HUBUNGAN ANTARA SELF-ESTEEM DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING KARYAWAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Disusun oleh : SUSI HANDAYANI BR. LUBIS NIM: 106070002186
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432H/2011M
Motto “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhan-Mu dengan hati yang puas lagi diridho-Nya. Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku”.
(QS. Al-Fajr : 27-30)
“Engkau yang tulus hidup dan bekerja sepenuhnya dalam kebaikan, akan dibangunkan ruangan yang indah di hatimu, yang didalamnya tergemakan firman Tuhan, agar engkau menyampaikan berita gembira dari-Nya, dan meneruskan tuntunan dari Utusan-Nya, untuk kebahagiaan sesamamu dan kelestarian alam, agar engkau terpelihara dalam indahnya kebahagiaan dan kesejahteraan”.
(Mario Teguh)
v
Sebuah Dedikasi Karya ini kupersembahkan untuk Ayah & Mamak tercinta, Sungguh pencapaian ananda ini tidak akan pernah sebanding dengan segala pengorbanan yang telah Ayah & Mamak berikan. Terimakasih atas cinta dan kasih sayangnya serta doa yang selalu terucap untuk ananda. serta Adik-adikku tersayang, yang selalu menyayangiku dengan sepenuh hati, dan selalu memberikan dukungan serta mendoakanku dalam kebaikan.
vi
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi B) Mei 2011 C) Susi Handayani Br. Lubis D) Hubungan antara Self-esteem dengan Subjective Well-being Karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta E) XVII + 94 Halaman + 19 Lampiran F) Penelitian ini berusaha melihat hubungan antara self-esteem dengan subjective well-being pada Karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Self-esteem merupakan sikap individual, baik positif atau negatif terhadap dirinya sebagai suatu totalitas. Sementara subjective well-being merupakan evaluasi kognitif dan afektif seseorang tentang hidupnya. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Peneliti menggunakan alat ukur satisfaction with life scale oleh Diener dengan angka reliabilitas 0,87 dan self esteem scale oleh Morris Rosenberg dengan angka reliabilitas 0,82. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 134 orang yang merupakan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Analisis pada penelitian ini menggunakan uji korelasi pada taraf signifikansi 0,05. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa self-esteem memiliki koefisien korelasi positif yang signifikan, artinya semakin tinggi self-esteem yang dimiliki maka akan semakin tinggi subjective well-being karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kemudian hasil analisis selanjutnya menggunakan uji regresi yang menunjukkan bahwa usia, tingkat pendidikan dan masa kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap subjective well-being. Adapun jenis kelamin, status pernikahan, pekerjaan (jabatan dan golongan) serta pendapatan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap subjective wellbeing. Dari hasil penelitian ini dapat disarankan bahwa dalam penelitian selanjutnya hal yang perlu diperhatikan adalah pengadministrasian alat ukur, serta sampel penelitian yang lebih besar, agar mendapatkan gambaran responden yang sesungguhnya dan hasil penelitian yang lebih baik. G) Bahan Bacaan: 22 buku + 12 jurnal + 3 artikel internet
vii
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology B) May 2011 C) Susi Handayani Br. Lubis D) The correlation between employee’s Subjective Well-being and Self-esteem of Syarif Hidayatullah Islamic State University E) XVII + 94 pages + 19 attachment F) The purpose of this research is to seek the correlation between employee’s Subjective Well-being and Self-esteem of Syarif Hidayatullah Islamic State University. Subjective well-being is defined as a person’s cognitive and affective evaluations of his or her life. While Self-esteem is defined as the individual’s positive or negative attitude toward the self as a totally. The approach used in this research was quantitative method. This research used satisfaction with life scale by Diener with reliability 0,87 and self esteem scale by Morris Rosenberg with reliability 0,82. The participants of this research were 134 employees of Syarif Hidayatullah Jakarta Islamic State University. The analysis on this research was correlation test on significance rate 0.05. The research shows that self-esteem had significantly positive coefficient correlation. It means that subjective well-being will get high score if selfesteem increase. Furthermore, by using regression test the research shows that age, educational level, and work period have significant effect towards subjective well-being. While sex, marriage status, job position, and income have no significant effect towards subjective well-being. The suggestion for next researcher is the administration measurement and larger sample in order to get more real respondent and better result of research. G) References : 22 books + 12 journals + 3 internet articles
viii
KATA PENGANTAR Bismillahirahmanirrahiim Syukur Alhamdullilah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat kekuasaan dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW serta pengikutnya sampai akhir zaman. Terselesaikannya skripsi ini sebenarnya juga tidak luput dari bantuan pihak luar, oleh karena itu, izinkanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Jahja Umar, Ph.D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ibu Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si, Pembantu Dekan I, beserta seluruh jajaran dekanat lainnya, yang selalu berusaha menciptakan lulusan-lulusan Fakultas Psikologi yang berprestasi dan berkualitas. 2. Bapak Abdul Rahman Shaleh, M.Si. Dosen Pembimbing satu, yang selalu sabar memberikan solusi-solusi cerdas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penelitian, berdiskusi, memberi masukan yang sangat berarti, dan memberi semangat kepada penulis. Terimakasih atas keikhlasannya untuk meluangkan waktu di sela-sela kesibukan dengan jadwal bapak yang begitu padat walaupun penulis tahu bahwa bapak sangat lelah namun bapak tetap mau menerima penulis dengan senyum yang begitu ramah untuk melakukan bimbingan kendatipun itu sangat menyita jam istirahat bapak. 3. Ibu Liany Luzvinda, M.Si. Dosen pembimbing dua, yang telah memberikan masukan yang bermanfaat dan sangat berarti yang berkaitan dengan penelitian sehingga sangat membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Terimakasih telah meluangkan waktu di sela-sela kesibukan ibu dalam mengurus si kecil yang masih membutuhkan banyak perhatian dari ibu. 4. Ibu S. Evangeline I Suaidy M. Psi. Psi., Pembimbing akademik kelas A angkatan 2006 yang selalu menyempatkan diri untuk mengikuti acara-acara kelas A untuk memberikan perhatian dan nasehat-nasehat yang berarti demi masa depan yang lebih baik.
ix
5. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya dengan kesabaran dan keikhlasan. Semoga segala ilmu dan pengetahuan yang bapak dan ibu berikan dapat bermanfaat untuk penulis maupun untuk orang lain dalam kehidupan bermasyarakat. 6. Staff bagian Akademik, Umum, dan Keuangan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak berjasa baik itu dari segi waktu maupun tenaga kepada Mahasiswa Psikologi UIN Jakarta dan khususnya kepada Penulis. 7. Teristimewa, Mamak yang berhati lembut dan berjiwa tegar yang rela mengeluarkan keringat demi pendidikan dan kebahagiaan anak-anaknya walaupun dengan kondisi badan yang mudah sakit serta Ayah yang berwatak tegas serta keras yang rela bekerja keras demi menghidupi keluarganya dan yang selalu mengajarkan betapa pentingnya memiliki jiwa yang tegar, mandiri dan berhati besar. Skripsi ini adalah sebuah dedikasi sederhana atas pengabdian ananda kepada Ayah dan Mamak tercinta. 8. Adikku Asmin yang selalu mengalah yang rela menunda masuk kuliah demi kelulusan kakaknya terlebih dahulu karena faktor menurunnya ekonomi keluarga serta adikku Julhan yang selalu ingin menjadi orang yang melebihi kemampuan kakaknya. 9. Uda dan Nanguda yang juga sangat membantu penulis di akhir-akhir masa penulisan skripsi baik itu membantu dalam hal fisik maupun psikis, nenek, Tobang, Semua Tulang dan Nantulang, etek, sepupu-sepupu serta keluarga yang telah mendukung dan mendoakan penulis. 10. Teman-teman rekan kerja di Metro TV dan di LP3ES yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang selalu memberikan arti sebuah kebersamaan dalam team kerja, memberikan kebahagiaan serta dukungannya kepada penulis. 11. Teman-teman di Federasi Olahraga Mahasiswa (FORSA) serta Senpai-senpai dan teman-teman Karate UIN Jakarta, yang telah banyak mengajarkan arti dan makna hidup serta mengajarkan ilmu organisasi yang sangat berguna bagi penulis hingga saat ini. Khususnya Senpai Abi yang selalu mengajarkan dan
x
menekankan pentingnya mempunyai jiwa yang pemberani yang tidak takut untuk menantang dunia namun tetaplah mempunyai hati yang jernih, ikhlas dan tidak sombong. 12. Sahabat-sahabatku tersayang (Hasnah, Sarah, Kori, Bima, Ali, Bambang, Ayu, Nur, Sunu, Ade, Kak Ipul, Uda Anif) serta teman-teman yang lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih untuk persahabatan yang indah ini. Semoga Allah selalu menjaga persaudaraan dan kasih sayang kita dan mengumpulkan kita dalam keadaan yang baik. Kalian keluarga kedua yang Allah kirimkan untuk selalu menemaniku baik itu dalam “tawa” maupun “tangis” disaat orang tua serta saudara-saudaraku jauh di seberang sana. Persahabatan yang indah ini tidak akan pernah terlupakan sampai kapanpun. 13. Seluruh jajaran staff dan karyawan Biro AUK bagian Ortala dan Kepegawaian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah banyak membantu penulis baik disaat KKL maupun dalam pengumpulan data penelitian serta telah menganggap penulis sebagai bagian dari keluarga Ortala dan Kepegawaian. 14. Teman-teman angkatan 2006 khususnya kelas A yang selalu smart dalam bepikir dan berdiskusi, serta angkatan dibawah penulis, terimakasih atas kebersamaan dan pembelajaran yang begitu indah selama ini. Semua kenangan indah yang telah kita lalui bersama tidak akan pernah terlupakan. 15. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, karena dukungan moral serta pengertian mereka penulis bisa menyelesaikan laporan ini. Hanya asa dan doa yang penulis panjatkan kepada semua pihak yang membantu penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan untuk menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, besar harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi siapa saja yang membaca. Jakarta, Mei 2011
Penulis xi
DAFTAR ISI Cover Lembar Pengesahan Pembimbing....................................................................... ii Pengesahan Oleh Panitia Ujian ..........................................................................iii Pernyataan Bukan Plagiat...................................................................................iv Motto .................................................................................................................v Persembahan ......................................................................................................vi Abstrak ..............................................................................................................vii Abstract .............................................................................................................viii Kata Pengantar ...................................................................................................ix Daftar Isi............................................................................................................xii Daftar Tabel .......................................................................................................xiv Daftar Lampiran.................................................................................................xvi BAB I
PENDAHULUAN .........................................................................1 1.1. Latar Belakang ......................................................................1 1.2. Pembatasan Masalah .............................................................11 1.3. Rumusan Permasalahan.........................................................11 1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..............................................12 1.5. Sistematika Penulisan............................................................13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA ......................................................................14 2.1. Subjective Well-being ..............................................................14 2.1.1. Definisi .......................................................................14 2.1.2. Komponen-komponen Subjective Well-being ..............15 2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Subjective Well-being...................................................................21 2.2. Self-esteem ..............................................................................31 2.2.1. Definisi .......................................................................31 2.2.2. Karakteristik Self-esteem .............................................32 2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self-esteem ............35 2.2.4. Dimensi Self-esteem ....................................................35 xii
2.3. Kerangka Berfikir dan Hipotesis Penelitian ...........................36 BAB III
METODE PENELITIAN ...............................................................41 3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ..............................................41 3.2. Populasi dan Sampel ...............................................................42 3.3. Variabel Penelitian ..................................................................43 3.3.1. Definisi Konseptual Variabel.......................................43 3.3.2. Definisi Operasional Variabel .....................................44 3.4. Pengumpulan Data ..................................................................44 3.4.1. Metode Pengumpulan Data .........................................44 3.4.2. Instrumen Penelitian ...................................................44 3.4.3. Uji Instrumen Penelitian .............................................47 3.4.3.1. Uji Validitas ....................................................48 3.4.3.2. Uji Reliabilitas ................................................48 3.5. Prosedur Penelitian .................................................................49 3.6. Metode Analisa Data...............................................................51
BAB IV
ANALISA HASIL PENELITIAN ..................................................53 4.1. Gambaran Umum Responden..................................................53 4.2. Deskripsi Hasil Penelitian .......................................................62 4.3. Kategorisasi Berdasarkan Penyebaran Skor Responden ...........62 4.3.1. Kategorisasi Skor Subjective Well-being ......................62 4.3.2. Kategorisasi Skor Self-Esteem .....................................63 4.4. Uji Hipotesis ...........................................................................64 4.5. Analisis Demografi .................................................................67
BAB V
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN .....................................80 5.1. Kesimpulan ...........................................................................80 5.2. Diskusi..................................................................................82 5.3. Saran................................................................................... 92 5.3.1. Saran Teoritis .......................................................... 92 5.3.2. Saran Praktis ........................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia ...............................53 Tabel 4.2 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ........54 Tabel 4.3 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Status Pernikahan ............55 Tabel 4.4 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..................55 Tabel 4.5 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Golongan .........................56 Tabel 4.6 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jabatan .............................57 Tabel 4.7 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Unit Kerja ........................58 Tabel 4.8 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Masa Kerja ......................59 Tabel 4.9 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Gaji/Pendapatan Perbulan 60 Tabel 4.10 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Penghasilan Tambahan ...61 Tabel 4.11 Deskripsi Umum Skor Penghitungan Statistik Skala Self-esteeem dan Subjective Well-being ........................................................................62 Tabel 4.12 Penyebaran Skor skala Subjective Well-being ....................................63 Tabel 4.13 Penyebaran skor skala Self-esteem ....................................................64 Tabel 4.14 Korelasi Subjective Well-being dengan Self-esteem ...........................65 Tabel 4.15 Model Summary ................................................................................65 Tabel 4.16 Anova(b) ..........................................................................................66 Tabel 4.17 Coefficients(a) ..................................................................................66 Tabel 4.18 Model Summary ................................................................................68 Tabel 4.19 Anova(c) ..........................................................................................68 Tabel 4.20 Model Summary ................................................................................69 Tabel 4.21 Anova(b)...........................................................................................70 Tabel 4.22 Model Summary ................................................................................70 Tabel 4.23 Anova(b)...........................................................................................71 Tabel 4.24 Model Summary ................................................................................71 Tabel 4.25 Anova(b)...........................................................................................72 Tabel 4.26 Model Summary ................................................................................73 Tabel 4.27 Anova(b)...........................................................................................73 Tabel 4.28 Model Summary ................................................................................74 xiv
Tabel 4.29 Anova(b)...........................................................................................74 Tabel 4.30 Model Summary ................................................................................75 Tabel 4.31 Anova(b)...........................................................................................76 Tabel 4.32 Model Summary ................................................................................76 Tabel 4.33 Anova(b)...........................................................................................77 Tabel 4.34 Model Summary ................................................................................77 Tabel 4.35 Anova ...............................................................................................78 Tabel 4.36 Model Summary ................................................................................78 Tabel 4.37 Anova ...............................................................................................79
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Izin Penelitian
Lampiran 2
Alat Ukur Penelitian
Lampiran 3
Output Uji Validitas dan Reliabilitas Try Out Subjective Well-being
Lampiran 4
Output Validitas dan Reliabilitas Try Out Self-esteem
Lampiran 5
Output Uji Validitas dan Reliabilitas (Field Study) Subjective Wellbeing
Lampiran 6
Output Uji Validitas dan Reliabilitas (Field Study) Self-esteem
Lampiran 7
Output Regresi Self-esteem dengan Subjective Well-being
Lampiran 8
Regresi Umum Skor Perhitungan Statistik Skala Self-esteem dan Subjective Well-being
Lampiran 9
Output Regresi Usia dengan Subjective Well-being
Lampiran 10 Output Regresi Jenis Kelamin dengan Subjective Well-being Lampiran 11 Output Regresi Status Pernikahan dengan Subjective Well-being Lampiran 12 Output Regresi Pendapatan dengan Subjective Well-being Lampiran 13 Output Regresi Pendapatan Tambahan dengan Subjective Wellbeing Lampiran 14 Output Regresi Pekerjaan (Jabatan, Golongan, dan Masa Kerja) dengan Subjective Well-being Lampiran 15 Output Regresi Tingkat Pendidikan dengan Subjective Well-being Lampiran 16 Output Regresi Pengaruh Variabel Self-esteem, Usia, Pendapatan, dan Masa Kerja terhadap Subjective Well-being Lampiran 17 Skor-skor Subjective Well-being Responden xvi
Lampiran 18 Skor-skor Self-esteem Responden Lampiran 19 Data Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Status Pernikahan, Tingkat Pendidikan, Pekerjaan (Jabatan, Golongan, dan Masa Kerja), Pendapatan Perbulan, serta Pendapatan Tambahan Responden
xvii
BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai latar belakang masalah penelitian, pembatasan masalah, rumusan permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penelitian.
1.1 Latar Belakang Masalah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang merupakan salah satu universitas Islam terkemuka di Indonesia memiliki komitmen menciptakan sumber daya insani yang cerdas, kreatif, dan inovatif. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berkeinginan memainkan peranan optimal dalam kegiatan learning, discoveries, and angagement hasil-hasil riset kepada masyarakat. Komitmen tersebut merupakan bentuk tanggung jawab UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam membangun sumber insani bangsa yang mayoritas adalah Muslim. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ingin menjadi sumber perumusan nilai keislaman yang sejalan dengan kemodernan dan keindonesiaan. Oleh karena itu, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menawarkan studi-studi keislaman, studi-studi sosial, politik, dan ekonomi serta sains, dan teknologi modern—termasuk kedokteran—dalam perspektif integrasi ilmu. Motto ini pertama kali disampaikan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, dalam pidato Wisuda Sarjana ke-67 tahun akademik 2006-2007 (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008). Seiring perkembangan zaman komitmen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut tentu sangat memegang peranan penting dalam pembekalan skill yang
1
2
baik untuk para peserta didik agar terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas serta tidak menutup kemungkinan bahwa lulusan UIN Syarif Hidayatullah juga mampu menciptakan lapangan kerja sendiri sehingga mampu mengurangi jumlah pengangguran. Perkembangan zaman yang cepat jika tidak diiringi dengan peningkatan jumlah lapangan kerja dapat menyebabkan banyak pengangguran. Minimnya lapangan kerja ini membuat para pencari kerja harus berkompetensi. Disinilah peran dari kemampuan pencari kerja tersebut. Pencari kerja yang memiliki skill baik dapat dengan mudah memperoleh pekerjaan sedangkan mereka yang tidak memiliki skill yang tidak baik harus bersusah payah untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai. Namun hal ini bertentangan dengan berbagai fakta yang terjadi dimana banyak pekerja yang telah memiliki pekerjaan baik resign dari perusahaan tempat ia bekerja. Relevan dengan fenomena yang didapatkan dengan mewawancarai seorang karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berinisial P berusia 55 tahun. Bapak P memutuskan untuk menjadi karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada saat berusia 28 tahun dan hingga saat ini sudah bekerja sebagai Karyawan selama lebih kurang 25 tahun. Bapak P menuturkan bahwa sebenarnya penghasilan perbulan masih terbilang kecil dan masih jauh dari cukup. Hal ini disebabkan karena pengeluaran keluarga perbulan juga banyak. Namun Bapak P menuturkan selalu mensyukuri dengan apa yang sudah didapatkan. Bapak P menuturkan bahwa yang membuat ia merasa bahagia dan nyaman bekerja di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bukanlah semata-mata karena materi yang didapatkan, karena sebelum ia bekerja di Instansi UIN pun ia sudah bisa membeli rumah dari
3
penghasilannya bekerja di Perusahaan Swasta, namun Bapak P memilih resign dari perusahaan swasta tersebut karena faktor usia yang semakin bertambah. Bapak P merasa bangga dan nyaman bekerja di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta karena berbasis islam, lingkungannya yang enak, dan satu iman artinya beragama muslim semua. Karena mempunyai basic islam maka frekuensi untuk berbuat curang lebih minim, berbeda halnya dengan instansi umum atau instansi pemerintahan lainnya, mereka saling berlomba untuk mendapatkan harta yang banyak dan tidak jarang dengan jalan yang curang, itu yang membuat Bapak P lebih merasa nyaman dan puas bekerja di Instansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (hasil wawancara, 06 Mei 2011). Contoh lain Seperti yang dipaparkan oleh bapak S yang telah bekerja di DEPAG (Departemen Agama) dari tahun 1980 hingga sekarang, atau dengan kata lain sudah bekerja selama 30 tahun. Bapak S menuturkan bahagia bekerja di DEPAG karena selama ini beliau bisa mendapatkan penghasilan yang cukup sehingga dapat membiayai keluarga, serta dapat membantu orang yang membutuhkan jasa, terlebih lagi sangat merasa senang jika mendapat dinas keluar kota karena dapat mengenal kota lain (hasil wawancara, 14 Agustus 2010). Apakah penyebab dari fenomena-fenomena tersebut? Fenomena di atas menunjukkan bahwa seseorang dapat memutuskan bertahan atau tidaknya dari pekerjaan dapat disebabkan oleh berbagai faktor misalnya usia, gaji, pendidikan, kepuasan dan perasaan atau mood. Faktor tersebut merupakan bagian dari psikologi positif dan lebih spesifiknya mengenai kesejahteraan psikologi atau well-being.
4
Istilah psychological well-being didefinisikan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bradburn (1969, dalam Ryff, 1989). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bradburn untuk meneliti perubahan sosial pada level makro (perubahan yang terjadi akibat tekanan politik, urbanisasi, pekerjaan dan pendidikan), serta rujukan Bradburn pada buku terkenal karangan Aristotle, Nicomachean Ethics, ia menerjemahkan psychological well-being menjadi happiness (kebahagiaan). Dalam Nicomachean Ethics dijelaskan bahwa tujuan tertinggi yang ingin diraih individu adalah kebahagiaan. Kebahagiaan berdasarkan pendapat Bradburn berarti adanya keseimbangan antara afek positif dan afek negatif (Ima, 2007). Well-being itu terbagi dalam dua yaitu subjektif well-being dan objektif well-being. Subjektive well-being adalah evaluasi-evaluasi kognitif dan afektif seseorang dalam hidupnya. Evaluasi-evaluasi tersebut terdiri dari reaksi-reaksi emosi yang dijadikan sebagai penilaian kognitif dalam kepuasan dan pemenuhan. Maka subjektif well-being adalah sebuah konsep luas yang terdiri dari pengalaman emosi yang menyenangkan, level negatif mood yang rendah, dan kepuasan hidup yang tinggi. (Ed Diener, Richard E. Lucas & Shigero Oishi, 2005). Istilah subjective well-being didefinisikan sebagai evaluasi kognitif dan afektif seseorang tentang hidupnya yang meliputi penilaian emosional terhadap berbagai kejadian yang dialami yang sejalan dengan penilaian kognitif terhadap kepuasan dan pemenuhan hidup. Seseorang dikatakan memiliki subjective wellbeing yang tinggi jika mereka merasa puas dengan kondisi hidup mereka,
5
seringkali merasakan emosi positif dan jarang merasakan emosi negatif. (Diener dan Larsen, 1984; Edington, 2005 dalam Arbiyah, Nurwiyanti & Oriza, 2008). Sedangkan teori objective well-being biasanya didukung oleh daftar persyaratan yang harus dipenuhi orang untuk menjalani kehidupan yang baik, suatu kebutuhan universal dan tidak berbeda di antara masyarakat. Teori subjective well-being mendasari gagasan kesejahteraan psikologis atau well-being pada fakta bahwa “orang-orang diperhitungkan untuk menilai yang terbaik dengan kualitas secara keseluruhan dalam hidup mereka, dan strategi bertanya dengan berterus terang tentang well-being mereka (Frey and Sutzter, 2002:405 dalam Royo & Jackeline, 2005). Objective well-being berhubungan dengan kepuasan akan kebutuhan dasar. Seperti untuk karakteristik rumah, hal yang perlu dipertimbangkan berkaitan dengan air minum yang bagus, listrik dan kebersihan. Sedangkan dalam hal hubungannya dengan pendidikan seperti frekuensi hadir sekolah, tipe sekolah, lokasi sekolah, model transport yang digunakan dan berapa lama jarak yang ditempuh (Royo & Jackeline, 2005). Pada penelitian ini, peneliti lebih fokus kepada subjective well-being agar penelitian tidak terlalu luas. Karena subjective well-being lebih menggambarkan individu mengenai kesejahteraannya secara spesifik dan secara menyeluruh mengenai kepuasan hidup dalam domain kehidupannya secara subjektif dibandingkan dengan objective well-being yang cenderung lebih bersifat kebutuhan universal dan tidak berbeda di antara masyarakat.
6
Subjektive well-being terkait dengan rasa puas seseorang akan kondisi hidupnya, seringkali seseorang merasakan emosi positif dan jarang merasakan emosi negatif. Banyak orang yang merasa puas dengan penghasilan yang didapat sehingga dapat merasakan kesenangan dan ketenangan dalam hidupnya, namun ada juga yang merasa tidak pernah puas dengan penghasilan yang didapat, sehingga tidak dapat merasakan kesenangan dan ketenangan dalam hidupnya. Selain fenomena-fenomena di atas terdapat juga berbagai penelitian tentang subjective well-being misalnya oleh Ed Diener dan Carol Diener pada tahun 1996 dalam laporan penelitiannya yang meneliti tentang sebagian besar orang bahagia. Dalam penelitian ini peneliti bertanya kepada orang yang mempunyai kesempatan untuk melaporkan secara lisan seberapa bahagia atau puas mereka. Pertanyaan yang diberikan bertujuan untuk melihat fakta siapa yang lebih atau kurang bahagia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar orang merasa puas dengan pernikahannya, pekerjaannya, dan waktu luang yang dimiliki. Akan tetapi, walaupun studi terbaru menunjukkan bahwa kebanyakan orang bahagia (Diener & Diener, in perss) dan mempertimbangkan emosi positif lebih normatif dari emosi negatif (Sommers, 1984), sejauh mana aktivitas kehidupan mempengaruhi tingkat individu dari subjective well-being tidak sepenuhnya dipahami. Sebagai contoh, efek dari keadaan kehidupan objektif, seperti pendapatan (Diener, Sandvik, Seidlitz, & Diener, 1992), kesehatan (Okun & George, 1984), tahun pendidikan (Diener, 1984), dan daya tarik fisik (Diener, Wolsic, & Fujita, 1995), sering ditemukan mempunyai pengaruh yang kecil.
7
Demikian pula, temuan Campbell, Converse, dan Rogers (1976) menyimpulkan bahwa efek dari variabel-variabel demografis di subjective well-being berpengaruh kecil pada kesejahteraan subjektif. Peneliti lain menunjukkan bahwa kesejahteraan terutama ditentukan oleh sifat daripada situasi kehidupan eksternal (Costa & McCrae, 1980, 1984; Costa, McCrae, & Zonderman, 1987; Diener, Sandvik, Pavot, & Fujita, 1992 dalam Eunkook Suh, Ed Diener, & Frank Fujita, 1996). Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Nurul Arbiyah, Fivi Nurwianti Imelda, dan Ika Dian Oriza, pada tahun 2008, dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan istrumen data berbentuk kuesioner dengan jumlah partisipan 231 orang yang memiliki karakteristik penduduk miskin (pendapatan perkapita perbulan kurang atau sama dengan Rp. 187.942). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara bersyukur dengan subjective well-being. Penelitian ini dapat melihat hubungan bersyukur dengan subjective well-being, sehingga pembaca lebih bisa melihat kelebihan diri yang dimilikinya agar bisa bersyukur (Arbiyah, Nurwiyanti & Oriza, 2008). Berdasarkan fenomena dan beberapa penelitian mengenai subjective wellbeing yang telah dilakukan oleh sebagian peneliti baik di luar maupun di dalam negeri inilah yang menyebabkan peneliti merasa terdorong untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan subjective well-being. Subjektive well-being itu terkait dengan beberapa hal. Lucas, Diener dan Suh tahun 1996 mendemonstrasikan multi-item dari subjective well-being yaitu kepuasan hidup, perasaan senang, dan perasaan tidak senang dan juga dari
8
konstruk lain seperti self-esteem (Diener, Richard E. Lucas, & Shigehiro Oishi dalam C. R. Snyder dan Shane J. Lopez, 2005). Wilson tahun 1967 memperlihatkan bahwa faktor psikologis dan demografi berhubungan dengan subjective well-being. Faktor psikologis terdiri dari self-esteem, kebahagiaan (happiness), mood, kepribadian, dan IQ. Sedangkan faktor demografi terdiri dari umur, pendidikan, jenis kelamin, agama, status, gaji, kesehatan, dan kebudayaan (culture) (C. R Synder dan Shane J. Lopez, 2005). Self-esteem sendiri menurut Coopersmith (dalam Ling dan Dariyo, 2000), menyatakan bahwa self-esteem atau harga diri adalah penilaian yang dibuat seseorang, dan biasanya tetap, tentang dirinya, hal itu menyatakan sikap menyetujui atau tidak menyetujui, dan menunjukkan sejauhmana orang menganggap dirinya mampu, berarti, sukses dan berharga. (Ratna Maharani Hapsari, tanpa tahun). Self-esteem sangat memegang peranan penting dalam
kehidupan
seseorang. Bahkan menurut Diener masyarakat dalam negara-negara yang individualistik mendasari hidup mereka dengan penilaian kepuasan hidup pada tingkat perasaan tingginya self-esteem. (Diener dan Diener, 1995 dalam Synder dan Lopez, 2005). Oleh karena itu individu sangat diharuskan untuk mempunyai self-esteem yang tinggi guna untuk pengembangan dirinya agar dapat merasakan kepuasan hidup. Dengan merasakan kepuasan hidup maka terciptalah kesejahteraan subjektif atau subjective well-being yang menimbulkan tingginya afek positif
9
pada diri individu dan rendahnya afek negatif serta kepuasan hidup dalam domain kehidupan. Kaitan self-esteem dengan subjective well-being, menurut Campbell (dalam Wangmuba, 2009) menemukan bahwa self-esteem merupakan prediktor yang paling penting untuk kesejahteraan subjektif. Self-esteem yang tinggi membuat seseorang memiliki beberapa kelebihan termasuk pemahaman mengenai arti dan nilai hidup. Hal itu merupakan pedoman yang berharga dalam hubungan interpersonal dan merupakan hasil alamiah dari pertumbuhan seseorang yang sehat (Ryan & Deci, 2001). Studi telah menunjukkan bahwa orang yang dilaporkan memiliki self-esteem yang tinggi biasanya menggunakan lebih banyak proses peningkatan diri (Sedikides dalam Wangmuba, 2009; Widyatys, 2010) . Rosenberg, Schooler, Schoenbach dan Rosenberg (1995) menguraikan bahwa global self-esteem menjadikan sikap positif atau negatif pada individu ke arah kesempurnaan diri, yang mana berhubungan erat dengan kesejahteraan psikologis atau psychological well-being secara keseluruhan (Swenson, 2003). Di kehidupan sehari-hari khususnya pada karyawan tentu kita banyak menemukan seseorang yang selalu ingin mengembangkan dirinya melalui pengalaman-pengalaman baru dalam hal peningkatan kualitas diri, sehingga karyawan bisa lebih produktif dan efektif dalam pekerjaannya. Hal ini tidak akan dapat terwujud jika individu atau karyawan tersebut mempunyai tingkat selfesteem yang rendah. Adapun mengenai self-esteem itu sendiri, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang mempunyai visi menjadikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai
10
lembaga pendidikan tinggi terkemuka dalam mengintegrasikan aspek keilmuan, keislaman dan keindonesiaan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah menjadi jendela keunggulan akademis Islam Indonesia (window of academic exellence of Islam in Indonesia) dan barometer perkembangan pembelajaran, penelitian, dan kerja-kerja sosial yang diselenggarakan kaum Muslim Indonesia dalam berbagai bidang ilmu. Dalam kerangka memperkuat peranannya tersebut UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
berkomitmen
untuk
mengembangkan
diri
sebagai
Universitas Riset (Research University) dan Universitas Kelas Dunia (World Class University) (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008). Dengan demikian, untuk mencapai komitmen tersebut tentunya perlu produktivitas dan kreativitas karyawan yang tinggi dan efektif. Karena untuk menjadi Universitas Riset dan Universitas kelas Dunia yang mengintegrasikan aspek keilmuan, keislaman dan keindonesiaan bukanlah hal yang mudah, semua membutuhkan strategi dan sistem kerja yang tepat. Oleh karena itu, karyawan perlu memiliki rasa self-esteem yang tinggi agar tujuan dan komitmen yang telah dibuat oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat tercapai. Hal ini dijelaskan oleh Tjahjono tahun 2005, self-esteem yang rendah menyebabkan tujuan perusahaan menjadi terhambat karena karyawannya menjadi kurang efektif dan produktif, self-esteem yang tinggi memang tidak mudah untuk dimiliki karena self-esteem tidak dibawa sejak lahir tetapi memerlukan proses (Ratna Maharani Hapsari, tanpa tahun). Adapun karena fenomena dan hasil penelitian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Hubungan antara Selfesteem dengan Subjective Well-being Karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”.
11
1.2 Pembatasan Masalah Penelitian ini terkait dengan hubungan antara self-esteem dengan subjective wellbeing pada karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang definisinya adalah sebagai berikut: 1. Subjective well-being Subjective well-being didefinisikan sebagai evaluasi kognitif dan afektif seseorang tentang hidupnya. Evaluasi ini meliputi penilaian emosional terhadap berbagai kejadian yang dialami yang sejalan dengan penilaian kognitif terhadap kepuasan dan pemenuhan hidup. (Diener, Lucas, Oishi dalam C. R Synder dan Shane J. Lopez, 2005). Skor subjective well-being didapat dari skala satisfaction with life scale oleh Diener. 2. Self-esteem Menurut Morris Rosenberg (dalam Flynn, 2001) definisi self-esteem adalah sikap individual, baik positif atau negatif terhadap dirinya sebagai suatu totalitas. Skor self-esteem didapat dari skala self esteem scale oleh Morris Rossenberg.
1.3 Rumusan Permasalahan Dalam penelitian ini, permasalahan tentang hubungan antara self-esteem dengan subjective well-being pada karyawan, dapat disampaikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1. Apakah ada hubungan yang signifikan antara self-esteem dengan subjective well-being pada karyawan?
12
2. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara usia, jenis kelamin, status pernikahan, pendapatan atau gaji, pekerjaan (terkait dengan jabatan, golongan dan masa kerja), dan tingkat pendidikan dengan subjective well-being pada karyawan?
1.4
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui adanya hubungan yang signifikan antara self-esteem dengan subjective well-being pada karyawan. 2. Untuk mengetahui adanya pengaruh yang signifikan antara usia, jenis kelamin, status pernikahan, pendapatan atau gaji, pekerjaan/posisi/jabatan, dan tingkat pendidikan dengan subjective well-being pada karyawan.
1.4.2
Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1.4.2.1 Manfaat Teoritis Mengembangkan ilmu pengetahuan Psikologi, khususnya psikologi industri organisasi dan psikologi klinis, tentang hubungan antara self-esteem dengan subjective well-being pada karyawan, dan diharapkan dapat menambah pengetahuan dan rasa ingin tahu mahasiswa khususnya mahasiswa Fakultas Psikologi dalam pengembangan teori Psikologi serta mengembangkan banyak penelitian agar menemukan teori Psikologi baru. Serta memberi stimulus pada pemerhati bidang ini agar dapat melakukan penelitian serupa dengan harapan akan mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik.
13
1.4.2.2 Manfaat Praktis Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat luas, khususnya kepada pihak UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengenai self-esteem dan subjective well-being yang dimiliki karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta agar dapat dijadikan sebagai sumber-sumber dalam pengambilan keputusan agar dapat merancang kegiatan dan kebijakan yang positif serta pelatihan self-esteem yang sesuai bagi karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.5
Sistematika Penelitian
Penelitian ini dibagi menjadi beberapa bahasan seperti yang akan digambarkan berikut ini: BAB I
Pendahuluan: latar belakang masalah, identifikasi masalah dalam penelitian, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penelitian.
BAB II
Kajian pustaka: sub bab subjective well-being serta variabel yang menjadi model analisis, sub bab self-esteem serta variabel yang menjadi model analisis, sub bab kerangka berpikir, dan hipotesis
BAB III
Metode penelitian: metode pengumpulan data dan metode analisis data
BAB IV
Hasil Penelitian: analisis deskriptif, uji hipotesis
BAB V
Kesimpulan, diskusi dan saran
BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bagian ini, peneliti akan menjelaskan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun teori-teori yang akan dijelaskan adalah teori subjective well-being dan teori self-esteem serta kerangka teori dan hipotesis penelitian. 2.1 Subjective Well-being Sejak dahulu, manusia memikirkan tentang hal yang membuat hidup yang baik (good life). Upaya untuk menjawab pertanyaan mengenai hidup yang baik terus menerus dilakukan oleh peneliti. Salah satu komponen yang utama dari hidup yang baik adalah kebahagiaan (happiness). Sayangnya sukar untuk menentukan satu definisi kebahagiaan. Hal ini dikarenakan kebahagiaan bisa merujuk ke banyak arti seperti rasa senang (pleasure), kepuasan hidup, emosi positif, hidup bermakna, atau bisa juga merasakan kebermaknaan (contentment). Oleh karenanya, beberapa peneliti lebih memilih menggunakan “subjective well-being” dibandingkan kebahagiaan. Diener mendefinisikan subjective well-being sebagai sebuah kombinasi afek positif (ketiadaan afek negatif) dan kepuasan hidup pada umumnya. Dan selanjutnya, Diener menggunakan istilah subjective well-being sebagai sinonim dari kebahagiaan (C. R. Snyder & Shane J. Lopez, 2007). 2.1.1 Definisi Subjective well-being merupakan konsep yang sangat luas, meliputi emosi pengalaman menyenangkan, rendahnya tingkat mood negatif, dan kepuasan hidup yang tinggi (Diener, Lucas, Oishi, 2005). Seseorang memilki subjective wellbeing yang tinggi jika mereka merasa puas dengan kondisi hidup mereka, sering 14
15
merasakan emosi positif dan jarang merasakan emosi negatif. subjective wellbeing sendiri adalah kondisi yang cenderung stabil sepanjang waktu dan sepanjang rentang kehidupan (Diener dan Larsen, 1984, dalam Edington, 2005). Diener, Lucas, Oishi (2005) mendefinisikan subjective well-being sebagai berikut: “Subjective well-being is defined as a person’s cognitive and affective evaluations of his or her life. These evaluation include emotional reactions to events as well as cognitive judgement of satisfaction and fulfillment” (p:63) Istilah subjective well-being didefinisikan sebagai evaluasi kognitif dan afektif seseorang tentang hidupnya. Evaluasi ini meliputi penilaian emosional terhadap berbagai kejadian yang dialami yang sejalan dengan penilaian kognitif terhadap kepuasan dan pemenuhan hidup. Definisi dari Diener tersebut akan digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini.
2.1.2 Komponen-komponen Subjective Well-being Subjective well-being tersusun dari beberapa komponen utama, termasuk kepuasan hidup secara umum, kepuasan terhadap ranah spesifik kehidupan, adanya afek yang positif (mood dan emosi yang menyenangkan), dan ketiadaan afek negatif (mood dan emosi yang tidak menyenangkan) (Eddington & Shuman, 2005). Keempat komponen utama ini, yaitu afek positif, afek negatif, kepuasan hidup dan kepuasan ranah kehidupan, memilki korelasi sedang satu sama lain, dan secara konseptual berkaitan satu sama lain. Namun, dari tiap-tiap komponen menyediakan informasi unik mengenai kualitas subjektif kehidupan seseorang (Diener, Scollon, & Lucas, 2003). Afek positif dan afek negatif termasuk ke
16
dalam komponen afektif, sementara kepuasan hidup dan domain kepuasan termasuk ke dalam komponen kognitif. Komponen-komponen utama kemudian direduksi ke dalam beberapa elemen khusus. Afek positif meliputi kegembiraan, keriangan hati, kesenangan, kebahagiaan hati, kebanggaan, afeksi, dan kebahagiaan. Afek negatif meliputi munculnya perasaan bersalah, malu, kesedihan, kecemasan, dan kekhawatiran, kemarahan, stress, depresi, dan rasa iri. Kepuasan hidup dikategorikan melalui kepuasan terhadap hidup saat ini, kepuasan dengan masa lalu, dan kepuasan dengan masa depan. Kepuasan ranah kehidupan muncul terhadap pekerjaan, keluarga, waktu, kesehatan, keuangan, dirinya sendiri, dan kelompoknya (Eddington & Shuman, 2005). Berikut ini adalah penjelasan untuk tiap-tiap komponen yang membentuk subjective well-being.
2.1.2.1 Afek Positif dan Afek Negatif Emosi atau mood, yang keduanya diberi label afek, mencerminkan penilaian seseorang terhadap peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya (Diener, 2000). Larsen dan Diener (1992, dalam Carr, 2004) dan Averill (1997, dalam Carr, 2004) menjelaskan bahwa pengalaman emosi setidaknya memiliki dua dimensi, yaitu activation atau arousal; dan pleasantness atau evaluation. Afek posititif adalah kombinasi arousal dan pleasantness, dan emosi yang termasuk didalamnya antara lain aktif, siap sedia, dan senang. Afek negatif adalah kombinasi arousal dan unpleasantness, dan didalamnya terdapat emosi seperti cemas, sedih, dan ketakutan.
17
Lucas, Diener dan Suh (1996, dalam Diener, Lucas, & Oishi, 2005) mendemonstrasikan bahwa item yang banyak dari skala kepuasan hidup, perasaan senang (pleasant affect), dan perasaan tidak senang (unpleasant affect) membentuk faktor-faktor yang bisa dipisahkan satu sama lain. Dalam hal ini, afek memiliki dimensi frekuensi dan intensitas. Dimensi frekuensi merupakan keseluruhan jumlah predominasi afek positif dan afek negatif. Afek positif dan afek negatif bersifat independen, meskipun demikian beberapa penelitian menunjukkan bahwa keduanya berkorelasi negatif. Semakin sering seseorang merasakan salah satu afek, semakin rendah frekuensi afek lain yang dirasakannya. Dimensi intensitas mengacu pada kuat lemahnya afek yang dirasakan oleh seseorang. Hal inilah yang menjelaskan mengapa kedua afek yang independen ini muncul secara bersamaan. Diener (1991, dalam Diener, Scollon, & Lucas, 2003) menyatakan dalam penelitian-penelitian well-being, sebaiknya menggunakan frekuensi dalam meneliti mengenai afek positif dan negatif. Alasannya, karena well-being berbicara mengenai evaluasi kondisi emosi yang sifatnya relatif jangka panjang, sedangkan intensitas lebih bisa menjelaskan suasana emosi yang bersifat lebih sementara, seperti mood. Selain itu, jika afek positif dan negatif terasa kuat secara bersamaan maka akan membingungkan dalam penentuan well-being seseorang. Oleh karenanya, alasan psikometris juga menjadi pertimbangan untuk menggunakan dimensi frekuensi dalam pengukuran afek.
18
2.1.2.2 Kepuasan Hidup (Life Satisfaction) Kepuasan hidup yang sering kali disebut dengan istilah penilaian kehidupan secara global (Diener, Scollon, & Lucas, 2003), merefleksikan penilaian individu bahwa kehidupannya ini berjalan dengan baik. Setiap individu dapat menelaah kondisi kehidupannya sendiri, menimbang pentingnya kondisi-kondisi tersebut, dan kemudian mengevaluasi kehidupannya ke dalam skala memuaskan dan tidak memuaskan. Evaluasi global semacam ini disebut sebagai penilaian kognitif atas kepuasan hidup. Dikatakan demikian karena penilaian ini membutuhkan proses kognitif. Beberapa penelitian memfokuskan diri pada bagaimana penilaian ini dibuat. Umumnya individu tidak menguji semua aspek kehidupan mereka dan menimbangnya secara tepat. Mungkin karena proses semacam ini sukar, kebanyakan orang menggunakan berbagai cara singkat dalam menghasilkan penilaian kepuasan. Secara spesifik, orang menggunakan informasi yang menonjol saat melakukan penilaian (Schwarz & Strack, 1999, dalam Diener, Scollon, & Lucas, 2003). Meskipun menggunakan cara singkat atau jalan pintas, penilaian kepuasan hidup individu secara temporal cukup stabil (Magnus & Diener, 1991; Ehrhard et al., 2000, dalam Diener, Scollon, & Lucas, 2003). Hal ini terjadi karena informasi yang digunakan pada saat membuat penilaian kepuasan cenderung merupakan informasi yang mudah diakses setiap saat. Dengan kata lain, penilaian kepuasan yang dilakukan seseorang didasarkan pada informasi yang tersedia pada saat penilaian tersebut dilakukan, dan kebanyakan dari informasi tersebut merupakan
19
informasi yang tetap sama dari waktu ke waktu. Di dalam banyak kasus, orang cenderung menggunakan informasi yang relevan dan stabil, yang pada akhirnya akan menghasilkan penilaian kepuasan yang stabil dan bermakna (Diener, Scollon & Lucas, 2003). Pada
saat
membuat
penilaian
kepuasan
hidup,
seseorang
juga
menggunakan sumber-sumber informasi lain, diantaranya perbandingan dengan standar-standar yang penting (Diener, Scollon, & Lucas, 2003). Campbell et al. (dalam Diener, Scollon, & Lucas, 2003) menyatakan bahwa individu melihat pada domain yang penting dalam hidup dan membandingkan domain kehidupan ini dengan berbagai standar pembanding, misalnya situasi yang mereka alami di masa lalu, keadaan di lingkungan sekitar mereka masa kini, ataupun harapan akan sesuatu di masa depan. Kepuasan hidup digunakan sebagai salah satu cara mengukur well-being karena dengan cara ini peneliti dapat menangkap well-being dalam bentuk luas dari sudut pandang partisipan itu sendiri (Diener, 1991, dalam Diener, Scollon, & Lucas, 2003). Selain itu, keuntungan dari melihat kepuasan hidup sebagai ukuran well-being adalah karena tipe pengukuran ini menangkap sensasi secara global akan well-being dari perspektifnya sendiri.
2.1.2.3 Kepuasan Terhadap Ranah Kehidupan (Domain Satisfaction) Komponen selanjutnya yang termasuk dalam model hirarki subjective well-being adalah kepuasan ranah kehidupan (Domain satisfaction). Kepuasan ranah kehidupan mencerminkan penilaian seseorang mengenai domain tertentu dalam kehidupannya. Proses penilaian kepuasan ranah kehidupan digabungkan, dan titik
20
berat yang diberikan pada tiap domain, dapat bervariasi bagi setiap orang. Diener et al. (2002, dalam Diener, Scollon, Lucas, 2003) menemukan bahwa orang-orang yang bahagia cenderung menitikberatkan domain-domain terbaik dalam kehidupan mereka, sedangkan orang-orang yang tidak bahagia cenderung lebih menitikberatkan pada domain-domain terburuk dalam kehidupan mereka. Karena itu, kepuasan ranah kehidupan tidak hanya dapat mencerminkan bagian-bagian komponen dari sebuah penilaian kepuasan hidup, tetapi juga dapat menyediakan informasi yang unik mengenai keseluruhan well-being seseorang. Ketika mengkonstruksikan penilaian kepuasan hidup secara global (life satisfaction), seseorang menelaah berbagai domain dalam kehidupannya (kesehatan, kehidupan, keluarga, pekerjaan, dan kehidupan sosial), menimbang pentingnya domain-domain tersebut, dan kemudian mengumpulkan sejumlah penilaian tadi untuk memperoleh keseluruhan evaluasi dari kepuasan hidupnya. Jadi, life satisfaction dihasilkan melalui proses heuristik. Individu tidak memiliki kemampuan untuk menggabungkan dan mengagregasi sederet domain kehidupan. Kepuasan ranah kehidupan akan menjadi penting bagi para peneliti yang tertarik akan pengaruh well-being pada area tertentu. Sebagai contoh, jika peneliti ingin mengetahui peningkatan well-being pekerja, kepuasan terhadap pekerjaan dapat memberikan pengukuran yang lebih sensitif dibanding yang dihasilkan oleh global well-being. Sama halnya jika seorang peneliti ingin meneliti populasi khusus, mungkin diperlukan pengukuran terhadap domain tertentu yang relevan dengan populasi kelompok tersebut (Diener, Scollon, & Lucas, 2003). Karena itu, selain dapat menyediakan informasi mengenai cara individu melakukan penilaian
21
global, skor yang didapat dari kepuasan ranah kehidupan juga menyediakan informasi lebih detail tentang aspek tertentu dalam kehidupan seseorang yang berjalan dengan baik atau buruk (Diener, Scollon, & Lucas, 2003).
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Subjective Well-being Wilson (1967 dalam Diener, Lucas, & Oishi, 2005) menyatakan bahwa faktor kepribadian dan faktor demografis memiliki hubungan dengan subjective wellbeing. Ia menyatakan bahwa orang yang bahagia adalah seorang yang muda, sehat, berpendidikan, berpenghasilan bagus, ekstrovert, optimis, religious, telah menikah dengan self-esteem yang tinggi, memiliki semangat kerja, memiliki citacita, pada kedua jenis kelamin dan berbagai variasi inteligensi. Deneve dan Cooper (1998, dalam Diener, Lucas, dan Oishi, 2003) mengidentifikasi 137 trait kepribadian yang berhubungan dengan subjective wellbeing adalah extraversion dan neurotism. Costa dan McCrae (dalam Diener, Lucas, & Oishi, 2003) menemukan bahwa extraversion memprediksikan afek yang menyenangkan dan neuroticism memprediksikan afek tidak menyenangkan dalam periode sepuluh tahun. Sementara itu, trait lain dalam model kepribadian “the big five trait faktor”, yaitu agreeableness, conscientiousness, dan openness to experience menunjukkan hubungan yang lebih lemah dengan SWB (Watson & Clark dalam Diener, Lucas, & Oishi, 2003). Penelitian lain yang juga dilakukan secara sistematis menggambarkan hubungan variasi demografis dengan subjective well-being (Diener et al, 1999, dalam Diener,
Lucas,
& Oishi, 2005). Sejumlah penemuan replikasi
menghasilkan: (a) faktor demografis seperti usia, jenis kelamin, dan pendapatan
22
berhubungan dengan subjective well-being; (b) efeknya biasanya kecil; dan (c) banyak orang cukup bahagia, karena itu, faktor demografis cenderung membedakan antara orang yang cukup bahagia dan yang sangat bahagia. (Diener et al, 1999, dalam Diener, Lucas, & Oishi, 2005). Penelitian berikutnya juga menggambarkan bahwa faktor demografis memperlihatkan bahwa pendapatan, religion dan personality adalah afek-afek yang mempengaruhi subjective well-being. (Robert Biswas-Diener & Ben dean, 2007). Berikut
ini
akan
dipaparkan
variabel-variabel
demografis
yang
mempengaruhi subjective well-being seseorang.
2.1.3.1 Usia Penelitian menunjukkan bahwa kepuasan hidup seringkali meningkat atau paling tidak menetap seiring meningkatnya usia (Herzog & Rodgers, 1981; Horley & Lavery, 1995; Larson, 1978; Okun, Haring, & Witter, 1983, dalam Eddington & Shuman, 2005). Usia berhubungan dengan subjective well-being, tapi efeknya sangat kecil, dan tergantung kepada komponen subjective well-being yang diukur (Diener, Lucas, dan Oishi, 2005). Sebagai contoh, pada sampel dari 40 negara, Diener dan Suh (1998, dalam Diener, Lucas, & Oishi, 2005) menemukan bahwa meskipun afek menyenangkan menurun sepanjang usia, kepuasan hidup dan afek tidak menyenangkan menunjukkan sedikit perubahan. Studi internasional dari beberapa negara juga menunjukkan bahwa kepuasan hidup tidak menurun dengan bertambahnya usia (Butt & Beiser, 1987; Inglehart, 1990, Veenhoven, 1984). Tidak adanya penurunan yang signifikan
23
dalam kepuasan hidup di seluruh umur menunjukkan kemampuan orang untuk beradaptasi dengan kondisi mereka. Penurunan pendapatan dan pernikahan terjadi di seluruh kelompok usia dewasa, namun, kepuasan hidup stabil. Beberapa peneliti telah menyarankan bahwa temuan ini berfungsi sebagai bukti bahwa orang menyesuaikan kembali tujuan mereka dengan bertambahnya usia mereka (Campbell et al, 1976;. Rapkin & Fischer, 1992). Melanjutkan dengan garis pemikiran ini, Ryff (1991) menemukan orang dewasa yang lebih tua menunjukkan lebih dekat antara ideal dan persepsi diri sebenarnya dibandingkan dengan orangorang muda (Eddington & Shuman, 2005).
2.1.3.2 Jenis Kelamin Jenis kelamin berhubungan dengan subjective well-being, tapi efeknya sangat kecil, dan tergantung kepada komponen subjective well-being yang diukur (Diener, Lucas, dan Oishi, 2005). Pada penelitian yang melibatkan 40 negara, Lucas dan Gohn (dalam Diener, Lucas, & Oishi, 2005) menemukan bahwa perbedaan subjective well-being antar jenis kelamin hanyalah kecil, dengan perempuan menunjukkan afek tidak menyenangkan dan afek menyenangkan yang lebih besar. Perbedaan jenis kelamin dalam subjective well-being adalah kecil atau tidak ada di bangsa Barat. Data terbesar berasal dari World Value Survey (Inglehart, 1990) di mana sekitar 170.000 representatif sampel responden dari 16 bangsa-bangsa disurvei, perbedaan SWB antara laki-laki dan perempuan sangat kecil. Michalos (1991) 18.000 siswa perguruan tinggi dipelajari di lebih dari 30
24
negara dan menemukan perbedaan jenis kelamin yang sangat kecil dalam kepuasan hidup dan kebahagiaan (Eddington & Shuman, 2005). Temuan lain yang menarik dalam jenis kelamin dan literatur subjective well-being adalah wanita melaporkan lebih berafek negatif dan depresi dibandingkan pria dan lebih mungkin untuk mencari terapi gangguan ini, namun, pria dan wanita melaporkan kira-kira sama dalam tingkat kebahagiaan global. Salah satu penjelasan bahwa wanita lebih mudah mengakui perasaan negatif sedangkan laki-laki menyangkal perasaan tersebut adalah mungkin kedua jenis kelamin mengalami tingkat afek negatif dan depresi yang sama, tetapi wanita melaporkan perasaan ini dan sering mencari bantuan profesional lebih lanjut. Penjelasan lain untuk perbedaan jenis kelamin paradoksal di SWB ditawarkan oleh Fujita, Diener, dan Sandvik (1991). Mereka menunjukkan bahwa dalam peran sosial pengasuh, perempuan disosialisasikan menjadi lebih terbuka terhadap pengalaman emosional, termasuk emosi positif dan negatif, pada gilirannya, mereka mungkin mengalami lebih positif dan lebih berdampak negatif. Penelitian mereka tidak mengungkapkan bahwa wanita melaporkan afek positif yang baik dalam jumlah yang lebih besar, dengan demikian, mungkin pengalaman perempuan, rata-rata, baik emosi positif dan negatif lebih kuat dan sering dibandingkan pria. Para peneliti juga menemukan bahwa gender bertanggung jawab atas kurang dari 1% dari varians dalam kebahagiaan tapi lebih dari 13% dari perbedaan dalam intensitas pengalaman emosional. Fujita et al. berhipotesis bahwa perempuan rata-rata terbuka terhadap pengalaman emosional yang kuat, menciptakan kerentanan terhadap depresi yang diberikan oleh banyaknya
25
peristiwa-peristiwa buruk, tetapi juga menciptakan peluang untuk tingkat intens kebahagiaan atas peristiwa yang baik (Eddington & Shuman, 2005).
2.1.3.3 Status Pernikahan Hubungan positif antara status pernikahan dengan subjective well-being secara konsisten ditemukan dalam penelitian internasional (Diener, Gohm, Suh, & Oishi, 1998 dalam Eddington & Shuman, 2005). Survey berskala besar ini mengindikasikan bahwa orang-orang yang menikah lebih sering merasa bahagia dibandingkan dengan orang-orang yang tidak pernah menikah, bercerai, atau berpisah. Status pernikahan dan subjective well-being berhubungan secara signifikan meskipun usia dan pendapatan dikontrol (Glenn & Weaver, 1979; Gove, Hughes, & Style, 1983, dalam Eddington & Shuman, 2005). Lee, Seccombe, & Shehan (1991, dalam Eddington & Shuman, 2005) meneliti perbedaan antara orang-orang yang menikah dan tidak menikah sejak 1972 sampai 1989 dan menemukan bahwa orang-orang yang menikah, baik pria maupun wanita, secara konsisten lebih bahagia dibanding orang-orang yang tidak menikah. Diener, dkk (1998, dalam Eddington & Shuman, 2005) menemukan bahwa pernikahan menawarkan keuntungan yang lebih besar bagi pria atau wanita dalam hal emosi positif, tapi tidak dalam kepuasan hidup. Lebih jauh lagi, terdapat bukti-bukti bahwa orang-orang yang bahagia memiliki kecendrungan untuk menikah, keuntungan pernikahan itu sendiri bisa meningkatkan subjective wellbeing (Mastekaasa, 1995 dalam Eddington & Shuman, 2005). Meskipun demikian, Diener, Lucas, & Oishi (2005) juga menyatakan bahwa efek pernikahan bisa berbeda bagi laki-laki dan perempuan.
26
Sadarjoen (2005) dalam bukunya menyebutkan bahwa setiap individu membawa satu set kebutuhan akan hubungan dan harapan. Dengan harapan, pasangan perkawinannya kelak akan mampu memuaskan dirinya, paling tidak sebagian dari kebutuhannya tersebut. Peluang bagi terciptanya relasi yang memuaskan tersebut ditentukan oleh beberapa aspek di bawah ini: 1. Sejauh mana pasangan perkawinan mampu memenuhi kebutuhan pasangan masing-masing. 2. Sejauh mana kebebasan dari hubungan yang mereka ciptakan memberi peluang bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan harapanharapan yang mereka bawa sebelum perkawinan terlaksana.
2.1.3.4 Pendapatan Secara umum, korelasi yang rendah namun signifikan antara pendapatan dengan subjective well-being ditemukan pada sampel representatif di Amerika (Diener et al, 1993, dalam Eddington & Shuman, 2005). Pada kenyataannya, pendapatan secara konsisten berhubungan dengan subjective well-being didalam suatu Negara ( Diener et al.; Haring, Stock, & Okun, dalam Diener, Lucas, & Oishi, 2005) dan antar Negara (Diener et al., dalam Diener, Lucas, Oishi, 2005); tapi pada level individu dan level nasional, perubahan pendapatan sepanjang waktu memiliki efek yang kecil pada subjective well-being. Walaupun demikian, terdapat bukti-bukti mengenai pengaruh pendapatan terhadap subjective well-being. Salah satu kemungkinannya adalah bahwa pendapatan hanya mempengaruhi subjective wellbeing pada tingkat yang lebih rendah, dimana kebutuhan dasar belum terpenuhi.
27
Tetapi apabila kebutuhan dasar telah terpenuhi, peningkatan pendapatan atau kekayaan hanya sedikit berpengaruh terhadap kebahagiaan.
2.1.3.5 Pekerjaan Menurut Argyle (2001, dalam Carr, 2004), status pekerjaan berhubungan dengan kebahagiaan, dimana orang-orang yang bekerja cenderung lebih bahagia dibandingkan dengan orang-orang yang tidak bekerja, dan orang-orang yang bekerja dalam bidang professional dan terlatih cenderung lebih bahagia jika dibandingkan dengan orang-orang yang bekerja dalam bidang yang tidak terlatih. Pekerjaan
berhubungan
dengan
subjective
well-being
karena
pekerjaan
menawarkan stimulasi yang optimal bagi seseorang untuk menemukan kesenangan, hubungan sosial yang positif, dan rasa identitas dan makna (Csikszentmihalyi, 1990; Scitovsky, 1976, dalam Eddington & Shuman, 2005). Orang-orang yang tidak bekerja memiliki stress yang lebih tinggi, rendahnya kepuasan hidup, dan angka bunuh diri yang tinggi bila dibandingkan dengan orang-orang yang bekerja.
2.1.3.6 Tingkat Pendidikan Telah ditemukan korelasi yang rendah namun signifikan antara tingkat pendidikan dengan subjective well-being (Campbell et al., 1976; Cantril, 1965; Diener et al., 1993, dalam Eddington & Shuman, 2005). Dalam analisis meta-literatur, Witter, Okun, Saham, dan Haring (1984) mengamati efek ukuran rata-rata 0,13. Efek ukuran ini serupa dengan pengaruh pendidikan pada kepuasan kehidupan (.15), moral (.15), dan kualitas hidup (.12). Pendidikan juga berkorelasi dengan well-
28
being pada individu dengan pendapatan rendah dan di Negara miskin (Campbell, 1981; Diener et al., 1993; Veenhoven, 1994). dalam suatu kasus sebelumnya pendidikan menciptakan waktu luang lebih luas didalam sumber-sumber kebahagiaan yang lain, dan dalam kasus yang terakhir status sosial disampaikan melalui pendidikan. di Amerika Serikat Pengaruh pendidikan pada SWB menjadi lemah dari waktu ke waktu. Campbell (1981) mencatat bahwa pada tahun 1957, 44% dari lulusan perguruan tinggi dilaporkan yang sangat senang dibandingkan dengan 23% dari mereka yang tidak sekolah tinggi, sedangkan pada tahun 1978, persentase yang sesuai adalah 33 dan 28 persen (Eddington & Shuman, 2005). Sejalan dengan hal tersebut, Diener et al., (1999, dalam Carr, 2004) menyatakan bahwa tingkat pendidikan berkorelasi positif dengan kebahagiaan dan hubungan ini kuat pada kelompok berpendapatan rendah pada Negara-negara berkembang dan populasi pada Negara miskin.
2.1.4 Pengukuran Subjective Well-being Subjective well-being telah diukur dengan berbagai macam cara dalam berbagai penelitian. Tidak ada satu skala yang secara khusus digunakan secara umum atau lebih baik dari pada skala yang lain. Banyak skala yang ada menggunakan satu item dengan kategori respon yang berbeda-beda. Dengan menggunakan sudut pandang psikometri, pengukuran yang didasarkan dengan satu item cenderung sederhana, tapi juga memiliki kegunaan yang nyata (Andrews &Robinson, 1991). Meskipun satu item dapat digunakan untuk mengukur kepuasan atau kebahagiaan, dalam level umum ataupun level spesifik dalam aspek kehidupan, pengukuran subjective well-being yang paling luas digunakan merupakan skala
29
dengan multi item. Skala dengan multi item, dalam beberapa pengukuran, secara umum memiliki validitas dan/atau reabilitas yang lebih tinggi karena error dalam pengukuran yang mungkin terjadi dalam skala satu item, paling tidak, bisa dikurangi dengan adanya item-item yang lain. Selain itu, dengan skala multi item, bisa didapatkan informasi yang lebih luas tentang komponen-komponen yang menyusun subjective well-being (Andrews & Robinson, 1991). Ukuran subjective well-being harus mengambil dari perspektif responden sendiri. Untuk alasan ini, kebanyakan studi dari subjective well-being telah mengandalkan langkah-langkah konstruksi self-report. Namun, ada banyak alasan untuk berhati-hati dalam menafsirkan hasil yang hanya didasarkan pada ukuran evaluasi diri. Beberapa orang tampak lebih bahagia daripada yang lain hanya karena mereka menggunakan angka yang lebih tinggi dalam skala respon atau karena mereka ingin menjadi baik di mata eksperimen. Jadi, meskipun self-report memainkan peran sentral dalam penelitian subjective well-being, mereka harus dilengkapi dengan teknik pengukuran untuk mendapatkan pemahaman lengkap konstruksi (Diener, Scollon & Lucas, 2003). Self-report dalam subjective well-being bervariasi dalam kompleksitasnya. Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa bahkan yang paling sederhana ukuran single-item - bisa menunjukkan beberapa tingkat reliabilitas dan validitas. Diener et al (in press), misalnya, menunjukkan bahwa ukuran item tunggal ("kegembiraan") dapat memprediksi variabel kriteria 18 tahun kemudian. Demikian pula, Lucas et al (in press) menunjukkan bahwa ukuran item tunggal kepuasan hidup relatif stabil sepanjang waktu dan sensitif terhadap perubahan
30
dalam fenomena kehidupan. Oleh karena itu, jika fokus penelitian adalah untuk mendapatkan well-being dengan ukuran relatif yang dapat diandalkan dan valid serta tidak dapat menggabungkan berbagai indikator self-report, maka untuk dapat menilai konstruksi ini dapat menggunakan ukuran single-item. Tentu saja, langkah beberapa komponen akan meningkatkan keandalan dan tingkat cakupan (Diener, Scollon & Lucas, 2003). Ada sejumlah pengukuran yang dapat diandalkan konstruksi valid wellbeing (lihat MacKay, 1980, Larsen et al 1985;. Andrews dan Robinson, 1991;. Stone, 1995, Lucas et al, Dalam pers untuk review.). Sebagian besar dari ukuran satu atau lebih dari struktur well-being menggunakan elemen dengan validitas item yang jelas. Sebagai contoh, skala kepuasan hidup dapat meminta responden sejauh mana mereka setuju dengan pernyataan seperti: "Saya puas dengan hidup saya" atau "dalam banyak hal, hidup saya mendekati ideal" (al Diener et. , 1985 dalam Diener, Scollon & Lucas, 2003). Teknik terakhir yang telah digunakan para peneliti untuk mengukur wellbeing adalah untuk menguji respon orang untuk emosi sensitif. Seidlitz dan Diener (1993), misalnya, meminta orang untuk mengingat banyaknya pengalaman bahagia dari kehidupan mereka yang mereka dapat dalam waktu singkat (Diener, Scollon & Lucas, 2003).
31
2.2 Self-esteem 2.2.1 Definisi Menurut Morris Rosenberg (dalam Flynn, 2001) definisi self-esteem adalah sikap individual, baik positif atau negatif terhadap dirinya sebagai suatu totalitas. Mruk (2006) menjelaskan bahwa Rosenberg telah memperkenalkan cara lain dalam mendefinisikan self-esteem yaitu sebagai suatu rangkaian sikap individu tentang apa yang dipikirkan mengenai dirinya berdasarkan persepsi perasaan, yaitu suatu perasaan tentang “keberhargaan” dirinya atau sebuah nilai sebagai seseorang. Sedangkan menurut Coopersmith (dalam Heatherton & Wyland, 2003) self-esteem adalah penilaian pribadi terhadap keberhargaan dirinya yang diekspresikan dalam sikap yang berpegang teguh pada prinsip pribadi. Self-esteem mengekspresikan sikap penerimaan atau penolakan, yang mengindikasikan tingkat kepercayaan individu terhadap dirinya akan kapasitas, signifikansi, kesuksesan dan keberhargaan. Teori self-esteem dan pengukurannya mengandung makna asumsi kebudayaan dan gender. Dengan kata lain, implikasinya yaitu self-esteem adalah suatu karakteristik individual yang mana seluruh manusia memilikinya dan secara berkesinambungan berusaha untuk selalu memperbaikinya (Flynn, H.K., 2001). Lain halnya lagi dengan Minchinton (1995) yang mendefinisikan Selfesteem sebagai nilai yang kita letakkan pada diri kita sendiri. Penilaian diri kita sendiri untuk melihat betapa berharganya diri kita sebagai manusia, berdasarkan
32
persetujuan atau pertidak setujuan dari diri kita, mengenai diri kita dan prilaku kita. Sedangkan menurut Branden (1995) self-esteem adalah sebuah disposisi untuk memberikan pengalaman kepada seseorang untuk menguasai secara kompeten dengan dasar tantangan hidup dan berguna bagi kebahagiaan. Dari berbagai pengertian dari self-esteem di atas, maka dapat disimpulkan bahwa self-esteem adalah sikap individual, baik positif atau negatif terhadap dirinya dimana seluruh manusia memilikinya guna untuk melihat betapa berharganya dirinya sebagai manusia. Adapun teori dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pengertian selfesteem dari teori Morris Rosenberg.
2.2.2 Karakteristik Self-esteem Self-esteem bukanlah sifat atau aspek tunggal saja, melainkan sebuah kombinasi dari beragam sifat dan perilaku. Dalam bukunya, Maximum Self-esteem, Minchiton (1995) menjabarkan tiga aspek self-esteem, yaitu perasaan mengenai diri sendiri, perasaan terhadap hidup serta perasaan dalam kaitannya dengan orang lain. a. Perasaan Mengenai Diri Sendiri 1) Menerima diri sendiri, maksudnya individu menerima dirinya secara nyata dan penuh, nyaman dengan dirinya sendiri, dan memiliki perasaan yang baik tentang diri sendiri, apapun kondisi yang dihadapi saat ini. Individu memandang bahwa dirinya memiliki keunikan tersendiri, menghargai setiap potensi yang dimiliki tanpa mengeluh.
33
2) Menghormati diri sendiri. Individu memiliki self-respect dan keyakinan yang dalam bahwa dirinya penting, kalaupun bukan bagi orang lain, setidaknya bagi dirinya sendiri. Individu dengan self-esteem yang akan merasa kasihan dan memaafkan dirinya sendiri; menyukai dirinya sendiri dengan ketidaksempurnaan yang dimiliki. 3) Menghargai keberhargaan dirinya. Individu tidak terpengaruh dengan pendapat orang lain mengenai dirinya. Individu tidak merasa lebih baik bila dipuji dan tidak merasa lebih buruk jika dirinya dihina oleh orang lain. Perasaan baik mengenai dirinya tidak bergantung pada keadaan kondisi luar atau sesuatu yang akan atau telah dilakukan. 4) Memegang kendali atas emosi diri sendiri. Individu merasa terbebas dari perasaan yang tidak menyenangkan atas rasa bersalah, rasa marah, rasa takut, dan kesedihan. Emosi umum yang paling kuat terjadi adalah rasa bahagia karena individu merasa senang dengan dirinya dan kehidupannya. (Minchinton, 1995:21). b. Perasaan terhadap Hidup 1) Menerima kenyataan. Perasaan terhadap hidup berarti menerima tanggung jawab atas setiap bagian hidup yang dijalaninya. Individu dengan selfesteem yang tinggi akan dengan lapang dada dan tidak menyalahkan keadaan hidup ini (orang lain) atas segala masalah yang dihadapinya. Ia sadar bahwa semuanya itu terjadi berkaitan dengan pilihan dan keputusannya sendiri, bukan karena faktor eksternal. Individu menyadari bahwa ia memiliki kekuatan untuk mengubah kehidupannya seperti yang mereka pilih. Individu mengetahui apa yang benar dan terbaik bagi dirinya.
34
2) Memegang kendali atas diri sendiri. Individu yang memiliki self-esteem yang tinggi tidak berusaha untuk mengendalikan orang lain atau situasi yang ada. Sebaliknya, Ia akan dengan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan (Minchinton, 1995:23). c. Perasaan dalam Kaitannya dengan Orang Lain 1) Menghormati orang lain. Individu menghormati hak-hak orang lain sebagaimana mereka berada, melakukan seperti yang mereka pilih, dan hidup seperti mereka selama mereka juga menunjukkan rasa hormat atau kesopanan yang sama kepada dirinya dan orang yang lain. Individu dengan self-esteem yang tinggi tidak memaksa nilai-nilai atau keyakinannya pada orang lain. 2) Memiliki toleransi terhadap orang lain. Individu dengan self-esteem tinggi akan menerima kekurangan orang lain, fleksibel, dan bertanggung jawab dalam hubungannya dengan orang lain. Individu memandang semua orang memiliki keberhargaan yang sama dan layak untuk dihormati. Ia menghormati kebutuhan dirinya serta mengakui kebutuhan orang lain (Minchinton, 1995:25). Menurut Coopersmith (1967) self-esteem memiliki beberapa tingkatan, yaitu: 1. Tingkatan tinggi, yang memiliki ciri mandiri, kreatif, yakin atas gagasangagasan dan pendapatnya, mempunyai kepribadian stabil, tingkat kecemasan yang rendah, dan lebih berorientasi pada keberhasilan.
35
2. Tingkatan sedang, mempunyai penilaian tentang kemampuan, harapan-harapan dan kebermaknaan dirinya bersifat positif, sekalipun lebih moderat. Mereka memandang dirinya lebih baik daripada kebanyakan orang, tetapi tidak sebaik penilaian individu dengan harga diri tinggi. 3. Tingkatan rendah, pada umumnya kurang percaya pada dirinya sendiri dan enggan untuk menyatakan diri dalam suatu kelompok, terutama bila mereka mempunyai gagasan-gagasan baru dan kreatif. Mereka kurang berhasil dalam hubungan antar pribadi dan kurang aktif dalam masalah-masalah sosial.
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self-esteem Teori self-esteem oleh Rosenberg bersandarkan pada dua faktor (dalam Flynn, 2001), yaitu: 1. Gambaran penilaian Manusia berkomunikasi tergantung pada keadaan yang terlihat dari perspektif orang lain. Pada proses sewaktu berperan menjadi orang lain. Pada proses sewaktu berperan menjadi orang lain, maka kita menjadi sadar bahwa kita adalah objek perhatian, persepsi dan evaluasi orang lain. 2. Perbandingan sosial Perbandingan sosial ini menekankan bahwa self-esteem adalah “salah satu bagian suatu konsekuensi hasil perbandingan mereka sendiri dengan orang lain dan perolehan evaluasi diri, baik yang positif maupun yang negatif”. 2.2.4 Dimensi Self-esteem Berikut adalah pandangan Morris Rosenberg terhadap dimensi self-esteem (dalam Mruk, 2006):
36
1. Rosenberg memulai dengan menunjukkan bahwa pemahaman self-esteem sebagai fenomena suatu sikap diciptakan dengan kekuatan sosial dan kebudayaan. 2. Study mengenai self-esteem ini dihadapkan pada masalah-masalah tersendiri. Salah satunya yaitu refleksitas self, yang mengandung arti bahwa evaluasi diri lebih kompleks daripada evaluasi objek-objek eksternal lain karena self terlibat dalam mengevaluasi self itu sendiri. 3. Self-esteem ini merupakan sikap yang menyangkut keberhargaan individu sebagai seseorang yang dilihat sebagai sebuah variabel yang sangat penting dalam tingkah laku karena self-esteem itu sendiri bekerja untuk atau melawan kita dalam situasi tertentu. 2.3
Kerangka Berpikir dan Hipotesis
2.3.1
Kerangka Berpikir
Rosenberg, Schooler, Schoenbach dan Rosenberg (1995, dalam Swenson, 2003) mendeskripsikan bahwa global self-esteem yang merupakan sikap individual, baik positif atau negatif terhadap dirinya sebagai suatu totalitas sangat berhubungan erat dengan psychological well-being (Swenson, 2003). Selanjutnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum selfesteem berhubungan dengan subjective well-being (tingginya kepuasan hidup, tingginya afek positif, serta rendahnya afek negatif) khususnya pada budaya individualistis. (Diener & Diener, 1995 dalam Diener & Schimmack, 2003). Dari penjelasan Rosenberg dan hasil penelitian dari Diener tersebut menunjukkan
bahwa
self-esteem
berhubungan
dengan
well-being
atau
kesejahteraan psikologis. Orang yang memiliki self-esteem yang tinggi akan lebih
37
memiliki rasa kepuasaan hidup yang tinggi dibandingkan dengan orang yang memiliki self-esteem yang rendah. Tingginya self-esteem merujuk pada tingginya estimasi individu atas nilai, kemampuan, dan kepercayaan yang dimilikinya. Self-esteem yang rendah melibatkan penilaian yang buruk akan pengalaman masa lalu dan pengharapan yang rendah bagi pencapaian masa depan. Orang dengan harga diri atau self-esteem tinggi memiliki sifat positif terhadap dirinya. Mereka merasa puas dan menghargai diri sendiri, yakin bahwa mereka mempunyai sejumlah kualitas baik, dan hal-hal yang patut dibanggakan. Selain self-esteem, faktor-faktor demografis seperti usia, jenis kelamin, status pernikahan, pendapatan, pekerjaan dan tingkat pendidikan juga memegang peranan penting dalam hal kesejahteraan psikologis atau subjective well-being. Contohnya, sebagian hasil penelitian menyebutkan bahwa orang yang menikah, baik pria maupun wanita, secara konsisten lebih bahagia dibanding orang-orang yang tidak menikah (Lee, Seccombe, & Shehan (1991, dalam Eddington & Shuman, 2005), dan Diener, dkk (1998, dalam Eddington & Shuman, 2005) menemukan bahwa pernikahan menawarkan keuntungan yang lebih besar bagi pria atau wanita dalam hal emosi positif, tapi tidak dalam kepuasan hidup. Lebih jauh lagi, terdapat bukti-bukti bahwa orang-orang yang bahagia memiliki kecendrungan untuk menikah,
keuntungan
pernikahan
itu
sendiri bisa
meningkatkan subjective well-being (Mastekaasa, 1995 dalam Eddington & Shuman, 2005).
38
Subjective well-being mengacu pada bagaimana orang menilai kehidupan mereka, dan termasuk beberapa variabel seperti kepuasan hidup dan kepuasan perkawinan, kurangnya depresi, kegelisahan, suasana hati dan emosi positif. Seseorang dikatakan telah memiliki subjective well-being tinggi jika ia mengalami kepuasan hidup dan sering gembira, dan sedikit pengalaman yang tidak menyenangkan seperti jarang emosi kesedihan dan kemarahan. Sebaliknya, seseorang dikatakan telah memiliki subjective well-being rendah jika ia tidak puas dengan kehidupan, sedikit pengalaman sukacita dan kasih sayang, dan sering merasa emosi negatif seperti kemarahan atau kecemasan. Bagan 2.2 Kerangka Berpikir
Self-esteem
Usia Jenis Kelamin Subjective well-being Status Pernikahan Pendapatan/ Gaji
Pekerjaan/posisi/jabatan
Tingkat Pendidikan
39
2.3.2
Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan yang signifikan antara self-esteem dengan subjective well-being pada karyawan. 2. Ada pengaruh yang signifikan antara usia terhadap subjective well-being pada karyawan. 3. Ada pengaruh yang signifikan antara jenis kelamin terhadap subjective wellbeing pada karyawan. 4. Ada pengaruh yang signifikan antara status pernikahan terhadap subjective well-being pada karyawan. 5. Ada pengaruh yang signifikan antara pendapatan atau gaji terhadap subjective well-being pada karyawan. 6. Ada pengaruh yang signifikan antara pekerjaan (terkait dengan jabatan, golongan dan masa kerja) terhadap subjective well-being pada karyawan. 7. Ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan terhadap subjective well-being pada karyawan. 8. Ada pengaruh yang signifikan antara self-esteem, usia, pendapatan dan masa kerja secara bersama-sama terhadap subjective well-being pada karyawan?
2.3.3
Hipotesis Nihil
1. Tidak ada hubungan yang signifikan antara self-esteem dengan subjective well-being pada karyawan. 2. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara usia terhadap subjective well-being pada karyawan.
40
3. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara jenis kelamin terhadap subjective well-being pada karyawan. 4. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara status pernikahan terhadap subjective well-being pada karyawan. 5. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara pendapatan atau gaji terhadap subjective well-being pada karyawan. 6. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara pekerjaan (terkait dengan jabatan, golongan dan masa kerja) terhadap subjective well-being pada karyawan. 7. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan terhadap subjective well-being pada karyawan. 8. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara self-esteem, usia, pendapatan dan masa kerja secara bersama-sama terhadap subjective well-being pada karyawan.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian. Terdiri dari beberapa subbab, berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing subbab.
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui hubungan antara self-esteem dengan subjective well-being karyawan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk membahas permasalahan ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif sebab pada data akhir akan dianalisis dengan menggunakan perhitungan statistik. Sedangkan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Pengukuran dengan korelasi ini digunakan untuk menentukan besarnya arah hubungan antara satu variabel dengan variabel lain (Sevilla, 1993). Hal ini sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, yaitu bertujuan untuk melihat hubungan antara Independent Variabel (IV) dengan Dependent Variabel (DV). Yaitu hubungan antara self-esteem dengan subjective well-being Karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
41
42
3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi Menurut Sugiyono (2010), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakter tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Gay (dalam Sevilla, 2006) mendefinisikan populasi sebagai kelompok dimana peneliti akan mengeneralisasikan hasil penelitiannya. Sedangkan menurut Kerlinger seperti yang dikutip Sevilla bahwa populasi adalah keseluruhan anggota, kejadian, atau objek-objek yang telah ditetapkan dengan baik. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjumlah 134 orang.
3.2.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Sugiyono (2010) mendefinisikan sampel sebagai bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang akan diteliti. Sebagaimana menurut Kerlinger (2006) bahwa untuk memperkecil suatu galat atau error, sebaiknya digunakan sampel besar. Sedangkan berdasarkan penjelasan Sevilla untuk penelitian, ukuran minimum yang ditawarkan Gay, bahwa untuk penelitian korelasi diambil minimal 30 sampel (Sevilla dkk, 2006). Gay (1976, dalam Sevilla, 2006) menawarkan beberapa ukuran minimum yang dapat diterima berdasarkan tipe penelitian, adapun dalam penelitian deskriptif yaitu 10 persen dari populasi. Penelitian korelasi minimum 30 subjek. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
43
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah menggunakan teknik sampling insidental, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. Teknik tersebut termasuk dari jenis nonprobability sampling, dimana teknik pengambilan sampel ini tidak memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (sugiyono, 2009).
3.3 Variabel Penelitian Variabel adalah konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari (Kerlinger, dalam Sevilla dkk, 2006). Variabel pada penelitian ini terdiri dari variabel bebas (Independent Variabel) dan variabel terikat (Dependent Variabel). Adapun independent variabel dalam penelitian ini adalah self-esteem sedangkan Dependent Variabel dalam penelitian ini adalah subjective well-being.
3.3.1 Definisi Konseptual Variabel a. Self-esteem di definisikan oleh Morris Rosenberg adalah sikap individual, baik positif atau negatif terhadap dirinya sebagai suatu totalitas. b. Subjective well-being adalah evaluasi kognitif dan afektif seseorang tentang hidupnya. Evaluasi ini meliputi penilaian emosional terhadap berbagai kejadian yang dialami yang sejalan dengan penilaian kognitif terhadap kepuasan dan pemenuhan hidup (Diener, Lucas, & Oishi, 2005).
44
3.3.2
Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional (Subjective well-being) adalah skor yang diperoleh dari jawaban subjek atas hasil pengukuran dengan alat tes Satisfaction With Life Scale dari Diener yang terdiri dari 5 item. Definisi operasional (self-esteem) adalah skor yang diperoleh dari jawaban subjek atas hasil pengukuran dengan alat tes Self-esteem Scale oleh Morris Rosenberg yang terdiri dari 10 aitem. 3.4 Pengumpulan Data 3.4.1 Metode Pengumpulan Data Adapun metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2010). 3.4.2 Instrumen Penelitian Instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2010). Peneliti menggunakan skala sebagai instrument pengumpulan data. Dalam penelitian ini, terdapat tiga skala, yaitu isian demografis subjek, skala self esteem Scale oleh Morris Rosenberg, dan skala subjective well-being yang menggunakan skala satisfaction with life scale oleh Diener. 1. Isian Biodata Demografis Subjek Angket ini berisi pertanyaan mengenai biodata partisipan, seperti nama, usia, jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan terakhir, pekerjaan/posisi/jabatan, dan gaji/pendapatan.
45
2. Self Esteem Scale oleh Morris Rosenberg dimana subjek diharuskan untuk menjawab 10 buah aitem-aitem dengan empat pilihan jawaban, yaitu:
Sangat Setuju (SS)
Setuju (S)
Tidak Setuju (TS)
Sangat Tidak Setuju (STS) Untuk aitem yang ke 1, 3, 4, 7, 10 Adalah aitem yang favorable,
karena itu skoringnya adalah Sangat Setuju (SS)= 4, Setuju (S)= 3, Tidak Setuju (TS)=2 dan Sangat Tidak Setuju (STS)=1. Sementara untuk aitem yang ke 2, 5, 6, 8, 9 adalah aitem yang unfavorable. Skoringnya adalah Sangat Setuju (SS)=1, Setuju (S)= 2, Tidak Setuju (TS)= 3, dan Sangat Tidak Setuju (STS)= 4. Dari keseluruhan skor yang didapatkan dari 10 aitem ini, maka semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi pula self-esteem subjek. Dan hasil skor ini, subjek akan diklasifikasikan ke dalam beberapa tingkatan sesuai dengan skor yang diperoleh, yaitu tingkat tinggi, sedang dan rendah. Validitas Self Esteem Scale (SES) dari Rosenberg ini yaitu 0, 72 yang dikorelasikan konstruk yang bersangkutan, yaitu dengan Lerner Self Esteem Scale. Sementara Fleming dan Courtesy melaporkan angka reliabilitas skala ini yaitu 0, 82 yang dilakukan dengan metode test-retest pada sampelnya berjumlah 259 laki-laki dan perempuan (Robinson, dkk., 1991). Berikut adalah pertanyaan yang ada didalam Self Esteem Scale oleh Morris Rosenberg:
46
1. Secara keseluruhan saya puas dengan diri saya sendiri 2. Kadang-kadang saya merasa bahwa diri saya tidak baik 3. Saya merasa bahwa saya mempunyai beberapa kualitas yang bagus 4. Saya bisa melakukan banyak hal seperti orang pada umumnya 5. Saya rasa tidak banyak yang dapat saya banggakan pada diri saya 6. Saya sering merasa tidak berguna 7. Saya merasa bahwa saya adalah seorang yang berharga, setidaknya sederajat dengan orang lain 8. Saya berharap saya mempunyai respek lebih terhadap diri saya 9. Dalam semua hal, saya cenderung merasa bahwa saya orang yang gagal 10. Saya menanamkan sikap positif terhadap diri saya sendiri. Namun skala ini akan dilakukan try out kembali untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas yang baik. 3. Skala Satisfaction With Life Scale oleh Diener dimana responden diwajibkan menjawab 5 item, dengan tujuh pilihan jawaban, yaitu:
Sangat Setuju (SS)
Setuju (S)
Agak Setuju (AS)
Tidak Pernah Setuju (TPS)
Agak Tidak Setuju (ATS)
Tidak Setuju (TS)
Sangat Tidak Setuju (STS)
47
Skoringnya adalah Sangat Setuju= 7, Setuju= 6, Agak Setuju= 5, Tidak pernah Setuju= 4, Agak Tidak Setuju= 3, Tidak Setuju= 2, Sangat Tidak Setuju= 1. Pada alat ukur ini terdapat 5 pertanyaan, Alat ukur ini mempunyai konsistensi internal yang baik, dimana alpha cronbach nya ada di 0,87, dan menunjukkan bahwa SWLS mempunyai kekayaan psikometrik (Ed Diener, Robert A. Emmons, Randy J. Larsen, and Sharon Griffin, 1985). Berikut adalah pertanyaan yang ada didalam Satisfaction With Life Scale oleh Diener: 1. Dalam banyak hal, hidup saya mendekati ideal 2. Kondisi hidup saya sangat bagus 3. Saya puas dengan hidup saya 4. Sejauh ini saya sudah mendapatkan hal-hal penting yang saya mau dalam hidup. 5. Jika saya bisa mengubah hidup saya, saya hampir tidak mau mengubah hal sedikit pun. Skala ini juga akan dilakukan try-out kembali untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas yang baik.
3.4.3 Uji Instrumen Penelitian Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti melakukan uji instrumen dengan 15 item dari 2 skala, yaitu skala self-esteem sebanyak 10 item, skala subjective wellbeing sebanyak 5 item. Uji instrument diberikan kepada 75 karyawan UIN Syarif
48
Hidayatullah Jakarta tanggal 7 sampai 9 Februari 2011. Uji instrument ini dilakukan dengan maksud: a. Mengetahui validitas instrument di mana skor tiap item dikorelasikan dengan skor total. b. Mengetahui tingkat reliabilitas instrument yang digunakan untuk mengukur tingkat reliabilitas skala tersebut.
3.4.3.1 Uji Validitas Validitas merupakan suatu alat pengukur bahwa alat-alat tersebut bisa mengukur menurut kenyataannya seperti yang dikehendaki untuk diukur (Chaplin, 2006). Anastasi memberikan definisi bahwa suatu alat tes dikatakan valid bila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur (Anastasi & Urbina, 2007). Menurut Cronbach (dalam Azwar, 2005), koefisien validitas suatu konstruk yang baik adalah >0,3. Dari 10 item skala self-esteem oleh Rosenberg diperoleh 9 item yang valid, dengan daya pembeda >0,3. Sedangkan dari 5 item skala subjective well-being yaitu satisfaction with life scale oleh Diener diperoleh 4 item yang valid.
3.4.3.2 Uji Reliabilitas Anastasi dan Urbina (2007) memberikan pengertian bahwa suatu tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut mampu memberikan hasil yang konsisten meskipun tes tersebut diberikan dan diskor oleh penilai yang berbeda, atau diberikan pada waktu yang berlainan, atau menggunakan bentuk paralel dari tes tersebut.
49
Uji reliabilitas instrument penelitian ini menggunakan uji statistik Alpha Cronbach dengan menggunakan SPSS versi 17.0. suatu konstruk atau variabel dikatakan memiliki reliabilitas yang baik bila memiliki koefisien reliabilitas diatas 0,6 dan mendekati angka 1. (Azwar, 2005). Uji reliabilitas skala self-esteem oleh Rosenberg dan skala satisfaction with life scale oleh Diener yang mengukur subjective well-being adalah sebagai berikut: a. Nilai reliabilitas skala self-esteem dengan 9 item yang valid adalah sebesar 0,685. Jadi, skala self-esteem ini dapat dikatakan reliabel dan dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian. b. Nilai reliabilitas skala subjective well-being dengan 4 item adalah sebesar 0,855. Jadi, skala subjective well-being dapat dikatakan reliable dan dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian.
3.5
Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mencoba merencanakan langkah-langkah yang diharapkan dapat menunjang kelancaran penelitian, langkah-langkah tersebut sebagai berikut: 1. Persiapan Penelitian
Dimulai dengan perumusan masalah dan pembatasan masalah.
Menentukan variabel-variabel yang akan diteliti
Melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan gambaran dan landasan teori yang tepat.
50
Menentukan, menyusun dan menyiapkan alat ukur yang akan digumakan dalam penelitian ini yaitu skala self-esteem dan skala subjective well-being yang berupa skala Likert.
Menentukan lokasi dan menyelesaikan administrasi perizinan.
2. Tahap Uji Coba Peneliti melakukan uji coba alat ukur kedua skala pada 75 karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tahap pengambilan data
Menentukan jumlah sampel penelitian.
Memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian dan meminta kesediaan responden untuk mengisi skala penelitian.
Memberikan alat ukur yang telah disiapkan kepada responden. Setelah uji coba dilakukan, peneliti melakukan uji validitas dan
reliabilitas. Uji validitas skala dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor tiap item dengan skor total, dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment dari Pearson dan perhitungannya menggunakan program SPSS versi 17.0. Maka diperoleh reliabilitas dari skala self-esteem sebesar 0,685, skala subjective well-being sebesar 0,855. Ketika alat ukur ini dapat disimpulkan memiliki reliabilitas yang baik karena suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai alpha Cronbach > 0.60. 3. Tahap Field Study Penelitian sesungguhnya dilakukan selama 7 hari, yaitu pada tanggal 14-23 Februari 2011. Peneliti menyebarkan skala self-esteem yang terdiri dari 9
51
item, skala subjective well-being terdiri dari 4 item kepada 134 karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Tahap Pengolahan Data a. Penulis memberikan kode dan melakukan skoring terhadap hasil skala yang telah diisi responden. b. Menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh, kemudian membuat tabel data. c. Skor mentah yang diperoleh distandarkan dengan menggunakan skor-T. Azwar (2003) menjelaskan bahwa skor standar T didasarkan atas penyimpangan skor mentah dari mean distribusinya. Besarnya mean dan distribusi standar skor-T setelah diadakan konversi adalah mean sebesar 50 dan deviasi standar sebesar 10. T = 50 + 10 (X-M)/s
d. Melakukan analisis data dengan menggunakan metode statistik untuk menguji hipotesis penelitian melalui program SPSS 17.0. e. Membuat laporan hasil dan kesimpulan penelitian. 3.6
Metode Analisis Data
Dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian yaitu apakah terdapat hubungan yang signifikan antara self-esteem dengan subjective well-being pada karyawan, penulis menggunakan metode statistika karena datanya berupa angka-angka yang merupakan hasil pengukuran dan perhitungan. Dalam hal ini berdasarkan hipotesis yang akan diukur peneliti menggunakan teknik analisis multiple regression atau analisis regresi berganda. Adapun persamaan umum analisis regresi berganda ini adalah:
52
Y = a + b1X1 + b2X2 + …… + bpXp + e dimana : Y
: Dependent variable (DV) yang dalam hal ini adalah subjective well-being
X1, X2, ......, Xp
: Independent variable (IV) yang jumlahnya p
p
: Jumlah independent variable (IV)
a
: Intercept / konstan
b1, b2, ......, bp
: Koefisien regresi untuk masing-masing IV
e
: Residu / sisa (IV yang tidak termasuk dalam persamaan)
Dalam analisis multiple regression ini dapat diperoleh beberapa informasi, yaitu : 1. R2 yang menunjukkan proporsi varian (presentase varian) dari dependent variable (DV) yang bisa diterangkan oleh independent variable (IV). 2. Uji hipotesis mengenai signifikan atau tidaknya masing-masing koefisien regresi. Koefisien yang signifikan menunjukkan dampak yang signifikan dari independent variable (IV) yang bersangkutan. 3. Persamaan regresi yang ditemukan bisa digunakan untuk membuat prediksi tentang berapa harga Y jika nilai setiap independent variable (IV) diketahui.
BAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN Bab berikut ini akan membahas mengenai presentasi dan analisis data meliputi gambaran umum responden, analisis deskriptif, kategorisasi, dan hasil uji hipotesis.
4.1 Gambaran Umum Responden Penelitian ini dilakukan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Subjek penelitian dalam penelitian ini sebanyak 134 karyawan yang bekerja di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.1.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia Tabel 4.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia Usia 63 – 68 tahun 57 – 62 tahun 51 – 56 tahun 45 – 50 tahun 39 – 44 tahun 33 – 38 tahun 27 – 32 tahun 21 – 26 tahun Jumlah
N 2 0 13 30 23 26 23 17 134
Presentase 1,5% 0% 9,7% 22,4% 17,2% 19,4% 17,1% 12,7% 100%
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden sebagian besar berusia 45-50 terdapat 30 responden dengan presentase 22,4%, 2 responden yang berusia 63 – 68 tahun dengan presentase sebesar 1,5%, 13 responden yang berusia 51 – 56
53
54
tahun dengan presentase 9,7%, 26 responden yang berusia 33-38 tahun dengan presentase 19,4%, dan 17 responden yang berusia 21-26 tahun dengan presentase 12, 7. Sedangkan sisanya masing-masing 23 responden yang dengan presentase 17,2%, pada responden yang berusia berusia 39-44 tahun dan 27– 32 tahun.
4.1.2 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Tabel 4.2 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pendidikan SMA D2 D3 S1 S2 S3 Jumlah
N 21 2 3 73 33 2 134
Presentase 15,7% 1,5% 2,2% 54,5% 24,6% 1,5% 100%
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa responden dalam penelitian ini didominasi oleh responden yang berlatar belakang pendidikan S1 sebanyak 73 orang dengan presentase sebesar 54,5%. Sedangkan yang berlatar belakang pendidikan SMA sebanyak 21 orang dengan presentase sebesar 15,7%, yang berlatar belakang pendidikan D3 sebanyak 3 orang dengan presentase sebesar 2,2%, yang berlatar pendidikan S2 sebanyak 33 orang dengan presentase sebesar 24,6%. Adapun selebihya masing-masing 2 responden yaitu yang berlatar pendidikan D2 dan S3 dengan presentase masing-masing 1,5%.
55
4.1.3 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Status Pernikahan Tabel 4.3 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Status Pernikahan Status Pernikahan Belum Menikah Menikah Jumlah
N
Presentase
21 113 134
15,7% 84,3% 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden yang belum menikah sebanyak 21 orang dengan presentase 15,7%, dan responden yang menikah sebanyak 113 orang dengan presentase 84,3%. Dapat terlihat bahwa responden didominasi oleh responden yang sudah menikah.
4.1.4 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.4 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah
N 62 72 134
Presentase 46,3% 53,7% 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden didominasi oleh responden dengan jenis kelamin perempuan dengan jumlah responden sebanyak 72 orang dengan presentase 53,7%, sedangkan responden dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 62 orang dengan presentase 46,3%.
56
4.1.5 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Golongan Tabel 4.5 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Golongan Golongan PTT II/a II/b II/c III/a III/b III/c III/d IV/a IV/b Jumlah
N 11 9 6 5 25 25 21 25 6 1 134
Presentase 8,2% 6,7% 4,5% 3,7% 18,7% 18,7% 15,7% 18,7% 4,5% 0,7% 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden di dominasi oleh golongan III/a, III/b, dan golongan III/d dengan masing-masing jumlah responden sebanyak 25 orang dengan presentase 18,7%. Kemudian PTT (Pegawai Tidak Tetap) terdiri dari 11 orang dengan presentase sebanyak 8,2%, golongan II/a sebanyak 9 orang dengan presentase sebanyak 6,7%, selanjutnya golongan II/c terdapat 5 responden dengan presentase sebanyak 3,7%, golongan III/c sebanyak 21 orang dengan presentase 15,7%, sedangkan golongan IV/b hanya terdiri dari 1 orang dengan presentase sebanyak 0,7%, kemudian selebihnya masing-masing terdiri dari 6 responden dengan jumlah presentase sebanyak 4,5% pada golongan II/b dan IV/a.
57
4.1.6 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jabatan Tabel 4.6 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jabatan Jabatan Bendahara BPP Dosen Fungsional Kabag Kasubag Kepala Perpus Pelaksana Pem. Bendahara Pendamping BLU Pendamping Fakultas Pudek Pustakawan Sekpim Sekprodi Staff Admin Staf IT Staff Keuangan Staff Pendamping Teaching Assistant Teknisi Jumlah
N 2 2 5 2 6 21 1 3 1 1 1 1 3 1 2 76 2 1 1 1 1 134
Presentase 1,5% 1,5% 3,7% 1,5% 4,5% 15,7% 0,7% 2,2% 0,7% 0,7% 0,7% 0,7% 2,2% 0,7% 1,5% 56,7% 1,5% 0,7% 0,7% 0,7% 0,7% 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden yang mendominasi adalah responden yang bekerja pada bagian staff admin yaitu berjumlah 76 orang dengan presentase sebanyak 56,7%, sebagai Dosen berjumlah 5 orang dengan presentase sebanyak 3,7%, Kabag terdiri dari 6 orang dengan presentase sebanyak 4,5%, selanjutnya Kasubag sebanyak 21 orang dengan presentase sebanyak 15,7%, serta Pustakawan dan pelaksana masing-masing ד_Finsrsid6124821berjumlah 3 orang dengan presentase sebanyak 2,2%, kemudian
selebihnya masing-masing terdiri dari 2 responden dengan presentase sebanyak
58
1,5% terdiri dari Bendahara, BPP, Fungsional, Sekprodi, dan Staff IT. Selanjutnya masing-masing terdiri dari 1 responden dengan presentase sebanyak 0,7% yang terdiri dari Kepala Perpustakaan, Pembantu Bendahara, Pendamping BLU, Pendamping Fakultas, Pudek, Sekpim, Staff Keuangan, Staff Pendamping, Teaching Assistant, dan teknisi.
4.1.7 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Unit Kerja Tabel 4.7 Gambaran Umum Berdasarkan Unit Kerja Unit Kerja
N
Presentase
Biro AAK Biro AUK Biro AUK bag. Ortala dan Kepegawaian Biro PKSI CSRC UIN Jakarta Fakultas Adab dan Humaniora Fakultas dakwah dan Komunikasi Fakultas Dirasat Islamiyah Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Fakultas Psikologi Fakultas Sains dan Teknologi Fakultas Syariah dan Hukum Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Pusat Bahasa dan Budaya UIN Jakarta Sekolah Pasca Sarjana UIN Jakarta Jumlah
12 10 13
9% 7,5% 9,7%
8 1 7 5 5 5 6 8 9
5,9% 0,7% 5,2% 3,7% 3,7% 3,7% 4,5% 6% 6,7%
20 4 4 5 4 8 134
15% 3% 3% 3,7% 3% 6% 100%
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa responden dalam penelitian ini didominasi oleh responden pada unit kerja Fakultas Psikologi sebanyak 20 orang dengan presentase sebesar 15%. Sedangkan unit kerja Biro
59
AAK sebanyak 12 orang dengan presentase sebesar 9%, unit kerja Biro AUK sebanyak 10 orang dengan presentase sebesar 7,5%, unit kerja Biro AUK bag. Ortala dan Kepegawaian sebanyak 13 orang dengan presentase sebesar 9,7%. Unit kerja CSRC UIN Jakarta berjumlah 1 orang, unit kerja Fakultas Adab dan Humaniora sebanyak 7 orang dengan presentase 5,2%, unit kerja Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan sebanyak 9 orang dengan presentase 6,7%, Adapun selebihya masing-masing 8 responden yaitu pada unit kerja Biro PKSI, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, dan Sekolah Pasca Sarjana dengan presentase masing-masing 6%. Selanjutnya masing-masing 5 responden yaitu pada unit kerja Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Fakultas Dirasat Islamiyah, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, serta Fakultas Ushuluddin dan Filsafat dengan presentase 3,7%. Kemudian selebihnya, masing-masing 4 responden yaitu pada unit kerja Fakultas Sains dan Teknologi, Fakultas Syariah dan Hukum, serta Pusat Bahasa dan Budaya UIN Jakarta dengan presentase 3%.
4.1.8 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Masa Kerja Tabel 4.8 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Masa Kerja Masa Kerja 28 – 31 tahun 24 – 27 tahun 20 – 23 tahun 16 – 19 tahun 12 – 15 tahun 8 – 11 tahun 4 – 7 tahun 0 – 3 tahun Jumlah
N 6 10 13 12 19 30 21 23 134
Presentase 4,5% 7,5% 9,7% 8,9% 14,2% 22,4% 15,7% 17,2% 100%
60
Berdasarkan tabel di atas, dapat terlihat bahwa responden yang mendominasi berdasarkan masa kerjanya adalah masa kerja pada rentang 8 – 11 tahun yaitu terdiri dari 30 responden dengan presentase sebanyak 22,4%, 6 responden pada masa kerja 28 – 31 tahun dengan presentase sebanyak 4,5%, 10 responden pada masa kerja 24 – 27 tahun dengan presentase sebanyak 7,5%, 13 respoden pada masa kerja 20 – 23 tahun dengan presentase sebanyak 9,7%, 12 responden pada masa kerja 16 – 19 tahun dengan presentase sebanya 8,9%, 19 responden pada masa kerja 12 – 15 tahun dengan presentase sebanyak 14,2%, 21responden pada masa kerja 4 – 7 tahun dengan presentase sebanyak 15,7%, dan selanjutnya 23 responden pada masa kerja 0 – 3 tahun dengan presentase sebanyak 17,2%.
4.1.9 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Gaji/pendapatan Perbulan Tabel 4.9 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Gaji/pendapatan Perbulan Pendapatan perbulan dalam Rupiah 11.400.000 – 12.800.000 9.900.000 – 11.300.000 8.400.000 – 9.800.000 6.900.000 – 8.300.000 5.400.000 – 6.800.000 3.900.000 – 5.300.000 2.400.000 – 3.800.000 900.000 – 2.300.000 Jumlah
N
Presentase
2 0 2 4 6 29 39 52 134
1,5% 0% 1,5% 3,0% 4,5% 21,6% 29,1% 38,8% 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden yang mendominasi adalah rentang pendapatan 900.000 – 2.300.000 yaitu berjumlah 52 orang dengan presentase sebanyak 38,8%, 4 responden berpenghasilan antara
61
6.900.000 – 8.300.000 dengan presentase sebanyak 3,0%, 6 responden berpenghasilan antara 5.400.000 – 6.800.000 dengan presentase sebanyak 4,5%, 29 responden berpenghasilan antara 3.900.000 – 5.300.000 dengan presentase sebanyak 21,6%, dan 39 responden berpenghasilan antara 2.400.000 – 3.800.000 dengan presentase sebanyak 29,1%, dan selanjutnya masing-masing dengan jumlah responden 2 orang dengan presentase sebanyak 1,5% berpenghasilan antara 11.400.000 – 12.800.000 dan 8.400.000 – 9.800.000 perbulan.
4.1.10 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Penghasilan Tambahan Tabel 4.10 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Penghasilan Tambahan Penghasilan Tambahan Ada Tidak ada Jumlah
N
Presentase
53 81 134
39,6% 60,4% 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden yang medominasi dalam hal penghasilan tambahan adalah responden yang tidak ada penghasilan tambahan yaitu sebanyak 81 responden dengan presentase sebanyak 60,4% dan responden yang memiliki penghasilan tambahan terdiri dari 53 responden dengan presentase sebanyak 39,6%.
62
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian Tabel 4.11 Deskripsi Umum Skor Perhitungan Statistik Skala Self-Esteem dan Subjective Well-being N SWB SE
134 134
Range 46.32 46.04
Minimum
Maximum
20.23 28.70
66.55 74.74
Mean 50.0000 50.0000
Std. Deviation 10.00000 10.00000
Berdasarkan tabel 4.10, dapat diketahui jumlah subjek penelitian sebanyak 134 orang dengan skor subjective well-being terendah adalah 20.23, sedangkan skor subjective well-being tertinggi ialah 66.55 dengan skor rata-rata 50.0000. Kemudian skor self-esteem tertinggi adalah 74.74 sedangkan skor terendah selfesteem adalah 28.70 dengan skor rata-rata 50.0000.
4.3 Kategorisasi Berdasarkan Penyebaran Skor Responden 4.3.1 Kategorisasi Skor Subjective Well-being Skala subjective well-being terdiri dari 4 item yang valid dengan 7 pilihan jawaban yang diberi skor 1 sampai dengan 7. Dengan demikian, skor mentah yang mungkin diperoleh tiap subjek berkisar dari 7 sampai 49. Namun, karena skor mentah yang diperoleh masing-masing subjek distandarkan dengan menggunakan skor-T, maka skor standar yang diperoleh masing-masing subjek berkisar dari yang terendah 20,23 sampai dengan yang tertinggi 66,55. Untuk mengetahui skor subjective well-being yang diperoleh responden tersebut tinggi atau rendah, maka disajikan norma skor skala subjective wellbeing setelah diketahui nilai mean dan SD yang disajikan pada tabel 4.10.
63
Peneliti membagi klasifikasi skor subjective well-being menjadi tiga kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Dari tabel 4.10, diketahui bahwa mean subjective well-being adalah sebesar 50,0000 dengan standar deviasi sebesar 10,00000. Dengan begitu, kategorisasi yang didapat untuk subjective well-being adalah sebagai berikut: Tabel 4.12 Penyebaran Skor Skala Subjective Well-being Kategori Tinggi Sedang Rendah
Rumus X > M + 1SD M – 1SD ≤ X≤ M + 1SD X < M – 1SD
Rentangan Standart Score > 60 40 – 60 < 40 ∑
Jumlah Subjek 9 107 18 134
Persen 6,7% 79,9% 13,4% 100%
Berdasarkan gambaran tabel di atas dapat terlihat bahwa sebagian besar responden memiliki subjective well-being yang sedang dengan presentase sebesar 79,9%. Sedangkan 9 orang dari 134 responden memiliki subjective well-being yang tinggi dengan presentase 6,7% dan sebanyak 18 orang dari 134 responden yang memiliki subjective well-being yang rendah dengan presentase 13,4%. 4.3.2 Kategorisasi Skor Self-Esteem Skala self-esteem terdiri dari 9 item yang valid dengan empat pilihan jawaban yang diberi skor 1 sampai dengan 4. Dengan demikian, skor yang mungkin diperoleh tiap subjek berkisar dari 9 sampai 36. Namun, karena skor mentah yang diperoleh masing-masing subjek distandarkan dengan menggunakan skor-T, maka skor standar yang diperoleh masing-masing subjek berkisar dari yang terendah 28,70 sampai dengan yang tertinggi 74,74.
64
Untuk mengetahui skor self-esteem yang diperoleh responden tersebut tinggi atau rendah, maka disajikan norma skor self-esteem setelah diketahui nilai mean dan SD pada tabel 5 di atas. Peneliti membagi klasifikasi skor self-esteem menjadi tiga kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Dari tabel 4.10, diketahui bahwa mean skor selfesteem adalah sebesar 50,0000 dengan standar deviasi sebesar 10,00000. Berikut ini akan digambarkan pada tabel persebaran skor self-esteem responden penelitian. Tabel 4.13 Penyebaran Skor Skala Self-Esteem Kategori Tinggi Sedang Rendah
Rentangan Standart Score X > M + 1SD > 60 M – 1SD ≤ X≤ M + 1SD 40 – 60 X < M – 1SD < 40 ∑ Rumus
Jumlah Subjek 21 93 20 134
Persen 15,7% 69,4% 14,9% 100%
Berdasarkan gambaran tabel di atas dapat terlihat bahwa sebagian besar responden memiliki self-esteem yang sedang dengan presentase sebesar 69,4%. Sedangkan 21 orang dari 134 responden memiliki sel-esteem yang tinggi dengan presentase 15,7% dan sebanyak 20 orang dari 134 responden yang memiliki selfesteem yang rendah dengan presentase 14,9%.
4.4
Uji Hipotesis
Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis pada penelitian ini menggunakan rumus regresi berganda untuk mencari hubungan subjective wellbeing dengan self-esteem karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam perhitungannya, peneliti menggunakan program SPSS versi 17.0 Berikut ini adalah hasil perhitungannya.
65
Tabel 4.14 Korelasi Self-Esteem dengan Subjective Well-being Correlations
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
SWB
SE
SWB
1.000
.365
SE
.365
1.000
SWB
.
.000
SE
.000
.
SWB
134
134
SE
134
134
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui nilai r hitung antara subjective well-being dengan self-esteem sebesar 0,365 dan nilai p value sebesar 0,00. Karena nilai p value < 0,05 , maka hipotesis nol yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara subjective well-being dengan self-esteem ditolak.
Tabel 4.15 Model Summary
Change Statistics Model R 1
a
.365
Adjusted R Std. Error of R Square R Square Square the Estimate Change F Change df1
df2
Sig. F Change
.133
132
.000
.126
9.34668
.133
20.243
1
a. Predictors: (Constant), SE
Berdasarkan data yang diperoleh melalui tabel di atas, terlihat bahwa koefisien determinasi R square (R2) menunjukkan nilai sebesar 0,133 atau 13,3%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel self-esteem memberikan sumbangsih terhadap variabel subjective well-being sebesar 13,3%. Dengan demikian, perubahan variabel subjective well-being sebesar 86,7% dapat dijelaskan oleh variabel lain selain self-esteem.
66
Setelah diketahui nilai r square signifikansi sumbangsih kedua variabel X terhadap variabel Y, kemudian dilakukan penghitungan Anova (uji linearitas) untuk mengetahui apakah model persamaan garis regresi yang dipergunakan tepat diterapkan dalam perhitungan regresi ini. Hasilnya disajikan pada tabel Anova (b) berikut: Tabel 4.16 ANOVA(b) Model 1
Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
Regression
1768.431
1
1768.431
20.243
.000
Residual
11531.569
132
87.360
Total
13300.000
133
a
a. Predictors: (Constant), SE b. Dependent Variable: SWB
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai F hitung yang diperoleh adalah sebesar 20,243 dengan p value 0,000. Karena p value yang diperoleh < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa model persamaan garis regresi yang dipergunakan dalam penelitian ini dapat diterapkan. Setelah diketahui nilai r hitung untuk menguji persamaan regresi, kemudian dilakukan perhitungan nilai konstanta dari kedua variabel X. Hasilnya disajikan dalam tabel Coeficients (a) berikut: Tabel 4.17 Coefficients(a) Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B
Std. Error
Beta
(Constant)
31.768
4.132
SE
.365
.081
Model 1
a. Dependent Variable: SWB
.365
T
Sig.
7.688
.000
4.499
.000
67
Pada tabel 4.14 di atas dapat diketahui bahwa nilai t hitung antara selfeeteem dengan subjective well-being sebesar 4,499 dengan p value sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa self-esteem berpengaruh terhadap subjective wellbeing. Selain itu, dari tabel 4.16 pada kolom beta dapat diketahui koefisien regresi dari masing-masing variabel sehingga dapat diperoleh persamaan garis regresi, yaitu: Y’ = 31,768 + 0,365 X1 Keterangan: Y’ = subjective well-being X1 = self-esteem Dengan model persamaan ini, dapat diperkirakan subjective well-being dengan self-esteem pada karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Nilai koefisien positif menunjukkan hubungan positif, dimana variabel subjective wellbeing akan naik sebesar 0,365 dengan self-esteem. Karena koefisien positif menunjukkan hubungan positif maka semakin tinggi self-esteem yang dimiliki maka akan semakin tinggi subjective well being karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.5
Analisis Demografi
Peneliti melakukan analisis demografi untuk melihat regresi antara usia, jenis kelamin, status pernikahan, tingkat pendidikan, pekerjaan (yang terbagi dalam jabatan, golongan, masa kerja), dan pendapatan perbulan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (yang terbagi dalam gaji perbulan di instansi tempat karyawan bekerja dan ada atau tidaknya pendapatan lain diluar gaji dimana
68
karyawan bekerja di instansi tersebut). Berikut ini adalah hasil perhitungan yang diperoleh dengan menggunakan SPSS 17.0.
4.5.1
Usia dengan Subjective Well-being
Dari hasil uji regresi dengan menggunakan SPSS 17.0, diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4.18 Model Summary Model
1
Change Statistics Std. Error F R Adjusted of the R Square Chang R Square R Square Estimate Change e df1 df2 .214 .046 .039 9.80442 .046 6.359 1 132 a
Sig. F Change .013
a. Predictors: (Constant), usia
Berdasarkan data yang diperoleh melalui tabel di atas, terlihat bahwa koefisien determinasi R square (R2) menunjukkan nilai sebesar 0,046 atau 4,6%. Hal ini menunjukkan bahwa usia responden memberikan sumbangsih terhadap variabel subjective well-being sebesar 4,6%. Untuk mengetahui pengaruh atau sumbangsih yang diberikan signifikan atau tidak, dapat dilihat hasilnya pada tabel anova. Dari hasil perhitungan SPSS diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4.19 b ANOVA
Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
611.283
1
611.283
Residual
12688.717
132
96.127
Total
13300.000
133
a. Predictors: (Constant), usia b. Dependent Variable: Tskor SWB
F 6.359
Sig. .013a
69
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai F hitung usia yang diperoleh adalah sebesar 6,359 dengan p value 0,013. Karena p value yang diperoleh < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa usia pengaruhnya signifikan terhadap variabel subjective well-being.
4.5.2 Jenis Kelamin dengan Subjective Well-being Hasil uji regresi yang diperoleh dari SPSS 17.0, adalah sebagai berikut: Tabel 4.20 Model Summary Std. Error of
Change Statistics
R
Adjusted R the
R
Model
R
Square
Square
Estimate
Change
Square F Change df1
df2
Sig.
1
.010a
.000
-.007
10.03726
.000
.014
132 .905
1
F
Change
a. Predictors: (Constant), VAR00003
Berdasarkan data yang diperoleh melalui tabel di atas, terlihat bahwa koefisien determinasi R square (R2) menunjukkan nilai sebesar 0,000 atau 0%. Hal ini menunjukkan bahwa jenis kelamin responden memberikan sumbangsih terhadap variabel subjective well-being sebesar 0%. Untuk mengetahui pengaruh atau sumbangsih yang diberikan signifikan atau tidak, dapat dilihat hasilnya pada tabel anova. Dari hasil perhitungan SPSS diperoleh hasil sebagai berikut:
70
Tabel 4.21 b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Df
Mean Square
F
Sig.
Regression
1.445
1
1.445
.014
.905
Residual
13298.555
132
100.747
Total
13300.000
133
a
a. Predictors: (Constant), VAR00003 b. Dependent Variable: Tskor SWB
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai F hitung yang diperoleh adalah sebesar 0,014 dengan p value 0,905. Karena p value yang diperoleh > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin pengaruhnya tidak signifikan terhadap variabel subjective well-being.
4.5.3 Status Pernikahan dengan Subjective Well-being Hasil uji regresi yang diperoleh dari SPSS 17.0, adalah sebagai berikut: Tabel 4.22 Model Summary Change Statistics Adjusted R Std. Error of R Square F Model R 1
.133
a
Sig.
F
R Square
Square
the Estimate
Change
Change df1
df2
Change
.018
.010
9.94808
.018
2.392
132
.124
1
a. Predictors: (Constant), VAR00003
Berdasarkan data yang diperoleh melalui tabel di atas, terlihat bahwa koefisien determinasi R square (R2) menunjukkan nilai sebesar 0,018 atau 1,8%. Hal ini menunjukkan bahwa status pernikahan responden memberikan sumbangsih terhadap variabel subjective well-being sebesar 1,8%.
71
Untuk mengetahui pengaruh atau sumbangsih yang diberikan signifikan atau tidak, dapat dilihat hasilnya pada tabel anova. Dari hasil perhitungan SPSS diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4.23 b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Df
Mean Square
F
Sig.
Regression
236.720
1
236.720
2.392
.124
Residual
13063.280
132
98.964
Total
13300.000
133
a
a. Predictors: (Constant), VAR00003 b. Dependent Variable: Tskor SWB
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai F hitung yang diperoleh adalah sebesar 2,392 dengan p value 0,124. Karena p value yang diperoleh > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa status pernikahan pengaruhnya tidak signifikan terhadap variabel subjective well-being.
4.5.4 Tingkat Pendidikan dengan Subjective Well-being Hasil uji regresi yang diperoleh dari SPSS 17.0, adalah sebagai berikut: Tabel 4.24 Model Summary Change Statistics Std. Error Adjusted Model R 1
.312
a
R of
Sig. F
the R Square
Chan
R Square Square
Estimate
Change
F Change
df1
df2
ge
.097
9.68511
.097
2.758
5
128
.021
.062
a. Predictors: (Constant), VAR00005, VAR00001, VAR00003, VAR00002, VAR00004
Berdasarkan data yang diperoleh melalui tabel di atas, terlihat bahwa koefisien determinasi R square (R2) menunjukkan nilai sebesar 0,097 atau 9,7%.
72
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden memberikan sumbangsih terhadap variabel subjective well-being sebesar 9,7%. Untuk mengetahui pengaruh atau sumbangsih yang diberikan signifikan atau tidak, dapat dilihat hasilnya pada tabel anova. Dari hasil perhitungan SPSS diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4.25 ANOVAb Model 1
Sum of Squares Df
Mean Square
F
Sig.
Regression
1293.424
5
258.685
2.758
.021
Residual
12006.576
128
93.801
Total
13300.000
133
a
a. Predictors: (Constant), VAR00005, VAR00001, VAR00003, VAR00002, VAR00004 b. Dependent Variable: Tskor SWB
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai F hitung yang diperoleh adalah sebesar 2,758 dengan p value 0,021. Karena p value yang diperoleh < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan pengaruhnya signifikan terhadap variabel subjective well-being.
4.5.5 Pekerjaan (Jabatan, Golongan, dan Masa Kerja) dengan Subjective Well-being 4.5.5.1 Jabatan dengan Subjective Well-being Hasil uji regresi yang diperoleh dari SPSS 17.0, adalah sebagai berikut:
73
Tabel 4.26 Model Summary
Std. Error of Adjusted Model R 1
.358
a
the
Change Statistics R
Square F
Sig.
R Square R Square Estimate
Change
Change df1
df2
.128
.128
.786
112
-.035
10.17306
21
F
Change .731
a. Predictors: (Constant), VAR00021, VAR00017, VAR00005, VAR00003, VAR00014, VAR00018, VAR00006, VAR00016, VAR00009, VAR00004, VAR00002, VAR00001, VAR00020, VAR00019, VAR00015, VAR00013, VAR00012, VAR00011, VAR00010, VAR00008, VAR00007
Berdasarkan data yang diperoleh melalui tabel di atas, terlihat bahwa koefisien determinasi R square (R2) menunjukkan nilai sebesar 0,128 atau 12,8%. Hal ini menunjukkan bahwa jabatan responden memberikan sumbangsih terhadap variabel subjective well-being sebesar 12,8%. Untuk mengetahui pengaruh atau sumbangsih yang diberikan signifikan atau tidak, dapat dilihat hasilnya pada tabel anova. Dari hasil perhitungan SPSS diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4.27 b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
Regression 1708.989
21
81.380
.786
.731
Residual
11591.011
112
103.491
Total
13300.000
133
a
a. Predictors: (Constant), VAR00021, VAR00017, VAR00005, VAR00003, VAR00014, VAR00018, VAR00006, VAR00016, VAR00009, VAR00004, VAR00002, VAR00001, VAR00020, VAR00019, VAR00015, VAR00013, VAR00012, VAR00011, VAR00010, VAR00008, VAR00007 b. Dependent Variable: Tskor SWB
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai F hitung yang diperoleh adalah sebesar 0,786 dengan p value 0,731. Karena p value yang diperoleh > 0,05
74
maka dapat disimpulkan bahwa jabatan pengaruhnya tidak signifikan terhadap variabel subjective well-being.
4.5.5.2 Golongan dengan Subjective Well-being Hasil uji regresi yang diperoleh dari SPSS 17.0, adalah sebagai berikut: Tabel 4.28 Model Summary Change Statistics Mode l R 1
R Adjusted Square Square
.324
a
.105
R Std. Error of R Square F the Estimate Change Change
.040
9.79803
.105
1.616
df1
df2
Sig. F Change
9
124
.118
a. Predictors: (Constant), VAR00009, VAR00008, VAR00001, VAR00002, VAR00007, VAR00003, VAR00004, VAR00006, VAR00005
Berdasarkan data yang diperoleh melalui tabel di atas, terlihat bahwa koefisien determinasi R square (R2) menunjukkan nilai sebesar 0,105 atau 10,5%. Hal ini menunjukkan bahwa golongan responden memberikan sumbangsih terhadap variabel subjective well-being sebesar 10,5 %. Untuk mengetahui pengaruh atau sumbangsih yang diberikan signifikan atau tidak, dapat dilihat hasilnya pada tabel anova. Dari hasil perhitungan SPSS diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4.29 ANOVAb Model 1
Sum of Squares Df
Mean Square
F
Sig.
Regression
1395.822
9
155.091
1.616
.118a
Residual
11904.178
124
96.001
Total
13300.000
133
a. Predictors: (Constant), VAR00009, VAR00008, VAR00001, VAR00002, VAR00007, VAR00003, VAR00004, VAR00006, VAR00005 b. Dependent Variable: Tskor SWB
75
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai F hitung yang diperoleh adalah sebesar 1,616 dengan p value 0,118. Karena p value yang diperoleh > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa golongan pengaruhnya tidak signifikan terhadap variabel subjective well-being.
4.5.5.3 Masa Kerja dengan Subjective Well-being Hasil uji regresi yang diperoleh dari SPSS 17.0, adalah sebagai berikut: Tabel 4.30 Model Summary Std. R Model R 1
.217
a
Error
Adjusted R of
Change Statistics
the R
Square F
Sig.
Square Square
Estimate
Change
Change df1
df2
Change
.047
9.79818
.047
6.535
132
.012
.040
1
F
a. Predictors: (Constant), MasaKerja
Berdasarkan data yang diperoleh melalui tabel di atas, terlihat bahwa koefisien determinasi R square (R2) menunjukkan nilai sebesar 0,047 atau 4,7%. Hal ini menunjukkan bahwa masa kerja responden memberikan sumbangsih terhadap variabel subjective well-being sebesar 4,7%. Untuk mengetahui pengaruh atau sumbangsih yang diberikan signifikan atau tidak, dapat dilihat hasilnya pada tabel anova. Dari hasil perhitungan SPSS diperoleh hasil sebagai berikut:
76
Tabel 4.31 ANOVA Model 1
b
Sum of Squares Df
Mean Square
F
Sig.
Regression
627.436
1
627.436
6.535
.012
Residual
12672.564
132
96.004
Total
13300.000
133
a
a. Predictors: (Constant), MasaKerja b. Dependent Variable: SWB
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai F hitung yang diperoleh adalah sebesar 6,535 dengan p value 0,012. Karena p value yang diperoleh < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa masa kerja pengaruhnya signifikan terhadap variabel subjective well-being.
4.5.6 Pendapatan atau Gaji Perbulan dengan Subjective Well-being Hasil uji regresi yang diperoleh dari SPSS 17.0, adalah sebagai berikut: Tabel 4.32 Model Summary Model
Change Statistics Adjusted Std. Error R
1
.002
a
R
F
R
R
of the
Square
Chang
Square
Square
Estimate
Change
e
.000
-.008
10.03779
.000
.000
Sig. F df1
df2 1
132
Change .985
a. Predictors: (Constant), pendapatan/gaji perbulan
Berdasarkan data yang diperoleh melalui tabel di atas, terlihat bahwa koefisien determinasi R square (R2) menunjukkan nilai sebesar 0,000 atau 0%. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan responden memberikan sumbangsih terhadap variabel subjective well-being sebesar 0%.
77
Untuk mengetahui pengaruh atau sumbangsih yang diberikan signifikan atau tidak, dapat dilihat hasilnya pada tabel anova. Dari hasil perhitungan SPSS diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4.33 ANOVA Model
Sum of Squares
1
Regression
b
df
Mean Square
.034
1
.034
Residual
13299.966
132
100.757
Total
13300.000
133
F
Sig. .000
.985a
a. Predictors: (Constant), pendapatan/gaji perbulan b. Dependent Variable: Tskor SWB
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai F hitung yang diperoleh adalah sebesar 0,054 dengan p value 0,000. Karena p value yang diperoleh > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa pendapatan atau gaji perbulan pengaruhnya tidak signifikan terhadap variabel subjective well-being.
4.5.7 Pendapatan Tambahan dengan Subjective Well-being Hasil uji regresi yang diperoleh dari SPSS 17.0, adalah sebagai berikut: Tabel 4.34 Model Summary Change Statistics Model R
R Adjusted R Std. Error of R Square F Square Square the Estimate Change Change
a >7drr .020 .000
-.007
10.03577
.000
.054
df1
df2
Sig. F Change
1
132
.817
1 a. Predictors: (Constant), VAR00001
Berdasarkan data yang diperoleh melalui tabel di atas, terlihat bahwa koefisien determinasi R square (R2) menunjukkan nilai sebesar 0,000 atau 0%.
78
Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan tambahan responden memberikan sumbangsih terhadap variabel subjective well-being sebesar 0%. Untuk mengetahui pengaruh atau sumbangsih yang diberikan signifikan atau tidak, dapat dilihat hasilnya pada tabel anova. Dari hasil perhitungan SPSS diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4.35 b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Df
Mean Square
F
Sig.
Regression
5.400
1
5.400
.054
.817
Residual
13294.600
132
100.717
Total
13300.000
133
a
a. Predictors: (Constant), VAR00001 b. Dependent Variable: Tskor SWB
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai F hitung yang diperoleh adalah sebesar 0,054 dengan p value 0,817. Karena p value yang diperoleh > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa penghasilan tambahan pengaruhnya tidak signifikan terhadap variabel subjective well-being.
4.5.8
Pengaruh Variabel Self-esteem, Usia, Pendapatan, dan Masa Kerja terhadap Subjective Well-being.
Hasil uji regresi yang diperoleh dari SPSS 17.0, adalah sebagai berikut: Tabel 4.36 Model Summary Model
Std. Error R Adjusted R of the Square Square Estimate
R 4
d
.406
.165
.139
9.27990
Change Statistics R Square F Change Change .003
a. Predictors: (Constant), SE b. Predictors: (Constant), SE, usia c. Predictors: (Constant), SE, usia, pendapatan d. Predictors: (Constant), SE, usia, pendapatan, masa kerja
.406
df1
df2 1
129
Sig. F Change .525
79
Berdasarkan data yang diperoleh melalui tabel di atas, terlihat bahwa koefisien determinasi R square (R2) menunjukkan nilai sebesar 0,165 atau 16,5%. Hal ini menunjukkan bahwa self-esteem, usia, pendapatan dan masa kerja secara bersama-sama memberikan sumbangsih terhadap variabel subjective well-being sebesar 16,5%. Untuk mengetahui pengaruh atau sumbangsih yang diberikan signifikan atau tidak, dapat dilihat hasilnya pada tabel anova. Dari hasil perhitungan SPSS diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4.37 ANOVAe Model 1
2
3
4
Regression
Sum of Squares 1768.431
df 1
Mean Square 1768.431 87.360
Residual
11531.569
132
Total
13300.000
133
2055.669
2
1027.835
Residual
11244.331
131
85.835
Total
13300.000
133
2155.976
3
718.659
Residual
11144.024
130
85.723
Total
13300.000
133
2190.971
4
547.743
Residual
11109.029
129
86.117
Total
13300.000
133
Regression
Regression
Regression
F 20.243
Sig. a .000
b
11.975
.000
8.383
.000
6.360
.000
c
d
a. Predictors: (Constant), SE b. Predictors: (Constant), SE, usia c. Predictors: (Constant), SE, usia, pendapatan d. Predictors: (Constant), SE, usia, pendapatan, masa kerja e. Dependent Variable: Tskor SWB
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa p value yang diperoleh < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama self-esteem, usia,
80
pendapatan, dan masa kerja pengaruhnya signifikan terhadap variabel subjective well-being.
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
Dalam bab ini, akan dibahas mengenai kesimpulan, diskusi, serta saran dari hasil penelitian.
5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Ada hubungan yang signifikan antara self-esteem dengan subjective well-being pada karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Koefisien korelasi positif, artinya hubungan bersifat positif dimana semakin tinggi self-esteem yang dimiliki maka akan semakin tinggi subjective well-being karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ada pengaruh yang signifikan antara usia dengan subjective well-being pada karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara jenis kelamin dengan subjective well-being pada karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara status pernikahan dengan subjective well-being pada karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara pendapatan atau gaji perbulan maupun pendapatan tambahan dengan subjective well-being pada karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
81
82
6. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara jabatan dan golongan dengan subjective well-being pada karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Ada pengaruh yang signifikan antara pekerjaan (masa kerja) dengan subjective well-being pada karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 8. Ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan subjective well-being pada karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 9. Ada pengaruh yang signifikan antara self-esteem, usia, pendapatan, dan masa kerja secara bersama-sama terhadap subjective well-being pada karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 10. Self-esteem secara mandiri memberikan sumbangsih sebesar 13,3% terhadap subjective well-being pada karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 11. Hasil analisis uji regresi antara usia, jenis kelamin, status pernikahan, tingkat pendidikan, pekerjaan (terdiri dari jabatan, golongan dan masa kerja), pendapatan, dan pendapatan tambahan dengan subjective well-being pada karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat disimpulkan bahwa usia responden memberikan sumbangsih sebesar 4,6%, jenis kelamin 0%, status pernikahan sebesar 1,8%, tingkat pendidikan sebesar 9,7%, pekerjaan yang terdiri dari jabatan sebesar 12,8%, golongan sebesar 10,5% dan masa kerja sebesar 4,7%, pendapatan sendiri baik itu gaji perbulan maupun pendapatan perbulan masing-masing memberikan sumbangsih sebesar 0%, terhadap variabel subjective well-being. Namun, jenis kelamin, status pernikahan, jabatan dan golongan, serta pendapatan atau gaji perbulan maupun pendapatan tambahan pengaruhnya tidak signifikan terhadap variabel subjective well-
83
being. Karena pada tabel anova diperoleh p value masing-masing dari keenam variabel tersebut > 0,05. Artinya pengaruhnya tidak signifikan. Berbeda halnya dengan usia, tingkat pendidikan, dan pekerjaan yaitu masa kerja. Usia, tingkat pendidikan, dan pekerjaan yaitu masa kerja pengaruhnya signifikan terhadap variabel subjective well-being. Karena pada tabel anova diperoleh p value tersebut < 0,05. Artinya pengaruhnya signifikan. 12. Self-esteem, usia, pendapatan, dan masa kerja secara bersama-sama memberikan sumbangsih sebesar 16,5% terhadap subjective well-being karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Karena p value dari self-esteem, usia, pendapatan, dan masa kerja secara bersama-sama < 0,05. Artinya pengaruhnya signifikan.
5.2 Diskusi Berdasarkan hasil penelitian terbukti bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara self-esteem dengan subjective well-being pada karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi selfesteem seseorang, maka akan semakin tinggi pula subjective well-being pada karyawan. Hal ini sesuai dengan teori Rosenberg bahwa secara khusus, global self-esteem berhubungan dengan well-being atau kesejahteraan psikologis (Rosenberg et al., 1995). Menurut Morris Rosenberg (dalam Flynn, 2001) definisi self-esteem adalah sikap individual, baik positif atau negatif terhadap dirinya sebagai suatu totalitas.
84
Diener dan Diener (1995) menemukan bahwa self-esteem berkorelasi dengan subjective well-being di 31 negara yang mereka teliti. Bagaimanapun, sedikit banyaknya variasi antar budaya pada hakekatnya sangatlah penting. Selfesteem merupakan elemen yang sangat penting dalam kepuasan hidup dalam kultur individual karena “mengajarkan untuk menyukai diri sendiri, dan melakukan isyarat penyesuaian mental” (Diener an Diener 1995, p. 653 dalam Diener & Suh, 2000). Sebagian besar (69,4%) karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki self-esteem yang sedang dan hanya 15,7% yang memiliki self-esteem yang tinggi, sedangkan 14,9% karyawan memiliki self-esteem yang rendah berarti bahwa para karyawan cukup dapat bersikap positif atau negatif terhadap dirinya sebagai suatu totalitas. Dari hasil penelitian dan teori yang ada maka dapat diasumsikan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi self-esteem karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah pembentukan karakter dirinya yang dipengaruhi oleh pendidikan dan lingkungan, dimana sebagian besar latar belakang pendidikan karyawan adalah pendidikan yang berbasis agama islam. Selain pendidikan, lingkungan sosial juga berperan dalam pembentukan self-esteem karyawan. Sebagai contoh, masyarakat Indonesia yang sebagian besar adalah mayoritas penduduk islam masih menjunjung tinggi nilai-nilai yang berhubungan dengan agama islam, baik itu yang berhubungan dengan tingkat pendidikan seseorang maupun tempat dimana mereka bekerja (Lembaga atau Instansi berbasis islam). Hal ini merupakan kebanggaan dan kepuasan tersendiri pada individu karyawan.
85
Kepuasan hidup yang dirasakan oleh karyawan berdasarkan self-esteem yang dimiliki sesuai dengan yang dirasakan oleh responden yang berinisial AF yang telah bekerja di perusahaan Telkomsel selama 10 bulan, ia mengaku merasa senang bekerja di Telkomsel walaupun dibawah naungan outsourcing, ia menuturkan bahwa ia bertahan kerja karena dengan alasan membutuhkan uang dan AF merasa bahagia karena bisa bekerja, dengan bekerja maka ia akan dijauhkan dari kehinaan (hasil wawancara, 06 Agustus 2010). Maka dapat diambil kesimpulan bahwa subjective well-being itu tidak hanya dapat dirasakan oleh pegawai yang berbasis pegawai negeri sipil atau PNS saja tetapi subjective well-being juga dapat dirasakan oleh pegawai yang yang bekerja di perusahaan swasta. Namun dibutuhkan penelitian lebih lanjut agar asumsi ini menghasilkan informasi yang lebih akurat dan valid. Selanjutnya peneliti melakukan analisis terhadap faktor demografi dengan menggunakan regresi berganda antara usia, jenis kelamin, status pernikahan, tingkat pendidikan, pekerjaan (terdiri dari jabatan, golongan dan masa kerja), pendapatan, dan pendapatan tambahan dengan subjective well-being serta pengaruh self-esteem, usia, pendapatan, dan masa kerja secara bersama-sama terhadap subjective well-being. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel jenis kelamin, status pernikahan, dan pekerjaan (terdiri dari jabatan dan golongan) serta pendapatan atau gaji perbulan maupun pendapatan tambahan tidak memberi pengaruh yang signifikan. Sedangkan variabel usia, tingkat pendidikan, masa kerja memberi pengaruh yang signifikan terhadap subjective well-being.
86
Selanjutnya self-esteem, usia, pendapatan, dan masa kerja secara bersama-sama memberi pengaruh yang signifikan terhadap subjective well-being. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa variabel usia pengaruhnya signifikan terhadap subjective well-being. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang menunjukkan bahwa kepuasan hidup seringkali meningkat atau paling tidak menetap seiring meningkatnya usia (Herzog & Rodgers, 1981; Horley & Lavery, 1995; Larson, 1978; Okun, Haring, & Witter, 1983, dalam Eddington & Shuman, 2005). Begitu juga dengan pendapatnya Diener yang menyatakan bahwa usia berhubungan dengan subjective well-being, tapi efeknya sangat kecil, dan tergantung kepada komponen subjective well-being yang diukur (Diener, Lucas, dan Oishi, 2005). Dalam ruang lingkup karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berada di bawah naungan Departemen Agama, usia cukup memberikan peranan yang penting dalam memperoleh sebuah jabatan yang lebih tinggi. Sebagai contoh, dalam Rancangan Statuta 2002 disebutkan beberapa syarat formal calon Rektor dan Pembantu Rektor UIN, salah satu kriteria yang harus dimiliki oleh keduanya selain masa kerja dan berpendidikan Strata Tiga (S3), kriteria yang lain yang harus dimiliki adalah berusia maksimal 61 tahun. (Azra, 2004). Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat diasumsikan bahwa faktor syarat formal tersebut yang menyebabkan usia berpengaruh signifikan terhadap subjective well-being karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sebagian besar responden adalah berusia 45-50 tahun yaitu berjumlah 22,4%, artinya sebagian besar responden berusia dibawah 61 tahun. Semakin tinggi usia karyawan maka
87
akan semakin tertutup peluang untuk mendapatkan posisi atau jabatan yang lebih tinggi, sebaliknya, semakin muda usia karyawan maka semakin terbuka peluang untuk mendapatkan posisi atau jabatan yang lebih tinggi. Maka dapat diambil kesimpulan, sebagian besar responden masih memiliki peluang yang besar untuk mendapatkan jabatan yang lebih tinggi, dengan demikian kesempatan untuk mengembangkan diri dengan diiringi tingginya self-esteem yang diperoleh karyawan tersebut juga akan semakin besar. Sehingga karyawan akan memiliki subjective well-being yang tinggi. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa variabel jenis kelamin pengaruhnya tidak signifikan terhadap subjective well-being. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lucas dan Gohn yang melibatkan 40 negara, menemukan bahwa perbedaan subjective well-being antar jenis kelamin hanyalah kecil (dalam Diener, Lucas, & Oishi, 2005). Kendatipun perbedaan subjective well-being antar jenis kelamin hanyalah kecil, namun tetap saja terdapat perbedaan hasil penelitian dengan yang peneliti lakukan. Hal ini dapat saja disebabkan oleh perbedaan kultur yang ada di Negara Indonesia dengan Negara dimana Lucas dan Gohn melakukan penelitian. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Diener dan Diener (1995) sedikit banyaknya variasi antar budaya pada hakekatnya sangatlah penting. (Diener an Diener 1995, p. 653 dalam Diener & Suh, 2000). Kemudian, Suh berpendapat bahwa tidak hanya melakukan perbedaan subjective well-being dalam kepentingan untuk individual versus kelompok, tapi orang-orang dalam perbedaan budaya
88
kemungkinan besar menilai kepuasan hidup dalam cara-cara yang berbeda. (Suh et al. 1998, dalam Diener & Suh, 1999). Perlu diperhatikan bahwa terdapat perbedaan antara budaya di Barat dengan budaya yang ada di Indonesia. Salah satunya adalah yang berhubungan dengan peranan wanita sebagai pengatur rumah tangga dan sebagai pekerja diluar rumah. Peranan wanita sebagai pengatur rumah tangga itu cukup berat. Dalam hal ini ini terdapat relasi-relasi formal dan semacam pembagian kerja (devision of labour): dimana suami terutama sekali bertindak sebagai pencari nafkah, dan istri berfungsi sebagai pengurus rumah tangga; tetapi acap kali juga berperan sebagai pencari nafkah (Kartono, 1992). Di barat, penghasilan atau pendapatan wanita yang bekerja hanya diaplikasikan untuk dirinya sendiri sementara untuk masalah kebutuhan rumah tangga tetap menjadi tanggung jawab suami seutuhnya, sebaliknya budaya di Indonesia sebagian besar istri merupakan pencari nafkah tambahan, sedangkan laki-laki yang berperan sebagai suami adalah pencari nafkah utama (Lubis & Jamil, 2003, dalam tim penulis pusat studi wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003). Artinya pengasilan yang didapat oleh istri merupakan tambahan untuk kebutuhan rumah tangga. Karena sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah perempuan yaitu sebesar 53,7%, hal ini juga yang memungkinkan bahwa perbedaan jenis kelamin tidak berpengaruh secara signifikan terhadap subjective well-being. Begitu juga dengan status pernikahan, hasil penelitian menunjukkan bahwa status pernikahan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap subjective well-being. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian dari
89
Diener dkk yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara status pernikahan dengan subjective well-being secara konsisten ditemukan dalam penelitian internasional (Diener, Gohm, Suh, & Oishi, 1998 dalam Eddington & Shuman, 2005). Perbedaan hasil penelitian ini dapat saja disebabkan bahwa para karyawan telah mendapatkan kepuasan hidup dari faktor lain selain dari faktor pernikahan, misalnya saja dari usia, tingkat pendidikan serta self-esteem yang dimilikinya, sehingga status pernikahan tidak begitu berpengaruh terhadap subjective well-being karyawan tersebut. Adapun tingkat pendidikan menunjukkan hasil yang signifikan dengan subjective well-being. Sejalan dengan hal tersebut, Diener et al., (1999, dalam Carr, 2004) menyatakan bahwa tingkat pendidikan berkorelasi positif dengan kebahagiaan dan hubungan ini kuat pada kelompok berpendapatan rendah pada Negara-negara berkembang dan populasi pada Negara miskin. Dalam hal ini, ada kesesuaian antara hasil penelitian yang peneliti lakukan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Diener yaitu ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan subjective well-being yang dalam hal ini peneliti melakukan penelitian di Indonesia yang merupakan Negara berkembang. Tingkat pendidikan karyawan memegang peranan positif dalam kepuasan hidup. Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki karyawan maka semakin bagus kualitas yang dimilikinya dan mampu mengembangkan potensipotensi yang ada pada dirinya. Selain itu, tingkat pendidikan juga penting dalam jenjang karir. Sebagai contoh, dalam Rancangan Statuta 2002 disebutkan salah
90
satu kriteria yang harus dimiliki sebagai calon Rektor UIN adalah berpendidikan Strata Tiga (S3) (Azra, 2004). Oleh karena itu, tingkat pendidikan sangatlah penting dalam hubungannya dengan subjective well-being. Dalam hal pekerjaan yang berhubungan dengan jabatan dan golongan, hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara jabatan dan golongan dengan subjective well-being. Pekerjaan disini termasuk didalamnya dari segi jabatan, golongan dan masa kerja pada karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hasil penelitian ini berbeda dengan pernyataan Argyle (2001, dalam Carr, 2004), status pekerjaan berhubungan dengan kebahagiaan, dimana orang-orang yang bekerja cenderung lebih bahagia dibandingkan dengan orang-orang yang tidak bekerja, dan orang-orang yang bekerja dalam bidang profesional dan terlatih cenderung lebih bahagia jika dibandingkan dengan orangorang yang bekerja dalam bidang yang tidak terlatih. Pekerjaan berhubungan dengan subjective well-being karena pekerjaan menawarkan stimulasi yang optimal bagi seseorang untuk menemukan kesenangan, hubungan sosial yang positif, dan rasa identitas dan makna (Csikszentmihalyi, 1990; Scitovsky, 1976, dalam Eddington & Shuman, 2005). Orang-orang yang tidak bekerja memiliki stress yang lebih tinggi, rendahnya kepuasan hidup, dan angka bunuh diri yang tinggi bila dibandingkan dengan orang-orang yang bekerja. Adanya perbedaan hasil penelitian ini dapat saja terjadi karena sebagian besar responden dalam penelitian ini mempunyai jenis pekerjaan yang tidak berbeda jauh antara responden yang satu dengan respoden yang lainnya. Sehingga menghasilkan
91
bahwa pekerjaan yang berhubungan dengan jabatan dan golongan pengaruhnya tidak signifikan terhadap subjective well-being. Berbeda halnya dengan pekerjaan yang berhubungan dengan masa kerja. Masa kerja pengaruhnya signifikan terhadap subjective well-being. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Csikszentmihalyi (1990) bahwa pekerjaan
berhubungan
dengan
subjective
well-being
karena
pekerjaan
menawarkan stimulasi yang optimal bagi seseorang untuk menemukan kesenangan, hubungan sosial yang positif, dan rasa identitas dan makna (Csikszentmihalyi, 1990; Scitovsky, 1976, dalam Eddington & Shuman, 2005). Semakin lama karyawan bekerja maka stimulasi pekerjaan semakin optimal dalam menemukan kesenangan, hubungan sosial yang positif, dan rasa identitas dan makna. Selain itu, masa kerja juga dapat memberikan peluang bagi karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk naik jabatan. Misalnya, dalam Rancangan Statuta 2002 disebutkan bahwa salah satu syarat untuk dapat diangkat menjadi Dekan, salah satu kriteria yang harus dimiliki adalah berstatus sebagai dosen tetap yang telah mengabdi di fakultas “Adab” sekurang-kurangnya 4 tahun (Azra, 2004). Oleh karena itu masa kerja pengaruhnya signifikan terhadap subjective well-being. Selanjutnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan atau gaji pengaruhnya tidak signifikan terhadap subjective well-being. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Diener et al, yang menyatakan bahwa korelasi yang rendah namun signifikan antara pendapatan dengan subjective well-being ditemukan pada sampel representative di Amerika
92
(Diener et al, 1993, dalam Eddington & Shuman, 2005). Tapi pada level individu dan level nasional, perubahan pendapatan sepanjang waktu memiliki efek yang kecil pada subjective well-being. Walaupun demikian, terdapat bukti-bukti mengenai pengaruh pendapatan terhadap subjective well-being . Dalam hal ini, dapat diasumsikan bahwa pendapatan atau gaji yang diperoleh oleh karyawan di Instansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta maupun pendapatan tambahan diluar gaji perbulan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta belum bisa memberikan kepuasan hidup secara keseluruhan. Hal ini dapat saja terjadi karena perbedaan budaya yang ada di Indonesia dengan budaya yang ada di Negara lain yang telah melakukan penelitian sebelumnya. Pernyataan ini sesuai dengan pernyataan Suh yang berpendapat bahwa tidak hanya melakukan perbedaan subjective well-being dalam kepentingan untuk individual versus kelompok, tapi orang-orang dalam perbedaan budaya kemungkinan besar menilai kepuasan hidup dalam cara-cara yang berbeda. (Suh et al. 1998, dalam Diener & Suh, 1999). Didalam budaya Indonesia tidak semua orang mendasari kebahagiaan mereka dengan harta yang banyak. Misalnya relevan dengan hasil wawancara dengan Bapak yang berinisial T, yang menyatakan bahwa ia akan cenderung lebih bangga jika mempunyai anak banyak dan dapat menyekolahkan anak-anaknya samapi ke jenjang pendidikan yang tinggi walaupun harta kekayaannya akan berkurang secara drastis, saat anak-anaknya masih sekolah dan kuliah, semua harta kekayaan hampir tidak bersisa sedikitpun, namun setelah semua anakanaknya berhasil dan sukses rasa lelah selama menyekolahkan anak-anaknya
93
hilang seketika dan hal tersebut yang membuat Bapak T bangga, bahagia dan puas (hasil wawancara, 18 september 2010). Kemudian relevan juga dengan fenomena berdasarkan hasil wawancara dengan seorang karyawati McDonald yang berinisial IP yang telah bekerja diperusahaan tersebut selama satu bulan, ia mengaku bahwa ia tidak betah kerja di perusahaan tersebut karena tidak sesuai dengan keinginan hati dan merasa bahwa itu bukanlah bidangnya, walaupun gaji yang menjanjikan dan tunjangan kedepannya yang lumayan besar, ia tetap memilih keluar dari perusahaan tersebut (hasil wawancara, 06 Agustus 2010). Fenomena tersebut menggambarkan bahwa kepuasan hidup tidak hanya berdasarkan atas gaji atau pendapatan yang didapat. Namun ada berbagai faktor lain yang dapat meningkatkan subjective well-being, seperti afek positif atau afek negatif yang dirasakan oleh masing-masing individu.
5.3 Saran Dalam penelitian ini tentu saja masih terdapat kekurangan atau keterbatasan. Meskipun skala self-esteem dan skala subjective well-being tersebut merupakan skala baku. Oleh karena itu, berdasarkan pengalaman tersebut, peneliti memberikan beberapa saran teoritis dan saran praktis sebagai berikut:
5.3.1. Saran Teoritis 1. Untuk penelitian selanjutnya yang serupa, peneliti menyarankan agar lebih memperhatikan aitem-aitem pernyataan pada skala, baik dari segi kuantitas
94
maupun kualitasnya pernyataan atau pertanyaan agar dapat lebih mengukur apa yang ingin diukur. 2. Peneliti juga menyarankan untuk memperbanyak jumlah responden dalam penelitian selanjutnya, agar hasil yang didapat lebih menggambarkan kondisi yang sebenarnya. 3. Peneliti menyarankan agar sampel dalam penelitian selanjutnya tidak hanya dari jenis pekerjaan yang berada dibawah naungan Pemerintahan saja, namun dapat mengambil sampel dari jenis pekerjaan yang berlatar belakang perusahaan swasta maupun perusahaan Persero agar menghasilkan data yang beragam dan dapat melihat perbedaan hasil penelitian dari keduanya. 4. Selanjutnya peneliti menyarankan dalam pengumpulan data penelitian tidak hanya menggunakan wawancara dan angket saja, melainkan dilengkapi dengan observasi dalam jangka waktu tertentu agar informasi yang didapatkan lebih komprehensif.
5.3.2. Saran Praktis Adapun saran praktis yang bisa diberikan oleh peneliti kepada pihak UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terkait dengan hasil penelitian ini adalah: 1. Hendaknya Instansi lebih memperbanyak kegiatan pembinaan mental seperti training motivasi dan kegiatan outbound, yang bertujuan untuk meningkatkan self-esteem karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta agar karyawan memiliki subjective well-being yang tinggi. 2. Instansi sebaiknya lebih memperhatikan pendidikan karyawan. Agar kualitas karyawan akan semakin baik serta karyawan mampu mengembangkan
95
potensi-potensi yang ada pada diri karyawan sehingga membentuk sebuah kinerja yang bagus dan dapat membentuk sebuah pola pikir yang berhubungan dengan kognitif dan pada akhirnya karyawan dapat mencapai atau memiliki subjective well-being yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Anastasi, Anne & Susana Urbina. (2007). Tes psikologi. Jakarta: Indeks. Andrews, Frank M., & Robinson, John P. (1991). Measure of subjective well being. Dalam John P. Robinson, Philips R. Shaver, & Lawrence S. Wrightsman, Measures of personality and social psychological attitudes (hal 61-114). USA: Academic Press. Arba’ah, Ima Maulana. (2007). Hubungan orientasi religious dengan psychological well being (kesejahteraan psikologis). Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Azra, Azumardi. (2004). Realita dan cita kesetaraan gender di uin jakarta: baseline dan analisa institusional pengarusutamaan gender pada uin syarif hidayatullah jakarta tahun 1999-2003. Jakarta: McGill IAINIndonesia Social Equity Project. Azwar, Saifuddin. (2005). Tes prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ______________. (2005). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Branden, Nathaniel. (1995). The six pilliars of self-esteem. USA: Bantam Books. Carr, Alan. (2004). Positive psychology: the science of happiness and human strenght. New-York: Brunner-Routledge. Chaplin. (2006). Kamus lengkap psikologi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Dean, Ben & Biswas-Diener, Robert. (2007). Positive psychology coaching: putting the science of happiness to work for your clients. United State of America: John Wiley. Diener, Carol & Diener, Ed. (1996, May). Psychological science: research report, most people are happy. American Psychological Society, Vol. 7. Diener, Ed. (2000, Januari). Subjective well being: the science of happiness and a proposal for the national index. American Psychologycal Association, Vol.55, 34-43. Diener, Ed, Emmons, Robert A., Larsen, Randy J. & Griffin Sharon. (1985). The satisfaction with life scale. Journal of Personality Assessment, 49, 1.
Diener, Ed., Lucas, Richard. E., & Oihi, Shigero. (2003). Personality, culture, and subjective well being: emotional and cognitive evaluation of life. Annual Reviews. Vol. 54, 403-426. Diener, Ed., Lucas, Richard. E., & Oishi, Shigero. (2005). Subjective well being: the science of happiness and life satisfaction. Dalam C.R. Snyder & S.J. Lopez (edtr.), Handbook of positive psychology (hal 63-73). New York: Oxford University Press. Diener, Ed. & Schimmack, Ulrich. (2003). Brief report: Predictive validity of explicit and implicit self-esteem for subjective well being. Journal of Research in Personality 37, 100-106. Diener, Ed., Scollon, Napa Christie & Lucas, Richard E. (2003). The evolving concept of subjective well being: the multifaceted nature of happiness. Article in press: advances in cell aging and gerontology. Vol 15, 187-219. Diener, Ed., Suh, Eunkook Mark. (1999). National differences in subjective wellbeing. Dalam Daniel Kahneman, Ed Diener, and Nobert Schwarz, Wellbeing: the foundations of hedonic psychology. New York: Russell Sage Foundation. Eddington, Neil & Shuman, Ricard. (2005). Subjective well being (happiness). continuing psychology education. Flynn, Heather Kohler. (2003, November). Self esteem theory and measurement: a critical review. Volume Three Issue One, Issn 1495-8513. Fujita, Frank, Diener, Ed., & Suh, Eunkook. (1996). Event and subjective wellbeing: only recent events matter. Journal of Personality and Social Psychology, Vol. 70. No. 5, 1091-1102. Hapsari, Ratna Maharani (2008). Sumbangan perilaku asertif terhadap harga diri pada karyawan. http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2008/Art ikel_10502202.pdf. Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah. (2008). Tentang uin. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. http://www.uinjkt.ac.id/index.php/tentang-uin.html. Kartono, Kartini. (1992). Psikologi wanita (jilid 2): mengenal wanita sebagai ibu & nenek. Bandung: Mandar Maju. Kerlinger, Fred N. (2006). Asas-asas penelitian behavioral. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Lopez. Shane J. & Snyder. C.R. (2007). Positve Psychology: The scientific and practical explorations of human strengths. London: SAGE Publications. Lubis, Amani & Jamil, Asriati. (2003). Seks dan gender. Dalam Tim Penulis Pusat Studi Wanita (PSW) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pengantar kajian gender. Jakarta: Pusat Studi Wanita (PSW) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah bekerjasama dengan McGill Project/IISEP. Minchinton, Jerry. (1993). Maximum self-esteem: the handbook for reclaiming your sense of self-worth. Kuala Lumpur: Golden Books Centre SDN. BHD. Mruk, Christopher, J. (2006). Self-esteem research theory, and practice: toward a positive psychology of self-esteem. New York: Springer Publishing Company, Inc. Oriza, Ika Dian, Imelda, Fivi Nurwianti & Arbiyah, Nurul. (2008, Januari). Hubungan bersyukur dan subjective well being pada penduduk miskin. JPS, vol. 14 No. 01. Royo, Monica Guillen & Jackeline Velazco. (2005, Juny). Exploring the relationship between happiness, objective and subjective well-being: evidence from rural thailand. ESRC Research Group on Well-being in Developing Countries, University of Bath, Great Britain. Sadarjoen, Sawitri Supardi. (2005). Konflik marital: pemahaman konseptual, aktual dan alternatif solusinya. Bandung: PT. Refika Aditama. Sevilla, Consuelo G. (2006). Pengantar metode penelitian. Jakarta: UI Press. Sugiyono. (2010). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan r&d. Bandung: Alfabeta. Suh, Eunkook M. (2000). Self, the hyphen between culture and subjective wellbeing. Dalam Ed Diener and Eunkook M. Suh (edtr.), Culture and Subjective Well-being. The MIT Press. Swenson, Patricia Louise. (2003, August). A psychometric study of the rosenberg self-esteem scale: an investigation of gender dif. The University of British Columbia: The Faculty of Gradute Studies. Tomaka, Joseph & Blascovich, Jim. (1991). Measure of self-esteem. Dalam John P. Robinson, Philips R. Shaver, & Lawrence S. Wrightsman, Measures of personality and social psychological attitudes (hal 61-114). USA: Academic Press.
Widyatys. (2010). Hubungan antara self esteem dan subjective well being pada remaja. http://widyatys.blogspot.com/2010/05/hubungan-antara-selfesteem-dan.html. Wyland. Carrie L. & Heatherton Todd F. (2003). Assessing self-esteem. Dalam C.R. Snyder & S.J. Lopez (edtr.), Positive psychological assessment: A handbook of models and measures. Washington, DC: American Psychological Association.
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Saya adalah mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, saat ini sedang melakukan penelitian yang merupakan persyaratan untuk mencapai gelar sarjana Psikologi. Oleh karena itu saya mengharapkan bantuan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi angket ini.
Dalam menjawab angket ini tidak ada jawaban salah atau benar, maka Bapak/Ibu/Saudara/i bebas menentukan jawaban yang paling sesuai dengan diri Bapak/Ibu/Saudara/i. Setiap jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara/i berikan akan terjamin kerahasiaannya dan hanya dipakai untuk penelitian ini saja.
Bacalah petunjuk pengisian terlebih dahulu. Setelah selesai mengisi angket ini mohon diteliti kembali jawaban Bapak/Ibu/Saudara/i agar tidak ada pernyataan yang tidak terjawab atau terlewati.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, 04 Februari 2011 Hormat saya,
Susi Handayani Br. Lubis
1
Data Responden
Nama Lengkap (inisial)
:
Usia
:
Jenis Kelamin
:
Status Pernikahan
:
Pendidikan terakhir
:
Pekerjaan
:
Unit Kerja
:
Bagian
:
Jabatan
:
Golongan
:
Masa bekerja
:
:
Berapa pendapatan perbulan Bapak/Ibu/Saudara/i?
Gaji di instansi tempat Bapak/Ibu/Saudara/I bekerja ( tunjangan + gaji pokok) : Rp…………..
Pendapatan lain di luar gaji dari tempat Bapak/Ibu/Saudara/I bekerja (usaha/pekerjaan lain): Rp…………..
Petunjuk Pengisian Bagian 1
Bagian ini terdiri dari 5 pernyataan. Pada bagian ini, Bapak/Ibu/Saudara/i diminta untuk menjawab pernyataan-pernyataan yang telah disediakan yang sesuai dengan diri Bapak/Ibu/Saudara/i pada kolom jawaban dengan memberi tanda Checklist (√). Adapun pilihan jawabannya adalah sebagai berikut:
SS
: Sangat Setuju
S
: Setuju
AS
: Agak Setuju
TPS
: Tidak Pernah Setuju
ATS
: Agak Tidak Setuju
2
TS
: Tidak Setuju
STS
: Sangat Tidak Setuju
Contoh
No 1.
Pernyataan
SS
S
AS
TPS
ATS
TS
STS
AS
TPS
ATS
TS
STS
√
Sejauh ini, saya merasa kesehatan saya baik
Selamat Mengerjakan
Skala 1
No
Pernyataan
1.
Dalam banyak hal, hidup saya mendekati ideal
2.
Kondisi hidup saya sangat bagus
3.
Saya puas dengan hidup saya
4.
Sejauh ini saya sudah mendapatkan hal-hal
SS
S
penting yang saya mau dalam hidup 5.
Jika saya bisa mengubah hidup saya, saya hampir tidak mau mengubah hal sedikit pun
Mohon periksa kembali lembar kuesioner ini agar tidak ada pernyataan yang terlewat.
3
Petunjuk Pengisian Bagian 2
Bagian ini terdiri dari 10 pernyataan. Pada bagian ini, Bapak/Ibu/Saudara/i diminta untuk menjawab pernyataan-pernyataan yang telah disediakan yang sesuai dengan diri Bapak/Ibu/Saudara/i pada kolom jawaban dengan memberi tanda Checklist (√). Adapun pilihan jawabannya adalah sebagai berikut: SS
: Sangat Setuju
S
: Setuju
TS
: Tidak Setuju
STS
: Sangat Tidak Setuju
Contoh No 1.
Pernyataan Saya adalah orang yang pemaaf
SS
S
TS
STS
S
TS
STS
√
Skala 2 No
Pernyataan
1.
Secara keseluruhan saya puas dengan diri saya sendiri
2.
Kadang-kadang saya merasa bahwa diri saya tidak baik
3.
Saya merasa bahwa saya mempunyai beberapa kualitas yang
SS
bagus 4.
Saya bisa melakukan banyak hal seperti orang pada umumnya
5.
Saya rasa tidak banyak yang dapat saya banggakan pada diri saya
6.
Saya sering merasa tidak berguna
7.
Saya merasa bahwa saya adalah seorang yang berharga, setidaknya sederajat dengan orang lain
8.
Saya berharap saya mempunyai respek lebih terhadap diri saya
9.
Dalam semua hal, saya cenderung merasa bahwa saya orang yang gagal
10.
Saya menanamkan sikap positif terhadap diri saya sendiri
Mohon periksa kembali lembar kuesioner ini agar tidak ada pernyataan yang terlewat.
4
LAMPIRAN 3 Output Uji Validitas dan Reliabilitas Try Out Subjective Well Being
Item-Total Statistics
VAR00001
Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha if Deleted Item Deleted Total Correlation Item Deleted 19,2400 15,806,529 ,714
VAR00002
19,5467
13,170,655
,658
VAR00003
19,3067
12,134,755
,615
VAR00004
19,4400
13,196,649
,660
VAR00005
21,2933
16,021,173
,855
Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items ,752 5
LAMPIRAN 4 Output Validitas dan Reliabilitas Try Out Self-esteem
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Scale Variance if Deleted
Item Deleted
Corrected Item-
Cronbach's Alpha
Total Correlation
if Item Deleted
VAR00001
26,9867
7,203,165
,685
VAR00002
27,4933
6,659,355
,649
VAR00003
26,8400
6,974,350
,652
VAR00004
26,7867
6,116,533
,611
VAR00005
27,0667
6,036,533
,610
VAR00006
26,7867
6,305,520
,617
VAR00007
26,8800
6,512,420
,636
VAR00008
28,1200
8,837-,333
,761
VAR00009
26,6267
6,237,501
,619
VAR00010
26,4133
6,705,430
,637
Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,676
N of Items 10
LAMPIRAN 5 Output Uji Validitas dan Reliabilitas (Field Study) Subjective Well Being
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004
Item-Total Statistics Scale Mean if Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted Item Deleted Total Correlation 15,8881 10,717 ,614 15,9851 9,940 ,675 15,8358 9,687 ,662 15,9403 9,741 ,684
Cronbach's Alpha if Item Deleted ,805 ,778 ,785 ,774
Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items ,831 4
LAMPIRAN 6 Output Uji Validitas dan Reliabilitas (Field Study) Self-esteem Item-Total Statistics Scale Mean if Item
Scale Variance if
Corrected Item-
Cronbach's Alpha if
Deleted
Item Deleted
Total Correlation
Item Deleted
VAR00001
24,0746
6,596,329
,647
VAR00002
23,2910
7,245,268
,659
VAR00003
23,2910
6,433,435
,624
VAR00004
23,6045
5,684,555
,588
VAR00005
23,2612
6,059,538
,599
VAR00006
23,3955
6,406,454
,620
VAR00007
24,5299
8,837-,312
,763
VAR00008
23,1418
6,032,502
,605
VAR00009
22,9328
6,665,420
,630
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
,670
9
LAMPIRAN 7 Output Regresi Self-esteem dengan Subjective Well Being
Correlations
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
SWB
SE
SWB
1.000
.365
SE
.365
1.000
SWB
.
.000
SE
.000
.
SWB
134
134
SE
134
134
Model Summary Change Statistics R Model 1
R ,365
Square a
,133
Adjusted R Std. Error of R Square Square ,126
Sig. F
the Estimate Change F Change 9,34668,133
df1
20,243
df2 1
Change
132 ,000
a. Predictors: (Constant), SE
ANOVAb Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
1768,431
1
1768,431
Residual
11531,569
132
87,360
Total
13300,000
133
a. Predictors: (Constant), SE b. Dependent Variable: SWB
F
Sig. a
20,243,000
a
Coefficients
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) SE
Coefficients
Std. Error 31,768
,365
Beta
T
4,132 ,081
Sig.
7,688,000 ,365
4,499,000
a. Dependent Variable: SWB
LAMPIRAN 8 Regresi Umum Skor Perhitungan Statistik Skala Self-esteem dan Subjective Well Being
SWB SE
N
Range
Minimum
Maximum
Mean
134 134
46.32 46.04
20.23 28.70
66.55 74.74
50.0000 50.0000
Std. Deviation 10.00000 10.00000
LAMPIRAN 9 Output Regresi Usia dengan Subjective Well Being Model Summary Model
1
Change Statistics Std. Error F R Adjusted of the R Square Chang R Square R Square Estimate Change e df1 df2 .214 .046 .039 9.80442 .046 6.359 1 132 a
Sig. F Change .013
a. Predictors: (Constant), usia ANOVAb Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
611.283
1
611.283
Residual
12688.717
132
96.127
Total
13300.000
133
a. Predictors: (Constant), usia b. Dependent Variable: Tskor SWB
F 6.359
Sig. .013
a
LAMPIRAN 10 Output Regresi Jenis Kelamin dengan Subjective Well Being Model Summary Change Statistics
Model
R
1
.010
a
R Square
R Square F Std. Error of Adjusted R the Change Change df1 Square Estimate
.000
-.007
10.03726
.000
.014
1
Sig. df2
F
Change
132 .905
a. Predictors: (Constant), VAR00003
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Df
Mean Square
F
Sig.
Regression
1.445
1
1.445
.014
.905a
Residual
13298.555
132
100.747
Total
13300.000
133
a. Predictors: (Constant), VAR00003 b. Dependent Variable: Tskor SWB
LAMPIRAN 11 Output Regresi Status Pernikahan dengan Subjective Well Being Model Summary Change Statistics Adjusted R Std. Error of R Square F Model R 1
R Square
.133a .018
Sig.
F
Square
the Estimate
Change
Change df1
df2
Change
.010
9.94808
.018
2.392
132
.124
a. Predictors: (Constant), VAR00003
1
ANOVA Model 1
b
Sum of Squares Df
Mean Square
F
Sig.
Regression
236.720
1
236.720
2.392
.124
Residual
13063.280
132
98.964
Total
13300.000
133
a
a. Predictors: (Constant), VAR00003 b. Dependent Variable: Tskor SWB
LAMPIRAN 12 Output Regresi Pendapatan dengan Subjective Well Being Model Summary Model
R di
R
Adjusted R
of the
R Square
F
Square
Square
Estimate
Change
Change
a
1
.002
m e ns
Change Statistics
Std. Error
io
.000
-.008
10.03779
.000
Sig. F df1
.000
df2 1
Change
132
.985
.000
Sig. a .985
n 0
a. Predictors: (Constant), pendapatan/gaji perbulan b
Model 1
Regression Residual
Sum of Squares .034 13299.966
Total
ANOVA df
1 132
13300.000
Mean Square .034 100.757
F
133
a. Predictors: (Constant), pendapatan/gaji perbulan b. Dependent Variable: Tskor SWB
LAMPIRAN 13 Output Regresi Pendapatan Tambahan dengan Subjective Well Being Model Summary Change Statistics Model R 1
a
.020
R Adjusted R Std. Error of R Square F Square Square the Estimate Change Change
df1
df2
Sig. F Change
.000
1
132
.817
-.007
10.03577
a. Predictors: (Constant), VAR00001
.000
.054
ANOVA Model 1
b
Sum of Squares Df
Mean Square
F
Sig.
Regression
5.400
1
5.400
.054
.817
Residual
13294.600
132
100.717
Total
13300.000
133
a
a. Predictors: (Constant), VAR00001 b. Dependent Variable: Tskor SWB
LAMPIRAN 14 Output Regresi Pekerjaan (Jabatan, Golongan, dan Masa Kerja) dengan Subjective Well Being 1. Jabatan dengan Subjective Well Being Model Summary
Model R 1
.358
a
Change Statistics Std. Error of Adjusted the R Square F R Square R Square Estimate Change Change df1
df2
.128
112
-.035
10.17306
.128
.786
21
Sig. F Change .731
a. Predictors: (Constant), VAR00021, VAR00017, VAR00005, VAR00003, VAR00014, VAR00018, VAR00006, VAR00016, VAR00009, VAR00004, VAR00002, VAR00001, VAR00020, VAR00019, VAR00015, VAR00013, VAR00012, VAR00011, VAR00010, VAR00008, VAR00007
ANOVAb Model 1
a.
Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
Regression 1708.989
21
81.380
.786
.731
Residual
11591.011
112
103.491
Total
13300.000
133
Predictors:
(Constant),
VAR00021,
VAR00017,
VAR00005,
VAR00003,
a
VAR00014,
VAR00018, VAR00006, VAR00016, VAR00009, VAR00004, VAR00002, VAR00001, VAR00020, VAR00019, VAR00015, VAR00013, VAR00012, VAR00011, VAR00010, VAR00008, VAR00007 b. Dependent Variable: Tskor SWB
2. Golongan dengan Subjective Well Being Model Summary Change Statistics Mode
R
l
R
1
.324
a
Adjusted
R Std. Error of R
Square F
Sig.
Square Square
the Estimate Change
Change
df1
df2
Change
.105
9.79803
1.616
9
124
.118
.040
.105
F
a. Predictors: (Constant), VAR00009, VAR00008, VAR00001, VAR00002, VAR00007, VAR00003, VAR00004, VAR00006, VAR00005
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Df
Mean Square
F
Sig.
Regression
1395.822
9
155.091
1.616
.118
Residual
11904.178
124
96.001
Total
13300.000
133
a
a. Predictors: (Constant), VAR00009, VAR00008, VAR00001, VAR00002, VAR00007, VAR00003, VAR00004, VAR00006, VAR00005 b. Dependent Variable: Tskor SWB
3. Masa Kerja dengan Subjective Well Being Model Summary
Model R 1
.217
a
Change Statistics Std. Error R Adjusted R of the R Square F Square Square Estimate Change Change df1
df2
Sig. Change
.047
132
.012
.040
9.79818
.047
6.535
1
a. Predictors: (Constant), MasaKerja b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Df
Mean Square
F
Sig.
Regression
627.436
1
627.436
6.535
.012a
Residual
12672.564
132
96.004
Total
13300.000
133
a. Predictors: (Constant), MasaKerja b. Dependent Variable: SWB
F
LAMPIRAN 15 Output Regresi Tingkat Pendidikan dengan Subjective Well Being Model Summary Change Statistics F Adjusted Model R 1
.312
a
R Std. Error of R Square Chang
Sig.
R Square Square
the Estimate Change
e
df1
df2
Change
.097
9.68511
2.758
5
128
.021
.062
.097
a. Predictors: (Constant), VAR00005, VAR00001, VAR00003, VAR00002, VAR00004
ANOVA Model 1
b
Sum of Squares Df
Mean Square
F
Sig.
Regression
1293.424
5
258.685
2.758
.021
Residual
12006.576
128
93.801
Total
13300.000
133
a. Predictors: (Constant), VAR00005, VAR00001, VAR00003, VAR00002, VAR00004 b. Dependent Variable: Tskor SWB
a
F
LAMPIRAN 16 Output Regresi Pengaruh Variabel Self-esteem, Usia, Pendapatan, dan Masa Kerja terhadap Subjective Well Being
Model Summary Model R Adjusted R Square Square
R
Std. Error of the Estimate
Change Statistics R Square F Change Change df1 df2
Sig. F Change
di m en si on 0
d
4 .406 .165 .139 9.27990 .003 a. Predictors: (Constant), SE b. Predictors: (Constant), SE, usia c. Predictors: (Constant), SE, usia, pendapatan d. Predictors: (Constant), SE, usia, pendapatan, masa kerja
.406
1
129
.525
e
ANOVA Model 1
2
3
4
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
1768.431
1
1768.431
Residual
11531.569
132
87.360
Total
13300.000
133
2055.669
2
1027.835
Residual
11244.331
131
85.835
Total
13300.000
133
2155.976
3
718.659
Residual
11144.024
130
85.723
Total
13300.000
133
2190.971
4
547.743
Residual
11109.029
129
86.117
Total
13300.000
133
Regression
Regression
Regression
a. Predictors: (Constant), SE b. Predictors: (Constant), SE, usia c. Predictors: (Constant), SE, usia, pendapatan d. Predictors: (Constant), SE, usia, pendapatan, masa kerja e. Dependent Variable: Tskor SWB
F
Sig. a
20.243
.000
11.975
.000
8.383
.000
6.360
.000
b
c
d
LAMPIRAN 17 Skor-skor Subjective Well Being Responden ITEM RESPONDEN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
L SA NTS HB SZ NT IL HR AR SN LI D SH MZ JS R RT RH SR UA SM AM N ES SD A S SRF H BNY IF OM N AJ EPS AS UB FRNA BP IM ID B MA
1 3 6 5 6 5 5 6 5 6 6 6 6 6 5 6 5 5 5 6 5 6 6 2 2 5 5 5 6 7 6 6 5 6 6 5 5 5 3 5 6 6 5 6
NUMBER OF ITEM 2 3 2 2 6 6 5 6 6 5 5 6 5 6 6 6 3 5 6 7 7 6 6 6 6 6 6 6 5 5 3 4 5 5 5 2 6 6 7 7 6 6 6 6 5 5 2 2 2 3 5 5 5 5 5 7 6 6 6 7 6 6 6 6 3 5 6 6 6 6 6 6 5 5 6 7 5 6 5 6 5 5 5 6 5 4 6 6
JUMLAH 4 2 5 6 5 6 6 7 5 6 7 6 6 6 5 3 5 2 6 6 6 6 3 3 1 5 5 6 6 6 6 5 5 6 6 5 6 5 5 5 5 5 6 5
9 23 22 22 22 22 25 18 25 26 24 24 24 20 16 20 14 23 26 23 24 19 9 8 20 20 23 24 26 24 23 18 24 24 22 21 23 19 21 21 22 20 23
44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93
MN LSA N NU M RD FR AR MG O SB OB DTA NC HF UC BT FA RS AM P MA MFI YD HL JS FK S H SN R RO Y A Q FCH RS YY AN Y V M DN S DSY MG S J MS NI
7 5 6 6 6 5 7 5 5 6 5 5 6 6 6 7 7 6 5 6 6 6 5 6 6 4 5 6 5 6 5 6 5 7 6 6 5 5 6 6 5 6 7 3 5 5 6 5 5 6
7 5 6 6 5 5 7 5 5 2 6 5 6 5 5 6 6 6 5 5 5 3 6 6 6 4 5 2 6 5 2 6 6 6 5 7 5 6 6 6 6 7 6 5 5 5 6 5 6 6
7 5 6 7 6 5 7 3 2 2 7 5 6 6 3 6 6 6 3 6 6 6 6 6 6 4 5 5 6 5 6 6 7 6 5 7 6 6 6 5 6 6 6 5 6 5 2 5 6 6
7 5 6 6 5 6 7 3 5 2 5 6 7 6 3 6 6 6 3 5 6 5 6 6 6 6 5 5 6 5 6 6 6 6 5 7 5 6 6 6 6 6 6 2 6 6 2 5 2 5
28 20 24 25 22 21 28 16 17 12 23 21 25 23 17 25 25 24 16 22 23 20 23 24 24 18 20 18 23 21 19 24 24 25 21 27 21 23 24 23 23 25 25 15 22 21 16 20 19 23
94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111
EZ BRO AP BP SL JT EL DS AN BP EAA AF MI MPA SR LS DS S
113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134
R U SS RI SR R IA AN AM Y SD SS M Z R SY TH RO SW WN HD SC
AY
6 5 2 6 6 3 6 6 6 2 7 4 6 2 5 7 6 6 5 5 6 6 2 2 2 5 5 6 3 5 6 7 6 3 6 6 6 6 6 5 5
3 6 5 6 6 2 7 6 6 5 7 5 6 2 6 6 6 6 5 6 5 5 2 2 2 5 6 6 5 5 5 6 6 6 6 6 5 6 3 5 6
7 5 5 6 7 4 7 6 5 2 6 6 6 6 6 6 2 6 5 6 5 5 2 2 2 6 6 6 6 5 3 7 6 6 5 6 6 6 6 5 5
7 6 6 6 5 3 7 5 6 6 6 6 5 3 6 6 6 6 5 7 5 7 3 3 3 6 6 6 3 5 5 6 6 3 5 6 6 7 5 5 5
23 22 18 24 24 12 27 23 23 15 26 21 23 13 23 25 20 24 20 24 21 23 9 9 9 22 23 24 17 20 19 26 24 18 22 24 23 25 20 20 21
LAMPIRAN 18 Skor-skor Self-esteem Responden ITEM RESPONDEN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
L SA NTS HB SZ NT IL HR AR SN LI D SH MZ JS R RT RH SR UA SM AM N ES SD A S SRF H BNY IF OM N AJ EPS
1 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 1 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 2
NUMBER OF ITEM 2 3 4 5 6 7 8 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 3 4 3 2 4 4 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 2 3 4 4 3 2 4 2 4 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 2 3 4 4 4 4 4 1 4 3 3 4 3 3 1 4 3 3 2 3 3 2 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 1 3 4 4 3 3 3 1 4 3 4 3 3 4 1 3 3 4 4 4 3 2 4 3 4 4 4 4 2 4 3 3 4 3 3 2 4 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 4 4 1 4 3 2 3 4 3 1 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 2 4 3 3 3 3 3 2 3 4 4 3 3 3 2 4 2 2 3 3 3 1 3 4 4 3 3 4 2 4 3 4 3 4 4 1 4 3 3 3 3 3 2 3
JUMLAH 9 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3
26 29 26 30 28 25 28 23 30 28 32 27 25 26 26 29 28 31 33 29 24 28 25 24 21 28 26 26 28 26 30 23 31 30 25
36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75
AS UB FRNA BP IM ID B MA MN LSA N NU M RD FR AR MG O SB OB DTA NC HF UC BT FA RS AM P MA MFI YD HL JS FK S H SN R RO
3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 3 3 2 4 3 2 2 2 2 2 2 2 3 s 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 3 2 2 2
3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 4
3 4 3 3 3 3 2 3 2 3 3 4 3 4 4 4 3 2 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 2 4
3 3 2 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 2 4 4 3 2 3 3 3 2 4 3 4 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 4 3 2 3
4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 2 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 2 3 3 3 3 3 4
3 3 3 2 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 4 3 3 4
2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 3 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 2 4 4 2 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4
4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4
28 27 25 26 26 27 27 26 25 27 25 27 27 25 33 32 26 21 27 28 25 24 30 30 32 26 26 26 26 25 26 29 28 23 26 24 31 25 22 31
76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115
Y A Q FCH RS YY AN Y V M DN S DSY MG S J MS NI EZ BRO AP BP SL JT EL DS AN BP EAA AF MI MPA SR LS DS S AY R U SS
2 3 1 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 4 2 3 3 2 2 2 3 2 3 3 1 3 2 2 2 3
3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3
3 4 3 3 3 4 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 2 3 4 3 2 3 4 3 3 3 3 2 4
3 4 3 4 3 2 2 3 4 2 3 4 1 3 2 3 3 2 3 3 2 4 1 1 3 2 3 2 4 2 2 2 3 4 3 3 4 2 3 3
3 4 4 4 3 3 2 3 4 3 4 4 2 3 3 3 3 3 4 3 2 3 1 3 2 2 3 3 4 4 4 3 3 4 2 3 4 3 3 3
2 4 3 4 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 4 3 3 4 2 3 4
3 2 2 1 2 1 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 3 2 3 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 3
3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 2 2 3 4 2 4 4 4 2 3 4 3 4 1 3 3 4
4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 2 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3
26 30 27 30 25 26 23 24 30 23 29 27 22 26 24 24 25 25 29 25 23 27 21 23 25 25 27 22 29 27 26 20 26 32 22 27 26 24 24 30
116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134
RI SR R IA AN AM Y SD SS M Z R SY TH RO SW WN HD SC
2 2 2 4 1 3 2 3 2 1 2 3 3 1 2 1 2 2 2
3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3
3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3
2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 4 3 4 2 3 2 3 2
3 3 3 4 2 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 2
3 3 3 3 2 3 2 4 3 3 4 3 3 4 3 2 3 3 3
2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 3 1 2 1 2 3 2 3 2
3 4 2 4 2 4 3 4 4 4 4 4 3 4 2 3 3 3 3
3 3 3 4 3 4 2 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3
24 25 24 31 20 30 21 29 28 25 30 29 26 30 23 24 24 27 23
LAMPIRAN 19 Data Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Status Pernikahan, Tingkat Pendidikan, Pekerjaan (Jabatan, Golongan, dan Masa Kerja), Pendapatan Perbulan, serta Pendapatan Tambahan Responden. Data Responden berdasarkan Jenis Kelamin
No.
Inisial
J.kelamin
X1
X2
X3
Skor DV
22
48
L
1
0
1
22
44
96
L
1
0
1
18
1
1
L
1
0
1
9
23
51
L
1
0
1
16
45
102
L
1
0
1
23
2
4
L
1
0
1
22
24
52
L
1
0
1
17
46
103
L
1
0
1
15
3
5
L
1
0
1
22
25
53
L
1
0
1
12
47
104
L
1
0
1
26
4
7
L
1
0
1
25
26
54
L
1
0
1
23
48
105
L
1
0
1
21
5
8
L
1
0
1
18
27
58
L
1
0
1
17
49
106
L
1
0
1
23
6
9
L
1
0
1
25
28
59
L
1
0
1
25
50
107
L
1
0
1
13
7
13
L
1
0
1
24
29
63
L
1
0
1
22
51
109
L
1
0
1
25
8
14
L
1
0
1
20
30
64
L
1
0
1
23
52
110
L
1
0
1
20
1
0
1
20
53
1
0
1
24
9
15
L
1
0
1
16
31
65
L
111
L
10
16
L
1
0
1
20
32
66
L
1
0
1
23
54
118
L
1
0
1
9
11
17
L
1
0
1
14
33
67
L
1
0
1
24
55
120
L
1
0
1
23
12
22
L
1
0
1
19
34
69
L
1
0
1
18
56
121
L
1
0
1
24
13
23
L
1
0
1
9
35
74
L
1
0
1
19
57
122
L
1
0
1
17
14
24
L
1
0
1
8
36
75
L
1
0
1
24
58
129
L
1
0
1
24
15
25
L
1
0
1
20
37
78
L
1
0
1
21
59
130
L
1
0
1
23
16
26
L
1
0
1
20
38
83
L
1
0
1
23
60
131
L
1
0
1
25
17
27
L
1
0
1
23
39
85
L
1
0
1
25
61
133
L
1
0
1
20
18
36
L
1
0
1
21
40
86
L
1
0
1
25
62
134
L
1
0
1
21
19
39
L
1
0
1
21
41
87
L
1
0
1
15
63
2
P
1
1
0
23
91
L
1
0
1
20
64
3
P
1
1
0
22
92
L
1
0
1
19
65
6
P
1
1
0
22
20
42
L
1
0
1
20
42
21
43
L
1
0
1
23
43
66
10
P
1
1
0
26
89
49
P
1
1
0
21
112
93
P
1
1
0
23
67
11
P
1
1
0
24
90
50
P
1
1
0
28
113
94
P
1
1
0
23
68
12
P
1
1
0
24
91
55
P
1
1
0
21
114
95
P
1
1
0
22
69
18
P
1
1
0
23
92
56
P
1
1
0
25
115
97
P
1
1
0
24
70
19
P
1
1
0
26
93
57
P
1
1
0
23
116
98
P
1
1
0
24
71
20
P
1
1
0
23
94
60
P
1
1
0
25
117
99
P
1
1
0
12
72
21
P
1
1
0
24
95
61
P
1
1
0
24
118
100
P
1
1
0
27
73
28
P
1
1
0
24
96
62
P
1
1
0
16
119
101
P
1
1
0
23
74
29
P
1
1
0
26
97
68
P
1
1
0
24
120
108
P
1
1
0
23
75
30
P
1
1
0
24
98
70
P
1
1
0
20
121
112
P
1
1
0
20
76
31
P
1
1
0
23
99
71
P
1
1
0
18
122
113
P
1
1
0
24
77
32
P
1
1
0
18
100
72
P
1
1
0
23
123
114
P
1
1
0
21
78
33
P
1
1
0
24
101
73
P
1
1
0
21
124
115
P
1
1
0
23
79
34
P
1
1
0
24
102
76
P
1
1
0
24
125
116
P
1
1
0
9
80
35
P
1
1
0
22
103
77
P
1
1
0
25
126
117
P
1
1
0
9
81
37
P
1
1
0
23
104
79
P
1
1
0
27
127
119
P
1
1
0
22
82
38
P
1
1
0
19
105
80
P
1
1
0
21
128
123
P
1
1
0
20
83
40
P
1
1
0
21
106
81
P
1
1
0
23
129
124
P
1
1
0
19
84
41
P
1
1
0
22
107
82
P
1
1
0
24
130
125
P
1
1
0
26
85
44
P
1
1
0
28
108
84
P
1
1
0
23
131
126
P
1
1
0
24
86
45
P
1
1
0
20
109
88
P
1
1
0
22
132
127
P
1
1
0
18
87
46
P
1
1
0
24
110
89
P
1
1
0
21
133
128
P
1
1
0
22
88
47
P
1
1
0
25
111
90
P
1
1
0
16
134
132
P
1
1
0
20
Data Responden Berdasarkan Status Pernikahan
No.
Inisial
Status Pernikahan
X1
X2
X3
Skor Dv
25
31
Menikah
1
0
1
23
1
1
Menikah
1
0
1
9
26
32
Menikah
1
0
1
18
2
2
Menikah
1
0
1
23
27
35
Menikah
1
0
1
22
3
3
Menikah
1
0
1
22
28
36
Menikah
1
0
1
21
4
4
Menikah
1
0
1
22
29
39
Menikah
1
0
1
21
5
5
Menikah
1
0
1
22
30
42
Menikah
1
0
1
20
6
6
Menikah
1
0
1
22
31
44
Menikah
1
0
1
28
7
7
Menikah
1
0
1
25
32
45
Menikah
1
0
1
20
8
8
Menikah
1
0
1
18
33
46
Menikah
1
0
1
24
9
10
Menikah
1
0
1
26
34
47
Menikah
1
0
1
25
10
12
Menikah
1
0
1
24
35
48
Menikah
1
0
1
22
11
13
Menikah
1
0
1
24
36
49
Menikah
1
0
1
21
12
14
Menikah
1
0
1
20
37
50
Menikah
1
0
1
28
13
16
Menikah
1
0
1
20
38
51
Menikah
1
0
1
16
14
17
Menikah
1
0
1
14
39
52
Menikah
1
0
1
17
15
19
Menikah
1
0
1
26
40
53
Menikah
1
0
1
12
16
21
Menikah
1
0
1
24
41
54
Menikah
1
0
1
23
17
23
Menikah
1
0
1
9
42
55
Menikah
1
0
1
21
18
24
Menikah
1
0
1
8
43
56
Menikah
1
0
1
25
19
25
Menikah
1
0
1
20
44
57
Menikah
1
0
1
23
20
26
Menikah
1
0
1
20
45
59
Menikah
1
0
1
25
21
27
Menikah
1
0
1
23
46
60
Menikah
1
0
1
25
22
28
Menikah
1
0
1
24
47
61
Menikah
1
0
1
24
23
29
Menikah
1
0
1
26
48
63
Menikah
1
0
1
22
24
30
Menikah
1
0
1
24
49
64
Menikah
1
0
1
23
50
65
Menikah
1
0
1
20
77
94
Menikah
1
0
1
23
51
66
Menikah
1
0
1
23
78
96
Menikah
1
0
1
18
52
67
Menikah
1
0
1
24
79
97
Menikah
1
0
1
24
53
68
Menikah
1
0
1
24
80
98
Menikah
1
0
1
24
54
69
Menikah
1
0
1
18
81
99
Menikah
1
0
1
12
55
70
Menikah
1
0
1
20
82
100
Menikah
1
0
1
27
56
71
Menikah
1
0
1
18
83
101
Menikah
1
0
1
23
57
72
Menikah
1
0
1
23
84
103
Menikah
1
0
1
15
58
73
Menikah
1
0
1
21
85
104
Menikah
1
0
1
26
59
74
Menikah
1
0
1
19
86
105
Menikah
1
0
1
21
60
75
Menikah
1
0
1
24
87
106
Menikah
1
0
1
23
61
76
Menikah
1
0
1
24
88
107
Menikah
1
0
1
13
62
77
Menikah
1
0
1
25
89
108
Menikah
1
0
1
23
63
78
Menikah
1
0
1
21
90
109
Menikah
1
0
1
25
64
79
Menikah
1
0
1
27
91
110
Menikah
1
0
1
20
65
80
Menikah
1
0
1
21
92
111
Menikah
1
0
1
24
66
81
Menikah
1
0
1
23
93
112
Menikah
1
0
1
20
67
82
Menikah
1
0
1
24
94
113
Menikah
1
0
1
24
68
83
Menikah
1
0
1
23
95
114
Menikah
1
0
1
21
69
84
Menikah
1
0
1
23
96
115
Menikah
1
0
1
23
70
86
Menikah
1
0
1
25
97
116
Menikah
1
0
1
9
71
87
Menikah
1
0
1
15
98
117
Menikah
1
0
1
9
72
88
Menikah
1
0
1
22
99
118
Menikah
1
0
1
9
73
89
Menikah
1
0
1
21
100
119
Menikah
1
0
1
22
74
90
Menikah
1
0
1
16
101
120
Menikah
1
0
1
23
75
92
Menikah
1
0
1
19
102
121
Menikah
1
0
1
24
76
93
Menikah
1
0
1
23
103
122
Menikah
1
0
1
17
104
123
Menikah
1
0
1
20
120
33
Belum menikah
1
1
0
24
105
124
Menikah
1
0
1
19
121
34
Belum menikah
1
1
0
24
106
125
Menikah
1
0
1
26
122
37
Belum menikah
1
1
0
23
107
126
Menikah
1
0
1
24
123
38
Belum menikah
1
1
0
19
108
129
Menikah
1
0
1
24
124
40
Belum menikah
1
1
0
21
109
130
Menikah
1
0
1
23
125
41
Belum menikah
1
1
0
22
110
131
Menikah
1
0
1
25
126
43
Belum menikah
1
1
0
23
111
132
Menikah
1
0
1
20
127
58
Belum menikah
1
1
0
17
112
133
Menikah
1
0
1
20
128
62
Belum menikah
1
1
0
16
113
134
Menikah
1
0
1
21
129
85
Belum menikah
1
1
0
25
1
1
0
25
130
91
Belum menikah
1
1
0
20
114
9
Belum menikah
115
11
Belum menikah
1
1
0
24
131
95
Belum menikah
1
1
0
22
116
15
Belum menikah
1
1
0
16
132
102
Belum menikah
1
1
0
23
117
18
Belum menikah
1
1
0
23
133
127
Belum menikah
1
1
0
18
118
20
Belum menikah
1
1
0
23
134
128
Belum menikah
1
1
0
22
119
22
Belum menikah
1
1
0
19
Data Responden Berdasarkan Golongan
No
X3
X7
II/b
0
0
1
0
0
0
0
0
0
23
26
131
II/b
0
0
1
0
0
0
0
0
0
25
X1
X2
X4
X5
X6
X8
X9
27
13
II/c
0
0
0
1
0
0
0
0
0
24
9
1
0
0
0
0
0
0
0
0
25
28
17
II/c
0
0
0
1
0
0
0
0
0
14
10
PTT
1
0
0
0
0
0
0
0
0
26
29
20
II/c
0
0
0
1
0
0
0
0
0
23
3
11
PTT
1
0
0
0
0
0
0
0
0
24
30
43
II/c
0
0
0
1
0
0
0
0
0
23
4
12
PTT
1
0
0
0
0
0
0
0
0
24
31
70
II/c
0
0
0
1
0
0
0
0
0
20
5
15
PTT
1
0
0
0
0
0
0
0
0
16
32
34
III/a
0
0
0
0
1
0
0
0
0
24
6
18
PTT
1
0
0
0
0
0
0
0
0
23
33
36
III/a
0
0
0
0
1
0
0
0
0
21
7
31
PTT
1
0
0
0
0
0
0
0
0
23
34
37
III/a
0
0
0
0
1
0
0
0
0
23
8
33
PTT
1
0
0
0
0
0
0
0
0
24
35
38
III/a
0
0
0
0
1
0
0
0
0
19
9
39
PTT
1
0
0
0
0
0
0
0
0
21
36
63
III/a
0
0
0
0
1
0
0
0
0
22
10
40
PTT
1
0
0
0
0
0
0
0
0
21
37
64
III/a
0
0
0
0
1
0
0
0
0
23
11
85
PTT
1
0
0
0
0
0
0
0
0
25
38
66
III/a
0
0
0
0
1
0
0
0
0
23
12
22
II/a
0
1
0
0
0
0
0
0
0
19
39
67
III/a
0
0
0
0
1
0
0
0
0
24
13
23
II/a
0
1
0
0
0
0
0
0
0
9
40
71
III/a
0
0
0
0
1
0
0
0
0
18
14
56
II/a
0
1
0
0
0
0
0
0
0
25
41
79
III/a
0
0
0
0
1
0
0
0
0
27
15
57
II/a
0
1
0
0
0
0
0
0
0
23
42
80
III/a
0
0
0
0
1
0
0
0
0
21
16
58
II/a
0
1
0
0
0
0
0
0
0
17
43
81
III/a
0
0
0
0
1
0
0
0
0
23
17
78
II/a
0
1
0
0
0
0
0
0
0
21
44
83
III/a
0
0
0
0
1
0
0
0
0
23
18
100
II/a
0
1
0
0
0
0
0
0
0
27
45
84
III/a
0
0
0
0
1
0
0
0
0
23
19
101
II/a
0
1
0
0
0
0
0
0
0
23
46
89
III/a
0
0
0
0
1
0
0
0
0
21
20
113
II/a
0
1
0
0
0
0
0
0
0
24
47
90
III/a
0
0
0
0
1
0
0
0
0
16
21
25
II/b
0
0
1
0
0
0
0
0
0
20
48
94
III/a
0
0
0
0
1
0
0
0
0
23
22
2
Golongan
130
PTT
1
Inisial
Skor DV
25
35
II/b
0
0
1
0
0
0
0
0
0
22
49
95
III/a
0
0
0
0
1
0
0
0
0
22
23
108
II/b
0
0
1
0
0
0
0
0
0
23
50
104
III/a
0
0
0
0
1
0
0
0
0
26
24
110
II/b
0
0
1
0
0
0
0
0
0
20
51
106
III/a
0
0
0
0
1
0
0
0
0
23
52
118
III/a
0
0
0
0
1
0
0
0
0
9
79
116
III/b
0
0
0
0
0
1
0
0
0
9
53
119
III/a
0
0
0
0
1
0
0
0
0
22
80
117
III/b
0
0
0
0
0
1
0
0
0
9
54
127
III/a
0
0
0
0
1
0
0
0
0
18
81
125
III/b
0
0
0
0
0
1
0
0
0
26
55
128
III/a
0
0
0
0
1
0
0
0
0
22
82
3
III/c
0
0
0
0
0
0
1
0
0
22
56
134
III/a
0
0
0
0
1
0
0
0
0
21
83
4
III/c
0
0
0
0
0
0
1
0
0
22
57
2
III/b
0
0
0
0
0
1
0
0
0
23
84
7
III/c
0
0
0
0
0
0
1
0
0
25
58
6
III/b
0
0
0
0
0
1
0
0
0
22
85
14
III/c
0
0
0
0
0
0
1
0
0
20
59
19
III/b
0
0
0
0
0
1
0
0
0
26
86
16
III/c
0
0
0
0
0
0
1
0
0
20
60
21
III/b
0
0
0
0
0
1
0
0
0
24
87
27
III/c
0
0
0
0
0
0
1
0
0
23
61
26
III/b
0
0
0
0
0
1
0
0
0
20
88
45
III/c
0
0
0
0
0
0
1
0
0
20
62
29
III/b
0
0
0
0
0
1
0
0
0
26
89
46
III/c
0
0
0
0
0
0
1
0
0
24
63
44
III/b
0
0
0
0
0
1
0
0
0
28
90
47
III/c
0
0
0
0
0
0
1
0
0
25
64
51
III/b
0
0
0
0
0
1
0
0
0
16
91
50
III/c
0
0
0
0
0
0
1
0
0
28
65
60
III/b
0
0
0
0
0
1
0
0
0
25
92
55
III/c
0
0
0
0
0
0
1
0
0
21
66
62
III/b
0
0
0
0
0
1
0
0
0
16
93
61
III/c
0
0
0
0
0
0
1
0
0
24
67
65
III/b
0
0
0
0
0
1
0
0
0
20
94
73
III/c
0
0
0
0
0
0
1
0
0
21
68
68
III/b
0
0
0
0
0
1
0
0
0
24
95
74
III/c
0
0
0
0
0
0
1
0
0
19
69
69
III/b
0
0
0
0
0
1
0
0
0
18
96
82
III/c
0
0
0
0
0
0
1
0
0
24
70
76
III/b
0
0
0
0
0
1
0
0
0
24
97
92
III/c
0
0
0
0
0
0
1
0
0
19
71
91
III/b
0
0
0
0
0
1
0
0
0
20
98
96
III/c
0
0
0
0
0
0
1
0
0
18
72
93
III/b
0
0
0
0
0
1
0
0
0
23
99
97
III/c
0
0
0
0
0
0
1
0
0
24
73
98
III/b
0
0
0
0
0
1
0
0
0
24
100
105
III/c
0
0
0
0
0
0
1
0
0
21
74
99
III/b
0
0
0
0
0
1
0
0
0
12
101
122
III/c
0
0
0
0
0
0
1
0
0
17
75
102
III/b
0
0
0
0
0
1
0
0
0
23
102
126
III/c
0
0
0
0
0
0
1
0
0
24
76
107
III/b
0
0
0
0
0
1
0
0
0
13
103
1
III/d
0
0
0
0
0
0
0
1
0
9
77
114
III/b
0
0
0
0
0
1
0
0
0
21
104
5
III/d
0
0
0
0
0
0
0
1
0
22
78
115
III/b
0
0
0
0
0
1
0
0
0
23
105
8
III/d
0
0
0
0
0
0
0
1
0
18
106
24
III/d
0
0
0
0
0
0
0
1
0
8
121
111
III/d
0
0
0
0
0
0
0
1
0
24
107
28
III/d
0
0
0
0
0
0
0
1
0
24
122
112
III/d
0
0
0
0
0
0
0
1
0
20
108
30
III/d
0
0
0
0
0
0
0
1
0
24
123
121
III/d
0
0
0
0
0
0
0
1
0
24
109
32
III/d
0
0
0
0
0
0
0
1
0
18
124
124
III/d
0
0
0
0
0
0
0
1
0
19
110
41
III/d
0
0
0
0
0
0
0
1
0
22
125
129
III/d
0
0
0
0
0
0
0
1
0
24
111
48
III/d
0
0
0
0
0
0
0
1
0
22
126
132
III/d
0
0
0
0
0
0
0
1
0
20
112
49
III/d
0
0
0
0
0
0
0
1
0
21
127
133
III/d
0
0
0
0
0
0
0
1
0
20
113
52
III/d
0
0
0
0
0
0
0
1
0
17
128
42
IV/a
0
0
0
0
0
0
0
0
1
20
114
53
III/d
0
0
0
0
0
0
0
1
0
12
129
59
IV/a
0
0
0
0
0
0
0
0
1
25
115
72
III/d
0
0
0
0
0
0
0
1
0
23
130
86
IV/a
0
0
0
0
0
0
0
0
1
25
116
75
III/d
0
0
0
0
0
0
0
1
0
24
131
87
IV/a
0
0
0
0
0
0
0
0
1
15
117
77
III/d
0
0
0
0
0
0
0
1
0
25
132
120
IV/a
0
0
0
0
0
0
0
0
1
23
118
88
III/d
0
0
0
0
0
0
0
1
0
22
133
123
IV/a
0
0
0
0
0
0
0
0
1
20
119
103
III/d
0
0
0
0
0
0
0
1
0
15
134
54
IV/b
-1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
23
120
109
III/d
0
0
0
0
0
0
0
1
0
25
Data Responden Berdasarkan Jabatan No.
Inisial
Jabatan
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8
X9
X10
X11
X12
X13
X14
X15
X16
X17
X18
X19
X20
X21
Skor DV
1
125
Bendahara
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
26
2
126
Bendahara
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
24
3
45
BPP
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
20
4
88
BPP
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
22
5
5
Dosen
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
22
6
6
Dosen
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
22
7
19
Dosen
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
26
8
26
Dosen
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
20
9
92
Dosen
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
19
105
Fungsional
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
21
11
115
Fungsional
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
23
12
3
Kabag
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
22
13
54
Kabag
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
23
14
59
Kabag
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
25
10
15
65
Kabag
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
20
16
120
Kabag
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
23
17
123
Kabag
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
20
18
1
Kasubag
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
9
19
24
Kasubag
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
8
20
28
Kasubag
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
24
21
30
Kasubag
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
24
22
32
Kasubag
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
18
23
48
Kasubag
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
22
24
49
Kasubag
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
21
25
52
Kasubag
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
17
26
53
Kasubag
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
12
27
72
Kasubag
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
23
28
75
Kasubag
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
24
29
77
Kasubag
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
25
30
86
Kasubag
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
25
31
87
Kasubag
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
15
32
103
Kasubag
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
15
33
112
Kasubag
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
20
34
121
Kasubag
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
24
35
122
Kasubag
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
17
36
124
Kasubag
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
19
37
129
Kasubag
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
24
38
133
Kasubag
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
20
39
8
Kepala Perpustakaan
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
18
40
56
Operator
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
25
41
69
Pelaksana
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
18
42
70
Pelaksana
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
20
43
27
Pem. Bendahara
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
23
44
20
Pendamping BLU
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
23
45
62
Pendamping Fakultas
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
16
46
42
Pudek
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
20
47
39
Pustakawan
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
21
48
40
Pustakawan
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
21
49
41
Pustakawan
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
22
50
18
Sekpim
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
23
51
4
Sekprodi
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
22
52
14
Sekprodi
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
20
53
2
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
23
54
7
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
25
55
10
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
26
56
11
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
24
57
12
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
24
58
13
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
24
59
15
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
16
60
16
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
20
61
17
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
14
62
21
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
24
63
25
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
20
64
29
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
26
65
31
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
23
66
33
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
24
67
34
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
24
68
35
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
22
69
36
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
21
70
37
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
23
71
38
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
19
72
44
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
28
73
46
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
24
74
47
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
25
75
50
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
28
76
51
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
16
77
55
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
21
78
57
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
23
79
58
Staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
17
80
60
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
25
81
61
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
24
82
63
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
22
83
64
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
23
84
66
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
23
85
67
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
24
86
68
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
24
87
71
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
18
88
73
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
21
89
74
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
19
90
76
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
24
91
78
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
21
92
79
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
27
93
80
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
21
94
81
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
23
95
82
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
24
96
83
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
23
97
84
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
23
98
85
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
25
99
89
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
21
100
90
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
16
101
91
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
20
102
93
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
23
103
94
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
23
104
95
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
22
105
96
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
18
106
97
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
24
107
98
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
24
108
99
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
12
109
100
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
27
110
101
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
23
111
102
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
23
112
104
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
26
113
106
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
23
114
107
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
13
115
108
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
23
116
109
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
25
117
110
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
20
118
111
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
24
119
113
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
24
120
114
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
21
121
116
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
9
122
117
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
9
123
118
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
9
124
119
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
22
125
130
Staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
23
126
131
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
25
127
132
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
20
128
134
staff admin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
21
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
19
129
22
Staff IT
130
43
Staff IT
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
23
131
128
staff keuangan
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
22
132
127
staff pendamping
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
18
133
9
Teaching Asistant
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
25
134
23
-1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
9
Teknisi
Data Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pendidikan Terakhir
X5
Skor DV
25
56
D3
0
0
1
0
0
25
52
45
S1
0
0
0
1
0
20
26
110
D3
0
0
1
0
0
20
53
46
S1
0
0
0
1
0
24
No.
Inisial
X1
X2
X3
X4
27
1
S1
0
0
0
1
0
9
54
47
S1
0
0
0
1
0
25
1
13
SMA
1
0
0
0
0
24
28
9
S1
0
0
0
1
0
25
55
48
S1
0
0
0
1
0
22
2
15
SMA
1
0
0
0
0
16
29
10
S1
0
0
0
1
0
26
56
49
S1
0
0
0
1
0
21
3
23
SMA
1
0
0
0
0
9
30
11
S1
0
0
0
1
0
24
57
51
S1
0
0
0
1
0
16
4
24
SMA
1
0
0
0
0
8
31
12
S1
0
0
0
1
0
24
58
61
S1
0
0
0
1
0
24
5
25
SMA
1
0
0
0
0
20
32
16
S1
0
0
0
1
0
20
59
62
S1
0
0
0
1
0
16
6
29
SMA
1
0
0
0
0
26
33
18
S1
0
0
0
1
0
23
60
63
S1
0
0
0
1
0
22
7
35
SMA
1
0
0
0
0
22
34
20
S1
0
0
0
1
0
23
61
64
S1
0
0
0
1
0
23
8
57
SMA
1
0
0
0
0
23
35
21
S1
0
0
0
1
0
24
62
65
S1
0
0
0
1
0
20
9
58
SMA
1
0
0
0
0
17
36
22
S1
0
0
0
1
0
19
63
66
S1
0
0
0
1
0
23
10
71
SMA
1
0
0
0
0
18
37
27
S1
0
0
0
1
0
23
64
67
S1
0
0
0
1
0
24
11
81
SMA
1
0
0
0
0
23
38
28
S1
0
0
0
1
0
24
65
69
S1
0
0
0
1
0
18
12
83
SMA
1
0
0
0
0
23
39
30
S1
0
0
0
1
0
24
66
70
S1
0
0
0
1
0
20
13
93
SMA
1
0
0
0
0
23
40
31
S1
0
0
0
1
0
23
67
72
S1
0
0
0
1
0
23
14
98
SMA
1
0
0
0
0
24
41
32
S1
0
0
0
1
0
18
68
74
S1
0
0
0
1
0
19
15
101
SMA
1
0
0
0
0
23
42
33
S1
0
0
0
1
0
24
69
76
S1
0
0
0
1
0
24
16
108
SMA
1
0
0
0
0
23
43
34
S1
0
0
0
1
0
24
70
77
S1
0
0
0
1
0
25
17
113
SMA
1
0
0
0
0
24
44
36
S1
0
0
0
1
0
21
71
78
S1
0
0
0
1
0
21
18
117
SMA
1
0
0
0
0
9
45
37
S1
0
0
0
1
0
23
72
79
S1
0
0
0
1
0
27
19
118
SMA
1
0
0
0
0
9
46
38
S1
0
0
0
1
0
19
73
80
S1
0
0
0
1
0
21
20
130
SMA
1
0
0
0
0
23
47
39
S1
0
0
0
1
0
21
74
84
S1
0
0
0
1
0
23
21
131
SMA
1
0
0
0
0
25
48
40
S1
0
0
0
1
0
21
75
85
S1
0
0
0
1
0
25
22
8
D2
0
1
0
0
0
18
49
41
S1
0
0
0
1
0
22
76
87
S1
0
0
0
1
0
15
23
99
D2
0
1
0
0
0
12
50
43
S1
0
0
0
1
0
23
77
88
S1
0
0
0
1
0
22
24
17
D3
0
0
1
0
0
14
51
44
S1
0
0
0
1
0
28
78
89
S1
0
0
0
1
0
21
79
90
S1
0
0
0
1
0
16
98
129
S1
0
0
0
1
0
24
117
75
S2
0
0
0
0
1
24
80
94
S1
0
0
0
1
0
23
99
134
S1
0
0
0
1
0
21
118
82
S2
0
0
0
0
1
24
81
95
S1
0
0
0
1
0
22
100
2
S2
0
0
0
0
1
23
119
86
S2
0
0
0
0
1
25
82
96
S1
0
0
0
1
0
18
101
3
S2
0
0
0
0
1
22
120
91
S2
0
0
0
0
1
20
83
97
S1
0
0
0
1
0
24
102
4
S2
0
0
0
0
1
22
121
92
S2
0
0
0
0
1
19
84
100
S1
0
0
0
1
0
27
103
5
S2
0
0
0
0
1
22
122
102
S2
0
0
0
0
1
23
85
103
S1
0
0
0
1
0
15
104
6
S2
0
0
0
0
1
22
123
105
S2
0
0
0
0
1
21
86
104
S1
0
0
0
1
0
26
105
7
S2
0
0
0
0
1
25
124
109
S2
0
0
0
0
1
25
87
106
S1
0
0
0
1
0
23
106
14
S2
0
0
0
0
1
20
125
112
S2
0
0
0
0
1
20
88
107
S1
0
0
0
1
0
13
107
19
S2
0
0
0
0
1
26
126
114
S2
0
0
0
0
1
21
89
111
S1
0
0
0
1
0
24
108
26
S2
0
0
0
0
1
20
127
121
S2
0
0
0
0
1
24
90
115
S1
0
0
0
1
0
23
109
50
S2
0
0
0
0
1
28
128
124
S2
0
0
0
0
1
19
91
116
S1
0
0
0
1
0
9
110
52
S2
0
0
0
0
1
17
129
125
S2
0
0
0
0
1
26
92
119
S1
0
0
0
1
0
22
111
53
S2
0
0
0
0
1
12
130
126
S2
0
0
0
0
1
24
93
120
S1
0
0
0
1
0
23
112
54
S2
0
0
0
0
1
23
131
132
S2
0
0
0
0
1
20
94
122
S1
0
0
0
1
0
17
113
55
S2
0
0
0
0
1
21
132
133
S2
0
0
0
0
1
20
95
123
S1
0
0
0
1
0
20
114
60
S2
0
0
0
0
1
25
133
42
S3
-1
-1
-1
-1
-1
20
96
127
S1
0
0
0
1
0
18
115
68
S2
0
0
0
0
1
24
134
59
S3
-1
-1
-1
-1
-1
25
97
128
S1
0
0
0
1
0
22
116
73
S2
0
0
0
0
1
21
Data Responden Berdasarkan Ada Penghasilan Tambahan Penghasilan Tambahan
No.
Inisial
X1
Skor DV
1
4
ada
1
22
2
7
ada
1
25
3
8
ada
1
18
4
14
ada
1
20
5
15
ada
1
16
6
17
ada
1
14
7
26
ada
1
20
8
27
ada
1
23
9
29
ada
1
26
10
30
ada
1
24
11
35
ada
1
22
12
37
ada
1
23
13
39
ada
1
21
14
41
ada
1
22
15
44
ada
1
28
16
45
ada
1
20
17
46
ada
1
24
18
47
ada
1
25
19
48
ada
1
22
20
49
ada
1
21
21
52
ada
1
17
22
53
ada
1
12
23
54
ada
1
23
49
127
ada
1
18
24
56
ada
1
25
50
128
ada
1
22
25
57
ada
1
23
51
131
ada
1
25
26
65
ada
1
20
52
132
ada
1
20
27
67
ada
1
24
53
133
ada
1
20
28
71
ada
1
18
54
1
tidak ada
0
9
29
74
ada
1
19
55
2
tidak ada
0
23
30
75
ada
1
24
56
3
tidak ada
0
22
31
77
ada
1
25
57
5
tidak ada
0
22
32
81
ada
1
23
58
6
tidak ada
0
22
33
82
ada
1
24
59
9
tidak ada
0
25
34
84
ada
1
23
60
10
tidak ada
0
26
35
86
ada
1
25
61
11
tidak ada
0
24
36
88
ada
1
22
62
12
tidak ada
0
24
37
92
ada
1
19
63
13
tidak ada
0
24
38
96
ada
1
18
64
16
tidak ada
0
20
39
97
ada
1
24
65
18
tidak ada
0
23
40
98
ada
1
24
66
19
tidak ada
0
26
41
101
ada
1
23
67
20
tidak ada
0
23
42
103
ada
1
15
68
21
tidak ada
0
24
43
110
ada
1
20
69
22
tidak ada
0
19
44
111
ada
1
24
70
23
tidak ada
0
9
45
114
ada
1
21
71
24
tidak ada
0
8
46
119
ada
1
22
72
25
tidak ada
0
20
47
123
ada
1
20
73
28
tidak ada
0
24
48
124
ada
1
19
74
31
tidak ada
0
23
75
32
tidak ada
0
18
95
69
tidak ada
0
18
115
104
tidak ada
0
26
76
33
tidak ada
0
24
96
70
tidak ada
0
20
116
105
tidak ada
0
21
77
34
tidak ada
0
24
97
72
tidak ada
0
23
117
106
tidak ada
0
23
78
36
tidak ada
0
21
98
73
tidak ada
0
21
118
107
tidak ada
0
13
79
38
tidak ada
0
19
99
76
tidak ada
0
24
119
108
tidak ada
0
23
80
40
tidak ada
0
21
100
78
tidak ada
0
21
120
109
tidak ada
0
25
81
42
tidak ada
0
20
101
79
tidak ada
0
27
121
112
tidak ada
0
20
82
43
tidak ada
0
23
102
80
tidak ada
0
21
122
113
tidak ada
0
24
83
50
tidak ada
0
28
103
83
tidak ada
0
23
123
115
tidak ada
0
23
84
51
tidak ada
0
16
104
85
tidak ada
0
25
124
116
tidak ada
0
9
85
55
tidak ada
0
21
105
87
tidak ada
0
15
125
117
tidak ada
0
9
86
58
tidak ada
0
17
106
89
tidak ada
0
21
126
118
tidak ada
0
9
87
59
tidak ada
0
25
107
90
tidak ada
0
16
127
120
tidak ada
0
23
88
60
tidak ada
0
25
108
91
tidak ada
0
20
128
121
tidak ada
0
24
89
61
tidak ada
0
24
109
93
tidak ada
0
23
129
122
tidak ada
0
17
90
62
tidak ada
0
16
110
94
tidak ada
0
23
130
125
tidak ada
0
26
91
63
tidak ada
0
22
111
95
tidak ada
0
22
131
126
tidak ada
0
24
92
64
tidak ada
0
23
112
99
tidak ada
0
12
132
129
tidak ada
0
24
93
66
tidak ada
0
23
113
100
tidak ada
0
27
133
130
tidak ada
0
23
94
68
tidak ada
0
24
114
102
tidak ada
0
23
134
134
tidak ada
0
21
Data Responden Berdasarkan Usia, Masa Kerja dan Pendapatan Perbulan
No.
Usia
Masa Kerja
Pendapatan Perbulan
26
33
3 tahun
Rp. 3.500.000
52
48
19 tahun
Rp. 5.000.000
1
46
18 tahun
Rp. 4.000.000
27
48
25 tahun
Rp. 3.200.000
53
40
14 tahun
Rp. 8.000.000
2
38
10 tahun
Rp. 2.000.000
28
47
18 tahun
Rp. 5.000.000
54
47
20 tahun
Rp. 9.250.000
3
38
10 tahun
Rp. 2.300.000
29
49
28 tahun
Rp. 6.800.000
55
38
20 tahun
Rp. 2.200.000
4
43
13 tahun
Rp. 6.500.000
30
56
30 tahun
Rp. 4.000.000
56
24
6 tahun
Rp. 1.900.000
4 tahun
Rp. 1.300.000
57
32
II tahun
Rp. 2.600.000
5
64
10 tahun
Rp. 5.000.000
31
27
6
27
1 tahun
Rp. 2.000.000
32
45
15 tahun
Rp. 2.600.000
58
24
4 tahun
Rp. 2.000.000
7
37
4 tahun
Rp. 7.300.000
33
22
1 bulan
Rp. 1.300.000
59
50
22 tahun
Rp. 5.000.000
27
3 tahun
Rp. 1.600.000
60
36
6 tahun
Rp. 2.000.000
Rp. 3.500.000
61
37
10 tahun
Rp. 2.200.000
8
49
27 tahun
Rp. 5.200.000
34
9
21
1 tahun
Rp. 1.200.000
35
29
8 tahun
10
29
5 tahun
Rp. 2.100.000
36
38
13 tahun
Rp. 1.600.000
62
22
7 bulan
Rp. 1.700.000
11
22
3 tahun
Rp. 1.000.000
37
27
2 tahun
Rp. 2.000.000
63
46
14 tahun
Rp. 2.500.000
12
31
7 tahun
Rp. 1.300.000
38
24
2 tahun
Rp. 1.800.000
64
44
14 tahun
Rp. 2.500.000
13
36
8 tahun
Rp. 1.500.000
39
27
6 bulan
Rp. 2.800.000
65
52
28 tahun
Rp. 4.500.000
14
37
10 tahun
Rp. 7.000.000
40
23
6 bulan
Rp. 1.800.000
66
41
15 tahun
Rp. 2.300.000
15
28
2 tahun
Rp. 3.000.000
41
47
20 tahun
Rp. 12.800.000
67
31
5 tahun
Rp. 2.450.000
16
43
10 tahun
Rp. 3.300.000
42
41
6 tahun
Rp. 5.000.000
68
45
14 tahun
Rp. 2.000.000
17
49
8 tahun
Rp. 4.000.000
43
33
9 bulan
Rp. 1.300.000
69
43
10 tahun
Rp. 2.000.000
18
25
2 tahun
Rp. 1.300.000
44
37
11 tahun
Rp. 4.200.000
70
32
11 tahun
Rp. 1.740.000
36
11 tahun
Rp. 4.500.000
71
41
17 tahun
Rp. 3.200.000
19
33
7 bulan
Rp. 1.700.000
45
20
25
3 tahun
Rp. 1.500.000
46
38
13 tahun
Rp. 3.100.000
72
41
14 tahun
Rp. 5.000.000
21
36
4 tahun
Rp. 2.000.000
47
34
8 tahun
Rp. 5.700.000
73
39
11 tahun
Rp. 3.000.000
52
27 tahun
Rp. 4.200.000
74
52
27 tahun
Rp. 3.000.000
Rp. 6.000.000
75
46
20 tahun
Rp. 4.300.000
22
26
6 tahun
Rp. 1.300.000
48
23
44
6 tahun
Rp. 1.200.000
49
50
18 tahub
24
47
20 tahun
Rp. 4.000.000
50
36
10 tahun
Rp. 2.800.000
76
33
5 tahun
Rp. 2.000.000
25
45
10 tahun
Rp. 3.000.000
51
32
7 tahun
Rp. 2.900.000
77
42
22 tahun
Rp. 12.000.000
78
28
6 tahun
Rp. 1.500.000
97
43
23 tahun
Rp.5.300.000
116
48
16 tahun
Rp. 2.000.000
79
40
9 tahun
Rp. 2.300.000
98
53
28 tahun
Rp. 3.700.000
117
55
30 tahun
Rp. 2.500.000
80
36
2 tahun
Rp. 1.800.000
99
48
26 tahun
Rp. 2.800.000
118
51
30 tahun
Rp. 2.500.000
81
39
17 tahun
Rp. 3.100.000
100
29
6 tahun
Rp. 1.500.000
119
40
5 tahun
Rp. 4.000.000
82
46
10 tahun
Rp. 3.500.000
101
28
11 tahun
Rp. 3.005.000
120
48
18 tahun
Rp. 4.000.000
83
53
12 tahun
Rp. 2.400.000
102
35
4 tahun
Rp. 2.500.000
121
39
13 tahun
Rp. 3.000.000
84
26
2 tahun
Rp. 4.700.000
103
50
20 tahun
Rp. 4.600.000
122
47
18 tahun
Rp. 4.000.000
85
26
6 bulan
Rp. 1.500.000
104
27
10 tahun
Rp. 1.725.000
123
49
22 tahun
Rp. 6.000.000
86
51
20 tahun
Rp. 5.000.000
105
45
15 tahun
Rp. 3.000.000
124
51
28 tahun
Rp. 5.500.000
87
48
14 tahun
Rp. 3.131.000
106
43
14 tahun
Rp. 4.050.000
125
36
8 tahun
Rp. 2.100.000
88
40
15 tahun
Rp. 5.300.000
107
51
25 tahun
Rp. 3.000.000
126
40
12 tahun
Rp. 3.000.000
89
24
17 tahun
Rp. 1.600.000
108
29
6 tahun
Rp. 1.600.000
127
24
2 tahun
Rp. 2.100.000
90
28
5 tahun
Rp. 1.500.000
109
68
12 tahun
Rp. 2.000.000
128
23
1 tahun
Rp. 1.900.000
91
33
8 tahun
Rp. 2.000.000
110
34
5 tahun
Rp. 3.500.000
129
53
21 tahun
Rp. 4.700.000
92
49
11 tahun
Rp. 3.700.000
111
52
24 tahun
Rp. 9.000.000
130
44
20 tahun
Rp. 2.000.000
93
46
25 tahun
Rp.3.475.000
112
38
17 tahun
Rp. 5.000.000
131
30
8 tahun
Rp. 3.200.000
94
40
10 tahun
Rp. 2.400.000
113
30
8 tahun
Rp. 1.500.000
132
50
17 tahun
Rp. 4.900.000
95
22
1 bulan
Rp. 1.300.000
114
31
1 tahun
Rp. 3.900.000
133
41
12 tahun
Rp. 7.000.000
96
35
11 tahun
Rp. 3.500.000
115
50
27 tahun
Rp. 3.000.000
134
30
10 tahun
Rp. 1.500.000