q Vol.
Retu o P an d an Arunt Ku s utn aw
,
a rcJh
an
i
Gambaran Kepuasan Perkawinan pada Istri Bekerja
Djudiyah dan M. Sulis Yuniardi
Model Pengembangan Konsep Diri Melalui Support Group
T'herapy:
Upaya Meminimalkan Trauma Psikis Remaja dari Keluarga Single Parent Fajar Andi Agustin dan Dyah Astorini Wulandari Studi Kualitatif tentang Teknik Interogasi terhadap Pelaku Tindak Pidana pada Tahap Penyidikan '
'rl
Rina Refliandra dan Zidni Imnat+,an Muslimin Perbedaan Tingkat Stres antara Sisu'a Sekolah Dasar yang Bersistem Full Day dan Half Day
Vi'aamul lzza dan lranita Hervi Mahnrdayani . : Hubungan antara Body Dissatisfaction dan Interaksi Sosial dengan Kepercayaan
Diri Remaja Putri
Tilin Suprihatin Agresivitas Anak (Suatu Studi Kasus)
Laily Rahmah .Atribusi tentang Kegagalan Pemberian ASI pada Ibu Pekerja (Sebuah Studi Fenomenologi) Inhastuti Sttgiasih Need Assessment Mengenai Pemberian Pendidikan Seksual yang dilakukan Ibu untuk Anak Usia 3 - 5 Tahun
. .
' ,
Rctna Supradewi dan Rohmatun Hubungan antara Stres terhadap Masa Depan dengan Perilaku Marah pada Guru Honorer
Elok Faiqoh dan Falasifatul Falah Hubungan antara Sikap terhadap Pasien Penyakit Jiwa "'dengan PerilakuAgresif Perawat Pasien Penyakit Jiwa ,,,,..1
'
ISSN :1907-8455
Pilbftil'sl Volume 6, Nomor 1, April 2011
1-15
Gambaran Kepuasan Perkawlnan pada lstri Bekeria The Picture ol Marltal Sdtlsladlon on Wa*lng Womdn Retno Pandan Arum Kusumowardhani
t6-26
Model Pengembangan
Konsep Diri tUlelalul Suppart Grouplherapy, Upaya
Meminimalkan Trauma Psikis Remaia dari Keluarga Slngle Parent Self Concept Development Model Through Support Group Therepy: An Elfon to Mlnimlze Psychologlcal Traumo for Adalescent from Slngle Parent Famlly Eackground Djudiyah dan M. Salis Yuniardi
27-39
Studl Kualitatif tentang Teknik lnterogasi terhadap Pelaku Tindak Pldana pada Tahap Penyldikan Quolftative Study of Investigatian Technlque Towards Crlmlnal qt lnvestlEatlon Stage Fajar Andi Agustin dan Dyah Astorini Wulandari
40-44
Perbedaan Tingkat Stres antara Siswa Sekolah Dasar yang Bersistem Full Day dan Hall Day Stress Level Dffirence Eelween Full-Day Elementary School Student And Holl-Day nta ry Schaol Stude nt Rina Refliandra dan Zidni lmmawan Mr.lslimin
EIe m e
45'52
Hubungan antara Bady Dlssatisfaction dan lnterakisosialdengan Kepercayaan Dlri Remaja Putri The Relatlonship arnong Eody Dtssatlsfaction, Social lnteraclrion and Glrl's Self Confidence
Vi'aamul lzza dan lranita Hervi Mahardayani
53-51
Agresivitas Anak (Suatu Studi Kasus) Chlld Aggresslveness (A Case Study) Titin suprihatin
62-70
AtribusiTentang Kegagalan Pemberian ASI pada lbu Pekerja (sebuah Studl Fenomenologil Atribution of Breastfeedlng Foilure on Working Woman (A Phenomenology Study) Laily Rahmah
7t'8L
Need Assessment Mengenai Pemberian Pendidlkan Seksual yang dilakukan lbu untuk
AnakUsia3-5Tahun Need Assessment of Sexual Educatlon by Mother lor Three ta
Flve Year Old Children
lnhastuti Sugiasih
82-88
Hubungan antara Stres terhadap Masa Depan dengan Perilaku Marah pada Guru Honorer The Relotlonshlp between Stress of Future and Anger Eehavlour on Not-fficlatly-Canflrmed Teacher Ratna Supradewi dan Rohmatun
89-99
Hubungan antara Sikap terhadap Pasien Penyaklt Jlwa dengan Perllaku Agresif Perawat Pasien Penyakit Jiwa The Relatlonshlp between Nurse's Attltude towards Mental-lllness Pattents and AEEresslve Behavlour of Nurce Who Look After Mental-tllness pattents Elok Faiqoh dan Falasifatul Falah
Djudiyah dan M. Salis Yuniardi
MODEL PENGETUBANGAN KCINSEP DIR! IVIELALUI SUPPORT GROUP THERAPY: UPAYA MEMINIMAI.KASJ TRAUMA PSIKIS RENIAJA BARI KELI'ARGAS'fV6[f PAN,ENT Djudiyah*) dan M, Salis Yuniardi**i Fakultas Fsikologi Universitas Muhammadiyah Malang * E-ma il : diudiYd h um m' @ ) *
*
)
E -m a
il : solis-ordi@Yo ha
a c' a
id m
ca "
Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk menyusun model terapi dukungan social untuk meningkatkan konsep diri remaja yang berasal dari keluarga orang tua tunggal. Fenelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimantal semu one group pretest-posttest. Subjek penelitian ini adalah 15 siswa SMA 1 Battl, SMK pGRl 3 Malang dan SMK Muhamrnadiyah ? Malang yang berada dalam pengasuhan orang tua tunggal' yang tUetode Bengumpulan data yang digunakan menggunakan skala, wawancara, dan pelaporan diri hasil Berdasarkan deskriptif. kualitatif analisis dan t-test kerrnudian dianalisis dengan menggunakan peserta seluruh diri konsep meningkatkan terbukti sociai dukungan terapi bahwa analisis menunjukan
terapi. Kata kunci : konsep diri, remaja, orang tua tunggal, dan terapi dukungan sosial
SELF CONCEPT DEVELOPTdENT MONETTHROUG}I SUPPORT GROUP THERAPY: AN EFFORTTO MINIMIZE PSVCHOLOGICALTRAUMA FOR
ADOLESCENT FROIVI SINGTE PARENT FAMITY BACKGROUND Abstract This research aimed to make the formulation of the nrodel support grollp therapy to the improving of
self concept of adolescents who come frorn single parent families, This study used an
quasi
experimental method using one group pre test and post test design. The subject of this research were 15 students of SMA 1 Batu, 5MK PGRI 3 fMalang and 5MK Muhamrnadiyah 2 Malang who have single parent. The data was collected using scale, interview and self report and then analized using t-test and qualitative descriptive analysis. The result reveals that the support group therapy has proven succesfully enhancing self-concept of all participants. Keywards: Selt-Concept, adolescent, single parent, and Support Graup Therapy.
Pendahuluan Keluarga rnerupakan lingkungan pertama dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan
diri setiap anak. Sejak lahir anak membutuhkan bantuan dari orang dewasa disekitarnya terutama orang tua. Peran orang tua dalanr perkembangan anak sangatlah penting karena orang tua dan keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang dikenal anak. Orang tua berkewajiban sebagai pendidik utama bagi anak dalam perkembangan kepribadiannya' Orang tua dan keluarga juga merupakan lembaga paling utama dan pertama yang bertanggung jawab
ISSN : 1907-8455
: t
k
tu4r:del Pengernbangan Konsep Diri Melalui Support Graup Theropy: Upaya Meminirnelkan Trauma psikis Remaja dari Keluarga Single Farent Proyeksi. Vot. 6 (l), 1"6-26
t7
ditengah masyarakat dalam menjamin kesejahteraan sosial dan kelestarian biologis anak (Kartono, 1992). Namun sayang, di era modern seperti sekarang ini banyak fenomena di masyarakat orang tua bercerai dengan berbagai alasan. Kota Malang rnerupakan salah satu wilayah di Jawa Tinrur yang rentan terhadap perceraian dan bahkan nrenduduki peringkat pertarna dalarn kasus ini. Berdasarkan data Pengadilan ,Agarna dan Pengadilan hlegeri, antara tahun 2007 hingga tahun 2008 terdapat 2305 kasus perceraian {Jawa Pos, Selasa 19 Februari 2009}. Terjadinya kasus perceraian tersebut nrengakibatkan besarnya angka keluarga single porent yang diprediksi menjadi penyebab terjad[ny* penyimpang*n perilaku rema.la. Single parent rnemiliki kecenderungan kurang optimal dalam pengasuhan remaja karena memiliki beban yang lebih berat biia dibandingkan dengan orang tua yang utuh. Hal ini mengakibatkan remaja kurang mendapet perhatian dan cenderung memiliki perilaku negatif karena pembentukan konsep diri dalanr keluarga kurang dapat berjalan secara optima!, sehingga berkecenderungan melakukan perilaku rnenyimpang seperti: dendam terhadap orang
tua, frustasi, rnengalami goncangan jiwa, terlibat pemakaian narkotika dan obat-obatan terlarang dan bentuk kenakalan remaja lainnye" Pada keluarga single parent, orang t!.ra berperan ganda dalarn rnenjalankan kewajibannya sebagai orang tua. Hal ini dapat mengharnbat hubungan antara anak dan orang tua, Baik orang tua maupun anak biasanya kurang mampu beradaptasi dan menerima keadaan tersebut sebagai sesuatu yang harus dijalani. Keadaan seperti ini dapat nnenimbulkan konflik antar anggota keluarga, sehingga memunculican rnasalah baik dari pihak orang tua maupun anak (Balson, 1993). Berbeda dengan kondisi renraja yang memiiiki keluarga ayah dan ibu, maka kondisi remaja
dari keluarga single porenf secara Lirnum mengalarni ketimpangan dalam
menjalani
kehidupannya. Hal ini diakibatkan selain menghadapi beban psikologis yang cukup berat, mereka juga harus menanggung perlakuan dari masyarakat yang kurang mendukung eksistensi
single parent di masyarakat. l'lai ini semua bisa berdampak pada pembentukan konsep diri anak (dalam Calhoun, 1990).
Konsep
diri
merupakan hal penting dalanr kehidupan remaja karena konsep diri akan
menentukan bagaimana seseorang berperilaku. Kensep diri bukan merupakan faktor bawaan (genetik) melainkan terbentuk dari hasil belajar atau pengalaman individu dalam berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya. Karena orang Vang dlkenal individu adalah keluarga, maka dapat dikatakan bahwa dari keluargalah konsep diri anak terbentuk, Orang tua berperan menjadi model dan sumber pengukuhan bagi perasaan dan pikiran anak. Hal-hal yang dirasakan oleh anak dari keluarga bercerai adalah perasaan tidak annan (inseeurity), tidak diinginkan atau ditolak oleh orang tua, sedih, kesepian, marah, kehiiangan, merasa bersalah dan menyalahkan diri sendini. Sebagai akibatnya rernaja rnenjadi pendiam, tidak eeria, suka menyendiri, suka melamun, agresif, sulit berkonsentrasi dan tidak berrninat untuk sekolah. Riset yang dilakukan oleh Hervinna (2S07) tentang konsep diri remaja yang memiliki orang tua bercerai di SMU Widya Gan'la Malang rnenernukan bahwa konsep diri renraja yang orang tuanya bercerai eenderung negatif" $-4ereka cenderung menriliki
egCI
yang tinggi seperti: keras
lSSld : 1907-8455
Djudiyah dan M. Salis Yunlardi 18
kepala, pembangkang, egois, garnpang einosi bila mendapatkan kritik dari orang lain. Mlereka juga kurang memiliki harapan terhadap dirinya sendiri dan mereka menganggap bahwa dirinya
tidak mampu melakukan sesuatu yang bisa dibanggakan. Hal ini sangat berpengaruh pada hubungan interpersonal maupun fungsi emosional lainnya. Mereka juga cenderung rnenarik diri dari lingkungan sosialnya.
Merujuk hal tersebut, perlu dilakukan upaya untu mengatasinya. Salah satu l/ang memungkinan untuk diupayakan adalah melalui support graup therapy. Support Group Therapy adalah terapi yang dilakukan dengan menggunakan kelompak sebaya yang rnern!liki problem yang relatif sama dengan cara sharing inforrnasi tentang permasalahan yang dialami
serta solusi yang perlu dilakukan sekaligr.rs proses saling belajar dan menguatkan (Yalorn, L985). Tujuan utama dari Supporf Group Therapy adalah tercapainya kemampuan coping yang
efektif terhadap masalah ataupun trauma yang dialami {Gazda, 1g8g}. Menurut Hurlock (1992) konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki oleh seorang individu tentang dirinya yang rneliputi kondisi fisik, psikoiogis, sosial dan emosional, aspirasi dan prestasi. Konsep diri mencakup citra fisik dan psikologis diri. Citra fisik diri biasanya
terbentuk pertama-tama dan berkaitan dengan penampilan fisik, daya tariknya, dan kesesuaian atau ketidaksesuaian dengan jenis kelamin serta pentingnya berbagai bagian tubuh
untuk perilaku dan harga dirinya di mata orang lain. Sedangkan citra psikologis diri sendiri didasarkan atas pikiran, perasaan dan ernosi. Citra ini terdiri ats kualitas dan kemampuan yang mempengaruhi penyesuaian pada kehidupan, sifat-sifat seperti keberanian, keju.iuran, kemandirian dan kepercayaan diri serta berbagaijenis aspirasi dan kernampuan. Konsep diri merupakan suatu konstruk yang mempengaruhi setiap aspek dari pengalannan hidup manusia seperti cara berfikir, emosi, persepsi dan perilaku individu (Calhoun, 1gg0).
Menurut Calhoun Acocella, (1990) konsep diri terdiri dari 3 dimensi yaitu : la). Knowledge adalah pengetahuan seseorang tentang dirinya sendiri, yakni sejurnlah label yang rnelekat pada diri seseorang yang menggambarkan orang tersebut seperti: usia, jenis kelamin, kewarganegaraan termasuk juga label-label social seperti: democrat, miskin, golongan menengah kebawah, anggota senat dan lain-lain. Label lain yang menjadi konrponen dari knowledge seseorang adalah label-label psikologis yang bersifat kualitatif, karena bersifat relative tergantung pada kelompok pembandingnya, seperti: baik hati, spcntan, mandiri, cerdik, dan lain-lain. (b). Expecra$an atau harapan ini mengacu pada ideatsef, yaitu harapan terhadap diri sendiri tentang bagaimana diri seharusnya yang diidealkan {t should-be}. Konsep diri selalu berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam memenuhi ekspektasinya. {c}. Evaluation yaitu penilaian seseorang atas dirinya sendiri, yakni menilai antara n'l-could-be" dan "l-Shauld-be" (Epstein dalam Calhoun, 1990), atau dengan kata lain yaitu pengukuran antara "saya yang seharusnya" dan "saya yang kenyataannya". Hasir dari pengukuran ini akan menghasilkan apa yang disebut self-esteern. Semakin besar jarak antara keduanya maka sefesteemnya akan semakin rendah (Rogers, Hingging, ef of dalarn calhoun, 1gg0). Zanden (1984) mengatakan dengan bahasa lain yaitu sebagai perbedaan antara ekspektasi dan performa akan menghasilkan konsep diri yang rendah.
ISSN : 1907-8455
k
lModsl pengembangan Konsep Diri Melalui Supp art 6raap Therapy: upaya Meminimaikan Trauma psikis Rernaja dari Keruarga 5ingre parent Proyeksi,
Vol.6
(1), 1&26 19
Evaluasi ini merupakan komponen kekuatan yang cukup ekstrim dari konsep diri {Marsh,
1987), karena evaluasi ini akan muncul berbagai jenls konsep diri sebagai gambaran dari derajat nilai konsep diri seseorang. Namun deskripsi tentang ciri konsep diri positif ataupun negative disini adalah bersifat ekstrirn, dinrana seseorang bisa saja berada diantaranya atau bersifat moderat.
lstilah odolescence atau remaja berasal dari kata Latin odolescere (kata bendanya, adolescentio yang berarti remaja) yang berarti "tumbuh" atau " tumbuh menjadi dewasa (Hurlock, 1980). Masa Remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang disertai banyak perubahan baik fisik, kognitif, maupun sosial. Masa remaja dirnulai pada sekitar usia 11 atau 12 tahun hingga sekitar usia 20an (Erickson dalam Sprinthall & Collins, 1995; Papalia, Old, & Feldman,200i.). Masa remaja adalah masa transisi dalam periode masa kanak-kanak ke periode masa dewasa, yang mana periode ini dianggap sebagai rnasa yang sanagt penting dalam kehidupan
seseorang khususnya dalam pembentukan kepribadian individu. Fara ahli membagi masa remaja dalam dua periode, yaitu masa remaja awal (eorly adolesence) dengan batasan umur antara 13 sampai 17 tahun dan periode rernaja akhir dengan batasan umur sekitar 17 sampai 18 tahun (Hurlock, 1992). Sedangkan menurut Monks (2001) remaja adalah suatu masa peralihan antara masa remaja dan masa dewasa. Masa remaja dibagi menjadi dua, yaitu masa adolesensi berkisar antara usia 1?-18 tahun dan masa pemuda berkisar antara usia 19 24
-
tahun. Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa yang dirnaksud dengan remaja adalah transisi antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang disertai banyak perubahan baik fisik, kognitif, maupun sosial, dimana masa remaja dimulai pada sekitar usia 11 atau 12 tahun hingga sekitar usia 20an.
Orang tua tunggal adalah orang tua yang didalam rnembina rumah tangganya hanya seorang diri tanpa adanya pasangan. Orang tua yang demikian ini menjalankan dua peran, yaitu peran sebagai ayah dan sebagai ibu bagi anak-anaknya dan lingkungan sosialnya (Balson, 1se3).
Faktor penyebab terjadinya orang tua tungga! menurut Makhfudz (1989) adalah perceraian dan kematian salah satu pasangan. Perpisahan anak dengan orang tua karena perceraian berbeda dengan perpisahan karena salah satu orang tua meninggal dunia. perceraian biasanya didahului oleh konflik, yang tentunya suasananya berbeda dengan suasana duka karena ayah atau ibu meninggal. Anak yang orang tuanya meninggal cenderung mengalami depresi dan. kesedihan yang mendalam, sementara anak yang orang tuanya bercerai cenderung mengalami ketegangan atau rasa takut atau merasa tidak aman. Anak-anak yang berasal dari keluarga yang berorang tua tunggal kemungkinan menjadi anak nakal dari pada keluarga yang utuh. Kegagalan peran dalam rumah tangga berakibat merusak. Penelitian yang dilakukan Goode
(199U menemukan bahwa banyak rernaja yang rnemiliki persoalan penyesuaian pribadi lebih banyak berasal dari keluarga dengan konflik perkawinan yang terus menerus atau perpisahan dari keluarga yang terpecah karena perceraian atau kematian. Menurut Hoerjan (Sanusi, 1995) problen'ra orang tua tunggal sangat bervariasi meskipun kasusnya berbeda-beda, tetapi tetap ada beberapa kesamaan" Hampir semua orang tua
ISSN : 1907-8455
Djudiyah dan M. Salis Yuniardi 20
tunggal mula-mula menghayati semacam depresi yang ditandai berkurangnya gairah hidup, kecemasan yang dihayati sebagai rasa takut, khawatir, was-was, gelisah yang tidak tentu dan kebingungan. Berbagai keadaan ini semacam keadaan darurat (krisis) yang perlu dicari jalan keluarnya.
Support Group Therapy adalah terapi yang dilakukan dengan menggunakan kelompok sebaya yang memiliki problem yang relatif sama dengan cara sharing informasi tentang permasalahan yang dialami serta solusi yang perlu dilakukan sekaligus proses saling belajar dan menguatkan (Yalom, 1985). Tujuan utama dari Support Group Therapy adalah tercapainya kemampuan coping yang efektif terhadap masalah ataupun trauma yang dialami {Gazda, 1e89).
Support group therapy adalah suatu proses terapi pada suatu kelompok yang memiliki permasalahan yang sama untuk mengkondisikan dan memberi penguatan pada kelompok maupun perorangan dalam kelompok sesuai dengan permasalahnnya (Seligman and Laura, 1se0).
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa support group therapv adalah terapi yang dilakukan dengan menggunakan kelompok sebaya yang memiliki problem yang relatif sama dengan cara sharing informasi tentang permasalahan yang dialami serta solusi yang
perlu dilakukan sekaligus proses saling belajar dan menguatkan dimana tujuan utamanya adalah tercapainya kemampuan coping yang efektif terhadap masalah ataupun trauma yang dialami
Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode eksperimental, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan memberikan manipulasi yang bertujuan untuk mengetahui akibat manipulasi terhadap perilaku yang diamati (Latipun, 2OO4l. Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen kuasi, yaitu desain eksperimen dimana tidak diberlakukannya randomisasi dalam meneliti hubungan sebab akibat. Dalam penelitian ini, digunakan jenis desain ane group pre test and post test design.
Subjek penelitian ini adalah 15 siswa dari SMAN 1 Batu, SMK PGRI 3 Malang dan
SMK
Muhammadiyah 2 Malang yang berasal dari keluarga single parent, baik yang hidup bersama ayah saja atau ibu saja baik karena perceraian maupun karena meninggal dunia. Adapun model supportgrouptherapyyang digunaan terdapat pada tabel 1 berikut:
ISSN
E=
:1907-8455
Model Pengembangan Konsep Diri Melalui Sup port Group Therapy: [Jpaya Me&inimalkan Tr*uma Psikis Remaja dari Keluarga Single parent Proyeksi,Vol.
6 (l),
16-26 21
Tabel 1. model support group theropy
Metode
Tujuran
1. 2.
Membangun rapport Penjelasan program
Alat
t.
Sharing tujuan progrann
?.
Fembuatan kontrak aturan
I.
kelompok
Membangun pengetahuan diri
Kartu-kartu harapan dan kecemasen
X.. Joharry Windows
2^
Suppart grawp therupy
Mennbangun
1.
Kartu Sahabat
penerimaan diri (evaluutian)
2. Swpport group therapy
Membangun
1.
rencana masa
2" Suppsrf 6roup
depan {expectotian) Penutup
3.
2.
Flipchart
3.
Spidol
1
Jaharry Windows
1.
Kartu Sahabat
{knowledge)
1.
My Drearns Therapy
L.
My Dreams
2.
t"tv5
1.
Kertas koran
L.
Flipchart
Surat Sahabat Positive 5ummary
Adapun teknik pengumpulan data yang digllnakan peneliti adalah Skala, wawancara, dan self report. skala adalah sejurnlah daftar pertanyaan yang berisi sejumlah itern tentang suatu hal yang akan diteliti dengan tipe respon yang sr.rdah ditentukan. Skala mengandung sejumlah
soal dan sejumlah pilihan yang ditentukan dan respsnden diminta unutk memberikan respon (Azwar, 1999). Skala konsep diri disusun berdasarkan teori (Calhoun-Acocella, 1999)" Ada 3 komponen konsep diri yaitu : a). ffnodedge {Pengetahuan Diri}, b}. Expectatians / Harapan Diri) serta cl. Evoluatian { Penilaian Diri}. Skala kansep diri ini disusun sebanyak 32 item, yang
terdiri dari 16 itern favourable dan 16 itern unfavourable. Model Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert. Skala Likert adalah suatu himpunan butir pertanyaan sikap yang kesemuanya dipandang kira-kira sanna dengan "nilai sikap". Subjek menanggapi setiap item dengan mengungkapkan taraf kesetujuan atau ketidaksetujuan (Kerlinger, 2000).
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian !ni berikutnya adalah wawancara. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara {interviewerldan yang diwawancarai (interviewee) yang rnemberikan
jawaban atas pertanyaan itu (Moleong. 2002). Adapun teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstnrktur. Hal ini untuk menciptakan suasana akrab dan bebas antara peneliti dengan pihak,pihak yang diwawancarai.
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan tiga sessi yaitu pada saat pra eksperimen (sebelum support group diberikan), pasca eksperimen {setelah support group dilakukan) serta pada saat Follow Up { 2 hari setelah suppart group dilakukan}. Wawancara pada saat pra eksperimen, pasca eksperiemen serta pada saat follow up dimaksudkan untuk mengetahui oe
rkem banga n resiliensi subjek dari waktu kewa ktu.
Self Report menurut Barker {2001} rnenyatakan bahwa setf repart adalah suatu metode vang meminta klien mengobservasi tingkah laku atau reaksi emosional dirinya sendiri dalam
|SSN : 1907-8455
Djudiyah dan M. Salis Yuniardi 22
situasi yang ditargetkan. Sebagian besar metode ini digunakan dalam penelitian sosial secara umum, psikologi klinis, dan psikologi konseling untuk nnengungkap fakta - fakta dan keterangan. Self report merupakan pelaporan individu tentang keadaan diri sendiri dalam
kurun waktu tertentu. Self report dalarn penelitian ini bentujuan untuk mengetahui perkembangan daya resiliensi subjek sebelum, selama, dan sesudah proses terapi. Self report ini nantinya akan dianalisis berbentuk deskriptif" Flasil Penelitian
Untuk mengetahui efektivitas swpport group tfier*py pada pretest, post fest, dan follow up pada kelompok subyek digunakan uji statistik non parametrik diperoleh hasil sebagai berikut :
Test $tatistic$ post test pre test
z
-3.4134
Asymp. SiE. (2-taile<
.001
follow up - pre test -2.0124
"a44
follow up posl test -2"818D
.005
a.Based on negative ranks. b.Based on positive ranks. c.Wilcoxon Signed Flanks Test Hasil uji pretest antara kelompok pretest dan post test diperoleh nilai Z score -3,413 dengan
tingkat signifikansi 0,001 yang berarti tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 sehingga dikatakan signifikan { Hr diterima} yang bermakna ada perbedaan antara hasil pretest dan post test konsep diri pada kelompok subyek yang diberi suppart Eroup therapy, Sedangkan dari hasil pre-test dan follow up kelompok subyek dapat diperoleh perbedaan yaitu nilai Z score 2,012 dengan tingkat signifikansi 0,021 yang berarti tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 sehingga dikatakan signifikan ( H1 diterirna) yang bermakna ada perbedaan antara hasil pretest dan follow up pada kelompok subyek yang diberi support group therapy. Pada hasil yang ditunjukkan oleh hasil post test dan follow up kelompok subyek diperoieh
nilai Z score -2,818 dengan tingkat signifikansi 0,012 yang berarti tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 sehingga dikatakan signifikan ( H1 diterima) yang bermakna ada perbedaan aRtara
hasil post test dan follow up pada kelompok subyek yang diberi support graup therapy. Berdasarkan hasil pengujian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa ada perbedaan antara hasil pre-test dan post test, pretest dan foliow up, serta post test dan follow r.lp pada kelompok subyek yang diberi support group therapy.
Analisis Data dan Pembahasan
Berdasarkan hasil deskripsi data dan analisa data, dapat diketahui : pertamo, nilai perubahan signifikan diperoleh dari hasil pengujian pada keseluruhan subyek antara pre test post test, pre - test - follow up, maupun pssf fesf - foltaw up. Hasil ini nnenunjukkan bahwa support group therapv efektif untuk meningkatkan konsep diri para siswa dari kelr.larga single porent.
ISSN : 1907-8455
Model Pengembangan Konsep Diri MelaluiSupportGroup Theropy: {Jpaya !'!,!*minirnalkan Trauma Psikis Remaja dari Keluarga Sln gle parent Froyeksi,Voi,
6 (l),
16-26 23
Konsep diriterdiri atas 3 komponen yaitu pengetahuan diri, penilaian diri, dan harapan diri. Remaja dari keluarga single p#rent Vang rnen.iadi subyek dari penelitian cenderung belum
mampu mengembangkan ketiga kornponen dari konsep diritersebut. Oleh karenanya, suppart group therapy dirancang agar subvek rnampu untilk terbL!ka satu sama lain. mengenali dirinya, memahami dan menerima segenap kelebihan da;'l kekurangan terkait dengan statr"ls keluarga sebagai single parenf, dan menggali poterusi-potensi dalam diri. Beberapa indikasi yang
mengarah pada individu dengan kor:se6: diri pcsitif menurut eelhoun {1990} antara lain mernahami dan menerirna se.iumlah fakta yang sangat berrnacarn-rnacam tentang dirinya sendiri, penerimaan diri yang mengarah ke kerendahan hati dan kederrnau/anan darlpada ke keangkuhan dan ke egoisan, dan rnerancang tujuan-tujuan yang sesuai dan realistis. Oleh karenanya, sLtpport group therap!1yang rnana rnenitikberatkan pada ketiga konrponen konsep diri dan dukungan teman sebaya dalam kelornpok mannpu meningkatkan konsep diri rennaja dari keluanga single parent.
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkap Valom {1985} bahwa ada beberapa faktor teraupetik dalam proses terapi kelompok, diantaranya : dalam terapi kelompok, terutama pada tahapan awal dikonfirmasi perasaar} ilnik pasien nnerupakan sumber yang kuat dalam menciptakan perasaan lega. Setelah nrendengar pengungkapan diri pasien/klien lain, pasien akan lebih merasa lebih dekat dengan dunia dan akan merasa senasib sepenanggungan, seperti yang diumpamakan oieh Yalon: "berada dalam kapal yang sama". Dalarn support group therapy, konsep iltamla yang ditekankan adalah saling memberikan dukungan antar teman sebaya. Sebelum konsep utama ini ditegakkan, setiap klien juga harus marnpu mengungkapkan diri dalann ke lCIrnpok" Selanjutnya terapis memfasilitasi agar apa yang dialami dan dirasakan oleh seorang klien dapat dirasakan juga oleh klien yang lain. Sehingga,
terciptalah rasa senasib dan sepenanggungan di kalangan anggota kelompok. Dalam kelompok terapi, pasien juga rnenerima melalui rnembeni, tidak hanya bagian dari sekuen saling mernberi dan menerima tetapi juga dari tindakan intrinsik untuk rnemberi. Pasien atau klien yang baru mengikuti terapi, kadangkala merasa bahwa keberadaan dirinya adalah beban, sehingga ketika pengalaman dirinya rnemiliki arti penting bagi orang lain, akan menyegarkan jiwa dan meningkatkan harga dirinya. Keduo, terdapat perbedaan hasil yang ditampakkan saat dilakukan analisis per kelompok subyek {per sekolah}" Nilai signifikan diperoleh dari hasil per*gujian pada kelompok subyek 5MK Muhammadiyah/SMEA dan SMAN 1 Batu. Pada 5MK Muhammadiyah hasil menunjukkan nllait hitung -5,525 pada taraf signifikansi G,003 yang berarti tingkat signifikansi lebih kecil dai 0,05 (Hl diterima) yang bermakna ada perbedaan antara hasil pretest dan post test pada kelompok
subyek SMK Muhammadiyah 2. Begitu pula hasil pengujian statistik pada SMAN 1 Batu menunjukkan nilai t hitung -8,581 pada taraf signifikansi 0,001 yang berarti tingkat signifikansi lebih kecll dai 0,05 ( Hr diterima! tlang bermakna ada perbedaan antara hasil pretest dan post test pada kelompok subyek. Sebaliknya, diperoleh nilai yang tidak signifikan pada kelompok subyek SMK PGRI 3 yang ditunjukkan oleh niiai t hitun6 -3,085 pada taraf signifikansi 0,054 yang berarti tingkat signifikansi lebih besar dai 0,05 { Ho diterima} yang bermakna tldak ada oerbedaan antara hasil pretest dan post test pada kelornpok subyek SIV!K pGRl 3. Narnun
|SSN : 1907-8455
Djudiyah dan M. Salis Yuniardi 24
secara deskriptif, dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan skor dari pretest ke post test hanya saja kenaikan tersebut tidak terlalu besar. Perb,edaan hasil pada kelompok subyek di STM/SMK PGRI 3, dibandingkan dengan hasil di
SMEA/SMK Muhammadiyah dan SMA diduga terkait dengan perbedaan tingkat kohesivitas kelompok. Yalom (1985) "cohesiveness" didefinisikan secara luas sebagai akibat dari sernua kekuatan yang mempengaruhi semua anggota kelompok untuk tetap berada dalam kelornpok,
atau secara lebih sederhana, daya tarik kelompok bagi semua anggotanya. Lebih lanjut dijelaskan oleh Yalom (1985) bahwa anggota-anggota sebuah kelompok yang kohesif saling menerima, saling mendukung, dan cendenung rnenjalin hubungan yang bermakna dalam
kelornpok. Yalom (1985) juga menyebutkan bahwa kohesivitas merupakan faktor utama penentu keberhasilan terapi. Dalam hal ini, terkait pada perberbedaan hasil terapi antara sekolah yang lebih banyak memiliki kornunitas siswa laki-laki yang lebih besar daripada siswi perempuan kurang memiliki ketrampilan dalam keterbukaan diri dan ekspresi emosi. Sedangkan modul terapi yang telah didesain lebih menekankan pada keterbukaan diri subyek. Oleh karenanya, perlu adanya modifikasi dalam modul untuk diterapkan pada kelompok siswa hornogen laki-laki.
Hal ini karena konsep diri merupakan produk sosial yang dibentuk melalui pnoses internalisasi dan organisasi pengalaman-pengalaman psikologis (Mead dalam Pudjijogjanti, 1993). Pengalaman-pengalaman psikologis merupakan hasil eksplorasi individu terhadap lingkungan fisiknya dan refleksi dari diriyang diterima dari orang-orang penting di sekitarnya. Sekolah merupakan salah satu tempat dimana individu juga membangun sebuah hubungan dengan teman sebayanya. Hal ini tentunya juga akan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri remaja yang mana setiap sekolah memiliki kultur atau budaya yang khas, apakah kultur tersebut mendukung perkembangan konsep diri remaja atau tidak.
Daftar Pustaka Agger, 8., 2003. Critical ssciol theories : dn introduction Diterjemahkan oleh Nurhadi. Kritik, Penerapan dan lmplikasi. Yogyakarta : KreaslWacana
Anggraini,
N. 2007. Ernosi pada ibu single parent. Skripsi. Malang: Fakultas
psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang.
Association Psychological America. 2003. Ten {10) way
to build resilience.
Clinic
@u.Washington.edu. Azwar, S. 2000. Metode penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset. Balson. L993. Psychology of family. New york : Mac Garw-Hill, Co.
Barker, C., 2004. Cultural studies, theory and practice. Diterjemahkan oleh Nurhadi. Yogyakarta.: Kreasi Wacana
ISSN
I
:1907-8455
tta
M*del Pengembangan Konsep Diri Melalui SupportgroupTheropy: Upaya lvleminimalkan Traurna Psikis Rema.ia dari Keluarga Single pdrent Proyeksi, Vol. 6 (1), 16-26 25
Beilharz, P., 2003. Socialtheory : o guide Yogyakarta : Pustaka Pelajar
tn centralthinkers. Diterjemahkan oleh Sigit Jatmiko.
Calhoun, James F & Acocella, Joan Ross 3.990. Psycirology relutionships. United State of Arnerica : McGraw-Flill, lnc. Dahlan. 2009. Psikologi Perkembangan. jakarta
:
of
ddjustment and human
Arcan.
Erikson, E. H., 1968. Identity, yowth, snd crisis. New York: lnternational University Press. Gazda,
G.M., t989. Group caunselling: o developmental approaeh
4'd ed. Boston : Allyn and
Bacon.
Gerungan. 1988. Psikologi sosial. Bandung: Eresco
Goode. t99L. Social psychology. New York : Mc Graw-Hill, Co. Grotberg. 20A2. Origins of resiliente.
[email protected]"edu. Handayani, T., Sugiarti, 2002. Konsep dan teknik analisis gender. Malang : UMM Press. Henderson, N. dan Milstein, M. M., 2003. Resilrency in schools. California : Corwin Press, lnc.
Hurlock, E. 8., 1.980. Developmentat psychology
: s tife
span approach, Sth ed. Boston: Mc
Graw-Hill Kerlinger.
2OAO.
Azas ozas penelition behavioraf. Yogyakarta : Gadha Mada University Press.
Latipun. 2004. Psikologieksperimen. Malang: UMM Press. Laurent, A.,7997. Keys to culture chonge. Government Executive Magazine. Luthar, dkk. 2000. Risk and resiliency qddptdtian in change firne. www.resiliency.com
Makhfudz. !989. Problem-problem dslam perkowinan. Bandung: Pt" Remaja Rosdakarya. Miles, M. & Huberman, M., 1994. Analisis data kaulitafrf, Terjemahan Tjejep Rohendi Rohidi. Jakarta : Penerbit Universitas lndonesia {Ul Press}. Mikkelsen, 8", 2003. Metode penelitian pdrtisipatoris don upaya-upaya pemberdayaan. Sebuah buku Pegangan bagi Para Praktisi Lapangan. Diterjemahkan oleh Matheos Nalle. Jakarta : Yayasan Obor lndonesia. Moleong, J.2009. Metode penelitian kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Monks, F. J., Knoers, A. M. P. Dan Haditono, S.R. 2AAI" Psikologi perkembengon.Yogyakarta Gadjah mada University Press.
ISSN : 1907-8455
G
:
Djudiyah dan M. Salis Yuniardi 26
Pa pa
Ii
a. L99O.
Ps i
kol og i pe rke m
b ang o
n. lakarta
: Arca n.
Pudjijagyanti, C. R. 1999. Konsep dirl daldm pendidikon. Jakarta : Arcan. Sanusi. t996. Probtem-problem dolam perkawinon. Bandung : Remaja Rosdakarya.
siebert, A. 2000. The five levels of resiliency. www.resiliencecenter.com sudikan, s.Y., 2001. Metode penelitian kebudayoan surabaya :citra wacana. Sugiono. 20A9. M e maham i pe nelitia n ku olitatif . Bandung:Alfabeta Sukesi, K., Sugiyanto, 2AO2. Paradigma boru pemberdayactn perempuan di era globalisasi. Malang : Pusat Penelitian Peranan Wanita, Lembaga Penelitian Universitas Brawijaya.
Vaillant dan Mills. 1995. Resilience ond social work practice
:
three case
study.
www.americaassociation.scholl.html. Winarsunu, T.2OO2. Statistik dalom penelitian psikologi dan pendidikan. Malang: UMM Press. Wolins. L993. Resiliency dnd factor difined' California : Corwin Press. Women Workers and the islomic potriarchy, buletin of Concerned Asian Scholars, 15(2)l AprilJune.2000. Yalom,- 1., 1985. The Theory and practice of group psychotherapy 3'd. New York : Basic Books.
Zanden, James W. Vander t984. Social psychology. New York : Random House, lnc.
ISSN :1!X)7-&455