PENGARUH SENSE OF HUMOR TERHADAP KUALITAS HIDUP PADA LANSIA PENSIUNAN DI KOTA MALANG HANDINI HARDIANTI Program Studi Psikologi. Universitas Brawijaya Malang
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh positif sense of humor terhadap kualitas hidup pada lansia pensiunan di Kota Malang. Variabel bebas adalah sense of humor dan variabel terikat, kualitas hidup. Subjek penelitian sebanyak 100 lansia (61 laki-laki, 39 perempuan) berusia 60-70 tahun. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling. Alat pengumpul data berupa kuesioner dengan skala Likert yang didapat dari adaptasi WHOQOLBREF dan MSHS Thorson dan Powell. Tidak ada perbedaan tingkat sense of humor berdasarkan data demografis, namun ada perbedaan kualitas hidup ditinjau dari tingkat pendidikan dan jenis pensiunan. Perbedaan tersebut yaitu semakin tinggi tingkat pendidikan, maka akan semakin tinggi kualitas hidupnya (sig.0,001<0,005), sedangkan pensiunan PNS rata-rata kualitas hidupnya lebih rendah
daripada
pensiunan
non-PNS
(sig.0,019<0,05).
Analisis
data
menggunakan teknik statistik regresi linier sederhana, dengan SPSS 18.0. Hasil analisis data menunjukkan nilai koefisien determinasi sebesar 0,595, yang artinya sebesar 59,5% variabel dalam kualitas hidup dipengaruhi oleh variabel sense of humor, sedangkan 40,5% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.
Kata Kunci : sense of humor, kualitas hidup
1
2
THE INFLUENCE OF SENSE OF HUMOR ON QUALITY OF LIFE TO RETIRED SENIOR CITIZENS IN MALANG ABSTRACT
This study aims to know the influence of sense of humor on quality of life to retired senior citizens in Malang. The independent variable in this study was sense of humor and the dependent variable was quality of life. Researcher used Likert as the scale, which were obtained from adaptation of WHOQOL-BREF and MSHS Thorson and Powell to collect data. The sampling technique in this research was purposive sampling, This study found no difference in sense of humor’s score based on demographic data. In contrast there was quality difference of life’s score. Subjects who had the higher education level, the higher the quality of life (sig.0,001<0,05), while subjects who retired as a civil servant had a lower quality of life than those who retired as a non-government officer (sig.0,019<0,05). The data was analyzed using simple linier regression which run by SPSS 18.0. The results showed 59,5% variable quality of life was determined by sense of humor. It means that there was a significant and strong influence of sense of humor on quality of life’s score.
Keyword : sense of humor, quality of life
3
PENDAHULUAN Latar Belakang Kemajuan teknologi yang pesat di Indonesia berdampak pada lebih terjaminnya kesehatan bagi masyarakat jika dibandingkan pada 10 (sepuluh) tahun terakhir, sehingga usia harapan hidup pada penduduk menjadi lebih tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh data dari Kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (KESRA) yang melaporkan jika tahun 1980 usia harapan hidup (UHH) yaitu 52,2 tahun dan jumlah lansia 7.998.543 orang (5,45%). Usia harapan hidup pada tahun 2006 yaitu 66,2 tahun dengan jumlah lansia sebanyak 19 juta orang (8,90%) (Hamid, 2007). Angka harapan hidup lanjut usia di tahun 2010 mencapai 24 juta orang atau hampir 10 persen dari seluruh jumlah penduduk Indonesia (Prawiro, 2012). Artinya bahwa semakin lama, harapan hidup pada lanjut usia cenderung semakin meningkat. Beberapa ahli membagi rentang usia yang dapat dikategorikan sebagai lansia. Hurlock (2002) menyatakan bahwa tahap terakhir dalam rentang kehidupan sering dibagi menjadi usia lanjut dini, yang berkisar antara usia enam puluh sampai tujuh puluh dan usia lanjut yang dimulai pada usia tujuh puluh sampai akhir kehidupan seseorang. Usia lanjut dini merupakan masa dimana seseorang pada umumnya mengalami pensiun. Ketentuan mengenai pensiun di Indonesia, diatur oleh Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam Pasal 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no. 32 tahun 1979, bahwa pegawai negeri sipil yang telah mencapai batas usia pensiun dapat diberhentikan dengan hormat sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil), batas usia pensiun pada umumnya untuk pegawai negeri sipil adalah 56 tahun atau lebih bagi pemegang jabatan tertentu. Pada 14 Maret 2012, terdapat perubahan terhadap pasal tersebut, yang memperpanjang batas usia pensiun untuk pegawai negeri menjadi 62 atau lebih bagi pemegang jabatan tertentu (http://www.indonesia.go.id). Pensiun menampakkan efeknya di banyak negara maju sepanjang abad kesembilan belas dan awal abad dua puluh ketika harapan hidup meningkat (Papalia, Old, Feldman, 2008). Robert Atchley (Santrock, 2002) membagi fase pensiun menjadi tujuh, yaitu fase jauh (remote), mendekat (near), bulan madu
4
(honey- moon), kecewa (disenchantment), re-orientasi (reorientation), stabil (stability), dan fase akhir (termination). Adanya pensiun memerlukan penyesuaian diri bagi orang-orang dewasa lanjut. Menurut Palmore (Santrock, 2002), orang dewasa lanjut yang memiliki penyesuaian diri paling baik terhadap pensiun adalah yang sehat, memiliki pendapatan yang layak, aktif, berpendidikan baik, memiliki relasi sosial yang luas termasuk diantaranya teman-teman dan keluarga, dan biasanya merasa puas dengan kehidupannya sebelum pensiun, sedangkan menurut Stull & Hatch (Santrock, 2002), orang-orang dewasa lanjut dengan penghasilan tidak layak dan kesehatan yang buruk, dan harus menyesuaikan diri dengan stres lainnya yang terjadi seiring dengan pensiun, memiliki banyak kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan fase pensiun. Menurut Prawitasari (Hidayat, 2010), lanjut usia adalah mereka yang mengalami perubahan fisik secara wajar, antara lain: kulit sudah tidak kencang lagi, otot-otot sudah mengendor, dan organ-organ tubuh kurang berfungsi dengan baik. Istilah “keuzuran” (senility) digunakan untuk mengacu pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran fisik dan disorganisasi mental sudah terjadi. Kemunduran pada lansia itu sebagian datang dari faktor fisik
dan
sebagian lagi dari faktor psikologis. Sikap tidak senang terhadap diri sendiri, orang lain, pekerjaan, dan kehidupan pada umumnya dapat menuju ke keadaan uzur. Bagaimana seseorang mengatasi ketegangan dan stress hidup akan mempengaruhi laju kemunduran itu. Motivasi juga dinilai memainkan peranan penting dalam kemunduran ini (Hurlock, 2002). Secara psikologis yang didasarkan pada tahap perkembangan Erikson (Santrock, 2002), masa lanjut usia ini berada pada fase integritas versus keputusasaan. Pada fase ini, merupakan fase dimana individu melakukan tinjauan hidup (life review) yang melibatkan refleksi kembali pada pengalaman kehidupan seseorang, melakukan evaluasi terhadapnya, menafsirkan, dan selalu menafsirkan lagi. Pengorganisasian kembali masa lalu dapat memberikan makna baru yang signifikan
terhadap
kehidupan
seseorang,
dan
dapat
juga
membantu
5
mempersiapkan individu menghadapi kematian dalam proses mengurangi ketakutan. Berdasarkan hasil pengamatan, banyak sekali lansia di Indonesia (khususnya yang berada di Malang), merasakan ketidakbahagiaan di masa tuanya. Masih banyak lansia dari tingkat sosial ekonomi rendah yang harus membanting tulang untuk membiayai anak dan cucunya. Berbeda dengan lansia yang berada di luar negeri (misalnya Amerika), banyak yang menikmati masa tuanya dengan pergi keliling dunia atau menjalankan hobi untuk mengisi waktu luang yang tidak bisa mereka kerjakan saat masih bekerja. Kedua perbedaan ini terletak pada penilaian subjektif masing-masing individu. Penilaian subjektif seseorang mengenai sejauh mana berbagai dimensi, seperti lingkungan, kondisi fisik, ikatan sosial, dan kondisi psikologis dirasakan memenuhi kebutuhannya disebut dengan kualitas hidup (Sadli, 2010). Kualitas hidup menurut World Health Organization Quality Of Life (WHOQOL) Group (Salim, Sudharma, Kusumaratna, Hidayat, 2007), didefinisikan sebagai persepsi seseorang dalam konteks budaya dan norma yang sesuai dengan tempat hidup seseorang tersebut serta berkaitan dengan tujuan, harapan, standar dan kepedulian selama hidupnya. Kualitas hidup individu yang satu dengan yang lain akan berbeda, hal itu tergantung pada definisi atau interpretasi masing-masing individu tentang kualitas hidup yang baik. Kualitas hidup akan sangat rendah apabila aspek-aspek dari kualitas hidup itu sendiri masih kurang dipenuhi (Karangora, 2012). Sense Of Humor menurut Thorson & Powell (Dowling, Hockenberry, Gregory, 2003) adalah multidimensi dan di dalamnya termasuk kemampuan untuk membuat humor, mengenali humor, mengapresiasikan humor, menggunakan humor sebagai mekanisme coping dan untuk mencapai tujuan sosial. Mindess (Fitriani & Hidayah, 2012) mengatakan bahwa fungsi humor yang paling penting adalah kekuatannya untuk membebaskan diri dari banyak rintangan dan pembatasan dalam kehidupan sehari-hari. Humor dapat melepas individu dari berbagai tuntutan yang dialami dan dapat membebaskannya dari perasaan inferioritas.
6
Kenyataannya, sering kita bertemu dengan lansia yang walaupun secara kondisi fisik dapat dikatakan buruk, misalnya terkena penyakit stroke sehingga tidak dapat membina ikatan sosial dengan orang selain keluarga yang merawatnya, namun dalam kehidupan sehari-harinya selalu penuh tawa. Sementara itu, ada juga lansia yang secara fisik dapat dikatakan sehat, memiliki hubungan sosial yang baik, dan didukung dengan keadaan lingkungan yang memadai, tetapi sulit untuk bisa tertawa ketika dilontarkan lelucon. Melihat dari kedua contoh kondisi pada lansia tersebut di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui adakah pengaruh yang positif antara sense of humor yang dimiliki lansia dengan kualitas hidupnya. Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian yang kemudian diberi judul “Pengaruh Sense Of Humor Terhadap Kualitas Hidup Pada Lansia Pensiunan di Kota Malang”.
HIPOTESIS PENELITIAN Ha : Terdapat pengaruh positif sense of humor terhadap kualitas hidup pada lansia pensiunan di Kota Malang. Dimana semakin tinggi sense of humor maka akan semakin tinggi pula kualitas hidup, dan sebaliknya semakin rendah sense of humor maka akan semakin rendah pula kualitas hidupnya.
TINJAUAN PUSTAKA Sense Of Humor Sense of humor adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan humor sebagai cara menyelesaikan masalah, keterampilan untuk menciptakan humor, kemampuan menghargai dan menanggapi humor, serta menanggapi orang-orang yang humoris (Permana, 2009). Sense of humor atau yang biasa disebut dengan kepekaan humor, menurut Meredith merupakan kemampuan untuk menertawakan semua hal termasuk dirinya sendiri dan tetap mencintai dan menyukainya (Fitriani & Hidayat, 2012). Pengertian sense of humor menurut Thorson dan Powell (Dowling, dkk, 2003) yaitu merupakan multidimensi dan di dalamnya termasuk kemampuan untuk
membuat
humor,
mengenali
humor,
mengapresiasikan
humor,
7
menggunakan humor sebagai mekanisme coping dan untuk mencapai tujuan sosial. Kualitas Hidup Kualitas hidup menurut WHOQOL Group didefinisikan sebagai persepsi seseorang dalam konteks budaya dan norma yang sesuai dengan tempat hidup orang tersebut serta berkaitan dengan tujuan, harapan, standar, dan kepedulian selama hidupnya (Salim, dkk, 2007). Menurut Cohen & Lazarus (Larasati, 2011), kualitas hidup adalah tingkatan yang menggambarkan keunggulan seorang individu yang dapat dinilai dari kehidupan mereka. Keunggulan individu tersebut biasanya dilihat dari tujuan hidupnya, kontrol pribadinya, hubungan interpersonal, perkembangan pribadi, intelektual dan kondisi materi. Ghozally (Larasati, 2011) mengungkapkan faktorfaktor yang mempengaruhi kualitas hidup diantaranya adalah mengenali diri sendiri, adaptasi, merasakan penderitaan orang lain, perasaan kasih dan sayang, bersikap optimis, mengembangkan sikap empati.
Lanjut Usia (Lansia) Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode di mana seseorang telah “beranjak jauh” dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat. Bila seseorang sudah beranjak dari periode hidupnya yang terdahulu, ia sering melihat masa lalunya, biasanya dengan penuh penyesalan, dan cenderung ingin hidup pada masa sekarang, mencoba mengabaikan masa depan sedapat mungkin (Hurlock, 2002). Secara psikologis yang didasarkan pada tahap perkembangan Erikson (Santrock, 2002), masa lanjut usia ini berada pada fase integritas versus keputusasaan. Pada fase ini, merupakan fase dimana individu melihat kembali apa yang telah dilakukan dalam kehidupannya. Umumnya pada usia lanjut terjadi peninjauan akan kehidupan (life review), yang melibatkan refleksi kembali pada pengalaman-pengalaman
8
kehidupan seseorang, melakukan evaluasi terhadapnya, menafsirkan, dan selalu menafsirkannya lagi. Pengorganisasian kembali masa lalu dapat memberikan makna baru dan signifikan terhadap kehidupan seseorang. Hal itu dapat juga membantu mempersiapkan individu menghadapi kematian, dalam proses mengurangi ketakutan (Santrock, 2002). Hurlock (2002) menyimpulkan tugas perkembangan lansia yaitu, menyesuaikan
diri
dengan
menurunnya
kekuatan
fisik
dan
kesehatan,
menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya income (penghasilan) keluarga, menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup, membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusia, membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan, dan menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes.
METODE PENELITIAN Variabel Penelitian Variabel independen (bebas) yang menjadi dasar dilakukannya penelitian ini adalah sense of humo, sedangkan variabel dependen (terikat) adalah kualitas hidup. Subjek Penelitian Subjek penelitian terdiri atas 150 orang. Dimana 50 orang dijadikan subjek try out dan 100 orang dijadikan subjek penelitian.
Alat Ukur 1. Sense Of Humor Sense Of Humor dalam penelitian ini diukur dengan skala yang disusun merupakan adaptasi dari skala MSHS (Multidimensional Sense Of Humor Scale) milik Thorson dan Powell (1997). Skala ini terdiri dari empat dimensi, yaitu humor production, copng with humor, attitude toward humorous people, dan humor appreciation. Skala MSHS terdiri dari 24 aitem, namun setelah dilakukan uji coba pada penelitian ini, 2 aitem dari skala MSHS tidak lolos (standar rit > 0,3) dan tidak diikutsertakan dalam
9
penelitian yang sebenarnya. Cronbach’s Alpha pada saat uji coba sebesar 0,877, hal tersebut berarti bahwa skala sense of humor tergolong reliabel (standar reliabilitas > 0,60). 2. Kualitas Hidup Skala kualitas hidup dalam penelitian ini menggunakan alat ukur WHOQOL-BREF yang sebelumnya telah diadaptasi oleh Sarasvita dan Joewana (Sekarwiri, 2008). Uji psikometri juga telah dilakukan oleh Salim, dkk (2007), namun peneliti tetap melakukan uji coba pada penelitian ini dengan alasan subjek pada penelitian sebelumnya tinggal di daerah yang berbeda dengan subjek yang digunakan dalam penelitian ini. Hasilnya dari 26 aitem dari skala WHOQOL-BREF, semuanya lolos (rit > 0,3) dengan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,899 (standar reliabilitas > 0,60). Artinya, alat ukur ini valid dan reliabel.
Metode Analisis Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier sederhana.
HASIL 1. Diketahui bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima, yaitu terdapat pengaruh positif yang signifikan antara tingkat sense of humor dengan tingkat kualitas hidup pada lansia pensiunan di Kota Malang. Hal tersebut ditunjukkan dengan menggunakan uji F, diketahui nilai Fhitung adalah sebesar 143,724. Jika dibandingkan dengan Ftabel yaitu 3,938 maka Fhitung > Ftabel. Jika dilihat dengan menggunakan R square, diketahui bahwa besarnya pengaruh variabel sense of humor terhadap variabel kualitas hidup sebesar 59,5% dengan nilai signifikansi 0,000 (sig < 0,05). 2. Berdasarkan kategori jenjang secara hipotetik, sebanyak 80 orang lansia memiliki tingkat sense of humor dalam kategori yang sedang, sementara 20 orang lainnya memiliki sense of humor yang tinggi, sementara itu tidak ada subjek yang memiliki sense of humor dengan kategori rendah. Begitupun
10
dengan variabel kualitas hidup, dimana tidak ada lansia yang kualitas hidupnya rendah, melainkan sejumlah 45 orang lansia memiliki kualitas hidup sedang dan 55 orang lainnya memiliki tingkat kualitas hidup yang tinggi. 3. Subjek penelitian terdiri dari 61 lansia laki-laki dan 39 lansia perempuan, dengan menggunakan Kruskal-Wallis, diketahui bahwa tidak ada perbedaan, baik pada sense of humor maupun kualitas hidup lansia ditinjau dari jenis kelamin. 4. Lansia yang menjadi subjek penelitian berasal dari beberapa jenjang pendidikan, seperti SD (13 orang), SMP (11 orang), SMA (27 orang), D1/D2/D3 (10 orang), dan S1/S2 (39 orang). Tidak ada perbedaan yang signifikan pada sense of humor lansia pensiunan jika ditinjau dari segi pendidikan, namun ada perbedaan kualitas hidup berdasarkan latar belakang pendidikan subjek (0,001 < 0,05). Rata-rata kualitas hidup yang paling tinggi merupakan lansia yang berlatar belakang pendidikan S1/S2, sedangkan yang terendah adalah lansia dengan latar belakang pendidikan SD. 5. Sebanyak 62 lansia pensiunan PNS dan 38 lansia pensiunan non PNS, tidak menunjukkan perbedaan skor sense of humor. Namun menunjukkan perbedaan pada kualitas hidup (0,019 < 0,05), dengan hasil rata-rata pada lansia pensiunan non PNS lebih tinggi daripada lansia pensiunan PNS. 6. Apabila ditinjau dari bersama siapa lansia tinggal, tidak ada perbedaan yang signifikan antara lansia yang tinggal bersama keluarga atau sendiri, baik secara sense of humor maupun kualitas hidupnya. 7. Berdasarkan riwayat penyakit yang di derita subjek yang juga tidak menunjukkan perbedaan baik pada sense of humor maupun kualitas hidup, dimana subjek yang menderita penyakit kronis sebanyak 26 lansia, dan yang tidak memiliki penyakit kronis sebanyak 74 lansia.
11
PEMBAHASAN Lansia yang memiliki sense of humor yang tinggi, memiliki kualitas hidup yang tinggi pula. Hal ini dibuktikan oleh adanya hubungan yang kuat antara kedua variabel tersebut, yaitu sebesar 0,771. Hubungan yang positif menunjukkan semakin tinggi sense of humor maka akan semakin tinggi pula kualitas hidupnya. Begitupun dengan nilai regresi sebesar 0,595 atau 59,5% besarnya pengaruh variabel sense of humor terhadap variabel kualitas hidup. Jika ditinjau dari fungsi rasa humor menurut Nelsen (Zunestri, 2008), seseorang memiliki rasa humor yang tinggi, maka individu tersebut cenderung memiliki emosi yang positif yang menyertai humor dan diikuti dengan tertawa. Beberapa dari efek fisiologis tersebut dapat bermanfaat bagi kesehatan, misalnya peningkatan denyut jantung yang dihasilkan dari aktivitas tertawa memberikan semacam latihan jantung. Berdasarkan hal tersebut, apabila seseorang memiliki sense of humor yang tinggi, maka individu akan lebih sehat, sehingga kualitas hidupnya pun baik. Lefcourt (Martin, 2003) menyatakan bahwa individu yang memiliki sense of humor yang tinggi diketahui dapat lebih baik dalam coping terhadap stres, menjalin hubungan dengan orang di sekitarnya, dan memiliki mental dan fisik yang lebih sehat. Ketika individu dapat mengatasi perasaan stress-nya dengan baik, maka perasaan kecewa atau sedih yang mungkin timbul akibat adanya ketidaksesuaian harapan dengan kenyataan akan berkurang, sehingga individu akan memiliki kualitas hidup yang baik. Sebesar 40,5% dari variabel kualitas hidup dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Adapun faktor tersebut misalnya seperti seberapa banyak aktifitas fisik yang dilakukan oleh lansia (White, Wojcicki, McAuley, 2009), bagaimana lansia berusaha mengembangkan potensi yang dimilikinya (Optimum Aging) (Hermana, 2008), harapan pada lansia dalam menyelesaikan masalah pada kehidupannya (Dorsett, 2009), perubahan spiritual pada lansia (Setyoadi, 2012), fungsi keluarga pada lansia (Sutikno, 2011), dan lain sebagainya. Berdasarkan penelitian Thorson dan Powell (2003), ditemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan keseluruhan skor pada
12
skala MSHS. Hal inilah yang mendukung hasil penelitian, dimana 80 orang lansia memiliki skor sense of humor dengan tingkat sedang, dan 20 orang lainnya dengan tingkat tinggi. Sedangkan pada kualitas hidup, lansia BTPN Kota Malang termasuk dalam kategori tinggi, yaitu sebanyak 55 orang lansia. Kualitas hidup seseorang tergantung dari bagaimana individu tersebut menilai dirinya sendiri. Perbedaan skor kualitas hidup berdasarkan data demografis pendidikan didukung oleh Purnama (2013), yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan membuat lansia semakin paham dan mengerti akan berbagai permasalahan yang dapat mengganggu kualitas hidupnya dan bagaimana menanganinya baik untuk dirinya sendiri atau lingkungan sekitar. Kualitas hidup lansia yang merupakan pensiunan non-PNS lebih tinggi daripada pensiunan PNS, hal ini didukung dengan pernyataan bahwa tingkat pendidikan akan berdampak pada jenis pekerjaan, tingkat pendapatan lansia, dan bagaimana manajemen keuangan lansia di masa tuanya (Setyoadi, 2011). Artinya bahwa, rata-rata kualitas hidup pada lansia pensiunan non PNS lebih tinggi daripada lansia pensiunan PNS karena kualitas hidup itu sendiri bersifat sangat subjektif.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisa data yang diperoleh dari penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Variabel sense of humor memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kualitas hidup, artinya bahwa semakin tinggi sense of humor seseorang akan meningkatkan kualitas hidupnya. 2. Usia tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan skor sense of humor, artinya bahwa meskipun usia lanjut, namun sense of humor-nya belum tentu akan menurun. Sedangkan pada kualitas hidup, sifatnya sangat subjektif, tergantung dari perspektif lansia tersebut dalam memandang hidupnya. 3. Dari data demografis yang diteliti, tingkat pendidikan dan jenis pensiunan non-PNS yang menunjukkan adanya perbedaan kualitas hidup. Sedangkan pada sense of humor tidak ditemukan adanya perbedaan berdasarkan data demografis.
13
SARAN 1. Bagi Subjek Penelitian Diharapkan setelah mengetahui hasil ini, subjek penelitian yaitu lansia (60-70 tahun) pensiunan lebih terbuka untuk dapat membuat humor, mengenali humor, mengapresiasikan humor, menggunakan humor sebagai mekanisme coping dan untuk mencapai tujuan sosial.
2. Bagi BTPN Kota Malang Diharapkan pihak BTPN dapat mengadakan suatu acara atau seminar yang bertema humor, dimana lansia bisa diajarkan untuk menertawakan masalah yang terjadi dalam hidupnya, atau menghimbau lansia akan pentingnya senyum dan tawa. Informasi dari BTPN kepada lansia mengenai pengaruh sense of humor dengan kualitas hidup ini diharapkan dapat membantu lansia agar mengerti mengenai pentingnya sense of humor bagi lansia, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya diharapkan untuk memilih subjek dengan proporsi jumlah yang sama berdasarkan demografisnya. Peneliti selanjutnya juga dapat memilih alternatif lokasi penyebaran angket selain BTPN, agar penelitian ini tidak hanya terfokus pada lembaga perbankan saja. Selain itu, peneliti selanjutnya juga dapat menambahkan jumlah subjek penelitian yang akan memperkaya hasil penelitian. DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2013). Kini, PNS Pemegang Jabatan Struktural Eselon I Bisa Pensiun di Usia 62 Tahun (Online). 31 Mei 2013. http://www.indonesia.go.id/in/kementerian/kementerian/kementerianhukum-dan-hak-asasi-manusia/724-hukum/12455-kini-pns-pemegangjabatan-struktural-eselon-i-bisa-pensiun-di-usia-62-tahun
14
Anonim. (2008). Merencanakan Keuangan Setelah Pensiun (Online). 28 Januari 2014. http://e-keuangan.blogspot.com/2008/07/merencanakan-keuangansetelah-pensiun.html Dorsett, (2010). The Importance of Hope in Coping with Severe Acquired Disability. Australian Social Work Volume 63 Issue 1. Published Online On:http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/03124070903464293#.U s4OwtJdVew Dowling, J.S., Hockenberry, M., Gregory, R. (2003). Sense Of Humor, Childhood Cancer Stressors, and Outcomes of Psychological Adjusment, Immune Function, and Infection. Journal Of Pediatric Oncology Nursing Vol. 20 No.6 Halaman 271-292 Fitriani., Hidayat. (2012). Kepekaan Humor Dengan Depresi Pada Remaja Ditinjau Dari Jenis Kelamin. Jurnal Humanitas Volume IX No.1. Fakultas Psikologi. Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Hamid, A. (2007). Penduduk Lanjut Usia Di Indonesia Dan Masalah Kesejahteraannya. (Online). 17 Februari (2013). Tersedia: http://www.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=522 Hermana, (2008). Mencapai Optimum Aging pada Lansia. Artikel (Online). 8 Januari..2014.Tersedia:..https://www.kemsos.go.id/modules.php?name=N ews&file=article&sid=797 Hidayat, Y. (2010). Hubungan Antara Jenis Kelamin, Usia dan Status Pernikahan Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia di Perumahan Sinar Waluyo Semarang. Skripsi. Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang Hurlock, E. B. (2002). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Penerbit Erlangga Karangora, M. (2012). Hubungan Antara Dukungan Sosial dan Kualitas Hidup Pada Lesbian Di Surabaya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.1 No.1 Larasati, T. (2011). Kualitas Hidup Pada Wanita Yang Sudah Memasuki Masa Menopause. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Martin, R. A. (2003). Sense of humor. dalam S. J. Lopez & C. R. Snyder, Positive psychological assessment: A handbook of models and measures (halaman. 313-326). Washington, DC: American Psychological Association. Papalia, D. E., Old, S.W., Feldman, R.D. (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan). Jakarta: Kencana Prenada Media Group
15
Permana, L.A. (2009). Hubungan Antara Sense Of Humor Dengan Stres Mengerjakan Skripsi Pada Mahasiswa FTI. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia Prawiro, M.D. (2012). Usia Harapan Hidup Bertambah Panjang. Gemari Edisi 137/ Tahun XIII/Juni 2012 Purnama, F. T. (2013). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Successful Aging Pada Lansia Di Desa Windunegara Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas. Skripsi. Purwokerto : Universitas Jenderal Soedirman Sadli, S. (2010). Berbeda tetapi Setara. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara Salim, O., Sudharma, N., Kusumaratna, R., Hidayat, A. (2007). Validitas dan Reliabilitas World Health Organization Quality Of Life-BREF Untuk Mengukur Kualitas Hidup Lanjut Usia. Universa Mediciana Volume 26 No. 1 halaman 27-38 Universitas Trisakti Santrock, J. W. (2002). Perkembangan Masa Hidup. Edisi kelima. Jilid 2. Jakarta: Erlangga Setyoadi., Noerhamdani., Ermawati. (2011). Perbedaan Tingkat Kualitas Hidup Pada Wanita Lansia Di Komunitas dan Panti. Jurnal Keperawatan Volume 2 Nomor 2 ISSN: 2086-3071. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang Sutikno, E. (2011). Hubungan Antara Fungsi Keluarga dan Kualitas Hidup Lansia. Jurnal Kedokteran Indonesia Volume 2 Nomor 1. Kediri: Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Thorson, J.A., Powell F.C., Sarmany-Schuller, I., Hampes, W.P. (1997). Psychological Health and Sense Of Humor. Journal Of Clinical Psychology Vol. 53, 605-619 White, S., Wojcicki, T.S., McAuley, E. (2009). Physical Activity and Quality Of Life in Community Dwelling Older Adults. Health and Quality Of Life Outcomes 7:10.Urbana: University Of Illinois USA Zunestri. (2008). Hubungan Sense Of Humor Dengan Kecenderungan Depresi Pada Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Sidoarjo. Skripsi. Program Studi Psikologi. Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya