1
HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI PADA KARYAWAN DI PT PLN (PERSERO) REGION JATENG DIY UNGARAN
SKRIPSI
Disusun oleh : Emma Hendrayanti M2A099027
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG MARET 2006
2
HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI PADA KARYAWAN DI PT PLN (PERSERO) REGION JATENG DIY UNGARAN
Diajukan Kepada Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Mencapai Derajad Sarjana Psikologi
SKRIPSI
Disusun Oleh : Emma Hendrayanti M2A099027
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG MARET 2006
3
4
HALAMAN PERSEMBAHAN Bismillahirrohmanirrohiim Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Hidup dengan penuh CINTA adalah hal terindah di dunia ini… Segalanya akan terasa lebih mudah karena CINTA… Suatu pengorbanan tidak akan sia-sia apabila dilandasi oleh CINTA… Karena CINTA jualah karya kecil ini terwujud… Dan atas nama CINTA, karya kecil ini kupersembahkan…
T E R U N T U K ….. Mama dan papa, karena CINTA kalian, aku ada di dunia ini Suamiku, karena CINTA-mu aku menjadi lebih dewasa dan bijak dalam menyikapi hidup ini Dhek Dewo, buah cintaku, yang menjadikan hidupku kian berarti di dunia ini
…anugerah terindah dalam hidup ini adalah aku hidup di sekeliling… …orang-orang yang kucintai dan mencintaiku… HALAMAN MOTTO
“Kunci dalam berdoa adalah keyakinan (iman), kesabaran, usaha, dan kepasrahan” “Tuhan senantiasa memberikan yang terbaik pada diri kita, terlepas doa kita dikabulkan atau tidak”
5
“Semoga aku tak berdoa dijauhkan dari marabahaya, Tapi berdoa agar tak takut menghadapinya Semoga aku tak berdoa menghilangkan rasa sakit, Tapi demi hati yang menaklukkannya Semoga aku tak rindu diselamatkan dari rasa takut, Tapi berharap pada kesabaran untuk memenangkan kebebasan” (Dr. Rabindranath Tagore)
Terakhir… “Yakinlah bahwa kesempatan akan datang bila pikiran dan akal sehat sanggup menerima dan mengerti arti kesempatan itu, serta berani meraihnya. Syukurilah segala yang telah Tuhan berikan, baik suka maupun duka, karena semuanya itu pasti ada hikmahnya” (Seseorang yang selalu menasehatiku)
6
KATA PENGANTAR Alhamdulillah sebagai rasa syukur yang tiada henti, penulis panjatkan kehadirat Allah Subhaanahuwata’ala, Maha Suci Allah yang Maha Agung, atas segala limpahan karunia sehingga penulis berhasil menyelesaikan pembuatan karya kecil ini. Semua tahap telah terlewati dan di setiap tahapan langkah penulis tak akan lepas dari campur tangan-Mu ya Allah, yang selalu bekerja untuk diriku. Kebesaran dan kasih-Mu memberiku kekuatan dan keyakinan bahwa masamasa sulit pasti akan terlewati. Kuasa-Mu memberikan keberanian bagiku untuk dapat bertahan pada situasi yang tidak mudah untuk dilalui dan dengan sentuhan-Mu meyakinkanku bahwa Engkau terlalu Agung. Kini penulis menyadari, semua ada dalam rencana-Mu dan akan Engkau beri indah tepat pada waktunya ketika aku telah siap. Perjalanan panjang dalam pembuatan karya kecil ini tidaklah semudah yang penulis bayangkan dan semua ini dapat terwujud tidak terlepas dari dukungan, bimbingan, nasehat, bantuan, perhatian, serta doa yang tiada henti dari orang-orang yang selalu peduli terhadap penulis dalam pembuatan karya kecil ini. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada : Ketua Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Drs. Karyono, M.Si., atas segala bekal ilmu dan bimbingannya semasa penulis menempuh masa kuliah. Dra. Endang Sri Indrawati, M.Si., selaku dosen pembimbing utama. Terima kasih atas nasehat, bimbingan, dan sarannya yang tiada henti kepada penulis. Terima kasih juga atas segala kemudahan dan kesediaan untuk meluangkan waktunya. Harlina Nurtjahjanti, S.Psi., M.Si., selaku dosen pembimbing pendamping. Terima kasih atas kesediaannya untuk tetap menjadi dosen pembimbing penulis. Terima kasih juga atas nasehat, bimbingan, saran, kemudahan, dan kesabarannya. Dra. Endah Kumala Dewi, M.Kes., selaku dosen wali penulis. Terima kasih atas dorongan, nasehat, kemudahan, dan bantuannya selama ini. Prof. dr. Ag. Soemantri, PhD, atas segala dorongan, nasehat, bantuan, dan kesediannya untuk meluangkan waktunya sehingga penulis mampu menyelesaikan studi ini. Seluruh Staf Pengajar Program Studi Psikologi Universitas Diponegoro, atas bekal ilmu yang sangat berharga dan bermanfaat bagi penulis. Seluruh Staf Perpustakaan Program Studi Psikologi Universitas Diponegoro, Mbak Lies dan Mas Nur, atas segala bantuan dan kemudahannya. Seluruh Staf Tata Usaha Program Studi Psikologi Universitas Diponegoro, atas segala bantuan dan kemudahan yang diberikan. Mbak Nur, terima kasih atas kerelaannya membantu penulis selama ini. Manager PT PLN (persero) Region Jateng DIY Ungaran, atas segala bantuan dan kemudahan yang telah diberikan kepada penulis selama proses pengambilan data.
7
Ibu Hartati, bagian personalia, atas segala bantuan dan kesediaannya untuk meluangkan waktunya menemani penulis selama proses pengambilan data. Karyawan PT PLN (persero) Region Jateng DIY Ungaran atas kerelaannya untuk membantu penulis dalam menyelesaikan studi ini. Mama dan Papa, atas segala doa dan dukungan materi maupun non materiil, yang tiada putus dan senantiasa tulus yang diberikan. Maaf atas keterlambatan menyelesaikan studi ini. Mama dan Papa Jakarta serta eyang mami, atas segala perhatian, kasih sayang, dukungan, nasehat, dan doanya selama ini. My Lovely : my husband. Thanks a lot for everything. LOVE U SO MUCH!!!! My son : DEWORO, atas segala kekuatan dan sumber inspirasi bagi penulis. Om Anto dan Tante Lestari, atas segala doa, dukungan, dan nasehatnya selama ini, dalam suka maupun duka. Makna hidup dan kehidupan telah penulis dapatkan dari om dan tante. Thanks a lot for everything. Jangan pernah lelah mendukung dan mendoakan penulis untuk meraih impian yang lain. Kakak-kakakku dan adikku sayang, Mas Hendra, Mbak Sri, Mas Puji, Mbak Wien, Mas Teguh, Mbak Indri, dan Dhek Tanti, atas semua nasehat, dukungan moril-materiil, serta semua canda tawa yang selalu setia menemani penulis selama ini. Kakak-kakakku Mas Heru, Mbak Syn, Mas Budi, dan Mbak Piek, terima kasih banyak telah membantu penulis selama ini dan senantiasa mendukung sampai terselesaikannya studi ini. Buat Noni’e terima kasih atas informasinya selama ini! My best friend “Yuli” terima kasih banyak telah menemaniku dalam suka maupun duka hingga saat ini. Nur Khasanah, yang telah membantu, mendukung, dan sabar. Dinnie dan Lea yang telah memberikan semangat dan membantuku. Buat Orye meskipun terkadang kita salah paham, tapi kita tetap saling mendukung. Semoga persahabatan kita akan selalu abadi selamanya. All of u …Thanks a lot!!! Cahya dan Dinta, teman seperjuanganku yang selalu setia dan membantuku selama ini. Kebaikan kalian sangat berarti buatku. Thanks a lot. Wiwin, Mb’vivi, Ajeng, dan Sari. Terima kasih atas semua kebaikannya. Temen-temen angkatan ’99 Shanti, Arum, dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas segala kerelaannya membantu penulis selama ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama sekali bagi mereka yang membutuhkan. Semarang,
Maret 2006
Penulis
8
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………...
i
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................
ii
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………..
iii
HALAMAN MOTTO ……………………………………………..
iv
KATA PENGANTAR ……………………………………………
v
DAFTAR ISI ……………………………………………………...
viii
DAFTAR TABEL ………………………………………………..
.xi
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………..
xiii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………..
xiv
ABSTRAK ………………………………………………………...
xv
BAB I
1
PENDAHULUAN ………………………………………. A. Latar Belakang Masalah ……………………………..
1
B. Perumusan Masalah ………………………………….
17
C. Tujuan Penelitian …………………………………….
17
D. Manfaat Penelitian ……………………………………
17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………….. A. Prokrastinasi ……………………………………….
19 19
1.
Pengertian Prokrastinasi ………………………..
19
2.
Komponen Prokrastinasi………………………..
21
3.
Ciri-ciri Prokrastinasi …………………………..
26
4.
Jenis-jenis Prokrastinasi………………………...
28
5.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi
30
B. Self Monitoring ……………………………………
35
1.
Pengertian Self Monitoring …………………….
35
2.
Komponen Self Monitoring…………………….
36
3.
Ciri-ciri Self Monitoring ……………………….
39
9
C. Hubungan antara Self Monitoring dengan Prokrastinasi pada Karyawan …………………………………..............
42
D. Hipotesis …………………………………………………
50
BAB III METODE PENELITIAN ………………………………….
51
A. Identifikasi Variabel Penelitian …………………………
51
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ……………….
51
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel……………...
53
1.
Populasi penelitian ………………………………….
53
2.
Teknik Pengambilan Sampel Penelitian ……………
54
D. Metode Pengumpulan Data ……………………………
55
E. Daya Beda Aitem dan Reliabilitas Alat Ukur …………
60
1.
Uji Daya Beda Aitem ……………………………....
60
2.
Uji Reliabilitas Alat Ukur ………………………………
61
F. Metode Analisis Data ………………………………..... BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN ............... A. Prosedur dan Pelaksanaan Penelitian………………….
62 63 63
1.
Orientasi Kancah Penelitian………………………..
63
2.
Persiapan Penelitian ………………………………..
66
a.
Persiapan Perijinan ……………………………..
67
b.
Persiapan Alat Ukur Penelitian ……………………
67
1) Daya Beda Aitem dan Reliabilitas Skala Prokrastinasi …………………………………..
69
2) Daya Beda Aitem dan Reliabilitas Skala Self Monitoring ………………………………..
71
Pelaksanaan Penelitian …………………………………
73
B. Sampel Penelitian ………………………………………….
74
C. Hasil Analisis Data dan Interpretasi ……………………….
77
3.
1.
Uji Asumsi ……………………………………………...
77
10
a.
Uji Normalitas Sebaran ……………………………..
77
b.
Uji Linearitas Hubungan ……………………………
78
2.
Uji Hipotesis ……………………………………………
78
3.
Hasil Uji Analisis Tambahan …………………………..
82
BAB V PENUTUP ……………………………………………………
84
A. Pembahasan ……………………………………………….
84
B. Simpulan ……………………………………………….
93
C. Saran ………………………………………………………
93
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………..
95
LAMPIRAN …………………………………………………………….
98
11
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Blue Print Skala Prokrastinasi ………………………………..
56
Tabel 2 Blue Print Skala Self Monitoring ……………………………..
58
Tabel 3 Sebaran Aitem Skala Prokrastinasi …………………………...
69
Tabel 4 Indeks Daya Beda Aitem dan Reliabilitas Skala Prokrastinasi .
69
Tabel 5 Distribusi Butir Aitem Valid dan Gugur pada Skala Prokrastinasi ……………………………………………
70
Tabel 6 Sebaran Aitem Valid Skala Prokrastinasi ……………………..
71
Tabel 7 Sebaran Aitem Skala Self Monitoring ………………………....
71
Tabel 8 Indeks Daya Beda Aitem dan Reliabilitas Skala Self Monitoring ………………………………………….
71
Tabel 9 Distribusi Butir Aitem Valid dan Gugur Skala Self Monitoring .
72
Tabel 10Sebaran Aitem Valid Skala Self Monitoring ……………………
73
Tabel 11Sampel Penelitian Berdasarkan Karakteristik Jenis Kelamin …..
75
Tabel 12Sampel Penelitian Berdasarkan Karakteristik Usia ……………..
75
Tabel 13Sampel Penelitian Berdasarkan Karakteristik Tingkat Pendidikan ……………………………………………… Tabel 14Sampel Penelitian Berdasarkan Karakteristik Masa Kerja ………
76 76
Tabel 15Sampel Penelitian Berdasarkan Karakteristik Bidang Pekerjaan ………………………………………………..
76
Tabel 16Hasil Uji Normalitas Variabel Prokrastinasi dan Variabel Self Monitoring ………………………………………………….
77
Tabel 17Hasil Uji Linearitas Variabel Prokrastinasi dan Variabel Self Monitoring …………………………………………………. Tabel 18Deskripsi Statistik Penelitian ……………………………………
78 79
Tabel 19Rangkuman Analisis Regresi Sederhana untuk Variabel Penelitian ………………………………………………………..
79
12
Tabel 20Koefisien Determinasi Penelitian ……………………………….
79
Tabel 21Koefisien Persamaan Garis Regresi ……………………………..
80
Tabel 22Gambaran Umum Skor Variabel Prokrastinasi …………………
80
Tabel 23Gambaran Umum Skor Variabel Self Monitoring ………………
81
Tabel 24Hasil Analisis Tambahan Berdasarkan Identitas Subjek ……….
82
13
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Kategorisasi Variabel Prokrastinasi ………………….
81
Gambar 2
Kategorisasi Variabel Self Monitoring ……………….
81
14
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A
Skala untuk Uji Coba …………………………………
98
Lampiran B
Uji Daya Beda Aitem dan Reliabilitas ……………….
100
Lampiran C
Skala untuk Penelitian ………………………………..
112
Lampiran D
Data Penelitian ………………………………………..
114
Lampiran E
Uji Normalitas …………………………………………
130
Lampiran F
Uji Linearitas ………………………………………….
135
Lampiran G
Uji Hubungan Variabel Penelitian …………………….
137
Lampiran H
Profil Sampel Penelitian ……………………………….
142
Lampiran I
Hasil Analisis Tambahan ………………………………
146
Lampiran J
Surat Bukti Penelitian ………………………………….
173
Lampiran K
Struktur Organisasi ……..………………………………
177
15
HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI PADA KARYAWAN DI PT PLN (PERSERO) REGION JATENG DIY UNGARAN Disusun oleh : Emma Hendrayanti M2A099027 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG ABSTRAK Perkembangan teknologi, arus informasi yang cepat, dan persaingan bebas yang terjadi, tentu saja menimbulkan dampak yang sangat besar dalam berbagai segi kehidupan, tidak terkecuali pada suatu perusahaan. Perusahaan mau tidak mau juga harus melakukan suatu perubahan, yang tentunya tidak terlepas dari peran serta sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu karyawannya. Karyawan menjadi salah satu aset utama bagi suatu perusahaan dalam usahanya mencapai suatu tujuan. Setiap karyawan dalam menanggapi suatu perubahan berbeda-beda, ada yang positif dan ada juga yang negatif. Karyawan yang memberikan tanggapan negatif salah satunya adalah dengan melakukan perilaku penundaan atau biasa disebut prokrastinasi. Ada beberapa faktor yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi prokrastinasi, diantaranya adalah self monitoring. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self monitoring dengan prokrastinasi pada karyawan di PT PLN (persero) Region Jateng DIY Ungaran. Karakteristik populasi penelitian ini adalah karyawan tetap dan berpendidikan minimal SLTA/sederajatnya, berjumlah 89 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik proportional random sampling, melibatkan 89 orang karyawan dari berbagai bidang yang ada. Ada dua skala yang digunakan, yaitu Skala Prokrastinasi berjumlah 25 aitem dengan koefisien reliabilitas ( α ) 0,8993 dan Skala Self Monitoring berjumlah 30 aitem dengan koefisien reliabilitas ( α ) 0,9231. Hasil pengujian hipotesis dengan teknik Analisis Regresi menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara self monitoring dengan prokrastinasi, semakin tinggi self monitoring maka semakin rendah prokrastinasi pada karyawan. Sebaliknya semakin rendah self monitoring maka semakin tinggi prokrastinasi pada karyawan. Tingkat signifikansi korelasi adalah p=0,000 (p<0,05), menunjukkan bahwa hubungan antara self monitoring dengan prokrastinasi pada karyawan adalah signifikan. Sumbangan efektif self monitoring terhadap prokrastinasi pada karyawan adalah sebesar 54,1 % dan sisanya sebesar 45,9% ditentukan oleh faktor-faktor lain. Kata kunci : Self Monitoring, prokrastinasi, karyawan.
16
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi yang meningkat pesat pada dekade tahun 1990-an di seluruh dunia berdampak pada perkembangan perekonomian negara-negara berkembang seperti halnya di Indonesia. Peranan sektor industri dan industri jasa juga masih dapat berkembang meskipun badai krisis sempat melanda dan mengacaukan perekonomian negara Indonesia. Perkembangan teknologi, arus informasi yang cepat, dan persaingan bebas yang terjadi sekarang ini, mau tidak mau juga mempengaruhi suatu perusahaan untuk melakukan perubahan demi perubahan agar dapat membangun kehidupan perusahaan yang lebih baik (Redaksi Buletin PLN, 2003, h.1). Perubahan-perubahan yang dilakukan oleh suatu perusahaan dapat melibatkan sebagian kecil karyawan maupun seluruh organisasi dari perusahaan yang bersangkutan. Salah satu perubahan yang dilakukan oleh suatu perusahaan dan melibatkan seluruh organisasi yang bersangkutan adalah dengan melakukan restrukturisasi. Menurut Erningpraja (2003, h.2) restrukturisasi ini dapat didefinisikan sebagai suatu usaha penataan kembali organisasi, dengan adanya perubahan pola kerja, alur kerja, interaksi kerja maupun informasi antar tiap posisi jabatan di dalam organisasi sehingga perusahaan adaptif terhadap dinamika tuntutan lingkungan usahanya. Fenomena mengenai adanya proses restrukturisasi dalam suatu perusahaan ini dapat dilihat pada PT Kereta Api Indonesia, PT
17
Dirgantara Indonesia, Pertamina dan PT PLN (persero) (Kompas, 2003; Pikiran Rakyat, 2003). Restrukturisasi itu sesungguhnya merupakan salah satu langkah perubahan yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam menanggapi perkembangan teknologi, arus informasi yang cepat, dan persaingan bebas yang terjadi sekarang ini. Restrukturisasi perlu dilakukan dengan tujuan agar perusahaan dapat tetap bertahan dalam era industri yang kompetitif ini. Salah satu perusahaan yang mengalami restrukturisasi adalah PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (persero). PT PLN (persero) sebagai salah satu perusahaan besar di Indonesia, dalam melakukan restrukturisasi juga tidak lepas dari keinginan banyak pihak agar perusahaan listrik milik negara ini menjadi lebih baik dari sebelumnya, yaitu PLN ingin menjadi perusahaan berkelas dan dapat dipercaya baik di tingkat lokal maupun internasional, yang tidak hanya mencakup manajemennya saja, tetapi juga seluruh karyawan PLN yang duduk di berbagai bidang (Tobing, 2003, h.4). Restukturisasi itu sendiri pada dasarnya dilakukan oleh PT PLN (Persero) sebagai usaha membangun sinergi antar unit yang ada di perusahaan ini agar dapat tercipta peningkatan kinerja serta sebagai respon terhadap berlangsungnya perubahan dalam sektor ketenagalistrikan. Hal ini sejalan dengan mulai diberlakukannya Undang-undang nomor 20 tahun 2002 di bidang kelistrikan (Widiono, 2003, h.11). Undang-undang tersebut juga menjelaskan mengenai adanya bisnis inti yaitu usaha penyediaan tenaga listrik dan usaha penunjang tenaga listrik yaitu usaha jasa penunjang tenaga listrik dan industri penunjang tenaga listrik, yang termuat dalam pasal 8 ayat 1 dan 3 (UU nomor 20 tahun 2002,
18
h.5). Selain itu, Undang-undang nomor 20 tahun 2002 ini juga memiliki implikasi yang luas dan nyata bagi PT PLN (Persero). Pemerintah tidak lagi menempatkan PLN sebagai pemain tunggal dalam bisnis ketenagalistrikan. Ada pemain-pemain lain, baik itu swasta dalam negeri, asing maupun pemerintah daerah. Semua pemain terbuka dan berpeluang sama untuk menyediakan tenaga listrik berdasarkan ijin usaha penyediaan tenaga listrik melalui pintu kompetisi. Hal ini juga berarti PLN dituntut untuk mampu mengelola sumber daya yang ada secara efisien dan efektif serta mampu memberikan pelayanan prima kepada pelanggan. Inilah tantangan yang harus dijawab oleh perusahaan ini, khususnya bagi seluruh karyawannya (Redaksi Buletin PLN, 2003, h. 1). Karyawan merupakan sumber daya manusia yang berperan besar dalam kemajuan ataupun kemunduran suatu perusahaan. Karyawan menjadi salah satu aset yang utama bagi suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya. Hal ini dikarenakan pada dasarnya karyawanlah yang menjadi pelaku dalam pencapaian tujuan tersebut. Tidaklah mengherankan apabila PLN sebagai suatu perusahaan juga melibatkan seluruh karyawannya dalam proses restrukturisasinya demi kemajuan perusahaan ini. Hal ini tentu saja memberikan konsekuensi bagi seluruh karyawan PLN, yaitu meningkatnya tuntutan pekerjaan yang harus dilakukannya. Seorang karyawan dituntut untuk mampu bersaing dan bersikap profesional dalam bekerja. Karyawan yang memiliki sumber daya manusia berkualitaslah yang lebih dibutuhkan oleh PLN dalam menghadapi era perubahan ini sehingga tidaklah mengherankan apabila terjadi pemberdayaan sumber daya manusia dalam perusahaan ini, agar dapat diperoleh karyawan yang handal, mampu bersaing,
19
mampu bekerja secara efisien, memiliki kompetensi, dan berintegritas tinggi. Sasaran pemberdayaan tersebut adalah mengoptimalkan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan sumber daya manusia yang produktif dan kompetitif untuk mendukung perkembangan yang ada (Ibrahim, 2003, h.27). Konsep sumber daya manusia berkualitas yang dapat menentukan keberhasilan seorang karyawan dalam bekerja pada dasarnya ditentukan oleh indikator utama seperti disiplin, kesungguhan, motivasi, dan memiliki etos kerja yang tinggi, tanpa mengesampingkan ketrampilan kerja yang dimilikinya (Anoraga, 2001, h.26). Seorang karyawan yang memiliki kualitas sumber daya manusia tinggi akan menunjukkan perilaku yang mencerminkan adanya kedisiplinan, kesungguhan, motivasi maupun etos kerja yang tinggi dalam menghadapi dan mengerjakan tugas-tugasnya, terutama dalam penggunaan waktu yang ada pada saat bekerja. Penggunaan waktu yang ada dapat dikatakan ideal apabila menunjukkan adanya efisiensi waktu dalam kinerjanya ketika dihadapkan pada tugas-tugasnya. Seorang karyawan yang bekerja efisien akan menunjukkan perilaku seperti bekerja menurut rencana, menyusun rangkaian pekerjaan menurut urutan yang tepat, membiasakan diri untuk memulai dan menyelesaikan pekerjaan dengan seketika, tidak melakukan pekerjaan yang semacam, serta merubah pekerjaan rutin atau pekerjaan yang memakai otak menjadi pekerjaan otomatis, yang semuanya itu menunjukkan adanya perilaku menghargai waktu (Anoraga, 2001, h.49). Hal ini mencerminkan bahwa seorang karyawan yang mampu bekerja secara efisien akan menunjukkan perilaku menghargai waktu.
20
Hardjana (1994, h.47) juga menambahkan bahwa karyawan yang mampu bekerja secara efisien dan memiliki perilaku menghargai waktu, sebagai salah satu indikator adanya disiplin kerja pada diri karyawan tersebut, tentunya akan menghasilkan kinerja yang baik sehingga prestasi kerjanya pun juga akan maksimal. Hal ini tentu saja menguntungkan, baik bagi karyawan maupun perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan produktivitas kerja sebagai akibat dari kinerja karyawan yang baik sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang berlipat. Di sisi lain, karyawan akan mendapatkan penghargaan dari prestasi kerjanya yang maksimal tersebut, misalnya tambahan insentif, promosi jabatan ataupun kenaikan pangkat. Meskipun demikian, kenyataan dalam kehidupan sehari-hari tidaklah selalu demikian. Masih banyak karyawan yang kurang dapat memanfaatkan waktu yang ada secara efisien dan efektif, yang dapat terlihat dari perilakunya ketika menghadapi tugas dan kewajiban-kewajibannya dalam bekerja. Suatu kajian terhadap 5000 karyawan dari berbagai perusahaan, menunjukkan hasil bahwa dari 37,5 jam kerja per minggu, tidak lebih dari 20 jam yang digunakan untuk benar-benar bekerja (Munandar, 2001, h.147). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hampir setengah dari minggu kerja merupakan waktu yang hilang bagi perusahaan. Perusahaan membayar dua kali lipat untuk pekerjaan yang diterima. Jam-jam istirahat resmi diperpanjang sendiri oleh para pekerjanya. Para karyawan juga mengambil “istirahat” sendiri yang tidak resmi, misalnya dengan membaca koran atau berbincang-bincang dengan rekan kerjanya. Berdasarkan hasil penelitian ini mencerminkan bahwa tidak sedikit karyawan yang kurang dapat memanfaatkan waktu yang tersedia untuk benar-benar bekerja.
21
Seringkali memang dalam dunia kerja terdengar suatu kenyataan bahwa karyawan dalam menghadapi tugas dan kewajibannya terbersit keengganan dan ataupun perasaan malas untuk mengerjakannya. Perasaan enggan yang diikuti dengan penundaan untuk mengerjakan tugas ini bersumber dari kondisi psikologis dalam diri individu, yang mendorongnya untuk menghindari tugas-tugas yang seharusnya dikerjakannya. Berdasarkan literatur ilmiah psikologi perilaku ini disebut sebagai prokrastinasi, yang secara sederhana berarti perilaku menunda. atau menangguhkan (Burka & Yuen, 1983, h.5). Prokrastinasi memang dapat terjadi dalam segala aspek kehidupan dan siapa saja dapat mengalaminya, tidak mengenal umur, ras, jenis kelamin, suku dan agama. Setiap individu, dari yang muda sampai tua, pintar ataupun bodoh, dan dari yang pengangguran sampai para pekerja yang telah sukses secara profesional sekalipun, dapat menjadi seorang prokrastinator, yaitu individu yang mengetahui apa yang ingin dilakukannya dan sadar dapat melakukannya tetapi tidak juga segera memulainya ketika menghadapi suatu tugas, baik disengaja maupun tidak disengaja, serta merasa tidak dapat menghentikannya (Jackson, et al, 2003, h.17). Menurut Burka & Yuen (1983, h.120) ada enam daerah dalam kehidupan individu, yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas-aktivitasnya, yang bisa memungkinkannya terjadinya prokrastinasi. Keenam daerah tersebut meliputi lingkungan sekolah, rumah tangga, pekerjaan, hubungan sosial, keuangan dan pemeliharaan diri. Seorang prokrastinator bisa saja melakukan prokrastinasi tidak hanya pada salah satu daerah melainkan lebih dari satu atau bahkan pada setiap aspek kehidupannya.
22
Pandangan yang berkembang di masyarakat cenderung menganggap seorang prokrastinator sebagai individu yang malas, santai, rileks, dan tenang. Hal ini dikarenakan masyarakat lebih melihat pada ketidakpedulian prokrastinator dalam menghadapi tugas-tugas yang harus dikerjakannya. Prokrastinator sebagai pelaku prokrastinasi mengalami berbagai hal yang tidak menyenangkan ketika berhadapan dengan deadline dan orang lain. Hardjana (1994, h.61) mengemukakan bahwa prokrastinator sebagai individu yang senang menunda-nunda kerja dengan berbagai alasan, akan mengalami banyak hal yang tidak menyenangkan seperti ketakutan, tegang, khawatir, cemas, mudah tersinggung, dan sangat sensitif serta marah, yang akan muncul dengan cukup intensif pada diri prokrastinator. Beberapa individu ada yang tidak merasa terganggu dengan perilaku prokrastinasi tetapi ada pula sebagian individu yang merasa prokrastinasi telah mengganggu hidupnya (Burka & Yuen, 1983, h.5). Individu terkadang melakukan prokrastinasi agar dapat memiliki waktu yang lebih banyak untuk memikirkan yang terbaik dalam mengambil suatu keputusan atau untuk lebih memfokuskan apa yang lebih penting bagi dirinya sehingga dapat bertindak lebih baik. Prokrastinasi yang demikian ini tidak menjadi suatu masalah dan berdampak positif bagi individu yang bersangkutan. Sebaliknya individu yang merasa prokrastinasi telah mengganggu hidupnya, prokrastinasi menjadi sesuatu yang menyulitkan dan menghambat pengembangan potensi individu secara optimal. Sapadin & Maguire (1996, h.6-8) menyatakan bahwa prokrastinasi itu pada hakekatnya membawa resiko yang tinggi dalam kehidupan setiap individu yang
23
melakukannya, terutama apabila prokrastinasi telah menjadi sesuatu hal yang terjadi secara konsisten dan berkelanjutan. Hardjana (1994, h.47) mengemukakan bahwa prokrastinasi dapat menyebabkan stres pada diri individu yang melakukannya. Hal ini dikarenakan seorang individu yang melakukan prokrastinasi tidak dapat mengerjakan tugasnya dengan tepat dan tidak melakukan kegiatan yang memang diperlukan dalam waktu yang ada. Akibatnya individu tersebut tidak efektif dan efisien, tidak menghasilkan hal yang seharusnya dihasilkan sehingga muncul rasa tidak puas akan hasil kerjanya, menjadi frustrasi, dan pada akhirnya stres. Penelitian yang telah dilakukan oleh Millgram et al (Wolters, 2003, h.186) ikut mendukung pendapat tersebut, yang menyatakan bahwa prokrastinasi dapat menyebabkan kecemasan atau stres bagi individu yang melakukannya. Lebih lanjut, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ferrari et al (Jackson et al, 2003, h.17), seorang prokrastinator harus menanggung resiko akan mendapat kerugian secara personal, akademik, dan pekerjaan, sebagai akibat dari penundaan yang telah dilakukannya. Dampak dari prokrastinasi itu sendiri sangat luas, tidak hanya bagi pelakunya, melainkan juga orang-orang di sekitarnya, seperti keluarga, teman, atasan dan rekan sekerjanya (Sapadin & Maguire, 1996, h.4). Burka & Yuen (1983, h.119) membagi dampak dari prokrastinasi menjadi dua, yaitu secara eksternal dan internal. Prokrastinasi apabila dilihat dari segi internal dapat memunculkan perasaan bersalah, panik, berkurangnya konsentrasi, ketidakmampuan untuk menikmati suatu aktivitas tertentu, dan depresi. Selanjutnya, apabila prokrastinasi dilihat dari segi eksternal, seorang prokrastinator dapat kehilangan teman,
24
mengalami perceraian dalam pernikahannya, bermasalah dengan keuangannya, dan memburuknya hubungannya dengan orang tua dan anggota keluarga lainnya. Dampak dari prokrastinasi juga dapat dilihat secara nyata pada kinerja seorang karyawan. Seorang karyawan yang melakukan prokrastinasi akan menjadi berkurang rasa tanggung jawabnya terhadap pekerjaannya. Hal ini mengakibatkan dirinya kurang optimal dalam mengerjakan tugas-tugas yang harus dikerjakannya dan banyak waktu yang terbuang sia-sia. Tidaklah mengherankan apabila produktivitas kerja seorang karyawan menurun sebagai akibat dari prokrastinasi yang telah dilakukannya. Selain itu, apabila kondisi yang demikian ini terus berkelanjutan maka dimungkinkan dapat memunculkan konflik antara dirinya dengan atasan maupun rekan sekerjanya, hilangnya kesempatan promosi yang hendak diberikan terhadap dirinya, turunnya peringkat atau jabatan yang selama ini dipercayakan kepadanya dan lebih parah lagi, seorang karyawan dapat kehilangan pekerjaan hanya karena prokrastinasi yang telah dilakukannya (Burka & Yuen, 1983, h. 19; Sapadin & Maguire, 1996, h.8). Mengingat begitu besarnya dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh prokrastinasi maka hendaknya segera diatasi secara bijaksana demi kepentingan berbagai pihak, baik itu bagi karyawan, perusahaan, dan orang-orang di sekitar pelaku prokrastinasi. Hal-hal apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya prokrastinasi perlu kiranya diketahui sehingga intervensi yang dilakukan tepat. Penelitian yang telah dilakukan oleh Wolters (2003, h.186) membuktikan bahwa sumber dari munculnya prokrastinasi itu sesungguhnya tidak hanya dari individu yang
bersangkutan,
faktor
lingkungan
seperti
situasi,
peristiwa
dan
25
perilaku-perilaku yang membentuk dalam kehidupannya juga perlu untuk diperhatikan. Menurut Ferrari et al (1995, h.88) prokrastinasi itu dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu lingkungan di luar individu dan faktor internal, yaitu kondisi fisik maupun kondisi psikologis individu. Lingkungan di luar individu dapat meliputi kondisi lingkungan yang mendasarkan pada hasil akhir dan lingkungan yang pengawasannya rendah. Kondisi fisik misalnya riwayat kesehatan dan penyakit sedangkan kondisi psikologis itu misalnya kepribadian. Menurut Mahoney et al (Green, 1982, h.637) salah satu yang termasuk dalam aspek kepribadian yang dapat mempengaruhi prokrastinasi adalah self monitoring. Menurut Snyder & Gangestad (1986, h.125) self monitoring ini merupakan kecakapan individu dalam membaca situasi diri dan lingkungannya serta kemampuannya untuk mengontrol diri dan mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam situasi sosial. Self monitoring diperlukan oleh seorang individu agar individu yang bersangkutan dapat menunjukkan performance yang sesuai dengan lingkungan di sekitarnya, termasuk di lingkungan kerja (Snyder dalam Baron & Byrne, 1994, h.53). Self monitoring ada dan dimiliki oleh setiap individu, tidak terkecuali seorang karyawan, baik itu self monitoring yang tinggi maupun yang rendah. Karyawan yang memiliki self monitoring tinggi akan menunjukkan kemampuan yang cukup besar dalam menyesuaikan perilakunya terhadap faktor–faktor situasional luar sehingga dapat berperilaku berbeda dalam situasi yang berlainan. Singkatnya,
26
karyawan yang memiliki self monitoring tinggi mudah sekali terpengaruh oleh petunjuk-petunjuk di luar dirinya (Snyder & DeBono dalam Chiou, 2003, h.300). Karyawan yang memiliki self monitoring tinggi akan cenderung peka terhadap aturan–aturan yang ada di sekitarnya sehingga selalu mempunyai keinginan yang kuat untuk menampilkan dirinya, dalam hal ini kinerja yang akan ditampilkannya, agar sesuai dengan tuntutan situasi sekitarnya (Kardes dalam O’cass, 2000, h.399). Pendapat dari lingkungan sangatlah penting bagi individu dengan self monitoring yang tinggi sehingga tidaklah mengherankan apabila individu ini akan selalu berupaya untuk menunjukkan citra diri yang positif di hadapan orang lain (Shaw & Constanzo, 1982, h.338). Selain itu, kepekaan individu dalam membaca situasi sosial dapat membuat individu tersebut menyadari bagaimana lingkungan pekerjaannya mengharapkan dirinya dalam penampilan kerjanya (Watson et al, 1984, h.86). Hal ini mencerminkan bahwa karyawan yang memiliki self monitoring tinggi pasti dapat menangkap petunjuk-petunjuk dari lingkungan kerjanya. Petunjuk-petunjuk yang diterimanya tersebut kemudian digunakannya sebagai pedoman dalam bekerja sehingga mampu menunjukkan penampilan kerja yang optimal sesuai dengan tuntutan tugas yang diberikan kepadanya, dengan harapan dapat dinilai positif dan diterima dengan baik oleh lingkungan kerjanya. Hasil penelitian yang telah dilakukan Jawahar (2001, h.880) juga membuktikan bahwa self monitoring mempengaruhi individu dalam memberikan penilaian untuk digunakan dalam berperilaku selanjutnya. Individu yang memiliki self monitoring tinggi akan senantiasa memperhatikan pendapat orang lain. Hal ini tentu saja menyebabkan seorang karyawan apabila memiliki self monitoring
27
yang tinggi akan senantiasa menunjukkan kinerja yang baik demi mendapatkan penghargaan dan citra diri yang positif dari lingkungan kerjanya. Menurut Culter & Wolfe (Baron & Byrne, 1997, h.172) disebutkan juga bahwa individu dengan self monitoring yang tinggi memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam menghadapi segala hambatan yang terjadi. Hal ini dapat diartikan bahwa karyawan yang memiliki self monitoring tinggi, memiliki juga kepercayaan diri yang tinggi, terutama pada saat menghadapi situasi dan kondisi yang menghambatnya untuk bekerja, dalam usaha mencapai prestasi kerja yang optimal. Hal ini dikarenakan apabila karyawan memiliki rasa percaya diri yang tinggi akan menyebabkannya senantiasa tetap menunjukkan kinerja yang optimal, apapun tuntutan yang diberikan kepadanya akan berusaha dikerjakannya agar dapat berperilaku sesuai dengan tuntutan dari lingkungan kerjanya. Sebaliknya karyawan yang memiliki self monitoring rendah cenderung akan berperilaku sama terhadap semua situasi sehingga apabila dihadapkan pada suatu tuntutan situasi atau tugas, seringkali tidak sesuai dengan yang diharapkan. Snyder (Fiske & Taylor, 1991, h.536) menyatakan bahwa individu yang mempunyai self monitoring rendah tidak mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang berasal dari luar dirinya. Individu ini kurang tertarik pada informasi sosial sehingga menjadi kurang peka terhadap hal-hal yang ada di lingkungan sekitarnya. Hal ini mengakibatkan individu tidak memiliki motivasi yang tinggi untuk berperilaku yang sesuai dengan lingkungan di sekitarnya dikarenakan keterbatasan
pengetahuannya.
Seorang
karyawan
yang
mempunyai
self
monitoring rendah juga akan menunjukkan kinerja berdasarkan sikap dan
28
pandangan yang benar menurut dirinya sendiri, tanpa memperhatikan apa yang menjadi tuntutan bagi dirinya. Hal ini tentu saja menyebabkan karyawan tersebut kurang dapat menunjukkan kinerja yang optimal sesuai dengan situasi dan kondisi di lingkungan kerjanya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa karyawan yang memiliki self monitoring tinggi cenderung lebih cermat dan peka serta lebih mampu untuk menyesuaikan diri sesuai dengan tuntutan di lingkungan kerja daripada karyawan yang self monitoring-nya rendah (Robbins, 1996, h.60-62). Hal ini menunjukkan bahwa apabila seorang karyawan memiliki self monitoring yang tinggi maka karyawan tersebut lebih mampu untuk menunjukkan perilaku kerja yang baik sesuai dengan tuntutan situasi atau tugas yang diberikan kepadanya dalam bekerja agar dapat menunjukkan kinerja yang baik dan diterima lingkungan kerjanya. Apabila karyawan senantiasa menunjukkan kinerja yang baik maka produktifitas kerja dari karyawan yang bersangkutan pun akan meningkat sehingga akan mengurangi terjadinya prokrastinasi dan tentu saja ini dapat menguntungkan perusahaan. Produktifitas perusahaan meningkat dan pemborosan keuangan perusahaan sebagai akibat dari ketidakefisienan karyawan pun dapat dikurangi pula. Akhir-akhir ini seringkali dimuat berita mengenai keraguan masyarakat mengenai kinerja PT PLN (persero), terutama setelah seringkali terjadinya pemadaman listrik di berbagai daerah di seluruh Indonesia. Media massa maupun media elektronik, semuanya sedang gencar-gencarnya melakukan pemberitaan berkaitan dengan masalah tersebut. Salah satu harian surat kabar yang memuat
29
berita mengenai PT PLN (persero) adalah harian Suara Merdeka tanggal 20 Agustus 2005 , dengan judul “Sudah rekeningnya mahal, padam lagi”, yang isinya mengenai kekecewaan masyarakat terhadap kinerja PT PLN (persero) selama ini. Masyarakat menganggap kinerja PT PLN (persero) buruk dikarenakan terus melakukan kenaikan listrik namun tidak diikuti dengan pelayanan yang baik terhadap pelanggan, yang dapat dibuktikan dengan seringnya PT PLN (persero) melakukan pemadaman listrik. Kenyataan mengenai keraguan masyarakat terhadap kinerja PT PLN (persero) tentu saja membawa konsekuensi yang cukup besar pada perusahaan ini. PT PLN (persero) mau tidak mau harus bekerja keras untuk memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap kinerjanya. Hal ini hanya dapat dilakukan dengan menunjukkan kinerja yang baik di mata masyarakat, yaitu dengan meningkatkan mutu pelayanan terhadap pelanggan. Berbicara mengenai kinerja perusahaan tentu saja tidak terlepas dari kinerja karyawan. Hal ini dikarenakan kinerja perusahaan dan kinerja karyawan memiliki keterkaitan yang sangat kuat. Baik tidaknya kinerja suatu perusahaan dipengaruhi oleh kinerja karyawannya (Susanto, April, 2004). Susanto juga melaporkan bahwa salah satu kegagalan dari Tahun Pelayanan Pelanggan yang didengungkan oleh PT PLN (persero) adalah karena lemahnya perencanaan
pekerjaan
pedoman
kerja,
sumber
daya
manusia
dan
pengendaliannya, sehingga Tahun Pelayanan Pelanggan hanya merupakan semboyan pemanis bibir. Ini mencerminkan bahwa karyawan PT PLN (persero) belum bekerja secara efisien dan efektif sesuai dengan beban kerja yang diberikan
30
kepadanya berdasarkan program kerja yang telah disusun, yang tentunya juga tidak bekerja sesuai dengan waktu yang telah ditentukan untuk melaksanakan program kerja tersebut. Hal ini dimungkinkan masih banyaknya karyawan yang belum mengerti tugas dan tanggung jawabnya, masih belum adanya sistem maupun prosedur (petunjuk kerja) dalam melaksanakan pekerjaannya, serta masih lemahnya pengawasan dalam pelaksanaan pekerjaan. Tentu saja ini bertentangan dengan apa yang seharusnya dilakukan seorang karyawan pada sebuah perusahaan yang sedang berusaha untuk memulihkan citranya di mata masyarakat. Berdasarkan indeks prestasi karyawan di PT PLN (persero) Region Jateng DIY Ungaran tahun 2005 juga didapatkan penurunan sebesar 5,14 % dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dapat menunjukkan bahwa kinerja para karyawan di perusahaan ini mengalami penurunan. Penurunan ini semestinya tidak terjadi ketika perusahaan sedang menjadi sorotan masyarakat. Menghadapi tuntutan dari perusahaan untuk meningkatkan kinerja yang dimilikinya, karyawan PT PLN (persero) Region Jateng DIY Ungaran, sebagai salah satu dari PT PLN (persero), sudah seharusnya dapat memberikan tanggapan yang positif dengan menunjukkan kinerja yang baik. Disinilah self monitoring yang ada pada diri seorang karyawan diperlukan dalam berperilaku di lingkungan kerjanya. Seorang karyawan yang memiliki self monitoring tinggi akan lebih mampu untuk menyesuaikan dirinya terhadap tuntutan pekerjaan yang diberikan kepadanya. Seorang karyawan yang memiliki self monitoring tinggi akan lebih mampu untuk memberikan respon yang sesuai dengan situasi dan kondisi di lingkungan kerjanya tersebut. Apabila perusahaan menuntutnya untuk berperilaku
31
kerja yang baik maka karyawan ini juga demikian, yaitu dengan memberikan respon yang positif sesuai dengan situasi dan kondisi di lingkungan kerjanya. Hal ini dikarenakan karyawan dengan self monitoring yang tinggi, begitu menerima informasi bahwa dirinya diharuskan untuk menunjukkan kinerja yang baik, akan segera menanggapinya sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang diberikan kepadanya. Pada dasarnya memang karyawan yang self monitoring-nya tinggi akan selalu berusaha menyesuaikan dirinya berdasarkan informasi-informasi yang diperolehnya agar dapat diterima sesuai dengan tuntutan lingkungan sosialnya, yaitu lingkungan kerja (O’cass, 2000, h.398). Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa apabila seorang karyawan yang memiliki self monitoring tinggi maka akan senantiasa menunjukkan kinerja yang baik sesuai dengan tuntutan kerja yang diberikan kepadanya di lingkungan kerjanya sehingga prokrastinasi dapat dikurangi dan produktivitas kerjanya pun meningkat. Hal ini tentu saja juga akan menyebabkan produktivitas perusahaan meningkat, diikuti dengan peningkatan kinerja perusahaan yang bersangkutan. Adanya kenyataan mengenai penurunan indeks prestasi pada karyawan di PT PLN (persero) Region Jateng DIY Ungaran bertentangan dengan pernyataan ini. Karyawan PT PLN (persero) Region Jateng DIY Ungaran yang seharusnya menunjukkan peningkatan kinerja tetapi justru mengalami penurunan. Menimbang berbagai penjelasan di atas, penulis tertarik untuk melihat lebih jauh hubungan antara self monitoring dengan prokrastinasi yang terjadi di lingkungan kerja. Hal ini juga mengingat masih terbatasnya diskusi dalam
32
penelitian mengenai prokrastinasi pada daerah kegiatan individu di lingkungan kerja. Selain itu, kondisi yang ada dalam PT PLN (persero) Region Jateng DIY Ungaran saat ini juga menjadikan pertimbangan bagi penulis untuk melakukan penelitian pada perusahaan tersebut.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut : "Bagaimana hubungan antara self monitoring dengan prokrastinasi pada karyawan?"
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara self monitoring dengan prokrastinasi pada karyawan dan seberapa besar sumbangan efektif self monitoring terhadap prokrastinasi.
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat, yang dapat ditinjau dari dua segi berikut ini, yaitu: 1. Manfaat teoritis Secara teoritis, hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian ilmu Psikologi pada umumnya dan memberikan sumbangan yang besar bagi pengembangan Psikologi Industri dan Organisasi
33
pada khususnya, serta dapat membantu para pembaca dan peneliti lain dalam memahami hubungan antara self monitoring dengan prokrastinasi pada karyawan. 2.
Manfaat prakfis a.
Bagi karyawan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para karyawan mengenai self monitoring yang ada pada. Diharapkan juga dapat memberikan informasi mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan prokrastinasi pada karyawan.
b.
Bagi perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perusahaan, berupa informasi-informasi yang ada kaitannya dengan self monitoring dan prokrastinasi sehingga dapat melakukan usaha-usaha yang bermanfaat untuk meningkatkan kinerja para karyawannya, seperti mengadakan pelatihan-pelatihan mengenai self monitoring atau bahkan pelatihan-pelatihan lainnya yang dapat menghindari atau bahkan mencegah terjadinya prokrastinasi.
34
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Prokrastinasi 1. Pengertian Prokrastinasi Hampir setiap individu melakukan prokrastinasi walaupun mungkin hanya kadang–kadang (Sapadin & Maguire, 1996, h.4). Prokrastinasi sebagai akibat dari satu atau lebih sifat kepribadian yang menetap, yang menyebabkan individu melakukan prokrastinasi dalam konsep atau situasi yang berbeda–beda (Lay et al dalam Wolters, 2003, h.179). Prokrastinasi merupakan salah satu perilaku yang tidak efisien dalam penggunaan waktu. Adanya kecenderungan untuk tidak segera memulai suatu kerja ketika menghadapi suatu tugas merupakan salah satu indikasi prokrastinasi. Istilah prokrastinasi itu sendiri secara harafiah berasal dari bahasa latin “procrastinare”, yang berarti menunda sampai hari berikutnya (Desimone dalam Ferrari et al, 1995, h.4). Hal ini diterjemahkan oleh Ferrari (1995, h.4) sebagai perilaku penundaan sampai hari nanti, yang identik dengan bentuk kemalasan dalam masyarakat. Berdasarkan American College Dictionary (Burka & Yuen, 1983, h.5) prokrastinasi berasal dari kata “procrastinate”, yang berarti menunda untuk melakukan sampai waktu atau hari lainnya. Secara sederhana prokrastinasi merupakan perilaku penundaan, tanpa memperhatikan alasan untuk melakukan penundaan (Burka & Yuen, 1983, h.5).
35
Burka & Yuen (1983, h.7) juga menyebutkan bahwa seorang prokrastinator akan mengalami “lingkaran prokrastinasi”, yang artinya seseorang dapat melakukan prokrastinasi secara berulang-ulang pada suatu tugas dan tugas-tugas yang lain. Seorang prokrastinator sadar dirinya menghadapi tugas–tugas yang bermanfaat dan penting bagi dirinya (prioritas utama), akan tetapi dengan sengaja menunda dengan berulang–ulang, hingga berakibat munculnya perasaan tidak nyaman, cemas, dan merasa bersalah dalam dirinya. Milgram (Ferrari et al, 1995, h.11) mendefinisikan prokrastinasi secara lebih spesifik dari beberapa komponen, yaitu (a) serangkaian perilaku penundaan, baik untuk memulai maupun menyelesaikan suatu tugas atau aktivitas; (b) menghasilkan perilaku dibawah standar, yaitu keterlambatan maupun kegagalan dalam menyelesaikan tugas; (c) melibatkan suatu tugas yang dipersepikan penting untuk dikerjakan, yaitu tugas primer yang memiliki batas waktu pengerjaan; (d) menghasilkan keadaan emosional yang tidak menyenangkan, yaitu perasaan bersalah dan tertekan. Menurut Ellis & Knaus (1977, dalam Green, 1982, h.636) prokrastinasi itu sesungguhnya merupakan kegagalan untuk memulai atau menyelesaikan tugas atau aktivitas pada waktu yang telah ditentukan. Seorang prokrastinator, yaitu pelaku prokrastinasi, mengetahui seharusnya mengerjakan suatu aktivitas dan mungkin juga ingin dilakukannya tetapi gagal untuk memotivasi dirinya sendiri dalam memulai dan menyelesaikan aktivitas tersebut (Ferrari, 1998, dalam Jackson et al, 2003, h.17).
36
Prokrastinasi memang selalu berkaitan dengan penundaan tugas. Berdasarkan manifestasi perilaku yang tampak pada penundaan, Ferrari (1995, h.72) menyatakan bahwa prokrastinasi (a) selalu berkaitan dengan penundaan dan ketidaktepatan waktu dalam rencana maupun tindakan, (b) merupakan ketidaksesuaian antara rencana dan tindakan, (c) berkaitan dengan pemilihan prioritas tindakan atau aktivitas yang dianggap penting oleh individu. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi merupakan suatu penundaan, baik dalam memulai maupun menyelesaikan tugas, yang sesungguhnya dapat dikerjakannya dalam waktu yang telah ditentukan.
2. Komponen Prokrastinasi Milgram (Ferrari et al, 1995, h.11-12) memandang prokrastinasi dari segi yang lebih luas dan sistematik, yang menekankan empat komponen penting dari prokrastinasi, yaitu : a. Serangkaian perilaku penundaan Suatu penundaan dapat dikategorikan sebagai prokrastinasi ketika penundaan tersebut dilakukan berulang-ulang oleh individu. Penundaan ini akan terlihat sebagai serangkaian perilaku yang memiliki pola dan tahapantahapan tertentu. Penundaan ini meliputi penundaan untuk mulai mengerjakan tugas dan penundaan untuk menyelesaikan tugas sampai tuntas apabila sudah mulai sebelumnya. Silver (Ferrari, 1995, h.6) menyatakan bahwa individu hanya menunda tugas melewati waktu optimal yang seharusnya dimulai agar
37
tugas dapat diselesaikan secara optimal ataupun apabila sudah dikerjakan tidak diselesaikan sampai tuntas melainkan ditunda. b. Menghasilkan perilaku di bawah standar Prokrastinasi akan memaksa individu untuk menyelesaikan tugas di saat terakhir sehingga hasilnya tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan orang lain maupun standar individu sendiri. Silver (Ferrari, 1995, h.6) menyatakan bahwa individu yang melakukan prokrastinasi kehilangan kesempatan suatu tugas dapat diselesaikan secara optimal dan sukses. Keterlambatan dan kegagalan dalam menyelesaikan tugas seringkali mewarnai kehidupan individu yang menunda. Prokrastinator kesulitan untuk mengerjakan tugas sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan sebelumnya sehingga sering terlambat dan gagal memenuhi batas waktu tersebut, baik yang ditentukan oleh orang lain maupun rencana-rencana yang telah ditentukan oleh individu sendiri. Ketepatan waktu merupakan sesuatu hal yang sangat sulit dicapai oleh seorang prokrastinator. c.
Melibatkan suatu tugas yang dipersepsikan penting untuk dilakukan oleh individu Prokrastinasi dilakukan pada tugas-tugas yang menurut individu penting untuk dilakukan atau bisa disebut sebagai tugas primer. Tugas primer adalah tugas yang seharusnya dilakukan dan lebih diprioritaskan dibandingkan tugastugas yang lain. Tugas primer juga dikarakterisasikan oleh adanya batas waktu pengerjaan tugas.
38
d. Menghasilkan keadaan emosional yang tidak menyenangkan Prokrastinator mengalami kegelisahan ketika memikirkan tugas-tugas yang dihadapi, mempersiapkan program atau rencana untuk menyelesaikan tugas, dan ketika menghadapi tugas tersebut secara nyata. Ketidaknyamanan akan terus berlanjut ketika individu melakukan prokrastinasi. Kecemasan dan kegelisahan
akan
mewanai
kehidupan
seorang
prokrastinator.
Ketidaknyamanan ini akan terus dialami seorang prokrastinator selama episode prokrastinasi berlangsung. Prokrastinasi itu sendiri sesungguhnya dapat terjadi pada siapa saja dan dimana saja. Tokoh lain yang mengemukakan komponen dari prokrastinasi adalah Schouwenburg (Ferrari, 1995, h.82) tetapi lebih khusus dalam penerapan di bidang akademik, yaitu : a. Penundaan pelaksanaan tugas-tugas akademik Inti dari prokrastinasi adalah penundaan dalam melakukan tugas yang seharusnya diselesaikan. Penundaan ini meliputi penundaan untuk berniat mengerjakan tugas dan penundaan untuk benar-benar mengerjakan tugas. b. Kelambanan dan keterlambatan dalam mengerjakan tugas akademik Kelambanan berarti lambannya kerja seseorang dalam melakukan tugas. Prokrastinator memerlukan waktu yang lebih lama untuk mengerjakan tugas dibanding non-prokrastinator. Prokrastinator menghabiskan waktu yang dimilikinya untuk mempersiapkan diri secara berlebihan maupun melakukan hal-hal yang tidak dibutuhkan dalam penyelesaian suatu tugas tanpa memperhatikan keterbatasan waktu yang dimilikinya. Kelambanan ini bisa
39
mengakibatkan individu tidak berhasil menyelesaikan tugasnya secara memadai. Keterlambatan merupakan akibat yang paling umum dari prokrastinasi. Prokrastinator kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Akhirnya seorang prokrastinator sering terlambat memenuhi deadline yang telah ditentukan sebelumnya, baik oleh orang lain maupun rencana-rencana yang telah ditentukan oleh individu sendiri. c. Ketidaksesuaian antara rencana dengan performansi aktual Ada kesenjangan antara apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang sedang dilakukan oleh individu. Kesenjangan ini menunjukkan kemauan dan konsistensi prokrastinator dalam menyelesaikan tugas serta mengikuti rencana yang telah dibuat sebelumnya. Individu mungkin telah merencanakan untuk mulai mengerjakan tugas pada waktu yang telah ditentukannya sendiri, tetapi tetap tidak juga melakukan sesuai dengan apa yang direncanakan walaupun saatnya telah tiba. Besarnya kesenjangan tergantung pada jarak waktu antara pertama kali individu berniat untuk menyelesaikan tugas dan pada saat individu benar-benar bekerja untuk menyelesaikannnya. Prokrastinator cenderung melakukan tindakan yang sesuai dengan niatan rencananya semula. d. Melakukan aktivitas lain yang tidak berhubungan dengan penyelesaian tugas akademik Siswa cenderung melakukan berbagai aktivitas yang menurutnya sangat penting atau lebih menyenangkan daripada belajar. Solomon & Rothblum
40
(1984, h.508) juga menemukan bahwa siswa melakukan prokrastinasi akademik pada tugas-tugas yang tidak menyenangkan atau membosankan. Kecenderungan untuk memilih aktivitas lain selain belajar ini berkaitan dengan prioritas kegiatan mana yang dianggap lebih penting oleh siswa. Aktivitas lain yang tidak berhubungan dengan penyelesaian tugas akan diprioritaskan oleh siswa apabila ganjarannya lebih cepat didapatkan dan lebih menyenangkan. Lain halnya dengan Ferrari (1995, h. 8) yang hanya melihat prokrastinasi dari komponen moral. Ferrari menyatakan bahwa seorang prokrastinator merasa bersalah atas penundaannya terhadap sesuatu yang seharusnya dikerjakannya. Hal ini menunjukkan bahwa prokrastinasi merupakan perilaku yang tidak diinginkan dan perilaku yang tidak menguntungkan. Berdasarkan uraian di atas, komponen-komponen yang digunakan dalam penelitian ini adalah komponen-komponen dari Milgram, yaitu serangkaian perilaku penundaan, menghasilkan perilaku di bawah standar, melibatkan sejumlah tugas yang dipersepsikan penting untuk dilakukan oleh individu, dan menghasilkan keadaan emosional yang tidak menyenangkan. Hal ini dengan pertimbangan komponen-komponen prokrastinasi yang dikemukakan oleh Milgram adalah yang lebih umum, tidak mengacu pada bidang tertentu, dan lebih tepat digunakan pada karyawan.
41
3. Ciri-ciri Prokrastinasi Prokrastinasi sebagai suatu perilaku penundaan mempunyai karakteristik. Menurut Burka & Yuen (1983, h.16) seorang prokrastinator memiliki karakteristik-karakteristik tertentu, yang disebut sebagai “kode prokrastinasi”. Kode prokrastinasi ini merupakan cara berpikir yang dimiliki oleh seorang prokrastinator, yang dipengaruhi oleh asumsi-asumsi yang tidak realistis sehingga menyebabkannya memperkuat prokrastinasi yang dilakukannya, meskipun mengakibatkan frustrasi. Kode-kode prokrastinasi tersebut adalah sebagai berikut: a. Kurang percaya diri Individu yang menunda biasanya berjuang dengan perasaannya yang kurang percaya diri dan kurang menghargai diri sendiri. Individu yang demikian ini kemungkinan ingin berada pada penampilan yang bagus sehingga menunda. Prokrastinator merasa tidak sanggup menghasilkan sesuatu dan terkadang menahan ide-ide yang dimilikinya karena takut tidak diterima orang lain. b. Perfeksionis Prokrastinator merasa bahwa segala sesuatunya itu harus sempurna. Lebih baik menunda daripada bekerja keras dan mengambil resiko kemudian dinilai gagal. Prokrastinator akan menunggu sampai dirasa saat yang tepat bagi dirinya untuk bertindak agar dapat memperoleh hasil yang sempurna. c. Tingkah laku menghindari Prokrastinator menghindari tantangan. Segala sesuatu yang dilakukannya, bagi prokrastinator seharusnya terjadi dengan mudah dan tanpa usaha.
42
Ferrari (1995, h.72-83) juga mengemukakan mengenai karakteristik yang dimiliki oleh seorang prokrastinator, yaitu : a. Pikiran irasional Pikiran irasional yang dimiliki oleh seorang prokrastinator ini tampak jelas dari ketidakefisienannya dalam mengerjakan sesuatu. b. Takut gagal Seorang prokrastinator yang takut gagal biasanya memiliki standar yang lebih tinggi daripada kemampuannya sehingga menyebabkannya khawatir dan memilih untuk menunda daripada gagal. c. Tingkah laku menghindari Tingkah laku yang nampak jelas dari prokrastinator adalah menghindari tugas-tugas yang dirasa penting dan lebih memilih mengerjakan tugas yang lebih menyenangkan. Tokoh lain yang juga mengemukakan mengenai karakteristik yang dimiliki oleh seorang prokrastinator adalah Green (1982, h.638). Green menyatakan bahwa seorang prokrastinator seringkali terlambat dan menunda mengerjakan maupun menyelesaikan tugas. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri seorang prokrastinator adalah kurang percaya diri, perfeksionis, dan tingkah laku menghindari.
43
4. Jenis-jenis prokrastinasi Banyak ahli yang membedakan prokrastinasi berdasarkan manfaat dan tujuan melakukannya. Ferrari (1995, h.12) membagi prokrastinasi menjadi dua jenis, yaitu : a. Prokrastinasi bertujuan (Functional Procrastination) Prokrastinasi yang dilakukan dalam mengerjakan tugas, yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap dan akurat. Prokrastinasi yang demikian ini dapat berdampak positif bagi individu yang melakukannya. b. Prokrastinasi tanpa tujuan (Dysfunctional Procrastination) Penundaan yang dilakukan tidak bertujuan dan berakibat buruk terhadap performansi individu serta menimbulkan masalah. Ada dua bentuk Dysfunctional Procrastination, yaitu : 1) Decisional Procrastination Suatu penundaan dalam mengambil suatu keputusan. Bentuk prokrastinasi ini merupakan awal dari pikiran untuk menunda melakukan suatu tindakan dalam menghadapi situasi yang dipersepsikan penuh dengan tekanan bagi individu. Prokrastinasi dilakukan sebagai suatu bentuk coping yang digunakan untuk menyesuaikan diri dalam mengambil keputusan di situasi penting. Prokrastinasi jenis ini terjadi akibat kegagalan dalam memahami tugas yang kemudian menimbulkan konflik dalam diri individu, sehingga akhirnya seseorang menunda untuk memutuskan sesuatu. Decisional
44
Procrastination berhubungan dengan kelupaan, kegagalan proses kognitif, akan tetapi tidak berkaitan dengan kurangnya tingkat intelegensi individu. 2) Behavioral procrastination atau avoidance procrastination Suatu penundaan dalam perilaku tampak. Penundaan dilakukan sebagai suatu cara untuk menghindari tugas yang dirasa tidak menyenangkan dan sulit untuk dilakukan. Prokrastinasi dilakukan untuk menghindari kegagalan dalam menyelesaikan suatu tugas, yang akan mendatangkan penilaian negatif tentang dirinya atau mengancam harga dirinya, sehingga individu menunda untuk melakukan sesuatu yang nyata berhubungan dengan
tugasnya.
Penghindaraan
dalam
prokrastinasi
jenis
ini
berhubungan dengan presentasi diri, keinginan untuk menjauhkan diri dari tugas yang menantang dan impulsivitas. Penundaan ini merupakan kecenderungan umum untuk menunda tugas sehari-hari, yang kemudian penundaan ini akan meluas ke bidang kehidupan lainnya. Jenis
prokrastinasi
dalam
penelitian
ini
adalah
prokrastinasi
yang
disfungsional. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan jenis prokrastinasi ini membawa dampak negatif pada performansi individu.
45
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Salah satu ciri budaya modern adalah pentingnya efisiensi waktu. Perubahan teknologi yang semakin canggih menuntut adanya perubahan pada
perilaku
manusia, yang menjadi penentu kemajuan suatu bangsa. Kenyataan dilapangan seringkali ditemukan ketidaksiapan akan tuntutan ini. Ketidaksiapan tugas, kemalasan ataupun terlalu banyaknya hal yang harus diselesaikan menjadi alasan seseorang untuk melakukan prokrastinasi (Rachmahana, 2002, h.132). Hardjana (1994, h.56) mengemukakan bahwa seorang individu yang menjadi pelaku prokrastinasi seringkali berkata, “Aku pasti akan mengerjakan itu, tetapi bukan hari ini melainkan besok”. Namun pada kenyataannya seringkali ditemukan besok tetap tinggal besok sedangkan kerja tetap tidak tersentuh, tidak tertangani atau tidak terkerjakan. Menurut Burka & Yuen (1983, h.11-17) faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi tidak hanya dari dalam diri individu (internal), tetapi juga faktorfaktor yang berasal dari luar (eksternal). a. Faktor eksternal Faktor-faktor yang berasal dari luar mempunyai pengaruh terhadap persepsi dan reaksi seseorang, termasuk mengenai prokrastinasi. Faktor lingkungan yang mempengaruhi individu yang seharusnya diperhatikan, antara lain adalah : 1) Pemberontakan terhadap kontrol dari figur otoritas Figur orang yang punya otoritas dapat juga meninggalkan akibat yang berkelanjutan pada kemampuan individu untuk melakukan sesuatu.
46
Prokrastinasi bisa menjadi sebuah cara untuk mengembalikan rasa kontrol pada dirinya dengan terlambat mengerjakan tugas atau bahkan tidak mengerjakannya sama sekali. 2) Pengalaman dalam suatu kelompok Pengalaman pada kelompok di masa lampau individu, dapat mempunyai pengaruh yang kuat pada kepercayaan dirinya. Lama setelah tahun-tahun sekolah berlalu, banyak orang dewasa yang masih berpikir tentang dirinya dalam kerangka sebagai anak-anak, termasuk mengenai prokrastinasi yang dilakukannya. 3) Model-model sukses maupun kegagalan Orang tua, guru, tetangga, saudara, dan orang-orang di sekitar individu saat dirinya tumbuh merupakan model bagi individu untuk melakukan prokrastinasi (Burka & Yuen, 1983, h.84). b. Faktor internal Burka & Yuen menyatakan bahwa kondisi emosional yang ada pada seorang individu menyebabkannya melakukan prokrastinasi. Self esteem, perfeksionisme, dan self monitoring dapat mempengaruhi prokrastinasi. Prokrastinasi juga digunakan sebagai strategi untuk melindungi diri dari ketakutan-ketakutan yang mendasar akan ancaman-ancaman tersebut, yaitu fear of failure, fear of success, fear of losing the battle, fear of attachment, dan fear of separation. Apapun jenis ketakutan dasar yang dimiliki seorang individu akan membuatnya merasa “aman” dengan menunda hal-hal tertentu. Berikut ini uraian lima ketakutan dasar yang dikemukakan oleh Burka & Yuen, yaitu:
47
1) Fear of failure Fear of failure dapat diartikan sebagai adanya kekhawatiran yang berlebihan terhadap kemungkinan terjadinya kegagalan. Faktor ini melibatkan adanya faktor kognitif seperti berpikir bahwa tidak melakukan sesuatu adalah lebih baik daripada melakukan dan gagal, adanya harapan yang terlalu tinggi pada dirinya sehingga khawatir akan kemungkinan tidak dapat memenuhi harapan tersebut, dan lebih baik tidak melakukan daripada membiarkan orang lain tahu akan kekurangan dirinya. 2) Fear of success Fear of success adalah adanya ketakutan akan akibat yang mungkin didapat dari keberhasilan yang dicapai. Faktor ini melibatkan hal-hal seperti khawatir bahwa sukses akan mendatangkan tuntutan yang lebih besar, khawatir akan dijauhi apabila berhasil ataupun menyakiti orang lain apabila berhasil, dan merasa tidak pantas mendapatkan keberhasilan. 3) Fear of losing the battle Fear of losing the battle dapat diartikan sebagai adanya suatu kekhawatiran yang berlebihan akan kehilangan kontrol terhadap dirinya. Hal-hal yang ditentukan oleh orang lain (seperti batas waktu, aturanaturan) dilihat sebagai suatu usaha menghilangkan kontrol tersebut. 4) Fear of attachment Fear of attachment menunjukkan adanya kekhawatiran akan menjadi terkungkung, terbatasi apabila individu membiarkan orang lain menjalin hubungan yang dekat dengannya.
48
5) Fear of separation Fear of separation adalah pada saat seorang individu merasa terlalu khawatir akan menjadi sendirian. Prokrastinasi memberikan indikasi pada orang lain bahwa individu membutuhkan bantuan. Senada dengan pendapat Burka & Yuen, Ferrari (1995) juga mengemukakan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan prokrastinasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu (faktor internal) maupun faktor-faktor yang berasal dari luar individu (faktor eksternal). a. Faktor internal Faktor internal yang dapat mempengaruhi prokrastinasi adalah kondisi fisik dan psikologis individu yang bersangkutan. 1) Kondisi fisik Kondisi
fisik
seseorang
akan
dapat
mendorong
timbulnya
prokrastinasi. Seseorang yang berada dalam kondisi yang tidak sehat maka akan
cenderung
menunda
beraktivitas
dan
menjadikan
kondisi
kesehatannya ini sebagai alasan untuk menunda-nunda kegiatan. 2) Kondisi psikologis Kondisi psikologis ini meliputi karakteristik kepribadian, faktor kognitif, kepercayaan diri dan motivasi (Wolters, 2003, h.179-184), serta persepsi terhadap masa depan (Jackson et al, 2003, h.19). Karakteristik kepribadian yang dimiliki individu turut mempengaruhi munculnya perilaku penundaan, misalnya trait kemampuan seseorang yang tercermin dalam self rewards (Green, 1982, h.636), self efficacy, self consciousness,
49
dan perfeksionisme (Ferrari et al dalam Wolters, 2003, h.179), serta self monitoring (Mahoney et al dalam Green, 1982, h.637). b. Faktor eksternal Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prokrastinasi adalah kondisi lingkungan yang laten dan kondisi lingkungan yang mendasarkan pada hasil akhir. 1) Kondisi lingkungan yang laten Prokrastinasi banyak dilakukan pada lingkungan yang rendah dalam pengawasan daripada lingkungan yang penuh pengawasan. 2) Kondisi lingkungan yang mendasarkan pada hasil akhir Lingkungan
yang
mendasarkan
penghargaan
atau
penilaian
berdasarkan hasil akhir yang ditunjukkan oleh seorang individu, bukan penilaian yang didasarkan atas usaha yang dilakukannya, akan menimbulkan prokrastinasi yang lebih daripada lingkungan yang mementingkan usaha bukan hasil akhir. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat dilihat bahwa banyak hal yang dapat mendukung dan mempengaruhi terjadinya prokrastinasi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi adalah faktor yang ada dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar individu (eksternal).
50
B. Self Monitoring 1. Pengertian Self Monitoring Self monitoring merupakan konsep yang berhubungan dengan konsep pengaturan kesan (impression management) atau konsep pengaturan diri (Snyder & Gangestad, 1986, h.125). Teori tersebut menitik beratkan perhatian pada kontrol diri individu untuk memanipulasi citra dan kesan orang lain tentang dirinya dalam melakukan interaksi sosial (Shaw & Constanzo, 1982, h.338). Individu baik secara sadar maupun tidak sadar memang selalu berusaha untuk menampilkan kesan tertentu mengenai dirinya terhadap orang lain pada saat berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Berdasarkan konsep ini Mark Snyder mengajukan konsep self monitoring, yang menjelaskan mengenai proses yang dialami dari tiap individu dalam menampilkan impression management dihadapan orang lain. Menurut Snyder (Watson et al, 1984, h.85), self monitoring merupakan suatu usaha yang dilakukan individu untuk menampilkan dirinya dihadapan orang lain dengan menggunakan petunjuk-petunjuk yang ada pada dirinya atau petunjuk-petunjuk yang ada di sekitarnya. Snyder & Cantor (Fiske & Taylor, 1991, h.534) mendefinisikan self monitoring sebagai cara individu dalam membuat perencanaan, bertindak, dan mengatur keputusan dalam berperilaku terhadap situasi sosial. Hal ini diperkuat dengan pendapat Robbins (1996, h.60) yang menyatakan bahwa self monitoring merupakan suatu ciri kepribadian yang mengukur kemampuan individu untuk menyesuaikan perilakunya pada faktor-faktor situasional luar.
51
Menurut Baron & Byrne (1994, h.189) self monitoring merupakan tingkatan individu dalam mengatur perilakunya berdasarkan situasi eksternal dan reaksi orang lain (self monitoring tinggi) atau atas dasar faktor internal seperti keyakinan, sikap, dan minat (self monitoring rendah). Berdasarkan berbagai pendapat yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa self monitoring merupakan kemampuan individu dalam menampilkan dirinya terhadap orang lain dengan menggunakan petunjukpetunjuk yang ada pada dirinya maupun petunjuk-petunjuk yang ada di sekitarnya, guna mendapatkan informasi yang diperlukan untuk bertingkah laku yang sesuai dengan kondisi dan situasi yang dihadapi dalam lingkungan sosialnya.
2. Komponen Self Monitoring Menurut Snyder (Shaw & Constanzo, 1982, h.339) self monitoring mempunyai lima komponen, yang meliputi: a. Kesesuaian lingkungan sosial dengan presentasi diri seorang individu berarti menyesuaikan peran seperti yang diharapkan orang lain dalam situasi sosial. b. Memperhatikan informasi perbandingan sosial sebagai petunjuk dalam mengekspresikan
diri
agar
sesuai
dengan
situasi
tertentu
berarti
memperhatikan informasi eksternal yang berasal dari lingkungan sekitarnya sebagai pedoman bagi dirinya dalam berperilaku. c. Kemampuan mengontrol dan memodifikasi presentasi diri berarti berhubungan dengan kemampuan untuk mengontrol dan mengubah perilakunya.
52
d. Kesediaan untuk menggunakan kemampuan yang dimilikinya (pada huruf c) pada situasi-situasi khusus berarti mampu untuk menggunakan kemampuan yang dimilikinya pada situasi-situasi yang penting. e. Kemampuan membentuk tingkah laku ekspresi dan presentasi diri pada situasi yang berbeda-beda agar sesuai dengan situasi di lingkungan sosialnya berarti tingkah lakunya bervariasi pada berbagai macam situasi di lingkungan sosial. Baron & Greenberg (1990, h.203) menyatakan bahwa self monitoring mempunyai tiga komponen, yaitu: a. Kesediaan untuk menjadi pusat perhatian. Hal ini berhubungan dengan kemampuan sosial dalam mengekspresikan emosional individu. b. Kecenderungan yang menggambarkan kepekaan individu dalam reaksinya terhadap orang lain. c. Kemampuan dan kesediaan individu untuk menyesuaikan perilaku sehingga menimbulkan reaksi yang positif terhadap orang lain. Briggs & Cheek pada tahun 1986 (Snyder & Gangestad, 1986, h.126) menyempurnakan pendapat Snyder (1974) maupun Lennox & Wolfe (1984) mengenai komponen self monitoring. Briggs & Cheek menyatakan bahwa pendapat para pendahulunya tersebut kurang dapat digunakan untuk mengukur secara individual. Ketiga komponen self monitoring yang dikemukakan oleh Briggs & Cheek adalah sebagai berikut: a.
Expressive self control, yaitu berhubungan dengan kemampuan untuk secara aktif mengontrol tingkah lakunya. Individu yang mempunyai self monitoring
53
tinggi suka mengontrol tingkah lakunya agar terlihat baik. Adapun ciri-cirinya adalah sebagai berikut: 1)
Acting, termasuk didalamnya kemampuan untuk bersandiwara, berpurapura, dan melakukan kontrol ekspresi baik secara verbal maupun non verbal serta kontrol emosi.
2)
Entertaining, yaitu menjadi penyegar suasana.
3) Berbicara di depan umum secara spontan. b.
Social Stage Presence, yaitu kemampuan untuk bertingkah laku yang sesuai dengan situasi yang dihadapi, kemampuan untuk mengubah-ubah tingkah laku dan kemampuan untuk menarik perhatian sosial. Ciri-cirinya adalah: 1) Ingin tampil menonjol atau menjadi pusat perhatian. 2) Suka melucu. 3) Suka menilai kemudian memprediksi secara tepat pada suatu perilaku yang belum jelas.
c. Other directed self present, yaitu kemampuan untuk memainkan peran seperti apa yang diharapkan oleh orang lain dalam suatu situasi sosial, kemampuan untuk menyenangkan orang lain dan kemampuan untuk tanggap terhadap situasi yang dihadapi. Ciri-cirinya adalah: 1) Berusaha untuk menyenangkan orang lain. 2)
Berusaha untuk tampil menyesuaikan diri dengan orang lain (conformity).
3) Suka menggunakan topeng untuk menutupi perasaannya. Kemampuan individu dalam menampilkan dirinya sesuai dengan tuntutan dari lingkungan sosialnya dan sejauhmana individu mementingkan faktor-faktor
54
eksternal maupun internal dalam berperilaku dapat dilihat melalui self monitoring. Komponen-komponen yang digunakan dakam penelitian ini adalah Expressive self control, Social Stage Presence, dan Other directed self present. Komponenkomponen yang dikemukakan oleh Briggs & Cheek ini lebih lengkap dan tepat untuk digunakan dalam penelitian ini dibandingkan dengan komponen-komponen lain yang dikemukakan oleh tokoh lain karena merupakan hasil memperbaiki dan menyempurnakan pendapat tokoh lain.
3. Ciri-ciri Self Monitoring Berdasarkan teori self monitoring, sewaktu individu akan menyesuaikan diri dengan situasi tertentu, secara umum menggunakan banyak petunjuk yang ada pada dirinya (self monitoring rendah) ataupun di sekitarnya (self monitoring tinggi) sebagai informasi. Individu dengan self monitoring tinggi selalu ingin menampilkan citra diri yang positif dihadapan orang lain. Menurut Snyder & Monson (Raven & Rubin, 1983, h.155), seorang individu yang memiliki self monitoring tinggi cenderung lebih mudah dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya dan berusaha untuk berperilaku sesuai situasi saat itu, dengan menggunakan informasi yang diterimanya. Hal ini mencerminkan bahwa individu yang mempunyai self monitoring tinggi biasanya sangat memperhatikan penyesuaian tingkah lakunya pada situasi sosial dan hubungan interpersonal yang dihadapinya. Snyder (Baron & Byrne, 1997, h.169) menambahkan bahwa individu dengan self monitoring tinggi mampu untuk menyesuaikan diri pada situasi dan mempunyai banyak teman serta berusaha untuk menerima evaluasi positif dari
55
orang lain. Singkatnya, individu dengan self monitoring tinggi cenderung fleksibel, penyesuaian dirinya baik dan cerdas sehingga cenderung lebih cepat mempelajari apa yang menjadi tuntutan di lingkungannya pada situasi tertentu (Wrightsman & Deaux, 1981, h.100). Selanjutnya, Snyder & Cantor (Fiske & Taylor, 1991, h.534) menyatakan bahwa individu dengan self monitoring tinggi juga sangat sensitif terhadap norma sosial dan berbagai situasi yang ada di sekitarnya sehingga dapat lebih mudah untuk dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Hal ini mencerminkan bahwa individu dengan self monitoring yang tinggi cenderung peka terhadap aturanaturan yang ada di sekitar dirinya sehingga selalu berusaha untuk menampilkan dirinya sesuai dengan tuntutan situasi (Brehm & Kassin, 1993, h.87). Sejalan dengan pendapat tersebut, Hoyle & Sowards (Baron & Byrne, 1997, h.169) menyatakan bahwa individu dengan self monitoring tinggi cenderung melakukan analisis terhadap situasi sosial dengan cara membandingkan dirinya dengan standar perilaku sosial dan berusaha untuk mengubah dirinya sesuai dengan situasi saat itu. Individu dengan self monitoring rendah memiliki ciri-ciri yang berkebalikan dengan individu yang memiliki self monitoring tinggi. Individu yang mempunyai self monitoring rendah lebih mempercayai informasi yang bersifat internal. Menurut Snyder (Fiske & Taylor, 1991, h.534), individu dengan self monitoring rendah, dalam menampilkan dirinya terhadap orang lain cenderung hanya didasarkan pada apa yang diyakininya adalah benar menurut dirinya sendiri. Hal ini mencerminkan bahwa individu dengan self monitoring rendah kurang peka
56
akan hal-hal yang ada di lingkungannya sehingga kurang memperhatikan tuntutan-tuntutan dari lingkungannya tersebut, yang ditujukan kepada dirinya. Snyder (Baron & Byrne, 1994, h.190) menambahkan bahwa individu yang memiliki self monitoring rendah menunjukkan perilaku yang konsisten.
Ini
dikarenakan faktor internal seperti kepercayaan, sikap, dan minatnya yang mengatur tingkah lakunya (Kreitner dan Kinicki, 2005, h.172). Engel dkk (1995, h.102) juga menyatakan bahwa individu dengan self monitoring rendah tidak peduli dengan pendapat orang lain dan lebih mementingkan perasaan dan faktor internal yang dimilikinya. Tidak mengherankan apabila individu ini menjadi cenderung memegang teguh pendiriannya dan tidak mudah dipengaruhi oleh halhal yang berasal dari luar dirinya sehingga kurang berhasil dalam melakukan hubungan sosial (Baron & Byrne, 1997, h.172). Hal ini mencerminkan bahwa individu dengan self monitoring rendah tidak berusaha untuk mengubah perilakunya sesuai dengan situasi dan tidak tertarik dengan informasi-informasi sosial dari lingkungan di sekitarnya. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki self monitoring tinggi menunjukkan ciri-ciri tanggap terhadap tuntutan dari lingkungan di sekitarnya, memperhatikan informasi sosial yang merupakan petunjuk baginya untuk menampilkan diri sesuai dengan informasi atau petunjuk tersebut, mempunyai kontrol yang baik terhadap tingkah laku yang akan ditampilkan, mampu menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk berperilaku dalam situasi-situasi yang penting, dan mampu mengendalikan diri, mengubah perilaku serta ekspresif.
57
Sebaliknya, individu yang memiliki self monitoring rendah menunjukkan ciriciri kurang tanggap terhadap situasi-situasi yang menuntutnya untuk menampilkan dirinya, kurang memperhatikan pendapat orang lain dan kurang memperhatikan informasi sosial, kurang dapat menjaga dan suka mengabaikan penampilannya, kurang berhasil dalam menjalin hubungan interpersonal, perilaku dan ekspresi diri lebih dipengaruhi oleh pendapat dirinya pada situasi sekitarnya.
C. Hubungan antara Self Monitoring dengan Prokrastinasi pada Karyawan Prokrastinasi merupakan salah satu perilaku yang tidak efisien dalam penggunaan waktu. Adanya kecenderungan untuk tidak segera memulai ketika menghadapi suatu tugas merupakan indikasi dari prokrastinasi (Jackson et al, 2003, h.17). Individu yang melakukan prokrastinasi mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan, sering mengalami keterlambatan, mempersiapkan diri secara berlebihan, maupun gagal dalam menyelesaikan tugas sesuai batas waktu yang ditentukan. Prokrastinasi merupakan suatu fenomena yang secara umum dapat dilakukan oleh siapa saja dan dapat terjadi dalam setiap aspek kehidupan, tidak terkecuali pada seorang karyawan (Burka & Yuen, 1983, h.4). Karyawan yang melakukan prokrastinasi menunjukkan perilaku seperti sering terlambat dan tidak memiliki manajemen waktu yang baik. Banyak waktu yang terbuang dengan sia-sia, tugastugas menjadi terbengkalai dan bahkan bila diselesaikan hasilnya menjadi tidak maksimal. Prokrastinasi dapat menghambat perkembangan potensi yang dimiliki seorang karyawan secara optimal.
58
Prokrastinasi sebagai suatu perilaku tentunya tidak terlepas dari usaha untuk memahami hal-hal apa saja yang melatarbelakanginya. Menurut Ferrari (1995, h.88), prokrastinasi itu dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu lingkungan di luar individu dan faktor internal, yaitu kondisi fisik maupun kondisi psikologis individu. Lingkungan di luar individu dapat meliputi kondisi lingkungan yang mendasarkan pada hasil akhir dan lingkungan yang pengawasannya rendah. Kondisi fisik misalnya riwayat kesehatan dan penyakit sedangkan kondisi psikologis itu misalnya kepribadian. Aspek kepribadian yang diduga dapat mempengaruhi tingkat prokrastinasi pada karyawan adalah motivasi, persepsi terhadap masa depan, dan self monitoring. Persepsi terhadap masa depan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prokrastinasi (Jackson et al, 2003, h.23). Seorang karyawan yang bekerja pada suatu perusahaan yang dapat memberikan kompensasi, gaji, dan imbalan yang adil serta adanya peluang pengembangan karier maka dapat membangun suatu persepsi yang positif pada diri karyawan mengenai masa depannya di perusahaan tersebut. Hal ini memotivasi seorang karyawan untuk menunjukkan kinerja yang positif pula pada diri karyawan tersebut sehingga kemungkinan untuk melakukan prokrastinasi juga rendah. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Wolters (2003, h.179-184) yang menyatakan bahwa motivasi dapat mempengaruhi prokrastinasi. Seorang karyawan dengan motivasi tinggi kemungkinan untuk melakukan prokrastinasi adalah rendah. Hal ini dikarenakan motivasi yang ada dalam dirinya untuk menunjukkan kinerja yang positif tinggi.
59
Adanya upaya pada diri individu untuk menunjukkan kinerja yang positif di depan orang lain merupakan salah satu ciri dari aspek kepribadian lain, yaitu self monitoring (Brehmn & Kassin, 1993, h.87). Sebagai salah satu aspek kepribadian, self monitoring pada satu individu dengan individu yang lain tidaklah sama. Ada individu yang memiliki self monitoring tinggi dan ada individu yang memiliki self monitoring rendah, tidak terkecuali seorang karyawan (Kreitner dan Kinicki, 2005, h.173). Menghadapi berbagai perubahan yang terjadi dalam lingkungan kerja, seorang karyawan membutuhkan self monitoring agar dapat menunjukkan performance yang sesuai dengan lingkungan kerjanya (Snyder dalam Baron & Byrne, 1994, h.53). Bagaimana seorang karyawan memberikan respon terhadap segala tuntutan pekerjaan dipengaruhi oleh self monitoring yang ada pada diri karyawan yang bersangkutan. Seorang karyawan dalam berinteraksi dengan lingkungan kerjanya tentunya tidak terlepas dari berbagai macam petunjuk atau informasi, baik yang berasal dari dalam dirinya (internal) maupun yang berasal dari luar dirinya (eksternal). Menurut Snyder & Monson (Raven & Rubin, 1983, h.155) individu yang memiliki self monitoring tinggi cenderung mudah untuk dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Hal ini dikarenakan dalam usahanya untuk menampilkan kesan mengenai dirinya, seorang individu dengan self monitoring tinggi senantiasa menggunakan petunjuk-petunjuk yang berasal dari luar dirinya sehingga cenderung peka terhadap aturan-aturan yang ada di sekitarnya. Tidaklah mengherankan apabila seorang individu dengan self monitoring tinggi selalu
60
berusaha untuk menampilkan dirinya sesuai dengan tuntutan dari lingkungan di sekitarnya. Bagi seorang karyawan, mempunyai self monitoring tinggi tentu saja merupakan sesuatu hal yang sangat positif dalam kariernya di lingkungan pekerjaan. Hal ini sejalan dengan pendapat Robbins (1996, h.62) yang menyatakan bahwa para manajer yang mempunyai self monitoring tinggi cenderung lebih maju dalam karirnya dan menerima lebih banyak promosi. Karyawan yang self monitoring-nya tinggi akan lebih cepat untuk mempelajari apa yang menjadi tuntutan pekerjaan yang diberikan kepadanya sesuai dengan situasi dan kondisi di lingkungan kerjanya. Pada saat menerima suatu petunjuk bahwa tuntutan pekerjaan semakin meningkat maka karyawan yang mempunyai self monitoring tinggi akan selalu berusaha untuk menyesuaikan dirinya, dengan menggunakan berbagai informasi yang diterimanya tersebut untuk menampilkan dirinya dengan baik, dalam hal ini kinerja yang akan ditampilkannya agar sesuai dengan situasi di sekitarnya (Kardes dalam O’cass, 2000, h.399). Karyawan dengan self monitoring tinggi mampu untuk mengartikan isyaratisyarat sosial yang diterimanya dari lingkungan sekitarnya dengan baik untuk kemudian digunakan dalam usahanya untuk menampilkan kinerja yang baik berdasarkan isyarat-isyarat tersebut (Shaw & Constanzo, 1982, h.336). Singkatnya, seorang karyawan dengan self monitoring tinggi memiliki kemampuan adaptabilitas yang cukup besar dalam menghadapi berbagai tuntutan pekerjaan di lingkungan kerjanya.
61
Engel dkk (1995, h.102) menyatakan bahwa individu dengan self monitoring tinggi sangat memperhatikan pendapat dari lingkungan sekitarnya sehingga bersedia dan ahli untuk memodifikasi perilaku kerjanya untuk menjadi orang yang tepat, di tempat yang tepat, dan pada waktu yang tepat. Individu dengan self monitoring tinggi juga peka dalam membaca situasi sosial sehingga mengerti bagaimana lingkungan sekitarnya mengharapkan dirinya dalam berperilaku, dalam hal ini perilaku kerja yang ditampilkannya di lingkungan kerjanya. Karyawan dengan self monitoring tinggi mampu menerjemahkan isyarat-isyarat sosial yang diterimanya di lingkungan kerja dan menyesuaikan diri dalam berperilaku sesuai dengan isyarat-isyarat tersebut (Jawahar, 2001, h.876). Akibatnya, adanya berbagai perubahan di lingkungan kerja, yang diikuti dengan semakin meningkatnya tuntutan pekerjaan, seorang karyawan dengan self monitoring yang tinggi mampu untuk memberikan respon secara cepat dan tepat sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Karyawan dengan self monitoring yang tinggi akan selalu berupaya untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya sesuai dengan situasi dan kondisi di lingkungan kerja. Karyawan yang demikian ini akan senantiasa menunjukkan kinerja yang baik sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang diberikan kepadanya, dengan harapan apabila dirinya mampu bekerja sesuai dengan tuntutan dari lingkungan kerja maka dirinya akan mendapat citra diri yang positif di mata orang lain sehingga lingkungan kerja pun dapat menerima dirinya dengan baik (Shaw & Constanzo, 1982, h.338). Hal ini dikarenakan karyawan dengan self monitoring tinggi juga berkeyakinan bahwa
62
agar dirinya dinilai positif oleh orang lain maka dirinya harus senantiasa menunjukkan penampilan kerja yang baik. Menurut Hoyle & Sowards (Baron & Byrne, 1997, h.169) individu dengan self monitoring tinggi cenderung melakukan analisis terhadap situasi sosial dengan cara membandingkan dirinya dengan standar perilaku sosial dan berusaha untuk mengubah perilakunya sesuai dengan situasi saat itu. Hal ini didukung dengan adanya kepercayaan diri yang tinggi dalam menghadapi segala hambatan yang terjadi sehingga cepat dapat memutuskan bagaimana bertingkah laku sesuai dengan yang diharapkan pada dirinya (Culter & Wolfe, 1989 dalam Baron & Byrne, 1997, h.172). Situasi dan kondisi yang menghambatnya untuk bekerja mampu diatasinya dengan baik sehingga senantiasa tetap menunjukkan kinerja yang optimal, apapun tuntutan yang diberikan kepadanya akan berusaha dikerjakannya agar dapat berperilaku sesuai dengan tuntutan dari lingkungan kerjanya. Adanya keyakinan pada diri karyawan yang memiliki self monitoring tinggi bahwa agar dirinya dinilai positif oleh orang lain disertai dengan kepercayaan diri yang dimilikinya maka akan semakin rendah pula prokrastinasi yang terjadi pada karyawan yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan apabila menerima informasi mengenai tuntutan pekerjaan apapun, karyawan tersebut berkeyakinan dapat mengerjakannya dengan baik dan apapun hambatan yang ada akan dihadapinya demi mendapatkan penghargaan dan citra diri yang positif dari lingkungan kerjanya sehingga akan senantiasa menunjukkan penampilan kerja yang optimal sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
63
Sebaliknya, individu dengan self monitoring rendah cenderung untuk lebih mempercayai informasi yang bersifat internal (Koestner et al; dalam Baron & Byrne, 1997, h.168). Hal ini mencerminkan bahwa apabila seorang karyawan mempunyai self monitoring rendah, dalam bekerja akan senantiasa menggunakan petunjuk-petunjuk yang berasal dari dalam dirinya sebagai pedoman bekerja sehingga dalam menampilkan kinerjanya berdasarkan sikap-sikap dan pandanganpandangan yang benar menurut dirinya sendiri Karyawan yang memiliki self monitoring rendah dalam menampilkan kinerjanya cenderung hanya didasarkan pada apa yang diyakininya adalah benar menurut dirinya sendiri, tanpa memperhatikan apa yang menjadi tuntutan bagi dirinya (Snyder dalam Fiske & Taylor, 1991, h.534). Keadaan ini tentu saja menyebabkan karyawan tersebut kurang dapat menunjukkan kinerja yang optimal sesuai dengan situasi dan kondisi di lingkungan kerjanya. Menurut Snyder (Fiske & Taylor, 1991, h.534) individu yang memiliki self monitoring rendah kurang tertarik pada informasi sosial sehingga kurang peka terhadap hal-hal yang ada di lingkungan sekitarnya, termasuk di lingkungan kerja. Akibatnya, apabila seorang karyawan memiliki self monitoring yang rendah maka akan menyebabkannya memiliki keyakinan yang rendah mengenai apa yang diinginkan lingkungan kerja terhadap dirinya. Karyawan yang demikian ini menjadi kurang memperhatikan tuntutan-tuntutan yang ada di lingkungan kerjanya dan tidak memiliki motivasi yang tinggi untuk berperilaku yang sesuai dengan lingkungan di sekitarnya,
dikarenakan keterbatasan pengetahuannya.
Snyder juga mengemukakan bahwa individu yang memiliki self monitoring
64
rendah tidak mudah untuk dipengaruhi oleh hal-hal yang berasal dari luar dirinya. Hal ini juga dapat menggambarkan bahwa karyawan yang memiliki self monitoring rendah akan sangat sulit untuk menghadapi berbagai tuntutan pekerjaan yang ada. Meskipun tuntutan pekerjaan semakin meningkat, tetap tidak akan mengubah dirinya untuk mengikuti perkembangan yang ada. Karyawan yang demikian ini cenderung acuh tak acuh terhadap berbagai informasi yang baru diterimanya meskipun itu seputar tuntutan pekerjaan. Karyawan yang memiliki self monitoring rendah cenderung akan berperilaku sama terhadap semua situasi sehingga apabila dihadapkan pada suatu tuntutan situasi atau tugas, seringkali tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kurang percaya diri merupakan sesuatu hal yang seharusnya tidak dimiliki oleh seorang karyawan dalam menghadapi berbagai tuntutan pekerjaan di lingkungan kerjanya. Padahal pada individu dengan self monitoring rendah memiliki rasa percaya diri yang rendah pula (Culter & Wolfe, 1989 dalam Baron & Byrne, 1997, h.172). Akibatnya, apabila seorang karyawan mempunyai self monitoring rendah maka tentu saja akan kurang memiliki rasa percaya diri pula terhadap kemampuannya dalam menghadapi berbagai tuntutan pekerjaan yang diberikan kepadanya. Kondisi ini menyebabkan karyawan yang bersangkutan menjadi takut salah, cemas, dan tidak yakin dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini tentu saja menyebabkan karyawan tersebut juga kurang dapat menunjukkan kinerja yang optimal sesuai dengan situasi dan kondisi di lingkungan kerjanya.
65
Rendahnya keyakinan dalam diri mengenai apa yang diinginkan lingkungan kerja terhadap dirinya dan tidak memiliki motivasi yang tinggi untuk berperilaku yang sesuai dengan lingkungan kerjanya, yang didukung dengan kurangnya rasa percaya diri, menyebabkan tingginya prokrastinasi pada seorang karyawan yang mempunyai self monitoring rendah. Hal ini dikarenakan apabila menerima informasi mengenai tuntutan pekerjaan apapun, karyawan tersebut tidak memiliki keyakinan dapat mengerjakannya dengan baik, cenderung acuh tak acuh, dan tidak mempedulikannya sehingga meskipun tuntutan pekerjaan semakin meningkat, tetap tidak akan mengubah dirinya untuk mengikuti perkembangan yang ada dan dapat menimbulkan prokrastinasi. Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara self monitoring dengan prokrastinasi pada karyawan. Semakin tinggi self monitoring yang ada pada diri seorang karyawan maka akan semakin rendah prokrastinasi yang dilakukannya, sebaliknya semakin rendah self monitoring yang ada pada diri seorang karyawan maka akan semakin tinggi prokrastinasi yang dilakukannya.
D. Hipotesis Ada hubungan yang negatif antara self monitoring dengan prokrastinasi. Semakin tinggi self monitoring maka akan semakin rendah prokrastinasi yang terjadi. Semakin rendah self monitoring maka prokrastinasi yang terjadi semakin tinggi.
66
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian Identifikasi variabel yang terdapat dalam suatu penelitian berfungsi untuk menentukan alat pengumpul data dan teknik analisis data. Variabel–variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel tergantung, yaitu prokrastinasi. 2. Variabel bebas, yaitu self monitoring.
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian Azwar (1999, h.74) mengemukakan bahwa definisi operasional adalah suatu definisi
mengenai
variabel
yang
dirumuskan
berdasarkan
karakteristik-
karakteristik variabel tersebut yang dapat diamati. Definisi operasional variabel penelitian merupakan batasan atau spesifikasi dari variabel-variabel penelitian, yang secara konkrit berhubungan dengan realisasi yang akan diukur dan merupakan manifestasi dari hal-hal yang akan diamati dalam penelitian. Adapun definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Prokrastinasi Prokrastinasi merupakan suatu penundaan, baik dalam memulai maupun menyelesaikan tugas yang sesuai dengan job description, yang sesungguhnya dapat dikerjakannya dalam waktu yang telah ditentukan.
67
Prokrastinasi dalam penelitian ini diungkap dengan skala prokrastinasi yang
disusun
berdasarkan
komponen-komponen
prokrastinasi
yang
dikemukakan Milgram (Ferrari, 1995, h.11), yaitu perilaku penundaan, menghasilkan perilaku di bawah standar, melibatkan suatu tugas yang dipersepsikan penting oleh individu, dan menghasilkan keadaan emosional yang tidak menyenangkan. Tinggi rendahnya skor prokrastinasi pada karyawan dapat diketahui dengan melihat tinggi rendahnya skor yang diperoleh karyawan dalam pengisian skala prokrastinasi. Semakin tinggi skor, maka semakin tinggi pula prokrastinasi. Semakin rendah skor, maka semakin rendah pula prokrastinasi yang dilakukan oleh karyawan yang bersangkutan. 2. Self Monitoring Self monitoring merupakan kemampuan karyawan dalam menampilkan dirinya terhadap orang lain dengan menggunakan petunjuk-petunjuk yang ada pada dirinya maupun petunjuk-petunjuk yang ada di sekitarnya, guna mendapatkan informasi yang diperlukan untuk bertingkah laku yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi dalam lingkungan kerjanya. Self monitoring dalam penelitian ini diungkap dengan menggunakan skala self monitoring yang disusun berdasarkan komponen-komponen Briggs & Cheek (Snyder & Gangestad, 1986, h.126), yaitu expressive self control, social stage presence, dan other directed self present. Tinggi rendahnya skor self monitoring pada karyawan dapat diketahui dengan melihat tinggi rendahnya skor yang diperoleh karyawan dalam
68
pengisian skala self monitoring. Semakin tinggi skor skala self monitoring, maka akan semakin tinggi pula self monitoring pada karyawan. Sebaliknya, semakin rendah skor skala self monitoring, maka akan semakin rendah pula self monitoring pada karyawan.
a. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Penelitian Populasi menurut Sugiarto dkk (2003, h.2) merupakan keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang ingin diteliti. Populasi juga dapat diartikan sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian, yang mempunyai karakteristik tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk ditarik kesimpulannya (Azwar, 1999, h.77). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan pada PT PLN Region Jateng DIY Ungaran, yang memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Karyawan tetap PT PLN (persero) Region Jateng DIY Ungaran. Berkaitan dengan manfaat penelitian karena PT PLN (persero) memiliki pekerja yang terdiri dari karyawan tetap dan tenaga kerja yang bekerja berdasarkan perjanjian kerja waktu tertentu. Pemilihan pada karyawan tetap agar hasil penelitian ini nantinya dapat menjadi masukan bagi perusahaan dalam meningkatkan kinerja karyawannya. Karyawan tetap yang dimaksud adalah pegawai yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, diangkat, dan diberi penghasilan menurut ketentuan yang berlaku di perseroan (PT PLN (persero) P3B, 2002, h.5).
Karyawan tetap ini berdasarkan Surat Keputusan General
69
Manager P3B Nomor 023.K/GM-P3B/2005 pada tanggal 4 Mei 2005 maka karyawan PT PLN (persero) Region Jateng DIY Ungaran terbagi dalam lima bidang, yaitu bidang enjinering, konstruksi, operasi dan pemeliharaan, keuangan dan niaga, serta bidang sumber daya manusia dan administrasi. b. Pendidikan minimal SMU atau sederajat Berkaitan dengan kemampuan karyawan untuk mencerna setiap aitem yang diberikan.
2. Teknik Pengambilan Sampel Penelitian Langkah selanjutnya setelah populasi ditentukan adalah menetapkan sampel yang akan dijadikan subjek dalam penelitian ini. Sampel adalah sebagian dari populasi (Azwar, 1999, h.79). Sugiarto dkk (2003, h.4) menyatakan bahwa sampel adalah sebagian dari populasi yang ingin diteliti, yang ciri-ciri dan keberadaannya diharapkan mampu mewakili atau menggambarkan ciri-ciri dan keberadaan populasi yang sebenarnya. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah proportional sampling. Winarsunu (2002, h.14-16) menyatakan proportional sampling berarti dari setiap bidang yang ada diambil sebagai sampel, yaitu dengan mengambil individu yang terdapat dalam masing-masing kategori populasi dengan proporsi tertentu, dengan menggunakan rumus :
70
JSB =
JST × JPB JPT
Keterangan : JSB = Jumlah Sampel Bagian JST = Jumlah Sampel Total JPB = Jumlah Populasi Bagian JPT = Jumlah Populasi Total
D. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan metode skala psikologi yang disusun sendiri oleh peneliti. Skala psikologi menurut Azwar (1999, h.3-4) memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkapkan atribut yang hendak diukur melainkan mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan. 2. Dikarenakan atribut psikologis diungkap secara tidak langsung lewat indikator-indikator perilaku sedangkan indikator perilaku diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem maka skala psikologi selalu berisi banyak aitem. 3. Respon subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban benar atau salah. Adapun skala dalam penelitian ini ada dua, yaitu : 1. Skala Prokrastinasi (Skala P) Skala P disusun berdasarkan komponen-komponen pada variabel prokrastinasi dari Milgram (Ferrari, 1995, h.11), yaitu : perilaku penundaan, menghasilkan perilaku di bawah standar, melibatkan tugas yang dipersepsikan penting oleh individu, dan menghasilkan keadaan emosional yang tidak menyenangkan.
71
Skala ini terdiri dari 32 aitem, dimana komponen perilaku penundaan terdiri dari delapan aitem; komponen menghasilkan perilaku di bawah standar terdiri dari delapan aitem; komponen melibatkan tugas yang dipersepsikan penting oleh individu terdiri dari delapan aitem; dan menghasilkan keadaan emosional yang tidak menyenangkan berjumlah delapan aitem. Adapun rincian jumlah aitem dari masing-masing komponen agar dapat lebih jelas dapat dilihat dalam tabel blue print berikut ini : Tabel 1. Blue Print Skala Prokrastinasi
KOMPONEN 1. perilaku penundaan 2. menghasilkan perilaku di bawah standar 3. melibatkan tugas yang dipersepsikan penting 4. menghasilkan keadaan keadaan emosional yang tidak menyenangkan JUMLAH
AITEM unfavorabl favorable e 4 4 4 4
Total 8 8
BOBOT 25% 25%
4
4
8
25%
4
4
8
25%
16
16
32
100%
Setiap komponen dalam skala prokrastinasi terdapat aitem–aitem yang berbentuk mendukung pernyataan atau favourable dan aitem-aitem yang berbentuk tidak mendukung atau unfavourable. Adapun sistem penilaian yang digunakan adalah model skala Likert yang menggunakan empat kategori meliputi pilihan jawaban Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Sistem penilaian untuk jawaban favourable adalah : Sangat Sesuai (SS) = 4, Sesuai (S) = 3, Tidak Sesuai (TS) = 2, dan Sangat Tidak Sesuai (STS) = 1. Sedangkan aitem yang berbentuk
72
unfavourable, sistem penilaiannya sebagai berikut : Sangat Sesuai (SS) = 1, Sesuai (S) = 2, Tidak Sesuai (TS) = 3, dan Sangat Tidak Sesuai (STS) = 4. 2.
Skala Self Monitoring (Skala SM) Pembuatan skala Self Monitoring bertujuan untuk mengukur seberapa tinggi-rendahnya tingkat Self Monitoring pada karyawan. Skala SM disusun berdasarkan komponen-komponen dari Briggs & Cheek (Snyder & Gangestad, 1986, h.126) : a.
Expressive self control, yaitu berhubungan dengan kemampuan untuk secara aktif mengontrol tingkah lakunya. Individu yang mempunyai self monitoring tinggi suka mengontrol tingkah lakunya agar terlihat baik. Adapun ciri-cirinya adalah sebagai berikut: 1)
Acting, termasuk didalamnya kemampuan untuk bersandiwara, berpura-pura, dan melakukan kontrol ekspresi baik secara verbal maupun non verbal serta kontrol emosi.
2)
Entertaining, yaitu menjadi penyegar suasana.
3) Berbicara di depan umum secara spontan. b.
Social Stage Presence, yaitu kemampuan untuk bertingkah laku yang sesuai dengan situasi yang dihadapi, kemampuan untuk mengubah-ubah tingkah laku dan kemampuan untuk menarik perhatian sosial. Ciri-cirinya adalah: 1) Ingin tampil menonjol atau menjadi pusat perhatian. 2) Suka melucu.
73
3) Suka menilai kemudian memprediksi secara tepat pada suatu perilaku yang belum jelas. c. Other directed self present, yaitu kemampuan untuk memainkan peran seperti apa yang diharapkan oleh orang lain dalam suatu situasi sosial, kemampuan untuk menyenangkan orang lain dan kemampuan untuk tanggap terhadap situasi yang dihadapi. Ciri-cirinya adalah: 1) Berusaha untuk menyenangkan orang lain. 2)
Berusaha untuk tampil menyesuaikan diri dengan orang lain (conformity).
3) Suka menggunakan topeng untuk menutupi perasaannya. Skala ini terdiri dari 36 aitem, dimana komponen expressive self control terdiri dari 12 aitem; komponen social stage presence terdiri dari 12 aitem; dan komponen other directed self present terdiri dari 12 aitem . Adapun rincian jumlah aitem dari masing-masing komponen agar dapat lebih jelas dapat dilihat dalam tabel dua berikut ini : Tabel 2. Blue Print Skala Self Monitoring
KOMPONEN 1. Expressive self control 2. Social stage presence 3. Other directed self present JUMLAH
AITEM favorable unfavorable 6 6 6 6 6 6 18 18
Total 12 12 12 36
BOBOT 33,33% 33,33% 33,33% 99,99 % ≈ 100%
Setiap komponen dalam skala self monitoring terdapat aitem–aitem yang berbentuk mendukung pernyataan atau favourable dan aitem–aitem yang berbentuk tidak mendukung atau unfavourable. Adapun sistem penilaian yang digunakan adalah model skala Likert yang menggunakan empat kategori
74
meliputi pilihan jawaban Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Sistem penilaian untuk jawaban favourable adalah : Skor tertinggi terletak pada jawaban Sangat Sesuai (SS) skornya adalah 4, Sesuai (S) = 3, Tidak Sesuai (TS) = 2, dan Sangat Tidak Sesuai (STS) = 1. Sedangkan aitem yang berbentuk unfavourable, sistem penilaiannya sebagai berikut : Skor tertinggi 4 yang terletak pada jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS), Tidak Sesuai (TS) = 3, Sesuai (S) =2, dan Skor terendah 1 untuk jawaban Sangat Sesuai (SS). Skala P dan Skala SM menggunakan sistem penilaian dengan pilihan ganda model Likert, yang menggunakan empat kategori pilihan jawaban Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Hal ini dengan
mempertimbangkan
tiga
alasan
yang
dikemukakan
oleh
De Vellis (1991, h.69), yaitu : 1. Kategori netral mempunyai arti ganda sehingga sulit untuk diartikan sebagai setuju atau tidak setuju. Kategori jawaban yang mempunyai arti ganda tentu saja tidak diharapkan dalam suatu instrumen. 2.
Tersedianya jawaban di tengah dapat menimbulkan kecenderungan untuk memilih jawaban tengah tersebut (central tendency effect) bagi subjek yang ragu-ragu atas arah kecenderungan jawabannya.
3.
Maksud kategorisasi SS, S, TS, STS adalah untuk melihat kecenderungan pendapat subjek ke salah satu kutub. Berdasarkan tabel 1 dan 2 dapat dilihat bahwa komposisi perbandingan bobot
tiap-tiap komponen pada skala P dan skala SM adalah sama. Hal ini sesuai
75
dengan pendapat Azwar (1999, h.24), yang menyatakan bahwa apabila tidak diperoleh alasan untuk menganggap adanya sebagian komponen yang lebih signifikan dibandingkan dengan komponen lainnya, maka semua komponen lebih baik diberi bobot yang sama.
E. Daya Beda Aitem dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Uji Daya Beda Aitem Daya beda aitem adalah karakteristik utama yang harus dimiliki oleh setiap skala (Azwar, 1999, h.7).
Daya beda aitem menunjukkan sejauhmana aitem
mampu membedakan antara kelompok yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur. Daya beda aitem dinyatakan oleh korelasi antara distribusi skor tes yang bersangkutan dengan skor tes suatu kriteria. Kriteria daya beda aitem dapat berupa tes lain yang mengukur atribut yang sama. Namun, tidak adanya skor kriteria yang dapat dikorelasikan dengan hasil penelitian nantinya maka peneliti melakukan uji daya beda atau uji korelasi aitem total. Uji daya beda aitem dilakukan dengan menguji konsistensi antara nilai aitem dengan nilai aitem total, yang dikenal dengan indeks daya beda aitem. Koefisien korelasi aitem dengan skor total harus signifikan dan untuk memperoleh skor totalnya maka digunakanlah teknik korelasi Product Moment dari Karl Pearson. Nilai koefisien dianggap memuaskan atau tidak, penilaiannya dikembalikan kepada pemakai tes atau pihak yang berkepentingan. Namun pada umumnya koefisien korelasi dengan nilai 0,30 ke atas dianggap sudah memuaskan dan dapat diterima (Azwar, 1999, h.65). Semakin tinggi koefisien korelasi positif antara skor aitem dengan skor
76
total berarti semakin tinggi pula konsistensi antara aitem tersebut dengan skor total yang diperoleh, yang berarti semakin tinggi pula daya bedanya. Apabila koefisien korelasinya rendah mendekati nol maka itu berarti fungsi aitem tersebut tidak cocok dengan fungsi ukur tes dan daya bedanya pun tidak baik. Bahkan apabila koefisien korelasi berharga negatif, maka dapat diartikan terdapat cacat serius pada aitem yang bersangkutan. Perhitungan untuk mencari indeks daya beda aitem dilakukan secara komputasi dengan bantuan fasilitas program komputer SPSS (Statistical Packages for Social Science) for windows versi 10.0.
2. Uji Reliabilitas Alat Ukur Menurut Azwar (1999, h.83) reliabilitas mengacu pada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Reliabilitas selanjutnya pada aplikasinya dinyatakan oleh koefisien reliabilitas, yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1, 00. Koefisien reliabilitas inilah yang dapat menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur dapat dipercaya dan diandalkan. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1, 00 berarti semakin tinggi reliabilitas dan semakin kecil kesalahan pengukuran. Sebaliknya koefisien reliabilitas yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnyaa dan semakin besar kesalahan pengukuran. Uji reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini menggunakan teknik koefisien Alpha. Teknik koefisien alpha dapat memberikan harga yang lebih kecil atau sama besar dengan harga reliabilitas yang sebenarnya. Azwar (1999, h.87) juga
77
menyebutkan problem yang mungkin timbul pada pendekatan reliabilitas tes ulang dapat dihindari dengan menggunakan teknik ini. Pengujian reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini dengan menggunakan program komputer SPSS (Statistical Packages for Social Science) versi 10.0.
F.Metode Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa angka-angka sehingga diolah dengan menggunakan metode statistik. Metode statistik didasarkan pada perhitungan yang teratur, teliti, dan tepat sehingga dapat memberikan hasil yang obyektif. Adapun metode statistik yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi sederhana. Menurut Moh. Nazir (2003, h.458) teknik analisis regresi sederhana berguna untuk mendapatkan hubungan fungsional antara variabel bebas dan variabel tergantung. Moh. Nazir juga menyatakan bahwa teknik analisis regresi dapat digunakan untuk mengestimasi, yang dalam hal ini meramalkan pengaruh variabel self monitoring terhadap variabel prokrastinasi, tidak hanya sebatas untuk menguji keeratan hubungan antara variabel self monitoring dengan variabel prokrastinasi. Peneliti juga dapat mencari seberapa besar sumbangan efektif yang diberikan oleh variabel self monitoring terhadap variabel prokrastinasi melalui metode ini. Adapun metode analisis data pada penelitian ini menggunakan bantuan fasilitas program komputer SPSS (Statistical Packages for Social Science) versi 10.0.
78
BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
A.
Prosedur dan Pelaksanaan Penelitian
1. Orientasi Kancah Penelitian Penelitian ini melibatkan karyawan tetap, yaitu individu yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, diangkat, dan diberi penghasilan menurut ketentuan yang berlaku di perseroan, pada PT PLN (persero) Region Jateng DIY Ungaran. Perusahaan ini terletak di Jalan Jendral Sudirman Km.23 Ungaran. PT PLN (persero) Region Jateng DIY pada awal berdirinya, sekitar tahun 1982, bernama PT PLN (persero) Unit Pengatur Beban (UPB). Adanya Surat Keputusan Direksi PT PLN (persero) Nomor 0923.K/023/DIR/1995 pada tanggal 2 Oktober 1995 kemudian berubah nama menjadi PT PLN (persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban (P3B). Perkembangan terakhir menyebutkan bahwa dengan
adanya
Surat
Keputusan
Direksi
PT
PLN
(persero)
Nomor
257.K/010/DIR/2000 pada tanggal 2 Nopember 2000 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja unit investasi, maka berubah lagi menjadi PT PLN (persero) Region Jateng DIY. Region yang dimaksudkan di sini hanya merupakan istilah dan bukan menunjukkan suatu kawasan. Ide awal pembentukan region ini dimaksudkan untuk memberikan peningkatan kekuatan organisasi P3B (Sektor dan UPB) terutama dalam kedudukannya sebagai mitra bagi PLN Distribusi sehingga dirasa perlu untuk memberdayakan unit-unit organisasi P3B, yakni melalui pembentukan organisasi
79
region. Region ini merupakan gabungan dari sektor-sektor dan UPB dengan fungsi utama sebagai operator sistem dan pengelola transmisi sehingga diharapkan juga kualitas pelayanan terhadap pelanggan baik di sisi perusahaan pembangkit maupun distribusi akan meningkat. PT PLN (persero) Region Jateng DIY Ungaran, sebagaimana PT PLN yang lain, memiliki pekerja, yaitu karyawan dan tenaga kerja bukan karyawan. Tenaga kerja bukan karyawan yang dimaksudkan disini adalah individu yang bekerja di perseroan
berdasarkan
perjanjian
kerja waktu
tertentu.
Perusahaan
ini
sesungguhnya memiliki pekerja di atas 150 orang tetapi yang termasuk karyawan dan menduduki jabatan dalam susunan organisasi PT PLN (persero) Region Jateng DIY Ungaran, hanya berjumlah 148 orang, dengan tingkat pendidikan minimal SLTA/sederajatnya. Berdasarkan Surat Keputusan General Manager P3B Nomor 023.K/GMP3B/2005 pada tanggal 4 Mei 2005 maka karyawan PT PLN (persero) Region Jateng DIY Ungaran terbagi dalam lima bidang, yaitu : a. Bidang Enjinering Karyawan yang termasuk dalam bidang ini berjumlah 24 orang, termasuk manager bidangnya. Bidang Enjinering ini bertanggung jawab atas kegiatan perencanaan dan pengembangan sistem penyaluran tenaga listrik di Region, mencakup penyusunan rencana kerja Region, kajian pengembangan sistem penyaluran tenaga listrik, pengembangan proteksi, meter, dan pengelolaan kinerja Region.
80
b. Bidang Konstruksi Karyawan yang termasuk dalam bidang ini berjumlah 11 orang, termasuk manager bidangnya. Bidang Konstruksi bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan dan konstruksi sistem penyaluran tenaga listrik di region yang menggunakan anggaran investasi, mencakup pengendalian, pengadaan, dan konstruksi gardu induk dan transmisi, pengelolaan logistik serta pengelolaan administrasi teknik. c. Bidang Operasi dan Pemeliharaan Karyawan yang termasuk dalam bidang ini berjumlah 49 orang, termasuk manager bidangnya. Bidang operasi dan pemeliharaan bertanggung jawab atas pengendalian operasi sistem penyaluran 150 dan 70 kV serta pemeliharaan sistem
penyaluran
region,
mencakup
penyusunan
rencana
operasi;
pengendalian operasi, analisa dan evaluasi operasi sistem; pemeliharaan dan evaluasi pemeliharaan gardu induk dan transmisi; pemeliharaan dan evaluasi pemeliharaan proteksi dan meter; pengelolaan lingkungan, kesehatan, dan keselamatan kerja serta tata laksana pergudangan. d. Bidang Keuangan dan Niaga Karyawan yang termasuk dalam bidang ini berjumlah 21 orang, termasuk manager bidangnya. Bidang keuangan dan niaga bertanggung jawab atas perencanaan anggaran, pengelolaan, dan pengendalian keuangan region, yang mencakup penyusunan rencana, evaluasi anggaran, dan analisa komersial, pengelolaan hutang-piutang, pengelolaan sistem manajemen keuangan dan akuntansi serta penyusunan akuntansi dan laporan keuangan region.
81
e. Bidang SDM dan Administrasi Karyawan yang termasuk dalam bidang ini berjumlah 43 orang, termasuk manager bidangnya. Bidang SDM dan administrasi bertanggung jawab atas pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia, penyusunan proses bisnis dan pengelolaan sistem manajemen mutu, pengelolaan kegiatan yang menyangkut masalah hukum, hubungan masyarakat, dan mengembangkan komunitas, pengelolaan kegiatan administrasi, kesekretariatan, layanan fasilitas, keamanan, serta pengelolaan dan penerapan sistem teknologi informasi. Untuk lebih jelasnya, bagan Struktur Organisasi PT PLN (persero) Region Jateng DIY Ungaran dapat dilihat pada lampiran K. Aktivitas para karyawan pada PT PLN (persero) Region Jateng DIY Ungaran setiap harinya dimulai pada pukul 07.30 dan berakhir pada pukul 16.00 WIB, dengan memberlakukan sistem lima hari kerja, yaitu hari Senin sampai dengan Jumat, kecuali hari tersebut merupakan hari libur resmi yang ditetapkan oleh pemerintah.
2. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian perlu dilakukan agar penelitian berjalan dengan lancar dan sesuai dengan harapan. Persiapan penelitian ini meliputi pengajuan izin kepada pihak manajemen PT PLN (persero) Region Jateng DIY dan penyusunan skala yang akan digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian ini. Skala disusun untuk mengukur variabel Prokrastinasi dan variabel Self Monitoring, uji coba
82
skala, analisis daya beda aitem, dan reliabilitas serta penyusunan kembali skala pasca uji coba sebagai skala yang nantinya akan digunakan dalam penelitian.
a. Persiapan Perijinan Pengajuan izin penelitian dilakukan dengan menyerahkan surat izin tertuju kepada Manager Region PT PLN (persero) Region Jateng DIY pada tanggal 6 Februari 2006 yang bernomor 140/J07.1.16/AK/2006, perihal permohonan izin penelitian. Penyerahan izin tersebut disertai dengan proposal penelitian berikut skala yang akan digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian ini agar sekaligus dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak manajemen PT PLN (persero) Region Jateng DIY Ungaran. Permohonan izin disetujui tiga hari kemudian, yakni pada tanggal 10 Februari 2006. Selanjutnya, pihak manajemen PT PLN (persero) Region Jateng DIY Ungaran hanya memberikan waktu untuk jadwal uji coba skala dan jadwal penelitian terhitung mulai tanggal 10 Februari 2006 hingga 17 Februari 2006, dengan pertimbangan agar tidak terlalu lama mengganggu jam kerja para karyawan.
b. Persiapan Alat Ukur Penelitian Setelah mendapatkan izin, peneliti langsung memulai tahap uji coba skala. Pelaksanaan uji coba skala berlangsung selama dua hari, yaitu pada tanggal 10 dan 13 Februari 2006 mulai pukul 09.30 sampai dengan pukul 16.00 WIB di PT PLN (persero) Region Jateng DIY Ungaran, dengan jumlah subjek sebanyak 35 orang, yang dilakukan secara individual. Peneliti dalam
83
pengambilan data didampingi oleh salah satu staf bidang SDM dan administrasi. Peneliti menjelaskan terlebih dahulu tata cara pengisian skala kepada masing-masing subjek sebelum mengisinya agar tidak terjadi kesalahan. Pengisian skala dilakukan di ruang masing-masing subjek sehingga peneliti harus berpindah dari satu ruang ke ruang yang lainnya. Pada saat pengembalian skala, tidak lupa peneliti langsung memeriksa kembali satu demi satu apakah semua lembar identitas telah diisi lengkap dan apakah semua aitem telah lengkap terjawab dengan masih disaksikan oleh subjek yang bersangkutan. Tujuannya adalah apabila data yang didapatkan belum lengkap maka peneliti meminta kepada subjek untuk langsung melengkapinya pada saat itu juga. Skala yang telah diisi oleh para subjek tersebut kemudian dianalisis untuk melihat aitem-aitem yang valid dan gugur, dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment melalui program komputer SPSS versi 10.0. Di bawah ini akan peneliti sajikan perhitungan daya beda aitem dan reliabilitas dari masing-masing skala.
84
1) Daya Beda Aitem dan Reliabilitas Skala Prokrastinasi Skala Prokrastinasi sebelum uji coba terdiri atas 32 aitem yang dipakai untuk mengungkap komponen-komponen dari prokrastinasi. Adapun sebaran aitem skala Prokrastinasi untuk uji coba dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 3. Sebaran Aitem Skala Prokrastinasi KOMPONEN 1. Perilaku penundaan 2. Menghasilkan perilaku di bawah standar 3. Melibatkan tugas yang dipersepsikan penting oleh individu 4. Menghasilkan keadaan emosional yang Tidak menyenangkan TOTAL
FAVORABLE 1, 9, 17, 25 6, 14, 22, 30 3, 11, 19, 27
UNFAVORABL E 5, 13, 21, 29 2, 10, 18, 26 7, 15, 23, 31
Total 8 8 8
% 25% 25% 25%
8, 16, 24,32
4, 12,20, 28
8
25%
16
16
32
100%
Skala Prokrastinasi untuk uji coba terdiri atas 32 aitem. Batas daya beda yang digunakan pada skala ini adalah 0,3. Sesungguhnya nilai koefisien dianggap memuaskan atau tidak, penilaiannya tergantung kepada peneliti. Namun pada umumnya, berdasarkan pernyataan Azwar (1999, h.65), koefisien korelasi dengan nilai 0,3 ke atas dianggap sudah memuaskan dan dapat diterima. Ringkasan selengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 4. Indeks Daya Beda Aitem dan Reliabilitas Skala Prokrastinasi Skala Sebelum uji coba Setelah uji coba
RIx Min -0,2491 0,3133
RIx Max 0,6533 0,6663
Koefisien Reliabilitas 0,8567 0,8993
Berdasarkan hasil analisis diperoleh sebanyak 25 aitem valid dan sebanyak 7 aitem gugur. Tujuh aitem yang gugur tersebut memiliki koefisien korelasi daya beda aitem yang rendah, yakni di bawah 0,30.
85
Sementara itu koefisien reliabilitas penelitian ini yang dihitung dengan menggunakan teknik komputasi Alpha-Cronbach diperoleh nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,8993. Hasil uji daya beda aitem dan reliabilitas skala Prokrastinasi secara lengkap dapat dilihat pada lampiran B. Adapun aitemaitem yang valid dan gugur pada skala Prokrastinasi dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 5. Distribusi Butir Aitem Valid dan Gugur Pada Skala Prokrastinasi FAVORABLE KOMPONEN Valid Gugur 1. Perilaku penundaan 1, 25 9, 17 2. Menghasilkan perilaku 6, 14, 22, 30 di bawah standar 3. Melibatkan tugas 3, 11, 19, 27 yang dipersepsikan penting oleh individu 4. Menghasilkan keadaan 16, 32 8, 24 emosional yang tidak menyenangkan TOTAL 12 4 Keterangan : V : Valid G : Gugur
UNFAVORABLE Valid Gugur 5, 13, 21, 29 2, 10, 18 26
Total V G 6 2 7 1
23, 31
7, 15
6
2
4, 12, 20, 28
-
6
2
13
3
25
7
Setelah diketahui aitem-aitem yang valid dan telah diketahui bahwa skala Prokrastinasi ini juga reliabel, maka aitem-aitem tersebut dapat digunakan untuk penelitian. Adapun penyusunan kembali aitem-aitem yang valid adalah sebagai berikut :
86
Tabel 6. Sebaran Aitem Valid Skala Prokrastinasi KOMPONEN FAVORABLE 1. Perilaku penundaan 1, (25) 9 2. Menghasilkan perilaku 6, 14, (22) 21, (30) 25 di bawah standar 3. Melibatkan tugas 3, 11, (19) 18, (27) 22 Yang dipersepsikan penting oleh individu 4. Menghasilkan keadaan (16) 8, (32) 16 emosional yang Tidak menyenangkan TOTAL 12 Keterangan : dalam ( ) : nomor lama Tanpa ( ) : nomor baru
2)
UNFAVORABLE 5, 13, (21) 20, (29) 24 2, 10, (18) 17
Total 6 7
% 24% 28%
(23) 7, (31) 15
6
24%
4, 12, (20) 19, (28) 23
6
24%
13
25
100%
Daya Beda Aitem dan Reliabilitas Skala Self Monitoring Skala Self Monitoring sebelum uji coba berjumlah 36 aitem yang dipakai untuk mengungkap komponen-komponen dari Self Monitoring. Adapun sebaran aitem skala Self Monitoring untuk uji coba dapat dilihat dalam tabel 7 berikut ini : Tabel 7. Sebaran Aitem Skala Self Monitoring
KOMPONEN 1. Expressive Self Control 2. Social Stage Presence 3. Other Directed Self Present TOTAL
FAVORABLE 1,7,13,19,25,31 5,11,17,23,29,35
UNFAVORABLE 4,10,16,22,28,34 2,8,14,20,26,32
Total 12 12
% 33,33 % 33,33 %
3,9,15,21,27,33 18
6,12,18,24,30,36 18
12 36
33, 33% 99,99 % ≈ 100 %
Skala Self Monitoring untuk uji coba berjumlah 36 aitem. Seperti pada skala Prokrastinasi, daya beda yang digunakan adalah 0,3. Adapun ringkasan indeks daya beda dan reliabilitas dari skala Self Monitoring adalah sebagai berikut : Tabel 8. Indeks Daya Beda Aitem dan Reliabilitas Skala Self Monitoring Skala Sebelum uji coba Setelah uji coba
RIx Min -0, 1128 0, 3054
RIx Max 0, 6620 0, 6801
Koefisien Reliabilitas 0, 9083 0, 9231
87
Perhitungan reliabilitas alat ukur menghasilkan koefisien Alpha sebesar 0, 9231 menunjukkan bahwa Skala Self Monitoring tersebut layak digunakan untuk penelitian. Hasil uji daya beda aitem dan reliabilitas skala Self Monitoring secara lengkap dapat dilihat pada lampiran B sehingga aitem-aitem yang valid dapat digunakan untuk penelitian. Peneliti menyusun kembali aitem valid menjadi Skala Self Monitoring untuk penelitian berjumlah 30 aitem meliputi 13 aitem favorable dan 17 aitem unfavorable. Adapun aitem-aitem yang valid dan gugur pada skala Self Monitoring dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 9. Distribusi Butir Aitem Valid dan Gugur Skala Self Monitoring
KOMPONEN 1. Expressive Self Control
FAVORABLE Valid Gugur 1, 7, 13, 25 19, 31
2. Social Stage Presence
5,17, 29, 35
11, 23
3, 9, 21, 27 33 13
15
3. Other Directed Self Present TOTAL Keterangan : V : valid G : gugur
5
UNFAVORABLE Valid Gugur 4, 16, 22, 28 10 34 2, 8, 14, 20 26, 32 6, 12, 18, 24 30, 36 17
Total V G 9 3 10
2
-
11
1
1
30
6
Setelah diketahui aitem-aitem yang valid dan juga telah diketahui bahwa skala Self monitoring adalah reliabel maka 30 aitem yang dinyatakan valid tersebut dapat digunakan lebih lanjut untuk penelitian. Penyusunan kembali aitem-aitem yang valid tersebut nampak dalam tabel berikut ini :
88
Tabel 10. Sebaran Aitem Valid Skala Self Monitoring KOMPONEN 1. Expressive Self Control
FAVORABLE 1, 7, 13, (25) 19
2. Social Stage Presence
5, (17) 11, (29) 17 (35) 23
3. Other Directed Self Present
3, 9, (21) 15 (27) 21, (33) 26 TOTAL 13 Keterangan : Dalam ( ) : nomor lama Tanpa ( ) : nomor baru
UNFAVORABLE 4, (16) 10, (22) 16 (28) 22, (34) 27 2, 8, 14, 20 (26) 25, (32) 29 6, 12, 18, 24 (30) 28, (36) 30 17
Total 9
% 30%
10
33, 33 %
11
36, 67 %
30
100%
3. Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian berlangsung selama empat hari terhitung mulai tanggal 15 Februari 2006 hingga 17 Februari 2006, dengan jumlah subjek sebanyak 89 orang. Hal ini berdasarkan teknik proportional sampling. Prosedur yang ditempuh dilakukan dengan jalan mengambil subjek yang terdapat pada masing-masing bidang yang ada di PT PLN Region Jateng DIY sesuai dengan proporsi atau perimbangannya. Tahap pertama menentukan besarnya jumlah sampel penelitian, yaitu sebanyak 60 % dari populasi, yaitu 89 orang. Tahap kedua, sesuai dengan pendapat Winarsunu (2002, h.14) untuk memperoleh perimbangan dari masingmasing bidang, dilakukan dengan menggunakan rumus berikut : JSB =
JST × JPB JPT
Keterangan : JSB = Jumlah Sampel Bagian JST = Jumlah Sampel Total JPB = Jumlah Populasi Bagian JPT = Jumlah Populasi Total
89
JSBenjinering =
89 × 24orang 148
JSBkonstruksi =
= 14 orang (dibulatkan) JSBophar =
89 × 49orang 148
JSBSDM =
= 7 orang (dibulatkan) JSBkenia =
= 29 orang (dibulatkan)
89 × 11orang 148
89 × 21orang 148
= 13 orang (dibulatkan)
89 × 43orang 148
= 26 orang (dibulatkan) Tahap selanjutnya, peneliti kemudian memberikan skala pada subjek penelitian yang telah terpilih. Tetapi sebelum pengisian skala, peneliti menjelaskan tata cara pengisian skala kepada para subjek. Selama proses pengambilan data, seperti halnya ketika tahap uji coba skala maka peneliti didampingi oleh salah seorang staf dari bidang SDM dan administrasi agar pelaksanaan penelitian berjalan lebih lancar dan mudah. Tahap terakhir, skala yang telah diisi oleh subjek diperiksa langsung oleh peneliti, untuk menghindari tidak lengkapnya identitas maupun aitem yang belum dijawab lengkap.
B.
Sampel Penelitian
Karyawan yang bekerja pada PT PLN (persero) Region Jateng DIY Ungaran, yang masuk dalam susunan organisasi berjumlah 148 orang. Tiap bidang memiliki jumlah karyawan yang berbeda-beda, sesuai dengan keahliannya masing-masing
90
sehingga untuk menentukan jumlah sampel penelitian, peneliti menggunakan teknik proportional sampling. Berdasarkan teknik proportional sampling maka karyawan yang menjadi sampel penelitian secara keseluruhan dari berbagai bidang yang ada, berjumlah 89 orang, dengan tiap bidang memiliki proporsi tertentu. Rinciannya adalah bidang enjinering berjumlah 14 orang, konstruksi berjumlah 7 orang, operasi dan pemeliharaan berjumlah 29 orang, keuangan dan niaga berjumlah 13 orang, serta bidang SDM dan administrasi berjumlah 26 orang. Karyawan laki-laki maupun perempuan menjadi sampel penelitian dengan pertimbangan agar dapat mengetahui perbedaan tingkat prokrastinasi dan self monitoring-nya. Usia berkisar antara 20 sampai dengan 55 tahun, dengan tingkat pendidikan yang bervariasi mulai SLTA/SMEA/STM hingga S1. Masa kerjanya pun bervariasi antara 1 tahun hingga 35 tahun. Deskripsi sampel penelitian secara terperinci dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut ini : Tabel 11. Sampel Penelitian Berdasarkan Karakteristik Jenis Kelamin No. 1 2
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan TOTAL
Jumlah 73 16 89
% 82,02 % 17,98 % 100%
Tabel 12. Sampel Penelitian Berdasarkan Karakteristik Usia No. 1 2 3 4
Rentang Usia 21-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun 51-60 tahun TOTAL
Jumlah 6 11 45 27 89
% 6,74 % 12,36 % 50,56 % 30,34 % 100%
91
Tabel 13. Sampel Penelitian Berdasarkan Karakteristik Tingkat Pendidikan No. 1 2 3 4 5
TINGKAT PENDIDIKAN SLTA SMEA STM D3 S1 TOTAL
Jumlah
%
33 2 5 22 27 89
37,07 % 2,25 % 5,62 % 24,72 % 30,34 % 100%
Tabel 14. Sampel Penelitian Berdasarkan Karakteristik Masa Kerja No. 1 2 3 4
Masa Kerja 1-10 tahun 11-20 tahun 21-30 tahun 31-40 tahun TOTAL
Jumlah 6 12 51 20 89
% 6,74 % 13,48 % 57,31 % 22,47 % 100%
Tabel 15. Sampel Penelitian Berdasarkan karakteristik Bidang Pekerjaan No. 1 2 3 4 5
Bidang Enjinering Konstruksi Ophar Kenia SDM TOTAL
Jumlah 14 7 29 13 26 89
% 15,73 % 7,87 % 32,58 % 14,61 % 29,21 % 100%
Adapun dasar pertimbangan peneliti memilih PT PLN (persero) Region Jateng DIY Ungaran adalah sebagai berikut : 1. Memiliki jumlah karyawan yang memadai dan sesuai dengan karakteristik penelitian sehingga memenuhi syarat untuk dijadikan tempat penelitian. 2. Lokasi penelitian yang mudah dijangkau sehingga mempermudah peneliti dalam proses pengambilan data. Faktor penghematan waktu, tenaga, dan biaya juga mendukung peneliti untuk memilih perusahaan ini.
92
3. Adanya izin dari pihak manajemen PT PLN (persero) Region Jateng DIY sehingga mempermudah peneliti dalam proses pengambilan data. 4.
Belum pernah digunakan untuk meneliti “Hubungan Self Monitoring dengan Prokrastinasi pada karyawan”.
C.
Hasil Analisis Data dan Interpretasi
1. Uji Asumsi Uji asumsi terlebih dahulu dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan uji hipotesis. Uji asumsi merupakan syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan pengujian hipotesis. Uji asumsi ini meliputi uji normalitas sebaran dan uji linearitas hubungan agar dapat diketahui. a. Uji Normalitas Sebaran Uji normalitas sebaran dilakukan dengan menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov Goodness of Fit Test menggunakan program SPSS versi 10.0. Hasil uji normalitas dari variabel Prokrastinasi adalah K-S Z = 0,674 dengan p>0,05. Sedangkan hasil uji normalitas dari variabel Self Monitoring adalah K-S Z = 0,956 dengan p>0,05. Untuk lebih jelasnya, hasil uji normalitas kedua skala penelitian tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 16. Hasil Uji Normalitas Variabel Prokrastinasi dan Variabel Self Monitoring Variabel 1. Prokrastinasi 2. Self Monitoring
Kolmogorov-Smirnov 0, 674 0, 956
P (p > 0, 05) 0, 754 0, 320
Bentuk Normal Normal
93
Hasil pada tabel di atas memperlihatkan bahwa kedua variabel penelitian ini memiliki distribusi normal. Hasil lengkapnya dapat dilihat pada lampiran E.
b. Uji Linearitas Sebaran Uji linearitas dari hubungan antara Self Monitoring dengan Prokrastinasi menghasilkan F lin = 102,59838 dengan p = 0,0000 (p<0,05). Agar lebih jelas, hasil uji linearitas hubungan antara Self Monitoring dengan Prokrastinasi dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 17. Hasil Uji Linearitas Variabel Prokrastinasi dengan Variabel Self Monitoring Nilai F 102, 59838
Signifikansi 0, 0000
P p < 0,05
Dari tabel di atas nampak bahwa hubungan antara Self Monitoring dengan Prokrastinasi adalah linear sehingga model analisis regresi linear dapat digunakan untuk memprediksikan hubungan antara variabel Self Monitoring dengan Prokrastinasi. Hasil lengkap dapat dilihat pada lampiran F.
2. Uji Hipotesis Hasil uji hipotesis penelitian yang menggunakan teknik analisis regresi sederhana, dengan menggunakan bantuan komputer melalui program SPSS versi 10.0 diperoleh hasil skor rxy = - 0,736 dengan p<0,05 (p=0,000). Arah hubungan yang negatif pada angka koefisien korelasi yakni - 0, 736 menunjukkan bahwa
94
semakin tinggi self monitoring maka akan semakin rendah prokrastinasi, begitu juga sebaliknya semakin rendah self monitoring maka akan semakin tinggi prokrastinasi. Tingkat signifikansi sebesar p = 0,000 (p<0,05) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan atau nyata antara self monitoring dengan prokrastinasi pada karyawan. Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara self monitoring dengan prokrastinasi pada karyawan, diterima. Untuk lebih jelasnya, perhitungan statistik selengkapnya dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini : Tabel 18. Deskripsi Statistik Penelitian Variabel Prokrastinasi Self Monitoring
Mean 54, 36 83, 45
Std. Deviation 5, 878 6, 666
N 89 89
Tabel 19. Rangkuman Analisis Regresi Sederhana untuk Variabel Penelitian Model 1
Sum of Squares 1645, 319 1395, 176 3040, 494
Regression Residual Total
df 1 87 88
Mean Square 1645, 319 16, 037
F
Sig.
102, 598
0, 000
Tabel 20. Koefisien Determinasi Penelitian Model
R
R square
1
0, 736
0, 541
Adjuste d R square 0, 536
Std. Error of the Estimate 4, 005
Berdasarkan tabel 20 terlihat bahwa besarnya koefisien determinasi yang ditunjukkan oleh R square adalah 0,541. Angka tersebut menunjukkan bahwa pada penelitian mengenai self monitoring dengan prokrastinasi memiliki sumbangan efektif sebesar 54, 1 %. Kondisi tersebut memperlihatkan bahwa
95
tingkat konsistensi variabel prokrastinasi sebesar 54, 1 % dapat diprediksikan oleh self monitoring, sisanya yakni sebesar 45, 9 % ditentukan oleh faktor-faktor lain. Tabel 21. Koefisien Persamaan Garis Regresi
Model 1 (Constant) Self Monitoring
Unstandardized Coefficients B Std. Error 108,492 5,361 -,649 ,064
Standardized Coefficients Beta -,763
t 20,237 -10,129
Sig. ,000 ,000
Berdasar tabel 21 terlihat bahwa harga beta nol 108,492 (a) dan harga beta satu (b) adalah -0,649, maka persamaan garis regresi antara self monitoring dan prokrastinasi dapat disusun sebagai berikut : Y = 108,492 - 0,649X Persamaan Regresi diatas dapat diartikan bahwa nilai Self Monitoring bertambah 1 maka nilai rata-rata Prokrastinasi akan berkurang 0,649. Setelah melihat skor yang diperoleh maka untuk selanjutnya dapat dilihat pula gambaran umum skor prokrastinasi dalam tabel berikut ini : Tabel 22. Gambaran Umum Skor Variabel Prokrastinasi Variabel Prokrastinasi
Statistik Skor Minimum Skor Maksimum Mean SD
Hipotetik 25 100 62,5 12,5
Empirik 34 73 54,36 5,878
Berdasarkan tabel 22 di atas, menunjukkan bahwa mean empirik variabel Prokrastinasi lebih rendah daripada mean hipotetik (54,36 < 62,5) dengan standar deviasi hipotetik sebesar 12,5. Artinya, prokrastinasi pada subjek penelitian berada pada taraf rendah. Untuk lebih jelasnya berikut ini akan diperlihatkan gambar 1 :
96
Gambar 1. Kategorisasi Variabel Prokrastinasi Sangat Rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat 54,36 Tinggi 43,75 56,25 68,75 81,25
Selanjutnya, gambaran umum skor self monitoring juga dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 23. Gambaran Umum Skor Variabel Self Monitoring Variabel Self Monitoring
Statistik Skor Minimum Skor Maksimum Mean SD
Hipotetik 30 120 75 15
Empirik 61 111 83,45 6,666
Berdasarkan tabel 23 dapat terlihat bahwa mean empirik variabel self monitoring pada subjek penelitian lebih tinggi daripada mean hipotetiknya (83,45 > 75) dengan standar deviasi hipotetik sebesar 15. Artinya, subjek penelitian memiliki self monitoring pada taraf yang tinggi. Berikut ini peneliti sajikan gambar kategorisasinya pada gambar 2, yaitu : Gambar 2. Kategorisasi Variabel Self Monitoring Sangat Rendah Sedang Tinggi Sangat Rendah 83,45 Tinggi 52,5 67,5 82,5 97,5
Kategorisasi yang dilakukan oleh peneliti dalam rangka untuk mengetahui tinggi rendahnya posisi subjek penelitian terhadap variabel prokrastinasi dan variabel self monitoring di atas, mengacu pada rumus x ≤ x - 1,5 SD
untuk
kategori sangat rendah, x - 1,5 SD < x ≤ x - 0,5 SD untuk kategori rendah, x - 0,5 SD < x ≤ x + 0,5 SD untuk kategori sedang, x + 0,5 SD < x ≤ x + 1,5 SD
97
untuk kategori tinggi, x + 1,5 SD < x untuk kategori sangat tinggi yang dikemukakan oleh Azwar (1999, h.108).
3.
Hasil Uji Analisis Tambahan Peneliti juga melakukan analisis tambahan pada penelitian ini, yang
berdasarkan pada identitas yang dimiliki oleh subjek penelitian, meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, masa kerja, dan bidang pekerjaan. Tabel 24. Hasil Analisis Tambahan Variabel Prokrastinasi Berdasarkan Identitas Subjek Identitas Jenis Kelamin Usia Tingkat Pendidikan Masa Kerja Bidang Pekerjaan
Keterangan t = 2,044 F = 2,600 F = 2,769 F = 3,203 F = 2,637
Sig. p = 0,044 p = 0,057 p = 0,068 p = 0,027 p = 0,040
p p<0,05 p>0,05 p>0,05 p<0,05 p<0,05
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat prokrastinasi secara signifikan berdasarkan perbedaan usia (p=0,057; p>0,05). Taraf signifikansi sebesar 0,068 (p>0,05) dan F=2,769 menunjukkan juga bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat prokrastinasi secara signifikan berdasarkan tingkat pendidikan. Berbeda halnya apabila dilihat berdasarkan jenis kelamin, masa kerja, dan bidang pekerjaan, maka terdapat perbedaan tingkat prokrastinasi yang signifikan. Taraf signifikansi sebesar p=0,044 (p<0,05) dan t hitung sebesar 2,044 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat prokrastinasi yang signifikan berdasarkan jenis kelamin. Besarnya F hitung sebesar 3,203 dengan signifikansi 0,027 (p<0,05), juga berarti terdapat perbedaan tingkat prokrastinasi yang signifikan berdasarkan masa kerja. Begitu juga berdasarkan bidang pekerjaan, F
98
hitung sebesar 2,637 dengan signifikansi p=0,040 (p<0,05), berarti terdapat perbedaan tingkat prokrastinasi yang signifikan. Berdasarkan hasil uji analisis tambahan pada penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa variabel prokrastinasi juga dipengaruhi oleh jenis kelamin, masa kerja, dan bidang pekerjaan karyawan.
99
BAB V PENUTUP
A. Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self monitoring dengan prokrastinasi pada karyawan. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara self monitoring dengan prokrastinasi pada karyawan, dengan nilai korelasi
rxy =
-0,736 dan p=0,000 (p<0,05). Adanya tanda negatif pada skor korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara self monitoring dengan prokrastinasi pada karyawan. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi self monitoring yang dimiliki oleh karyawan tersebut maka akan semakin rendah prokrastinasinya, sebaliknya semakin rendah self monitoring pada karyawan tersebut maka akan semakin tinggi prokrastinasi yang dilakukannya. Individu sebagai seorang karyawan tentunya memiliki tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakannya. Bagaimana seorang karyawan menanggapi tugas dan tanggung jawabnya itu sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Anoraga (2001, h.16-17) menyebutkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seorang karyawan memberikan tanggapan yang positif terhadap tugas dan tanggung jawabnya dalam bekerja di suatu perusahaan. Pertama, perusahaan dapat melakukan pendekatan psikologis dengan memperhatikan faktor-faktor psikologis yang pada umumnya melekat pada seorang karyawan. Kedua, perusahaan menyediakan fasilitas yang memungkinkan terpenuhinya kebutuhan karyawan
100
sebagai manusia, dan bukan sekedar sebagai alat produksi. Ketiga adalah ketenangan dan kegairahan seorang karyawan. Ketenangan dan kegairahan seorang karyawan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi karyawan tersebut dalam meningkatkan produktivitas kerjanya. Syarat pertama untuk mendapatkan ketenangan dan kegairahan kerja bagi seorang karyawan adalah bahwa tugas dan tanggung jawabnya itu sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Kedua, kemungkinan atau kesempatan seorang karyawan mendapatkan kemajuan. Ketiga, kondisi kerja yang menyenangkan. Keempat, rekan kerja yang baik. Keempat adalah kompensasi, gaji, dan imbalan. Kompensasi, gaji, dan imbalan yang adil merupakan salah satu faktor yang dapat menumbuhkan motivasi tinggi seorang karyawan dalam bekerja (Munandar, 2001, h.332). Tentu saja seorang karyawan yang memiliki motivasi tinggi akan selalu berupaya untuk menunjukkan kinerja yang positif. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Wolters (2003, h. 179-184) yang menyatakan bahwa seseorang yang memiliki motivasi tinggi maka prokrastinasinya rendah. Seorang karyawan dengan motivasi yang tinggi akan selalu berupaya menunjukkan kinerja yang positif di depan orang lain, dengan harapan akan mendapat penilaian yang bagus sehingga mendapatkan suatu promosi atau kenaikan pangkat. Kondisi ini mencerminkan bahwa kemungkinan seorang karyawan dengan motivasi tinggi untuk melakukan prokrastinasi dapat dikatakan rendah. Menurut Brehm & Kassin (1993, h.87) adanya upaya untuk menunjukkan kinerja yang positif di depan orang lain tersebut merupakan salah satu ciri yang dimiliki oleh seorang karyawan dengan self monitoring tinggi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa self
101
monitoring memiliki hubungan dengan prokrastinasi sesuai dengan hasil penelitian ini. Hasil penelitian ini juga menggambarkan bahwa tingkat prokrastinasi pada karyawan adalah rendah. Kondisi ini ditunjukkan oleh adanya skor mean empirik sebesar 54,36, lebih rendah dari skor mean hipotetik, yaitu 62,5 dengan nilai standar deviasi sebesar 12,5. Rendahnya tingkat prokrastinasi pada karyawan dapat dijelaskan sebagai berikut. Prokrastinasi merupakan suatu fenomena yang dapat menunjukkan bahwa seorang individu menolak untuk mengerjakan suatu tanggung jawab, seperti tugas dan keputusan, dalam kerangka waktu yang tepat. Hal ini tidak lazim untuk kebanyakan orang melakukan suatu penundaan sewaktu-waktu, namun untuk sebagian orang prokrastinasi merupakan suatu masalah yang menyebabkan ketidaknyamanan psikologis (Ferrari, 1995, h.8). Prokrastinasi itu sendiri sebagai suatu perilaku melibatkan berbagai hal yang dapat mempengaruhinya. Penelitian yang dilakukan oleh Jackson et al (2003, h.23) menunjukkan bahwa persepsi terhadap masa depan dapat mempengaruhi tingkat prokrastinasi seorang individu. Seseorang yang memiliki persepsi tinggi terhadap masa depannya maka tingkat prokrastinasinya akan rendah. Rendahnya tingkat prokrastinasi pada penelitian ini diduga juga dipengaruhi oleh tingginya persepsi para karyawan terhadap masa depannya, Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan subjek penelitian para karyawan di PT PLN (persero) Region Jateng DIY Ungaran, suatu perusahaan yang besar dengan berbagai tunjangan yang sangat menjanjikan. Perusahaan ini
102
telah membuat suatu kesepakatan kerja bersama dengan para karyawannya, yang diwakili oleh serikat pekerja dalam perusahaan ini, yang didalamnya mengatur segala hak dan kewajiban masing-masing pihak. Penghasilan, jaminan sosial, dan bantuan pinjaman juga telah dibuat kesepakatannya. Hal ini dapat menunjukkan bahwa perusahaan ini sangat memperhatikan kebutuhan para karyawannya. Adanya berbagai kebutuhan yang dimiliki oleh seorang karyawan, yang dapat dipenuhi oleh perusahaan ini, dapat membangun persepsi yang positif pada diri seorang karyawan mengenai adanya jaminan masa depannya di perusahaan. Tentu saja persepsi ini dapat memotivasi seorang karyawan untuk berperilaku kerja yang efisien dan efektif demi kepentingan perusahaan. Adanya upaya pada diri individu untuk menunjukkan kinerja yang positif di depan orang lain merupakan salah satu ciri dari aspek kepribadian, yaitu self monitoring yang tinggi (Brehmn & Kassin, 1993, h.87). Karyawan yang memiliki self monitoring tinggi dapat menunjukkan kinerja yang efisien dan efektif sehingga produktivitasnya pun dapat meningkat dan tingkat prokrastinasinya rendah. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila tingkat prokrastinasi karyawan pada penelitian ini rendah. Hasil penelitian ini juga memperlihatkan bahwa tingkat self monitoring pada karyawan termasuk dalam kategori tinggi, yang ditunjukkan dengan skor mean empirik sebesar 83,45 lebih besar dari skor mean hipotetik, yaitu sebesar 75 dengan nilai standar deviasi hipotetik sebesar 15. Kondisi ini dapat membuktikan tingginya kesadaran karyawan mengenai pentingnya kemajuan dalam kariernya di perusahaan tempat dirinya bekerja. Tingginya tingkat self monitoring pada karyawan dalam penelitian ini dapat dimengerti mengingat tuntutan perusahaan
103
terhadap karyawan sangat tinggi guna menghadapi berbagai perubahan yang ada. Kenyataan ini sejalan dengan pendapat Robbins (1996, h.62) yang menyatakan bahwa seorang karyawan dengan self monitoring yang tinggi akan memainkan peran dalam rangka usahanya untuk mendapatkan penilaian yang positif dari orang lain dengan tujuan untuk meningkatkan kariernya. Tingginya self monitoring pada karyawan dalam penelitian ini dapat menunjukkan bahwa para karyawan di PT PLN (persero) Region Jateng DIY Ungaran senantiasa mampu memainkan perannya sesuai dengan tuntutan pekerjaannya. Hal ini dimungkinkan karena perusahaan ini telah membuat suatu kesepakatan kerja bersama dengan para karyawannya dimana didalamnya diatur mengenai hak dan kewajiban masing-masing pihak. Berdasarkan kesepakatan tersebut tentunya membawa konsekuensi bagi para karyawan maupun perusahaan untuk selalu mematuhinya. Dilihat dari sisi karyawan maka dengan adanya kesepakatan tersebut, seorang karyawan dituntut untuk mampu berperan serta aktif dalam memajukan dan mengembangkan perusahaan apabila ingin tetap bertahan di perusahaan ini. Oleh karena itu, untuk menyesuaikan diri dengan segala kondisi perusahaan, para karyawan dalam penelitian ini menggunakan self monitoring yang dimilikinya dalam bekerja. Sumbangan variabel self monitoring terhadap variabel prokrastinasi, yang ditunjukkan dengan R square yakni sebesar 0,541 atau 54,1 % mempunyai arti bahwa tingkat konsistensi variabel prokrastinasi sebesar 54,1 % dapat diprediksikan oleh self monitoring, sementara sisanya sebesar 45,9 % ditentukan oleh faktor-faktor lain yang juga dapat mempengaruhi prokrastinasi pada
104
karyawan yang tidak diteliti oleh peneliti, seperti motivasi, persepsi terhadap masa depan, dan lingkungan kerja. Berdasarkan hasil penelitian Wolters (2003, h.179-184) salah satu faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya tingkat prokrastinasi adalah motivasi. Pada penelitian ini, para karyawan mendapatkan jaminan sosial, penghasilan, dan bantuan pinjaman dari perusahaannya. Hal ini menyebabkan timbulnya suatu persepsi yang positif pada diri karyawan mengenai masa depannya di perusahaan sehingga termotivasi untuk menunjukkan kinerja yang baik dengan harapan mendapatkan penilaian yang positif juga dari perusahaan dan meningkat kariernya. Rendahnya tingkat prokrastinasi ini kemungkinan juga dipengaruhi oleh motivasi yang ada dalam diri para karyawan. Faktor persepsi terhadap masa depan adalah faktor lain yang diduga mempengaruhi prokrastinasi (Jackson et al, 2003, h. 23). Para karyawan dalam penelitian ini memiliki kesempatan untuk mengembangkan kariernya, yang telah diatur dalam Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) antara karyawan dengan perusahaan, yang senantiasa dievaluasi setiap dua tahun sekali. Hal ini dapat membangun persepsi yang positif juga pada diri karyawan mengenai masa depannya di perusahaan. Adanya persepsi positif terhadap masa depannya di perusahaan dapat juga menyebabkan perilaku kerja yang positif sehingga persepsi terhadap masa depan dapat mempengaruhi rendahnya prokrastinasi pada karyawan. Karyawan dalam penelitian ini memiliki kesepakatan kerja dengan perusahaan, salah satunya mengenai kedisiplinan, yang meliputi kewajiban,
105
larangan, dan hukuman bagi karyawan. Kondisi ini dapat menyebabkan karyawan senantiasa berada di bawah pengawasan perusahaan dalam mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya dengan berusaha untuk mematuhinya. Lingkungan yang penuh pengawasan dalam perusahaan dapat diduga menjadi salah satu faktor rendahnya tingkat prokrastinasi karyawan. Selain itu, setiap karyawan juga memiliki tugas yang tertuang dalam program kerjanya, yang terdiri dari berbagai tahapan-tahapan tertentu sehingga karyawan dituntut untuk selalu berusaha mengerjakan tugasnya sesuai dengan tahapan tersebut. Setiap karyawan nantinya akan mendapat penilaian dari atasannya berdasarkan performance yang ditunjukkannya dan
penilaian
tersebut
mempengaruhi
penghargaan
dan
pengembangan kariernya. Hal ini dikarenakan prokrastinasi tinggi biasa terjadi pada lingkungan yang rendah pengawasan dan hanya mendasarkan hasil akhir, bukan usaha yang dilakukannya (Ferrari, 1995, h.88). Hasil analisis tambahan pada penelitian ini, perilaku kerja yang ditunjukkan oleh para karyawan, dalam hal ini prokrastinasi yang dilakukannya dalam bekerja, menunjukkan adanya perbedaan apabila dilihat berdasarkan karakteristik bidang pekerjaan. Uji beda ANOVA menunjukkan hasil F=2,637 dengan p=0,040 (p<0,05), yang artinya ada perbedaan tingkat prokrastinasi yang signifikan antara bidang enjinering, konstruksi, operasi dan pemeliharaan, keuangan dan niaga, serta bidang sumber daya manusia dan administrasi. Hasil uji beda dengan menggunakan ANOVA juga menunjukkan bahwa karyawan yang termasuk dalam bidang konstruksi, keuangan, dan niaga memiliki tingkat prokrastinasi yang lebih tinggi dibandingkan karyawan di bidang lainnya. Hal ini dapat menunjukkan
106
bahwa kemungkinan karyawan yang ditempatkan di bidang konstruksi, keuangan, dan niaga, antara tugas dan tanggung jawabnya kurang sesuai dengan kemampuan dan minatnya sehingga dalam melakukan suatu pekerjaan kurang dapat optimal (Anoraga, 2001, h.17). Berdasarkan hasil analisis tambahan dengan menggunakan uji beda ANOVA, diperoleh hasil F=3,203 dengan p=0,027 (p<0,05), artinya ada perbedaan tingkat prokrastinasi yang signifikan berdasarkan karakteristik masa kerja. Namun, apabila dilihat perbedaannya tersebut, antara karyawan dengan masa kerja 1-10 tahun dengan karyawan yang memiliki masa kerja 21-30 tahun, justru karyawan dengan masa kerja 21-30 tahun tingkat prokrastinasinya lebih tinggi. Hal ini dapat menunjukkan bahwa seorang karyawan dengan masa kerja yang lebih lama, yang berarti seharusnya memiliki komitmen yang lebih tinggi terhadap perusahaan sehingga menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan karyawan dengan masa kerja yang lebih pendek, justru melakukan sesuatu hal yang tidak seharusnya dilakukannya, yaitu prokrastinasi. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Salancik (Handoko, dkk., 2004, h.149) yang menunjukkan bahwa karyawan yang memiliki masa kerja lebih lama maka komitmennya akan lebih tinggi dibanding karyawan yang mempunyai masa kerja yang lebih pendek sehingga perilaku kerjanya pun akan lebih baik. Kondisi ini dapat dimungkinkan bahwa prokrastinasi sebagai suatu perilaku itu tidak hanya dipengaruhi oleh masa kerja saja, masih banyak faktor lainnya yang berperan serta di dalamnya, diantaranya jenis kelamin.
107
Pengaruh jenis kelamin terhadap tingkat prokrastinasi juga ditemukan pada penelitian ini. Berdasarkan analisis tambahan dengan menggunakan uji t, diperoleh hasil t=2,044 dengan p=0,044, artinya ada perbedaan tingkat prokrastinasi secara signifikan berdasarkan jenis kelamin karyawan. Karyawan yang memiliki jenis kelamin laki-laki menunjukkan tingkat prokrastinasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan karyawan yang memiliki jenis kelamin perempuan. Berdasarkan usia sampel penelitian (21-30 tahun, 31-40 tahun, 41-50 tahun, 51-60 tahun) didapatkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat prokrastinasi secara signifikan
pada
karyawan.
Hasil
ini
menunjukkan
bahwa
usia
tidak
mempengaruhi tingkat prokrastinasi pada karyawan. Kondisi ini sejalan dengan pendapat Ferrari (1995, h.16) yang menyatakan bahwa hubungan antara prokrastinasi dengan usia sulit untuk dijelaskan. Tingkat pendidikan sampel penelitian (SLTA, D3, S1) juga didapatkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat prokrastinasi yang signifikan pada karyawan. Kondisi ini dapat menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak mempengaruhi tingkat prokrastinasi pada karyawan. Berdasarkan analisis tambahan pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin, masa kerja, dan bidang pekerjaan dapat menjadi faktor yang mempengaruhi tingkat prokrastinasi pada karyawan. Penelitian ini telah dilaksanakan dan diselesaikan oleh peneliti. Namun demikian, penelitian ini mempunyai kelemahan. Adapun kelemahan dalam penelitian ini adalah masih terbatasnya literatur yang membahas prokrastinasi,
108
terutama prokrastinasi di tempat kerja, yang menjadikan peneliti agak mengalami hambatan dalam pengerjaan penelitian ini sehingga masih banyak kekurangan dalam penelitian ini.
B. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan negatif antara self monitoring dengan prokrastinasi pada karyawan. Kondisi ini diartikan bahwa semakin tinggi self monitoring pada karyawan tersebut maka akan semakin rendah prokrastinasinya. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah self monitoring pada karyawan tersebut, maka akan semakin tinggi prokrastinasinya. Sumbangan efektif variabel self monitoring terhadap variabel prokrastinasi adalah sebesar 54,1 % dan sisanya yakni sebesar 45,9 % ditentukan oleh faktor-faktor lain seperti motivasi, persepsi terhadap masa depan, dan lingkungan.
C. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh didapatkan tingkat self monitoring pada karyawan adalah tinggi sedangkan tingkat prokrastinasinya rendah, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut : 1. Bagi Karyawan Para karyawan diharapkan mampu mempertahankan kinerjanya selama ini dan bahkan akan lebih baik apabila dapat ditingkatkan lagi apalagi persaingan di lingkungan kerja semakin kompetitif sehingga hanya karyawan yang
109
berkualitaslah yang dibutuhkan oleh perusahaan demi perkembangan dan kemajuan perusahaan tersebut. Hal ini mungkin bisa dilakukan dengan lebih tanggap lagi dalam menerima dan menganalisa setiap informasi baru yang berkaitan dengan pekerjaannya masing-masing. 2. Bagi perusahaan Perusahaan diharapkan mampu mempertahankan self monitoring para karyawannya dengan menyelenggarakan beberapa program peningkatan sumber daya manusia melalui pelatihan-pelatihan dan kegiatan-kegiatan efektif. 3. Bagi peneliti lain Bagi peneliti lain yang hendak meneliti dengan topik yang sama hendaknya menggunakan subjek yang berasal dari perseroan Pertamina dan Telkom.
lain seperti
110
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, P. 2001. Psikologi Kerja. Jakarta : PT Rineka Cipta. Azwar, S. 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta :Pustaka Pelajar. Azwar, S. 1999. Metode Penelitian. Yogyakarta :Pustaka Pelajar. Baron, R. A., & Byrne, D. 1994. Social Psychology : Understanding Human Interaction. Boston : Allyn and Bacon Inc. Baron, R. A., & Byrne, D. 1997. Social Psychology : Understanding Human Interaction. Boston : Allyn and Bacon Inc. Baron, R.A., & Greenberg, J. 1990. Behaviour in Organizations Understanding and Managing The Human Side of Work. Third Edition. Boston : Allyn and Bacon Inc. Brehm, S. S., & Kassin, S. M. 1993. Social Psychology. Second Edition. New Jersey : Houghton-Mifflin Company. Burka, J. B., & Yuen, L. M. 1983. Procrastination : Why You Do It, What to Do About It. Massachusetts : Perseus Books. Chiou, J. S. 2003. The Effect of Attitude, Subjective Norms and Perceived Behavior Control on Consumers Purchase Intention. The Moderating Effects of Product Knowledge and Attention to Social Comparison Information. Proceeding National Science Council (ROC). Volume 9. No. 2. Page : 298308. De Vellis, R. F. 1991. Scale Development Theory and Applications. London : Sage Publication. Engel, J.F., Blackwell, R.D., & Miniard, P.W. 1995. Perilaku Konsumen. Edisi keenam. Jilid II. Terjemahan. Alih Bahasa : F.X. Budiyanto. Jakarta : Penerbit Bina Rupa Aksara. Erningpraja, E. D (September-Oktober, 2003). Seputar Restrukturisasi. Koran P3B, 2. Ferrari, J. R., Johnson, J. L., & Mc Cown, W. G. 1995. Procrastination and Task Avoidence. New York : Plenum Press.
111
Fiske, S. T., & Taylor, S. E. 1991. Social Cognition. Second Edition. Singapore : Mc Graw Hill International Editions. Green, L. 1982. Minority Students’ Self-Control of Procrastination. Journal of Counseling Psychology, Vol.29, No.6, 636-644. Handoko, T. H., Susanto, A.B., Prama, G., Hardjana, A., Lako, A., dan Sangkala. 2004. Strategi Organisasi. Yogyakarta : Penerbit Amara Books. Hardjana, A. M. 1994. Stres Tanpa Distres : Seni mengolah Stres. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Ibrahim, D. N (2003, Agustus). Rakordis ke X : Menata SDM di Era Kompetisi. Fokus, 27. Jackson, T., Fritch, A., Nagasaka, T., & Pope, L. 2003. Procrastination and Perceptions of Past, Present and Future. Individual Differences Research, 1, 17-20. Jawahar, I. M. 2001. Attitudes, Self-monitoring and Appraisal Behaviors. Journal of Applied Psychology. Vol.86. No.5. Page 875-883. Kompas. “The Man Behind The Gun” Restrukturisasi Perkeretaapian. 28 Agustus 2003. Kreitner, R., & Kinicki, A. 2005. Perilaku Organisasi. Terjemahan. Jakarta : Penerbit Salemba Empat. Moh. Nazir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia. Munandar, A. S. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia. O’cass. 2000. A Psychometric Evaluation of a Revised Version of the Lennox and Wolfe Revised Self Monitoring Scale. Psychology and Marketing. Volume 17 (5). Page 397-419. Canada : John Wiley and Sons. Pikiran Rakyat. PT DI Dijual ke ASEAN Setelah Restrukturisasi. 2003. PT PLN (persero) P3B. 2002. Kesepakatan Kerja Bersama (KKB). Rachmahana, R. S. 2002. Perilaku Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa. Psikodimensia Kajian Ilmiah Psikologi. Vol. 2. No. 3. Hal. 132-137. Raven, B.H., & Rubin, J.Z. 1983. Social Psychology. Second Edition. Englewood Cliffs, New Jersey : Prentice Hall Inc.
112
Redaksi Buletin PLN Baru (2003, Maret). Menjawab Tantangan. Buletin PLN Baru, 2, 1. Robbins, S. P. 1996. Perilaku Organisasi : Konsep-Kontroversi-Aplikasi. Jilid 2. Jakarta : PT Prenhallindo. Sapadin, L., & Maquire, J. 1996. It’s About Time : The Six Stylesof Procrastination and How to Overcome Them. New York : Penguin Books. Shaw, M. E., & Constanzo, P. R. 1982. Theories of Social Psychology. Second Edition. Tokyo : Mc Graw Hill Inc. Snyder, M., & Gangestad, s. 1986. On The Nature of Self Monitoring : Matters of Assessment, Matters of Validity. Journal of Personality and Social Psychology, Vol.51, No.1, 125-139. Solomon, L.J., & Rothblum, E.D. 1984. Academic Procrastination : Frequency and Cognitive Behavioral Correlates. Journal of Counseling Psychology, Vol.31, No.4, 503-509. Suara Merdeka. Sudah Rekeningnya Mahal, Padam Lagi. 20 Agustus 2005. Sugiarto, Siagian, D., Sunaryanto, L. T., Oetomo, D. S. 2003. Teknik Sampling. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Umum. Susanto, B. (2004, April). Pengukuran Kinerja di PLN Distribusi dengan Balanced Scorecard. http://www.plnkc.or.id/library/download/attach_balance_scorecard.doc Tobing. E. R. L (2003, Maret). Restrukturisasi agar PLN Lebih Baik. Buletin PLN Baru, 2, 4. UU Nomor 20 tahun 2002 tentang kelistrikan. Watson, D.L., Tregerthan, G.D., & Frank, J. 1984. Social Psychology : Science and Application. Illinois : Scott, Foresman and Company. Widiono, E. (2003, Maret). Tugas Sejarah. Fokus, 11. Winarsunu, T. 2002. Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang : UMM Press. Wolters, C. A. 2003. Understanding Procrastination a Self-Regulated Learning Perspective. Journal of Educational Psychology, Vol.95, No.1, 179-187.
113
Wrightsman, S., & Deaux, E. 1981. Social Psychologyin the 80’s. Third Edition. Montery Books : Cole Publishing Co.
114
LAMPIRAN A
SKALA UNTUK UJI COBA
115
SKALA UNTUK UJI COBA
116
LAMPIRAN B
DAYA BEDA AITEM DAN RELIABILITAS
117
DATA UJI COBA SKALA PROKRASTINASI NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
P01 2 3 3 3 2 3 4 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 1 3 4 3 2 3 3 4 3 2 3 3 2 1 2
P02 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 1 4 1 1 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2
P03 3 3 3 2 3 2 4 2 4 3 2 3 2 2 3 3 3 2 4 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2
P04 2 2 3 1 2 3 1 2 2 2 4 2 2 3 2 3 3 2 2 1 3 1 4 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 1 2
P05 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2
P06 3 2 2 1 3 2 4 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 1 3 3 1 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 2
P07 2 2 1 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2
P08 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 1 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 2 4 3 4 3
P09 1 2 2 1 2 3 1 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 3 3 1 1 2 2
P10 2 2 2 2 2 2 4 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 2 2 3 2 1 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2
DATA UJI COBA SKALA PROKRASTINASI
P11 3 3 4 2 2 3 4 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 2 3 3 3 2 4 3 2 1 3 3 2 3 3 3 3 3 2
P12 1 2 1 2 2 3 1 1 2 2 1 2 3 1 2 2 2 2 3 2 2 1 4 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 2
118
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
P13 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1 2
P14 3 3 3 1 3 3 4 3 3 3 3 3 2 4 4 3 2 3 4 3 2 3 4 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2
P15 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 3 2 3 2 1 3 2 2 2
P16 3 4 3 2 3 2 4 2 4 3 2 3 2 2 3 3 3 2 4 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2
P17 3 3 4 3 3 2 2 3 3 3 2 4 2 4 3 3 3 2 4 3 3 3 2 3 3 3 4 4 2 3 2 2 3 2 2
P18 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 1 4 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2
P19 2 2 2 1 2 3 2 2 2 3 1 1 2 1 2 2 3 2 2 2 2 1 3 2 2 1 2 2 2 3 1 2 2 2 2
P20 1 2 2 2 2 2 3 2 1 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 1 4 1 1 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2
P21 2 2 1 1 2 3 2 1 1 2 2 1 2 2 1 3 1 2 3 2 2 2 3 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2
P22 3 3 4 2 2 3 4 4 3 3 4 3 2 4 4 3 3 3 4 2 3 2 3 3 2 1 3 2 2 3 3 3 3 3 2
DATA UJI COBA SKALA PROKRASTINASI NO
P25
P26
P27
P28
P29
P30
P31
P32
P
P23 3 3 3 1 2 3 4 3 3 3 3 3 2 4 4 3 2 3 4 3 2 3 4 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2
P24 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 1 2 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 2 3 3 3 2 4 3 4 3
119
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
3 2 4 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 4
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1
2 2 2 1 2 3 2 1 2 2 1 2 2 1
1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2
2 2 2 1 2 3 1 2 2 2 4 2 2 3
3 3 4 2 2 2 4 3 3 3 3 3 2 4
2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2
3 3 3 3 2 3 4 2 2 3 3 3 3 3
72 77 77 60 71 81 87 68 75 79 74 72 69 76
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
4 3 4 3 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2
1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2
2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2
1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1 2
2 3 3 2 2 1 3 1 4 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 1 2
3 3 3 2 3 3 3 2 4 3 2 1 3 3 2 3 3 3 3 3 2
3 3 2 2 3 2 1 1 3 2 2 1 3 2 2 2 1 2 2 1 2
3 3 2 3 3 2 1 3 4 3 2 3 3 4 3 2 3 3 2 1 2
78 82 77 72 86 67 68 63 97 68 57 58 81 80 71 82 63 70 69 65 66
PUTARAN 1
Reliability
120
****** Method 1 (space saver)will be used for this analysis ****** R E L I A B I L I T Y
A N A L Y S I S
- S C A L E
(A L P H A)
Item-total Statistics
P01 P02 P03 P04 P05 P06 P07 P08 P09 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24 P25 P26 P27 P28 P29 P30 P31 P32
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
70.4571 71.2286 70.4571 71.1143 71.3143 70.7429 70.9429 70.1429 71.4857 71.1143 70.3143 71.3429 71.4857 70.2571 71.2571 70.4286 70.2857 71.1143 71.2000 71.2000 71.3714 70.2571 70.2857 70.0857 70.4000 71.3429 71.2857 71.4571 71.1429 70.3429 71.1429 70.4286
70.2555 70.3580 69.9613 68.2218 72.8689 70.8437 76.4084 75.4790 73.8454 69.1042 68.2218 69.8790 71.8454 68.6672 76.0790 69.7815 75.0336 70.1630 70.1647 69.5765 69.3580 69.0790 68.5630 78.1395 71.4235 75.5849 72.4454 72.6084 68.4202 68.7025 69.3025 70.3697
Corrected ItemTotal Correlation .4007 .4736 .4960 .4934 .3263 .3653 -.1253* -.0264* .1223* .6533 .6326 .4323 .4311 .5776 -.0826* .4816 .0070* .6008 .5131 .5264 .5414 .4716 .5719 -.2491* .3368 -.0217* .3460 .3446 .4907 .5731 .6006 .3964
Reliability Coefficients N of Cases = Alpha =
.8567
PUTARAN 2
Reliability
35.0
N of Items = 32
Alpha if Item Deleted .8518 .8500 .8493 .8488 .8539 .8529 .8625 .8630 .8592 .8459 .8453 .8509 .8518 .8468 .8625 .8496 .8629 .8479 .8492 .8485 .8480 .8496 .8468 .8695 .8536 .8598 .8534 .8535 .8490 .8469 .8469 .8520
121
****** Method 1 (space saver)will be used for this analysis ****** R E L I A B I L I T Y
A N A L Y S I S
- S C A L E
(A L P H A)
Item-total Statistics
P01 P02 P03 P04 P05 P06 P10 P11 P12 P13 P14 P16 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P25 P27 P28 P29 P30 P31 P32
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
54.0000 54.7714 54.0000 54.6571 54.8571 54.2857 54.6571 53.8571 54.8857 55.0286 53.8000 53.9714 54.6571 54.7429 54.7429 54.9143 53.8000 53.8286 53.9429 54.8286 55.0000 54.6857 53.8857 54.6857 53.9714
70.5294 71.0639 70.6471 68.8202 73.3613 71.1513 69.5849 68.5966 70.4571 72.6168 68.8706 70.4992 70.7025 71.1966 70.2555 70.1395 69.5176 68.7345 71.7025 72.9697 73.4706 68.9866 69.0454 69.9866 70.6168
Corrected ItemTotal Correlation
Alpha if Item Deleted
.4291 .4634 .4879 .4932 .3423 .3916 .6663 .6537 .4344 .4110 .6143 .4709 .6084 .4686 .5188 .5239 .4848 .6107 .3672 .3567 .3133 .4930 .5968 .5918 .4274
.8969 .8960 .8955 .8957 .8982 .8977 .8921 .8917 .8968 .8971 .8925 .8958 .8936 .8959 .8948 .8947 .8957 .8926 .8981 .8980 .8986 .8957 .8929 .8934 .8970
Reliability Coefficients N of Cases = Alpha =
35.0
N of Items = 25
.8993
DATA UJI COBA SKALA SELF MONITORING NO
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
122
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
01 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
02 2 2 3 3 2 2 1 3 2 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3
03 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3
04 3 3 2 3 3 2 3 1 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 2
05 3 2 3 3 2 2 1 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 2 3 2 3 3 3 1 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
06 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 4 2 3 1 3 2 3 3 2 2 2 3 2 1 2 3 3 3 2 3 1 3 2 2 2
07 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
08 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3
09 3 2 2 4 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2
10 2 3 3 3 3 1 2 3 3 2 3 2 3 4 2 3 2 2 3 3 2 3 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
11 3 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 4 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2
12 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2 1 3 3 3 4 2 3 4 3 3 3 3
DATA UJI COBA SKALA SELF MONITORING NO
SM 13
SM 14
SM 15
SM 16
SM 17
SM 18
SM 19
SM 20
SM 21
SM 22
SM 23
SM 24
123
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2
3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 4 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 1 4 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2
2 3 2 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 1 4 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3
2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 4 2 3 1 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2
2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 4 3 2 3 3 3 3 2 1 1 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2
3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 2
2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2
2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 4 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2
3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 2 2 3 3 2 3 3 1 1 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3
2 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 1 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2
2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 4 2 2 3 3 2 2 2 4 4 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2
3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 4 2 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3
DATA UJI COBA SKALA SELF MONITORING NO 1
SM 25 3
SM 26 3
SM 27 3
SM 28 2
SM 29 3
SM 30 3
SM 31 2
SM 32 3
SM 33 3
SM 34 2
SM 35 2
SM 36 3
SM 94
124
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2
2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2 1 3 3 3 4 2 3 4 3 3 3 3
3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 2 2 1 3 2 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3
2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 2 3 3 2 3 3 1 1 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 2 1 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 2
2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2
3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 2
3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3
3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 3 1 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 2 3 3 2 2 3 2 3 4 2 3 1 3 2 3 3 2 2 2 3 2 1 2 3 3 3 2 3 1 3 2 2 2
93 97 103 103 83 91 103 99 104 113 89 103 91 121 83 91 106 103 90 99 104 75 83 98 106 101 115 88 107 92 107 106 98 89
PUTARAN 1
Reliability ****** Method 1 (space saver)will be used for this analysis ******
125
R E L I A B I L I T Y
A N A L Y S I S - S C A L E
(A L P H A)
Item-total Statistics
SM01 SM02 SM03 SM04 SM05 SM06 SM07 SM08 SM09 SM10 SM11 SM12 SM13 SM14 SM15 SM16 SM17 SM18 SM19 SM20 SM21 SM22 SM23 SM24 SM25 SM26 SM27 SM28 SM29 SM30 SM31 SM32 SM33 SM34 SM35 SM36
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
95.2857 95.6286 95.3714 95.4286 95.4571 95.7143 95.3143 95.2000 95.5429 95.5143 95.4286 95.4286 95.4857 95.4286 95.3143 95.5429 95.5714 95.3429 95.2571 95.5714 95.4286 95.4571 95.6857 95.2286 95.5714 95.4571 95.2857 95.6000 95.4000 95.3714 95.3143 95.4000 95.3429 95.5714 95.3143 95.7429
89.7395 89.8286 90.9462 91.5462 90.5496 87.6807 91.3395 90.8706 89.7261 92.2571 96.7227 89.9580 92.4924 90.6050 92.5160 88.9025 89.0168 91.5849 93.4319 90.4286 87.8403 88.9025 95.5160 91.2403 89.9580 89.9025 91.0336 90.1294 88.3647 91.2403 93.9866 91.1882 91.7613 89.7227 89.5160 87.7261
R E L I A B I L I T Y
Corrected ItemTotal Correlation
Alpha if Item Deleted
.5752 .5317 .5127 .3666 .4105 .5810 .5194 .5465 .5037 .2548* -.1128* .4714 .3399 .3802 .2522* .5790 .5173 .4619 .2512* .4809 .6620 .6079 -.0121* .4697 .5271 .4668 .5966 .5056 .6286 .4207 .1945* .4662 .5304 .5502 .5741 .5796
A N A L Y S I S - S C A L E
.9042 .9047 .9052 .9070 .9065 .9037 .9053 .9049 .9050 .9090 .9136 .9055 .9072 .9071 .9088 .9039 .9048 .9058 .9082 .9054 .9025 .9035 .9134 .9057 .9047 .9056 .9046 .9050 .9031 .9062 .9088 .9057 .9054 .9044 .9041 .9037
(A L P H A)
Reliability Coefficients N of Cases =
35.0
N of Items = 36
126
Alpha =
.9083
PUTARAN 2
Reliability ****** Method 1 (space saver)will be used for this analysis ******
127
R E L I A B I L I T Y
A N A L Y S I S - S C A L E
(A L P H A)
Item-total Statistics
SM01 SM02 SM03 SM04 SM05 SM06 SM07 SM08 SM09 SM12 SM13 SM14 SM16 SM17 SM18 SM20 SM21 SM22 SM24 SM25 SM26 SM27 SM28 SM29 SM30 SM32 SM33 SM34 SM35 SM36
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
78.7714 79.1143 78.8571 78.9143 78.9429 79.2000 78.8000 78.6857 79.0286 78.9143 78.9714 78.9143 79.0286 79.0571 78.8286 79.0571 78.9143 78.9429 78.7143 79.0571 78.9429 78.7714 79.0857 78.8857 78.8571 78.8857 78.8286 79.0571 78.8000 79.2286
80.2403 80.9277 81.7731 82.4336 81.1143 77.9882 82.1647 81.7513 80.1462 79.9630 83.4992 81.9042 80.1462 79.9378 82.3815 81.6437 78.6101 80.1731 82.0924 80.4084 79.8790 81.9462 81.1395 79.1630 82.0084 82.1630 82.3815 80.8790 80.2235 78.0050
Corrected ItemTotal Correlation .6141 .5064 .5091 .3538 .4330 .6361 .5132 .5365 .5456 .5505 .3054 .3374 .5456 .5146 .4578 .4402 .6801 .5705 .4612 .5681 .5474 .5801 .4877 .6414 .4217 .4440 .5506 .5192 .5911 .6371
Reliability Coefficients N of Cases = Alpha = .9231
35.0
N of Items = 30
Alpha if Item Deleted .9193 .9207 .9208 .9228 .9219 .9187 .9208 .9205 .9202 .9201 .9231 .9236 .9202 .9207 .9214 .9216 .9181 .9198 .9213 .9199 .9202 .9202 .9210 .9187 .9218 .9215 .9206 .9205 .9196 .9187
128
LAMPIRAN C
SKALA UNTUK PENELITIAN
SKALA UNTUK PENELITIAN
129
130
LAMPIRAN D
DATA PENELITIAN
DATA PENELITIAN SKALA PROKRASTINASI NO. 1 2
P01 2 3
P02 1 3
P03 2 3
P04 1 2
P05 1 3
P06 2 2
P07 1 2
P08 4 3
P09 3 2
P10 2 3
P11 3 3
P12 1 2
131
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
3 3 2 3 3 3 1 3 3 2 2 3 4 3
2 1 2 2 2 1 4 2 2 2 2 2 1 2
2 3 3 3 3 3 4 2 1 2 3 2 4 3
1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 2
2 1 2 3 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2
2 3 3 3 2 2 3 2 1 2 2 2 3 3
2 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2
3 3 3 2 3 2 4 3 3 3 3 4 3 3
2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3
2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 3 2 2 2
2 2 3 4 3 2 1 3 2 2 3 3 3 3
2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
3 4 2 2 3 3 3 2 3 4 3 1 2 3 3 3 3 2
2 1 2 2 2 2 2 1 1 4 1 2 2 2 2 2 2 2
2 4 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 4 2 2 3 2
1 1 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 2 1
2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 3 1
2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 1 3 3 1 2 2 3
2 1 2 3 2 2 4 2 2 2 3 3 3 2 3 2 3 3
2 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 2 3 2 3 3 3 4
2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 2 2 2
1 1 2 2 2 1 1 1 2 3 2 2 1 3 2 2 2 1
3 4 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 4
2 2 2 1 2 1 1 1 2 4 1 2 2 3 2 2 3 1
P11 2 1 1 3
P12 2 2 1 2
DATA PENELITIAN SKALA PROKRASTINASI NO. 35 36 37 38
P01 3 3 3 3
P02 2 2 2 3
P03 2 1 2 2
P04 2 1 1 2
P05 2 2 1 3
P06 2 2 2 3
P07 2 3 1 3
P08 3 4 1 3
P09 2 2 1 3
P10 2 2 2 3
132
39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
4 3 3 3 2 3 3 4 2 3 3 2 2 3
1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2
2 2 2 1 2 1 4 4 1 2 2 2 2 3
1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2 2
1 2 2 2 1 2 1 1 1 2 1 2 1 2
1 2 2 2 2 1 3 1 2 3 2 2 3 3
2 2 3 2 2 3 3 4 2 3 2 2 2 3
3 3 3 4 3 3 2 4 3 2 1 3 3 3
2 2 2 1 1 2 2 1 3 2 2 2 2 3
2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2
3 3 3 3 2 3 4 4 2 2 3 2 4 3
1 3 2 1 4 2 2 1 2 2 1 2 1 2
53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68
2 3 2 3 3 3 1 2 3 3 3 2 2 2 4 2
2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2
2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 1 2 3 2
2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2
3 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 4 1 3 2
2 3 2 3 2 3 2 2 1 2 3 3 1 3 3 2
3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2
2 3 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2
1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 2
P11 3 3 3 2 2
P12 2 1 2 2 2
DATA PENELITIAN SKALA PROKRASTINASI NO. 69 70 71 72 73
P01 3 3 2 2 3
P02 2 1 1 2 2
P03 2 2 2 2 3
P04 1 1 1 1 1
P05 2 2 2 2 2
P06 2 2 2 2 2
P07 3 1 2 3 2
P08 2 4 3 2 3
P09 2 3 2 3 2
P10 2 2 2 2 2
133
74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87
2 2 1 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 2
3 1 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 3 2 2 3 2 1 4 3 2 3 3 2 2
2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2
2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2
2 2 1 2 3 2 2 3 3 2 2 3 2 2
3 2 3 3 3 1 2 3 2 2 2 2 2 2
3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 4 3
3 2 2 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3
1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 3 2 3 2 4 3 3 3 2 3 2
1 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2
88 89
4 4
1 2
4 3
1 2
2 2
2 3
2 3
3 3
3 3
2 2
3 3
2 2
P23 1 1 2 3 2
P24 2 2 2 3 3
DATA PENELITIAN SKALA PROKRASTINASI NO. 1 2 3 4 5
P13 1 2 2 2 3
P14 2 3 3 3 3
P15 2 3 3 2 3
P16 4 3 3 3 3
P17 1 3 2 2 2
P18 3 2 2 2 2
P19 1 2 2 1 2
P20 1 3 2 1 3
P21 4 3 2 3 3
P22 2 2 3 3 2
P25 3 3 3 3 3
P 50 63 56 57 62
134
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
2 3 2 1 2 2 2 3 1 2 2 2 1 2
3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 4 3
3 3 2 1 2 2 2 2 3 3 2 3 1 2
2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
2 2 2 1 2 2 2 3 2 3 2 2 1 2
2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2
2 1 1 1 2 1 2 2 1 1 2 2 1 1
2 3 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1
3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3
2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3
2 1 1 1 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2
2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 3 1 2
3 3 4 3 3 2 3 2 3 4 3 3 4 3
61 57 50 48 55 47 55 59 54 59 62 56 53 56
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 3 2 2 3 1
2 3 3 2 3 2 4 3 2 3 4 3 3 3 4
2 2 2 1 2 2 3 1 1 2 3 2 2 3 1
2 3 3 3 3 3 3 4 2 3 2 3 3 3 4
1 2 1 2 1 2 4 1 2 2 2 2 2 3 2
1 2 2 1 2 2 3 1 2 2 2 2 2 2 4
3 2 1 2 1 1 1 1 2 1 3 2 2 2 1
3 2 2 1 1 1 3 2 2 2 3 2 2 2 2
3 3 3 1 2 3 3 2 3 2 4 3 3 3 3
3 2 2 2 2 2 3 1 1 2 1 2 2 2 1
3 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1
3 2 2 1 1 2 4 1 3 1 2 2 1 3 1
3 3 3 1 2 3 4 2 3 3 3 2 3 3 4
58 60 51 47 43 53 73 48 50 53 64 55 55 65 55
P23 2 1 1 2 2 2
P24 2 1 1 2 2 2
P25 3 3 2 3 3 3
P 56 48 34 67 46 58
DATA PENELITIAN SKALA PROKRASTINASI NO. 35 36 37 38 39 40
P13 2 2 2 2 1 2
P14 3 1 1 3 1 2
P15 2 1 2 2 2 3
P16 3 3 1 3 2 3
P17 2 2 1 3 2 2
P18 2 2 1 3 2 2
P19 2 1 1 2 1 2
P20 2 2 1 3 1 2
P21 3 2 1 3 2 2
P22 2 2 1 3 2 3
135
41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
2 2 1 2 2 1 4 2 1 2 2 2 2 2
2 2 2 1 4 1 3 3 3 2 4 3 3 4
2 2 2 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2
3 4 2 3 2 1 3 2 3 3 3 3 3 4
2 2 2 2 3 1 2 2 1 2 2 2 2 2
2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 3 2 2 2
2 1 1 2 2 1 1 2 1 2 1 2 1 2
2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2
2 2 2 2 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3
2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1
2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2
2 1 2 3 2 1 1 2 1 2 1 2 2 1
3 3 3 3 3 1 3 3 4 2 3 3 3 3
56 49 48 54 61 43 51 55 47 53 53 61 55 59
55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68
2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2
3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 1 2 3
2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2
3 2 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 2
2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2
2 2 1 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 2
2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2
2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3
2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 1 1
2 2 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 1 2
2 2 1 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 2
2 3 4 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2
53 55 54 57 50 54 55 50 57 57 49 56 43 52
P23 1 2 1 1 2 2 1
P24 1 2 2 1 3 3 1
P25 2 3 3 3 2 3 3
P 54 53 52 49 55 52 49
DATA PENELITIAN SKALA PROKRASTINASI NO. 69 70 71 72 73 74 75
P13 3 1 2 2 2 2 1
P14 3 3 3 2 3 2 2
P15 3 1 2 2 2 2 2
P16 2 4 3 2 3 3 4
P17 3 2 2 2 2 1 2
P18 2 2 2 2 2 1 1
P19 2 1 1 1 2 1 2
P20 2 1 2 2 2 1 2
P21 2 4 3 2 2 3 3
P22 2 2 2 2 2 1 2
136
76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89
2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1
2 3 3 3 2 4 3 2 3 3 3 2 3 3
2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2
3 3 3 2 3 4 3 2 3 3 4 3 3 3
1 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2
1 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1
2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2
3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2
2 2 2 2 2 1 3 2 2 3 2 2 3 2
2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2
DATA PENELITIAN SKALA SELF MONITORING NO.
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
1
3
3
3
2
4
2
2
3
1
4
2
4
2
2
2
2
3
3
2
2
3
2
2
2
2
3
3
3
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
2
3
3
2
3
3
3
3
3
5
3
2
3
3
3
2
3
2
3
2
3
2
6
3
3
3
3
2
3
2
4
3
3
3
3
1 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2
3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
47 57 63 48 52 61 61 52 60 58 56 55 59 59
137
7
3
2
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
8
3
3
4
3
4
3
3
3
2
3
3
3
9
3
2
4
1
3
4
4
2
3
3
3
4
10
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
11
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
12
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
13
2
3
3
2
3
3
2
2
3
3
3
2
14
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
4
3
15
3
3
3
1
2
3
3
3
3
3
2
3
16
2
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
17
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
18
3
3
4
1
4
3
4
4
4
1
4
1
19
3
2
4
2
3
2
3
2
3
2
3
3
20
3
2
4
3
4
4
3
2
3
3
4
3
21
3
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
22
3
3
3
2
3
3
3
3
3
2
3
3
23
3
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
24
4
3
4
2
4
3
3
3
3
3
3
3
25
3
4
3
3
3
4
3
4
3
3
3
4
26
4
1
2
3
2
3
2
3
3
4
3
3
27
3
2
4
3
4
4
3
2
4
3
3
3
28
3
2
3
2
3
3
3
3
3
2
2
3
29
3
2
3
3
4
4
3
3
4
3
4
3
30
3
3
2
2
1
3
2
3
3
2
3
3
31
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
2
3
32
3
3
3
2
3
3
2
3
3
3
3
3
33
2
2
3
2
2
3
2
2
2
3
2
3
34
2
2
3
1
3
4
4
3
3
3
4
3
DATA PENELITIAN SELF MONITORING NO.
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
35
3
3
3
3
2
3
3
2
3
3
3
3
36
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
37
4
4
3
2
2
3
3
3
3
3
3
4
38
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
39
3
3
3
2
3
3
3
4
3
4
3
4
40
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
2
3
41
3
3
3
2
2
3
3
2
3
3
3
3
138
42
3
2
3
3
4
3
3
3
3
3
3
4
43
4
2
3
2
4
4
3
2
2
4
4
4
44
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
45
2
2
3
2
3
3
2
3
3
2
2
3
46
4
4
4
1
4
4
4
4
4
4
4
4
47
3
2
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
48
2
3
3
3
2
3
3
3
2
3
3
3
49
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
50
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
2
3
51
4
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
52
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
3
53
3
3
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
54
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
55
3
2
3
2
3
3
3
2
3
2
3
3
56
2
3
3
3
2
3
3
3
2
3
3
3
57
3
3
3
2
3
3
4
3
3
3
3
3
58
2
2
3
2
3
2
4
1
1
3
2
1
59
2
3
4
1
4
4
3
3
3
3
3
3
60
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
2
3
61
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
62
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
63
3
2
3
3
3
2
3
2
3
3
3
3
64
3
2
3
3
2
3
3
2
3
3
3
3
65
3
2
4
2
3
3
3
3
3
3
3
1
66
3
2
3
3
3
3
3
2
3
2
1
3
67
4
3
4
2
4
3
4
4
3
3
3
3
68
3
2
3
2
3
3
3
3
3
3
2
3
DATA PENELITIAN SELF MONITORING NO.
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
69
2
3
3
2
4
3
3
3
3
3
3
3
70
4
2
4
2
3
3
3
3
4
3
4
3
71
3
3
3
2
3
3
3
3
3
2
2
3
72
3
3
3
2
2
2
3
3
3
3
3
2
73
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
74
4
3
3
3
4
3
4
3
3
3
3
3
75
3
4
3
3
3
4
3
1
4
3
3
4
76
3
4
4
2
4
4
4
4
4
3
3
3
139
77
2
2
3
2
2
3
3
2
3
3
3
3
78
2
2
3
2
3
3
3
2
2
3
3
2
79
3
3
3
3
3
3
3
2
4
3
3
3
80
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
81
3
2
3
2
2
3
3
2
3
2
3
4
82
2
3
3
2
3
3
2
3
3
3
2
3
83
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
84
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
2
3
85
2
2
3
2
2
3
2
2
2
3
3
3
86
2
2
3
2
2
3
2
2
2
2
3
3
87
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
88
3
3
2
2
2
3
3
3
3
3
2
3
89
2
3
3
1
2
3
3
3
3
3
3
3
DATA PENELITIAN SELF MONITORING NO.
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
1
4
2
3
3
3
2
2
1
3
3
3
2
2
2
3
2
2
3
3
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
2
3
3
4
3
2
3
3
3
2
3
3
3
3
3
5
3
2
3
2
2
2
2
2
3
3
3
6
3
3
2
3
3
2
3
3
2
3
3
7
2
3
3
2
2
3
2
3
3
2
3
8
3
4
3
3
3
4
1
3
1
3
4
140
9
3
3
3
3
3
1
3
2
3
2
3
10
2
2
3
2
3
2
3
3
3
3
3
11
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
4
12
3
3
3
3
3
2
3
3
2
3
3
13
3
2
3
3
3
2
3
2
3
3
3
14
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
15
3
2
2
3
3
2
3
2
3
3
3
16
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
17
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
3
18
4
1
4
1
3
2
4
3
4
3
4
19
3
3
3
2
3
2
2
3
3
2
3
20
2
4
2
3
3
2
2
4
3
2
3
21
2
3
3
3
3
2
3
3
2
3
3
22
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
23
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
24
3
3
3
3
4
2
3
3
3
3
3
25
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
26
2
2
3
3
4
1
4
2
2
2
3
27
3
3
3
3
3
1
3
4
3
3
4
28
3
2
3
3
3
2
3
2
3
3
3
29
3
3
3
3
3
2
3
4
3
3
3
30
2
2
3
2
3
2
3
3
3
2
3
31
3
3
3
3
3
2
2
2
3
2
3
32
2
3
2
3
3
2
3
2
2
3
3
33
2
3
3
3
3
2
3
2
2
2
3
34
3
2
3
2
4
2
4
3
3
3
3
DATA PENELITIAN SELF MONITORING NO.
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
35
3
2
3
3
3
2
3
3
3
2
3
36
3
3
3
3
3
2
3
3
3
2
3
37
3
1
3
3
3
2
3
2
3
3
3
38
2
2
2
2
1
3
2
2
2
2
1
39
3
1
3
3
3
2
3
1
3
3
3
40
2
2
3
2
2
2
2
2
3
2
3
41
2
2
2
3
3
2
3
2
3
3
3
42
2
1
3
3
3
2
3
2
3
2
3
43
2
2
3
2
4
2
2
2
2
2
3
141
44
3
2
3
3
3
2
3
2
2
3
3
45
2
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
46
4
4
4
4
4
1
4
4
4
4
4
47
3
2
3
3
3
2
3
2
3
3
3
48
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
49
3
3
3
3
3
2
3
3
2
4
3
50
3
2
3
3
3
2
3
2
3
3
3
51
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
52
2
3
3
2
3
2
3
3
2
3
3
53
3
3
3
3
3
2
3
3
3
2
3
54
3
3
3
3
3
2
3
3
3
2
3
55
3
2
3
3
3
2
3
2
3
2
3
56
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
57
3
3
3
3
3
2
3
2
3
3
3
58
2
3
3
2
4
2
4
2
3
3
3
59
3
2
3
3
3
2
3
2
2
3
3
60
3
3
3
3
3
2
3
2
3
2
3
61
3
3
3
3
3
2
3
3
3
2
3
62
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
63
2
3
3
2
3
2
2
3
2
2
3
64
3
3
3
3
3
2
3
2
2
3
3
65
3
3
3
3
4
1
3
2
4
2
4
66
1
2
3
3
3
2
1
2
3
4
3
67
4
3
3
3
4
1
3
3
3
3
4
68
2
3
2
3
3
3
3
2
3
2
3
DATA PENELITIAN SELF MONITORING NO.
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
69
2
3
2
3
3
2
3
3
2
3
3
70
3
3
4
3
3
2
3
3
2
3
3
71
3
2
3
3
3
2
3
2
3
2
3
72
3
3
3
3
3
2
3
3
3
4
3
73
3
3
3
3
3
2
3
2
3
3
3
74
3
2
2
2
4
2
4
2
3
3
3
75
3
4
4
4
4
2
3
4
4
4
3
76
3
3
2
3
4
2
3
3
3
3
4
77
2
3
3
3
2
2
2
3
3
3
3
78
2
3
3
2
2
3
2
3
3
2
2
142
79
4
3
3
3
3
1
3
3
3
3
3
80
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
81
2
4
1
1
3
2
3
3
2
2
4
82
3
2
3
3
3
2
3
2
3
2
3
83
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
84
3
2
3
3
3
2
2
2
3
2
3
85
3
2
3
3
3
2
3
3
3
3
3
86
3
2
3
3
3
2
3
2
3
2
3
87
3
3
3
3
2
2
3
3
3
3
2
88
3
2
3
3
3
2
3
2
2
3
3
89
3
3
2
3
3
2
2
3
2
3
2
DATA PENELITIAN SELF MONITORING NO.
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
24
25
26
27
28
29
30
SM
1
4
4
4
2
3
4
3
86
2
3
3
3
3
3
3
2
74
3
3
3
3
3
2
3
2
84
4
3
2
3
3
3
2
2
83
5
2
2
3
2
2
2
2
73
6
3
2
2
2
3
3
3
83
7
3
2
2
2
2
3
2
78
8
3
3
4
2
3
3
2
89
9
2
2
3
3
3
3
2
83
10
3
2
3
3
3
3
3
83
143
11
3
3
3
3
3
3
2
88
12
3
2
3
3
3
3
3
86
13
3
2
2
2
2
3
2
77
14
3
3
3
3
3
3
2
90
15
3
2
3
2
3
3
3
80
16
3
2
3
2
3
3
2
83
17
3
3
3
3
3
3
3
87
18
3
2
3
1
3
3
4
88
19
3
2
3
3
2
3
2
79
20
3
2
3
2
2
3
3
86
21
3
3
3
3
3
3
2
84
22
4
3
3
3
3
3
3
88
23
3
2
3
3
3
3
3
90
24
3
3
3
3
3
2
3
91
25
3
3
3
3
4
3
3
94
26
4
3
2
1
1
2
1
75
27
3
1
3
3
3
4
3
91
28
3
3
3
3
3
3
3
83
29
4
2
3
3
3
3
3
93
30
3
3
2
3
2
3
2
76
31
3
3
3
2
3
3
2
82
32
3
3
3
2
3
3
2
81
33
3
3
2
2
2
3
2
73
34
3
3
3
2
1
3
1
83
DATA PENELITIAN SELF MONITORING NO.
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
24
25
26
27
28
29
30
SM
35
3
3
3
2
3
2
3
83
36
3
3
3
2
3
3
3
87
37
4
3
3
3
3
3
3
88
38
2
3
1
2
2
4
2
61
39
3
4
3
3
3
3
3
88
40
3
3
2
2
3
3
2
77
41
3
3
4
4
2
4
3
84
42
4
2
3
2
4
3
3
85
43
4
4
3
2
3
3
2
85
44
3
3
3
3
3
3
2
84
45
3
3
3
3
3
3
2
77
144
46
4
1
4
4
4
4
4
111
47
3
2
3
3
4
3
3
87
48
3
2
3
3
3
3
2
84
49
4
3
3
4
3
3
4
91
50
3
2
3
2
3
3
2
82
51
4
3
2
2
3
3
3
86
52
3
2
2
3
2
3
2
77
53
3
2
2
2
2
3
2
81
54
3
3
3
2
3
3
3
86
55
3
2
3
2
3
3
3
80
56
3
2
3
3
3
3
3
85
57
3
3
3
3
3
3
2
87
58
4
3
3
3
3
3
3
79
59
2
2
3
3
3
3
3
84
60
3
3
3
2
3
3
3
80
61
3
2
2
2
2
2
3
81
62
3
3
2
3
3
3
2
86
63
3
3
3
2
2
3
2
78
64
3
2
2
2
2
3
2
79
65
2
3
3
2
3
2
3
83
66
4
3
3
2
3
2
4
79
67
3
3
3
3
3
3
2
94
68
3
2
3
2
3
3
3
81
DATA PENELITIAN SELF MONITORING NO.
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
24
25
26
27
28
29
30
SM
69
3
3
2
3
3
3
2
83
70
3
2
3
2
3
3
1
87
71
4
3
3
2
2
3
2
81
72
3
2
3
3
3
3
3
85
73
3
3
2
2
3
3
2
85
74
3
2
3
3
3
3
3
89
75
4
2
4
4
4
4
3
102
76
3
2
3
4
3
3
3
96
77
3
2
3
2
3
3
3
79
78
3
2
3
3
2
2
2
74
79
3
2
3
3
3
3
3
88
80
3
2
3
3
3
3
3
87
145
81
4
2
2
2
1
3
4
75
82
3
2
2
2
2
3
2
77
83
3
2
3
3
3
3
3
88
84
3
2
3
2
3
3
2
76
85
3
2
3
2
3
3
2
78
86
3
2
3
2
3
3
3
76
87
3
2
2
3
2
3
2
81
88
3
2
2
2
3
3
2
78
89
3
2
2
3
3
3
2
78
146
LAMPIRAN E
UJI NORMALITAS
PROKRASTINASI
147
Normal Q-Q Plot of Prokrastinasi 70
Ex p ec te d N ormal Value
60
50
40
30 30
40
50
60
70
Ob s erv ed Value 40
30
20
10 Std. Dev = 5.88 Mean = 54.4 N = 89.00
0 35.0
40.0
Pr ok ras tinas i
NPar Tests
45.0
50.0
55.0
60.0
65.0
70.0
75.0
80
148
Descriptive Statistics N Prokrastinasi
89
Mean 54.36
Std. Deviation 5.878
Minimum 34
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
SELF MONITORING
Prokrastinasi 89 54.36 5.878 .071 .068 -.071 .674 .754
Maximum 73
149
Normal Q-Q Plot of Self Monitoring 110
100
Ex pec ted N ormal Value
90
80
70
60 60
70
80
90
100
110
Obs erv ed Value
40
30
20
10 Std. Dev = 6.67 Mean = 83.4 N = 89.00
0 60.0
70.0 65.0
Self Monitoring
NPar Tests
80.0 75.0
90.0 85.0
100.0 95.0
110.0 105.0
120
150
Descriptive Statistics N Self Monitoring
89
Mean 83.45
Std. Deviation 6.666
Minimum 61
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Self Monitoring 89 83.45 6.666 .101 .101 -.069 .956 .320
Maximum 111
151
LAMPIRAN F
UJI LINEARITAS
152
Prokrastinasi 80
70
60
50
40 Observed 30
Linear 60
70
80
90
100
110
120
Self Monitoring
Dependent variable.. P
Method.. LINEAR
Listwise Deletion of Missing Data Multiple R R Square Adjusted R Square Standard Error
.73562 .54114 .53586 4.00456
Analysis of Variance: DF
Sum of Squares
Mean Square
1 87
1645.3189 1395.1755
1645.3189 16.0365
102.59838
Signif F =
Regression Residuals F =
.0000
-------------------- Variables in the Equation -------------------Variable SM (Constant)
B -.648687 108.492143
SE B
Beta
.064042 5.361104
-.735619
T -10.129 20.237
Sig T .0000 .0000
153
LAMPIRAN G
UJI HUBUNGAN VARIABEL PENELITIAN
154
Regression Descriptive Statistics Prokrastinasi Self Monitoring
Mean 54.36 83.45
Std. Deviation 5.878 6.666
N 89 89
Correlations
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
Prokrastinasi 1.000 -.736 . .000 89 89
Prokrastinasi Self Monitoring Prokrastinasi Self Monitoring Prokrastinasi Self Monitoring
Self Monitoring -.736 1.000 .000 . 89 89
Variables Entered/Removedb Model 1
Variables Entered Self a Monitoring
Variables Removed
Method .
Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Prokrastinasi
Model Summaryb Model 1
R .736a
R Square .541
Adjusted R Square .536
a. Predictors: (Constant), Self Monitoring b. Dependent Variable: Prokrastinasi
Std. Error of the Estimate 4.005
155
ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 1645.319 1395.176 3040.494
df 1 87 88
Mean Square 1645.319 16.037
F 102.598
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), Self Monitoring b. Dependent Variable: Prokrastinasi
Coefficientsa
Model 1
(Constant) Self Monitoring
Unstandardized Coefficients B Std. Error 108.492 5.361 -.649 .064
Standardized Coefficients Beta -.736
t 20.237 -10.129
Sig. .000 .000
a. Dependent Variable: Prokrastinasi
Residuals Statisticsa Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value Adjusted Predicted Value Residual Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual Mahal. Distance Cook's Distance Centered Leverage Value
Minimum 36.49 -4.133
Maximum 68.92 3.368
Mean 54.36 .000
Std. Deviation 4.324 1.000
.425
1.815
.561
.215
89
34.80 -17.41 -4.347 -4.383 -17.70 -4.937 .005 .000 .000
69.24 13.16 3.286 3.336 13.56 3.551 17.083 .430 .194
54.33 .00 .000 .003 .03 .000 .989 .016 .011
4.426 3.982 .994 1.009 4.105 1.049 2.313 .054 .026
89 89 89 89 89 89 89 89 89
a. Dependent Variable: Prokrastinasi
N 89 89
156
Normal P- P Plot of Regresion Standardized Residual
Regression Standardized Predicted Value
Scatterplot Dependent Variable: Prokrastinasi 4
2
0
-2
-4
-6 -6
-4
-2
0
2
Regression Studentized Deleted (Press) Residual
4
157
Scatterplot Dependent Variable: Prokrastinasi 80
70
60
Prokrastinasi
50
40
30 -6
-4
-2
0
Regression Standardized Predicted Value
2
4
158
LAMPIRAN H
PROFIL SAMPEL PENELITIAN
159
PROFIL SAMPEL PENELITIAN No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan
Usia
Pendidikan
Masa
Bidang
49thn 51thn 44thn 52thn 43thn 52thn 49thn 48thn 53thn 41thn 50thn 50thn 51thn 48thn 54thn 45thn 50thn 51thn 48thn 24thn 44thn 38thn 51thn 47thn 50thn 55thn 52thn 46thn 33thn 46thn 55thn 54thn 43thn 36thn 32thn 45thn 27thn
Terakhir S1 S1 S1 S1 SLTA D3 SLTA SLTA SLTA S1 S1 D3 SLTA S1 STM SLTA S1 D3 SLTA S1 S1 SLTA S1 D3 S1 SLTA D3 SLTA SLTA D3 D3 D3 SLTA S1 D3 SLTA S1
Kerja 29tahun 31tahun 22tahun 25tahun 22tahun 32tahun 32tahun 31tahun 25tahun 32tahun 21tahun 28tahun 31tahun 29tahun 27tahun 33tahun 24tahun 27tahun 24tahun 24tahun 1 tahun 23tahun 13tahun 31tahun 22tahun 30tahun 28tahun 32tahun 25tahun 12tahun 21tahun 30tahun 33tahun 23tahun 13tahun 13tahun 2 tahun
Konstruksi Konstruksi Konstruksi Konstruksi Konstruksi Konstruksi Konstruksi SDM SDM SDM SDM SDM SDM SDM SDM SDM SDM SDM SDM SDM SDM SDM SDM SDM SDM SDM SDM SDM SDM SDM SDM SDM SDM OPHAR OPHAR OPHAR OPHAR
PROFIL SAMPEL PENELITIAN
P
SM
50 63 56 57 62 61 57 50 48 55 47 55 59 54 59 62 56 53 56 58 60 51 47 43 53 73 48 50 53 64 55 55 65 55 56 48 34
86 74 84 83 73 83 78 83 83 83 88 86 77 90 80 83 87 88 79 86 84 88 90 91 94 75 91 83 93 76 82 81 73 83 83 87 88
160
No.
Jenis
Usia
Pendidikan
Masa
Bidang
P
SM
38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
Kelamin Laki-laki Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan
52thn 50thn 35thn 42thn 47thn 26thn 43thn 55thn 36thn 47thn 54thn 27thn
Terakhir SLTA SLTA SLTA D3 STM S1 SLTA SMEA S1 S1 SLTA S1
Kerja 30tahun 32tahun 12tahun 22tahun 21tahun 1 tahun 21tahun 33tahun 13tahun 24tahun 34tahun 2 tahun
OPHAR OPHAR OPHAR OPHAR OPHAR OPHAR OPHAR OPHAR OPHAR OPHAR OPHAR OPHAR
67 46 58 56 49 48 54 61 43 51 55 47
61 88 77 84 85 85 84 77 111 87 84 91
50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75
Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki
42thn 32thn 41thn 43thn 45thn 46thn 53thn 33thn 42thn 52thn 52thn 56thn 46thn 43thn 55thn 26thn 43thn 53thn 40thn 22thn 32thn 13thn 23thn 31thn 34thn 21thn
S1 D3 S1 D3 SLTA D3 D3 S1 D3 SLTA SLTA STM S1 D3 SLTA S1 SLTA D3 S1 S1 STM SLTA STM D3 D3 S1
21tahun 13tahun 21tahun 22tahun 25tahun 22tahun 23tahun 11tahun 21tahun 31tahun 30tahun 30tahun 20tahun 22tahun 34tahun 2 tahun 21tahun 30tahun 12tahun 22tahun 32tahun 13tahun 23tahun 31tahun 34tahun 21tahun
OPHAR OPHAR OPHAR OPHAR OPHAR OPHAR OPHAR OPHAR OPHAR OPHAR OPHAR OPHAR OPHAR Enjinering Enjinering Enjinering Enjinering Enjinering Enjinering Enjinering Enjinering Enjinering Enjinering Enjinering Enjinering Enjinering
53 53 61 55 59 53 55 54 57 50 54 55 50 57 57 49 56 43 52 54 53 52 49 55 52 49
82 86 77 81 86 80 85 87 79 84 80 81 86 78 79 83 79 94 81 83 87 81 85 85 89 102
PROFIL SAMPEL PENELITIAN No.
Jenis
Usia
Pendidikan
Masa
Bidang
P
SM
161
76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89
Kelamin Laki-laki Laki-laki Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
28thn 22thn 22thn 22thn 21thn 20thn 30thn 27thn 30thn 23thn 21thn 3 thn 30thn 22thn
Terakhir D3 SLTA SLTA SLTA SLTA S1 SLTA SLTA D3 SLTA SLTA D3 SLTA SMEA
Kerja 28tahun 22tahun 22tahun 22tahun 21tahun 20tahun 30tahun 27tahun 30tahun 23tahun 21tahun 3 tahun 30tahun 22tahun
Enjinering Kenia Kenia Kenia Kenia Kenia Kenia Kenia Kenia Kenia Kenia Kenia Kenia Kenia
47 57 63 48 52 61 61 52 60 58 56 55 59 59
96 79 74 88 87 75 77 88 76 78 76 81 78 78
162
LAMPIRAN I
HASIL ANALISIS TAMBAHAN
PROKRASTINASI BERDASARKAN KARAKTERISTIK JENIS KELAMIN
163
T-Test Group Statistics
prokrastinasi
jenis kelamin laki-laki perempuan
N
Mean 54.95 51.69
73 16
Std. Deviation 5.364 7.436
Std. Error Mean .628 1.859
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F prokrastinasi
Equal variances assumed Equal variances not assumed
3.079
Sig. .083
t-test for Equality of Means
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
2.044
87
.044
3.26
1.594
.089
6.426
1.660
18.566
.114
3.26
1.962
-.856
7.371
SELF MONITORING BERDASARKAN KARAKTERISTIK JENIS KELAMIN
164
T-Test Group Statistics
SELF MONITORING
jenis kelamin laki-laki perempuan
N 74 15
Mean 83.24 84.47
Std. Deviation 6.977 4.912
Std. Error Mean .811 1.268
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F SELF MONITORING
Equal variances assumed Equal variances not assumed
.710
Sig. .402
t-test for Equality of Means
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
-.646
87
.520
-1.22
1.894
-4.987
2.541
-.813
26.931
.424
-1.22
1.505
-4.313
1.866
PROKRASTINASI BERDASARKAN KARAKTERISTIK USIA
165
Oneway Descriptives prokrastinasi
N 21-30 tahun 31-40tahun 41-50tahun 51-60tahun Total
Mean 48.50 53.45 54.67 55.52 54.36
6 11 45 27 89
Std. Deviation 8.313 4.547 5.050 6.536 5.878
Std. Error 3.394 1.371 .753 1.258 .623
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound 39.78 57.22 50.40 56.51 53.15 56.18 52.93 58.10 53.12 55.60
Minimum 34 43 43 43 34
Test of Homogeneity of Variances prokrastinasi Levene Statistic 1.000
df1
df2 3
Sig. .397
85
ANOVA prokrastinasi
Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares 255.526 2784.968 3040.494
Post Hoc Tests
df 3 85 88
Mean Square 85.175 32.764
F 2.600
Sig. .057
Maximum 58 61 65 73 73
166
Multiple Comparisons Dependent Variable: prokrastinasi
Tukey HSD
(I) usia 21-30 tahun
31-40tahun
41-50tahun
51-60tahun
Bonferroni
21-30 tahun
31-40tahun
41-50tahun
51-60tahun
(J) usia 31-40tahun 41-50tahun 51-60tahun 21-30 tahun 41-50tahun 51-60tahun 21-30 tahun 31-40tahun 51-60tahun 21-30 tahun 31-40tahun 41-50tahun 31-40tahun 41-50tahun 51-60tahun 21-30 tahun 41-50tahun 51-60tahun 21-30 tahun 31-40tahun 51-60tahun 21-30 tahun 31-40tahun 41-50tahun
Mean Difference (I-J) Std. Error -4.95 2.905 -6.17 2.488 -7.02* 2.583 4.95 2.905 -1.21 1.925 -2.06 2.047 6.17 2.488 1.21 1.925 -.85 1.393 7.02* 2.583 2.06 2.047 .85 1.393 -4.95 2.905 -6.17 2.488 -7.02* 2.583 4.95 2.905 -1.21 1.925 -2.06 2.047 6.17 2.488 1.21 1.925 -.85 1.393 7.02* 2.583 2.06 2.047 .85 1.393
*. The mean difference is significant at the .05 level.
Homogeneous Subsets
Sig. .327 .071 .039 .327 .922 .745 .071 .922 .928 .039 .745 .928 .551 .091 .048 .551 1.000 1.000 .091 1.000 1.000 .048 1.000 1.000
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound -12.57 2.66 -12.69 .35 -13.79 -.25 -2.66 12.57 -6.26 3.83 -7.43 3.30 -.35 12.69 -3.83 6.26 -4.50 2.80 .25 13.79 -3.30 7.43 -2.80 4.50 -12.80 2.89 -12.89 .55 -14.00 -.04 -2.89 12.80 -6.41 3.99 -7.59 3.47 -.55 12.89 -3.99 6.41 -4.62 2.91 .04 14.00 -3.47 7.59 -2.91 4.62
167
prokrastinasi
usia Tukey HSDa,b 21-30 tahun 31-40tahun 41-50tahun 51-60tahun Sig.
N 6 11 45 27
Subset for alpha = .05 1 2 48.50 53.45 53.45 54.67 55.52 .139 .802
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12.625. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
Means Plots 56
54
Mean of prokrastinasi
52
50
48
21-30 tahun
31-40tahun
41-50tahun
usia
SELF MONITORING
51-60tahun
168
BERDASARKAN KARAKTERISTIK USIA
Oneway Descriptives self monitoring
N 21-30 tahun 31-40tahun 41-50tahun 51-60tahun Total
Mean 85.67 85.91 83.13 82.48 83.45
6 11 45 27 89
Std. Deviation 3.559 9.741 5.767 7.095 6.666
Std. Error 1.453 2.937 .860 1.365 .707
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound 81.93 89.40 79.36 92.45 81.40 84.87 79.67 85.29 82.05 84.85
Minimum 81 75 73 61 61
Test of Homogeneity of Variances self monitoring Levene Statistic 1.134
df1
df2 3
Sig. .340
85
ANOVA self monitoring
Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares 125.839 3784.183 3910.022
Post Hoc Tests
df 3 85 88
Mean Square 41.946 44.520
F .942
Sig. .424
Maximum 91 111 102 96 111
169
Multiple Comparisons Dependent Variable: self monitoring
Tukey HSD
(I) usia 21-30 tahun
31-40tahun
41-50tahun
51-60tahun
Bonferroni
21-30 tahun
31-40tahun
41-50tahun
51-60tahun
(J) usia 31-40tahun 41-50tahun 51-60tahun 21-30 tahun 41-50tahun 51-60tahun 21-30 tahun 31-40tahun 51-60tahun 21-30 tahun 31-40tahun 41-50tahun 31-40tahun 41-50tahun 51-60tahun 21-30 tahun 41-50tahun 51-60tahun 21-30 tahun 31-40tahun 51-60tahun 21-30 tahun 31-40tahun 41-50tahun
Homogeneous Subsets
Mean Difference (I-J) -.24 2.53 3.19 .24 2.78 3.43 -2.53 -2.78 .65 -3.19 -3.43 -.65 -.24 2.53 3.19 .24 2.78 3.43 -2.53 -2.78 .65 -3.19 -3.43 -.65
Std. Error 3.386 2.900 3.011 3.386 2.244 2.387 2.900 2.244 1.624 3.011 2.387 1.624 3.386 2.900 3.011 3.386 2.244 2.387 2.900 2.244 1.624 3.011 2.387 1.624
Sig. 1.000 .818 .716 1.000 .605 .481 .818 .605 .978 .716 .481 .978 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 .928 1.000 1.000 1.000 1.000 .928 1.000
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound -9.12 8.63 -5.07 10.13 -4.71 11.08 -8.63 9.12 -3.11 8.66 -2.83 9.68 -10.13 5.07 -8.66 3.11 -3.60 4.91 -11.08 4.71 -9.68 2.83 -4.91 3.60 -9.39 8.91 -5.30 10.37 -4.95 11.32 -8.91 9.39 -3.29 8.84 -3.02 9.87 -10.37 5.30 -8.84 3.29 -3.74 5.04 -11.32 4.95 -9.87 3.02 -5.04 3.74
170
self monitoring
usia Tukey HSDa,b 51-60tahun 41-50tahun 21-30 tahun 31-40tahun Sig.
N 27 45 6 11
Subset for alpha = .05 1 82.48 83.13 85.67 85.91 .571
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12.625. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
Means Plots 87
86
Mean of self monitoring
85
84
83
82
21-30 tahun
31-40tahun
41-50tahun
usia
PROKRASTINASI
51-60tahun
171
BERDASARKAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN
Oneway Descriptives prokrastinasi
N SLTA D3 S1 Total
Mean 55.83 54.00 52.48 54.36
40 22 27 89
Std. Deviation 5.808 5.127 6.167 5.878
Std. Error .918 1.093 1.187 .623
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound 53.97 57.68 51.73 56.27 50.04 54.92 53.12 55.60
Minimum 46 43 34 34
Test of Homogeneity of Variances prokrastinasi Levene Statistic .595
df1
df2 2
Sig. .554
86
ANOVA prokrastinasi
Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares 183.979 2856.516 3040.494
df 2 86 88
Mean Square 91.989 33.215
F 2.769
Sig. .068
Maximum 73 64 63 73
172
Post Hoc Tests Multiple Comparisons Dependent Variable: prokrastinasi
Tukey HSD
(I) pendidikan SLTA D3 S1
Bonferroni
SLTA D3 S1
(J) pendidikan D3 S1 SLTA S1 SLTA D3 D3 S1 SLTA S1 SLTA D3
Mean Difference (I-J) 1.83 3.34 -1.83 1.52 -3.34 -1.52 1.83 3.34 -1.83 1.52 -3.34 -1.52
Std. Error 1.530 1.435 1.530 1.655 1.435 1.655 1.530 1.435 1.530 1.655 1.435 1.655
Homogeneous Subsets prokrastinasi
pendidikan Tukey HSDa,b S1 D3 SLTA Sig.
N 27 22 40
Subset for alpha = .05 1 52.48 54.00 55.83 .083
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 27.909. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
Sig. .461 .057 .461 .631 .057 .631 .708 .067 .708 1.000 .067 1.000
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound -1.82 5.47 -.08 6.77 -5.47 1.82 -2.43 5.47 -6.77 .08 -5.47 2.43 -1.91 5.56 -.16 6.85 -5.56 1.91 -2.52 5.56 -6.85 .16 -5.56 2.52
173
Means Plots 57
56
Mean of prokrastinasi
55
54
53
52 SLTA
pendidikan
D3
S1
174
SELF MONITORING BERDASARKAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN
Oneway Descriptives self monitoring
N SLTA D3 S1 Total
Mean 81.05 84.32 86.30 83.45
40 22 27 89
Std. Deviation 5.914 5.472 7.472 6.666
Std. Error .935 1.167 1.438 .707
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound 79.16 82.94 81.89 86.74 83.34 89.25 82.05 84.85
Minimum 61 76 74 61
Test of Homogeneity of Variances self monitoring Levene Statistic .094
df1
df2 2
Sig. .911
86
ANOVA self monitoring
Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares 465.720 3444.302 3910.022
df 2 86 88
Mean Square 232.860 40.050
F 5.814
Sig. .004
Maximum 93 96 111 111
175
Post Hoc Tests Multiple Comparisons Dependent Variable: self monitoring
Tukey HSD
(I) pendidikan SLTA
(J) pendidikan D3 S1 SLTA S1 SLTA D3 D3 S1 SLTA S1 SLTA D3
D3 S1 Bonferroni
SLTA D3 S1
Mean Difference (I-J) Std. Error -3.27 1.680 -5.25* 1.576 3.27 1.680 -1.98 1.818 5.25* 1.576 1.98 1.818 -3.27 1.680 -5.25* 1.576 3.27 1.680 -1.98 1.818 5.25* 1.576 1.98 1.818
*. The mean difference is significant at the .05 level.
Homogeneous Subsets self monitoring
Tukey HSDa,b
pendidikan SLTA D3 S1 Sig.
N 40 22 27
Subset for alpha = .05 1 2 81.05 84.32 84.32 86.30 .137 .476
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 27.909. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
Sig. .132 .004 .132 .524 .004 .524 .165 .004 .165 .839 .004 .839
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound -7.27 .74 -9.01 -1.49 -.74 7.27 -6.31 2.36 1.49 9.01 -2.36 6.31 -7.37 .83 -9.10 -1.40 -.83 7.37 -6.42 2.46 1.40 9.10 -2.46 6.42
176
Means Plots 87
86
85
Mean of self monitoring
84
83
82
81 80 SLTA
pendidikan
D3
S1
177
PROKRASTINASI BERDASARKAN KARAKTERISTIK MASA KERJA
Oneway Descriptives prokrastinasi
N 1-10tahun 11-20tahun 21-30tahun 31-40tahun Total
Mean 48.50 53.17 55.59 53.70 54.36
6 12 51 20 89
Std. Deviation 8.313 4.448 5.686 5.391 5.878
Std. Error 3.394 1.284 .796 1.205 .623
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound 39.78 57.22 50.34 55.99 53.99 57.19 51.18 56.22 53.12 55.60
Minimum 34 43 43 43 34
Test of Homogeneity of Variances prokrastinasi Levene Statistic .702
df1
df2 3
Sig. .553
85
ANOVA prokrastinasi
Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares 308.775 2731.720 3040.494
df 3 85 88
Mean Square 102.925 32.138
F 3.203
Sig. .027
Maximum 58 61 73 63 73
178
Post Hoc Tests Multiple Comparisons Dependent Variable: prokrastinasi
Tukey HSD
(I) masa kerja 1-10tahun
11-20tahun
21-30tahun
31-40tahun
Bonferroni
1-10tahun
11-20tahun
21-30tahun
31-40tahun
(J) masa kerja 11-20tahun 21-30tahun 31-40tahun 1-10tahun 21-30tahun 31-40tahun 1-10tahun 11-20tahun 31-40tahun 1-10tahun 11-20tahun 21-30tahun 11-20tahun 21-30tahun 31-40tahun 1-10tahun 21-30tahun 31-40tahun 1-10tahun 11-20tahun 31-40tahun 1-10tahun 11-20tahun 21-30tahun
Mean Difference (I-J) Std. Error -4.67 2.835 -7.09* 2.447 -5.20 2.639 4.67 2.835 -2.42 1.819 -.53 2.070 7.09* 2.447 2.42 1.819 1.89 1.496 5.20 2.639 .53 2.070 -1.89 1.496 -4.67 2.835 -7.09* 2.447 -5.20 2.639 4.67 2.835 -2.42 1.819 -.53 2.070 7.09* 2.447 2.42 1.819 1.89 1.496 5.20 2.639 .53 2.070 -1.89 1.496
*. The mean difference is significant at the .05 level.
Sig. .359 .024 .207 .359 .546 .994 .024 .546 .589 .207 .994 .589 .620 .029 .312 .620 1.000 1.000 .029 1.000 1.000 .312 1.000 1.000
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound -12.09 2.76 -13.50 -.68 -12.12 1.72 -2.76 12.09 -7.19 2.34 -5.96 4.89 .68 13.50 -2.34 7.19 -2.03 5.81 -1.72 12.12 -4.89 5.96 -5.81 2.03 -12.32 2.99 -13.70 -.48 -12.33 1.93 -2.99 12.32 -7.34 2.49 -6.13 5.06 .48 13.70 -2.49 7.34 -2.15 5.93 -1.93 12.33 -5.06 6.13 -5.93 2.15
179
Homogeneous Subsets prokrastinasi
masa kerja Tukey HSDa,b 1-10tahun 11-20tahun 31-40tahun 21-30tahun Sig.
N 6 12 20 51
Subset for alpha = .05 1 2 48.50 53.17 53.17 53.70 53.70 55.59 .107 .710
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12.515. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
Means Plots 56
54
Mean of prokrastinasi
52
50
48 1-10tahun
masa kerja
11-20tahun
21-30tahun
31-40tahun
180
SELF MONITORING BERDASARKAN KARAKTERISTIK MASA KERJA
Oneway Descriptives self monitoring
N 1-10tahun 11-20tahun 21-30tahun 31-40tahun Total
Mean 85.67 85.92 82.51 83.70 83.45
6 12 51 20 89
Std. Deviation 3.559 9.288 6.706 5.131 6.666
Std. Error 1.453 2.681 .939 1.147 .707
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound 81.93 89.40 80.02 91.82 80.62 84.40 81.30 86.10 82.05 84.85
Minimum 81 75 61 74 61
Test of Homogeneity of Variances self monitoring Levene Statistic .971
df1
df2 3
Sig. .411
85
ANOVA self monitoring
Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares 148.827 3761.195 3910.022
df 3 85 88
Mean Square 49.609 44.249
F 1.121
Sig. .345
Maximum 91 111 102 94 111
181
Post Hoc Tests Multiple Comparisons Dependent Variable: self monitoring
Tukey HSD
(I) masa kerja 1-10tahun
11-20tahun
21-30tahun
31-40tahun
Bonferroni
1-10tahun
11-20tahun
21-30tahun
31-40tahun
(J) masa kerja 11-20tahun 21-30tahun 31-40tahun 1-10tahun 21-30tahun 31-40tahun 1-10tahun 11-20tahun 31-40tahun 1-10tahun 11-20tahun 21-30tahun 11-20tahun 21-30tahun 31-40tahun 1-10tahun 21-30tahun 31-40tahun 1-10tahun 11-20tahun 31-40tahun 1-10tahun 11-20tahun 21-30tahun
Mean Difference (I-J) -.25 3.16 1.97 .25 3.41 2.22 -3.16 -3.41 -1.19 -1.97 -2.22 1.19 -.25 3.16 1.97 .25 3.41 2.22 -3.16 -3.41 -1.19 -1.97 -2.22 1.19
Std. Error 3.326 2.871 3.096 3.326 2.134 2.429 2.871 2.134 1.755 3.096 2.429 1.755 3.326 2.871 3.096 3.326 2.134 2.429 2.871 2.134 1.755 3.096 2.429 1.755
Sig. 1.000 .691 .920 1.000 .386 .798 .691 .386 .905 .920 .798 .905 1.000 1.000 1.000 1.000 .685 1.000 1.000 .685 1.000 1.000 1.000 1.000
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound -8.97 8.47 -4.37 10.68 -6.15 10.08 -8.47 8.97 -2.19 9.00 -4.15 8.58 -10.68 4.37 -9.00 2.19 -5.79 3.41 -10.08 6.15 -8.58 4.15 -3.41 5.79 -9.23 8.73 -4.60 10.91 -6.40 10.33 -8.73 9.23 -2.36 9.17 -4.34 8.78 -10.91 4.60 -9.17 2.36 -5.93 3.55 -10.33 6.40 -8.78 4.34 -3.55 5.93
182
Homogeneous Subsets self monitoring
masa kerja Tukey HSDa,b 21-30tahun 31-40tahun 1-10tahun 11-20tahun Sig.
N 51 20 6 12
Subset for alpha = .05 1 82.51 83.70 85.67 85.92 .577
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12.515. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
Means Plots 87
86
Mean of self monitoring
85
84
83
82 1-10tahun
masa kerja
11-20tahun
21-30tahun
31-40tahun
183
PROKRASTINASI BERDASARKAN KARAKTERISTIK BIDANG PEKERJAAN
Oneway Descriptives prokrastinasi
N enjinering konstruksi ophar kenia sdm Total
Mean 51.79 58.00 53.00 57.00 54.96 54.36
14 7 29 13 26 89
Std. Deviation 4.042 4.472 6.199 4.301 6.545 5.878
Std. Error 1.080 1.690 1.151 1.193 1.284 .623
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound 49.45 54.12 53.86 62.14 50.64 55.36 54.40 59.60 52.32 57.61 53.12 55.60
Minimum 43 50 34 48 43 34
Test of Homogeneity of Variances prokrastinasi Levene Statistic .700
df1
df2 4
Sig. .594
84
ANOVA prokrastinasi
Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares 339.176 2701.319 3040.494
df 4 84 88
Mean Square 84.794 32.159
F 2.637
Sig. .040
Maximum 57 63 67 63 73 73
184
Post Hoc Tests Multiple Comparisons Dependent Variable: prokrastinasi
Tukey HSD
(I) bidang enjinering
konstruksi
ophar
kenia
sdm
Bonferroni
enjinering
konstruksi
ophar
kenia
sdm
(J) bidang konstruksi ophar kenia sdm enjinering ophar kenia sdm enjinering konstruksi kenia sdm enjinering konstruksi ophar sdm enjinering konstruksi ophar kenia konstruksi ophar kenia sdm enjinering ophar kenia sdm enjinering konstruksi kenia sdm enjinering konstruksi ophar sdm enjinering konstruksi ophar kenia
Mean Difference (I-J) -6.21 -1.21 -5.21 -3.18 6.21 5.00 1.00 3.04 1.21 -5.00 -4.00 -1.96 5.21 -1.00 4.00 2.04 3.18 -3.04 1.96 -2.04 -6.21 -1.21 -5.21 -3.18 6.21 5.00 1.00 3.04 1.21 -5.00 -4.00 -1.96 5.21 -1.00 4.00 2.04 3.18 -3.04 1.96 -2.04
Std. Error 2.625 1.846 2.184 1.880 2.625 2.388 2.659 2.415 1.846 2.388 1.893 1.532 2.184 2.659 1.893 1.926 1.880 2.415 1.532 1.926 2.625 1.846 2.184 1.880 2.625 2.388 2.659 2.415 1.846 2.388 1.893 1.532 2.184 2.659 1.893 1.926 1.880 2.415 1.532 1.926
Sig. .135 .965 .129 .446 .135 .232 .996 .717 .965 .232 .224 .704 .129 .996 .224 .827 .446 .717 .704 .827 .202 1.000 .192 .949 .202 .393 1.000 1.000 1.000 .393 .375 1.000 .192 1.000 .375 1.000 .949 1.000 1.000 1.000
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound -13.53 1.10 -6.36 3.93 -11.30 .88 -8.42 2.07 -1.10 13.53 -1.66 11.66 -6.41 8.41 -3.69 9.77 -3.93 6.36 -11.66 1.66 -9.28 1.28 -6.23 2.31 -.88 11.30 -8.41 6.41 -1.28 9.28 -3.33 7.41 -2.07 8.42 -9.77 3.69 -2.31 6.23 -7.41 3.33 -13.78 1.35 -6.54 4.11 -11.51 1.08 -8.60 2.24 -1.35 13.78 -1.89 11.89 -6.66 8.66 -3.92 10.00 -4.11 6.54 -11.89 1.89 -9.46 1.46 -6.38 2.45 -1.08 11.51 -8.66 6.66 -1.46 9.46 -3.52 7.59 -2.24 8.60 -10.00 3.92 -2.45 6.38 -7.59 3.52
185
Homogeneous Subsets prokrastinasi
bidang Tukey HSDa,b enjinering ophar sdm kenia konstruksi Sig.
N 14 29 26 13 7
Subset for alpha = .05 1 2 51.79 53.00 53.00 54.96 54.96 57.00 57.00 58.00 .123 .152
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 13.730. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
Means Plots 59 58 57 56
Mean of prokrastinasi
55 54 53 52 51 enjinering
bidang
konstruksi
ophar
kenia
sdm
186
SELF MONITORING BERDASARKAN KARAKTERISTIK BIDANG PEKERJAAN
Oneway Descriptives self monitoring
N enjinering konstruksi ophar kenia sdm Total
Mean 85.86 80.14 83.76 79.62 84.62 83.45
14 7 29 13 26 89
Std. Deviation 7.135 5.146 7.577 4.925 5.672 6.666
Std. Error 1.907 1.945 1.407 1.366 1.112 .707
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound 81.74 89.98 75.38 84.90 80.88 86.64 76.64 82.59 82.32 86.91 82.05 84.85
Minimum 78 73 61 74 73 61
Test of Homogeneity of Variances self monitoring Levene Statistic .251
df1
df2 4
Sig. .908
84
ANOVA self monitoring
Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares 386.910 3523.113 3910.022
df 4 84 88
Mean Square 96.727 41.942
F 2.306
Sig. .065
Maximum 102 86 111 88 94 111
187
Post Hoc Tests Multiple Comparisons Dependent Variable: self monitoring
Tukey HSD
(I) bidang enjinering
konstruksi
ophar
kenia
sdm
Bonferroni
enjinering
konstruksi
ophar
kenia
sdm
(J) bidang konstruksi ophar kenia sdm enjinering ophar kenia sdm enjinering konstruksi kenia sdm enjinering konstruksi ophar sdm enjinering konstruksi ophar kenia konstruksi ophar kenia sdm enjinering ophar kenia sdm enjinering konstruksi kenia sdm enjinering konstruksi ophar sdm enjinering konstruksi ophar kenia
Mean Difference (I-J) 5.71 2.10 6.24 1.24 -5.71 -3.62 .53 -4.47 -2.10 3.62 4.14 -.86 -6.24 -.53 -4.14 -5.00 -1.24 4.47 .86 5.00 5.71 2.10 6.24 1.24 -5.71 -3.62 .53 -4.47 -2.10 3.62 4.14 -.86 -6.24 -.53 -4.14 -5.00 -1.24 4.47 .86 5.00
Std. Error 2.998 2.108 2.494 2.147 2.998 2.727 3.036 2.758 2.108 2.727 2.162 1.749 2.494 3.036 2.162 2.200 2.147 2.758 1.749 2.200 2.998 2.108 2.494 2.147 2.998 2.727 3.036 2.758 2.108 2.727 2.162 1.749 2.494 3.036 2.162 2.200 2.147 2.758 1.749 2.200
Sig. .322 .857 .100 .978 .322 .676 1.000 .488 .857 .676 .317 .988 .100 1.000 .317 .164 .978 .488 .988 .164 .601 1.000 .143 1.000 .601 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 .587 1.000 .143 1.000 .587 .256 1.000 1.000 1.000 .256
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound -2.64 14.07 -3.78 7.97 -.71 13.20 -4.74 7.23 -14.07 2.64 -11.22 3.99 -7.94 8.99 -12.16 3.22 -7.97 3.78 -3.99 11.22 -1.88 10.17 -5.73 4.02 -13.20 .71 -8.99 7.94 -10.17 1.88 -11.13 1.13 -7.23 4.74 -3.22 12.16 -4.02 5.73 -1.13 11.13 -2.93 14.36 -3.98 8.17 -.95 13.43 -4.95 7.43 -14.36 2.93 -11.48 4.25 -8.23 9.28 -12.42 3.48 -8.17 3.98 -4.25 11.48 -2.09 10.38 -5.90 4.19 -13.43 .95 -9.28 8.23 -10.38 2.09 -11.34 1.34 -7.43 4.95 -3.48 12.42 -4.19 5.90 -1.34 11.34
188
Homogeneous Subsets self monitoring
bidang Tukey HSDa,b kenia konstruksi ophar sdm enjinering Sig.
N 13 7 29 26 14
Subset for alpha = .05 1 79.62 80.14 83.76 84.62 85.86 .095
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 13.730. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
Means Plots 87 86 85
Mean of self monitoring
84 83 82 81 80 79 enjinering
bidang
konstruksi
ophar
kenia
sdm
189
Lampiran J
SURAT BUKTI PENELITIAN
190
191
192
193
Lampiran K
STRUKTUR ORGANISASI