Pengaruh Humor Terhadap Stres Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Yang Mengerjakan Skripsi Di Universitas Brawijaya Malang Viny Alfiani
[email protected] Yoyon Supriyono Sumi Lestari Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya
ABSTRACT Thesis is the final gate that is generally passed by every college student to become a scholar. In completing the thesis, students are often faced with many obstacles and problems that could make it as a stressor. The number of stressors and pressures faced by students who are working on thesis causes them to become susceptible to stress. One of ways relieve stress is with humor. From several studies related to humor and its effects on psychological conditions, the researchers tried to examine the effect of humor on stress at a college student who worked on the thesis. This study uses true experimental research with pretest-posttest design control group which was measured before and after the treatment. An instrument is used to measure the stress level is Perceived Stress Scale (PSS). The number of partisipants in this experiment were 34 students. From the result of t-test, it showed that humor can significantly reduce stress. Further discussion will be presented in this research. Keywords: stress, humor, final semester college students ABSTRAK Skripsi merupakan gerbang terakhir yang umumnya dilalui oleh setiap mahasiswa sebelum menjadi sarjana. Dalam menyelesaikan skripsi, mahasiswa seringkali dihadapkan banyak hambatan dan masalah yang dapat menjadikannya sebagai stresor. Banyaknya stresor dan tekanan yang dihadapi menyebabkan mahasiswa yang mengerjakan skripsi menjadi rentan mengalami stres. Salah satu cara untuk menghilangkan stres adalah dengan humor. Dari beberapa penelitian terkait humor dan pengaruhnya terhadap kondisi psikologis, maka peneliti mencoba untuk menguji pengaruh humor terhadap stres pada mahasiswa tingkat akhir yang mengerjakan skripsi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen murni dengan desain Pretest-Posttest Control Group Design yang mana akan dilakukan pengukuran sebelum dan sesudah perlakuan. Untuk mengukur tingkatan stres digunakan alat ukur berupa Percieved Stress Scale (PSS). Jumlah partisipan dalam eksperimen ini adalah 34 orang. Dari hasil uji t-test menunjukkan bahwa humor dapat secara signifikan menurunkan stres. Diskusi lebih lanjut akan dipaparkan dalam penelitian ini. Kata kunci: stres, humor, mahasiswa tingkat akhir
1
2 LATAR BELAKANG Skripsi merupakan gerbang terakhir yang umumnya dilalui oleh setiap mahasiswa sebelum menjadi sarjana. Saat mahasiswa telah menempuh semester akhir dan telah menyelesaikan seluruh mata kuliahnya, mahasiswa diwajibkan untuk menulis skripsi. Dalam menyelesaikan skripsi, mahasiswa adakalanya dihadapkan oleh beberapa masalah, seperti kesulitan dalam hal mencari tema, judul, sampel, alat ukur yang digunakan, kesulitan mendapatkan referensi, keterbatasan waktu penelitian, proses revisi yang berulang-ulang, dosen pembimbing yang sibuk dan sulit ditemui, lamanya umpan balik dari dosen pembimbing ketika menyelesaikan skripsi, dan lain-lain (Wulandari, dalam Maritapiska, 2003). Masalah-masalah tersebut bagi mahasiswa yang mengerjakan skripsi bisa dianggap sebagai tantangan ataupun hambatan yang akan mengarah pada stresor negatif. Mahasiswa yang tidak dapat menghadapi stresor yang ada dan merasa tertekan akan skripsi rentan mengalami stres yang mengganggu dan biasanya disebut juga dengan distress. Stres merupakan kondisi ketika individu berada dalam situasi yang penuh tekanan atau ketika individu merasa tidak sanggup mengatasi tuntutan yang dihadapinya (Marks, Murray, & Evans, 2002). Menurut Atkinson (Fadillah, 2013), reaksi stres dapat muncul dalam bentuk perubahan psikologis dan fisik. Selama ini, reaksi stres yang seringkali dialami oleh mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi adalah hilangnya motivasi dan konsentrasi yang berdampak pada penundaan penyelesaiaan skripsi ataupun lamanya mahasiswa dalam mengerjakan skripsi. Agar stres yang dialami mahasiswa yang mengerjakan skripsi tidak mengarah pada distres atau stres negatif maka dibutuhkan penanganan agar stres yang dialami mahasiswa skripsi berkurang atau hilang, sehingga dampak negatif dari stres pada proses penyelesaian skripsi dapat teratasi. Salah satu cara untuk menghilangkan stres adalah dengan humor. Humor menurut Kuiper (2012) adalah stimulus yang dapat memancing tawa pada seseorang, seperti lelucon, cerita lucu, kartun lucu, situasi memalukan, lelucon praktis, dan sebagiannya. Humor digambarkan sebagai salah satu stimulus yang dapat membantu seseorang untuk tertawa dan merasa bahagia (Ripoll, 2010). Seseorang yang berbahagia menunjukkan bahwa dirinya memiliki emosi yang lebih positif, hidup yang lebih lama, dan kesejahteraan hidup (Boniwell, dalam Desinta, 2011). Bahkan Jauregui (Colom, Alcover, Curto & Osuna, 2011) menegaskan bahwa tertawa adalah sebuah emosi positif, yang dilukiskan oleh perasaan subjektif dari kebahagian dan dapat dengan mudah diketahui dari ekspresi wajah. Emosi positif ini akan melawan emosi negatif yang dialami saat seseorang
3 mengalami stres seperti kecemasan, kesedihan, dan kemarahan. Hal inilah yang menyebabkan seseorang yang memiliki emosi positif ini akan memandang sebuah masalah tanpa menjadikannya sebagai suatu beban atau stresor yang berarti (Grimett, 2011). Humor dan tertawa merupakan hal yang sangat berkaitan, karena tertawa merupakan respon fisik dari stimulasi humor (Grimett, 2011). Penelitian terhadap tertawa menunjukkan bahwa efek tertawa baik secara psikologis maupun fisiologis. Secara psikologis, penelitian menunjukkan tertawa dapat menurunkan level stres (Walia & Kaur, 2008). Crhistie dan Moore (Desinta, 2011) melakukan review terhadap beberapa jurnal penelitian mengenai humor dan tertawa yang menunjukkan bahwa humor digunakan sebagai koping terhadap stres. Efek tertawa itu sendiri dapat membantu untuk mengontrol tekanan darah dengan menurunkan hormon stres serta memunculkan kondisi rileks. Dari beberapa penelitian terkait humor dan pengaruhnya terhadap kondisi psikologis, maka peneliti mencoba untuk meneliti pengaruh humor terhadap stres pada mahasiswa tingkat akhir dengan menjadikan humor sebagai salah satu strategi koping yang bisa menurunkan stres mahasiswa. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu ada pengaruh yang signifikan dari humor terhadap penurunan stres, dimana kelompok eksperimen yang diberi humor dapat menurunkan stres lebih tinggi secara signifikan daripada kelompok kontrol yang tidak diberi humor.
METODE Partisipan dan Desain Penelitian Jumlah partisipan sebanyak 34 mahasiswa (22 laki-laki dan 12 perempuan) Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang angkatan 2008-2010 yang sedang mengerjakan skripsi. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, dengan kriteria sampel yaitu mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi, memiliki skor stres sedang sampai tinggi, dan berusia 20-25 tahun. Metode penelitian menggunakan eksperimen murni dengan pretest-posttest control group design yang mana akan dilakukan pengukuran sebelum diberikan perlakuan (pretest) maupun setelah perlakuan (posttest) pada dua kelompok. Kelompok dalam penlitian ini terdiri dari dua kelompok, yaitu: kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen akan diberikan perlakuan berupa media humor, meliputi cerita humor, gambar humor, dan video humor, sedangkan kelompok kontrol diberikan perlakuan berupa video dokumenter.
4 Alat Ukur dan Prosedur Alat ukur yang digunakan dalam pengukuran stres baik untuk pretest maupun posttest adalah Percieved Stress Scale (PSS-10) yang dikembangkan oleh Sheldon Cohen pada tahun 1983. Skala ini seringkali digunakan sebagai instrumen psikologi untuk mengukur persepsi akan stres. Pertanyaan-pertanyaan yang digunakan dalam skala ini termasuk bebas budaya. Item dalam skala ini berjumlah 10 item yang mana terdiri dari 6 item favorable (1,2,3,6,9,10) dan 4 item unfavorable (4,5,7,8) (Cohen et al., 1983). Manipulation check untuk kelompok eksperimen. Skala ini mengukur efektivitas media humor (Video Humor, Cerita Humor dan Gambar Humor) yang berisi 3 pertanyaan, “Seberapa lucu video yang telah ditampilkan kepada anda?”, “Seberapa lucu modul cerita yang telah anda baca?” dan “Seberapa lucu gambar-gambar yang telah diperlihatkan kepada anda?” dengan rentang 1-9 (1 = sangat tidak lucu, 9 = sangat lucu). Manipulation check untuk kelompok kontrol. Skala ini mengukur efektivitas video dokumenter sebagai stimulus netral yang berisi 1 pertanyaan, “Seberapa lucu video yang telah ditampilkan kepada anda?”dengan rentang 1-9 (1 = sangat tidak lucu, 9 = sangat lucu). Prosedur dalam penelitian ini yaitu: Pertama, peneliti menyebarkan skala PSS kepada mahasiswa Fakultas Teknik yang sedang mengerjakan skripsi untuk mencari mahasiswa yang memiliki skor stes sedang sampai tinggi sekaligus untuk dijadikan pretest. Pada hari eksperimen berlangsung, partisipan pada kelompok eksperimen akan diberikan tiga media humor yaitu cerita humor, gambar humor dan video humor dengan total durasi keseluruhan selama 15 menit. Sedangkan pada kelompok kontrol diperlihatkan video dokumenter selama 15 menit sebagai placebo. Kemudian, partisipan mengisi manipulation check untuk mengetahui efektifitas masing-masing media yang diberikan. Selanjutnya, partisipan diminta untuk mengisi skala PSS sebagai posttest yang hanya diberikan di hari terakhir eksperimen.
HASIL Manipulation Check Manipulation check dianalisi menggunakan t-test. Hasil manipulation check menunjukkan bahwa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan adanya perbedaan tingkat kelucuan media yang diberikan, dimana media humor yang diberikan kepada kelompok eksperimen bersifat lucu sedangkan video dokumenter yang diberikan kepada kelompok kontrol bersifat tidak lucu, yaitu (M KE= 6,12, SD = 1,34 vs M KK = 1,73, SD = 0,62; t(34) = -12,296; p = 0,00. Selain itu jika dilihat dari skor rata-rata yang ada pada masing-masing kelompok menunjukkan juga perbedaan, yang mana skor rata-rata pada
5 kelompok eksperimen lebih besar dari pada nilai tengah yaitu 5 (rentang skala 1-9), sedangkan skor rata-rata kelompok eksperimen jauh dibawah nilai tengah. sehingga dapat disimpulkan bahwa masing-masing media yang diberikan bersifat efektif sesuai dengan perannya masing-masing.
Kesetaraan Media Humor Pada kesetaraan media humor menunjukkan hasil bahwa media humor yang diberikan kepada kelompok eksperimen berupa video, cerita, dan gambar humor memiliki rata-rata tingkat kelucuan adalah (M video = 7,47, SD = 0,76, M cerita = 4,89, SD = 1,07 dan M gambar = 5,38, SD = 1,59). Nilai pada ketiga media tersebut sama-sama lebih besar dari pada nilai tengah yaitu 5 (rentang skala 1-9), sehingga media-media humor tersebut menunjukkan kesetaraan yang sama.
Pengaruh Humor Terhadap Stres Peneliti melakukan analisis bootstrap dengan resampling sejumlah 5.000 kali dengan interval kepercayaan koreksi bias 95%. Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis dengan membandingkan skor posttest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol dan juga skor pretest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol sebagai preliminary baseline. Tabel 1. Hasil Eksperimen Stres (PSS) Baseline Posttest Pretest-Posttest kelompok eksperimen Pretest-Posttest kelompok kontrol
Sig. (1-tailed) .481 .000 .000
t -.048 3.964 4.391
.414
.220
a. Preliminary Baseline Pada preliminary baseline peneliti melakukan perbandingan skor pretest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol untuk melihat kondisi partisipan sebelum mendapatkan perlakuan atau pada saat persiapan eksperimen. Hasil dari preliminary baseline menunjukkan tidak adanya perbedaan skor pretest pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol (lihat tabel 5), yaitu (M humor = 18,82, SD = 3,59 vs M tanpa humor = 18,76, SD = 3,58; t(34) = -0,048; p = 0,48. Hasil tersebut sesuai dengan harapan
6 peneliti yang mana pada preliminary baseline kondisi kedua kelompok tersebut diharapkan sama. b. Pengujian Hipotesis Hasil posttest menunjukkan adanya perbedaan skor posttest pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol (lihat tabel 5), yaitu (M humor = 18,82, SD = 3,59 vs M tanpa humor = 18,76, SD = 3,58; t(34) = 3,96; p = 0,00. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa humor dapat menurunkan tingkatan stres. Hal ini ditegaskan dengan hasil bootstrap untuk paired t-test yang mana membandingkan skor stres sebelum dan sesudah perlakuan pada masing-masing kelompok. Kelompok eksperimen menunjukkan penurunan tingkatan stres setelah mendapatkan media humor, yaitu (M pretest = 18,82, SD = 3,59 vs M posttest = 13.00, SD = 4,78; t(34) = 4,39; p = 0,00). Sedangkan pada kelompok kontrol tidak menunjukkan adanya perbedaan antara hasil prestest dengan posttest, yaitu (M pretest = 18,76, SD = 3,58 vs M posttest = 18,65, SD = 3,41; t(34) = 0,22; p = 0,414). Sehingga dari hasil-hasil tersebut, hipotesis penelitian diterima dan dapat disimpulkan bahwa humor dapat menurunkan tingkatan stres, hal ini sesuai dengan apa yang telah disampaikan pada penelitianpenelitian sebelumnya (Colom, Alcover, Curto & Osuna, 2012; Bennet, Zeller, Rosenberg, & McCann, 2003; Szabo, 2003 Abel & Maxwell, 2002). c. Analisis Tambahan Pada penelitian ini peneliti tidak memungkinkan untuk melakukan kontrol pada jenis kelamin, sehingga peneliti mencoba untuk menguji kemungkinan adanya pengaruh variabel jenis kelamin terhadap hubungan antara humor dan stres. Oleh karena itu, peneliti melakukan analisis tambahan terkait jenis kelamin. Penulis melakukan analisis tambahan dengan menggunakan analisis bootstrap untuk independent t-test. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan jenis kelamin pada pretest, yaitu: (M laki-laki = 18,63, SD = 3,66 vs M perempuan = 19,08, SD = 3,42; t(34) = -0,35; p = 0,36). Begitu pula pada posttest menunjukkan tidak adanya pengaruh jenis kelamin, yaitu (M laki-laki = 15,91, SD = 5,30 vs M perempuan =15,67, SD = 4,60; t(34) = 0,13; p = 0,45). Sehingga secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh variabel jenis kelamin terhadap hubungan antara humor dan stres.
7 DISKUSI Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa humor mempengaruhi skor atau tingkatan stres, dimana partisipan yang mendapatkan media humor mengalami penurunan skor atau tingkatan stres dibandingkan dengan partisipan yang tidak mendapatkan media humor (video dokumenter).
Penurunan stres pada kelompok yang diberikan media humor ini besar
kemungkinan dikarenakan media humor dapat menstimulasi partisipan untuk tertawa dan merasa bahagia. Seseorang yang tertawa dan berbahagia menunjukkan bahwa dirinya memiliki emosi yang lebih positif, hidup yang lebih lama, dan kesejahteraan hidup (Desinta, 2011). Bahkan Jauregui (Colom, et al., 2011) menegaskan bahwa tertawa adalah sebuah emosi positif, yang dilukiskan oleh perasaan subjektif dari kebahagian dan dapat dengan mudah diketahui dari ekspresi wajah. Emosi positif ini akan melawan emosi negatif yang dialami saat seseorang mengalami stres seperti kecemasan, kesedihan, dan kemarahan. Hal inilah yang menyebabkan seseorang yang memiliki emosi positif ini akan memandang sebuah masalah tanpa menjadikannya sebagai suatu beban atau stresor yang berarti (Grimett, 2011). Pada penelitian yang dilakukan oleh Martin (Colom, et, al., 2011) menjelaskan bahwa humor dapat dijadikan sebagai strategi yang efektif dalam proses coping problems. Seseorang yang memiliki skor tinggi pada Coping Humor Scale menunjukkan bahwa mereka lebih dapat berhadapan dengan situasi yang penuh dengan tekanan (stressful situasion), yang mana mereka akan dapat mengartikan masalah-masalah yang ada sebagai sebuah tantangan dari pada ancaman atau hambatan yang menekan, dan dapat mengatasi secara aktif permasalahanpermasalahan yang ada. Kondisi yang seperti inilah yang yang besar kemungkinan dialami oleh partisipan yang mendapatkan media humor sebagai bentuk perlakuan selama 3 hari. Dimana kondisi subjek yang awalnya rata-rata mengalami stres sedang menurun skor stres nya ataupun tingkatan stresnya setelah mendapatkan perlakuan media humor. Penurunan skor stres ini disebabkan karena adanya pengaruh humor, yang menstimulasi partisipan untuk tertawa dan bahagia sehingga memunculkan emosi positif, yang mana pada awalnya partisipan merasakan situasi yang menekan yang menyebabkan stres sehingga memunculkan kondisi emosi yang negatif seperti marah, sedih, khawatir, takut, dan cemas. Kondisi yang dirasakan oleh partisipan ini dikuatkan dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada beberapa partisipan sebagai hasil testimoni atau respon setelah mendapatkan perlakuan humor selama 3 hari. Dari tujuh partisipan yang diwawancarai semuanya memberikan respon positif terkait eksperimen yang telah diberikan, selain itu subjek juga menyatakan bahwa terdapat perbedaan sebelum dan sesudah mendapat eksperimen.
8 Partisipan-partisipan tersebut menyatakan bahwa mereka lebih merasa sering tertawa, lebih rileks, merasa senang, dan bahagia setelah mendapatkan media humor. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah humor dapat mempengaruhi stres, dimana partisipan yang mendapatkan media humor dapat menurunkan stres secara signifikan dibandingkan partisipan yang tidak mendapatkan media humor (media dokumenter). Sehingga hipotesis penelitian diterima. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitianpenelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa humor dapat menurunkan level stres (Colom, Alcover, Curto & Osuna, 2012; Bennet, Zeller, Rosenberg, & McCann, 2003; Szabo, 2003; Abel & Maxwell, 2002). Lebih lagi, humor dan tertawa secara efektif dapat digunakan sebagai coping stress, yang mana humor dapat membantu kita untuk melihat sebuah masalah dari perspektif yang lain, dan tertawa dapat membantu kita untuk melepaskan akumulasi dari ketegangan-ketegangan fisik yang diakibatkan dari ketegangan psikologis, serta menurunkan hormon stres (Colom, et al., 2011).
KETERBATASAN Keterbatasan pertama dari penelitian ini adalah kurang terpenuhinya jumlah subjek sesuai dengan ketentuan G-Power. Dari keterbatasan ini, penelitian kedepannya dapat memenuhi jumlah subjek yang sudah ditentukan oleh G-Power. Sehingga jumlah sampel yang digunakan bisa representatif dari populasi yang ada. Keterbatasan kedua dari penelitian ini adalah kurangnya keseragaman jumlah subjek pada kelompok eksperimen dan kontrol pada saat eksperimen berlangsung, sebagai contoh pada pada gelombang pertama, eksperimen ini hanya dihadiri 8 orang pada kelompok eksperimen dan 2 orang pada kelompok kontrol. Ketidakseragaman jumlah subjek yang datang pada masing-masing kelompok dikarenakan sulitnya mendatangkan mahasiswa teknik dalam jumlah yang sama selama tiga hari. Sehingga peneliti terpaksa melakukan eksperimen dari jumlah subjek yang bisa mengkonfirmasi kehadirannya untuk mengikuti eksperimen. Dari keterbatasan ini, penelitian kedepannya diharapkan memiliki jumlah subjek yang sama pada saat eksperimen berlangsung pada masing-masing kelompok. Sehingga kondisi dan jumlah subjek yang mengikuti eksperimen pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setara dan sama. Keterbatasan ketiga dari penelitian ini adalah tempat eksperimen yang terkadang berubah-ubah, sebagai contoh pada hari pertama berada di ruang A dengan tempat yang lebih luas, akan tetapi pada hari kedua berada di ruang B dengan tempat yang lebih sempit, dan pada sesi ketiga kembali lagi di ruang A. Berubah-ubahnya tempat ini dikarenakan
9 keterbatasan untuk konsistensi perijinan tempat yang sama selama beberapa hari. Sehingga pada penelitian selanjutnya semua setting tempat diharapkan sama di setiap sesinya jika menggunakan penelitian longitudinal.
DAFTAR PUSTAKA Abel, Millicent H. (2002). Humor, stress, and coping strategies. Journal of Humor, 15, 365381. Abel, Millicent H. (1998). Interaction of humor and gender in moderating relationships between stress and outcomes. Journal of Psychology, 132, 267-276. Abel, Millicent H. and Maxwell, David. (2002). Humor and affective consequences of a stressful task. Journal of Social and Clinical Psychology, 21, 165-190. Bennett, Mary P et al. (2003). The effect of mirthful laughter on stress and natural killer cell activity. Alternative Therapies in Health and Magazine, 9, 35-45. Berk, K. (2001). The active ingredients in humor : Psycho physiological benefit and risk for older adult. Educational Gerontology, 27, 323-329. Bhat, R.M., Sameer M.K., Ganaraja, B. (2011). Eustress in education: Analysis of the perceived stress score (pss) and blood pressure (bp) during examinations in medical students. Journal Clinical and Diagnostic Research, 5, 331-335. Colom, Gloria G., et al. (2011). Study of the effect of positive humour as a variable that reduces stress. Relationship Of Humour With Personality And Performance Variables. Journal Psychology in Spain, 15, 9-21. Darmono & Hasan, Ani M. (2002). Menyelesaikan skripsi dalam satu semester. Jakarta : PT Grasindo. Desinta, Sheni. (2011). Terapi tawa untuk menurunkan stres pada penderita hipertensi. Tesis. Universitas Gajah Mada. Fadillah, Amalia E. (2013). Stres dan motivasi belajar pada mahasiswa psikologi universitas mulawarman yang sedang menyusun skripsi. E-Journal Psikologi, Vol. 1, No. 3. Fitriani, Qurrota A. (2013). Peran kecenderungan kepribadian neuroticsm dan problem focused coping dalam menjelaskan stres akademik pada mahasiswa tingkat akhir fakultas
ilmu
sosial
dan
ilmu
politik
Universitas
Brawijaya.
Jurnal.
www.academia.edu. Diakses pada tanggal 6 Januari 2014. Grimett, Maxine. (2011). The value of humour theraphy in dealing with anxiety in hiv positive hiv/aids lay counsellors. Disertasi.
10 Hawkins, Drew A. (2008). Comparing the use of humor to other coping mechanisms in relation to maslach’s theory of burnout. Disertasi. University of Florida. Kassoff, Lara Beth. (2012). The effect of humor and anxiety on task performance. Disertasi. Fairleigh Dickinson University. Kataria, M. (2004). Laugh for no reason (terapi tawa). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Kaur, Lakhwinder and Walia, Indarjit. (2008). Effect of laughter therapy on level of stress: A study among nursing students. Nursing and Midwifery Research Journal, Vol. 4, No. 1.
Kuiper, Nicholas A. (2012). Humor and resiliency: Toward a process model of coping and growth. Europe’s Journal of Psychology, 8, 475-491. Latipun. (2010). Psikologi eksperimen. Malang: UMM Press. Lubis, Namora L. (2009). Depresi tinjauan psikologis. Jakarta : Kencana. Lubis & Nurlaila. (2010). Mengapa tingkat stres pelajar makin tinggi. www.vivanews.com. Diakses pada tanggal 6 Januari 2014. Mallett, Jane. (1995). Humour and laughter therapy. Complementory Therapies in Nursing & Midwifery, 1, 73-76. Marks, D.F., Murray M., Evens B., dan Wiling C. (2002). Health phychology. London: Sage Publication. Mayoral, L. (2006). Exam stres, depression, social support and sleep disturbance. Disertasi. Miller, Barbara N. (2008). The uses and effect of humor in the school workplace. Disertasi. University of Oregon. Munandar, A.S. (2001). Stress dan keselamatan kerja, psikologi industri dan organisasi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Mayr, S., Erdfelder, E., Buchner, A. and Faul, F. (2007). A short tutorial of GPower. Journal of Tutorial in Quantitative Methods for Psychology, 3, 51-59. Pin, Tan Lee. (2011). Hubungan kebiasaan berolahraga dengan tingkat stres pada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Potter, P.A. and Perry, A.G. (2005). Fundamental nursing: Concepts, process, and practice. 6th edition. St. Louis: Mosby Year Book. Prasetyo, Anggun R. & Nurtjahjanti, Herlina. (2012). Pengeruh penerapan terapi tawa terhadap penurunan tingkat stres kerja pada pegawai kereta api. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, Vol 11, No. 1. Purwati, Susi. (2012). Tingkat stres akademik pada mahasiswa reguler angkatan 2010 fakultas ilmu keperawatan Universitas Indonesia. Skripsi. Universitas Indonesia.
11 Ripoll, Ramon Mora. (2010). The therapeutic value of laughter in medicine. Narrative Review by Alternative Therapies, Vol. 16. No. 6. Ripoll, Ramon Mora and Casado, Isabel Q. (2010). Laughter and positive therapies: Modern approach and practical use in medicine. Journal of Psiquiatria y Salud Mental, 3, 2734. Santrock, John W. (2003). Life – span development perkembangan masa hidup. Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga. Seniati, Liche., Yulianto, Aries., dan Setiadi, Bernadette N. (2005). Psikologi eksperimen. Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia. Sidle, S. Daniel. (2000). Humor as emotional labor. Disertasi. DePaul University. Soehartono, Irawan. (2008). Metode penelitian sosial. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sugiyono. (2008). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan r & d. Bandung: Alfabeta. Sunaryo. (2002). Psikologi untuk keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. http://books.google.co.id/ Diakses pada tanggal 15 April 2014. Szabo, Attila. (2003). The acute effect of humor and exercise on mood and anxiety. Journal of Leisure Research, 35, 152-162. Wulandari, Resti P. (2012). Hubungan tingkat stres dengan gangguan tidur pada mahasiswa skripsi di salah satu fakultas rumpun science-technology UI. Skripsi. Universitas Indonesia. Yesamine, O. (2000). Hubungan antara kecenderungan problem focused coping dengan depresi pada mahasiswa tingkat akhir. Skripsi. Universitas Gajah Mada. Yosep, Iyus. (2007). Keperawatan jiwa. Bandung: Refika Aditama.