HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA Kunthi Dwijayanti Program Studi Psikologi, Universitas Brawijaya Malang
[email protected] ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan sense of humor dengan konsep diri pada remaja. Data sense of humor diambil dengan menyebarkan skala yang diadaptasi dari skala MSHS (Multidimensional Sense Of Humor Scale) yang dikembangkan oleh Thorson dan Powell (1997) sedangkan konsep diri menggunakan skala TSCS (Tennesee Self Concept Scale) yang dikembangkan oleh Fitts dan telah diadaptasi oleh Putra (2012). Subjek dalam penelitian ini adalah 216 orang siswa SMK Negeri 2 Malang yang berusia 15 – 18 tahun. Penelitian ini menggunakan purposive sampling untuk pemilihan sekolah, simple random sampling untuk pemilihan kelas, dan metode analisis korelasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dengan kategori rendah antara sense of humor dengan konsep diri pada remaja berarti jika sense of humor tinggi maka konsep diri pun akan tinggi. Kata Kunci: Sense Of Humor, Konsep Diri, Remaja ABSTRACT This research was aimed to know the relations of sense of humor with the self concept in adolescence. Sense of humor taken with spreading scale adapted from MSHS (Multidimensional Sense Of Humor Scale) developed by Thorson and Powell (1997) whereas self concept uses TSCS (Tennessee Self Concept Scale) developed by Fitts and that is already adapted by Putra (2012). The subject in this study was 216 students of SMK Negeri 2 Malang within the age of 15 to 18 years old. This research uses purposive sampling for the selection of school, simple random sampling for the selection of class, and corelational analysis method. The results showed that there is a positive relationship with low category between sense of humor and self concept in adolescent means that if high sense of humor then self concept will be high. Keywords: Sense Of Humor, Self Concept, Adolescent
1
2
PENDAHULUAN Latar Belakang Masa remaja adalah peralihan masa perkembangan antara masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan besar pada aspek fisik, kognitif, dan psikososial (Papalia, Olds, dan Feldman, 2009). Masa remaja secara tahap perkembangan sosial memasuki krisis identitas. Menurut Erikson, tugas utama dari masa remaja adalah menghadapi ”krisis” dari identitas versus kekacauan identitas untuk menjadi orang dewasa yang unik dengan pemahaman diri sendiri yang koheren dan memiliki peran yang bernilai dalam masyarakat. Selain itu, remaja secara sosial pada umumnya memasuki suatu kelompok yang mereka anggap cocok dengan dirinya masing-masing. Remaja cenderung memasuki suatu kelompok untuk mendapatkan pengakuan serta mengikuti peraturan yang ada pada kelompok tersebut sehingga perilaku remaja didasari oleh ajakan teman sebaya dalam kelompok tersebut. Remaja baru menyadari bahwa perilaku mereka benar atau salah dari dampak perilaku yang mereka lakukan. Hal ini menunjukkan bahwa secara psikologis remaja mulai mencari gambaran tentang dirinya yang biasanya dinamakan konsep diri. Konsep diri adalah sekumpulan keyakinan dan perasaan seseorang mengenai dirinya. Keyakinan seseorang mengenai dirinya bisa berkaitan dengan bakat, minat, kemampuan, penampilan fisik, dan lain sebagainya (Sarwono dan Meinarno, 2009). Konsep diri bukanlah sesuatu yang tiba-tiba ada atau muncul. Pembentukan konsep diri merupakan hasil dari tindakan sendiri dan dipengaruhi oleh orang lain dalam proses interaksi sosial (Sarwono dan Meinarno, 2009). Konsep diri berdasarkan pembentukannya terdiri dari dua yaitu konsep diri primer dan konsep diri sekunder. Konsep diri primer adalah konsep diri yang terbentuk berdasarkan pengalaman anak di rumah.Konsep diri sekunder adalah konsep diri yang terbentuk oleh lingkungan luar rumah seperti teman sebaya dan masyarakat (Ghufron & Risnawati, 2012). Hal ini juga diungkapkan oleh Kirsh (2005) bahwa pembentukan konsep diri pada remaja yaitu melalui interaksi dengan orang lain. Ditinjau dari pembentukan konsep diri khususnya pada diri remaja, mereka belajar tentang dirinya sendiri melalui umpan balik yang mereka terima dari orang lain, contohnya jika teman mengunakan humor yang negatif maka individu yang menerima umpan balik akan menurunkan konsep dirinya. Hal ini menunjukkan remaja mulai mengembangkan konsep diri. Humor dapat membantu individu dalam mengembangkan konsep diri secara positif.
3
Humor dipandang sebagai cara yang aman untuk mengeksplorasi guna proses pengembangan konsep diri. Humor dibagi menjadi dua jenis yaitu adaptif humor adalah humor yang bersifat positif sedangkan humor maladaptif adalah humor yang bersifat negatif. Penggunaan humor adaptif berhubungan dengan konsep diri yang positif dibandingkan dengan humor maladaptif. Humor juga dapat digunakan sebagai alat untuk menyelesaikan masalah krisis identitas yang diungkapkan oleh Erikson. Sejauh ini humor merupakan cara yang aman untuk berurusan dengan emosi negatif seperti rasa takut dan malu (Kirsh, 2005). Humor itu sendiri memiliki definisi yaitu komunikasi yang dilakukan melalui gambar lucu atau cerita singkat yang memiliki unsur kelucuan yang mampu menggelitik rasa ketawa seseorang (Darmansyah, 2010). Respon penerima humor yaitu tersenyum atau tertawa. Bagi individu yang dapat merasakan, mengamati, menciptakan dan mengungkapkan humor dinamakan sense of humor (Zulkarnain dan Novliadi, 2009). Menurut Darmansyah (2010) bagi individu memiliki sense of humor yang tinggi merupakan salah satu bagian terpenting dari beberapa hal yang diperlukan untuk membentuk sebuah kepribadian yang menarik. Sebagian individu lebih mudah bergaul dan merasa nyaman ketika berada di hadapan teman yang humoris dan membuat individu terkesan terlihat tidak terlalu kaku. Hal tersebut disebabkan karena individu memiliki selera humor yang tinggi (Darmansyah, 2010). Sense of humor itu sendiri memiliki definisi menurut Hughes
(2008)
merupakan
kemampuan
setiap
orang
dalam
mempersepsikan,
mengekspresikan, dan menikmati humor. Bagi remaja, dimana membuat seseorang yang tertawa akan berdampak positif bagi penerima humor karena individu tersebut sedang mengembangkan konsep diri mereka sendiri. Selain itu, remaja awal mulai bereksperimen dengan satu jenis humor saja yaitu jenis humor adaptif saja atau jenis humor maladaptif saja. Ketika mulai beranjak menuju remaja akhir, mereka sudah mulai menggabungkan dua jenis humor adaptif dan maladaptif (Krish, 2005). Menurut Thorson dan Powell dkk, (1997) sense of humor jika ditinjau dari usia individu yang lebih muda (17-21 tahun), kebutuhan untuk penciptaan humor lebih besar dikarenakan untuk kebutuhan secara sosial. Individu yang lebih muda berusaha lebih keras untuk menciptakan humor. Berbagai penjelasan yang ada di atas yang akhirnya menggugah penulis untuk membuat suatu penelitian hubungan sense of humor dengan konsep diri pada remaja. Peneliti mengambil tema ini karena masa remaja adalah masa mencari gambaran diri yang sebenarnya
4
yang ada pada dirinya yang sesuai dengan teori tahap perkembangan sosial Erikson serta remaja memiliki kebutuhan yang kuat untuk adanya penerimaan kawan sebaya. Selain itu, penggunaan sense of humor dapat membuat suasana yang nyaman sehingga mempermudah individu untuk bergaul dengan teman sebaya serta pengunaan humor yang bersifat positif dapat memberikan dampak pengembangan konsep diri yang positif. TINJAUAN PUSTAKA Sense Of Humor Menurut Gomes (Zulkarnain dan Novliadi, 2009) suatu proses dimana individu dapat mengamati, merasakan, atau mengungkapkan humor, seseorang memerlukan kepekaan terhadap humor yang sering disebut dengan sense of humor. Menurut Hughes (2008) sense of humor merupakan kemampuan setiap orang dalam mempersepsikan, mengekspresikan, dan menikmati humor. Menurut Martin (2007) Sense of humor dikonsepkan sebagai perilaku kebiasaan (kecenderungan untuk sering tertawa, untuk memberitahu lelucon dan menghibur orang lain dengan spontan, menertawakan humor dari produksi orang lain), kemampuan (untuk membuat humor, untuk menghibur orang lain, untuk mendapatkan lelucon, mengingat lelucon), sifat temperamen (kebiasaan kegembiraan dan jiwa bermain), respon estetika (kesenangan jenis tertentu dari bahan humoris), sikap (sikap positif terhadap humor dan orang-orang
yang
humoris),
dan
mekanisme
pertahanan
(kecenderungan
untuk
mempertahankan perspektif humor dalam menghadapi kesulitan). Konsep Diri Konsep diri adalah konsep diri merupakan suatu skema, yaitu pengetahuan tentang diri, yang mempengaruhi cara seseorang mengolah informasi dan mengambil tindakan (Sarwono dan Meinarno, 2009). Selain itu, menurut Ghufron & Risnawati (2012) konsep diri adalah apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh seseorang mengenai dirinya sendiri. Sekaligus menurut Fitts konsep diri adalah bagaimana individu melihat dirinya sendiri secara internal dan eksternal (Gable dkk, 1973). Remaja Menurut Papalia, Olds, dan Feldman (2009) rentang usia remaja yaitu sekitar umur sebelas tahun sampai dua puluh tahun. Menurut Santrock (2003) sekitar 10 tahun -12 tahun
5
sampai 18 tahun-21 tahun. Menurut Monks (2002) membedakan masa remaja menjadi tiga bagian, yaitu masa remaja awal mulai dua belas tahun sampai lima belas tahun, masa remaja pertengahan mulai lima belas tahun sampai delapan belas tahun, dan masa remaja akhir mulai delapan belas tahun sampai dua puluh satu tahun. Perkembangan remaja secara kognitif menurut Piaget sekitar usia 11 ke atas memasuki tahap
operasional
formal
bahwa
remaja
memiliki
kemampuan
kognitif
untuk
mengembangkan hipotesis, atau memperkirakan cara memecahkan masalah dan mereka melakukan secara deduksi secara sistematis (Santrock, 2003). Sedangkan secara sosial menurut Erikson, tugas utama dari masa remaja adalah menghadapi ”krisis” dari identitas versus kekacauan identitas untuk menjadi orang dewasa yang unik dengan pemahaman diri sendiri yang koheren dan memiliki peran yang bernilai dalam masyarakat (Papalia, Olds, dan Feldman, 2009). METODE PENELITIAN Responden dan Desain Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa SMK Negeri 2 Malang kelas X sebanyak 216 siswa. Teknik pengambilan sampel sekolah pada penelitian ini adalah sampling purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2009). Penulis menetapkan kriteria sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMA, laki-laki dan perempuan, berumur 15 sampai 18 tahun. Teknik pengambilan sampel kelas pada penelitian ini adalah simple random sampling karena pengambilan anggota sampel dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2009). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Alat Ukur dan Prosedur Penelitian Sense Of Humor dalam penelitian ini diukur dengan skala yang disusun merupakan adaptasi dari skala MSHS (Multidimensional Sense Of Humor Scale) milik Thorson dan Powell (1997). Skal ini terdiri dari empat dimensi, yaitu humor production, coping with humor, attitude toward humor humorous people, dan humor appreciation. Skala MSHS terdiri dari 24 aitem, namun setelah uji coba pada penelitian ini, 4 aitem dari skala MSHS tidak lolos dengan batasan korelasi aitem
0,30 dan tidak diikutsertakan dalam penelitian
yang sebenarnya. Cronbach’s Alpha pada saat uji coba sebesar sebesar 0,895 sehingga
6
reliabilitas dianggap sangat baik/ tinggi dan skala sense of humor merupakan alat ukur yang reliabel. Konsep diri dalam penelitian ini diukur dengan skala yang disusun merupakan adaptasi dari skala TSCS (Tennesee Self Concept Scale) milik Fitts yang sudah diadaptasi oleh Putra (2012). Skala ini terdiri dari dua dimensi, yaitu dimensi internal dandimensi eksternal. Dimensi internal terdiri dari Identity, Self Satisfaction, dan Behavior. Dimensi eksternal terdiri dari Physical self, Moral-ethical self, Personal self, Family self, dan Social self. Skala TSCS terdiri dari 100 aitem, namun setelah uji coba pada penelitian ini, 30 aitem dari skala TSCS tidak lolos dengan batasan korelasi aitem
0,30 dan tidak diikutsertakan dalam
penelitian yang sebenarnya. Cronbach’s Alpha pada saat uji coba sebesar 0,957 sehingga reliabilitas dianggap sangat baik/ tinggi dan skala konsep diri merupakan alat ukur yang reliabel. Adapun prosedur yang dilakukan yang pertama adalah menentukan variabel penelitian kemudian peneliti mulai mencari informasi mengenai penelitian terdahulu yang berkaitan dengan variabel. Kedua adalah menemukan desain penelitian termasuk menentukan subjek penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis yang digunakan dalam proses penelitian yang dilaksanakan. Ketiga adalah peneliti melakukan persiapan penelitian termasuk membuat surat perizinan baik kepada pihak sekolah, penyusunan skala Sense Of Humor yang diadaptasi dari Thorson dan Powell (1997) kemudian diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia bersama rekan penulis sedangkan skala konsep diri berdasarkan teori konsep diri Fitts yang sudah diadaptasi oleh peneliti sebelumnya Putra (2012), dan peneliti melakukan uji coba skala. Selain itu, penulis juga membuat blue print. Keempat adalah peneliti akan melakukan pengolahan terhadap data penelitian dengan menggunakan teknik analisis korelasi product moment. Kelima adalah peneliti melakukan pembahasan mengenai hasil penelitian dengan teori semula.
HASIL Hasil uji korelasi dapat diperoleh besarnya korelasi antara variabel sense of humor dan konsep diri diperoleh besarnya korelasi yaitu 0.321. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan secara positif antara sense of humor dengan konsep diri, dimana semakin tinggi tingkat sense of humor maka semakin tinggi tingkat konsep diri. Hasil signifikansi yang diperoleh 0.000. Artinya nilai signifikansi lebih besar daripada α yaitu 0.05. Oleh Karena itu H1 diterima, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat
7
hubungan yang signifikan antara sense of humor dengan konsep diri. Sesuai dengan pedoman intepretasi koefisien korelasi milik Sugiyono (2009) penelitian ini memasuki hubungan positif dengan kategorisasi yang rendah berarti jika sense of humor tinggi maka konsep diri pun akan tinggi.
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil uji statistik yang telah dilakukan, diketahui bahwa variabel sense of humor memiliki hubungan positif dengan kategorisasi yang rendah dengan konsep diri pada remaja. Hal ini ditunjukkan dengan adanya hasil koefisien korelasi sebesar 0.321 dengan nilai signifikansi 0.000. Ada beberapa hal yang dapat mengungkapkan hubungan sense of humor dengan konsep diri pada remaja. Jika ditinjau dari fungsi sense of humor bagi remaja, dapat mengantarkan hubungan sosial. Sense of humor memberikan kepribadian yang menarik dalam bergaul karena individu tersebut dapat membentuk suasana yang tidak kaku. Hal ini ditunjukkan pada penelitian Thorson & Powell (1997) sense of humor pada remaja memiliki kebutuhan untuk penciptaan humor lebih besar dikarenakan untuk kebutuhan secara sosial. Selain itu, humor juga memiliki manfaat secara perkembangan sosial. Jika ditinjau secara perkembangan sosial Erikson, remaja memasuki tahap identitas versus kekacauan identitas untuk menjadi orang dewasa yang unik dengan pemahaman diri sendiri yang koheren dan memiliki peran yang bernilai dalam masyarakat (Papalia, Olds, dan Feldman, 2009). Sesuai dengan penelitian Kirsh (2005) memberikan alasan bahwa humor dapat digunakan sebagai alat untuk menyelesaikan masalah krisis identitas yang diungkapkan oleh Erikson, sejauh ini humor merupakan cara yang aman untuk berurusan dengan emosi negatif seperti rasa takut dan malu. Humor juga dipandang sebagai cara yang aman untuk mengeksplorasi untuk proses pengembangan konsep diri. Penggunaan adatif humor berhubungan dengan konsep diri yang positif dibandingkan dengan maladaptif humor. Adaptif humor berhubungan dengan positif identitas dan keintiman yang lebih tinggi, kompetensi yang lebih tinggi pada perasaan penerimaan secara sosial, menarik secara fisik, dan berhasil dalam persahabatan. Hal ini menunjukkan bahwa individu yang dapat mengamati, merasakan, atau mengungkapkan humor berarti individu memiliki sense of humor. Hasil pengembangan konsep diri bagi remaja yaitu dapat mengembangkan pengalaman atau peristiwa yang mereka alami. Konsep diri ini akan mengelola semua tindakan dan pengalaman mereka sendiri, membentuk umpan balik mengenai informasi dari lingkungan
8
sosial dan memotivasi tindakan dengan memberikan dorongan atau rangsangan dan perilaku terencana (Asbah dkk, 2014). Hasil dari penelitian ini terdapat hubungan positif dengan kategori yang rendah. Jika dilihat dari jumlah subyek penelitian ini lebih banyak perempuan daripada laki-laki. Jika ditinjau dari sense of humor antara laki-laki dan perempuan, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Thorson dan Powell (1993) tidak ada perbedaan skor humor berdasarkan gender. Jika dilihat dari konsep diri ada perbedaan skor antara gender. Sesuai dengan penelitian Asbah dkk (2014) laki-laki memiliki skor konsep diri yang lebih tinggi daripada perempuan. Hal ini disebabkan laki-laki memiliki tingkat kepercayaan diri lebih besar karena mereka dibesarkan sebagai kepala keluarga yang nantinya akan menjadi pemimpin masyarakat dan bangsa. Namun, wanita lebih pasif dan malu dibandingkan dengan laki-laki, sehingga menghalangi mereka untuk menampilkan kepercayaan dirinya (Asbah dkk, 2014). Hal ini juga diungkapkan penelitian milik Jackson (2009) menyatakan pengamatan perbedaan gender pada beberapa dimensi konsep diri bahwa hasil laki-laki lebih tinggi daripada cewek pada konsep diri secara sosial. Selain itu, jika ditinjau dari perbandingan standar deviasi hipotetik sense of humor sebesar 13.3 sedangkan standar deviasi empirik sebesar 9.109. Begitu pula pada konsep diri, skor standar deviasi hipotetik sebesar 46.67 sedangkan standar deviasi empirik sebesar 23.947. Hal ini menunjukkan adanya variasi yang rendah antara sense of humor dengan konsep diri yang berarti pola sebaran data dalam memberikan gambaran mengenai karakter sampel yaitu masuk dalam kategori rendah. KESIMPULAN Berdasarkan hasil uji statistik yang telah dilakukan, diketahui bahwa variabel sense of humor memiliki hubungan positif dengan kategorisasi yang rendah dengan konsep diri pada remaja. Hal ini ditunjukkan dengan adanya hasil koefisien korelasi sebesar 0.321 dengan nilai signifikansi 0.000. sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sense of humor dengan konsep diri yang berarti jika sense of humor tinggi maka konsep diri pun akan tinggi. Hasil dari penelitian ini terdapat hubungan positif dengan kategori yang rendah. Jika dilihat dari jumlah subyek penelitian ini lebih banyak perempuan daripada laki-laki. Jika ditinjau dari sense of humor antara laki-laki dan perempuan menunjukkan tidak adanya perbedaan skor sedangkan ditinjau dari konsep diri menunjukkan skor laki-laki lebih tinggi
9
daripada skor perempuan. Hal ini disebabkan laki-laki menunjukkan tingkat kepercayaan diri lebih besar daripada perempuan. Diharapkan setelah mengetahui hasil ini, remaja lebih terbuka untuk mengenali humor, mengungkapkan humor, merasakan humor, menciptakan humor, dan menggunakan humor sebagai mekanisme coping dalam berbagai situasi pergaulan antar teman sebaya atau lingkungan sekitar. Penggunaan humor sebaiknya menggunakan humor yang bersifat positif yang artinya menggunakan lelucon dengan bahasa yang sopan daripada humor yang bersifat negatif yang artinya menggunakan orang lain sebagai bahan ejekan. Penelitian selanjutnya diharapkan memilih alternatif tempat lain untuk mengadakan penelitian, waktu pengisian skala yang tepat, jumlah perempuan dan laki-laki tidak berbeda jauh, dan peneliti selanjutnya dapat menggunakan alat ukur ini atau mengembangkannya lebih lanjut serta dapat menggunakan topik yang serupa tetapi berbeda, misalnya dikaitkan dengan jenis humor.
DAFTAR PUSTAKA Asbah dkk. (2014). Self Concept: Different among Malay Adolescent by Gender. Journal (online) Vol 10, 265-275. (http://search.proquest.com) diakses atau diunduh 6 Juni 2014 Bungin,Burhan. (2001). Metodologi Penelitian Sosial Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press Darmansyah. (2010). Strategi Pembelajaran Menyenangkan Dengan Humor. Jakarta: PT Bumi Aksara Gable, Robert K., La Salle, Arthur J., & Cook, Keith E. (1973). Dimensionality Of SelfPerception Tennessee Self-Concept Scale. Journal Perceptual and Motor Skills, 36, 551560 (online). (e-resources.pnri.go.id), diakses atau diunduh 24 Februari 2014 Ghufron, M. Nur., & Risnawati, Rini. (2012). Teori-Teori Psikologi Cetakan III. Yogyakarta: Ar-ruzz media Hughes, W.Larry. (2008). A Correlational Study of The Relationship Between Sense of Humor and Positive Psychological Capacites. Economics & Business journal: Inquiris & Perspektif (online). (e-resources.pnri.go.id), diakses atau diunduh 8 Oktober 2013
10
Jackson, Linda A., dkk. (2009). Self Concept, Self Esteem, Gender, Race, and Information Technology Use. Journal. CyberPsychology & Behavior Volume 12, Number 4 (online). (e-resources.pnri.go.id), diakses atau diunduh Kirsh, Gillian A. (2005). Humor Generation And Reception: Relationships With SelfConcept And Well Being. Thesis (online). The University Of Western Ontario. (eresources.pnri.go.id), diakses atau diunduh 6 Februari 2014 Martin, Rod.A. (2007). The Psychology of Humor An Integrative Approach. USA: Elsivier Academic Press (online). (https://ia600304.us.archive.org). Diakses atau diunduh 9 Maret 2013 Monks, Knoers. (2002). Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya Cetakan Kedua. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Papalia, Olds, dan Feldman. (2009). Human Development, Edisi Kesepuluh. Salemba Humanika: Jakarta Putra, Bima Setiadi. (2012). Hubungan Konsep Diri Dengan Prestasi Akademik Siswa Kelas I Dan II Sma Santo Lukas Penginjil I Jakarta. Skripsi (tidak diterbitkan). Universitas Bina Nusantara Jakarta Santrock, W. John. (2003). Adolescence Edisi Keenam. Erlangga: Jakarta Sarwono, Sarlito W., &
Meinarno, Eko A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba
Humanika. Thorson, James, Powell, F.C, dkk. (1997). Psychological Health And Sense Of Humor. Journal of clinical psychology, vol 53 (8), 605-619(1997(online). (http://users.skynet.be). Diakses atau diunduh 26 Juni 2013 ___________________ (1993). Sense Of Humor And Dimensions Of Personality. Journal of clinical psychology, Vol. 49, No.6 (online). (http://pdf-release.net). Diakses atau diunduh 27 Juni 2013. Zulkarnain., & Novliadi, Ferry. (2009). Sense Of Humor dan Kecemasan Menghadapi Ujian di Kalangan Mahasiswa. Jurnal. Majalah Kedokteran Nusantara Volume 42, No. 1.(http://repository.usu.ac.id). Diakses atau diunduh 28 Juni 2013.