PERANAN SELF-ESTEEM DAN BODY DISSATISFACTION DALAM MEMPREDIKSI KECENDERUNGAN EATING DISORDERS PADA PENARI BALLET Naily Zainab Bina Nusantara University, Jl. Kemanggisan Ilir No. 45 Kemanggisan – Palmerah, Jakarta 11480, Tel: (+62-21) 532-7630/Fax: (+62-21) 533-2985,
[email protected] Naily Zainab, Rani Agias Fitri M.Psi
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan self-esteem dan body dissatisfaction dalam memprediksikan kecenderungan eating disorders pada penari ballet di jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif serta merupakan penelitian korelasional prediktif dengan jumlah sample sebanyak 60 subjek. Subjek penelitian ini adalah penari ballet dengan profesi sebagai pelatih, asisten pelatih maupun murid dengan minimal grade intermediate. Pemilihan sample dengan metode purpossive sampling. Penyebaran data melalui try-out atau pilot terpakai dengan menggunakan kuisioner State Self-esteem Scale, MBSRQ, dan Eating Attitude Test-26 yang telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel self-esteem dan body dissatisfaction mampu memprediksikan kecenderungan eating disorders. Besar kontribusi dari kedua variabel bebas tersebut secara bersama-sama adalah sebesar 27,2%. Sedangkan secara parsial masing-masing variabel independent memiliki pengaruh yang signifikan terhadap eating disorders .Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa self-esteem dan body dissatisfaction mampu memprediksikan kecenderungan eating disorders pada penari ballet dengan hasil self-esteem yang tinggi pada subjek, serta body dissatisfaction yang sedang dan kecenderungan eating disorders yang rendah. (NZ) Kata Kunci Self-esteem, Body Dissatisfaction, Eating Disorders, Penari, Ballet
ABSTRACT This study aims to determine the role of self-esteem and body dissatisfaction in predicting the tendency eating disorders in ballet dancers in jakarta. Method used in this study is a quantitative method and a predictive correlational study with a number of samples of 60 subjects. Research subjects are ballet dancers with a profession as a coach, assistant coach or student with a minimum grade 6 (RAD), intermediate (Vaganova) and bronze (aTod). Selection of the sample use purposive sampling method. Data distribution through a try-out or unused pilot by using questioner State Selfesteem Scale, MBSRQ, and Eating Attitude Test-26, which has been adapted into Indonesian. The analysis used in this study is the multiple linear regression analysis. The results showed that selfesteem and body dissatisfaction is able to predict the tendency of eating disorders. The contribution of both independent variables together is equal to 27.2%. While partially each independent variable has a significant influence on tendency of eating disorders. Conclusion of this study is that self-esteem and body dissatisfaction is able to predict the tendency of eating disorders in ballet dancers with the result that high self-esteem on the subject, and body dissatisfaction are medium and tendency of eating disorders is low.
46
Keywords: Self-esteem, Body Dissatisfaction, Eating Disorders, Dancers, Ballet
Format tulisan utama terdiri atas 1 kolom rata kiri-kanan pada kertas A4. Batas tulisan dari kiri, kanan, atas, dan bawah 3 cm. Tulisan dalam Microsoft Word Times New Roman 10 dengan 1 spasi, 8 – 12 halaman.
PENDAHULUAN Tari merupakan salah satu cabang seni, dimana media ungkap yang digunakan adalah tubuh, oleh karena itu tubuh sebagai media ungkap sangat penting perannya bagi tari (Radar Banjarmasin, 2013). Adapun salah satu jenis tarian klasik adalah Ballet. Menurut Grant (1982; 2008) dan American Ballet Theatre, ballet adalah sebuah karya teater atau hiburan di mana koreografer mengungkapkan ide-idenya ke dalam sebuah tarian kelompok dan solo dengan diiringi oleh musik, disertai dengan kostum, pemandangan dan pencahayaan yang sesuai. Ballet identik dengan keanggunan dan keindahan gerakannya serta kelenturan tubuh, sehingga baik diajarkan sejak usia dini. Dalam dunia ballet klasik, instrumen bagi penari adalah tubuh mereka. Proporsi tubuh yang ideal sangat penting bagi penari ballet karena terlepas dari pertimbangan estetika, penting hal-nya memiliki tubuh proporsional agar mampu menanggung stress dan tekanan pada tubuh yang dibutuhkan pada saat latihan dan tampil. Penampilan tubuh umumnya akan lebih disadari oleh para penari ballet karena pada setiap latihan pakaian yang dipakai berupa pakaian ketat (stocking dan leotard) yang menunjukkan lekuk tubuhnya, menari di hadapan cermin sehingga secara tidak langsung akan terus melihat diri mereka sendiri dan rekan penari lainnya meembuat sadar akan bentuk tubuh mereka dan membandingkannya dengan penari lain. Company yang memperkerjakan para penari umumnya membuat persyaratan akan berat badan dan bentuk tubuh yang ideal, karena pada umumnya penari dengan bentuk badan yang lebih gemuk akan susah untuk mendapatkan peran di atas panggung (Nolan, 2011). George Balanchine, memperkenalkan norma yang dibuatnya yaitu “The Balanchine Body” atau “Anorexic Look” yakni persyaratan untuk para penari yaitu harus memiliki anggota tubuh yang panjang dengan tulang-tulang yang menonjol terutama tulang selangka, leher yang jenjang, serta tidak adanya payudara dan pinggul (Gordon, 1983; Benn & Walter, 2001; Kirkland, 1986). Beberapa pelatih serta pimpinan American Ballet Theatre mengadopsi norma Balanchine sehingga mereka tidak menoleransi bentuk tubuh selain tipe “Balanchine Body” tersebut. Bahkan ada pelatih yang mengharuskan penarinya untuk menurunkan berat badan dalam kurun waktu tiga minggu sehingga para penari umumnya mengambil jalan dengan tidak memakan apapun dan kemudian usahanya tersebut dihargai dengan peran dari ballet company. Para penari belajar sejak usia dini bahwa imbalan dan hukuman (reward dan punishment) didasarkan pada berat badan (Gordon, 1983). Bagi kebanyakan penari, dorongan untuk memiliki berat badan dan tubuh yang ideal serta sempurna menjadi tekanan untuk terus menjaga bentuk tubuhnya agar selalu kurus. Hal tersebut dapat menjadi salah satu faktor yang beresiko untuk mengembangkan kecenderungan eating disorders. Tekanan untuk menjadi kurus, untuk menjadi sempurna, dapat mendistorsi persepsi seseorang mengenai tubuhnya dan mengubah pikiran seseorang terhadap tubuhnya sendiri (Massachusetts psychologists, 2008). Eating disorders adalah pikiran mengenai diet, upaya untuk kurus dan obsesi terhadap makanan yang dapat menjadi ekstrem serta menimbulkan distress (Jones, Bennett, Olmsted, Lawson & Rodin, 2001; APA, 2005 dalam Hanisah, 2010). Eating disorders adalah segala bentuk karakteristik penyimpangan perilaku atau kebiasaan makan yang sangat parah, mengakibatkan konsumsi dan penyerapan makanan berubah serta secara signifikan mengganggu kesehatan fisik serta fungsi psikososial (Fairburn & Walsh, 1995). Polivy dan Herman (1987) mendefinisikan kecenderungan eating disorders sebagai perilaku makan yang tidak normal dan tidak sesuai dengan standar fisiologis serta sering diasosiasikan dengan adanya perhatian yang sangat besar pada berat badan. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 4th Edition (DSM-IV TR) mengklasifikasikan tiga jenis gangguan makan yaitu anorexia nervosa (AN), bulimia nervosa (BN), dan eating disorders not otherwise specified (EDNOS). (National Institute of Mental Health (NIMH), 2007).
47
Menurut DSM-IV, anoreksia nervosa dapat dicirikan sebagai “keengganan untuk memiliki dan mempertahankan berat badan normal, ketakutan yang berlebihan untuk menaikkan berat badan, dan tidak mengalami menstruasi selama 3 siklus berturut-turut. Bulimia nervosa digambarkan sebagai periode makan berlebihan yang berulang (binge eating) dan dilanjutkan dengan perilaku kompensasi (muntah, berpuasa, berolahraga, atau kombinasinya). Makan berlebihan disertai dengan perasaan subjektif kehilangan kontrol ketika makan. Muntah yang dilakukan secara sengaja atau berolahraga (exercise) secara berlebihan, serta penyalahgunaan pencahar, diuretik, amfetamin dan tiroksin (Chavez dan Insel, 2007). Diagnosa Eating disorders not otherwise specified (EDNOS) meliputi gangguan perilaku makan yang tidak memenuhi keseluruhan kriteria pada diagnosa anoreksia nervosa dan bulimia nervosa. Termasuk di dalamnya binge eating disorder. Menurut DSM-IV, kriteria binge eating disorder (BED) adalah periode makan yang berlebihan, sama seperti bulimia nervosa, tetapi yang membedakan binge eating disorder dengan bulimia nervosa ialah pada binge eating tidak melibatkan perilaku untuk melawan periode makan berlebihan tersebut, seperti memuntahkan kembali makanan, penggunaan obat pencahar dan berolahraga berlebihan. Sejumlah penelitian telah mengemukakan hal-hal yang berhubungan dan dapat menyebabkan eating disorders, salah satunya adalah self-esteem yang rendah (APA, 2011). Sejumlah laporan mendukung pendapat bahwa self-esteem yang rendah seringkali hadir sebelum timbulnya eating disorders, dan self-esteem yang rendah merupakan faktor risiko yang signifikan bagi bulimia dan anoreksia bahkan pada anak muda, anak perempuan usia sekolah (Ghaderi, 2001). Dalam penelitian yang dilakukan di Inggris pada pertengahan 2012 mengenai perbandingan state dan trait self-esteem, ditemukan bahwa penari ballet memiliki level self-esteem yang lebih rendah dibandingkan penari lainnya (Lovatt & Horncastle, 2012). Adapun definisi dari self-esteem sendiri adalah perasaan penerimaan diri (selfacceptance), penghargaan diri (self-respect dan self-worth), dan evaluasi diri yang positif yang dikonseptualisasikan sebagai karakteristik yang relatif menetap (Rosenberg, 1965). Baron dan Byrne (dalam Geldard, 2010) mengatakan bahwa self-esteem merupakan penilaian inidividu terhadap diri sendiri dan dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki orang lain dalam menjadi pembanding. Menurut Heatherton dan Polivy (1991) self-esteem, dapat dikonstruk menjadi komponen utama yakni: a. b.
c.
Performance self-esteem mengacu pada kompetensi umum seseorang meliputi kemampuan intelektual, performa hasil sekolah, kapasitas diri, percaya diri, self-efficacy dam self agency. Social self-esteem mengacu pada bagaimana seseorang mempercayai pandangan orang lain menurut mereka. Apabila orang lain terutama significant others menghargai mereka maka akan memiliki social self-esteem yang tinggi. Seseorang dengan social self-esteem yang rendah akan merasakan kecemasan ketika berada di publik dan akan sangat khawatir mengenai image mereka dan bagaimana orang lain memandang mereka. Physical (Appearance) self-esteem mengacu pada bagaimana seseorang melihat fisik mereka meliputi skills, penampilan menarik, body image dan juga stigma mengenai ras dan etnis.
Sementara banyak penelitian mengungkapkan bahwa self-esteem merupakan faktor risiko yang signifikan memunculkan eating disorders, sebuah penelitian menemukan bahwa body dissatisfaction menjadi prediktor terkuat terhadap gejala eating disorders (Button, Sonuga-Barke, Davies, & Thompson, 1996). Tekanan untuk terus menjaga bentuk tubuh dapat menjadi salah satu faktor yang beresiko untuk mengembangkan body dissatisfaction (Garner, Rosen & Barry, 1998). Hasil penelitian Maria, Prihanto dan Sukamto (2001) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara ketidakpuasan tubuh (body dissatisfaction) dengan gangguan makan (eating disorders) yaitu kecenderungan anorexia nervosa dan bulimia nervosa. Hasil penelitian Kurnia (2005) menunjukkan bahwa tingkat kepuasan citra tubuh (body image satisfaction) yang rendah dapat memperediksi gejala eating disorders. Body dissatisfaction adalah kesenjangan antara persepsi individu terhadap ukuran tubuh ideal dengan ukuran tubuh mereka sebenarnya atau dapat juga dideskripsikan sebagai perasaan tidak puas terhadap bentuk dan ukuran tubuh (Ogden dalam Adlard, 2006). Sarwer, Wadeen dan Foster (dalam Esther, 2002) mengemukakan bahwa body dissatisfaction dapat dilihat dari penilaian individu mengenai beberapa hal yang berhubungan dengan tubuhnya, yaitu : 1. 2. 3.
Berat badan yang dimiliki, Tinggi badan yang dimiliki, serta Bagian-bagian tubuh tertentu (perut, payudara, pinggang, pinggul, bokong, paha dan betis)
48
Dalam penelitian ini, aspek-aspek yang diukur meliputi ketiga dimensi yakni afeksi (kognisi), evaluasi serta behavioral (Thompson, 1996) yang diukur ke dalam tiga domain somatik yakni penampilan fisik, kebugaran dan kesehatan. Serta tiga sub-domain lainnya yang mengukur kepuasan area tubuh, kecemasan terhadap kegemukan dan pengkategorian berat badan yang dibagi menjadi 10 subskala yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Appearance Evaluation: mengukur tingkat kepuasan individu dengan penampilan tubuhnya. Appearance Orientation: mengukur tingkat perhatian individu dengan penampilan tubuhnya Fitness Evaluation: mengukur tingkat penilaian individu terhadap kebugaran fisiknya. Fitness Orientation: mengukur tingkat pentingnya kebugaran fisik pada individu. Health Evaluation: mengukur tingkat penilaian individu terhadap kesehatan tubuhnya. Health Orientation: mengukur tingkat pentingnya pengetahuan dan kesadaran individu akan kesehatan tubuhnya. 7. Illness Orientation: mengukur tingkat pengetahuan dan kesadaran individu terhadap penyakit serta reaksi terhadap masalah penyakit yang dirasakan oleh tubuhnya. 8. Body Areas Satisfaction Scale: mengukur tingkat kepuasan individu terhadap berbagai aspek tertentu dari tubuhnya 9. Overweight Preoccupation: mengukur tingkat kecemasan individu terhadap kegemukan serta kewaspadaan akan berat badan. 10. Self-Classified Weight: mengukur tingkat persepsi dan penilaian individu terhadap berat badannya dan menggolongkannya ke dalam golongan tertentu.
Bettle et al. (1998) menyatakan bahwa penari ballet wanita dengan semua bentuk tubuh, berusaha untuk mengurangi berat badan serta terdapat hubungan yang cukup besar antara berat badan aktual dan berat badan yang diinginkan oleh penari ballet remaja dengan resiko untuk mengembangkan kecenderungan eating disorders. Penelitian yang dilakukan oleh Garner et al. (1987) menemukan bahwa kira-kira sebanyak 41% dari penari ballet memiliki eating disorders maupun pola makan yang menyimpang. Penelitian lain juga telah membuktikan bahwa penari ballet, bahkan yang bukan pada level profesional, menunjukkan gangguan pada body image mereka dan memiliki masalah eating disorders terkait dengan estetika yang ideal (Ravaldi et al., 2003). Para peneliti juga mencatat bahwa penari yang berada dalam lingkungan yang lebih kompetitif, memiliki berat badan lebih rendah dibandingkan yang berada dalam lingkungan yang kurang kompetitif (Garner & Garfinkel, 1980). Eating disorders nampaknya merupakan masalah yang signifikan pada populasi penari terutama pada penari ballet. Penari ballet menghadapi beberapa resiko kesehatan yang unik terkait dengan konflik antara penampilan, kekuatan, ketahanan, dan status kesehatan yang optimal (appearance, strength, endurance dan optimal health status). Dengan segala tekanan dan masalah dalam menjaga bentuk tubuhnya serta minimnya laporan dan penelitian di Indonesia mengenai penari ballet, menjadi alasan dilakukannya penelitian terutama karena penari ballet merupakan salah satu populasi yang rentan terjadi kasus eating disorders. Adapun pada penelitian ini yang akan diteliti lebih mengarah pada kecenderungan eating disorders, karena perilaku eating disorders tidak dapat terlihat hanya melalui pengisian survey melainkan harus melalui beberapa tahapan seperti observasi dan wawancara. Penelitian ini dilakukan di Jakarta karena Jakarta merupakan kota besar dan kompetitif dimana lingkungan yang lebih kompetitif sangat berpotensi besar mendukung terjadinya gangguan makan atau eating disorders. Melalui paparan diatas, dapat ditarik rumusan masalah dari penelitian ini yakni Apakah Selfesteem dan Body Dissatisfaction dapat memprediksikan kecenderungan Eating Disorders pada penari ballet. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Self-esteem dan Body Dissatisfaction dapat memprediksikan kecenderungan Eating Disorders pada kalangan penari ballet di Jakarta.
METODE PENELITIAN Subjek Penelitian dan Teknik Sampling Karakteristik subjek yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 60 subjek penari ballet yang berprofesi sebagai pelatih, asisten pelatih dan atau murid dengan minimal grade 6 Royal Academy of Dance (RAD), minimal grade intermediate untuk Vaganova dan minimal grade bronze untuk Australian Teachers of Dancing (AToD), berjenis kelamin wanita dan berdomisili di Jakarta. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik non-
49
probability sampling, karena tidak semua orang akan dijadikan sampel. Teknik non-probability sampling yang dipilih adalah purpossive sampling, yaitu sesuai syarat yang telah ditentukan.
Desain Penelitian Penelitian ini memiliki desain penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk menguji hipotesis dengan metodologi survey karena data berupa angka yang digunakan akan diolah secara statistik. Penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasional prediktif karena penelitian ini bertujuan untuk menguji prediksi dari dua variabel bebas (IV) yakni Self-esteem dan Body dissatisfaction terhadap satu variabel terikat (DV) yakni kecenderungan Eating disorders. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian NonEksperimental yaitu penelitian tanpa melakukan manipulasi maupun kontrol terhadap variabel.
Alat Ukur Penelitian Metode pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat ukur berupa kuesioner berskala likert yaitu alat ukur yang berisi pertanyaan dan digunakan untuk menguji hipotesis penelitian dan dilengkapi dengan lembar identitas diri. Pengumpulan data penelitian ini menggunakan tiga alat ukur yang terdiri dari alat ukur self-esteem, alat ukur body dissatisfaction dan alat ukur kecenderungan eating disorders. Alat ukur self-esteem yang digunakan adalah adaptasi dari The State Self-Esteem Scale (SSES) atau sering disebut dengan Current Thoughts Scale (1991) yang dibuat oleh Heatherthon dan Polivy dan memiliki tingkat reliabilitas internal consistency yang baik (α=.92). Skala yang digunakan merupakan Skala Likert dengan 5 poin kontinuum (dari Tidak sama sekali hingga Sangat setuju) yang digunakan untuk mengukur respons partisipan. Alat ukur ini dibuat berdasarkan tiga faktor analisis yaitu performance, social dan appearance. Body Dissatisfaction diukur melalui adaptasi dari alat ukur Multidimensional Body-Self Relations Questionnaire (MBSRQ) yang telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia oleh penelitian sebelumnya (Kurnia, 2005). MBSRQ merupakan self-report inventory yang dikembangkan oleh Thomas F. Cash et al. (1986) yang terdiri dari 69 item dengan 10 sub-skala untuk mengukur aspek konstruk dari body image. Alat ukur ini mengukur elemen kognitif, afektif dan tingkah laku dari sikap terhadap body image (Thompson, 1996). Alat ukur ini dapat digunakan untuk usia 15 tahun keatas (remaja dan dewasa). Adapun setiap subskala dalam kuisioner ini mewakili satu domain dari body image. Subskala tersebut adalah Evaluasi penampilan fisik (Appearance Evaluation), Orientasi penampilan (Appearance Orientation), Evaluasi kebugaran fisik (Fitness Evaluation), Orientasi kebugaran fisik (Fitness Orientation), Evaluasi kesehatan (Health Evaluation), Orientasi kesehatan (Health Orientation), Orientasi mengenai penyakit (Illness Orientation), Skala kepuasan area tubuh (Body Areas Satisfaction Scale / BASS), Pengkategorian ukuran tubuh (Self-classified Weight) dan Kecemasan menjadi gemuk (Overweight Preoccupation). Kecenderungan Eating Disorders diukur melalui adaptasi dari Eating Attitudes Test yang dikembangkan oleh Garner & Garfinkel (1979). Eating attitudes test original memiliki 40 item (EAT40) yang lalu dilakukan faktor analisis sehingga menghasilkan 26 item (EAT-26). Kuisioner ini merupakan self-report questionnaire yang paling banyak digunakan oleh para peneliti untuk mengukur perilaku yang relevan dengan gejala gangguan makan (Koenig & Wasserman, 1995 dalam Kurnia, 2005). EAT-26 tidak dapat digunakan untuk mendiagnosa Eating Disorders secara spesifik tetapi studi telah menyatakan bahwa EAT-26 merupakan alat ukur yang efisien dalam menyaring dan mengidentifikasi individu yang beresiko mengalami Eating Disorders. Reliabilitas dari tes ini adalah α=.79 untuk sampel dengan berat badan normal. Subjek diminta untuk menjawab dengan merating dari 6 skala likert antara selalu (3), biasanya (2), sering (1), Kadang-kadang (0), Jarang (0) dan tidak pernah. Subjek memilih dan menuliskan jawaban mana yang paling sesuai atau mencerminkan keadaan dirinya. EAT-26 dapat mengidentifikasi gejala gangguan makan dengan skor cut-off 20 yang artinya mereka yang menghasilkan skor 20 atau lebih pada EAT-26 menunjukkan proporsi klinis yang tinggi dan secara signifikan berkaitan dengan gangguan makan. Penggunaan cut-off score 20 didasarkan oleh hasil penelitian yang menyatakan bahwa sesuai hasil interview pada subjek yang menghasilkan skor diatas 20 menyatakan bahwa mereka memiliki masalah terhadap perilaku makan dan berat badan (eating concerns dan weight preoccupation) dan hal tersebut signifikan secara klinis (King, 1989; 1991), sedangkan subjek yang menghasilkan skor ≤20 hanya sedikit yang menunjukkan eating concerns yang serius.
50
Teknik Pengolahan Data Peneliti melakukan pengumpulan data dari sumber data primer, yaitu data yang langsung dihimpun oleh peneliti berupa data hasil kuesioner yang diisi oleh subjek yakni para penari ballet. Tahap selanjutnya peneliti melakukan pengolahan data dengan menggunakan program Microsoft Excel dan program aplikasi statistik SPSS 21.0 untuk mengetahui reliabilitas dan validitas dari alat ukur dengan menggunakan pearson product moments dan corrected-item scale untuk validitas dan alfa-cronbach untuk reliabilitas pada item-item kuisioner. Analisis yang digunakan untuk menentukan apakah kedua variable bebas (IV) dapat memprediksi munculnya satu variable terikat (DV) dengan menggunakan Analisis Regresi Linear Berganda. Sebelum menggunakan analisis regresi berganda dilakukan uji asumsi klasik yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas serta uji heteroskedastisitas. Untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel bebas tersebut terhadap variabel terikat dilihat melalui analisis korelasi ganda (R). Untuk mengetahui besar presentase pengaruh (prediksi) dari kedua variabel bebas secara serentak terhadap variabel terikat melalui analisis determinasi (R2). Untuk mengukur siginifikansi pengaruh dari kedua variabel bebas terhadap variabel terikat menggunakan uji koefisien regresi secara bersama dan secara parsial (Uji F dan T).
Prosedur Penelitian Persiapan penelitian dimulai dengan pembuatan proposal. Setelah proposal diterima dilanjutkan dengan mengumpulkan instrumen penelitian yang sesuai. Peneliti mendapatkan alat ukur untuk ketiga variabel yang ingin diteliti yaitu self-esteem, body dissatisfaction dan kecenderungan eating disorders. Alat ukur tersebut adalah State Self-Esteem Scale, Multidimensional Body Self Relations Questionnaire dan Eating Attitude Test 26. Kedua instrumen yakni Multidimensional Body Self Relations Questionnaire dan Eating Attitude Test 26 telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia pada penelitian sebelumnya, lalu peneliti mengadaptasi alat ukur State Self-Esteem Scale ke dalam bahasa Indonesia dan melakukan back translation dengan bantuan penerjemah serta dikonsultasikan melalui expert judgment dan dengan dosen pembimbing. Setelah selesai, peneliti melengkapi alat ukur tersebut dengan lembar data diri serta informed consent untuk mendapatkan persetujuan dari partisipan. Pelaksanaan penelitian dimulai dengan melakukan penyebaran kuesioner pada subjek pelatih, asisten pelatih dan atau murid sesuai kriteria yang ditentukan sebelumnya pada tanggal 15 - 25juli 2013. Peneliti melakukan izin kepada lembaga, sekolah atau tempat kursus ballet dengan memberikan proposal perizinan untuk mendapatkan sampel para penari. Peneliti lalu membuat janji dengan lembaga, sekolah atau tempat kursus ballet untuk dapat menyebarkan kuisioner dengan sampel yang sesuai. Subyek diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam satu set kuesioner yang terdiri dari lembar data diri responden, informed consent serta beberapa alat ukur berupa item-item pernyataan maupun pertanyaan. Kuisioner tersebut bertujuan untuk mengukur variabel-variabel penelitian yang meliputi: (1) Self-esteem; (2) body dissatisfaction; dan (3) kecenderungan eating disorders. Peneliti hanya melakukan penyebaran kuisioner satu kali saja dikarenakan tidak diketahui secara pasti jumlah populasi penari ballet, dan karena keterbatasan waktu. Hasil analisa dari pilot terpakai tersebut sudah membuktikan bahwa alat ukur tersebut sudah valid dan reliabel.
HASIL DAN BAHASAN Hasil Pengolahan Data Sampel Gambaran umum subjek penelitian ini adalah merupakan penari ballet dengan profesi sebagai pelatih, asisten pelatih serta murid grade minimal 6 keatas untuk Royal Academy of Dance (RAD), minimal grade intermediate untuk Vaganova dan minimal grade bronze untuk Australian Teachers of Dancing (Atod) yang terdiri dari rentang usia 13 sampai 45 tahun berjumlah sebanyak 60 orang. Dapat dilihat pada tabel 1 bahwa mayoritas subjek berada pada umur 14 (18,3 %) dengan frekuensi sebanyak 11 orang dan dapat diambil kesimpulan bahwa mayoritas subjek penelitian ini adalah usia remaja (13-17) yaitu 56% dari total subjek. Mayoritas subjek memiliki tingkat self-esteem yang tinggi (85%) sedangkan hanya 15% yang memiliki tingkat self-esteem yang rendah. Sedangkan dalam hal body dissatisfaction, mayoritas subjek memiliki tingkat body dissatisfaction yang sedang yakni sebanyak 52 subjek (87 %), sedangkan subjek yang memiliki tingkat body dissatisfaction yang tinggi sebanyak 2 subjek (3%) dan rendah sebanyak 6 subjek (10%). Hanya 5orang yaitu 8,3% dari total subjek yang beresiko memiliki kecenderungan eating disorders.
51
Tabel 1 Gambaran umum subjek penelitian berdasarkan usia, tingkat self-esteem, body dissatisfaction dan faktor resiko eating disorders Karakteristik
Frekuensi
Persentase
Usia 13
8
13,3 %
14
11
18,3 %
15
4
6,7 %
16
7
11,7 %
17
4
6,7 %
18
4
6,7 %
19
3
5%
21
1
1,7 %
22
1
1,7 %
23
2
3,3 %
24
2
3,3 %
26
1
1,7 %
27
2
3,3 %
28
1
1,7 %
34
2
3,3 %
35
3
5%
36
1
1,7 %
37
1
1,7 %
39
1
1,7 %
45
1
1,7 %
Tinggi
9
15%
Rendah
51
85 %
Rendah
6
10 %
Sedang
52
87 %
Tinggi
2
3%
Tingkat Self-esteem
Tingkat Body Dissatisfaction
Kecenderungan Eating Disorders Beresiko (≥20)
5
8,3 %
Tidak beresiko
55
86,7 &
52
Tabel 2 Hasil Regresi Model
Coefficientsa Unstandardized Coefficients
B Std. Error (Constant) -15,553 11,838 1 Self-esteem -,483 ,140 Body Dissatisfaction 14,495 3,503 a. Dependent Variable: Kecenderungan Eating Disorders
Standardized Coefficients
t
Sig.
-1,314 -3,453 4,137
,194 ,001 ,000
Beta -,421 ,505
Hasil regresi adalah sebagai berikut : Y’ = a + b1X1 + b2X2 Y’ = -15,553 + (-,483)X1 + 14,495X2 Y’ = -15,553 - ,483X1 + 14,495X2 Keterangan:
a = Konstanta
X1= Self-esteem (%)
Y’ = Kecenderungan Eating Disorders
b1,b2 = Koefisien Regresi
X2 = Body Dissatisfaction (%)
Berdasarkan hasil regresi, diketahui terdapat koefisien regresi Self-esteem (X1) sebesar -,483 yang artinya jika Self-esteem mengalami kenaikan, maka kecenderungan Eating Disorders (Y’) akan mengalami penurunan dengan kondisi variabel lain tetap. Koefisien tersebut bernilai negatif menunjukkan terjadi hubungan negatif antara Self-esteem dengan kecenderungan Eating Disorders, semakin tinggi nilai Selfesteem maka semakin rendah kecenderungan Eating Disorders. Artinya bila para penari ballet menghargai dirinya baik dari sisi fisik, hasil kinerja mereka juga dari sisi sosial mereka maka kecenderungan para penari tersebut untuk melakukan perilaku makan yang menyimpang seperti diet berlebihan menahan diri untuk tidak makan dan sebagainya akan menurun. Sedangkan koefisien regresi Body Dissatisfaction (X2) sebesar 14,495 yang artinya jika Body Dissatisfaction mengalami kenaikan, maka kecenderungan Eating Disorders (Y’) akan mengalami peningkatan pula. Koefisien tersebut bernilai positif sehingga menunjukkan terjadi hubungan positif antara Body Dissatisfaction dengan kecenderungan Eating Disorders, dimana semakin tinggi nilai Body Dissatisfaction maka akan semakin meningkat kecenderungan Eating Disorders. Artinya bila para penari ballet menunjukkan ketidakpuasan yang berlebihan pada tubuhnya baik dari berat badan, tinggi badan juga bagian-bagian tubuh tertentu seperti perut, payudara, pinggang, pinggul, bokong, paha dan betis, maka kecenderungan para penari tersebut untuk melakukan perilaku makan yang menyimpang seperti diet berlebihan, menahan diri untuk tidak makan dan sebagainya akan meningkat. Tabel 3 Uji F ANOVAa Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. Regression 1555,437 2 777,718 10,647 ,000b 1 Residual 4163,547 57 73,045 Total 5718,983 59 a. Dependent Variable: Kecenderungan Eating Disorders b. Predictors: (Constant), Body Dissatisfaction, Self-esteem
53
Tabel 4 Analisis Koefisien Determinasi Model Summaryb R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
Model R 1 ,522a ,272
,246
8,547
a. Predictors: (Constant), Body Dissatisfaction, Self esteem b. Dependent Variable: Kecenderungan Eating Disorders
Dari hasil analisis uji F atau uji hipotesis menunjukkan bahwa semua variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Dengan kata lain, variabel Selfesteem dan Body Dissatisfaction secara bersama-sama mampu memprediksikan secara signifikan terhadap kecenderungan Eating Disorders pada penari ballet. Berdasarkan tabel 4 didapat hasil koefisien R2 sebesar 0,272 yang artinya sekitar 27,2% kecenderungan Eating Disorders dipengaruhi oleh variabelvariabel penentu dalam penelitian ini yakni Self-esteem dan Body Dissatisfaction. Sedangkan sisanya 72,8% diterangkan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Tabel 5 Uji T (parsial) Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error Beta (Constant) -15,553 11,838 1 Self-esteem -,483 ,140 -,421 Body Dissatisfaction 14,495 3,503 ,505 a. Dependent Variable: Kecenderungan Eating Disorders
t
Sig.
-1,314 ,194 -3,453 ,001 4,137 ,000
Tabel 5 digunakan untuk menginterpretasikan nilai koefisien regresi serta untuk menentukan pengaruh secara parsial pada masing-masing variabel independen. Tanda positif atau negatif pada nilai koefisien regresi merupakan penentu arah hubungan atau pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y). Berdasarkan tabel diatas, Self-esteem memiliki koefisien beta sebesar -,421 dengan signifikansi sebesar ,001 yang artinya bahwa Self-esteem dapat memprediksi kecenderungan Eating Disorders secara signifikan dalam arah negatif. Jadi semakin tinggi Self-esteem, maka semakin rendah kecenderungan terhadap Eating Disorders dan sebaliknya semakin rendah Self-esteem, maka semakin tinggi kecenderungan terhadap Eating Disorders. Nilai koefisien beta yang dimiliki Body Dissatisfaction adalah sebesar ,505 dengan signifikansi sebesar ,000 yang artinya Body dissatisfaction dapat memprediksi kecenderungan Eating Disorders secara signifikan dalam arah positif. Dengan kata lain, semakin tinggi Body Dissatisfaction, maka semakin tinggi pula kecenderungan terhadap Eating disorders dan sebaliknya semakin rendah Body Dissatisfaction maka semakin rendah kecenderungan terhadap Eating disorders. Dengan tingkat signifikansi 0,05 dan df=57 diperoleh t-tabel sebesar 2,002. Berdasarkan tabel diperoleh t hitung sebesar -3,453. Kriteria Pengujian hipotesis adalah apabila -t tabel < t hitung < t tabel maka Ho diterima. Jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak. Oleh karena nilai -t hitung < -t tabel (-3,453 < -2,002) maka Ho ditolak, artinya secara parsial ada pengaruh signifikan antara Self-esteem dengan kecenderungan terhadap Eating Disorders. Jadi dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa secara parsial atau secara sendiri, variabel Self-esteem dapat memberikan pengaruh ataupun prediksi terhadap kecenderungan Eating Disorders pada penari ballet. Dengan tingkat signifikansi 0,05 dan df=57 diperoleh t-tabel sebesar 2,002. Berdasarkan tabel diperoleh t hitung sebesar -3,453. Kriteria Pengujian hipotesis adalah apabila -t tabel < t hitung < t tabel maka Ho diterima. Jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak. Oleh karena nilai t hitung > t tabel (4,137 > 2,002) maka Ho ditolak, artinya secara parsial (sendiri) ada pengaruh signifikan antara Body Dissatisfaction dengan kecenderungan terhadap Eating Disorders. Jadi dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa secara parsial atau secara sendiri variabel Body Dissatisfaction dapat memberikan pengaruh ataupun prediksi terhadap kecenderungan Eating Disorders pada penari ballet.
47
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan analisa yang dilakukan sesuai hipotesis, maka didapatkan hasil bahwa Self-esteem dan Body Dissatisfaction secara serentak (bersama-sama) mampu memprediksi kecenderungan Eating Disorders pada Penari Ballet. Besar presentase kontribusi Self-esteem dan Body dissatisfaction serentak terhadap Eating disorders adalah sebesar 27,2% dan sisanya sebesar 72,8% dipengaruhi oleh variabelvariabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian ini. Secara parsial Self-esteem berpengaruh siginifikan terhadap Eating Disorders dan secara parsial Body Dissatisfaction berpengaruh signifikan terhadap Eating Disorders pada penari ballet . Artinya, masing-masing dari self-esteem dan body dissatisfaction memiliki pengaruh yang signifikan terhadap eating disorders. Self-esteem dapat memprediksi Eating disorders secara negatif signifikan, semakin tinggi Self-esteem penari ballet, maka semakin rendah kecenderungan Eating disorders mereka. Body dissatisfaction dapat memprediksi Eating disorders secara positif signifikan, semakin tinggi Body dissatisfaction penari ballet, maka semakin tinggi kecenderungan Eating disorders mereka.
Saran Untuk penelitian selanjutnya diharapkan agar memperluas penelitian dengan menambah jumlah partisipan melalui mengambil sampel masing-masing dari setiap sekolah atau lembaga kursus ballet yang berada di Jakarta agar hasilnya lebih representatif. Karena banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya eating disorders, maka diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat mengikut sertakan faktorfaktor lain yang berperan mengakibatkan munculnya eating disorders seperti faktor sosial, psikologis dan fisiologis.
REFERENSI American Psychological Association. (2005) . Let’s Talk Facts About Eating Disorders. Retrieved 23 July 2013 from http://www.healthyminds.org/letstalkfacts.cfm Benn, T. & Walters, D. (2001). Between scylla and charybdis: Nutritional education versus body culture and the ballet aesthetic: the effects on the lives of female dancers. Research in Dance Education, 2 (2), 139-154. Bettle, N., Bettle, O., Neumarker, U., & Neumarker, K. J. (1998). Adolescent ballet school students: Their quest for body weight change. Psychopathology, 31(3), 153-159. Button, E. J., Sonuga-Barke, E. J., Davies, J., & Thompson, M. (1996). A prospective study of self-esteem in the prediction of eating Problems in adolescent schoolgirls: Questionnaire Findings. British Journal of Clinical Psychology, 35, 193-203. Cash, T.F., Winstead, B.W., & Janda, L.H. (1986). The great American shape-up: Body image survey report. Psychology Today, 20(4), 30-37. Garner, D.M., & Garfinkel, P.E. (1980). Socio-cultural factors in the development of anorexia nervosa. Psychological Medicine, 10, 273-279. Garner, D.M., Olmstead, M.P. & Polivy, J. (1987). Development and validation of a multidimensional eating disorder inventory for anorexia nervosa and bulimia. International Journal of Eating Disorders, 2, 15-34. Garner, D.M., Rosen, L.W. & Barry, D. (1998). Eating disorders among athletes: Research and recommendations. Sport Psychiatry 7:839–857. Ghaderi, A., & Scott, B. (2001). The preliminary reliability and validity of the survey for eating disorders (SEDs): A self-report questionnaire for diagnosing eating disorders. European Eating Disorders Review, 10(1), 61-76. Gordon, S. (1983). Off balance: The real world of ballet. New York: Pantheon.
48
Grant, G. (1982). Technical manual and dictionary of classical ballet (3rd Ed). New York: Dover. Grant, G. (2008). Technical manual and dictionary of classical ballet. CL: Bnpublishing. Hanisah. (2010). Penapisan gejala gangguan makan menggunakan eat-26 pada mahasiswi fakultas kedokteran universitas sumatera utara. Skripsi Tidak Diterbitkan. Medan: Fakultas Kedokteran Sumatera Utara. Kirkland, G. (1986). Dancing on my grave. Garden City, NY: Doubleday & Company. Kurnia, R. (2005). Tingkat Kepuasan Citra tubuh dan gejala gangguan kebiasaan makan pada pramugari, penari dan model di jakarta. Skripsi Tidak diterbitkan. Depok: Fakultas Psikologi UI. Lovatt, P. & Horncastle, S. (2012). State and trait Self-esteem in ballet dancers, non ballet dancers and non-dancers. UK: School of Psychology, University of Hertfordshire. Maria, H., Prihanto, F.X. & Sukamto, M.E. (2001). Hubungan antara ketidakpuasan terhadap sosok tubuh (body dissatisfaction) dan kepribadian narsistik dengan gangguan makan (kecenderungan anoreksia nervosa dan bulimia nervosa). Anima Jurnal Psikologi Indonesia, 16(3), 272-289. Massachusetts psychologist. (2008).Intern’s research looks at eating disorders in ballet world. McLean in the news retrieved from http://www.mclean.harvard.edu/pdf/news/mitn/mp0803.pdf Nolan, B. (2011). The ideal ballet body. Retrieved from http://www.danceinforma.com/magazine/2011/07/the-ideal-ballet-body/ Radar Banjarmasin. (2013). Tari alat ekspresi komunikasi. Retrieved from http://www.radarbanjarmasin.co.id/berita/detail/44728/-tari-alat-ekspresi-komunikasi.html Ravaldi, C., Vannacci, A., Zucchi, T., Mannucci, E., Cabras, P.L., Boldrini, M., Murciano, L., Rotella, C.M. & Ricca, V. (2003). Eating disorders and body image disturbances among ballet dancers, gymnasium users, and body builders. Psychopathology, 36(5). Retrieved from http://content.karger.com.proxy.library.vanderbilt.edu/ProdukteDB/produkte.asp?Aktion=ShowPDF&Art ikelNr=000073450&Ausgabe=229601&ProduktNr=224276&filename=000073450.pdf Thompson, J.K. & Smolak, L. (1996). Body image, eating disorder and obesity in youth.Washington DC: American Psychological Association.
RIWAYAT PENULIS Naily Zainab lahir di kota Jakarta pada tanggal 27 September 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang psikologi pada tahun 2013.
49