PERBEDAAN COGNITIVE MAP ANTARA MAHASISWA BARU DENGAN MAHASISWA TINGKAT AKHIR DI UNIVERSITAS BRAWIJAYA Oleh: Ria Ayu Wardani Dosen Pembimbing I: Ika Herani S.Psi., M. Si., Psi Dosen Pembimbing II: Ratri Nurwanti S.Psi., M.Psi Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya ABSTRACT The objective of this research was to determine cognitive map’s differences between freshmen and final year students at Brawijaya University. The sample in this research were 10 freshmen and 10 final year students in each faculty of Brawijaya University, total sample of this research are 240 students. Extracting data using cognitive map’s scaled with four answer choices, 23 questions are based on the cognitive map dimension those are path, landmarks, districts, edges, and nodes. The results of the analysis using independent sample t-test showed that there were significant differences in coginitive map (p = 0.01, p <0.05) between freshmen and final year students, where freshmen (M = 16.1) has cognitive map lower than the final year students (M = 19.4). Difference between the activity of the system of freshmen and final year students caused differences between the two cognitive maps. Keywords: Cognitive Map, Students. ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan cognitive map antara mahasiswa baru dengan mahasiswa tingkat akhir di Universitas Brawijaya. Sampel pada penelitian ini adalah 10 mahasiswa baru dan 10 mahasiswa tingkat akhir di tiap fakultas, sehingga total keseluruhan sampel sebanyak 240 mahasiswa. Penggalian data menggunakan skala dengan 4 pilihan jawaban, 23 soal dibuat berdasarkan dimensi cognitive map yaitu path, landmark, district, edges, dan nodes. Hasil analisis menggunakan independent sample t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan coginitive map yang signifikan (p=0,01, p<0,05) antara mahasiswa baru dengan mahasiswa tingkat akhir di Universitas Brawijaya dimana mahasiswa baru (M=16,1) memiliki cognitive map yang lebih rendah daripada mahasiswa tingkat akhir (M=19,4). Perbedaan sistem aktivitas antara mahasiswa baru dengan mahasiswa tingkat akhir menyebabkan perbedaan cognitive map diantara keduanya. Kata kunci : Cognitive Map, Mahasiswa.
PENDAHULUAN
Lingkungan merupakan salah satu faktor terpenting dalam kelangsungan hidup manusia. Soemarwoto (2010) menyebutkan bahwa lingkungan adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang manusia tempati yang mempengaruhi kehidupan manusia. Salah satu lingkungan yang ada dalam kehidupan masyarakat adalah lingkungan kampus. Secara fisik, suatu kampus terdiri atas kompleksitas bangunan yang disusun berdasarkan atas kebutuhan untuk mendukung aktivitas kampus dan beberapa pertimbangan estetika atau keindahan. Unit–unit kelompok bangunan dalam tata ruang kampus secara konvensional disusun atas dasar kelompok aktivitas kampus, misalnya dalam kelompok fakultas atau unit pendukung lainnya (Herman, 1983). Perguruan tinggi atau universitas selalu menjaga lingkungan kampus agar fungsional dan menarik dalam upaya menarik minat calon mahasiswa (Eckert, 2012). Kampus selalu berusaha untuk menjaga lingkungan di dalamnya agar tampak indah dan nyaman, namun tidak sedikit mahasiswa yang masih tidak mengerti mengenai lokasilokasi atau posisi bangunan yang terdapat di dalam kampus. Universitas Brawijaya adalah salah satu perguruan tinggi negeri atau kampus favorit di Indonesia. Banyaknya mahasiswa yang terdapat di dalamnya menyebabkan Universitas Brawijaya melakukan pengembangan baik sarana dan prasarana, hal ini terlihat dari berbagai aspek diantaranya penambahan jumlah gedung dan perubahan pengaturan jalur atau lalu lintas di Universitas Brawijaya. Pengaturan pola tata ruang, baik di dalam maupun di luar kampus dapat menimbulkan adanya gambaran personal mengenai lingkungan kampus tersebut. Gambaran atau sketsa mengenai lingkungan individu melalui serangkaian pengalaman disebut dengan cognitive map (Bell, Greene, Fisher dan Baum, 2001). Holahan (1982) menyatakan bahwa cognitive map merupakan komponen utama pada manusia untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Willey dan Sons (2011) mengemukakan bahwa cognitive map adalah dasar dalam menentukan dan menerapkan berbagai rencana pada perilaku spasial individu. Penelitian yang dilakukan oleh Herman, Kail dan Siegel (1979), mahasiswa baru yang belum pernah melakukan aktivitas di lingkungan kampus setidaknya membutuhkan waktu tiga minggu untuk dapat membentuk cognitive map-nya. Pengetahuan dan pengalaman yang didapat setelah melakukan serangkaian aktivitas di lingkungan kampus oleh mahasiswa baru ini kemudian bertambah dan semakin
disempurnakan setelah dua bulan kemudian. Tahun 2014 Universitas Brawijaya menerima mahasiswa baru sebagai bagian dari lingkungan kampus. Memasuki dunia kuliah merupakan suatu perubahan besar pada hidup pada hidup seseorang (Santrock, 2006). Tidak adanya aktivitas atau sedikitnya pengalaman mengenai lingkungan kampus dapat menyebabkan kebingungan dan ketidaknyamanan pada mahasiswa baru. Hasil wawancara dengan mahasiswa baru di Universitas Brawijaya menyimpulkan bahwa pada masa awal perkuliahan mahasiswa baru mengalami kesulitan dalam menemukan lokasi yang ingin dituju (Wawancara, 4 maret 2015). Hal ini disebabkan oleh jumlah gerbang yang terlalu banyak dan memiliki kemiripan dalam segi arsitektur, kemudian banyaknya persimpangan yang ada di Universitas Brawijaya, serta minimnya peta lokasi yang seharusnya terdapat di gerbang masuk atau di pusat kegiatan mahasiswa seperti gedung rektorat dan perpustakaan Universitas Brawijaya. Berbeda dengan mahasiswa baru, mahasiswa tingkat akhir telah memiliki lebih banyak waktu, aktivitas dan pengalaman yang didapat untuk dapat mengenali lingkungan Universitas Brawijaya yaitu selama kurang lebih tiga tahun. Hasil wawancara dengan mahasiswa tingkat akhir menyebutkan bahwa apabila dilihat secara keseluruhan Universitas Brawijaya merupakan kampus yang tidak terlalu luas, dan tiaptiap fakultasnya memiliki ciri khas dalam segi arsitektur terutama dalam pewarnaan, sehingga apabila telah lama melakukan aktivitas di Universitas Brawijaya akan mudah untuk menemukan lokasi maupun menggambarkan peta Universitas Brawijaya secara keseluruhan (Wawancara, 4 maret 2015). Mahasiswa tingkat akhir yang telah memiliki cognitive map yang baik, diasumsikan telah dapat beradaptasi dengan baik dengan lingkungan kampus sehingga tidak lagi mengalami kebingungan atau stres dalam menghadapi lingkungannya.
TINJAUAN PUSTAKA Cognitive Map Downs dan Stea (1973) mendefinisikan cognitive map sebagai proses yang memungkinkan individu untuk mengumpulkan, mengorganisasikan, menyimpan dalam ingatan, memanggil, serta menguraikan kembali informasi tentang lokasi relatif dan tanda-tanda tentang lingkungan geografis. Kaplan (1972) menyebutkan bahwa cognitive map adalah sebuah gambaran yang dibuat untuk mengetahui sejauh mana individu
mengetahui lingkungannya. Secara umum, cognitive map mengacu pada sketsa tentang ruang lokasi yang digambar oleh individu sendiri (McAndrew, 1992). Li dan Meng (2013) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa cognitive map mempunyai empat ciri yang terdapat di dalamnya, yaitu : 1. Cognitive map dianggap sebagai salah satu cara yang paling efektif dalam mempelajari ruang lingkungan, karena sederhana, mudah divisualisasikan, praktis dan efisien. 2. Cognitive map menunjukkan informasi multidimensi sebagai gambaran yang komprehensif dari lingkungan konkrit, tidak hanya mengenai urutan lokasi yang sederhana tetapi juga termasuk arah, jarak dan bahkan hubungan waktu. 3. Cognitive map juga ditandai dengan ketidakjelasan dan segmentasi. 4. Cognitive map menunjukkan perbedaan individual.
Gambar 1. Gambaran cognitive map (Sumber: www.geo.wvu.edu)
Milgram, Evans, Lee, Michelson, Orleans dan Appleyard (Holahan, 1982) mencoba untuk mengadakan penelitian pemahaman kota dengan menekankan kepada perbedaan kemampuan individu sebagai pengamat. Hasilnya adalah terdapat korelasi yang sangat erat antara sistem aktivitas individual dengan daya kognisi yang dimiliki individual tentang lingkungan fisiknya. Setelah adanya aktivitas di lingkungan maka cognitive map dapat terbentuk dengan dipengerahui oleh berbagai macam hal, diantaranya yaitu pengalaman, kemampuan analogi dan ilmu pengetahuan (Bell et al, 2001). Selain pengalaman, analogi, dan ilmu pengetahuan terdapat beberapa faktor lain yang telah
dilakukan penelitian dapat mempengaruhi cognitive map, beberapa faktor lain ini diantara yaitu perbedaan jenis kelamin dan usia. Lynch (1960) menyimpulkan bahwa ada lima kategori atau unsur yang dipergunakan individu untuk membentuk cognitive map dari sejumlah tempat. Unsurunsur dasar tersebut adalah : 1. Path, yaitu jalur-jalur jalan yang menghubungkan satu tempat dengan tempat lainnya. Path adalah rute atau jalur dimana orang berpindah. 2. Landmark, biasanya digambarkan atau dikonseptualisasikan sebagai sesuatu yang menonjol dan berbeda dalam lingkungan sehingga mudah diperhatikan dan diingat. 3. Districts, merupakan wilayah-wilayah homogen yang berbeda dan wilayah-wilayah lain, terkenal atau banyak dikunjungi pada sebuah wilayah tertentu. 4. Edges, yaitu batas-batas wilayah yang membedakan antara wilayah yang satu dengan wilayah lainnya. Garis ini memisahkan antara bagian/wilayah yang berbeda pada lingkungan. 5. Nodes, yaitu simpul atau titik temu antar jalur jalan, Sebuah nodes adalah pusat aktivitas yang sesungguhnya adalah sebuah tipe dari landmark tetapi berbeda karena fungsinya yang aktif. Cognitive map dipandang sebagai persyaratan baik untuk kelangsungan hidup manusia maupun untuk perilaku spasial setiap harinya (Holahan, 1982). Dinyatakan pula bahwa cognitive map adalah representasi individu yang tertata dari beberapa bagian lingkungan geografisnya. Cognitive map digunakan individu sebagai referensi untuk : 1. Routing. 2. Associative processes. 3. Judgement (valuation).
Perguruan Tinggi dan Unsur Terkait Perguruan tinggi merupakan tempat pendidikan dan pengajaran tinggi (Vindy, 2006). Saat ini Universitas Brawijaya merupakan salah satu universitas negeri yang terkemuka di Indonesia yang mempunyai jumlah mahasiswa sebanyak 61.231 tersebar dalam 12 fakultas dan 4 program pendidikan setara fakultas. Bertambahnya jumlah mahasiswa setiap tahunnya menyebabkan Universitas Brawijaya tidak dapat lagi
dikategorikan sebagai lingkungan kampus yang kondusif, hal ini berkaitan dengan peraturan perundang-undangan yang menyebutkan bahwa luas lahan harus sebanding dengan kebutuhan luasan dalam pendidikan tinggi untuk prasarana dengan memperhatikan building coverage ratio. Seorang mahasiswa adalah individu yang sedang melakukan serangkaian kegiatan dalam rangka menempuh suatu program pendidikan (Sanit, 1999). Adapun karakter mahasiswa diantara yaitu mempunyai pendirian hidup yang mantap, mampu menemukan identitas diri, idealis dan realistis dalam bertindak, mempunyai intelektual atau daya nalar tinggi, mampu mengkritik dan menerima kritik, mahasiswa cenderung bersikap dewasa (Vindy, 2006).
Gambar 2. Peta Universitas Brawijaya (sumber: sarana dan prasarana Universitas Brawijaya, 2014)
METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya perbedaan cognitive map antara mahasiswa baru dengan mahasiswa tingkat akhir. Penelitian menggunakan metode yang bersifat komparatif (perbandingan). Desain Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa baru yaitu mahasiswa angkatan 2014 yang berjumlah sekitar 15.000. dan mahasiswa tingkat akhir yaitu mahasiswa angkatan 2011 yang berjumlah sekitar 15.000. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru sejumlah 120 orang dan mahasiswa tingkat akhir yang berjumlah orang 120 orang, sehingga total keseluruhan
sampel adalah 240 orang. Penelitian ini menggunakan teknik area probability sampling. Teknik area probability sampling dianggap paling sesuai dengan penelitian ini dikarenakan dapat mencakup atau menggambarkan seluruh wilayah Universitas Brawijaya dari berbagai sudut pandang. Penulis menentukan area berdasarkan fakultasfakultas yang terdapat di Universitas Brawijaya dimana tiap fakultas ditetapkan sampel sebanyak 20 orang yang terbagi dalam 10 mahasiswa baru dan 10 mahasiswa tingkat akhir. Total keseluruhan sampel yaitu sebanyak 240 orang dimana 120 orang merupakan mahasiswa baru dan 120 orang mahasiswa tingkat akhir. Peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa 23 skala yang dibuat dengan menyesuaikan antara unsur yang terdapat dalam cognitive map dengan lingkungan yang terdapat di Universitas Brawijaya. Skala pada penelitian ini diskoring dengan ketentuan jawaban benar atau salah dimana jawaban benar mendapat nilai 1 sedangkan jawaban salah mendapat nilai 0. Isi pengetahuan atau pokok bahasan disesuaikan dengan dimensi cognitive map yang dikemukakan oleh Lynch (1960) yaitu path, landmark, district, edges, nodes. Pengujian content validity pada penelitian ini ditentukan dengan metode professional judgment. Reliabilitas aitem pada penelitian ini diperoleh dengan cara melakukan try out pada responden yaitu mahasiswa sejumlah 30 orang, kemudian hasilnya dihitung dengan bantuan program iteman version 4.1 MicroCAT (tm) Testing Style yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Tabel Hasil Try Out Soal Penelitian N of Items N of Examines Mean Variance Std. Dev Skew Kurtosis Minimum Maximum Median Alpha SEM Mean P Mean Item-Tot Mean Biserial
23 30 17.300 10.210 3.195 -0,408 0.031 9.00 23.00 18.00 0.709 1.725 0.752 0.422 0.623
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Hasil pengujian hipotesis pada penelitian ini dengan menggunakan teknik independent sample T-test diketahui bahwa koefisien t yang diperoleh sebesar -12.64 dengan p-value sebesar 0.0001 (p<0.05) dan 95% confidence interval yang terentang antara -3.86 – -2.82. Analisis terhadap effect size menghasilkan koefisien r sebesar 0.633 dan Cohen’s d sebesar 1.63, sehingga dapat disimpulkan bahwa effect size dalam penelitian ini termasuk dalam kategori large effect. Tabel 2. Hasil Uji (Independent Sample T-Test) Perbedaan Cognitive Map antara Mahasiswa Baru dengan Mahasiswa Tingkat Akhir di Universitas Brawijaya. t-test for Equality of Means
Equal Variances Assumed Equal Variances Not Assumed
t
df
Sig.2 tailed
-12,64
238
0,00
-3,34
0,26
95% Confidence Interval of The Difference Lower Upper -3,86 -2,82
-12,64
199,41
0,00
-3,34
0,26
-3,86
Mean Difference
Std Error Diffence
-2,82
Perbedaan pengalaman antara mahasiswa baru dengan mahasiswa tingkat akhir di Universitas Brawijaya menyebabkan adanya perbedaan cognitive map antara dua kelompok tersebut. Bell et al (2001) menyebutkan bahwa dalam pembentukan cognitive map, banyak atau sedikit dipengaruhi oleh pengalaman mengenai lingkungan tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Herman et al (1979), menyebutkan bahwa mahasiswa baru yang belum pernah melakukan aktivitas di lingkungan kampus setidaknya membutuhkan waktu tiga minggu untuk dapat membentuk cognitive map-nya. Pengetahuan dan pengalaman yang didapat setelah melakukan serangkaian aktivitas di lingkungan kampus oleh mahasiswa baru ini kemudian bertambah dan semakin disempurnakan setelah dua bulan kemudian (Herman et al, 1979). Individu yang mempunyai pengalaman lebih banyak dapat mempunyai cognitive map yang lebih baik dibandingkan dengan individu yang sedikit atau tidak mempunyai pengalaman mengenai lingkungan tersebut. Penelitian yang dilakukan Spiers et al (2008) memberi kesimpulan yaitu partisipan setiap harinya melewati lingkungan yang familiar, dengan pengalaman yang cukup ini partisipan telah mempunyai cognitive map yang akurat sehingga dapat menyelesaikan tugas dengan sangat baik. Mahasiswa tingkat
akhir pada penelitian ini telah familiar dengan lingkungan di Universitas Brawijaya dengan melakukan aktivitas di dalam kampus kurang lebih selama tiga tahun, sehingga mempunyai cognitive map yang lebih akurat apabila dibandingkan dengan mahasiswa baru. Penelitian dilakukan lebih kurang dua bulan setelah mahasiswa baru mulai menjalani aktivitasnya di Universitas Brawijaya. Sedikitnya aktivitas atau pengalaman mengenai lingkungan kampus dapat menyebabkan kurang sempurnnya cognitive map pada mahasiswa baru ini. Penelitian yang dilakukan oleh Milgram et al (dalam Holahan, 1982) juga memberi hasil bahwa terdapat korelasi yang sangat erat antara sistem aktivitas individu dengan daya kognisi yang dimiliki individu tentang lingkungan fisiknya. Perbedaan sistem aktivitas antara mahasiswa baru dengan mahasiswa tingkat akhir ini dapat menyebabkan perbedaan cognitive map diantara keduanya.
Pembahasan Analisis Tambahan Cognitive map bervariasi antara individu dikarenakan adanya perbedaan jenis kelamin, usia, latar belakang politik, ekonomi dan budaya (Li & Meng, 2013). Fenomena perbedaan gender dalam cognitive map telah diteliti secara intensif, di mana ditemukan bahwa perempuan dan laki-laki mempunyai cara yang berbeda dalam penggunaan isyarat spasial. Perempuan umumnya lebih mengutamakan keberadaan landmark sebagai penunjuk arah dan laki-laki lebih mengandalkan informasi geometris seperti arah, jarak, dan rute (Sandstrom, 1998). Pada penelitian ini diketahui bahwa terdapat perbedaan cognitive map yang signifikan antara mahasiswa laki-laki dengan mahasiswa perempuan dengan nilai rata-rata (mean) cognitive map pada mahasiswa laki-laki (μl=18,8) lebih besar daripada rata-rata cognitive map mahasiswa perempuan (μp=17,14). Tabel 3. Perbedaan Cognitive Map Ditinjau dari Jenis Kelamin Kategori
Hasil
Laki-laki
18,8
Perempuan
17,14
t hitung
-
4,95
Sig. Equality of Variances
-
0,12
Sig. t-test for Equality of Means
-
0,00
Mean
Passini (dalam Bell et al, 2001) percaya bahwa individu akan bergerak lebih cepat apabila berada di lingkungan yang telah ia ketahui sebelumnya. Perbedaan letak atau pusat kegiatan mahasiswa di dalam kampus dapat menciptakan referensi yang berbeda pula bagi setiap individu. Berdasarkan perbedaan fakultas, dapat diketahui nilai rata-rata (mean) cognitive map antar kelompok fakultas mempunyai perbedaan yang signifikan dan kelompok fakultas yang memiliki cognitive map paling baik adalah Fakultas Hukum dengan rata-rata nilai sebesar 18,65. Hal ini dapat saja terjadi karena Fakultas Hukum terletak dibagian tengah Universitas Brawijaya, sehingga memudahkan mahasiswanya untuk lebih mengenal bagian atau wilayah kampus yang sering dijadikan pusat kegiatan atau disebut dengan landmark. Tabel 4. Perbedaan Cognitive Map Ditinjau dari Fakultas
Mean
Kategori
Hasil
Hukum
18,65
Ekonomi
17,60
Ilmu Administrasi
16,95
Pertanian
18.00
Peternakan
18,05
Teknik
18,30
Kedokteran
16,80
Perikanan
18,50
MIPA
17,60
Teknologi Pertanian
17,65
FISIP
17,35
Ilmu Budaya
17,80
Nilai F
-
0,93
Signifikansi
-
0,512
Berbagai jenis pengalaman pada setiap diri individu menyebabkan adanya perbedaan cognitive map (Bell et all, 2001). Salah satu jenis pengalaman yang menyebabkan adanya perbedaan cognitive map adalah perbedaan mahasiswa dalam keangggotaan UKM/LSO. Mahasiswa yang aktif mengikuti kegiatan UKM/LSO dapat
mempunyai lebih banyak pengalaman disebabkan banyaknya aktivitas yang dilakukan di lingkungan kampus. Banyaknya pengalaman ini, seperti yang telah dijelaskan, akan membentuk suatu cognitive map yang baik. Hal ini tentu berbeda dengan mahasiswa yang tidak aktif mengikuti kegiatan UKM/LSO yang banyak melakukan aktivitas di sekitar fakultas saja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan cognitive map yang signifikan antara mahasiswa yang aktif dengan mahasiswa yang tidak aktif mengikuti kegiatan UKM/LSO (p=0,01, p<0,05) dengan nilai rata-rata (mean) cognitive map pada mahasiswa yang aktif mengikuti kegiatan UKM/LSO (M=18,93) lebih besar daripada rata-rata cognitive map mahasiswa yang tidak aktif UKM/LSO (M=17,5). Tabel 5. Perbedaan Cognitive Map Ditinjau dari Keanggotaan LSO/UKM Kategori
Hasil
Aktif
18,9
Tidak Aktif
17,5
t hitung
-
4,41
Sig. Equality of Variances
-
0,00
Sig. t-test for Equality of Means
-
0,00
Mean
Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan cognitive map yang signifikan antara mahasiswa yang menuju kampus menggunakan sepeda motor, kendaraan umum, jalan kaki dan lain-lain. Kategori yang memiliki nilai cognitive map paling baik adalah mahasiswa yang menggunakan kendaraan sepeda motor untuk menuju ke kampus. Hal ini disebabkan mahasiswa yang menggunakan sepeda motor mempunyai akses lebih mudah untuk menuju suatu tempat. Berdasarkan data wawancara, mahasiswa yang tidak menggunakan kendaraan atau berjalan kaki biasanya mengalami kesulitan apabila ingin menuju suatu tempat yang berjarak cukup jauh karena menghabiskan banyak energi, sehingga mahasiswa ini jarang menuju tempat lain selain fakultasnya saja. Sedangkan mahasiswa yang menggunakan kendaraan umum hanya dapat menggunakannya hingga di pintu gerbang. Mahasiswa yang menggunakan mobil biasanya mengalami kesulitan untuk mendapatkan tempat parkir. Berbagai alasan tersebut menjadikan sepeda motor sebagai alat transportasi yang paling efisien untuk digunakan oleh mahasiswa. Kemudahan akses dengan menggunakan sepeda motor
menyebabkan mahasiswa memiliki aktivitas yang cukup banyak di kampus. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa terdapat korelasi yang sangat erat antara sistem aktivitas individu dengan daya kognisi yang dimiliki individu tentang lingkungan fisiknya. Alasan inilah yang menjadikan mahasiswa yang menggunakan sepeda motor memiliki cognitive map yang lebih baik dibandingkan mahasiswa yang menggunakan alat transportasi lainnya. Tabel 6. Perbedaan Cognitive Map Ditinjau dari Kendaraan yang Digunakan Menuju Kampus. Kategori
Hasil
Sepeda Motor
19,67
Mobil
0
Kendaraan Umum
16,72
Jalan Kaki
15,59
Lain-lain
16,17
Mean
Signifikansi
0,00
KETERBATASAN PENELITIAN Keterbatasan pada penelitian ini diantaranya yaitu pengukuran cognitive map yang hanya dilakukan di lingkungan mahasiswa, sehingga hasil penelitian hanya dapat digeneralisasikan pada lingkungan yang serupa dengan lingkungan kampus seperti lingkungan sekolah, kompleks perumahan dan lain-lain. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian cognitive map yang telah dilakukan pada mahasiswa baru dan mahasiswa tingkat akhir di Universitas Brawijaya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis pada penelitian ini diterima (p=0,01, p<0,05), yaitu terdapat perbedaan coginitive map yang signifikan antara mahasiswa baru dengan mahasiswa tingkat akhir di Universitas Brawijaya dimana mahasiswa baru memiliki cognitive map yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan mahasiswa tingkat akhir.
Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya, beberapa saran yang diajukan sebagai berikut: 1. Universitas Brawijaya diharapkan dapat meningkatkan kualitas penataan ruang baik di dalam maupun di luar lingkungan kampus untuk mempermudah dalam proses pembentukan cognitive map. Hal ini dapat dilakukan dengan pengadaan atau penambahan peta lokasi di gerbang-gerbang maupun di pusat kegiatan mahasiswa seperti rektorat dan lain-lain. 2. Berdasarkan dimensi cognitive map, diketahui bahwa mahasiswa baru dan mahasiswa tingkat akhir memiliki perbedaan yang signifikan pada dimensi edge. Hal ini perlu mendapat perhatian lebih oleh pihak Universitas Brawijaya mengingat seringnya diadakan perubahan jalur maupun arah di sekitar lingkungan kampus. 3. Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini dengan menambahkan variabel yang berkaitan dengan cognitive map dengan mempertimbangkan hasil pada penelitian ini. Peneliti selanjutnya juga dapat menggunakan metode penelitian yang berbeda seperti metode eksperimen yang dapat lebih spesifik dalam menjelaskan proses terbentuknya cognitive map.
DAFTAR PUSTAKA Amelia, Rizky Dwi. 4 maret 2015. Wawancara. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta. Bell, Paul A., Greene, T. C., Fisher, J. D., dan Baum, A. 2001. Enviromental Psychology. Hardcourt College Publiser. Downs, R. M., & Stea, D. 1973. Image And Environment. Aldine. Chicago. Eckert, Erica. 2012. Asessment and the Outdoor Campus Environment: Using Survey to Measure Student Satisfaction with the Outdoor Physical Campus. Journal of Society for College and University Planning Vol.41. No. 1. Farichah, Imroatul. 4 maret 2015. Wawancara. Herman, Haeruman. 1983. Model Skematis Pengaturan Lingkungan Hidup. Paper dalam Kursus Dasar – Dasar Analisis Dampak Lingkungan. Universitas Indonesia. Jakarta.
Herman, J. F., Kail, R. V. dan Siegel, A. W. 1979. Cognitive Map of A College Campus: A New Look at Freshman Orientation. Bulletin of The Psychonomic Society Vol. 13. No. 3. Holahan. 1982. Envorinmental Psychology. Random. New York. Kaplan, Stephen. 1972. Cognitive Maps, Human Needs And The Designed Environment. Journal of Environmental Design Research, VOL.1. Li, Ang dan Meng, Jin. 2013. Application of Cognitive Map in Campus Environment Evaluation. Journal of Landscape Research Vol. 5. No. 3. Lynch, Kevin. 1960. The Image of The City. MIT Press. Cambridge. McAndrew Francis T. 1993. Enviromental Psychology. Brooks Cole publishing company. California. Sandstrom, N. J., Kaufman, J., Huettel, S. A. 1998. Males and Females use different brain distal cues in a virtual environment navigation task. Journal of Brain and cognition brain Vol.6 Page.351-360. Sanit, Arbi. 1999. Pergolakan melawan Kekuasaan. Erlangga. Jakarta. Sekilas
Universitas
Brawijaya.
20
Februari
2014.
http://ub.ac.id/tentang/profil-
universitas/sekilas-id. Diakses tanggal: 2 Juli 2014. Soemarwoto, Otto. 2001. Analisis Mengenal Dampak Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Spiers, H. J. dan Maguire, E. A. 2008. The Dynamic Nature of Cognition During Wayfinding. Journal of Enviromental Psychology Vol.28. Vindy, Eeri P. 2006. Daya Tarik Kota Malang bagi Mahasiswa. Skripsi Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya. Malang.