HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN KECENDERUNGAN BODY DYSMORPHIC DISORDER PADA SISWA YPAC PALEMBANG Rina Oktaviana Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Jalan A. Yani No. 12 Palembang Surel:
[email protected]
Abstract : The aim of the study was to examine the relationship between self-esteem and tendency of BodyDysmorphic Disorder (BDD) in female adolescents. Self-esteem is the attitudinal, evaluativecomponent of the self, the affective judgments placed on the self-concept consisting of feelings ofworth and acceptance which are developed and maintained as a consequence of awareness ofcompetence and feedback from the external world. BDD is a psychiatric disorder characterizedby a preoccupation with an imagined or slight defect causes significant distress or impairment infunctioning. The subjects of the research comprise 83 students of YPAC Palembang whose ages between 13-17 (N=100). The instrument used to collect data for the dependent variable is Self-Esteem Questionnaire et.al. that consist 44 items. And the instrument used to collect data for the tendency of body dysmorphic disorder consisting 47 favorable items. The collected Data were analyzed by Pearson product moment correlation using SPSS 18.0 statistical analysis program.The results showed that there were significant relationship between self esteem and tendency of BDD. The higher self-esteem so the lower tendency of BDD and vice versa,the lower self-esteem so the higher tendency of BDD.self-esteem, tendency of body dysmorphic disorder, female adolescents. Keyword :self esteem,body smorphic disorder, YPAC Student Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antaraself-esteem dengan kecenderungan Body Dysmorphic Disorder pada siswa YPAC Palembang. Self-esteem merupakan penilaian individu mengenai dirinya yang diekspresikan melalui perilakunya sehari-hari. Body dysmorphic disorder merupakan bentuk gangguan mental yang mempersepsi tubuh dengan ide-ide bahwa dirinya memiliki kekurangan dalam penampilan sehingga kekurangan itu membuatnya tidak menarik dan menyebabkan distress serta gangguan dalam fungsi kehidupan. Penelitian ini dilakukan pada siswa YPAC Palembang yang berusia 13-17 tahun dengan jumlah subyek penelitian sebanyak 83 orang (N=100). Alat pengumpul data berupa kuesioner self-esteem yang terdiri dari 44 dan alat ukur kecenderungan body dysmorphic disorder yang terdiri dari 47 butir item yang di susun sendiri oleh peneliti. Analisis data dilakukan dengan teknik statistic korelasi product moment dari pearson dengan bantuan program statistic SPSS 18.0 for windows. Dari hasil analisis data penelitian diperoleh nilai korelasi antara self-esteem dengan kecenderungan body dysmorphic disorder sebesar 0,571 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 (r=-0,571, p=0,000). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara self esteem dengan kecenderungan body dysmorhic disorder. Semakin tinggi self-esteem maka semakin rendah kecenderungan body dysmorphic disorder dan sebaliknya. Kata Kunci: self-esteem, kecenderungan body dysmorphic disorder, siswa YPAC
1. PENDAHULUAN
citra mereka (Santrock, 2003). Pada umumnya
Masa remaja disebut juga masa pubertas
manusia akan mengalami masa perkembangan
dimana perkembangan fisik berlangsung cepat
yang memberikan perubahan pada fisik maupun
yang menyebabkan remaja menjadi sangat
secara penampilan yang merupakan fase yang
memperhatikan tubuh mereka dan membangun
pasti dilewati pada masa puber khususnya pada masa remaja. Adapun ciri dari perubahan yang
Hubungan Antara Self Esteem dengan Kecenderungan Body Dysmorphic Disorder...... (Rina Oktaviana)
53
signifikan itu terlihat pada bentuk dan ukuran
(bisa jadi berawal sejak masa kecil, namun
tubuh. Di samping mempengaruhi semua bagian
selama ini tidak pernah terdeteksi).
tubuh,baik internal maupun eksternal,perubahan
Individu dengan gangguan seperti ini
fisik masa puber juga mempengaruhi kondisi
terpaku pada ketidaksempurnaan fisik yang
fisik
dibayangkan atau dibesar-besarkan dalam hal
dan
berlangsung
psikologi sementara,
remaja.Walaupun pengaruh
itu
penampilan
mereka.
Mereka
dapat
menimbulkan perubahan pada kepribadian,sikap
menghabiskan waktu berjam-jam di depan
dan pola tingkah laku (Al-Mighwar, 2006).
cermin dan mengambil tindakan yang ekstrim untuk mencoba memperbaiki kerusakan yang
Biasanya remaja khawatir akan bagian fisik yang kelihatan berbeda, remaja melihat bahwa salah satu ciri fisik tertentu sangat kurang,tidak semestinya,atau tidak sesuai dengan kelompoknya,dan dia melebih-lebihkan keadaan
dipersepsikan, seperti menjalani operasi plastik yang tidak dibutuhkan, menarik diri secara sosial atau bahkan diam di rumah saja, sampai pada pikiran-pikiran untuk bunuh diri (Nurzakiyah, 2010)
ini. Kekhawatiran ini memang banyak dialami pada remaja yang mengalami masa puber baik pada laki-laki maupun pada perempuan.
sudah menjadi fenomenal yang umum yang biasa body dysmorphic disorder
(Taylor, 2003). Tingkat perubahannya sejajar dengan tingkat perubahan fisik yang disertai perubahan hormonal. Salah satu aspek psikologis yang
menyertainya
adalah
remaja
sangat
memperhatikan penampilan fisik mereka.
biasanya disebut gangguan dismorfik tubuh merupakan salah satu jenis dari gangguan somatoform. Bodydysmorphic disorder ditandai oleh kepercayaan yang salah atau persepsi yang berlebihan bahwa suatu bagian tubuh mereka mengalami ketidaksempurnaan atau kecacatan (Kaplan & Sadock,2010). Menurut Phillips (2009),seorang peneliti yang khusus meneliti body
dysmorphic
disorder,
pada
umumnya mulai tampak ketika seorang individu dalam masa remaja atau pun awal masa dewasa
54
dasar,
yakni
;Hypochondriasis,
Conversion Disorder, Pain Disorder dan body dysmorphic disorder. Body dysmorphic disorder (BDD) adalah suatu preokupasi dengan suatu cacat
tubuh
yang
dikhayalkan
(sebagai
contohnya, jari tangan yang tidak lengkap) atau penonjolan distorsi dari cacat yang minimal atau kecil (Kaplan & Sadock, 2010). Menurut
Body Dysmorphic Disorder atau yang
masalah
somatoform
Somatization Disorder (Gangguan Somatisasi),
Ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh
disebut dengan
DSM-IV menyebutkan lima gangguan
Morselli(Nurzaakiyah,2010)
tidak semua orang yang memperhatikan atau mengkhawatirkan penampilan, dapat langsung dikategorikan sebagai body dysmoprhic disorder. Ada beberapa karakteristik dari remaja yang mengalami kecenderungan body dysmorphic disorder; a) Rendahnya self-esteem dan konsep diri negatif ;b) Menghabiskan 1 sampai 3 jam setiap hari untuk mengurusi penampilan ; c) Menghindari situasi sosial dan penurunan fungsi sosial. d) Disertai simtom depresi. Pada
umumnya,
penderita
body
dysmorphic disorder tidaklah buruk seperti apa Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.7 No.2 Desember 2013: 53-62
yang mereka pikirkan dan nilai. Bahkan, mereka
Berbagai
penelitian
berkaitan
Namunpenderita
disorder
kecenderungan body dysmorphic disorder dalam
biasanya menunjukkan sikap pemalu, sulit
bidang klinis, perkembangan maupun sosial dari
menjalin kontak mata, dan komunikasi. Mereka
segi yang diteliti maupun sampel yang dijadikan
seringkali
objek penelitian, maupun teknik yang digunakan.
dysmorphic
bertingkah
ekstrim
untuk
self
dilakukan
tampak seperti orang-orang kebanyakan lainnya. body
dengan
yang esteem
dengan
mengkamuflase atau menutupi apa yang mereka Penelitian yang terkait dengan harga diri
anggap kekurangan yang memalukan. Salah
satu
faktor
yang
dianggap
memiliki peran penting dalam berkembangnya body dysmorphic disorder adalah self esteem (Phillips,dkk 2010).
Ketidakpuasan terhadap
tubuh memiliki hubungan signifikan dengan self
penelitian
ini
adalah
untuk
mengetahui hubungan antara Harga Diri dengan Kecenderungan Body Dysmorphic Disorder Pada
Penelitian ini diharapkan dapat menambah dalam
melakukan
penelitian
dengan
judul
Hardiness, Harga Diri, Dukungan Sosial dan Depresi Pada Remaja Penyitas Bencana di Yogyakarta. Populasi penelitian adalah siswa
bidang
Bantul Yogyakarta yang berusia 13-15 tahun. Metode pengumpulan data menggunakan Skala Hardiness, Skala Harga Diri, Skala Dukungan Sosial dan Skala beck deperssion inventory
Siswa YPAC Palembang.
khasanah
yang
SMP, sedangkan sampel 149 siswa SMPN 2
esteem (Mirza, dkk., 2005). Tujuan
dilakukan oleh Munawarah & Retnowati (2010)
psikologi
klinis,
psikologi perkembangan dan psikologi sosial yang dapat dijadikan sebagai referensi bagi
(BDI). Metode analisis data menggunakan analisis regresi ganda dan korelasi parsial. Hasil analisis regresi ganda menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kepribadian tangguh, harga diri, dukungan social dengan
penelitian selanjutnya.
depresi, dengan koefisien korelasi sebesar 0,418 1. Manfaat Teoritis :
dan p= 0,018 (p < 0.05). penelitian
Hasil
penelitian
memberikan psikologi, psikologi
diharapkan
sumbangan khususnya
dapat
bagi
ilmu
psikologi
klinis,
perkembangan
dan
psikologi
sosial.
Hasil
penelitian
dilakukan
oleh
Rahmania P.N & Ika Y.C bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara self-esteem
dengan
kecenderungan
body
dysmorphic disorder (BDD) pada siswa sekolah. Self-esteem
2. Manfaat Praktis :
lainyang
merupakan
penilaian
individu
mengenai dirinya yang diekspresikan melalui ini
diharapkan
dapat
perilakunya
sehari-hari.
Body
dysmorphic
bermanfaat untuk memecahkan masalah
disorder (BDD) merupakan bentuk gangguan
yang berhubungan dengan harga diri, Secara
mental yang mempersepsi tubuh dengan ide-ide
khusus bagi penderita Body Dysmorphic
bahwa dirinya memiliki kekurangan dalam
Disorder.
penampilan
sehingga
kekurangan
itu
Hubungan Antara Self Esteem dengan Kecenderungan Body Dysmorphic Disorder...... (Rina Oktaviana)
55
membuatnya tidak menarik dan menyebabkan
komorbiditas, dengan kekhawatiran dismorfik
distress serta gangguan dalam fungsi kehidupan.
tubuh mereka yang berhubungan dengan berat
Penelitian ini dilakukan pada remaja putri yang
badan
berusia 15-18 tahun yang berstatus sebagai siswa
prevalensi adalah 15,0%. Ada prevalensi tinggi
sekolah menengah atas dengan jumlah subyek
ketidakpuasan dengan fitur tubuh nonweight
penelitian sebanyak 100 orang (N= 100).Alat
terkait seperti kulit, rambut,gigi, hidung, dan
pengumpul data berupa kuesioner Self-Esteem
tinggi(20,8-53,5%).
Questionnaire (SEQ) yang terdiridari 42 yang
2. METODOLOGI PENELITIAN
dan
bentuk.
BDD
seumur
hidup-
disusun oleh Dubois, dkk. dan alat ukur kecenderungan BDD yang terdiri dari 38 butir
2.1. Identifikasi Variabel Penelitian
item. Analisis data dilakukan dengan teknik
1. Variabel Tergantung
statistik korelasi product moment dari Pearson
Dysmorphic Disorder
dengan bantuan program statistik SPSS 16.0 for
2. Variabel Bebas
windows. Dari hasil analisis data penelitian diperoleh dengan
nilai
korelasi
kecenderungan
antara
self-esteem
body
dysmorphic
disorder sebesar -0,405 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 (r=-0,405, p=0,000). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan
antara
kecenderungan
body
selfesteem
dengan
dysmorhic
disorder.
Semakin tinggi self-esteem maka semakin rendah kecenderungan BDD dan sebaliknya. Penelitian
dari
luar
mengenai
Comorbidity of Body Dysmorphic Disorder and Eating Disorders: Severity of Psychopathology and Body Image Disturbance oleh Jessica S. Ruffolo, PhD (2006) ikut mendukung penelitian
: Kecenderungan Body
: Self Esteem
2.2. Definisi Operasional 1.
Self Esteem
Istilah self-esteem yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan harga diri, coba dijabarkan oleh beberapa tokoh kedalam suatu pengertian. Tokoh-tokoh tersebut diantaranya; Baron dan Byrne (Gerald, 2010) menyebut harga diri sebagai penilaian terhadap diri sendiri yang dibuat
individu
dan
dipengaruhi
oleh
karakteristik yang dimiliki orang lain dalam menjadi pembanding. Sedangkan Harper (2002) memberikan pengertian tentang harga diri adalah penilaian diri yang dipengaruhi oleh sikap, interaksi, penghargaan, dan penerimaan orang lain terhadap individu.
mengenai gangguan dismorfik tubuh. Prevalensi dari body dysmorphic disorder (BDD) pada
Self
individudengan
menggunakan skala Self Esteem yang mengacu
Seratusorang inapdengan
gangguan denganEDS(49
makan(EDS).
Esteem
ini
akan
diukur
dengan
pasien
rawat
pada Coopersmith (Miratna,2008) yaitu empat
anoreksianervosa,51pasien
rawat
aspek yang terbagi menjadi ; a). Kekuasaan
inap dengan bulimia nervosa) selesai wawancara
(power) Kemampuan
terstruktur diagnostik dan kuesioner laporan diri.
mengontrol
Hasil
orang
Keberartian (significance) Adanya kepedulian,
BDD
penilaian, dan afeksi yang diterima individu dari
menunjukkan
denganEDS(12,0%)
56
12 menderita
tingkah
untuk mengatur laku
orang
lain,
dan b).
Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.7 No.2 Desember 2013: 53-62
orang lain, c). Kebajikan (virtue) Ikuti standar
yang
moral dan etika, ditandai oleh ketaatan untuk
dysmorphic disorder. Subjek telah memenuhi
menjauhi tingkah laku yang tidak diperbolehkan,
karakteristik yang dipakai dalam penelitian ini
d).
Kemampuan
(competence)
Sukses
Kecenderungan Body Dysmorphic Disorder (BDD),
sampel
subjek
penelitian
menggunakan
teknik
Purposive
Pengambilan
sampel
dengan
memungkinkan Istilah Body Dysmorphic Disorder
kecenderungan
body
dengan jumlah populasi sebanyak 83 orang. Pengambilan
memenuhi tuntutan prestasi.
2.
mengalami
subjek
yang
ini
Sampling. cara
ini
memenuhi
karakteristik tertentu mempunyai kesempatan
secara formal juga tercantum dalam Diagnostic
untuk dijadikan sampel.
and Statistic Manual of Mental Disorder (4th
Adapun karakteristik populasi dalam penelitian
Ed), untuk menerangkan kondisi seseorang yang
ini adalah sebagai berikut :
terus menerus memikirkan kekurangan fisik
1). Para siswa YPAC Palembang
minor atau bahkan imagine defect. Akibatnya,
2). Usia siswa antara 13-17 tahun
individu itu tidak hanya merasa tertekan, bahkan
3). Tidak dalam penangan dokter
kondisi tersebut melemahkan taraf berfungsinya
Berdasarkan karakteristik diatas maka
individu dalam kehidupan sosial, pekerjaan atau
dengan menggunakan pertimbangan tersebut,
bidang kehidupan lainnya (misalnya, kehidupan
dari jumlah populasi sebanyak 83 orang dapat
keluarga dan perkawinan).
diambil sampel sebanyak 70 orang dan jumlah
Kecenderungan Body Dysmorphic Disorder ini
Try Out sebanyak 13 orang.
akan
diukur
dengan
menggunakan
skala
Kecenderungan Body Dysmorphic Disorder yang
2.5.
Metode Pengumpulan Data
mengacu pada teori Rosen (Nevid, 2005), yaitu : a). Aspek Pikiran (Kognitif), b). Aspek Perasaan
Metode pengumpulan data yang digunakan
(Afeksi), c). Aspek Perilaku (Behavioral), dan
dalam penelitian ini adalah metode skala.
d). Hubungan Sosial.
skala body dysmorphic disorder dan skala self esteem menggunakan Rating Scale yang
2.3.
Hipotesis
Ada hubungan antara self esteem dengan kecenderungan body dysmorphic disorder pada siswa YPAC Palembang. 2.4.
Populasi Dan Sampling
masing-masingnya terdiri dari 40 pernyataan dan menggunakan 4 kategori jawaban yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kadangkadang (KK) dan Tidak Setuju (TS). 1.
Skala Body Dysmorphic Disorder
Menurut Hadi (2004) populasi adalah sejumlah individu yang memiliki ciri-ciri atau sifat sama
Data untuk body dysmorphic disorder
dalam kesibukan penelitian. Populasi dalam
diperoleh dengan menggunakan skala body
penelitian ini adalah siswa YPAC Palembang
dysmorphic disorder yang dibuat sendiri oleh
Hubungan Antara Self Esteem dengan Kecenderungan Body Dysmorphic Disorder...... (Rina Oktaviana)
57
penulis dengan memodifikasi aspek-aspek body
Pengujian validitas aitem-aitem alat ukur
dysmorphic disorder Rosen (Nevid,2005) tetang
dalam penelitian ini menggunakan teknik Alpha
aspek-aspek body dysmorphic disorder sebagai
Cronbach. Melihat indeks daya beda aitem
berikut: 1) Pikiran (Kognitif); 2) Perasaan
dapat ditemukan aitem-aitem yang gugur dan
(Afeksi); 3) Perilaku (Behavioral); 4) Hubungan
aitem-aitem yang layak digunakan dalam
Sosial.
penelitian. Penelitian konsistensi aitem total akan
2. Skala Self Esteem Data
menghasilkan
koefisiensi
korelasi
aitem total atau daya beda aitem dengan
untuk
self
esteem
dengan
menghitung koefisiensi korelasi antara skor
menggunakan skala self esteem yang dibuat
subjek pada aitem yang bersangkutan dengan
sendiri oleh penulis dengan memodifikasi aspek-
skor total tes (koefisiensi aitem total).
aspek self esteem Coopersmith (Mirtana, 2008) yaitu : 1) Kekuasaan (power); 2) Keberartian (significance);
3)
Kebajikan
(virtue);
Pengukuran validitas aitem dapat dikatakan valid jika p≤0,05 (Sugiono, 2005).
4)
Kemampuan (competence).
2. Reliabilitas Reliabilitas
2.
Validitas dan Reliabilitas
merupakan
kemampuan
pengukur, sejauh mana memberikan hasil yang
Salah satu masalah utama dalam kegiatan
relatif tidak berbeda apabila dilakukan pada
penelitian sosial adalah cara memperoleh data
subjek yang sama (Azwar, 2004). Besarnya
yang akurat dan objektif. Hal ini menjadi sangat
koefisien
penting karena kesimpulan penelitian hanya
dengan 1,00. Bila koefisien reliabilitas semakin
dapat
mendekati 1,00 berarti terdapat konsistensi hasil
dipercaya
apabila
didasarkan
pada
reliabilitas
berkisar
0,00
sampai
informasi yang dapat dipercaya (Azwar, 2006).
ukur yang semakin sempurna (Azwar, 2004).
Dengan memperhatikan kondisi ini maka tampak
Analisis
bahwa peran alat pengumpulan data dalam
reliabilitas dalam penelitian ini adalah Alpha
mengungkap
diukur,
Cronbach (Hadi, 2004) dengan alasan: (1) jenis
tergantung pada validitas dan reliabilitas alat
data kontinu; (2) tingkat kesukaran seimbang; (3)
ukur yang digunakan.
merupakan tes kemampuan (power test), bukan
kondisi
yang
ingin
1. Validitas
yang
digunakan
untuk mengukur
tes kecepatan (speed test).
Keaslian aitem dinyatakan secara empiris
Dalam hal ini koefisiensi reliabilitas alat ukur
oleh suatu koefisien validitas tertentu. Selain
kekerasan dalam rumah tangga dan perilaku
itu Azwar (2004) menyatakan bahwa aitem
asertif dihitung dengan menggunakan teknik
layak jika, koefisien aitem total atau corrected
koefisiensi alpha cronbach yaitu untuk melihat
aitem total correlation>0,3.
korelasi dua variabel yang memilki panjang yang tidak
58
sama.
Reliabilitas
dinyatakan
oleh
Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.7 No.2 Desember 2013: 53-62
koefisien reliabilitas yang angkanya berada
Suatu alat tes dicobakan berulang kali pada
dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00. Azwar
subjek yang sama sehingga mendapatkan skor
(2006) semakin tinggi koefisien reliabilitas
yang sama atau relatif sama. Besar koefisien
mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi
reliabilitas berkisar antara 0,00 sampai dengan
reliabilitas, sebaliknya koefisien yang semakin
1,00 dan tidak ada patokan pasti. Jika koefisien
rendah mendekati 0 berarti semakin rendah
reliabilitas semakin mendekati 1,00 berarti
reliabilitasnya.
terdapat konsistensi hasil ukur yang semakin
3.
sempurna (Azwar, 1999). Uji reliabilitas pada
Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian
skala kecenderungan self esteem menunjukkan
ini adalah analisis statistik. Sebelu dilakukan uji
nilai reliabilitas alpha sebesar 0,941 sedangkan
hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat
untuk uji reliabilitas pada skala body dysmorphic
meliputi (1) uji normalitas dan (2) uji linearitas.
disorder menunjukkan reliabilitas sebesar 0,956. Dengan demikian kedua skala tersebut dapat
2.
HASIL
dikatakan memiliki konsistensi hasil ukur yang baik karena nilai reliabilitasnya mendekati 1,00.
A. Hasil Coba Alat Ukur Berdasarkan data yang diperoleh melalui tahap
B.
Hasil Uji Asumsi
uji coba alat ukur, selanjutnya dilakukan uji
Berdasarkan hasil disimpulkan bahwa
validitas dan reliabilitas. Perhitungan untuk
data variabel Kecenderungan Body Dysmorphic
menguji validitas dan reliabilitas terhadap kedua
Disorder dikatakan normal karena skor KS-Z=
skala dilakukan dengan bantuan komputer
..930 ; p= . 353 dimana p>0,05. Selanjutnya
program statistik SPSS (Statistical Package For
variabel Self Esteem dikatakan berdistribusi
Social Science) versi 18,00 for windows.
normal karena skor yang ada pada KS-Z= . 427;
Skala kecenderungan body dysmorphic disorder
p= . 993 dimana p>0,05. Berdasarkan hasil uji linieritas antara
terdiri dari 60 aitem, kemudian terpilih 47 aitem yang valid dan 13 aitem yang gugur yaitu aitem
variabel
Kecenderungan
nomor 3, 5, 9, 11, 20, 22, 31, 33, 49, 50, 55, 59,
Disorder dengan Self Esteem berhubungan
60. Selanjutnya aitem-aitem yang valid disusun
secara linier, dilihat dari kolom P yang nilainya
kembali menjadi skala penelitian.
P=0,000,
berarti
Body
hipotesis
Dysmorphic
yang
diajukan
diterima. Selanjutnya, analisis data dengan Skala self esteem dari 60 aitem yang disajikan,
statistik parametrik dapat dilakukan.
terpilih 44 aitem yang layak untuk digunakan sebagai aitem penelitian, dan 16 aitem yang gugur 1, 2, 3, 20, 21, 25, 34, 41, 42, 48, 50, 54, 55, 59, 60. Selanjutnya aitem-aitem yang valid disusun kembali menjadi skala penelitian.
C. Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan
hasil
yang
diperoleh
bahwa
besarnya koefisien korelasi antara variabel Body Dysmorphic Disorder dengan Self Esteem
Hubungan Antara Self Esteem dengan Kecenderungan Body Dysmorphic Disorder...... (Rina Oktaviana)
59
R=0,571, R2=0,326 dengan F=29,603, dan
di
p=0,000 dimana p<0,01. Hal ini menunjukkan
Sebaliknya jika semakin rendah self esteem pada
bahwa ada hubungan yang sangat signifikan
siswa yang mengalami kecenderungan body
antara
Dysmorphic
dysmorphic disorder maka akan semakin tinggi
Disorder dengan Self Esteem pada siswa YPAC
kecenderungan body dysmorphic disorder yang
Palembang.
dimiliki oleh para siswa YPAC Palembang.
Kecenderungan
Body
Hasil uji hipotesis pada penelitian ini
alami
oleh
siswa
YPAC
Palembang.
Besarnya nilai sumbangan kecenderungan body
menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat
dysmorphic
signifikan
dengan
ditunjukan dari hasil analisis pada tabel model
kecenderungan body dysmorphic disorder pada
summary dimana sumbangan efektif kompetensi
siswa YPAC Palembang (r=0,571) p = 0,000
interpersonal (R square) yaitu sebesar 0,326
(P<0,01).
kecenderungan
antara
self
esteem
Selanjutnya, besarnya sumbangan
disorder
body
terhadap
self
dysmorphic
esteem
disorder
oleh
variabel
memberikan sumbangan efektif sebesar 32,6%
dysmorphic
disorder
terhadap self esteem, sementara sisanya 67,4%
terhadap self esteem adalah sebesar 32,6% (R 2 =
faktor lain yang mempengaruhi self esteem.
0,326).
Hasil
efektif
yang
kecenderungan
diberikan body
lain
yang
peneliti
dapatkan
dalam
penelitian ini adalah distribusi normal. Lalu D. Pembahasan
kemudian peneliti memanfaatkan deskripsi data
Penelitian ini menggunakan teknik regresi
penelitian untuk mengetahui bahwa data self
sederhana
menguji
esteem dan kecenderungan body dysmorphic
hipotesis tentang adanya hubungan antara self
disorder termasuk tinggi atau rendah dengan
esteem dengan kecenderungan body dysmorphic
membuat
disorder pada siswa YPAC Palembang. Setelah
berdasarkan tabel frekuensi.
melalui analisis pengolahan data diperoleh hasil
Berdasarkan
yang
yang
bertujuan
untuk
mendukung hipotesis tersebut. Hasil
dilakukan
kategori
dalam
masing-masing
pengelolaan penelitian
variabel
data ini
yang
peneliti
analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
melakukan kategorisasi terhadap siswa YPAC
hipotesis tersebut terbukti melalui nilai koefisien
Palembang yang mengalami kecenderungan
korelasi yang diperoleh r= 0,571 dan taraf
body dysmorphic disorder. Dari 70 orang siswa
signifikansi p=0,000 P<0,01. Hal ini berarti
YPAC Palembang, terdapat 34 orang siswa
bahwa adanya hubungan yang sangat signifikan
(48,57%)
antara self esteem dengan
kecenderungan body
dysmorphic disorder, dan ada 36 orang siswa
pada siswa YPAC
(51,43%) yang tidak mengalami kecenderungan
dysmorphic disorder
body dysmorphic disorder, dari hasil kategorisasi
Palembang. Semakin tinggi self esteem pada siswa yang
mengalami
mengalami kecenderungan body
kecenderungan
body
dysmorphic disorder maka semakin rendah
diatas disimpulkan bahwa rata-rata para siswa YPAC Palembang mengalami kecenderungan body dysmorphic disorder.
kecenderungan body dysmorphic disorder yang
60
Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.7 No.2 Desember 2013: 53-62
Berdasarkan dilakukan
dalam
pengelolaan penelitian
data ini
yang
peneliti
yang
berarti
signifikan
ada
hubungan
antara
self
yang
sangat
esteem
dengan
melakukan kategorisasi terhadap self esteem
kecenderungan body dysmorphic disorder pada
pada siswa YPAC Palembang. Dari 70 orang
siswa YPAC Palembang. Dimana semakin tinggi
siswa yang dijadikan subjek penelitian, ada 39
kecenderungan body dysmorphic disorder maka
orang siswa atau 55,51% memiliki self esteem
akan semakin rendah self esteem pada siswa
yang tinggi dan terdapat 31 orang siswa atau
YPAC Palembang . Sebaliknya semakin rendah
44,29% memiliki self esteem yang rendah,
self
sehingga dapat disimpulkan bahwa self esteem
dysmorphic disorder semakin tinggi pada siswa
yang dimiliki rata-rata para siswa YPAC
YPAC Palembang.
Palembang yang memiliki kecenderungan body dysmorphic
disorder
makan
kecenderungan
body
3. Simpulan
Permasalahan
Berdasarkan hasil Berdasarkan hasil penelitian
mengenai self esteem pada siswa mengalami
yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat
body dysmorphic disorder merupakan masalah
ditarik kesimpulan
prediktor yang kesehatan fisik dan mental yang
hubungan yang sangat signifikan antara self
buruk
menghindari
esteem dengan kecenderungan body dysmorphic
keramaian dan mengalami penurunan fungsi
disorder pada siswa YPAC Palembang. Dengan
sosial pada diri mereka. Bagi individu yang
sumbangan
mengalami kecenderungan body dysmorphic
kecenderungan
disorder mereka melakukan hal ini karena takut
sebesar 32,6% .
dikarenakan
rendah.
esteem
mereka
sebagai
efektif body
self
berikut
:
ada
esteem
terhadap
dysmorphic
disorder
diperhatikan kekurangannya oleh orang lain, mereka juga mengalami penurunan kinerja hampir dalam semua aspek kehidupan. Ini akibat
DAFTAR PUSTAKA
dari pemikiran takut dianggap cacat oleh orang lain.
Sehingga
kecenderungan
individu body
yang
mengalami
dysmorphic
disorder
cenderung memiliki harga diri yang rendah. Berdasarkan
hasil
penelitian
diatas membuktikan bahwa fenomena yang terjadi pada siswa YPAC Palembang yang mengalami kecenderungan body dysrmophic disorder sesuai dan terbukti lebih banyak tingginya
kecenderungan
body
dysmorphic
disorder dan rendahnya self esteem yang dimiliki oleh para siswa YPAC Palembang. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima,
Al-Mighwar,M.(2006). Psikologi Bandung: Pustaka Setia
Remaja.
Azwar,S. (2006). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar Brem
(2001) A Study of Facial Dysmorphophobia. Psychiatric Bulletin, 19, Page 763-739
Cahyaningtiyas,LP. (2009). Hubungan antara kecerdasan emosi dengan ketidakpuasan sosok tubuh (body dissatisfaction) pada remaja putri. Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Di akses 28 september 2013 Ermanza,G.H. (2008). Hubungan harga diri dan citra tubuh pada remaja putri yang
Hubungan Antara Self Esteem dengan Kecenderungan Body Dysmorphic Disorder...... (Rina Oktaviana)
61
obesitas dari sosok menengah atas. Universitas Indonesia. Skripsi tidak diterbitkan
Veale, D & Neziroglu, F. (2010). Body Dysmorphic Disorder; A treatment manual. UK; Willey-Blackwel.
Erol, R.Y & Orth, U. (2011). Self-esteem development from age 14 to 30 years: A longitudinal study. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 101, No. 3, 607–619 Hadi, Sutrisno. (2004). Metodelogy Research I. Yogyakarta: Erlangga (2006). Metodelogy Research II. Yogyakarta: Erlangga Kaplan, M.D.,Saddock (2010). Sinopsis Psikatri. Jilid 2. Binarupa Aksara: Tanggerang Monks,dkk. (2004) Psikologi perkembangan pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Nurzakiyah,S. (2010). Efektivitas Teknik Selfmanagement dalam mereduksi Body Dysmorphic Disorder (BDD) Remaja. Skripsi pada program sarjana UPI. Bandung: Tidak diterbitkan Phillips, K.A. (2009). Understanding body dysmorphic disorder: An essential guide. NewYork: Oxford University PrEss. Rahmawati. (2008) Self Esteem. Diunggah dalam laman file.upi.edu/direkotri/FIP.Jur.Psikologi_Pe nd_dan_Bimbingan. Di undduh pada 29 September 2013. Rosen (nevid,2005) Body Dysmorphic Disorder diunduh dalam laman repository.gunadarma.ac.id/bitsream/1234 56789/3991/1. Di unduh 21 Oktober 2013 Santrock, J.W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga Sugiyono. (2007). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta Taylor (2003). Body Dysmorphic Disorder. Diunggah dalam laman thesis.binus.ac.id/asli/bab2. Pada 30 September 2003 Tiggeman, M (2005). Body Dysmorphic and adolescent self esteem. Body Image,2,129135
62
Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.7 No.2 Desember 2013: 53-62