HUBUNGAN ANTARA SELF-ESTEEM DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU KESEHATAN UKSW Oleh : RENSI NARI RANTELIMBONG 802009601
TUGAS AKHIR Diajukan kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016
HUBUNGAN ANTARA SELF-ESTEEM DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU KESEHATAN UKSW
Rensi Nari Rantelimbong Berta Esti Ari Prasetya
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi hubungan antara self-esteem dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan UKSW Salatiga. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan teknik insidental sampling. Partisipan dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan UKSW Salatiga sebanyak 102 responden. Hasil dari penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan negatif signifikan antara self-esteem dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Kata kunci: Self-Esteem, Prokrastinasi
i
Abstract This study’s aims to find out the relationship’s signification between self-esteem with academic procrastination on the students of the Faculty of Health Sciences UKSW Salatiga. This study uses a quantitative method with incidental sampling technique. The Participants in this study were the students of Faculty of Health Sciences UKSW Salatiga that include of 102 respondents. The results of this research showed that no negative significant relationship between self-esteem with academic procrastination on the students of the Faculty of Health Sciences Satya Wacana Christian University Salatiga. Keywords: Self-Esteem, Procrastination
ii
1
PENDAHULUAN Perguruan tinggi merupakan salah satu tempat pendidikan untuk dapat mengembangkan kemampuan yang dimiliki individu baik dalam segi kognitif, afektif maupun psikomotor melalui proses pembelajaran yang dilakukan di kampus. Hal tersebut diharapkan mampu menghasilkan generasi-generasi penerus bangsa yang cerdas, kreatif, cekatan dan bertanggung jawab. Pada masa remaja, aspek afektif dan moral telah berkembang dan diharapkan remaja mampu mendukung menyelesaikan tugas-tugasnya. Piaget (dalam Santrock, 2002) memaparkan, masa remaja merupakan masa perkembangan dalam aspek kognitif yang sudah mencapai taraf operasi formal, sehingga aktivitas siswa/mahasiswa merupakan hasil dari berfikir logis. Berdasarkan pendapat tersebut maka seorang siswa/mahasiswa sudah mampu dianggap bertanggungjawab dalam menyelesaikan berbagai tugas termasuk tugas akademik. Namun berdasarkan fakta dan realita yang sering terjadi didalam bidang pendidikan bahwa siswa/mahasiswa masih mengalami masalah dalam menjalankan tugas-tugas akademik. Fenomena yang sering terjadi pada pelajar saat ini adalah banyak waktu yang terbuang sia-sia untuk hal lain selain belajar. Hal ini terlihat dari kebiasaan suka begadang, jalan-jalan di mall atau plaza bersama teman-teman, menonton televisi hingga berjam-jam, kecanduan game online dan suka menunda waktu pekerjaan (Saleem & Rafique, 2012). Hal ini juga terjadi pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan., yang dimana dari hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan UKSW yang mengatakan bahwa sering membuat tugas satu hari sebelum dikumpulkan dikarenakan mereka merasakan terlalu banyak tugas kuliah sehingga sering merasa malas untuk mengerjakannya dan menunda
2
mengerjakannya di waktu luang. Selain itu, mereka lebih menghabiskan waktu untuk nongkrong bersama dengan teman-teman atau jalan-jalan dibandingkan mengerjakan tugas kuliah. Ketika seorang pelajar tidak dapat memanfaatkan waktu dengan baik, banyak mengulur waktu untuk melakukan aktivitas lain dengan sengaja dan merasa aktivitas lain lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan sehingga tugas terbengkalai dan menyelesaikan tugas tidak maksimal maka dapat mengakibatkan kegagalan atau terhambatnya kesuksesan. Kegagalan atau kesuksesan individu sebenarnya bukan karena faktor intelegensi semata namun kebiasaan melakukan penundaan terutama dalam penyelesaian tugas akademik yang dikenal dengan istilah prokrastinasi akademik (Savira & Yudi, 2013). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa prokrastinasi merupakan salah satu masalah yang menimpa sebagian besar anggota masyarakat secara luas, dan pelajar pada lingkungan yang lebih kecil, seperti yang diutarakan oleh Ferrari, Keane, Wolf, & Beck (1998), bahwa sebagian pelajar sekitar 25 % sampai dengan 75 % dari pelajar melaporkan bahwa prokrastinasi merupakan salah satu masalah dalam lingkup akademis mereka. Hal ini sesuai dengan yang diteliti oleh Saleem dan Rafique (2012) terhadap mahasiswa universitas Punjab Lahore yang didapatkan bahwa penundaan merupakan salah satu kebiasaan yang sering dilakukan mahasiswa tahun pertama sampai tahun terakhir dalam menghadapi tugas-tugas kuliah maupun penyusuan tugas akhir. Senada dengan penelitian dari Bruno (dalam Hayyinah, 2004) yang mengungkapkan bahwa ada 60% individu memasukkan sikap menunda sebagai kebiasaan dalam hidup mereka.
3
Ghufron & Rini (2010) menjelaskan bahwa seseorang yang dikatakan melakukan prokrastinasi akademik adalah ketika seseorang memiliki ciri-ciri menunda untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi, keterlambatan dalam mengerjakan tugas, kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual dan melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan. Seperti yang dikatakan oleh Tuckman (1990) mengenai 3 aspek prokrastinasi yaitu ( 1) pembuang waktu, merupakan kecenderungan untuk membuang waktu secara sia-sia dalam menyelesaikan tugas yang perlu diprioritaskan demi melakukan hal-hal lain yang kurang penting (Tendency to delay or put off doing things). (2) kesulitan dan penghindaran dalam melakukan sesuatu yang tidak disukai, merupakan kecenderungan untuk merasa keberatan mengerjakan hal-hal yang tidak disukai dalam tugas yang harus dikerjakan tersebut atau jika kemungkinan akan menghindari hal-hal yang dianggap mendatangkan perasaan tidak menyenangkan (Tendency to have difficulty doing unpleasant things and when possible to avoid or circumvent the unpleasantness). (3) Menyalahkan orang lain, merupakan kecenderugan untuk menyalakan pihak lain atas penderitaan yang dialamai diri sendiri dalam mengerjakan sesuatu yang ditundanya.Tendency to blame others for one’s own plight. Menurut Ferrari dan Morales (2007) prokrastinasi akademik memberikan dampak yang negatif bagi para pelajar, yaitu banyaknya waktu yang terbuang tanpa menghasilkan sesuatu yang berguna. Prokrastinasi juga dapat menyebabkan penurunan produktivitas dan etos kerja individu sehingga membuat kualitas individu menjadi rendah, dan tugas tidak terselesaikan, atau terselesaikan namun hasilnya tidak maksimal karena dikejar deadline.
4
Beberapa faktor-faktor menurut Ferrari (1995), yang mempengaruhi terjadinya perilaku prokrastinasi, seperti kelelahan, Self-afficacy, tingkat intelegensi yang dimiliki seseorang, rendahnya self-control, rendahnya self-esteem, motivasi yang rendah dan kondisi lingkungan lenient (pengawasan rendah). Dari faktorfaktor tersebut dapat terjadi pada pelajar, seperti kelelahan dalam belajar karena tugas yang banyak/padatnya jam belajar, tidak ada semangat untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dan juga seperti self-esteem yang rendah. Hal ini didukung dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Beswick (1988) menemukan dari beberapa penelitian adanya faktor yang berhubungan dengan seseorang melakukan prokrastinasi. Faktor tersebut adalah indecision, irrational belief about self-worth, dan low self-esteem. Self-esteem merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan memandang dirinya terutama mengenai sikap menerima atau menolak, dan indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuannya, keberartian, kesuksesan dan keberhargaan (Coopersmith, 1967). Secara singkat self-esteem adalah “personal judgment” mengenai perasaan berharga atau berarti yang di ekspresikan dalam sikap-sikap individu terhadap dirinya. Kreitner dan Kinicki (2005) mendefinisikan self-esteem dengan mengacu pada suatu keyakinan nilai diri sendiri berdasarkan evaluasi diri secara keseluruhan. Apabila sebagai seorang pelajar yang tahu tentang kewajibannya untuk menyelesaikan tugas dengan baik dan mempunyai self-esteem yang tinggi, mereka akan mampu mengatur perilaku mereka dalam belajar. Mereka mampu mengatur stimulus sehingga dapat menyesuaikan perilakunya kepada hal-hal yang lebih menunjang untuk menyelesaikan tugasnya. Sebaliknya, jika pelajar yang memiliki self-esteem yang rendah maka ia tidak
5
mampu mengarahkan perilakunya dalam belajar. Ia akan mementingkan sesuatu yang lebih menyenangkan, sehingga banyak melakukan prokrastinasi dalam menyelesaikan tugas (Brown, Dutton & Cook, 2001). Coopersmith (dalam Martini, 2003) mengidentifikasikan adanya empat aspek self-esteem, yaitu (1) Proses belajar, istilah yang digunakan Coopersmith untuk menggambarkan bagaimana individu menilai keadaan dirinya berdasarkan nilainilai pribadi yang dianutnya. Individu menilai dirinya telah memenuhi atau mendekati apa yang ada dalam kebutuhan idealnya dan mempunyai penerimaan yang positif, maka individu tersebut akan memiliki penilaian dirinya yang positif. Dalam kehidupan bermahasiswa, proses belajar akan terus menerus terjadi seperti halnya yang terjadi pada mahasiswa FIK, dalam wawancara singkat ada beberapa mahasiswa yang menuturkan bahwa dalam proses mengerjakan tugas ada beberapa kendala yang terjadi salah satunya masalah tugas yang berhubungan dengan laboratorium dimana ruangan laboratoriun dianggap mahasiswa terlalu kecil sehingga harus masuk secara bergantian antar angkatan dan hal ini berpengaruh terhadap waktu pengumpulan tugas karena mereka harus menunggu antrian. Dalam hal ini, mahasiswa dapat menilai dirinya telah atau belum mendekati kebutuhan ideal terkait dengan perkuliahannya. Aspek (2) Penghargaan, merupakan perbuatan menghargai orang lain. Perbuatan menghargai orang lain sebagaimana perbuatan menghargai diri sendiri dapat meningkatkan harga diri seseorang. Orang lain akan menghargai dirinya apabila dia juga menghargai pendapat, gagasan dan hasil kerja orang lain. Adapun hal hal yang terjadi di lingkungan mahasiswa FIK yaitu kesenjangan untuk mengungkapkan pendapat dalam proses perkuliahan dimana angkatan yang lebih
6
tua dianggap lebih mampu berpendapat dibanding angkatan yang lebih mudah dalam perkuliahan yang berhubungan dengan laboratorium, seperti yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa setiap angkatan bergantian untuk masuk ke laboratorium. (3) Penerimaan, aspek ini menekankan perasaan keluarga dan orangtua dalam pembentukan dasar harga diri pada masa kanak-kanak. Keluarga merupakan tempat sosialisasi pertama bagi anak. Penerimaan keluarga yang positif akan berpengaruh pada perkembangan harga diri anak pada masa dewasa kelak. Orangtua mempunyai nilai yang pasti dan berharap anak bisa melakukannya. Terlepas dari dukungan orang tua para mahasiswa juga merasa bahwa dukungan dari teman-teman memberikan semangat untuk menjalani study dengan baik yang memungkingkan tercapainya penerimaan diri. (4) Interaksi dengan lingkungan, aspek ini memiliki karakteristik kepribadian yang dapat mengarahkan pada kemandirian sosial dan kreatifitas yang tinggi, lebih mampu dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapinya, mampu mencapai tujuan pribadi secara realistik dan aktif serta pengalaman keberhasilan akan meningkatkan harga diri. Dinamika hubungan antara self-esteem dengan prokrastinasi akademik, bila individu memiliki low self-esteem maka harapan untuk berhasil pada tugas selanjutnya akan rendah dan selanjutnya akan rendah dan individu akan melakukan prokrastinasi pada tugas selanjutnya. Hal ini didukung dari Akinsola, Tela, & dan Tela 2007 juga mengutarakan bahwa bisa saja seorang individu yang memiliki selfesteem yang tinggi akan bisa melakukan prorastinasi yang jika lingkungan sekitar menjadi ancaman bagi dirinya untuk bisa bersaing mendapatkan hasil belajar yang baik.Akinsola, (Tela, & dan Tela 2007) menemukan bahwa seorang yang memiliki
7
self-esteem yang rendah akan cenderung melakukan prokrastinasi dibandingkan dengan individu yang memiliki self-esteem yang tinggi. Selain itu Burka dan Yuen (1983) meneliti dan menemukan low self-esteem juga turut memengaruhi seseorang untuk melakukan prokrastinasi. Individu tersebut akan merasa tidak berharga dan individu
akan
berusaha
melindungi
self-esteem
dengan
cara
melakukan
prokrastinasi. Namun penelitian yang dilakukan oleh Rizal (2012) pada 518 mahasiswa di salah satu universitas di Surabaya, yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara self-esteem dengan prokrastinasi akademik. Pada hakekatnya self-esteem pada satu individu dengan individu yang lain tidaklah sama. Ada individu yang memiliki self-esteem yang tinggi, namun ada pula individu yang memiliki self-esteem yang rendah juga Hasil penelitian Rizal (2012) di Surabaya, juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara self-esteem dengan prokrastinasi akademik. Dengan demikian dari uraian dan penelitian terdahulu di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai hubungan antara self-esteem dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan UKSW. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi hubungan antara selfesteem dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan UKSW.
8
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasi untuk melihat hubungan antara self-esteem dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan UKSW. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel, yaitu self-esteem sebagai variabel bebas (X) dan prokrastinasi sebagai variabel terikat/tergantung (Y). Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan UKSW. Adapun sampel dalam penelitian ini melibatkan 102 mahasiswa dengan menggunakan teknik insidental sampling, yang merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan skala pengukuran psikologis berupa angket yang terdiri dari dua skala yaitu skala self-esteem dan skala prokrastinasi akademik . 1. Skala Self-Esteem Skala self-esteem dalam penelitian ini mengacu pada alat ukur yang dikembangkan oleh Coopersmith (1967) dan kemudian diadaptasi oleh peneliti. Skala tersebut terdiri dari empat aspek yaitu: (1) Proses belajar. (2) Penghargaan (3) Penerimaan (4) Interkasi dengan lingkungan. Skala tersebut dikenal dengan nama skala self esteem. Skala tersebut sebanyak 25 item pernyataan dalam
9
bentuk skala likert dengan menggunakan 4 alternatif jawaban yaitu, sangat sesuai (SS), Sesuai (S), Tidan Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS) (Azwar, 2012). Realibilitas alpha cronbach dari skala coopersmith self esteem inventory yaitu sebesar 0,763, selanjutnya peneliti juga akan menguji kembali daya diskriminasi item dan realibilitas alat ukur ini menggunakan alpha cronbach. Berdasarkan pada perhitungan uji seleksi item dan reliabilitas skala selfesteem sebanyak dua kali putaran, yang terdiri dari 25 item, diperoleh item yang gugur sebanyak 2 item dengan koefisien korelasi item totalnya bergerak antara 0,403-0,900. Sedangkan teknik pengukuran untuk menguji reliabilitas adalah menggunakan teknik koefisien Alpha Cronbach, sehingga dihasilkan koefisien Alpha pada skala self-esteem sebesar 0,900. Hal ini berarti skala self-esteem reliabel. 2. Skala prokrastinasi akademik Skala prokrastinasi akademik dalam penelitian ini mengacu pada alat ukur yang dikembangkan oleh Tuchman (1990). Dan kemudian diadaptasi oleh peneliti. skala tersebut terdiri dari tiga dimensi yaitu (1) Tendency to delay or put off doing things/ pembuang waktu. (2) Tendency to have difficulty doing unpleasant
things
and
when
possible
to
avoid
or
circumvent
the
unpleasantness/kesulitan dan penghindaran dalam melakukan sesuatuyang tidak disukai. (3) Tendency to blame others for one’s own plight / menyalakan orang lain. Skala tersebut bernama Tuchman procrastination scale
(TPS) yang
tersusun dari 35 pernyataan dalam bentuk skala likert dengan enggunakan 4 alternatif jawaban yaitu, sangat sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan
10
Sangat Tidak Sesuai (STS). Realibilitas alpha cronbach dari skala prokrastinasi akademik yaitu sebesar 0,86.Selanjutnya peneliti juga akan menguji kembali daya diskriminasi item dan realibilitas alat ukur ini menggunakan alpha cronbach. Berdasarkan pada perhitungan uji seleksi item dan reliabilitas skala prokrastinasi akademik sebanyak dua kali putaran, yang terdiri dari 35 item, diperoleh item yang gugur sebanyak 10 item dengan koefisien korelasi item totalnya bergerak antara 0,324-0,556. Sedangkan teknik pengukuran untuk menguji reliabilitas adalah menggunakan teknik koefisien Alpha Cronbach, sehingga dihasilkan koefisien Alpha pada skala prokrastinasi akademik sebesar 0,879. Hal ini berarti skala prokrastinasi akademik reliabel.
HASIL PENELITIAN Uji Deskriptif Statistika Tabel 1. Dekriptif Statistika Descriptive Statistics N Self-esteem Prokrastinasi Valid N (listwise)
Minimum 102 102
33 26
Maximum 88 85
Mean 71.01 65.21
Std. Deviation 9.714 9.224
102
Berdasarkan tabel 1, tampak skor empirik yang diperoleh pada skala selfesteem paling rendah adalah 33 dan skor paling tinggi adalah 88, rata-ratanya adalah 71,01 dengan standar deviasi 9,714. Begitu juga dengan skala prokrastinasi akademikyang dimana skor paling rendah adalah 26 dan skor paling tinggi adalah 85, rata-ratanya adalah 65,21 dengan standar deviasi 9,224.
11
Dengan demikian, maka norma kategorisasi hasil pengukuran skala selfesteem dan skala prokrastinasi akademikdapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini: Tabel 2. Kategorisasi Pengukuran Skala Self-Esteem dan Skala Prokrastinasi Skala Selfesteem
Prokrastin asi
No 1
Interval 78,2 ≤ x ≤ 92
2 3 4 5
64,4 ≤ x <78,2 50,6 ≤ x <64,4 36,8 ≤ x <50,6 23 ≤ x <36,8
Mean
N 23
Persentase 22,55%
71,01
59 16 3 1
57,84% 15,69% 2,94% 0,98%
Jumlah 102 SD = 9,714 Min = 33 Max = 88
100%
1
85 ≤ x ≤ 100
2 3 4 5
70 ≤ x <85 55 ≤ x <70 40 ≤ x <55 25 ≤ x <40
Kategori Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
0
0%
29 67 4 2
28,43% 65,69% 3,92% 1,96%
Jumlah 102 SD = 9,224 Min = 26 Max = 85
100%
65,21
Berdasarkan tabel 2 di atas, dapat dilihat bahwa 23 responden memiliki skor self-esteem yang berada pada kategori sangat tinggi dengan persentase 22,55%, 59 responden memiliki skor self-esteem yang berada pada kategori tinggi dengan persentase 57,84%, 16 responden memiliki skor self-esteem yang berada pada kategori sedang dengan persentase 15,69%, 3 responden memiliki skor self-esteem yang berada pada kategori rendah dengan persentase 2,94%, dan 1 responden memiliki skor self-esteem yang berada pada kategori sangat rendah dengan persentase 0,98%. Berdasarkan rata-rata sebesar 71,01 dapat dikatakan bahwa ratarata self-esteem responden berada pada kategori tinggi.
12
Untuk skala prokrastinasi, tidak ada responden yang memiliki skor prokrastinasi yang berada pada kategori sangat tinggi dengan persentase 0%, 29 responden memiliki skor prokrastinasi yang berada pada kategori tinggi dengan persentase 28,43%, 67 responden memiliki skor prokrastinasi yang berada pada kategori
sedang
dengan
persentase
65,69,
4
responden
prokrastinasipada kategori rendah dengan persentase 3,92%,
memiliki
skor
dan 2 responden
memiliki skor prokrastinasi yang berada pada kategori sangat rendah dengan persentase 1,96%. Berdasarkan rata-rata sebesar 65,21 dapat dikatakan bahwa ratarata prokrastinasiresponden berada pada kategori sedang. Uji Asumsi Uji asumsi yang dilakukan terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas. Uji normalitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3. Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Self-esteem N a Normal Parameters Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
102 71.01 9.714 .124 .066 -.124 1.254 .086
Prokrastinasi 102 65.21 9.224 .100 .078 -.100 1.013 .256
Pada skala self-esteem diperoleh hasil skor K-S-Z sebesar 1,254 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,086 (p>0,05). Sedangkan skor pada skala prokrastinasi memiliki nilai K-S-Z sebesar 1,013 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,256. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kedua variabel berdistribusi normal.
13
Sementara, dari hasil uji linearitas dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini: Tabel 4. Uji Linearitas ANOVA Table
Sum of Squares Prokrastinasi * Between Self-esteem Groups
Mean Square
df
F
Sig.
(Combined) 2216.635
33
67.171
.716
.853
1.311
1
1.311
.014
.906
2215.324
32
69.229
.738
.826
Within Groups
6376.042
68
93.765
Total
8592.676
101
Linearity Deviation from Linearity
Hasil uji linearitas diperoleh nilai Fbeda sebesar 0,738 dengan signifikansi = 0,826 (p>0,05) yang menunjukkan hubungan antara self-esteem dengan prokrastinasi adalah linear. Untuk hasil uji korelasi antara variabel bebas dan variabel terikat, dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini: Tabel 5. Hasil Uji Korelasi Correlations Self-esteem Self-esteem
Pearson Correlation
Prokrastinasi 1
Sig. (1-tailed)
Prokrastinasi
.012 .451
N
102
102
Pearson Correlation
.012
1
Sig. (1-tailed)
.451
N
102
102
Hasil koefisien korelasi antara self-esteemdengan prokrastinasi akademik, sebesar 0,012 dengan signifikansi = 0,451 (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan negatif yang sigifikan antara self-esteem dengan prokrastinasi
14
akademik pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara self-esteem dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungannegatif signifikan antara self-esteem dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Berdasarkan hasil uji perhitungan korelasi, kedua variabel memiliki r sebesar 0,102 dengan signifikansi sebesar 0,451 (p>0.05), yang berarti kedua variabel yaitu selfesteem dengan prokrastinasi akademik mahasiswatidak memiliki hubungan yang negatif signifikan. Tidak adanya hubungan antara kedua variabel, mungkin dikarenakan para mahasiswa merasa percaya diri akan tugas yang diberikan oleh dosen dalam menempuh studi perkuliahan, dan mungkin para mahasiswa FIK, merasa bahwa dengan sistem akademik fakultas yang masih belum jelas tidak menjadi kendala dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik yang diberikan oleh dosen. Hasil wawancara lanjutan dengan beberapa mahasiswa dari angkatan yang berbeda pada tanggal 08 Juni 2016, mengatakan bahwa tugas-tugas yang diberikan oleh para dosen bukanlah menjadi suatu alasan untuk tidak mengerjakannya. melainkan dengan adanya tugas dirasakan sangat membantu dalam menunjang pembelajaran dan nilai yang nantinya diperoleh. Hal ini karena program akademik yang diberlakukan di FIK bervariasi, sehingga sering membingungkan para mahasiswa seperti mahasiswa sekarang yang lebih banyak diberikan tugas-tugas yang
15
berkaitan dengan teori dibandingkan dengan mahasiswa angkatan sebelumnya yang lebih banyak diberikan tugas-tugas yang langsung terjun ke lapangan, sehingga membuat mereka memiliki pengetahun yang memadai dan mendukung mereka pada kerja praktek yang dilakukan. Selain itu, dampak dari perubahan sistem yang dirasakan oleh mahasiswa, menyebabkan mereka merasa kesulitan dalam memilih mata kuliah yang akan diambil dan topik-topik penelitian tugas akhir beserta dosen pembimbing yang sesuai dengan bidangnya. Berdasarkan hasil analisis deskriptif dalam penelitian ini, diperoleh data bahwa rata-rata (mean) 71,01 atau 57,84% mahasiswa FIK UKSW Salatiga memiliki tingkat kepercayaan diri (self-esteem) yang berada pada kategori tinggi. Sedangkan pada prokrastinasi akademik mahasiswa FIK UKSW Salatiga, rata-rata (mean) 65,21 atau 65,69% yang berada pada kategori sedang. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa mengalami prokrastinasi akademik yang sedang.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara self-esteem dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa FIK UKSW Salatiga, diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada hubungan negatif signifikan antara kedua variabel. Hal ini menunjukkan bahwa self-esteem bukan merupakan salah satu faktor utama yang besar pengaruhnya terhadap prokrastinasi akademik pada mahasiswa FIK UKSW Salatiga. Sebagian besar responden memiliki self-esteem yang berada pada kategori tinggi dan sebagian besar responden mengalami prokrastinasi akademik yang berada pada kategori sedang.
16
Demikian, diharapkan para mahasiswa tetap meningkatkan rasa percaya pada dirinya sendiri untuk bisa menyelesaikan tugas-tugas akademik, sehingga menunjang hasil akademik yang diperoleh selama menempuh bangku perkuliahan. Selain itu, diharapkan kepada peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain yang dapat digunakan, sehingga terungkap faktor-faktor yang memengaruhi prokrastinasi akademik mahasiswa terutama mahasiswa FIK UKSW Salatiga dalam menempuh studi di bangku perkuliahan seperti tingkat kelelahan yang dialami, self-efficacy, tingkat inteligensi, motivasi, kondisi lingkungan akademik dan rumah, dan self-control.
17
DAFTAR PUSTAKA Akinsola, M. K., Tella, A.,& Tella, A. (2007). Correlates of academic procratination and mathematics achievement of university undergraduate students. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 3 (4) : 363-370. Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologi. Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Beswick, G. (1988). Psycological antecendents of student procrastination. Australian Psicologist 23 (2). Brown, J. D., Dutton, K. A., & Cook, K. E. (2001). From the top down: Self-esteem and self-evaluation. Cognition and Emotion, 15, 615-631. Burka, J. B.,& Yuen, L. M. (1983). Procrastination: Why you do it, What to do about it. New York: Perseus Books. Coopersmith, S. (1967). The antecedents of self-esteem. San Francisco: W. H. Freeman & Co. Ferrari, J.R., Johnson, J.L.,& Mc Cown, W.G. (1995). Procrastination and task Avoidance, Theory, Research and Treathment. New York: Plenum Press. Ferrari, J. R., Keane, S., Wolf, R., & Beck, B. L. (1998), The antecedents and consequences of academic excuse-making: examining individual differences in procrastination. Research Hinhigher Education, 39, 199-215. Ferari, J. R.,& Morales, J. F. D. (2007). Perceptions of self-concept and selfpresentation by procrastinators: Further Evidence. The Spanish Journal of Psychology, 10 (1) : 91-96. Ghufron, N. M.,& Risnawita, R. (2010). Teori-teoripsikologi. Yogyakarta: Ar- Ruz Media. Hayyinah. (2004). Religiusitas dan prokrastinasi akademik mahasiswa. Jurnal Psikologika, 11 (17) : 31-41. Kreitner, R.,& Kinicki, A. (2005). Perilaku organisasi. Edisi Ke-5. Jakarta: Salemba Empat. Martini. (2003) Hubungan antara harga diri dengan kecenderungan deliquensi pada remaja. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Surakarta: Fakultas Psikologi UMS.
18
Nurgiyantoro, Gunawan, & Marzuki. (2009). Statistik terapan: untuk penelitian ilmu-ilmu sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Rizal, Y. 2012. Hubungan antara prokrastinasi akademik dan self esteem. Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas Psikologi- Universitas Surabaya. Saleem, M.,& Rafique, R. (2012). Procratination and self-esteem among university students. Pakistan Journal Of Social And Clinical Psychology,10 (2) : 50-53. Santrock, J.W. (2002). Life span development: perkembangan masa hidup. Jilid 2 (Edisi Ke-5). Jakarta: Erlangga. Savira, F.,& Yudi, S. (2013). Self-regulated learning (SLR) dengan prokrastinasi akademik pada siswa akselerasi. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 5 (2) : 1-5. Sugiyono. (2012). Metodologi penelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Tuckman, B.W. (1990). Measuring procrastination attitudinally and behaviorally. Paper presented at meeting of American Educational Research Association at April 1990. Boston.