Betawi, tatapi yang penting adalah agama calon menantu datang dari daerah manapun, atau bahkan berkebangsaan apapun.
4.
Tingkat pendidikan
Menurut Ridwan Saidi (1984) tingkat pendidikan formal orang Betawi dahulu sangat minim. Hal ini disebabkan oleh perlakuan diskriminatif yang dilakukan oleh kolonialisme, dimana tertutup pendidikan formal bagi pribumi, dalam hal ini adalah masyarakat Betawi. Namun dengan perlakuan ini, bukan berarti orang Betawi kehilangan semangat dan citacita, justru dengan perlakukan tersebut, dapat membangun mentalitas orang Betawi, mental independent, mental percaya diri dan mental snobistis (sifat suka membanggakan diri). Hal ini terlihat dengan berdirinya pendidkan yang bernuansakan keislaman, yang didirikan pada tanggal 17 Juli 1905 dan melopori pendidikan-pendidikan yang lainnya
54
Ridwan Saidi (1984) mengatakan dengan pendidikan yang bernuansakan keislaman dapat memberikan makna fungsional bagi pembinaan jiwa keislaman pada masyarakat Betawi yang menjadi sibghah, kepribadian/identitas kaum Betawi, yaitu kepribadian mandiri, jiwa merdeka (sense of independency) yang kelak menjadi 'inn€'f drive' bagi gerak dinamika sub kultur Betawi.
5.
Ada! dan tradisi
Dalam kehidupan, adat dan tradisi orang Betawi banyak terpengarauh dari Islam, tapi tidak sedikit tradisi Betawi yang kental dari pengaruh Budha dan Hindu (Ridwan Saidi, 2001 ). Adapun tradisi yang masih dilakukan diantaranya yaitu:
1). Upacara Nujuh Bulan Maksud upacara ini yaitu untuk mendapatkan rasa aman, mohon diberi keselamatan, mensyukuri nikmat Tuhan, mohon keberkE1han agar anak yang lahir manjadi anak yang saleh. Dan upaca ini juga :Oermaksud sebagai pemberitahuan kepada khyalayakramai. Upacara ini terkadang juga ditambah dengan acara Maulidan. lsi ceramah agama yang ada kaitan dengan nujuh bulan dan diriwayatkan pula tentang kel1idupan Nabi Yusuf, dan diselenggarakan pada bulan ketujuh dari usia kehamilan pertama dan tidak pada kehamilan selanjutnya.
55
2). Upacara Akeqah Upacara ini dilakukan ketika usia bayi 40 hari setelah kelahiran. Dua ekor kambing disembelih bila bayi laki-laki, dan satu ekor kambing disembelih bila bayi perempuan. Dalam upacara ini dilakukan pemotongan rambut si bayi dan disertai dengan 'marhaban', yaitu pebacaan maulid nabi, berupa rangkaian kalimat puitis dalam bahasa Arab yang berkisah tentang Nabi Muhammad Saw. Adapun maksud dan tujuan diselenggarkannya upacara ini adalah untuk membuang rambut bawaan bayi dari dalam kandungan ibunya atau membuang "sawan", artinya bayi yang digunting rambutnya nanti tumbuh sehat dandijauhkan dari berbagai macam penyakit. 3). Upacara Khataman Al Qur'.an Khataman Al Quran yang biasa disebut juga "ta mat al qur'an" adalah upacara yang diselenggarakan untuk menandai selesainya anak balajar mengaji. Dalam acara ini pesertanya adalah anak-anak yang telah menyelesaikan kitab Juz Amma. Upacara ini dilakukan dengan maksud menunjukan rasa syukur ke hadirat llahi serta rnsa bangga dan bahagia, karena anak-anak telah berhasil menyelesaikan pelajaran kitab Juz Amma. Namun sekarang karena perkembangan ilmu pengetahuan anak-anak diajarkan dengan system lqro, maka untuk upacara khataman agak jarang kecuali permintaan dari orang tua anak.
56
4). Upacara Khitanan Dalam masyarakat Betawi, bagi anak yang telah memasuki usia 7 tahun atau lebih harus dikhitan. Karena khitanan merupakan daur hidup yang dianggap penting, dimana setelah khitanan seorang anak dianggap baru boleh muslim. Khitanan secara tradisional dilakukan oleh seorang tukang sunat atau "bengkong", namun kini orang Betawi banyak yang menggunakan tenaga mantra atau dokter untuk mengkhitan anaknya. 5). Upacara Perkawinan Pada masyarakat Betawi, beranggapan bahwa perkawian mempunyai tujuan mulia yang wajib dipenuhi oleh setiap warga masyarakat yang sudah dewasa dan memenuhi syarat untuk itu. Orang Betawi yang mayoritas memeluk agama Islam, yakin bahwa perkawinan adalah salah satu sunah rasul, sehingga dapat dipandang suatu agama untuk melangkapi norma-norma kehidupan manusia sebagai rnakhluk social dan ciptaan tuhan yang mulia (Ahmad Yunus dkk, 1993).
2.3.3. Peran humor pada masyarakat Betawi Ridwan Saidi (1984) mengatakan humor senantiasa menjacli bumbu dalam kehidupan orang Betawi, tatkala susah, maupun pula senang. Begitu juga dalam siklus kehidupan orang Betawi, adat dan tradisi yang banyak diwarnai oleh Islam, Hindu dan Budha, yang memiliki nilai-nilai luhur juga sarat dengan humor. Ridwan Saidi (2001) menambahkan, sifat
57
humoris dan kocak orang Betawi sudah melekat dalam keriidupannya sehari-hari, karena memang kelucuan itu membangun optimisme dalam menghadapi kehidupannya. Tetapi kelucuan itu hanya bumbu hidup, bukan karakter orang Betawi. Memang tidak jarang ucapan dan ungkapan orang Betawi sarat dengan humor. Humor dalam kehidupan pada orang Betawi bukan hiburan belaka, tetapi dari humor tersebut terdapat unsur nasehat dan pesan yang memiliki makna, diantaranya: 1. Menguatkan solidaritas, dan 2. Transformasi nilai-nilai luhur Perilaku 'kocak dan konyol' orang Betawi dapat tercenminkan dari salah satu gaya hidup yang berkaitan dengan aktifitas sosial dalam rangka menghibur diri dan mengekalkan silaturahmi/persaudaraan adalah 'Ngerahul' yang sarat dengan pesan dan humor (Ridwan Saidi, 2001 ).
2.4. Kerangka Beriikir Hidup bermakna bukanlah perkara yang mudah, karena membutuhkan pemahaman hakikat diri dan penghayatan hidup. Hal ini membuat orang menghayati setiap sesuatu yang dikerjakan, dirasakan dan yang dialaminya sehingga kehidupannya dirasakan sangat berarti (meaningful) yang dapat menimbulkan kebahagiaan (happiness) (Bastaman, 1996).
Pembahasan mengenai makna hidup menunjukkan bahwa, sekalipun makna hidup terdapat dalam kehidupan itu sendiri, tetapi harus dicari dan
58
ditentukan. lni disebabkan karena makna hidup itu biasanya "tersembunyi" dalam kehidupan. Oleh karena itu, diperlukan cara atau metode dalam pencarian akan makna hidup untuk menemukannya. Frankl (1973) merumuskan teknik logoterapi untuk menemukan makna hidup, salah satunya dengan memanfaatkan kemampuan insani dalam mengambil jarak (self-detacment) dan kemampuan mengambil sikap (to take a stand) terhadap diri sendiri dan lingkungannya yaitu teknik Paradocxical Intention. Dimana, teknik ini memanfaatkan salah satu kualitas insani lainnya yaitu melalui rasa humor. Kemampuan ini membuka jalan untuk mengambil sikap baru dalam pengembangan dirinya. Hal ini menguatkan, bahwa humor memiliki potensi terapi. Selain itu, banyak penelitianpenelitian menjelaskan tentang manfaat humor, baik bagi
ki~sehatan
fisik
maupun mental.
Dalam tingkatan konsep, gembira bisa diartikan sebagai perasaan senang dalamjangka pendek, sedangkan bahagia adalah perasaan senang dalam jangka panjang. Karena itu, untuk mencapai kebahagiaan, dibutuhkan kegembiraan yang kontinu, hari demi hari, menit demi menit. Dan humor merupakan salah satu cara yang paling tepat untuk mencapai keadaan seperti itu. Humor yang baik membuat orang tertawa, dan dengan tertawa seseorang akan merasa gembira (www.vision.net.id).
59
Humor merupakan proses pengembangan pribadi yang paling langsung berkaitan dengan masalah penemuan makna hidup. Humor juga terkait erat dengan kepribadian yang matang dan sehat, seperti u:saha memperluas diri, hubungan ramah dengan orang lain, menerima keadaan diri, bersikap relalistik, meyakini dan menghayati suatu filsafat hidup yang integratif, dan bersikap objektif terhadap diri sendiri (Allport dalam Bastaman, 1996).
Terkait dengan ini, humor sangat melekat sekali dalam
kes1~harian
masyarakat Betawi. Seperti guyonan-guyonan dan banyolan menghiasi pergaulan, adat dan budaya Betawi. Dimana, ada saja kata-kata yang terkesan 'kocak dan konyol' yang sarat akan humor, namun juga banyak mengandung pesan serta memiliki kekuatan dalam menjalin kekeluargaan. Sebagaimana yang telah dikatakan Ridwan Saidi (1994) bahwa humor telah menjadi bumbu dalam kehidupan
mere~;a,
tatkala
susah, maupun senang. Kebanyakan masyarakat Betawi mampu melucu karena kelucuan itu dapat membangun optimisme dalam menghadapi kehidupannya. Selain itu, humor juga dapat mengekalkan silaturrahim/persaudaraan yang berfungsi menguatkan solidaritas dan transformasi nilai-nilai luhur, dan kesemuanya itu mencerminkan hidup yang bermakna.
60
Berdasarkan uraian di alas, walaupun belum ada penelitian yang menjelaskan hubungan antara sense of humor dengan kebermaknaan hidup, namun untuk membuktikan dan memperkuat teori-teori yang ada maka peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian guna mendapatkan informasi mengenai hubungan antara sense of humor dengan makna hidup.
Gambar 1.1. Bagan Kerangka Berpikir Pencarian Makna Hidup
~
Penghayatan Makna Hidup
-
Penemuan Makna Hidup
r·
Hid up Bermakna
Metode : Paradoxical Intention dengan memanfaatkan kualitas insani yaitu dengan humor
I Sense of humor Masyarakat Betawi
2. 5. Hipotesa Ho menyatakan bahwa: Secara umum tidak ada hubungan antara sense of humor d13ngan kebermaknaan hidup, adapun secara khusus yaitu: 1. Tidak ada hubungan antara aspek humor production dengan kebermaknaan hidup
61
2. Tidak ada hubungan antara aspek uses of humor for coping dengan kebermaknaan hidup 3. Tidak ada hubungan antara aspek social uses of humor dengan kebermaknaan hidup 4. Tidak ada hubungan antara aspek attitudes toward /1umor and humorous people dengan kebermaknaan hidup
H1 menyatakan bahwa : Secara um um ada hubungan antara sense of humor dengan kebermaknaan hidup, adapun secara khusus yaitu:
1. Ada hubungan antara sense of humor dengan kebermaknaan hidup 2. Ada hubungan antara aspek uses of humor for coping dengan kebermaknaan hidup 3. Ada hubungan antara aspek social uses of humor dengan kebermaknaan hidup 4. Ada hubungan antara aspek attitudes toward humor ancf humorous people dengan kebermaknaan hidup
BAB3 METODE PENELITIAN Dalam melaksanakan suatu penilitian, metode penelitian merupakan bagian yang sangat penting dan sangat menentukan sukses atau tidaknya pelaksanaan penelitian tersebut, sebab metode penelitian merupakan panduan peneliti dalam melaksanakan suatu penelitian.
3.1.
Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini aclalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif menel
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi deskriptif. Dengan metode ini dapat memastikan berapa besar yang disebabkan oleh satu variabel dalam hubungannya dengan variasi yang disebabkan oleh variabel lain (Sevilla, 1993).
63
- 3.1.1. Variabel penelitian Sevilla (1993), menjelaskan variabel adalah suatu karakteristik yang mempunyai dua atau lebih nilai atau sifat yang satu sama lain terpisah. Adapun menurut Kerlinger (1973) menyebutkan variabel sebagai konstruk atau sifat (properties) yang diteliti (dalam Sevilla, 1993). Variabel terbagi menjadi dua macam, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas (independent variable) adalah sifat atau karakteristik yang mengakibatkan hasil atau sasaran berbeda atau bervariasi. Adapun variabel terikat (dependent variable), hasil atau objek dari studi atau penelitian (Sevilla, 1993). Adapun dalam penelitian ini, yang menjadi l<edua variabel adalah :
1. Variabel bebas
Sense of humor (rasa humor)
2. Variabel terikat
Kebermaknaan hidup
3.1.2 Operasionalisasi variabel Variabel sense of humor dalam penelitian ini diukur dari aspek dan indikator yang dikemukakan oleh Thorson dan Powell (1993). Sedangkan pada variabel kebermaknaan hidup, diukur dari aspek dan indikato1· yang dikemukakan oleh Crumbaugh & Maholick (1973). Rincian aspek dan indikator yang digunakan dalam pengukuran, sebagai berikut: a. Aspek sense of humor menurut Thorson dan Powell (1993) yang diukur, dibagi menjadi empat dengan indikator sebagai berikut:
64
1. Humor Production: Bagaimana seseorang dapat menghasilkan, memproduksi atau melontarkan humor. 2. Uses of Humor for Coping: Yakni penggunaan humor dalam menghadapi masalah (coping), mengatasi situasi sulit dengan menggunakan humor. 3. Social Uses of Humor: penggunaan humor untuk tujuan sosial. 4. Attitudes Toward Humor and Humorous People: Sikap-sikap individu terhadap humor dan terhadap orang-orang yang humoris. b. Kebermaknaan hidup yang diukur dalam penelitian ini menggunakan kreteria yang dijelaskan oleh Crumbaugh & Maholick (Paloutzian dalam Nihayah, 2001) yaitu : 1. memiliki tujuan yang jelas 2. memiliki perasaan bahagia 3. memiliki tanggung jawab 4. memiliki alasan keberadaan (eksistensi) 5. memiliki kontrol diri 6. tidak merasa cemas akan kematian
65
3.2. -~
Pengambilan Sampel
3.2.1 Populasi dan sampel Populasi adalah kelompok besar yang merupakan
generali~;asi.
Adapun
sampel adalah kelompok kecil yang diamati (Sevilla, 1993). Kerlinger (1973), mendefinisikan populasi sebagai keseluruhan anggota, kejadian, atau objekobjek yang telah ditetapkan dengan baik. Ferguson (1976) mendefinisikan sampel adalah beberapa bagian kecil atau cuplikan yang ditarik dari populasi (dalam Sevilla, 1993).
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah masyarakat Betawi Pondok Cabe RW. 010 Kampung Cipayung- Poncol Kee. Pamulang Kab. Tangerang. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat Betawi yang tinggal di RT. 001 Kampung Cipayung - Ponca! Kee. Pamulang Kab. Tangerang.
3.2.1. Teknik pengambilan sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling, yaitu pemilihan responden berdasarkan atas ciriciri/sifat-sifat yang sesuai dengan karakteristik subyek penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya. Seperti diungkapkan oleh Gay (1976), dimana semua anggota atau subjek penelitian tidak memiliki peluang yang sama
66
untuk dipilih sebagai sampel. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan - pertimbangan karena dalam pelaksanaannya digunakan pertimbangan halhal tertentu yang dikenakan ke dalam sub-kelompok (Sevilla, 1993). Adapun karakteristik sampel dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: •
Masyarakat Betawi asli
•
Laki-laki atau perampuan pada usia 18 - 40 tahun.
•
Subjek telah menyelesaikan pendidikan minimal SLTP sederajat. Karena diduga dengan tinggkat pendidikan tersebut, subjek telah mampu membaca dan memahami instruksi pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner penelitian.
Mengenai pengambilan jumlah sampel, Gay (1976) mengatakan, bahwa jumlah sampel untuk penelitian deskriptif yaitu 1O persen dari populasi. Untuk populasi yang sangat kecil diperlukan minimum 20 persen. Adapun untuk penelitian korelasi jumlah sampel yaitu 30 subjek.
Mengingat sangat kecilnya populasi, maka pada penelitian ini mengambil sampel sebanyak 35 persen atau 30 orang dari 86 jumlah orang Betawi asli yang memiliki kartu keluarga (KK). Data responden terlampir.
67
3.3.
Pengumpulan Data
·- Guna memperolah data yang objektif, peneliti menggunakan metode pengukuran atau skala. Kerlinger (dalam Sevilla, 1993), mendefinisikan skala sebagai suatu perangkat simbol atau angka-angka dalam bentuk simbol atau angka yang ditetapkan menurut aturan individu (atau tingkah-laku mereka) di mana skala ditetapkan, penetapan dinyatakan melalui pemilikan individu skala apa saja yang dianggap perlu diukur. Skala yang digunakan untuk mengukur sense of humor dan kebermaknaan hidup yaitu Skala Likert. Guna menghindari kecenderungan responden untuk "mengamankan" dan untuk menempatkan jawaban mereka di tengah sebagai an9ka netral (dalam Sevilla, 1993). Maka peneliti menghilangkan angka netral dan mengurangi skala menjadi empat angka, yaitu: Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju dan Sangat Tidak Setuju.
Tabel 3.1. Penskoran skala Likert
Pernyataan
Sangat Setuju (SS)
Setuju (S)
Tidak Setuju (TS)
Sangat Tidak Setuju (STS)
Favorable
4
3
2
1
Unfavorable
1
2
3
4
68
Alat ukur sense of humor dalam penelitian ini menggunakan - Multidimensional Sense of Humor Scale (MSHS; Thorson & Powell, 1993)
yang telah diadaptasikan oleh Rena Latifa (2006) dalam tesisnya yang berjudul "Adaptasi A/at Ukur Rasa Humor 'Multidimensional sense of humor scale' (Adaptasi, uji re/iabelitas dan validitas) Pada Kelompok Sampel Masyarakat Umum di JABODETABEK". Terdiri dari 24 item pernyataan rating scale type liker! yang menunjukan kofesien validitas dan reliabelitas yakni
sekitar 0.92, artinya skala ini cukup baik untuk digunakan pada populasi Indonesia. Namun, dikarenakan perbedaan karakteristik, maka dalam penelitian ini jumlah pernyataan item dimodifikasi dan ditambahkan guna menguji validitas skala menjadi 50 item dan disesuaikan dengan karakteristik subjek.
Tabet 3.2. Dimensi skala dan nomor item sense of humor (sebelum uji coba) Nama dimens!/aspek Humor production
Uses of humor for coping
lndikator Bagaimana seseorang dapat menghasilkan, memproduksi atau melontarkan humor. Penggunaan humor dalam menghadapi masalah (coping), mengatasi situasi sulit dengan menggunakan humor.
Nomoritem FV UF 1,3,6,7,8, 2.4,5,9, 11 10
14, 15, 19, 20,21,22, 23
12,13,16, 17, 18,24, 25
Jumlah 11
14
69
Social uses of humor Attitudes toward humor and humorous people
Penggunaan humor untuk tuiuan sosial. Sikap-sikap individu terhadap humor dan terhadap orangorang yang humoris.
Ju ml ah
26,27,28, 30,34,36 37,38,42, 44,45,46
29,31,32, 33,35 39,40,41, 43,47,48, 49,50
11 14
25
25
50
Adapun alat ukur untuk mengukur makna hidup menggunakan Skala Likert sebagai modifikasi dari alat PIL Test yang dikembangkan oleh James C. Crumbaugh & Maholick (dalam Nihayah, 2001 ). Dengan alcisan, guna memudahkan subjek untuk memahami dan mengisi angket penelitian. Namun untuk menguji validitas ska la, maka jumlah item pernyataan ditambahkan sebanyak 35 item yang terdiri 18 item favoura.ble (positively phrased) dan 17 item unfavourable (negatively phrased) yang disesuaikan
dengan karekteristik subjek.
Karaktristik dan konsep makna hidup menurut James C. Crumbaugh & Maholick (dalam Paloutzian Nihayah, 2001) membagi menjadi 6 tema yaitu sebagai berikut:
70
Tabel 3.3. Dimensi dan distribusi nomor item skala ma~ma hidup (sebelum uji coba) Terna atau konsep memiliki tujuan yang jelas 1.
1,2
. UF 3,4,5
2. memiliki perasaan bahagia
6,8,9, 10, 12
7, 11, 13,35
9
3. memiliki tanggung jawab
14
16
2
4. memiliki alasan keberadaan
15,17,21,
18,19,20,
11
23,24
22,25,26
5. memiliki kontrol diri
27,28,33,31
29,30.
6
6. tidak merasa cemas akan
32
34
2
(eksistensi)
F
Jumlah 5
kematian Jumlah
18
1'7
35
•.
Berdasarkan hasil uji coba untuk menguji validitas dari kedua skala yang disebarkan kepada 30 subjek. Pada skala sense of humor yang tel ah dimodifikasi menjadi 50 item, maka terdapat 29 item yang valid dan 21 item yang tidak valid. Adapun nomor-nomor item valid yang digunakan terdiri dari: 1, 6, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 18, 20, 21, 24, 27, 30, 33, 34, 36, 37, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 50. Berikut ini adalah distribusi nomor item skala sense of humor yang digunakan setelah diujicobakan.
71
Tabel 3.4. Dimensi skala dan nomor item sense of humor (setelah uji coba) -
Nama dimensi/aspek Humor production
lndikator
Bagaimana seseorang dapat menghasilkan, memproduksi atau melontarkan humor. Penggunaan humor Uses of humor dalam menghadapi for coping masalah (coping), mengatasi situasi sulit dengan menggunakan humor. Penggunaan humor Social uses of untuk tujuan sosial. humor Sikap-sikap individu Attitudes toward terhadap humor dan humor and humorous people terhadap orangorang yang humoris. Jumlah
.. . Nomoritem .
FV
UF
Jumlah
1,6, 11
9, 10,
5
14, 15,21, 20
13., 16, 18, 24
8
27,30,36, 34 37,42,44, 45,46
33
5
39,40,41, 43,47,50
11
16
29
13
Adapun hasil uji coba pada skala makan hidup yang memodifikasi dari PIL Test menjadi 35 item, maka terdapat 23 item yang valid dan 12 item yang tidak valid. Adapun nomor-nomor item yang valid meliputi dari nomor: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 12, 16, 18, 19, 21, 22, 23, 27, 28, 29, 30, 32, 34, 35. Berikut ini adalah item skala makna hidup yang digunakan setelah diujicobakan.
72
Tabel 3.5. Dimensi dan distribusi nomor item skala makna hidup (setelah uji coba) Terna atau konsep
Nomorltem
.
FV
Jumlah
1. memiliki tujuan yang jelas
1,2
UF 3,4,5
1. memiliki perasaan bahagia
6,8,9,10,12
35
6
16
1
21,23
18,19,22
5
4. memiliki kontrol diri
27,28
29,30,
4
5. tidak merasa cemas akan
32
34
2
-
2. memiliki tanggung jawab 3. memiliki alasan keberadaan
5
(eksistensi)
kematian Ju ml ah
12
11
23
-
3.4. Teknik Uji lnstrumen 3.4.1 Uji validitas skala Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui aspek suatu skala psikologi mampu menghasilkan data yang akurat dan sesuai dengan tujuan ukuran. Validitas skala sikap banyak disandarkan pada relevansi isi pernyataan yang disusun berdasarkan rancangan yang tepat karena skala yang disusun berdasarkan ukur yang teridentifikasi dengan baik dan dibatasi dengan jelas secara teoritik akan valid. Untuk menguji besarnya validitas instrumen penelitian, peneliti menggunakan rumus Product Moment PE1arson (Saifuddin Azwar, 2004) dengan rumus:
73
Keterangan: rxy l_xy l_x
l..Y n
= Angka indeks korelasi "r" product moment
= Jumlah hasil perkalian antara skor item dan skor total = Jumlah skor item = Jumlah skor total = Jumlah subyek
3.4.2 Estimasi reliabilitas skala Untuk menguji reliabilitas instrumen penelitian, peneliti menggunakan rumus Alpha Cronbach (Saifuddin Azwar, 2004), yaitu:
Keterangan: s1, dan s2,
s x'
=Varians skor belahan 1 dan varian:s skor belahan 2 Varians skor skala
=
3.5. Teknik Analisa Data Dalam penelitian deskriptif korelasional, besar atau tingginya hubungan antar variabel dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi. Untuk menganalisis data yang diperoleh dan mengetahui ada tidaknya korelasi antara dua variabel, peneliti menggunakan teknik statistik korelasi Product Moment Pearson (Saifuddin Azwar, 2004) dengan rumus:
74
Keterangan:
rxy = Angka indeks korelasi "r" product moment "[_xy = Jumlah hasil perkalian antara skor sense of humor dan skor kebermaknaan hidup "[_x = Jumlah skor sense of humor "[_y = Jumlah skor kenermaknaan hidup n = Jumlah subyek
lnterpretasi koefisien korelasi mengacu pada ketentuan di bawah ini (dalam Lily & Sulistiyono, 2005), yaitu: r = + 1 I mendekati + 1
~
arti: derajat hubungan kuat, arah hubungan searah Oika X
r= - 1 I mendekati - 1
~
~aka Y /~
arti: derajat hubungan kuat, arah hubungan searah Oika X /
r= 0 I mendekati 0
~
mak/' )
arti:tidak ada hubungan/hubungan lemah
Dalam pengolahan data peneliti menggunakan program SPSS Versi. 11.5 guna membantu proses penghitungan.
75
··~
3.6. Tahapan Penelitian 1. Tahap Persiapan •
Menyusun proposal penelitian
•
Memilih problematika dan judul penelitian
•
Menentukan rumusan dan batasan masalah
•
Menentukan variabel penelitian
•
Merumuskan hipotesis penelitian
•
Menyusun landasan penelitian dan kajian pustaka
•
Menentukan subyek dan lokasi penelitian
•
Menentukan instrumen pengumpulan data penelitian
2. Tahap Pengambilan Data
• Menyusun instrumen penelitian • Menyiapkan subyek penelitian • Melaksanakan uji coba instrumen •
Merevisi instrumen penelitian
• Melaksanakan tes 3. Tahap Pengolahan Data
• Melakukan skoring •
Menghitung hasil
• Membuat tabulasi data 4. Tahap Analisis
76
•
Menganalisis data yang telah diperoleh
•
Membuat hasil analisis
•
Membuat kesimpulan dan saran
5. Tahap Penyusunan Laporan Penelitian •
Menulis keseluruhan prosedur penelitian beserta hasil dan analisisnya
6. Teknik Analisis Data
BAB4 PERSENTASI DAN ANALISA C>ATA Berdasarkan pertanyaan penelitian yang telah dipaparkan pada bab 1, yang intinya ingin mengetahui (1) Hubungan antara sense of humor dengan kebermaknaan hidup pada masyarakat Betawi (2) Sejauhmana sense of
humor mempengaruhi kebermaknaan hidup pada masyarakat Betawi. Maka didapatkan hasil penelitian terhadap 30 responden sebagai berikut :
4. 1. Gambaran Umum Subjek
Tabel 4.1. Gambaran subjek berdasarkan jenis kelarnin Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah
Frekuensi 19 11
Prosentase 70% 30%
30
100 %
Dari tabel 4.1 di atas dapat diketahui, bahwa jumlah keseluruhan subjek terdiri dari laki-laki sebanyak 19 orang atau 70 % adapun pe>rempuan sebanyak 11 orang atau 30 %.
78
Tabel 4.2. Gambaran subjek berdasarkan usia " .
Rentang usia 18 tahun 19 tahun 20 tahun 21 tahun 22 tahun 23 tahun 24 tahun 25 tahun 26 tahun 27 tahun 28 tahun 29 tahun 30 tahun 31 tahun 32 tahun 33 tahun 34 tahun 35 tahun 36 tahun 37 tahun 38 tahun 39 tahun 40 tahun Jumlah
Frekuensi 2 1 2 1 0 3 3 2 0 1 1 2 0 1 4 1 1 1 0 1 0 0 3 30
Prosentas e 6,66% 3,33% 6,66% 3,33 % 0 10 % 10 % 6,66% 0 3,33 % 3,33% 6,66% 0 3,33 % 13,33 % 3,33% 3,33% 3,33 % 0 3,33 % 0 0 10 % 100 %
Dari tabel 4.2 di atas dapat diketahui, bahwa subjek yang d1teliti berusia antara 18 - 40 tahun. Adapun subjek yang paling banyak adalah usia 32 tahun yakni berjumlah 4 orang atau 13,33 % sedangkan subjek paling sedikit adalah usia 19, 21, 27, 28, 31, 33, 34, 35, 37 yakni berjumlah masing-masing 1 orang atau 3,33 %. Namun ada beberapa usia yang tidak didapati yakni usia 22, 26, 30, 36, 38, 39.
79
4.2.
Presentasi dan Analisa Data
4.2.1. Uji instrumen penelitian Berdasarkan uji instrumen penelitian diketahui bahwa hasil uji coba skala
sense of humor yang berjumlah 50 item disebarkan kepada 30 subjek, maka diperoleh item valid sebanyak 29 item pada taraf si9nifikansi 0,05 sedangkan item yang tidak valid sebanyak 21 item dengan koefesien reliabelitas Alpha= 0, 9053. item yang valid telah mewakili seluruh aspek dan indikator yang telah dijelaskan Thorson & Powell (19B3).
Adapun pada skala kebermaknaan hidup setelah dilakukan uji instrumen penelitian yang berjumlah 35 item disebarkan kepada 30 subjek, maka diperoleh item valid sebanyak 23 item pada taraf signifikansi 0,05 sedangkan item yang tidak valid sebanyak 12 item dengan koefesien reliabelitas Alpha= 0, 8896. item yang valid telah mewakili seluruh aspek dan dimensi yang telah dijelaskan James C. Crumbaugh
.~
Maholick
(1973). Hasil uji instrumen dalam bentuk tabel terlampir.
4.2.2. Uji normalitas Hal yang perlu dalam melakukan analisis untuk mengolah data selanjutnya adalah melakukan uji normalitas. Hal ini didasari oleh suatu asumsi bahwa skor subyek pada kelompok merupakan estimasi terhadap
81
Berikut ini adalah gambar diagram Normal Q-Q Plot hasil SPSS 11.5. Gambar 4.1. Scatterplot ska la sense of humor
Normal Q-Q Plot of sense of humor 2.0.------------------1.5 1.0
.5 0.0
-.5
z
~1.0
u©"'
~1.5
E 0
u
CL
x
w
-2.0...__ _ _~----~----------90 100 11( 80 70
ObseIWd Value
Dari gambar 4.1 di atas, dapat terlihat bahwa sebaran data variabel
sense
of humor di sekitar garis lurus yang melintang dari pojok kiri bawah ke
kanan atas. Dengan demikian, data tersebut terdistribusi secara normal.
Tabel 4.6. Hasil uji normalitas skala kebermaknaan hidup Kolmoaorov-Smirnov(al Statistic
di
Kebermaknaan .100 30 hidup This 1s a lower bound of the true significance . a Lilliefors Significance Correction
.
Shapiro-Wilk
Sia.
200(')
Statistic
.964
df
Sin.
30
.382
82
Dari label 4.6 di atas diketahui bahwa hasil uji normalitas data pada skala kebermaknaan hidup diperoleh signifikansi sebesar 0, 382 > 0, 05 artinya, dapat dikatakan bahwa data tersebut terdistribusi secara normal.
Berikut ini adalah gambar diagram Normal Q-Q Plot hasil SPSS 11.5. Gambar 4.2. Scatterplot skala kebermaknaan hidup Normal
0-0 Plot of makna hidup
2.0 , - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - . 1.5 1.0 .5 0.0
"E 0
-.5
z
~1.0
"'il
-1.5
ID
a. x w
-2.0 60
70
80
90
Observed Value
Dari gambar 4.1 di atas, dapat terlihat bahwa sebaran data variabel kebermaknaan hidup di sekitar garis lurus yang melintang dari pojok kiri ke kanan alas. Dengan demikian, data tersebut terdistribusi secara normal.
83
Tabel 4.7. Gambaran subjek berdasarkan penyebaran :skor Skala sense of humor Statistic
sense of humor
Mean
95°..ii Confidence Interval for Mean
89.4000 Lower Bound Upper Bound
5°/o Trimmed Mean Median
Variance Std. Deviation
Minimum
Maximum Range
Interquartile Range Skewness
Kurtosis
Std. Error
1.31096
86.7188 92.0812 89.2222 89.5000 51.559 7.18043 78.00 104.00 26.00 11.5000 .255 -.689
.427 .833
Berdasarkan tabel 4.5 di atas diketahui bahwa subjek penelitian yang berjumlah sebanyak 30 orang, baik laki-laki maupun perempuan, menunjukan skor sense of humorterendah yaitu 78,00 dengan rata-rata 89, 40. Sedangkan skor tertinggi yaitu 104, 00.
84
Tabet 4.8. Gambaran subjek berdasarkan penyebaran skor Skala kebermaknaan hidup
kebermaknaan hid up
Mean
95o/o Confidence lnte1Val for Mean
Lower Bound Upper Bound
5°/o Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum
Range Interquartile Range
Skewness Kurtosis
Statistic
Std. Error
73.8333
1.20065
71.3777 76.2889 73.5926 73.0000 43.247 6.57625 64.00 89.00 25.00 10.2500 .447 -.483
.427 .833
Berdasarkan tabel 4.5 di atas diketahui bahwa subjek penelitian yang berjumlah sebanyak 30 orang, baik laki-laki maupun perempuan, menunjukan skor kebermaknaan hidup terendah yaitu 64,00 dengan ratarata 73, 83. Sedangkan skor tertinggi yaitu 89, 00.
4.2.3. Uji hipotesis Hasil penelitian berdasarkan pengujian hipotesis dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment Pearson, yaitu dengan cara mengkorelasikan jumlah skor variabel sense of humor dengan variabel kebermaknaan hidup, maka diperoleh dalam label berikut ini:
85
Tabel 4.9. Hasil uji hipotesa Correlations
humor. __
kebern1aknaa n hidup
1
.192
sense of sense of humor
.•.
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
kebermaknaan hid up
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
N
.309 30
30
.192
1
.309 30
~
Dari hasil penghitungan tabel 4.9 di alas, menunjukan hasil penelitian bahwa sebagai berikut: rt (5 % = 0,361) > (rh = 0, 192) < rt (1 % = 0, 463). Alau dapal diartikan sebagai berikut: r hilung sebesar 0, 192 adalah lebih kecil dari pada r label baik pada laraf signifikansi 5 % (0, 361) maupun 1 % (0, 463). Berdasarkan kenyalaan ini, maka dapal diinlerprelasikan bahwa:
Ho (yang menyalakan bahwa lidak ada hubungan antara sense of humor dengan kebermaknaan hidup) dinyalakan dilerima. Sebaliknya H1 (yang menyalakan ada hubungan anlara sense of humor dengan kebermaknaan hid up) ditolak. Artinya, bahwa lidak ada hubungan yang signifikan anlara
sense of humor dengan kebermaknaan hidup.
86
Hasil penghitungan di atas, lebih rinci lagi dapat diketahui dengan mengkorelasikan per-aspek dari sense of humor yang terdiri dari empat aspek, yaitu aspek humor production, uses of humor for coping, social uses of humor dan attitudes toward humor and humorous people dengan kebermaknaan hidup, sebagai berikut:
Tabet 4.10. Korelasi antara aspek humor production dengan kebermaknaan hidup humor
oroduction humor production
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed)
N Kebermaknaan hidup
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
N
makna hidup -.313 .092
30
30
-.313
1
.092 30
30
Dari label di atas, dapat diketahui bahwa korelasi antara aspek humor production dengan makna hidup yaitu -0,313. Artinya pada aspek humor production ini tidak memiliki korelasi yang signifikan baik pada alpha 0,05 (0,36·1) maupun pada 0,01 (0,463), karena rh < rt.
87
Tabel 4.11. Korelasi antara aspek uses of humor for coping' dengan kebermaknaan hidup
Pearson Correlation
humor for coping
humor for coping 1
I I
makna hidup .2231
Sig. (2-tailed)
.236
N
Pearson Correlation
Kebermaknaan hidup
Sig. (2-tailed) N
..
30
30
.223
1
.236 30
30
·-
Dari label di alas, dapal dikelahui bahwa korelasi antara aspek uses of humor coping dengan makna hidup yailu 0,223. Artinya pada aspek ini
lidak memiliki korelasi yang signifikan baik pada alpha 0,05 (0,361) maupun pada 0,01 (0,463), karena rh < rt.
Tabel 4.12. Korelasi antara aspek social uses of humor dengan kebermaknaan hidup
sosial uses of humor
Pearson Correlation
sosial uses of humor 1
Sig. (2-tailed)
N Kebermaknaan hidup
makna hidup .217 .250
30
30
Pearson Correlation
.217
1
Sig. (2-tailed)
.250
N
30
30
Dari label di alas, dapal dikelahui bahwa korelasi anlara aspek uses of humor coping dengan makna hidup yailu 0,217. Artinya patja aspek ini
tidak memiliki korelasi yang signifikan baik pada alpha 0,05 (0,361) maupun pada 0,01 (0,463), karena rh < rt.
88
Tabel 4.13. Korelasi antara aspek attitudes toward humor and humorous people dengan kebermaknaan hidup -~~~-
attitudes toward humor attrtudes toward humor
Pearson Correlation
makna hiduo
·1
.246
30
.191 30 1
Sig. (2-tailed)
N makna hidup
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
N
.241>
-- - - · .19'1 30
30
Dari tabel di alas, dapat diketahui bahwa korelasi antara aspek attitudes toward humor and humorous people dengan makna hidup yaitu 0,246. Artinya pada aspek ini tidak memiliki korelasi yang signifikan baik pada alpha 0,05 (0,361) maupun pada 0,01 (0,463), karena rh < rt.
Dari penghitungan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dari keempat aspek sense of humor tidak ada satu pun aspek yang memiliki korelasi dengan kebermaknaan hidup, dan ini artinya secara keseluruhan sense of humortidak berkorelasi dengan kebermaknaan hidup.
BABS KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Berdasarkan pertanyaan penelitian yakni ingin mengetahui ('I). Apakah ada hubungan antara sense of humordengan kebermaknaan hid up pada masyarakat Betawi Kelurahan Pondok Cabe Kampung Poncol RT. 001 RW.
01 O (2). Sejauhmana sense of humor mempengaruhi kebermaknaan hid up pada masyarakat Betawi Kelurahan Pondok Cabe Kampung Poncol RT. 001 RW. 010. Maka didapatkan kesimpulan, diskusi dan saran sebagai berikut:
5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil uji statistik yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa sense of humortidak berkorelasi secara signifikan dengan kebermaknaan hidup pada masyarakat Betawi Kelurahan Pondok Cabe Kampung Poncol RT. 001 RW. 010, pada alpha= 0, 05 (0,361) lebih besar daripada r hitung (rh) = 0, 192. Jadi, H1 yang berbunyi ada hubungan antara
sense of humor dengan kebermaknaan hid up, ditolak. Sedan9kan Ho yang menyatakan tidal< ada hubungan antara sense of humor denG1an kebermaknaan hidup, diterima.
90
Hasil uji slatistik juga menunjukan bahwa dari keempal aspek sense of humor tidak berkorelasi secara signifikan dengan kebermal
5.2. Diskusi Hasil penelitian menunjukan bahwa, sense of humor tidak berl
91
Berdasarkan temuan di alas dan berkaitan dengan pendapat bahwa humor mempengaruhi kebermaknaan hidup, dimana kebermaknaan hidup dapat ditemukan dan didapati dalam humor, menjadi tidak sejalan. Seperti yang dikatakan Allport (1951 ), bahwa humor terkait dengan kepribadian matang dan sehat yang ditandai dengan usaha memperluas diri, hubungan ramah dengan orang lain, menerima keadaan diri, bersikap realistis dan bersikap objektif terhadap diri sendiri serta menjadi sarana kearah pengintegrasian diri yang mencerminkan hidup bermakna. Ungkapan ini menjadi tidak sejalan setelah temuan penelitian ini menjelaskan bahwa tidak adanya keterkaitan antara ada dan tidaknya sense of humor dengan kebermaknaan hid up pada seseorang.
Begitu juga dengan temuan-temuan penelitian yang menjelaskan bahwa humor berperan terhadap kesehatan mental yang mengarah kepada hidup bermakna, menjadi kontras dari temuan ini. Seperti dikatakan Thorson & Powell (1993), bahwa orang-orang yang humoris dikatakan sebagai orang yang cenderung dapat survive berjuang 'melawan hidup'. Hal yang sama dikatakan Miller (2003) bahwa lndividu yang memiliki sense of humor diketahui sebagai individu-individu yang lebih termotivasi, ceria, dapat dipercaya dan memiliki self-esteem yang tinggi, dan mereka juga cenderung lebih mampu mengembangkan hubungan sosial yang hangat dan akrab.
92
Temuan-temuan tersebut menjadi tidak sejalan dengan temuan penelitian kali ini.
Berdasarkan temuan di alas peneliti menganalisis, bahwa ternyata dalam pencarian, penghayatan dan penemuan makna hidup masih banyak faktorfaktor lain yang dapat mempengaruhi kebermaknaan hidup seseorang. Faktor-faktor lain inilah yang membuat sense of humor tidak memiliki korelasi secara signifikan dengan kebermaknaan hidup. Seperti yang dikatakan Bastaman (1996), bahwa selain humor masih ada faktor-fal
untuk mengkonsentrasikan dirinya kepada Tuhannya. Adapun pengenalan diri dan pengembangan diri dalam perspektif psikologi, bera1ii pandangan
93
realistis dan objektif seseorang tentang dirinya sendiri dan lingkungannya, seperti kemampuan, sikap, sifat, bakat, minat, motif, pemikiran, perasaan, corak penyesuaian diri, dan makna hidup, baik yang telah teraktualisasi maupun yang masih merupakan potensi. Selain itu pengenalan diri juga dapat membantu mengenali secara sadar segi-segi keung9ulan dan kelemahan-kelamahan dirinya untuk kemudian berusaha mengembangkan segi-segi yang unggul dan mengurangi segi-segi yang lemah.
Bastaman ( 1996) menambahkan bahwa, faktor penting lainnya yang dapat mempengaruhi kebermaknaan hidup adalah encounter, yaitu hubungan mendalam antara seorang pribadi dengan pribadi yang lain. Dimana, hubungan ini bukan hanya sebatas pada pergaulan dan keakraban semata. Namun hubungan ini lebih ditandai dengan penghayatan ke,akraban dan keterbukaan, serta sikap dan kesediaan untuk saling menghargai, memahami dan menerima sepenuhnya satu sama Jainnya. Hubungan ini juga sematamata bukan hanya didasari oleh pertimbangan rasional, melainkan lebih diwarnai oleh alasan-alasan emosional, dalam hal ini rasa kasih sayang.
Temuan ini juga menjelaskan bahwa sense of humor yang terdiri dari empat aspek seperti yang dijelaskan Thorson & Powell (1993) yakni, humor production, uses of humor for coping, social uses of humor clan attitudes toward humor tidak memiliki korelasi secara signifikan dengan kebermaknaan
94
hid up. Ini artinya, sense of humor pada masyarakat Betawi Pondok Cabe Kampung Poncol tidak memiliki kaitan terhadap pancarian, penghayatan dan penemuan makna hidupnya, namun hanya sebatas pada sebagai sarana untuk menghibur diri dan menjalin keakraban dalam pergaulan. Hal ini senada dengan pendapat Ridwan Saidi (2001) yang mengatakan bahwa humor orang Betawi hanya sebatas sebagai bumbu dalam kehidupannya, tatkala susah, maupun pula senang, dan memang kebanyakan dari masyarakat Betawi memiliki kemampuan untuk melucu karena masyarakat Betawi memiliki sifat humoris. Perilaku 'kocak dan konyol' orang Betawi yang terlontarkan dari banyolan-banyolannya, menjadi sebuah sarana untuk menghibur diri dan mengekalkan silaturahmi/persaudaraan semata. Gamba ran ini menjelaskan bahwa ada beberapa teori sense of humor yang telah penulis kemukakan memiliki kesesuaian, seperti penjEilasan mengenai aspek-aspek sense of humor yang dikemukakan oleh Martin (1989), diantaranya adalah (1 ). aspek sense of playfulness yakni kElmampuan berada dalam kondisi yang senantiasa baik, menyenangkan, in good a mood (2). aspek penggunaan humor sebagai mekanisme dalam beradaptasi, yakni kemampuan 'menertawakan situasi' atau mengatasi situasi sulit dengan menggunakan humor, dan (3) kemampuan menggunakan humor dalam hubungan sosial: meredakan situasi sosial yang tegang atau kaku, meningkatkan solidaritas dalam kelompok. Adapun jenis humor yang seringkali terlontarkan pada masyarakat Betawi yakni lebih f;epada
95
kemampuan verbal yang tercermin dalam banyolan-banyolan kocak ljoke) dan terkadang bersifat menyindir (sarkatis). Namun banyolan dan sindiran pada kebanyakan masyarakat Betawi bukan berarti secara terbuka yang mengakibatkan orang tersinggung dan sakit hati, tetapi masih ada batasanbatasan dan etika bercanda yang menjadi bahan pertimbangan, hal ini guna menghindarkan pertentangan.
5. 3. Saran Berdasarkan temuan di alas, maka penulis dapat menyarankan kepada seluruh pembaca dan peneliti-peneliti selanjutnya sebagai berikut: 1. Bagi para peneliti selanjutnya disarankan untuk memperhatikan dan melibatkan faktor-faktor lain disamping humor yang dapat mempengaruhi kebermaknaan hidup. 2. Penelitian selanjutnya disarankan, selain meneliti sikap individu terhadap humor juga dikembangkan untuk meneliti perbedaan jenis-jenis humor, sebab jenis humor terkait dengan aspek sense of humor. 3. Disarankan pula bagi peneliti untuk menggunakan sampel penelitian pada masyarakat secara umum.
DAFTAR PUSTAKA Abdul Aziz. (2002). Islam dan Masyarakat Betawi. Jakarta : Logos.
Abdullah Al Qarni, 2003, lbtasim. Tersenyumlah. Ayip Faishol (terj). Jakarta. Pustaka Azzam.
Ahmad Yunus, dkk. (1993). Arti dan Fungsi Upacara Tradisional Daur Hidup Pada Masyarakat Betawi. Jakarta : Depdikbud.
American Association for Theraputic Humor. Humor Therapy, http://findartices.comlplarticleslmi g2603/is 0004/ai2603000435
Aries Taufiq Kurniawan. (2006). Manajemen Tertawa. http://vvww.percikaniman.com/modules.php?
Bastaman, H.D. (1996). Meraih Hidup Bermakna: Telaah atas Pribadi dengan Pengalaman Tragis. Jakarta : Penerbit Paramadina.
-------------------. (2001). lntegrasi Psikologi dengan Islam: Menuju Psikologi lslami. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Chaplin, J.P. Dictionary of Psychology, Kamus Lengkap Psikologi. Kartini Kartono (terj). 2005. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Chapman, Tony & Foot, Hugh. (1976). Humor and Laughter: Theory Research and application. Dalam. Jhon Willey & Sons (ed). New York : Prentice Hall.
Darmo. (2005). Tertawa itu Bikin Kebal. Pusat Studi Humor Untuk Peradaban: http://www. vision .net. id/detail. php?id=2133
Edi Koeswara. (1992). Logoterapi: Psikoterapi Victor Frankl. Yogyakarta: Kanisius.
Hartanti & Soerjantini Rahayu. (2002). Peran Sense Of Humor Pada Dampak Negatif Stres Kerja. Anima Indonesia Psychological Journal, vol.18, no.4, 393-408.
Hanna, A. Willard. (1998). Hikayat Jakarta. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Humor: an Antidote for Stress originally in Holistic Nursing Practice, 1996, Vol.10 #2, pp49-55).
Komaryatun. (2004). Peran Sense Of Humor Pada Kreativitas Mahasiswa Fakultas Psikologi U/, Skripsi. Depok : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Kusmulyana. Humor yang lslami:http://www.angelfire.com/id/kpii/bulletin3.ht ml
Mc. Ghee P. (1980). Development of the sense of humour in childhood: Alongtudinal study. In P.E McGhee & AJ. Chapman (ed), Children's Humour (pp.213-244). Chichester. UK: Jhon Wiley.
--------------. (1998). How to develop your sense of humor. Dubuque IA. Kendall-Hunt Pub http://www.jetshealth.com!artanistress.html.
Muhammad Nuruddin Al Mikki. Al Mikhtaaru min Nawaadiril Arabi wa Tharaaifihum, Le/ucon Orang Arab. Fadhli Bahri (terj). 1995. Jakarta : Darul Falah.
Muthahari, Murtadha. Perfect Man, Manusia Sempuma. M. Hashem (terj). 1993. Jakarta : Lentera. Psychoneuroimmunology and Humor: http://www.holistic-online.com/Humor Theraphy/humor mcghee article.htm. Qomaruddin. (2000). Dzikir Sufi: Menghampiri llahi Lewat Tasawuf. Jakarta : Serambi llmu Semesta.
Rachmat Ruchiat. (2002). lkhtisar Kesenian Betawi. Jakartai : Dinas Kebudayaan OKI.
Rena Latifa. (2006). Adaptasi A/at Ukur Rasa Humor' Mu/tkiimensiona/
Sense Of Humor Scale' (Adaptasi, Uji Reliabi/itas dan Validitas) Pada Kelompok Sampel Masyarakat Umum Di JABODETABEK. Tugas Akhir Pascasarjana Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Depok : Jakarta.
Ridwan Saidi. (1997). Profil Orang Betawi: Asal Muasal Kebudayaan dan
Adat lstiadatnya Jakarta : PT Gunarsa Kata.
---------------. (1984). Islam dan Mora/itas Pembangunan. Jakarta : PT Pustaka Panjimas.
'
---------------. (2000). Warisan Budaya Betawi. Jakarta : LSIP dan Pemda OKI.
Sagimun, M.D. (1988). Jakarta dari Tepian Air ke Kata Proklamasi. Jakarta : Dinas Museum dan Sejarah.
Saifuddin Azwar. (1997). Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Sarlito Wirawan Sarwono, 1996, Aspek Psiko-Sosial Dari Humor, Seminar Humor Nasional, Semarang.
Sevilla, dkk. An Induction to Research. Pengantar Metode Penelitian.
A/imuddin Tawu (terj). (1993). Jakarta: UI Press.
Sudjargi Harisan Arsyad. (1993). Ketakwaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa
: Dalam Berbagai Sistem Sosial Budaya Masyarakat di Indonesia. Jakarta : Depag Sadan Penelitian dan Pengembangan •agama.
Toto Tasmara. (2001). Kecerdasan Ruhaniah: Transcendental lntellegence. Jakarta : lnsani Press.
Umar Kayam. (1996). Kita dan Humor. Simposium Humor Nasional. Semarang
Utami Munandar. (1996). Humor: Makna Pendidikan dan Penyembuhan Suatu Tinjauan Psikologis. Seminar Humor Nasional. Semarang. Victor Frankl. Man's Search For Meaning, Mancari Makna Hidup. Lala
Hermawati (terj). 1985. Bandung: Nuansa. www.geocities.com/tokyo/9884/humor.lhtm
Lampiran
Validitas Skala Humor ******
Method 1
will be used for this analysis ****** (ALPHA) S C A L E ANALYSI s
(space saver)
RELIABI L I T Y
N of Mean
Variance
146.0000
207.1034
Statistics for
SCALE
Std Dev 14.3911
Variables
50
Item-total Statistics
VAROOOOl VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAROOOlO VAROOOll VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00022 VAR00023 VAR00024 VAR00025 VAR00026 VAR00027 VAR00028 VAR00029 VAR00030 VAR00031 VAR00032 VAR00033 VAR00034 VAR00035
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance
143.2000 143.1333 142.9333 143.5333 143.1667 143.2000 143.5000 143.7667 142.6667 142.7333 143. 0667 142.9333 142. 8000 142.8333 142.6667 143.0000 143.2000 143.2000 143.0333 143.1667 143.3667 143.8333 143.2000 143.3667 143.2667 143.1000 143.0333 143.3333 143.0333 142. 7333 143.2333 143.4333 143.0667 143.0333 142.9000
199.2690 202.4644 201. 0989 201. 0851 204.5575 196.9241 201. 0172 199.3575 194.9885 201. 5126 202. 2713 210.8230 193.0621 198.5575 195.1264 201.6552 199.5448 198.2345 203.2747 192.4195 197.2747 199.1092 200.3034 198.2402 201.9264 203.1276 197.2747 198.5057 201. 5506 197.3057 209. 4264 209.3575 192.2023 194.8609 200.1621
if Item Deleted
Corrected
Alpha
ItemTotal
if Item
Correlation
Deleted
. 3942 .2652 .3084 .2648 .1148 . 5726 .3186 .3067 .6936 . 4220 .4524 -.1986 .6365 .4452 . 6250 . 4057 .2859 .3868 .1617 . 6402 .4039 .3529 .3110 . 4126 .2045 .2733 .4615 .3518 .2689 .5224 -.1232 -.1274 .5350 .5847 .2771
.9034 .9046 .9043 .9049 .9063 .9016 .9042 .9046 .9004 .9035 .9035 . 9103 .9003 .9028 .9008 .9036 .9049 .9035 .9061 .9002 .9033 .9039 .9043 .9031 .9058 .9045 . 9026 .9039 .9047 .9020 .9105 .9098 .9014 . 9011 .9049
Lampiran
VAR00036 VAR00037 VAR00038 VAR00039 VAR00040 VAR00041 VAR00042 VAR00043 VAR00044 VAR00045 VAR00046 VAR00047 VAR00048 VAR00049 VAR00050
142.7333 142.7333 143.1333 142. 8667 142.8667 143.0000 142.7000 142.6667 143.0333 142. 9667 143.2667 143.1333 143.3000 142.8333 143.1000
.5599 . 3910 .2841 .6660 . 5450 .6139 .4419 .5829 .5635 . 6308 . 7377 .5474 .2345 .3607 .4451
197.5816 198.4092 202.7402 196.1195 197.0851 192.2759 201.0448 198.9885 196.1023 193.9644 194.7540 196.1885 202.7690 200.0747 198.3690
Reliability Coefficients 30.0 N of Cases .9053 Alpha
.9018 .9034 .9044 .9009 .9018 .9004 .9033 .9021 .9015 .9005 .9001 . 9016 .9050 .9037 . 9028
N of Items
50
Reliabilitas Skala Humor ****** Method 1 (space saver} will be used for this a.nalysis ****** RELIABI L I T Y
Statistics for SCALE
s c
ANALYS I S
L E
(ALPHA)
N of Variables 29
Variance 119. 5448
Std Dev 10.9337
if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected ItemTotal Correlation
85.0000 85.0000 84.4667 84.5333 84.8667 84.6000 84.6333 84.4667 84.8000 85.0000 84. 9667 85.1667 85.1667
113.5862 111. 7241 110.1885 115. 0851 115.7747 108.4552 112.1023 110. 3954 115. 8207 113. 0345 107.8954 111. 3161 114.4885
Mean 87.8000
P.
Item-total Statistics Scale Mean
VAROOOOl VAR00006 VAR00009 VAROOOlO VAROOOll VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00018 VAR00020 VAR00021 VAR00024
. 3896 .5774 .7060 .4412 . 4628 .6630 .5120 .6274 .3593 .3665 . 6704 .4439 .2953
Alpha if Item Deleted . 9240 .9215 .9198 .9233 .9234 .9200 .9223 .9207 .9241 .9247 .9198 .9237 .9256
Lampiran
.9230 .9215 .9248 .9210 .9210 .9241 . 9198 .9217 . 9216 .9231 . 9215 . 9214 .9201 . 9194 .9221 .9229
. 4712 . 5706 .4269 .6035 .6198 .4029 . 7253 .5622 .5688 .4593 . 6179 . 5768 .6629 .7527 .5258 .4701
111. 8678 111. 4299 110 .1885 109.9368 111. 5678 112. 6713 110. 5057 111. 6782 108.9931 114.7414 113. 0161 110. 9713 109.0816 109.9954 111. 5126 112. 5069
84.8333 84.5333 84.8667 84.8333 84.5333 84.5333 84.6667 84.6667 84.8000 84.5000 84.4667 84.8333 84.7667 85.0667 84.9333 84.9000
VAR00027 VAR00030 VAR00033 VAR00034 VAR00036 VAR00037 VAR00039 VAR00040 VAR00041 VAR00042 VAR00043 VAR00044 VAR00045 VAR00046 VAR00047 VAR00050
Reliability Coefficients 30.0 N of Cases = .9246 Alpha
N of Items
29
Validitas Skala Makna Hidup ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** R E L I A B I L I T Y
S C A L E
A N A L Y S I S
N of Var2_ables 35
Variance 111. 8724
Std Dev 10.5770
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected ItemTotal Correlation
103.4333 103.4667 103.6000 103.7333 103.5000 103.4000 103.9000 103.8667 103. 8667 103.7333 103.8667 103.8667
103.4954 105. 6368 105.2828 104.6161 105.5000 104 .1103 106.9897 105.4989 104.7402 105.3057 110.1885 104.4644
Statistics for SCALE
Mean 106.7000
(ALPHA)
Item-total Statistics
VAROOOOl VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAROOOll VAR00012
. 6772 .5061 . 5596 .5468 .3995 . 6090 .2959 .4475 .5063 .5483 .0930 .5278
Al_pha if Item Deleted .8824 .8852 .8845 .8844 .8869 .8834 .8889 .8860 .8849 . 8846 . 8921 . 8846
Lampiran
VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAROOOl 7 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00022 VAR00023 VAR00024 VAR00025 VAR00026 VAR00027 VAR00028 VAR00029 VAR00030 VAR00031 VAR00032 VAR00033 VAR00034 VAR00035
103.5000 103.8000 104. 7333 103.3667 103.4667 103.6333 103.2667 104.0667 103.6333 103.5333 103.9333 103.7000 103.5000 103.4333 103.5000 103.4667 103.2667 103.4000 103.9000 103.7667 103.4333 103.7333 103.5333
109.6379 109.8207 110. 6161 106.1713 107.4299 99.1368 105. 9264 107.7885 105.0678 105.4299 103.1678 109.4586 109.0172 107.6333 104.0517 106. 9471 105.4437 105.4207 106.2310 102.8747 105.5644 103.5816 104.7402
.8910 .8931 .8936 .8857 .8883 . 8795 .8856 .8913 .8860 .8852 .8825 .8899 .8889 .8888 .8856 . 8864 .8850 .8873 .8879 .8829 .8900 .8843 . 8856
.1457 .0928 .0490 .4795 .3121 . 7311 .4807 .2043 .4463 .5010 .6536 .1945 .2592 .2885 .4663 .4481 .5231 .3826 .3484 .6074 .2942 .5317 .4644
Reliability Coefficients 30.0 Alpha .8896 N of Cases
N of Items
35
Reliabilitas Skala Makna Hidup ******
Method 1 (space saver) will be used for this analysis
R E L I A B I L I T Y
A N A L Y S I S
S C F. L E
****** (ALPHA)
N of Statistics for
SCALE
Mean
Variance
71. 6000
71. 4207
Std Dev 8.4511
Variables
23
Item-total Statistics Scale Mean if Item
VAROOOOl VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAROOOOS
Scale Variance
Deleted
if Item Deleted
68.3333 68.3667 68.5000 68.6333 68.4000
64.9195 66.1023 65.9138 65.6195 66. 0414
Corrected
ItemTotal
if Item
Correlation
Deleted
.6555 .5406
.5855 .5443 .4193
Alpha
.8998 .9021 .9013 .9019 . 9!)50
Lampiran
VAR00006 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00012 VAR00016 VAR00018 VAR00019 VAR00021 VAR00022 VAR00023 VAR00027 VAR00028 VAR00029 VAR00030 VAR00032 VAR00034 VAR00035
68.3000 68.7667 68.7667 68.6333 68. 7667 68.2667 68.5333 68.1667 68.5333 68.4333 68.8333 68.4000 68.3667 68.1667 68.3000 68.6667 68.6333 68.4333
Reliability Coefficients N of Cases 30.0 Alpha .9063
65. 1138 66.4609 65.7023 66.1023 65.4954 66.8230 61. 7057 66.4195 66.1885 65.8402 64.7644 65.1448 67.4816 66.4195 66.6310 63. 7471 64.5161 66.1851
.6188 .4299 .5046 .5540 .5252 .4810 .6944 .5050 .4225 .5443 . 6217 .4636 . 4450 .5050 .3454 .6516 .5536 .4174
N of Items
.9004 .9044 .9028 .9019 .9023 .9033 .8979 .9028 .9048 .9020 .9002 .9041 .9040 .9028 .9070 .8993 . 9017 . 9049
23
... _._ -- --- -· ··-···-· ,----·-··· -,. ----1
Nomor Item
<es 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 4 3 3 2 3 4 2 3 3 3 4 3 3
2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3 4 2 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 2 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3
4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 4
4 3 3 3 4 3
5 2 3 3 3 4 4 3 3 3 4 2 3 2 3 3 4 3 4 3 3 2 2 4 3 4 2 3 1 3 3
6 3 3 3 3 4 3 3 1 3 4 3 4 3 2 3 3 4 3 3 2 4 4 3 2 3 3 1 3 3 4
7 3 3 3 4 3 4 4 3 4 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4
8 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 2 3 3 4 3 3 3 4 4 1 4 4 4 1 3
9 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4
10 11 3 3 3 3 3 3 2 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 1 2 1 4 3 3 3 2 3 3 3 3 4 1 3 3 3 4 3 3 2 3 4 3 2 2 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 1 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 2 3 2 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 2 1 4 3 2 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 2 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 1 2 1 4 3 3 1 1 3 3 4 1 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 1 4 4 3 3 4 3 3 3 4 1 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 2 3 1 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 3 3 4 4 3 1 3 4 3 3 4 2 4 3 1 3 3 3 3 4 4 2 2 2 4 3 3 3 3 1 1 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 2 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 2 2 3 3 4 4 3 1 3 A A 2 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 2 4 3 4 4 3 1 1 1 1 1 4 1 1 4 3 1 3 4 2 3 2 1 4 4 3 4 3 4 3 4 1 3 1 3 1 4 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 "$ 3 3 3' /!) 3 1 4 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 1 3 4 1 3 2 2 4 4 3 4 3 4 3 4 1 3 1 4 2 3 3 4 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 ~
~
., ~
~
~
>jl\ .JK 87 94 85 96 98 1Jl4 97 85
90 BO 97 92 83 84 89 96 93 93 93 78 94 86 104
78 82 83
,137 81 82 91
p p L p l L L L L L L p p L L L L L L p L L p L L p p p p L
'
Nomorltem Res
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
23 24 25 26 27 28 29 30
1 4 1 3 4 3 4 3 3 2 2 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3
2 3 3 3 4
3 3 4 1 4 2 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 2 3 3 4 3 3 3
3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3
4 3 3 3
4 1 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 2
5 3 3 3 4 4 3 3 3 2 4 1 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 1 3 3 3 2 3 3
6 4 4 3 4 2 4 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 2 3 3 3
7 3 4 3 3 3 4 3 4 2 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 3
8 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 2 3 4 3 3 3 3 2 2 2 3 3
9 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 1 4 4 3 3 4 3
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 2 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 2 3 4 4 2 2 1 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 2 4 3 4 3 2 3 4 3 4 2 3 2 4 3 4 2 4 3 4 3 4 3 3 4 2 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 4 4 3 2 2 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 2 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 3 2 2 3 3 2 3 4 3 2 3 4 2 2 2 3 3 2 3 4 3 2 3 4 2 3 3 3 3 2 3 4 3 2 3 4 2 2 2 3 3 2 3 4 3 2 3 4 2 2 2 3 3 2 3 3 2 4 3 3 2 2 3 3 3 3 4 2 2 4 3 4 4
22 23 >Y 2 4 79 3 4 80 3 3 69 3 4 89 2 3 64 3 3 79 3 3 73 4 4 80 2 2 64 2 4 71 4 4 82 2 3 70 2 4 79 3 4 78 3 3 72 1 3 69 3 4 76 3 3 71 2 3 74 3 3 76 2 3 83 3 4 86 2 3 73 3 4 74 3 3 68 3 3 67 3 3 67 3 3 65 3 3 67 4 3 70
JK p p L p L L L L L L L p p L L L L L L p L L p L L p p p
p L
Lampiran
Explore Case ProcessinQ Summarv
Cases Missinq
Valid Percent
N
sense of humor
30 30
makna hidup
100.0% 100.0%
N
Total
Percent
0 0
Percent
N
.Oo/o
30 30
.0%
100.0% 100.0%
Descriptives
Statistic
sense of hum or
Mean
95% Confidence
Lower Bound
Interval for Mean
Upper Bound
5% Trimmed Mean
Minimum Maximum
104.00
Median Std. Deviation
Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean
95% Confidence
Lower Bound
Interval for Mean
Upper Bound
5o/o Trimmed Mean Median Variance
Std. Deviation
Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis
Std. Error
1.31096
92.0812 89.2222 89.5000 51.55!'.J 7.1804:3 78.01)
Variance
makna hidup
89.4000 86.7188
26.00 11.5000 .25fi -.68H 73.833:1 71.3771'
.427 .833 1.20065
76.288fl 73.5926 73.0000 43.247 6.57625 64.00 89.00 25.00 10.2500 .447 -.483
.427 .833
Lampiran
Correlations Descriptive Statistics
humor production
15.5667
Std. Deviation 1.69550
makna hidup
73.8333
6.57625
Mean
N 30 30
Correlations
humor production humor production
Pearson Correlation
1
makna hidup -.313
Sig. (2-tai/ed)
.092
N makna hidup
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
30
30
-.313
1
.092
N
. I
30
30
Correlations Descriptive Statistics
humor for coping
Mean 24.2333
Std. Deviation 2.23889
makna hidup
73.8333
6.57625
N 30 30
Correlations
humor for coping
Pearson Correlation
humor for cooina 1
Sig. (2-tailed)
N makna hidup
makna hiduo .223 .236
30
30
Pearson Correlation
.223
1
Sig. (2-tailed)
.236
N
30
30
Lampiran
Correlations Descriptive Statistics
humor for coping
Mean 24.2333
Std. Deviation 2.23889
makna hidup
73.8333
6.57625
N 30 30
Correlations
humor for cooina
humor for coping
Pearson Correlation
makna hidup
1
.223
Sig. (2-tailed)
.236
N makna hidup
30
30
Pearson Correlation
.223
1
Sig. (2-tailed)
.236
N
30
30
Correlations Descriptive Statistics
sosial uses of humor
Mean 16.1667
Std. Deviation 1.93129
makna hidup
73.8333
6.57625
N 30 30
Correlations
sosial uses of humor
Pearson Correlation
sosial uses of humor 1
Sig. (2-tailed)
N makna hidup
makna hiduo 217
.250 30
30
Pearson Correlation
.217
1
Sig. (2-tailed)
.250
N
30
30
Lampiran
Correlations Descriptive Statistics
attitudes toward humor
Mean 33.4333
Std. Deviation 4.04017
makna hidup
73.8333
6.57625
N 30 30
Correlations
attitudes toward humor attitudes toward humor
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) N makna hidup
makna hiduo .246 .191
30
30
Pearson Correlation
.246
1
Sig. (2-tai/ed)
.191
N
30
30
Lampiran
Tests o f Normality
---Kolmoaorov-Smirnovlal df
Statistic
sense of humor
.098
makna hidup
.100
Shaoiro-Wilk Statistic
Sia.
df
30
.962
30
.352
30
.200(')
.964
30
.384
• This 1s a lower bound of the true Significance. a Lilliefors Significance Correction
sense of humor
Normal Q-Q Plot of sense of humor 1.5 1.0' /
./•
.5' 0.0.
1i'i
-.5
z
·1.0
E 0
"O
/
,..
<JJ
0<JJ -1.5' a. x
w
,,·
·2.0. 70
,•
y
80
Obsef\€d Value
Sia.
.200(*)
90
100
11C
Lampiran
Detrended Normal Q-Q Plot of sense of humor
.3
2 .1 -.0
E
0
-.1
z E
.g
·.2
"
.. ..
>
a"'
•. 3 70
80
90
100
11(
Observed Value
Correlations Descriotive Statistics
sense of hurnor
Mean 89.4000
Std. Deviation 7.18043
makna hidup
73.8333
6.57625
N 30 30
a ions Corre If
sense of humor sense of humor
makna hidup
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
N Pearson Correlation Sig, (2-tailed)
N
makna hidun 1
'192 .309
30
30
.192
1
.309 30
30
nakna hidup
Normal Q-Q Plot of makna hidup 2.0
________________..,
1.5
1.0 .5 0.0
'iii
-.5
z
-1.0
E 0
/
.
'O
2()
Q)
"-
Jj
-1.5
-2.0 60
70
80
90
Observed Value
Detrended Normal Q-Q Plot of makna hidup .4 .3
.2 .1
'iii
g 00'---------~--~-----~
z
E
,g ;;; 0
~. 1
-.2 <--------"-----~------J 60 70 80 90
Observed Value
PENGANTAR Assa/amu'alaikum W1: Wb Saya adalah Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, saat ini sedang menyusun skripsi yang berjudul "Hubungan antara sense of humor dengan kebermaknaian hidup pada masyarakat Betawi". Oleh karena itu, saya memohon kes13diaan Anda untuk menjadi responden pada penelitian ini dengan mengisi skala sikap yang telah tersedia, sesuai dengan kondisi yang Anda alami. Jika Anda bersedia, silakan mengisi biodata di bawah ini. Usia
tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki I Perempuan
Pendidikan Terakhir
: SLTP I SLTA I Perguruan Tinmii '
Status Perkawinan
: Menikah I Belum Menikah '
Pada setiap bagian akan tersedia petunjuk pengisian, bacalah ter:ebih dahulu petunjuk pengisian sehingga jawaban yang Anda berikan seisuai dengan apa yang diminta. Hasil penelitian akan sangat tergantung pada kejujuran jawaban yang anda berikan. Sebagai peneliti, merupakan bagian dari etika penelitian bahwa saya berkewajiban menjaga kerahasiaan data Anda dan hanya rnenggunakannya untuk kepentingan penclitian. Untuk itu, saya berharap agar Anda memeriksa kembali jawaban-jawaban Anda untuk memastikan tidak ada bagian yang terlewati. Atas perhatian dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih. Wassalamu'alaikum Wr. Wb Ciputat, Januari 2007 Peneliti,
SU LAI MAN NIM: 102070026067 'caret yang tidak perlu dan tidak sesuai
PETUNJUK PENGISIAN Berikut ini terdapat butir-butir pernyataan, baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan. Anda diminta untuk mengemukakan apakah pernyataanpernyataan tersebut sesuai dengan keadaan diri anda, dengan cara memberi tanda silang (X) pada salah satu dari empat nomor kotak yang tersedia di bagian kanan dari masing-masing pernyataan. Jika jawaban Anda Jika jawaban Anda Jika jawaban Anda Jika jawaban Anda
Sangat Tidak Setuju, silanglah STS Tidak Setuju, silanglah TS Setuju, silanglah S Sangat Setuju, silanglah SS
Contoh: >- Jika jawaban anda Sangat Setuju: NO
1.
Pernyataan Saya Menyukai lagu dangdut
STS
TS
I
s
Is~ I
Tidak ada jawaban yang benar atau salah untuk setiap pernyataan. Seluruh jawaban adalah benar selama itu menggambarkan diri Anda.
Angket 1 Skala sense of humor No
1 2
3
4 5 6
7 8
Pernyataan Orang lain mengakui bahwa saya sering melontarkan hal-hal vana lucu Saya dapat merespon/membalas ucapan orang lain dengan hal-hal yang kocak dan lucu Menurut saya, membuat orang tertawa adalah pekerjaan vana sia-sia Bagi saya, membuat orang tertawa membuat sava tidak akan dihormati Saya seringkali berkata-kata diiringi denaan banyolan-banvolan kocak Saya rasa banyak tertawa dan canda hanva buana-buana waktu saia Guyonan dapat membantu saya meringankan beban hidup Dengan canda dan tawa membuat hidup sava terasa bahaaia
STS
TS
s
SS
No
9 10 11
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Pernyataan Saya memandang kata-kata kocak merupakan kelemahan pada diri sava Saya merasa malu ketika perkataan sava iadi bahan tawaan oranq Kesulitan dalam hidup saya terasa ringan setelah saya melontarkan katakata kocak yang membuat orang tertawa Ucapan-ucapan lucu dapat menumbuhkan kepercayaan diri saya Sangat sulit bagi saya untuk ceria dalam kondisi vang sulit Saya dapat menyemangati temanteman dengan ucapan-ucapan canda dan ria Banyolan-banyolan membuat saya semakin akrab dalam bergaul menurut saya banyolan-banyolan membuat situasi meniadi kacau Saya dapat meredakan situasi tegang danQan menQatakan hal-hal van!'.! lucu Banyolan-banyolan saya membuat situasi obrolan meniadi semakin ramai Saya senang dengan komentarkomentar kocak dan lucu Saya merasa kesal setelah mendengar komentar-komentar bersifat banvolan Saya merasa tidak nyaman terhadap banyolan-banyolan yang dilontarkan pada sava Menurut saya banyolan bisa memunculkan permusuhan Saya suka banyolan karena membuat situasi lebih bersahabat Orang yang melontarkan lelucon adalah oranq van!'.! menvebalkan Saya menghargai orang-orang yang melontarkan lelucon Orang yang melontarkan banyolan adalah orang yang bersahabat
STS
TS
s
SS
No
27 28 29
Pernyataan Saya tak keberatan menjadi bahan tertawaan karena kekocakan saya Saya merasa risih jika ada orang yang melucu terhadap diri saya Orang yang seringkali melucu adalah orang yang ingin mencari perhatian
STS
TS
s
SS
STS
TS
s
SS
Angket 2 Skala Makna Hidup No
1 2 3 4 5 6 7
8 9
10 11 12 13 14
Pernvataan Saya bersemangat sekali menjalani kehidupan sekarana ini Penilaian saya terhadap kemampuan untuk menentukan kebermaknaan hidup, manfaat dan tujuan cukup baik Dalam hidup ini, sasaran dan tujuan sava tidak ielas Kehidupan saya sehari-hari sangat membosankan Dalam mencapai tujuan hidup, saya tidak mengambil lanokah apa pun Saya merasa senang menjalani kehidupan saat ini Saya merasa puas dan senang dengan pekeriaan vana sava tekuni saat ini Kehidupan ini bagi saya tampak menaoairahkan Dalam mengerjakan tugas sehari-hari, saya mengerjakannya dengan sanang ha ti Saya sangat puas menjalani kehidup;rn saat ini Semua yang saya alami dalam hidup ini, adalah bukan tanaauna iawab sava Jika saya dapat memilih, saya akan memilih tidak akan pernah dilahirkan Keberadaan saya di dunia ini sepertinya sia-sia dan percuma Saya memandang dunia sangat baik, dalam kaitanya dengan hidup saya untuk menentukan kebermaknaan hidup, manfaat dan tujuan hidup
-·
No
15 16
17 18 19 20 21 22 23
Pernvataan Saya merasa bahwa hidup sava terasa hampa dan hanya berisi kesusahan dan kesedihan Hidup yang saya jalani saat in.: terasa banyak hal-hal yang baik dan menqqembirakan Kemajuan dan keberhasilan hidup saya berada ditangan saya dan sayCJ mampu menqendalikannva Saya terus berusaha sekuat tenaga supaya bisa keluar dari kesulitan hid up Kemajuan dan keberhasilan hiclup saya ditentukan dan dikendalikan oleh orang lain Pikiran untuk mengakhiri hidup sebagai jalan keluar sering terlintas dalam pikiran sava . Saya tidak merasa cemas jika harus menqhadapi kematian: Terhaclap kematian, saya merasa tidak siap dan takut mati Hidup yang saya jalani saat ini, terasa ham pa
STS
TS
s
SS
I
Mohon periksa jangan sampai ada yang terlewat ! Terima kasih atas kesediaan anda berpartisipasi dallam penelitian ini
SURAT KETERANGAN Yang bertanda tangan di bawah ini rnenerangkan bahwa :
Narna
: SULAIMAN
NIM
: 102070026067
Jurusan
: PSIKOLOGI
Perguruan Tinggi
: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Telah selesai rnelakukan pengurnpulan data (penelitian) di wilayah RT. 001 RW. 010 Kampung Cipayung - Poncol Kelurahan Pondok Cabe Kecamatan Pamulang Kabupaten. Tangerang.
Demikian surat ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Pamulang, 25 Januari 2007
Mengetahui,